HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity...

122
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN ADVERSITY QUOTIENT PADA KARYAWAN BERAGAMA KRISTEN DAN KATOLIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Arinda Anantu NIM: 099114120 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGTAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA

DENGAN ADVERSITY QUOTIENT

PADA KARYAWAN BERAGAMA KRISTEN DAN KATOLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Arinda Anantu

NIM: 099114120

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGTAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

v

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA

DENGAN ADVERSITY QUOTIENT

PADA KARYAWAN BERAGAMA KRISTEN DAN KATOLIK

Arinda Anantu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi berdoa dengan

Adversity Quotient pada karyawan beragama Kristen dan Katolik. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara frekuensi berdoa dengan

Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam penelitian dalam penelitian ini

adalah 57 orang karyawan CV. Andi Offset yang beragama Kristen dan Katolik. Data penelitian

dikumpulkan dengan menggunakan dua skala, yaitu Skala frekuensi berdoa dan skala Adversity

Quotient. Pengujian reliabilitas Cronbach’s Alpha menghasilkan koefisiensi sebesar 0.948 pada

skala frekuensi berdoa dan 0.951 pada skala Adversity Quotient. Dari hasil analisis data dengan

menggunakan metode korelasi Product Moment Pearson diketahui bahwa kedua variabel terebut

memiliki koefisien korelasi sebesar 0.122 dengan signifikansi 0.366. Angka tersebut menunjukkan

bahwa kedua variabel memiliki korelasi yang sangat lemah dan tidak signifikan. Hal tersebut

menandakan bahwa hipotesis awal penelitian ini ditolak.

Kata kunci : frekuensi berdoa, Adversity Quotient, karyawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

vi

THE CORRELATION BETWEEN PRAYER FREQUENCE

AND ADVERSITY QUOTIENT

ON CHRISTIAN AND CATHOLIC EMPLOYEES

Arinda Anantu

ABSTRACT

The purpose of this research was to find out the correlation between prayer frequence

and Adversity Quotient on Christian and Catholic employees. The hypothesis proposed in this

research was there is positive and significant correlation between prayer frequence and Adversity

Quotient on the employees. The subject of this research were 57 Christian and Catholic employees

of CV. Andi Offset Yogyakarta. The data was gathered by prayer frequence scale and Adversity

Quotient scale. The reliability coefficient of the scales was tested by Cronbach’s Alpha technique

with value 0.948 on prayer behavior scale and 0.951 on Adversity Quotient scale. The data was

analyzed by Product Moment Pearson correlation technique. The result showed that the

correlation coefficient was 0.122 with 0.366 as the value of significance, which means that the

correlation was poor and not significant. The result also indicate that the hypothesis of this

research was rejected.

Keywords : prayer behavior, Adversity Quotient, employee

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

viii

KATA PENGANTAR

Rasa kagum yang teramat dalam ditujukan oleh penulis kepada sesuatu

yang sangat besar, sumber dari segala sumber kekuatan, yang karena berkat dan

karunia-Nyalah, penulis dapat melalui segala tantangan dan kesulitan dalam

menyelesaikan skripsi ini. Dia yang tak terlihat, memberikan kasih dan cintanya

melalui orang-orang yang Ia tempatkan di sisiku:

1. Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih untuk sebuah penerimaan tanpa syarat,

yang tidak pernah aku dapatkan dari orang lain.

2. Mbah Kakung. Terimakasih atas segala kesabaran dan kemurahan hati dalam

menemani cucumu hingga sejauh ini.

3. Keluarga Besar S. Reksodihardjo. Terimakasih untuk kebersamaan yang

selalu dapat aku banggakan.

4. Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si dan Dr. A. Priyono Marwan (Romo Pri) selaku

dosen pembimbing skripsi. Terimakasih untuk bimbingan dan diskusi-diskusi

yang menarik

5. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M. Psi selaku dekan Fak. Psikologi dan dosen

pembimbing akademik. Terimkasih atas kesediaan Bapak untuk selalu

mendengarkan curhatan-curhatan saya.

6. Genk Iwak Peyek (Kelas C angkatan ’09). Terimakasih untuk cerita-cerita

yang tak terlupakan. Bahagia, marah, sedih, kecewa, takut, semuanya jadi

lebih indah kalau ada kalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

ABSTRACT ......................................................................................................... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB II: LANDASAN TEORI ....................................................................... 9

A. Adversity Quotient ...................................................................... 9

1. Definisi Adversity Quotient .................................................. 9

2. Tiga Tingkat Kesulitan ......................................................... 11

3. Tiga Tipe Individu dalam menghadapi Kesulitan ................ 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

xi

4. Faktor yang Mempengaruhi Adversity Quotient .................. 16

5. Dimensi Adversity Quotient ................................................. 17

B. Frekuensi Berdoa ....................................................................... 21

1. Definisi Berdoa .................................................................... 21

2. Komponen-Komponen Berdoa ............................................ 22

3. Jenis-jenis Doa ..................................................................... 23

4. Efek Psikologis Berdoa ........................................................ 25

C. Hubungan antara Frekuensi Berdoa dengan Adversity Quotient 32

D. Hipotesis ..................................................................................... 38

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 39

A. Jenis Penelitian ........................................................................... 39

B. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................. 39

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................... 39

1. Frekuensi Berdoa ................................................................. 40

2. Adversity Quotient ................................................................ 40

D. Subjek Penelitian ........................................................................ 41

E. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 41

1. Skala Frekuensi Berdoa ........................................................ 41

2. Skala Adversity Quotient ...................................................... 43

F. Pertanggungjawaban Mutu ........................................................ 44

1. Validitas ................................................................................. 44

2. Seleksi Aitem ......................................................................... 45

3. Reliabilitas .............................................................................. 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

xii

G. Metode Analisis Data ................................................................. 48

1. Uji Normalitas ...................................................................... 48

2. Uji Linearitas ........................................................................ 48

3. Uji Hipotesis ........................................................................ 48

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 49

A. Orientasi Kancah Penelitian ....................................................... 49

B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 49

1. Perijinan Penelitian .............................................................. 49

2. Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 50

C. Deskripsi Subjek ........................................................................ 51

D. Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 52

E. Kategorisasi ................................................................................ 53

F. Analisis Data Penelitian ............................................................. 54

1. Uji Normalitas ...................................................................... 54

2. Uji Linearitas ........................................................................ 55

3. Uji Hipotesis ........................................................................ 55

G. Pembahasan ................................................................................ 55

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 60

A. Kesimpulan ................................................................................ 60

B. Saran ........................................................................................... 60

1. Bagi perusahaan dan Subjek Penelitian ............................... 60

2. Bagi Penelitian Selanjutnya ................................................. 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

xiii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62

LAMPIRAN ....................................................................................................... 65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Frekuensi Berdoa ................................................... 42

Tabel 2. Blueprint Skala Adversity Quotient .................................................. 43

Tabel 3. Sebaran Aitem Skala Frekuensi Berdoa Setelah Seleksi Aitem ...... 46

Tabel 4. Sebaran Aitem Skala Adversity Quotient Setelah Seleksi Aitem ..... 46

Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................. 51

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian ................................................................. 52

Tabel 7. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Skala Frekuensi Berdoa ..... 53

Tabel 8. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Skala Adversity Quotient ... 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian ........................................................................... 65

Lampiran 2. Seleksi Aitem Skala Frekuensi Berdoa ....................................... 83

Lampiran 3. Seleksi Aitem Skala Adversity Quotient ...................................... 86

Lampiran 4. Uji Reliabilitas Skala Frekuensi Berdoa ...................................... 89

Lampiran 5. Uji Reliabilitas Skala Adversity Quotient .................................... 91

Lampiran 6. Uji T Mean Empirik dan Mean Teoritik Skala Frekuensi Berdoa 93

Lampiran 7. Uji T Mean Empirik dan Mean Teoritik Skala AQ ...................... 95

Lampiran 8. Uji Normalitas ............................................................................. 97

Lampiran 9. Uji Linearitas ............................................................................... 99

Lampiran 10. Uji Hipotesis ................................................................................ 101

Lampiran 11. Scatterplot .................................................................................... 103

Lampiran 12. Surat ............................................................................................. 105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah bagian dari dunia yang tidak bisa menutup dirinya

dari pengaruh global. Pengaruh global yang sangat menonjol dapat terlihat di

bidang ekonomi, teknologi, dan budaya. Pengaruh global dalam bidang

ekonomi telah membuka lebar peluang bagi pihak asing untuk berdagang di

Indonesia. Dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat

organisasi dituntut untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

tinggi agar mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif. Sumber

daya manusia dapat menentukan apakah suatu organisasi dapat bertahan di era

yang ditandai dengan kompetisi yang sangat ketat. Sumber daya manusia

dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam merespon lingkungan yang

berubah (Ancok, 2002).

Stoltz (2000) mengatakan bahwa sumber terbesar dari kesulitan

untuk kebanyakan organisasi adalah perubahan yang terjadi terus-menerus.

Perubahan yang terjadi terus-menerus membuat karyawan hidup dalam

lingkungan yang tidak nyaman. Perubahan membawa dampak pada

meningkatnya kesulitan yang harus dihadapi oleh para pekerja, mulai dari

pemotongan gaji, perampingan perusahaan, restrukturisasi, merger, persaingan

yang semakin ketat, hingga perubahan teknologi. Hilangnya keamanan kerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

2

telah menimbulkan rasa takut yang meluas bagi banyak orang. Banyak pekerja

yang mencemaskan posisi mereka dalam perekonomian di era global ini.

Perubahan yang terjadi terus menerus membuat kaum pekerja harus terus

bersusah-payah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk

dapat bertahan dalam sebuah organisasi.

Hood, Hill, dan Spilka (2009) memberikan sorotan secara khusus

kepada umat Kristiani yang memaknai pekerjaan bukan hanya sebagai sumber

mata pencaharian, tetapi juga sebagai sebuah „panggilan‟. Hal ini dibuktikan

melalui sebuah penelitian terhadap 1.869 responden beragama Kristen dan

Katholik yang hasilnya menunjukkan bahwa 15% sampel penelitian

memaknai pekerjaan sebagai sebuah „panggilan‟. Pada tingkatan yang paling

umum, umat Kristian diajarkan untuk tidak mementingkan diri sendiri, untuk

memaknai hidup sebagai upaya aktif yang menuntut pengorbanan (misalnya;

dalam melayani orang lain), dan untuk memerangi kemalasan. Pada tingkatan

yang lebih luas, Alkitab menceritakan bahwa sejak semula Allah menciptakan

manusia sebagai subjek yang bekerja, seperti pada saat Allah memberikan

Taman Eden kepada manusia “untuk mengusahakan dan memelihara taman

itu” (Kejadian 2:15). Setelah manusia tidak menaati Allah, Allah menghukum

Adam dan Hawa untuk mencari makanan “dengan berpeluh” (Kejadian 3:19).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di tengah kesulitan yang semakin

besar, umat Kristiani cenderung berusaha untuk mempertahankan pekerjaan

sebagai bagian penting dalam kehidupan mereka (Geser, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

3

Stoltz (2000) mengemukakan bahwa saat dihadapkan pada kesulitan

hidup, sebagian individu bertahan dan terus berjuang sementara yang lain

gagal dan menyerah. Adversity Quotient adalah suatu bentuk kecerdasan baru

yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam

merespon kesulitan. Adversity Quotient adalah prediktor keberhasilan

seseorang dalam menghadapi kesulitan, bagaimana ia berperilaku dalam

situasi sulit, bagaimana ia mengendalikan situasi, apakah ia dapat menemukan

sumber permasalahan, apakah ia mempunyai rasa memiliki dalam situasi

tersebut, apakah ia mencoba untuk membatasi efek dari kesulitan, dan

bagaimana ia optimis bahwa kesulitan itu akan berakhir (Phoolka & Kaur,

2012). Pada fase perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi, para pekerja

dengan Adversity Quotient rendah cenderung kehilangan harapan, menjadi

tidak termotivasi, dan mengalami kebingungan, beberapa bahkan

menyangsikan hasil dari proses perubahan itu sendiri. Sebaliknya, para pekerja

dengan Adversity Quotient tinggi cenderung mau memeluk perubahan,

mendorong terjadinya perubahan, dan bertahan dalam menjalani proses

perubahan (Stoltz, 2000).

Stoltz (2000) mengatakan bahwa Adversity Quotient dapat

membantu individu untuk memandang sebuah kesulitan dengan lebih

konstruktif. Seligman (dalam Stoltz, 2000) mengatakan bahwa orang yang

memiliki Adversity Quotient tinggi akan merespon kesulitan dengan gaya

yang lebih optimis dan meyakini bahwa permasalahan mereka akan segera

berlalu. Seligman lebih lanjut menjelaskan bahwa orang dengan Adversity

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

4

Quotient tinggi memiliki kekebalan terhadap rasa tidak berdaya dan putus asa.

Mereka memiliki pengendalian diri dan sifat tahan banting dalam menghadapi

situasi kehidupan yang keras. Individu dengan Adversity Quotient yang tinggi

membaktikan dirinya pada perbaikan diri seumur hidup. Hal ini yang

menyebabkan mereka memiliki ketekunan untuk terus menerus berusaha,

bahkan ketika dihadapkan pada kegagalan (Stoltz, 2000)

Stoltz (2000) menjelaskan bahwa salah satu ilmu yang mendasari

terbentuknya teori mengenai Adversity Quotient adalah Psikologi Kognitif.

Psikologi kognitif merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

memperoleh, mentransformasi, merepresentasi, menyimpan, dan menggali

kembali pengetahuan, serta bagaimana pengetahuan tersebut dapat digunakan

untuk merespon atau memecahkan masalah, berpikir, dan berbahasa

(Lasmono, 2001). Dalam Psikologi Kognitif terdapat sebuah teori yang

disebut dengan Learned Helplessnes atau ketidakberdayaan yang dipelajari.

Teori Learned Helplessness menjelaskan mengapa banyak orang menyerah

atau gagal ketika dihadapkan pada tantangan-tantangan hidup.

Ketidakberdayaan yang dipelajari menggambarkan keyakinan bahwa apapun

yang dilakukan oleh seseorang tidak akan ada gunanya. Keyakinan seperti itu

praktis menghancurkan dorongan seseorang untuk mengambil tindakan dalam

usaha untuk mengatasi kesulitan. Stoltz (2000) lebih lanjut menjelaskan

bahwa suatu keadaan yang bertolak belakang dengan keadaan tidak berdaya

disebut dengan pemberdayaan. Manusia harus diberdayakan agar bisa

mengatasi kesulitan yang harus mereka hadapi dalam setiap bidang kehidupan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

5

Stoltz (2000) mengatakan bahwa keyakinan atau iman merupakan

salah satu faktor penting yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat

Adversity Quotient yang dimiliki oleh seseorang. Hal tersebut dapat dijelaskan

melalui pendapat Sharp (2010) yang mengatakan bahwa berdoa sebagai inti

dari iman (Bade & Cook 2008) dapat memberikan beragam sumber daya yang

dapat dimanfaatkan oleh individu dalam menghadapi berbagai situasi sulit

dalam kehidupan. Salah satu sumber daya yang diperoleh individu melalui

berdoa adalah sumber daya reinterpretasi kognitif.

