hiperbilirubinemia
-
Upload
ahmad-rahmat-ramadhan-tantu -
Category
Documents
-
view
30 -
download
2
description
Transcript of hiperbilirubinemia
REFLEKSI KASUS November 2015
“HIPERBILIRUBINNEMIA + GANGGUAN NAPAS SEDANG”
Nama : Irham
No. Stambuk : N 111 15 050
Pembimbing : dr. Suldiah, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2015
1
PENDAHULUAN
Ikterus pada neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai
oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi
baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl.
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2
standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau
lebih dari persentil 90.
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling
sering ditemukan pada bayi baru lahir. Lebih dari 85 % bayi cukup bulan yang
kembali dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini.
Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat kuning, keadaan ini timbul karena
akumulasi pigmen bilirubin (4Z, 15Z bilirubin IX alpha) yang berwarna ikterus
pada sclera dan kulit.
Klasifikasi Hiperbilirubinemia terbagi atas dua yaitu fisiologis dan
patologis. Hiperbilirubinemia fisiologis memiliki karakteristik ; timbul pada hari
kedua-ketiga, kadar bilirubin indirek tidak melebihi 12 mg/dl pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg/dl pada bayi kurang bulan, kecepatan peningkatan kadar
bilirubin tidak melebihi 5 mg/dl / hari, gejala ikterus akan hilang pada kurang dari
10 hari. Hiperbilirubinemia patlogis memiliki karakteristik ; ikterus terjadi kurang
dari 24 jam pertama kehidupan, ikterus dengan kadar bilirubin indirek 12 mg/dl
pada bayi cukup bulan dan 10 mg/dl pada bayi premature, ikterus dengan
peningkatan kadar bilirubin > 5 mg/dl per hari, ikterus yang menetap sesudah dua
minggu pertama kehidupan.
Gangguan nafas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penting
sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa
neonatus. Di Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun
2010, sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan saluran nafas.
Gangguan napas dapat disebabkan oleh kelainan paru seperti pneumonia, kelainan
2
jantung yaitu penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium, kelainan susunan
saraf pusat akibat yaitu asfiksia, perdarahan otak, kelainan metabolik yaitu
hipoglikemia, asidosis metabolik, hernia diafragmatika, dan kelainan lain seperti
Sindrom Aspirasi Mekonium, “Transient tachypnea of the Newborn “ dan
Penyakit Membran Hialin.
3
KASUS
IDENTITAS
Nama : Bayi M
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 15.oktober.2015
ANAMNESIS
Bayi berjenis kelamin laki – laki rujukan dari Rumah Sakit Wirabuana
berumur 4 hari masuk dengan sesak dan tampak sianosis,namun hilang dengan
pemberian oksigen 3 liter/menit. Bayi lahir sectio cessaria atas indikasi
polihidramnion. Pada saat lahir bayi tidak langsung menangis. Air ketuban
berwarna jernih. APGAR score 3/5/7, BBL 3100 gr, PB 46 cm.
Riwayat maternal:GIP0A0.Usia ibu 29 tahun. Selama kehamilan, ibu pernah
mengalami demam pada saat kehamilan. Ibu teratur melakukan antenatal care di
puskesmas. Nafsu makan ibu bagus selama kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi alkohol
maupun merokok.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 148x/m
Suhu : 36,70C
Respirasi : 65x/menit
CRT : < 2 detik
Berat Badan : 3100gram
Panjang Badan : 43 cm
Lingkar kepala : 35,5 cm
Lingkar dada : 40 cm
Lingkar perut : 36 cm
Lingkar lengan : 11 cm
4
Sistem neurologi :
Aktivitas : kurang aktif
Kesadaran : Composmentis
Fontanela : Datar
Sutura : Belum menutup
Refleks cahaya : +/+
Kejang : Tidak ada
Tonus otot : Normal
Sistem pernapasan
Sianosis : Tampak sianosis (hilang dengan O2)
Merintih : Ada
Apnea : Tidak ada
Retraksi dinding dada : Ada
Pergerakan dinding dada : Simetris Bilateral
Cuping hidung : Ada
Bunyi pernapasan : bronchovesikular +/+
Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.
