Hubung singkat

173

Click here to load reader

Transcript of Hubung singkat

Page 1: Hubung singkat

11

Bahan Kuliahdari

SUGIH ARTO YUSUF

Page 2: Hubung singkat

2

Buku yang dipergunakan untuk

bahan kuliah

Buku yang dipergunakan untuk

bahan kuliah

1. W.D Stevenson, Jr : Elements Of Power 1. W.D Stevenson, Jr : Elements Of Power System AnalysisSystem Analysis2.. Turann Gonen : Modern Power System Analysis2.. Turann Gonen : Modern Power System Analysis

3. I.J Nagrath : Modern Power System Analysis Stability3. I.J Nagrath : Modern Power System Analysis Stability

4. Edward W.Kimbark: Power System Stability4. Edward W.Kimbark: Power System Stability

5. 5. POWER SYSTEM POWER SYSTEM : : BEHIC R.GUNGORBEHIC R.GUNGOR, , Univ.of South AlabamaUniv.of South Alabama

Page 3: Hubung singkat

33

Page 4: Hubung singkat

44

Page 5: Hubung singkat

55

Page 6: Hubung singkat

66

Page 7: Hubung singkat

77

Page 8: Hubung singkat

88

Page 9: Hubung singkat

99

Page 10: Hubung singkat

1010

Page 11: Hubung singkat

1111

SISTEM TENAGA LISTRIK

PusatPembangkit Listrik

PLTUPLTG

PLTGUPLTPPLTAPLTDPLTN

Saluran TransmisiSUTT 150 KVSKTT 150 KV

SUTET 500 KV

Saluran Distribusi

SUTM 20 kVSKTM 20 kV

SUTR 380/220V

Pemakai :Konsumen

Konsumen TRKonsumen TMKonsumen TT

Pembangkit

Trafo Trafo Trafo

Page 12: Hubung singkat

1212

STUDI yang DIPELAJARI STUDI yang DIPELAJARI padapada

ANALISIS SISTEM TENAGAANALISIS SISTEM TENAGA

• LOAD FLOW STUDY ( studi aliran daya )• SHORT CIRCUIT STUDY ( studi hubung singkat )• TRANSIENT STABILITY ( studi stabilitas peralihan )• EKONOMIC POWER SYSTEM ( studi operasi ekonomi )• LOAD SHEIDING ( studi pelepasan beban )

TIPE : SEIMBANG & TAK SEIMBANGSIFAT : PERMANEN & TEMPORERPREDIKSI : LOKASI & WAKTUPENYEBAB : ALAM & WAKTUKEGUNAAN : KAPASITAS PENGAMAN & SETTING, KOORDINASI RELE & ANALISIS SISTEM

Page 13: Hubung singkat

13

PENDAHULUAN

Struktur Sistem Tenaga ListrikLokasi sentral sumber energi

PLTA ditentukan oleh sumber air

PLT-Termis lainnya ditentukan oleh sumber bahan bakarnya.

GAMBAR DIAGRAM SATU GARIS

BEBAN STATIS

G M

M

BEBAN STATIS

BEBAN STATIS

Page 14: Hubung singkat

14

Diagram Satu Garis

Sistem tenaga 3 fasa yang simetris dapat dipecahkan per 1 fasa dengan menggambarkan DIAGRAM SATU GARIS, untuk memberi yang diperlukan sesuai dengan tujuan studi.

Studi yang dipelajari :1. Studi Aliran Daya ( Load Flow )2. Studi Operasi Ekonomi ( Economic Power System )3. Studi Hubung Singkat ( Short Circuit )4. Studi Kestabilan Peralihan ( Stability Transient )5. Pelepasan Beban ( Load shieding )

Analisis Studi Aliran Daya

Tujuan terpenting : Memeriksa tegangan2 pd setiap rel & profil tegangan sistem (-5% s/d + 5% ) Menghitung aliran2 daya pd saluran dan memeriksa kapasitas peralatan yg

ada di sistem( cukup besar utk menyalurkan daya yg diinginkan. Menghitung pengaruh kehilangan sementara dari saluran/pembangkitan

pada pembebanan sistem. Utk memperoleh kondisi mula utk studi2 lanjutan ( hub.singkat & kestabilan )

Page 15: Hubung singkat

15

Menentukan operasi sistem yg ekonomis Meminimumkan rugi2 transmisi sistem

Operasi Ekonomi Sistem Tenaga Membuat jadwal daya keluar tiap2 generator yg ada dlm satu sentral utk

memikul beban yg dijadwalkan kepada sentral tsb

Membuat jadwal daya keluar dr tiap2 sentral yg ada dlm sistem utk mencatu beban sistem, sehingga jumlah biaya pembangkitan minimum.

Analisis Hubung SingkatTujuan :

Memeriksa/menghitung besar arus atau daya hubung singkat pd setiap rel yg ada

dlm sistem dan besar alira arus/daya pd setiap saluran yg terhubung pd rel yg bersangkutan.

Dgn mengetahui besar arus atau daya hubung singkat dpt ditentukan kapasitas alat pemutus tenaga yg sesuai.

Memeriksa besar arus atau daya hubung singkat yg mengalir pd setiap komponen sistem, dan berdasarkan hasil tsb dpt dilakukan koordinasi

rele2 (relays coordination ).

Page 16: Hubung singkat

1616

Analisis Kestabilan Peralihan ( Transient Stability )Analisis Kestabilan Peralihan ( Transient Stability )

Bila terjadi gangguan pd sistem, ada kemungkinan pembangkit yg ada Bila terjadi gangguan pd sistem, ada kemungkinan pembangkit yg ada pd sistem keluar dari sistem, jadi analisis kestabilan ini bertujuan :pd sistem keluar dari sistem, jadi analisis kestabilan ini bertujuan :

Utk memeriksa apakah sistem tetap stabil atau tidak bila terjadi Utk memeriksa apakah sistem tetap stabil atau tidak bila terjadi gangguan ( hubung singkat, penambahan/pengurangan beban besar gangguan ( hubung singkat, penambahan/pengurangan beban besar secara tiba2.secara tiba2.

Pelepasan Beban ( Load Shedding )Pelepasan Beban ( Load Shedding )

Bila beban terlalu besar atau kekurangan pembangkit terlalu besar Bila beban terlalu besar atau kekurangan pembangkit terlalu besar maka ada kemungkinan pembangkit tdk cukup sehingga jatuhnya maka ada kemungkinan pembangkit tdk cukup sehingga jatuhnya frekwensi sampai dibawah harga yg diizinkan, sehingga sebahagian frekwensi sampai dibawah harga yg diizinkan, sehingga sebahagian beban harus dilepaskan dari sistem ( Under Frequency Relay ).beban harus dilepaskan dari sistem ( Under Frequency Relay ).

