Hipotik Kapal Laut

23
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Doktrin mengartikan bahwa Hak kebendaan adalah hak untuk menguasai benda. Hak menguasai ini dibagi menjadi dua macam tujuan, yaitu hak menikmati dan hak jaminan. Dalam makalah ini kelompok kami mendapat tugas untuk membahas mengenai hak jaminan yang lebih spesifik yaitu mengenai hipotek kapal laut. Kelompok kami akan menguraikan lebih dalam mengenai Hipotik kapal laut disertai berbagai kasus dan analisis terhadap kasus tersebut. Dengan makalah ini, kelompok kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi siapa pun yang membacanya terutama mahasiswa yang mengambil mata kuliah kebendaan perdata agar dapat memahami mengenai hipotik kapal laut. Dan juga dengan makalah ini kami berharap mendapatkan nilai untuk mata kuliah Kebendaan Perdata. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa itu Hipotik terutama hipotik kapal laut? 1.2.2 Apa saja Landasan teori dalam hipotik kapal laut? 1.2.3 Aturan Tentang Prosedur Dan Syarat-Syarat Pembebanan Hipotek Kapal Laut? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Untuk memenuhi tugas Hukum Kebendaan Perdata Semester 3 1.3.2 Memahami seluk beluk mengenai hipotek kapal laut 1.3.3 Memahami dan menganalisis kasus sehubungan hipotek kapal laut

description

hipotik kapal laut

Transcript of Hipotik Kapal Laut

Page 1: Hipotik Kapal Laut

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Doktrin mengartikan bahwa Hak kebendaan adalah hak untuk menguasai benda. Hak

menguasai ini dibagi menjadi dua macam tujuan, yaitu hak menikmati dan hak jaminan.

Dalam makalah ini kelompok kami mendapat tugas untuk membahas mengenai hak jaminan

yang lebih spesifik yaitu mengenai hipotek kapal laut. Kelompok kami akan menguraikan

lebih dalam mengenai Hipotik kapal laut disertai berbagai kasus dan analisis terhadap kasus

tersebut.

Dengan makalah ini, kelompok kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna

bagi siapa pun yang membacanya terutama mahasiswa yang mengambil mata kuliah

kebendaan perdata agar dapat memahami mengenai hipotik kapal laut. Dan juga dengan

makalah ini kami berharap mendapatkan nilai untuk mata kuliah Kebendaan Perdata.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu Hipotik terutama hipotik kapal laut?

1.2.2 Apa saja Landasan teori dalam hipotik kapal laut?

1.2.3 Aturan Tentang Prosedur Dan Syarat-Syarat Pembebanan Hipotek Kapal Laut?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk memenuhi tugas Hukum Kebendaan Perdata Semester 3

1.3.2 Memahami seluk beluk mengenai hipotek kapal laut

1.3.3 Memahami dan menganalisis kasus sehubungan hipotek kapal laut

Page 2: Hipotik Kapal Laut

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Hipotik

“Hipotek adalah suatu hak kebendaan atas benda tidak bergerak untuk mengambil

penggantian daripadanya bagi suatu pelunasan suatu perutangan” demikian dijelaskan pada

pasal 1162 KUHPerdata, hipotek adalah hak untuk menjamin pembayaran utang.

Perbedaannya dengan gadai adalah bahwa hipotek merupakan hak kebendaan/jaminan yang

ditujukan kepada benda tidak bergerak dan gadai merupakan hak kebendaan/jaminan yang

ditujukan kepada benda bergerak, selain perbedaan tersebut, pada hipotek tidak terjadi

pengalihan penguasaan atas benda tersebut dari pidak debitur kepada pihak kreditur,

melainkan benda yang dijaminkan tersebut tetap berada dalam penguasaan pihak debitur,

yang dialihkan adalah titel atas benda tersebut untuk jaminan pemenuhan piutang pihak

kreditur. Dijelaskan lebih lanjut oleh Vollmar yang mengartikan hipotek sebagai “Sebuah hak

kebendaan atas benda-benda tak bergerak tidak bermaksud untuk memberikan orang yang

berhak (pemegang hipotek) sesuatu nikmat dari suatu benda, tetapi ia bermaksud memberikan

jaminan belaka bagi pelunasan sebuah hutang dengan dilebih dahulukan.” Menjamin tagihan

hutang, berarti bahwa dengan adanya hipotek kapal laut tersebut munculah keamanan dan

penjaminan secara hukum bagi kreditur. Apabila debitur wanprestasi, maka objek hipotek

tersebut dapat dilelang di muka umum.Dengan tujuan untuk pelunasan suatu hutang pokok,

bunga, dan biaya-biaya lainnya.

Hipotek seperti yang sudah disinggung sebelumnya merupakan hak

kebendaan/jaminan atas benda tak bergerak, kelompok kami akan fokus pada isu hipotek

kapal laut, untuk memulai pembahasan lebih lanjut, perlu disepakati tentang apakah yang

dimaksud dengan kapal laut? pengertian kapal dapat kita lihat dalam pasal 1 angka (2) dan

pasal 49 Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang pelayaran. Kapal adalah:

Page 3: Hipotik Kapal Laut

”Kendaraan air dengan bentuk dan jenis apa pun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik,

tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di

bawah permukaan laut, serta alat apaung dan bangunan yang terapung yang tidak berpindah-

pindah.” Dapat disimpulkan bahwa, Kapal Merupakan Kenderaan Air dengan Bentuk dan

Jenis Apapun. Penjelasan tentang kapal yang dapat di-hipotek-kan belumlah lengkap tanpa

memperhatikan klasifikasi dari beratnya, kapal laut dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu

kapal yang beratnya kurang dari 20 m3 dan kapal yang beratnya di atas 20 m3. Perbedaan

berat, akan berperngaruh pada jenis pembebanan jaminan. Apabila beratnya kurang dari 20

m3, maka lembaga jaminan yang digunakan adalah fidusia, sedang kan kapal yang beratnya di

atas 20 m3, maka pembebanannya menggunakan hipotek kapal. Jadi kesimpulan yang dapat

kita ambil adalah :

Hipotek kapal laut adalah: “Hak kebendaan atas kapal yang dibukukan atau

didaftarkan (biasanya dengan isi kotor di atas 20 m3) diberikan dengan akta autentik, guna

menjamin tagihan hutang“.