Skor Down
Frekuensi Napas : 0
Merintih : 1
Sianosis : 2
Retraksi : 0
Udara Masuk : 1
Total skor : 4 (gawat napas)
Sistem hematologi :
Pucat : Tidak ada
Ikterus : Tampak ikterus kremer IV
Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : Tidak ada
5
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen: Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Diare : Tidak ada
Residu lambung : Tidak ada
Organomegali : Tidak ada
Peristaltik : Positif, kesan normal
Umbilikus
Pus : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Sistem Genitalia.
Keluaran : Tidak ada
Anus imperforata : Tidak ada
Skor Ballard
Maturitas Neuromuskuler maturitas fisik
Sikap tubuh : 4 kulit : 0
Persegi jendela : 4 lanugo : 0
Recoil lengan : 4 payudara : 4
Sudut poplitea : 4 Mata/telinga : 2
Tanda selempang : 4 genital : 0
Tumit ke kuping : 4 permukaan plantar : 0
Total Skor : 30
Estimasi umur kehamilan : 36 minggu
6
RESUME
Bayi berjenis kelamin laki – laki umur 4 hari masuk dengan sesak dan
tampak sianosis,namun hilang dengan pemberian oksigen 3 liter/menit. Bayi lahir
sectio cessaria atas indikasi polihidramnion. Pada saat lahir bayi tidak langsung
menangis. Air ketuban berwarna jernih. APGAR score 3/5/7. Riwayat
maternal:GIP0A0.Usia ibu 29 tahun. Ibu pernah mengalami demam pada saat kehamilan.
Ibu teratur melakukan antenatal care di puskesmas. Nafsu makan ibu bagus selama
kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi alkohol maupun merokok. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan Denyut jantung 148 x/m, suhu 36,70C, respirasi 65 x/menit, berat
badan 3100 gram, skor downe 4 (gawat napas), Skor ballard 35, estimasi usia
kehamilan 36 minggu. Sianosis (+) hilang dengan pemberian oksigen,
merintih(+), retraksi dinding dada (+), pernapasan cuping hidung (+), serta
tampak ikterus kremer IV.
DIAGNOSIS
Hiperbilirubinemia + gangguan napas sedang
TERAPI
Menjaga kehangatan bayi
IVFD Dextrose 5% 9 tpm
Pemberian oksigen 3 lpm
ASI/PASI 8 x 25-30 cc
Fototerapi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 19 oktober 2015
LABORATORIUM HASIL NILAI NORMAL
GDS 51 mg/dl 74-100 mg/dl
RBC 3,25 106/ul 5-10 x 103 /ul
WBC 6,18 103/ul 4-6 x 106 /ul
7
PLT 8 103/ul 150-450 x 103 /ul
HB 12,5 g/dl 12-18 g/dl
HCT 35,5 % 35-52 %
Tanggal 20 oktober 2015
LABORATORIUM HASIL NILAI RUJUKAN
Bilirubin total 21,3 mg/dl 0,1-1,2 mg/dl
Bilirubin direk 0,5 mg/dl 0,1-0,3 mg/dl
Bilirubin indirek 20,8 mg/dl 0,1-1,0 mg/dl
Tanggal 22 oktober 2015
LABORATORIUM HASIL NILAI RUJUKAN
Bilirubin total 20,6 mg/dl 0,1-1,2 mg/dl
Bilirubin direk 0,7 mg/dl 0,1-0,3 mg/dl
Bilirubin indirek 19,9 mg/dl 0,1-1,0 mg/dl
Tanggal 24 oktober 2015
LABORATORIUM HASIL NILAI RUJUKAN
Bilirubin total 15,0 mg/dl 0,1-1,2 mg/dl
Bilirubin direk 0,5 mg/dl 0,1-0,3 mg/dl
Bilirubin indirek 14,5 mg/dl 0,1-1,0 mg/dl
Tanggal 26 oktober 2015
LABORATORIUM HASIL NILAI RUJUKAN
Bilirubin total 14,8 mg/dl 0,1-1,2 mg/dl
Bilirubin direk 0,8 mg/dl 0,1-0,3 mg/dl
8
Bilirubin indirek 14,0 mg/dl 0,1-1,0 mg/dl
FOLLOW UP
Tanggal 19 oktober 2015
S Sesak (+)
Retraksi dada (+)
Sianosis jika oksigen dilepas
O Keadaan umum : sedang
Denyut jantung : 128 x/menit
Respirasi : 62 x/menit
Suhu : 36,5oC
Berat badan : 2900 gr
Sistem Pernapasan
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi : (-)
- Bunyi Pernapasan : Bronkovesikular +/+
- Bunyi Tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Sistem Kardiovaskular
- Bunyi Jantung I/II : Teratur
- Murmur : (-)
Sistem Neurologis
- Aktivitas : Lemah
- Tonus Otot : Normal
- Kejang : (-)
System Hematologi
- Pucat : (-)
