HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN...

download HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28908/1/Kemal Al... · PEMINATAN EPIDEMIOLOGI . PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT . ...

If you can't read please download the document

Transcript of HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN...

  • HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI INDONESIA: ANALISIS DATA

    RISKESDAS TAHUN 2013

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

    Oleh:

    Kemal Al fajar

    1111101000028

    PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2015

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dajukan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

    jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Jakarta, 24 Juni 2015

    Kemal Alfajar

  • ii FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI Skripsi, 24 Juni 2015

    Kemal Alfajar, NIM: 1111101000028

    Hubungan aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung koroner di Indonesia: analisis data Riskesdas tahun 2013 xiii + 65 halaman, 7 tabel, 3 bagan + 2 lampiran

    ABSTRAK

    Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi dan

    mengalami peningkatan angka kejadian di negara berkembang, seperti di Indonesia. PJK dapat

    disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus serta gaya hidup tidak

    sehat. Aktivitas fisik diketahui dapat mencegah terjadinya PJK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

    hubungan aktivitas fisik dan PJK di Indonesia. Studi cross-sectional dengan menganalisis data sekunder

    dari 722329 sampel Riskesdas 2013 untuk melihat efek proteksi dan perbedaan risiko PJK pada individu

    yang beraktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia,

    status dan durasi merokok, obesitas, riwayat penyakit penyerta jantung koroner). Aktivitas fisik sedang

    (OR 0,38 95% CI 0,32-0,45) dan tinggi (OR 0,40 95% CI 0,36-0,43) memberikan efek protektif

    terhadap PJK. Risiko PJK dari individu yang beraktivitas fisik sedang dan tinggi serta berusia lanjut

    (>50 tahun), pernah merokok, durasi merokok >22 tahun. Sedangkan risiko PJK dari riwayat Hipertensi

    dan Diabetes Mellitus lebih rendah pada individu dengan aktivitas fisik tinggi. Hasil analisis ini

    menunjukan individu yang rutin beraktivitas fisik cenderung memiliki risiko yang lebih rendah terhadap

    PJK meskipun memiliki faktor risiko PJK lainnya.

    Kata Kunci: Jantung Koroner; Aktivitas Fisik; Risiko

    Daftar Bacaan: 42 (2005-2015)

  • iii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH DEPARTMENT EPIDEMIOLOGY CONCENTRATION Undergraduate Thesis, 24th June 2015

    Kemal Alfajar, SIN: 1111101000028

    Physical Activity and Coronary Heart Disease in Indonesia: 2013 Riskesdas Data Analysis xiii + 65 pages, 7 tables, 3 figures + 2 attachments

    ABSTRACT

    Coronary heart disease (CHD) is the most common cardiovascular disease which the case has

    increased in developing countries including Indonesia. CHD caused by several risk factors such as

    Hypertension, Diabetes Mellitus and also unhealthy lifestyles. Physical activity (PA) is known as a

    preventive strategy against CHD. This study aims to investigate association between PA and CHD in

    Indonesia. A cross-sectional study using 722329 samples of 2013 Riskesdas to investigate protective

    effects of PA against CHD and also the CHD risk based on individual characteristics (sex, age, smoking

    status and duration, obesity and history of CHD comorbidities) among individual with low, moderate

    and high PA level. The individual with moderate PA level has CHD risk 62% lower (OR 0.38 95%CI

    0.32-0.45) and the individual with high PA level has CHD risk 60% lower (OR 0.40 95% CI 0.36-0.43)

    than the individual with low PA level. The individual with high PA level has lower CHD risks of age

    >50 years, former smoker, >22 years smoking duration and history of Hypertension and Diabetes

    Mellitus than the individual with only low PA level. These findings show that individual with regular PA

    tends to have lower risk of CHD even if the individual has another risk factor of CHD.

    Keywords: Coronary Heart Disease; Physical Activity; Risks

    Bibliography: 42 (2005-2015)

  • iv

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Judul Skripsi

    Hubungan Aktivitas Fisik dan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia:

    Analisis Data Riskesdas tahun 2013

    Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

    Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Disusun Oleh

    Kemal Al fajar

    NIM 1111101000028

    Pembimbing I

    Pembimbing II

    Hoirun Nisa, Ph.D NIP. 197904272005012005

    Riastuti Kusumawardani, M.KM

    NIP. 198005162009012005

    PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

  • v

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Jakarta, Juli 2015

    Mengetahui

    Penguji I

    Yuli Amran, S.KM, M.KM 198005062008012015

    Penguji II

    dr. Yuli Prapanca Satar, MARS NIP. 195307301980111001

    Penguji III

    dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P, MARS 195404061981111001

  • vi

    RIWAYAT HIDUP

    Data Pribadi

    Nama : Kemal Al fajar

    Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Desember 1993

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    No. Telepon : 0857-1077-1749

    Email : [email protected]

    Alamat : Jl. Elpiji Raya L24 No. 3, Komplek Pertamina, Pondok

    Ranji, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan

    Riwayat Pendidikan

    Formal

    : Epidemiologi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

    Kedokteran Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta (2011 2015)

    SMAN 4 Kota Tangerang Selatan (2008 2011)

    SMPN 4 Ciputat (2005 2008)

    SDN 4 Ciputat (1999 2005)

    mailto:[email protected]

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Segala Puji bagi Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga proses

    penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan

    studi S1 Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta. Judul skripsi ini adalah Hubungan Aktivitas Fisik dan Penyakit Jantung

    Koroner di Indonesia: Analisis Data Riskesdas tahun 2013.

    Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu Hoirun Nisa dan Ibu

    Riastuti Kusumawardani selaku dosen pembimbing yang selalu mengarahkan dan

    memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini, serta semua pihak yang telah

    membantu dalam penyusunan dan penyelesaian penulisan skripsi ini.

    Permohonan maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik

    dan saran yang membangun penyusun harapkan untuk dapat melakukan penelitian

    yang lebih baik lagi. Semoga skripsi bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

    Jakarta, 24 Juni 2015

    Penyusun

  • viii

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    Indeed with hardship (will be) ease. For indeed with hardship (will be) ease

    (Q.S. 94: 5-6)

    All parts of the body which have a function if used in moderation and

    exercised in labors in which each is accustomed, become thereby healthy,

    well developed and age more slowly; but if unused and left idle they become

    liable to disease, defective in growth and age quickly.

    (Hippocrates. 450 B.C.)

    This work is dedicated to my mother, my father, and my sister for without their supports and prayers

    none of this would have done.

  • ix

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ........................................................................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ............................................................................................................................................... xi

    DAFTAR BAGAN ............................................................................................................................................ xii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................................ 3

    C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................................................... 4

    D. Tujuan Penelitian ......................................................................................................................................... 4

    E. Manfaat Penelitian ....................................................................................................................................... 5

    F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 7

    A. Penyakit Jantung Koroner ............................................................................................................................ 7

    B. Aktivitas Fisik .............................................................................................................................................. 9

    C. Karakteristik individu ................................................................................................................................ 11

    D. Kerangka Teori .......................................................................................................................................... 19

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............................................................. 20

    A. Kerangka Konsep ....................................................................................................................................... 20

    B. Definisi Operasional .................................................................................................................................. 22

    BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................................................................... 24

    A. Desain Penelitian ....................................................................................................................................... 24

    B. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................................................................... 24

    C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................................................................. 24

    D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................................................................ 28

    E. Pengukuran Variabel Penelitian ................................................................................................................. 28

    F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................................................................... 32

  • x

    G. Manajemen Data ........................................................................................................................................ 32

    H. Analisis Data .............................................................................................................................................. 34

    BAB V HASIL ................................................................................................................................................... 37

    A. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Aktivitas Fisik ................................................... 37

    B. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik Individu ....................................... 37

    C. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner .................................................... 40

    D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu . 40

    BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 45

    A. Keterbatasan Penelitian.............................................................................................................................. 45

    B. Frekuensi Penyakit Jantung Koroner berdasarkan Aktivitas Fisik ............................................................ 47

    C. Frekuensi Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik Individu ...................................................... 48

    D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner .................................................... 52

    E. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu . 54

    BAB VII PENUTUP .......................................................................................................................................... 60

    A. Simpulan .................................................................................................................................................... 60

    B. Saran .......................................................................................................................................................... 61

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................ 62

    LAMPIRAN ....................................................................................................................................................... 66

  • xi

    DAFTAR TABEL

    4.1 Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Variabel Penelitian... 26

    4.2 Kekuatan Uji Variabel Penelitian.... 28

    4.3 Perhitungan Skor MET berdasarkan Jenis Aktivitas Fisik.. 29

    5.1 Frekuensi PJK menurut Aktivitas Fisik... 37

    5.2 Frekuensi PJK menurut Karakteristik Individu... 38

    5.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK .... 41

    5.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK menurut Karakteristik individu..................... 42

  • xii

    DAFTAR BAGAN

    2.1 Kerangka Teori..... 19

    3.1 Kerangka Konsep..... 21

    4.1 Alur Pemilihan Sampel. 26

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit

    kardiovaskuler yang paling umum terjadi (43% dari total penyakit kardiovaskuler)

    dan menyebabkan kematian tertinggi secara global. Angka kematian akibat PJK

    di dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012).

    Hingga pada tahun 2030, diperkirakan angka kematian akibat PJK mencapai 23,3

    juta secara global (Mathers & Loncar, 2006).

    Menurut WHO (2012), kejadian PJK meningkat di negara berkembang

    dengan pendapatan menengah dan rendah, salah satunya di Indonesia. Pada tahun

    2010, PJK merupakan penyebab kematian tertinggi ke-enam dengan proporsi 4%

    dari seluruh kematian di Indonesia (CDC, 2013). Berdasarkan hasil Riset

    Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi PJK menurut hasil

    wawancara terdiagnosis dokter sebesar 0,5%, dan berdasarkan diagnosis dokter

    dan/atau gejala sebesar 1,5% (Kemenkes RI, 2013).

    Pada umumnya faktor risiko PJK dipengaruhi oleh merokok, obesitas, kurang

    aktivitas fisik dan tekanan darah tinggi atau hipertensi (WHO, 2011). Melakukan

    aktivitas fisik dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan meningkatkan

    kesehatan jantung (Ignarro et al., 2007). Oleh karena itu, beraktivitas fisik secara

    rutin dapat menurunkan risiko PJK (Sofi et al., 2007; Sattlemair et al., 2011;

    Reiner et al., 2013).

