Honda Shogun

75
BAB I PENDAHULUAN Tinjauan umum Jika dua buah roda berbentuk silinder ataupun kerucut yang diletakkan saling bersinggungan satu sama lain diputar salah satunya maka yang lain akan ikut berputar pula. Alat yang bekerja dengan prinsip semacam ini untuk mentransmisikan daya disebut roda gesek. Cara ini cukup baik untuk mentransmisikan daya kecil dengan putaran yang tidak perlu tepat. Namun untuk mentransmisikan daya yang besar dan putaran yang tepat tidak dapat dilakukan dengan roda gesek. Untuk ini, kedua roda tersebut harus dibuat bergigi pada sekelilingnya sehingga penerusan gaya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda bergigi inilah yang dinamakan dengan roda gigi yang merupakan salah satu elemen mesin yang berguna mentransmisikan daya dan putaran, baik menaikkan maupun menurunkan putaran. Disamping transmisi diatas, ada pula cara lain untuk meneruskan daya, yaitu dengan sabuk atau rantai. Namun demikian, transmisi roda gigi mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sabuk atau rantai diantaranya adalah: a. Lebih ringkas, tidak akan terjadi selip b. Daya yang ditransmisikan lebih besar c. Putaran yang ditransmisikan lebih tinggi 1

Transcript of Honda Shogun

Page 1: Honda Shogun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan umum

Jika dua buah roda berbentuk silinder ataupun kerucut yang diletakkan saling

bersinggungan satu sama lain diputar salah satunya maka yang lain akan ikut berputar pula.

Alat yang bekerja dengan prinsip semacam ini untuk mentransmisikan daya disebut roda

gesek. Cara ini cukup baik untuk mentransmisikan daya kecil dengan putaran yang tidak perlu

tepat.

Namun untuk mentransmisikan daya yang besar dan putaran yang tepat tidak dapat

dilakukan dengan roda gesek. Untuk ini, kedua roda tersebut harus dibuat bergigi pada

sekelilingnya sehingga penerusan gaya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling

berkait. Roda bergigi inilah yang dinamakan dengan roda gigi yang merupakan salah satu

elemen mesin yang berguna mentransmisikan daya dan putaran, baik menaikkan maupun

menurunkan putaran.

Disamping transmisi diatas, ada pula cara lain untuk meneruskan daya, yaitu dengan

sabuk atau rantai. Namun demikian, transmisi roda gigi mempunyai keunggulan dibandingkan

dengan sabuk atau rantai diantaranya adalah:

a. Lebih ringkas, tidak akan terjadi selip

b. Daya yang ditransmisikan lebih besar

c. Putaran yang ditransmisikan lebih tinggi

d. Dapat meneruskan putaran dengan perbandingan yang tetap

e. Dapat meneruskan putaran dan daya pada poros yang sumbunya saling berpotongan,

seperti roda gigi kerucut

Kelebihan ini tidak selalu menyebabkan dipilihnya roda gigi disamping cara lain karena

roda gigi juga memiliki kekurangan-kekurangan seperti berikut:

a. Memerlukan ketelitian yang lebih besar dalam pembuatannya, maupun

pemeliharaannya.

b. Tidak ekonomis untuk jarak sumbu yang jauh karena memerlukan roda gigi yang

besar

Pemakaian roda gigi sebagai alat transmisi telah menduduki tempat terpenting disegala

bidang selama 200 tahun terakhir ini. Penggunaannya dimulai dari alat pengukur yang kecil

1

Page 2: Honda Shogun

dan teliti sampai roda gigi reduksi yang digunakan pada turbin besar yang berdaya puluhan

megawatt.

1.2 Klasifikasi Roda Gigi

Roda gigi dapat diklasifikasikan Menurut letak poros, arah putaran dan bentuk jalur gigi

roda gigi seperti dalam Tabel 1.1. Serta jenis roda gigi dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Tabel 1.1 Klasifikasi roda gigi

Letak Poros Roda Gigi Keterangan

Roda gigi dengan

poros sejajar

Roda gigi lurus, (a)

Roda gigi miring, (b)

Roda gigi miring ganda, (c )

(Klasifikasi atas dasar bentuk alur gigi)

Roda gigi luar

Roda gigi dalam dan pinyon, (d)

Batang gigi dan pinyon, (e)

Arah putaran berlawanan

Arah putaran sama

Gerakan lurus dan berputar

Roda gigi dengan

poros

berpotongan

Roda gigi kerucut lurus,(f)

Roda gigi kerucut spiral,(g)

Roda gigi kerucut ZEROL

Roda gigi kerucut miring

Roda gigi kerucut miring ganda

(Klasifikasi atas dasar bentuk jalur gigi)

Roda gigi permukaan dengan poros

berpotongan (h)

(Roda gigi dengan poros berpotongan

berbentuk istimewa)

Roda gigi dengan

poros silang

Roda gigi miring silang, (i)

Btang gigi miring silang

Kontak titik

Gerakan lurus dan berputar

Roda gigi cacing silindris,(j)

Roda gigi cacing selubung ganda globoid),

(k)

Roda gigi cacing samping

Roda gigi hiperboloid

Roda gigi hipoid, (l)

Roda gigi permukaan silang

Sumber: Sularso, K. Suga, DPDP Elemen Mesin,1987, Hal. 212.

Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya berjajar pada dua

bidang silinder, kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan yang satu menggelinding

pada yang lain dengan sumbu tetap sejajar.

Roda gigi lurus (a) merupakan gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar dengan

poros.

DPDP adalah singkatan dari Dasar Perencanaan Dan Pemilihan

2

Page 3: Honda Shogun

Roda gigi miring (b) mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak bagi,

pemindahan momen atau putaran melalui roda gigi ini dapat berlangsung secara halus

karena jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak serentak adalah lebih besar

dari pada roda gigi lurus, namun roda gigi ini memerlukan bantalan aksial dan kotak

roda gigi yang kokoh, karena jalur gigi yan berbentuk ulir menimbulkan gaya reaksi

yang sejajar dengan poros.

Roda gigi miring ganda (c), gaya aksial yang timbul pada gigi yang berbentuk V akan

saling meniadakan. Dengan roda gigi ini, perbandingan reduksi, kecepatan keliling, dan

daya yang diteruskan dapat diperbesar,tetapi pembuatannya sukar.

Roda gigi dalam (d) dipakai jika diingini alat transmisi dengan ukuran kecil dengan

perbandingan reduksi besar, karena pinyon terletak dalam roda gigi.

Batang gigi dan pinyon (e) dipergunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus

atau sebaliknya.

Dalam hal roda gigi kerucut, bidang jarak bagi merupakan bidang kerucut yang

puncaknya terletak pada titik potong sumbu poros.

Roda gigi kerucut lurus (f) dengan gigi lurus adalah yang pailing mudah dibuat dan

sering dipakai, namun roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang

kecil.

Roda gigi spiral (g) mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar dan dapat

meneruskan putaran tinggi dan beban besar, sudut poros kedua roda gigi ini biasanya

dibuat 90 derajat.

Dalam golongan roda gigi dengan poros menyilang, terdapat:

Roda gigi miring silang (i),

Roda gigi cacing silindris (j) yang dapat meneruskan putaran dengan perbandingan

reduksi besar.

Roda gigi cacing glaboid (k) dipergunakan untuk meneruskan putaran dengan

perbandingan reduksi dan beban yang besar.

Roda gigi hipoid (l) adalah roda gigi yang mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada

bidang kerucut yang sumbunya bersilang, dan pemindahan gaya pada permukaan gigi

berlangsung secara meluncur ataupun menggelinding.

Roda–roda gigi yang telah disebut diatas semuanya mempunyai perbandingan

kecepatan sudut yang tetap antara kedua poros. Tetapi disamping itu terdapat pula roda gigi

3

Page 4: Honda Shogun

yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi, sperti misalnya roda eksentris, roda

gigi bukan lingkaran,roda gigi lonjong seperti pada meteran air dll. Ada pula roda gigi dengan

putaran yang terputus-putus dan roda gigi Geneva yang digunakan untuk menggerakkan film

pada proyektor bioskop.

(a) Roda gigi lurus (b) Roda gigi miring (c) Roda gigi miring ganda (d) Roda gigi dalam

(e) Pinyon dan batang gigi (f) Roda gigi kerucut lurus (g) Roda gigi kerucut spiral (h) Roda gigi permukaan

(i) Roda gigi miring silang (j) Roda gigi cacing silindris (k) Roda gigi cacing globoid (l) Roda gigi hipoid

Gambar 1.1 Macam-macam Roda Gigi

1.3 Nama-nama Bagian Roda Gigi

Nama-nama bagian utama roda gigi dapat kita lihat dalam gambar 1.2, adapun

ukurannya dinyatakan dengan diameter lingkaran jarak bagi, yaitu lingkaran khayal yang

menggelinding tanpa slip. Ukuran bagi dinyatakan dengan “jarak bagi lingkar,” yaitu jarak

sepanjang lingkaran jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan.