Dapat diurai yang merupakan Unsur-Unsur Kapal Laut :

1. Adanya Hak Kebendaan

2. Objeknya adalah Kapal yang beratnya diatas 20 M3

3. Kapal Tersebut Harus yang dibukukan

4. Diberikan dengan akta autentik

5. Menjamin Tagihan Hutang

Dalam perjanjian pembebanan hipotek kapal laut, ada 2 pihak yang memainkan peran,

yaitu pemberi hipotek (Hypotheekgever) dan penerima hipotek hypotheekhouder atau

hypotheeknemer. Pemberi hipotek adalah mereka yang sebagai jaminan memberikan suatu

hak kebendaan/zakelijke recht (hipotek), atas bendanya yang tidak bergerak, biasanya mereka

mengadakan suatu utang yang terikat pada hipotek, tetapi hipotek atas beban pihak ketiga.

Penerima hipotek, merupakan pihak yang meminjamkan uang di bawah ikatan hipotek.

Biasanya yang menerima hipotek ini adalah lembaga perbankan dan lembaga keuangan non

Page 4: Hipotik Kapal Laut

bank.

Sementara Objek hipotek adalah sebagai berikut diatur pasal 1164 KUHPerdata :

1. Benda-benda tak bergerak yang dapat dipindah tangankan beserta segala

perlengkapannya.

2. Hak pakai hasil atas benda-benda tersebut beserta segala perlengkapannya.

3. Hak numpang karang dan hak usaha

4. Bunga tanah, baik yang dibayar dengan uang maupun yang dibayar dengan hasil tanah.

5. Bunga seperti semula.

6. Pasar-pasar yag diakui oleh pemerintah, beserta hak-hak asli merupakan yang melekat

padanya.

Yang termasuk benda-benda tak bergerak adalah hak atas tanah, kapal laut dan

pesawat terbang. Hak atas tanah terdiri dari hak milik, HGB dan HGU. Sejak berlakunya UU

No. 4/1996 tentang Hak Tanggungan, maka hipotek atas tanah menjadi tak berlaku lagibenda

tidak bergerak, seperti kapal laut tetap berlaku ketentuan-ketentuan tentang hipotek

sebagaimana yang diatur dalam buku II KUHP. Ukuran kapal lautnya 20 m3, sedangkan di

bawah itu berlaku ketentuan tentang jaminan fidusia. Benda-benda yang tidak dapat dibebani

hipotek yaitu:

1. Benda bergerak;

2. Benda dari orang yang belum dewasa;

3. Benda-benda dari orang yang berada di bawah pengampuan;

4. Benda dari orang-orang yang tak hadir selama penguasaan atas benda-bendanya hanya

dapat diberikan untuk sementara waktu.

Page 5: Hipotik Kapal Laut

2.2. Landasan Teori

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hipotek kapal laut dapat dilihat pada

peraturan perundang-undangan berikut ini.

2.2.1 Pasal 1162 sampai dengan pasal 1232 KUHP.

Pasal 1162 KUH Perdata menjelaskan bahwa ‘Hipotek adalah suatu hak kebendaan atas

benda-benda tak bergerak, untuk mengambil penggantian dari padanya bagi pelunasan suatu

perikatan.’ Di dalam berbagai ketentuan itu diatur tentang:

a. Ketentuan-ketentuan umum (pasal 1162 sampai dengan pasal 1178 KUHP)

b. Pendaftaran hipotek dan bentuk pendaftaran (pasal 1179 sampai dengan pasal 1194

KUHP)

c. Pencoretan pendaftaran (pasal 1195 sampai dengan pasal 1197 KUHP);

d. Akibat hipotek terhadap pihak ketiga yang menguasai barang yang dibebani (pasal 1198

sampai dengan pasal 1208 KUHP);

e. Hapusnya hipotek (pasal 1209 sampai dengan pasal 1220 KUHP)

f. Pegawai-pegawai yang ditugaskan menyimpan hipotek, tanggung jawab mereka dan hal

diketahuinya daftar-daftar oleh masyarakat (pasal 1221 sampai dengan pasal 1232 KUHP)

2.2.2 Pasal 314 dengan pasal 316 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Pasal 314 KUHD berbunyi: “Kapal-kapal Indonesia yang isi kotornya berukuran paling

sedikit 20 m3 dapat dibukukan dalam register kapal menurut peraturan, yang akan diberikan

dengan ordonasi tersendiri.” Inti pasal ini bahwa kapal yang beratnya 20 m3 keatas dapat

dibukukan. Pasal 314 alinea ketiga KUHD berbunyi: Atas kapal-kapal yang dibukukan

dalam register kapal, kapal-kapal dalam pembuatan dan andil-andil dalam kapal-kapal dan

kapal-kapal dalam pembuatan seperti itu dapat diletakkan hipotek.