  • 2

    Berdasarkan hasil penelitian oleh Reiner, dkk (2013), aktivitas fisik

    menunjukan hubungan terbalik terhadap risiko kejadian penyakit jantung koroner

    (PJK). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian analisis data sekunder di Negara

    Lithuania, yang menunjukan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan risiko

    morbiditas dan mortalitas akibat PJK sebesar 25% dan 21% pada laki-laki dan

    perempuan (Tamosiunas et al., 2014). Penelitian lainnya oleh Li dan Siegrist

    (2012), juga menunjukan hal serupa, dimana penurunan risiko PK pada laki-laki

    lebih besar dibandingkan pada perempuan (Li & Siegrist, 2012).

    Penelitian lainnya oleh Mora, dkk (2007) yang menunjukan aktivitas fisik

    dengan kategori tingkat intensitas sedang hingga tinggi dapat menurunkan risiko

    segala penyakit kardiovaskuler termasuk PJK. Dengan mengontrol variabel

    indeks masa tubuh, status hipertensi dan diabetes mellitus penurunan risiko

    sebesar 27% dan 41% (Mora et al., 2007). Selain itu, beraktivitas fisik pada

    tingkatan sedang juga diketahui sudah dapat menurunkan risiko terhadap PJK.

    (Sattlemair et al., 2011; Sofi et al., 2007).

    Meskipun demikian mekanisme penurunan risiko PJK bergantung pada

    intensitas dari aktivits fisik, seperti kecukupan hari dan jenis aktivitas fisik yang

    dilakukan (Carnethon, 2009). PJK disebabkan gaya hidup tidak sehat yang

    merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko seperti perilaku

    merokok, obesitas, tekanan darah tinggi serta riwayat penyakit penyerta individu

    seperti diabetes mellitus (DM) dan hipertensi sangat berpengaruh dalam

    perkembangan PJK (Li & Siegrist, 2012; Mora et al., 2007; Reddigan et al.,

    2011).

  • 3

    Indonesia merupakan negara berkembang yang berpotensi mengalami

    peningkatan kasus penyakit jantung koroner. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013,

    diperkirakan prevalensi penyakit jantung koroner nasional dengan diagnosis

    tenaga kesehatan sebesar 0,5%. Selain itu diketahui proporsi aktivitas fisik yang

    mencukupi hanya sebesar 73,9% (Kemenkes RI, 2013). Maka terdapat sekitar

    26,1% penduduk yang kurang beraktivitas fisik sehingga berisiko mengalami

    PJK. Terlebih lagi terdapat 22 provinsi dengan proporsi aktivitas fisik kurang

    berada di atas rata-rata Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Riskesdas merupakan

    penelitian survei komunitas dengan skala nasional dengan pengukuran penyakit

    tidak menular serta perilaku individu yang mempengaruhinya. Hal tersebut

    memungkinkan peneliti untuk melihat efek proteksi aktivitas fisik terhadap PJK

    di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan

    aktivitas fisik dan kejadian PJK di Indonesia tahun 2013 dengan menganalisis

    data Riskesdas tahun 2013.

    B. Rumusan Masalah

    Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskuler yang

    paling umum terjadi dan mengalami peningkatan angka kejadian di negara

    berkembang, seperti di Indonesia. Kurang beraktivitas fisik merupakan faktor

    risiko PJK. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, sebesar 26,1% individu di

    Indonesia memiliki pola aktivitas fisik yang kurang. Hal ini menunjukan

    Indonesia berpotensi mengalami peningkatan kejadian PJK. Mekanisme efek

    proteksi aktivitas fisik terhadap PJK dipengaruhi oleh intensitas aktivitas fisik dan

  • 4

    faktor risiko PJK seperti perilaku merokok, obesitas dan penyakit penyerta

    jantung koroner. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan aktivitas fisik

    terhadap kejadian PJK di Indonesia tahun 2013 dengan menganalisis data

    sekunder Riskesdas tahun 2013.

    C. Pertanyaan Penelitian

    1. Bagaimanakah frekuensi PJK menurut aktivitas fisik di Indonesia tahun 2013?

    2. Bagaimanakah frekuensi PJK menurut karakteristik individu (jenis kelamin,

    usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi,

    diabetes mellitus dan stroke) di Indonesia tahun 2013?

    3. Bagaimanakah hubungan tingkat aktivitas fisik dengan kejadian PJK di

    Indonesia tahun 2013?

    4. Bagaimanakah hubungan aktivitas fisik dengan kejadian PJK menurut

    karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok,

    indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan stroke) di

    Indonesia tahun 2013?

    D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dan kejadian PJK di Indonesia tahun

    2013.

  • 5

    2. Tujuan Khusus

    1) Diketahuinya frekuensi kejadian PJK menurut aktivitas fisik di Indonesia

    tahun 2013.

    2) Diketahuinya frekuensi kejadian PJK menurut karakteristik individu

    (jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh,

    riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan stroke) di Indonesia tahun 2013.

    3) Diketahuinya hubungan tingkat aktivitas fisik individu dengan kejadian

    PJK di Indonesia tahun 2013.

    4) Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan kejadian PJK menurut

    karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status merokok, durasi

    merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan

    stroke) di Indonesia tahun 2013.

    E. Manfaat Penelitian

    a. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

    Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi bahan rekomendasi terkait

    kecukupan tingkat aktivitas fisik yang diperlukan sebagai upaya pengendalian

    Penyakit Jantung Koroner di Indonesia.

    b. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dalam penelitian dan

    analisis lanjut Riset Kesehatan Dasar terkait Penyakit Jantung Koroner di

    Indonesia.

  • 6

    c. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam

    penelitian selanjutnya terkait manfaat aktivitas fisik dengan kejadian Penyakit

    Jantung Koroner, khususnya pada populasi studi di Indonesia.

    F. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian epidemiologi analitik dengan desain penelitian cross-sectional

    bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan Penyakit Jantung

    Koroner (PJK) di Indonesia pada tahun 2013. Penelitian ini merupakan analisis

    lanjut data sekunder Riskesdas tahun 2013. Variabel dalam penelitian ini meliputi

    riwayat diagnosis jantung koroner, aktivitas fisik, jenis kelamin, usia, status

    merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi, diabetes

    mellitus dan stroke. Analisis lanjut univariat dan bivariat akan dilaksanakan pada

    bulan April hingga Juni tahun 2015.

  • 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Penyakit Jantung Koroner

    1. Definisi

    Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau dikenal juga sebagai Ischaemic

    Heart Disease merupakan penyakit yang disebabkan penyumbatan salah satu

    atau beberapa pembuluh darah yang menyuplai aliran darah ke otot jantung.

    Pada umumnya manifestasi kerusakan dan dampak akut sekaligus fatal dari

    PJK disebabkan gangguan pada fungsi jantung (WHO, 2012).

    PJK ditandai dengan adanya gejala infark miokard dan/atau angina

    pektoris pada individu. Gejala infark miokard merupakan gejala akut akibat

    kekurangan oksigen yang menyebabkan nyeri subternal dan dapat

    menyebabkan kematian secara mendadak, sedangkan angina pektoris

    merupakan nyeri sesaat akibat aritmia dari peningkatan aliran darah pada otot

    jantung yang mengalami penyumbatan (Naga, 2012).

    2. Patofisiologi

    Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh

    plak pada pembuluh darah dan dapat mulai terjadi saat seseorang masih muda.

    Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya disebabkan peningkatan kadar

    kolesterol LDL (low-density lipoprotein) darah berlebih dan menumpuk

  • 8

    pada dinding arteri. Kondisi ini berlanjut hingga bertahun-tahun dan

    menyebabkan plak yang menyumbat arteri sehingga aliran darah terganggu

    dan juga dapat merusak pembuluh darah sehingga timbul gejala PJK dalam

    waktu yang cukup lama (WHO, 2011; WHO, 2012).

    Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh

    penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam

    pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh

    darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan pendarahan di

    bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan klot darah.

    Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung

    (Naga, 2012). Berdasarkan perkembangannya, PJK merupakan penyakit

    kronis yang memerlukan waktu yang cukup lama hingga menimbulkan gejala

    akibat kerusakan pada pembuluh darah.

    Patofisiologi PJK pada umumnya disebabkan penumpukan lemak atau

    LDL di pembuluh darah. Tetapi kondisi ini dipicu dari beberapa gaya hidup

    yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, merokok, pola makan tidak

    sehat dan obesitas (WHO, 2011). Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah

    satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan PJK dan merupakan

    faktor risiko yang dapat dimodifikasi (WHO, 2011). Oleh karena itu,

    kecukupan aktivitas fisik dapat menurunkan risiko PJK.

  • 9

    B. Aktivitas Fisik

    Kurang beraktivitas fisik merupakan faktor risiko terhadap PJK,

    sebaliknya beraktivitas fisik cukup secara teratur dapat menurunkan risiko PJK.

    Secara substansial, beraktivitas fisik secara rutin dapat menurunkan risiko PJK

    dengan cara meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah (Reddigan et

    al., 2011; Ignarro et al., 2007). Aktivitas fisik diketahui dapat mempengaruhi

    mekanisme metabolisme tubuh serta meningkatkan kadar high-density

    lipoprotein (HDL) dan dapat menurunkan kadar LDL (low-density lipoprotein)

    dalam tubuh, meningkatkan metabolisme glukosa dengan cara meningkatkan

    sensitivitas insulin serta menurunkan kadar lemak berlebih dan tekanan darah

    tinggi (Reddigan et al., 2011; Mora et al., 2007). Meskipun begitu, manfaat dari

    aktivitas fisik dipengaruhi oleh durasi dan frekuensi dari aktivitas fisik itu sendiri

    (Carnethon, 2009).

    Berdasarkan hasil penelitian prospektif oleh Mora, dkk (2007), aktivitas

    fisik dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 41% (HR 0.59

    95% CI 0.490.71). Aktivitas fisik menunjukan signifikansi dalam menurunkan

    risiko penyakit jantung koroner (Ptrend=0.05) (Mora et al., 2007). Penelitian

    oleh Sofi, dkk (2007) menunjukan penurunan risiko PJK pada individu yang

    beraktivias fisik pada tingkat intensitas tinggi dan sedang sebesar 27% (0.73,

    95% CI 0.660.80) dan 12% (0.88, 95% CI 0.830.93). Hasil penelitian ini

    menunjukan dosis respon kategori intensitas aktivitas fisik dengan risiko PJK

    dan tidak terpengaruh dengan aktivitas sendetari individu. Selain itu hasil

  • 10

    penelitian lainnya juga menunukan perbedaan penurunan risiko pada laki-laki

    dan perempuan. Hasil penelitian oleh Li dan Siegrist (2007), menunjukan

    aktivitas fisik menurun risiko penyakit kardiovaskuler sebesar 24% (RR=0.76,

    95% CI 0.700.82, p < 0.001) pada laki-laki dan pada perempuan sebesar 27%

    (RR=0.73, 95% CI 0.680.78, p < 0.001).