4

Page 5: Honda Shogun

Gambar 1.2 Nama-nama Bagian Roda Gigi

Untuk menghitung bagian-bagian roda gigi yang ada pada gambar diatas, khususnya

untuk roda gigi lurus standar berkedalaman penuh dapat kita gunakan persamaan-persamaan

yang ada dibawah ini:

Diameter lingkaran jarak bagi d01 = 2r01= z1m, d02= 2r02 = z2m

Jarak sumbu poros a0 = {(z1+ z2)/2}m

Diameter lingkaran kepala dk1=2rk1 = (z1+2)m, dk2 = 2rk2 = (z2+ 2)m

Diameter lingkaran dasar dg1= z1m cosα0, dg2= z2m cosα0

Jarak bagi t0 = π m

Jarak bagi normal te = π m cosα0

Tinggi gigi H = 2m + ck

1.4 Cara Kerja

Kendaraan jenis Suzuki shogun R ini mempunyai 4 variasi putaran atau variasi

kecepatan dan mempunyai tiga poros yaitu poros output dan poros transisi yang keduanya

berada dalam gear box dan satu lagi poros input utama yang merupakan tempat melekatnya

kopling dan connecting road piston. Putaran poros transisi merupakan reduksi putaran dari

poros utama melalui roda gigi 9 dan 10, dan ini merupakan tahap reduksi awal. Perubahan

variasi kecepatan sesuai dengan yang diinginkan dapat dilakukan melalui shift drum

(pendorong gigi yang satu ke gigi yang lainnya). Shift drum inilah yang menggerakkan tuas

pengatur yang langsung dihubungkan dengan roda gigi yang dilengkapi dengan tuas

penekan.

Pada gambar sket terlihat posisi pada variasi kecepatan pertama (tingkatan rendah),

adapun cara kerja pada variasi kecepatannya adalah sebagai berikut:

5

Page 6: Honda Shogun

Tingkatan pertama : Bila tuas penekan ditekan ke depan, shift drum akan mendorong

roda gigi 4 kekiri (dari sket) sehingga akan terjadi kaitan dengan roda

gigi 2 maka akan berlangsung putaran antara roda gigi 1 dan roda

gigi 2.

Tingkatan kedua : Bila tuas penekan lagi kedepan, maka shif drum akan mendorong

roda gigi 4 kekanan (dari sket) yaitu pada posisi semula, dan

mendorong gigi 5 kekiri (dari sket) sehingga terkait dengan roda gigi

3 dengan demikian roda gigi 3 menggerakkan roda gigi 4.

Tingkatan ketiga : Bila tuas penekan ditekan lagi kedepan, maka shift drum akan

mendorong roda gigi 5 kekanan (dari sket) pada posisi semula dan

juga mendorong roda gigi 4 kekanan (dari sket) sehingga terjabdi

kaitan dengan roda gigi 6, maka roda gigi 5 menggerakkan roda gigi

6.

Tingkatan keempat : Bila tuas penekan ditekan lagi kedepan maka akan terkait roda gigi 7

dengan roda gigi 8 melalui shift drum, ini akibat dorongan roda gigi 5

dan 6 yang bergerak kekanan (dari sket).

Gambar 1.3 Sketsa Gear Box pada Suzuki Shogun R

Keterangan gambar:

Roda gigi 9 terkait dengan roda gigi 10.

6

Page 7: Honda Shogun

Poros transisi 1, 3, 5, dan 7.

Poros Output, roda gigi 1 terkait dengan roda gigi 2, 4, 6 dan 8.

Poros 1 adalh poros penggerak utama.

Poros 2 adalah poros transisi.

Poros 3 adalah poros output

BAB II

PERENCANAAN POROS DAN SPLINE

Poros adalah salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dan

putaran secara bersamaan. Poros yang berfungsi dalam transmisi ini dapat diklasifikasikan

menurut pembebanannya adalah sebagai berikut:

1. Poros transmisi, poros yang mengalami beban puntir murni atau puntir dan lentur.

2. Spindel, poros transmisi yang relatif pendek dan beban utamanya berupa puntiran.

3. Gandar, poros yang hanya menerima beban lentur saja, dipakai antara roda-roda kereta

barang, dimana tidak mendapat beban puntir.

2.1 Perhitungan Daya Dan Putaran Pada Masing-Masing Poros

Penerusan daya melalui poros dan roda gigi tidak selalu menghasilkan nilai yang tetap

karena terjadi penghilangan daya sewaktu terjadinya kontak antara pasangan roda gigi, yang

mana energi mekanik yang dimiliki oleh roda gigi penggerak berubah menjadi panas karena

tumbukan dengan roda gigi yang digerakkan pada saat tenjadi kontak dan energi panas ini

tidak dibutuhkan dalam system transmisi putaran. Oleh karena itu dalam perencanaan poros

ini digunakan suatu faktor yang menunjukkan jumlah daya yang dapat diteruskan dalam

7

Page 8: Honda Shogun

transmisi putaran yaitu efisiensi transmisi (η). Harga dari efisiensi ini adalah lebih kecil dari

satu (η < 1) atau tidak pernah mencapai nilai 100%.

Dalam perencanaan poros kendaraan Suzuki shogun R yang berdaya 9,8 Hp dan

berputaran 9000 rpm ini, efisiensi penerusan daya direncanakan sebesar 0,98 atau 98%.

Dengan diketahuinya efisiensi transmisi ini maka daya tiap poros dapat dihitung yaitu sebagai

berikut:

Daya poros I (penggerak utama) = 9,8 Hp x 0.735 kW = 7,203 kW

Daya poros II (poros transisi) = 7,203 kW x 0,98 = 7,059 kW

Daya poros III (poros output) = 7,059 kW x 0,98 = 6,918 kW

Putaran yang ditransmisikan melalui roda gigi dari satu poros keporos lainnya

mengalami perubahan dari segi jumlah putarannya, hal ini dikarenakan perbandingan

transmisi tidak selalu sama dengan satu (i ≠ 1), sehingga putarannya bisa lebih kecil (i > 1)

ataupun lebih besar (i < 1) dari semula. Hubungan antara jumlah putaran dengan i adalah

sebagai berikut:

Dengan mempergunakan persamaan di atas dan diketahuinya perbandingan

transmisi tiap pasangan roda gigi, maka putaran tiap poros dapat kita hitung. Perbandingan

transmisi tiap pasangan roda gigi dalam gear box kenderaan Suzuki tipe shogun R dapat di

lihat dalam Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Perbandingan transmisi tiap tahapan

Tahapan Perbandingan transmisiReduksi awal 3,8

Kecepatan pertama/rendah 3Kecepatan kedua 1,875Kecepatan ketiga 1,368

Kecepatan keempat/top 1,052 Sumber: Distributor Suzuki, Peunayong

Berdasarkan data tersebut, maka kita dapat menentukan putaran tiap-tiap poros yaitu:

1. Putaran poros kedua, yang merupakan reduksi awal dari poros penggerak utama yang

mempunyai putaran sebesar 9000 rpm.

rpm

8

Page 9: Honda Shogun

2. Putaran poros output, untuk poros ini tingkatan putaran yang dialaminya tergantung dari

tingkatan kecepatan, maka untuk tingkatan kecepatan:

a. Pertama rpm

b. Kedua rpm

c. Ketiga rpm

d. Top rpm

Demikianlah perhitungan daya dan putaran tiap-tiap poros yang mana data ini akan

dipergunakan dalam tahapan perhitungan berikutnya.

2.2 Perhitungan Poros Penggerak Utama/Input Dan Pasak

Poros penggerak utama yang berputar akibat gerakan bolak-balik piston dihubungkan

dengan kopling yang bergigi pada diameter terluarnya. Poros ini berputar dengan daya 7,203

kW dan putarannya sebesar 9000 rpm, beban utama poros ini berupa beban puntir, pada

ujung poros ini terdapat sebuah kopling yang memberikan beban lentur terhadap poros,

namun beban lentur ini dapat diabaikan karena terlalu kecil dibandingkan beban puntir,

walaupun demikian demi keamanan dalam pemakaian pengaruh beban lentur ini dimasukkan

dalam faktor Cb yang harganya antara 1,2 –2,3.

Variasi daya akan dialami oleh poros ini, daya yang besar diperlukan pada saat

mendaki dan perubahan tingkatan kecepatan, namun daya normal diperlukan setelah

perubahan kecepatan dan pada jalan datar, oleh karena itu daya yang digunakan untuk

perhitungan ini adalah daya rata-rata dengan faktor koreksinya (fc) adalah 1,3 (Tabel 2.2)

sehingga daya rencana dari poros adalah:

kW

Tabel 2.2 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan,fc

Daya yang akan ditransmisikan fc

Daya rata-rata yang diperlukanDaya maksimum yang diperlukanDaya normal

1,2 – 2,00,8 – 1,21,0 – 1,5

Sumber: Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin,1987, hal 7

9

Page 10: Honda Shogun

Momen puntir (T) yang dialami oleh poros dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut:

Dalam perencanaan ini bahan yang dipilih untuk poros adalah batang baja yang ditarik

dingin dengan lambangnya S35C-D (Tabel 2.3) yang tegangan tariknya (σB) sebesar 53

kg/mm2 dan faktor keamanan (Sf1) bahan berlambang S-C adalah 6,0. Pemilihan material ini

sebagai bahan poros dikarenakan batang baja ini telah ditarik dingin sehingga permukaan

poros yang beralur pasak menjadi lebih keras dan kekuatannya bertambah besar. Di samping

beralur pasak poros ini juga dibuat bertangga dengan diameter lebih besar pada tempat

dipasangnya bantalan, hal ini bertujuan untuk menyesuaikannya dengan diameter dalam dari

bantalan.