Pasal 315 KUHD berbunyi: “Urutan tingkat antara hipotek-hipotek ditentukan oleh hari

pendaftarannya. Hipotek yang didaftarkan pada satu hari yang sama, mempunyai tingkat

Page 6: Hipotik Kapal Laut

yang sama.” Pasal 316 KUHD mengatur tentang piutang yang diberi hak mendahului atas

kapal. Piutang-piutang yang didahulukan itu, antara lain:

a. Tagihan nahkoda dan anak buah kapalnya yang timbul dari perjanjian perburuhan,

selama mereka berkerja dalam dinas kapal itu.

b. Biaya sita lelang

c. Upah pertolongan uang, uang pandu, biaya rambu dan biaya pelabuhan serta biaya

pelayaran lainnya.

d. Tagihan karena penubrukan

2.2.3 Artikel 1208 sampai dengan artikel 1268 NBW belanda

2.2.4. Pasal 49 UU No. 21 Tahun 1992 tentang pelayaran

Pasal 49 UU No. 21 Tahun 1992 tentang pelayaran berbunyi:

a. Kapal yang telah didaftar dapat dibebani hipotek;

b. Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut dalam peraturan

pemerintah.

2.3 Aturan Tentang Prosedur Dan Syarat-Syarat Pembebanan Hipotek Kapal Laut

Kapal laut tidak hanya berfungsi sebagai alat transfortasi laut, namun kapal tersebut dapat

dijadikan jaminan hutang. Kapal yang dapat dijadikan jaminan adalah:

1. Kapal yang sudah didaftar; dan

2. Dilakukan dengan membuat akta hipotek di tempat mana kapal semula di daftar.

Page 7: Hipotik Kapal Laut

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan hipotek kapal laut adalah:

1. Kapal yang dibebani hipotek harus jelas tercantum dalam akta hipotek;

2. Perjanjian antara kreditur dan debitur ditunjukkan dengan perjanjian kredit (yang

merupakan syarat-syarat pembuat akta hipotek);

3. Nilai kredit, yang merupakan nilai keseluruhan yang diterima berdasarkan barang yang

dijamin (misalnya tanah, rumah dan kapal);

4. Nilai hipotek dikhususkan pada nilai kapal (pada bank dilakukan oleh Appresor);

5. Pemasangan hipotek seyogyanya sesuai dengan nilai kapal dan dapat dilakukan dengan

mata uang apa saja sesuai peratuaran perundang-undangan yang berlaku.

Prosedur dan syarat-syarat yang dipenuhi dalam pembebanan hipotek adalah sebagai berikut.

Prosedur yang ditempuh oleh pemohon adalah mengajukan permohonan kepada pejabat

pendaftar dan pejabat balik nama dengan mencantumkan nilai hipotek yang akan dipasang.

Sedangkan dokumen-dokumen yang harus dilampirkan kepada pejabat tersebut tergantung

kepada para pihak yang menghadap.

2.3.1 Status hukum kapal laut

Mengenai status hukum kapal laut dapat ditinjau dari sudut hukum perdata yang

merujuk pada KUH Perdata dan KUH Dagang. Di dalam KUHPerdata kapal laut merupakan

benda bergerak berdasarkan sifatnya.

Pasal 509 KUH Perdata:

Keadaan bergerak karena sifatnya ialah kebendaan yang dapat berpindah atau

dipindahkan.

Pasal 510 KUH Perdata:

Kapal-kapal,perahu-perahu, perahu-perahu tambang, gilingan-gilingan, dan tempat-

tempat pemandian yang dipasang di perahu atau yang berdiri, terlepas, dan benda-

benda sejenis itu, adalah kebendaan bergerak.

Menurut Pasal 314 ayat (1) KUH Dagang menyatakan:

Page 8: Hipotik Kapal Laut

Kapal-kapal Indonesia, yang berukuran paling sedikit duapuluh meter kubik isi kotor,

dapat dibukukan di dalam suatu register kapal menurut ketentuan-ketentuan yang

akan ditetapkan dalam suatu undang-undang tersendiri.

Di dalam Pasal 314 ayat (3) KUH Dagang telah ditentukan bahwa kapal-kapal yang

dibukukan dalam register kapal dapat dibebankan hipotik.

2.3.2 Syarat suatu Kapal dapat Dibebani Hipotik

1. Berat kapal lebih dari 20 m3

Menurut Pasal 314 ayat (1) KUH Dagang menyatakan:

Kapal-kapal Indonesia, yang berukuran paling sedikit duapuluh meter kubik isi kotor,

dapat dibukukan di dalam suatu register kapal menurut ketentuan-ketentuan yang

akan ditetapkan dalam suatu undang-undang tersendiri.

Kaitan dengan kasus:

Dikarenakan tidak adanya pemeriksaan fisik terhadap kapal maka tidak dapat

diketahui pula berapa ukuran sebenarnya dari kapal tersebut. Apakah ukurannya lebih

dari 20 m3 atau tidak. Sehingga tidak dapat dijamin apakah kapal tersebut dapat

dibebani hipotik atau tidak.

2. Adanya Hak Kebendaan (Pasal 1175 KUHPerdata)

Bahwa hipotik hanya dapat diletakkan pada benda yang sudah ada.

Kaitan dengan kasus:

Dalam kasus tidak diketahui apakah kapal yang dijadikan objek hipotik dapat

dibebankan hipotik atau tidak dikeranakan tidak diketahuinya syarat pertama kapal

dapat dibebani hipotik atau tidak ataupun apakah kapal yang dijadikan objek hipotik

benar-benar ada atau tidak karena juga nota analisa yang telah ditandatangani

terdakwa tidaklah sah.

3. Kapal sudah dibukukan di Indonesia

Di dalam Pasal 314 ayat (3) KUH Dagang telah ditentukan bahwa kapal-kapal yang

Page 9: Hipotik Kapal Laut

dibukukan dalam register kapal dapat dibebankan hipotik.

Kaitannya dengan kasus:

Tidak diketahui apakah kapal yang dijadikan objek hipotik sudah dibukukan atau

belum.