Kesulitan hidup seringkali membawa manusia pada batas-batas

kemampuannya dalam mengatasi kesulitan tersebut. Ini adalah saat-saat ketika

manusia beralih pada sesuatu yang transenden dalam upaya untuk mengatasi

masalah dan menemukan pemaknaan baru (Harrison et al. dalam Miller, Gall

& Corbeil, 2011). Hal tersebut sesuai dengan pendapat McIntosh (dalam

Lowenthal, 2000) yang mengatakan bahwa keadaan stres dapat membawa

individu pada skema berbasis agama yang dapat digunakan untuk

menginterpretasi peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan.

Park dan Silberman (dalam Whittington & Scher, 2010) mengatakan

bahwa doa adalah usaha untuk menciptakan hubungan dengan Tuhan. Dengan

demikian, doa memainkan peran penting dalam sistem pemaknaan religius.

Doa dapat berisi pengakuan bahwa individu membutuhkan dukungan Tuhan,

baik untuk berhadapan dengan permasalahan kehidupan, ataupun untuk

menyelesaikan sebuah tugas yang harus dikerjakan. Persepsi bahwa Tuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

6

dapat memberi dukungan mungkin dapat membantu meringankan kesulitan

(Levine, 2008).

Beberapa keyakinan yang sering digunakan oleh orang yang aktif

secara religius dalam menghadapi permasalahan adalah bahwa “semua akan

indah pada waktunya”, “bersama Tuhan tidak ada yang mustahil”,

“permasalahan adalah cobaan dari Tuhan”, dan lain sebagainya. Melalui

interpretasi-interpretasi tersebut individu menjadi mampu untuk memahami

dunia dan menghadapi permasalahan sehari-hari dengan cara yang lebih

efektif (Monk-Turner, dalam Maltby, Lewis & Day 2008). Dengan demikian,

Thoits (dalam Levine, 2008) mengatakan bahwa berdoa dapat mengubah

konsep seseorang tentang situasi.

Sharp (2010) mengatakan banyak orang mengelola emosi negatif

melalui berdoa. Beberapa individu menggunakan doa untuk mengelola emosi

negatif yang disebabkan oleh penyakit, peristiwa traumatis, atau peritiwa

hidup yang negatif. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan

perilaku berdoa. Levine (2008) mengatakan bahwa melibatkan diri dalam doa

dan memegang sikap positif terhadap agama secara empiris berhubungan

dengan kesejahteraan pribadi, kesehatan, dan penurunan stress). Johnson

(dalam Lowenthal, 2000) lebih lanjut menjelaskan bahwa berdoa dapat

menumbuhkan harapan, kepercayaan diri, dan ketenangan pikiran. Selain itu,

doa juga dapat berfungsi sebagai sumber pembaharuan energi emosional dan

membantu mempersiapkan individu untuk menerima apapun yang terjadi.

Banyak penelitian membuktikan dampak positif dari berdoa, namun belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

7

ada penelitian yang secara khusus mengaitkan frekuensi berdoa dengan

kemampuan individu dalam mengatasi masalah. Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk meneliti hubungan antara frekuensi berdoa dengan Adversity

Quotient.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah apakah ada

hubungan antara frekuensi berdoa dengan Adversity Quotient pada karyawan

beragama Kristen dan Katolik?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi

berdoa dengan Adversity Quotient pada karyawan beragama Kristen dan

Katolik.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan

mengenai hubungan antara frekuensi berdoa dengan Adversity Quotient pada

karyawan. Hasil penelitian yang diperoleh memberikan kontribusi bagi

pengembangan penelitian di bidang Psikologi Industri dan Organisasi,

Psikologi Agama, dan Psikologi Kognitif karena dapat dijadikan referensi atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

8

bahan pembanding bagi peneliti-peneliti yang ingin mengkaji masalah yang

berkaitan dengan frekuensi berdoa dan Adversity Quotient.

Secara praktis, jika penelitian ini diterima diharapkan dapat membantu

memberikan informasi yang berguna bagi karyawan ataupun perusahaan

dalam memperbaiki respon terhadap kesulitan di tempat kerja demi

meningkatkan efektifitas kerja dan produktifitas karyawan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Adversity Quotient

1. Definisi Adversity Quotient

Stoltz (2000) mengatakan bahwa Adversity Quotient adalah suatu

bentuk kecerdasan yang mengukur kemampuan seseorang untuk bertahan

dalam kesulitan dan mengatasinya. Adversity Quotient dapat menjelaskan

bagaimana seseorang berperilaku dalam situasi sulit, apakah ia dapat

mengendalikan situasi, menemukan sumber permasalahan, mempunyai

rasa memiliki dalam situasi tersebut, membatasi efek dari kesulitan, dan

bagaimana seseorang tersebut optimis bahwa kesulitan akan segera

berakhir (Phoolka & Kaur, 2012). Adversity Quotient dapat memprediksi

siapa yang akan berhasil mengatasi kesulitan, dan siapa yang akan gagal

dan menyerah. Adversity Quotient menggabungkan teori ilmiah dan

penerapan di dunia nyata dalam setiap konsepnya, sehingga Adversity

Quotient tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga peralatan yang

secara praktis dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pribadi

demi tercapainya kesuksesan di berbagai bidang kehidupan (Stoltz, 2000).

Adversity Quotient didasarkan pada tiga cabang ilmu

pengetahuan, yang pertama adalah psikologi kognitif. Psikologi kognitif

adalah cabang dari psikologi yang mempelajari proses mental seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

10

bagaimana orang berpikir, mengingat, dan belajar. Psikologi kognitif

menjadi dasar pertama dari Adversity Quotient karena dalam psikologi

konitif terdapat sebuah teori tentang „ketidakberdayaan yang dipelajari‟

(learned helplessness). Belajar ketidakberdayaan adalah internalisasi

keyakinan bahwa apapun yang dilakukan tidak akan merubah keadaan.

Hal ini terkait dengan dimensi kendali (control) yang merupakan dimensi

pertama dalam Adversity Quotient.

Kedua, ilmu yang mendasari Adversity Quotient adalah

psikoneuroimunologi. Psikoneuroimunologi mempelajari tentang

hubungan antara jiwa (psyche), otak (neuro), dan sistem kekebalan tubuh

(immune). Para peneliti menemukan bahwa kesehatan emosional

membawa dampak besar pada sistem kekebalan tubuh manusia. Misalnya,

rasa benci, marah, dan frustrasi dalam jangka panjang dapat menyebabkan

perubahan biokimia yang berbahaya dalam tubuh. Sebaliknya, perasaan

cinta, tawa, dan ketenangan dapat membawa kesembuhan. Demikian pula

Adversity Quotient dapat berpengaruh pada kesehatan karena ada

keterkaitan langsung antara bagaimana seseorang menanggapi kesulitan

dengan kesehatan mental dan fisik orang tersebut.

Ilmu terakhir yang mendasari Adversity Quotient adalah

neurofisiologi. Neurofisiologi mempelajari hubungan antara otak dengan

sistem syaraf. Penelitian di bidang neurofisiologi menunjukkan bahwa

otak memliki kemampuan untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan yang

semakin kuat di area bawah sadar otak manusia. Hal ini menunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

11

bahwa kebiasaan-kebiasaan yang diperlukan untuk meningkatkan

Adversity Quotient dapat dibentuk dan diperkuat dalam diri manusia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Adversity

Quotient adalah suatu bentuk kecerdasan yang mengukur kemampuan

seseorang dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan untuk mencapai

kesuksesan di berbagai bidang kehidupan.

2. Tiga Tingkat Kesulitan

Stoltz (2000) mengatakan bahwa ukuran dan frekuensi kesulitan

yang harus dihadapi setiap orang semakin besar dari hari ke hari. Kesulitan

hidup terus meningkat dan tidak pernah berhenti. Untuk membantu

menjelaskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh manusia, Stoltz (2000)

memperkenalkan model “Tiga Tingkat Kesulitan”. Model ini hendak

menggambarkan suatu kenyataan bahwa kesulitan merupakan bagian dari

hidup yang ada di mana-mana, nyata, dan tidak terelakkan. Selain itu,

model ini juga hendak memperlihatkan bahwa perubahan positif yang

dapat terjadi pada ketiga tingkatnya berawal dari individu yang mengalami

kesulitan.

a. Kesulitan di Masyarakat.

Pada zaman sekarang ini, masyarakat dihadapkan pada

banyak kesulitan, misalnya: tindakan kejahatan yang meningkat secara

dramatis, kondisi perekonomian yang tak kunjung stabil, kerusakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

12

lingkungan yang semakin parah, krisis moral yang melanda generasi

muda, perubahan pandangan terhadap kehidupan rumah tangga, dan

hilangnya kepercayaan terhadap lembaga-lembaga pemerintah. Stoltz

(2000) menyebut perubahan tersebut sebagai kesulitan masyarakat.

b. Kesulitan di Tempat Kerja.

Stoltz (2000) mengatakan bahwa situasi sulit di tempat kerja

semakin meningkat, hal ini menyebabkan frustrasi yang dialami kaum

pekerja semakin menumpuk. Mengerjakan banyak hal dengan upah

yang sedikit merupakan salah satu dari sekian banyak kesulitan yang

dapat ditemukan di tempat kerja. Tuntutan-tuntutan dan ketidakpastian

yang harus dihadapi seringkali membuat kaum pekerja berangkat ke

tempat kerja dengan perasaan cemas setiap harinya.

c. Kesulitan Individu.

Phoolka dan Kaur (2012) menyebutkan beberapa contoh

kesulitan yang terjadi pada tingkat individu, diantaranya adalah rasa

kesepian, kurang percaya diri, kehilangan semangat, kelelahan, dan

kesehatan yang buruk. Namun, sesuai dengan penjelasan sebelumnya

mengenai model “Tiga Tingkat Kesulitan”, pada tingkat inilah

individu dapat memulai perubahan.

3. Tiga Tipe Individu dalam Menghadapi Kesulitan

Setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda ketika

dihadapkan pada kesulitan, dan sebagai akibatnya, mereka juga menikmati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

13

tingkat keberhasilan yang berbeda-beda pula. Stoltz (2000)

mengumpamakan usaha untuk mengatasi kesulitan dalam meraih

kesuksesan sebagai sebuah pendakian, berikut tiga tipe individu dalam

menghadapi kesulitan:

a. Mereka yang berhenti (quitters)

Mereka yang berhenti terlihat seperti menolak banyak

kesempatan yang ditawarkan oleh kehidupan. Quitters bahkan

meninggalkan impian-impian yang pernah mereka miliki sebelumnya.

Sebagai akibatnya, mereka seringkali menjadi sinis, frustrasi, dan

membenci orang-orang yang terus mendaki. Quitters mencari pelarian

untuk menenangkan hati dan pikiran mereka dengan melakukan hal-

hal yang tidak produktif.

Di tempat kerjanya, Quitters bekerja sekadar cukup untuk

hidup. Quitters juga cenderung menolak perubahan. Hal ini yang

membuat mereka dapat dengan cepat menemukan cara untuk

menyatakan bahwa sesuatu tidak dapat dilaksanakan. Quitters

memberikan kontribusi yang sangat sedikit bagi tempat kerjanya.

b. Mereka yang berkemah (campers)

Berbeda dengan Quitters. Campers setidaknya telah

menanggapi tantangan pendakian itu. Namun, Campers memiliki

ambang kemampuan yang terbatas dalam menghadapi kesulitan, dan

menemukan alasan-alasan yang kuat untuk berhenti mendaki. Mereka

telah sampai di satu titik dimana mereka merasa nyaman dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

14

menghentikan pendakian mereka. Kenyamanan yang mereka dapatkan

di tempat berkemah telah dianggap sebagai tujuan akhir mereka.

Campers hidup dengan keyakinan bahwa setelah melakukan sejumlah

usaha, hidup seharusnya bebas dari kesulitan. Campers merasa cukup

diri dengan apa yang sudah mereka peroleh, dan mengorbankan

kemungkinan untuk melihat atau mengalami apa yang masih mungkin

mereka dapatkan.

Di tempat kerjanya, Campers masih belum menggunakan

seluruh kemampuannya, tetapi apa yang dilakukannya cukup untuk

membuat dia tetap dipekerjakan. Campers bersedia melakukan

pekerjaan yang penuh resiko, namun mereka memilih yang

ancamannya paling kecil. Motivasi mereka adalah rasa takut dan

kenyamanan, sehingga mereka mengindarkan diri dari sesuatu yang

bisa membawa perubahan besar dalam hidupnya. Mereka mungkin saja

menerima perubahan, sepanjang perubahan tersebut dapat dipastikan

tidak akan menggoyahkan landasan tempat mereka berdiri. Jika

Campers terlalu lama berdiam diri dalam kenyamanan, maka mereka

akan kehilangan keunggulannya dan kinerjanya semakin merosot.

c. Mereka yang mendaki (climbers)

Para Climbers tidak pernah membiarkan hambatan apapun

menghalangi pendakiannya. Mereka benar-benar memahami tujuan

mereka dan bisa merasakan semangat dalam diri mereka. Mereka

merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya sebagai imbalan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

15

pendakian yang telah mereka lakukan. Mereka memiliki keyakinan

bahwa suatu hal bisa dan akan terlaksana, meskipun orang lain

bersikap negatif dan beranggapan bahwa hal tersebut mustahil.

Climbers juga manusia biasa, terkadang mereka merasa bosan, ragu-

ragu, ataupun kesepian saat melakukan pendakian. Namun mereka

memiliki kematangan dan kebijaksanaan bahwa terkadang mereka

perlu berhenti sejenak agar bisa maju lagi. Berbeda dengan Campers

yang berhenti untuk menetap, Climbers berhenti sejenak untuk

memulihkan kekuatan dan mengumpulkan tenaga baru untuk

pendakian selanjutnya.

Di tempat kerjanya, Climbers terus mencari cara untuk

melakukan perbaikan diri dan berkontribusi. Mereka memanfaatkan

hampir seluruh potensi mereka, sehingga mereka memberikan

kontribusi paling banyak jika dibandingkan dengan Quitters dan

Campers. Climbers menyambut baik dan mendorong terjadinya

perubahan-perubahan yang positif. Tantangan yang ditawarkan oleh

perubahan justru mereka jadikan kesempatan untuk berkembang.

Climbers bersedia melakukan pekerjaan yang penuh resiko dan

mengatasi rasa takut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

16

4. Faktor yang Mempengaruhi Advesity Quotient

Stoltz (2000) mengatakan bahwa terdapat tiga faktor yang

mempengaruhi tingkat Adversity Quotient seseorang, yaitu keyakinan,

genetika, dan pendidikan.

a. Genetika

Stoltz (2000) menjelaskan bahwa meskipun warisan genetis

tidak akan menentukan nasib seseorang, namun faktor ini pasti ada

pengaruhnya. Hal ini didasari oleh banyaknya hasil penelitian yang

membuktikan bahwa genetika sangat mendasari perilaku seseorang.

