hsc 2.3 week 5

download hsc 2.3 week 5

of 48

Transcript of hsc 2.3 week 5

HSC 2010 WEEK 5

Blok 2.31 Infancy adn Childhooddr. Sumadiono Sp.A(K) by Thoriq

Lecture: Allery, Autoimmunity, and Immunodeficiency in Children

// lagi-lagi lecture ribet dan panjang jatuh ke tanganku, tapi ga masalah :p kali ini yang kita bahas adalah allergy, autoimmunity, dan immunodeficiency; dengan penekanan pada penyakit alergi yang sering dijumpai pada anak. nah, sebelumnya sebagai dasar dari semua ini, juga bakal bahas masalah berbagai reaksi hipersensitivitas yang salah satunya adalah alergi. biar lebih paham, juga aku sertakan lebih banyak gambar. source: lecture, textbook Basic Immunology 3rd edition - Abbas, Lichtmann. mari kita mulai ... (#nowplaying lagu electro favorit Midnight City by M83 ) Hipersensitivitas Seperti yang kita ketahui, sistem imun berfungsi untuk mempertahankan tubuh kita dari infeksi. Namun, respon imun itu sendiri kalo berlebih bisa menyebabkan kerusakan jaringan dan penyakit tertentu. Nah, respon imun yang berlebihan dan patologis ini disebut reaksi hipersensitivitas. Makanya, jangan lebay dong #eh. Reaksi hipersensitivitas ini dapat terjadi pada dua situasi. Pertama, respon terhadap antigen asing tidak terkontrol, sehingga terjadi kerusakan jaringan. Kedua, respon imun justru menyerang self (autologous; alias menyerang kita sendiri), karena kegagalan self-tolerance. Respon imun yang menyerang antigen self disebut autoimunitas, sedangkan kelainan yang diakibatkan oleh respon semacam ini disebut penyakit autoimun (ex: AIDS). Hipersensitivatas secara umum diklasifikasikan atas dasar mekanisme imunologis apa yang bertanggung jawab atas kerusakan jaringan atau penyakit. HT I ini lah yang kita kenal sebagai reaksi alergi, atau atopy. Sedangkan individu yang memiliki kecenderungan kuat untuk menderita alergi (karena faktor keturunan, dll.) disebut "atopic". Alergi ini bisa memiliki banyak wujud dan gejala klinis, dan tingkat keparahannya bervariasi antar individu. Beberapa jenis umum HT I antara lain hay fever, alergi makanan, asma bronkiale, dan anafilaksis. Merupakan suatu reaksi patologis yang diakibatken pelepasan mediator kimia tertentu dari sel mast. Reaksi ini umumnya dipicu oleh produksi antibodi IgE untuk melawan antigen dari lingkungan, dan pengikatan IgE ke sel mast sehingga melepaskan mediator kimia. Nantinya, mediator kimia yang disekresi sel mast ini memiliki berbagai efek, terhadap pembuluh darah, otot polos, serta menyebabkan inflamasi. Udah dapet gambaran kan, gimana proses alergi ini berlangsung? Ini singkatnya:

Berikut penjelasan masing2: 1. Hipersensitivitas Hypersensitivity) Tipe I (Immediate

Pemaparan pertama pada allergen -> Antigen mengaktivasi Limfosit T Helper tipe 2 (TH2) -> stimulasi limfosit B untuk melakukan diferensiasi menjadi IgE-secreting B-cell (sejenis sel plasma yang bisa mensekresi IgE)-> produksi IgE -> pengikatan IgE pada receptor Fc-epsilon di sel mast

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5Pemaparan kedua pada allergen -> aktivasi sel mast (karena antibodi IgE mengikat antigen)-> pelepasan mediator kimia -> menimbulkan reaksi immediate hypersentivity (beberapa menit setelah terekspos) dan reaksi fase lambat (late-phase, 6-24 jam setelah terekspos allergen) Yang perlu diingat adalah reaksi alergi itu baru muncul pada pemaparan kedua dan seterusnya; nggak muncul pada pemaparan pertama. Kenapa? Liat aja prosesnya: kan gejala klinis reaksi alergi itu terjadi karena pelepasan mediator kimia akibat allergen yang nempel di IgE. Nah, IgE hanya diproduksi ketika udah ada sel TH2 duluan yang bereaksi terhadap allergen tersebut, yaitu pada pemaparan pertama. Untuk lebih dalam lagi, mari kita bahas hal2 penting yang terjadi: 1. Produksi Antibodi IgE Asal muasalnya reaksi alergi adalah satu hal signifikan, yaitu aktivasi sel T helper tipe 2 oleh allergen (antigen yang menimbulkan alergi). Pada individu normal respon TH2 tidak terlalu kuat untuk sebagian besar antigen. Namun pada beberapa individu respon sel TH2 ini akan sangat kuat, misalnya terhadap antigen protein pada pollen, makanan tertentu, obat, dll. Hal ini memiliki basis genetik yang sangat kuat. Individu ini lah yang kita kenal sebagai seorang yang atopik atau alergi. Sel TH2 pada individu tersebut akan mensekresikan dua cytokine, yaitu IL-4 dan IL13 (IL=interleukin), yang akan menstimulasi sel limfosit B untuk berubah jadi sel plasma yang memproduksi IgE. Pada orang alergi ini, terjadi produksi IgE besar-besaran, yang tidak terjadi pada orang normal. sedikit tentang sel T. Jadi limfosit T akan berdiferensiasi jadi beberapa jenis, di antaranya limfosit T CD8+ (tipe sitotoksik-> langsung bunuh sel yg terinfeksi) dan CD4+ (tipe Helper, memproduksi cytokine yang mengaktivasi sel B dan makrofag). Sel T CD4+ ini memilki beberapa spesifikasi; misalnya sel TH1, TH2, TH17. Sel TH2 ini lah yang berperan dalam pertahanan melawan helminthes dan juga reaksi alergi. 2. Aktivasi Sel Mast dan Sekresi Mediator Setelah diproduksi, IgE akan berikatan dengan reseptor Fc-epsilon (Fc3RI) pada sel mast. Pada individu yang atopik, sel mast akan dilapisi oleh antibodi IgE yang spesifik terhadap suatu antigen yang menimbulkan alergi. Proses ini disebut sensitisasi, karena pelapisan dengan IgE spesifik ini membuat sel mast menjadi sensitif terhadap pemaparan dengan allergen itu selanjutnya. Kenapa dengan reseptor Fc3RI ini? Karena, setelah usut punya usut, Immunoglobulin itu terdiri atas 2 heavy-chain (rantai berat) dan 2 light-chain yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Nah, penamaan Ig itu berdasarkan jenis heavy-chain nya (alpha, gamma, epsilon, dll.) makanya Ig yang memiliki heavy-chain epsilon, disebut juga IgE (kalo alpha = IgA). Sel mast ini memiliki reseptor Fc (Fragment, crystallable) khusus untuk heavy-chain epsilon, yang dinamakan Fc3RI sehingga bisa mengikat IgE.

Blok 2.31 Infancy adn Childhood

Ketika sel mast yang ter"sensititasi" oleh IgE terpapar allergen, maka akan teraktivasi dan mensekresi mediator kimiawi. Ketika allergen berikatan pada 2 atau lebih IgE pada sel mast, maka IgE dan Fc3RI menjadi cross-linked, dan menghasilkan sinyal biokimia. Sinyal biokimia ini menyebabkan 3 jenis respon: degranulasi (melepaskan granul), sintesis dan sekresi mediator lipid, serta sintesis dan sekresi cytokine. Di sini (lihat gambar), mediator paling penting yang diproduksi sel mast adalah amine vasoaktif, protease yang dilepaskan dari granule, produk asam arakhidonat, dan cytokines. Histamine: menyebabkan dilatasi pembuluh darah kecil, meningkatakan permeabilitas vaskuler, dan stimulasi kontraksi otot polos. Protease (tryptase, asam hydrolase, carboxypeptidase): bisa menyebabkan kerusakan jaringan lokal. Prostaglandin (hasil metabolisme asam arakhidonat): menyebabkan dilatasi vaskuler Leukotrien: stimulasi kontraksi otot polos secara kontinyu Cytokines diproduksi oleh sel mast untuk merekrut leukosit dan menyebabkan reaksi fase lambat (termasuk inflamasi). Jadi cytokine semacam TNF (Tumor Necrosis Factor) dan IL-4 meningkatkan inflamasi yang kaya netrofil dan eosinofil. Keluarnya netrofil dan eosinofil juga membebaskan protease, sehingga menimbulkan kerusakan jaringan. Cytokine juga berguna dalam reaksi immediate, salah satunya IL-13 yang menstimulasi sekresi mukosa. Alergi memiliki berbagai sindrom klinis dan gambaran patologis, yang semuanya berkaitan dengan mediator kimia yang diproduksi oleh sel mast; pada jumlah yang berbeda dan berefek pada jaringan yang berbada. Contohnya, pada hay fever produksi histamine dan IL-13 akan meningkatkan produksi mukosa di salurang pernapasan.

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5Sedangkan terapi untuk hipersensitivitas tipe I, ditujukan untuk menghambat degranulasi sel mast, menjadi antagonis terhadap mediator yang dilepaskan, dan mengurangi inflamasi. (bisa diliat di gambar).

