Hipertensi Resume

34
Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. ( Brunner dan Sudarth, 2001 ). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg ( Sylvia Price : 2005 ). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan ( morbiditas ) dan angka kematian ( mortalitas ). ( Kushariyadi : 2008 ). Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi berdasarkan penyebab hipertensi dibedakan menjadi : 1. Hipertensi Esensial / Hipertensi primer Penyebab hipertensi primer belum diketahui namun ada beberapa faktor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah yaitu : Faktor keturunan

Transcript of Hipertensi Resume

Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg.

Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg

dan tekanan diastolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. ( Brunner dan

Sudarth, 2001 ).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg

atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg ( Sylvia Price : 2005 ).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

( morbiditas ) dan angka kematian ( mortalitas ). ( Kushariyadi : 2008 ).

Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi berdasarkan penyebab hipertensi dibedakan menjadi :

1. Hipertensi Esensial / Hipertensi primer

Penyebab hipertensi primer belum diketahui namun ada beberapa faktor

resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah yaitu :

Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orangtuanya adalah penderita hipertensi.

Dipengaruhi oleh umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ),

jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras ( kulit hitam

lebih banyak dari kulit putih).

Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ),

kegemukan, stres, merokok, minum alkohol, minum obat-

obatan (ephedrine, prednison, epinefrin)

Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,

angiotensin dan aldosteron.

2. Hipertensi Sekunder

Jenis hipertensi yang terjadi akibat komplikasi dari penyakit tertentu

yaitu sebagai berikut :

Penyakit ginjal : Glomerulonefritis,

Piyelonefritis, nekrosis tubular, tumpr

Penyakit vascular : Aterosklerosis, hiperplasia, trombosis, aneurisma,

emboli kolesterol dan vaskulitis

Kelainan endokrin : diabetes melitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme

Penyakit saraf : stroke, ensephalitis, sydrom Gulian barre

Obat-obatan : kontrasepsi oral, kortikosteroid

Menurut The Seventh Report of The Join National Committe on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

( JNC 7 ) klasifikasi normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2

yaitu sebagai berikut : (Tabel 1 )

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah TDS

(mmH

g)

TDD

(mmHg)

Normal <120 <80

Prahipertensi 120-

139

80 - 89

Hipertensi derajat 1 140-

159

90 - 99

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

Masih ada beberapa Kriteria hipertensi menurut, The Join Nation

Comitten on Detection, Evolution and Treatmen of High Blood Presure,

suatu badan penelitian hipertensi di USA menentukan batasan yang berbeda.

Pada laporan 1993 yang dikenal dengan sebutan JPC.V tekanan pada darah

orang dewasa berumur 18 tahun diklasifikasikan sebagai berikut : ( Tabel 2 )

No Kriteria Tekanan Darah

Sistolik Diastolik

1. Normal <130 <85

2. Pembatas ( high normal ) 130-139

3. Hipertensi

Derajat 1 : ringan( mildn) 140-159 90-99

Derajat 2 : sedang

( moderate )

160-179 100-109

Derajat 3 : berat ( severel ) 180-209 110-119

Derajat 4: sangat berat ≥ 210 ≥ 120

Catatan : jika penderita mempunyai tekanan sistolik dan diastolik yang tidak

termasuk dalam satu kriteria maka ia termasuk dalam kriteria yang lebih tinggi.

Misalnya seseorang yang mempunyai tekanan darah 180/120 mmHg .

Berdasarkan ketentuan tergolong ke hipertensi derajat 4 atau sangat berat.

2.3 Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan

tekanan perifer.

Konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipust vasomotor pada

medula diotak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus

bergerak ke sistem saraf simpatis ke gaglia sympatis. Neuron pra ganglion

melepaskan asetilkolin dan merangsang serabut saraf pasca ganglion sehingga

pembuluh darah melepaskan norefinefrin terjadi konstriksi pembuluh darah.

Rasa cemas, takut mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap

rangsangan vasokonstriktor. Dimana kelenjar adrenal terangsang, meningkatkan

vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol, steroid memperkuat respon

vasokonstriksi pembuluh darah sehingga menurunkan aliran darah ke ginjal dan

melepas renin.

