HIPERVOLEMIK
-
Upload
catri-dwi-utari-pramasari -
Category
Documents
-
view
244 -
download
9
Transcript of HIPERVOLEMIK
LAPORAN TUGAS BLOK 11
”Terapi Hipervolemia”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
1. Ganda Taufik Anggrahi (04111001131)
2. Riandri Lingga Gunawan (04111001132)
3. Catri Dwi Utari Pramasari (04111001133)
4. Agung Hadi Wibowo (04111001135)
5. Veranika Santiani (04111001136)
6. Indah Aprilia (04111001137)
7. Mulyati (04111001138)
8. Prass Ekasetia Putra (04111001139)
9. Bhisma Trisandi Surya Manggala (04111001140)
10. Randa Deka Putra (04111001141)
Dosen : dr.Zulkifli
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya, tugas mengenai
“Terapi Hipervolemia” Blok 11 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas ini bertujuan sebagai tugas yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran
KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan laporan ini.
Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan sangat bermanfaat bagi revisi
yang senantiasa akan penyusun lakukan.
Palembang, October 2012
Tim Penyusun
HIPERVOLEMIK
1. DEFINISI
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonik dari CES yang disebabkan
oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama
dimana mereka secara normal berada dalam CES.
Penyebab kelebihan volume cairan mungkin berhubungan dengan kelebihan cairan biasa
atau penurunan fungsi dari mekanisme homeostatis yang bertanggung jawab untuk
mengatur keseimbangan cairan. Faktor – faktor penyebab dapat termasuk gagal jantung
kongestif, gagal ginjal dan sirosis hepar. Pemberian cairan yang mengandung natrium
secara berlebihan. Masukan garam meja (natrium klorida) yang berlebihan atau natrium
lain juga meningkatkan kecenderungan akan kelebihan cairan.
2. PENYEBAB
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan. Kelebihan
cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah menjadi sangat
kecil. Minum air dalam jumlah yang sangat banyak biasanya tidak menyebabkan
overhidrasi jika kelenjar hipofisa, ginjal dan jantung berfungsi secara normal.
Overhidrasi lebih sering terjadi pada orang-orang yang ginjalnya tidak membuang cairan
secara normal, misalnya pada penderita penyakit jantung, ginjal atau hati. Orang-orang
tersebut harus membatasi jumlah air yang mereka minum dan jumlah garam yang mereka
makan.
3. GEJALA
Seperti halnya dengan dehidrasi, organ yang paling mudah terkena dampak dari
overhidrasi adalah otak. Jika overhidrasi terjadi secara perlahan, sel-sel otak memiliki
kesempatan untuk menyesuaikan diri, sehingga hanya sedikit gejala yang timbul. Jika
overhidrasi terjadi sangat cepat, penderita akan menunjukkan kekacauan mental, kejang
dan koma.
4. DIAGNOSA
Pada overhidrasi, kelebihan cairan ditemukan baik di dalam maupun di sekitar sel dan
biasanya tidak menyebabkan timbulnya tanda-tanda pengumpulan cairan. Pada kelebihan
volume darah, tubuh juga memiliki terlalu banyak natrium, sehingga tidak dapat
memindahkan air kedalam cadangan di dalam sel.
Pada kelebihan volume darah (misalnya gagal jantung dan sirosis hati), cairan terkumpul
di sekitar sel-sel di dada, perut dan tungkai bawah. Membedakan overhidrasi dan volume
darah yang berlebihan seringkali sulit dilakukan, karena overhidrasi bisa terjadi sendiri
atau bersamaan dengan kelebihan volume darah.
HIPERVOLEMIA
Hipervolemia adalah penambahan / kelebihan volume (CES). Hipervolemia ini dapat terjadi
jika terdapat :
1. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air
2. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
3. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV)
4. Perpindahan cairan interstisial ke plasma
Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada
pasien dengan disfungsi kardiovaskuler. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hiperlemia adalah berupa pelepasan peptida natriuretik atrium (PNA), menimbulkan
peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan
aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisis elektrolit, keseimbangan asam-basa
dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia.