Page 17: Hubung singkat

1717

Studi ini dibagi atas 3 kelompok :Studi ini dibagi atas 3 kelompok :

1.1. Keadaan mantap ( Steady State )Keadaan mantap ( Steady State )2.2. Keadaan peralihan ( Transient )Keadaan peralihan ( Transient )3.3. Keadaan sub-peralihan ( Sub-Transient )Keadaan sub-peralihan ( Sub-Transient )

MESINMESIN

TRAFO 2 BELITANTRAFO 2 BELITAN TRAFO 3 BELITANTRAFO 3 BELITAN

PEMUTUS TENAGAPEMUTUS TENAGA

HUB.DELTA HUB.DELTA ∆∆ HUB. WYEHUB. WYE Y Y

G / M

Page 18: Hubung singkat

1818

DDiiagram Impedansi atau Diagram Reaktansiagram Impedansi atau Diagram Reaktansi

Utk menganalisa kinerja dari suatu sistem dalam keadaan normal Utk menganalisa kinerja dari suatu sistem dalam keadaan normal atau dalam keadaan hubung singkat, diagram satu garis harus diubah atau dalam keadaan hubung singkat, diagram satu garis harus diubah menjadi diagram impedansi atau reaktansi, yg menggambarkan impedansi menjadi diagram impedansi atau reaktansi, yg menggambarkan impedansi ekivalen dekivalen daari tiap komponen dlm sistem.ri tiap komponen dlm sistem.

Diagram ReaktansiDiagram Reaktansi

G1

G2

M

G1 G1 M

Page 19: Hubung singkat

1919

Representasi Komponen-Komponen SistemRepresentasi Komponen-Komponen Sistem

Komponen-komponen dari sistem tenaga terdiri dari :Komponen-komponen dari sistem tenaga terdiri dari :

Pusat Pembangkit ( generator )Pusat Pembangkit ( generator ) Transformator dayaTransformator daya Transmisi ( SUTET )Transmisi ( SUTET ) Kondensator sinkronKondensator sinkron Alat pengaman ( pemutus daya dan rele )Alat pengaman ( pemutus daya dan rele ) Beban ( dinamik dan statis )Beban ( dinamik dan statis )

Generator Sinkron Generator Sinkron

Tergantung dari macam studi yg dilakukan generator sinkron direpresentasikanTergantung dari macam studi yg dilakukan generator sinkron direpresentasikan Studi Aliran DayaStudi Aliran Daya : karena yg diperlukan tegangan rel, maka generator tidak : karena yg diperlukan tegangan rel, maka generator tidak

diuraikan dlm reaktansi.diuraikan dlm reaktansi. Studi Hubung SingkatStudi Hubung Singkat : : reaktansi sub-peralihanreaktansi sub-peralihan terhubung seri dgn tegangan terhubung seri dgn tegangan

dibelakang reaktansi sub-peralihan.dibelakang reaktansi sub-peralihan. Studi Kestabilan PeralihanStudi Kestabilan Peralihan : : reaktansi peralihanreaktansi peralihan terhubung seri dgn tegangan terhubung seri dgn tegangan

dibelakang reaktansi peraliahan.dibelakang reaktansi peraliahan.

Transformator Transformator : Utk semua macam studi transformator direpresentasikan hanya : Utk semua macam studi transformator direpresentasikan hanya sebagai reaktansi bocor.sebagai reaktansi bocor.

Sugih

Page 20: Hubung singkat

20

CONTOH SOAL Diagram Satu Garis ke Diagram Reaktasi

Page 21: Hubung singkat

21

Sistem Per Satuan ( Per-Unit-System )

Untuk memudahkan perhitungan dlm sistem tenaga biasanya dipakai nilai2 dlm persatuan yg dinyatakan dlm per satuan ini ialah nilai yang sebenarnya ada dibagi nilaidasar ( base value ), nilai dasar dpt dipilih sembarang.

Arus sebenarnya ada [ Amper ] Iada

Contoh : Ipu = = Arus dasar [ Amper ] Idasar

Vada

Vpu = pu Vdasar

Sada

Spu = Ppu + j Qpu = puSdasar

Zada

Zpu = puZdasar

Page 22: Hubung singkat

22

Page 23: Hubung singkat

23

Pemilihan Nilai-Nilai Dasar : Tegangan Dasar :

Nilai dasar Vdasar biasanya dipilih tegangan nominal dari salah satu komponen dlm sistem dan nilai dasar tegangan untuk bagian lain dari sistem diperoleh dgn mengalikan nilai dasar yg telah dipilih tadi dgn faktor transformasi dari transformator yg dipisahkan komponen dimana tegangan dasar telah dipilih dgn komponen lain yang akan dicari tegangan dasarnya.

Daya dasar : Sdasar dipilih sembarang daya, dan daya dasar ini berlaku untuk seluruh sistem.

Arus dasar :

Idasar diperoleh dari daya dasar dan tegangan yang telah ditentukan. Sdasar ( KVA )3 ( KVA )1

Idasar = = = Amp

Vdasar 3 KVL-L KVL-N

Page 24: Hubung singkat

24

Impedansi dasar :

Vdasar KVL-L KVL-N Zdasar = = x 103 = x 103

Idasar 3 Idasar Idasar

KVL-N KVL-N Zdasar = X x 103 Idasar KVL-N ( KVL-N )2 Zdasar = x 103 ( KVA )1 phasa

2 2

( KVL-N ) ( KVL-L) Zdasar = = Ohm

( MVA )1 ( MVA )3

Zada

Z pu = Zdasar

Page 25: Hubung singkat

25

Page 26: Hubung singkat

26

Page 27: Hubung singkat

27

Page 28: Hubung singkat

28

Impedansi Per-Unit Transformator 3 Kumparan

Pada trafo 2 kumparan, mempunya daya nominal (KVA) yang sama pada keduakumparannya. Pada trafo 3 kumparan, ketiga kumparan mempunyai daya nominalyang berbeda.

ZPS = ZP + ZS : impedansi antara kump. primer dan sekundai diukur pada sisi primerZPT = ZP + ZT : impedansi antara kump. primer dan tersier diukur pada sisi primerZST = ZS + ZT : imp. antara kump. sekundair dan tersier diukur pada sisi sekundair

NP , NS , NT : jum.lilitan kump.primer, sekundair, tersier, maka bila semua impedansi dinyatakan pada tegangan yang sama, mis.pada tegangan primer maka impedansi menjadi :ZPS = ZP + ZS ZPT = ZP + ZT ( NP / NS ) ZST = ( NP / NS ) ( ZS + ZT )

Bila impedansi2 trafo diberikan dalam per-unit dan daya kumparan primer diambil sebagai dasar , maka persamaan diatas menjadi :

ZPS = ZP + ZS ZPT = ZP + ZT

Page 29: Hubung singkat

29

( SP / SS ) ZST = ( SP / SS ) ( ZS + ZT ) pu . . . . . ( * )Dari pers. ( * ) diperoleh : ZS

ZP = ½ ( ZPS + ZPT – SP / SS . ZSP) pu ZP

ZS = ½ ( ZPS + SP / SS . ZST – ZPT ) pu ZT = ½ ( ZPT + SP / SS . ZST – ZPS ) pu ZT

Reduksi Jala-Jala

Mereduksi jala2 artinya, jala2 yang sulit dijadikan jala2 yg lebihsederhana. Untuk mereduksi atau menyederhanakan jala2 diperlukan teori2 :