Blok 2.31 Infancy adn Childhood

2. Hipersensitivitas Tipe II Merupakan jenis hipersensitivitas yang dimediasi oleh antibodi selain IgE (misal: IgM dan IgG). Antibodi ini dapat terdeposit di jaringan apa saja yang ada target antigennya. Penyakit yang disebabkan oleh jenis antibodi ini biasanya spesifik terjadi di jaringan tertentu. Antibodi akan menempel pada permukaan tubuh atau jaringan ekstraseluler; antigen akan dipresentasikan sebagai target dari antibodi. Kebanyakan antibodi yang menyebabkan penyakit merupakan autoantibodi untuk antigen self (diri), sedangkan sedikit yang spesifik untuk antigen asing (mikroba). Ini terjadi karena kegagalan self-tolerance, sehingga yg banyak terbentuk adalah autoantibodi. Ada tiga mekanisme efektor pada Hipersensitivitas Tipe II: destruksi sel/ fagositosis, inflamasi, atau mengganggu fungsi seluler normal:

1. Inflamasi yang dimediasi komplemen dan receptor Fc Saat antibodi terdeposit di jaringan ekstraseluler, terjadi kerusakan jaringan akibat inflamasi. Antibodi IgG (IgG1 dan IgG3) mengikat reseptor Fc pada netrofil dan makrofag, lalu mengaktivasinya, sehingga terjadi inflamasi. IgG dan IgM akan mengaktivasi sistem komplemen melalui jalur klasik (apa itu komplemen? penjelasannya panjang dan berhalaman-halaman; intinya sistem protein serum dan permukaan sel yang berinteraksi untuk "membantu" respon imun innate maupun adaptif) Leukosit yang teraktivasi akan melepaskan berbagai substansi seperti enzim dan ROS (Reactive Oxygen Species). Contoh klinisnya adalah Glomerulonefritis, penolakan vaskuler pada graft organ, penyakit jantung rheumatik. Pada penyakit jantung rheumatik, disebabkan oleh sequelae lambat dari infeksi Streptococcus. Setelah terjadi infeksi, beberapa individu membentuk antibodi anti-streptococcus yang bereaksi silang dengan antigen pada otot jantung. Deposisi antibodi di jantung akan memicu inflamasi dan mengakibatkan demam rheumatik akut. 2. Opsonisasi dan fagositosis Terjadi destruksi sel yang menjadi target antibodi karena sistem komplemen, atau karena ADCC (Antibody-Dependent Cell-Mediated Cytotoxicity) yang tidak memerlukan komplemen. Pada destruksi sel yang dimediasi komplemen; sel terlebih dahulu diopsonisasi, kemudian menarik fagosit dan terjadi fagositosis. Apa itu opsonisasi? Jadi sebuah opsonin (antibodi) akan berikatan ke reseptor di permukaan antigen dan menarik fagosit; sehingga proses destruksi sel bisa berjalan lebih efisien. Opsonisasi menjadi semacam penanda sel agar segera difagositosis. Pada ADCC, sel yang sudah dilapisi antibodi IgG dapat dibunuh oleh efektor yang bervariasi ,

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5yang akan menempel pada sel melalui IgG ; lalu sel dihancurkan tanpa fagositosis. Contoh dari hal ini adalah reaksi transfusi darah yang tidak cocok, HDN (Hemolytic Disease of the Newborn), dan reaksi obat tertentu. Selain itu, mekanisme opsonisasi-fagositosis sel target juga terjadi pada autoimmune hemolytic anemia dan autoimmune thrombocytopenic purpura. 3. Respon fisiologis abnormal tanpa kerusakan sel/jaringan Beberapa antibodi dapat menyebabkan penyakit tanpa merusak jaringan secara langsung. Antibodi yang terikat ke resepetor sel target spesifik tidak membunuh sel, tapi mengubah fungsinya. Contoh: Grave's disease: antibodi terhadap reseptor TSH melekat pada reseptor tersebut di sel epitel tiroid. Yang akan terjadi adalah stimulasi produksi hormon tiroksin -> hipertiroidisme. Seharusnya produksi tirosin distimulasi oleh hormon TSH, namun adanya antibodi menyebabkan reseptor hromon tersebut terstimulasi tanpa kehadirannya. Myasthenia gravis: antibodi terhadap reseptor asetilkolin menghambat transmisi neuromuskuler, yang menyebabkan paralisis. Jadi pada otot kan ada reseptor Ach (asetilkolin) yang berfungsi tempat berikatannya Ach; dan seperti yang kita ketahui kalo Ach menempel maka otot akan kontraksi. Nah, pada myasthenia gravis, antibodi ini menempel pada reseptor, sehingga Ach yang sebenernya nggak bisa. Otomatis aksi asetilkolin akan diblok. Selain itu, antibodi ini juga bisa memediasi destruksi reseptor Ach. 3. Hipersensitivitas Tipe III Reaksi ini sebenernya hampir sama dengan Hipersensitivitas Tipe II, keduanya melibatkan antibodi selain IgE sebagai mediator; namun pada tipe III ini antibodi tersebut bergabung membentuk kompleks imun yang terdeposit di pembuluh darah (bisa juga di jaringan lain, seperti glomerolus, venula kulit, dan paru-paru); sehingga ketika berikatan dengan antigen akan menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan ini terjadi umumnya karena perekrutan leukosit dan proses inflamasi. Kompleks imun ini jika ukurannya kecil maka sulit dikenali makrofag dan cenderung bebas bergerak dalam sirkulasi. Jika kompleks imun menempel pada pembuluh darah, maka akan menyebabkan vasculitis, yang terlihat pada penyakit seperti Systemic Lupus Erythromatosus (antibodi menyerang DNA, nucleoprotein, dll.), polyarteritis nodosa, atau kerusakan ginjal dengan glomerulonefritis akut. Bisa juga terjadi infeksi streptococcus, lalu tubuh membentuk antibodi terhadap streptococcus yang membentuk kompleks imun, dan beredar, lalu terdeposit di glomerolus ginjal. Terjadilah poststreptococcal glomerulonefritis. 4. Hipersensitivitas Tipe IV Ciri khas dari reaksi ini adalah di-mediasi sel T. Ini diakibatkan adanya autoimunitas dan respon terhadap antigen lingkungan. Reaksi autoimun biasanya terjadi terhadap antigen seluler yang distribusinya terbatas, sehingga hipersensitivitas tipe IV ini biasanya terbatas pada beberapa organ, tidak sampe sistemik. Mekanisme kerusakan jaringan ada dua:

Blok 2.31 Infancy adn Childhood

1. Delayed-type hipersensitivity Atau dikenal juga sebagai "fase lambat", mirip dengan fase lambat pada Hipersensitivitas tipe I, dan butuh waktu 24-72 jam untuk berkembang. Yang berperan di sini adalah sel T CD4+ , yaitu sel TH1. Delayed Type Hypersensitivity ini terjadi sebagai respon terhadap antigen protein soluble dan melibatkan antigen-presenting cell (APC) seperti makrofag dan TH1. Saat terpapar antigen, sel TH1 akan teraktivasi dan melepaskan cytokine nya tujuannya untuk merekrut monosit, leukosit, fibroblas, dan sel inflamasi lainnya. Kerusakan jaringan diakibatkan oleh aktivitas neutrofil dan makrofag. Contohnya pada reaksi tuberculin untuk diagnosis TBC. 2. T cell-mediated cytolysis Sel target akan dibunuh secara langsung oleh CD8+ CTLs (cytotoxic T lymphocytes). Sel target mengekspresikan peptida dari antigen sitosolik bersama MHC kelas I sebagai penanda akan dibunuh. Pada infeksi virus yang tidak/kurang cytotoxic, bisa jadi kerusakan jaringan malah disebabkan oleh aktivitas CD8+ CTLs ini. CD8+ CTLs ini tidak bisa membedakan mana virus yang cytotoxic/cytopathic atau tidak, sehingga akan mebunuh semuanya. Contoh hal ini adalah pada beberapa tipe hepatitis, destruksi sel hepar bukan oleh virusnya, tetapi oleh respon CTLs yang sangat kuat pada host. selesai bahas hipersensitivitas sampe habis. sekarang mari kita bahas materi lecture.. Kembali ke Hipersensitivitas Tipe I, atau alergi. Faktor resiko terjadinya alergi ada banyak sebenernya, beberapa di antaranya: Genetik: atopik, laki-laki, kadar IgE berlebih, mutasi kromosom, defek sistem imun Lingkungan: prenatal - cytokine di lingkungan uterus, diet maternal, ibu merokok postnatal - alergen hirupan, polusi udara, infeksi Reaksi alergi dibagi secara klinis menjadi local/atopik dan sistemik. Reaksi alergi yang termasuk atopik/lokal seperti rhinitis alergi, dermatitis atopi, urtikaria alergi, angioedema, dan asma bronkial. Sedangkan yang sistemik, misalnya anafilaksis (reaksi alergi paling ekstrem dan bisa berakibat fatal). Alergi ini berpengaruh pada kualitas kehidupan, pekerjaan, sekolah, beban ekonom. Perlu