4. Diberikan dengan akta autentik

Jaminan berupa Hipotik atas kapal harus dibuat secara autentik oleh di hadapan

pejabat umum yang berwenang, yaitu pejabat pendaftar dan pencatat baliknama kapal

yang berada pada kantor Pendaftaran dan Pecatatan Baliknama Kapal, tempat kapal

tersebut didaftarkan. Dan Notaris berwenang untuk mmembuat Surat Kuasa

Memasang Hipotik (SKMH) Kapal yang digunakan sebagai dasar untuk pembuatan

Akta Hipotik Kapal di hadapan Pejabat Pendaftar dan Balik Nama Kapal pada kantor

pelabuhan setempat.

Kaitan dengan kasus:

Bahwa dalam kasus dikatakan bahwa terdakwa belum menerima Surat Kuasa

Memasang Hipotik (SKMH) yang membuktikan akta autentik dari kapal tersebut.

Sehingga jaminan berupa hipotik atas kapal dalam kasus tidaklah ada atau telah

terjadi penipuan dalam syarat efektif perjanjian/ penarikan kredit pada butir 9.5

5. Menjamin tagihan hutang (pasal 1176 KUHPerdata)

Dalam pengajuan Hipotik Kapal harus ada utang yang dijamin dengan pembebanan

hipotik tersebut. Oleh karenanya, dalam akta hipotik, selain mencantumkan mengenai

identitas kapal yang dijaminkan, juga dicantumkan data mengenai berapa besar

hutang yang dijamin dan berapa besar nilai penjaminan kapal tersebut.

2.3.3 Fase pendaftaran hipotik pada kapal terdiri atas 3 fase, yaitu:

Fase I:

Dilakukan perjanjian kredit dengan jaminan hipotik antara Bank pemberi kredit dengan

dengan calon ppenerima kredit yang dapat dilakukan dalam bentuk akta notaris ataupun di

bawah tangan. Di tahap ini perjanjian masih bersifat konsensual dan obligatoir sedangkan

Page 10: Hipotik Kapal Laut

janji hipotik yang dicantumkan didalamnya bersifat accessoir terhadap perjanjian kreditnya.

Perjanjian yang dimaksud disini merupakan perjanjian pendahuluan (voorovereenkomst).

Fase II:

Merupakan tahap perjanjian pemberian (pembebanan hipotik). Bank bersama-sama dengan

penerima kredit menghadap kepada pejabat pendaftar kapal dan meminta dibuatkan akta

hipotik kapal. Pemberi kredit wajib membawa grosse pendaftaran kapal. Kemudian pejabat

pendaftar kapal membuat konsep akta hipotik yang selanjutnya dibawa ke Inspeksi Pajak

untuk memperoleh SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) bea materai. Bea materai dibayar

ke kas Negara sebesar 1‰ dari besarnya nilai hipotik, juga dengan pembayaran uang leges.

Fase III:

Fase ini merupakan fase pendaftaran. Akta hipotik didaftarkan dalam buku daftar hipotik.

Setelah didaftarkan barulah hipotik lahir. Dengan lahirnya hak hipotik, maka pemegang

hipotik dapat melaksanakan haknya atas kapal atau andil dalam kapal itu, di dalam tangan

siapapun kapal itu berada.

Page 11: Hipotik Kapal Laut

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Hipotek merupakan salah satu bentuk dari jaminan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang juga berlaku dan diakui di Indonesia. Ketentuan mengenai hipotek

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sendiri kini sudah tidak berlaku seluruhnya

sebagai akibat dari diberlakukannya undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai

jaminan tertentu seperti Undang-Undang No. 4 tahun 1996 yang secara khusus mengatur

mengenai tanah. Kini hipotek hanya dapat dibebankan kepada kapal laut dan kapal terbang.

Akan tetapi kapal laut yang dapat dibebankan dengan hipotek terbatas pada kapal dengan isi

kotor di atas 20 m3 yang kemudian diberikan dengan akta autentik dan didaftarkan guna

menjamin tagihan hutang.

Daftar Pustaka

- http://irmadevita.com/2011/hipotik-kapal/

- Hukum Kebendaan Perdata “Hak-Hak yang Memberi Jaminan” Jilid 2

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

- Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Page 12: Hipotik Kapal Laut

Analisis Kasus Hipotek Kapal Laut

KASUS POSISI I:

Pada tahun 2005, PT Bank Muamalat Indonesia yang berkedudukan di Arthaloka Building

Jalan Jendral Sudirman No.2 Jakarta, dan merupakan perusahaan perbankan berbasis syariah,

memberikan fasilitas pembiayaan syariah terhadap PT. Kartika Nusantara Riezky tama atas

satu unit kapal bernama Kapal Motor “Karunia 1903” sebesar Rp.10.000.000.000,- (sepuluh

milyar rupiah) sesuai dengan perjanjian Akad Pembiayaan Al-Mubarabah No.253 tertanggal

15 Februari 2005. Terhadap kapal tersebut telah diletakkan hak hipotik yang mana kuasa

atasnya telah diberikan oleh PT. Kartika Nusantara Riezky tama kepada PT. Bank Muamalat

Indonesia yang kemudian dituangkan dalam Surat Kuasa Membebankan Hipotik No.254

tertanggal 15 Februari 2005 yang dibuat dihadapan seorang Notaris, yaitu Saudara Yondri

Darto, Sarjana Hukum di Batam. Kemudian mengenai hal ini juga telah dibuatkan Grose

Akta Hipotek No.06/2005 tertanggal 20 Juni 2005 yang didaftarkan ke Pejabat Pendaftar dan

Pencatat Balik Nama Kapal di Pontianak dan berdasarkan Grose Akta Hipotik tersebut

dikatakan jelas bahwa PT. Bank Muamalat Indonesia merupakan pemegang hak hipotik

pertama atas Kapal Motor “Karunia 1903”

