Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

33
TUGAS Judul : HUBUNGAN TATA GUNA lahan DENGAN TRANSPORTASI Oleh : Alfian Umboh 080 211 126 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S1 SIPIL

Transcript of Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

Page 1: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

TUGAS

Judul :HUBUNGAN TATA GUNA lahan

DENGAN TRANSPORTASI

Oleh :

Alfian Umboh080 211 126

FAKULTAS TEKNIKPROGRAM STUDI S1 SIPIL

UNIVERSITAS SAM RATULANGIMANADO 2010

Page 2: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

ABSTRAK

Penulisan ini berjudul tentang “Hubungan antara tata guna lahan dengan

transportasi” yang membahas mengenai keterkaitan antara sistem guna lahan dengan

system transportasi. Transportasi merupakan salah satu kunci perkembangan bagi

wilayah perkotaan. Kota yang baik dapat ditandai, antara lain, dengan melihat kondisi

transportasinya. Transportasi yang aman dan lancar, selain mencerminkan keteraturan

kota, juga mencerminkan kelancaran kegiatan perekonomian kota. Akan tetapi terdapat

kecenderungan dengan berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan

berkembangnya masalah transportasi yang terjadi.

Kemacetan (congestion), keterlambatan (delay), polusi udara, polusi suara, dan

pemborosan energy merupakan sebagian dari sekian hanyak permasalahan yang dihadapi

suatu kota berkaitan dengan masalah transportasi. Permasalahan ini berkaitan erat dengan

sistem tata guna Lahan, karena sector ini sangat berperan dalam menentukan kegiatan

dan aktivitas pergerakan yang terjadi. Penulisan ini menguraikan berbagai system

pendekatan yang tepat juga mencakup seluruh aspek yang terkait untuk memberikan

alternative pemecahan masalah yang tepat, sehingga dalam pemecahan permasalahan

tersebut memerlukan suatu pemecahan yang comprehensive dan terpadu yang melibatkan

semua unsur dan sektor dalam pembangunan kota.

KATA PENGANTAR

Page 3: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Oleh karena telah

diberikannya kesehatan terlebih lagi hikmat dan pengetahuan kepada penulis sehingga

pembuatan tugas makalah mata kuliah Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi dengan judul

tugas Hubungan antara Tata Guna Lahan dengan Transportasi ini bisa terselesaikan

dengan baik.

Penyusunan tugas laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar

atas segala arahan dan bimbingannya.

Terima kasih juga diucapkan kepada berbagai pihak yang telah bersedia membantu

penulis baik teman-teman yang ada maupun sanak keluarga dalam penyusunan laporan

ini.

Dan seperti pepatah dulu mengatakan “tak ada gading yang tak retak” maka

penulis pun mengharapkan segala saran maupun kritik yang konstruktif, dan semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Manado, Agustus 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Page 4: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN1.1 Latar belakang

1.2 Tujuan dan kegunaan

BAB II : PENGERTIAN UMUM TATA GUNA LAHAN DENGAN

TRANSPORTASI

2.1 Tata guna lahan

2.2 Transportasi

BAB III : PEMBAHASAN3.1 Hubungan Antara Tata Guna Lahan Dengan Transportasi

3.2 Peranan Transportasi Dalam Tata Ruang Kota Dan Wilayah

3.3 Dampak Tata Guna Lahan Dan Nilainya

3.4 Studi Kasus Permasalahan Transportasi Akibat Perubahan Tata Guna

Lahan di Jakarta

BAB IV : PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran.

BAB I

Page 5: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan Negara yang luas, terdiri dari beribu pulau dengan jumlah

penduduk yang besar. Semakin meningkatnya pertumbuhan jumlah dan kebutuhan

penduduk, semakin meningkat pula kebutuhan tempat atau lahan untuk tempat kegiatan

dan tentunya prasarana untuk menunjang dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Tidaklah

berlebihan jika dikatakan bahwa lingkungan identik dengan lahan. Sikap serta

kebijaksanaan masyarakat terhadap lahan akan menentukan aktifitasnya. Aktifitas itulah

yang akan meninggalkan bekas di atas lahan.

Seiring dengan perkembangan waktu, transportasi dan pengunaan lahan menjadi

satu bagian yang tidak terpisahkan. Dalam konteks perencanaan, transportasi dan

penggunaan lahan memiliki tujuan yang terarah dan spesifik. Di dalam sistem

transportasi, tujuan perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk pergerakan

penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai pemanfaatan

lahan. Sedangkan di dalam penggunaan lahan, tujuan dari perencanaan adalah untuk

tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Melalui makalah ini, kami

berusaha untuk memberikan persepsi atau pandangan serta ulasan secara lebih mendalam

mengenai aktifitas penggunaan lahan dalam kaitannya dengan aktifitas transportasi.