- Icterus : (-)
Sistem Gastrointestinal
9
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
Sistem Genitalia
- Anus Imperforata : (-)
- Keluaran : (-)
- Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ektremitas : Akral hangat
Turgor : Normal
A Gangguan napas sedang
P IVFD dextrose 5% 10 tpm
Oksigen 3 lpm
Asi/Pasi 8 x 25-30 cc
Observasi ttv/jam
Tanggal 20 oktober 2015
S Sesak (+)
Ikterus kremer IV
O Keadaan umum : sedang
Denyut jantung : 124 x/menit
Respirasi : 58 x/menit
Suhu : 36,8oC
Berat badan : 2900 gr
Sistem Pernapasan
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi : (+)
- Bunyi Pernapasan : Bronkovesikular +/+
- Bunyi Tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Sistem Kardiovaskular
10
- Bunyi Jantung I/II : Teratur
- Murmur : (-)
Sistem Neurologis
- Aktivitas : Lemah
- Tonus Otot : Normal
- Kejang : (-)
System Hematologi
- Pucat : (-)
- Icterus : (+) ikterus kremer IV
Sistem Gastrointestinal
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
Sistem Genitalia
- Anus Imperforata : (-)
- Keluaran : (-)
- Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ektremitas : Akral hangat
Turgor : Normal
A Hiperbilirubinemia + Gangguan napas
P IVFD dextrose 5% 10 tpm
Oksigen 1 lpm
Asi/Pasi 8 x 25-30 cc
Observasi ttv/jam
Tanggal 21 oktober 2015
S Ikterus kremer IV
Aktivitas tidur
O Keadaan umum : sedang
Denyut jantung : 133 x/menit
11
Respirasi : 38 x/menit
Suhu : 36,1oC
Berat badan : 2900 gr
Sistem Pernapasan
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi : (-)
- Bunyi Pernapasan : Bronkovesikular +/+
- Bunyi Tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Sistem Kardiovaskular
- Bunyi Jantung I/II : Teratur
- Murmur : (-)
Sistem Neurologis
- Aktivitas : Lemah
- Tonus Otot : Normal
- Kejang : (-)
System Hematologi
- Pucat : (-)
- Icterus : (+) ikterus kremer IV
Sistem Gastrointestinal
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
Sistem Genitalia
- Anus Imperforata : (-)
- Keluaran : (-)
- Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ektremitas : Akral hangat
Turgor : Normal
12
A Hiperbilirubinemia
P IVFD dextrose 5% 24 tpm
Asi/Pasi 8 x 25-30 cc
Fototerapi
Observasi ttv/jam
Tanggal 22 oktober 2015
S Ikterus berkurang
Post fototerapi
O Keadaan umum : sedang
Denyut jantung : 112 x/menit
Respirasi : 61 x/menit
Suhu : 36,7oC
Berat badan : 2900 gr
Sistem Pernapasan
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi : (-)
- Bunyi Pernapasan : Bronkovesikular +/+
- Bunyi Tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Sistem Kardiovaskular
- Bunyi Jantung I/II : Teratur
- Murmur : (-)
Sistem Neurologis
- Aktivitas : Lemah
- Tonus Otot : Normal
- Kejang : (-)
System Hematologi
- Pucat : (-)
- Icterus : (+) ikterus kremer IV
Sistem Gastrointestinal
- Muntah : (-)
13
- Diare : (-)
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
Sistem Genitalia
- Anus Imperforata : (-)
- Keluaran : (-)
- Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ektremitas : Akral hangat
Turgor : Normal
A Hiperbilirubinemia
P IVFD dextrose 5% 10 tpm
Fototerapi
Asi/Pasi 8 x 30 cc
Observasi ttv/jam
Tanggal 23 oktober 2015
S Sementara fototerapi paket II
ikterus
O Keadaan umum : sedang
Denyut jantung : 128 x/menit
Respirasi : 41 x/menit
Suhu : 37,7oC
Berat badan : 2900 gr
Sistem Pernapasan
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi : (-)
- Bunyi Pernapasan : Bronkovesikular +/+
- Bunyi Tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Sistem Kardiovaskular
- Bunyi Jantung I/II : Teratur
14
- Murmur : (-)
Sistem Neurologis