Penelitian lainnya memperlihatkan bahwa suasana hati dan tingkat

kecemasan juga memiliki kaitan genetis.

b. Pendidikan

Faktor lain yang dapat mempengaruhi Adversity Quotient

seseorang adalah pendidikan. Stoltz (2000) mengatakan bahwa

pendidikan seseorang bisa mempengaruhi kecerdasan, pembentukan

kebiasaan yang sehat, perkembangan watak, keterampilan, hasrat, dan

kenerja yang dihasilkan.

c. Keyakinan

Stoltz (2000) mengatakan bahwa sebagian besar orang yang

berhasil meraih kesuksesan memiliki faktor ini. Pemimpin-pemimpin

besar dunia seperti Vaclav Havel dan Nelson Mandela mengatakan

bahwa keyakinan atau iman merupakan unsur yang sangat penting bagi

kelangsungan hidup masyarakat. Saat ini, buku-buku yang membahas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

17

mengenai peran keyakinan dalam dunia kerja telah banyak beredar.

Iman merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan

harapan, tindakan, moralitas, kontribusi, dan bagaimana individu

memperlakukan sesamanya.

5. Dimensi Adversity Quotient

Stoltz (2000) mengatakan bahwa Adversity Quotient terdiri atas

empat dimensi, yaitu Control, Origin-Ownership, Reach, dan Endurance.

a. C = Control (Kendali)

Dimensi control ingin mengukur dua hal, yang pertama

sejauh mana seseorang merasa mampu mengendalikan dan

mempengaruhi sebuah situasi sulit secara positif, yang kedua sejauh

mana seseorang mampu mengendalikan tanggapannya sendiri terhadap

sebuah situasi sulit. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi

control merasakan kendali yang kuat atas peristiwa-peristiwa yang

buruk. Besarnya pengendalian yang dirasakan akan membawa individu

pada usaha penyelesaian masalah dengan mengambil sebuah tindakan.

Selain itu, individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi control

memiliki kemampuan untuk mengelola dan mempertimbangkan

tanggapan yang akan muncul pada saat kesulitan melanda.

Sebaliknya, individu yang memiliki skor rendah pada

dimensi control memiliki keyakinan bahwa apapun yang mereka

kerjakan tidak akan merubah keadaan. Individu yang kemampuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

18

pengendaliannya rendah sering merasa tidak berdaya dan berhenti

berusaha saat dihadapkan pada kesulitan. Mereka juga akan cenderung

bereaksi dengan cara yang negatif pada saat kesulitan melanda, seperti

mengumpat, menghina, bahkan mengucapkan kata-kata yang

kemudian mereka sesali. Hal tersebut dapat terjadi karena individu

yang memiliki skor rendah pada dimensi control tidak mampu

mengendalikan ataupun merubah reaksi internal yang ada dalam

pikiran mereka sehingga terlepas begitu saja dalam wujud kata-kata

dan tindakan.

b. O2 = Origin-Ownership (Asal-usul dan Pengakuan)

Dimensi origin-ownership ingin mengukur dua hal, yang

pertama sejauh mana seseorang menemukan penyebab dari suatu

kesulitan dengan tepat, yang kedua sejauh mana seseorang mengakui

dan bertanggung jawab atas suatu kesulitan tanpa mempedulikan

penyebabnya. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi origin-

ownership mampu memandang perasaan bersalah sebagai sebuah

umpan balik untuk melakukan perbaikan. Rasa bersalah yang

sewajarnya akan menggugah mereka untuk belajar dari kesalahan

untuk menghindari kesalahan yang sama terulang lagi. Selain itu,

individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi origin-ownership

akan menghindarkan diri dari sikap menyalahkan orang lain dan

mengambil tindakan bertanggung jawab tanpa mempedulikan

penyebabnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

19

Individu yang memiliki skor rendah pada dimensi origin-

ownership cenderung tidak mampu menimpakan suatu kesalahan pada

tempat yang semestinya. Terkadang mereka melihat dirinya sendiri

sebagai satu-satunya penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa yang

buruk. Hal ini yang membuat mereka mudah sekali dilanda perasaan

bersalah yang terlampau besar. Rasa bersalah memang tidak selamanya

berdampak negatif, namun rasa bersalah yang terlampau besar akan

menjadi destruktif dan menempatkan individu pada penyesalan yang

tidak sewajarnya. Di sisi lain, seringkali mereka sibuk untuk mencari-

cari sumber permasalahan dan menimpakan kesalahan kepada orang

lain. Hal ini yang membuat individu dengan skor rendah pada dimensi

origin-ownership menghindarkan diri dari pengakuan dan tindakan

bertanggung jawab atas sebuah situasi sulit.

c. R = Reach (Jangkauan)

Dimensi reach mengukur sejauh mana seseorang mampu

membatasi kesulitan agar tidak menjangkau bidang kehidupanya yang

lain. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi reach akan

merespon kesulitan sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas. Sebagai

contoh, kesalahpahaman dengan orang yang dikasihi adalah sebatas

kesalahpahaman, bukan pertanda bahwa suatu hubungan akan

berakhir. Membatasi jangkauan kesulitan memungkinkan individu

untuk berpikir jernih dalam mengambil tindakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

20

Sebaliknya, individu yang memiliki skor rendah pada

dimensi reach akan menganggap suatu kesulitan sebagai bencana.

Sebagai contoh, hasil penilaian kinerja yang buruk dianggap sebagai

sesuatu yang menghambat karir dan pada akhirnya melemahkan

motivasi kerja. Membiarkan kesulitan menjangkau bidang-bidang

kehidupan yang lain hanya akan menguras tenaga dan membuat

seseorang menjadi semakin tidak berdaya untuk mengambil sebuah

tindakan penyelesaian.

d. E = Endurance (Daya Tahan)

Dimensi endurance mengukur seberapa lama seseorang

menganggap sebuah kesulitan dan penyebab kesulitan akan

berlangsung. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi

endurance akan menganggap kesulitan dan penyebab-penyebabnya

sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu, dan kecil

kemungkinannya akan terjadi lagi. Anggapan seperti ini akan

meningkatkan optimisme dan dorongan untuk bertindak. Sebaliknya,

individu yang memiliki skor rendah pada dimensi endurance akan

menganggap kesulitan dan penyebab-penyebabnya sebagai sesuatu

yang sifatnya permanen dan berlangsung lama. Anggapan seperti ini

kan menyebabkan hilangnya harapan dan dorongan untuk bertindak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

21

B. Frekuensi Berdoa

1. Definisi Berdoa

McCullough dan Larson (dalam Bade & Cook, 2000)

mengatakan bahwa doa adalah pikiran, sikap, dan tindakan yang dilakukan

untuk mengekspresikan atau mengalami hubungan dengan yang yang

Ilahi. Matthews (dalam Bade & Cook, 2000) secara sederhana

mendefinisikan doa sebagai sarana yang dapat digunakan seseorang untuk

berkomunikasi dengan Tuhan. Cole (2000) menjelaskan bahwa doa dapat

berlangsung secara individu maupun kelompok, dalam bentuk verbal

maupun non-verbal, berdasarkan metode ritual maupun non-ritual, dan

dalam tingkat kesadaran yang berbeda-beda.

Doa adalah setiap jenis persekutuan atau percakapan batin

dengan suatu kekuatan yang diakui sebagai yang Ilahi (James, dalam

Breslin & Lewis 2008). Doa adalah praktek keagamaan paling utama yang

melibatkan pencarian dan tanggapan terhadap kehadiran, kehendak, dan

bantuan dari yang Ilahi. Berdoa menuntut orientasi kepada sesuatu yang

transenden, dimana seseorang biasanya mengekspresikan pergumulan,

penyesalan, kebutuhan, dan keinginan (Cole, 2010).

Heiler (dalam Breslin & Lewis, 2008) mengatakan bahwa doa

merupakan akibat dari kebutuhkan individu yang memiliki sedikit kendali

atas kehidupannya. Hal ini kemudian berkembang menjadi suatu prinsip

yang diyakini oleh kebanyakan orang yang berdoa, yaitu ''Bukan

kehendakku tapi kehedak-Mu jadilah.'' Pernyataan tersebut sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

22

pendapat Kelcourse (2001) yang mengatakan bahwa manusia yang berdoa

untuk meminta pertolongan Tuhan adalah sama halnya dengan bayi yang

menangis untuk hehadiran responsif dari ayah dan ibu. Oleh karena itu,

Caughey (dalam Sharp, 2010) kemudian mendefinisikan doa sebagai

interaksi sosial imajiner antara individu dengan sosok yang imajiner.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berdoa

adalah segala bentuk komunikasi yang dilakukan oleh manusia untuk

berhubungan dengan yang Ilahi, dimana dalam komunikasi tersebut

manusia dapat mengekspresikan pergumulan, penyesalan, kebutuhan, dan

keinginan.

2. Komponen-komponen Berdoa

Loewenthal (2000), dalam bukunya The Psychology of Religion :

A Short Introduction mengatakan bahwa berdoa melibatkan beberapa

komponen, yaitu :

a. Komponen Perilaku.

Doa melibatkan persiapan perilaku, seperti menjaga jarak dari

keramaian, menenangkan pikiran, serta persiapan sikap tubuh -

menghadapi ke arah tertentu, berdiri, duduk, membungkuk, berlutut

atau gerakan khusus lainnya seperti menari.

b. Komponen Linguistik.

Individu berdoa menggunakan bahasa, mungkin kata-kata

yang sudah ditentukan, ataupun kata-kata mereka sendiri. Suara yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

23

muncul saat berdoa bisa sangat lantang atau tenang, berdoa di dalam

hati, atau kadang-kadang beberapa bentuk mencari keheningan batin

(doa kontemplatif).

c. Komponen Kognitif.

Doa melibatkan orientasi menuju perspektif religius atau

spiritual dalam kehidupan, tujuan, dan makna yang terkandung di

dalamnya.

d. Komponen Emosional.

Doa biasanya memberikan rasa kedekatan kepada Allah, dan

mungkin dukungan dan kenyamanan.

3. Jenis-jenis Doa

Poloma dan Pendleton (dalam Nelson, 2009) membedakan doa

dalam empat kategori, yaitu doa meditatif (meditative prayer), doa ritual

(ritual prayer), doa percakapan (colloquial prayer), dan doa permohonan

(petitionary prayer). Doa meditatif mencakup komponen keintiman dan

hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan tiga jenis doa lainnya

mengacu pada bentuk doa yang lebih aktif dan lisan.

a. Doa meditatif (meditative prayer)

Jenis doa ini menekankan pada tindakan kontemplasi

(Argyle, dalam Cole 2010). Seseorang yang terlibat dalam doa

meditatif biasanya akan mencari persekutuan dengan Tuhan dengan

cara memenangkan diri dan memusatkan diri untuk datang ke hadapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

24

Tuhan, merasakan kehadiran Tuhan, merenung tentang Tuhan, dan

mengagumi keagungan Tuhan (Breslin, Shevlin & Lewis 2010).

b. Doa ritual (ritual prayer)

Jenis doa ini menekankan pada kualitas tradisi keagamaan,

termasuk di dalamnya pembacaan doa dari buku-buku doa maupun doa

hafalan. Doa ritual cenderung dipraktekkan di antara kelompok-

kelompok yang kepemimpinannya terdiri dari imam-imam yang

mengatur praktek-praktek keagamaan (Heiler, dalam Cole 2010).

Bentuk doa ini terkadang dilakukan di tempat-tempat tertentu yang

dianggap sakral (Argyle, dalam Cole 2010).

c. Doa permohonan (petitionary prayer)

Jenis doa ini berisi permohonan kepada Tuhan untuk

memenuhi kebutuhan material dan spiritual baik bagi diri sendiri

maupun orang lain (Miller et al., 2011). Caps (dalam Spilka, 2005)

mengatakan bahwa petitionary prayer merupakan suatu bentuk

permintaan kepada Tuhan untuk memberikan apa pun yang diinginkan

oleh pemohon. Dalam doa ini, seseorang secara eksplisit meminta

bantuan dan campur tangan Tuhan (Heiler, dalam Cole 2010).

d. Doa percakapan (colloquial prayer)

Jenis doa ini berisi percakapan antara individu dengan Tuhan,

sehingga di dalamnya tidak melibatkan permohonan spesifik. Dalam

doa ini seseorang berbicara kepada Tuhan sebagai teman dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

25

menggunakan bahasa percakapan sehari-hari, termasuk di dalamnya

ucapan syukur dan ungkapan cinta kepada Tuhan (Miller et al., 2011).

4. Efek Psikologis Berdoa

Penelitian yang dilakukan oleh Sharp (2010) menunjukkan

bahwa berdoa sebagai interaksi dukungan sosial imajiner memberikan

individu beberapa sumber daya yang dapat mereka manfaatkan sebagai

strategi untuk mengelola emosi negatif mereka:

a. Menyediakan orang lain sebagai tempat untuk mengekspresikan emosi

negatif.

Individu yang menggunakan doa sebagai cara untuk

mengekspresikan emosi-emosi negatif memandang Tuhan sebagai

figur yang memiliki karakteristik penuh kasih, peduli, dan tidak

menghakimi. Dengan kata lain, interaksi dengan Tuhan memberikan

individu sumber daya interpersonal berupa seseorang yang mau

mendengar. Individu dapat menceritakan kepada Tuhan tentang apa

yang mereka rasakan tanpa perlu merasa takut dihakimi atau mendapat

tanggapan negatif. Individu merasakan kenyamanan dan kesejahteraan

subjektif ketika mereka mampu mengekspresikan perasaan dan

frustrasi.

b. Memberikan penilaian yang positif.

Para ahli berpendapat bahwa individu mendasarkan harga diri

mereka pada penilaian orang lain terhadap mereka. Individu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

26

berdoa meyakini bahwa Tuhan peduli kepada mereka, mencintai

mereka, dan memandang mereka sebagai orang-orang yang berharga.

Oleh karena itu, individu mulai menganggap diri mereka sebagai orang

yang berharga ketika berinteraksi dengan Tuhan. Dengan kata lain,

interaksi dengan Tuhan memberikan individu penilaian positif yang

akan mereka gunakan untuk meningkatkan harga diri dan pada

akhirnya mengurangi perasaan sedih dan depresi.

c. Memberikan perasaan dilindungi melalui reinterpretasi kongnitif.