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5diketahui bahwa alergi ini nggak semuanya langsung muncul ketika bayi lahir, tapi ada insidensi yang berbeda di setiap umur. Food allergy dan eczema paling banyak muncul pada usia awal kehidupan dan insidensinya sangat rendah kalo usia > 5th. sedangkan asma paling banyak muncul pada usia 5-7th, bisa juga muncul setelah dewasa. Rhinitis alergi muncul pada usia 7-10 th. dll. Ngomongin alergi itu nggak terlepas dari allergen. Sebenernya banyak substansi yang bisa bersifat allergen, namun berikut beberapa yang umum: Hirup: kutu debu rumah tangga (dust mites) kecoa : pada kasus asma berat cenderung terjadi alergi kecoa jamur tepung sari / pollen rerumputan, pepohonan ketombe pada bulu kucing ,anjing Alergi makanan: telur susu ikan buah kacang sayuran aditif Pada anak alergi kebanyakan yang terjadi adalah alergi telur, susu sapi, dan ikan. Pada dewasa ikan/kepiting, kacang-kacangan, buah, dan susu. Sedangkan langkah untuk diagnosis alergi ada 4: Allergy History Clinical Signs and Symptoms Skin Test (skin prick test, atopy patch test) Specific IgE test (RAST) Elimination & Provocation test Berikut penjelasannya Riwayat alergi: Pada anamnesis, harus ditanyakan: apakah ada riwayat atopik pada orang tua/ saudara kandung apakah penyakit yang diderita "kumat-kumatan" batas waktu kapan munculnya gejala, selama beberapa menit/jam setelah terekspos alergen, butuh waktu berapa lama untuk menghilang, dsb setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik, sesuai dengan keluhan. Ex: kalo ngeluhnya susah napas ya pemeriksaan thorax. Di sini juga kita melihat tanda2 klinis dan gejala klinis yang terkait. Skin (prick)test: Bisa dilakukan pada anak >4 bulan; pada bagian volar lengan bawah atau punggung. Pertama, tempat test dibersihkan, dikeringkan, lalu dibuat semacam "tabel" dan dinomori. Kulit ditusuk dengan sudut 45 derajat caranya bisa dicungkit dengan lancet (kalo dulu katanya pake jarum suntik), jangan sampe keluar darah. Kemudian diteteskan sedikit antigen pada tempat tusukan. Ditutup dengan kasa steril selama +- 15 menit, lalu dibuka dan dibaca hasilnya. Sebagai pedoman pembacaan hasil, perlu ada kontrol negatif dan kontrol positifnya,

dan tingkat alergi bisa diliat dengan membandingkan dengan kontrol. Hasil positif jika diameter indurasi (penonjolan) > 3mm dari kontrol negatif. Syarat untuk skin test ada 2: pasien tidak shock anafilaktik -> kalo misalnya ada riwayat shock setelah terpapar suatu antigen, maka tidak boleh diberikan antigen yang sama pada skin test pasien tidak mengkonsumsi obat antihistamin min. 1 minggu sebelum test -> antihistamin itu kan ngeblok receptor histamin, dan berfungsi menghambat reaksi alergi. Nah, saat skin test bisa jadi hasilnya false negatif, karena sebenernya alergi, tapi hasil kurang tampak.

Blok 2.32 Infancy adn Childhood

Skin (patch)test: Hampir sama dengan skin prick, cuma yang ini caranya dengan menempelkan patch yang ada kandungan allergen nya. Ini cenderung untuk mendeteksi reaksi late-phase, karena hasil tidak dapat langsung dilihat seperti prick test. Tes patch untuk TBC menggunakan prinsip yang sama. Blood test /Radioallergosorbic test/ RAST: tes darah ditujukan untuk mendeteksi adanya IgE spesifik (yg menyebabkan alergi kan IgE spesifik untuk antigen tertentu, bukan semua IgE). Tes ini masih cukup mahal jadi untuk di Indonesia umumnya masih pake skin test. Caranya adalah dengan memaparkan antigen yang kira2 menyebabkan alergi dengan serum pasien. Jika alergi, maka allergen akan mengikat antibodi terhadapnya di serum (IgE spesifik. Lalu diberi antibodi radiolabeled anti-human IgE, yang akan berikatan dengan IgE tersebut; akhirnya dibaca radioaktivitasnya, yang sesuai dengan kadar IgE spesifik dalam serum. tes ini direkomendasikan jika: berdasarkan pertimbangan dokter, tidak mungkin untuk berhenti konsumsi obat yang bisa mempengaruhi hasil tes (ex: antihistamin yg disebut di atas) pasien menderita penyakit kulit yang parah, ex: eczema / psoriasis yang menyebar luas pasien memiliki level sensitivitas tinggi terhadap alergen, sehingga kalo diadministrasi pake skin test efek sampingnya besar Provokasi dan Eliminasi: (ambil contoh makanan ni)Dicoba makanan yang dicurigai merupakan allergen dihilangkan dari diet (eliminasi). Kalo gejala berkurang, dan ketika diberikan makanan itu lagi gejala timbul; maka makanan tersebut adalah alergen. Treatment

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5

menurunkan : sekresi mukosa, permeabilitas vaskuler, pelepasan mediator, produksi sitokin, aktivasi sel inflamai

Blok 2.31 Infancy adn Childhood

Bronchodilator: terutama sebagai terapi simptomatik, ex: asma. Tugasnya lebih ke meredakan sesak napas (kan salah satu gejala alergi ini adalah bronkokonstriksi karena kontraksi otot polos -> sesak napas). Sympathomimetic , parasympatholytic 1. Immunotherapy: bertujuan untuk menurunkan kadar IgE spesifik-allergen meningkatkan IgG yang memblok allergen mengganggu respon Th1/Th2 dengan menurunkan sekresi IL4/IL5 dan menurunkan rekrutmen eosinofil Jadi dilakukan pemberian allergen secara injeksi,yang bertujuan menimbulkan toleransi terhadap allergen tersebut. Fase awal adalah pemberian dosis sedikit demi sedikit sampai menapai dosis maintenance. Fase berikutnya adalah menjaga dosis maintenance tersebut dengan cara pemberian dosis yang lebih tinggi, namun jaraknya jauh, secara berkala. Jadi nantinya akan meningkatkan produksi IgG sehingga akan berikatan dengan allergen sebelum berikatan ke IgE -> dicegah deh reaksi alerginya. Pencegahan alergi: lebih ditargetkan kepada individu yang punya riwayat alergi keluarga, atau ketika di screening kadar cord-blood IgE nya tinggi. ada 3 jenis Pencegahan Primer: yaitu dilakukan sebelum penyakit yang dimediasi IgE muncul PP prenatal (sebelum bayi lahir) menghindari pemaparan antigen terhadap ibu selama hamil, ternyata tidak terbukti bisa melindungi anak dari alergi, berdasarkan 4 penelitian yang udah dilakukan (liat slide). justru yang direkomendasikan adalah tidak ada pantangan/ larangan / diet khusus bagi ibu hamil, dan mengkonsumsi makanan yang seimbang (makan segala jenis makanan) maternal immunotherapy: yaitu imunisasi allergen pada saat hamil dapat mengurangi IgE dan meningkatkan antibodi allergen IgG2 (yg nggak menimbulkan alergi). Tapi selama ini masih percobaan saaja probiotic lactobacilli: pemberian lactobacilli pada wanita hamil 2-4 minggu sebelum melahirkan dan selama menyusui dapat mengurangi dermatitis atopi pada anak sampai 50% pada usia 2-4 tahun, tetapi tidak berdampak pada gejala respirasi, skin prick test, dan kadar IgE (liat slide) maternal smoking : kayaknya ga perlu alasan lagi buat menjauhi rokok bagi ibu hamil ya, haha. tapi ternyata ibu yang merokok selama hamil dan menyusui meningkatkan insidensi exzema dan berhubungan dengan wheezing pada asma (selain itu juga bisa jadi trigger

1. Avoidance: Yang paling cost-efficient, yaitu dengan menghindari alergen tentunya juga dengan kontrol lingkungan. Alergi debu -> bersihkan rumah dari deposit-deposit debu. Alergi telur: hindari makanan yang mengandung telur. Nah, sulitnya di sini, makanan yang mengandung telur atau olahannya itu bisa sangat banyak. Itu pun kalo mesin untuk mengolah ada bekas telur nya aja bisa menimbulkan alergi. Selain itu ada pula trigger alergi, misalnya asap rokok, olahraga, stres, emosi, dll. Begini cara avoidance diet untuk alergi makanan: Identifikasi alergen Identifikasi alergen di suplai makanan bentuk original bentuk lain yang mengandung alergen membaca label Menyediakan diet yang seimbang dengan prinsip avoidance tersebut 2. Terapi obat: Antihistamin: tugasnya memblok reseptor histamin, sehingga menghambat reaksi alergi. dapat bersifat lokal maupun sistemik. Kerja antihistamin: blok reseptor histamin stabilisasi membran sel mast (jadi ga teraktivasi) mengurangi pelepasan mediator, rekrutmen eosinofil antihistamin ini ada 3 tipe sesuai reseptornya: H1: pada alergi H2: pada GIT H3: pada SNC sedangkan berdasarkan generasi nya: H1 generasi 1: ex. CTM, ada efek kantuk dan diberikan 3x per hari H1 generasi 2: ex. cetirizin, loratadine, fexofenadine. merupakan antihistamin pilihan pertama. efek kantuk minimal karena tidak menembus barier otak. half life lebih lama sehingga bisa diberikan 1 kali atau 2 kali per hari H1 generasi 3: ex. levocetirizin, desloratadin. hampir sama dengan gen. 2 , hanya membutuhkan dosis yang lebih Kortikosteroid: tugasnya mengurangi inflamasi. ada bentuk spray hidung (momethasone, fluticazone furoat), spray mulut, salep/krim. ada pula yang sistemik dan diberikan melalui infeksi (prednison). Kerjanya:

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5buat alergi). Paparan asap rokok in utero meningkatkan kadar IgE dalam cord blood, lalu kadar nikotin akan berbanding lurus dengan kadar eosinofil. PP postnatal: -"hygiene hypothesis" yaitu penurunan infeksi pada masa anak-anak atau kurangnya paparan agen infeksi bisa berkontribusi terhadap penyakit atopik dan asma. justru kalo terekspos atau pernah terinfeksi, bisa terjadi efek sistemik nonspesifik (protektif) jangka panjang pada respon imun terhadap allergen. Karena terinfeksi malah jadi kebal alergi deh... tapi sejauh ini baru hipotesis. ASI eksklusif minimal 4-6 bulan. Hal ini mengurangi penyakit alergi pada masa anak2, namun belum jelas pengaruhnya ke dewasa. Namun karena ASI berasal dari ibu, maka allergen yang dikonsumsi ibu dapat masuk ke dalamnya, sehingga perlu hati2. Jika ASI eksklusif tidak memungkinkan lagi, gunakan susu formula hipoalergenik parsial (hidrolisat protein parsial). Ini udah terbukti efeknya, penggunaan susu hidrolisat parsial dapat mengurangi resiko dermatitis atopi. Jangan menggunakan susu kedelai atau susu kambing, karena fungsinya bukan untuk pencegahan alergi tapi udah ke terapi nya. Pencegahan Sekunder: dilakukan saat penyakit yang dimediasi IgE sudah berkembang; yaitu pada anak dengan penyakit awal/ sensitisasi awal. Strateginya adalah mengurangi progresi ke level sensitisasi (alergi) yang baru dan mengurangi keparahan penyakit. Pencegahan Tersier: pencegahan munculnya manifestasi alergi, yaitu kalo udah diketahui orangnya menderita alergi. Caranya dengan menghindari allergen, melakukan rencana untuk keadaan darurat (ex: anafilaksis, serangan asma), melakukan pengobatan secara teratur.