- Aktivitas : Lemah
- Tonus Otot : Normal
- Kejang : (-)
System Hematologi
- Pucat : (-)
- Icterus : (+) ikterus kremer IV
Sistem Gastrointestinal
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
Sistem Genitalia
- Anus Imperforata : (-)
- Keluaran : (-)
- Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ektremitas : Akral hangat
Turgor : Normal
A Hiperbilirubinemia
P IVFD dextrose 5% 10 tpm
Fototerapi
Asi/Pasi 8 x 30 cc
Observasi ttv/jam
Tanggal 24 oktober 2015
S Post fototerapi
Ikterus berkurang
O Keadaan umum : sedang
Denyut jantung : 137 x/menit
Respirasi : 58 x/menit
15
Suhu : 36,4oC
Berat badan : 2900 gr
Sistem Pernapasan
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi : (-)
- Bunyi Pernapasan : Bronkovesikular +/+
- Bunyi Tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Sistem Kardiovaskular
- Bunyi Jantung I/II : Teratur
- Murmur : (-)
Sistem Neurologis
- Aktivitas : Lemah
- Tonus Otot : Normal
- Kejang : (-)
System Hematologi
- Pucat : (-)
- Icterus : (+) ikterus kremer III
Sistem Gastrointestinal
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
Sistem Genitalia
- Anus Imperforata : (-)
- Keluaran : (-)
- Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ektremitas : Akral hangat
Turgor : Normal
A Hiperbilirubinemia
16
P Fototerapi
Asi/Pasi 8 x 30 cc
Observasi ttv/jam
Tanggal 26 oktober 2015
S Ikterus berkurang
O Keadaan umum : sedang
Denyut jantung : 146 x/menit
Respirasi : 79 x/menit
Suhu : 36,6oC
Berat badan : 3000 gr
Sistem Pernapasan
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi : (-)
- Bunyi Pernapasan : Bronkovesikular +/+
- Bunyi Tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Sistem Kardiovaskular
- Bunyi Jantung I/II : Teratur
- Murmur : (-)
Sistem Neurologis
- Aktivitas : aktif
- Tonus Otot : Normal
- Kejang : (-)
System Hematologi
- Pucat : (-)
- Icterus : (+) ikterus kremer II
Sistem Gastrointestinal
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
17
Sistem Genitalia
- Anus Imperforata : (-)
- Keluaran : (-)
- Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ektremitas : Akral hangat
Turgor : Normal
A Hiperbilirubinemia
P Asi/Pasi 8 x 60 cc
Observasi ttv
Tanggal 27 oktober 2015
S Ikterus bekurang
O Keadaan umum : sedang
Denyut jantung : 146 x/menit
Respirasi : 79 x/menit
Suhu : 36,6oC
Berat badan : 3000 gr
Sistem Pernapasan
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi : (-)
- Bunyi Pernapasan : Bronkovesikular +/+
- Bunyi Tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Sistem Kardiovaskular
- Bunyi Jantung I/II : Teratur
- Murmur : (-)
Sistem Neurologis
- Aktivitas : aktif
- Tonus Otot : Normal
- Kejang : (-)
System Hematologi
18
- Pucat : (-)
- Icterus : (-)
Sistem Gastrointestinal
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
Sistem Genitalia
- Anus Imperforata : (-)
- Keluaran : (-)
- Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ektremitas : Akral hangat
Turgor : Normal
A Post hiperbilirubinemia
P Asi/Pasi 8 x 60 cc
Observasi ttv
Pasien dipulangkan
Anjuran rawat jalan di poliklinik
DISKUSI
Diagnosis pada kasus ini yaitu Hiperbilirubinemia + Gangguan napas sedang
yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Dari anamnesis didapatkan bahwa bayi berjenis kelamin laki – laki rujukan
dari Rumah Sakit Wirabuana berumur 4 hari masuk dengan sesak dan tampak
sianosis,namun hilang dengan pemberian oksigen 3 liter/menit. Bayi lahir sectio
19
cessaria atas indikasi polihidramnion. Pada saat lahir bayi tidak langsung
menangis. Air ketuban berwarna jernih. APGAR score 3/5/7.