Pengkajian
I. Tanda dan gejala : sesak nafas, ortopnea.
II. Pengkajian fisik : Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD
saat jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena
leher, kulit lembab, takikardia, irama gallop.
III. Pengukuran hemodinamik : peningkatan CVP, TAP, dan TAR.
Riwayat dan faktor-faktor resiko
Retensi natrium dan air : gagal jantung, sirosis, sindrom nefrotik, kelebihan pemberian
glukokortikosteroid
Fungsi ginjal abnormal : gagal ginjal akut atau kronis dengan oliguria
Kelebihan pemberian cairan intravena (IV)
Perpindahan cairan intertisial ke plasma : remobilisasi cairan setelah pengobatan luka bakar,
kelebihan pemberian larutan hipertonik (mis; manitol, salin hipertonik) atau larutan onkotik
kolid (mis; albumin).
Pemeriksaan Diagnostik
Temuan laboratorium yang ada dan biasanya takspesifik:
1. Hematrokrit : penurunan karena hemodilusi
2. BUN : meningkatkan pada gagal ginjal
3. Nilai gas darah arteri (GDA) : Dapat menunjukkan hipoksemia (penurunan PaO2) dan
alkalosis (peningkatan pH dan penurunan PaCO2) pada adanya edema pulmoner.
4. Natrium dan osmolalitas serum : Akan menurun bila terjadi hipervolemia sebagai
akibat dari kelebihan retensi air (mis., pada gagal ginjal kronis)
5. Natrium urine : peningkatan bila ginjal berupaya untuk mengekskresikan kelebihan
natrium. Natrium urine tidak akan meningkat pada kondisi hiperaldosteronisme
sekunder (mis., gagal jantung kongestif, sirosis, sindrom nefrotik) karena
hipervolemia terjadi sekunder terhadap rangsang kronis pada pelepasan aldosteron.
6. Berat jenis urine : Menurun bila ginjal berupaya untuk mengekskresikan kelebihan
volume. Dapat menepat pada 1,010 pada gagal ginjal akut
7. Foto rontgen dada : Dapat menunjukkan tanda kongesti vascular pulmoner
Penatalaksanaan Kolaboratif
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES pada normal.
Tindakan dapat meliputi hal berikut :
1. Pembatasan natrium dan air
2. Diuretik
3. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinu : Pada gagal ginjal atau kelebihan beban
cairan yang mengancam hidup.
Diagnosa
Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan masukan cairan dan natrium
atau gangguan mekanisme pengaturan.
Hasil yang diharapkan : pasien normovolemik dibuktikan dengan haluran urine adekuat
sedikitnya 30-60 ml/jam, berat jenis urine kira-kira 1,010-1,020, berat badan stabil, dan
takada edema. TD dalam batas normal pasien, CVP 2-6 mm Hg, dan FJ 60-100 dpm. Selain
itu, untuk pasien perawatan kritis TAP adalah 20-30/8-15 mm Hg, TAR 70-105 mm Hg, dan
CJ 4-7 L/mnt.
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler
sekunder terhadap kongesti vascular pulmoner yang terjadi pada pertambahan CES.
Hasil yang diharapkan: pasien mempunyai pertukaran gas adekuat dibuktikan oleh FP
≤napas/mnt, FJ ≤100 dpm, dan PaO2 ≥80 mm Hg. Pasien tidak menunjukkan krekles, gallop,
atau indicator klinis lain dari edema pulmoner. Untuk pasien di perawatan kritis, TAP ≤30/15
m Hg.
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit dan jaringan yang berhubungan dengan
edema sekunder terhadap kelebihan volume cairan.
Hasil yang diharapkan : kulit pasien tetap bebas dari eritema, luka, dan ulserasi.
Pedoman Penyuluhan Pasien-Keluarga
Beri pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis tentang hal berikut :
Tanda dan gejala hipervolemia
Gejala-gejala yang memerlukan pemberitahuan dokter setelah pulang dari rumah
sakit; sesak nafas, nyeri dada, ketidakteraturan nadi baru.