Selama interaksi berlangsung, individu meyakini bahwa

Tuhan peduli kepada mereka dan memiliki kekuatan untuk melindungi

mereka dalam kesulitan. Individu pada akhirnya menggunakan

keyakinan ini untuk menafsirkan situasi sulit yang mereka alami

sebagai sesuatu yang tidak begitu mengancam. Proses reinterpretasi ini

memberikan individu rasa perlindungan, dan persepsi ini akan

membantu individu mengurangi ketakutan dan kecemasan. Menurut

beberapa individu, rasa perlindungan yang didapat melalui doa ini

memberi mereka kekuatan dan keberanian untuk menghadapi bahaya.

d. “Zoning Out”

Doa dapat membantu individu mengelola emosi negatif

dengan memberikan mereka cara untuk mengalihkan diri dari stimulus

yang dapat menyebabkan emosi negatif. Dengan mengalihkan diri dari

stimulus yang menyebabkan emosi negatif, zoning out membantu

individu mengelola beberapa emosi negatif dengan mencegahnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

27

masuk ke kesadaran kognitif. Selain itu, zoning out melalui doa juga

membantu individu untuk tidak bereaksi dengan emosi negatif yang

dapat memperburuk situasi.

e. Menumbuhkan sikap memaafkan dengan meniru Tuhan

Caughey (dalam Sharp, 2010) berpendapat bahwa individu

sering menggunakan figur lain sebagai role model untuk ditiru, bahkan

beberapa ahli sosiologi emosi berpendapat bahwa individu sering

meniru strategi manajemen emosi yang digunakan oleh figur tersebut.

Dalam cara yang sama, selama berinteraksi dengan Tuhan individu

memandang Tuhan sebagai figur yang layak mereka tiru untuk

mengelola kemarahan mereka. Tuhan dipandang sebagai seseorang

yang mengampuni pelanggaran dan kesalahan oranng lain. Mereka

kemudian mengadopsi sikap ini sebagai cara untuk mengurangi atau

melepaskan kemarahan dan kebencian mereka terhadap orang lain.

Levine (2008) mengatakan bahwa berdoa sebagai salah satu

bentuk strategi coping dan dukungan sosial dapat membawa dampak

positif pada kondisi psikologis individu. Berikut beberapa proses

psikologis yang terjadi pada individu yang berdoa beserta manfaat yang

mengikutinya:

a. Konsekuesi percakapan.

Ketika klien psikoterapi berbicara kepada seorang terapis

yang penuh dengan penerimaan, pikiran dan perasaan klien akan

terklarifikasi dan klien akan merasakan kelegaan emosional. Sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

28

halnya dengan berdoa yang dapat membantu mengklarifikasi pikiran

dan perasaan seseorang yang berbicara pada diri sendiri ketika

berbicara dalam hati (Ho, Chan, Peng & Ng, dalam Levine 2008).

b. Tuhan sebagai attachment figur

Kirkpatrick (dalam Levine, 2008) menggambarkan Tuhan

sebagai „figur kelekatan‟, sama halnya dengan ibu yang menghadirkan

kenyamanan pada anak. Ketika seseorang yakin bahwa figur kelekatan

akan hadir baginya setiap kali ia perlukan, individu tersebut menjadi

lebih kebal terhadap rasa takut bila dibandingkan dengan individu yang

tidak memiliki keyakinan seperti itu (Bowlby, dalam Levine 2008).

Berdoa dapat dilihat sebagai usaha untuk mencari kedekatan dengan

figur kelekatan yang kehadirannya dianggap dapat memberikan

kenyamanan (Mazmur 23: “Tuhan adalah gembalaku, takkan

kekurangan aku.”)

c. Tuhan yang selalu hadir.

Orang-orang yang berdoa meyakini bahwa Tuhan ada

dimana-mana (Mazmur 139:7) dan dapat mendengar seruan doa

mereka (James, dalam Levine 2008). Keyakinan ini yang

menyebabkan beberapa orang dapat merasakan kehadiran Tuhan ketika

mereka berdoa. Individu yang merasakan kehadiran Tuhan berada

dalam tingkat kesadaran yang mirip dengan yang dialami oleh orang

yang sedang mengunjungi sebuah makam dan berbicara kepada orang

yang sudah meninggal. Orang-orang yang berdoa kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

29

menganggap Tuhan sebagai teman yang setia menemani. Oleh karena

itu, interaksi dengan Tuhan dapat mengurangi perasaan kesepian.

d. Menyerahkan masalah ke tangan Tuhan.

Individu yang berdoa menyerahkan sebuah permasalahan

kepada Tuhan untuk mendapatkan solusi. Hal tersebut memberikan

kesempatan bagi individu untuk melepaskan diri secara emosional dari

kesulitan untuk mencari pemecahan masalah dalam level kesadaran

yang berbeda. Ada dua konsekuensi psikologis yang diterima setelah

menyerahkan masalah ke tangan Tuhan:

1) Fenomena inkubasi

Proses inkubasi akan terjadi setelah individu mengambil

waktu untuk sejenak melepaskan diri dari segala kesulitan.

Melepaskan diri dari segala kesulitan untuk sementara waktu

memungkinkan individu untuk menghilangkan pemikiran negatif

dan mengembangkan pemikiran positif (Davidson, dalam Levine

2008). Solusi untuk permasalahan yang muncul setelah proses

inkubasi dapat dimaknai sebagai jawaban atas doa yang telah

disampaikan. Menurut hasil penelitian Stolz (dalam Levine, 2008),

orang-orang yang terlibat dalam doa mungkin mendapatkan insight

setelah berdoa.

2) Priming

Karena doa didasarkan pada nilai-nilai agama, maka

solusi yang muncul setelah berdoa akan sesuai dengan nilai-nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

30

tersebut. Berdoa membuat nilai-nilai agama menjadi aktif dalam

proses pencarian solusi. Solusi yang muncul akan mendorong

seseorang untuk mengambil tindakan yang benar untuk mengatasi

suatu dilema.

e. Doa sebagai cara pemenuhan tugas.

Bagi kebanyakan orang, berdoa adalah kewajiban agama

(Ariel, dalam Levine 2008). Memenuhi kewajiban atau bertindak

sesuai dengan apa yang dianggap baik akan menghasilkan peningkatan

harga diri, Jika demikian, berdoa membantu seseorang untuk

meningkatkan harga diri karena orang tersebut telah memenuhi

kewajibannya. Orang yang disosialisasikan dalam keyakinan dan

praktek agama akan merasa tidak nyaman ketika mereka tidak berdoa.

f. Mendoakan orang lain.

Niatan untuk mendoakan orang lain dengan menyampaikan

bahwa “Aku akan mendoakanmu.” atau “Kau akan kubawa dalam

doaku.” akan membawa dampak psikologis bagi yang didoakan

maupun yang mendoakan. Mendoakan orang lain dapat dipandang

sebagai salah satu cara untuk memberikan dukungan emosional bagi

orang yang sedang dalam kesulitan. Hal ini dapat berguna untuk

mengurangi perasaan tidak berdaya dalam diri orang yang mendoakan.

g. Harapan, optimisme, dan orientasi ke masa depan.

Doa memunculkan pemikiran bahwa betapapun sulitnya

masa sekarang, Tuhan dapat membuatnya berbeda di masa depan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

31

Dengan demikian, tindakan berdoa dapat menghasilkan harapan,

optimisme dan orientasi ke masa depan. Dengan demikian tindakan

berdoa membantu individu untuk menjauhkan diri dari rasa stres dan

putus asa.

h. Berdoa sebagai stimulus terkondisi.

Banyaknya manfaat yang diperoleh melalui doa membuat doa

dianggap dapat memberikan kontribusi pada penurunan tingkat stres.

Tindakan berdoa yang diikuti dengan penguatan berupa penurunan

tingkat stres dapat menjadi stimulus terkondisi untuk penurunan stres.

i. Keadaan mental saat doa dan meditasi.

Jika berdoa menimbulkan pikiran dan perasaan relaks seperti

yang dicapai dalam meditasi, maka orang yang berdoa secara teratur

dapat merasakan manfaat seperti yang didapatkan saat bermeditasi.

Dengan demikian orang yang berdoa dapat merasakan relaksasi

ketegangan. Selain itu, berdoa secara teratur juga memberikan dampak

positif pada sistem kekebalan tubuh (Seeman, Dubin & Seeman, dalam

Levine 2008).

j. Doa dalam kelompok

Doa yang dilakukan dalam kelompok memiliki dampak pada

kesejahteraan psikologis. Individu yang berdoa dalam kelompok akan

memperkuat identifikasinya pada kelompok agama tersebut beserta

dengan nilai-nilainya. Berkumpul bersama dengan orang lain yang

memiliki keyakinan yang sama dapat memperkuat keyakinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

32

seseorang. Berdoa dalam kelompok juga dapat meningkatkan rasa

kebersamaan melalui berpartisipasi dalam sebuah ritual bersama.

Keterlibatan bersama orang lain menjauhkan individu dari perasaan

terisolasi dan kesendirian (Sarason, dalam Levine 2008). Selain itu,

dalam sebuah kelompok doa, biasanya para anggota dapat

menyediakan pemenuhan kebutuhan emosional dan bantuan yang lebih

kongkrit untuk satu sama lain. Oleh karena itu, berdoa dalam

kelompok juga dianggap sebagai bagian dari upaya pencarian

dukungan sosial.

C. Hubungan antara Frekuensi Berdoa dengan Adversity Quotient

Individu yang berdoa membentuk gambaran-gambaran tertentu

mengenai Tuhan (Stolz, dalam Levine 2008). Faktanya adalah orang-orang

yang berdoa percaya bahwa mereka sedang berinteraksi, berbicara, dan

memiliki hubungan dengan aktor lain yang benar-benar mendengar,

memahami, dan bereaksi terhadap mereka (Sharp, 2010). Selama interaksi

berlangsung, individu yang berdoa percaya bahwa Tuhan mampu memberikan

bantuan apapun. Doa memunculkan pemikiran bahwa betapapun sulitnya

masa sekarang, Tuhan dapat membuatnya berbeda di masa depan. Lowenthal

(2000) berpendapat bahwa individu yang berdoa memiliki keyakinan bahwa

“Tuhan akan membuat semua indah pada waktunya”. Dengan demikian,

tindakan berdoa menghasilkan optimisme dan orientasi ke masa depan (Ai et

al., dalam Levine 2008). Menurut Stoltz (2000) sikap optimis dan orientasi ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

33

masa menggambarkan skor yang tinggi pada salah satu dimensi Adversity

Quotient, yaitu dimensi Endurance. Individu dengan Endurance yang tinggi

akan memandang permasalahan sebagai sesuatu yang sifatnya sementara, akan

segera berlalu, dan kecil kemungkinannya akan terjadi lagi di masa depan.

Pandangan seperti ini akan meningkatkan optimisme dan dorongan untuk

bertindak.

Sumber daya kognitif lain yang dapat diperoleh individu melalui

berdoa adalah bahwa berdoa dapat membantu mengklarifikasi pikiran dan

perasaan seseorang yang berbicara pada diri sendiri ketika berbicara dalam

hati (Ho, Chan, Peng & Ng, dalam Levine 2008). Johnson (dalam Lowenthal,

2000) secara khusus mengatakan bahwa doa dapat digunakan sebagai alat

untuk mengklarifikasi tujuan hidup dimana seseorang dapat mendedikasikan

dirinya. Selain itu, doa juga dapat meningkatkan fokus hidup dan membantu

individu untuk melepaskan kekuatan laten untuk mencapai tujuan hidupnya.

Kemampuan untuk mengingat kembali tujuan yang menyebabkan individu

terlibat dalam suatu situasi sulit dapat membantu individu untuk membatasi

suatu permasalahan agar tidak terlihat semakin membesar (Stoltz, 2000).

Selain itu, Johnson (dalam Lowenthal, 2000) juga mengatakan bahwa berdoa

untuk orang lain dapat menjadi salah satu cara untuk menolong orang lain

yang sedang berada dalam kesulitan. Stoltz (2000) mengatakan bahwa

menolong orang lain yang memiliki masalah yang lebih besar dapat membantu

individu untuk menghargai nasibnya dan melihat betapa kecilnya

permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

34

bahwa meningkatkan fokus pada tujuan dan membantu orang lain yang berada

dalam kesulitan akan membantu individu untuk mengembalikan suatu

permasalahan pada tempat yang semestinya agar tidak menjangkau bidang

kehidupan yang lain. Kemampuan tersebut terkait dengan dimensi reach yang

ada pada Adversity Quotient (Stoltz, 2000).

Johnson (dalam Lowenthal, 2000) mengatakan bahwa dalam situasi

yang penuh permasalahan, doa memungkinkan munculnya pengakuan dari

dalam diri manusia atas kesalahan yang telah dilakukan. Namun Levine

(2008) mengatakan bahwa ketika dihadapkan pada suatu permasalahan

individu yang berdoa mampu memandang asal-usul dari sebuah kesulitan

dengan lebih positif, yaitu sebagai cobaan dari Tuhan. Individu yang berdoa

meyakini bahwa Tuhan yang maha bijaksana selalu melakukan sesuatu untuk

kebaikan manusia, bahkan walaupun manusia tidak bisa melihatnya pada saat

itu. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk khawatir tentang perkara sulit

karena mereka meyakini bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan

melebihi kekuatan manusia. Keyakinan tersebut menyebabkan mereka

menganggap kesulitan sebagai sebuah kesempatan untuk belajar menjadi

individu yang lebih baik lagi dan pada akhirnya doa mendorong mereka untuk

mengambil tindakan penyelesaian masalah. Stoltz (2000) mengatakan bahwa

individu dengan skor yang tinggi pada dimensi origin-ownership mengakui

kesalahan yang telah diperbuatnya sebagai bentuk dari rasa tanggung jawab,

namun tidak melihat dirinya sendiri sebagai satu-satunya penyebab dari

permasalahan yang sedang terjadi. Mereka memiliki kemampuan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

35

menempatkan asal usul dari suatu permasalahan dengan lebih positif. Rasa

bersalah yang sewajarnya akan membantu individu untuk belajar menjadi

lebih baik lagi, namun rasa bersalah yang berlebihan akan melemahkan.