Riwayat maternal:GIP0A0.Usia ibu 29 tahun. Selama kehamilan, ibu pernah
mengalami demam pada saat kehamilan. Ibu teratur melakukan antenatal care di
puskesmas. Nafsu makan ibu bagus selama kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi alkohol
maupun merokok. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung 148 x/m,
suhu 36,70C, respirasi 65 x/menit, berat badan 3100 gram, skor downe 4 (gawat
napas), Skor ballard 35, estimasi usia kehamilan 36 minggu. Sianosis (+) hilang
dengan pemberian oksigen, merintih(+), retraksi dinding dada (+), pernapasan
cuping hidung (+), serta tampak ikterus kremer IV. Serta pada pemeriksaan
penunjang didapatkan hasil pemeriksaan bilirubin yaitu bilirubin total : 21,3
mg/dl, bilirubin indirek : 0,5 mg/dl, bilirubin indirek : 20,8 mg/dl. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa diagnosis dari pasien ini yaitu hiperbilirubinemia + gangguan
napas.
Ikterus merupakan suatu diskolorisasi kuning kulit atau organ lain akibat
penumpukan bilirubin. Bilirubin merupakan suatu produk metabolisme dari
destruksi eritrosit. Secara klinis, icterus terjadi jika kadar bilirubin dalam serum
darah >5 mg/dl, sedangkan hiperbilirubinemia terjadi apabila kadar bilirubin >13
mg/dl. Icterus ini dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Icterus fisiologis
dimulai >24 jam pertama setelah lahir dan menghilang pada hari ke 7- 10 hari.
Icterus fisiologis terjadi akibat imaturitas dari hepatosit karena belum optimalnya
enzim yang bertanggungjawab dalam proses konjugasi bilirubin dihati. Icterus
patologis terjadi dimulai <24 jam setelah lahir, dan meningkat secara abnormal
lebih dari 10 hari. Pada kasus ini, pasien tampak kuning dengan kremer IV,
artinya manifestasi kuning yang tampak mulai dari kepala, wajah, thoraks,
punggung, perut, ekstremitas atas dan bawah (proksimal dan distal), kecuali
telapak tangan. Serta dari pemeriksaan bilirubin didapatkan kadar bilirubin total
yaitu 21,3 mg/dl yang menunjukan bahwa pasien ini mengalami
hiperbilirubinemia.
20
Etiologi hiperbilirubinemia pada neonatus dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan berikut :
a. Penyebab yang sering
- Hiperbilirubinemia fisiologis
- Inkompatibilitas golongan darah ABO
- Breast milk jaundice
- Inkompatibilitas rhesus
- Infeksi
- Sefalhematoma, hematoma subdural
- IDM (infant of diabetic mother)
- Polisitemia (hiperviskositas)
- Prematuritas / BBLR
- Breast feeding jaundice
b. Penyebab yang jarang
- Defisiensi G6PD (Glucose 6- Phosphat Dehydrogenase)
- Defisiensi Pyruvat kinase
- Lucey – Driscoll syndrome (ikterus neonatorum familial)
- Hipotiroidism
- Hemoglobinopathy
Pada pasien ini yang menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia karena
prematuritas, berpatokan pada estimasi usia kehamilan yaitu 36 minggu.
Metabolisme bilirubin
Bilirubin merupakan produk hasil degradasi hemoglobin darah dan dari
hasil eritropoiesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin dimulai dari proses
oksidasi heme yang berasal dari hemoglobin yang menghasilkan biliverdin dan
zat-zat lain. Biliverdin inilah yang nantinya akan mengalami reduksi dan menjadi
bilirubin bebas (bilirubin indirek). Bilirubin indirek tidak larut dalam air,
21
melainkan larut dalam lemak yang sulit dieksresi dan mudah melalui membran
biologis seperti plasenta dan sawar darah otak.
Bilirubin indirek ini kemudian akan berikatan dengan senyawa albumin dan
dibawa ke hati. Dalam hepar, bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hepar
dan masuk ke dalam hepar. Setelah berada di dalam sel hepar, terjadi
persenyawaan ligandin, protein Z dan glutation hepar yang membawa bilirubin
indirek ini ke dalam retikulum endoplasma hepar, tempat terjadinya konjugasi.
Proses konjugasi ini diperantarai oleh enzim glukoronil transferase yang
kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk. Bilirubin indirek merupakan jenis
bilirubin yang larut dalam air dan dapat dieksresikan melalui ginjal. Sebagian
besar bilirubin direk akan dieksresikan melalui duktus hepatikus ke dalam saluran
pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dengan tinja sebagai
sterkobilin. Dalam usus, sebagian bilirubin direk ini akan diabsorbsi kembali oleh
mukosa usus dan dibawa kembali ke hati, sehingga terbentuklah proses
enterohepatik.
