Hipoparatiroid.docx

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa tersebut membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh seseorang. Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni hipoparatiroidisme dan hiperparatiroidisme. Kekurangan hormon paratiroid dalam tubuh seseorang akan mengkibatkan kekurangan kadar kalsium dan peningkatan fosfor dalam tubuh. Penderita dengan kekurangan hormon paratiroid dinamakan hipoparatiroidisme. Hipoparatiroidisme akan menyebabkan hipokalsemia. Dan banyak gejala klinis yang muncul akibat hipokalsemia ini diantaranya bisa menyebabkan 1

Transcript of Hipoparatiroid.docx

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa tersebut membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh seseorang. Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni hipoparatiroidisme dan hiperparatiroidisme. Kekurangan hormon paratiroid dalam tubuh seseorang akan mengkibatkan kekurangan kadar kalsium dan peningkatan fosfor dalam tubuh. Penderita dengan kekurangan hormon paratiroid dinamakan hipoparatiroidisme. Hipoparatiroidisme akan menyebabkan hipokalsemia. Dan banyak gejala klinis yang muncul akibat hipokalsemia ini diantaranya bisa menyebabkan iritabilitas neuromuscular yang berupa tetanus (hipertonis otot yang menyeluruh).Prevalensi penyakit hipoparatiroidisme di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun.

B. Rumusan Masalah1. Apakahdefinisi hipoparatiroidisme?2. Apa saja etiologi hipoparatiroidisme?3. Bagaimana manifestasi klinisi hipoparatiroidisme?4. Bagaimana patofisiologi hipoparatiroidisme?5. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk hipoparatiroidisme?6. Apa sajakah komplikasi hipoparatiroidisme?7. Bagaimana penatalaksanaan hipoparatiroidisme?8. Bagaimana asuhan keperawatan pada hipoparatiroidisme?C. Pembatasan MasalahSetelah membuat latar belakang kelompok membatasi penulisan masalah hanya membahas pada gangguan hiperparatiroidisme serta asuhan keperawatannya.D. Tujuan1. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit hipoparatiroidisme.2. Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang keperawatan khususnya Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan Sistem endokrin (hipoparatirodisme).

BAB IIPEMBAHASAN

A. DefinisiHipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak,2011)Hipoparatiroidisme adalah penyebab tersering hipokalsemia kronik disebabkan oleh kurangnya PTH atau resistensi terhadap kerja hormon ini. Penyakit ini dapat bersifat kongenital, tetapi penyebab tersering pada individu dewasa adalah kerusakan setelah pembedahan tiroid atau laring. (Brooker, 2008)

B. KlasifikasiHipoparatiroidisme dapat berupa hipoparatiroidisme neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroidisme, dan hipoparatiroidisme pascabedah.1. Hipoparatiroidisme neonatalHipoparatiroidisme neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita hiperparatiroidisme. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia.2. Simpel idiopatik hipoparatiroidismeGangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.3. Hipoparatiroidsme pascabedahKelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroidisme yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun tidak khas yang mengarah pada diagnosis hipoparatiroid.C. EtiologiPenyebab hipoparatiroidisme yang paling sering ditemukan adalah sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat akibat suplai darah terganggu atau setelah jaringan kelenjar paratiroid diangkat pada saat dilakukan tiroidektomi, paratiroidektomi atau diseksi radikal leher. Atrofi kelenjar paratirod yang etiologinya tidak diketahui merupakan penyebab hipoparatiroidisme yang jarang dijumpai.Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroidisme, antara lain :1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:a. Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomib. Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)2. Hipomagnesemia3. Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif4. Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)Pada kasus-kasus lain, hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin berhubungan dengan penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar paratiroid bersama dengan kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjar-kelenjar tiroid, ovari, atau adrenal. Hipoparatiroidisme sangat jarang terjadi, berbeda dari hiperparatiroidisme, kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh membuat terlalu banyak PTH.D. Manifestasi KlinisGejala Hipoparatiroidisme sama dengan hipokalsemia dan dapat berkisar dari cukup ringan seperti kesemutan di tangan, jari, dan sekitar mulut atau kram otot di seluruh tubuh, dan kejang-kejang. Hal ini dikarenakan kalsium yang memiliki beberapa fungsi utama di dalam tubuh kita termasuk memberikan energi listrik untuk seluruh sistem saraf, menyediakan energi listrik untuk kontraksi otot, dan memberikan kekuatan untuk tulang. Semua gejala hipokalsemia disebabkan oleh disfungsi saraf dan otot-otot. Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas system neuromuskuler yang berupa tetanus. Tetanus merupakan hipertoni otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontraksi spasmodic atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan volunteer.Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan, kram pada ekstrimitas dengan keadaan perasaan kaku pada kedua tangan atau kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata (overt), tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring, spasme korpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangandan ekstensi sendi karpofalangeal), disfagia, fotofobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas iritabilitas, depresi, bahkan delirium, perubahan pada EKG dan hipotensi juga dapat terjadi (Brunner & Suddarth).Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau tetanic aequivalent.Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi. Dalam tetanic aequivalent : 1. Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis2. Stridor laryngeal (spasme) yang bisa menyebabkan kematian3. Parestesia atau kesemutan dan kebas dapat terjadi disekeliling mulut, ujung-ujung jari dan kadang kaki.4. Disfagia dan disartria5. Kelumpuhan otot-otot6. Aritmia jantung