    Selain itu, penurunan risiko juga diperkuat oleh hasil review dari 23

    penelitian observasional (20 diantara penelitian prospektif) yang menunjukan

    penurunan risiko aktivitas fisik terhadap kejadian PJK. Tetapi hanya 15

    diantaranya menunjukan hubungan dosis respon (Carnethon, 2009). Temuan ini

    menunjukan efek dari mekanisme kardioprotektif aktivitas fisik dengan

    intensitas sedang menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler. Kurangnya

    aktivitas fisik merupakan penyebab utama dari kejadian penyakit jantung

    koroner.

    Berdasarkan jenisnya, aktivitas fisik dibedakan menjadi:

    1. Aktivitas Fisik Berat

    Jenis aktivitas fisik berat adalah jenis kegiatan yang secara terus menerus

    melakukan kegiatan fisik minimal 10 menit sampai meningkatnya denyut

    nadi dan napas lebih cepat dari biasanya (misalnya menimba air, mendaki

    gunung, lari cepat, menebang pohon, mencangkul, dll). Skor MET aktivitas

    fisik berat dikalikan bobot (MET value) sebesar 8 kalori (Kemenkes RI,

    2013).

  • 11

    2. Aktivitas Fisik Sedang

    Jenis Aktivitas fisik sedang merupakan jenis kegiatan aktivitas fisik dengan

    peningkatan denyut nadi dan napas yang lebih rendah dari aktivitas fisik

    berat, jenis aktivitas fisik sedang seperti menyapu, mengepel, berjalan kaki,

    dll (Kemenkes RI, 2013). Skor total MET aktivitas fisik sedang dikalikan

    bobot (MET value) sebesar 4 kalori (IPAQ, 2005).

    3. Aktivitas Fisik Ringan

    Aktivitas fisik ringan merupakan jenis aktivitas fisik yang tidak termasuk

    jenis aktivitas fisik sedang dan/atau maupun aktivitas fisik berat. (Kemenkes

    RI, 2013).

    Jenis aktivitas fisik atau kegiatan yang dilakukan akan menentukan kecukupan

    tingkat aktivitas fisik individu, sehingga berpengaruh terhadap efek proteksi atau

    penurunan risiko terhadap PJK. Namun mekanisme penurunan risiko ini juga

    dipengaruhi faktor risiko lainnya seperti umur jenis, kelamin, kebiasaan

    merokok, obesitas, serta riwayat penyakit penyerta jantung koroner pada

    individu (Sofi et al., 2007; Li & Siegrist, 2012).

    C. Karakteristik individu

    Variabel yang termasuk dalam karakteristik individu merupakan variabel yang

    dapat mempengaruhi mekanisme terjadinya PJK dan efek proteksi aktivitas fisik

    terhadap PJK.

  • 12

    1. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin seseorang akan berpengaruh pada kejadian PJK, baik

    dari efek proteksi aktivitas fisik terhadap PJK maupun faktor risiko PJK

    lainnya. Perbedaan pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian PJK

    dipengaruhi kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan pada laki-laki dan

    perempuan. Penelitian oleh Mora (2012), menunjukan bahwa penurunan

    risiko PJK dengan beraktivitas fisik pada perempuan dan laki-laki sebesar 10

    hingga 20 persen dan 20 hingga 30 persen. Hasil ini menunjukan penurunan

    risiko PJK dengan beraktivitas fisik lebih besar pada laki-laki dibandingkan

    perempuan (Mora et al., 2007).

    Berdasarkan faktor risiko lainnya, terdapat perbedaan risiko PJK pada

    laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih berisiko terkena PJK karena usia

    lanjut dan penyakit penyerta (Huxley et al., 2006). Sedangkan perempuan

    lebih berisiko terkena PJK akibat faktor gaya hidup seperti perilaku merokok

    (Huxley & Woodward, 2011).

    2. Usia

    Usia merupakan faktor risiko penting pada kejadian PJK. Hal ini

    disebabkan perkembangan PJK dapat dimulai saat individu masih muda dan

    memerlukan waktu hingga puluhan tahun sebelum munculnya gejala akut PJK

    (WHO, 2012). Berdasarkan data CDC pada tahun 2010 rate kejadian dan

    kematian akibat PJK di Indonesia mulai meningkat pada kelompok individu

  • 13

    berusia 15 20 tahun dan terus meningkat hingga kelompok usia 80 tahun

    (CDC, 2013).

    Usia munculnya gejala PJK bergantung pada faktor risiko yang

    dimiliki pada individu dan pada umumnya gejala PJK dialami oleh individu

    berusia lanjut. Hasil penelitian oleh Jones (2006) menunjukan bahwa usia

    lanjut atau berusia >50 tahun meningkatkan risiko PJK pada laki-laki sebesar

    51,7% (95% CI 49,3% - 54,2%) dan pada perempuan 39,2% (95% CI 37% -

    41,4%). Individu yang tidak memiliki faktor risiko terhadap PJK selama 50

    tahun pada masa hidupnya memiliki risiko yang sangat rendah terkena PJK

    (Lloyd-Jones et al., 2006).

    3. Merokok

    Perilaku merokok merupakan faktor risiko yang dapat dihindari dan

    salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kejadian PJK. Merokok

    merupakan penyebab dari 10% kasus PJK (WHO, 2011). Dampak merokok

    terhadap penderita PJK salah satunya penurunan angka harapan hidup

    dibandingkan individu yang tidak merokok (Huxley & Woodward, 2011).

    Individu yang merokok berisiko terkena PJK 25% lebih tinggi

    dibandingkan yang tidak merokok sama sekali (RR 1,25% 95% CI 1,12

    1,39, p

  • 14

    terkena PJK (RR 1,84 95% CI 1,57 2,17) dan individu yang sudah berhenti

    merokok lebih berisiko mengalami PJK sebesar 12% (RR 1,12 95% CI 1,00-

    1,27) dibandingkan yang tidak pernah merokok sama sekali. Meskipun

    demikian peneliti juga menyatakan bahwa lama merokok juga mempengaruhi

    risiko PJK akibat merokok (Glynn & Rosner, 2005).

    4. Indeks Masa Tubuh (IMT)

    Indeks masa tubuh (IMT) merupakan indeks sederhana perbandingan

    berat dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasi berat

    badan kurang, lebih dan obesitas pada individu (WHO, 2006). Nilai IMT

    besifat independen terhadap jenis kelamin dan usia. Namun, skala IMT dapat

    berbeda pada beberapa populasi. IMT pada populasi di Indonesia dimodifikasi

    untuk penyesuaian, sehingga nilai IMT untuk Indonesia adalah sebagai

    berikut (Kemenkes RI, 2013):

    a. Berat Badan Kurang : IMT 27,0

    IMT merupakan salah satu karakteristik individu yang penting dalam

    kejadian PJK. Berdasarkan penelitian sebelumnya, risiko PJK ditemukan lebih

    besar pada individu dengan IMT kurang dan lebih atau gemuk serta pada

    individu yang mengalami obesitas. Penelitian oleh Suastika, dkk (2011)

    menunjukan bahwa individu dengan IMT kurang berisiko 3,59 kali terkena

    PJK (OR 3.59 95%CI 1.48-8.68) (Suastika, et al., 2011).

  • 15

    Selain itu, risiko PJK juga ditemukan pada setiap pertambahan IMT.

    Berdasarkan hasil penelitian oleh Labounty, dkk (2013) menunjukan kenaikan

    IMT sebesar 5 kg/m2 akan meningkatkan risiko PJK sebesar 1,25 kali (OR

    1.25 95%CI 1.20-1.30). Hasil ini menunjukan bahwa pertambahan berat

    badan akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian akibat PJK karena

    terjadi peningkatan keparahan PJK sesuai dengan pertambahan IMT

    (Labounty, et al., 2013).

    Selain IMT kurang dan lebih, obesitas merupakan faktor penting

    dalam kesakitan ataupun kematian akibat PJK. Obesitas mempengaruhi

    perkembangan PJK secara langsung maupun tidak langsung. Obesitas

    berdampak pada faktor metabolism tubuh seperti peningkatan tekanan darah,

    peningkatan kadar kolesterol dan resistensi insulin yang merupakan faktor

    risiko dari PJK (WHO, 2011; Villareal et al., 2006). Berdasarkan hasil

    penelitian, obesitas memiliki hubungan positif terhadap peningkatan risiko

    PJK pada individu yang mengalami Obesitas (RR 3,44 95% CI 2,81-4,21) (Li

    et al., 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Jones, (2006) yang

    menemukan bahwa Obesitas meningkatkan risiko PJK pada laki-laki dan

    perempuan sebesar 41% dan 21%. Peningkatan risiko PJK akibat Obesitas

    lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki (Lloyd-Jones et al.,

    2006).

  • 16

    5. Riwayat Penyakit Penyerta Jantung Koroner

    Penyakit penyerta jantung koroner merupakan penyakit yang terdapat pada

    individu yang menderita PJK dan dapat mempengaruhi patofisiologi PJK pada

    individu. Penyakit penyerta dapat berupa tekanan darah tinggi (Hipertensi),

    Diabetes Mellitus dan penyakit Stroke.

    a. Tekanan Darah Tinggi

    Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan faktor risiko PJK.

    Hipertensi juga dapat dipicu oleh faktor risiko PJK lainnya sehingga dapat

    meningkatkan risiko kejadian PJK. Peningkatan tekanan darah merupakan

    faktor risiko PJK yang dapat memicu atau mempercepat perkembangan

    PJK pada individu (WHO, 2011). Berdasarkan hasil beberapa penelitian,

    hipertensi berpengaruh positif terhadap kejadian PJK (OR 7,8 95% CI 7,5

    8,1). Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko terkena PJK hingga 81%

    (RR 1,81 95% CI 1,65 1,97) dibandingkan individu yang tidak memiliki

    tekanan darah tinggi (Huxley et al., 2006) (Glynn & Rosner, 2005).

    b. Diabetes Mellitus (DM)

    Diabetes Mellitus adalah kondisi sindrom metabolik yang

    disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal

    (>7 mmol/l atau 126 mg/dl). DM disebabkan gangguan metabolisme

    glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif

    (Kemenkes RI, 2013). Peningkatan gula darah atau kondisi hiperglikemia

    secara substansial diketahui meningkatkan risiko PJK sebanyak dua

  • 17

    hingga tiga kali lipat dibandingkan individu yang tidak menderita DM

    (WHO, 2011).