Sebagian besar kasusnya ringan, dengan ikterus sebagai satu-satunya
manifestasi klinis. Bayi biasanya tidak terkena menyeluruh pada saat lahir; tidak
ada pucat dan hidrops fetalis sangat jarang. Hati dan limpa tidak sangat
membesar, jika ditemukan. Ikterus biasanya muncul dalam 24 jam pertama.
Kadang-kadang penyakit ini menjadi berat, dan gejala-gejala serta tanda-tanda
kernikterus berkembang dengan cepat.
Fototerapi merupakan standar untuk pengobatan hiperbilirubinemia pada
bayi. Fototerapi yang efisien secara cepat mereduksi konsentrasi bilirubin serum.
Fototerapi dapat menyebabkan terjadinya isomerasi bilirubin indirek yang mudah
larut dalam plasma dan lebih mudah di eksresikan oleh hati ke dalam saluran
empedu. Energi dari fototerapi akan mengubah senyawa bilirubin yang berbentuk
4Z-15Z menjadi senyawa bilirubin 4Z-15E bilirubin yang merupakan bentuk
isomernya yang mudah larut dalam air . indikasi fototerapi adalah untuk
menurunkan kadar bilirubin direk pada bayi dengan hiperbilirubinemia / ikterus
non fisiolgis, berdasarkan kurva panduan fototerapi bayi ini termasuk dalam risiko
tinggi.
22
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar
adalah:
1.Lampu yang dipakai sebaiknya tidak di gunakan lebih dari 500 jam, untuk
menghindari turunnya energi yang dihasilkan lampu.
2.Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin terkena sinar
3.Kedua mata ditutup dengan enutup yang memantulkan cahaya
4.Letakkan bayi dibawah lampu dengan jarak 45-50 cm
5.Ubah posisi bayi tiap 3 jam
6.Pastikan kebutuhan cairan bayi terpenuhi.
7.Periksa kadar bilirubin serum tiap 6-12 jam pada bayi dengan kadar
bilirubin yang ceat meningkat, bayi kurang bulan atau bayi sakit.6;7
Fototerapi dihentikan bila :
1. Bayi cukup bulan dengan bilirubin total ≤ 12 mg/dl
2. Bayi kurang bulan dengan bilirubin total ≤ 10 mg/dl
3. Timbul efek samping (kerusakan retina)
Efek samping foto terapi :
1.Enteritis
2.Hipertermi
3.Dehidrasi
4.Kelainan kulit
5.Gangguan minum
6.Bronze baby syndrome
7.Kerusakan retina
Pada pasien ini dilakukan fototerapi sebanyak 3 paket, fototerapi paket
pertama dilakukan tanggal 21 oktober 2015, kemudian dilakukan lagi
pemeriksaan bilirubin dan hasilnya yaitu bilirubin total : 20,6 mg/dl, bilirubin
indirek : 0,7 mg/dl, bilirubin direk : 19,9 mg/dl. Fotorerapi paket kedua dilakukan
pada tanggal 23 oktober 2015, serta fototerapi paket ketiga dilakukan pada tanggal
24 oktober 2015, dan dilakukan lagi pemeriksaan bilirubin dan hasilnya yaitu
bilirubin total : 15,0 mg/dl, bilirubin indirek : 0,5 mg/dl, bilirubin direk : 14,5
23
mg/dl. Ini menunjukan bahwa terapi fototerapi efektif untuk menurunkan kadar
bilirubin dalam plasma.
Gangguan napas adalah suatu keadaan bayi yang sebelumnya normal atau
bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan berhasil tetapi dalam
beberapa saat kemuadian terjadi gangguan napas. Yang ditandai dengan;
1. Takipneu : frekuensi napas > 60-80 kali/menit
2. Retraksi intercostal atau substernal
3. Napas cuping hidung selama inspirasi
4. Merintih saat ekspirasi
5. Sianosis ; sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir. Dapat
mencerminkan abnormalitas jantung, hematologi, atau pernapasan yang
harus dilakukan tindakan segera
6. Apneu atau henti napas
7. Bila takipneu, retraksi, cuping hidung dan merintih menetap beberapa pada
beberapa jam setelah lahir harus dilakukan tindakan segera.