Apakah transportasi menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan aktifitas

penggunaan lahan, ataukah sebaliknya, penggunaan lahan menjadi faktor yang

mempengaruhi aktifitas transportasi. Pada konteks ini, kami juga akan memberikan

ulasan singkat mengenai faktor utama yang mempengaruhi perubahan tata guna lahan

dan aktifitas transportasi baik itu di perkotaan maupun di pedesaan.

Kota dikenal dengan banyaknya permasalahan yang kompleks yang terdapat

didalamnya, dimana terdapat kecenderungan bahwa berkembangnya suatu kota

bersamaan pula dengan berkembangnya masalah transportasi yang terjadi, sehingga

masalah ini akan selalu membayangi perkembangan suatu wilayah perkotaan.

Wilayah perkotaan dari tahun ke tahun telah berubah sebagai akibat terjadinya

pergeseran yang dramatis dari lahan pertanian menjadi daerah bisnis “terjadi perubahan

Page 6: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

fungsi guna lahan”. Daerah – daerah tersebut saat ini menjadi pusat-pusat kegiatan

financial dan peluang-peluang bisnis yang ekstensif yang kompleksitas dan diversitasnya

mengalami siklus perubahan akibat beragam pengaruh social dan ekonomi. Dengan

terjadinya perubahan fungsi lahan yang sering kita temui di suatu kota dimana tata guna

lahan yang ada tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang telah dibuat. (Sujarto,

2001:139)

Ada beberapa hal yang menjadi faktor utama dari timbulnya masalah tersebut,

adalah sebagai berikut;

1. Bahwa karena dinamika masyarakat yang menyebabkan perubahan yang cepat di

dalam system nilai dan kebutuhan masyarakat sering proses penyusunan terdahului

oleh perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Hal ini menyebakan tidak

sesuainya rencana dan kenyataan nyata manakala suatu rencana selesai disusun.

2. Kelanggenang suatu rencana kota dalam arti konsekuen dan konsistennya

pembangunan kota dengan rencana kota sangat ditentukan juga oleh konsekwenan

dan kekonsistenan pengelola kota dan masyarakat dalam memegang  arahan

pembangunan yang ditetapkan.

Adanya saling ketergantungan antara tata guna lahan dan system transportasi,

sehingga pola guna lahan dan system transportasi tidak dapat dipisahkan. Kegiatan

transportasi yang terwujud pada hakikatnya adalah kegiatan yang menghubungkan dua

lokasi guna lahan .

Salah satu tujuan utama  perencanaan setiap tata guna lahan atau system 

transportasi adalah  untuk menjamin adanya keseimbangan yang efisien antara aktivitas

guna lahan dengan kemampuan transportasi (Blunden dan Black, 1984; ASCE, 1986

dalam Khisty dan Lall, 2003: 74).

Permasalahan ini bukan saja menyangkut pada kenyamanan system transportasi

yang terganggu (kepadatan, kemacetan, keterlambatan, parkir dll), namun juga dapat

meningkatkan pencemaran lingkungan melalui gas buangan dari kendaraan bermotor

serta merupakan suatu bentuk pemborosan energy yang sia-sia.

Permasalahan transportasi ini merupakan suatu permasalahan kompleks yang

melibatkan banyak aspek, pihak dari system yang terkait sehingga pemecahan

Page 7: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

permasalahan tersebut memerlukan suatu pemecahan yang comprehensive dan terpadu

yang melibatkan semua unsur dan actor dalam pembangunan kota.

1.2 Tujuan dan kegunaan

Tujuan dari penulisan penulisan ini adalah:

Mengidentifikasi keterkaitan antara tata guna lahan dan system transportasi serta

keterkaitannya.

Mengetahui pengaruh tata guna lahan dalam sistem transportasi.

Berdasarkan tujuan penyusunan penulisan di atas, maka adapun kegunaan dari

penulisan penulisan ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara tata guna lahan dan system

transportasi.

BAB IIPENGERTIAN UMUM TATA GUNA LAHAN

Page 8: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

DENGAN TRANSPORTASI

Berdasarkan berbagai sumber referensi yang kami pergunakan, definisi Tata guna

Lahan dan Transportasi adalah sebagai berikut.

2.1 Tata guna lahan

Menurut Vink (1975), ”Lahan merupakan suatu wilayah tertentu di atas

permukaan bumi, khususnya meliputi semua benda penyusun biosfer yang dapat

dianggap bersifat menetap atau berpindah berada di atas dan di bawah wilayah tersebut,

meliputi atmosfer, tanah, batuan induk, topografi, air, tumbuhan-tumbuhan, binatang,

serta akibat-akibat kegiatan manusia pada masa lalu maupun sekarang, yang semuanya

memiliki pengaruh nyata terhadap tata guna lahan oleh manusia, pada masa sekarang

maupun masa yang akan datang”. Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang

bermanfaat bagi kehidupan manusia terbentuk secara komplek oleh faktor-faktor fisik

maupun non fisik yang terdapat di atasnya.