    Hasil penelitian oleh Glynn (2005) menunjukan penyakit DM

    secara signifikan meningkatkan risiko PJK sebanyak 1,4 kali (RR 2,44

    95% CI 2,07 2,88) (Glynn & Rosner, 2005). Penelitian lainnya juga

    menunjukan peningkatan risiko PJK pada penderita DM sebesar 2,5 kali

    (OR 3,5 95% CI 2,7 4,53) (Huxley et al., 2006). Hal ini konsisten

    dengan hasil penelitian oleh Capewell (2010) yang juga menunjukan

    peningkatan risiko PJK pada penderita DM dengan usia >55 tahun sebesar

    1,6 kali (OR 2,66 99% CI 2,04 3,46) (Capewell et al., 2010).

    c. Penyakit Stroke

    Stroke merupakan penyakit penyerta dari PJK yang disebabkan

    oleh aterosklerosis yang dipicu faktor risiko saat individu masih muda dan

    berlanjut dalam waktu yang lama. Penyakit stroke ditandai dengan adanya

    perdarahan pada pembuluh darah yang disebabkan tekanan darah tinggi

    dan aterosklerosis. Pada umumnya faktor risiko Stroke dan PJK

    disebabkan oleh faktor risiko yang hampir sama, diantaranya kurang

    beraktivitas fisik, obesitas, merokok dan tekanan darah tinggi (WHO,

    2011) (Liu, et al, 2007).

    Penelitian oleh Raso, dkk (2006) menunjukan individu yang

    mengalami aterosklerosis memiliki risiko mengalami PJK dan Stroke.

    Kondisi aterosklerosis berisiko menyebabkan Stroke 22% lebih tinggi

  • 18

    dibandingkan individu yang sehat atau tidak mengalami ateroskelrosis

    (HR 1.22 95% CI 0.55-2.70). Sedangkan kondisi aterosklerosis

    meningkatkan risiko PJK 72% lebih tinggi dibandingkan individu yang

    sehat (HR 1.72 95% CI 0.91-3.24) (Mattace-Raso et al., 2006).

    Faktor risiko stroke berkontribusi dalam meningkatkan tekanan

    darah dan kadar kolesterol sehingga menyebabkan aterosklerosis. Proses

    penyumbatan pembuluh darah dimulai dengan peningkatan tekanan darah

    akibat tingginya kolesterol dalam darah sehingga kecepatan aliran darah

    meningkat, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh

    darah dan menyebabkan aterosklerosis. Pembuluh darah yang mengalami

    aterosklerosis dapat menyebabkan thrombus di bagian dalam pembuluh

    darah dan dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah (Naga, 2012;

    Liu, et al, 2007). Apabila terjadi penyumbatan pada pembuluh darah

    koroner atau otak dapat menyebabkan munculnya gejala PJK atau Stroke

    (WHO, 2011).

  • 19

    D. Kerangka Teori

    Manfaat aktivitas fisik dalam menurunkan risiko Penyakit Jantung Koroner

    berdasarkan hasil penelitian oleh Reddigan, dkk (2011)1, Ignarro, dkk (2007) 2,

    Sofi, dkk (2007) 3, Li dan Siegrist (2012) 4 serta Mora, dkk (2007) 5.

    Aktivitas Fisik

    Mendorong metabolisme tubuh; meningkatkan sirkulasi darah & oksigen dalam tubuh.1,2

    Mendorong penurunan

    massa tubuh5

    Menurunkan Tekanan Darah5

    Meningkatkan Sensitivitas

    Insulin1

    Menurunkan Oksidasi kolesterol

    Low Density Lipoprotein 1

    Menurunkan Risiko

    Obesitas5

    Menurunkan Risiko

    Tekanan Darah

    Tinggi5

    Menurunkan kadar gula darah dan

    risiko Diabetes1

    Menurunkan Risiko

    penumpukan kolesterol di pembuluh darah dan

    aterosklerosis 1

    Mekanisme efek proteksi aktivias fisik terhadap PJK juga dipengaruhi faktor risiko PJK, yaitu usia, jenis kelamin, perilaku merokok 3,4,5

    Penurunan Risiko Penyakit Jantung Koroner

    Bagan 2.1 Kerangka Teori

  • 20

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    A. Kerangka Konsep

    Manfaat aktivitas fisik terhadap penurunan risiko PJK dipengaruhi oleh

    intensitas aktivitas fisik yang dilakukan oleh individu. Intensitas aktivitas fisik

    dalam penelitian ini diukur berdasarkan standar IPAQ (2005) dengan melihat

    kecukupan skor MET dan hari beraktivitas fisik dalam satu minggu. Hasil

    pengukuran aktivitas fisik dikategorikan kedalam kategori tingkat aktivitas

    rendah, sedang dan tinggi.

    Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui risiko dari

    karakteristik individu terhadap kejadian PJK pada individu yang beraktivitas fisik

    rendah, sedang dan tinggi. Variabel karakteristik individu yang diteliti dalam

    penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, perilaku merokok dan indeks masa tubuh,

    serta riwayat penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes mellitus dan stroke.

    Penyakit penyerta diteliti karena mempengaruhi patofisiologi PJK. Kerangka

    konsep penelitian berdasarkan variabel dari beberapa penelitian sebelumnya oleh

    Mora, dkk (2007), Sofi, dkk (2007), Li & Siergist (2011) dan Reddigan, dkk

    (2011).

  • 21

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep

    Variabel Dependen:

    Penyakit Jantung Koroner: 1. Non-PJK 2. PJK

    Variabel Karakteristik Individu:

    1. Jenis Kelamin

    2. Usia

    3. Status Merokok

    4. Durasi Merokok

    5. Indeks Masa Tubuh

    6. Riwayat Tekanan Darah Tinggi

    (Hipertensi)

    7. Riwayat Diabetes Mellitus (DM)

    8. Riwayat Stroke

    Variabel Independen:

    Aktivitas Fisik: 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

    Keterangan:

    Analisis Variabel Utama untuk melihat hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian PJK.

    Analisis stratifikasi aktivitas fisik pada tingkat rendah, sedang dan tinggi terhadap PJK menurut karakteristik individu (Jenis Kelamin, Usia, Status Merokok, Durasi Merokok, Indeks Masa Tubuh Riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus dan Stroke).

  • 22

    B. Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    1

    Penyakit Jantung Koroner (PJK)

    Status diagnosis Penyakit Jantung Koroner individu oleh dokter atau tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013.

    Kuesioner Individu

    Riskesdas (B21)

    Status Penyakit Penyakit Jantung Koroner (PJK):

    1. Non-PJK 2. PJK

    Nominal

    2 Aktivitas Fisik

    Kategori aktivitas Fisik yang dibagi menjadi tiga tingkat intesitas aktivitas fisik berdasarkan standar IPAQ (2005): Tingkat Aktivitas Fisik Tinggi: skor total MET individu sebesar >3000 MET dan >7 hari/minggu beraktivitas fisik. Tingkat Aktivitas Fisik Sedang: skor total MET individu >600 MET menit/minggu dan >5 hari/minggu beraktivitas fisik. Tingkat Aktivitas Fisik Rendah apabila tidak melakukan aktivitas fisik atau tidak memenuhi kriteria Tingkat Aktivitas Fisik Sedang maupun Tinggi.

    Kuesioner Individu

    Riskesdas dengan bantuan

    kartu peraga

    (B16 B21)

    Tingkat Aktivitas Fisik: 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

    Ordinal

    3 Jenis Kelamin

    Jenis kelamin individu berdasarkan kartu keluarga dan pengamatan ciri-ciri fisik individu.

    Kuesioner Rumah Tangga Riskesdas (IV)

    Jenis Kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan

    Ordinal

    4 Usia Usia individu mulai sejak lahir hingga sampai usia ulang tahun terakhir pada saat menjadi responden Riskesdas tahun 2013.

    Kuesioner Rumah Tangga Riskesdas (IV)

    Usia individu dalam satuan Tahun

    Rasio

    5 Status Merokok

    Status merokok individu selama satu bulan terakhir. Merokok apabila merokok setiap hari atau kadang-kadang. Pernah merokok apabila tidak merokok tetapi pernah merokok sebelumnya. Tidak merokok apabila responden tidak pernah merokok.

    Kuesioner Individu

    Riskesdas (G05)

    Status Merokok: 1. Tidak Merokok 2. Pernah Merokok 3. Merokok

    Ordinal

  • 23

    No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    6 Durasi Merokok

    Lama kebiasaan merokok ditentukan berdasarkan umur responden merokok pertama kali hingga umur pada saat berhenti atau umur saat menjadi responden Riskesdas 2013 dalam satuan tahun.

    Kuesioner Individu

    Riskesdas (G06 & G07)

    Durasi merokok responden dalam satuan tahun Rasio

    7 Indeks Masa Tubuh

    Hasil perhitungan berat badan dibagi dengan pangkat dua tinggi badan (Kg/m2) yang dibagi menjadi empat kategori; kurang, normal, lebih dan obesitas menurut standar Kementerian Kesehatan RI.

    Kuesioner Individu

    (K01 & K02)

    Indeks Masa Tubuh (Kemenkes RI, 2013): 1. Kurang (Indeks Masa

    Tubuh 27,0 kg/m2)

    Ordinal

    8

    Riwayat Penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

    Status diagnosis riwayat tekanan darah tinggi pada individu >15 tahun oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013

    Kuesioner Individu (B18)

    Riwayat Penyakit Hipertensi: 1. Tidak Hipertensi 2. Hipertensi

    Ordinal

    9

    Riwayat penyakit Diabetes Mellitus

    Status diagnosis riwayat Diabetes Mellitus pada individu >15 tahun oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013

    Kuesioner Individu (B12)

    Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus: 1. Tidak Diabetes Mellitus 2. Diabetes Mellitus

    Ordinal

    10 Riwayat Penyakit Stroke

    Status diagnosis riwayat Penyakit Stroke pada individu >15 tahun oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil wawancara saat Riskesdas tahun 2013.

    Kuesioner Individu (B31)

    Riwayat Penyakit Stroke: 1. Tidak Stroke 2. Stroke Ordinal

  • 24

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross-sectional untuk melihat hubungan

    aktivitas fisik dan kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK). Desain cross-sectional dipilih

    karena pengukuran variabel aktivitas fisik, variabel PJK dan variabel karakteristik individu

    diukur dalam satu waktu. Data setiap variabel dalam penelitian ini merupakan data sekunder

    dari hasil pengukuran saat Riskesdas tahun 2013.

    B. Waktu dan Lokasi Penelitian

    Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder skala nasional yang berasal dari 33

    provinsi di Indonesia yang dikumpulkan saat Penelitian Riskesdas pada tanggal 1 Mei 30

    Juni 2013. Analisis lanjut dilaksanakan pada bulan April hingga Mei tahun 2015.