Diet rendah garam, bila diprogramkan; gunakan pengganti garam; dan hindari
makanan yang mengandung natrium tinggi
Obat-obatan : termasuk nama, tujuan, dosis, frekwensi, kewaspadaan dan potensial
efek samping; tanda dan gejala hipokalemia bila pasien mnggunakan diuretik.
Pentingnya pembatasan cairan bila hipervolemia berlanjut
Pentingnya penimbangan berat badan setiap hari.
Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Definisi
Kelebihan volume cairan (FVE) mengacu pada perluasan isotonik dari CES yang disebabkan
oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana
mereka secara normal berada dalam CES.
Penyebab kelebihan volume cairan mungkin berhubungan dengan kelebihan cairan biasa atau
penurunan fungsi dari mekanisme homeostatis yang bertanggung jawab untuk mengatur
keseimbangan cairan. Faktor – faktor penyebab dapat termasuk gagal jantung kongestif,
gagal ginjal dan sirosis hepar. Pemberian cairan yang mengandung natrium secara berlebihan.
Masukan garam meja (natrium klorida) yang berlebihan atau natrium lain juga meningkatkan
kecenderungan akan kelebihan cairan.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari FVE berasal dari perluasan partemen CES dan termasuk edema,
distensi vena leher, dan krakels (bunyi paru yang abnormal). Manifestasi lain dari kelebihan
volume cairan termasuk takikardia, peningkatan tekanan darah, tekanan nadi, dan tekanan
vena sentral, peningkatan berat badan, peningkatan haluaran urin, dan napas pendek dan
mengi.
Evaluasi Diagnostik
Data laboratorium yang bermanfaat dalam diagnosa FVE termasuk BUN dan tingkat
hematokrit. Dengan adanya FVE, kedua nilai ini mungkin menurun kare na dilusi plasma.
Natrium urin akan meningkat jika ginjal mencoba mengekskresikan volume yang berlebihan.
Rongent dada mungkin menunjukkan kandungan pulmonal. Hipervolemia terjadi jika
aldosteron terstimulasi secara kronis (y.i.., sirosis, gagal jantung kongestif, dan sindroma
nefrotik), karena itu natrium urin tidak akan meningkat dalam keadaan ini.
Penatalaksanaan
Diuretik. Diuretik diresepkan jika pembatasan diet natrium saja tidak cukup untuk
mengurangi edema dengan mencegah reabsorpsi natrium dan air oleh ginjal. Pilihan diuretik
didasarkan pada keparahan keadaan hipervolemik, tingkat kerusakan fungsi renal , dan
kepatenan diuretik.
Modalitas Pengobatan Lainnya Hemodialisis atau dialisis peritoneal dapat dilakukan untuk
membuang sampah nitrogen dan mengendalikan keseimbangan kalium dan asam basa, dan
untuk membuang natrium dan cairan.
Diet Pembatasan Natrium. Pengobatan FVE biasanya mencakup pembatasan natrium pada
diet. Diet harian rata – rata yang tidak dibatasi natrium mengandung 6 sampai 15 gr,
sedangkandiet rendah natrium rentangnya dapat mulai dari pembatasan ringan sampai
serendah 250 mg natrium per hari, bergantung kebutuhan pasien.
TERAPI HIPERVOLEMIA
Penatalaksanaan Kolaboratif
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES pada normal.
Tindakan dapat meliputi hal berikut :
1. Pembatasan natrium dan air
2. Diuretik
3. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinu : Pada gagal ginjal atau kelebihan beban
cairan yang mengancam hidup.
Pengobatan hipervolemik tergantung kepada penyebabnya. Tetapi pada dasarnya, tanpa
melihat apapun penyebabnya, asupan cairan harus dibatasi.
Minum sebanyak kurang dari 1 L cairan/hari biasanya akan memperbaiki hipervolemik
dalam beberapa hari. Pembatasan asupan cairan ini harus dibawah pengawasan dan atas
saan dari dokter.