Penggabungan seri atau paralel Transformasi – Y atau Y – Transformasi STAR – MESH

Page 30: Hubung singkat

30

CONTOH SOAL Perhitungan Sistem Per-Unit

Page 31: Hubung singkat

31

Page 32: Hubung singkat

32

Page 33: Hubung singkat

33

Page 34: Hubung singkat

34

Page 35: Hubung singkat

35

Bila suatu hubung singkat terjadi pada suatu sistem tenaga, arus akanmengalir di berbagai bagian dari sistem. Besaran “arus segera” setelah terjadi gangguan berbeda besarnya beberapa putaran ( cycle ) kemudian, yaitu pada saat pemutusan terjadi. Kedua arus diatas jauh pula berbeda dengan arus yang akan mengalir setelah keadaan mantap, yaitu bila gangguan tidak diisoler dari sistem ( dengan bekerjanya pemutus2 tenaga ). Hubung Singkat Generator Tanpa Beban

Pada mesin sinkron terdapat 3 macam reaktansi.

Xd dan Xq = reaktansi sinkron pada sumbu d dan q

X’d dan X’q = reaktansi peralihan pada sumbu d dan q

X”d dan X”q = reaktansi sub peralihan pada sumbu d dan q

Kedua macam reaktansi terakhir bukan reaktansi sebenarnya tetapi reaktansi hipotetis.

Page 36: Hubung singkat

36

Sesuai dengan reaktansi2 diatas maka arus2 pun ada 3 macam:

I = arus hubung singkat mantap, yaitu arus mantap setelah bagian peralihan hilang karena redaman.

I’ = arus hubung singkat peralihan yaitu arus selama keadaan peralihan, beberapa saat setelah hubung singkat

terjadi, dan belum termasuk arus komponen searah ( DC )

I” = arus sub peralihan, yaitu arus maximum pada saat terjadinya hubung singkat, belum termasuk komponen searah ( DC )

Page 37: Hubung singkat

37

Didalam analisis sistem tenaga, pada umumnya mesin sinkron itu

dianggap sebagai mesin non-salient-pole, jadi reaktansi pada sumbu

d sama dengan reaktansi pada sumbu q dan reaktansi itu biasanya

diberikan dengan notasi X, X’ , X” ( kutub menonjol diabaikan ).

Untuk generator tanpa beban yang dihubung singkat, tegangan

dalam untuk ketiga macam keadaan ( mantap, peralihan dan sub

peralihan ) adalah sama, yaitu : E” = E’ = E

Oa E Maka arus2nya adalah : I = =

2 X

Ob E I’ = =

2 X’

Oc E I” = =

2 X”

Page 38: Hubung singkat

38

Page 39: Hubung singkat

39

Page 40: Hubung singkat

40

Page 41: Hubung singkat

41

Page 42: Hubung singkat

42

Page 43: Hubung singkat

43

Page 44: Hubung singkat

44

Page 45: Hubung singkat

45

Page 46: Hubung singkat

46

Page 47: Hubung singkat

47

Page 48: Hubung singkat

48

Hubung Singkat Generator Sinkron Dalam Keadaan Berbeban

Beban Statik

Bila sebelum gangguan telah ada arus, yaitu arus beban, maka arus total generator termasuk arus beban, dan dapat diperolehdengan 2 cara :

a) dengan theorema Thevenin.

b) dengan menggunakan tegangan dalam sub-peralihan

generator.

Page 49: Hubung singkat

49

Page 50: Hubung singkat

50

Page 51: Hubung singkat

51

Page 52: Hubung singkat

52

Page 53: Hubung singkat

53

Page 54: Hubung singkat

54

Dengan menggunakan theorema Thevenin

G

Vf

SUGIH ARTO YUSUFKULIAH 2006

Vf ZL ( Ze + jXg” )If ” = dimana Zth = Zth ZL + Ze + jXg”

Page 55: Hubung singkat

55

Arus hubung singkat generator, tidak termasuk arus beban IL :

ZL

Ig” = x If ”

jXg” + Ze + ZL

Jadi arus total generator ( termasuk arus beban )

Ig(total) = Ig” + IL dengan IL = Vf

ZL

Dengan menggunakan tegangan dalam sub-peralihan generator.

Eg” = Vf + IL ( j Xg” + Ze )

Eg”

Ig(total) =

j Xg” + Ze

Page 56: Hubung singkat

56

G M G

G M

M

Page 57: Hubung singkat

57

Theorema Thevenin

Arus hubung singkat simetris pada titik hubung singkat : Vf ( j Xg” + Ze ) ( j Xm” )

I”f = dengan Zth = Zth j ( Xg” + Xm” ) + Ze

j Xm”Arus hubung singkat generator : Ig” = x If”

j ( Xg” + Xm” ) + Ze

j Xm” + Ze

Arus hubung singkat motor : Im” = x If” j ( Xg” + Xm” ) + Ze

SL

Arus beban : IL = Vf

Jadi arus total generator : Ig ( total ) = Ig” + IL

Arus total motor : Im ( total ) = Im” - IL

Page 58: Hubung singkat

58

Dengan menggunakan tegangan dalam sub-peralihan Generator .GEN: Eg” = Vf + IL ( j Xg” + Ze )

MOT: Em” = Vf – IL ( j Xm” )

Jadi arus total generator dan motor :Eg”

Ig” = j Xg” + Ze

Em”Im” =

j Xm”

Arus hubung singkat di titik F : If” = Ig” + Im”

Page 59: Hubung singkat

59

Dengan tangan, cara yang paling mudah ialah dengan metodereduksi jala-jala. Bila tegangan pada titik hubung singkat sebelumhubung singkat terjadi tidak diketahui, maka biasanya diambilsebesar 1 per-unit. Pada perhitungan arus hubung singkat biasanyaarus beban diabaikan.

Ini berati bahwa semua titik dalam sistem mempunyai tegangan yang sama.

Komputer Digital, banyak model matematis yang dapat digunakan :

a. Metode iterasi admitansi relb. Metode impedansi hubung singkat

Page 60: Hubung singkat

60

Besar arus hubung singkat dan harga maksimumnya, termasuk

komponen DC : Imak = 1,732 E” X”

Alat pemutus tenaga itu mempunyai 3 macam rating arus :

Rating Arus Kontinu ( Rated continuous current )

Rating Arus Pemutusan ( Rated interrupting current )

Rating Arus Seketika ( Rated momentary current )

Page 61: Hubung singkat

61

Rating Arus Kontinu : rating arus kontinu ialah arus beban terbesar yang dapat dilakukan secara

kontinu dengan temperatur 30 C.Rating Arus Pemutusan :

rating arus pemutusan ialah arus total terbesar ( AC dan DC ) yangdapat diputuskan dengan selamat.