Renin mengubah angiotensin I,II mensekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi Na dan Air ditubulus ginjal sehingga

meningkatkan volume intravaskuler, terjadi hipertensi.

Namun ada beberapa faktor yang berpengaruh pada pengendalian Tekanan

Darah yaitu sebagai berikut :

Asupan garam berlebih : meningkatkan volume cairan

Jumlah nefron berkurang : retensi Na ginjal, penurunan permukaan filtrasi

Stress : penurunan permukaan filtrasi, aktivitas berlebih

saraf simpatis, renin angiotensin berlebih

Perubahan genetis : perubahan membran sel terjadi konstriksi

fungsional, hipertrofi struktural

Obesitas : Terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat (hiper insulinemia).

Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua,

menurunnya permeabilitas pembuluh darah

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan pada :

Elastisitas dinding aorta menurun

Katub jantung menebal dan menjadi kaku

Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya

efektivitas pembuluh darah perifer intuk oksigenasi

Meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

WOC dari Hipertensi :

Tanda dan gejala Hipertensi

Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada

setiap orang, bahkan kadang timbul tanpa gejala. Pada lansia dan orang biasa bisa

dikatakan gejala hipertensi sama sedangkan tanda hipertensinya berbeda. Secara

umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :

1. Sakit kepala

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5. Telingga berdenging

Crow (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah

Retensi

Na Ginjal

Asupan

garam

berlebih

Jumlah

nefron

berkurang

stres

Vol. cairan Konstriksi Vena

Permukaan filtrasi Aktivitas

berlebihan

saraf simpatis

Renin

angiotensi

berlebih

Perubahan

genetis

Perubahan

membran

sel

Konstriksi

fungsionil

Hipertrofi

struktural

Preload kontraktilitas

Hipertensi

ntung

obesitas Hiper

insulinemi

a

mengalami hipertensi bertahun - tahun berupa :

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai mual dan muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intrakranial

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,

muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba - tiba, tengkuk

terasa pegal dan lain - lain ( Novianti,2006 ).

Penatalaksanaan Hipertensi

1. Penatalaksanaan non Farmakologi

a. Pengaturan diet

Menurunkan asupan garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien

hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi

stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti

hipertensi. Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara

dengan 3-6 gram per hari.

Diet tinggi potasium, dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya

belum jelas. Pemberian potasium secara intravena dapat menyebabkan

vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding

vascular.

Meningkatkan konsumsi kaya buah dan sayur.

Menurunkan asupan kolesterol sebagain pencegah terjadinya jantung

koroner.

b. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan

megurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga berkurang.

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda, bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Olahraga teratur

selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk

menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat

mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, untuk mengurangi efek

jangka panjang karena dapat menurunkan aliran darah ke berbagaiorgan dan

dapat meningkatkan kerja jantung.

e. Terapi - terapi Komplementer untuk Hipertensi berupa :

1. Terapi Tertawa

Darmojo dan Martono (2004) menjelaskan penatalaksanaan hipertensi

yang dianjurkan bagi lansia adalah terapi nonfarmakologis, salah satunya

yaitu dengan latihan fisik aerobik. Tertawa 20 menit setara dengan

berolahraga ringan selama 2 jam karena dengan tertawa peredaran darah

dalam tubuh lancar, kadar oksigen dalam darah meningkat, dan tekanan darah

akan normal. Tertawa sama dengan efek latihan fisik yang membantu

meningkatkan suasana hati, menurunkan hormon stres, meningkatkan

aktivitas kekebalan tubuh, menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah

sistolik serta meningkatkan kolesterol baik (Berk et al,1996).

Lansia tidak mampu melakukan banyak latihan fisik karena masalah

otot lemah dan radang persendian, oleh karena itu tawa merupakan latihan

ideal bagi mereka yang mempunyai keterbatasan fisik (Kataria, 2004).

Mengingat terapi tertawa bisa dilakukan oleh siapa saja dan orang yang akan

menjadi tutor hanya perlu sedikit latihan maka terapi tertawa ini layak

diterapkan.