E. Patofisiologi

F. Pemeriksaan diagnostikPada pemeriksaan terdapat refleks patologis:1. Erbs signDengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)2. Chvosteks signKetukan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Chvostek's sign mendeteksi laten tetanus, penyadapan dari saraf wajah kelima di depan telinga dengan mulut pasien yang sedikit terbuka menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Menunjukkan hasil positif apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba di daerah nervus fasialis tepat di depan kelenjar parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasmeatau gerakan kedutan pada mulut, hidung, dan mata.3. Trousseaus signJika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal. Trousseaus sign dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat penyumbatan aliran darah jke lengan selama 3 menit dengan manset tensimeter.4. Peroneal signDengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki.

Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri dan pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu. Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu:1. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.2. Anorganik dalam serum tinggi3. Fosfatase alkali normal atau rendahFoto Rontgen:1. Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak2. Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid3. Density dari tulang bisa bertambah4. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang

G. Komplikasi1. Tetany dapat menyebabkan saluran nafas terblokir, membutuhkan tracheostomy 2. Pertumbuhan terhambat, cacat gigi, dan perkembangan mental lambat dapat terjadi jika Hipoparatiroidisme berkembang di masa kecil.3. Pengobatan yang berlebihan dengan vitamin D dan kalsium dapat menyebabkan hypercalcemia (kalsium darah tinggi) dan terkadang mengganggu fungsi ginjal.4. Ada peningkatan risiko anemia pernisiosa , penyakit Addison's , katarak.

H. PenatalaksanaanTujuannya adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia. Penatalaksanaan Hipokalsemia dibedakan menjadi 2 bagian yaitu penatalaksanaan pada kondisi akut dan kronis. Pada kondisi akut, dimana pasien datang dengan kejang, penurunan kesadaran, spasme otot. Walaupun Apabila terjadi hipokalsemia yang terjadi bersifat ringan (7-8 mg/dl) maka penatalaksanaan hipokalsemia harus dilakuakan secara agresif dengan kalsium glukonas intravena. Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai berikut, 1 sampai 2 ampul (90 180 elemental calcium) dilarutkan dalam 50 100 mL larutan dextrose 5% yang kemudian diberikan dalam 10 menit. Pada kondisi hipokalsemia kronik dimana pasien hanya mengeluhkan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala klinis dapat diberikan preparat kalsium vitamin D per oral. Beberapa jenis preparat kalsium terdapat dipasaran, dimana kalsiun karbonat paling banyak digunakan. Preparat kalsium karbonat mengandung 40% elemental calcium dengan harga relatif murah sedangkan kalsium sitrat mengandung 21%, kalsium laktat 13%, kalsium glukonat 9% elemental calcium. Selain preparat tablet juga terdapat preparat cair, seperti kalsium glubionat yang mengandung 230 mg elemental calcium dalam 10 ml, serta kalsium karbonat cair dosis preparat kalsium dimulai dari 1-3 gram elemental calcium yang terbagi dalam 3-4 dosis bersama makan. Target koreksi hipokalsemia disini adalah :1. Terkontrolnya gejala klinis2. Mempertahankan konsentrasi kalsium serum pada kisaran normalnya (8-8,5 mg/dl)3. Jumlah kalsium urin dalam 24 jam dibawah 300 mg/24jam4. Produk kalsiuum fosfat dibawah 55.Secara khusus pada hipoparatiroid dibutuhkan pemberian vitamin D atau analog vitamin D kalsitriol, sebuah vitamin D dalam bentuk aktif dan kerja cepat sehingga digunakan sebagai terapi inisial.pada kondisi hipoparatiroid, terapi ideal adalah mengganti hormon tersebut. Auto dan Xenotranplantasi jaringan kelenjar paratiroid telah dikerjakan pada saat paratiroidektomi untuk mempertahankan fungsinya. Metode tersebut memberikan tingkat kesuksesan yang bervariasi. Marwah etal dalam sebuah kohort perpektif menyimpulkan bahwa auto transplantasi minimal 1 kelenjar paratiroid secara rutin secara bermakna mengurangi insiden hipoparatiroid. Preparat hormon PTH (1-34 PTH teriparatide) juga telah dicoba sebagai terapi pengganti.dalam beberapa penelitian termasuk uji klinis terbatas selam 3 tahun dosis PTH sekali sampai dua kali sehari subkutan mampu menormalkan konsentrasi kalsium serum setara kalsitriol, tetapi mempunyai kelebihan ekskresi kalsium urin normal. Akibat adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia dan tetanus memerlukan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tibatiba, cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak. Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-obat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernafasan. Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT 10 atau Hytakerol), atau ergokalsiferol (vitamin D2) atau koolekalsiferpol (vitamin D3) biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal.

I. Asuhan Keperawatan pada Hipoparatiroidisme

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran 10