hJ
-
Upload
elfanizar-yusandi -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of hJ
PAGE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan ini setiap orang pasti mengalami masalah maupun tekanan yang pada akhirnya saat koping individu tidak efektif lebih sering mengakibatkan terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang. Terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang mengakibatkan penyakit jiwa. Salah satu penyakit jiwa yang sering terjadi adalah Skizoprenia, yaitu merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana. (Maramis, 2004 : 215).Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronis, mengalami kekambuhan dengan manifestasi banyak dan tidak khas. Gejala skizofrenia dibagi dalam dua kategori utama, yaitu: gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup perilaku tidak teratur (perilaku kekerasan), serta gejala negatif atau gejala samar, seperti afek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri.Asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan adalah agar klien mampu mengontrol amarahnya, sehingga klien tidak merugikan dirinya, orang lain, maupun lingkungan. Tindakan yang sering dilakukan untuk mengontrol marah adalah dengan cara fisik I: nafas dalam, fisik II: memukul bantal atau kasur, cara verbal/sosial, cara spiritual, dan dengan bantuan obat.
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat, keluarga dan masyarakat. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien perilaku kekerasan, perawat melakukan intervensi keperawatan dengan pendekatan komunikasi terapeutik, dan membimbing klien untuk mengontrol amarahnya. Dari uraian di atas penulis akan mencoba memahami dan menjelaskan tentang penatalaksanaan keperawatan pasien dengan perilaku kekerasan.B. Tujuan Penulisan
1. T ujuan Umum
Setelah menyelesaikan kotrak belajar ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksananaan keperawatan pasien dengan resiko perilaku kekerasan.
2. Tujuan KhususSetelah tersusunnya laporan kontrak belajar ini, diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan tentang pengertian resiko perilaku kekerasanb. Menyebutkan etiologi resiko perilaku kekerasanc. Strategi dalam melakukan asuhan keperawatan dengan pasien dengan resiko perilaku kekerasand. Penatalaksanaan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasanBAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah UtamaRisiko perilaku kekerasan.B. Proses Terjadinya Masalah1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1998).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara dekstruktif (Yosef, 2011). Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang,diri sendiri baik secar fisik, emosional, dan atau seksual (Nanda, 2009).2. Tanda dan gejala
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar- mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda atau orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/ agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, dan berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, tidak peduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
C. Mekanisme sebab- akibat
1. Penyebab
Isolasi sosial: menarik diri
a. Pengertian: Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrabdan tidak menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1998).
b. Tanda dan Gejala
1) Apatis
2) Afek tumpul
3) Menghindar dari orang lain
4) Klien tampak memisahkan diri dengan orang lain
5) Komunikasi kurang
6) Kontak mata kurang
7) Berdiam diri
8) Kurang mobilitas2. Akibat
Risiko mencederai diri sendiri dan orang lain
a. Pengertian
Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapt membahayakan bagi keselamatan jiwanya maupun orang lain disekitarnya (Townsend, 1994)
b. Tanda dan gejala
1) Adanya peningkatan aktifitas motorik
2) Perilaku aktif ataupun destruktif
3) Agresif
D. Pohon MasalahResiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
Akibat
Resiko Perilaku kekerasan
Core problem
Isolasi sosial: menarik diri
Koping individu tidak efektif
PenyebabE. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu DikajiKlien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dan lain-lain. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan:
1. Data Subyektif:
a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2. Data Obyektif:
a. Mata merah, wajah agak merah.
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d. Merusak dan melempar barang-barang.F. Diagnosa Keperawatan1. Perilaku Kekerasan
2. Isolasi sosial: menarik diri3. Koping individu tidak efektif4. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
G. Fokus Intervensi1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
2) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
3) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
4) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
5) Klien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya.
6) Klien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, social, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya.
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik.
b) Berjabat tangan.
c) Menjelaskan tujuan interaksi.
d) Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali bertemu.
2) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.
3) Diskuikan perasaan klien jika terjadi perilaku kekerasan.
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social.
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
4) Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara:
a) Verbal.
b) Terhadap orang lain.
c) Terhadap diri sendiri.
d) Terhadap lingkungan.
5) Diskusikan bersama klien akibat perilakunya.
6) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Fisik: pukul kasur dan bantal, tarik napas dalam.
b) Obat.
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya.
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan klien.
7) Latih klien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latih latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal.
b) Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal.
8) Latih klien mengontrol perilaku kekerasan secara social/verbal.
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa.
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa.
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih klien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama klien, benar nama obat, benar cara minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti munim obat.
b) Susun jadwal minum obat secara teratur.
11) Ikut sertakan klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi mengontrol perilaku kekerasan.
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluargaa. Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah.
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, dan akibat dari perilaku tersebut).
3) Diskusikan bersama keluarga kondis-kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
4) Latih keluarga merawat klien dengan perilaku kekerasan.
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi klien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila klien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
d) Buat rencana pulang bersama keluarga.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWARuangan Rawat Jati
Tanggal Dirawat: 15 Juli 2012
Tanggal Pengkajian: 23 juli 2012A. IDENTITAS KLIEN
1. Inisial
: Tn.A (Laki-laki)
2. Umur
: 49 tahun
3. Pendidikan
: tamatan sekolah dasar (SD)4. Pekerjaan
: tukang ojek dan buruh pelabuhan5. Status perkawinan: menikah6. No.RMK : 01.00.727. Informan
: Klien dan Status Kesehatan KlienB. ALASAN MASUKMengamukC. FAKTOR PRESIPITASI
Klien sering keluyuran. Klien sudah keluyuran sejak tanggal 8 Juli 2012. Klien mengaku sering keluyuran ke hotel Prima (milik saudara klien) dan sering tidur disana. Klien mengatakan keluarga klien akan menjual rumah yang ditinggali klien saat ini di Jalan Batu Benawa. Rumah tersebut merupakan rumah peninggalan orang tua klien. Selain itu, klien sering marah-marah dengan tetangga klien karena sering mengejek klien yang pernah menjadi pasien di RS Jiwa sebelumnya. Namun, klien tidak pernah melakukan tindakan kekerasan dan tidak pernah melukai orang lain. Klien mengamuk karena klien merasa selalu diejek oleh tetangganya.D. FAKTOR PREDISPOSISI1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?Ya
Tidak2. Pengobatan sebelumnyaBerhasil Kurang berhasil
Tidak berhasil3. Trauma(tidak pernah)
Pelaku/UsiaKorban/UsiaSaksi/UsiaAniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Penjelasan:
Klien sebelumnya pernah dirawat di RS Jiwa di Surabaya tetapi saat pengkajian klien mengatakan tidak ingat lagi tahun berapa dirawat. Klien juga pernah sebelumnya dirawat di RS Jiwa Sambang Lihum namun klien juga lupa kejadiannya tahun berapa.Masalah keperawatan:
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan proses keluarga
Respon pasca trauma
Resiko perilaku kekerasan
Berduka disfungsional4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwaYa
Tidak
Hubungan keluargaGejala Riwayat pengobatan/perawaran
Saudara ayah
banyak diam
tidak berobatPenjelasan:
Terdapat anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa yaitu saudara dari ayah dengan gejala diam serta riwayat pengobatan/perawatan tidak pernah berobat.Masalah Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
Koping keluarga tidak efektif : Penurunan
Koping keluarga : potensial pertumbuhan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien pernah berkonflik dengan kedua adiknya. Masalah yang terjadi berhubungan dengan warisan dari orang tuanya. Hal ini yang menyebabkan klien marah-marah karena merasa tidak diberikan keadilan dalam hal pembagian warisan. Klien menganggap adiknya ingin menguasai hartanya.Masalah Keperawatan : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan proses keluarga
Respon pasca trauma Resiko perilaku kekerasanE. PEMERIKSAAN FISIK1. Tanda vital:
TD : 90/60 mmHgN : 83 x/menitR : 24x/menit
T: 37.5C2. Ukuran
:
TB : 168 cm
BB : 50 kg
3. Keluhan fisik: Ya
TidakPenjelasan:Klien tidak mempunyai keluhan fisik. Klien tampak makan dengan nasi, sayur dan lauk. Frekuensi makan 3x sehari. Klien mengalami penurunan nafsu makan semenjak masuk Rumah Sakit.BMI klien = 17.73 ( kategori kurusMasalah Keperawatan : Resiko gangguan suhu tubuh
Defisit volume cairan
Kelebihan volume cairan
Resiko infeksi
Ketidakseimbangan nutrisi < dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi > dari kebutuhan tubuh
Gangguan menelan Kerusakan integritas kulit
Kerusakan integritas jaringan
gangguan eliminasi fases
gangguan eliminasi urin
perubahan membrane mukosa oral
F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan:
= laki-laki
= saudara ayah yang sakit
= perempuan
= meninggal
= klien
= tinggal dalam satu rumah
Penjelasan:Klien tinggal bersama istri dan satu orang anak klien (13th) di rumah peninggalan orang tua klien. Jl. Batu Benawa. Klien memiliki dua orang adik tetapi tidak tinggal serumah. Saat ini istri dan anak klien di Surabaya di kampung halaman istri klien. Klien dengan kedua adiknya sedang terlibat konflik karena adiknya ingin menjual rumah peninggalan orang tua klien yang saat ini ditinggali klien.