Sedangkan definisi tata guna Lahan menurut Malingreau (1978), ”Pengunaan

Lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap ataupun

berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan buatan, yang secara

keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material

maupun spiritual, ataupun kebutuhan kedua-duanya”.

2.2 Transportasi

Mengenai definisi Transportasi adalah perpindahan atau pergerakan orang,

barang, informasi, untuk tujuan spesifik dari area atau satu tempat ketempat lain.

Transporasi merupakan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan pemindahan orang

atau barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Menurut Morlok(1978), dalam

pengertian yang lengkap, transportasi didefinisikan sebagai” suatu tindakan, proses atau

hal yang sedang dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain”.

Pada prinsipnya, fungsi transportasi adalah untuk menghubungkan orang dengan

tata guna lahan, pengikat kegiatan dan memberikan kegunaan tempat dan waktu untuk

komoditi yang diperlukan.

BAB III

Page 9: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Antara Tata Guna Lahan Dengan Transportasi

Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga biasanya

dianggap membentuk satu landuse transport system. Agar tata guna lahan dapat terwujud

dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem

transportasi yang macet tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya.

Sebaliknya, tranportasi yang tidak melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia,

tidak termanfaatkan.

Penggunaan lahan adalah hasil akhir dari aktivitas dan dinamika kegiatan manusia

dipermukaan bumi yang bukan berarti berhenti namun tetap masih berjalan (dinamis).

Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata dari suatu proses

yang lama dari adanya interaksi yang tetap, keseimbangan dan dinamis, antara aktifitas-

aktifitas penduduk diatas lahan, dan keterbatasan-keterbatasan di dalam lingkungan

tempat hidup mereka.

Transportasi merupakan sebuah aktivitas manusia yang berlangsung di permukaan

bumi. Transportasi dilakukan atas dasar perbedaan kondisi lingkungan antara daerah satu

dengan daerah yang lain baik itu sosial, ekonomi, budaya, maupun sumberdaya alam.

Terdapat hubungan yang sangat erat antara masyarakat terhadap ruang sebagai

wadah kegiatan. Kota sebagai tempat terpusatnya kegiatan masyarakat, akan senantiasa

berkembang baik kuantitas maupun kualitasnya, sesuai perkembangan kuantitas dan

kualitas masyarakat. Hal tersebut merupakan indikator dinamika serta kondisi

pembangunan masyarakat kota tersebut berserta wilayah di sekitarnya.

Keterkaitan Antara Sistem Transportasi dan Pengembangan Lahan merupakan

suatu kajian yang tidak dapat terlepas dari eksistensi ruang dalam studi geografi. Sistem

transportasi dan pengembangan lahan (land development) saling berkaitan satu sama lain.

Di dalam sistem transportasi, tujuan dari perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk

pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai

pemanfaatan lahan. Sedangkan di sisi pengembangan lahan, tujuan dari perencanaan

adalah untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Acapkali kedua

tujuan tersebut menimbulkan konflik. Hal inilah yang menjadi asumsi mendasar dari

Page 10: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

analisis dampak keruangan untuk menjembatani kedua tujuan di atas, atau dengan kata

lain, Proses perencanaan transportasi dan pengembangan lahan mengikat satu sama

lainnya. Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan

sistem transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan

ekonomi atau aktivitas pembangunan. Dari asumsi mendasar tersebut, maka perlu kajian

yang mendalam mengenai analisis keduanya (transportasi dan penggunaan lahan).

Pembahasan pertama akan kami fakuskan terlebih dahulu pada analisis dampak

transportasi terhadap penggunaan lahan. Secara sistematis, pada dasarnya penggunaan

lahan dikelompokkan menjadi:

Aktivitas Utama Detail Penggunaan (contoh)

Retail Makanan/Non makanan Satu unit toko/sejumlah tokoPusat penjualan tanamanPompa bensin

Usaha (employment) Perkantoran Kawasan usaha (business park)Kawasan Industri (industrial estate)Pergudangan (warehousing)

Perumahan (residential) Perumahan pribadi ApartmenPanti/tempat penampungan

Pendidikan Sekolah (TK, SD, SMP, dan SMU) Universitas/Perguruan TinggiPusat kursus/Balai pelatihan

Hotel dan Restoran Hotel MotelRestoran

Kesehatan Rumah sakit Praktek DokterPuskemas

Rekreasi Olahraga Taman hiburanBioskopPusat kesenian

Page 11: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

Efek dari pesatnya perkembangan system transportasai di Negara-negara

berkembang seperti Indonesia diantaranya adalah berkurangnya lahan pertanian subur di

sepanjang jalur transportasi, terjadinya konfersi lahan produktif menjadi lahan terbangun

serta terjadinya perubahan dalam segi kualitas, kwantitas serta pattern atau pola fisik

penggunaan lahan secara keruangan. Pada dasarnya, perubahan yang terjadi ini tidak

dapat secara langsung memberikan argumen bahwa factor utama yang mempengaruhi

terjadinya perubahan pola penggunaan lahan adalah adanya sistem transportasi yang

berkembang di kawasan tersebut.