Terapi tertawa yang dapat merelaksasi tubuh yang bertujuan

melepaskan endorphin ke dalam pembuluh darah sehingga apabila terjadi

relaksasi maka pembuluh darah dapat mengalami vasodilatasi sehingga

tekanan darah dapat turun (Kataria, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa :

1. Rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi sistolik terisolasi

sebelum dilakukan terapi tertawa yaitu tekanan darah sistoliknya 175

mmHg dan tekanan darah diastoliknya 80 mmHg.

2. Rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi sistolik terisolasi sesudah

dilakukan terapi tertawa yaitu tekanan darah sistoliknya 163, 79 mmHg

dan tekanan darah diastoliknya 69,21 mmHg

3. Ada pengaruh antara pemberian terapi tertawa terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sistolik terisolasi.

2. Terapi Bekam

Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan umat muslim diseluruh

dunia pernah bersabda, “Kesembuhan bisa diperoleh dengan tiga cara, yaitu

minum madu, hijamaah (bekam), dan besi panas. Aku tidak menganjurkan

umat-Ku dengan besi panas.” (H.R.Bukhari-Muslim).

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terapi bekam adalah

salah satu pengobatan non farmakologis yang tergolong murah dan

merupakan anjuran Nabi Muhammad SAW sebagai panutan umat muslim

diseluruh dunia, yang diharapkan menjadi alternatif lain bagi masyarakat

untuk menjaga kesehatan khususnya dalam menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

Penelitian ini menyatakan bahwa mereka mendapat kenyamanan

setelah terapi bekam, mereka juga menyatakan sakit kepala dan nyeri tengkuk

yang sering mereka alami berkurang bahkan hilang. Bekam menjadikan

mikrosirkulasi pembuluh darah sehingga timbul efek relaksasi pada otot

sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Naufal, 2008).

Penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa terapi bekam terbukti

mempengaruhi beban kerja jantung, merevitalisasi pembuluh darah, dan

mendatangkan ketenangan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tekanan

darah. Oleh karena itu, terapi bekam efektif untuk membantu menurunkan

tekanan darah atau mengontrol tekanan darah agar tetap stabil pada penderita

hipertensi primer.

Berbekam adalah menghisap darah dan mengeluarkannya dari

permukaan kulit dengan jarum, kemudian ditampung dalam gelas bekam,

sehingga menyebabkan pemusatan dan penarikan darah (Yasin, 2007). Bekam

adalah pengeluaran darah dengan cara pengekopan dibagian tertentu pada

tubuh (Mustaqim, 2010).

Prosedur pelaksanaan terapi bekam :

Adapun cara melakukan bekam menurut Widada (2011), yaitu :

a. Siapkan gelas ukuran sedang yang telah dipasang alat pemantiknya,

dalam keadaan steril yang sebelumnya dapat direndam dalam alkohol

kemudian dikeringkan dan dibersihkan dengan kassa/tissu.

b. Bersihkan daerah yang di bekam dengan kapas/kassa yang telah diberi

alkohol. Lalu oleskan minyak habatussauda.

c. Kokang secukupnya 2-3 kali, tidak terlalu kuat atau lemah, kemudian

geserkan gelas bekam ke bagian titik yang dibekam, tanpa melepas

penyedotnya. Jika terlalu lemah sedotannya maka gelas bekam akan

lepas, sedot lagi secukupnya. Cara ini disebut "Bekam Luncur", untuk

mendapatkan kelenturan kulit dan daging sebelum bekam kering, serta

memberikan efek nyaman pada klien.

d. Kokang atau sedot secukupnya 4-5 kali sehingga gelas menempel berada

di daerah yang dibekam, kemudian tunggu 5-7 menit.

e. Bukalah penutup gelas bagian atas agar udara dapat masuk, sehingga

gelas bekam mudah diambil.

f. Ambil lancet pen lalu tusukkan ke daerah yang di bekam secukupnya

(jangan terlalu dalam dan banyak sayatan) dan arah sayatan harus searah

dematom kulit (jangan berlawanan karena saraf dan pembuluh darah bisa

terputus).