Masalah Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
Koping keluarga tidak efektif : penurunan
Koping keluarga : potensial pertumbuhan
2. Konsep diri a Gambaran diri:Klien mengatakan senang dengan kakinya, karena klien tampak tinggi seperti ayahnya.b Identitas
:
Klien mengatakan sebagai laki-laki, klien senang bekerja sebagai tukang ojek dan buruh karena tetap mendapatkan uang dari pekerjaannya.c Peran
:Klien sebagai suami dari seorang istri dan ayah dari seorang anak dan klien merupakan anak tertua dari tiga bersaudara.
d Ideal diri
: Klien berharap tetangga klien dapat bersikap baik dengan dirinya sehingga tidak terjadi perkelahian lagi (perkelahian verbal).e Harga diri
: Penilaian klien terhadap dirinya baik karena klien masih dapat bekerja dan peran klien sebagai kepala keluarga baik. Namun, klien berharap dapat berbaikan dengan tetangga klien yang selama ini selalu mengejeknya.
Masalah Keperawatan : Gangguan citra tubuh
Gangguan identitas pribadi
Gangguan konsep diri
Harga diri rendah
3. Hubungan Sosiala Orang yang berarti :
Istri dan anak klien.b Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien masih dapat bersosialisasi dengan baik dengan masyarakat sekitar. Namun, klien sering beradu mulut dengan tetangga klien karena sering diejek tetangganya.
c Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain :Klien mudah marah dan tersinggung karena sering diejek tetangganya.Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal
Isolasi sosial Hambatan interaksi sosial
Perubahan performa peran4. Spirituala Nilai dan keyakinan :
klien beragama Islam (muslim).b Kegiatan ibadah :
klien masih dapat beribadah dan meyakini Allah SWT tetapi klien tidak rutin melakukan shalat 5 waktu selama di Rumah Sakit.Masalah Keperawatan : Distress spiritualG. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapiPenggunaan pakaian
Cara berpakaian tidak seperti
tidak sesuai
biasanya
Penjelasan:Klien tampak tidak rapi dalam berpakaian. Klien menyikat gigi secara rutin tetapi jarang mandi. Mandi 1x sehari setiap pagi.Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri : mandi, berpakaian2. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Inkoheren
Apatis
LambatMembisuTidak mampu memulai
Pembicaraan
Loghorea
EcholaliaPenjelasan:
Klien dapat menjawab pertanyaan perawat saat pengkajian dengan baik dan lancar. Klien bersuara dengan keras saat menjawab pertanyaan.
Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal3. Aktivitas Motorik:
Lesu
Tegang
Gelisah
Agitasi
TIK
Grimasen
Tremor
Kompulsif
Penjelasan:
Klien sering keluyuran saat masih di rumah. Di Rumah Sakit klien jarang keluyuran. Klien lebih suka beristirahat di tempat tidur.Masalah Keperawatan : Resiko cedera
Intoleransi aktivitas4. Alam perasaaan
Sedih
Ketakutan Putus asa
Khawatir Gembira berlebihan
Penjelasan:
Klien mengatakan khawatir dengan adiknya yang ingin menjual rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama ini. Klien mengatakan khawatir adiknya ingin menguasai seluruh harta warisan peninggalan orang tuanya.Masalah Keperawatan : Resiko cedera
Ansietas
Ketakutan
Ketidakberdayaan
Ketidakmampuan
Resiko membahayakan diri sendiri Ketidakefektifan koping individu
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Penjelasan :
Klien sangat mudah marah. Klien terdengar meninggikan suara ketika perawat bertanya mengenai masalah klien dengan adiknya terkait warisan.Masalah Keperawatan : Resiko cedera
Hambatan komunikasi
Perubahan performa peran6. lnteraksi selama wawancara
bermusuhan
Tidak kooperatif
Mudah tersinggung
Kontak mata (-)Defensif
Curiga
Penjelasan :Klien terlihat seperti menjaga jarak dengan perawat apalagi ketika masalah rumah tempat tinggal klien yang menjadi sumber masalah ditanyakan. Klien terlihat menutup diri ketika pembicaraan mengarah ke masalah klien dengan adiknya.Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal
Hambatan interaksi sosial
Resiko membahayakan diri sendiri Isolasi sosial
Resiko perilaku kekerasan
Perubahan performa peran
7. Persepsi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Penjelasan :
Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan serta melihat bayangan tertentu baik saat di rumah sebelum klien sakit atau setelah klien masuk rumah sakit.Klien tidak merasa ada perbedaan pada anggota tubuhnya yang menimbulkan kelainan sensori/persepsi.
Masalah Keperawatan : Gangguan sensoris / persepsi
8. Proses Pikir
sirkumtansial
tangensial
kehilangan asosiasi
flight of idea
blocking
pengulangan pembicaraan/persevarasiNeologismePenjelasan :
Pemikiran klien tampak tidak ada masalah. Pembicaraan klien terjalin dua arah tanpa hambatan yang berarti selama interaksi.Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir9. Isi Pikir
Obsesi
Fobia
Hipokondria
depersonalisasiide yang terkaitpikiran magis
Waham
Agama
Somatik
Kebesaran Curiga
nihilisticsisip pikir
Siar pikir Kontrol pikir
Penjelasan :Klien mengatakan selalu memikirkan masalah kelakuan adiknya yang ingin menjual rumah tempat tinggalnya walaupun klien selalu berusaha menghilangkan pikiran tersebut.Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir10. Tingkat kesadaran
bingung
sedasi
stupor
Disorientasi
waktu
tempat
orang
Penjelasan :
Tingkat kesadaran Composmentis, orientasi klien terhadap waktu, tempat dan orang baik.Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
Resiko cedera11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Penjelasan :Memori klien baik. Klien dapat mengingat kegiatan klien saat akan masuk RS. Ingatan jangka pendek klien juga baik. Klien dapat mengingat kegiatan klien kemarin.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Penjelasan :
Konsentrasi klien mudah dialihkan. Klien dapat mengurutkan hari dari senin hingga minggu dan dapat mengurutkan dari minggu ke senin.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
Isolasi sosial13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Penjelasan :
Penilaian klien terganggu. Tampak klien berprasangka buruk terhadap kedua adiknya. Klien selalu mengatakan adiknya jahat karena ingin menjual rumah tempat tinggalnya sekarang karena ingin menguasai harta warisan orang tuanya.Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinyaPenjelasan :
Klien mengingkari bahwa dirinya sedang mengalami masalah kejiwaan. Klien mengatakan keadaanya tanpa masalah dan baik-baik saja.Masalah Keperawatan : Ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik
Ketidakpatuhan (resiko tinggi)
Gangguan proses pikirH. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG1. Makan
Bantuan minimal
Bantuan totalPenjelasan :
Klien dapat makan secara mandiri. Klien dapat menghabiskan makanan yang disediakan. Namun, porsi makan klien berkurang dari saat klien masih di rumah.2. BAB/BAK
Bantuan minimal
Bantual total
Penjelasan :
Klien dapat melakukan kebutuhan eliminasi sendiri dan tidak terjadi inkontinensia.3. Mandi
Bantuan minimal
Bantuan total
Penjelasan :
Klien mandi secara mandiri. Namun, klien jarang mandi hanya 1x sehari.4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal
Bantual total
Penjelasan :
Baju klien tampak belum diganti. Klien mengatakan senang dengan baju yang berwarna biru.5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama: 13.00 s/d 15.00 ( + 2 jam)
Tidur malam lama : 21.00 s/d 05.00 ( + 8 jam)
Kegiatan sebelum/sesudah tidur (tidak ada kegiatan khusus sebelum tidur)Penjelasan :
Tidak ada gangguan tidur pada pasien. Durasi tidur sekitar 10 jam sehari.6. Penggunaan obat
Bantuan minimal
Bantual total
Penjelasan :
Klien tampak dapat minum obat dengan bantuan minimal seperti mengingatkan jadwal rutin klien minum obat.7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan
Ya
tidak
Perawatan pendukung
Ya
tidak
Penjelasan :
Klien pernah dirawat di RS Jiwa di Surabaya. Namun, keluar karena masalah biaya. Klien dimasukkan kembali ke RS Jiwa oleh kedua adiknya karena sering marah-marah.8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan
Ya
tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya
tidak
Mencuci pakaian
Ya
tidak
Pengaturan keuangan
Ya
tidak
Penjelasan :
Klien tidak pernah melakukan kegiatan di rumah. Istri klien yang melakukan kegiatan di rumah.9. Kegiatan di luar rumah
Belanja
Ya
tidak
Transportasi
Ya
tidak
Lain-lain
Ya
tidak
Penjelasan :
Klien bekerja sebagai tukang ojek dan buruh pelabuhan.