Besar arus ini tergantung dari waktu membukanya alat pemutus tenaga itu. Karena komponen DC sulit dihitung maka untuk mengikut sertakan komponen DC ini arus simetri(AC) dikalikan dengan suatu faktor pengali.

Faktor tersebut tergantung dari waktu membukanya alat pemutus tenaga.

Waktu membuka alat Faktor Pengali Pemutus tenaga

8 cycle 1,05 cycle 1,1

3 cycle 1,2 2 cycle 1,4 Seketika 1,6

Page 62: Hubung singkat

62

Rating Arus Seketika : ialah arus total terbesar (AC dan DC) yangdapat dilalukan dengan aman selama 1

detik . E”Besar arus total maksimum : Imaks = 1,732

X”

Tetapi karena arus ini dalam waktu yang sangat singkat sudah berkurang karena redaman, maka biasanya faktor perkalian diambil1,6 bukan 1,732.

E”Jadi momentary rating dari alat pemutus tenaga itu = 1,6

X”

Page 63: Hubung singkat

63

Kapasitas alat pemutus tenaga diberikan dalam MVA. Jadi bila besar arus hubung singkat terbesar yg mungkin mengalir melalui pemutus tenaga itu = I, maka kapasitas terkecil pemutus tenaga itu adalah :

k 3 VL-L x I [MVA] 1000 Dimana k = faktor pengali

VL-L = tegangan jala-jala dalam KV

I = arus dalam Ampere.

Rating tegangan normal dipakai sehubungan dengan rating pemutusan. Rating tegangan maksimum adalah 105 % dari tegangan normal.

Page 64: Hubung singkat

64

Page 65: Hubung singkat

65

Page 66: Hubung singkat

66

CONTOH SOAL

Perhitungan Hubung Singkat

Page 67: Hubung singkat

67

Uraian atau bentuk transformasi dari Fortesque karena ketiga pasangan komponen-komponennya simetris, sedang bentuk2 transformasi yang lain tidak simetris.

Bentuk umum dari semua macam transformasi sebagai berikut :

Va = C11 V1 + C12 V2 + C13 V3

Vb = C21 V1 + C22 V2 + C23 V3

Vc = C31 V1 + C32 V2 + C33 V3 ( * )

dimana : C11, C12, C13, C21 . . . . . dst adalah konstanta2 transformasi.

Page 68: Hubung singkat

68

• Jadi Cv atau CI mentransformasikan tegangan

atau arus dari sistem a,b,c kesistem 1,2,3.Harga matriks transformasi C adalahsembarang dengan syarat determinan C 0.Metode komponen simetris ini dapat dipakaiuntuk segala sistem fasa banyak, tetapi olehkarena pada umunnya kita berhadapan dengansistem 3 fasa, maka selanjutnya akan dibatasipada sistem 3 fasa saja. Metoda komponensimetris ini dapat dipakai untuk segala sistemfasa banyak.

Page 69: Hubung singkat

69

Page 70: Hubung singkat

70

Page 71: Hubung singkat

71

Walau pemilihan koefisien sembarang, hanya ada satu cara sehingga ketiga vektor yang lama itu dapat digantikan oleh 3 pasangan vektor yang masing-masing pasangan terdiri dari 3 buah vektor yang simetrik. Suatu sistem yang terdiri dari 3 buah vektor yang simetris bila ketiga vektor itu sama besarnya dan tergeser satu terhadap yang lain sebesar 120 atau 360.Misal ke-tiga vektor asal Ea, Eb, Ec diuraikan dalam komponen-komponen simetrisnya yaitu :

Ea = Ea1 + Ea2 + Eao ; Eb = Eb1 + Eb2 + Ebo ; Ec = Ec1 + Ec2 + Eco ( * * ) dimana : Ea1, Ea2, Eao : komponen2 simetris dari Ea

Eb1, Eb2, Ebo : komponen2 simetris dari Eb

Ec1, Ec2, Eco : komponen2 simetris dari Ec

Page 72: Hubung singkat

72

Sehingga,Ea1, Eb1, Ec1, Ea2, Eb2, Ec2, Eao, Ebo, Eco, merupakan 3 pasang vektor2 yg simetrik :

ARAH putaran sudut ARAH putaran sudut

• ARAH abc ARAH abc• (urutan positip) (urutan negatip)

• Tidak ada arah putaran

Page 73: Hubung singkat

73

FASA REFERENSI & OPERATOR aPemilihan vektor referensi adalah sembarang, tetapi umumnya dipilih vektor fasa a sebagai referensi.

Operator a

Pada sistem tenaga 3 fasa yang simetris, ketiga vektor itu sama besarnya dan tergeser 120 satu dengan yang lain. Sebagai pengganti perputaran 120 itu dipilih satu operator dengan simbol a .

a = 1/__1200 = 1 e j(2Л/3) = 1 ( cos 1200 + j sin 1200 )

= - 0,5 + j 0,866 dimana j = -1

a2= a x a = ( -0,5 + j 0,866 ) ( - 0,5 + j 0,866 ) = - 0,5 - j 0,866

a3= 1/__3600 = 1 + j 0 a - a2

- 1, a2 1, a2

a2 - a

Page 74: Hubung singkat

74

Perubahan Dari Sistem 3 Fasa Tidak Seimbang

Ke Komponen Simetris

Jadi kalau fasa a dipilih sebagai fasa referensi dan dengan menggunakan operator a , maka :

Eb2 = a Ea2 urutan negatif

Ec2 = a2 Ea2

Ea2 = Ea2

Ea0 = Eb0 = Ec0 urutan nol

Eb1 = a2 Ea1 urutan positip

Ec1 = a Ea1

Ea1 = Ea1

Jadi harga :Ea = Ea1 + Ea2 + Ea0

Eb = a2Ea1 + aEa2 +Ea0

Ec = aEa1 + a2Ea2 + Ea0

Page 75: Hubung singkat

75

Selanjutnya dapat dicari hargaEa1, Ea2, Ea0 dinyatakan dalam Ea, Eb,Ec :

Ea0 = ⅓ ( Ea + Eb + Ec )Ea1 = ⅓ ( Ea + aEb + a2Ec )Ea2 = ⅓ ( Ea + a2Eb + aEc )

Sehingga :Ea = Ea1 + Ea2 + Ea0

Eb = a2Ea1 + aEa2 + Ea0

Ec = aEa1 + a2Ea2 + Ea0

Dan untuk arus :Ia0 = ⅓ ( Ia + Ib + Ic )Ia1 = ⅓ ( Ia + aIb + a2Ic )Ia2 = ⅓ ( Ia + a2Ib + aIc )

