Histologi Sisitem Saraf

8
SISTEM SARAF PUSAT DAN PERIFER Sistem saraf pada manusia dibagi menjadi dua bagian besar yaitu susunan saraf pusat (SSP) dan susunan saraf tepi (SST). Susunan saraf pusat terdiri atas otak (encephalon) dan medulla spinalis. Komponen sistem saraf tepi terdiri atas saraf kranial dan spinalis yang terletak diluar sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat dilindungi oleh cranium dan cairan serebrospinal yang mengelilingi dan melindungi otak dan medula spinalis, didalam cranium dan foramen vertebral terdapat meninges yaitu suatu jaringan ikat yang terdiri dari tiga lapisan yaitu dura mater, araknoid mater dan piamater (Eraschenko, 2010). Cairan serebrospinalis (CSS) adalah cairan jernih yang menjadi bantalan bagi otak dan medulla spinalis yang menyebabkan kedua organ ini mengapung sebagai alat proteksi terhadap cedera fisik. CSS diproduks oleh Plexus choroideus dari ventrikel lateral ketiga dan ke empat. Pleksus choroideus terdiri atas lapisan kaya vaskularisasi dari lapisan leptomeninges (piamater dan arachnoid) yang dilapisi oleh epithelium cuboid selapis. Pleksus ini tersusun seperti pohon. Didalam silia terdapat jaringan ikat , fibroblas, sel- sel plasma, sel mast dan makrofag (Eraschenko, 2010).

description

Histologi Sisitem Saraf Pusat dan tepi

Transcript of Histologi Sisitem Saraf

SISTEM SARAF PUSAT DAN PERIFERSistem saraf pada manusia dibagi menjadi dua bagian besar yaitu susunan saraf pusat (SSP) dan susunan saraf tepi (SST). Susunan saraf pusat terdiri atas otak (encephalon) dan medulla spinalis. Komponen sistem saraf tepi terdiri atas saraf kranial dan spinalis yang terletak diluar sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat dilindungi oleh cranium dan cairan serebrospinal yang mengelilingi dan melindungi otak dan medula spinalis, didalam cranium dan foramen vertebral terdapat meninges yaitu suatu jaringan ikat yang terdiri dari tiga lapisan yaitu dura mater, araknoid mater dan piamater (Eraschenko, 2010). Cairan serebrospinalis (CSS) adalah cairan jernih yang menjadi bantalan bagi otak dan medulla spinalis yang menyebabkan kedua organ ini mengapung sebagai alat proteksi terhadap cedera fisik. CSS diproduks oleh Plexus choroideus dari ventrikel lateral ketiga dan ke empat. Pleksus choroideus terdiri atas lapisan kaya vaskularisasi dari lapisan leptomeninges (piamater dan arachnoid) yang dilapisi oleh epithelium cuboid selapis. Pleksus ini tersusun seperti pohon. Didalam silia terdapat jaringan ikat , fibroblas, sel-sel plasma, sel mast dan makrofag (Eraschenko, 2010).

Gambar 2. Pleksus koroideus (1 Epithelium of the choroid plexus;2 Capillaries with erythrocytes;3 Cerebrospinal fluid (CSF) (Kuehnel, 2003).Jaringan saraf secara mikroskopik disusun oleh sel-sel saraf (neuron) yang disokong oleh sel-sel penyokong yang dikenal sebagai sel-sel neuroglia atau sel-sel glia. a. Morfologi NeuronSetiap neuron terdiri dari soma atau badan sel (corpus neuronis), banyak dendrit dan satu akson. Badan sel mengandung nukleus, nukleolus, berbagai organel, dan sitoplasma atau perikaryon. Dari badan sel muncul tonjolan-tonjolan sitoplasma yang disebut dendrit yang membentuk percabangan dendritik. Neuron dikelilingi oleh sel penunjang yang lebih kecil dan lebih banyak yaitu neuroglia. Sel-sel ini membentuk komponen nonneuron dalan sistem saraf pusat (Eraschenko, 2010).

Gambar 3. Neuron (Kuehnel, 2003).Berdasarkan jumlah percabangan dendritnya, neuron dapat dikelompokkan menjadi: 1. Neuron multipolar : neuron yang memiliki lebih dari dua cabang sel, satu cabang menjadi akson dan cabang lainnya menjadi dendrit.2. Neuron bipolar, dengan satu dendrit dan akson satu; 3. Neuron pseudounipolar, yang memiliki cabang tunggal yang dekat dengan perikaryon dan terbagi menjadi dua cabang. Proses ini kemudian membentuk T, dengan satu cabang meluas ke akhir perifer dan lainnya terhadap sistem saraf pusat. Dalam neuron pseudounipolar, rangsangan yang diambil oleh dendrit berjalanan langsung ke terminal akson tanpa melalui perikaryon tersebut.

Neuron pseudounipolar (Kuehnel, 2003)

b. Selubung mielin dan mielininasi aksonDi sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer terdapat sel-sel sangat khusus yang membungkus akson berkali-kali untuk membentuk lapisan-lapisan membran sel modifikasi dan selubung kaya-lemak mengelilingi akson yang dinamai selubung mielin (stratum mielini). Selubung berjalan dari segmen awal akson ke cabang-cabang terminal. Di sepanjang akson bermielin terdapat banyak celah atau ruang sempit di selubung mielin di antara sel-sel yang membungkus akson tersebut. Celah ini dinamai oleh nodus Ranvier (nodus interruptions myelini). Akson di sistem saraf pusat dan perifer dapat bermielin ataun tidak bermielin (Eraschenko, 2010).