Gejala klinisnya bisa terjadi di luar saluran cerna (ini juga yg membedakan dengan intoleransi laktosa) Saluran cerna: - bengkak, gatal di bibir - muntah, diare - tinja berdarah Kulit: urtikaria, dermatitis atopik Saluran napas: batuk, mengi, asma, rinitis Untuk diagnosisnya, langkah2nya hampir sama dengan diagnosis alergi secara umum, yaitu: Anamnesis (riwayat perjalanan penyakit) Catatan makanan harian Uji alergi (bila diperlukan) Skin prick test IgE spesifik darah (RAST) Uji eliminasi dan provokasi

Blok 2.31 Infancy adn Childhood

Nah, berikut kita bahas jenis-jenis alergi yang sering menyerang anak: 1. Alergi susu sapi / Cow's milk allergy/ CMA: Hal ini biasa mulainya pada tahun 1-2 kehidupan. Reaksi alergi bisa disebabkan oleh protein pada susu sapi (ex: kasein, pada 80% kasus, dan whey pada 20% kasus. tapi di sini whey lebih alergenik dibandingkan kasein). Nah, kita udah pelajari tentang intoleransi laktosa di week2 awal. Apa bedanya? Kalo intoleransi, reaksi tidak melibatkan sistem imun, dan laktosa nya belum diabsorbsi oleh tubuh (laktosa tidak dapat diabsorbsi / didigesti oleh tubuh). Sedangkan alergi susu sapi melibatkan sistem imun, sebagian besar dimediasi oleh IgE, dan terjadi ketika susu sapi sudah diabsorbsi oleh tubuh.

Tatalaksana yang paling penting adalah PANTANG susu sapi. Alias hindari sebisa mungkin. Selengkapnya manajemen untuk alergi susu sapi yaitu: Avoidance/ penghindaran lakukan dengan melihat label makanan secara seksama pendidikan mengenai sumber makanan yang tersembunyi (jadi kalo labelnya "aman" pun bisa saja mengandung allergen) Formula ekstensif hidrolisat/ hipoalergenik sedikit penjelasan, hydrolized formula/ hidrolisat itu maksudnya protein2 susu nya udah dipecah2. Yang partly hydrolized itu dipecah sebagian, sedangkan yang ekstensif itu dipecah sebagian besar. Ingat untuk susu partly hydrolized itu hanya untuk pencegahan, bukan untuk terapi, karena malah bisa menimbulkan reaksi alergi. Formula asam amino protein susunya udah dipecah bahkan hingga asam amino aja. Tapi perlu diingat di sini bahwa harga susu asam amino itu sangat mahal belum lagi persediaannya terbatas. Sedangkan untuk terapi yang lebih costeffective dan lebih memungkinkan, diberikan susu kedelai, dengan catatan anak udah lebih dari 6 bulan namun perhatikan juga bahwa bisa mengakibatkan reaksi alergi terhadap susu kedelai. Keuntungan susu kedelai: Tidak ada protein susu sapi Rasa lebih enak Harga lebih murah -Dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak -Dapat diberikan pada usia 6 bulan 2. Dermatitis Atopi Disebut juga eczema. Terjadi inflamasi kronis di kulit pada individu yang atopik. Pada bayi usia 2-4 bulan biasanya terlihat pada kedua pipi ; terdapat kemerahan, gatal, dan bekas garukan. Pada anak usia 1-3 tahun biasanya tampak ada dermatitis di lipatan kulit. Cara diagnosis yg umum digunakan adalah kriteria mayor dan minor; maksudnya harus ada paling sedikit 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor; yaitu:

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5Kriteria major : Pruritus Distribusi dan morfologi khas Kronik residif Riwayat atopi penderita dan keluarga Kriteria minor : Xerosis Iktiosis Reaktifitas uji kulit tipe cepat Peningkatan IgE serum Mulai timbul : sebelum umur 5 tahun setelah umur 5 tahun Mudah terkena infeksi kulit Mudah terkena dermatitis pada tangan/ kaki Dermatitis pada puting susu Kheilitis Konjungtivitis berulang Lipatan infraorbital Dennie-Morgan Keratokonus Katarak anterior subkapsuler Hiperpigmentasi di bawah mata Muka pucat/muka eritem Lipatan leher bagian depan Pitiriasis Alba Gatal waktu berkeringat Intoleransi wol dan pelarut lemak Penekanan perifolikuler Intoleransi terhadap makanan Pengaruh lingkungan dan emosi White dermographism Differential diagnosis untuk penyakit ini bisa bervariasi, antara lain: D. seboroika Scabies Ihtiocytosis Histyocytosis Penatalaksanaan: mengurangi gatal: dengan penggunaan salep, dari kekuatan sedang selama 1 minggu lalu kekuatan ringan (ex: Hydrocortisone 1%). Di sini tidak diberikan salep / kortikosteroid yang kuat, karena efek sampingnya yang cukup besar bila digunakan dalam jangka waktu lama (penipisan kulit, atrofi kulit, dll.). Namun jika gejala memberat, bisa diberikan salep yang kuat untuk segera meredakan gejala. Selain itu juga diberi antihistamin H1 generasi 1 , ex: CTM, yang efeknya cukup kuat dan juga menyebabkan kantuk, sehingga menghindari anak menggaruk dermatitisnya. reparasi kulit: dijaga dalam kondisi lembab. Hindari iritan kulit dan jaga kontak dengan air. terapi inflamasi: dengan kortikosteroid, sudah dijelaskan dalam penanganan gatal eliminasi faktor resiko 3. Asthma Berikut beberapa kriteria diagnosisnya: Mengi/ Wheezing : bersifat ekspiratoir, atau terjadi saat ekspirasi. Jika wheezing saat inspirasi dinamakan sindrom Croup (inflamasi akut pada larynx). Kumat-2an : penyakitnya episodik, jadi sering "kumat"

Malam hari: terutama terjadi pada malam hari, karena patensi saluran napas menurun Setelah aktivitas: munculnya setelah aktivitas, misalnya olahraga Atopi: ada riwayat atopi keluarga Ada respons positif setelah diobati; yaitu jika diberi bronchodilator (salbutamol, aminophyllin, dll) mengi nya dalam 1/2 jam akan menghilang. Jika tidak menurun dan malah tambah berat, berarti kemungkinan besar bukan asma, jadi pikirkan DDx nya: bronchiolitis sindrom Croup aspirasi fibrosis

Blok 2.31 Infancy adn Childhood

Ada 3 tahap asma: 1. primer: yaitu terjadi sensitisasi. Dipengaruhi oleh faktor genetik, ekspos alergen, infeksi, polutan, tingkat kelembaban udara, dll. 2. sekunder: inflamasi dan hipersensitivitas 3. tersier: remodelling bronkus, yaitu struktur bronkus menjada rusak karena asma yang berat. Pada tahap ini hal keicil pun seperti ada asap rokok, berlari, atau naik tangga bisa menyebabkan kumat. Terapi: dibagi jadi 2 controller: yaitu untuk mengendalikan supaya tidak terjadi serangan asma/ menghindari kumat. Berupa pemberian kortikosteroid intranasal/ inhalasi. Bisa 3x, 2x, 1x sehari tergantung keparahannya. reliever: meredakan gejala asma ketika terjadi serangan. Terutama menggunakan bronchodilator untuk melebarkan bronkus, dengan menggunakan sediaan spray/ inhaler. 4. Rhinitis alergi Tanda2nya antara lain hidung gatal, watery discharge/berair, dan bersin-bersin. Alergi kan ada immediate hypersensitivity dan late-phase reaction. Untuk reaksi immediate pada rhinitis gejalanya hidung gatal, kongesti hidung, meler, bersin. Sedangkan pada rhinitis kronis (latephase) terjadi blockage nasal, hilangnya kemampuan membau, dan hiper-reaktivitas nasal. Gambaran klinis pada rhinitis alergi (liat di lecture ) blockage nasal respirasi mulut -> karena hidungnya terblok, sehingga naak bernapas melalui satu2nya jalan yang terbuka yaitu mulut. garis D-Morgan di bawah mata. Ada kerutan di infraorbital tanda salute, yaitu tindakan anak menggunakan tangan untuk "meniup ingus" grimace, jika anak berusaha menahan, maka ekspresi wajahnya berubah Menurut guideline ARIA, manajemen rhinitis sebagai berikut (selengkapnya di slide): Mild Intermittent Allergic Rhinitis: obat antihistamin H1 gen. II (loratadine, cetirizin) dekongestan intranasal ( 37,4oC, axilla ini yang paling sering Rectal > 38oC, tapi anak usia 0-5 tahun gaboleh diukur suhunya di rectal soalnya malah bisa melukai bayinya. Oral > 38,5oC, pengukuran di oral juga gaboleh dilakukan ke anak usia 0-5 tahun juga, karena kalo oral kan anaknya seringnya nangis ya umur segituan, goyang-goyang, malah pengukurannya ga akurat. Telinga >38oC dalam modus rectal atau >38,5oC dalam modus oral. Anak usia 0-5 tahun bisa diukur menggunakan thermometer elektronik di axilla, thermometer chemical dot di axilla, dan thermometer infrared tymphani. Tempat-tempat yang diatas itu tempat-tempat normal buat ngukur suhu. Ada lagi di tempat lain, yaitu di arteri pulmonalis, esofagus, dan vesica urinaria. Tapi jelas ya pemeriksaan ini invasive banget. POLA DEMAM dijadiin tempat pengukuran.