Masalah Keperawatan : Gangguan pemeliharaan kesehatan
Gangguan eliminasi
Defisit perawatan diri
Gangguan nutrisi
Gangguan pola tidur
Ketidak efektifan penatalaksanan program terafetik
Ketidakpatuhan
Konflik pengambilan keputusanI. MEKANISME KOPING
Adaptif
Maladaptif
Bicara dengan orang lain
Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah
reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi
bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif
menghindar
Olahraga
mencederai diri
Lainnya
Lainnya
Penjelasan :
Dulu klien sering bicara dengan orang lain apabila ada masalah yang klien hadapi. Namun, klien juga suka minum alkohol sebagai pelarian dalam klien menghadapi masalah yang dihadapi.Masalah Keperawatan : gangguan penyesuaian diri
koping individu tidak efektifJ. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN:
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifikKlien jarang berinteraksi dengan teman di ruangan. Namun, klien mengenal beberapa pasien lain di ruangan.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik Klien mengatakan bermasalah dengan tatangganya karena tetangganya sering mengejek bahwa klien pernah masuk RS Jiwa di Surabaya.
Masalah dengan pendidikan, spesifik Klien hanya sampai tamatan sekolah dasar (SD).
Masalah dengan pekerjaan, spesifik Klien bekerja sebagai tukang ojek dan buruh pelabuhan.Masalah dengan perumahan, spesifik Klien mengatakan bermasalah dengan lingkungan rumah yaitu tetangganya yang selalu mengejek klien karena pernah dirawat di RS Jiwa.
Masalah ekonomi, spesifik
Klien bekerja untuk menafkahi istri dan menyekolahkan anaknya. Klien tidak memiliki rumah. Saat ini klien tinggal di rumah peningggalan orang tuanya.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifikKlien datang ke puskesmas bila terjadi masalah kesehatan.
Masalah lainnya, spesifik
tidak ada.Masalah Keperawatan : Gangguan pemeliharaan kesehatan
Gangguan konsep diri
Ketidak berdayaan
Ketidak mampuan
Konflik peran menjadi orang tua
Sindrom stres akibat pindahK. KURANG PENGETAHUAN TENTANG:
Penyakit jiwa
system pendukung
Faktor presipitasi
penyakit fisik
Koping
obat-obatan
Lainnya : tidak adaPenjelasan:
Klien memerlukan pengetahuan tentang kesehatan jiwa, faktor presipitasi dalam kesehatan jiwa serta koping dalam menghadapi masalah yang sedang dialami oleh klien menyangkut masalah dengan kedua adiknya tentang warisan.Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan penatalaksanan program terapetik
Ketidakpatuhan
Defisit pengetahuan (uraikan)L. ASPEK PENUNJANG
Diagnosa Medik :
F.20.5 (Skizofrenia residual)Hasil Laboratorium : tanggal 15 Juli 2012PemeriksaanHasilNilai RujukanSatuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin13.213,0 16,0g/dl
Eritrosit4.74,5 5,5juta/l
Leukosit9.205,0 10,0ribu/l
Hematokrit45 55vol%
Trombosit150 400ribu/l
KIMIA HATI
SGOT360-46U/l
SGPT220-45U/l
Gula Darah Sewaktu< 200mg/dl
KIMIA GINJAL
Ureum2210-50mg/dl
Creatinin0.7-1.4mg/dl
LAIN-LAIN
HBsAg
negatifNegatif
Terapi Medik yang diberikan pada Tn.A :
CPZ (Cepezet: Klorpromazin hidroklorida 100 mg:3 x 100 mg
HLP (Haldol: haloperidol 5 mg
:3 x 10 mg
THP (Trihexsipenidil) 2 mg
:3 x 2 mg
Clorilex (clozapine) 25 mg
:3 x 25 mg
Elizac (fluoxetine) 20 mg
:1 x 20 mg
Lodomer (haloperidol) 5 mg
: 1 x 5 mg
Laxadine (k/p)
M. ANALISA DATAData MaladaftifMasalah Keperawatan
DS:
Klien mengatakan sering marah-marah dengan tetangganya
Klien mengatakan sering bertengkar dengan keluarga
Klien mengatakan adiknya jahat
DO:
Klien tampak tegang ketika menceritakan masalahnya
Klien tampak mudah marah dan tersinggung
Klien selalu berprasangka buruk terhadap adiknyaRisiko Perilaku Kekerasan
DS:
Klien mengatakan sering berkelahi mulut dengan tetangganya
Klien mengatakan sering marah-marah
DO:
Klien tampak mudah marah dan tersinggung Klien selalu berprasangka buruk terhadap adiknyaRisiko menciderai diri sendiri dan orang lain
DS:
Klien mengatakan terkadang mengkonsumsi alkohol Klien mengatakan khawatir adiknya ingin menguasai seluruh harta warisan peninggalan orang tuanyaDO:
Klien tampak dengan adiknya yang ingin menjual rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.Ketidakefektifan koping individu
DS:
Klien mengatakan tidak mendapat dukungan dari keluargaDO:
Klien dengan kedua adiknya sedang terlibat konflik karena adiknya ingin menjual rumah peninggalan orang tua klien yang saat ini ditinggali klien.Koping keluarga tidak efektif: penurunan
DS:
Klien mengatakan kurang nafsu makan dari sebelumnya
DO:
BMI klien = 17.73 ( kategori kurus
Porsi makan klien tampak berkurang.Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
N. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Risiko perilaku kekerasan2. Ketidakefektifan koping individu3. Ketidakefektifan koping keluarga: penurunan4. Risiko menciderai diri sendiri dan orang lain5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
O. POHON MASALAH
P. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
1. Risiko perilaku kekerasan
2. Ketidakefektifan koping individu
3. Risiko menciderai diri sendiri dan orang lainQ. TAHAP PENANGANAN KLIEN
1. Skor Kategori Klien
: Kategori II : skor 57 ( maintenance2. Tahap Penanganan Fase: Akut3. Tujuan Pengobatan
: Remisi4. Pengkajian Keperawatan: Gejala dan respon koping5. Intervensi Keperawatan: Terlampir6. Hasil yang Diharapkan: Klien dapat mengontrol marahnyaGambut, 4 Agustus 2012
Pelaksana Pengkajian
Ners MudaNers Muda Kelompok CRENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
RSMM Bogor
Nama Klien: Tn.A
Dx Medis: F.20.5 (Skizofrenia residual)
No.RMK: 01.00.72
Ruangan: Ruang Jati
No. DxDx KeperawatanPerencanaan
TujuanKriteria EvaluasiIntervensiRasional
Risiko Perilaku KekerasanTUM:
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
1. Klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat:
Wajah cerah, tersenyum
Mau berkenalan
Ada kontak mata
Bersedia menceritakan perasaan1. Bina hubungan saling percaya dengan:
Beri salam setiap berinteraksi.
Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi
Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
Buat kontrak interaksi yang jelas
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien Hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya
TUK 2:
Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya 2. Klien mampu menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya:
Menceritakan penyebab perasaan jengkel/kesal baik dari diri sendiri maupun lingkungannya2. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya:
Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya
Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien
Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif
TUK 3:
Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan3. Klien mampu menceritakan tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasan
Tanda fisik : mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain.
Tanda emosional : perasaan marah, jengkel, bicara kasar.
Tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan.
3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya:
Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi
Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosional) saat terjadi perilaku kekerasan
Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat terjadi perilaku kekerasanPengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan
TUK 4:
Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya4. Klien mampu menjelaskan:
Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukannya
Perasaannya saat melakukan kekerasan
Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah4. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini:
Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya.
Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi
Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi.Mengetahui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk intervensi
TUK 5:
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan5. Klien mampu menjelaskan akibat tindak kekerasan yang dilakukannya
Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll
Orang lain/keluarga : luka, tersinggung, ketakutan, dll
Lingkungan : barang atau benda rusak dll.5. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada:
Diri sendiri
Orang lain/keluarga
LingkunganMemudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan
TUK 6:
Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan6. Klien mampu menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah6. Diskusikan dengan klien:
Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat
Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien.
Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah:
Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain.
Sosial: latihan asertif dengan orang lain.
Spiritual: sembahyang / doa, zikir, meditasi, dsb.Dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien
TUK 7:Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan7. Klien mampu memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan:
Fisik: tarik nafas dalam, memukul bantal/kasur
Verbal: mengungkapkan perasaan kesal/jengkel pada orang lain tanpa menyakiti
Spiritual: zikir/doa, meditasi sesuai agamanya7. 1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.
7.2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih:
Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih.
Jelaskan manfaat cara tersebut
Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan.
Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
7.3. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkelMemotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
TUK 8:
Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan8. Keluarga mampu:
Menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan
Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien8.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan.
8.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan
8.3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.
8.4. Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan)
8.5. Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
8.6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
8.7. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan.
Menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan perilaku klien, memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien
TUK 9:Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan9.1. Klien mampu menjelaskan:
Manfaat minum obat
Kerugian tidak minum obat
Nama obat
Bentuk dan warna obat
Dosis yang diberikan kepadanya
Waktu pemakaian
Cara pemakaian
Efek yang dirasakan
9.2. Klien mampu menggunakan obat sesuai program
9.1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat
9.2. Jelaskan kepada klien:
Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
Dosis yang tepat untuk klien
Waktu pemakaian
Cara pemakaian
Efek yang akan dirasakan klien
9.3. Anjurkan klien:
Minta dan menggunakan obat tepat waktu
Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa
Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.Memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1)
Pertemuan ke-: 1
Kondisi Klien
Klien sering marah-marah, tampak tegang, dapat berkomunikasi dengan baik, interaksi dengan orang lain kurang, rambut klien tampak acak-acakan
Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menyebutkan penyebab, tanda dan gejala PK, PK yang dilakukan, serta akibat PK
3. Klien dapat mendiskusikan cara mengontrol PK
4. Klien dapat melatih cara, mengontrol PK dengan cara fisik I: nafas dalam
5. Klien dapat memasukkan jadwal kegiatan harian
Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. SP 1:a. Mengidentifikasi penyebab PKb. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
d. Mengidentifikasi akibat PK
e. Mengajarkan cara mengontrol PK
f. Melatih pasien cara kontrol PK fisik I (nafas dalam).g. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Assalamualaikum, selamat pagi pak. Perkenalkan nama saya P. Saya mahasiswa keperawatan UNLAM. Dengan bapak A ya?, bapak senang dipanggil dengan sebutan apa? Hari ini saya dinas pagi mulai jam 08.00-14.00. Saya akan merawat bapak dari hari ini hingga hari Sabtu nanti.
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana kabar bapak hari ini?
3. Kontrak : Topik, Waktu, Tempat
Bagaimana kalau hari ini kita berbincang-bincang? Nanti bapak bisa menceritakan perasaan yang mengganggu bapak saat ini? Tentang perasaan marah bapakselain itu saya juga akan mengajarakan bapak cara melakukan nafas dalam untuk mengontrol marah bapakBerapa lama bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Bapak mau kita berbicang dimana? Di sini saja atau di luar?
KERJA
Hal apa yang membuat bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah marah seperti ini? Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah marah yang dulu bapak alami sama dengan yang sekarang?
Bila penyebab marah itu datang? Apa yang bapak rasakan? (tunggu respon klien)
Apakah bapak akan merasa tegang, berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Atau bapak akan minum alkohol?Menurut bapak adakah cara yang efektif untuk meredakan kemarahan bapak? Apakah bapak mau belajar cara mengontrol marah bapak? Tidak sulit pak.
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengontrol marah. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Bila bapak sudah dapat melakukan dan menerapkan cara yang pertama, kita akan belajar cara selanjutnya.
Salah satu cara yang paling mudah untuk mengontrol marah adalah dengan melakukan nafas dalam. Begini caranya pak, tarik nafas dalam lewat hidung, diamkan sebentar, kemudian hembuskan perlahan lewat mulut. Lakukan selama 5 kali ya pak, atau sampai bapak merasa nyaman.
Nah, sekarang silahkan bapak mencoba ya Selain itu, apa yang bapak lakukan? (tunggu respon klien). Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
TERMINASI
1. Evaluasi Respon Klien terhadap Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi klien (subjektif)
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang mengenai kemarahan bapak?Bagaimana pak? Apakah marah bapak dapat berkurang dengan latihan tadi?
b. Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
Jadi apa yang menyebabkan bapak marah? . (sebutkan) dan apa yang bapak rasakan? .. (sebutkan) sehingga apa yang bapak lakukan? . (sebutkan) serta apa
akibatnya.. (sebutkan)Jadi bagaimana cara melakukan nafas dalam tadi pak?
Latihan tadi dapat dilakukan berapa kali pak? (sebutkan)
2. Tindak Lanjut Klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah dilakukan)
Selama saya tidak ada, coba bapak ingat kembali penyebab marah bapak yang lalu, apa saja yang bapak lakukan apabila marah?
Nah bapak, saya tadi sudah mnegajarkan bagaimana melakukan nafas dalam. Besok kita bertemu lagi untuk mengevaluasi hasil latihan nafas dalam bapak.3. Kontrak yang akan Datang (Topik, Waktu, Tempat)
Baiklah pertemuan hari ini kita akhiri dulu. Besok sekitar jam 10.00. Nah, setelah bapak bisa melakukannya bapak bisa memasukkan latihan bapak kedalam kegiatan harian
Bapak maunya dimana? Di sini lagi ya pak?
Terima kasih bapak untuk waktunya hari ini dan kerjasamanya. Bapak sangat kooperatif sekali. Wassalamualaikum
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 2)
Pertemuan ke-: 2Kondisi Klien
Klien dapat berkomunikasi dengan lancar, Rambut acak-acakan, mengenakan baju yang kemarin, dan mengenakan sepatu.
Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat melakukan nafas dalam
3. Klien dapat mengontrol PK denga cara fisik II: pukul bantal atau kasur
4. Klien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. SP 2:
a. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol PK dengan nafas dalam
b. Mengontrol PK dengan cara fisik II: pukul bantal atau kasur
c. Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Assalamualaikum, sesuai dengan janji saya kemarin, hari ini kita bincang-bincang lagi ya pak
Masih ingat dengan nama saya pak?
Terima kasih kalau bapak masih ingat
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?
3. Kontrak : Topik, Waktu, Tempat
Baiklah, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua?
Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit ya pak seperti janji saya kemarin?
Dimana kita bincang-bincang pak? Bagaimana kalau di tempat ini saja?
KERJA
Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam bapak dapat melakukan pukul bantal atau kasur.
Sekarang mari kita latihan memukul bantal atau kasur. Jadi, nanti kalau bapak kesal dan ingin marah lampiaskan kemarahan bapak dengan memukul bantal atau kasur. Nah, coba bapak lakukan, pukul bantal atau kasur. Ya, bagus sekali bapak melakukannya.
Kekesalan lampiaskan ke bantal atau kasur ya pak,
Nah, cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya ya pak.
TERMINASI
1. Evaluasi Respon Klien terhadap Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi klien (subjektif)
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?
b. Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi, bagus!
2. Tindak Lanjut Klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah dilakukan)
Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul bantal atau kasur mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 06.00 pagi dan jam 15.00 sore. Kalau misalnya sewaktu-waktu bapak marah, gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul bantal atau kasur serta tarik nafas dalam ini?
3. Kontrak yang akan Datang (Topik, Waktu, Tempat)
Besok pagi kita bertemu lagi ya pak, kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Wassalamualaikum.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 3)
Pertemuan ke-: 3Kondisi Klien
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, rambut acak-acakan, mengenakan baju baru, dan mengenakan sendal.
Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat melakukan nafas dalam dan memukul bantal serta kasur
3. Klien dapat mengontrol PK denga cara verbal
4. Klien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. SP 3:
a. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol PK dengan nafas dalam dan memukul bantal serta kasur
b. Mengontrol PK dengan cara verbal
c. Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Assalamualaikum, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang kita bertemu lagi ya pak
Masih ingat dengan nama saya pak? Terima kasih kalau bapak masih ingat
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan nafas dalam dan pukul bantal dan kasur?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.