Ia = Ia1 + Ia2 + Ia0

Ib = a2Ia1 + aIa2 + Ia0

Ic = aIa1 + a2Ia2 + Ia0

Page 76: Hubung singkat

76

Page 77: Hubung singkat

77

Page 78: Hubung singkat

78

Page 79: Hubung singkat

79

Page 80: Hubung singkat

80

Page 81: Hubung singkat

81

Page 82: Hubung singkat

82

Page 83: Hubung singkat

83

Page 84: Hubung singkat

84

Page 85: Hubung singkat

85

Page 86: Hubung singkat

86

Page 87: Hubung singkat

87

Page 88: Hubung singkat

88

Page 89: Hubung singkat

89

Page 90: Hubung singkat

90

Page 91: Hubung singkat

91

Page 92: Hubung singkat

92

Page 93: Hubung singkat

93

Page 94: Hubung singkat

94

Page 95: Hubung singkat

95

Page 96: Hubung singkat

96

Page 97: Hubung singkat

97

Page 98: Hubung singkat

98

Page 99: Hubung singkat

99

Page 100: Hubung singkat

100

Page 101: Hubung singkat

101

Page 102: Hubung singkat

102

Page 103: Hubung singkat

103

Page 104: Hubung singkat

104

Page 105: Hubung singkat

105

Page 106: Hubung singkat

106

Page 107: Hubung singkat

107

Page 108: Hubung singkat

108

Page 109: Hubung singkat

109

Page 110: Hubung singkat

110

Page 111: Hubung singkat

111

Page 112: Hubung singkat

112

Page 113: Hubung singkat

113

Page 114: Hubung singkat

114

Tegangan yg dibangkitan generator Ea; Eb; Ec dan tegangan terminal Va; Vb; Vc

Gangguan terjadi di F , maka arus urutan akan timbul dan tegangan jatuh urutan di F terhadap tanah :

Va1 = Ea – Ia1 Z1 URUTAN POSITIPVa2 = 0 – Ia2 Z2 URUTAN NEGATIP, (tidak ada

sumber tegangan urutan negatip)

Va0 = 0 – Ia0 Z0’ – In Zn URUTAN NOL (tidak ada sumber tegangan urutan nol)

Va0 = - Ia0 Z0’ – ( Ia+Ib+Ic ) Zn

= - Ia0 Z0’ – 3 Ia0 Zn

= - Ia0 ( Z0 + 3Zn ) = - Ia0 Z0

G

Page 115: Hubung singkat

115

dimana harga : Z0 = Z0’ + 3 Zn

Z1 = impedansi urutan positip antara n dan F

Z2 = impedansi urutan negatip antara n dan F

Z0’ = impedansi urutan nol antar n dan F

Zn = impedansi netral generator ke tanah

Z0 = impedansi urutan nol antara tanah dan F

Sering juga disebut :Vn = - In Zn = tegangan netral generator ke tanah atau

pergeseran titik netral.Vn = - 3 Ia0 Zn = - Ia0 ( 3Zn )

Jadi persamaan umum tegangan pada titik gangguan :

Va1 = Ea1 – Ia1 Z1

Va2 = - Ia2 Z2

Va0 = - Ia0 Z0

Page 116: Hubung singkat

116

Z1

Z2

3Zn

Zo’Zo

Urutan NOL

Urutan Negatip

UrutanPositip

Gen

Ia1

Ia2

Ia0

Va1

Va2

Va0

Z1

Z1Z1

Ea

EbEc

Ia1

Ib1

Ic1

Z2

Z2Z2

Ia2

Ib2

Ic2

Zg0

Ia0

Ib0

Ic0

Zg0Zg0Zn

GEN

Va1 = Ea1 – Ia1 Z1

Va2 = - Ia2 Z2

Va0 = - Ia0 Z0

Page 117: Hubung singkat

117

1. H.S – Kawat-Kawat-Kawat, netral ditanahkan.Teori komponen simetris selalu dicari 6 besaran yg tidakdiketahui Va1, Va2, Va0 dan Ia1, Ia2, Ia0. Jadi dibutuhkan 6 persamaan

simultan.

Va1 = Ea – Ia1 Z1

Va2 = - Ia2 Z2

Va0 = - Ia0 Z0 = Vn – Ia0 Z0’…….pers.*

Ketiga yg lain adalah dari macam gangguan yg terjadi pada titikgangguan yg disebut dgn persamaan kondisi.

Untuk gangguan 3 fasa pers.kondisi-nya : Va – Vb = 0

Va – Vc = 0

pers.**….Ia + Ib + Ic = 0

Ec

Ea

Zn

Eb

Ia

Ic

Ib Vb

Vc

Va

SUGIH ARTO YUSUFKULIAH 2006

Page 118: Hubung singkat

118

Dari pers.* dan ** dpt dicari Va1 ; Va2 ; Va0 dan Ia1 ; Ia2 ; Ia0 sebagai berikut :

Va0 = ⅓ (Va + Vb + Vc) = Va jadi Va0 = Va

Va1 = ⅓ (Va + aVb + a2Vc) = ⅓ ( 1 + a + a2 ) Va = 0

Va2 = ⅓ ( 1 + a2 + a ) = 0

Ia0 = ⅓ (Ia + Ib + Ic) = 0 atau Va1 = Va2 = Ia0 = 0

Dari pers * Va1 = Ea – Ia1 Z1

0 = Ea – Ia1 Z1 jadi Ia1 = Ea/Z1

Va2 = - Ia2 Z2 = 0 atau Ia2 = 0

Jadi arus gangguan If = Ia1 = Ea/Z1

Perhatian : Va0 = - Ia0 Z0

Va0 = - Ia0 ( Z0’ + 3 Zn )

karena Ia0 = 0 maka Va0 = 0 x Z0

Page 119: Hubung singkat

119

2. H.S – Kawat-Kawat-Kawat, netral TIDAK ditanahkan.

Dalam hal ini : Va0 = 0 ( pada titik F )dan Vn= 0 , karena tegangan titik N dan titik F sama.

telah dihitung : Va0 = Va

Bila : (i) Z0 = terhingga Va0 = 0

(ii) Z0 = tak terhingga Va0 = tidak dapat ditentukan

Hal ini dapat ditentukan dgn cara lain :Impedansi Z0’ selalu terhingga, jadi Ia0Z0’ = 0 karena Ia0 =

0 ; ini berarti jatuh tegangan urutan nol dari titik N ke F = 0 , jadi titik N dan F berimpit karena bertegangan sama terhadap tanah