Kadang diberikan diuretik untuk meningkatkan pembuangan cairan oleh ginjal. Diuretik,
diresepkan jika pembatasan diet natirum saja tidak cukup untuk mengurang edema dengan
mencegah rearbsorpsi natrium dan air oleh ginjal. Biasanya diuretik lebih efektif dalam
mengatasi kelebihan volume darah, sehingga paling efektif jika diberikan kepada oenderita
hipervolemik yang disertai dengan kelebihan volume darah. Pilihan diuretik didasarkan
pada keparahan keadaan hipervolemik, tingkat kerusakan fungsi renal , dan kepatenan
diuretik.
Pembentukan Edema
Edema terjadi sebagai akibat dari pertambahan volume cairan interstisial dan diartikan
sebagai bengkak yang dapat teraba dari ruangan insterstisial yang terlokalisasi (mis.,
tromboflrbitis pada osbtruksi vena) atau umum (mis., gagal jantung). Edema umum berat
adalah perubahan pada hemodinamik kapiler memperberat peningkatan pembentukkan atau
penurunan pembuangan cairan interstisial. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler akibat
penambahan volume atau obstruksi vena, atau peningkatan permeabilitas kapiler karena luka
bakar, alergi, atau infeksi, menyebabkan peningkatan volume cairan interstisial. Retensi
natrium dan air oelh ginjal meningkat dan mempertahankan edema umum. Ini mungkin
karena penurunan kemampuan untuk mengekskresikan natrium dan air (aliran berlebihan)
pada gagal ginjal atau peningkatan stimulus pada penghematan natrium dan air (kurang
pengisian). Pada gagal ginjal jantung, sebagai contoh, kerusakan fungsi jantung menimbulkan
penurunan CJ dengan penurunan SVE, yang pada waktunya merangsang ginjal untuk
menyimpan natrium dan air melalui sistem reninagiotensin.
Pengkajian
Edema umum biasanya merupakan bukti paling nyata pada area tergantung. Pasien ambulasi
akan menunjukkan edema pretibia atau pergelangan kaki, sedangkan pasien yang terbatas
ditempat tidur akan menunjukan edema sacral. Edema umum juga dapat terjadi disekitar mata
(periorbital) atau pada kantung scrotal karena tekanan jaringan rendah pada area ini.
Penatalaksanaan
1. Tindakan terhadap masalah utama : sebagai contoh, digitalis untuk pasien dengan
gagal jantung kongestif.
2. Mobilisasi edema : sebagai contoh, dengan tirah baring dan kaus kaki penyokong.
3. Pembatasan diet natrium dan cairan : selain itu, sumber natrium tersembunyi (mis.,
obat-obatan) harus dihindari.
4. Terapi diuretik. Dialisa atau hemofiltrasi arterivena kontinu : pada gagal ginjal atau
kelebihan beban cairan yang mengancam jiwa.
5. Parasentetis sbdomen : untuk tindakan asites berat yang
secara menguntungkan mempengaruh fungsi kardiopulmoner.
Terapi Diuretik
Diuretik mengurangi edema dengan menghambat reabsorpsi dan natrium dan air oleh ginjal.
Diuretic juga dapat menginduksi kehilangan elektrolit penting lainnya dan mengubah
keseimbangan asam-basa. Meskipun rentesi natrium dan air oleh ginjal dan komponen
penting pada pengembangan edema, tidak semua kondisi edema memerlukan pengobatan
dengan diuretic. Penurunan CES dan perubahan pada keseimbangan elektrolit disebabkan
oleh diuretic mungkin mengganggu.
Diuretik diresepkan jika pembatasan diet natrium saja tidak cukup untuk mengurangi edema
dengan mencegah reabsorpsi natrium dan air oleh ginjal. Pilihan diuretik didasarkan pada
keparahan keadaan hipervolemik, tingkat kerusakan fungsi renal, dan kepatenan diuretik.
Modalitas Pengobatan Lainnya Hemodialisis atau dialisis peritoneal dapat dilakukan untuk
membuang sampah nitrogen dan mengendalikan keseimbangan kalium dan asam basa, dan
untuk membuang natrium dan cairan.
Diet Pembatasan Natrium. Pengobatan FVE biasanya mencakup pembatasan natrium pada
diet. Diet harian rata – rata yang tidak dibatasi natrium mengandung 6 sampai 15 gr,
sedangkandiet rendah natrium rentangnya dapat mulai dari pembatasan ringan sampai
serendah 250 mg natrium per hari, bergantung kebutuhan pasien.