3.2 Peranan Transportasi dalam Tata Ruang Kota dan Wilayah

Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

perencanaan kota dan wilayah. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola

transportasi yang akan terjadi sebagai akibat dari rencana itu sendiri, akan menghasilkan

kesemrawutan lalu lintas di kemudian hari. Akibat lebih lanjut adalah meningkatnya

jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan

menurunnya sopan-santun berlalu-lintas, serta meningkatnya pencemaran udara.

Transportasi di dalam Lingkungan Perkotaan

Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam

pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor transportasi akan secara

langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang berjalan. Namun

demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu sektor yang dapat memberikan

dampak terhadap lingkungan dalam cakupan spasial dan temporal yang besar.

Transportasi sebagai salah satu sektor kegiatan perkotaan, merupakan kegiatan yang

potensial mengubah kualitas udara perkotaan. Perkembangan perkotaan berjalan secara

dinamik, mengikuti perkembangan sosial-ekonomi perkotaan itu sendiri. Dengan semakin

berkembangnya perkotaan dalam hal wilayah spasial (ruang) dan aktivitas ekonominya,

akan semakin besar pula beban pencemaran udara yang dikeluarkan ke atmosfer

perkotaan. Dampak ini akan semakin terasa di daerah-daerah pusat kegiatan kota.

Transportasi yang berwawasan lingkungan perlu memikirkan implikasi/dampak terhadap

lingkungan yang mungkin timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan.

Page 12: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

Ada tiga aspek utama yang menentukan intensitas dampak terhadap lingkungan,

khususnya pencemaran udara dan kebisingan, dan penggunaan energi di daerah perkotaan

(Moestikahadi 2000), yaitu:

a. Aspek perencanaan transportasi (barang dan manusia).

b. Aspek rekayasa transportasi, meliputi pola aliran moda transportasi, sarana jalan,

sistem lalu lintas, dan faktor transportasi lainnya.

c. Aspek teknik mesin dan sumber energi (bahan bakar) alat transportasi.

Sistem transportasi di perkotaan adalah faktor utama yang menentukan pola ruang

(spatial pattern), derajat kesemrawutan, dan tingkat pertumbuhan ekonomi dari suatu

daerah perkotaan. Ada tiga jenis utama transportasi yang digunakan orang di perkotaan

(Miller 1985) :

a. Angkutan pribadi (individual transit), seperti mobil pribadi, sepeda motor,

sepeda, atau berjalan kaki,

b. Angkutan masal (mass transit), seperti kereta api, bis, opelet, dan sebagainya.

c. Angkutan sewaan (para transit), seperti mobil sewaan, taksi yang menjalani rute

tetap atau yang disewa untuk sekali jalan, dan sebagainya.

Setiap jenis angkutan mempunyai keuntungan dan kerugian tersendiri. Sistem

transportasi perkotaan yang berhasil, memerlukan gabungan dari cara angkutan pribadi,

massal, dan sewaan, yang dirancang memenuhi kebutuhan daerah perkotaan tertentu.

Pola Perjalanan di Daerah Perkotaan

Kebanyakan orang memerlukan perjalanan untuk mencapai tempat-tempat tujuan

bekerja, bersekolah atau ke tempat-tempat pendidikan yang lain, berbelanja, ke tempat-

tempat pelayanan, mengambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial dan bersantai di luar

rumah, serta banyak tujuan yang lain. Hal yang utama dalam masalah perjalanan adalah

adanya hubungan antara tempat asal dan tujuan, yang memperlihatkan adanya lintasan,

alat angkut (kendaraan) dan kecepatan. Pola perjalanan di daerah perkotaan dipengaruhi

oleh tata letak pusat-pusat kegiatan di perkotaan (permukiman, perbelanjaan,

perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain).