Tabel 2.3 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang ditarik dingin untuk poros

Standar dan macam Lambang Perlakuan

panasKekuatan

tarik(kg/mm2) Keterangan

Baja karbon konstruksi mesin

(JIS G 4501)

S30CS35CS40CS45CS50CS55C

Penormalan“““““

485255586266

Batang baja yang difinis

dingin

S35C-DS45C-DS55C-D

---

536072

Ditarik dingin, digerinda, dibubut,atau gabungan antara hal-hal tersebut

Sumber: Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin,1987, hal 3

Pengaruh-pengaruh ini dimasukkan dalam perhitungan yang dinyatakan dengan Sf2

yang harganya 1,3 sampai 3,0. Pada perencanaan ini faktor Sf2 diambil sebesar 2,5, dari data-

data diatas dapat ditentukan tegangan geser yang diizinkan (τa ) untuk poros yaitu:

kg/mm2

Pembebanan yang akan dialami oleh poros dikenakan dengan sedikit kejutan pada

waktu star dan pada waktu pemindahan tingkatan kecepatan, oleh karena itu faktor momen

puntir Kt diambil sebesar 1,5 (Tabel 2.4), sementara itu faktor beban lentur Cb diambil sebesar

10

Page 11: Honda Shogun

1,5. Semua faktor ini akan digunakan dalam perhitungan diameter poros dengan memakai

persamaan berikut:

Tabel 2.4 Faktor Momen Puntir

Cara pembebanan Kt

Beban dikenakan secara halusTerjadi sedikit kejutanBeban dikenakan dengan kejutan dan tumbukan besar

1,01,0 – 1,51,5 – 3,0

Sumber: Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin,1987, hal 8

Diameter poros harus dipilih dari Tabel 2.5, berdasarkan tabel tersebut diameter 15 mm

hanya digunakan pada tempat bantalan dipasang, oleh karena itu diameter poros dipilih

sebesar 16 mm.

Tabel 2.5 Diameter Poros4

4,5

5

*5,6

6

*6,3

7*7,1

8

9

10

11

*11,212

*12,5

14(15)16

(17)18192022

*22,42425

2830

*31,532

3535,5

38

40

42

45

4850

5556

60

63

6570717580859095

100(105)110

*112120

125130

140150160170180190200220

*224240250260280300*315320340

355360380

400

420440450460480500530

560

600

630

Sumber: Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin,1987, hal 9

Keterangan :

1. Tanda* menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standar

2. Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang bantalan gelinding

Menurut Sularso (Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, 1987),

Berdasarkan diameter poros dapat ditentukan alur pasak pada poros dengan melihat tabel

ukuran pasak yang telah distandarkan dan juga dapat ditentukan diameter poros tempat

dipasangnya bantalan.

11

Page 12: Honda Shogun

Alur pasak

5 x 3 x filet 0,25 (Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin, 1987, hal 10)

Diameter dalam bantalan adalah = 17 mm

jari-jari filet = (17 – 16)/2 = 0,5 mm

Kosentrasi tegangan pada poros bertangga adalah

0,5/16 = 0,03; 17/16 = 1,06, β = 1,4

Kosentrasi tegangan pada alur pasak

0,25/16 = 0,015, α =2,8 α > β

Tegangan geser yang terjadi pada poros adalah :

kg/mm2

Pemeriksaan keamanan poros yang telah dihitung dapat dilakukan dengan

membandingkan tegangan geser yang diizinkan yang dikoreksi dengan tegangan geser yang

dihitung atas dasar poros tanpa alur pasak, faktor lenturan Cb dan Kt.

Sebuah poros aman digunakan apabila tegangan geser yang diizinkan yang dikoreksi lebih

besar dari tegangan geser yang dihitung atas dasar poros tanpa alur pasak, faktor Cb dan Kt.

Berdasarkan perbandingan diatas maka poros yang telah dihitung adalah aman dan

layak untuk digunakan.

Penerusan daya dari poros utama keporos transisi dilakukan oleh kopling yang bergigi

pada diameter luarnya, penerusan daya tidak akan terjadi apabila tidak ada pengikat antara

poros dan kopling, maka digunakanlah pasak untuk melakukan fungsi tersebut. Data-data

untuk menghitung pasak dapat diperoleh dari perhitungan poros, data tersebut adalah ds dan

T, maka gaya tangensial F pada permukaan poros adalah:

kg

Berdasarkan tabel alur pasak standar, maka dimensi dari pasak adalah:

Penampang pasak 5 x 5

12

Page 13: Honda Shogun

Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 3,0 mm

Kedalaman alur pasak pada naf t2 = 2,3 mm

Bahan pasak yang dipilih adalah batang baja S45C-D dengan tegangan tariknya σB

adalah 60 kg/m2 dengan faktor keamanan Sfk1 adalah 6 dan Sfk2 dipilih sebesar 2 karena

beban dikenakan dengan sedikit kejutan. Untuk menghindari kerusakan permukaan samping

pasak, maka perlu dihitung tegangan geser yang dizinkan τka dengan menggunakan

persamaan berikut:

kg/mm2

Gaya yang bekerja pada sisi samping pasak akan menimbulkan tekanan terhadap pasak yang

besarnya adalah :

Namun tekanan permukaan ini mempunyai batas tertentu yang dinamakan dengan

tekanan permukaan yang dizinkan pa yang harganya adalah 8 kg/mm2 untuk poros diameter

kecil dan 10 kg/mm2 untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari harga diatas

untuk poros berputaran tinggi. Untuk poros yang direncanakan ini harus dipilih sebesar 4

kg/mm2 karena poros berdiameter kecil dan berputaran tinggi. Panjang pasak yang diperlukan

dapat dihitung dari tegangan geser yang diizinkan yaitu:

Panjang pasak juga dapat ditentukan dari tekanan permukaan yang diizinkan

Dari kedua panjang yang didapat dari perhitungan, maka yang diambil adalah yang

lebih besar yaitu 11,08 mm, namun panjang dari pasak telah distandarkan dalam tabel ukuran

pasak, dari tabel tersebut kita bisa memilih nilai yang mendekati dengan nilai yang didapat

dari perhitungan yaitu 14 mm. Untuk mengetahui keamanan dari perhitungan pasak ini maka

beberapa syarat keamanan harus dipenuhi oleh pasak ini, syarat tersebut adalah:

0,25 < b/ds < 0,35

0,75 < lk/ds < 1,5

0,25 < 0,3125 < 0,35

0,75< 0,875 < 1,5

13

Page 14: Honda Shogun

Berdasarkan syarat diatas, maka pasak yang telah dihitung adalah aman dan baik untuk

digunakan.

2.3 Perhitungan Poros Kedua Dan SplinePoros penggerak utama yang berputar akibat gerakan bolak-balik piston memindahkan

daya sebesar 7,059 kW dan 2354 rpm keporos kedua melalui roda gigi. Poros kedua dibebani

dengan beban puntir sebagai beban utamanya dan beban lentur akibat pemasangan roda

gigi, namun beban lentur ini sangat kecil dibandingkan dengan beban utamanya, sehingga

pengaruh beban lentur ini hanya dimasukkan dalam faktor Cb yang harganya dipilih sebesar

2.

Variasi daya juga dialami oleh poros ini, daya yang besar diperlukan pada saat

perubahan tingkatan kecepatan dan pada saat tanjakan, namun daya normal diperlukan

setelah perubahan kecepatan, dan pada jalan yang datar, oleh karena itu daya yang

digunakan untuk perhitungan ini adalah daya rata-rata dengan faktor koreksinya (fc) adalah

1,3 (Tabel 2.2) sehingga daya rencana dari poros adalah:

Momen puntir (T) yang dialami oleh poros ini adalah:

Dalam perencanaan ini bahan yang dipilih untuk poros kedua adalah batang baja yang

ditarik dingin dengan lambangnya S45C-D (Tabel 2.3) yang tegangan tariknya (σB) sebesar 60

kg/mm2 dan faktor keamanan (Sf1) adalah 6,0. Poros ini juga dibuat bertangga seperti poros

utama.

Pengaruh ini dimasukkan dalam perhitungan yang dinyatakan dengan Sf2, pada

perencanaan ini faktor Sf2 diambil sebesar 1,5, dari data-data diatas dapat ditentukan

tegangan geser yang diizinkan (τa ) untuk poros yaitu:

kg/mm2

Pembebanan yang akan dialami oleh poros ini sama dengan poros utama, karena

poros ini langsung berhubungan dengan poros utama, oleh karena itu faktor momen puntir K t

diambil sebesar 1,5 (Tabel 2.4), sementara itu faktor beban lentur Cb diambil sebesar 2.

Semua faktor ini akan digunakan dalam perhitungan diameter poros dengan memakai

persamaan berikut:

14

Page 15: Honda Shogun

Diameter poros harus dipilih dari Tabel 2.5, dari tabel tersebut didapatkan bahwa

diameter 21 mm tidak terdapat dalam tabel, oleh karena itu diameter poros dipilih sebesar 22

mm. Untuk menghitung pengaruh kosentrasi tegangan pada poros bertangga, maka harus

ditentukan dahulu diameter poros tempat dipasangnya bantalan.