Bagus. Nah, kalau nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan perawat baru ditulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah, kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan.
3. Kontrak : Topik, Waktu, Tempat
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat ini?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah disalurkan melalui nafas dalam dan pukul kasur atau bantal, serta sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada 3 caranya pak:
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar.
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: maaf, saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada yang dikerjakan. Coba bapak lakukan. Bagus pak
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakukan orang lain yang membuat bapak kesal, dengan mengatakan saya ingin marah karena perkataanmu itu. Coba bapak lakukan, bagus pak
TERMINASI
1. Evaluasi Respon Klien terhadap Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi klien (subjektif)
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?
b. Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari tadi?
2. Tindak Lanjut Klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah dilakukan)
Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya sekarang kan pak?
Coba bapak masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya pak!
3. Kontrak yang akan Datang (Topik, Waktu, Tempat)
Besok pagi kita bertemu lagi ya pak, kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Tempatnya mau dimana pak? Di sini saja bagaimana? Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Wassalamualaikum.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 4)
Pertemuan ke-: 4Kondisi Klien
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, rambut tidak terawat, mengenakan baju baru yang diganti, dan mengenakan sendal.
Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengontrol PK dengan cara fisik I, II, dan verbal
3. Klien dapat mengontrol PK denga cara spiritual
4. Klien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. SP 4:
a. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol PK dengan nafas dalam, memukul bantal serta kasur, dan cara verbal
b. Mengontrol PK dengan cara spiritual
c. Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Assalamualaikum, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang kita bertemu lagi ya pak, baiklah, yang mana yang mau dicoba terlebih dahulu pak?
Masih ingat dengan nama saya pak? Terima kasih kalau bapak masih ingat
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan tindakan teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya pak?
3. Kontrak : Topik, Waktu, Tempat
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mengontrol rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah?Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat ini?Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit seperti janji kita kemarin?
KERJA
Pak, biasanya kegiatan ibadah yang bapak lakukan apa? kegiatan mana yang mau kita coba sekarang pak?
Kalau misalnya bapak sedang marah dalam posisi berdiri, sebaiknya bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika masih belum bisa rebahkan badan agar merasa lebih rileks. Jika masih belum bisa juga, ambil air wudhu dan shalat sunat seperti yang bapak jelaskan tadi.
Bapak bisa melakukannya secara teratur untuk menghilangkan rasa marahnya.
TERMINASI
1. Evaluasi Respon Klien terhadap Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi klien (subjektif)
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol marah dengan berwudhu dan shalat sunat tadi?
b. Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
Jadi, sudah ada berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari pak?
2. Tindak Lanjut Klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah dilakukan)
Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak shalat sunat?Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat dilakukan jika bapak marah?
3. Kontrak yang akan Datang (Topik, Waktu, Tempat)
Besok pagi kita bertemu lagi ya pak, kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan patuh minum obat, bapak setuju? Tempatnya mau dimana pak? Di sini saja bagaimana? Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Wassalamualaikum.STRATEGI PELAKSANAAN (SP 5)
Pertemuan ke-: 5Kondisi Klien
Klien sadang duduk santai di tempat tidur. Klien memakan baju seragam kecokelatan. Suasana cukup tenang.Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku kekerasan
Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien
2. Klien dapat memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya (latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat)3. Klien dapat menjelaskan cara kontrol PK dengan minum obat (prinsip 5 benar minum obat).
4. Klien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. SP 5:
a. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol PK dengan nafas dalam, memukul bantal serta kasur, cara verbal serta dengan spiritual.
b. Menjelaskan cara kontrol PK dengan minum obat (prinsip 5 benar minum obat).
c. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
4. Salam Terapeutik
Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi5. Evaluasi/validasi
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya.6. Kontrak : Topik, Waktu, Tempat
Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menitKERJA
Bapak sudah dapat obat dari dokter?
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!
Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu.
Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu
Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!
Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.
Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.TERMINASI
4. Evaluasi Respon Klien terhadap Tindakan Keperawatan
c. Evaluasi klien (\subjektif)
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?
d. Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?
5. Tindak Lanjut Klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah dilakukan)
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya.
6. Kontrak yang akan Datang (Topik, Waktu, Tempat)
Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpaANALISA PROSES INTERAKSI
Identitas Klien
: Tn. A
Bangsal
: Jati
Sasaran Komunkasi: Pasien (Tn. A)
Lingkungan
: Di dalam ruang Jati, suasana ramai
Deskripsi Klien: Wajah pasien tampak tegang, pasien kadang marah
Tujuan komunikasi: Membina hubungan saling percaya, mengontrol amarah dengan cara nafas dalam
Hari/ Tanggal/ Jam: Selasa/24 Juli 2012/10.00
P: Perawat
K: Klien
Komunikasi VerbalKomunikasi non VerbalAnalisa Berpusat Pada PerawatAnalisa Berpusat Pada KlienRasional
(1)(2)(3)(4)(5)
P : Assalamualaikum, selamat pagi pa A?
K : Pagi
P : Kontak mata (+), memandang pasien dengan ramah, badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), tersenyum kepada perawatPerawat senang atas tanggapan pasienPasien terlihat tenang, pasien sedang duduk di atas tempat tidurMemulai percakapan dengan kalimat pembuka salah satu cara yang efektif untuk BHSP
P : Perkenalkan nama saya perawat P. Saya akan merawat bapak dari hari ini sampai hari sabtu. Benar dengan Tn. A?
K : Iya, sayua Tn. A
P : Tersenyum, menjulurkan tangan untuk berjabat tagan
K : Kontak mata (+), menjulurkan tangan dengan perawatPerawat tenang dan berkomunikasi dengan lancarPasien terlihat mau menerima perawat dengan terbukaIdentitas merupakan tindakan keperawatan yang penting untuk BHSP
P : Bapak senang saya panggil siapa?
K : Panggil A saja
P : Bagaimana kabar bapak hari ini?
K : Baik
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+)
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+)Perawat tenang
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancarPasien terlihat tenang
Pasien tampak tenangPerhatian merupakan tindakn untuk meningkatkan BHSP dan menandakan kesungguhan perawat
P : Baiklah, kita berbincang-bincang sekitar 10 menit di tempat ini, bagaimana pak, bersedia?
K : Iya
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+)Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancarPasien tampak tenangKontrak pertemuan merupakan hal yang penting dalam BHSP
P : Apa yang menyebabkan bapak suka marah-marah?
K : Saya diejek tetangga saya karena saya pernah masuk rumah sakit jiwa sebelumnya, selain itu adik saya juga ingin menjual rumah warisan orang tua saya, kalau dijual saya tinggal dimana?
P : Selain itu apa lagi yang membuat bapak marah?
K : adik saya tiba-tiba membawa saya ke sini padahal saya tidak mengamuk dan tidak merusak barang-barang di rumah
P : apa tanda-tanda bapak marah?
K : biasanya tangan saya menggenggam, mata saya melotot, dan jantung saya
P : kalau bapak marah seperti itu apa akbibat yang bapak rasakan?
K : orang-orang jadi menjauhi saya dan adik saya jadi membawa sayake sini
P : Apa saja yang pernah bapak lakukan selama barak marah?
K : saya pernah mengamuk, dan marah-marah tanpa alasan yang jelas
P : bapak mau tidak kalau saya ajarkan cara mengontrol marah dengan cara menarik nafas dalam supaya marah bapak bisa terkontrol?
K :bagaimana caranya?
P :Caranya seperti ini, tarik nafas lewat hidung, diamkan selama 3 detik, lalu hembuskan secara perlahan lewat mulut secara perlahan seperti bersiul ya pak
K :o..mudah saja ya, saya bisa melakukannya
P : nah, bagus pak..kalau misalnya bapak merasa marah, lakukan nafas dalam seperti tadi ya pak, bapak bagus sudah bisa melakukannya
K :iya, saya akan mencoba melakukannya kalau saya merasa marah
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara meningkat, wajah tampak tegang
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara meningkat, wajah tampak tegang
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara meningkat, wajah tampak tegang
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara mulai menurun
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara mulai meninggi
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara menurun
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara menurun
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+)
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Pasien tampak terlihat tegang menceritakan masalahnya
Pasien masih terlihat tenang
Pasien masih terlihat tegang
Pasien terlihat tenang
Pasien masih terlihat tegang
Pasien masih terlihat tegang
Pasien masih terlihat tegang
Pasien tampak tenang
Memulai BHSP dengan cara menggali permasalahan awal yang dialami pasien
P :baiklah pak, sudah 10 menit kita berbincang-bincang, cukup sekian dulu ya pak, besok kita sambung lagi bincang-bincangnya untuk mempelajari cara mengentrol marah dengan cara memukukl bantal atau kasur, bagaimana pak, bersedia?