Page 120: Hubung singkat

120

GANGGUAN KAWAT ke TANAH• Persamaan kondisi Ib = 0 ; Ic = 0 ; Va = 0

Ia0 = ⅓ ( Ia + Ib + Ic ) = ⅓ Ia Ia1 = ⅓ ( Ia + aIb + a2Ic ) = ⅓ Ia

Ia2 = ⅓ ( Ia + a2Ib + aIc ) = ⅓ Ia

Jadi diperolehlah Ia0 = Ia1 = Ia2 = ⅓ Ia

Bila harga2 diatas disubtitusi ke persamaan umum Va1 = Ea1 – Ia1 Z1

Va2 = - Ia2 Z2

Vao = - Iao Z0

maka diperoleh Va0 + Va1 + Va2 = - Ia1Z0 + Ea – Ia1Z1 – Ia1Z2

dimana Va = Va0 + Va1 + Va2 = 0 sehingga persamaaan diatas

Ea Ia1 = = Ia2 = Ia0

Z1 + Z2 + Z0

Ec

Ea

Eb

Zn

Vb

Vc

Va

Page 121: Hubung singkat

121

Va0 = - Z0 Ea

Z1 + Z2 + Z0

Va1 = Ea – Z1 Ea = Z2 + Z0 Ea

Z1 + Z2 + Z0 Z1 + Z2 + Z0

Arus gangguan If = Ia = 3Ea

Z1 + Z2 + Z0

Netral generator tidak ditanahkan : Z0 = Z0’ + 3 Zn = Z0’ + = Ea

Ia1 = Ia2 = Ia0 = = 0 Z1 + Z2 +

Va1 = Ea – 0.Z1 = Ea

Va2 = 0Z0 Ea

Va0 = - = - Ea

Z1 + Z2 + Z0 Z1 + Z2 + Va0 = - Ea

Jadi tegangan nol pada titik F = - Ea , yaitu sama dengan tegangan generator.Karena Ia0 = 0 , maka tidak ada tegangan jatuh

urutan nol antara N dengan F( Ia0 Z0’ = 0 ). Jadi tegangan netral N sama dengan tegangan urutan nol pada titik F, atau :Vn = Vao = - Ea

Page 122: Hubung singkat

122

GANGGUAN KAWAT KE KAWAT

Ec

Ea

Eb

Vb

Vc

Va

Persamaan kondisi pd titik gangguan : Ia = 0 ; Ib = - Ic ; Vb = Vc

Ia0 = ⅓ ( Ia + Ib + Ic ) = 0Ia1 = ⅓ ( Ia + aIb + a2Ic ) = ⅓ ( a –a2 ) Ib = j Ib/√3Ia2 = ⅓ ( Ia + a2Ib + aIc ) = ⅓ ( a –a2 ) Ib = - jIb/√3Jadi diperoleh : Ia1 = - Ia2

Vb = Vc

a2Va1 + aVa2 + Va0 = aVa1 + a2Va2 + Va0

( a2 – a ) Va1 = ( a2 – a ) Va2

Jadi diperoleh : Va1 = Va2

Dari persamaan umum :Ea – Ia1 Z1 = - Ia2 Z2 = Ia1 ( Z1 + Z2 ) Jadi Ia1 = - Ia2 = Ea

Z1 + Z2

Va1 = Va2 = Z2 Ea

Z1 + Z2

If = Ib = - Ic = a2Ia1 + aIa2 + Ia0 If = - j √3 Ea

Z1 + Z2

Page 123: Hubung singkat

123

Ia = Ia1 + Ia2 + Ia0 = 0 Ia1 = - ( Ia2 + Ia0 )

Va0 = - Ia0 Z0 jadi Ia0 = - Va0 / Z0 = - Va1 / Z0

Va2 = - Ia2 Z2 jadi Ia2 = - Va2 / Z2 = - Va1 / Z1

Ia1 = - ( Ia2 + Ia0 ) = - ( - 1/Z2 – 1/Z0 ) Va1 = ( Z2 + Z0 ) Va1 atau Va1 = Z2Z0 Ia1

Z2 Z0 Z2 + Z0

Dari Va1 = Ea – Ia1 Z1

Didapat Ia1 = Z2 + Z0 Ea

Z1Z2 + Z1Z0 + Z2Z0

Persamaan kondisi : Ia = 0 ; Vb = 0 ; Vc = 0

Va0 = ⅓ ( Va + Vb + Vc ) = ⅓ VaVa1 = ⅓ ( Va + aVb + a2Vc ) = ⅓ VaVa2 = ⅓ ( Va + a2Vb + aVc ) = ⅓ Va

Va1 = Va2 = Va0

Va

Vb

Vc

Ia

Ib

Ic

Eb

Ec

Ea

Zn

Page 124: Hubung singkat

124

Ia2 = - Z0 Ia1 = - Z0 Ea

Z2 + Z0 Z1Z2 + Z1Z0 + Z2Z0

Ia0 = - Z2 Ia1 = - Z2 Ea

Z2 + Z0 Z1Z2 + Z1Z0 + Z2Z0

Arus gangguan, If = Ib + IcIf = ( a2Ia1 + aIa2 + Ia0 ) + ( aIa1 + a2Ia2 + Ia0 )If = - ( Ia1 + Ia2 ) + 2 Ia0

If = - 3 Z2 Ea

Z1Z2 + Z1Z0 + Z2Z0

Tegangan-tegangan urutan :

Va1 = Z2 Z0 Ea

Z1Z2 + Z1Z2 + Z2Z0

Va1 = Va2 = Va0

Page 125: Hubung singkat

125

Ia = 0 ; Ib + Ic = 0 ; Vb = Vc = 0

Ia0 = ⅓ ( Ia + Ib + Ic ) = 0Ia2 = - Ia1

Va1 = Va2 = Va0 = ⅓ Va

dari pers.umum Va2 = - Ia2 Z2

Va0 = - Ia0 Z0

Va1 = Ea – Ia1 Z1 = Va2

Va1 = -Ia2 Z2 = Ia1 Z1

Ea – Ia1Z1 = Ia1Z1

Ia1 = Ea = - Ia2

Z1 + Z2

Va1 = Va2 = Va0 = Z2 Ea

Z1 + Z2

Page 126: Hubung singkat

126

TRANSFORMASI HUBUNGAN BINTANG-DELTA

( Y - ∆ )

• Besaran-besaran ARUS & TEGANGAN >>> besaran-besaran FASA

• Bila kumparan Generator atau Trafo terhubung DELTA, tidak ada jalan keluar untuk ARUS-URUTAN-NOL, jadi Z0 untuk kumparan DELTA, dilihat dari jepitan2 luar tak terhingga besarnya.

• Genertor & Trafo terhubung DELTA diganti dengan Generator & Trafo ekivalen yang terhubung BINTANG dan netralnya tidak ditanahkan.

Page 127: Hubung singkat

127

Hubungan ARUS

Ia = IB – ICIb = IC – IAIc = IA – IB

Ia0 = ⅓ ( Ia + Ib + Ic )Ia0 = ⅓ ( IB + IC + IA ) - ⅓ ( IC + IA + IB )Ia0 = 0

IB IC

IA

Ia

Ib

Ic

Ia

IbIc

Ia

Ib

Ic

Hubungan antara arus pada trafo delta-bintang

Page 128: Hubung singkat

128

Ia0 = tidak dapat ditentukan secara matematik, tetapi ada arus IA0

didalam kumparan delta.

Ia0 = ⅓ ( Ia + aIb + a2Ic )Ia1 = ⅓ ( a2IA + aIC + IB ) - ⅓ ( IC + aIA + a2IB )Ia1 = ⅓ a2( IA + aIB + a2IC ) – a/3 ( IA + aIB + a2IC )Ia1 = ⅓ (a2 – a) ( IA + aIB + a2IC ) Ia1 = ⅓ (a2 – a) 3IA1 Ia1 = (a2 – a) IA1

Ia1 = -j √3 IA1 IA1 = j/ √3 Ia1

Ia2 = j √3 IA2 IA2 = -j / √3 Ia2

Ia0 = 0 IA0 tidak dapat ditentukan.