Diameter dalam bantalan adalah = 25 mm

jari-jari filet = (25 – 22)/2 = 1,5 mm

Kosentrasi tegangan pada poros bertangga adalah

1,5 / 22 = 0,068; 25/22 = 1,136, β = 1,2

Momen puntir yang bekerja pada poros, mengakibatkan terjadinya tegangan geser pada

poros sebesar:

kg/mm2

Sebuah poros aman digunakan apabila tegangan geser yang diizinkan yang dikoreksi lebih

besar dari tegangan geser yang dihitung atas dasar poros tanpa alur pasak, faktor Cb dan Kt.

Berdasarkan perhitungan diatas maka poros yang telah dihitung adalah aman dan

layak untuk digunakan.

Roda gigi yang dipasang pada poros ini direncanakan dapat bergeser untuk melakukan

fungsi transmisinya, oleh karena itu elemen mesin yang cocok untuk mengikat poros dengan

roda gigi dan dapat digeser pada saat tertentu adalah spline. Dalam perencanaan ini spline

yang mengikat poros dan roda gigi direncanakan berjumlah 6 buah. Menurut Alex-Valance

(Design of Machine Member, 1951, hal 174),untuk spline berjumlah 6 buah dan pergeseran

roda gigi berlangsung ketika poros sedang bekerja, maka hubungan antara diameter poros

dengan diameter spline adalah: ds = 0,80 x D ( Tabel 2.6 ).

Untuk poros ini ukuran spline yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Diameter spline (D) = ds / 0,80 = 22 / 0,80 = 27,5 mm

Lebar spline (w) = 0,25 x D = 0,25 x 27,5 = 6,875 mm

Tinggi spline (l) = 0,10 x D = 0,10 x 27,5 = 2,75 mm

15

Page 16: Honda Shogun

Bahan yang digunakan untuk spline adalah sama dengan bahan poros, karena spline

menyatu dengan poros.

2.4 Perhitungan Poros Ouput Dan SplinePoros output yang merupakan poros terakhir dari sistem transmisi daya, bekerja

dengan daya 6,918 kW dan putaran yang bekerja pada poros ini bervariasi tergantung dari

tingkatan kecepatan. Dalam perencanaan poros ini, putaran yang dipakai untuk melakukan

perhitungan poros adalah putaran terkecil (785 rpm), karena putaran berbanding terbalik

dengan momen puntir ( T = 1 / n ), sehingga torsi terbesar terjadi pada putaran terkecil.

Variasi daya yang dialami oleh poros ini sama dengan yang dialami oleh poros kedua, oleh

karena itu daya yang digunakan untuk perhitungan ini adalah daya rata-rata dengan faktor

koreksinya (fc) adalah 1,3 (Tabel 2.2) sehingga daya rencana dari poros adalah:

Momen puntir (T) yang dialami oleh poros ini adalah:

Dalam perencanaan ini bahan yang dipilih untuk poros output adalah batang baja yang

ditarik dingin dengan lambangnya S45C-D (Tabel 2.3) yang tegangan tariknya (σB) sebesar 60

kg/mm2 dan faktor keamanan (Sf1) adalah 6,0.

Pada perencanaan ini faktor Sf2 diambil sebesar 1,5, dari data-data diatas dapat

ditentukan tegangan geser yang diizinkan (τa ) untuk poros yaitu:

kg/mm2

Pembebanan yang akan dialami oleh poros dikenakan dengan sedikit kejutan pada

waktu pemindahan tingkatan kecepatan, oleh karena itu faktor momen puntir Kt diambil

sebesar 1,5 (Tabel 2.4), sementara itu faktor beban lentur Cb diambil sebesar 2, karena poros

dibuat bertangga. Semua faktor ini akan digunakan dalam perhitungan diameter poros dengan

memakai persamaan berikut:

Diameter poros 29,5 mm tidak terdapat dalam tabel, oleh karena itu diameter poros

dipilih sebesar 30 mm. Untuk menghitung pengaruh kosentrasi tegangan pada poros

bertangga, maka harus ditentukan dahulu diameter poros tempat dipasangnya bantalan

Diameter dalam bantalan adalah = 35 mm

16

Page 17: Honda Shogun

jari-jari filet = (35 – 30)/2 = 2,5 mm

Kosentrasi tegangan pada poros bertangga adalah

2,5/30 = 0,083; 35/30 = 1,167, β = 1,4

Momen puntir yang bekerja pada poros, mengakibatkan terjadinya tegangan geser pada

poros sebesar:

kg/mm2

Sebuah poros aman digunakan apabila tegangan geser yang diizinkan yang dikoreksi lebih

besar dari tegangan geser yang dihitung atas dasar poros tanpa alur pasak, faktor Cb dan Kt.

Berdasarkan perhitungan diatas maka poros yang telah dihitung adalah aman dan

layak untuk digunakan.

Dalam perencanaan ini spline yang mengikat poros output dan roda gigi direncanakan

berjumlah 6 buah. Maka ukuran dari spline adalah sebagai berikut:

Diameter poros (ds) = 0,80 x D

Diameter spline (D) = ds / 0,80 = 30 / 0.80 = 37,5 mm

Lebar spline (w) = 0,25 x D =0,25 x 37,5 = 9,375 mm

Tinggi spline (h) = 0,10 x D = 0,10 x 37,5 = 3,75 mm

Bahan untuk spline adalah sama dengan bahan poros yaitu S45C-D.

BAB III

PERENCANAAN RODA GIGI

3.1 Perhitungan Pasangan Roda Gigi Pada Tahapan Reduksi Awal

Pasangan roda gigi tahapan reduksi awal, terdiri dari pinyon yang melekat pada poros

utama dan roda gigi besar yang melekat pada poros transisi. Jarak antara sumbu poros

utama dan sumbu poros transisi direncanakan sebesar 80 mm. Daya dan putaran poros

utama ditransmisikan keporos transisi melalui pasangan roda gigi dengan perbandingan

17

Page 18: Honda Shogun

transmisinya 3,8. Daya rencana dari poros utama adalah 9,504 kW dan putarannya adalah

9000 rpm, data ini didapatkan pada Bab I Perencanaan Poros.

Untuk mentransmisikan daya tersebut melalui pasangan roda gigi maka perlu

direncanakan sebuah pasangan roda gigi dengan diameter, ketebalan dan bagian bagian lain

dari roda gigi yang sesuai dengan daya dan putaran tersebut.

Diameter sementara dari pasangan roda gigi dapat ditentukan dengan mempergunakan

persamaan berikut:

Berdasarkan diagram pemilihan modul, maka modul yang dipilih adalah 2,5.

Jumlah gigi (z) dari setiap roda gigi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan

berikut:

18

Page 19: Honda Shogun

Gambar 3.1 Diagram Pemilihan Modul Roda Gigi Lurus

Dari perhitungan diatas ada empat kemungkinan susunan jumlah gigi dari pasangan

roda gigi yaitu: 13 : 50 , 13 : 51, 14 : 50, 14 : 51; dari keempat kemungkinan tersebut maka

perbandingan 13 : 50 lebih mendekati dengan perbandingan transmisi yaitu 3,84; oleh karena

itu jumlah gigi dari pasangan roda gigi ditetapkan sebagai berikut:

z1 = 13 dan z2 = 50, kemudian diameter sebenarnya dari pasangan roda gigi dapat ditentukan

sebagai berikut:

Pada pasangan roda gigi, di antara lingkaran kepala dan lingkaran kaki biasanya

terdapat celah yang sering disebut dengan kelonggaran puncak (ck) yang besarnya adalah

0,25 x m atau lebih, namun dalam perencaaan ini ck diambil 0,25m, maka harga ck = o,25 x

2,5 = 0,625 mm.

Ukuran-ukuran lain dari roda gigi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut:

a. Diameter kepala ( dk)

dk1 = (z1+ 2)m = (13 + 2) x 2,5 mm = 37,5 mm

dk2 = (z2+ 2)m = (50 + 2) x 2,5 mm = 125 mm

b. Diameter kaki ( df )

df1 = ( z1 – 2 )m – 2 x ck = ( 13 –2) x 2,5 – 2 x 0,625 = 26,25 mm

df2 = ( z2 – 2 )m – 2 x ck = ( 50 – 2) x 2,5 – 2 x 0,625 = 118,75 mm

c. Tingggi gigi ( H )

H = 2 x m + ck = 2x 2,5 + 0,625 = 5,625 mm

d. Factor bentuk gigi

Factor bentuk gigi ini dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini

Tabel 3.1 Faktor Bentuk Gigi

Jumlah gigi Y Jumlah Gigi Y Jumlah Gigi Y

19

Page 20: Honda Shogun

101112131415161718

0,2010,2260,2450,2610,2760,2890,2950,3020,308

192021232527303438

0,3140,3200,3270,3330,3390,3490,3580,3710,383

43506075

100150300

batang gigi

0,3960,4080,4210,4340,4460,4590,471

0,484

Sumber: Dialer Suzuki

Keterangan: Y1 = 0,261

Y2 = 0,408

e. Kecepatan keliling roda gigi ( v)

kecepatan keliling roda gigi dihitung berdasarkan diameter jarak bagi dari roda gigi

dengan persamaannya sebagai berikut:

f. Factor koreksi terhadap kecepatan ( fc )

Semakin tinggi kecepatannya, semakin besar pula variasi beban atau tumbukan yang

terjadi, oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap gaya yang terjadi pada roda gigi.