Taylor et al. (dalam Miller et al., 2011) mengatakan bahwa individu

lebih cenderung untuk berdoa ketika situasi semakin sulit dan tidak dapat

dikendalikan. Hubungan dengan sesuatu yang tansenden dapat berfungsi

sebagai kerangka dimana seseorang dapat memperkuat pengendalian diri (Gall

et al., dalam Miller et al. 2011). Berdoa dapat memperkuat pengendalian diri

seseorang karena melalui berdoa individu mendapatkan sumber daya

pengalihan emosi yang dapat digunakan dengan segera ketika berhadapan

dengan kesulitan. Dengan berdoa individu dapat mencegah rangsangan emosi

negatif masuk ke kesadaran kognitif. Dengan demikian, berdoa dapat

membantu individu untuk mengendalikan diri dan tidak bereaksi dengan

emosi negatif yang dapat memperburuk situasi (Sharp, 2010). Selain itu,

Sharp (2010) mengatakan bahwa individu yang meminta pertolongan kepada

Tuhan melalui doa merasakan karakteristik Tuhan sebagai figur yang memiliki

kemampuan untuk membuat segala sesuatu terjadi dalam kehidupan individu

(Cerulo & Barra, dalam Sharp 2010). Gambaran tentang Tuhan sebagai sosok

yang maha kuasa, maha tahu, dan selalu hadir menumbuhkan keyakinan

bahwa “Bersama Tuhan tidak ada yang mustahil” (Thoits, dalam Levine

2008). Tuhan juga dipersepsikan sebagai figur yang penuh kasih, kuat, dan

peduli. Lowenthal (2000) berpendapat bahwa individu yang berdoa memiliki

keyakinan bahwa Tuhan akan menuntunnya untuk melewati masa-masa sulit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

36

Persepsi ini memberi individu rasa perlindungan yang pada akhirnya memberi

mereka kekuatan dan keberanian dalam mengandalikan situasi sulit (Sharp,

2010). Keberanian dan kekuatan untuk mengandalikan situasi sulit, serta

kemampuan untuk mengendalikan emosi negatif ketika dihadapkan pada suatu

permasalahan dimiliki oleh individu dengan skor yang tinggi pada dimensi

control (Stoltz, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

37

Gambar 1

Hubungan antara Frekuensi Berdoa dengan Adversity Quotient

BERDOA

Sumber daya reinterpretasi kognitif

“Semua akan indah pada

waktunya”

Optimisme dan orientasi ke

masa depan

Klarifikasi tujuan

Menolong orang lain yang

sedang kesulitan

Membatasi suatu

permasalahan agar tidak

terlihat semakin membesar

Pengakuan atas suatu

kesalahan

“Masalah adalah cobaan

dari Tuhan” dan merupakan

kesempatan untuk belajar

Tanggung jawab

Menempatkan asal usul

permasalahan dengan lebih

positif

Doa sebagai sumber daya

pengalihan emosi negatif

“Bersama Tuhan tidak ada

yang mustahil”

“ “Tuhan menuntun dalam

setiap kesulitan”

Kemampuan mengendalikan

emosi

Keberanian dan kekuatan

mengendalikan situasi sulit.

Endurance

Reach

Origin -

Ownership

Control

ADVERSITY QUOTIENT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

38

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan

positif dan signifikan antara frekuensi berdoa dengan Adversity Quotient pada

karyawan. Hipotesis tersebut mengandung pengertian bahwa semakin tinggi

frekuensi berdoa karyawan, semakin tinggi pula Adversity Quotient yang

dimiliki karyawan tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah frekuensi

berdoa karyawan, semakin rendah pula Adversity Quotient yang dimiliki

karyawan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyatakan

hubungan antar variabel yang tidak menunjukkan ketergantungan variabel satu

terhadap variabel lainnya seperti halnya dalam hubungan sebab akibat (Widi,

2010).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diidentifikasi

sebagai berikut:

Variabel X : Frekuensi Berdoa

Variabel Y : Adversity Quotient

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan

penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur (Kountur,

2003). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

40

1. Frekuensi Berdoa

Frekuensi berdoa didefinisikan sebagai tingkat kekerapan subjek

dalam berdoa atau jumlah berdoa yang dilakukan dalam rentang waktu

tertentu. Doa adalah segala bentuk komunikasi yang dilakukan oleh

manusia untuk berhubungan dengan yang Ilahi, baik yang dilakukan

secara individu maupun kelompok, dalam bentuk verbal maupun non-

verbal, berdasarkan metode ritual maupun non-ritual.

Frekuensi berdoa diukur dengan menggunakan skala yang

mencakup empat jenis doa menurut Poloma dan Pendleton, yaitu doa

meditatif (meditative prayer), doa ritual (ritual prayer), doa percakapan

(colloquial prayer), dan doa permohonan (petitionary prayer).

2. Adversity Quotient

Adversity Quotient didefinisikan sebagai suatu bentuk kecerdasan

yang mengukur kemampuan seseorang dalam menghadapi dan mengatasi

kesulitan untuk mencapai kesuksesan di berbagai bidang kehidupan.

Adversity Quotient diukur dengan menggunakan skala yang

mencakup empat dimensi Adversity Quotient menurut Stoltz, yaitu

dimensi Control (Kendali), dimensi Origin-Ownership (Asal-usul dan

Pengakuan), dimensi Reach (Jangkauan), dan dimensi Endurance (Daya

Tahan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

41

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang

memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Subjek penelitian,

pada dasarnya, adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar,

1997a). Karena subjek dalam penelitian ini sangat banyak, sehingga dilakukan

pengambilan sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara nonprobability sampling dimana setiap anggota populasi tidak

memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Adapun salah satu teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah convenience sampling yang merupakan teknik

pengampilan sampel berdasarkan kemudahan saja (Noor, 2011). Kriteria

subjek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah karyawan yang beragama

Kristen dan Katolik.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2008). Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

frekuensi berdoa dan skala Adversity Quotient.

1. Skala Frekuensi Berdoa

Skala frekuensi berdoa disusun oleh peneliti berdasarkan empat

dimensi doa menurut Poloma dan Pendleton, yaitu doa meditatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

42

(meditative prayer), doa ritual (ritual prayer), doa percakapan (colloquial

prayer), dan doa permohonan (petitionary prayer). Selain itu, peneliti juga

mengacu pada Poloma and Pendleton’s Prayer Measure dalam membuat

aitem-aitem skala. Dalam skala ini terdapat 56 butir pernyataan, berikut

adalah blueprint skala frekuensi berdoa:

Tabel 1

Blueprint Skala Frekuensi Berdoa

No. Dimensi Nomor Aitem Bobot Jumlah

Aitem

1. Doa meditatif

(meditative

prayer)

2, 3, 5, 6, 9, 10, 14, 16,

19, 24, 30

20 % 11

2. Doa ritual (ritual

prayer)

1, 7, 8, 15, 17, 21, 25, 28,

26, 31, 36, 40, 45, 48, 51,

55

29 % 16

3. Doa percakapan

(colloquial

prayer)

12, 22, 27, 32, 34, 37, 42,

47, 49, 50, 53, 56

21 % 12

4. Doa permohonan

(petitionary

prayer)

4, 11, 13, 18, 20, 23, 29,

33, 35, 38, 39, 41, 43, 44,

46, 52, 54

30 % 17

Jumlah 56 100 % 56

Setiap pernyataan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu; tidak

pernah, jarang, sering, dan selalu. Skala ini dirancang dengan metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

43

penghitungan summated rating, dimana setiap alternatif jawaban memiliki

skor masing-masing. Jawaban ‘tidak pernah’ memiliki skor 1, ‘jarang’

memiliki skor 2, ‘sering’ memiliki skor 3, dan ‘selalu’ memiliki skor 4.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek dalam skala ini, berarti

semakin tinggi pula frekuensi berdoa yang dimilikinya.

2. Skala Adversity Quotient

Skala Adversity Quotient disusun oleh peneliti berdasarkan empat

dimensi Adversity Quotient menurut Stoltz, yaitu dimensi Control

(Kendali), dimensi Origin-Ownership (Asal-usul dan Pengakuan), dimensi

Reach (Jangkauan), dan dimensi Endurance (Daya Tahan). Selain itu,

peneliti juga mengacu pada Adversity Response Profile dalam membuat

aitem-aitem skala. Dalam skala ini terdapat 55 butir aitem, berikut adalah

blueprint skala Adversity Quotient:

Tabel 2

Blueprint Skala Adversity Quotient

No. Dimensi Nomor Aitem Bobot Jumlah

Aitem

1. Control (Kendali) 3, 6, 10, 13, 22, 24,

27, 31, 34, 40, 44,

47, 49, 50, 53

27 % 15

2. Origin-Ownership

(Asal-usul dan

2, 4, 8, 12, 16, 17,

25, 29, 30, 35, 38,

25 % 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

44

Pengakuan) 42, 43, 51

3. Reach (Jangkauan) 1, 7, 9, 11, 15, 18,

20, 28, 32, 36, 39,

46, 54

24 % 13

4. Endurance (Daya

Tahan)

5, 14, 19, 21, 23, 26,

33, 37, 41, 45, 48,

52, 55

24 % 13

Jumlah 55 100 % 55

Setiap aitem dalam skala ini berisi sebuah pernyataan peristiwa,

sebuah pertanyaan, dan pilihan jawaban yang bergerak dari angka 1

sampai dengan 5. Semakin besar angkanya berarti jawaban yang diberikan

subjek semakin positif. Skala ini juga akan menggunakan metode

summated rating dalam proses penghitungan data. Semakin tinggi skor

yang diperoleh subjek dalam skala ini, berarti semakin tinggi pula tingkat

Adversity Quotient yang dimilikinya.

F. Pertanggungjawaban Mutu

1. Validitas

Kountur (2003) mengatakan bahwa suatu instrumen dapat

dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah validitas isi. Validitas isi ditegakkan pada langkah telaah dan revisi

butir-butir aitem berdasarkan pendapat professional (professional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

45

judgement) (Suryabrata, 2011). Dalam penelitian ini, professional

judgement diperoleh melalui berkonsultasi dengan dosen pembimbing

skripsi.

2. Seleksi Aitem

Setiap aitem dalam suatu skala harus diseleksi agar didapatkan

aitem-aitem yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh

tes secara keseluruhan. Prosedur pengujian konsistensi aitem total akan

menghasilkan koefisien korelasi aitem total atau umum juga dikenal

dengan sebutan indeks daya beda aitem. Aitem yang konsisten pada

hakekatnya merupakan aitem yang mampu menunjukkan perbedaan antar

subjek pada aspek yang diukur. Dalam penelitian ini, prosedur seleksi

aitem dilakukan dengan menggunakan formula koefisiensi korelasi

Product Moment Pearson. Dimana semakin tinggi korelasi positif antara

skor aitem dengan skor tes berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem

tersebut dengan tes keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya.

Azwar (1997b) mengatakan bahwa aitem yang memiliki koefisiensi

minimal 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan.

Dari hasil prosedur seleksi aitem yang telah dilakukan, diperoleh

hasil bahwa terdapat 12 aitem yang gugur pada skala frekuensi berdoa dan

13 aitem yang gugur pada skala Adversity Quotient. Aitem-aitem tersebut

gugur karena memiliki koefisiensi kurang dari 0,30. Tabel di bawah ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

46

menunjukkan sebaran aitem yang lolos setelah melalui proses seleksi

aitem:

Tabel 3

Sebaran Aitem Skala Frekuensi Berdoa Setelah Seleksi Aitem

No. Dimensi Nomor Aitem Bobot Jumlah

Aitem

1. Doa meditatif

(meditative

prayer)

2, 5, 6, 9, 14, 24, 30 16 % 7

2. Doa ritual (ritual

prayer)

8, 15, 17, 21, 28, 31, 36,

40, 45, 48, 51, 55

27 % 12

3. Doa percakapan

(colloquial

prayer)

22, 27, 34, 37, 42, 47, 49,

50, 53, 56

23 % 10

4. Doa permohonan

(petitionary

prayer)

4, 11, 13, 18, 20, 23, 33,

35, 38, 39, 41, 43, 44, 46,

54

34 % 15

Jumlah 44 100 % 44

Tabel 4

Sebaran Aitem Skala Adversity Quotient Setelah Seleksi Aitem

No. Dimensi Nomor Aitem Bobot Jumlah

Aitem

1. Control (Kendali) 3, 6, 10, 13, 22, 24, 27,

31, 34, 40, 44, 47, 49,

36 % 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

47

50, 53

2. Origin-Ownership

(Asal-usul dan

Pengakuan)

12, 17, 35, 38, 42, 43,

51

17 % 7

3. Reach (Jangkauan) 7, 9, 18, 20, 28, 32, 39,

46, 54

21 % 9

4. Endurance (Daya

Tahan)

5, 14, 19, 23, 26, 37,

41, 45, 48, 52, 55

26 % 11

Jumlah 42 100 % 42

3. Reliabilitas

Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel apabila

instrumen tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang

diukur (Kountur, 2003). Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien

reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0,0 sampai dengan 1,0

(Azwar, 1997b). Semakin tinggi koefisien reliabilitas yang diperoleh,

berarti hasil pengukuran instrumen tersebut semakin dapat dipercaya.

Pengujian reliabilitas skala pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode Cronbach’s Alpha.

Dari hasil penghitungan data dapat disimpulkan bahwa skala

frekuensi berdoa dan skala Adversity Quotient memiliki reliabilitas yang

baik. Hal ini dibuktikan dengan koefisien reliabilitas yang tinggi pada

kedua skala tersebut, yaitu 0,948 untuk skala frekuensi berdoa dan 0,951

untuk skala Adversity Quotient.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

48

G. Metode Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak (Noor,

2011). Sebaran data dapat dinyatakan berdistribusi normal apabila

memiliki signifikansi diatas 0,05. Dalam penelitian ini, uji normalitas

dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Test.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan

antara kedua variabel membentuk garis lurus atau tidak. Hubungan kedua

variabel dapat dikatakan linear apabila memiliki signifikansi dibawah

0.05. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik test for

liniearity yang terdapat pada program SPSS.

3. Uji Hipotesis

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

menggunakan metode korelasi Product Moment Pearson. Metode tersebut

digunakan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel. Semua

penghitungan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penggunakan

program SPSS for Windows versi 17.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah Penelitian

CV. Andi Offset adalah sebuah perusahaan yang berpengalaman di

bidang penerbitan dan percetakan selama lebih dari 30 tahun. Kata “Andi”

dalam nama perusahaan merupakan cerminan dari karakter perusahaan. Oleh

para perintisnya, kata “Andi” diakronimkan menjadi “Anak Didik Immanuel”,

yang berarti Tuhan beserta kita.

Karyawan CV. Andi Offset mayoritas beragama Kristen dan Katolik.

Ada sekitar 200 karyawan beragama Kristen dan Katolik yang berkantor di

Yogyakarta. Para karyawan terbiasa untuk memulai pekerjaan mereka dengan

berdoa di pagi hari. Sebagai perusahaan dengan karakter keagamaan yang

kuat, karyawan para karyawan di CV. Andi Offset memiliki kebiasaan untuk

berdoa sebelum memulai sebuah aktivitas bersama, misalnya: rapat,

perjalanan, dan lain sebagainya. Selain itu, CV. Andi Offset juga seringkali

mengadakan acara bersama untuk memperingati hari-hari besar keagamaan.