DIURETIK
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian :
1. menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi.
2. menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi
normal.
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium
tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan
curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan
terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang
akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah.
Mekanisme kerja diuretik
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :
1. tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-
tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
2. status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal.
Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
3. interaksi antara obat dengan reseptor.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotik
Tempat Dan Cara Kerja :
1. Tubuli Proksimal penghambatan reabsorbsi natrium dan air melalui daya osmotiknya
2. Ansa Henle penghambatan reasorbsi natrium dan air oleh karena hiperosmolaritas
daerah medula menurun.
3. Duktus Koligentes penghambatan reasorbsi natrium dan air akibat adanya papilarry
washout, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan
isosorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah
asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid,
hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid,
klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan
duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi
kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung
(triamteren dan amilorida). Yang tergolong dalam kelompok ini adalah: antagonis
aldosteron. triamterenc. amilorid.
5. Diuretik kuat
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada
bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium,
dan klorida. yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan
bumetamid.
6. Xantin
Xantin ternyata juga mempunyai efek diuresis. Efek stimulansianya paa fungsi jantung,
menimbulkan dugaan bahwa diuresis sebagian disebabkan oleh meningkatnya aliran
darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus. Namun semua derivat xantin ini rupanya juga
berefek langsung pada tubuli ginjal, yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+ dan Cl-
tanpa disertai perubahan yang nyata pada perubahan urin. Efek diuresis ini hanya sedikit
dipengaruhi oleh keseimbangan asam-basa, tetapi mengalami potensiasi bila diberikan
bersama penghambat karbonik anhidrase.Diantara kelompok xantin, theofilin
memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat.
Penggunaan klinik diuretik.
Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita.
a) Diuretik golongan tiazid, :
- digunakan pada payah jantung kronik kongestif, bila fungsi ginjal normal.
- Digunakan pada penderita batu ginjal.
- disertai dengan diet rendah garam digunakan pada penderita diabetes insipidus
b) Diuretik kuat biasanya (furosemid) :
- terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
- Udem paru akut.
- digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang
segera.
- diberikan bersama infus NaCl hipertonis pada penderita hiperklasemia
c) Diuretik osmotik :
- pada penderita udem otak
- Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah pada penderita acute angle
closure glaucoma
d) Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya
hipokalemia.
e) Biasanya digunakan diuretik golongan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan
spironolakton untuk penderita sindrom nefrotik.
Komplikasi Terapi Diuretik
1. Abnormalitas volume : kekurangan volume karena dieresis berlebihan. Pantauan pasien
terhadap tanda kekurangan valume cairan: pusing, kelemahan, keletihan, hipotensi
postural.
2. Gangguan Elektrolit
Hipokalemia : terjadi karena peningkatan sekresi dan ekskresi kalium oleh ginjal.
Hiperkalemia : Terjadi karena penurunan sekresi dan ekskresi kalium oleh ginjal. Ini
dapat terjadi dengan diuretik yang bekerja pada tubulus distal akhir.pantuan pasien
terhadap indicator hiperkalemia : peka rangsang, ansietas, kram abdomen, kelemahan
otot (khususnya pada ekstermitas bawah), dan perubahan EKG.
Hiponatremia : Terjadi karena peningkatan rangsang untuk pelepasan ADH sekunder
terhadap penurunan volume sirkulasi efektif (ingat bahwa ADH hanya mempengaruhi
reabsorpsi dan retensi air). Pantau pasien terhadap indikato hiponatremia :
perangsang, ketakutan, dan pusing.
Hipomagnesemia : Terjadi karena penurunan reabsorpsi dan peningkatan ekresi
magnesium oleh ginjal. Ini dapat terjadi pada ansa dan diuretic jenis tiazid dan akan
memperberat terjadinya hipokalemia. Pantau pasien terhadap indicator hipomagnesia :
kacau mental, kram, dan disritmia.