Factor koreksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 3.2 Faktor Dinamis

Kecepatan rendah

Kecepatan sedang

Kecepatan tinggi

Berdasarkan tabel diatas maka untuk roda gigi reduksi ini, factor koreksinya dapat

digunakan persamaan:

g. gaya tangensial roda gigi

20

Page 21: Honda Shogun

Roda gigi yang berputar dengan kecepatan tertentu akan menghasilkan gaya

tangensial sebesar: Ft = 102P / v = (102 x 9,504) / 15,30 = 63,36 kg

h. Bahan roda gigi

Bahan roda gigi dapat kita pilih berdasarkan tabel 3.3. Berdasarkan tabel tersebut

bahan untuk:

Pinyon ; S 45 C σB = 58 kg / mm2 HB = 200 σa = 30 kg / mm2

Roda gigi ; FC 30 σB = 30 kg / mm2 HB = 200 σa = 13 kg / mm2

Berdasarkan pemilihan bahan untuk pasangan roda gigi reduksi ini maka

a. Beban lentur yang diizinkan adalah (F’b)

F’ b1 = 30 x 2,5 x 0,261 x 0,282 = 5,5 kg

F’b2 = 13 x 2,5 x 0,408 x 0,282 = 3,73 kg

b. Beban permukaan yang dizinkan (F’H )

F’ H = 0,079 x 32,5 x (2 x 50)/ 63 = 4,075 kg

Tabel 3.3 Tegangan Lentur Yang Diizinkan Pada Bahan Roda Gigi

21

Page 22: Honda Shogun

Sumber: Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin 1987

i. Lebar roda gigi (b)

Lebar roda gigi biasanya ditetapkan antara (6 – 10 )m, roda gigi dengan sisi sangat

lebar cenderung mengalami deformasi, khususnya jika bekerja sebagai pinyon. Oleh karena

itu lebar roda gigi dihitung berdasarkan beban minimum yang diizinkan dengan menggunakan

persamaan berikut:

b =Ft / F’tm

= 63,36 kg / 3,73 kg = 16,99 mm, dibulatkan menjadi 17 mm.

Pemeriksaan perhitungan roda gigi dapat dilakukan dengan membandingkan beberapa

dimensi dari roda gigi yaitu:

b / m = 17 / 2,5 = 6,8 kontruksi aman

d / b = 32,5 / 17 =1,9 kontruksi aman

Syarat keamanan untuk pemeriksaan ini adalah d / b harus lebih besar dari 1,5; berarti

syarat kedua ini juga telah terpenuhi, dengan demikian roda gigi reduksi ini adalah aman

untuk digunakan.

3.2 Perhitungan pasangan roda gigi pada tingkat kecepatan pertama

Pasangan roda gigi pada tingkat kecepatan pertama/rendah ini terdiri dari pinion yang

terletak pada poros transisi dan roda gigi yang terletak pada poros output. Jarak antara poros

transisi dan poros output direncanakan sebesar 60 mm. Penerusan daya dan putaran dari

poros transisi sebesar 9,13 kW / 2354 rpm ke poros output dilakukan oleh pasangan roda gigi

ini yang bersifat reduksi dengan perbandingan transmisinya sebesar 3.

Penerusan daya dan putaran akan berlangsung dengan baik apabila ukuran dari roda

gigi yang direncanakan mampu untuk meneruskan daya dan putaran yang direncanakan.

Berikut ini adalah langkah-langkah perhitungan dimensi dari roda gigi , pemilihan bahan roda

gigi dan pemeriksaan keamanan pemakaian roda gigi.

a. Diameter jarak bagi sementara pinion dan roda gigi (d0’)

22

Page 23: Honda Shogun

b. Jumlah gigi dari pinion dan roda gigi (z)

Berdasarkan daya pada poros ini maka modul untuk roda gigi ini dapat diperoleh

diagram pmilihan modul. Dari diagram tersebut modul untu roda gigi ini dipilih sebesar 2,5

mm. Dengan demikian jumlah gigi dari pinion dan roda gigi dapat ditentukan yaitu:

c. Diameter jarak bagi sebenarnya ( d0 )

d. Diameter kepala ( dk)

dk1 = (z1+ 2)m = (12 + 2) x 2,5 mm = 35 mm

dk2 = (z2+ 2)m = (36 + 2) x 2,5 mm = 95 mm

e. Diameter kaki ( df )

ck = o,25 x 2,5 = 0,625 mm.

df1 = ( z1 – 2 )m – 2 x ck = ( 12 –2) x 2,5 – 2 x 0,625 = 26,25 mm

df2 = ( z2 – 2 )m – 2 x ck = ( 36 – 2) x 2,5 – 2 x 0,625 = 118,75 mm

f. Tingggi gigi ( H )

H = 2 x m + ck = 2x 2,5 + 0,625 = 5,625 mm

g. Factor bentuk gigi (Y)

Y1 = 0,245

Y2 = 0,37 + (0,383 – 0,371) 2/4 = 0,377

23

Page 24: Honda Shogun

h. Kecepatan keliling roda gigi ( v)

i. Factor koreksi terhadap kecepatan ( fc )

j. Gaya tangensial roda gigi

Ft = 102P / v = (102 x 9,315) / 3,69 = 257,5 kg

k. Bahan roda gigi

Bahan roda gigi dapat kita pilih berdasarkan tabel 3.3. Berdasarkan tabel tersebut

bahan untuk:

Pinyon ; SNC 22 σB = 100 kg / mm2 HB = 600 σa = 55 kg / mm2

Roda gigi ; SNC 21 σB = 80 kg / mm2 HB = 600 σa = 40 kg / mm2

Berdasarkan pemilihan bahan untuk pasangan roda gigi reduksi ini maka

a. Beban lentur yang diizinkan adalah (F’b)

F’ b1 = 55 x 2,5 x 0,245 x 0,488 = 15,092 kg

F’b2 = 40 x 2,5 x 0,377 x 0,488 = 16,89 kg

b.Beban permukaan yang dizinkan (F’H )

F’ H = 0,569 x 30 x 2 x 36/ 48 = 25,605 kg

l. Lebar roda gigi (b)

b =Ft / F’tm

= 257,5 kg / 15,092 kg = 17,06 mm, dibulatkan menjadi 17 mm.

m. Pemeriksaan keamanan

b / m = 17 / 2,5 = 6,8 kontruksi aman

d / b = 30 / 17 = 1,76 kontruksi aman

Dengan demikian roda gigi reduksi ini adalah aman untuk digunakan.

24

Page 25: Honda Shogun

3.3 Perhitungan pasangan roda gigi pada tingkat kecepatan kedua

Pasangan roda gigi pada tingkat kecepatan kedua ini terdiri dari pinion yang terletak

pada poros transisi dan roda gigi yang terletak pada poros output. Jarak antara poros transisi

dan poros output direncanakan sebesar 60 mm. Penerusan daya dan putaran dari poros

transisi sebesar 9,13 kW / 2354 rpm ke poros output dilakukan oleh pasangan roda gigi ini

yang bersifat reduksi dengan perbandingan transmisinya sebesar 1,875.

Berikut ini adalah langkah-langkah perhitungan dimensi dari roda gigi, pemilihan bahan

roda gigi dan pemeriksaan keamanan pemakaian roda gigi untuk pasangan roda gigi pada

tingkat kecepatan kedua.

a. Diameter jarak bagi sementara pinion dan roda gigi (d0)

b. Jumlah gigi dari pinion dan roda gigi (z)

m = 2,5

Dari perhitungan diatas ada empat kemungkinan susunan jumlah gigi dari

pasangan roda gigi yaitu: 17 : 31 , 17 : 30, 16 : 31, 16 : 30; dari keempat kemungkinan

tersebut maka perbandingan 17 : 31 lebih mendekati dengan perbandingan transmisi

yaitu 1,875; oleh karena itu jumlah gigi dari pasangan roda gigi ditetapkan sebagai

berikut: z1 = 17 dan z2 = 31

c. Diameter jarak bagi sebenarnya

d. Diameter kepala

dk1 = (z1+ 2)m = (17 + 2) x 2,5 mm = 47.5 mm

dk2 = (z2+ 2)m = (31 + 2) x 2,5 mm = 82,5 mm

25

Page 26: Honda Shogun

e. Diameter kaki ( df )

ck = o,25 x 2,5 = 0,625 mm.

df1 = ( z1 – 2 )m – 2 x ck = ( 17 –2) x 2,5 – 2 x 0,625 = 36,25 mm

df2 = ( z2 – 2 )m – 2 x ck = ( 31 – 2) x 2,5 – 2 x 0,625 = 71,25 mm

f. Tingggi gigi ( H )

H = 2 x m + ck = 2x 2,5 + 0,625 = 5,625 mm

g. Factor bentuk gigi (Y)

Y1 = 0,302

Y2 = 0,358 + (0,371 – 0,358) 1/4 = 0,361

h. Kecepatan keliling roda gigi ( v)

i. Factor koreksi terhadap kecepatan ( fc )

j. Gaya tangensial roda gigi

Ft = 102P / v = (102 x 9,315) / 5,24 = 181,3 kg

k. Bahan roda gigi

Bahan roda gigi dapat kita pilih berdasarkan tabel 3.3.