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Perijinan Penelitian

Untuk memperoleh ijin peneilitian di CV. Andi Offset peneliti

terlebih dahulu menyampaikan proposal penelitian beserta surat pengantar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

50

dari Fakultas Psikologi dengan nomor surat 43 a/D/KP/Psi/USD/VI/2013

kepada departemen personalia CV. Andi Offset. Proposal penelitian

kemudian dipelajari oleh Bapak Antonius Ananta Nugraha selaku Kepala

Bagian Personalia untuk mendapatkan persetujuan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan bulan

Agustus. Pengambilan data dilakukan dengan meminta bantuan staff

personalia CV. Andi Offset untuk membagikan skala kepada para

karyawan. Pada tiap subjek dibagikan satu eksemplar skala yang terdiri

dari dua skala yaitu skala A sebagai skala frekuensi berdoa, dan skala B

sebagai skala Adversity Quotient. Skala dibagikan kepada 80 karyawan,

namun hanya ada 57 skala yang dikembalikan. Pihak staff personalia CV

Andi Offset menjelaskan bahwa sebagian skala tidak kembali dikarenakan

hilang ataupun beberapa orang karyawan sangat sibuk sehingga tidak

sempat mengisi skala. Setelah diperiksa, seluruh skala yang dikembalikan

telah memenuhi persyaratan baik dari segi kelengkapan identitas maupun

jawaban.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode try out

terpakai untuk mengumpulkan data. Metode ini dipilih berdasarkan

pertimbangan dari pihak HRD yang mengatakan bahwa karyawan yang

bekerja di CV. Andi Offset sebagain besar berada pada divisi produksi.

Karyawan yang bekerja pada divisi produksi dituntut untuk memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

51

kecepatan tangan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Jika penelitian

dilakukan pada divisi produksi, pihak HRD khawatir pelaksanaan

penelitian akan mengganggu kinerja para karyawannya. Oleh karena itu,

subjek penelitian dipilih dari divisi-divisi lain yang tugas-tugasnya tidak

terlalu padat. Keterbatasan jumlah subjek yang tersedia menyebabkan uji

coba skala tidak dapat dilakukan, sehingga skala yang telah disusun

langsung digunakan untuk penelitian yang sebenarnya. Namun peneliti

hanya akan menggunakan aitem yang sahih dalam pengolahan data.

C. Deskripsi Subjek

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 57 orang

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5

Deskripsi Subjek Penelitian

Agama Jenis Kelamin Usia Pendidikan Terakhir

Katholik

Kristen

Protestan

Pria Wanita < 30 30-40 > 40 SMA Diploma S1

32 25 20 37 21 27 9 22 16 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

52

D. Deskripsi Data Penelitian

Tabel 6

Deskripsi Data Penelitian

N Mean Teoritik Mean Empirik

Frekuensi Berdoa 57 110 139.5

Adversity Quotient 57 126 143.4

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel frekuensi berdoa

memiliki mean teoritik sebesar 110 dan mean empirik sebesar 139.5. Dari

hasil penghitungan data diketahui bahwa kedua mean tersebut memiliki

signifikansi dibawah 0.05, yaitu 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara kedua mean tersebut. Angka t hitung yang

positif menunjukkan bahwa mean empirik pada variabel ini lebih tinggi

daripada mean teoritiknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa subjek

dalam penelitian ini memiliki frekuensi berdoa yang cenderung tinggi.

Variabel Adversity Quotient memiliki mean teoritik sebesar 126 dan

mean empirik sebesar 143.4. Dari hasil penghitungan data diketahui bahwa

kedua mean tersebut memiliki signifikansi dibawah 0.05, yaitu 0.000. Hal ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua mean

tersebut. Angka t hitung yang positif menunjukkan bahwa mean empirik pada

variabel ini lebih tinggi daripada mean teoritiknya. Oleh karena itu, dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

53

disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki Adversity Quotient

yang cenderung tinggi.

E. Kategorisasi

Kategorisasi dilakukan untuk mengelompokkan subjek ke dalam

tingkatan kategori tertentu. Skor yang diperoleh dalam penelitian ini

dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 7

Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Skala Frekuensi Berdoa

Norma Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

X > 139.5 + 17.9 X > 157.4 Tinggi 2 3.5 %

139.5 – 17.9 ≤ X

≤ 139.5 + 17.9

121.6 ≤ X ≤

157.4

Sedang 47 82.5 %

X < 139.5 – 17.9 X < 121.6 Rendah 8 14 %

Jumlah 57 100 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

54

Tabel 8

Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Skala Adversity Quotient

Norma Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

X > 143.4 + 23.6 X > 167 Tinggi 7 12 %

143.4 – 23.6 ≤ X

≤ 143.4 + 23.6

119.8 ≤ X ≤ 167 Sedang 42 74 %

X < 143.4 – 23.6 X < 119.8 Rendah 8 14 %

Jumlah 57 100 %

Dari hasil penghitungan data diketahui bahwa dalam variabel

frekuensi berdoa subjek yang termasuk dalam kelompok kategori tinggi

sebanyak 4 %, kategori sedang sebanyak 82 %, dan kategori rendah sebanyak

14 %. Dalam variabel Adversity Quotient subjek yang termasuk dalam

kelompok kategori tinggi sebanyak 12 %, kategori sedang sebanyak 74 %, dan

kategori rendah sebanyak 14 %.

F. Analisis Data Penelitian

1. Uji Normalitas

Dari hasil penghitungan data, dapat disimpulkan bahwa sebaran

data yang diperoleh dari masing-masing variabel berdistribusi normal. Hal

ini dibuktikan dengan signifikansi sebaran data masing-masing variabel

berada diatas 0,05, yaitu 0.642 untuk data variabel frekuensi berdoa dan

0.899 untuk data variabel Adversity Quotient.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

55

2. Uji Linearitas

Dari hasil penghitungan data, dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara kedua variabel tidak linear. Hal ini dibuktikan dengan

signifikansi linearitas kedua variabel berada diatas 0.05, yaitu 0.218.

3. Uji Hipotesis

Dari hasil penghitungan data, diketahui bahwa koefisien korelasi

variabel frekuensi berdoa dan Adversity Quotient adalah 0.122 dengan

signifikansi 0.366. Arikunto (2006) mengatakan bahwa koefisien korelasi

yang berada pada rentang 0.000 – 0.200 menunjukkan bahwa kedua

variabel memiliki korelasi yang sangat rendah, angka koefisien korelasi

yang positif menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang

searah. Taraf signifikansi yang berada diatas 0.05 menunjukkan bahwa

kedua variabel memiliki hubungan yang tidak signifikan.

G. Pembahasan

Pada penjabaran data sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa

kedua variabel dalam penelitian ini memiliki korelasi yang sangat rendah dan

tidak signifikan. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa hipotesis awal

penelitian ini, yaitu ada hubungan positif dan signifikan antara frekuensi

berdoa dan Adversity Quotient ditolak. Ditolaknya hipotesis dalam penelitian

ini mendorong peneliti untuk melakukan evaluasi dalam beberapa hal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

56

Dilihat dari kajian teori, Stoltz (2000) mengatakan bahwa Adversity

Quotient seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keyakinan dan sisi

keimanan seseorang, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor genetika dan

pendidikan. Stoltz (2000) menjelaskan bahwa meskipun warisan genetis tidak

akan menentukan nasib seseorang, namun faktor ini pasti ada pengaruhnya.

Hal ini didasari oleh banyaknya hasil penelitian yang membuktikan bahwa

genetika sangat mendasari perilaku seseorang. Penelitian lainnya

memperlihatkan bahwa suasana hati dan tingkat kecemasan juga memiliki

kaitan genetis. Faktor lain yang dapat mempengaruhi Adversity Quotient

seseorang adalah pendidikan. Stoltz (2000) mengatakan bahwa pendidikan

seseorang bisa mempengaruhi kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat,

perkembangan watak, keterampilan, hasrat, dan kenerja yang dihasilkan.

Dalam penelitian ini, tingkat Adversity Quotient yang dimiliki oleh para

subjek besar kemungkinannya dipengaruhi secara lebih kuat oleh dua faktor

lain selain keimanan, yaitu faktor genetika dan pendidikan.

Selain itu, teori lain menurut Bartakova (2008) mengatakan bahwa

ternyata berdoa juga dapat membawa dampak negatif dalam kehidupan

individu yang berdoa. Berdoa dapat menjadi menjadi sumber bantuan yang

keliru ketika doa semata-mata dilakukan untuk tujuan pemenuhan gagasan

pribadi. Misalnya ketika individu yang berdoa mengatakan, “Tuhan berikanlah

apa yang saya inginkan”, bukannya “Tuhan, apa yang kau berikan adalah yang

terbaik untukku.”, atau “Tuhan, aku percaya Engkau akan memberikan apa

yang aku butuhkan”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

57

Dampak negatif lain dari berdoa adalah ketika berdoa menjadi suatu

bentuk pelarian pada saat individu menghadapi kegagalan atau kekhawatiran.

Individu yang seharusnya meminta kekuatan kepada Tuhan untuk menghadapi

kesulitan, tetapi justru meminta Tuhan untuk mengubah suatu situasi sulit.

Dalam doa, seseorang juga mungkin mencoba melarikan diri dari

tanggungjawabnya. Misalnya ketika seseorang dihadapkan pada tantangan,

ujian yang sulit, atau situasi yang tidak nyaman, doa akan berbunyi, “ Tuhan,

hilangkan masalah ini, biarkan masalah ini lalu dariku”, bukannya “Tuhan,

biarlah kehendakmu yang jadi.” Dalam doa yang pertama, dapat terlihat

ketidakmampuan dalam dalam menghadapi masalah dan keengganan untuk

menerima apa yang sedang terjadi (Bartakova, 2008).

Tuhan dalam interpretasi yang salah dimaknai sebagai mesin

pemenuhan kebutuhan manusia. Tuhan hanya ditempatkan sebagai seseorang

dimana manusia bisa meminta segala sesuatu. Manusia seringkali

memperlakukan Tuhan seperti robot, tanpa mengingat kebebasan dan kuasa-

Nya. Individu dengan pemahaman seperti ini gagal untuk memaknai peristiwa

dalam hidupnya sebagai suatu tantangan yang harus dijawab. Pemahaman

seperti ini semakin menjauhkan individu yang berdoa dari usaha untuk

bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Ketika pemahaman tentang doa

menjadi bergeser seperti ini, sesungguhnya individu yang berdoa gagal

mencapai pertumbuhan diri, tidak ada perubahan postitif dari kepribadiannya

ataupun peningkatan hubungan sosial dalam kehidupannya (Bartakova, 2008).

Dalam penelitian ini, pemahaman subjek yang keliru tentang makna doa dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

58

menjawab pertanyaan mengapa frekuensi berdoa yang dimiliki subjek tidak

berhubungan dengan kemampuan subjek dalam mengatasi kesulitan hidup.

Dilihat dari kondisi subjek saat mengisi skala, staff personalia CV.

Andi Offset pernah mengatakan kepada peneliti bahwa berdasarkan

pengalaman sebelumnya para karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut

seringkali enggan bila dimintai kesediaannya untuk mengisi skala penelitian.

Hal tersebut juga yang menyebabkan dari 80 skala yang dibagikan, hanya 57

skala yang dikembalikan. Keengganan subjek dalam mengisi skala dapat

mengakibatkan subjek menjadi asal-asalan dalam memberikan jawaban,

ditambah lagi jumlah aitem yang terlalu banyak dapat menimbulkan

kebosanan dalam menjawab seluruh aitem. Hal tersebut mengakibatkan

jawaban yang diberikan subjek tidak sesuai dengan keadaan yang

sesungguhnya pada diri mereka. Terlebih lagi subjek membutuhkan

kesungguhan ketika mengisi skala Adversity Quotient. Dalam mengisi skala

ini subjek dituntut untuk mampu membayangkan suatu peristiwa seolah-olah

terjadi dalam kehidupan mereka beserta akibat yang mengikutinya. Kurangnya

kesungguhan dalam menjawab dapat mengakibatkan subjek sulit untuk

berkonsentrasi dalam menjawab setiap aitemnya.

Pada penjabaran data sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa

subjek dalam penelitian ini memiliki frekuensi berdoa yang cenderung tinggi.

Hal ini mungkin dikarenakan subjek dalam penelitian ini setiap harinya

banyak menghabiskan waktu bersama dengan rekan-rekan kerja yang

memiliki keyakinan yang sama. Levine (2008) mengatakan bahwa keberadaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

59

seseorang di tengah-tengah kelompok yang memiliki keyakinan yang sama

akan memperkuat kepercayaannya bahwa berdoa adalah perilaku yang baik

untuk dilakukan dan memiliki kekuatan besar. Pernyataan tersebut didukung

oleh pendapat Levenson, Aldwin, dan D’Mello (2005) yang mengatakan

bahwa pengaruh teman sebaya memiliki peranan penting dalam proses

penerimaan dan pemeliharaan keyakinan dan perilaku beragama seseorang.

Pada penjabaran data sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa

subjek dalam penelitian ini memiliki Adversity Quotient yang cenderung

tinggi. Komposisi demografi karyawan yang menjadi subjek dalam penelitian

ini bisa dikatakan beragam. Namun Lazarro (dalam, Phoolka & Kaur, 2012)

mengatakan bahwa orang dengan Adversity Quotient yang tinggi tidak pernah

membiarkan umur, jenis kelamin, ras, kecacatan fisik atau mental, dan

kesulitan lainnya untuk datang menghalangi mereka. Pernyataan tersebut

dibuktikan oleh penelitiannya yang mempelajari Adversity Quotient dalam

kaitannya dengan profil demografis para subjek. Lazarro (dalam, Phoolka &

Kaur, 2012) menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

usia, gender, dan skor Adversity Quotient.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat

korelasi positif yang tidak signifikan antara variabel frekuensi berdoa dengan

Adversity Quotient. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya

frekuensi berdoa subjek tidak akan berpengaruh secara signifikan pada

Adversity Quotient yang dimilikinya. Selain itu, diperoleh kesimpulan bahwa

subjek dalam penelitian ini memiliki frekuensi berdoa yang cenderung tinggi

dan Adversity Quotient yang cenderung tinggi.

B. SARAN

1. Bagi Perusahaan dan Subjek Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, perusahaan

disarankan untuk tidak hanya memperhatikan faktor iman atau keyakinan

saja dalam upaya meningkatkan Adversity Quotient karyawan. Perusahaan

dan karyawan disarankan untuk lebih mengembangkan sikap-sikap yang

secara langsung menjadi dasar dalam Adversity Quotient, seperti: daya

saing, kreativitas, motivasi, keberanian mengambil resiko, ketekunan, dan

kemauan untuk belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

61

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Mengingat terbatasnya literatur untuk variabel Adversity

Quotient, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk

mempertimbangkan kembali penggunaan variabel tersebut sampai literatur

yang tersedia sudah benar-benar memadai. Dalam pelaksanaan teknis

penelitian, peneliti juga hendaknya meminta bantuan kepada pihak

perusahaan untuk menghimbau para subjek penelitian agar mengisi skala

dengan sungguh-sungguh. Selain itu, jumlah aitem yang akan digunakan

dalam skala penelitian hendaknya dipertimbangkan agar tidak

menimbulkan kebosanan dalam diri subjek saat mengisi skala penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

62

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaludin (2002). Revitalisasi Sumber Daya Manusia dalam Era

Perubahan. Dalam A. Usmara (Ed.). Paradigma Baru Manajemen Sumber

Daya Manusia (hh. 135-150). Yogyakarta: Amara Books.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azwar, S. (1997a). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (1997b). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bade, M. K., & Cook, S. W. (2008). Function of Christian Prayer in the Coping

Process. Journal for the Scientific Study of Religion, 47(1), 123-133.