3. Gangguan asam-basa
a) Alkalosis metabolik: Dapat disebabkan oleh ansa dan diuretic jenis tiazid karena
peningkatan sekresi dan ekskresi hydrogen oleh ginjal dan kontraksi CES di sekitar
adanya bikarbonat (kontaksi alkalosis). Pantau pasien terhadap indikator alkalosis
metabolic : kelemahan otot, disritmia, apatis, dan kacau mental.
b) Asidosis metabolik : Dapat terjadi karena peningkatan kehilangan bikarbonat pada
urine dengan asetazolamid. Pantau pasien terhadap indikator asidosis metabolic :
takipnea, kelelahan, kacau mental. Asidosis metabolic juga terjadi pada diuretic
pengikat kalium.
4. Komplikasi metabolik lain :
a) Azotemia : ini adalah peningkatan retensi sisa metabolic (mis., urea dan kreatinin)
karena reduksi volume sirkulasi efektif dengan penurunan perfusi ginjal dan
penurunan ekskresi sisa metabolik. Waspadakan dokter terhadap perubahan BUN.
b) Hiperuresemia : Terjaid karena peningkatan reabsorpsi dan penurunan ekskresi asam
urat oleh ginjal. Waspadakan dokter terhadap keluhan pasien tentang jenis nyeri gout.
Kondisi ini biasanya hanya masalah pada pasien dengan adanya gout.
Terapi Cairan
Tujuan pemberian cairan IV adalah untuk mempertahankan atau memulihkan valume cairan
normal dan keseimbangan elektrolit dan untuk memberikan cara pemberian obat-obatan
dengan cepat dan efisien. Perhatian lainnya adalah nutrisi. Sayangnya, cairan IV rutin (mis.,
larutan dekstrosa 5%) mengandung hanya kabohidrat yang cukup untuk meminimalkan
kerusakan jaringan dan kelaparan. Bahan ini tidak memberikan kalori dan asam amino
esensial adekuat untuk kebutuhan sintesis jaringan. Lima persen larutan dekstrosa, sebagai
contoh, memberikan hanya 170 kalori perliter, sedangkan rata-rata pasien tirah baring
memerlukan minimal 1500 kalori per hari.pasien jangan harus dipertahankan cairannya
semata-mata pada larutan dektrosa 5% untuk lebih dari beberapa hari.
Jenis cairan IV yang diresepkan untuk penggantian atau pemeliharaan volume tergantung
pada beberapa faktor, temasuk jenis kehilangan cairan dan kebutuhan nutrisi pasien, elektrolit
serum, osmolalitas serum, dan keseimbangan asam-basa.
Cairan Intravena yang Umum Diprogramkan
Cairan IV dibagi kedalam dua kategori mayor : kristaloid dan koloid.Larutan kristaloid hanya
mengandung elektrolit dan glukosa, substansi yang tidak dibatasi pada ruang intravaskular.
Karenanya, larutan ini akan menyebar keseluruh ruang ekstraseular. Tergantung pada
kandungan natriumnya, kristaloid juga dapat menambah volume cairan intraselular (CIS).
NaCl isotonic (0,9%) hanya akan menambah CES, sedangkan larutan NaCl hipotonik dan
dekstrosa dan larutan air menambah kompartemen cairan.Koloid adalah larutan yang
mengandung sel-sel, protein, atau makro molekul sintetik yang tidak siap melewati
membrane kapiler. Larutan ini tetap didalam ruang vascular dan, tergantung pada konsentrasi
mereka, dapat menyebabkan perpindahan osmotik cairan dari insterstitium kedalam ruang
intravaskular.
Rehidrasi Oral pada Diare Pediatrik
Larutan rehidrasi oral telah dikembangkan untuk mengatasi kekurangan cairan karena diare,
sumber umum dari kehilangan cairan abnormal pada bayi dan anak kecil. Larutan ini
mengandung berbagai jumlah glukosa, natrium, dan kalium, dan beberapa bentuk buffer.