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    Sampel dalam Riskesdas 2013 dipilih secara bertahap dengan desain sampel yang

    dibedakan menurut domain estimasi tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Kerangka

    sampel Riskesdas 2013 terdiri dari dua jenis, yaitu kerangka sampel untuk penarikan sampel

    tahap pertama dan kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap kedua (Kemenkes RI,

    2013).

    a. Kerangka sampel pemilihan tahap pertama adalah daftar primary sampling unit (PSU)

    dalam master sampel. Jumlah PSU dalam master sampel adalah 30.000 yang dipilih

    secara probability proportional to size (PPS) dengan jumlah rumah tangga hasil sensus

    penduduk (SP) 2010 (Kemenkes RI, 2013).

  • 25

    b. Kerangka sampel pemilihan tahap kedua adalah seluruh bangunan sensus yang

    didalamnya terdapat rumah tangga biasa tidak termasuk institutional household

    (panti asuhan, barak polisi/militer, penjara, dsb) hasil pencacahan lengkap.

    (Kemenkes RI, 2013).

    Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, secara nasional terdapat 11.986 blok

    sensus dengan response rate 99.9%. Sampel Rumah Tangga yang berhasil dikunjungi

    sebanyak 294.959 dengan response rate 98.3%. Sedangkan jumlah Anggota Rumah

    Tangga yang didata sebanyak 1.027.763 individu dengan response rate sebesar

    93.0% (Kemenkes RI, 2013).

    Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang berusia >15 tahun dan menjadi

    responden Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013. Individu dengan usia >15 tahun

    dipilih karena memiliki risiko terhadap Penyakit Jantung Koroner. Maka sampel atau

    data individu yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan individu yang telah

    memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

    a. Kriteria Inklusi

    Individu yang menjadi responden dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, maka

    terdapat sebanyak 1.027.763 individu yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.

    b. Kriteria Eksklusi

    Individu yang berusia

  • 26

    Bagan 4.1. Alur Pemilihan Sampel

    Penelitian ini menggunakan keseluruhan responden Riskesdas tahun 2013 yang

    berusia >15 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 722329 individu. Setelah

    dilakukan cleaning data terdapat sampel dengan pengukuran variabel yang tidak

    lengkap. Sampel tersebut akan tetap dianalisis untuk melihat hubungan aktivitas fisik

    dengan kejadian PJK. Distribusi sampel setiap variabel diuraikan dalam tabel berikut:

    Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Variabel Penelitian

    No Variabel Total Sampel

    Jumlah Sampel yang

    dapat dianalisis

    Jumah Sampel yang tidak dapat dianalisis

    Keterangan

    1 Penyakit Jantung Koroner (PJK) 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

    2 Aktivitas Fisik 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis 3 Jenis Kelamin 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis 4 Usia 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis 5 Status Merokok 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

    6 Durasi Merokok 258.031 (perokok) 223.657 34.374

    Terdapat individu yang merokok tanpa diketahui umur pertama merokok dan/atau umur saat berhenti merokok

    7 Indeks Masa Tubuh 722.329 712.580 9.749 Terdapat sampel tanpa pengukuran tinggi dan/atau berat badan

    8 Riwayat penyakit Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

    722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

    9 Riwayat penyakit Diabetes Mellitus 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

    10 Riwayat Penyakit Stroke 722.329 722.329 0 Semua dapat dianalisis

    Responden Riskesdas tahun 2013

    n = 1.027.763

    Responden berusia 15 tahun) n = 722.329

  • 27

    Berdasarkan jumlah sampel yang tersedia untuk dianalisis, maka dapat dihitung

    kekuatan uji (1-) pada setiap variabel. Perhitungan kekuatan uji berdasarkan rumus

    besar sampel uji hipotesis pada 2 proporsi (two tail), sebagai berikut:

    =12

    2(1 ) + 11(1 1) + 2(1 22

    (1 2)2

    Keterangan:

    Z1-/2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan 95% ( 1,96)

    Z1- : Nilai Z dari kekuatan uji

    P1 : Proporsi individu yang terekspos faktor risiko PJK pada penderita PJK

    P2 : Proporsi individu yang tidak terekspos faktor risiko PJK pada penderita

    PJK

    : 1+22

    Perhitungan kekuatan uji (1-) setiap variabel penelitian menggunakan aplikasi

    Sampel Size 2.0 pada sistem operasi Windows. Kekuatan uji dari setiap variabel

    penelitian diuraikan dalam tabel berikut:

    Tabel 4.2 Kekuatan Uji Variabel Penelitian

    No Variabel Besar Sampel P1 P2 Peneliti

    Sebelumnya Kekuatan

    Uji (1-)

    1 Penyakit Jantung Koroner (PJK) 722.329 0,05 0,95 Kementerian Kesehatan RI, (2013)

    99%

    2 Aktivitas Fisik 722.329 0,27 0,73 Mora, dkk (2007) 99%

    3 Jenis Kelamin 722.329 0,51 0,49 Kementerian Kesehatan RI, (2013)

    99%

    4 Usia 722.329 0,51 0,49 Llyod-Jones, dkk (2006) 99%

    5 Status Merokok 722.329 0,409 0,591 Glynn & Rosner (2005) 99%

  • 28

    No Variabel Besar Sampel P1 P2 Peneliti

    Sebelumnya Kekuatan

    Uji (1-)

    6 Durasi Merokok 223.657 0,409 0,591 Glynn & Rosner (2005) 99%

    7 Indeks Masa Tubuh 712.580 0,418 0,582 Llyod-Jones, dkk (2006) 99%

    8 Riwayat penyakit Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

    722.329 0,47 0,53 Xu, dkk (2006) 99%

    9 Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (DM)

    722.329 0,70 0,30 Xu, dkk (2006) 99%

    10 Riwayat Penyakit Stroke 722.329 0,06 0,994 Raso, dkk (2006) 99%

    D. Metode Pengumpulan Data

    Saat pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, data dikumpulkan

    melalui wawancara dan pengukuran oleh enumerator Riskesdas. Entri data dilakukan

    di lokasi pengumpulan setelah data dikumpulkan agar masalah data dapat segera

    dituntaskan sebelum dikirimkan ke penanggung jawab Riskesdas pada tingkat

    Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2013). Selanjutnya dalam penelitian ini data dari

    beberapa variabel penelitian diberikan kode yang baru pada setiap kategori pada

    variabel untuk analisis penelitian.

    E. Pengukuran Variabel Penelitian

    Pengukuran variabel dalam penelitian ini berdasarkan hasil pengukuran responden

    oleh enumerator saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013. Beberapa diberikan kode

    ulang untuk keperluan analisis lanjut data sekunder Riskesdas tahun 2013. Berikut

    merupakan uraian pengukuran variabel penelitian.

  • 29

    1. Variabel Penyakit Jantung Koroner

    Variabel Penyakit Jantung Koroner (PJK) diukur berdasarkan hasil wawancara

    terkait riwayat Diagnosis PJK individu saat menjadi responden Riskesdas tahun

    2013.

    2. Variabel Aktivitas Fisik

    Variabel aktivitas fisik diperoleh dengan wawancara untuk mengukur skor MET

    (metabolic equivalent) dari jenis aktivitas fisik berat dan sedang yang dilakukan

    oleh individu. Berdasarkan standar International Physical Activity Questionnaire

    (IPAQ) tahun 2005 nilai MET untuk masing-masing kategori aktivitas fisik berat

    dan sedang adalah 8 dan 4. Total MET diperoleh dengan mengalikan antara

    jumlah menit beraktivitas dalam seminggu, dengan jumlah hari beraktivitas, dan

    nilai MET untuk masing-masing kategori aktivitas. Dalam penelitian ini

    perhitungan skor berdasarkan jenis aktivitas fisik berat dan sedang diukur

    berdasarkan tabel berikut:

    Tabel 4.3 Perhitungan Skor MET berdasarkan Jenis Aktivitas Fisik

    Jenis Aktvitas Fisik

    Perhitungan Aktivitas Fisik MET value

    Berat Durasi beraktivitas (menit/hari) x

    Jumlah Hari Beraktivitas dalam

    Seminggu x

    8

    Sedang 4 Ringan Tidak termasuk jenis aktivitas fisik berat maupun sedang

    Skor total aktivitas fisik diperoleh dari akumulasi skor akhir MET jenis akitivitas

    fisik berat dan aktivitas sedang.

  • 30

    Skor total hasil perhitungan dikategorikan kedalam tiga kategori tingkat aktivitas

    fisik:

    a. Tinggi, apabila individu memenuhi skor total aktivitas fisik MET >3000

    dengan total jumlah hari beraktivitas fisik sebanyak >7 hari/minggu

    b. Sedang, apabila individu memenuhi skor total aktivitas fisik MET >600

    dengan total jumlah hari beraktivitas fisik sebanyak >5 hari/minggu

    c. Rendah, apabila aktivitas fisik oleh individu tidak memenuhi kriteria tingkat

    aktivitas fisik tinggi dan/atau tingkat aktivitas fisik rendah (IPAQ, 2005)

    3. Variabel Jenis Kelamin

    Pengukuran variabel jenis kelamin berdasarkan hasil wawancara saat pelaksanaan

    Riskesdas tahun 2013 yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara

    dan validasi dengan kartu identitas responden.

    4. Variabel Usia

    Variabel usia diukur berdasarkan hasil wawancara responden saat pelaksanaan

    riskesdas tahun 2013. Kemudian data usia dikategorikan menjadi dua kategori

    umur berisiko PJK berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu 50

    tahun.

    5. Variabel Status Merokok

    Status merokok individu diukur berdasarkn hasil wawancara saat pelaksanaan

    Riskesdas tahun 2013. Pengukuran status merokok dalam penelitian ini

    berdasarkan kategori status merokok yang diukur saat pelaksanaan Riskesdas

    tahun 2013. Selanjutnya dikategorikan menjadi kategori merokok (apabila

    individu merokok saat menjadi responden Riskesdas tahun 2013), pernah

  • 31

    merokok (apabila responden sudah tidak merokok, tetapi pernah merokok

    sebelumnya, dan tidak merokok (apabila responden mengaku belum pernah

    merokok sebelumnya).

    6. Variabel Durasi Merokok

    Durasi merokok merupakan waktu lama merokok individu dalam satuan tahun

    yang diukur berdasarkan selisih usia berhenti merokok atau usia saat menjadi

    responden Riskesdas tahun 2013 dan masih merokok dikurangi dengan usia mulai

    merokok. Individu yang merokok tetapi tidak dapat mengingat kapan mulai dan

    berhenti merokok tidak dihitung durasi merokoknya.

