Hiperemesis Gravidarum

11
REFRESHING HIPEREMESIS GRAVIDARUM Oleh : Dwiranisah Rusman 2009730133 Dokter Pembimbing : dr. Riady, Sp.OG KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN RS ISLAM SUKAPURA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

description

koas

Transcript of Hiperemesis Gravidarum

REFRESHINGHIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh :Dwiranisah Rusman2009730133

Dokter Pembimbing :dr. Riady, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANANRS ISLAM SUKAPURAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2013

Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga menganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendiksitis, pielititis, dan sebagainya.Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50 % kehamilan. Kebanyakan perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan symptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis.

ETIOLOGISebab pasti belum diketahui.Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan : Sering pada primigravida, molahidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda. Disini dianggap meningkatnya kadar HcG sebagai factor. Factor biokimia, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic. Factor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan, dan persalinan takut tanggung jawab dan sebagainya. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dan lain-lain.

Frekuensi Terjadi pada 1 %-2 % dari semua kehamilan atau 1-20 pasien per 1000 kehamilan.

KLASIFIKASISecara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu Tingkat IMuntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir, sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah diastolic menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal. Tingkat IIGejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, sub-febril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun. Tingkat IIIWalaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.

DIAGNOSIS Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu. Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril, dan gangguan kesadaran (apatis-koma). Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide). Pemeriksaan USG : Untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa. Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton, dan proteinuria. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi.

GEJALA KLINIKMulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga dapat dijumpai.

Risiko MaternalAkibat defisensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis Korsakoff (amnesia,menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan. FetalPenurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).

PENATALAKSANAAN Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat dirumah sakit dan membatasi pengunjung Stop makanan per oral 24-48 jam Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit

Obat Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus Vitamin B12 200 ug/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau klorpromazin 25-50 mg/hari IM atau kalau perlu diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM Antietemik : prometazin (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau proklorperazin (stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1 per hari per oral Antasida : asidrin 3x1 tablet per hari per oral atau milanta 3x1 tablet per hari per oral atau magnam 3x1 tablet per hari per oral Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan selama beberapa hari. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium. Rehidrasi dan suplemen vitaminPilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9%). Cairan dektrose tidak boleh diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi hiponatremia. Suplemen potassium boleh diberikan secara intravena sebagai tambahan. Suplemen tiamin diberikan secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl. Urin output juga harus dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan disptik untuk mengetahui terjadinya ketonuria. AntiemesisTidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamine antagonis (metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin, proklorperazin), antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin, siklizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid).

KOMPLIKASIBaik komplikasi yang relatif ringan maupun berat bisa disebabkan karena hiperemesis gravidarum. Kehilangan berat badan, dehidrasi, acidosis akibat dari gizi buruk, alkalosis akibat dari muntah-muntah, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografi dan gangguan psikologis dapat terjadi. Komplikasi yang mengancam nyawa meliputi ruptur esofagus yang disebabkan muntah-muntah berat, Wernicke's encephalopathy (diplopia, nystagmus, disorientasi, kejang, coma), perdarahan retina, kerusakan ginjal, pneumomediastinum spontan, IUGR dan kematian janin. Pasien dengan hiperemesis gravidarum pernah dilaporkan mengalami epistaxis pada minggu ke-15 kehamilan karena intake vitamin K yang tidak adekuat yang disebabkan emesis berat dan ketidakmampuannya mentoleransi makanan padat dan cairan. Dengan penggantian vitamin K, parameter-parameter koagulasi kembali normal dan penyakit sembuh. Vasospasme arteri cerebral yang terkait dengan hiperemesis gravidarum juga ada dilaporkan pada beberapa pasien. Vasospasme didiagnosa dengan angiografi Magnetic Resonance Imaging (MRI).Tetapi bila semua bentuk pengobatan gagal dan kondisi ibu menjadi mengancam nyawa, pengakhiran kehamilan merupakan pilihan. Verberg melaporkan pilihan pengakhiran kehamilan kira-kira 2 % pada kehamilan yang terkomplikasi dengan hiperemesis gravidarum.Namun demikian, Kuscu dan Koyuncu menilai luaran maternal dan neonatal dari penderita hiperemesis gravidarum yang diteliti pada dua penelitian berbeda yang melibatkan 193 dan 138 pasien. Dari 193 pasien, 24% membutuhkan perawatan inap dan satu pasien membutuhkan nutrisi parenteral. Berat lahir, usia kandungan, kelahiran preterm, skor Apgar, mortalitas perinatal dan kejadian kelainan bawaan janin tidak berbeda antara pasien hiperemesis dan populasi umum. Dalam studi lainnya, tidak ada terdeteksi peningkatan risiko keterlambatan pertumbuhan, kelainan bawaan dan prematuritas. Umumnya hiperemesis gravidarum dapat disembuhkan. Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Namun pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

PENCEGAHANWanita yang mulai mengkonsumsi vitamin sejak kehamilan dini dapat menurunkan risiko hiperemesis gravidarum. Satu kali gejala HG muncul, maka perlu penatalaksanaan sejak dini agar tidak terjadi perburukan.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2012

Mochtar, Prof DR Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC. 2009