Page 13: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

Kebijakan Transportasi

Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan. Jaringan

jalan yang direncanakan secara tepat akan merupakan pengatur lalu lintas yang baik. Jadi

ada kaitan antara perencanaan kota dengan perencanaan transportasi. Perencanaan kota

mempersiapkan kota untuk menghadapi perkembangan dan mencegah timbulnya

berbagai persoalan agar kota menjadi suatu tempat kehidupan yang layak. Sedangkan

perencanaan transportasi mempunyai sasaran mengembangkan sistem transportasi yang

memungkinkan orang atau barang bergerak dengan aman, murah, cepat, dan nyaman, dan

mencegah terjadinya kemacetan lalu lintas di jalan-jalan dalam kota. Penyusunan

kebijakan transportasi dilakukan oleh Departemen Perhubungan, setelah berkoordinasi

dengan beberapa departemen lain yang terkait, misal: Departemen Dalam Negeri,

Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertahanan, dan Departemen Keuangan.

Selanjutnya pelaksanaan dari kebijakan transportasi tersebut dilakukan secara terpadu

oleh unsur-unsur pelaksana di daerah, seperti Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Dinas Bina Marga, Polisi Lalu Lintas, dan instansi lain yang terkait, serta pihak swasta

(perusahaan perangkutan).

3.3 Dampak tata guna lahan dan nilainya

Di samping dampak transportasi terhadap lingkungan alamiah, terdapat juga

dampak terhadap tata guna lahan dan nilai lahan. Barangkali yang paling nyata dari

dampak ini ialah pembebasan lahan untuk pembuatan jalan baru bagi sarana transportasi;

dengan demikian tata guna lahan diubah untuk keperluan transportasi. Juga perubahan

tingkat pelayanan transportasi (dan harga) di suatu daerah mungkin akan mempengaruhi

jenis tata guna lahan tertentu yang tidak akan terjaditanpa adanya perubahan tadi. Ini

mempunyai dampak yang potensial dalam mengubah bukan saja tata guna lahan secara

parsial, tetapi juga melalui perubahan tesebut kualitas kehidupan secara keseluruhan dari

suatu daerah dan nilai lahannya akan berwujud lain.

Persebaran lahan dan dampak relokasi

Dengan terjadinya urbanisasidi banyak negara maka kebutuhan untuk

mengembangkan kapasitas transportasi perkotaan akan semakin mendesak.

Pengembangan tersebut biasanya akan membutuhkan tambahan lahan. Walaupun agak

Page 14: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

mengherankan tambahan lahan tersebut hanya sedikit pengaruhnya terhadap total area

yang disediakan untuk prasarana transpor. Walau demikian, tambahan lahan tertentu tetap

menimbulkan masalah yang muncul. Lahan untuk transpor harus tersedia secara kontinu

dengan minimum lebar tertentu. Untuk prasarana berkapasitas tinggi di daerah perkotaan

biasanya dihindarkan dari gangguan lalu-lintas yang memotong, sehingga harus

mempertinggi atau memperendah elevasi jalur tadi pada lokasi-lokasi tertentu. Ini

menyebabkan hambatan untuk menyeberang di sarana transportasi baru. Hambatan-

hambatan ini juga akan mengganggu kehidupan bertetangga, banyak rumah warga yang

harus dipindahkan yang menimbulkan masalah ekonomi sosial tersendiri. Dari segi

estetika mungkin prasarana yang dibangun kurang enak dipandang. Sehingga areal

tersebut mungkin kurang enak dihuni. Karena alasan-alasan diatas, maka dewasa ini

pembangunan sarana transportasi baru harus memperhitungkan secara integral dengan

daerah sekitarnya.

Dari seluruh dampak akibat dibangunnya suatu prasarana transportasi yang baru,

pembebasan lahan menimbulkan masalah yang paling sulit dan kontroversial. Prinsipnya

pembebasan lahan sama dengan membeli lahan untuk kegiatan ekonomi baru lainnya.

Karena pembangunan sarana transportasi akan memerlukan sebidang lahan yang menerus

sepanjang rute dimana prasaran tadi akan dibangun, maka lahan yang akan dibangun

yang harus dibeli hanya laha pada lokasi tertentu saja dan bukan lahan yang terletak pada

sembarang lokasi. Pemerintah telah memberikan kebebasan kepada penguasa atau badan–

badan yang akan membangun prasarana tersebut untuk membelinya dengan harga pasar

yang wajar, tanpa tergantung kemauan pemilik lahan (hak pemerintah). Hal ini berarti

memaksa penduduk untuk pindah dan akan menimbulkan keadaan yang tidak sehat dan

kontroversial. Disamping itu disamping kesukaran dalam menentukan harga pasar wajar,

tentu saja nilai lahan berbeda-beda menurut pemilik.