K : iya, saya mau
P : tempatnya di sini saja ya pak, jam 10 pagi seperti ini
K : iya
P : terima kasih ya pak, saya permisi selamat pagi
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara mulai menurun
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara mulai meninggi
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Pasien tampak terlihat tegang menceritakan masalahnya
Pasien masih terlihat tenang
Pasien masih terlihat tegang
Kontrak selanjutnya diperlukan untuk mengingatkan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan selanjutnya dan meningkatkan BHSP
ANALISA PROSES INTERAKSI
Identitas Klien
: Tn. A
Bangsal
: Jati
Sasaran Komunkasi: Pasien (Tn. A)
Lingkungan
: Di dalam ruang Jati, suasana ramai
Deskripsi Klien: Wajah pasien tampak tegang, pasien kadang marah
Tujuan komunikasi: Membina hubungan saling percaya, mengontrol amarah dengan cara memukul bantal atau kasur
Hari/ Tanggal/ Jam: Rabu/25 Juli 2012/10.00
P: Perawat
K: Klien
Komunikasi VerbalKomunikasi non VerbalAnalisa Berpusat Pada PerawatAnalisa Berpusat Pada KlienRasional
(1)(2)(3)(4)(5)
P : Assalamualaikum, selamat pagi pa A?
K : Pagi
P : Kontak mata (+), memandang pasien dengan ramah, badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), tersenyum kepada perawatPerawat senang atas tanggapan pasienPasien terlihat tenang, pasien sedang duduk di atas tempat tidurMemulai percakapan dengan kalimat pembuka salah satu cara yang efektif untuk BHSP
P : masih ingt dengan nama saya?
K : Iya, masih ingat
P : Tersenyum, menjulurkan tangan untuk berjabat tagan
K : Kontak mata (+), menjulurkan tangan dengan perawatPerawat tenang dan berkomunikasi dengan lancarPasien terlihat mau menerima perawat dengan terbukaIdentitas merupakan tindakan keperawatan yang penting untuk BHSP
P : Bagaimana kabar bapak hari ini? Seperti janji saya kemarin hari ini kita bertemu lagi untuk membicarakan cara mengontrol marah dengan cara kedua yaitu pukul bantal atau kasur, bagaimana bapak bersedia?
K : iya, saya bersedia
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+)
Perawat tenang
Pasien terlihat tenang
Perhatian merupakan tindakn untuk meningkatkan BHSP dan menandakan kesungguhan perawat
P : Baiklah, kita berbincang-bincang sekitar 10 menit di tempat ini, bagaimana pak, bersedia?K : Iya
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+)Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancarPasien tampak tenangKontrak pertemuan merupakan hal yang penting dalam BHSP
P : Bapak masih ingat cara melakukan nafas dalam seperti yang saya ajarkan kemarin?K : iya, saya masih ingat, begini kan caranya?
P : nah, bagus pak, sekarang saya akan mengajarkan cara mengontrol cara marah yang kedua yaitu pukul bantal atau kasur, bisa bapak contohkan sekarang?
K : iya, saya bisa melakaukannya
P : nah, bagus pak..kalau misalnya bapak merasa marah, pukul bantal atau kasur supaya bapak tidak melukai orang lain
K :iya, saya akan mencoba melakukannya kalau saya merasa marah
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), pasien tampak tenang
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), pasien tampak tenang
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara meningkat, wajah tampak tegang
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Pasien tampak terlihat tegang menceritakan masalahnya
Pasien masih terlihat tenang
Pasien masih terlihat tenang
Mengajarkan cara mengontrol marah agar pasien dapat mengontrol marah secara asertif
P :baiklah pak, sudah 10 menit kita berbincang-bincang, cukup sekian dulu ya pak, besok kita sambung lagi bincang-bincangnya untuk mempelajari cara mengontrol marah dengan cara berbicara baik, bagaimana pak, bersedia?
K : iya, saya mau
P : tempatnya di sini saja ya pak, jam 10 pagi seperti ini
K : iya
P : terima kasih ya pak, saya permisi selamat pagi
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara mulai menurun
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara mulai meninggi
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Pasien tampak terlihat tegang menceritakan masalahnya
Pasien masih terlihat tenang
Pasien masih terlihat tegang
Kontrak selanjutnya diperlukan untuk mengingatkan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan selanjutnya dan meningkatkan BHSP
ANALISA PROSES INTERAKSI
Identitas Klien
: Tn. A
Bangsal
: Jati
Sasaran Komunkasi: Pasien (Tn. A)
Lingkungan
: Di dalam ruang Jati, suasana ramai
Deskripsi Klien: Wajah pasien tampak tegang, pasien kadang marah
Tujuan komunikasi: Membina hubungan saling percaya, mengontrol amarah dengan cara verbal
Hari/ Tanggal/ Jam: Kamis/26 Juli 2012/10.00
P: Perawat
K: Klien
Komunikasi VerbalKomunikasi non VerbalAnalisa Berpusat Pada PerawatAnalisa Berpusat Pada KlienRasional
(1)(2)(3)(4)(5)
P : Assalamualaikum, selamat pagi pa A?
K : Pagi
P : Kontak mata (+), memandang pasien dengan ramah, badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), tersenyum kepada perawatPerawat senang atas tanggapan pasienPasien terlihat tenang, pasien sedang duduk di atas tempat tidurMemulai percakapan dengan kalimat pembuka salah satu cara yang efektif untuk BHSP
P : masih ingat dengan nama saya?
K : Iya, masih ingat
P : Tersenyum, menjulurkan tangan untuk berjabat tagan
K : Kontak mata (+), menjulurkan tangan dengan perawatPerawat tenang dan berkomunikasi dengan lancarPasien terlihat mau menerima perawat dengan terbukaIdentitas merupakan tindakan keperawatan yang penting untuk BHSP
P : Bagaimana kabar bapak hari ini? Seperti janji saya kemarin hari ini kita bertemu lagi untuk membicarakan cara mengontrol marah dengan cara ketiga yaitu bicara baik dengan orang yang membuat bapak marah, bagaimana bapak bersedia?
K : iya, saya bersedia
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+)
Perawat tenang
Pasien terlihat tenang
Perhatian merupakan tindakn untuk meningkatkan BHSP dan menandakan kesungguhan perawat
P : Baiklah, kita berbincang-bincang sekitar 10 menit di tempat ini, bagaimana pak, bersedia?K : Iya
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+)Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancarPasien tampak tenangKontrak pertemuan merupakan hal yang penting dalam BHSP
P : Bapak masih ingat cara melakukan nafas dalam dan memukul bantal seperti yang saya ajarkan kemarin jika bapak merasa marah?K : iya, saya masih ingat, begini kan caranya?
P : nah, bagus pak, sekarang saya akan mengajarkan cara mengontrol cara marah yang ketiga yaitu cara verbal, yaitu bicara dengan orang lain yang membuat bapak marah, mungkin bisa saya contohkan seperti ini ya pak
K : iya, saya bisa melakukannya
P : nah, bagus pak..kalau misalnya bapak merasa marah, bicarakan dengan orang yang membuat bapak marah tersebut dengan cara baik-baik ya pak, supaya masalahnya selesai dan bapak tidak perlu marah-marah untuk mengungkapkannya,
K :iya, saya akan mencoba melakukannya kalau saya merasa marah
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), pasien tampak tenang
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), pasien tampak tenang
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara meningkat, wajah tampak tegang
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Pasien tampak terlihat tegang menceritakan masalahnya
Pasien masih terlihat tenang
Pasien masih terlihat tenang
Mengajarkan cara mengontrol marah agar pasien dapat mengontrol marah secara asertif
P :baiklah pak, sudah 10 menit kita berbincang-bincang, cukup sekian dulu ya pak, besok kita sambung lagi bincang-bincangnya untuk mempelajari cara mengontrol marah dengan cara spiritual, bagaimana pak, bersedia?