Pinyon ; SNC 22 σB = 100 kg / mm2 HB = 600 σa = 40 kg / mm2

Roda gigi ; SNC 21 σB = 80 kg / mm2 HB = 600 σa = 35 kg / mm2

Berdasarkan pemilihan bahan untuk pasangan roda gigi reduksi ini maka

a.Beban lentur yang diizinkan adalah (F’b)

F’ b1 = 40 x 2,5 x 0,302 x 0,364 = 10,99 kg

F’b2 = 35 x 2,5 x 0,361 x 0,364 = 11,49 kg

b.Beban permukaan yang dizinkan (F’H )

F’ H = 0,569 x 42,5 x 2 x 31/ 48 = 31,24 kg

26

Page 27: Honda Shogun

l. Lebar roda gigi (b)

b =Ft / F’tm

= 181,3 kg / 10,99 kg = 16,497 mm, dibulatkan menjadi 17 mm.

m. Pemeriksaan keamanan

b / m = 17 / 2,5 = 6,8 kontruksi aman

d / b = 42,5 / 17 =1,76 kontruksi aman

Dengan demikian roda gigi reduksi ini adalah aman untuk digunakan.

3.4 Perhitungan pasangan roda gigi pada tingkat kecepatan ketiga

Pasangan roda gigi pada tingkat kecepatan kedua ini terdiri dari pinion yang terletak

pada poros transisi dan roda gigi yang terletak pada poros output. Jarak antara poros transisi

dan poros output direncanakan sebesar 60 mm. Penerusan daya dan putaran dari poros

transisi sebesar 9,13 kW / 2354 rpm ke poros output dilakukan oleh pasangan roda gigi ini

yang bersifat reduksi dengan perbandingan transmisinya sebesar 1,368.

Berikut ini adalah langkah-langkah perhitungan dimensi dari roda gigi, pemilihan bahan

roda gigi dan pemeriksaan keamanan pemakaian roda gigi untuk pasangan roda gigi pada

tingkat kecepatan ketiga.

a. Diameter jarak bagi sementara pinion dan roda gigi (d0)

b. Jumlah gigi dari pinion dan roda gigi (z)

m = 2,5

Dari perhitungan diatas ada empat kemungkinan susunan jumlah gigi dari

pasangan roda gigi yaitu: 20 : 28 , 20 : 27, 21 : 28, 21 : 28; dari keempat kemungkinan

tersebut maka perbandingan 20 : 28 lebih mendekati dengan perbandingan transmisi

27

Page 28: Honda Shogun

yaitu 1,875; oleh karena itu jumlah gigi dari pasangan roda gigi ditetapkan sebagai

berikut: z1 = 20 dan z2 = 28

c. Diameter jarak bagi sebenarnya

d. Diameter kepala

dk1 = (z1+ 2)m = (20 + 2) x 2,5 mm = 55 mm

dk2 = (z2+ 2)m = (28 + 2) x 2,5 mm = 75 mm

e. Diameter kaki ( df )

ck = o,25 x 2,5 = 0,625 mm.

df1 = ( z1 – 2 )m – 2 x ck = ( 20 –2) x 2,5 – 2 x 0,625 = 43,75 mm

df2 = ( z2 – 2 )m – 2 x ck = ( 28 – 2) x 2,5 – 2 x 0,625 = 63,75 mm

f. Tingggi gigi ( H )

H = 2 x m + ck = 2x 2,5 + 0,625 = 5,625 mm

g. Factor bentuk gigi (Y)

Y1 = 0,320

Y2 = 0,349 + (0,358 – 0,349) 1/3 = 0,352

h. Kecepatan keliling roda gigi ( v)

i. Factor koreksi terhadap kecepatan ( fc )

j. Gaya tangensial roda gigi

Ft = 102P / v = (102 x 9,315) / 6,15 = 154,49 kg

k. Bahan roda gigi

28

Page 29: Honda Shogun

Bahan roda gigi dapat kita pilih berdasarkan tabel 3.3.

Pinyon ; SNC 21 σB = 80 kg / mm2 HB = 600 σa = 35 kg / mm2

Roda gigi ; SNC 21 σB = 80 kg / mm2 HB = 600 σa = 35 kg / mm2

Berdasarkan pemilihan bahan untuk pasangan roda gigi reduksi ini maka

a.Beban lentur yang diizinkan adalah (F’b)

F’ b1 = 35 x 2,5 x 0,320 x 0,328 = 9,184 kg

F’b2 = 35 x 2,5 x 0,352 x 0,328= 10,10 kg

b.Beban permukaan yang dizinkan (F’H )

F’ H = 0,569 x 50 x 2 x 28/ 48 = 33,19 kg

l. Lebar roda gigi (b)

b =Ft / F’tm

= 154,49 kg / 9,184 kg = 16,8 mm, dibulatkan menjadi 17 mm.

m. Pemeriksaan keamanan

b / m = 17 / 2,5 = 6,8 kontruksi aman

d / b = 50 / 17 =1,76 kontruksi aman

Dengan demikian roda gigi reduksi ini adalah aman untuk digunakan.

3.5 Perhitungan pasangan roda gigi pada tingkat kecepatan kempat

Pasangan roda gigi pada tingkat kecepatan kedua ini terdiri dari pinion yang terletak

pada poros transisi dan roda gigi yang terletak pada poros output. Jarak antara poros transisi

dan poros output direncanakan sebesar 60 mm. Penerusan daya dan putaran dari poros

transisi sebesar 9,13 kW / 2354 rpm ke poros output dilakukan oleh pasangan roda gigi ini

yang bersifat reduksi dengan perbandingan transmisinya sebesar 1,052.

Berikut ini adalah langkah-langkah perhitungan dimensi dari roda gigi, pemilihan bahan

roda gigi dan pemeriksaan keamanan pemakaian roda gigi untuk pasangan roda gigi pada

tingkat kecepatan ketiga.

a. Diameter jarak bagi sementara pinion dan roda gigi (d0)

29

Page 30: Honda Shogun

b. Jumlah gigi dari pinion dan roda gigi (z)

m = 2,5

Dari perhitungan diatas ada empat kemungkinan susunan jumlah gigi dari

pasangan roda gigi yaitu: 23 : 24 , 23 : 25, 24 : 24, 24 : 25; dari keempat kemungkinan

tersebut maka perbandingan 23 : 25 lebih mendekati dengan perbandingan transmisi

yaitu 1,052; oleh karena itu jumlah gigi dari pasangan roda gigi ditetapkan sebagai

berikut: z1 = 23 dan z2 = 25

f. Diameter jarak bagi sebenarnya

g. Diameter kepala

dk1 = (z1+ 2)m = (23 + 2) x 2,5 mm = 62,5 mm

dk2 = (z2+ 2)m = (25 + 2) x 2,5 mm = 67,5 mm

h. Diameter kaki ( df )

ck = o,25 x 2,5 = 0,625 mm.

df1 = ( z1 – 2 )m – 2 x ck = ( 23 –2) x 2,5 – 2 x 0,625 = 51,25 mm

df2 = ( z2 – 2 )m – 2 x ck = ( 25 – 2) x 2,5 – 2 x 0,625 = 56,25 mm

f. Tingggi gigi ( H ) g. Factor bentuk gigi (Y)

H = 2 x m + ck = 2x 2,5 + 0,625 = 5,625 mm Y1 = 0,333

Y2 = 0,339

30

Page 31: Honda Shogun

h. Kecepatan keliling roda gigi ( v)

i. Factor koreksi terhadap kecepatan ( fc )

j. Gaya tangensial roda gigi

Ft = 102P / v = (102 x 9,315) / 7,67 = 123,88 kg

k. Bahan roda gigi

Bahan roda gigi dapat kita pilih berdasarkan tabel 3.3.

Pinyon ; SNC 21 σB = 80 kg / mm2 HB = 600 σa = 35 kg / mm2

Roda gigi ; SNC 21 σB = 80 kg / mm2 HB = 600 σa = 35 kg / mm2

Berdasarkan pemilihan bahan untuk pasangan roda gigi reduksi ini maka

a.Beban lentur yang diizinkan adalah (F’b)

F’ b1 = 35 x 2,5 x 0,333 x 0,281 = 8,18 kg

F’b2 = 35 x 2,5 x 0,339 x 0,281= 8,34 kg

b.Beban permukaan yang dizinkan (F’H )

F’ H = 0,569 x 57,5 x 2 x 25/ 48 = 34,1 kg

l. Lebar roda gigi (b)

b =Ft / F’tm

= 123,88 kg / 8,18 kg = 15,14 mm, dibulatkan menjadi 16 mm.

m. Pemeriksaan keamanan

b / m = 16 / 2,5 = 6,4 kontruksi aman

d / b = 57,5 / 16 = 3,59 kontruksi aman

Dengan demikian roda gigi reduksi ini adalah aman untuk digunakan.

BAB IV

PERENCANAAN BANTALAN

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau

gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus,aman dan panjang umur. Bantalan

31

Page 32: Honda Shogun

harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros seta elemen mesin lainnya bekerja dengan

baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh system akan menurun

atau tak dapat bekerja secara semestinya.

Bantalan dapat dikelompokan dalam dua jenis yaitu

a. Bantalan luncur, dimana pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan

bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan

perantaraan lapisan pelumas.

b. Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang

berputar dengan elemen gelinding.