g. Ambil gelas dan pemantiknya, arahkan ke tempat semula, lalu kokang

secukupnya. Kemudian tunggu sampai darah keluar 5-7 menit.

h. Ambil tissu dan letakkan di bawah gelas dengan tangan kiri, lalu perlahan

buka penutup udara bagian atas gelas dan segera buka, ditekan lalu

arahkan agar darah masuk semua ke dalam gelas bekam dengan tangan

kanan. Tahan tissu dengan tangan kiri sampai sisa darah habis dan

bersihkan dengan tissu tersebut sampai bersih.

i. Bersihkan gelas bekam yang berisi darah dengan tissu.

j. Tutup luka sayatan/tusukan dengan membersihkan sisa darah dan

mengoleskan betadine. Luka akan tertutup dan sembuh dalam waktu 3

hari.

3. Terapi Relaksasi

Terapi relaksasi ditujukan untuk menangani faktor psikologis dan

stress yang dapat emnyebabkan hipertensi. Hormon epineprin dan kortisol

yang dilepaskan saat stress menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan

menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya

peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stress dan sejauh mana

kita dapat mengatasinya. Penanganan stress yang adekuat dapat berpengaruh

baik terhadap penurunan tekanan darah. Relaksasi yang dapat dilakukan

adalah dengan melakukan teknik pernapasan yang ritmis dan alami. Di

dalam relaksasi harus melakukan pernapasan yang ritmis agar dapat

mencapai hasil relaksasi yang optimal melalui penurunan gelombang otak

dari gelombang beta ke gelombang alpha. Pernapasan dengan irama yang

teratur akan menenangkan gelombang otak serta merelaksasikan seluruh otot

dan jaringan tubuh.

Langkah-langkah melakukan relaksasi dengan mendengarkan musik :

1. Siapkan musik klasik

2. Duduk di kursi dengan tenang dan santai, posisi tulang punggung tegak

lurus

3. Pusatkan pikiran

4. Bernapaslah secara alamiah, secara wajar

5. Tarik nafas perlahan melalui hidung dan hembuskan melalui mulut

6. Lakukan berulang-ulang selama 10 - 15 menit.

2. Penatalaksanaan Medis

Obat - obatan :

Diuretik : Chlorthalidon, Hydromox, lasix, Aldactone, Dyrenium

Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah

jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan eksresi garam dan

airnya.

Calsium Channel Blocker ( CCB) Penyekat saluran kalsium

menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri. Sebagai penyekat

saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot

jantung ; sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium

otot polos vaskular. Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium

memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan

denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR.

Angiotensisn Converting Enzyme Inhibitor ( ACEI), penghambat enzim

mengubah angiotensin 2 atau inhibitor ACE berfungsi untuk

menurunkan angiotensin 2 dengan menghambat enzim yang diperlukan

untuk mengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2, kondisi ini

menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan

secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang

akhirnya meningkatl]kan pengeluaran natrium pada urin kemudian

menurunkan volume plasma dan curah jantung.

Antagonis reseptor beta (ARB), terutama penyekat selektif, bekerja pada

reseptor beta dijantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah

jantung.

Antagonis reseptor alfa menhambat reseptor alfa di otot polos vaskular

yang secara normal berespon terhadap rangsangan saraf simpatis dengan

vasokontriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.

Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk menurunkan TPR.

Misalnya : Natrium, Nitroprusida, Nikardipin, Hidralazin, Nitrogliserin,

dll ( brunner dan suddarth : 2002 ).

Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7

- Normal dan prehipertensi ( tidak indikasi obat )

- Hipertensi derajat 1 : diuretik jenis Thiazide untuk sebagian besar kasus

dapat dipertimbangkan ACEI, ARB,BB, CCB, atau kombinasi

- Hipertensi derajat II : kombinasi 2 obat unstuk sebagian besar kasus

umumnya diuretika jenis Thiazide dan ACEI atau ARB atau BB atau CCB

Pilihan Obat Antihipertensi untuk kondisi tertentu

Indikasi yang memaksa Pilihan Terapi Awal

Gagal jantung Thiaz, BB, ACEI, ARB, Aldo ant

Pasca infra miokard BB, ACEI

Resiko penyakit pembuluh darah Thiaz, BB, ACEI,CCB

diabetes THIAZ,BB,ACEI, CCB

Penyakit Ginjal Kronis ACEI, ARB

Pencegahan Stroke berulang Thiaz, ACEI

BB = Beta Blocker

CCB = Calsium Channel Blocker

ACEI = Angiotensisn Converting Enzyme Inhibitor

ARB = Antagonis II reseptor beta

Jika dalam 6 bulan target pengobatan tidak tercapai, harus dipertimbangkan

melakukan rujukan ke dokter spesialis.

Format Pengkajian Klien Gerontik

1. IDENTITAS KLIEN1. Nama : Tn. A2. Umur : 68 Tahun3. Alamat : Jln mekarsari no. 27, Kec. Tugumulyo4. Pendidikan                    : SMP5. Tanggal masuk panti werdha  : 8 Maret 20156. Jenis Kelamin              : Laki-laki7. Suku                            : Jawa8. Agama                     : Islam9. Status Perkawinan      : Kawin

2. STATUS KESEHATAN SAAT INIa. Nutrisi : Makan 3x sehari dengan diet rendah garam.

Jenis makanan bubur, ikan, sayur. Klien

hanya makan 6-7 sendok.

b. Cairan dan elektrolit : Klien minum 3-4 x perhari dengan jumlah ± 750 ml

c. Aktivitas : terganggu karena sering sakit kepala dan kaku kuduk (leher bagian belakang)

Keluhan-keluhan kesehatan utama ( sekarang ) : Keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya

berdenyut-denyut (sambil memegang kepalanya) serta terasa kaku kuduk, sakitnya datang sewaktu-waktu, klien juga mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur.

3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULUa. Nutrisi :

makan 3x sehari, jenis makanan: nasi,

sayur, dan buah, serta nafsu makan

baik.

a.b. Cairan dan elektrolit : c. Aktivitas :

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

5. TINJAUAN SISTEM

Jelaskan tentang kondisi sistem-sistem dibawah ini yang terdapat pada klien Keadaan umum : Integumen : Sistem hemopeutik : Kepala : Mata : Teling : Mulut dan tenggorokan : Leher : Payudara : Sistem pernafasan : Sistem kardiovaskuler : Sistem genitoreproduksi : Sistem muskuloskeletal : Sistem saraf : Sistem endokrin :

6. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL & SPIRITUALa. Psikososial

Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain.

Harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi, kepuasan klien dalam sosialisasi.

b. Identifikasi masalah emosional apakah klien mengalami susah tidur? apakah klien merasa gelisah? apakah klien sering murung atau menangis sendiri? apakah klien sering was-was atau khawatir?

Penjelasan pertanyaan diatas : Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 11 kali dalam 1 bulan? Ada masalah atau banyak pikiran? Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain? Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Cenderung mengurung diri?

C .Spiritual Agama kegiatan keagamaan, konsep/keyakinan klien tentang

kematian, harapan-harapan klien, dll

 7. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIENA. KATZ Index

Termasuk kategori yang manakah klien?

A. Mandiri dalam makan, inkotenensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian, pergi ke tolilet, berpindah mandi

B Mandiri semuanya, kecuali salah satu saja dari fungsi di atasC Mandiri, kecuali mandi dan salah satu lagi fungsi yang lainD Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan salah satu lagi fungsi yang

lainE Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ketoilet dan salah salah satu lagi

fungsi yang lainF Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ketoilet, berpindah dan salah satu

lagi fungsi yang lainG Ketergantungan untuk semua fungsi diatasH Lin-lain

Keterangan :Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.

b. Modifikasi dari Barthel index : termasuk yang manakah klien ?