K : iya, saya mau
P : tempatnya di sini saja ya pak, jam 10 pagi seperti ini
K : iya
P : terima kasih ya pak, saya permisi selamat pagi
P : Kontak mata (+), badancondong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara mulai menurun
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara mulai meninggi
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Pasien tampak terlihat tegang menceritakan masalahnya
Pasien masih terlihat tenang
Pasien masih terlihat tegnng
Kontrak selanjutnya diperlukan untuk mengingatkan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan selanjutnya dan meningkatkan BHSP
ANALISA PROSES INTERAKSI
Identitas Klien
: Tn. A
Bangsal
: Jati
Sasaran Komunkasi: Pasien (Tn. A)
Lingkungan
: Di dalam ruang Jati, suasana ramai
Deskripsi Klien: Wajah pasien tampak tegang, pasien kadang marah
Tujuan komunikasi: Membina hubungan saling percaya, mengontrol amarah dengan cara spiritual
Hari/ Tanggal/ Jam: Jumat/27 Juli 2012/10.00
P: Perawat
K: Klien
Komunikasi VerbalKomunikasi non VerbalAnalisa Berpusat Pada PerawatAnalisa Berpusat Pada KlienRasional
(1)(2)(3)(4)(5)
P : Assalamualaikum, selamat pagi pa A?
K : Pagi
P : Kontak mata (+), memandang pasien dengan ramah, badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), tersenyum kepada perawatPerawat senang atas tanggapan pasienPasien terlihat tenang, pasien sedang duduk di atas tempat tidurMemulai percakapan dengan kalimat pembuka salah satu cara yang efektif untuk BHSP
P : masih ingat dengan nama saya?
K : Iya, masih ingat
P : Tersenyum, menjulurkan tangan untuk berjabat tagan
K : Kontak mata (+), menjulurkan tangan dengan perawatPerawat tenang dan berkomunikasi dengan lancarPasien terlihat mau menerima perawat dengan terbukaIdentitas merupakan tindakan keperawatan yang penting untuk BHSP
P : Bagaimana kabar bapak hari ini? Seperti janji saya kemarin hari ini kita bertemu lagi untuk membicarakan cara mengontrol marah dengan cara keempat yaitu dengan cara spiritual, bagaimana bapak bersedia?
K : iya, saya bersedia
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+)
Perawat tenang
Pasien terlihat tenang
Perhatian merupakan tindakn untuk meningkatkan BHSP dan menandakan kesungguhan perawat
P : Baiklah, kita berbincang-bincang sekitar 10 menit di tempat ini, bagaimana pak, bersedia?K : IyaP : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+)Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancarPasien tampak tenangKontrak pertemuan merupakan hal yang penting dalam BHSP
P : Bapak masih ingat cara melakukan nafas dala, memukul bantal, atau dengan cara mengungkapkan dengan baik-baikseperti yang saya ajarkan kemarin jika bapak merasa marah?K : iya, saya masih ingat, begini kan caranya?
P : nah, bagus pak, sekarang saya akan mengajarkan cara mengontrol cara marah yang keempat yaitu cara piritual, yaitu dengan cara sholat, berdoa, berdzikir, atau berwudhu, atau mungkin bapak pernah melakukan apa jika merasa marah berhubungan dengan kegiatan ibadah ini pak?
K : saya biasanya berdoa
P : nah, bagus pak..kalau misalnya bapak merasa marah, bapak bisa berdoa semoga marah bapak cepat reda dan bapak tidak perlu memarahi orang lain,
K :iya, saya akan mencoba melakukannya kalau saya merasa marah
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), pasien tampak tenang
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), pasien tampak tenang
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara meningkat, wajah tampak tegang
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Pasien tampak terlihat tegang menceritakan masalahnya
Pasien masih terlihat tenang
Pasien masih terlihat tenang
Mengajarkan cara mengontrol marah agar pasien dapat mengontrol marah secara asertif
P :baiklah pak, sudah 10 menit kita berbincang-bincang, cukup sekian dulu ya pak, besok kita sambung lagi bincang-bincangnya untuk mempelajari cara mengontrol marah dengan cara spiritual, bagaimana pak, bersedia?
K : iya, saya mau
P : tempatnya di sini saja ya pak, jam 10 pagi seperti ini
K : iya
P : terima kasih ya pak, saya permisi selamat pagi
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara mulai menurun
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
K : Kontak mata (+), nada suara mulai meninggi
P : Kontak mata (+), badan condong ke depan
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Perawat tenang dan berkomunikasi dengan lancar
Pasien tampak terlihat tegang menceritakan masalahnya
Pasien masih terlihat tenang
Pasien masih terlihat tegang
Kontrak selanjutnya diperlukan untuk mengingatkan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan selanjutnya dan meningkatkan BHSP
ANALISA PROSES INTERAKSI (API)
Identitas Klien
: Tn.A
Bangsal
: Ruang JatiSasaran Komunikasi: Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan obatLingkungan
: Tempat tidur KlienDeskripsi Klien: Klien sadang duduk santai di tempat tidur. Klien memakan baju seragam kecokelatan.
Suasana cukup tenang.Tujuan komunikasi: Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan obatHari/ Tanggal/ Jam: Sabtu, 28 juli 2012
P: Perawaten
Komunikasi VerbalKomunikasi non VerbalAnalisa Berpusat Pada PerawatAnalisa Berpusat Pada KlienRasional
(1)(2)(3)(4)(5)
P: Selamat Pagi
K: Pagi
P: masih ingat sama saya?
K: Masih
P: siapa nama saya?K: Perawat
P: Iya, benar. Kalau nama anda siapa?K: Tn. AP: Bagaimana perasaannya hari ini?K: Baik
P: Sudah dapat obat dari perawat jaga?K: Sudah
P: BagusK: IyaP: seperti janji kemarin, hari ini kita berlatih untuk mengenal obat serta mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat. Anda mau kan?K: Mau
P: Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam
K: Iya
P: Bagus, hari ini anda sudah mengenal tiga macam jenis obat. Besok kita praktikkan cara minumnya ya pak.K: iya
P: Terima kasih ya. besok kita ngobrol-ngobrol lagi ditempat ini jam 9 ya.
K: IyaP: Memandang K dan tersenyum
K: melakukan kontak mata
P: Wajah ramah
K: Memandang P
P: sambil menunjuk diri sendiriK: tersenyum
P: Memandang K dan tersenyumK: tersenyum
P: Memandang K, kontak mata
K: memandang P, kontak mata
P: TersenyumK: Tersenyum
P: Tersenyum dan mengacungkan jempolK: terlihat senang
P: Memandang K, kontak mata
K: nampak tenang dan memperhatikan
P: wajah ramah sambil menunjuk tembat tidur sebelahK: Memandang P
P: Memandang K, kontak mata dengan wajah ramah
K: nampak senang
P: Berjabat tangan sambil tersenyum
K: Berjabat tangan sambil tersenyumP merasa tenang dan siap untuk implementasi.
P merasa senang atas tanggapan K
P merasa senang K masih mengingat namanya
P merasa senang karena K melakukan apa yang didiskusikan selama ini
P merasa senang K bersedia melakukan intervensi yang diberikan
P senang karena K mampu berkenalan dengan orang lain
P tenang K senang berkenalan dengan orang lain
P merasa senang K bersedia melakukan intervensi yang diberikan
P merasa senang sekali
P merasa senang
P merasa senang dan tenang
K merasa tenang
K merasa tenang
K merasa tenang dan senang
K merasa senang atas perhatian P
K merasa tenang dan tertarik
K merasa tenang
K tampak tenang dan merasa sangat senang
K tampak tenang dan tertarik
K tampak tenang dan senang
K tampak tenang dan senang
K merasa senang dan tenangKalimat pembuka dalam memulai suatu percakapan merupakan salah satu cara membina hubungan saling percaya
Daya ingat K terhadap P menunjukkan Bina hubungan saling percaya P berhasil
Perhatian merupakan salah satu sikap untuk meningkatkan hubungan saling percaya
Memberikan reinforcement positif itu menyenangkan supaya K mau melakukannya lagi
Mengingatkan kontrak sebelumnya agar K tidak bingung
Memberikan reinforcement positif itu menyenangkan supaya K mau melakukannya lagi
Kontrak waktu penting agar K tidak
Bingung
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Klien:Tn. ANo. CM: 01.00.72Bangsal: JatiNoTanggal/jamImplementasiEvaluasiParaf
1
Selasa
24 Juli 2012
10.003. Membina hubungan saling percaya
4. SP 1:
a. Mengidentifikasi penyebab PKb. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
d. Mengidentifikasi akibat PK
e. Mengajarkan cara mengontrol PK
f. Melatih pasien cara kontrol PK fisik I (nafas dalam).
g. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.S : Pasien mau diajak bersalaman dan berjabat tangan, pasien mau menjawab salam, dan bersedia menceritakan masalahnya
Pasien dapat menyebutkan penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, dan akibat PK
Pasien mengatakan : bisa melakukan nafas dalam
Pasien mengatakan : melakukan nafas dalam jika merasa marah
O : pasien kooperatif, kontak mata (+), komunikasi lancar, pasien tampak melakukan nafas dalam secara mandiri
A : BHSP terjalin
Pasien mampu melakukan nafas dalam
P : a. Perawat
1) Pertahankan BHSP
2) Ajarkan cara fisik II : pukul bantal atau kasur untuk mengontrol marah
b. Pasien
1) Lakukan nafas dalam setiap kali marah
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Klien:Tn. ANo. CM: 01.00.72Bangsal: JatiNoTanggal/jamImplementasiEvaluasiParaf
2
Rabu
25 Juli 2012
10.001. Membina hubungan saling percaya
2. SP 2:
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya : nafas dalam2. Melatih pasien cara kontrol PK fisik II (memukul bantal / kasur / konversi energi).
a. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.S : Pasien mengatakan : masih ingat cara melakukan nafas dalam
Pasien mengatakan : saat marah sudah mencoba nafas dalam supaya tidak marah lagi
Pasien mengatakan : akan memukul bantal atau kasur jika nafas dalam tidak berhasil
O : pasien kooperatif, kontak mata (+), komunikasi lancar
Pasien tampak masih ingat cara melakukan nafas dalam
Pasien tampak memukul bantal atau kasur saat disuruh mempraktekkannya
A : BHSP terjalin
Pasien mampu melakukan nafas dalam dan memukul bantal/kasur
P : a. Perawat
1) Pertahankan BHSP
2) Ajarkan cara fisik III : cara verbal/sosial
b. Pasien
1) Lakukan nafas dalam dan memukul bantal/ kasur tiap marah
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Klien:Tn. ANo. CM: 01.00.72Bangsal: JatiNoTanggal/jamImplementasiEvaluasiParaf
3
Kamis
26 Juli 2012
10.001. Membina hubungan saling percaya
2. SP 3:a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya : nafas dalam dan memukul bantal serta kasur
b. Melatih pasien cara kontrol PK secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik).c. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.S : Pasien mengatakan : masih ingat cara melakukan nafas dalam dan memukul bantal atau kasur saat marah
Pasien mengatakan : akan bicara baik-baik jika sedang marah
O : pasien kooperatif, kontak mata (+), komunikasi lancar
Pasien tampak masih ingat cara melakukan nafas dalam dan memukul bantal atau kasur saat marah
Pasien tampak mengerti cara mengungkapkan marah dengan verbal
A : BHSP tetap terjalin
Pasien mampu mengontrol PK dengan cara fisik I, cara fisik II, dan cara verbal
P : a. Perawat
1) Pertahankan BHSP
2) Ajarkan cara spiritual
b. Pasien
1) Lakukan cara fisik I, cara fisik II, dan cara verbal setiap kali marah
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Klien:Tn. ANo. CM: 01.00.72Bangsal: JatiNoTanggal/jamImplementasiEvaluasiParaf
4
Jumat
27 Juli 2012
10.001. Membina hubungan saling percaya
2. SP 4:
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya : nafas dalam, memukul bantal serta kasur, dan cara verbalb. Melatih pasien cara kontrol PK secara spiritual (berdoa, berwudhu, sholat).
c. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.S : Pasien mengatakan : masih ingat cara melakukan nafas dalam, memukul bantal atau kasur, dan mengungkapkan dengan baik-baik saat marah dengan orang lain
Pasien mengatakan : banyak berdoa kepada Tuhan jika marah
O : pasien kooperatif, kontak mata (+), komunikasi lancar
Pasien tampak masih ingat cara melakukan nafas dalam, memukul bantal atau kasur, dan mengungkapkan dengan baik saat marah
Pasien tampak mengerti cara mengungkapkan marah spiritual
A : BHSP tetap terjalin
Pasien mampu mengontrol PK dengan cara fisik I, cara fisik II, cara verbal, dan cara spiritual
P : a. Perawat
1) Pertahankan BHSP
2) Ajarkan cara mengontrol PK dengan patuh minum obat
b. Pasien
1) cara fisik I, cara fisik II, cara verbal, dan cara spiritual
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien: Tn. ANo. CM
: 01.00.72Bangsal
: JatiNoTanggal/ JamImplementasiEvaluasiParaf
5.Jumat
28 Juli 2012 10.001. Membina hubungan saling percaya
2. SP 5:
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya : nafas dalam, memukul bantal serta kasur, dan cara verbal serta cara spiritualb. Menjelaskan cara kontrol PK dengan minum obat (prinsip 5 benar minum obat).
c. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.S: Pasien mengatakan masih ingat cara melakukan pengontrolan PK dengan cara kegiatan spiritual.
Pasien mengatakan lebih memperbanyak mengingat dan berdoa kepada Tuhan jika sedang merasa marah.
O: pasien kooperatif, kontak mata (+), komunikasi lancar
Pasien tampak masih ingat cara melakukan nafas dalam, memukul bantal atau kasur, mengungkapkan dengan baik saat marah, Pasien tampak mengerti cara mengungkapkan marah dengan cara spiritual dan pasien bisa melakukan mengontrol PK dengan meminum obat
A: BHSP terjalin
Pasien mampu mengontrol PK dengan cara fisik I, cara fisik II, cara verbal, cara spiritual dan meminum obat.
P: a. Perawat:
1) Pertahankan BHSP
b. Pasien:
1) Catat mengontrol PK dengan cara fisik I, cara fisik II, cara verbal, cara spiritual dan meminum obat ke dalam catatan harian
BAB IVPENUTUPA. Kesimpulan
Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal tersebut dapat menimbulkan perilaku kekerasan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Resiko perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh ketidak efektifan koping individu yang membuat harga diri seseorang menjadi rendah yang kemudian akan menyebabkan isolasi sosial. Strategi dalam melakukan asuhan keperawatan dengan pasien dengan resiko perilaku kekerasan dibagi menjadi lima strategi pelaksanaan untuk pasien dan tiga strategi pelaksanaan untuk keluarga. Lima strategi pelaksanaan untuk pasien yaitu cara mengontrol PK fisik I (nafas dalam), cara mengontrol PK fisik II (memukul bantal / kasur / konversi energi), cara mengontrol PK secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik), cara mengontrol PK secara spiritual (berdoa, berwudhu, sholat) dan cara mengontrol PK dengan minum obat (prinsip 5 benar minum obat). Tiga strategi pelaksanaan untuk keluarga yaitu menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK, melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK dan membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning).Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu dengan memberikan sumber koping atau support sistem yang adekuat sehingga koping individu bisa membaik sehingga tidak menimbulkan pandangan negatif pada diri klien (harga diri rendah) yang mungkin akan menyebabkan perilaku kekerasan.B. Saran
Direkomendasikan kepada pasien untuk selalu melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan yaitu cara mengontrol PK fisik I (nafas dalam), cara mengontrol PK fisik II (memukul bantal / kasur / konversi energi), cara mengontrol PK secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik), cara mengontrol PK secara spiritual (berdoa, berwudhu, sholat) dan cara mengontrol PK dengan minum obat (prinsip 5 benar minum obat). Selain itu, direkomendasikan kepada pasien untuk melakukan aktivitas rehabilitasi yang bisa dilakukan selama berada di rumah sakit seperti berolahraga serta aktivitas yang mempunyai nilai produktivitas seperti pertukangan dan keterampilan tangan lainnya.Direkomendasikan kepada keluarga untuk selalu melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan pada klien yaitu menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK, melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK dan membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning). Penerimaan pasien oleh keluarga yang menunjukkan support terhadap kesembuhan pasien juga sangat perlu untuk perbaikan koping individu pasien sendiri. Dengan penerimaan yang baik oleh keluarga diharapkan pasien merasa mempunyai sistem pendukung yang memadai untuk mengembalikan harga dirinya.Direkomendasikan kepada pihak rumah sakit untuk memberikan kesempatan yang sama terhadap pasien yang mengalami risiko perilaku kekerasan atau perilaku kekerasan di ruang akut untuk mendapatkan kesempatan menerima program rehabilitasi seperti pasien yang bedara di ruang tenang yang sudah terjadwal. Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa tidak semuanya pasien yang bedara di ruang akut mempunyai perilaku amu