    7. Variabel Indeks Masa Tubuh

    Variabel indeks masa tubuh diukur berdasarkan hasil pengukuran berat dan tinggi

    badan saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013. Pengukuran menggunakan

    timbangan berat badan CAMRY dan pengukur tinggi badan (Kemenkes RI,

    2013). Perhitungan indeks masa tubuh (IMT) dengan membagi berat badan dalam

    kilogram dan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Kg/m2). Hasil dari

    pengukuran ini berupa kategori IMT; kurang apabila IMT27,0

    (Kemenkes RI, 2013).

    8. Variabel Penyakit Penyerta

    Terdapat tiga variabel penyakit penyerta yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu

    Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), Diabetes Mellitus dan Stroke. Pengukuran

    variabel berdasarkan hasil wawancara responden terkait riwayat diagnosis

  • 32

    masing-masing penyakit penyerta yang dilakukan saat pelaksanaan Riskesdas

    tahun 2013.

    F. Instrumen Pengumpulan Data

    Pengumpulan data menggunakan Kuesioner Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

    2013. Kuesioner Riskesdas tahun 2013 memiliki beberapa variabel yang akan

    dianalisis lanjut, yaitu status diagnosa PJK, aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, status

    merokok, usia saat mulai dan berhenti merokok, pengukuran tinggi dan berat badan,

    riwayat hipertensi serta riwayat penyakit Diabetes Mellitus dan Stroke.

    G. Manajemen Data

    Sebelum manajemen data dilakukan oleh peneliti, kegiatan pengelolaan data dan

    pembuatan dataset dilakukan oleh Litbangkes Kementerian Kesehatan RI terlebih

    dahulu. Alur manajemen data pada penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:

    1. Manajemen data Riskesdas tahun 2013 oleh Litbangkes Kemenkes RI

    Kegiatan manajemen data dilakukan melalui dua tahap, yaitu (Kemenkes RI,

    2013):

    Tahap 1 dilaksanakan di kabupaten/kota, meliputi kegiatan:

    1) Pengumpulan Data

    2) Receiving (penerimaan) dan batching (pembukuan)

    3) Kontrol kualitas data

    4) Entry Data

    5) Pengiriman Data Elektronik

    Tahap 2 dilakukan di Satuan Kerja Badan Litbangkes:

    1) Penerimaan dan penggabungan data Kab/Kota

    2) Cleaning data Kab/Kota

  • 33

    3) Penggabungan data Provinsi

    4) Cleaning data Provinsi

    5) Penggabungan data nasional

    6) Cleaning Data Nasional

    7) Imputasi

    8) Pembobotan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

    9) Penyimpanan data Elektronik

    2. Manajemen data Riskesdas tahun 2013 oleh Peneliti

    Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan setelah menerima dataset Riskesdas

    tahun 2013 sebelum melakukan analisis data lebih lanjut:

    1) Pemeriksaan data Riskesdas tahun 2013.

    2) Pengkodean data (coding) dilakukan pada setiap variabel dalam dataset untuk

    keperluan analisis data dengan menyesuaikan kategori atau kode awal yang

    dikumpulkan saat pelaksanan Riskesdas tahun 2013. Sedangkan pada hasil

    pengukuran yang tidak dapat dianalisis karena responden tidak dapat

    memberikan informasi, seperti pada pengukuran antropometri untuk variabel

    Obesitas dan umur pertama kali dan/atau terakhir merokok untuk durasi

    merokok, maka variabel tersebut diberikan kode/kategori tidak berlaku.

    3) Pengkodean data khususnya dilakukan pada variabel aktivitas fisik yang

    dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

    i. menentukan kategori aktivitas fisik berat, sedang dan ringan

    ii. perhitungan MET pada jenis aktivitas berat dan sedang

    iii. perhitungan total hari dalam seminggu melakukan aktivitas fisik

    iv. menentukan kategori aktivitas fisik rendah, sedang atau tinggi pada

    individu berdasarkan standar IPAQ (2005)

  • 34

    4) Mempersiapkan dataset untuk dianalisis menggunakan software pengolah data

    dan pengolah angka.

    H. Analisis Data

    Pada umumnya analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan

    tabulasi silang (crosstab) variabel karakteristik individu dan aktivitas fisik terhadap

    kejadian PJK. Berikut merupakan uraian analisis data dalam penelitian ini:

    1. Analisis Deskriptif

    Analisis deskriptif dilakukan pada semua variabel penelitian untuk melihat

    frekuensi (jumlah dan proporsi) dari setiap variabel penelitian terhadap variabel

    PJK. Hasil dari analisis disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dalam tabel silang

    (2x2) dengan total pada masing-masing kolom. Hal ini bertujuan untuk melihat

    perbedaan proporsi variabel aktivitas fisik dan karakteristik individu pada

    kelompok PJK dan Non-PJK.

    2. Uji Bivariat

    Terdapat 2 (dua) uji bivariat yang digunakan, yaitu:

    a. Uji Mann-Whitney

    Uji Mann-Whitney merupakan uji non-parametrik terhadap dua kelompok

    independen dan terdapat variabel dengan data numerik yang tidak

    berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas data numerik, variabel

    umur dan durasi merokok tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, uji

    Mann-Whitney bertujuan untuk melihat hubungan dari variabel numerik

    seperti pada variabel umur dan durasi merokok terhadap kejadian PJK dengan

    melihat p-value.

  • 35

    b. Uji Chi-Square

    Uji Chi-square merupakan uji non-parametrik yang digunakan untuk

    melihat hubungan data kategorik pada variabel aktivitas fisik dan variabel

    karakteristik individu dengan variabel PJK. Hasil analisis berupa p-value

    masing-masing variabel kategorik terhadap kejadian PJK.

    3. Odds Ratio (OR) dan 95% Confidence Interval (CI)

    Dalam penelitian ini, OR dan 95% CI dihasilkan dengan perhitungan tabel

    silang (2x2) untuk melihat risiko antara variabel aktivitas fisik dan karakteristik

    individu terhadap kejadian PJK. Berikut merupakan contoh skema analisis untuk

    mengetahui OR dan 95% CI antara variabel aktivitas fisik dan PJK:

    Analisis Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK

    Tingkat Aktivitas Fisik Status PJK OR (95% CI) Non-PJK PJK 1. Rendah A B 1.00 (Referent) 2. Sedang C D OR1 3. Tinggi E F OR2

    Kategori pertama (aktivitas fisik rendah) merupakan pembanding (referent) dalam

    analisis ini, sehingga hasil analisis berupa OR dan 95% CI dari setiap kategori

    kedua (aktivitas fisik sedang) dan kategori ketiga (aktivitas fisik tinggi) dari

    variabel aktivitas fisik dan terhadap variabel PJK. Analisis ini juga berlaku pada

    variabel karakteristik individu dengan >2 kategori untuk melihat OR dan 95% CI

    terhadap PJK.

  • 36

    4. Analisis Stratifikasi Analisis stratifikasi merupakan metode analisis untuk mengendalikan

    variabel confounding pada hubungan antara dua variabel. Analisis stratifikasi

    dilakukan dengan cara mengkelompokan analisis antar variabel ke dalam stratum

    kategori dari variabel confounding. Dalam penelitian ini, analisis stratifikasi

    bertujuan untuk melihat perbedaan risiko terhadap PJK dari variabel karakteristik

    individu pada masing-masing tingkat aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi.

    Analisis Stratifikasi pada Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Karakteristik Individu

    Variabel Karakteristik Individu

    Non-PJK PJK OR (95% CI)

    Aktivitas Fisik Rendah

    Kategori 1 A B 1.00 (Ref.) Kategori 2 C D OR1 Kategori 3 E F OR2

    Aktivitas Fisik Sedang

    Kategori 1 G H 1.00 (Ref.) Kategori 2 I J OR3 Kategori 3 K L OR4

    Aktivitas Fisik Tinggi

    Kategori 1 M N 1.00 (Ref.) Kategori 2 O P OR5 Kategori 3 Q R OR6

    Risiko PJK dari analisis stratifikasi dinyatakan dalam odds ratio (OR) dari

    hubungan variabel karakteristik individu dengan kejadian PJK pada masing-

    masing tingkat aktivitas fisik. Kategori variabel karakteristik individu yang

    pertama atau kategori yang dianggap tidak berisiko terhadap PJK digunakan

    sebagai pembanding (referent) dalam menghasilkan OR. Berdasarkan hasil

    analisis stratifikasi dapat ditarik kesimpulan apakah kelompok individu dengan

    tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi memiliki risiko PJK yang disebabkan

    faktor risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok individu dengan

    tingkat aktivitas fisik rendah.

  • 37

    BAB V HASIL

    A. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Aktivitas Fisik

    Berikut merupakan tabel 5.1 yang menunjukan masing-masing frekuensi aktivitas fisik

    pada kelompok Non-PJK dan PJK. Terdapat perbedaan signifkan proporsi aktivitas fisik pada

    kelompok PJK dan Non-PJK (p=0.000).

    Tabel 5.1 Frekuensi PJK menurut Aktivitas Fisik

    Tingkat Aktivitas Fisik: Non-PJK PJK

    p value n % n %

    1. Rendah 459956 64.04 3336 82.03

    0.000 2. Sedang 49129 6.84 134 3.29 3. Tinggi 209177 29.12 597 14.68

    Total 718262 100.00 4067 100.00

    Aktivitas fisik rendah memiliki proporsi terbesar pada kelompok PJK dan Non-PJK.

    Meskipun demikian, proporsi aktivitas fisik rendah pada kelompok PJK (82,03%) lebih besar

    dibandingkan dengan kelompok Non-PJK (64,04%). Proporsi aktivitas fisik sedang dan

    tinggi pada kelompok PJK (3,29% dan 14,68%) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok

    Non-PJK (6,84% dan 29,12%).

    B. Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik Individu

    Tabel 5.2 menunjukan perbedaan proporsi variabel karakteristik individu pada kelompok

    PJK dan Non-PJK yang signifikan (p=0,000). Proporsi perempuan lebih besar pada

    kelompok PJK (56,48%) dibandingkan pada kelompok Non-PJK (51,82%). Proporsi laki-

    laki lebih besar pada kelompok Non-PJK (48,18%) dibandingkan pada kelompok PJK

    (43,52%).

