HR: Tempting The Marquess · lapis cahaya matahari yang mampu menembus suram- ... Kepalaku tidak...

14

Transcript of HR: Tempting The Marquess · lapis cahaya matahari yang mampu menembus suram- ... Kepalaku tidak...

Tempting

the Marquess

Tempting the Marquess haldep.indd 1 4/2/2018 11:49:12 AM

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta se bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta seba gaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Tempting the Marquess haldep.indd 2 4/2/2018 11:49:12 AM

Sara Lindsey

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Tempting

the Marquess

Tempting the Marquess haldep.indd 3 4/2/2018 11:49:12 AM

Tempting the MarqueesBy Sara LindseyPublished in 2010 by Signet Eclipse, an imprint of New American Library, a division of Penguin Group (USA), Inc.

Copyright © Sara Lindsey, 2010All rights reserved.

Alih bahasa: Erlinda Suryamulyawati

Hak Cipta Terjemahan IndonesiaPenerbit PT Elex Media KomputindoHak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan pertama kali tahun 2018 olehPenerbit PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

718030582ISBN: 978-602-04-5841-0

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab Percetakan

Tempting the Marquess haldep.indd 4 4/2/2018 11:49:12 AM

Satup

“Seandainya ini sebuah drama panggung, bisalah kukritik bahwa ini adalah sebuah cerita rekaan yang

mustahil.”

Twelfth Night, Act III, Scene 4

Olivia berdiri di depan pintu gerbang kayu tebal kas tel, di dalam hatinya dia memberanikan diri untuk meng­ha dapi apa yang menunggunya di balik gerbang. Air hu­jan yang begitu dingin sudah membuat gaun bepergian me lekat basah di tubuhnya, dan embusan angin yang meng gigit meniup untaian­untaian rambutnya yang lem­bap. Dengan sedih dia memikirkan jubah beledu biru­nya yang berlapis bulu, tapi dia meninggalkan jubah itu—sekaligus kehidupan yang mudah dan mewah yang di wakilinya—ketika dia memilih untuk melarikan diri ke timbang menikahi Duke of Devonbridge yang be­jat itu. Dan kini Olivia hanyalah seorang guru privat rendahan, yang menggantungkan diri pada kebaikan dan kemurahan hati orang yang mempekerjakannya ... dan majikan barunya memiliki kedua sifat itu dengan minim.

Tempting the Marquess.indd 1 07/03/2018 22:42:52

T e m p T i n g T h e m a r q u e s s2

Seekor serigala melolong di suatu tempat di lahan ter­buka yang berkabut dan diterangi cahaya bulan, lahan yang terbentang berkilo­kilo luasnya di sekeliling kastel besar yang terpencil itu. Olivia bergidik karena dingin dan takut, dia bertanya­tanya apakah dirinya mungkin tidak lebih aman dari serigala ketimbang berada di dalam dinding kastel. Sejenis makhluk liar berbeda yang ber diam dalam benteng batu tak tertembus ini. Makhluk liar yang dikurung, dipenjara bukan oleh belenggu rantai, melainkan oleh keputusasaannya sendiri.

Para penduduk desa memanggil makhluk itu si Marquess Gila, karena pria itu memang sudah gila oleh ke se dihan sejak kematian istrinya empat tahun silam. Pria itu menjauh dari semua orang ... bukan berarti banyak orang yang ingin merelakan diri untuk menjadi sa sa ran suasana hati buruk pria itu. Selama setahun be­lakangan saja, tidak kurang dari sebelas pelayan wanita mengundurkan diri dari pekerjaan mereka di Kastel Arlyss. Olivia juga pernah mendengar rumor tentang kutu kan yang sudah berumur satu abad....

Olivia menengadah menatap langit, mencari satu tan da bahwa inilah sesuatu yang dimaksudkannya ketika me mulai perjalanannya—bahwa dia berniat untuk me­nye lamatkan jiwa yang tersiksa itu dan menunjukkan kepada putra pria itu akan rasa cinta seorang ibu. Kilat menyambar dan membelah langit malam, membuat bulu kuduk Olivia berdiri. Guntur yang bergemuruh dengan penuh kemarahan mengikuti di belakang suara itu.