Masalah lain yang berkaitan dengan pembebasan lahan untuk transportasi adalah

bahwa penggunaan lahan yang baru untuk suatu saran transportasi mempunyai sejumlah

karakteristik yang sering tidak diinginkan oleh lingkungannya. Misalnya, jalan yang baru

tadi mungkin akan membuat sepi jalan-jalan yang lain dan trotoar yang ada dan

membelah lingkungan menjadi dua bagian terpisah. Sebagian sarana transportasi tidak

membayar pajak kekayaan, tidak seperti lahan lainnya. Oleh karena itu pemerintah kota

Page 15: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

atau badan-badan lain mungkin akan mengalami pengurangan penghasilan dari pajak

bumi atas lahan. Sudah barang tentu apabila harga lahan di sekitar fasilitas tersebut cukup

tinggi

Untuk mengatasi masalah akibat pembebasan lahan dan relokasi tata guna lahan

dikeluarkan undang-undang yang menentukan cara-cara pembebasan lahan untuk

transportasi umum. Dengan ini diharapkan tidak akan ditemui permasalahan yang

mungkin timbul akibat kegiatan tersebut. Namun demikian terbukti masih banyak

ditemui permasalahan di lapangan seperti di perkotaan tidak cukup lahan pengganti untuk

penduduk yang direlokasi, kegiatan bisnis mikro yang apabila direlokasi mereka akan

sangat terpukul dan harus memulai dari awal atau masalah psikologis terutama bagi

mereka yang telah cukup umur bahkan akan kehilangan relasi karena jarak semakin jauh.

Dengan semua masalah ini tidak pelaklagi terdapat berbagai tantangan keras bagi

pembangunan fasilitas transportasi baru apabila fasilitas ini memerlukan relokasi

penduduk atau perekonomian. Akan tetapi ketentuan mengenai kompensasi finansial

terhadap pertimbangan masalah masing-masing penduduk serta bantuan-bantua untuk

relokasi akan dapat membantu mengatasi kesulitan tersebut.

Nilai lahan

Wajar kiranya bahwa perbaikan pelayan tarnsport di suatu daerah akan

mengakibatkan naiknya nilai lahan itu, apabila kondisi lainnya tidak berubah. Pedagang

akan memandang kemudahan transpor ke tempat lain mereka sebut aksesibilitas; denga

sebidang lahan akan bertambah dengan meningkatnya pelayanan sisitem transportasi dan

karena itu harga lahan tadi akan meningkat pula. Contoh sederhana memeperlihatkan dua

karakteristik penting perbaikan transportasi. Pertama, pengurangan biaya transportasi

membuat pendapatan akan tersedia untuk pemakaian lainnya yang dapat pula mengikuti

peningkatan pengeluaran untuk rumah. Kedua, pengurangan biaya transpor pada

umumnya akan membawa lebih banyak lahan yang dapat dipakai untuk pemukiman atau

kegiatan ekonomi lainnya dengan akibat kepadatan pemakaian rata-rata akan berkurang.

Ketiga, walaupun harga sebagian lahan akan meningkat sebagai akibat dari perbaikan

transportasi namun harga lahan yang lokasinya tidak dipengaruhi perbaikan transportasi

tadi mungkin akan menurun. Hal ini dapat terjadi walaupun perbaikan dapat mengurangi

biaya transportasi atau menambah aksesiilitas ke seluruh bidang lahan karena beberapa

Page 16: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

lahan mungkin akan lebih dipengaruhi secara positif daripada yang lainnya. Walaupun

model yang lebih rinci dan realistik akan menerangkan hal ini dan hal-hal lainnya secara

lebih jelas dan lengkap namun contoh sederhana ini telah dapat menggambarkan

beberapa pengaruh utama dari perbaikan transport terhadap nilai lahan.

Pertambahan nilai lahan pada lajur atau area yang berdekatan langsung dengan

jalan bebas hambatan biasanya beberapa kali lebih besar dari pertambahan nilai lahan

area yang jauh dari jalan bebas hambatan. Hal ini membuktikan bahwa perbaikan

transport akan meningkatkan nilai lahan. Oleh karena itu akan memberikan keuntungan

kepada masyarakat dengan cara tersebut, disamping keuntungan transportasi yang dapat

dinikmati secara lebih langsung dan cepat. Namun demikian ada kemungkinan

peningkatan nilai lahan yang berdekatan dengan peningkatan transportasi sebenarnya

adalah pengalihan nilai lahan yang jauh dari peningkatan transportasi tersebut; lahan

yang berkurang nilainya sebagai akibat peningkatan tersebut. Juga ada kemungkinan

bahwa peningkatan nilai lahan hanyalah berupa penghematan biaya transport yang

berasal dari fasilitas baru tersebut dan dengan demikian peningkatan nilai lahan ini

sebenarnya adalah cara lain untuk mengukur pengaruh yang menguntungkan yang sama

seperti pengurangan waktu perjalanan dan biaya transportasi lainnya. Sejauh mana

peningkatan nilai lahan itu merupakan pengalihan penurunan nilai lahan di tempat

lainnya dan sejauh mana peningkatan itu mencerminkan perubahan biaya transportasi

orang-orang yang tempatnya berdekatan dengan fasilitas baru itu, namun pertanyaan itu

sulit untuk dijawab.