  • 38

    Tabel 5.2 Frekuensi PJK menurut Karakteristik Individu

    Variabel Karakteristik Individu Non-PJK PJK p value n % n % Jenis Kelamin 1. Laki-laki 346053 48.18 1770 43.52 0.000 2. Perempuan 372209 51.82 2297 56.48 Total 718262 100.00 4067 100.00

    Usia Individu (tahun) x SD x SD 39,8 +16,1 55,2 +13,6 0.000 Total 718262 100.00 4067 100.00 Kategori Usia Individu 1. 15 26 tahun 173975 24.22 98 2.43 0.000 2. 27 38 tahun 181732 25.30 355 8.75 3. 39 50 tahun 179392 24.97 978 24.00 4. >50 tahun 183163 25.51 2636 64.82 Total 718262 100.0 4067 100.0 Status Merokok 1. Tidak Merokok 461460 64.26 2658 65.36 2. Pernah Merokok 31998 4.46 767 18.86 0.000 3. Merokok 224624 31.28 642 15.79 Total 718082 100.00 4067 100.00

    Durasi Merokok (tahun) x SD x SD 22,3 +14,4 31.3 +15,2 0.000 Total (perokok) 222417 100.00 1240 100.00 Kategori Durasi Merokok 1. 0 tahun (tidak merokok) 461460 64.26 2658 65.36 2. 1 21 tahun merokok 115080 16.03 343 8.43 0.000 3. >22 tahun merokok 107337 14.95 897 22.06 4. Tidak Berlaku 34205 4.76 169 4.16 Total 718082 100.00 4067 100.00 Indeks Masa Tubuh 1. Kurang (IMT 27,0) 100030 13.92 1060 26.06 5. Tidak Berlaku 9612 1.35 137 3.37 Total 718262 100.00 4067 100.00 Riwayat Hipertensi 1. Tidak Hipertensi 650037 90.50 1933 47.53 0.000 2. Hipertensi 68225 9.50 2134 52.47 Total 718262 100.00 4067 100.00 Riwayat Diabetes Mellitus (DM) 1. Tidak Diabetes Mellitus 706083 98.30 3529 86.77 0.000 2. Diabetes Mellitus 12179 1.70 538 13.23 Total 718262 100.00 4067 100.00 Riwayat Stroke 1. Tidak Stroke 712669 99.22 3773 92.77 0.000 2. Stroke 5593 0.78 294 7.23 Total 718262 100.00 4067 100.00

  • 39

    Kelompok PJK memiliki rata-rata umur yang lebih tua (55,2 tahun) dibandingkan

    kelompok Non-PJK (39,8 tahun). Sebagian besar penderita PJK berusia >50 tahun (64,84%).

    Proporsi usia 15-26 tahun, 27-38 tahun dan 39-50 tahun cenderung lebih besar pada

    kelompok Non-PJK, hanya proporsi usia >50 tahun yang lebih besar pada kelompok PJK.

    Proporsi individu yang pernah merokok lebih tinggi pada kelompok PJK (18,86%)

    dibandingkan Non-PJK (4,46%). Rata-rata durasi merokok kelompok PJK (31,3 tahun) lebih

    lama dibandingkan kelompok Non-PJK (22,3 tahun). Proporsi individu yang merokok >22

    tahun pada kelompok PJK (23%) lebih besar dibandingkan kelompok Non-PJK (15,7%).

    Berdasarkan indeks masa tubuh (IMT), proporsi IMT kurus dan normal paling besar pada

    kelompok Non-PJK (12,58% dan 61,36%) dibandingkan kelompok PJK (10,20% dan

    47,21%). Sebaliknya, proporsi IMT lebih dan obesitas lebih besar pada kelompok PJK

    (13,15% dan 26,06%) dibandingkan dengan pada kelompok Non-PJK (10,79% dan 13,92%).

    Proporsi individu dengan Hipertensi pada kelompok PJK (52,47%) lebih besar

    dibandingkan pada kelompok Non-PJK (9,50%). Begitu juga dengan proporsi penderita

    Diabetes Mellitus dan Stroke pada kelompok PJK (13,23% dan 7,23%) yang lebih besar

    dibandingkan pada kelompok Non-PJK (1,70% dan 0,78%).

  • 40

    C. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner

    Hasil analisis pada tabel 5.3 menunjukan individu yang beraktivitas fisik dengan

    intensitas sedang maupun tinggi memiliki risiko terhadap PJK yang lebih rendah

    dibandingkan individu hanya beraktivitas fisik dengan intensitas rendah.

    Tabel 5.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK

    Tingkat Aktivitas Fisik Kejadian PJK

    OR 95% CI 1. Rendah 1.00 (Referent) 2. Sedang 0.38 (0.32-0.45) 3. Tinggi 0.40 (0.36-0.43)

    Individu dengan tingkat aktivitas fisik sedang memiliki risiko 62% lebih rendah untuk

    terkena PJK, sedangkan individu dengan tingkat aktivitas fisik tinggi memiliki risiko 60%

    lebih rendah untuk terkena PJK. Efek proteksi terhadap PJK lebih besar pada tingkat

    aktivitas fisik sedang dibandingkan tingkat aktivitas fisik tinggi.

    D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu

    Tidak ada perbedaan risiko PJK yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada

    tingkat aktivitas fisik rendah dan sedang. Meskipun demikian, perempuan lebih berisiko

    mengalami PJK 1,60 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada tingkat aktivitas fisik

    tinggi. Hal ini menunjukan bahwa perempuan lebih berisiko terkena PJK dibandingkan

    laki-laki. Secara keseluruhan, individu yang berusia >26 tahun lebih berisiko terhadap PJK

    dibandingkan individu berusia 50 tahun yang beraktivitas fisik sedang dan tinggi dibandingkan dengan

    individu yang hanya beraktivitas fisik rendah.

  • 41

    Tabel 5.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK menurut Karakteristik individu

    Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Jenis Kelamin Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

    Rendah Laki-laki 174955 1360 1.00 (Referent) 176315 38.12 Perempuan 285001 1976 0.91 (0.80-0.96) 286977 61.88

    Sedang Laki-laki 34529 89 1.00 (Referent) 34618 70.29 Perempuan 14600 33 0.89 (0.57-1.29) 14633 29.71

    Tinggi Laki-laki 136569 321 1.00 (Referent) 136890 65.31 Perempuan 72608 276 1.60 (1.42-1.91) 72884 34.69 Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Usia Individu Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

    Rendah

    15 26 tahun 129800 76 1.00 (Referent) 129876 28.03 27 38 tahun 108402 252 3.97 (3.07-5.13) 108654 23.45 39 50 tahun 101235 729 12.30 (9.71-15.58) 101964 22.01 >50 tahun 120519 2279 32.30 (25.69-40.59) 122798 26.51

    Sedang

    15 26 tahun 10547 4 1.00 (Referent) 10551 21.68 27 38 tahun 13391 22 4.33 (1.49-12.57) 13413 27.56 39 50 tahun 13652 49 9.46 (3.41-26.23) 13701 28.15 >50 tahun 10939 59 14.22 (5.16-39.16) 10998 22.60

    Tinggi

    15 26 tahun 33628 18 1.00 (Referent) 33646 16.04 27 38 tahun 59339 81 2.55 (1.53-4.25) 59420 28.33 39 50 tahun 64505 200 5.79 (3.58-9.38) 64705 30.85 >50 tahun 51705 298 10.77 (6.69-17.33) 52003 24.79

    Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Status Merokok Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

    Rendah Tidak Merokok 341128 2273 1.00 (Referent) 343401 74.0 Pernah Merokok 19848 650 4.89 (4.50-5.37) 20498 4.40 Merokok 98980 413 0.61 (0.53-0.69) 99393 21.60

    Sedang Tidak Merokok 22369 60 1.00 (Referent) 22429 45.59 Pernah Merokok 2301 25 4.10 (2.54-6.47) 2326 4.71 Merokok 24459 49 0.71 (0.51-1.09) 24508 49.70

    Tinggi Tidak Merokok 98143 325 1.00 (Referent) 98468 46.91 Pernah Merokok 9849 92 2.81 (2.24-3.56) 9941 4.69 Merokok 101185 180 0.52 (0.43-0.71) 101365 48.30

    Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Durasi Merokok Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

    Rendah 0 tahun / tidak merokok 341128 2273 1.00 (Referent) 343401 76.80 1-21 tahun merokok 54778 247 0.72 (0.56-0.79) 55025 12.29 >22 tahun merokok 48009 684 2.12 (2.01-2.34) 48693 10.91

    Sedang 0 tahun / tidak merokok 22369 60 1.00 (Referent) 22429 49.07 1-21 tahun merokok 12384 19 0.60 (0.40-0.90) 12403 27.10 >22 tahun merokok 10760 44 1.53 (1.11-2.23) 10804 23.73

    Tinggi 0 tahun / tidak merokok 98143 325 1.00 (Referent) 98468 50.40 1-21 tahun merokok 47918 77 0.51 (0.40-0.59) 47995 24.57 >22 tahun merokok 48568 169 1.12 (0.82-1.31) 48737 25.03

  • 42

    Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Indeks Masa Tubuh Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

    Rendah

    Kurang (IMT 27,0) 72151 894 2.17 (2.00-2.36) 73045 16.04

    Sedang

    Kurang (IMT 27,0) 5120 35 3.07 (2.05-4.60) 5155 10.56

    Tinggi

    Kurang (IMT 27,0) 22759 131 2.48 (2.02-3.04) 22890 10.98

    Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Riwayat Hipertensi Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

    Rendah Tidak Hipertensi 410796 1530 1.00 (Referent) 412326 89.0 Hipertensi 49160 1860 10.16 (9.49-10.88) 51020 11.0

    Sedang Tidak Hipertensi 45904 76 1.00 (Referent) 45980 93.34 Hipertensi 3225 58 10.86 (7.70-15.32) 3283 6.66

    Tinggi Tidak Hipertensi 193337 327 1.00 (Referent) 193664 92.32 Hipertensi 15840 270 10.08 (8.57-11.85) 16110 7.68 Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Riwayat Diabetes Mellitus (DM) Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

    Rendah Tidak Diabetes Mellitus 450253 2846 1.00 (Referent) 453099 97.80 Diabetes Mellitus 9703 490 7.99 (7.24-8.81) 10193 2.20

    Sedang Tidak Diabetes Mellitus 48675 123 1.00 (Referent) 48798 99.06 Diabetes Mellitus 454 11 9.59 (5.14-17.89) 465 0.94

    Tinggi Tidak Diabetes Mellitus 207155 560 1.00 (Referent) 207715 99.02 Diabetes Mellitus 2022 37 6.77 (4.84-9.47) 2059 0.98 Hubungan aktivitas fisik dengan PJK menurut Riwayat Penyakit Stroke Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %

    Rendah Tidak Stroke 454978 3070 1.00 (Referent) 458048 98.89 Stroke 4978 266 7.89 (7.10-8.89) 5244 1.01

    Sedang Tidak Stroke 49014 131 1.00 (Referent) 49145 99.80 Stroke 115 3 9.81 (3.10-31.11) 118 0.20

    Tinggi Tidak Stroke 208677 572 1.00 (Referent) 209249 99.65 Stroke 500 25 18.21 (12.12-27.51) 525 0.35

    Menurut status merokok, tingkat aktivitas fisik rendah, individu yang pernah

    merokok berisiko 4,89 kali terkena PJK. Sedangkan pada kelompok dengan tingkat

    aktivitas fisik sedang dan tinggi, individu yang pernah merokok berisiko 4,10 kali dan

    2,81 kali untuk terkena PJK. Hal ini menunjukan semakin tinggi tingkat aktivitas fisik,

    semakin rendah risiko terhadap PJK pada individu yang pernah merokok.