Gambar 6. Nodus Ranvier (Kuehnel, 2003)Di sistem saraf perifer semua akson dikelilingi oleh sel schwan (Schwannocytus) membungkus akson tidak bermielin. Sel schwan membungkus akson perifer dan mengikuti seluruh panjang akson, dari pangkalnya ke ujung di otot atau kelenjar. Setiap sel schwann dapat membungkus banyak akson tidak bermielin; akson tidak bermielin tidak memiliki nodus Ranvier karena sel Schwann membentuk suatu selubung kontinu, tidak terdapat sel Schwaann di sisitem saraf pusat. Akson-akson di sistem saraf pusat mengalami mielinisasi oleh sel neuroglia yang disebut oligodendrosiy (oligodendrocytus) (Eraschenko, 2010).

Gambar 7. Peripheral nerve: A - Axon, M Myelin (Ravindranath et al.,2012).

c. Subtansia alba dan grisea; NeurogliaOtak dan medulla spinalis mengandung substansia grisea dan substansia alba. Substansia grisea pada sistem saraf pusat terdiri dari neuron-neuron, dendrit-dendrit dan sel penunjang yang disebut neuroglia. Bagian ini mencerminkan tempat koneksi atau sinaps antara berbagai neuron dan dendrit. Substansia grisea melapisi permukaan serebrum dan serebelum. Ukuran, bentuk dan cara pembentukkan cabang berbagai neuron ini sangat bervariasi dan bergantung pada bagian SSP. Substansia alba di SSP tidak mengandung badan neuron dan terutama terdiri dari akson bermielin, sebagian akson tidak bermielin dan oligodendrosit sebagai penunjang. Selubung mielin disekitar akson menimbulkan warna putih dibagian SSP (Eraschenko, 2010).Neuroglia adalah sel penunjang nonneural yang memiliki banyak percabangan di SSP dan mengelilingi neuron, akson, dan dendrit. Sel ini menghantarkan impuls, tetapi secara morfologi dan fungsinal berbeda dari neuron, empat jenis sel neuroglia adalah astrosit, oligodendrosit, mikroglia dan sel ependimal (Eraschenko, 2010).

a.Gambar 8. (a) astrocyte;(b) Protoplasmic astrocyte;(C) Microglial cell; (D) Oligodendrocytes (Abrahamsohn et al., 2007)d. Medulla spinalisPada pembesaran lebih kuat dari potongan melintang medulla spinalis memperlihatkan substansia grisea, substansia alba, neuron, neuroglia dan akson yang dipulas dengan hematoksilin eosin.

Gambar 9. Medulla spinalis: bagian transisional subtansia alba dan grisea (Abrahamsohn et al., 2007)Sel-sel pada kornu anterior grisea di medulla spinalis daerah thorakal adalah neuron motorik multipolar. Sitoplasmanya memiliki inti vesikular, nukleolus, yang lebih jelas dan gumpalan kasar material basofilik yang disebut subtansia Nissl. Substansia Nissl meluar ke dalam dendrit namun tidak ke dalam akson (Eraschenko, 2010).e. Nerve fiber dan ujung sarafTiap serat saraf perifer, sensoris, motoris atau sekretorius akhirnya berujung pada organ (badan) perifer dengan satu atau beberapa cabangnya. Beberapa serat saraf bercabang sebagai ujung akhir saraf bebas diantara sel jaringan. Serat saraf yang berakhir pada reseptor sensoris adalah dendrit dan yang berakhir sebagai ujung motoris atau sekretorius adalah akson. Ada 3 kelompok ujung akhir saraf: 1. Yang berakhir pada otot skeletal (cakram motorik atau motor end plate, muscle spindle).2. Cakram motorik atau motor end plate bersifat motorik (efektor), sedangkan muscle spindle bersifat sensorik.3. Yang berakhir pada epitel (ujung akhir saraf bebas, bersifat sensoris).4. Yang berakhir pada jaringan ikat (badan Vater Pacini, Meissner, dsbnya sifatnya sensoris).

Gambar 10. Nerve fiber (Sorenson, 2008).Abrahamsohn, P., Santos, M., Zorn, T. 2007. Basic Histology atlas and text. McGraw-Hill: USA.Eroschenko, V. 2010. Atlas Histologi Difiore edisi 11. EGC: JakartaGarman, R. 2011. Histology of the central nervous system. Sosiety of toxicologic pathology journal. Sage publication: 39 (1). Diakses tanggal 22/08/2014 dari http://tpx.sagepub.com/content/39/1/22.full.pdf+htmlKuehnel, W. 2003. Color atlas of cytology, histology, and microscopic anatomy. Thieme stuttgart: New york.Ravindranath, R 2012. MV10B Stain as a Broad Spectrum Stain in Histology - A Substitute for Haemotoxylin & Eosin Stain. International Journal of Health Sciences & Researc: 2(8). Diakses tanggal 22/08/2014 dari www.ijhrs.org/123489990111/abbcrsshsjs.pdfSarenson, R. 2008. Atlas of human histology: a guide to microscopic structural cell, tissue, and organs. University of Minnesota Book Store. Diaksess tanggal 22/08/2014 dari http://www.histologyguide.org/About_Us/Sorenson.html.