1. Continuous (sustained) fever: demam yangsuhu tubuhnya meningkat secara persisten, fluktuasinya maksimal 0,4 oC (ga sampe 1 o C) selama 24 jam. Misalnya pada typhoid fever minggu kedua, ISK, pneumonia lobaris. 2. Remitten fever: demam dimana peningkatan suhunya lumayan yaitu >1 oC, tapi dalam sehari demamnya bakal turun hanya saja turunnya ga sampe ke suhu normal. Biasanya demam ini paling turun pada pagi hari, dan sorenya udah naik lagi suhunya. Misalnya pada demam typhoid minggu pertama (kan masih naik-turun demamnya), infeksi virus. 3. Intermitten fever: demam dimana suhunya bisa kembali ke suhu normal biasanya. Seperti yang remitten, pas pagi suhunya turun, tapi suhunya tinggi-tingginya di sore hari. Misalnya malaria.

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5 4. Hectic (septic) fever: demam yang intervalsuhu yang paling tinggi dan paling rendahnya beda jauh. 5. Reccurent fever: demam berulang, melibatkan organ. 6. Wakuncar fever: demam dimana seseorang akan mengunjungi rumah pacar yang sedang ada acara keluarga besar.

Gambar pola demam: a) Continuous fever b) Fever continues remission c) Remittent fevr d) Intermittent fever e) undulant fever f) Relapsing fever

to

abrupt

onset

and

juga kesan utama kita pas ketemu si anak, keliatan sehat, sakit, atau toxic/sakit banget. Yang ga boleh dianggep sepele adalah keluhan orang tua/pengasuh anak, karena mereka kan sering menyentuh dan mengasuh si anak, pasti bisa taulah ketika si anak mengalami perubahan suhu. Tapi kalo orang tua bilang kejang, kita liat dulu. Soalnya pada bayi, kejang itu bisa cuma jari-jarinya yang gerak atau mulutnya yang komat-kamit gitu. DIAGNOSIS BANDING (DDx) Dengan anamnesis yang baik, kita bisa mendapatkan beberapa differential diagnosis. Differential diagnosis buat demam pada anak umur lebih dari 3 bulan itu sendiri ada 4 tipe: fever tanpa tanda lokal, fever dengan tanda lokal, demam dengan ruam, dan demam lebih dari 7 hari. DDx demam tanpa tanda lokal:

Blok 2.38 Infancy adn Childhood

ANAMNESIS Saat ada pasien dateng dengan keluhan demam (dan demam itu salah satu keluhan yang paling sering), maka kita harus caur dalam menganamnesis pasien kita itu. Kita tanya durasi demamnya, kurang dari 7 hari atau demamnya si anak udah lebih dari 7 hari dan ga selesai-selesai. Kalo kurang dari 7 hari biasanya disebabkan sama virus, karena virus kan selflimiting. Jadi kalo 80% anak yang dapat vaksinasi tsb) sehingga dapat mengurangi transmisi. Penyakit

yg dapat dieradikasi yaitu yg penularannya langsung dari 1 manusia ke manusia lain (manusia adalah satu-satunya host). Kalo DBD bisa dieradikasi ga? DBD kan penyakit yang penularannya diperantarai nyamuk sebagai vektor, nah berhubung kita ga bisa memvaksinasi nyamuk, jadilah DBD ini ga akan bisa dieradikasi, bisanya hanya dieliminasi. Gitu. Klasifikasi vaksin : a. Live attenuated = berisi komponen mikroorgansime (bakteri/virus) hidup yang udah dilemahkan sehingga saat dimasukkan ke tubuh penerima ga akan menyebabkan penyakit, namun ia tetap mampu menginduksi respon imun tubuh dengan cara produksi antibodi terhadap bakteri/virus hidup tsb. Vaksin tipe ini GA BOLEH diberikan pada anak yg sistem imunnya tersupresi, misalnya pada anak HIV/AIDS. Vaksin hidup akan bereplikasi begitu masuk ke dalam tubuh sehingga jangan diberikan pada orang dengan imunodefisiensi dan wanita hamil. Respon imun yang ditimbulkan mirip dengan infeksi alami. Vaksin hidup dipengaruhi antibodi yang bersirkulasi dalam tubuh penerima vaksin. Selain itu, vaksin hidup lebih mudah rusak sehingga harus diperlakukan dengan hati-hati. Ga boleh ditaruh di freezer karena beberapa virus& bakteri akan mati jika suhunya terlalu dingin. Cara administrasi: per oral, injeksi intradermal, subkutan. Contoh : bacteria (BCG, tifoid oral), virus (MMR, OPV, varicella, influenza). Harus direplikasi supaya efektif b. Vaksin inaktif/killed berisi bakteri/virus yang udah mati. Vaksin ini tidak dapat bereplikasi sehingga aman diberikan pada penderita imunodefisiensi. Secara umum ia tidak seefektif vaksin hidup sehingga agar berefek, perlu diberi secara serial. Vaksin inaktif tidak begitu dipengaruhi antibodi dalam sirkulasi dan sensitif terhadap suhu beku. Cara administrasi : injeksi deep intramuscular. Komponen vaksin inaktif ada 2 jenis : Whole/mikroba utuh (influenza, IPV,Hepatitis A, pertussis, tifoid) Fraksional/pecahan-pecahan sel mikroba, ada 2: yang berbasis protein : toxoid (tetanus, diphteri), sub unit

Blok 2.316 Infancy adn Childhood

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5(hepatitis B, acellular pertussis, typ. Vi, Human Papilloma Virus) yang berbasis polisakarida : Haemophilus Influenza tipe B, pneumococcus, meningococcus.

1. JADWAL IMUNISASI liat di HSC 2010week 4 ya, ada tuh di halaman paling belakang. Ehehe B) 2. CAMPAK / MEASLES Penyebab campak adalah measles virus, a single-stranded, negative-sense enveloped RNA virus dari genus Morbillivirus, family Paramyxoviridae. Faktor resiko infeksi virus campak yaitu: Anak dengan imunodefisiensi karena HIV/AIDS, leukemia, terapi kortikosteroid, tanpa melihat status imunisasi. Bepergian ke daerah endemik campak / kontak dengan orang yg jalan-jalan ke area endemik Balita yang kehilangan antibodi pasif sebelum usia imuniasi rutin. Reservoir virus campak adalah manusia. Transmisi melalui udara (respiratory airborne). Di negara 4 musim kejadian campak memuncak pada akhir musim dingin sampai musim semi. Dapat menular 4 hari sebelum sampai 4 hari setelah mulai muncul ruam kulit. Gejala campak mulai ada 7-14 hari setelah seseorang terinfeksi, yaitu: ruam campak, blotchy rash, demam ringan sampai sedang, sakit tenggorokan, batuk, hidung berair, konjungtivitis (mata

merah dan berair), malaise, muncul Kopliks spot 2-3 hari setelah gejala mulai (bintik putih kecil dengan warna putih kebiruan di tengahnya, ditemukan di mucosa mulut). Campak termasuk penyakit yang sangat menular, sampai-sampai jika seseorang kena campak, 90% orang di sekitarnya yang notabene tidak kebal campak akan terinfeksi virus campak juga. Virus ini hidup dan bereplikasi dalam mucosa hidung-tenggorokan orang yang terinfeksi. Ketika ia bersin/batuk, droplet mucus akan tersembur ke udara dan masuk ke hidung/tenggorokan orang lain ketika mereka bernapas atau memegang permukaan yang terkontaminasi virus campak. Campak tidak menyebar pada hewan, jadi campak khusus berjangkit antar manusia. Kegagalan vaksinasi campak (MMR vaccine failure) adalah penyakit measles, mumps, rubella yang menyerang orang yang sebelumnya pernah divaksin campak. Ini dapat disebabkan oleh antibodi, vaksin yang rusak, dan riwayat medis yang salah. 25% resipien vaksin tidak merespon dosis pertama, tapi sebagian besar orang dengan vaccine failure akan merespon dosis yang kedua. 1. PNEUMONIA 19% kematian anak usia .< Vaksin itu bisa diklasifikasikan jadi 2 menurut content-nya. Content suatu vaksin bisa berupa live/attenuated pathogen atau killed/inactive pathogen. Yok kita bahas satu-satu

Blok 2.317 Infancy adn Childhood

Live/attenuated a. bacterial = BCG & typhoid b. viral = MMR, OPV (oral polio vaccine), varicella, influenza Killed/inactive a. Whole pathogen = influenza, IPV (injected polio vaccine), hepatitis A, pertussis b. Fractional Protein = toxoids (e.g. tetanus & diphtheria), hepatitis B, acellular pertussis (aP) Polisakarida = Hib (Haemophilus influenza tipe B), pneumococcus & meningococcus

Vaksin-vaksin biasanya disimpan pada suhu lemari es (fridge kalo punya kulkas di rumah, taruh vaksin ciptaan kalian di pendingin yang bawah, bukan freezer yg di atas). Oya, jangan lupa kalo kita NGGAK BOLEH memberikan vaksin pada individu dengan immunosuppression, e.g. penderita HIV, karena vaksinasi nggak akan membangkitkan respon imun berupa antibody tetapi malah balik menginfeksi individu tersebut. Ini yang agak beda dari kuliahnya dr. Mei Neni disimak baik-baik yaaa A. MEASLES Virus measles merupakan airborne virus (medium penularannya via udara) dan lebih prevalent pada akhir musim dingin/awal musim semi di negara2 empat musim. Kalo di negara tropis macam Indo begini, biasanya puncak penularan virus measles antara bulan September November. Virus measles ini cepat menular, prospek buat ketularan measles dari orang-orang yg terinfeksi adalah 4 hari sebelum & sesudah onset rash pada orang-orang tsb. Pada individu dengan infeksi virus measles, biasanya muncul signs & symptoms sbb : *blotchy red rash *fever & cough *red eyes *Kopliks spot *runny nose *malaise