Pembahasan selanjutnya lebih kami arahkan pada analisis dampak penggunaan

lahan terhadap perkembangan transportasi tentunya dalam konteks keruangan.

Pengembangan lahan yang sudah ada (existing use) merupakan informasi yang paling

penting pada perencanaan perluasan. Perencanaan perluasan salah satunya diarahkan

pada pengembangan transportasi yang lebih aksesibel sehingga memberikan kemudahan

dalam pergerakan barang, jasa, informasi, serta manusia. Perkembangan suatu kawasan,

harus ditunjang dengan peningkatan kualitas serta kuantitas dari transportasi itu sendiri.

Transportasi dalam sudut pandang ini meliputi sarana dan prasarana seperti jalan dan

moda sarana transport.

Page 17: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

Perencanaan pembangunan kawasan sangat mempengaruhi pola pergerakan,

dimana penggunaan lahan dan rencana distribusi spasialnya merupakan penentu dalam

pangadaan prasarana dan sarana transportasi yang menyebabkan terjadinya interaksi. Hal

yang penting dalam melancarkan interaksi antara tata guna lahan dengan kebutuhan

transportasi yang dapat mendukung aktifitas yang terdapat pada masing-masing tata guna

lahan tersebut. Untuk itu perencanaan tata ruang perlu mendapat perhatian bersama oleh

intansi terkait, dari berbagai aktifitas tata guna lahan tersebut orang perlu melakukan

perjalanan dengan menggunakan sarana dan jaringan transportasi yang ada sehingga

mengakibatkan terjadinya arus orang, kendaraan, barang dan jasa dari dan ke aktivitas

tata guna lahan yang ada.

Faktor utama yang berkaitan terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan

serta kaitannya dengan transportasi yaitu:

Kedekatan dengan Pusat Kota sebagai pusat dari aktifitas masyarakat. Pusat Kota atau

yang lebih dikenal dengan CBD (Central Business Distric) merupakan pusat dari seluruh

aktifitas ekonomi, pemerintahan, pendidikan, dan social. Hal ini yang mendorong

perkembangan penggunaan lahan dan transportasi. Berkembangnya suatu kawasan baik

itu di perkotaan maupun di perdesaan pada dasarnya mengarah pada kedekatan terhadap

pusat atau centralnya, dalam hal ini dikenal dengan ”Towns” untuk perkotaan dan

”Countryside” untuk perdesaan. Kedekatan dengan pusat atau CBD, memberikan dampak

positif baik dalam memperoleh pelayanan publik maupun dampak ’tricle down effect’.

Berdasar kedua argumen tersebut, maka perlu pengkajian ulang mengenai apa

yang menjadi factor yang mempengruhi perkembangan suatu transportasi sehingga

berdampak pada perubahan penggunaan lahan ataupun sebaliknya. Pada dasarnya

terdapat satu faktor yang sangat mempengaruh, yaitu:

Aksesibilitas.

Setiap upaya peningkatan fasilitas transportasi akan berdampak terhadap

perubahan tataguna lahan apabila tidak ada upaya pengendalian. Pengendalian ini sangat

penting agar upaya peningkatan fasilitas transportasi dapat bermanfaat dan berdayaguna

seoptimal mungkin. Aksesibilitas memegang peran penting bagi para pengembang lahan.

Acapkali justru para pengembang lahan yang menciptakan aksesibilitas ke lokasi yang

dikembangkan agar kepentingan investasi dapat terwujud.

Page 18: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

3.4 Studi Kasus Permasalahan Transportasi akibat perubahan tata guna lahan di

Jakarta

Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia, sebagai ibukota Negara, posisi

Jakarta memegang posisi sangat penting dalam hal; politik, ekonomi, dan perdagangan.

Tidak salah, kalau akhirnya Jakarta diserbu oleh pendatang (urban) yang berdatangan dari

berbagai wilayah di Indonesia. berdasarkan catatan resmi catatan sipil, tahun 2007,

jumlah penduduk Jakarta adalah 7.706.392 jiwa, sedangkan berdasarkan perkiraan, pada

siang hari, penduduk Jakarta bisa mencapai 12 juta jiwa. Yang menjadi persoalan dimana

lahan yang tersedia tidak bertambah akan tetapi jumlah penduduknya semakin hari

semakin meningkat, dengan kata lain maka kebutuhan akan lahan pun semakin

meningkat.

Pengaturan tata guna lahan di Jakarta ini memang menjadi suatu permasalahan

yang sangat sulit dan rumit mengingat pertumbuhan dan perkembangan nilai lahan yang

sedemikian tinggi serta kepadatan bangunan yang sangat tinggi pula. Pengaturan ini

sudah diarahkan, baik dalam Jakarta 1965-1985 Master Plan, maupun Jakarta 1985-2005

Structure Plan, namun implementasi-nya masih seringkali berubah dan tidak sesuai

karena adanya berbagai kebutuhan dan kendala.

Sebagai contoh adalah kasus di Kuningan, pada awalnya wilayah ini dalam

Jakarta Struktur Plan 2005 diarahkan untuk pengembangan kawasan campuran, dengan

sebagian besar untuk pemukiman kelas atas yang disediakan untuk para diplomat serta

perkantoran. Tetapi sekarang kawasan ini tumbuh menjadi kawasan perkantoran kelas

satu termasuk kantor-kantor komersial. Hal ini terjadi karena lokasi tersebut  yang sangat

strategis dibandingkan lokasi lain.

Dari aspek accessibility kawasan ini mudah dicapai dari segala arah, tetapi

pelayanan transportasi tidak cukup baik. Jalur lalu lintas sangat padat terutama pada jam-

jamsibuk. Dengan kondisi ini maka kebijaksanaan tata guna lahan di kawasan ini

dirumuskan kembali dengan konsep superblock system dan high rise building. Sebagai

dampaknya kebutuhan transportasi meningkat pesat sedangkan sarananya sangat terbatas,

akibatnya kemacetan dan kepadatan lalu lintas tidak dapat dihindarkan.

Page 19: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

Dengan luas area 325 ha dan lebih dari setengah juta pekerja, maka kawasan ini

sangat memerlukan alat dan sarana transportasi baru. Namun dalam realitanya, walau

terjadi perubahan fungsi kegiatan (tata guna lahan), kebijaksanaan transportasi masih

mengacu pada Jakarta Struktur Plan 2005, yang jelas-jelas sudah tidak sesuai lagi dengan

kondisi perkembangan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan penggunaan

lahan belum didukung dengan kebijaksanaan pengembangan transportasi.

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kebijaksanaan tata guna lahan yang baik

belum tentu dapat mendukung pemecahan masalah transportasi, Karena masih ditentukan

oleh implementasi-nya yang banyak dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang dianggap

lebih penting dan mendesak dari penataan guna lahan itu sendiri.

BAB IVPENUTUP

Page 20: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

Transportasi merupakan salah satu hal yang sangat berperan dalam pembangunan

secara menyeluruh. Transportasi juga sangat berkaitan dengan penggunaan lahan, baik di

desa maupun di kota.

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan sebelumnya maka dapat kami simpulkan bahwa:

Penggunaan lahan adalah hasil akhir dari aktivitas dan dinamika kegiatan manusia

dipermukaan bumi yang bukan berarti berhenti namun tetap masih berjalan

(dinamis).

Transportasi dan pengunaan lahan menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan.

Dalam konteks perencanaan, transportasi dan penggunaan lahan memiliki tujuan

yang terarah dan spesifik.

Keterkaitan antara Sistem Transportasi dan Pengembangan Lahan yaitu kajian

yang tidak dapat terlepas dari eksistensi ruang dalam studi geografi. Sistem

transportasi dan pengembangan lahan (land development) saling berkaitan satu

sama lain.

Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan

sistem transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan

ekonomi atau aktivitas pembangunan.

Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan. Jaringan

jalan yang direncanakan secara tepat akan merupakan pengatur lalu lintas yang

baik.

Pengurangan biaya transportasi pada umumnya akan membawa lebih banyak

lahan yang dapat dipakai untuk pemukiman atau kegiatan ekonomi lainnya

dengan akibat kepadatan pemakaian rata-rata akan berkurang

permasalahan system transportasi tersebut merupakan masalah yang kompleks

yang melibatkan banyak aspek, pihak dan system yang terkait maka diperlukan

pendekatan system yang tepat pula yang mencakup aspek yang terkait.

Interaksi tata guna lahan dan system transportasi merupakan indicator yang mesti

diperhatikan dalam melakukan perencanaan system jaringan transportasi guna

terciptanya pembangunan yang berkelanjutan tanpa merusak ekologi yang ada.

Page 21: Hub. Tata Guna Lahan Dgn Transportasi

4.2 Saran.

Kebijaksanaan penggunaan lahan seharusnya didukung dengan kebijaksanaan

pengembangan transportasi, sehingga meminimalisir permasalahan yang muncul.

Meningkatkan pelayanan system transportasi bagi masyarakat.

sumber :(http://www.google.co.id/search?

hl=id&q=KETERKAITAN+TATA+GUNA+LAHAN+DENGAN+TRANSPORTASI&b

tnG=Telusuri+dengan+Google&meta=&aq=f&oq