Kensentrasi glukosa dari larutan rehidrasi oral sangat penting karena keterkaitan glukosa
dengan reabsorpsi natrium dalam usus. Asbsorpsi air dan natrium maksimal diyakini terjadi
pada konsentrasi glukosa 10-35 g/L. Secara umum cairan tersedia, seperti minuman cola,
jahe, dan sari buah apel, sering diberikan untuk menggantikan kehilangan cairan
pada episode diare ringan. Namun ini adalah pilihan yang buruk untuk penggantian cairan
pada diare berat atau lama karena konsentrasi glukosa tinggi dan elektrolit rendah.
Modalitas Pengobatan Lainnya Hemodialisis atau dialisis peritoneal dapat dilakukan untuk
membuang sampah nitrogen dan mengendalikan keseimbangan kalium dan asam basa, dan
untuk membuang natrium dan cairan.
Diet Pembatasan Natrium. Pengobatan FVE biasanya mencakup pembatasan natrium pada
diet. Diet harian rata – rata yang tidak dibatasi natrium mengandung 6 sampai 15 gr,
sedangkandiet rendah natrium rentangnya dapat mulai dari pembatasan ringan sampai
serendah 250 mg natrium per hari, bergantung kebutuhan pasien.
Pengobatan edema termaksud cara-cara untuk memobilisasi cairan. Pengobatan gejala
mencakup pemberian diuretic dan membatasi cairan dan natrium.
Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal atau kelebihan beban
cairan yang mengancam hidup
Terapi medis.
Tujuan terapi pasien dengan overload hipotonik adalah mengembalikan keseimbangan air,
mengatasi ketidakseimbangan elektrolit yang muncul dan mengatasi serta mengontrol
penyebab utamanya. Sementara pada overload isotonik, bila fungsi ginjal masih baik,
penggunaan diuretik untuk ekskresi bisa dipertimbangkan. Mannitol (osmotik diuresis)
akan menyebabkan pengeluaran air lebih banyak dibanding natrium. Bila tidak efektif,
misal pasien dengan gagal jantung kongestif atau udem paru, pemilihan diuretik kuat
(loop) secara IV bolus atau oral bisa dipertimbangkan, misal golongan furosemide (Lasix).
Tentu saja dengan catatan diikuti dengan diet rendah asupan air atau natrium.
Monitorlah dengan seksama pasien dengan udem paru dan komplikasi serius dari gagal
jantung kongestif kiri dengan cara pemasangan kateter Vena sentral (CVP), agar
peningkatan tekanan di atrium kanan atau vena cava terpantau. Bila nilainya lebih dari 11
mmH2O pasti terjadi overload cairan. Dan pada kondisi yang lebih kritis, pemantauan
hemodinamik untuk menilai sisi kiri dan kanan jantung wajib dilakukan. Saat ada tanda
kenaikan tekanan mengindikasikan adanya overload cairan.
Bila terjadi udem, saat perawatan akan ditemukan tanda ‘Pitting’ (bekas tekanan jari di
kulit, sehabis ditekan). Pengamatan serial dalamnya ”pitting” akan bisa membantu
mengevaluasi perbaikan atau perburukan dari udem yang terjadi. Amati pula lokasi udem
dan catatlah. Pemeriksaan lingkar kaki/ankle juga sangat membantu, hanya perlu
dibedakan dengan penyebab pembesaran lainnya, misal tomboflebitis, dimana pembesaran
yang terjadi pasti bukan karena overload cairan. Efektifitas pengukuran berat badan dalam
monitor keberhasilan penatalaksanaan overload cairan sangatlah bermakna, maka
timbanglah pasien setiap hari sebelum sarapan dengan alat timbangan yang sama. Catatlah
asupan dan pengeluaran air harian pasien dengan baik, sehingga efektifitas dari terapi
diuretik pun bisa dievaluasi dengan cara ini. Merupakan suatu tugas utama dalam
keperawatan untuk mencegah terjadinya overload cairan ini dan mengenali gejalanya.
Termasuk pengawasan seksama terhadap tetesan infus dan memilih cairan infus dengan
kandungan elektrolit yang sesuai. Pasien neonatus, anak-anak dan usia lanjut, yang
memiliki risiko tinggi terjadi overload cairan saat di infus, pastilah sangat diperlukan
perhatian dan monitor yang jauh lebih intensif lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1.