Diantara kedua belah pihak, yaitu PT Kartika Nusantara Riezky tama dan PT. Bank

Muamalat Indonesia sebelumnya telah dibuat pula kesepakatan mengenai asuransi Kapal

Motor “Karunia 1903” tersebut sebagai salah satu syarat pembiayaan yang disebutkan dalam

Surat Kuasa Membebankan Hipotek No.254 tanggal 15 Februari 2005 pada huruf (f) halaman

11, yang berbunyi sebagai berikut :

Page 13: Hipotik Kapal Laut

“ Berjanji dan mengikatkan diri untuk mengasuransikan kapal tersebut di atas terhadap

bahaya kebakaran dan bahaya- bahaya lainnya yang terhadap nya sarana menganggap perlu

diadakan pertanggungan, pada maskapai/perusahaan asuransi dan dengan jumlah

pertanggungan sebagaimana disetujui oleh Penerima Kuasa / Bank Muamalat Indonesia

,dengan menunjuk Penerima Kuasa / Bank Muamalat sebagai yang berhak menerima uang

ganti kerugian bila terjadi peristiwa yang terhadapnya telah diadakan pertanggungan

(Banker’s Clause) ”

Oleh karena nya pada tanggal 1 September 2006 Kapal Motor “KARUNIA 1903”

diasuransikan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia kepada PT. Takaful Umum selaku

perusahaan asuransi di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Polis Asuransi No :

1.902.06.400.000002, dengan jenis Asuransi TLO (Total Loss Only) dengan nilai

pertanggungan sebesar Rp.12.000.000.000.00,- ( dua belas milyar rupiah ) dalam jangka

waktu 12 bulan, terhitung sejak tanggal 01 September 2006 sampai dengan tanggal 01

September 2007. Dalam polis tersebut juga disebutkan bahwa tertanggung adalah PT. Bank

Muamalat Indonesia Cabang Batam.

Pada bulan Mei 2007, ketika PT. Bank Muamalat Indonesia hendak melakukan Eksekusi

terhadap Kapal Motor “KARUNIA 1903” yang merupakan objek hipotik, diketahui bahwa

Kapal Motor "KARUNIA 1903" telah hilang dan tidak diketahui keberadaanya. Berbagai

upaya telah dilakukan sehubungan dengan kejadian ini, termasuk dengan meminta bantuan

PT. Asoka Bahari Nusantara dan berkoordinasi dengan beberapa ADPEL Pelabuhan di

Indonesia untuk melakukan investigasi pencarian kapal tersebut. Hasil investigasi

menyatakan bahwa pada bulan Desember 2007 Kapal Motor “Karunia 1903”

diidentifikasikan memasuk Pelabuhan Ternate dan Pelabuhan Kupang, akan tetapi saat

ditinjau langsung ke lokasi Kapal Motor “Karunia 1903” tidak dapat ditemukan di kedua

pelabuhan tersebut.Maka dengan begitu telah terjadi Total Loss Only.”

Putusan Nomor : 1221/ Pdt.G/ 2009/PA. JS.

Di akses dari:

http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/downloadpdf/f3b0387cf443529170f18e75feb5

85ce/pdf&sa=U&ei=rXF_UoCeF7GvigKL1YHYBQ&ved=0CAcQFjAA&client=internal-

uds-cse&usg=AFQjCNGvVTwQ3DwkvDckVHUlMtoEEvXbGg

Page 14: Hipotik Kapal Laut

ANALISIS KASUS I

Dalam kasus ini sebetulnya terjadi pertentangan antara PT. Bank Muamalat Indonesia

selaku penggugat dan PT. Takaful Utama sebagai tergugat sehubungan dengan asuransi

terhadap Kapal Motor “Karunia 1903” yang hilang dan tidak diketahui keberadaannya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa yang menjadi focus utama permasalahannya bukanlah

mengenai hak hipotik yang dipegang oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, akan tetapi lebih

kepada pertanggung jawaban apa yang harus diberikan PT. Takaful Utama sebagai pihak

yang memberi asuransi terhadap Kapal Motor “Karunia 1903”.

Walaupun begitu adalah menarik apabila kita menelusuri lebih lanjut mengenai bagaimana

penerapan ketentuan mengenai hipotik terhadap kapal sehubungan dengan kasus ini. Seperti

yang telah dipaparkan dalam kasus posisi di atas, terjadi perjanjian jaminan hipotik antara

PT. Kartika Nusantara Riezky tama dengan PT. Bank Muamalat Indonesia atas sebuah kapal

motor “Karunia 1903”. Dalam hal ini PT Kartika Nusantara Riezky tama bertindak sebagai

debitur dan PT Bank Muamalat Indonesia sebagai kreditur.Hubungan demikian terbentuk

karena kreditur memberikan pembiayaan syari’ah kepada debitur atas sebuah kapal motor

sebesar Rp.10.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah). Yang menarik di sini adalah ketika kedua

belah pihak juga turut menyepakati adanya suatu kesepakatan mengenai ausransi terhadap

barang yang dikenakan hipotik tersebut, dalam hal ini sebuah kapal motor sesuai dengan

Surat Kuasa Membebankan Hipotek No.254 tanggal 15 Februari 2005 pada huruf (f) halaman

11, yang berbunyi sebagai berikut :