Kedua jenis bantalan juga dapat dibagi lagi berdasarkan arah beban yang diterimanya, yaitu

a.Bantalan radial, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu

poros.

b.Bantalan aksial, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah sejajar poros.

Poros dalam dalam gear box adalah poros transmisi yang artinya poros ini juga ikut

berputar, oleh karena itu gaya ataupun beban yang ditumpu oleh bantalan pada poros ini dan

elemen lain yang melekat padanya seperti roda gigi adalah beban radial yang artinya arah

gayanya adalah tegak lurus sumbu poros.

Berdasarkan beban yang diterima poros, maka bantalan yang dipilih untuk poros dalam

gear box adalah bantalan gelinding radial, karena bantalan gelinding mempunyai keuntungan

gesekan gelinding yang sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur.

4.1 Pemilihan bantalan pada poros transisi

Pada poros transisi terdapat lima buah roda gigi, empat buah roda gigi berfungsi untuk

perpindahan kecepatan sedangkan satu lagi untuk penerusan daya dari poros input ke poros

transisi. Tiap –tiap roda gigi bekerja gaya radial secara bervariasi, mulai dari kecil sampai

gaya yang besar, gaya besar bekerja pada kecepatan pertama dan gaya terkecil bekeja pada

kecepatan keempat.

Akibat gaya yang bekerja pada roda gigi tersebut, maka bantalan sebagai penahan

poros mengalami gaya reaksi yang tergantung dari tingkat kecepatan yang sedang bekerja.

Variasi gaya terhadap waktu yang bekerja pada bantalan mejadi sebuah kesulitan dalam

menganalisa gaya reaksi dari bantalan, oleh karena itu dalam menganalisa gaya reaksi

bantalan, gaya yang digunakan adalah gaya rata-rata.

Berikut langkah – langkah menganalisa gaya reaksi bantalan:

a. Gaya reaksi bantalan pada tingkat kecepatan pertama

32

Page 33: Honda Shogun

b. Analisa gaya reaksi pada tingkat kecepatan kedua

33

Page 34: Honda Shogun

c. Analisa gaya reaksi pada tingkat kecepatan ketiga

34

Page 35: Honda Shogun

d. Analisa gaya reaksi pada tingkat kecepatan keempat

Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan umur yang sama

dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut beban

ekivalen dinamis (Pr). Beban ekivalen dinamis ini dapat dicari dengan

persamaan: Pr = XVFr + YFa

X berharga 1 dan Y berharga 0 jika bantalan bola baris tunggal

35

Page 36: Honda Shogun

V berharga 1 bila beban putar pada bagian dalam 1,2 jika beban putar pada bagian luar

Dalam perencanaan ini bantalan yang dipilih adalah bantalan bola baris tunggal, umur

dari bantalan dinginkan 10000 jam dan beban aksial dianggap tidak ada karena terlalu kecil

dibandingkan dengan beban radial. Pembebanan terhadap poros berlangsung dengan sedikit

tumbukan dan getaran, sehingga beban harus dikalikan dengan factor beban fW. untuk kerja

dengan tumbukan fw adalah 1,2-1,5, dalam perencanaan ini fw dipilih sebesar 1,2. Dengan

demikian beban ekivalen dinamis tiap-tiap kecepatan dapat dihitung sebagai berikut:

Bantalan 1

Pr1 = Fr1 x fw x X x V = 53,04 x 1,2 x 1x 1 = 63,65 kg

Pr2 = Fr2 x fw x X x V = 76,06 x 1,2 x 1x 1 = 91,27 kg

Pr3 = Fr3 x fw x X x V = 40,16 x 1,2 x 1x 1= 48,92 kg

Pr4 = Fr4 x fw x X x V = 78,30 x 1,2 x 1 x 1 = 93,96 kg

Gear box diperkirakan akan bekerja selama 8 jam dalam sehari, beban yang bekerja

selam 8 jam tersebut tidaklah sama, sehingga perlu diperkirakan beban rata-rata yang bekerja

selama itu. Berikut taksiran lamanya bekerja suatu beban:

Kecepatan pertama bekerja selama 1 jam

Kecepatan kedua bekerja selam 3,5 jam

Kecepatan ketiga bekerja selama 3 jam

Kecepatan keempat bekerja selama 0,5 jam

Maka perbandingan waktu masing-masing terhadap waktu total adalh sebagai berikut:

α1 = 1/ 8 = 0,125; α2 = 3,5 / 8 = 0,4375; α3 = 3/8 = 0,375; α4 = 0,5/8 =0,0625

Beban rata-rata dapat dihitung dengan persamaan berikut:

nm = (t1n1 + t2n2+………….+ tnnn)/(t1+ t2 +……+ tn)

karena nn = nm maka:

= 77,12 kg

Bantalan dapat dipilih dari tabel 4.1, dalam perencanaan ini bantalan yang dipilih adalah

bantalan dengan nomor 6006 dengan C = 1030 kg. Umur dari bantalan yang dipilih dapat

ditentukan adalah sebagai berikut:

36

Page 37: Honda Shogun

Bantalan 2

Pr1 = Fr1 x fw x X x V = 248,46 x 1,2 x 1x 1 = 208,152 kg

Pr2 = Fr2 x fw x X x V = 80,07 x 1,2 x 1 x 1 = 96,08 kg

Pr3 = Fr3 x fw x X x V = 95,75 x 1,2 x 1 x 1= 114,9 kg

Pr4 = Fr4 x fw x X x V = 17,19 x 1,2 x 1 x 1 = 20,63kg

= 162,74 kg

Dalam perencanaan ini bantalan yang dipilih adalah bantalan dengan nomor 6306

dengan C = 2090 kg. Umur dari bantalan yang dipilih dapat ditentukan adalah sebagai berikut:

4.2 Pemilihan bantalan pada poros output

Pada poros ouput terdapat empat buah roda gigi yang berfungsi untuk meneruskan

daya dan putaran pada waktu pemindahan kecepatan. Tiap –tiap roda gigi bekerja gaya radial

secara bervariasi, mulai dari kecil sampai gaya yang besar, gaya besar bekerja pada

kecepatan pertama dan gaya terkecil bekeja pada kecepatan keempat.

Berikut langkah – langkah menganalisa gaya reaksi bantalan:

a. Gaya reaksi bantalan pada tingkat kecepatan pertama

37

Page 38: Honda Shogun

b. Analisa gaya reaksi pada tingkat kecepatan kedua

38

Page 39: Honda Shogun

c. Analisa gaya reaksi pada tingkat kecepatan ketiga

d. Analisa gaya reaksi pada tingkat kecepatan keempat

39

Page 40: Honda Shogun

Dalam perencanaan ini bantalan yang dipilih adalah bantalan bola baris tunggal, umur

dari bantalan dinginkan 10000 jam dan beban aksial dianggap tidak ada karena terlalu kecil

dibandingkan dengan beban radial. Pembebanan terhadap poros berlangsung dengan sedikit

tumbukan dan getaran, sehingga beban harus dikalikan dengan factor beban fW. untuk kerja

dengan tumbukan fw adalah 1,2-1,5, dalam perencanaan ini fw dipilih sebesar 1,2. Dengan

demikian beban ekivalen dinamis tiap-tiap kecepatan dapat dihitung sebagai berikut:

Bantalan 1

Pr1 = Fr1 x fw x X x V = 28,90 x 1,2 x 1x 1 = 34,68 kg

Pr2 = Fr2 x fw x X x V = 116,34 x 1,2 x 1 x 1 = 139,61 kg

Pr3 = Fr3 x fw x X x V = 66,64 x 1,2 x 1 x 1= 79,97 kg

Pr4 = Fr4 x fw x X x V = 118,27 x 1,2 x 1 x 1 = 141,92 kg

Pada poros ini putaran tiap tiap kecepatan tidak sama oleh karena itu putaran rata-rata

harus ditentukan terlebih dahulu seperti berikut:

nm = (t1n1 + t2n2+………….+ tnnn)/(t1+ t2 +……+ tn)

= {1(875)+3,5(1255)+3(1721)+0,5(2238)}/ 8

= {785+4392,5+5163+1119}/ 8

= 1432,44 rpm

40

Page 41: Honda Shogun

Dalam perencanaan ini bantalan yang dipilih adalah bantalan dengan nomor 6007

dengan C = 1250 kg. Umur dari bantalan yang dipilih dapat ditentukan adalah sebagai berikut:

Bantalan 2

Pr1 = Fr1 x fw x X x V = 245,05 x 1,2 x 1x 1 = 294,06 kg

Pr2 = Fr2 x fw x X x V = 76,63 x 1,2 x 1 x 1 = 91,96 kg

Pr1 = Fr1 x fw x X x V = 92,01 x 1,2 x 1 x 1= 110,412 kg

Pr1 = Fr1 x fw x X x V = 13,56 x 1,2 x 1 x 1 = 12,272kg

Dalam perencanaan ini bantalan yang dipilih adalah bantalan dengan nomor 6009

dengan C = 1640 kg. Umur dari bantalan yang dipilih dapat ditentukan adalah sebagai berikut:

41

Page 42: Honda Shogun

BAB V

PELUMASAN

5.1 Pemilihan pelumasan pada roda gigi

Fungsi pelumasan adalah mencegah keausan dari benda yang bergerak dan juga

memindahkan panas akibat gesekan roda gigi kedalam cairan .