  • 43

    Sedangkan menurut durasi merokok, risiko PJK baru terlihat pada individu yang

    merokok selama >22 tahun. Pada kelompok dengan aktivitas fisik rendah, merokok

    selama >22 tahun berisiko 2,12 kali terkena PJK. Sedangkan pada kelompok dengan

    aktivitas fisik sedang dan tinggi, merokok selama >22 tahun, risiko PJK terlihat lebih

    rendah atau hanya sebesar 1,53 kali dan 1,12 kali berisiko untuk terkena PJK. Hal ini

    menunjukan semakin tinggi tingkat aktivitas fisik maka semakin rendah risiko PJK

    pada individu dengan durasi merokok >22 tahun.

    Menurut indeks masa tubuh (IMT), risiko PJK lebih terlihat pada individu yang

    mengalami obesitas pada tingkat aktivitas fisik rendah sebesar 2,17 kali, aktivitas fisik

    sedang sebesar 3,07 kali dan aktivitas fisik tinggi sebesar 2,48 kali. Sedangkan pada

    individu dengan IMT kurang lebih berisiko pada tingkat aktivitas fisik sedang sebesar

    1.06 kali dan aktivitas fisik tinggi sebesar 1.26 kali dibandingkan tingkat aktivitas fisik

    rendah. Meskipun demikian, IMT kurang tidak menunjukan risiko PJK yang signifikan

    pada tingkat aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi. Individu dengan IMT lebih secara

    signifikan lebih berisiko PJK pada tingkat aktivitas fisik rendah sebesar 1,56 kali, tetapi

    lebih berisiko secara signifikan pada tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi.

    Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa individu dengan IMT kurang

    berisiko PJK lebih tinggi pada tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi, individu dengan

    IMT lebih berisiko PJK lebih tinggi pada tingkat aktivitas fisik rendah, sedangkan

    Individu dengan obesitas lebih berisiko PJK pada setiap tingkat aktivitas fisik.

    Penyakit penyerta jantung koroner seperti hipertensi, DM dan stroke secara

    konsisten meningkatkan risiko PJK pada kelompok dengan tingkat aktivitas fisik

    rendah, sedang dan tinggi. Individu yang mengalami hipertensi dan beraktivitas fisik

  • 44

    rendah, sedang dan tinggi berisiko sebesar 10,16 kali, 10,86 kali dan 10,08 kali terkena

    PJK dibandingkan individu yang tidak mengalami hipertensi. Individu dengan penyakit

    DM berisiko terkena PJK sebesar 7,99 kali pada dengan aktivitas fisik rendah.

    Sedangkan dengan aktivitas fisik sedang dan tinggi penyakit DM berisiko 9,59 kali dan

    6,77 kali menyebabkan PJK. Individu yang menderita stroke dengan aktivitas fisik

    rendah, sedang dan tinggi berisiko 7,89 kali, 9,81 kali dan 18,21 kali terkena PJK. Hasil

    analisis ini menunjukan bahwa individu yang memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan

    DM tetapi beraktivitas fisik tinggi cenderung memiliki risiko PJK yang lebih rendah,

    tetapi hal ini tidak terjadi pada penderita Stroke.

  • 45

    BAB VI PEMBAHASAN

    A. Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dimana pengukuran

    variabel aktivitas fisik dan PJK dilakukan dalam satu waktu. Hal ini

    menyebabkan tidak dapat diketahui secara pasti apakah perilaku aktivitas

    fisik yang diukur mendahului kejadian PJK, sehingga penelitian ini tidak

    dapat menjelaskan hubungan kausalitas menurut urutan waktu terjadinya

    PJK. Namun hasil penelitian ini dapat menunjukan efek proteksi aktivitas

    fisik terhadap kejadian PJK, dimana individu yang rutin beraktivitas fisik

    cenderung memiliki risiko yang lebih rendah terhadap PJK dibandingkan

    individu yang kurang beraktivitas fisik.

    Pengukuran variabel aktivitas fisik dilakukan dengan metode

    wawancara saat pengumpulan data Riskesdas tahun 2013, oleh karena itu

    bias informasi mungkin terjadi dalam penelitian ini. Hal ini merupakan

    kelemahan akurasi pengukuran aktivitas fisik dengan kuesioner pada

    umumnya (Li & Siegrist, 2012; Sofi et al., 2007). Meskipun demikian,

    pengukuran aktivitas fisik dalam penelitian dibantu dengan kartu peraga

    untuk membedakan jenis aktivitas fisik (Kemenkes RI, 2013). Dengan

    demikian, bias dalam penentuan jenis aktivitas fisik dapat diminimalisir dan

    bias informasi mungkin hanya disebabkan karena responden harus

    mengingat frekuensi dan durasi beraktivitas fisik.

  • 46

    Selain aktivitas fisik, analisis juga dilakukan pada variabel karakteristik

    individu yang merupakan faktor risiko PJK menurut penelitian sebelumnya

    oleh Reddigan, dkk (2007), Sofi, dkk (2007), Mora, dkk (2007), Ignarro, dkk

    (2011) serta Li dan Siegrist (2012). Penelitian ini tidak menganalisis variabel

    pola konsumsi individu dari Riskesdas tahun 2013, karena berkaitan dengan

    validitas data yang berpotensi bias pada hasil penelitian, sehingga hanya

    variabel yang berpengaruh terhadap kejadian PJK secara langsung seperti

    usia lanjut, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, status

    penyakit penyerta (Reddigan et al., 2011; Mora et al., 2007). Namun

    pengukuran variabel penyakit seperti PJK, hipertensi, DM dan stroke. Hal ini

    dapat disebabkan karena pengukuran penyakit berdasarkan hasil wawancara

    riwayat penyakit tanpa validasi pencatatan diagnosis penyakit tersebut.

    Sedangkan pada variabel status merokok, kategori merokok menunjukan

    individu yang masih merokok pada saat diwawancara tanpa dibedakan

    berdasarkan durasi merokok. Sehingga tidak dapat dibedakan individu yang

    baru mulai merokok dan individu yang sudah merokok dalam jangka waktu

    yang lama dalam kategori status merokok. Meskipun demikian, penelitian ini

    juga meneliti durasi merokok individu untuk mengetahui lama waktu

    merokok yang berisiko terhadap PJK.

    Analisis pada variabel indeks masa tubuh dan durasi merokok tidak

    dilakukan pada setiap sampel penelitian. Hal ini dikarenakan pada saat

    pengumpulan data, terdapat individu yang tidak dilakukan pengukuran

    antropometri dan individu yang merokok tetapi tidak dapat menyebutkan

  • 47

    kapan mulai dan berhenti merokok, sehingga tanpa mengeluarkan sampel

    yang tidak memiliki pengukuran variabel yang lengkap, analisis indeks masa

    tubuh dilakukan pada 712580 individu dan analisis durasi merokok berasal

    dari 223657 individu yang merokok.

    B. Frekuensi Penyakit Jantung Koroner berdasarkan Aktivitas Fisik

    Sebagian besar individu hanya beraktivitas fisik rendah, baik pada

    kelompok PJK maupun Non-PJK. Aktivitas fisik rendah diukur berdasarkan

    skor Metabolic Equivalent (MET) yang kurang dari 600 atau tidak

    memenuhi standar skor kecukupan minimal aktivitas fisik sedang dan/atau

    aktivitas fisik tinggi menurut standar International Physical Activity

    Questionnaire (IPAQ) tahun 2005. Hasil analisis ini sesuai dengan penelitian

    sebelumnya oleh Mora, dkk (2007) yang menunjukan proporsi aktivitas fisik

    rendah merupakan proporsi yang paling besar atau sekitar 50% dari sampel

    penelitian hanya beraktivitas fisik rendah. Hal ini disebabkan karena

    aktivitas fisik sedang dan tinggi merupakan tingkat aktivitas fisik yang hanya

    dapat dicapai oleh individu yang rutin beraktivitas fisik selama seminggu

    (Mora et al., 2007). Hasil analisis menunjukan bahwa sebagian besar

    individu tidak beraktivitas fisik secara rutin dan memiliki skor MET dibawah

    kecukupan (

  • 48

    dibandingkan kelompok PJK (3,3% dan 14,7%). Aktivitas fisik sedang dan

    tinggi merupakan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan

    sudah memenuhi atau melebihi skor minimal 600 MET (Sofi et al., 2007).

    Aktivitas fisik sedang dan tinggi cenderung memberikan efek proteksi

    terhadap PJK dibandingkan pada individu yang tidak beraktivitas fisik atau

    beraktivtas fisik dibawah kecukupan (

  • 49

    2. Usia

    Berdasarkan karakteristik usia, kelompok PJK memiliki rata-rata usia

    yang lebih tua (55 tahun) dibandingkan dengan kelompok Non-PJK (39,8

    tahun). Penderita PJK cenderung berusia >50 tahun, namun proporsi

    penderita PJK juga terdapat pada kelompok usia 15-26 tahun dan terus

    meningkat hingga usia >50 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian

    sebelumnya yang menunjukan pertambahan usia dan berusia lanjut

    merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berpengaruh dalam

    terjadinya PJK, sehingga sebagian besar penderita PJK merupakan

    individu yang berusia lanjut atau berusia >50 tahun (Lloyd-Jones et al.,

    2006). Secara substansial, jantung koroner merupakan penyakit kronis

    sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk menimbulkan gejala

    yang diakibatkan kerusakan pada pembuluh darah. Namun, patofisiologi

    PJK dapat mulai saat individu masih muda dan muncul saat individu

    berusia lanjut (Naga, 2012).

    Sedangkan hasil analisis juga menunjukan penderita PJK yang

    terdapat pada kelompok usia

  • 50

    3. Status dan Durasi Merokok

    Status merokok pada penelitian ini berdasarkan perilaku merokok

    individu saat wawancara yang dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu

    merokok, pernah merokok dan tidak merokok. Proporsi kategori

    merokok yang lebih besar pada kelompok Non-PJK dibandingkan pada

    kelompok PJK. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar individu

    yang termasuk dalam kategori merokok, baru merokok selama satu tahun

    dan masih berusia

  • 51

    waktu yang cukup lama serta sudah berusia lanjut (Glynn & Rosner,

    2005; Naga, 2012).

    4. Indeks Masa Tubuh

    Hasil analisis pada tabel 5.2 menunjukan penderita PJK leb