“ Berjanji dan mengikatkan diri untuk mengasuransikan KAPAL tersebut di atas terhadap

bahaya kebakaran dan bahaya- bahaya lainnya yang terhadapnya SARANA menganggap

perlu diadakan pertanggungan, pada maskapai/perusahaan asuransi dan dengan jumlah

pertanggungan sebagaimana di setujui oleh PENERIMA KUASA/BANK MUAMALAT,

Page 15: Hipotik Kapal Laut

dengan menunjuk PENERIMA KUASA/BANK MUAMALAT sebagai yang berhak

menerima uang ganti kerugian bila terjadi peristiwa yang terhadapnya telah diadakan

pertanggungan (Banker’s Clause) ”

Adanya kesepakatan untuk melakukan perikatan mengenai asuransi kepada pihak ketiga

(perusahaan asuransi) terhadap benda yang dibebani hipotik memang saat ini sering

dilakukan oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Baik debitur maupun kreditur

menyadari bahwa keberadaan jaminan hipotik ini sangat membantu perusahaan perkapalan

dalam memenuhi dan menjalankan modal kerjanya agar dapat menyelenggarakan kegiatan

operasionalnya. Dengan adanya asuransi diharapkan memberikan rasa aman kepada kedua

belah pihak karena kapal laut ini sangatlah riskan terhadap kejadian-kejadian yang mungkin

terjadi di luar kehendak para pihak. Misalnya saja berkenaan dengan bencana alam yang

mungkin terjadi ketika kapal tersebut berlayar dan menimbulkan kerusakan, dengan adanya

asuransi maka ada sebuah jaminan terhadap perbaikan kapal tersebut. Kemudian, serupa

dengan apa yang terjadi dalam kasus ini, ketika kapal tersebut hilang dan tidak dapat

ditemukan walaupun telah dilakukan serangkaian kegiatan pencarian dan investigasi, maka

pihak yang meminta diadakan asuransi tentu mengharapkan adanya tindakan yang dapat

dilakukan oleh pihak pemberi asuransi.

Yang menjadi kendala dalam pelaksanaan eksekusi apabila terjadi suatu wanprestasi yaitu,

dalam KUHPerdata ketentuan mengenai Hipotik kapal apabila terjadi suatu wanprestasi maka

pihak yang memegang hipotik dapat melakukan pelelangan yang diketahui secara umum dan

hal ini menjadi kendala karena untuk mendapatkan harga yang sesuai dengan nilai

penjaminannya merupakan hal yang relative sulit dilakukan.

Page 16: Hipotik Kapal Laut

KASUS POSISI II

Terdakwa Ir. ARIS PRANATA selaku Department Head Jakarta City Credit

Operation Jakarta Thamrin PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan Ivonne Frederika

Koekoe selaku Direktur Utama PT Kirana Abadi Persada dan Nursyaf Effendi selaku

Komisaris Utama PT Kirana Abadi Persada Lines (yang perkaranya dalam tahap upaya

hukum kasasi), dan Drs Subur Hermanto selaku Commercial Business Center (CBC) PT

Bank Mandiri (Persero) Tbk Jakarta Thamrin, Djoko Setijo Oetomo selaku Team Leader II

CBC PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Jakarta Thamrin, Ferinton selaku Credit Analis CBC

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Jakarta Thamrin, (yang perkaranya sudah diputus dan telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap), pada tanggal 9 Desember 2003 sampai dengan

tanggal 2 Juni 2004 atau setidak-tidaknya dalam waktu antara tahun 2003 sampai dengan

tahun 2004 bertempat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Gedung Menara BDN Jl. Kebon

Sirih No. 83 Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang termasuk dalam daerah

hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, telah

melakukan atau turut serta melakukan perbuatan yang secara melawan hukum,

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, yang dilakukan

dengan cara sebagai berikut ;

Bahwa terdakwa berdasarkan SE Direksi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk No

RMN.RRA/002/2002 tanggal 15 Februari 2002 perihal Kebijakan Operasional Perkreditan

Bank Mandiri melakukan fungsi antara lain sebagai berikut ;

1. Melakukan pengecekan terhadap pemenuhan persyaratan penarikan kredit

(disbursement) ;

2. Pelaksanaan fungsi administrasi kredit secara umum yaitu ;

Page 17: Hipotik Kapal Laut

a. Memonitoring jangka waktu kredit ;

b. Melaksanakan dan monitoring penetapan masa laku asuransi dan

pengurusan klaim asuransi ;

c. Melaksanakan dan memonitoring pelaksanaan pengikatan agunan kredit dan

mengadministrasikan ke dalam system ;

d. Mengaktivasi rekening dan meng-update data rekening kredit.

3. Pemantauan kepatuhan debitur terhadap persyaratan Perjanjian Kredit dan

mereview kebenaran penetapan kolektibilitas kredit ;

4. Melaksanakan penelitian atas keabsahan bukti kepemilikan agunan ;

5. Melaksanakan penilaian agunan atas permintaan bisnis unit, sesuai dengan aturan

pelaksanaan yang berlaku ;

6. Melakukan Bank Checking ;

Namun ketentuan tersebut tidak dilaksanakan oleh Terdakwa, karena pada

tanggal 9 Desember 2003 Terdakwa tidak melaksanakan penelitian atas legalitas kredit

berupa Nota Analisa No CMB.CBC.JTH/638/2003 tanggal 1 Oktober 2003 yang dibuat dan

ditandatangani oleh Ferinton Credit Analyst CBC Jakarta Thamrin, Djoko S. Oetomo Team

Leader CBC Jakarta Thamrin dan Drs. Subur Hermanto Manager CBC Jakarta Thamrin

padahal Nota Analisa tersebut dibuat tanpa melakukan on the spot (pemeriksaan fisik)

terhadap kapal yang akan dibeli dan sekaligus akan dijadikan agunan utama oleh

Ivonne Frederika Koekoe (Dirut PT KAPL).