Olivia menegakkan punggung, dan mengangkat ke ­palan tangannya untuk mengetuk. Lalu, tiba­tiba,

Tempting the Marquess.indd 2 07/03/2018 22:42:52

3s a r a L i n D s e Y

embusan angin kencang meniup lengan gaunnya, seolah

mencoba menghentikannya. Angin itu berputar di seke li-

lingnya, berdesir di rerumputan mati di bawah kakinya.

Embusan yang seolah membisikkan sebuah nama.

Namanya.

Livvy, gumam sang angin. Livvy....

Desember 1798

Pembrokeshire, Wales

“Livvy!”

Olivia membuka mata dan menatap nanar keluar

jendela kereta kuda. Dia mengerjap menatap beberapa

lapis cahaya matahari yang mampu menembus suram-

nya musim dingin yang menutupi sepanjang wilayah

barat daya Inggris. Dia lalu menggeleng. Malam yang

liar dan penuh badai sudah menghilang, dan dia sudah

kembali di kereta kuda yang melonjak-lonjak milik bi-

bi nya.

Desahan sedih terlolos dari mulutnya. Mimpi itu

begitu nyata.... Dan kini dia telah kembali menjadi

Olivia Weston yang biasa.

Dia menoleh dan melihat sepupu kecilnya, Char-

lotte, yang sedang menarik-narik lengan bajunya

dengan cukup bersikeras.

“Livvy!”

“Ada apa?” tanya Livvy dengan nada penuh pema-

ha man sebisa yang dia tunjukkan. Perjalanan dari

Skotlandia ke Wales sudah hampir menghabiskan

wak tu dua minggu. Dan meski dia sangat mencintai

Charlotte, bocah lima tahun yang penuh energi itu

Tempting the Marquess.indd 3 07/03/2018 22:42:52

T e m p T i n g T h e m a r q u e s s4

tidak cocok berada di tempat tertutup seperti di dalam kereta kuda. Bukan berarti Olivia tidak terbiasa de ngan anak­anak kecil. Sebagai anak ketiga dari tujuh ber ­saudara, dia sangat mengerti itu.

Si gadis kecil itu mengernyit, sembari menarik­narik satu untaian rambut gelap dan berkilaunya, lalu me ngedik. “Aku lupa.”

Olivia menelan kembali erangannya dan mena han diri agar tidak menjambak rambutnya sendiri, yang tidak ikal maupun berwarna gelap, cukup membuat nya ke cewa selamanya. Rambutnya juga tidak pirang dan lurus. Rambut Olivia sangatlah biasa, berwarna cokelat yang tidak jelas dan hanya ada cukup ikal sehingga selalu terlepas dari jepit­jepitnya dan membuatnya terlihat berantakan.

“Livvy?”“Ada apa, Char?”“Aku sudah ingat. Aku punya rahasia yang akan ku­

ka takan kepadamu.” Charlotte melipat lengan di depan dada dan kembali menghempaskan diri di bangku empuk kereta dengan senyum puas.

“Dan?” desak Olivia. Dia menunggu penjelasan le­bih lanjut, tapi tak ada yang terucap. “Apakah kau ingin mengatakan kepadaku rahasia yang sudah kau ingat?”

Charlotte merenung beberapa saat lamanya sebelum menggeleng. “Akan kukatakan pada Queenie saja.”

Queen Anne, boneka dengan gaun istana bergaya berlebihan, adalah benda kesayangan Charlotte, sebuah penghormatan yang diterima si boneka karena sudah dibuka dari bungkusannya beberapa minggu yang

Tempting the Marquess.indd 4 07/03/2018 22:42:52

5s a r a L i n D s e Y

lalu. Ya, pikir Olivia, dirinya sudah tergantikan di hati

Charlotte dengan sebuah benda mati. Menjengkel-

kan sekali! Olivia menghibur diri dengan memahami

bahwa kemampuan berkomunikasinya jauh melebihi

Queenie. Tapi juga jauh melebihi seekor tupai. Seperti

ke biasaannya, Olivia mulai menyusun daftar di benak-

nya:

Kelebihanku dibanding Queenie: Aku bisa mem-

baca.

Aku bisa menulis.

Kepalaku tidak terbuat dari kayu.

Aku bisa bernapas.

Hmm, mungkin yang terakhir itu bisa dijadikan

poin pertama dalam daftarnya, sepertinya itu menjadi

pembeda yang cukup penting. Tentu saja tupai juga

bernapas. Mungkin dia seharusnya mendaftar kele bih-

annya dibanding tupai.... Olivia menghentikan pi ki r-

annya, dan bertanya-tanya apakah mungkin dia sudah

menjadi sinting karena rasa bosan.