IA1

Ia1

IA2

Ia2

Page 129: Hubung singkat

129

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN

EA = Ec – Eb

EB = Ea – Ec

EC = Eb – Ea

EA0 = ⅓ ( EA + EB + EC ) = 0Ea0 tidak dapat ditentukanEA1 = ⅓ ( EA + aEB + a2EC ) - ⅓ ( a2Ea + aEc + Eb )EA1 = ⅓a ( Ea + aEb + a2Ec ) - ⅓ a3( Ea + aEb + a2Ec )EA1 = ⅓ (a2 – a) ( Ea + aEc + a2Ec )EA1 = (a – a2 ) Ea1

EA1 = j √3 Ea1 Ea1 = - j EA1 / √3 EA2 = -j √3 Ea2 Ea2 = j EA2 / √3

Ec Eb

Ea

EC EB

EA

Hubungan antara tegangan pada trafo delta-bintang

EA1

Ea1

EA2

Ea2

Page 130: Hubung singkat

130

Zn Rn

F

DIAGRAM SATU GARIS

G M

URUTAN POSITIP

URUTAN NEGATIP

X1 trans

XT1 XT2

X1 mX1 g

X2 trans XT2XT1

X2 g X2 m

F

F

X0g

XT 0

X0 transXT2 0

X0 m

Rn

F

URUTAN NOL

Page 131: Hubung singkat

131

Teori SUPERPOSISI jala2 tersebut dapat dirubah untuk mencari impedansi ekivalent. Bila arus2 beban diabaikan, maka tegangan pada F sebelum gangguan (pu), sama dgn tegangan generator.Tegangannya tegangan urutan positip = Eg.

EgX1 g

XT1 X1 trans XT2

X1 m

Eg

Ia1

Z1

( X1g + XT1 ) ( X1trans + XT2 + X1m ) Z1 =

( X1g + XT1 + X1trans + XT2 + X1m )

Page 132: Hubung singkat

132

Untuk menyederhanakan penganalisaan jala-jala dpt digambarkan sebagai kotak2 (block diagram)

Gangguan : K-K-K

Va1 = Va2 = 0Va0 = Va

Ea

I a1 = Z1

I a2 = 0I a0 = 0

F1

Va1

N1

F0

Va0

N0

F2

Va2

N2

I a1

I a2 = 0 I a0 = 0

Page 133: Hubung singkat

133

Gangguan : K-K-K-Tanah

F1

Va1

N1

F0

Va0

N0

F2

Va2

N2

I a1

I a2 = 0 I a0 = 0

Page 134: Hubung singkat

134

Gangguan : K-Tanah

F2

Va2

N2

I a1 = I a2 = I a0

Va1 + Va2 + Va0 = 0 Z0

Va0 = - Ea

Z1+Z2+Z0

Z2+Z0

Va1 = Ea

Z1+Z2+Z0

Z2

Va2 = - Ea

Z1+Z2+Z0

F1

Va1

N1

F0

Va0

N0

G0

I a1

I a2

I a0

Page 135: Hubung singkat

135

F2

Va2

N2

F1

Va1

N1

F0

Va0

N0

G0

I a1 I a2 I a0

GANGGUAN Kawat - Kawat

I a1 = - I a2 dan I a0 = 0

Va1 = Va2

Page 136: Hubung singkat

136

GANGGUANKAWAT-KAWAT-TANAH

Page 137: Hubung singkat

137

Page 138: Hubung singkat

138

Page 139: Hubung singkat

139

Page 140: Hubung singkat

140

Page 141: Hubung singkat

141

Page 142: Hubung singkat

142

Page 143: Hubung singkat

143

Page 144: Hubung singkat

144

Page 145: Hubung singkat

145

Page 146: Hubung singkat

146

Page 147: Hubung singkat

147

Page 148: Hubung singkat

148

Page 149: Hubung singkat

149

Page 150: Hubung singkat

150

Page 151: Hubung singkat

151

Page 152: Hubung singkat

152

Page 153: Hubung singkat

153

Page 154: Hubung singkat

154

Page 155: Hubung singkat

155

Page 156: Hubung singkat

156

Page 157: Hubung singkat

157

Page 158: Hubung singkat

158

GANGGUAN TIDAK SEIMBANG PADA SISTEM SEIMBANG

Pada umumnya SISTEM2 itu sendiri TIDAK SEIMBANG,karena walaupun saluran transmisi di-TRANSPOSISI selalu adasedikit ketidak seimbangan, karena itu ARUS-ARUS pun TIDAKSEIMBANG pada kerja normal.

Tetapi pada umumnya pada SISTEM2 TENAGA LISTRIK ketidak seimbangan itu relatip kecil sehingga dapat diabaikantanpa menimbulkan kesalahan yang berarti.

Page 159: Hubung singkat

159

Gangguan-gangguan pada SISTEM TENAGA LISTRIK dapat dibagi dalam 2 golongan :

1. HUBUNG SINGKAT2. HUBUNG TERBUKA

Suatu SISTIM dimana terdapat GANGGUAN HUBUNGSINGKAT , dititik F

Bagian dr sistem dimana terdapat gangguan hubung singkat F

Va

Vb

Vc

I b I a I c

Page 160: Hubung singkat

160

Ia ; Ib ; Ic : arus yg mengalir menuju gangguan dari fasa-fasa a ; b ; ckarena gangguan, bukan arus jala2.

Va ; Vb ; Vc : tegangan-tegangan terhadap tanah pada fasa-fasa a , b , c , dititik gangguan F.

Sebelum terjadi gangguan tidak ada arus gangguan, jadi Ia1 = Ia2 = Ia0 = 0.

Vf = tegangan fasa a pada titik gangguan F sebelum gangguan, yaitu tegangan urutan positip.Ia1 = arus ganguan urutan positip yg mengalir dari fasa a menuju gangguan selama gangguan.Va1 = tegangan urutan positip fasa a pada titik gangguan selama gangguan.

Page 161: Hubung singkat

161

Akibat dari sesuatu gangguan terhadap jala-jala urutan positip adalah :1. merubah arus gangguan urutan positip dari harga nol menjadi

Ia1

2. merubah tegangan urutan positip pada titik gangguan dari harga Vf menjadi Va1.

Jadi perubahan tegangan atau tegangan yg dibutuhkan utk merubah tegangan titik gangguan dari Vf menjadi Va1 ialah :

- ( Vf – Va1 ).Prinsip SUPERPOSISI arus mula positip pada sesuatu titik dalam sistem itu dpt ditentukan besarnya adalah :

Arus beban + Arus yg ditimbulkan oleh perubahan tegangan – ( Vf-Va1 ) yg dipasang pd titik F dgn semua tegangan yg ada pd sistem itu dihubung singkat.