Bartakova, V. (2008). Psychology of Prayer. E-Psychology [online], 2 (2), 39-44.

Belding, J. N., Howard, M. G., McGuire, A. M., Schwartz, A. C., & Wilson, J. H.

(2010). Social Buffering by God: Prayer and Measure of Stress. Journal of

Religion and Health, 49, 179-187.

Breslin, M. J., & Lewis, C. A. (2008). Theoretical Models of The Nature of Prayer

and Health: A Review. Mental Health, Religion & Culture, 11(1), 9-21.

Breslin, M. J., Shevlin, M., & Lewis, C. A. (2010). A Psychometric Evaluation of

Poloma and Pendleton’s (1991) and Ladd and Spilka’s (2002, 2006)

Measure of Prayer. Journal for the Scientific Study of Religion, 49(4), 710-

723.

Cole, A. H. Jr. (2010). Prayer. Dalam D. A. Leeming, K. Madden, & S. Marlan

(Eds.). Encyclopedia of Psychology and Religion (hh. 700-702). USA:

Springer.

Geser, H. (2009). Work Values and Christian Religiousity: An Ambiguous

Multidimensional Relationship. Journal of Religion and Society. 11, 1-36.

Hayward, R. D., & Krause, N. Patterns of Change in Prayer Activity,

Expectancies, and Contents During Older Adulthood. Journal for the

Scientific Study of Religion, 52(1), 17-34.

Hood, R. W. Jr., Hill, P. C., & Spilka, B. (2009). The Psychology of Religion.

New York: The Guilford Press.

Kelcourse, F. B. (2001). Prayer and The Soul: Dialogues that Heal. Journal of

Religion and Health, 40(1), 231-240.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

63

Kountur, R. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit PPM.

Lasmono, H. K. (2001). Tinjauan Singkat Adversity Quotient. Anima, Indonesian

Psychologycal Journal. 17 (1), 63-68.

Levenson, M. R., Aldwin, C. M., & D’Mello, M. (2005). Religious Development

from Adolescence to Middle Adulthood. Dalam Raymond F. Paloutzian,

& Crystal L. Park (Eds.). Handbook of The Psychology of Religion and

Spirituality (hh. 144-161). New York: The Guilford Press.

Levine, M. (2008). Prayer as Coping: A Psychological Analysis. Journal of

Health Care Chaplaincy. 15, 80-98.

Lowenthal, K. M. (2000). The Psychology of Religion: A Short Introduction.

Oxford: Oneworld Publication.

Maltby, J., Lewis, C. A., & Day, L. (2008). Prayer and Subjective Well-being:

The Aplication of a Cognitive-Behavioural Framework. Mental Health,

Religion & Culture, 11(1), 119-129.

Miller, L. M., Gall, T. L., & Corbeill, L. (2011). The Experience of Prayer With a

Sacred Object Within the Context of Significant Life Stress. Journal of

Spirituality in Mental Health, 13, 247-271.

Nelson, J. M. (2009). Psychology, Religion, and Spirituality. USA: Springer.

Noor, J. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Kencana.

Phoolka, E. S., & Kaur, N. (2012). Adversity Quotient: A New Paradigm to

Explore. International Journal of Contemporary Business Studies, 3(4),

67-77.

Riduwan. (2008). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Santoso, S. (2012). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Sharp, S. (2010). How Does Prayer Help Manage Emotions? Social Psychology

Quarterly, 73(4), 417-437.

Spilka, B. (2005). Religious Practice, Ritual, and Prayer. Dalam Raymond F.

Paloutzian, & Crystal L. Park (Eds.). Handbook of The Psychology of

Religion and Spirituality (hh. 365-377). New York: The Guilford Press.

Stoltz, P. G. (2000). Adversity Quotient. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

64

Suryabrata, S. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Whittington, B. L., & Scher, S. J. (2010). Prayer and Subjective Well Being: An

Examination of Six Different Types of Prayer. The International Journal

for the Psychology of Religion, 20, 59-68.

Widi, R. K. (2010). Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

65

LAMPIRAN 1

Skala Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

66

SKALA PENELITIAN

Disusun oleh:

Arinda Anantu

099114120

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

67

Identitas dan Pernyataan Kesediaan Partisipan

Inisial : … Pendidikan terakhir : …

Jenis kelamin : … Lama bekerja : …

Umur : … Jabatan/divisi : …

Agama : Kristen Protestan/Katholik*

*(Coret yang tidak perlu)

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk mengisi skala

penelitian ini dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya

pada diri saya.

Tertanda,

tandatangan partisipan

( inisial )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

68

SKALA A

PETUNJUK PENGISIAN

Skala ini berisi sejumlah pernyataan dan pada setiap pernyataan terdapat empat

pilihan jawaban. Berikan tanda silang (X) pada kotak pilihan yang Anda anggap

paling sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya pada diri Anda.

Pilihan jawabannya adalah: Tidak pernah, Jarang, Sering, Selalu.

Contoh:

No. Pernyataan

Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

1. Mendengar Tuhan berbicara dalam

hati Anda.

Skala ini tidak bertujuan untuk mengukur benar atau salahnya jawaban Anda,

kerahasiaan identitas dan jawaban Anda dijamin oleh peneliti.

Jika sudah selesai, harap teliti kembali dan pastikan tidak ada pernyataan

yang terlewati untuk dijawab.

Selamat mengerjakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

69

No. Pernyataan Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

1. Berdoa dengan buku-buku doa.

2. Mengagumi Tuhan di dalam hati,

atas apa yang sudah Dia lalukan

dalam hidup Anda.

3. Merasakan Tuhan hadir menemani

Anda.

4. Memohon kepada Tuhan untuk

menambahkan pendapatan Anda.

5. Berpikir bahwa Tuhan sedang

menunjukkan kehendak-Nya dalam

hidup Anda.

6. Membaca dan merenungkan kitab

suci.

7. Berdoa dengan doa hafalan.

8. Berdoa setelah bangun tidur di pagi

hari.

9. Mampu mengambil hikmah dari

setiap kesulitan dalam hidup Anda.

10. Merenungkan mengapa di dunia ini

ada ketidak adilan.

11. Memohon kepada Tuhan untuk

menambahkan pendapatan orang

lain.

12. Menyampaikan kekecewaan kepada

Tuhan atas suatu kegagalan yang

terjadi dalam hidup Anda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

70

No. Pernyataan Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

13. Meminta bimbingan Tuhan dalam

membuat suatu keputusan.

14. Mempercayai bahwa Tuhan

menyatakan karyanya dalam setiap

peristiwa.

15. Berdoa sebelum memulai pekerjaan.

16. Merenungkan mengapa suatu

pemasalahan harus terjadi dalam

hidup Anda.

17. Berdoa sebelum tidur di malam hari.

18. Meminta agar Tuhan memberikan

kekuatan dalam menghadapi

kesulitan.

19. Merenungkan untuk apa Tuhan

menciptakan manusia dengan begitu

banyak perbedaan.

20. Berdoa kepada Tuhan agar

dimampukan untuk memaafkan

kesalahan orang lain.

21. Berdoa pada hari Pentakosta.

22. Bertanya kepada Tuhan rencana apa

yang akan Tuhan perbuat dalam

hidup Anda di masa depan.

23. Memohon agar Tuhan memberikan

ketekunan dalam menyelesaikan

sebuah pekerjaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

71

No. Pernyataan Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

24. Merenungkan mengapa berkat

Tuhan tak pernah berhenti mengalir

dalam hidup Anda.

25. Menghadiri kebaktian mingguan di

Gereja.

26. Berdoa sebelum melaksanakan

rapat.

27. Menyampaikan kesedihan kepada

Tuhan atas suatu permasalahan

dalam hidup Anda.

28. Berdoa setelah melakukan

pekerjaan.

29. Memohon agar Tuhan memberikan

kesehatan jasmani dan rohani.

30. Merenungkan mengapa Tuhan

membiarkan manusia mengalami

berbagai kesulitan.

31. Berdoa setelah melaksanakan rapat.

32. Bertanya kepada Tuhan kapan suatu

permasalahan dalam hidup Anda

akan berakhir.

33. Meminta agar Tuhan menunjukan

jalan keluar dari suatu

permasalahan.

34. Berterimakasih kepada Tuhan atas

suatu kesulitan yang telah

terpecahkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

72

No. Pernyataan Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

35. Berdoa agar Tuhan memberikan

keharmonisan hubungan antar rekan

sekerja.

36. Berdoa sebelum menyantap

makanan.

37. Berterimakasih kepada Tuhan atas

kesehatan jasmani dan rohani.

38. Meminta kepada Tuhan agar

diberikan pemimpin yang bijaksana.

39. Meminta Tuhan untuk mengubah

hati seseorang.

40. Berdoa pada hari kenaikan Tuhan

Yesus ke surga.

41. Memohon agar Tuhan memberikan

penghiburan bagi orang lain yang

sedang bersedih.

42. Berterimakasih kepada Tuhan atas

pekerjaan/jabatan yang

dipercayakan.

43. Memohon kepada Tuhan agar

diberikan kenaikan jabatan dalam

pekerjaan.

44. Meminta Tuhan untuk meredakan

ketegangan akibat beban pekerjaan

yang menumpuk.

45. Berdoa pada hari Natal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

73

No. Pernyataan Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

46. Berdoa agar dimampukan untuk

memenuhi tuntutan pekerjaan yang

semakin besar.

47. Berterimakasih kepada Tuhan atas

rekan kerja yang ramah dan saling

mendukung.

48. Berdoa pada hari Minggu Paskah.

49. Berterimakasih atas rejeki yang

diberikan Tuhan.

50. Menyampaikan kegembiraan kepada

Tuhan atas suatu pencapaian dalam

hidup Anda.

51. Berdoa sesudah menyantap

makanan.

52. Berdoa kepada Tuhan bagi

kemajuan perusahaan tempat Anda

bekerja.

53. Mengatakan bahwa Anda begitu

mencintai Tuhan.

54. Berdoa kepada Tuhan agar

dimampukan untuk menerima segala

bentuk kritikan dengan lapang dada.

55. Berdoa pada hari Jumat Agung.

56. Mengakui segala dosa di hadapan

Tuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

74

SKALA B

PETUNJUK PENGISIAN

Dalam skala ini terdapat sejumlah peristiwa, jawablah pertanyaan untuk setiap

peristiwa dengan cara sebagai berikut:

1. Bayangkanlah seolah-olah peristiwa tersebut terjadi dalam kehidupan Anda.

2. Bayangkanlah apa yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa tersebut.

3. Dari angka 1 sampai dengan 5, berikan tanda silang (X) pada angka yang

mewakili jawaban Anda untuk setiap pertanyaan pada setiap situasi (semakin

besar angkanya, semakin mewakili jawaban yang ada di sebelah kanan).

Contoh:

1. Tarif angkutan yang biasa Anda gunakan peristiwa

untuk pergi ke kantor mengalami kenaikan.

Sejauh mana Anda mampu mengendalian pertanyaan

respon/tanggapan Anda terhadap situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya jawaban

tidak mampu mengendalikan mampu mengendalikan

Skala ini tidak bertujuan untuk mengukur benar atau salahnya jawaban Anda,

kerahasiaan identitas dan jawaban Anda dijamin oleh peneliti.

Jika sudah selesai, harap teliti kembali dan pastikan tidak ada pernyataan

yang terlewati untuk dijawab.

Selamat mengerjakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

75

1. Telepon seluler Anda berdering dalam sebuah pertemuan penting

bersama atasan.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

2. Sebuah peralatan kerja di kantor Anda tiba-tiba rusak ketika sedang

Anda gunakan.

Yang menyebabkan situasi ini terjadi adalah:

Sepenuhnya kesalahan saya 1 2 3 4 5 ada orang lain atau faktor lain.

3. Pekerjaan Anda yang baru tidak sesuai dengan kompetensi Anda.

Sejauh mana Anda mampu memperbaiki diri Anda dalam situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu memperbaiki mampu memperbaiki

4. Organisasi tempat Anda bekerja semakin kehilangan konsumen.

Sejauh mana Anda merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 bertanggung jawab

tidak bertanggung jawab sepenuhnya.

5. Atasan Anda tidak pernah memberikan kepercayaan kepada Anda untuk

mengambil keputusan sendiri.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

6. Organisasi tempat Anda bekerja memperpanjang jam kerja Anda

sehingga Anda harus datang 30 menit lebih awal setiap pagi.

Sejauh mana Anda mampu mengendalikan respon/tanggapan Anda terhadap

situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu mengendalikan mampu mengendalikan

7. Latar belakang suku bangsa Anda menjadi bagian dari minoritas di

tempat bekerja Anda.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

76

8. Keputusan yang Anda buat berdampak buruk bagi tim Anda.

Yang menyebabkan situasi ini terjadi adalah:

Sepenuhnya kesalahan saya 1 2 3 4 5 ada orang lain atau faktor lain.

9. Organisasi tempat Anda bekerja sedang diguncang oleh isu akan adanya

pengurangan jumlah karyawan.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

10. Supervisor tidak membimbing Anda untuk mempelajari suatu tugas

baru.

Sejauh mana Anda mampu memperbaiki diri Anda dalam situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu memperbaiki mampu memperbaiki.

11. Dompet Anda hilang dalam perjalanan menuju ke kantor.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

12. Organisasi tempat Anda bekerja mendapatkan pesaing baru yang lebih

unggul.

Sejauh mana Anda merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 bertanggung jawab

tidak bertanggung jawab sepenuhnya.

13. Seorang rekan kerja Anda berulang kali keluar masuk ruangan untuk

menjawab panggilan telepon seluler ketika sebuah rapat penting sedang

berlangsung.

Sejauh mana Anda mampu mengendalikan respon/tanggapan Anda terhadap

situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu mengendalikan mampu mengendalikan

14. Tubuh Anda merasakan kelelahan.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

77

15. Sebuah dokumen pekerjaan yang sangat penting hilang.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

16. Promosi jabatan yang Anda harapkan tidak Anda dapatkan.

Yang menyebabkan situasi ini terjadi adalah:

Sepenuhnya kesalahan saya 1 2 3 4 5 ada orang lain atau faktor lain.

17. Rekan kerja Anda secara tidak sengaja menghilangkan uang milik

organisasi.

Sejauh mana Anda merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 bertanggung jawab

tidak bertanggung jawab sepenuhnya.

18. Atasan Anda mengabaikan pendapat Anda saat rapat berlangsung.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

19. Komunikasi dengan rekan-rekan baru dalam divisi Anda tidak berjalan

dengan baik.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

20. Pengalaman kerja Anda paling sedikit jika dibandingkan dengan anggota

lain di divisi bagian Anda bekerja.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

21. Kondisi keuangan Anda mengalami penurunan.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

78

22. Atasan Anda memberi Anda sebuah tugas rumit yang harus diselesaikan

dalam waktu singkat.