Bibi Kate mendongak dari bukunya untuk menatap

putrinya. “Charlotte, aku yakin sekali Queenie terlihat

sedikit lelah. Mungkin kalian berdua harus tidur seben-

tar dan tidak mengganggu sepupumu yang malang.”

Charlotte merasa tidak suka dengan saran itu.

“Mama, Queenie itu boneka. Bagaimana bisa dia tidur

pa dahal matanya tidak bisa menutup?”

Bibi Kate menghela napas lalu mengintip keluar

jendela pada pemandangan yang berkelebatan. “Seti-

dak nya kita sudah hampir sampai ke tujuan. Kita seha-

rusnya bisa sampai besok jika keadaan cuacanya tidak

Tempting the Marquess.indd 5 07/03/2018 22:42:52

T e m p T i n g T h e m a r q u e s s6

berubah—” Terdengar tawa tertahan dari Bibi Kate. “Ya Tuhan, anak itu pasti akan membuatku susah!”

Olivia melirik Charlotte sekilas, yang ternyata me­mu tuskan untuk menuruti saran ibunya. Anak itu ber gelung di sudut kereta kuda, dengan kedua kaki yang dilipat di bawah tubuhnya dan kepala di sangga dengan satu tangan sebagai bantal. Matanya ter pe jam, senyum senang terulas di wajahnya. Queenie diba ring­kan di lekuk ketiaknya—Olivia menahan tawa ketika menyadari alasan bibinya mengeluarkan seruan.

Karena mata si boneka tidak tertutup, seperti yang sudah Charlotte katakan, sifat Charlotte yang tidak mau menyerah membuatnya melakukan cara lain agar Queenie bisa beristirahat. Mengangkat gaun Queenie ke atas dan menutupi wajah boneka itu dari cahaya, tapi itu membuat bagian bawah tubuh boneka itu terlihat. Sementara Queenie dengan terang­terangan mem pertontonkan tali kaus kaki, stoking, dan sepa tu­nya yang indah, boneka itu ternyata tidak me nge nakan rok dalam.

Ha! Rok dalam! Itu satu lagi kelebihan Olivia di­ban ding Queenie dan tupai, karena dia tidak pernah melihat ada tupai memakai rok dalam dan sangat ragu dia akan pernah melihatnya. Yang paling mirip yang pernah dilihatnya soal itu adalah kucing di kandang kuda yang ditangkap adik­adik perempuannya cukup lama untuk didandani dengan topi dan gaun baptis.

Bibi Kate mencondongkan tubuhnya dan berbicara begitu pelan sehingga tidak mengusik Charlotte. “Aku me rasa harus memperingatkanmu tentang putra tiriku.”

Tempting the Marquess.indd 6 07/03/2018 22:42:52

7s a r a L i n D s e Y

“Memperingatkanmu?” Pipi Olivia terasa mema-

nas. “Kurasa tidak—”

Sang bibi mengibaskan tangan dengan tak peduli.

“Ya Tuhan, Nak, aku tidak bermaksud mengatakan ten-

tang hal yang itu. tidak, aku hanya ingin memberimu

peringatan tentang ucapan selamat datang yang akan

kita terima.”

“Bibi bilang Lord Sheldon berdiam diri di sebagian

besar waktunya. Aku tidak mengira akan bertemu

dengan nya dalam pesta besar-besaran. Aku berharap

se bisa mungkin tidak membuat sang marquess merasa

tidak nyaman.”

Itu tidak sepenuhnya benar.

Jika semua berjalan sesuai rencana, Olivia akan

mem buat pria itu mendapatkan masalah besar....

Tapi itu rahasia Olivia sendiri, yang tidak dice rita-

kannya kepada orang-orang yang bersamanya saat ini.

Tidak kepada Bibi Kate, jelas tidak kepada Charlotte,

dan bahkan tidak kepada Queenie, yang secara alamiah

dan disyukuri akan selalu tutup mulut.

“Jason,” Bibi Kate memulai, lalu menghela napas,”

aku tahu seharusnya aku memanggilnya Sheldon, tapi

sepertinya tidak bisa memasukkan itu ke da lam benak-

ku, tak peduli dia telah menyandang ge larnya lima

tahun sampai saat ini. Kurasa nama bap tisnya terlalu

akrab untuk percakapan yang sopan, tapi dia selalu

men jadi Jason untukku.”

“Apakah dulu dia tidak memakai gelar kehormatan?”

“Ada satu gelar,” Bibi Kate mengakui, “tapi seba-

gian besar pewaris tidak akan menggunakannya.” Mata

Tempting the Marquess.indd 7 07/03/2018 22:42:52

T e m p T i n g T h e m a r q u e s s8

sang bibi berkilat geli. “Tapi sebagian besarnya bisa

dimengerti, sungguh. Apa kau ingin menjalani hidup-

mu dengan dipanggil Bramblybum?”

“B-Bramblybum?” tawa Olivia meledak. Dia me li-

hat tatapan tajam bibinya ke arah Charlotte lalu me me-

lankan suaranya. “Bibi pasti bergurau.”

Bibi Kate menggeleng. “Gelar marquess dibuat

untuk Vicount Traherne kesembilan, yang seingatku

me ru pakan orang kesayangan James I. Putra sang vis-

count, yang lanjut menjadi Marquess of Sheldon ke -

dua, dengan terang-terangan menolak relasi khusus

ayahnya dengan sang raja. Para pria Traherne tidak

pernah menyimpan pendapat mereka untuk diri mereka

sendiri, yang mungkin menjadi penyebab kurangnya

po sisi duta besar dan politisi di keluarga itu. Terlebih

lagi, perkataan pemuda itu membuat sang raja marah,

dan dia mungkin akan mendapat akhir hidup yang

me nyedihkan seandainya sang ayah tidak melibatkan

diri. Sang viscount memohon kepada raja untuk tidak

memedulikan putranya dan bergurau tentang pemuda

itu yang terlahir dengan jelatang membakar bokongnya.

Balas dendam sang raja adalah dengan melimpahkan

gelar marquess dan gelar earl kepada sang viscount.

Sementara ayahnya masih hidup, marquess kedua itu

dikenal dengan gelar kehormatannya.”

“Earl of Bramblybum,” bisik Olivia, antara merasa

ngeri dan geli.

“Sebenarnya Earl Bramblybum, tapi aku menya -

rankan agar nama itu tidak keluar dari mulutmu ketika

kita sudah sampai di Kastel Arlyss. Jason selalu gusar

Tempting the Marquess.indd 8 07/03/2018 22:42:52

9s a r a L i n D s e Y

ketika mendengarnya. Dia jelas tidak menggunakan

gelar itu untuk Edward. Aku sudah menceritakan

kepadamu tentang Edward, putra Jason, bukan? Umur-

nya sudah ham pir tujuh tahun sekarang, dan anak itu

baik serta manis.”

Olivia mengangguk. Dia tidak yakin apakah Bibi

Kate sudah pernah menceritakan tentang Edward ke-

pa danya, tapi dia sudah tahu soal anak itu. Itu adalah

bagian dari rahasianya.

Tanpa sadar, dia mencondongkan tubuh ke depan

dan menyusurkan kedua tangan di roknya, jemarinya

mencari-cari gundukan kecil dari bros mungil yang di-

pakainya dengan dikaitkan di tali kaus kaki. Bros can-

tik itu dilengkapi dengan siluet kecil yang dibingkai

emas dan dikelilingi batu-batu akik. Potret itu tidak

lebih besar dari kuku jarinya, tapi sang seniman telah

meng gambarkan garis wajah sang pria dengan begitu

mendetail, mulai dari riak samar rambut di tengkuk

sampai kerut di renda kemejanya. Seorang pria yang

elegan, tapi Olivia menahan pendapat akhirnya sampai

dia bisa bertemu muka dengan pria itu, yang jika

beruntung akan mengambil waktu besok. Akhirnya,

pikir Olivia, desahan pelan terlolos dari bibirnya.

“Aku akan berhenti mengoceh dan membiarkan-

mu tidur.” Mata Bibi Kate berkilat. “Kau tidak perlu

melakukan sesuatu yang berlebihan seperti Queenie

yang malang dan menarik rokmu hingga menutupi

wajah.”

“Aku tidak—maksudku, Bibi tidak—” Olivia ter-

gagap untuk membantah.

Tempting the Marquess.indd 9 07/03/2018 22:42:52