Selanjutnya walaupun Terdakwa mengetahui bahwa agunan 3 (tiga) unit kapal

belum dilakukan pemeriksaan fisik karena dokumen kapal hanya berupa fotocopy,

namun Terdakwa menandatangani Check list sebagai Syarat Penandatanganan Perjanjian

Kredit/Addendum Perjanjian Kredit dengan menyatakan....seluruh syarat penandatanganan

Perjanjian Kredit telah dipenuhi sehingga akta perjanjian kredit investasi dengan limit kredit

sebesar Rp 27.500.000.000,00 untuk pembelian 3 unit kapal dapat dilaksanakan.

Selanjutnya pada butir 4 mengatur dalam rangka memastikan apakah semua persyaratan dan

prosedur kredit telah dipenuhi, baik oleh Debitur maka sebelum memutuskan ijin penarikan

credit administration COD selaku penanggung jawab harus memastikan bahwa persyaratan

Page 18: Hipotik Kapal Laut

dalam check list telah terpenuhi, namun Terdakwa tidak melaksanakan ketentuan tersebut

karena walaupun persyaratan dalam check list belum terpenuhi yaitu Nota Analisa Kredit

tidak sesuai dengan kenyataannya Terdakwa mengajukannya sebagai lampiran perjanjian

kredit kemudian mengajukannya ke Business Unit dengan data-data yang tidak benar dalam

analisa kredit untuk bahan perjanjian kredit.

Selanjutnya berdasarkan check list yang Terdakwa tandatangani namun data-datanya

tidak benar tersebut telah dijadikan bahan perjanjian kredit antara Ivonne Frederika

Koekoe Dirut PT KAPL selaku Debitur dengan Drs Subur Hermanto City Business

Manager City Business Center Jakarta Thamrin PT Bank Mandiri (Persero) Tbk selaku

Kreditur dihadapan Notaris Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo SH pada tanggal 9 Desember

2003 yang di dalam Pasal 9 Syarat Efektif Perjanjian/ Penarikan Kredit dicantumkan

sebagai berikut ;

Butir 9.3 Penarikan Kredit Investasi dilaksanakan dengan prinsip “Payment

Against Documents” dan sedapat mungkin dibayarkan langsung pada pemilik kapal ;

Butir 9.4 Menyerahkan seluruh bukti asli pembayaran uang yang sudah

dikeluarkan sebagai self financing kredit investasi atau bukti setoran uang tunai kepada

pemilik kapal sebagai self financing minimal sebesar Rp. 15.300.000.000,00 ;

Butir 9.5 Telah menyerahkan bukti kepemilikan agunan utama dan

tambahan sekaligus dilakukan pengikatan agunan tersebut dalam bentuk Hak

Tanggungan dan surat Kuasa untuk memasang Hipotik (SKMH) serta Hipotik atas

Kapal-kapal berserta pengurusan balik nama serta pendaftarannya pada instansi yang

terkait…dst. Sebelum pengikatan dilaksanakan, maka agunan tersebut harus direview oleh

Bank.

Bahwa ketentuan tersebut tidak dilaksanakan oleh Terdakwa yaitu Terdakwa belum

menerima Sertifikat Hak Tanggungan dan surat kuasa untuk memasang hipotek

serta hipotek kapal-kapal serta kepengurusan balik nama serta pendaftaran dari

Page 19: Hipotik Kapal Laut

instansi terkait namun Terdakwa pada tanggal 9 Desember 2003 telah menandatangani

Check List Syarat-syarat Efektif dan Penarikan Perjanjian Kredit/Addendum Perjanjian

Kredit yang seolah-olah sudah terpenuhi sesuai dengan catatannya yang mencantumkan

“Menurut penilaian kami seluruh syarat efektif Perjanjian Kredit telah dipenuhi sehingga

fasilitas kredit dapat dinyatakan efektif, dengan ini saya nyatakan bahwa saya telah meneliti

kelengkapan dokumen-dokumen tersebut di atas dengan sebenarnya” ;

Bahwa sebelum Terdakwa menandatangani check list syarat-syarat efektif penarikan

perjanjian kredit/addendum perjanjian kredit berkas-berkas tersebut telah melalui proses

yaitu :

1. Ivonne Frederika Koekoe selaku Debitur mengajukan Surat Nomor 306/ KAPL-

JKT/XII/2003 tanggal 10 Desember 2003 perihal permohonan penarikan/pencairan fasilitas

kredit investasi sebesar Rp 27.500.000.000,00 kepada Subur Hermanto selaku Manajer

CBC Mandiri Thamrin, dan dana tersebut mohon dipindahbukukan rekening PT KAPL di

PT Bank Mandiri Cabang Jakarta-Cikini dengan nomor rekening 123-0004123206.

2. Bahwa atas permohonan Ivonne Frederika Koekoe tersebut Tim II Middle

Commercial CBC IV Jakarta Thamrin Dian Siswanto selaku Relationship Manager dan

Djoko S Oetomo selaku Team Leader mengajukan Memo Nomor

CMB.CBC.JTH/1213/2003 tanggal 10 Desember 2003 kepada Subur Hermanto selaku

CBC Manager perihal permohonan penarikan fasilitas kredit investasi atas nama PT Kirana

Abadi Persada Lines, dan dalam usulan Memo tersebut dicantumkan

“.....Penarikan/pencairan fasilitas kredit investasi atas nama PT Kirana Abadi Persada dapat

dipertimbangkan untuk disetujui yang kemudian dipindahkan ke rekening dengan data

sebagai berikut :

Jumlah penarikan : Rp 25.360.000.000,00 (dua puluh lima milyar tiga ratus enam

puluh juta Rupiah)

Cara penarikan : Dipindahbukukan ke rekening No. 123-0004123206 atas nama PT

Kirana Abadi Persada

Cabang : PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Hub Jakarta Cikini

Tujuan Penggunaan : Pembiayaan pembelian Kapal MV. Evia/ Kencana Prima, Kapal

Vento DL/Bangun Luas dan Kapal MV. Waddens/H Gulf.