Sejauh mana Anda mampu memperbaiki diri Anda dalam situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu memperbaiki mampu memperbaiki.

23. Hasil penilaian kerja Anda berada dibawah standar organisasi.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

24. Beberapa rekan kerja Anda terdengar mengobrol dengan suara keras

ketika Anda sedang mengerjakan sebuah tugas yang rumit.

Sejauh mana Anda mampu mengendalikan respon/tanggapan Anda terhadap

situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu mengendalikan mampu mengendalikan

25. Atasan meminta Anda untuk pindah ke sebuah kota yang jauh dari

rumah keluarga Anda.

Yang menyebabkan situasi ini terjadi adalah:

Sepenuhnya kesalahan saya 1 2 3 4 5 ada orang lain atau faktor lain.

26. Ruangan kerja Anda terasa panas dan sempit.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

27. Kondisi kesehatan Anda mulai menurun.

Sejauh mana Anda mampu memperbaiki diri Anda dalam situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu memperbaiki mampu memperbaiki.

28. Alat kerja Anda rusak untuk yang kedua kalinya bulan ini.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

79

29. Rekan-rekan satu tim Anda terlibat dalam perdebatan.

Sejauh mana Anda merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 bertanggung jawab

tidak bertanggung jawab sepenuhnya.

30. Atasan Anda menilai Anda belum layak untuk mendapatkan penugasan

yang penting.

Yang menyebabkan situasi ini terjadi adalah:

Sepenuhnya kesalahan saya 1 2 3 4 5 ada orang lain atau faktor lain.

31. Hasil penilaian kerja Anda paling rendah diantara semua anggota divisi

Anda.

Sejauh mana Anda mampu memperbaiki diri Anda dalam situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu memperbaiki mampu memperbaiki.

32. Organisasi Anda mencabut tunjangan sosial yang biasanya Anda peroleh

setiap bulan.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

33. Anda merasa kompensasi yang diberikan perusahaan terlalu kecil bila

dibandingkan dengan tugas yang Anda kerjakan.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

34. Seorang rekan kerja Anda selalu ingin mencampuri urusan pekerjaan

Anda.

Sejauh mana Anda mampu mengendalikan respon/tanggapan Anda terhadap

situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu mengendalikan mampu mengendalikan

35. Atasan Anda tidak mengucapkan kata terimakasih ketika menerima hasil

kerja Anda.

Yang menyebabkan situasi ini terjadi adalah:

Sepenuhnya kesalahan saya 1 2 3 4 5 ada orang lain atau faktor lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

80

36. Atasan Anda akan memotong gaji Anda kalau ingin tetap bekerja.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

37. Gaji pokok Anda tidak mengalami kenaikan seperti yang Anda

harapkan.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

38. Banyak tugas divisi Anda yang terbengkalai.

Sejauh mana Anda merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 bertanggung jawab

tidak bertanggung jawab sepenuhnya.

39. Rekan kerja Anda menentang pendapat Anda ketika sedang berdiskusi.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

40. Rapat yang Anda hadiri benar-benar tidak berjalan efektif.

Sejauh mana Anda mampu mengendalikan respon/tanggapan Anda terhadap

situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu mengendalikan mampu mengendalikan

41. Beberapa orang rekan satu tim Anda nampak tidak menyukai Anda.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

42. Rekan-rekan satu tim Anda tampak tidak bersemangat dalam

mengerjakan suatu proyek.

Sejauh mana Anda merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 bertanggung jawab

tidak bertanggung jawab sepenuhnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

81

43. Rekan kerja Anda tidak membalas senyuman Anda pagi ini.

Yang menyebabkan situasi ini terjadi adalah:

Sepenuhnya kesalahan saya 1 2 3 4 5 ada orang lain atau faktor lain.

44. Semangat kerja Anda mulai menurun.

Sejauh mana Anda mampu memperbaiki diri Anda dalam situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu memperbaiki mampu memperbaiki.

45. Tempat kerja Anda kekurangan tenaga.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

46. Sebuah tugas yang hampir Anda selesaikan tiba-tiba dibatalkan begitu

saja.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

47. Keterampilan dan pengetahuan Anda dituntut untuk ditingkatkan terus-

menerus.

Sejauh mana Anda mampu memperbaiki diri Anda dalam situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu memperbaiki mampu memperbaiki.

48. Anda terlibat dalam sebuah konflik pribadi dengan rekan kerja Anda.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

49. Seorang rekan kerja secara tidak sengaja menumpahkan segelas kopi

pada baju kerja Anda.

Sejauh mana Anda mampu mengendalikan respon/tanggapan Anda terhadap

situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu mengendalikan mampu mengendalikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

82

50. Pekerjaan yang Anda lakukan mendapatkan kritik dari atasan Anda.

Sejauh mana Anda mampu memperbaiki diri Anda dalam situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu memperbaiki mampu memperbaiki.

51. Atasan Anda tidak pernah memberikan kesempatan kepada Anda untuk

mengajukan ide dan gagasan.

Yang menyebabkan situasi ini terjadi adalah:

Sepenuhnya kesalahan saya 1 2 3 4 5 ada orang lain atau faktor lain.

52. Tugas baru ditambahkan pada tugas-tugas lama yang belum

terselesaikan.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

53. Pengajuan cuti Anda ditolak oleh atasan.

Sejauh mana Anda mampu mengendalikan respon/tanggapan Anda terhadap

situasi ini?

Sama sekali 1 2 3 4 5 sepenuhnya

tidak mampu mengendalikan mampu mengendalikan

54. Sebuah tugas yang sudah Anda kerjakan dengan susah payah tidak

mendapatkan penghargaan.

Sejauh mana situasi ini dapat mempengaruhi aspek pekerjaan/kehidupan

Anda yang lain?

Mempengaruhi banyak aspek 1 2 3 4 5 terbatas pada situasi ini saja.

dalam kehidupan/pekerjaan saya

55. Pekerjaan Anda terhambat karena adanya keputusan yang simpang siur

dari pihak atasan.

Seberapa lama Anda menganggap kesulitan ini akan terjadi dalam hidup

Anda?

Terjadi dalam waktu yang lama 1 2 3 4 5 akan segera berlalu.

Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan dan bantuan Anda untuk mengisi

skala ini. Tuhan memberkati.

Yogyakarta, Juni 2013

Hormat saya,

Arinda Anantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

83

LAMPIRAN 2

Seleksi Aitem Skala Frekuensi Berdoa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

84

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

Aitem 1 * 170.2105 371.562 -.035 .935

Aitem 2 168.7544 362.153 .446 .932

Aitem 3 * 169.0702 362.852 .294 .933

Aitem 4 169.5965 356.424 .425 .932

Aitem 5 169.0526 359.229 .469 .932

Aitem 6 169.9825 363.482 .319 .933

Aitem 7 * 170.0351 371.320 -.028 .935

Aitem 8 169.4737 353.325 .471 .932

Aitem 9 169.1404 357.480 .516 .932

Aitem 10 * 169.9123 369.296 .024 .936

Aitem 11 170.1579 360.028 .386 .932

Aitem 12 * 170.1053 366.560 .126 .934

Aitem 13 168.9474 352.908 .690 .931

Aitem 14 168.7544 362.581 .424 .932

Aitem 15 169.0351 354.570 .515 .931

Aitem 16 * 169.7018 368.177 .101 .934

Aitem 17 169.3509 355.160 .480 .932

Aitem 18 168.7544 361.189 .496 .932

Aitem 19 * 169.9123 366.653 .128 .934

Aitem 20 169.1579 358.600 .522 .932

Aitem 21 169.5263 355.932 .445 .932

Aitem 22 169.4912 357.647 .412 .932

Aitem 23 168.9825 353.482 .698 .931

Aitem 24 169.4386 357.393 .485 .932

Aitem 25 * 168.9649 362.642 .295 .933

Aitem 26 * 169.7193 362.991 .230 .934

Aitem 27 169.2807 356.134 .482 .932

Aitem 28 169.9298 353.888 .491 .932

Aitem 29 * 168.9474 365.372 .211 .933

Aitem 30 169.9298 356.888 .433 .932

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

85

Aitem 31 169.8772 354.503 .473 .932

Aitem 32 * 169.8421 363.528 .186 .934

Aitem 33 168.8947 354.810 .704 .931

Aitem 34 168.8070 355.480 .652 .931

Aitem 35 169.3684 352.058 .622 .931

Aitem 36 169.0351 353.713 .559 .931

Aitem 37 168.7368 360.305 .549 .932

Aitem 38 169.5088 352.469 .576 .931

Aitem 39 169.8421 359.314 .379 .932

Aitem 40 169.1404 348.551 .679 .930

Aitem 41 169.2632 355.805 .637 .931

Aitem 42 168.8947 360.167 .464 .932

Aitem 43 170.0175 357.518 .416 .932

Aitem 44 169.6491 354.339 .534 .931

Aitem 45 168.6842 358.863 .610 .931

Aitem 46 169.1930 350.266 .673 .930

Aitem 47 169.3684 350.415 .660 .930

Aitem 48 168.7719 353.965 .638 .931

Aitem 49 168.6667 362.726 .418 .932

Aitem 50 168.8947 355.024 .632 .931

Aitem 51 169.3684 353.594 .474 .932

Aitem 52 * 169.7018 363.856 .225 .934

Aitem 53 168.9825 359.696 .463 .932

Aitem 54 169.5439 355.431 .590 .931

Aitem 55 168.8947 354.096 .576 .931

Aitem 56 168.8947 354.239 .664 .931

* aitem yang gugur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

86

LAMPIRAN 3

Seleksi Aitem Skala Adversity Quotient

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

87

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

Aitem 1 * 180.9474 680.372 .267 .942

Aitem 2 * 180.8070 686.194 .194 .942

Aitem 3 180.1930 678.944 .388 .941

Aitem 4 * 180.6491 686.410 .228 .942

Aitem 5 180.7544 670.260 .526 .940

Aitem 6 180.7895 678.562 .312 .941

Aitem 7 180.8947 668.953 .442 .941

Aitem 8 * 181.4211 686.355 .197 .942

Aitem 9 181.0351 678.106 .324 .941

Aitem 10 180.6667 674.726 .402 .941

Aitem 11 * 181.4386 681.001 .259 .942

Aitem 12 181.0351 678.106 .377 .941

Aitem 13 180.6491 673.268 .503 .940

Aitem 14 180.5789 677.641 .431 .941

Aitem 15 * 181.1754 696.719 .000 .943

Aitem 16 * 181.1053 689.060 .172 .942

Aitem 17 180.9649 677.320 .461 .940

Aitem 18 180.8070 668.230 .584 .940

Aitem 19 180.9123 668.117 .492 .940

Aitem 20 180.8070 664.480 .648 .939

Aitem 21 * 180.8421 687.171 .207 .942

Aitem 22 180.5965 675.281 .510 .940

Aitem 23 180.4386 676.393 .499 .940

Aitem 24 180.7193 672.206 .555 .940

Aitem 25 * 180.8070 682.444 .263 .942

Aitem 26 181.0351 668.963 .522 .940

Aitem 27 180.7895 671.133 .501 .940

Aitem 28 181.0877 679.510 .358 .941

Aitem 29 * 180.7368 685.305 .268 .941

Aitem 30 * 181.0351 690.784 .140 .942

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

88

Aitem 31 180.6842 665.506 .595 .940

Aitem 32 181.2456 678.474 .335 .941

Aitem 33 * 180.7544 687.724 .262 .941

Aitem 34 180.6140 662.634 .651 .939

Aitem 35 180.9123 672.796 .503 .940

Aitem 36 * 181.3333 681.083 .255 .942

Aitem 37 180.8947 674.846 .447 .941

Aitem 38 180.6667 658.583 .671 .939

Aitem 39 180.5614 659.036 .723 .939

Aitem 40 180.6667 671.940 .666 .940

Aitem 41 180.5789 659.534 .677 .939

Aitem 42 180.5439 667.074 .601 .940

Aitem 43 180.7018 668.392 .597 .940

Aitem 44 180.7193 659.420 .716 .939

Aitem 45 180.6140 662.706 .662 .939

Aitem 46 180.7018 665.177 .602 .940

Aitem 47 180.5263 669.432 .637 .940

Aitem 48 180.5614 662.572 .679 .939

Aitem 49 180.5088 661.147 .713 .939

Aitem 50 180.3684 666.594 .609 .940

Aitem 51 180.9474 670.158 .567 .940

Aitem 52 180.7018 660.963 .672 .939

Aitem 53 180.7544 663.581 .689 .939

Aitem 54 180.6491 661.839 .666 .939

Aitem 55 180.6491 674.946 .412 .941

* aitem yang gugur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

89

LAMPIRAN 4

Uji Reliabilitas Skala Frekuensi Berdoa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

90

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.948 44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

91

LAMPIRAN 5

Uji Reliabilitas Skala Adversity Quotient

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

92

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.951 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

93

LAMPIRAN 6

Uji T Mean Empirik dan Mean Teoritik

Skala Frekuensi Berdoa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

94

One-Sample Test

Test Value = 110

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

FB 12.450 56 .000 29.49123 24.7461 34.2364

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

95

LAMPIRAN 7

Uji T Mean Empirik dan Mean Teoritik

Skala AQ

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

96

One-Sample Test

Test Value = 165

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

AQ -6.909 56 .000 -21.63158 -27.9035 -15.3597

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

97

LAMPIRAN 8

Uji Normalitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

98

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

FB AQ

N 57 57

Normal Parametersa,,b Mean 139.4912 143.3684

Std. Deviation 17.88367 23.63761

Most Extreme Differences Absolute .098 .076

Positive .051 .057

Negative -.098 -.076

Kolmogorov-Smirnov Z .741 .572

Asymp. Sig. (2-tailed) .642 .899

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

99

LAMPIRAN 9

Uji Linearitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

100

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

AQ * FB Between Groups (Combined) 26445.930 39 678.101 2.380 .029

Linearity 465.584 1 465.584 1.634 .218

Deviation from

Linearity

25980.346 38 683.693 2.400 .028

Within Groups 4843.333 17 284.902

Total 31289.263 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

101

LAMPIRAN 10

Uji Hipotesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

102

Correlations

FB AQ

FB Pearson Correlation 1 .122

Sig. (2-tailed) .366

N 57 57

AQ Pearson Correlation .122 1

Sig. (2-tailed) .366

N 57 57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

103

LAMPIRAN 11

Scatterplot

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

105

Lampiran 12

Surat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BERDOA DENGAN … fileMemperoleh Gelar Sarjana Psikologi ... Adversity Quotient pada karyawan. Subjek yang digunakan dalam ... Mama, papa, dan Aditya. Terimakasih

107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI