hordeolum.doc

18
BAB I TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Palpebra 1 Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulit disini paling tipis diantara kulit bagian tubuh lain. Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu menyebarkan lapis tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri dari lima jaringan utama. Dari superfisial ke dalam lapisan kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva palpebrae). 1

description

Horedeolum adalah penyakait mata yang sering terjadi pada dewasa maupun anak-anak

Transcript of hordeolum.doc

Page 1: hordeolum.doc

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Palpebra 1

Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang berfungsi

melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra sangat mudah digerakkan

karena kulit disini paling tipis diantara kulit bagian tubuh lain. Palpebra superior dan

inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata

bagian anterior. Berkedip membantu menyebarkan lapis tipis air mata, yang

melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada

alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.

Palpebra terdiri dari lima jaringan utama. Dari superfisial ke dalam lapisan

kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus),

dan lapis membran mukosa (konjungtiva palpebrae).

Gambar 1. Anatomi Palpebra

Struktur Palpebra

A. Lapis Kulit: kulit palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,

longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

B. Muskulus Orbikularis Okuli: Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup

palpebra. Serat ototnya mengelilingi fisura palpebra secara konsentris dan

meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.

Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pra tarsal;

bagian di atas septum orbitale adalah bagian pra septal. Segmen di luar palpebra

disebut bagian orbita. Orbikularis okuli disarafi nervus fasialis.

1

Page 2: hordeolum.doc

C. Jaringan Areolar: jaringan areolar submuskular terdapat di bawah muskularis

orbikularis okuli berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.

D. Tarsus: struktur penyokong utama dari palpebra adalah jaringan lapis fibrosa

padat yang – bersama sedikit jaringan elastis – disebut tarsus superior dan

inferior. Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita

oleh ligamen palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga

tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepian atas dan bawah orbita. Fascia

tipis ini membentuk septum orbitale.

E. Konjungtiva Palpebrae: bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran

mukosa, konjungtiva palpebrae, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah

melalui garis kelabu dari tepian palpebra membelah palpebra menjadi lamel kulit

dan muskulus orbikularis okuli di anterior dan lamela tarsal dan konjungtiva

palpebra di posterior.

Tepian Palpebra

Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm. Ia dipisahkan oleh

garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepi anterior dan posterior.

A. Tepi Anterior

a. Bulu mata: bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak

teratur.

b. Glandula Zeis: ini adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang

bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.

c. Glandula Moll: ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke

dalam satu baris dekat bulu mata.

B. Tepi Posterior: tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan

sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah

dimodifikasi (glandula Meibom, atau tarsal)

C. Punctum Lacrimale: pada ujung medial dari tepian posterior palpebra terdapat

elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior

dan inferior. Punctum ini berfungsi untuk menghantar air mata ke bawah melalui

kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.

Fissura Palpebra

Fisura palpebra adalah ruang elips diantara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini

berakhir di kanthus medialis dan lateralis.

Dua struktur yang terdapat pada lakuna lakrimalis: karankula lakrimalis yang

mengandung modifikasi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea besar-besar yang

bermuara ke dalam folikel rambut; dan plika semilunaris.

2

Page 3: hordeolum.doc

Kelainan yang Dapat Terjadi pada Palpebra 1

Tabel 1. Kelainan yang dapat terjadi pada palpebraInfeksi dan Radang dari Palpebra

Hordeolum Chalazion Blepharitis anterior Blepharitis posterior

Mikropigmentasi Kosmetik pada PalpebraTumor Palpebra

Tumor Jinak Palpebrao Nevuso Papilomao Moluscum contangiosumo Xantelasmao Hemangioma

Tumor Ganas Primer Palpebrao Karsinoma sel basalo Karsinoma sel skwamosao Karsinoma kelenjar sebasea

Karsinoma yang berhubungan dengan Xeroderma Pigmentosum

Deformitas Anatomik Kelopak Mata Entropion Ektropion Koloboma Epicanthus Telecanthus Blepharochalasis Dermochalasis Blepharospasme Blepharoptosis

HORDEOLUM

Definisi

Hordeolum merupakan infeksi stafilokokus pada kelenjar palpebra; biasanya

berbetuk abses dengan pus; menimbulkan gejala bengkak, kemerahan serta nyeri.2

Infeksi ini menyebabkan terjadinya inflamasi akut pada palpebra yang dikarakterisasi

dengan pembengkakan interna atau eksterna.3

Infeksi ini merupakan salah satu kelainan tersering pada kelopak mata dan

biasanya dapat sembuh sendiri.4,5

Epidemiologi 2

Tidak terdapat bukti bahwa hordeolum menyerang ras dan jenis kelamin tertentu.

Infeksi ini lebih sering mengenai orang dewasa. Apabila ditemukan pada anak, lesi

tersebut cenderung sukar diobati.

Klasifikasi 4,5,6

Hordeolum diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hordeolum interna dan hordeolum

eksterna. Hordeolum interna relatif berukuran lebih besar, melibatkan kelenjar

Meibom yang terletak di dalam tarsus sehingga tipe ini memberikan penonjolan

terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum ini dapat memecah ke arah kulit

atau permukaan konjungtiva.

Tipe hordeolum yang kedua adalah hordeolum eksterna yang juga dikenal

sebagai "sty". Tipe ini berukuran lebih kecil dan superfisial, melibatkan kelenjar Moll

3

Page 4: hordeolum.doc

atau Zeiss. Penonjolan pada tipe ini terutama ke daerah kulit palpebra. Nanah dapat

keluar dari pangkal rambut. Hordeolum eksterna selalu pecah ke arah kulit.

Etiologi

Penyebab tersering dari infeksi kelopak mata adalah stafilokokus biasanya

Staphylococus aureus, walaupun organisme lain dapat menjadi penyebab. Seborhea

dapat merupakan predisposisi untuk terjadinya hordeolum.

Hordeolum ditemukan lebih sering pada pasien dengan diabetes, sakit berat,

blefaritis kronik, seborea, lipid serum yang tinggi (kadar lipid yang tinggi

meningkatkan sumbatan pada kelenjar sebasea, akan tetapi dengan menurunkan

kadar lipid serum pada pasien ini tidak menurunkan frekuensi rekurensi).7

Patofisiologi 7

Staphylokcocus aureus merupakan agen infeksius pada 90-95% kasus hordeolum.

Pada hordeolum eksterna terjadi sumbatan pada infeksi pada kelenjar Zeiss atau

Moll. Hordeolum interna merupakan infeksi sekunder dari kelenjar meibom pada

lempeng tarsal. Kedua tipe ini dapat merupakan komplikasi dari blefaritis.

Pada kasus yang tidak ditangani, hordeolum dapat sembuh secara spontan

atau dapat pula berlanjut menjadi granulasi kronik membentuk chalazion.

Patologi

Terdapat lesi fokal, kronis, gronuloma nodular pada palpebra sebagai akibat dari

obstruksi yang terjadi pada kelenjar Zeiss atau Meibom. Kelenjar Meibom

merupakan kelenjar sebaseus yang terletak di tarsus palpebra. Obstruksi kelenjar

Meibom ini menyebabkan sebum menumpuk di tarsus dan jaringan sekitarnya lalu

terjadilah reaksi benda asing.2

Tanda dan gejala4,5,2

Gejalanya berupa pembengkakan palpebra disertai rasa sakit dan mengganjal,

merah, dan nyeri bila ditekan. Selain itu, terdapat rasa tidak nyaman dan sensasi

terbakar pada mata. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah

beratnya palpebra sehingga palpebra sukar diangkat. Kelenjar preaurikel biasanya

turut membesar.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan reaksi inflamasi akut pada palpebra. Bisa

terdapat ocular rosacea. Terjadi selulitis di sekitar jaringan lunak mata. Pada

pemeriksaan kelenjar preaurikular dalat menolong untuk identifikasi penyebaran

penyakit. Pada hordeolum sederhana kelenjar tidak membesar.

4

Page 5: hordeolum.doc

Pada pemeriksaan slit lamp, terdapat inflamasi di tepi palpebra pada pasien

dengan blefaritis dan riwayat multipel kalazia.

Faktor Resiko 8

Predisposing blefaritis

Higiene kelopak mata yang buruk

Menggunakan lensa kontak

Aplikasi rias wajah

Diagnosis banding 2, 4

Diagnosis banding hordeolum adalah selulitis preseptal, konjungtivitis adenovirus,

granuloma pyogenik, karsinoma sel basal palpebra, kalazion, karsinoma kelenjar

sebaseus, karsinoma sel skuamosa palpebra.

Pemeriksaan penunjang 2

Apabila dilakukan pemeriksaan histologi, akan ditemukan abses atau kumpulan

leukosit polimorfonuklear dan jaringan nekrotik. Secara histopatologi, kalazia

menunjukkan perubahan inflamasi kronik lipogranulomatosa. Dapat juga ditemukan

sel benda asing raksasa, sel epiteloid, leukosit polimorfonuklear, makrofag, limfosit,

dan sel plasma.

Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

karsinoma sel basal atau karsinoma kelenjar sebasea pada palpebra dan terutama

dilakukan pada pasien dengan lesi berulang atau persisten.

Tata laksana 2,4,5,7,9

Edukasi Pasien

Pasien diinstruksikan untuk membersihkan kelopak matanya dengan air bersih dan

pembersih hipoalergenik secara berkala. Pasien diperingatkan agat tidak menggosok

matanya.

Tatalaksana Umum

Pengobatan hordeolum dapat dilakukan dengan kompres hangat, menjaga higiene

palpebra, dan obat antiinflamasi topikal untuk inflamasi akut.

Kompres hangat dilakukan 3-4 kali sehari selama 10-15 menit sampai nanah

keluar. Antibiotik dapat diberikan untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder.

Salap antibiotik (seperti eritromisin) dapat diberikan pada sakus konjungtiva setiap 3

jam, terutama bila berbakat untuk rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar

5

Page 6: hordeolum.doc

preaurikel; sedangkan antibiotik sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis. Beberapa

literatur mengatakan karena infeksi berada dalam jaringan kelopak mata, maka

pemberian antibiotik topikal biasanya tidak efektif. Namun pada beberapa literatur

lainnya dikatakan antibiotik topikal masih dapat dipakai. Antibiotik sistemik yang

diberikan ialah eritromisin 250 mg atau dikloksasilin 125-250 mg 4 kali sehari. Dapat

juga diberikan tetrasiklin. Apabila terdapat infeksi stafilokokus di bagian tubuh yang

lain sebaiknya diobati juga bersama-sama.

Jika keadaan tidak membaik dalam waktu 48 jam setelah dilakukan kompres

hangat dan pemberian antibiotik, dilakukan injeksi steroid intralesi atau insisi dan

drainase bahan purulen. Namun, pemberian injeksi triamsinolon intralesi (40 mg/ml;

0,2 ml) tidak selalu direkomendasikan karena dapat menyebabkan depigmentasi,

oklusi pembuluh darah, atau kehilangan penglihatan.

Tatalaksana Bedah

Sebaiknya, diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata sebelum

dilakukan insisi hordeolum. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di

daerah hordeolum. Hendaknya dilakukan insisi vertikal pada permukaan konjungtiva

untuk menghindari terpotongnya kelenjar Meibom. Jika hordeolum mengarah ke luar,

dibuat sayatan horizontal pada kulit untuk mengurangi luka parut. Lalu, sayatan

tersebut dipencet untuk mengeluarkan sisa nanah (ekskohleasi atau kuretase) dan

diberi salap antibiotik. Setelah didrainase hordeolum biasanya akan sembuh sendiri

dalam waktu 5-7 hari.

Pencegahan 7,8

Higiene palpebra yang baik dapat mencegah untuk terkena hordeolum.

Komplikasi 7,8

Komplikasi jarang terjadi. Namun pada hordeolum internum apabila tidak diterapi

dengan baik dapat menyebabkan selulitis yang menyeluruh pada kelopak mata.

Prognosis 2

Proses inflamasi pada hordeolum biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 5-7

hari setelah didrainase. Higiene palpebra dan kompres hangat dapat membantu

proses penyembuhan.

6

Page 7: hordeolum.doc

BAB II

ILUSTRASI KASUS

Identitas

Nama : Tn. P

Usia : 23 tahun

Alamat : Kampung Melayu, Jakarta Timur

Pekerjaan : Mahasiswa

Status : Belum menikah

No. Rekam Medik : 300-59-46

Datang ke Poliklinik : 26 September 2007

Keluhan Utama

Kelopak mata kanan nyeri dan bengkak sejak 3 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Tiga hari sebelum datang ke poliklinik, pasien merasakan nyeri yang berdenyut pada

kelopak mata sebelah kanannya. Nyeri dirasakan terus menerus, makin nyeri saat

menunduk, dan terasa ada yang mengganjal di matanya. Satu hari kemudian

kelopak mata kanan pasien memerah dan membengkak. Pasien menggosok mata

kanannya sehingga mata pasien tampak merah. Mata yang gatal dan berair

disangkal oleh pasien. Riwayat trauma pada mata disangkal. Pandangan kabur pada

mata sebelah kanan disangkal. Riwayat demam disangkal. Pada mata yang sakit

tidak terdapat kotoran mata. Pasien tidak mengobati matanya dengan obat tetes

maupun salep.

Hari saat pasien datang ke poliklinik, kelopak mata kanan pasien sangat

bengkak dan nyeri. Mata kanan pasien tidak dapat dibuka. Dan pasien pergi berobat

ke poliklinik mata RSCM.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pada bulan Mei 2007 pasien menderita keluhan yang sama pada mata

sebelah kanan. Saat itu pasien berobat ke poliklinik mata RSCM dan sembuh dalam

waktu 1 minggu. Pasien tidak mengetahui pencetus bengkak pada kelopak mata

tersebut. Pasien mengatakan jarang menggosok matanya dan mengaku higienitas

sehari-harinya cukup baik.

Pada pasien terdapat riwayat rinitis alergika. Riwayat sering terkena radang

tenggorokan disangkal.

7

Page 8: hordeolum.doc

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa disangkal.

Pemeriksaan Fisis Generalis

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Frekuensi nadi : 78 kali/menit

Frekuensi napas : 16 kali/menit

Suhu : Afebris

Mata : Lihat status oftamologis

Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran KBG preaurikular

THT : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1

Jantung, Paru, Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Lesi kulit (-)

Pemeriksaan Oftamologis

UCVA OD : 6/7.5

UCVA OS : 6/8.5

TIO OD/OS : Baik

Proyeksi OD : Baik

Proyeksi OS : Baik

Gerakan bola mata OD/OS : Baik/baik

Kedudukan bola mata OD/OS: dalam batas normal

OD OSMerah (+), edema (+), nyeri (+)

Palpebra Tenang

Hiperemis di konjungtiva tarsalis superior, nodul (+) 3 mm

Konjungtiva Tenang

Jernih Kornea JernihDalam Bilik mata depan DalamBulat, sentral, refleks cahaya (+)

Iris/pupil Bulat, sentral, refleks cahaya (+)

Jernih Lensa JernihJernih Vitreus Jernih

Diagnosis

Hordeolum Interna OD

8

Page 9: hordeolum.doc

Rencana Tatalaksana

Kompres air hangat 3-4 kali perhari selama 10-15 menit

Eritromisin salep mata ( E-mycin) 4 kali per hari kira-kira 2,5 cm diberikan di sakus

konjungtiva selama 7 hari.9

Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad sanactionam : dubia ad bonam

Ad functionam : bonam

9

Page 10: hordeolum.doc

BAB IIIPEMBAHASAN KASUS

Diagnosis Hordeolum interna pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan fisis. Dari anamnesis didapatkan bahwa pada pasien terdapat

gejala kelopak mata kanan nyeri yang berdenyut, kemudian merah dan bengkak

sehingga menyebabkan pseudoptosis dimana kelopak mata tidak mudah bergerak

atau diangkat. Gejala tersebut merupakan tanda-tanda radang pada kelopak mata.

Dapat dilihat pada kelainan yang dapat terjadi pada kelopak mata, dimana jika terjadi

radang atau inflamasi maka kemungkinan diagnosisnya adalah hordeolum,

chalazion, blefaritis anterior, dan blefaritis posterior.

Pada hordeolum terdapat gejala kelopak mata yang bengkak dengan rasa

sakit dan mengganjal, merah, dan nyeri. Intensitas nyeri mencerminkan hebatnya

pembengkakan palpebra. Hal ini sesuai dengan gejala yang dialami pasien dimana

pada saat hari ketiga saat bengkaknya bertambah besar maka nyerinya bertambah

hebat. Pada chalazion terdapat pembengkakan pada kelopak mata, namun tanda

radang yang terjadi hanya ringan dan terjadi pada awal penyakit. Chalazion

merupakan penyakit menahun, pada pasien onset baru dirasakan dalam waktu 3 hari

dengan tanda radang yang hebat. Blefaritis anterior dan blefaritis posterior

merupakan radang menahun pada kelopak mata bilateral. Kedua penyakit ini dapat

timbul sendiri-sendiri ataupun bersamaan, atau disertai dengan hordeolum dan

chalazion. Pada pasien tidak terdapat gejala dimana terjadinya blefaritis anterior dan

posterior yang disertai hordeolum. Tandanya adalah palpebra yang iritasi, bersisik,

hingga berulkus pada blefaritis anterior, dan pada blefaritis posterior dapat tampak

keadaan palpebra yang berat, yang biasanya disertai dengan gejala-gejala pada air

mata, konjungtiva, dan kornea. Anamnesis lain yang menguatkan adalah riwayat

hordeolum interna pada mata kiri pasien kira-kira 4 bulan yang lalu.

Anamnesis pada pasien mengarah pada hordeolum. Pada pemeriksaan fisis

selain didapatkan tanda radang pada kelopak mata kanan seperti edema

(pseudoptosis), hiperemis, dan nyeri pada saat penekanan, juga didapatkan tanda

yang mengarah pada hordeolum interna yaitu penonjolan ke daerah konjungtiva

tarsal. Pada pasien ditemukan adanya nodus berdiameter 3 mm pada konjungtiva

tarsal superior dimana konjungtiva tarsal superior juga mengalami injeksi. Pada

pemeriksaan visus tidak didapatkan penurunan visus yang menandakan tidak

terjadinya komplikasi pada media refraksi yaitu kornea.

Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

karsinoma sel basal atau karsinoma kelenjar sebasea pada palpebra dan terutama

10

Page 11: hordeolum.doc

dilakukan pada pasien dengan lesi berulang atau persisten. Pada pasien tidak

terdapat tanda-tanda menuju keganasan yang biasanya tumbuh lambat dan tidak

menimbulkan rasa nyeri, oleh karena itu tidak diperlukan suatu pemeriksaan

penunjang pada pasien kecuali jika tidak terjadi penyembuhan setelah pengobatan

yang adekuat maka diperlukan pemeriksaan histopatologi.

Hordeolum kebanyakan disebabkan oleh Staphylococus aureus.

Pengobatannya adalah dengan kompres hangat, 3-4 kali sehari selama 10-15 menit

sampai nanah keluar. Pemberian salep antibiotika pada sakus konjungtiva ada

manfaatnya terutama bila berbakat rekuren dan terdapat pembesaran kelenjar

preaurikel. Pada pasien ini diberikan salap mata eritromisin ( E-mycin) 4 kali per hari

kira-kira sebanyak 2,5 cm pada sakus konjungtiva selama 7 hari. Eritromisin

diberikan karena baik untuk infeksi karena S.aureus. Antibiotik sistemik hanya

diindikasikan jika terdapat selulitis. Apabila tidak terjadi perbaikan dalam waktu 48

jam, dilakukan insisi dan drainase bahan purulen. Untuk hordeolum internum

hendaknya dilakukan insisi vertikal pada permukaan konjungtiva untuk menghindari

terpotongnya kelenjar meibom. Sayatan ini dipencet untuk mengeluarkan sisa nanah.

Jika tidak terdapat perbaikan dalam waktu 3 hari maka pasien harus dirujuk ke

dokter mata.

Prognosis pada pasien ini secara keseluruhan bonam. Pada ad vitam dan

functionam prognosisnya bonam larena penyakit ini tidak mengancam nyawa dan

dapat sembuh sempurna. Pada ad sanactionam dubia ad bonam karena terdapat

riwayat hordeolum interna sebelumnya pada pasien, sehingga kemungkinan untuk

terjadi hordeolum kembali cukup besar.

11

Page 12: hordeolum.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan Eva P. Anatomi dan embriologi mata. Dalam: Vaughan DF, Asbury T,

Eva PR. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya Medika, 2000.

hal.17-8

2. Alexandrakis G. Hordeolum. 2005. [diunduh tanggal: 26 September 2007].

Tersedia di: http://www.emedicine.com

3. Berson FG, editor. Basic ophthalmology for medical students and primary

care residents. Edisi ke-6. American Academy of Ophthalmology. Hal. 68- 70.

4. Kelainan kelopak dan kelainan jaringan orbita. Dalam: Ilyas S. Ilmu penyakit

mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 2005. Hal. 92-4.

5. Sullivan JH. Palpebra dan aparatus lakrimalis. Dalam: Vaughan DF, Asbury

T, Eva PR. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya Medika, 2000.

Hal. 81-2.

6. Hordeolum. [diunduh tanggal: 26 September 2007]. Tersedia di:

http://www.spedex.com

7. Bessette M. Hordeolum and stye. 2006. [diunduh tanggal: 3 Oktober 2007].

Tersedia di: http://www.medscape.com/files/emedicine/stye/

8. Kershner RM. Hordeolum (stye). 2002. Dambro Griffith’s 5-minute clinical

consult. Available from: CD-ROM.

9. Marinopaoulos S. Hordeolum (stye)/chalazion. 2007. [diumduh tanggal: 3

Oktober 2007]. Tersedia di: http://www.hopkins-hivguide.org

12