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5Oya, ngomong-ngomong, virus measles ini hidup pada mucosa regio nasal & pharyngeal manusia, sehingga pas infected person itu wahing bin bersin, virusnya (berupa droplet *macam air liur kalo kamu ngomong sampe muncratmuncrat, trus temen yg kamu ajak ngomong buka payung :P*) akan menyebar dan bisa dihirup oleh orangorang lain yang belum terinfeksi. Manusia disini berperan sebagai reservoir virus (). Nah, repot kan kalo begini? Well, kalo nggak mau kena infeksi virus ini alias gabagen, jangan kabur kalo dikasih vaksin. Vaksin measles bisa diberikan secara kombinasi dgn mumps & rubella (MMR) atau single vaccine (measles aja). Sekitar 2-5% pasien nggak akan langsung merespon antigen/vaksin measles atau MMR pada dosis pertama, sehingga pemberian vaksinasi ini harus diulang. Kalo lupa jadwal vaksinasi measles/MMR kapan aja, tengok lagi keterangannya di HSC week 4 ya B. PNEUMONIA Beware! Pneumonia sangat prevalent di Asia Tenggara, tempat kita tinggal, dan sub-Saharan Africa (*hayooo negara apa aja :P*). Pneumonia bisa disebabkan oleh beberapa agent, tapi yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza. Selain dua bakteri ini, ada agent-agent lain seperti

S. aureus dan Klebsiella. Viral pathogen yang dapat menimbulkan pneumonia adalah RSV (respiratory syncytial virus). Berikut ini tanda-tanda yang dijumpai pada pasien-pasien pneumonia: *demam *localized chest pain *leukocytosis

Blok 2.320 Infancy adn Childhood

*lobar infiltrate & effusion pada Xray thorax *tachypnea Treatment yang bisa dilakukan untuk mengatasi pneumonia adalah vancomycin (severe pneumonia) atau amoxicillin (mild pneumonia) ; buat bayi atau immunocompromised patients biasanya diberi penicillin G, cefotaxime, atau ceftriaxone. Untuk mencegah terjadinya pneumonia, maka diberikan vaksinasi against pneumococcus yg sudah dikonjugasikan dengan protein atau polisakarida (*aslinya ada lengkap sih penjelasan ttg perbedaan vaksin pneumococcus yg dikonjugasikan dgn protein atau polisakarida, tapi udah keburu deadline dan nggak dibahas juga di lecture, kalo kepo silakan baca sendiri ya *).

Lecture: Hepatitis In Childrendr. Nenny Sri Mulyani, Sp.A(K) Oleh : Denna

Hepatitis, seperti yang kita tau, yaitu inflamasi pada hati. Tanda-tanda inflamasi kan dolor, kalor, rubor, tumor, functio laesa, oleh karenanya orang yang terkena hepatitis salah satu tandanya yaitu heparnya otomatis akan swelling hepatomegaly. Inflamasi hati tidak hanya disebabkan oleh mikroorganisme saja, bisa juga karena hal lain selain itu (obat, dsb dsb). Etiologi dari Hepatitis yaitu :

Viral, ada dua : a) Hepatotropik, virus yang memang target utamanya adalah sel hati. Virusvirusnya ya Virus Hepatitis : HAV, HBV, HCV, HDV, dsb b) Non-hepatotropik, (berlawanan dari hepatotropik) jadi target utama virus bukan sel hati, namun bisa nyerang sel hati juga. Misalnya : Epstein Barr Virus (EBV), CMV, enterovirus dsb.

Toxin : karbon tetraklorida Penyakit autoimun : Systemic Lupus Erythromatosus (SLE) Obat-obatan : amoxilin, anti TBC, anti kejang Penyakit sistemik (misalnya sepsis) : Hati merupakan kelenjar terbesar tubuh dan letaknya strategis (di tengah); segala macam hal lewat di organ ini. Karena itu, hati bisa ikutan sakit oleh karena infeksi dari tempat lain, sehingga dia disebut organ innocent by standard.

Viral Hepatitis

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5

Hepatitis F,G, TTV tidak terlalu patologis untuk manusia.

Blok 2.320 Infancy adn Childhood

Oleh karena itu yang akan dibahas yaitu Hepatitis B, selain karena dapat berkembang menjadi kronis, terbukti adanya program imunisasi hepatitis B (berarti prevalensinya di Indonesia masih tinggi). HEPATITIS B 1) Struktur HBV dan Antigennya Virion HBV dengan bentuknya yang lengkap disebut partikel DANE, terdiri atas outer envelope dan inner nukleokapsid (HBV DNA dan DNA polimerase). Setiap bagian dari virion ini akan mempresentasikan antigennya.

Seperti yang sudah disebutkan, virus Hepatitis ada bermacam-macam, A,B,C,D,E,F,G, TTV dsb. Hanya hepatitis B,C,D yang bisa berkembang menjadi kronis, sementara A dan E hanya akan sampai pada fase akut (meski ada kemungkinan berkembang menjadi hepatitis fulminanyaitu terjadinya nekrosis hati). Penularan virus hepatitis bisa dari :

Fecal-oral, yaitu HAV, sehingga disebut hepatitis infektiosa. Jadi HAV ditularkan lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi virus. Parenteral, yaitu HBV, sehingga disebut hepatitis serum. HBV ditularkan lewat cairan tubuh (keringat, air mata, semen, cairan vagina, ASI dan saliva) yang berkontak langsung dengan mukosa tubuh. Kemudian ada HDV, virus hepatitis ini hanya infektif pada orang yang terinfeksi HBV (HDV hanya bisa menjadi infektif jika terbungkus dengan HbsAg). Genomnya HBV, seperti yang bisa dilihat di gambar, merupakan molekul DNA sirkular beruntai-ganda parsial (ada yang beruntai ganda, ada yang singel), genom DNA inilah yang akan mengkode :

Setelah ditemukannya HAV dan HBV, virus hepatitis lain selain HAV dan HBV (belum terindentifikasi) disebut sebagai virus hepatitis non-A non-B. Kemudian setelah diteliti lebih lanjut virus-virus hepatitis non-A dan non-B diketahui sebagai HCV, HDV, HEV dsb. Di kuliah ini yang lebih dibahas adalah hepatitis B, kenapa? Karena ...

Hepatitis A, pada anak-anak asimptomatik (jauh lebih menimbulkan gejala klinis pada dewasa) atau kalaupun bergejala, gejalanya ringan, dan bisa sembuh sendiri. Kemudian seperti yang sudah disebutkan, dia tidak akan berkembang menjadi kronis. Juga karena sedikit sekali dari infeksi HAV yang berkembang menjadi hepatitis fulminan. Meski begitu, HAV merupakan virus hepatitis yang paling sering menginfeksi anak-anak (prevalensinya pada anak-anak usia 5 thn, kata Nelson, hampir 100%). Hepatitis C, penularan utamanya yaitu pada pengguna obat-obatan terlarang yang menggunakan jarum suntik bergantian, makanya jarang pada anak-anak, kecuali anak tertular secara vertikal oleh Ibu yang terinfeksi HCV. Hepatitis E juga jarang terjadi pada anakanak.

Selubung glikoprotein (HBsAg, antigen permukaan Hepatitis B), punya 4 fenotip : adw, adr, ayw dan ayr. Jadi nanti hepatosit yang terinfeksi akan mengeluarkan HBsAg ke dalam darah HBsAg bersifat imunogenik (memancing repon imun) jika ada di darah. Protein core nukleokapsid (HbcAg, antigen core Hepatitis B). HbcAg ini akan intact di hepatosit yang terinfeksi, dia tidak akan dilepaskan di dalam darah, nantinya yang ada di dalam darah (yang bisa dideteksi di dalam darah) anti HBc. Protein pre-core (HBeAg, antigen e Hepatitis B), protein yang disekresikan saat sedang bertranskripsi. Kata dr. Nenny fungsinya masih belum diketahui, tapi tak baca di Kumar katanya fungsinya sebagai antigenik (mancing sistem imun produksi antibodi) jika ada di darah. DNA polimerase Protein-X HBV, berperan sebagai penyebab karsinoma hepatoselular dengan cara mengganggu regulasi p53 (protein supressor tumor).

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5Pada orang yang terinfeksi HBV, dalam darahnya bisa ditemukan bungkus dari HBVnya saja, tanpa partikel gen bukan bagian dari virus yang utuh sehingga tidak infektif (yang infektif : partikel utuh). 1) Gen dan Produknya

sementara sisanya (90-85%), masih beresiko transmisi HBV anak yang terinfeksi ketika masih kecil, 90% beresiko jadi karier, sisanya meninggal karena kronik liver disesease saat dewasa.

Blok 2.321 Infancy adn Childhood

Orang yang sudah terinfeksi salah satu virus hepatitis sebaiknya melakukan imunisasi untuk virus hepatitis lainnya, kenapa ? Orang yang misalnya terinfeksi HBV atau HBV masih bisa terinfeksi HAV ada kemungkinan berkembang jadi hepatitis fulminan. *Diagram outcomenya bisa diliat di slide ya 1) Spektrum HPV Kronis

Sesuai gambar :

Gen Gen Gen Gen

S memproduksi HBsAg P memproduksi DNA polimerase X memproduksi HbxAg C memproduksi HbcAg/HbeAg

Chronic Persistent Hepatitis (asymptomatic) Chronic Active Hepatitis (symptomatic exacerbations of hepatitis) Cirrhosis of Liver Hepatocellular Carcinoma

1) HBV Clearence Destruksi virus-sel yang terinfeksi : a) Dimediasi oleh sistem imun b) Sitotoksik (langsung) *Manifestasi klinis muncul akibat dari mekanisme respon imun/kerusakan sel. Virus bisa berkembang di sel tanpa merusak sel (tidak ada respon imun), sehingga seseorang sebenarnya terinfeksi namun tidak menimbulkan gejala klinism tapi virus masih bisa berkembang biak. Limfosit T sitotoksi : langsung menginhibisi replikasi HBV dan menginaktivasi HBV tanpa membunuh hepatosit yang terinfeksi. Ekspresi produk genom HBV yang mengakibatkan kematian sel. Perbedaan genetik pada repon imun host juga bisa menjadi faktor. 1) Outcome Infeksi HBV Sejarah infeksi HBV dan rasio perkembangannya menjadi sirosis atau Hepatocellular Carcinoma (HCC) bermacammacam. Outcome infeksi HBV bergantung pada : Faktor imun Usia ketika terinfeksi (penentu utama kronisitas) makin muda kronisitasnya makin , kebalikannya dengan gejala klinisnya, makin muda usia terinfeksinya makin asimptomatik Vaktor virus : genotif dari HBV Faktor host/faktor genetik 10-15% orang yang terinfeksi HBV kronis kemungkinan bisa menjadi HbsAg (-),

1) Fase imun toleran Apa itu fase imun toleran ? Jadi infeksi HBV kronis bisa dibagi menjadi 4 fase (atau tipe respon imunnya) : fase imun toleran, imun clearence, imun kontrol dan imun escape. Fase-fase ini bergantung pada pola serologis ketika infeksi dan respon imun pasien terhadap infeksi HBV. Selain itu fase awal atau tipe awal respon imun bergantung juga pada usia ketika terinfeksi. Nah fase imun toleran itu muncul jika seseorang (dalam hal ini anak) terinfeksi saat perinatal atau dengan kata lain terinfeksi vertikal dari Ibunya; jadi jika anak terinfeksi saat perinatal respon imun terhadap infeksi kronisnya yang tipe/fase imun toleran. Fase-fasenya infeksi HBV kronis : a) Fase imuno toleran Di fase ini (biasanya berlangsung selama 20-40 tahun), sistem imun host bertoleransi terhadap virus, sehingga virus bereplikasi terus-terusan dan kadar ALT (alanin aminotransferase)nya normal. Orang yang terinfeksi pada saat fase ini akan memiliki HbeAg di dalam darahnya (kan HbeAg diproduksi ketika virus bereplikasi), tapi tidak ditemukan antibodi untuk antigen ini. Jadi bisa saja, ada seorang Ibu yang menderita infeksi HBV kronis, tapi sedang memasuki fase ini (fase ini tidak bergejalakarena tidak ada respon imun), sehingga temu-temu anaknya mengalami sirosis hati di usia 15 tahun. Nah jadi Ibu ini mungkin saja tidak menunjukan gejala-gejala klinis tapi dia masih bisa menularkan.

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5Lamanya fase ini dipengaruhi oleh (< : lebih pendek) : Usia ketika terinfeksi , lebih tua < lebih muda Mode infeksinya, horizontal (antar orang ke orang) < vertikal (Ibu ke anak, lewat plasenta) Status imun, kompeten < supresi Etnis, non-Asia < Asia Human Leukocyte Antigen (HLA) haplotipe (HLA- DQB1*0503 < HLA lain) Genotif HBV (B < C, dan D < A) *Kenapa pada bayi bisa toleransi : Karena ... ketika seseorang terinfeksi HBV, tentunya harus ada gen yang diekspresikan supaya bisa dikenali oleh sistem imun, nah gen yang diekspresikan itu gen yang C (yang memproduksi HBeAg dan HBcAg). Nah orang ini kemudian hamil, si anak yang dikandung itu otomatis akan tertular/terinfeksi secara vertikal (in utero). Ibu yang HBeAg (+) ini akan memberikan HBeAg ke anaknya. Yang bersifat imunogenik itu kan yang HBcAg, nah karena mereka asalnya dari gen sama, sehingga sistem imun menganggap HBeAg itu sodaranya sendiri, jadilah adanya imun toleran. (Maaf kalo ga jelas, ini aku juga agak kurang ngerti soalnya).

a) Fase imun clearence Pada fase ini respon imun makin kuat, disebabkan karena adanya kerusakan hati (ditandai dengan meningkatnya ALT dan juga meningkatnya DNA virus di dalam darah). Inflamasi yang berulang akan mengakibatkan fibrosis . Durasi dan keparahan fase ini ditentukan oleh derajat kerusakan hati. 30-40% pasien yang mengalami fase ini hatinya akan mengalami sirosis. 5-10% pasien pada fase ini akan mengalami serokonversi HBeAg hilang, muncul antibodi antiHBeAg menandakan adanya penurunan replikasi virus. (Usia pasien yang mengalami fase ini : 30-32 tahun). b) Fase imun kontrol Di fase ini, respon imun menekan replikasi virus sampai replikasi sangat rendah atau tidak terdeteksi di darah. c) Fase imun escape Pada fase ini virus bermutasi dan kehilangan kemampuannya dalam memproduksi HBeAg. Namun meski sudah tidak bisa memproduksi HBeAg virus masih bisa bereplikasi, yang mengakibatkan recurent of active liver disease (liver diseasenya muncul lagi) dan fibrosis. Karakteristik fase ini : kenaikan level ALT, HBeAg negatif, DNA virus meningkat. (Pasien pada fase ini : > 40 tahun).

Blok 2.320 Infancy adn Childhood

Lecture: Antimicrobial DrugsProf. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D Catatan kuliah oleh: dea

Siapapun dalam umur berapapun bisa terkena penyakit, namun pada anak yang sakit, resikonya lebih besar, karena: a. Pada anak, mereka belum pernah terpapar kuman sebelumnya, jadi system kekebalannya juga belum terbentuk b. Aktivitas dan kebiasaan si anak itu sendiri yang mempermudah penyebaran kuman. Misalnya, suka memasukkan benda ke mulut. Kuman penyebab penyakit dapat menular melalui kontak orang ke orang secara tidak langsung, misalnya bergantian pakaian, alat makan atau tempat tidur. Bisa juga kumannya nular melalui carrier atau dari orang yang terinfeksi, tapi kelihatannya sehat-sehat aja, penyakitnya nular melalui batuk, bersin atau ga cuci tangan. Padahal tangan itu membawa banyak kuman, namun banyak orang yang malas cuci tangan karena tangannya kelihatan bersih. Selain itu kuman dapat juga menular melalui cairan tubuh, darah dan tangan yang terkontaminasi materi feses, saliva atau nasal discharge.

Infeksi bakteri lebih umum terjadi daripada infeksi virus. Chemotherapetic agents adalah obat untuk kemoterapi. Kemoterapi adalah treatment penyakit dimana kita memasukkan bahan kimia ke dalam tubuh kita. Antimicrobial drugs adalah agen kemoterapi yang digunakan untuk mengobati penyakitpenyakit infeksius dan membasmi mikroba. Bedanya antimikroba dan antibiotic. Antimikroba itu seluruhnya sintetis, dibuat di lab. Sedangkan antibiotic itu adalah zat yang dihasilkan secara alami oleh bakteri atau fungi (terutama fungi) yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Namun dewasa ini banyak juga antibiotik yang dibuat secara semi-sintetik atau sintetik penuh. Dalam praktek sehari-hari, antimikroba yang tidak diturunkan dari mikroba juga sering digolongkan sebagai antibiotic, misalnya sulfonamide dan quinolone. Antimikroba harus memiliki sifat toksisitas selektif. Apa itu? Artinya, obat tersebut harus

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi relatif tidak toksis terhadao hospes. Tapi yang namanya toksisitas absolute itu belum ada.

Penggunaan antibiotic tidak boleh secara berlebihan karena akan meningkatkan morbiditas, mortalitas, biaya (financial cost) dan tentunya meningkatkan resistensi. Ayo kita bahas resistensi Resitensi antimicrobial Secara garis besar, kuman dapat resisten terhadap suatu antimikroba melalui 3 mekanisme; a.Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya di dalam sel mikroba. Pada kuman gram-negatif, molekul antimikrobanya kan kecil dan polar sehingga dia bisa masuk ke dalam sel mikroba melalui lubang-lubang kecil yang disebut porin. Nah kalau porin ini menghilang atau mengalami mutasi, molekul-molekul antibiotiknya jadi terhambat untuk masuk. Mekanisme lainnya, dengan cara si kuman mengurangi mekanisme transport aktif yang memasukkan antimikroba ke dalam selnya, misalnya pada gentamisin. Atau mekanisme lainnya, si kuman mengaktifkan pompa refluks untuk membuang keluar antimkroba yang ada dalam selnya, misalnya pada tetracycline. b.Inaktivasi obat. Biasanya resistensi aminoglikosida dan -laktam(penisilin, cephalosporin, cephamycin) dikarenakan mikrobanya mampu membuat enzim yang merusak kedua golongan antimikroba tsb. c.Mikroba mengubah binding site of antimicrobial. Misalnya S.aureus yang resisten metisilin karena kumannya mengubah Penicilin binding proteinnya sehingga afinitasnya menurun. Kalau dilihat dari cara resisten dipindahkan, ada 4 caranya: a.Mutasi: spontan, acak. Terjadi akibat ada perubahan pada gen mikroba mengubah binding site, protein transport dll. b.Transduksi. Jadi ceritanya, ada bakteriofag (virus yang menyerang bakteri, udah tau lah ya) yang membawa DNA dari kuman lain yang resisten. Nah, si bakteriofag ini mentransduksikan DNAnya yang resisten antimikroba tersebut ke kuman. Jadi resisten juga deh si kumannya. c.Transformasi. Jadi ceritanya, di sekitar kuman tsb ada DNA bebas yang resisten antimikroba. Si kuman mengambil DNA bebas tersebut, jadinya si kuman resisten. Misalnya

resistensi penisilin pada pneumokokus dan Neisseria. d.Konjugasi. Transfer resistensi ini karena ada 2 mikroba yang mentransferkan DNA resistennya melalui jembatan konjugat yang disebut pilus seks. Cara ini umumnya terjadi pada kuman Gram-negatif.

Blok 2.321 Infancy adn Childhood

Prinsip pemberian obat 1. Identifikasi organism menginfeksi 2. Mengetahui pola kuman dan resistensi 3. Mengetahui keadaan host nantinya kana berpengaruh pemilihan jenis antimikroba.

yang pola yang pada

Macam-macam antimikroba: a. Antobakteri b. Antiviral c. Antifungal d. Antiprotozoa e. Antihelmintic Berdasarkan spektrumnya, antimikroba dibagi menjadi Narrow spectrum: hanya spesifik untuk gram negative aja atau gram positif aja. Broad spectrum : beraksi pada gram positif dan gram negative sekaligus. Kalau keseimbangann antara mikroorganisme dan pertahanan hostnya lebih cenderung (lebih berat ke arah mikroorganisme atau ketika tubuh tidak mampu melawan penyakit, saat itulah kita menggunakan kemoterapi. Kriteria dalam mengevaluasi agen kemoterapetik: a. Antimikroba harus memiliki sifat toksisitas selektif. b. Tidak menimbulkan rekasi hipersensitivitas. c. Harus bisa menembus jaringan tubuh secara cepat dan berada disana dalam wwaktu yang cukup d. Mikrobanya ga cepat resisten terhadap antimikroba tersebut.

Jadi antimikroba yang efektif itu a. Quick acting b. Few side effect c. Quick kill of the pathogen d. Broad spectrum in action e. Water soluble. SUPERINFECTION Adanya permasalahan dengan antimicroba spectrum luas banyak flora normal yang dibunuh memungkin flora normal yang resisten terhadap mikroba untuk tumbuh subur

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5dan menyebabkna infectionsuperinfection. opportunistic

Aktivitas antimicrobial Berdasarkan toksisitas selektif, aktivitas antimicrobial dibagi 2: a. Bakteriostatik: (-statik: statis)menghambat pertumbuhan bakteri. Ntar system pertahanan tubuh host lah yang akan menghancurkan bakterinya, baik melalui fagositosis maupun melalui antibody.Kadar minimal untuk menghambat pertumbuhan mikroba ysng terlihat disebut Minimum Inhibitory Concentration (MIC) atau Kadar Hambat Minimal (KHM). b. Bakteriosid: (-sid: membunuh) membunuh bakteri. Efektif ketika hostnya immunocompromised. Kadar minimal untuk membunuh 99,9% mikroba dari original inoculums disebut Minimum Bactericidal Concentration (MBC) atau Kadar Bunuh Minimal (KBM). Naah, antimikroba yang bakteriostatik bisa menjadibakteriosid kalau kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM. Grafik pertumbuhan bakteri (yang atas yang bakteriostatik, yang bawah bakteriosid)

Mekanisme Kerja Antimikroba a. Menghambat sintesis dinding sel mikroba. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin (-lactams), glycopeptides, sefalosporin, bacitracin, vankomisin dan cycloserine,. Nah, dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan. Pembentukan dinding sel dalam early phase bisa dihambat oleh cycloserine. Sedangkan late phase (transpeptidasi) dari pembentukan dinding sel akan dihambat oleh bacitracin,

vankomisin dan diakhiri oleh panisilin dan sefalosporin. Mau tau mekanismenya? Jadi tekanan osmotic di dalam sel kan lebih tinggi daripada tekanan osmotic di luar sel, makanya kalau dinding selnya rusak, selnya lisis a. Disrupsi fungsi membrane sel. Jadi kerjanya antimikroba ini dengan mengganggu keutuhan fungsi membrane. Yang termasuk kelompok ini adalah polymixin, golongan polien serta berbagai antimikroba kemoterapetik. Polymixin ini merusak membrane dengan cara bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membrane. Polymixin ini ga efektif buat grampositif karena gram positif itu jumlah fosfornya rendah. Golongan polien itu kerjanya dengan merusak gugus sterol di membrane sel fungus. Golongan polien ini ga sensitive buat bakteri karena bakteri itu ga punya sterol. a. Menghambat sintesis protein. Obat yang termasuk kelompok ini adalah aminoglikosida, macrolide, lincomycin, tetracycline dan kloramfenikol. Mekanisme kerjanya? Jadi gini, kalo di bakteri, ribosomnya terdiri dari 2 subunit 3OS dan 5OS. Biar dapat berfungsi, kedua subunit ini harus bergabung membentuk 7OS. Streptomisinberikatan dengan ribosom 3OS kode para mRNAnya salah baca Lincomycinberikatan dengan ribosom 5OS menghambat sintesis protein Eritromisin berikatan dengan ribosom 5OS menghambat translokasi tRNA-peptida. Tetracycline berikatan dengan ribosom 3OS mengahalangi masuknya kompleks tRNA pada lokasi asam amino Kloramfenikol berikatan dengan ribosom 5OS menghambat pengikatan asam amino baru. a. Inhinisi sintesis asam nukleat. Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin dan golongan quinolon serta nitroimidazole Rifampisinberikatan dengan enzim RNA-polimerase sintesis RNA dan DNA terhambat. Intinya: menghambat transkripsi. Quinolone menghambat enzim DNA girase (padahal enzim ini gunanya buat menata kromosom yang sangaaat panjang menjadi bentuk spiral hingga bisa jadi

Blok 2.322 Infancy adn Childhood

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5kecil). Intinya menghambat replikasi DNA. a. Bekerja sebagai antimetabolit. Antimikroba yang termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamide, trimetoprim, PAS (p-aminosalisilat) dan sulfon. Mekanisme kerjanya: Mikroba itu butuh asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Dari mana mikrobanya ngdapatin asam folat tersebut? Jadi kuman pathogen mensintesis sendiri asam folat tersebut

dari PABA (asam amino benzoate). Nah kalau ada sulfon atau sulfonamide, maka sulfon atau sulfonamide ini akan menggantikan PABA dalam pembentukan asam folat (mereka bersaing nih ceritanya). Nah yang terbentuk nanti malah analog asam folat yang nonfungsionalmengganggu kehidupan mikroba. PAS itu analog PABA dan bekerja menghambat sintesis asam folat pada M.tuberculosis

Blok 2.323 Infancy adn Childhood

Bakteri dan Tempat Infeksinya Mouth Peptococcus Peptostrepto-coccus Actinomyces Abdomen E. coli, Proteus Klebsiella Enterococcus Bacteroides sp Upper respiratory S. pneumoniae H. influenzae M. catarrhalis S. pyogenes Skin/Soft Tissue S. aureus S. pyogenes S. epidermidis Pasteurella Bone and joint S. Aureus S. Epidermidis Streptococci N. Gonorrhoeae Gram Negatif rods Meningitis S. Pneumonia N. Meningitidis H. Influenzae Group B. Strep E. Coli Listeria Lower Respiratory (Community) S. pneumoniae H. influenzae K. pneumoniae Legionella Mycoplasma Chlamydia Lower Respiratory (hospital) K. pneumoniae P. aeruginosa Enterobacter sp Serratia sp S. aureus Urinary Tract E. coli Proteus Klebsiella

Kritik, Saran, Komplain, Ralat, Pertanyaan bisa dikirim ke CP (085643499317)

HSC 2010 WEEK 5 Enterococcus Staph. saprophyticus

Blok 2.325 Infancy adn Childhood

(untuk bakteri, nama infeksi dan antibiotic of choice, bisa dilihat di slide, ga dimuat karena halaman ga cukup)

Hal yang harus diperhatikan dalam memilih antibiotic Bug factor: identifikasi pathogen dan kerentanan patogen Host factor: tempat infeksi, alergi, renal function, neutropenia, digestive tract function, other underlying disease, concomitant medication, pregnancy, route of administration. Drug factor: aktivitas melawan pathogen, kemampuan mencapai site of infection, interaksi obat, dosis frekuensi, rasa, kestabilannya dalam berbagai temperature, coat. Spektrum antibiotic: yang penting dari sini, ga ada antibiotic yang efektif melawan semua mikroba!

dihancurkan oleh lactamase Adverse effect: hipersensitifitas, ada yang immediate (skin rash, anaphylactic, wheezing) dan ada yang delayed (erythema, serum sickness syndrome). Efek samping lainnya: interstitial nephritis, anemia hemolitik, netropenia, pancytopenia, eosinofilia, drug fever, vaskulitis. Penicillin G, karakteristik: Tidak stabil pada suasana asam Waktu paruh; 30 menit 10% nya dieliminasi melalui glomerular filtration, 90% melalui sekresi tubular. Ada yang namanya Benzatin Penicillin (1 mol penisilin+2 mol ammonium base): bertahan di plasma hingga 15-30 hari. Narrow spectrum yang sensitive terhadap -lactamase: Penisilin G, benzatin penisilin, procain penicillin dan penicillin V, karakteristiknya: Effective untuk coccen Gram +, neisseria dan Gram anaerob. Dihancurkan oleh -lactamase. Pada infeksi pneumococcus, streptococcus, meningococcus dan gonococcus: penicillin G 0.6-5 million unit (0.36-3 gr) i.m. Penicilin G: setiap 4-6 jam, infusion, pada infeksi berat. Untuk infeksi ringan seperti pharingitis, sinusitis dan otitis media, gunakan penicillin V per oral 1gr/hari, 4 kali/ hari selama 5 hari.

A. PENICILLIN Wide therapeutic margin : artinya rentang dosis antara dosis terapetik dan dosis toksiknya besar. Kurang efektif untuk gram-negatif Sebagian besar dihancurkan oleh lactamase. Terdistribusi secara melua di tubuh (khususnya pleura, peritoneal, dan cairan sinofial) Konsentrasinya tinggi di urin. Jadi bisa untuk terapi ISK CSF