No. Kriteria Dengan Bantuan

Mandiri Keterangan

1. Makan 5 10 Frekuensi :Jumlah :Jenis :

2. Minum 5 10 Frekuensi :Jumlah :Jenis :

3. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, sebaliknya

5-10 15

4. Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi)

0 5 Frekuensi :

5. Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram)

5 10

6. Mandi 5 15 Frekuensi :

7. Jalan di permukaan datar

0 5

8. Naik turun tangga 5 109. Mengenakan pakaian 5 1010. Kontrol bowl (BAB) 5 10 Frekuensi :

Konsistensi :11. Kontrol bladder

(BAK)5 10 Frekuensi :

Warna :12. Olahraga/ latihan 5 10 Frekuensi :

Jenis :13. Rekreasi/ pemanfaatan

waktu luang5 10 Frekuensi :

Jenis :

Interprestasi hasil :130 : Mandiri65-125 : Ketergantungan sebagian

8. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK

a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan SPMSQ ( Short portable mental status questioner ).Intruksi :Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawabanCatat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan

Benar Salah No Pertanyaan01 Tanggal berapa hari ini ?02 Hari apa hari ini ?03 Apa nama tempat ini ?04 Dimana alamat anda ?05 Berapa umur anda ?06 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir) ?07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ini ?08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?09 Siapa nama ibu anda ?10 Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan dari

setiap angka baru, semua secara menurun

Score total :

Interprestasi hasil :

Salah 0-3         : Fungsi intelektual utuh

Salah 4-5         : Kerusakan intelektual ringan

Salah 6-8         : Kerusakan intelektual sedang

Salah 9-10       : Kerusakan intelektual berat

1. Identifikassi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam) Orientasi Registrasi Perhatian Kalkulasi Mengingat kembali Bahasa

No. Aspek

Kognitif

Nilai

Maksimal

Nilai

Klien

Kriteria

1. Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :

Tahun

Musim

Tanggal

Hari

Bulan

Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada :

Negara Indonesia

Provinsi Sumsel

Kabupaten Ogan Ilir

Panti

Wisma

2. Registrasi 3 Sebut 3 nama objek (sebut oleh pemeriksa), 1

detik untuk mengatakan masing-masing obyek,

kemudian tanyakan kepada klien ketiga obyek

tadi (untuk disebut klien)

Obyek

Obyek

Obyek

3. Perhatian dan

kalkulasi

5 Minta klien untuk memulai dari angka dari

angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5

kali/tingkat

93 86 79 72 65

FORMAT ANALISA DATA

No. DATA MASALAH KEP

1. Data Obyektif :

Data Subjektif :

Diagnosa keperawatan :

1.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK No. Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan Rasional

Tujuan Kriteria hasil Intervensi

1.

FORMAT CATATAN KEPERAWATANNo. DIAGNOSA

KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Tanggal :

Jam :

Tanggal :

Jam :

S :

O :

A :

P :

Tanggal :

Jam :

Tanggal :

Jam :

S :

O :

A :

P :

Daftar Pustaka

Aspiani, Reny Yuli. ( 2014 ). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik

Aplikasi NANDA, NIC dan NOC jilid 1. Jakarta : Trans Info Media

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Ed. IV. Jilid 1. .Jakarta : InternalPublishing

Fatimah. ( 2010 ). Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan Gerontik. Jakarta : Trans Info Media

Kumala, poppy. ( 1998 ). Kamus saku kedokteran Dorland. Ed. 25. Jakarta :

EGC

Hikayati., Rostika Flora, Sigit Purwanto. (2011 dan 2012 ).

PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGIS TERAPI

KOMPLEMENTER SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGATASI DAN

MENCEGAH KOMPLIKASI PADA PENDERITA HIPERTENSI PRIMER

DI KELURAHAN INDRALAYA MULYA KABUPATEN OGAN ILIR. Di

unduh tanggal 22 Agustus 2015

Nashr. MM. (2005). Bekam, Cara Pengobatan Menurut Nabi, cetakan I,

Jakarta : Pustaka Imam As Syafi’i. Di unduh melalui

www.ebooksgoogle.com tanggal 22 agustus 2015.

Stanley, Mickey. ( 2006 ). Buku ajar keperawatan gerontik. Ed.2. Jakarta :

EGC