Bila tegangan – ( Vf – Va1 ) dipasang pd titik F dgn semua tegangan2 lain dihubung singkat maka arus urutan positip y mengalir ke sistem dari gangguan = - Ia1

Page 162: Hubung singkat

162

Vf – Va1

Jadi : - Ia1 = - Z1

Va1 = Vf – Ia1 Z1

Va2 = - Ia2 Z2

Va0 = - Ia0 Z0 ………( # )

Bandingkan pers (#) dgn pers umum utk generator tanpa beban

Va1 = Ea – Ia1 Z1

Va2 = - Ia2 Z2

Va0 = - Ia0 Z0

Pd jala2 urutan positip arus urutan positip ialah jumlah arus beban (urutan positip) dan arus urutan positip yg timbul karena gangguan.Tegangan urutan positip pd suatu titik dlm sistem itu dpt diperoleh dgn menambahkan jatuh tegangan urutan positip pd tegangan titik gangguan.

Page 163: Hubung singkat

163

Karena gangguan dalam SISTEM TENAGA pd umumnya mempunyai impedansi, yaitu impedansi gangguan, ini dpt dilihat sbb :

Va

Vb

Vc

I b I a

I c

Zf

Zf Zf

Zf

I a1

F1

N1

GANGGUAN : K- K- K

Vf

I a1 = Z1 + Zf

I a2 = I a0 = 0

Page 164: Hubung singkat

164

Pers. Kondisi : Ia = 0 ; Ib = - IcVb – Vc = Ib Zf/2 – Ic Zf/2 = Ib Zf

Ia0 = 0Ia1 = - Ia2

GANGGUAN : Kawat - Kawat

I a=0 I b I cZf/2 Zf/2

Va

Vb

Vc Zf/2 Zf/2

I a1 I a2

F1 F2

N2N1

Page 165: Hubung singkat

165

Vb – Vc + ( a2 –a )Va1 – ( a2 – a )Va2 = ( a2 – a )Va1 Zf

Va1 – Va2 = Ia1 Zf

Va1 – Ia1 Zf/2 = Va2 – Ia2 Zf/2

Va1 = Va2 + Ia1 Zf

Jadi Va1 = Vf – Ia1 Z1

Va2 = - Ia2 Z2

Vf – Ia1 Z1 = - Ia2 Z2 + Ia1 Zf

= Ia1 ( Z2 + Zf )

Vf

Ia1 = - Ia2 =

Z1 + Z2 + Zf

Page 166: Hubung singkat

166

Pers. Kondisi : Ib= 0 ; Ic = 0Va = Ia Zf

Ia1 = Ia2 = Ia0

Va = Va1 + Va2 + Va0 = ( Ia1 + Ia2 + Ia0 ) Zf

= 3 Ia1 Zf

GANGGUAN : Kawat - Tanah

I a

I b=0 I c=0 Zf

Va

Vb

Vc

I a1

I a2

F1

F2

N2

N1

F0 No

Go

I a0

3Zf

Page 167: Hubung singkat

167

Va1 = - Va2 – Va0 + 3 Ia1Zf

Vf – Ia1Z1 = Ia1Z2 + Ia1Z0 + 3 Ia1Zf jadi Vf = Ia1 ( Z1 + Z2 + Z0 + 3 Zf )

Vf

Ia1 =

Z1 + Z2 + Z0 + 3 Zf

Va1 = Vf – Ia1 Z1

Z2 + Z0 + 3 Zf

Va1 = Vf

Z t

Va2 = - Z2/Z t Vf

Va0 = - Z0/Z t Vf

If = 3 Ia1 = 3 Vf/Z t

Dimana : Z t = Z1 + Z2 + Z0 + 3 Zf

Page 168: Hubung singkat

168

Pers. Kondisi : Ia = 0Vb = ( Ib + Ic ) Zf

Vc = ( Ib – Ic ) Zf

Ia = Ia1 + Ia2 + Ia0 = 0Ia1 = - ( Ia2 + Ia0 )

GANGGUAN : Kawat–Kawat-Tanah

I a=0 I b I cZf

Va

Vb

Vc

I a1

I a2F1 F2

N2N1

F0

No Go

I a0

3Zf

Page 169: Hubung singkat

169

Ib + Ic = 3 Ia0 Ia0 = ⅓ ( Ib + Ic )

Vb = a2Va1 + aVa2 + Va0 = 3 Ia0Zf . . . . .(1)

Vc = aVa1 + a2Va2 + Va0 = 3 Ia0Zf . . . . .(2)

Pers. (1) – (2) ( a2 – a )Va1 + ( a – a2 ) Va2 = 0

Atau Va1 = Va2

Pers. (1) + (2) ( a2 + a )Va1 + ( a + a2 )Va2 + 2 Va0 = 6 Ia0Zf

- Va1 – Va2 + 2Va0 = 6 Ia0Zf

Va1 = Va0 – 3 Ia0 Zf

Jadi Va1 = Va2 = Va0 – 3 Ia0 Zf

Va1 = Va0 – 3 Ia0 Zf = - Ia0 ( Z0 + 3 Zf )

Ia2 = - Va2 / Z2 = - Va1 / Z2

Va1

Ia0 = -

Z0 + 3 Zf

Page 170: Hubung singkat

170

1 1Ia2 + Ia0 = - Ia1 = - Va1 +

Z2 Z0 + 3 Zf

Z2 ( Z0 + 3 Zf )

Va1 = Ia1

Z2 + Z0 + 3 Zf

Vf Z2 + Z0 + 3Zf

Ia1 = = V f

Z2 ( Z0 + 3 Zf ) Z t

Z1 +

Z2 + Z0 + 3 Zf

Z0 + 3 Zf

Ia2 = - Vf

Z t

Z2

Ia0 = - Vf dimana : Z t = Z1 ( Z2 + Z0 + 3Zf ) + Z2 ( Z0 + 3Zf )

Z t

Page 171: Hubung singkat

171

Gangguan Tidak Seimbang Pada Sistem Seimbang.

Umumnya sistem2 tidak ada yg seimbang, karena walaupun transmisi ditransposisi selalu ada ketidak seimbangan, jadi arus2 pun tidak seimbang pada kerja normal. Tapi pd sistem tenaga ketidak seimbangan tsb relatif kecil sehingga dpt diabaikan tanpa menimbulkan kesalahan yg berarti.

Page 172: Hubung singkat

172

Analisa Hubung Terbuka atau Gangguan Seri1. Satu Kawat Putus

Va

Vb

Vb

I a

I b

I c

P QZb

Zb

Va = Va - Va’ = jatuh teg.seri pd fasa a antara P – QVb = Vb - Vb’ = jatuh teg.seri pd fasa b antara P – QVc = Vc - Vc’ = jatuh teg.seri pd fasa c antara P – Q

Z1 = impedansi ekivalen seri pd jala2 urutan positipZ2 = impedansi ekivalen seri pd jala2 urutan negatipZ0 = impedansi ekivalen seri pd jala2 urutan nol.

Page 173: Hubung singkat

173

SUGIH ARTO YUSUF