Page 20: Hipotik Kapal Laut

Kemudian usulan tersebut ditandatangani oleh Dian Siswanto, Djoko S. Oetomo, dan

Subur Hermanto, untuk selanjutnya diajukan kepada Terdakwa.

Selanjutnya pada tanggal 11 Desember 2003 Terdakwa tanpa melakukan penelitian atas

keabsahan bukti kepemilikan agunan persyaratan pencairan kredit yang diajukan Ivonne

Frederika Koekoe menandatangani checklist Syarat-syarat Efektif dan Penarikan Perjanjian

Kredit/Addendum Perjanjian Kredit yang seolah-olah sudah terpenuhi sesuai dengan

catatannya yang mencantumkan “Menurut penilaian kami seluruh syarat efektif Perjanjian

Kredit telah dipenuhi sehingga fasilitas kredit dapat dinyatakan efektif. Dengan ini saya

nyatakan bahwa saya telah meneliti kelengkapan dokumen-dokumen tersebut diatas dengan

sebenarnya”, padahal dalam memnuhi syarat penarikan/pencairan kredit di atas Ivonne

Frederika Koekoe dan Nursyaf Effendi telah mengajukan dokumen pembelian 3 (tiga) unit

kapal cargo yang tidak benar dengan mencantumkan seolah-olah telah membeli dahulu 3

(tiga) unit kapal yang juga dijadikan sebagai jaminan utama dalam pengajuan kredit

investasi.

Bahwa Setelah Terdakwa menyatakan seluruh syarat efektif perjanjian kredit yang diajukan

Ivonne Frederika Koekoe selaku Dirut PT Kirana Abadi Persada Lines telah terpenuhi

kemudian Terdakwa Aris Pranata membuat Keputusan Ijin Penarikan Nomor

JCCO.IV/1455/KIP/2003 tanggal 11 Desember 2003 yang menyatakan “dengan ini kami

Aris Pranata selaku Department Head Jakarta City Credit Operation IV Thamrin telah

memberikan ijin penarikan kredit investasi.

Bahwa dengan perbuatan melawan hukum yang dilakukan Terdakwa sebagaimana tersebut di

atas telah memperkaya Ivonne Frederika Koekoe dan Nursyaf Effendi sejumlah Rp

27.500.000.000,00 (dua puluh tujuh milyar lima ratus juta Rupiah).

Akibat perbuatan yang dilakukan Terdakwa telah merugikan keuangan Negara Cq PT

Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar Rp 27.500.000.000,00 (dua puluh tujuh milyar lima

ratus juta Rupiah) sesuai dengan surat Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Deputi

Bidang Investigasi Nomor R-428/D.6/02/2009 tanggal 2 April 2009 perihal Laporan Hasil

Perhitungan Kerugian Keuangan Negara atas perkara tindak pidana korupsi dalam

pemberian fasilitas kredit investasi oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Commercial

Banking Center (CBC) Jakarta Thamrin kepada PT Kirana Abadi Persada Lines (PT.

KAPL).

Page 21: Hipotik Kapal Laut

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Mahkamah Agung:

Menyatakan Terdakwa Ir. Aris Pranata terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

secara bersama-sama melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam Pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana ;

Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 5 (lima tahun)

dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah agar Terdakwa ditahan

di Rumah Tahanan dan pidana denda sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta Rupiah)

subsidair 6 (enam) bulan kurungan.

ANALISIS KASUS II:

Di dalam kasus dinyatakan bahwa Nota Analisa No CMB.CBC.JTH/638/2003 tanggal

1 Oktober 2003 yang dibuat dan ditandatangani oleh Ferinton Credit Analyst CBC Jakarta

Thamrin, Djoko S. Oetomo Team Leader CBC Jakarta Thamrin dan Drs. Subur Hermanto

Manager CBC Jakarta Thamrin tersebut dibuat tanpa melakukan on the spot

(pemeriksaan fisik) terhadap kapal yang akan dibeli dan sekaligus akan dijadikan

agunan utama oleh Ivonne Frederika Koekoe (Dirut PT KAPL). Dengan belum

dilakukannya pemeriksaan fisik atas kapal laut tersebut maka Nota Analisa tersebut tidak

akan sah, karena pemeriksaan fisik dibutuhkan untuk mengetahui status dari kapal laut

tersebut. Apakah kapal laut tersebut dapat dibebankan hipotok atau tidak. Seperti yang telah

diatur dalam pasal 314 ayat (3) KUHDagang yang menetukan bahwa kapal yang telah

dibukukan dalam register kapal dapat dibebani hipotik dan kapal yang dapat dibukukan

dalam register adalah kapal yang memiliki ukuran paling sedikit 20 m3 seperti yang diatur

dalam pasal 314 ayat (1) KUHDagang. Dengan tidak dilakukannya pemeriksaan fisik atas

kapal tersebut maka tidak dapat diketahui pasti apakah kapal tersebut dapat dibebani hipotik

atau tidak. Sehingga nota analisa yang ditandatangani oleh terdakwa pada 1 Oktober 2003

tidak sah.

Page 22: Hipotik Kapal Laut

MAKALAH

HUKUM KEBENDAAN PERDATA

“HIPOTIK KAPAL LAUT”

Disusun Oleh :

Maria Regita (1206244996)

Gerin Baskara (1206246944)

Page 23: Hipotik Kapal Laut

Arindra Bratanatha (1206245456)

Agnes Alfreda (1206248810)

Taufiq Burhani (1206246761)

Fadel Muhammad (1206250866)

Universitas Indonesia

Depok, November 2013