Dalam menentukan jenis minyak pelumas yang akan digunakan maka terlebih dahulu haris

dihitung panas yang ditimbulkan karena pergeseran roda gigi yang bersinggungan ketika

sedang bekerja , Disini roda gigi yang paling besar kerjanya adalah roda gigi 3 , dan roda gigi

4 , juga roda gigi 5 dengan roda gigi 6 .

Panas yang timbul oleh roda gigi .

Untuk roda gigi 3 & 4

T = 3854,21 kg.mm

V3 = 6,15 m / detik = 365 m / menit

H = 5,625 mm

b = 17 mm

z3 = 20 buah z4 = 28 buah

dk3 = 55 mm dk4 = 75 mm

Beban pada roda gigi 3.

W1 =

Panas yang timbul .

dimana : = 0,002 W1 = 140,15kg

V3 = 369 m / detik J = 427 kg . m / kcal

42

Page 43: Honda Shogun

Luas permukaan yang bergeser ( A ) roda gigi 3

A3 = z3 . b . H mm2 = 20 . 17 . 5,025 = 19,12 cm2

Untuk roda gigi 5 & 6

T5 = 3854,21 kg . mm

V5 = 5,29 m / detik = 314,4 m / menit

H5 = 5,625 mm b = 17 mm

z5 = 17 z6 = 31

dk5 = 47,5 dk6 = 82,5

Beban roda gigi 5

W5 = =

Panas yang timbul

…………( ref . III , hal. 935 )

dimana : = 0,002 W5 = 162,28 kg

V5 = 314,4 m / menit J = 427 kg . m / kca

A5 = z5 . b . H5 mm2

= 17 . 17 . 5,625

= 16,25 cm2

Jumblah panas yang timbul.

H = Hf3 + Hf5

= 0,242 + 0,239

= 0,481 kcal / menit

Jumblah permukaan yang bergesekan ( A ) .

A = A3 + A5

= 19,12 + 16,25

43

Page 44: Honda Shogun

= 35,37 cm2

Temperatur kerja .

H = C . A ( t b – t a ) kcal / menit ………( ref. III , 963 )

dimana :

H = Heat generation ( heat dissipation )

C = Coeffisien heat dissipation

= ( 0,0002 - 0,0006 ) kcal / menit . cm2 . co

A = Jumblah permukaan yang bergesekan

tb = Temperatur kerja pelumas

ta = Temperatur kamar = 33 0c

Jadi :

H = C . A ( t b – t a ) kcal / menit

0,481 = 0,0006 . 35,37 ( t b – 33 )

( t b – 33 ) =

t b = 33 + 22,9 0c

= 55,9 0c

Jenis minyak pelumas .

Viscositas bahan pelumas untuk roda gigi dengan kondisi kerja diatas putaran 1500 rpm

.

……………..……………... ( ref . I , hal. 256 )

Dalam perencanaan ini diambil vicositas = 39 ( ost )

Spesifik grafity bahan pelumas .

…… ( ref . III, hal. 931 )

= 0,9 - 0,000365 ( 55,9 – 15,5 )

= 0,885

Viscositas absolut bahan pelumas .

z = ………………….. ( ref. I. Hal. 118 )

z = 39 . 0,885

= 34,51

Jadi jenis minyak pelumas yang digunakan adalah S A E 30 .

44

Page 45: Honda Shogun

Tabel 5.1 Viskositas Absolut Dari Minyak

S.No Type of oilAbsolute viscosity incenil poises, at temperatur in o C

30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 90

1

2

3

4

5

6

7

SAE 10

SAE 20

SAE 30

SAE 40

SAE 50

SAE 60

SAE 70

50

69

130

210

300

450

1000

36

55

100

170

250

320

690

27

42

78

120

200

270

450

24,5

34

57

96

170

200

310

21

27

48

78

120

160

210

17

23

40

60

90

120

165

14

20

30

46

76

90

120

12

17

27

40

60

72

87

11

14

22

34

50

57

67

9

11

19

27

38

46

52

8

10

16

22

34

40

43

5,5

7,5

10

13

20

25

33

5.2 Pemilihan pelumasan pada bantalan

Pelumasan bantalan terutama dimaksud untuk mengurangi gesekan dan keausan

antara gelinding dan sangkar, membawa keluar panas yang terjadi, mencegah korosi dan

menghindari masuknya debu. Cara pelumasan ada dua macam, yaitu pelumasan gemuk dan

pelumasan minyak.

Pelumasan gemuk lebih disukai karena penyekatnya lebih sederhana, dan semua

gemuk yang bermutu baik dapat memberikan umur panjang. Cara umum untuk

penggemukkan adalah dengan mengisi dalam bantalan dengan gemuk sebanyak mungkin;

untuk ruangan yang cukup besar, jika harga d.n mendekati batas, 40 (%) dari seluruh ruangan

yang ada dapat diisi; untuk harga d.n yang lebih kecil, sebanyak 60 (%); untuk harga d.n yang

kurang dari 5000, pengisian gemuk agak berlebihan tidak menjadi keberatan.

Dalam perencanan ini pelumasan yang digunakan untuk bantalan adalah pelumasan

gemuk, sesuai dengan penjelasan diatas maka untuk menentukan jumlah gemuk yang harus

digunakan, harga d.n harus ditentukan terlebih dahulu. Berikut pemilihan pelumasan terhadap

masing-masing bantalan:

a. Bantalan pada poros transisi

Harga d.n dari poros ini adalah:

d.n = 22 x 2354 = 51788

karena harga d.n terlalu kecil, maka pelumasan dilakukan dengan mengisi gemuk 60 (%) dari

seluruh ruangan. Umur dari gemuk dapat ditentukan dengan menggunakan pedoman dibawah

ini:

45

Page 46: Honda Shogun

b. Bantalan pada poros output

Putaran pada poros ini adalah bervariasi dengan waktu, maka putaran yang digunakan

adalah putaran rata-rata yang telah dihitung pada perencanaan bantalan yaitu 1432 rpm,

maka harga d.n adalah

d.n = 30 x 14532 = 42960

karena harga d.n terlalu kecil, maka pelumasan dilakukan dengan mengisi gemuk 60 (%) dari

seluruh ruangan. Umur dari gemuk dapat ditentukan dengan menggunakan pedoman dibawah

ini:

BAB VI

KESIMPULAN

Kendaraan roda dua suzuki shogun yang berdaya maksimum 9,8 Hp / 9000 rpm

mempunyai 4 (empat) tingkatan kecepatan. Tingkatan kecepatan dari kendaraan ini diatur

dalam suatu kotak yang sering disebut dengan gear box. Gear box ini berisi pasangan roda

gigi yang berfungsi untuk pemindahan tingkatan kecepatan. Dalam gear box ini terdapat 4

(empat) pasang roda gigi, jika terjadi pemindahan tingkatan kecepatan maka salah satu

pasangan roda gigi akan saling terkait sementara yang lain akan terpisah.

Penerusan daya dan putaran dalam gear box ini dilakukan oleh roda gigi dan pinion

yang bersifat reduksi. Pengurangan putaran dilakukan agar piston dalam silinder tidak

46

Page 47: Honda Shogun

menerima beban kejut yang menyebabkan kerusakan terlalu cepat. Roda gigi dan pinion yang

digunakan untuk transmisi daya dan putaran dalam gear box adalah roda gigi lurus dengan

sudut tekan 20o

Pembebanan terhadap pasangan roda gigi dalam gear box dilakukan secara perlahan-

lahan dan dengan sedikit kejutan serta tumbukan. Penerusan daya melalui pasangan roda

gigi menghasilkan gaya radial antara roda gigi yang besarnya tergantung dari daya dan

putaran roda gigi. Gaya yang bekerja pada roda gigi ini di tahan oleh elemen mesin lain yaitu

bantalan yang berguna menetapkan poros pada tempatnya. Dalam perencanaan ini bantalan

yang dipilih adalah bantalan gelinding radial, pemilihan bantalan ini dikarenakan bantalan

gelinding radial mampu menahan beban radial yang besar dan sedikit beban aksial dan

bantalan ini juga mempunyai gesekan yang sangat kecil dengan elemen gelinding.

Pelumasan yang digunakan adalah pelumasan minyak untuk roda gigi dan pelumasan

gemuk untuk bantalan. Gemuk dari bantalan harus digantikan setiap 386,19 jam untuk

bantalan pada poros transisi dan setiap 465,55 jam untuk bantalan pada poros ouput.

D A F T A R P U S T A K A

Kamal Kumar, M.E, 1976. Machine Design, Data Book, Delhi.

MF. Spotts, 1978. Design of Machine Elemen, Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, New

Jersey.

Sularso dan Kyokatsu, 1987. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, PT. Pradnya

Paramita. Jakarta.

47

Page 48: Honda Shogun

Vallence, Alex dan venton Levy Doughtie, 1951. Design of Machine Members, Mc. Graw Hill

Book Company Inc, New York..

Lahey dan Debruijn, 1986. Ilmu Menggambar Bangunan Mesin, PT. Pradnya Paramita.

Jakarta.

Brosur Suzuki Shogun R, Banda Aceh, 2004.

48