Gangguan napas memiliki faktor predisposisi diantaranya sebagai berikut :
1. Bayi kurang bulan : Paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan
kekurangan surfaktan yang melapisi rongga alveoli
2. Depresi neonatal ( kegawatan neonatal )
3. Bayi dari ibu DM : terjadi distres respirasi akibat kelambatan pematangan
paru
4. Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar, dapat
mengakibatkan terlambatnya absorpsi cairan paru (TTN)
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau air
ketuban yang berbau dapat mengakibatkan pneumonia bakterialis atau
sepsis
6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium yang kemungkinan terjadi
akibat aspirasi mekonium.
Faktor penyebab terjadinya gangguan nafas :
24
1. Kelainan paru: Pnemonia
2. Kelainan jantung : Penyakit Jantung Bawaan, Disfungsi miokardium
3. Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat : Asfiksia, Perdarahan otak
4. Kelainan metabolik : Hipoglikemia, Asidosis metabolik
5. Kelainan Bedah : Pneumotoraks, Fistel Trakheoesofageal, Hernia
diafragmatika
6. Kelainan lain : Sindrom Aspirasi Mekonium, “Transient tachypnea of the
Newborn“ dan Penyakit Membran Hialin.
Penyebab gangguan nafas menurut masa gestasi :
1. Pada Bayi Kurang Bulan :
a. Penyakit Membran Hialin
b. Pneumonia
c. Asfiksia
d. Kelainan atau Malformasi Kongenital
2. Pada Bayi Cukup Bulan :
a. Sindrom Aspirasi Mekonium
b. Pneumonia
c. ”Transient Tachypnea of the Newborn ”
d. Asidosis metabolik
e. Kelainan atau Malformasi Kongenital
Frekuensi napas Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi
> 60 kali/menit Dengan Sianosis sentral dan tarikan dinding
dada atau merintih saat ekspirasi.
Gangguan
napas beratAtau > 90 kali/
menit
Dengan Sianosis sentral atau tarikan dinding
dada atau merintih saat ekspirasi.
Atau < 30 kali/ Dengan Atau Gejala lain dari gangguan napas.
25
menit tanpa
60-90 kali/menit Dengan Tarikan dinding dada atau merintih
saat ekspirasi
Gangguan
napas sedangTetapiTanpa Sianosis sentral
Atau > 90 kali/
menit
Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih
saat ekspirasi atau sianosis sentral.
60-90 kali/menit Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih
saat ekspirasi atau sianosis sentral.
Gangguan
napas ringan
60-90 kali/menit Dengan Sianosis sentral Kelainan
jantung
kongenitalTetapiTanpa Tarikan dinding dada atau merintih.
Berdasarkan pedoman di atas, bayi pada kasus ini termasuk ke dalam
gangguan napas sedang. Penangan bayi dengan gangguan napas dibagi menjadi 2
yaitu managemen umum dan management spesifik, yaitu diantaranya ;
A. Manajemen secara umum yaitu :
1. Pasang jalur infus intravena Dekstrosa 5% berdasarkan kebutuhan cairan
perhari
2. Pantau selalu tanda vital
3. Jaga patensi jalan napas dan memberikan oksigen 2-3 liter/menit
4. Jika bayi mengalami apnea:
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
5. Bila terjadi kejang potong kejang
6. Segera periksa kadar glukosa darah
B. Management spesifik
Management gangguan napas berat adalah
- Dengan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedang
26
- Bila bayi menunjukan tanda perburukan atau terdapat sianosis sentral,
naikkan pemberian 02 pada kecepatan aliran tinggi. Jika gangguan napas
bayi semakin berat dan sianosis sentral menetap walaupun diberikan 02
100% , segera rujuk
- Jika gangguan napas masih menetap setelah 2 jam, pasang pipa lambung
untuk mengosongkan cairan lambung dan udara.
- Jika bayi sudah menunjukkan tanda perbaikan ( frekuensi napas menurun,
tarikan dinding dada berkurang dan warna kulit membaik).
Management gangguan napas sedang adalah
- Lanjutkan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedang
- Bayi dipuasakan
- Bila suhu aksila 34-36,50 C atau 37,5-390 C tangani untuk suhu abnormal
- Bila suhu normal terus amati, pada kasus ini suhu bayi normal
- Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan
setalah 2 jam.
- Bila telah menunjukan perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan
dinding dada berkurang atau suara merintih berkurang
- Kurangi terapi 02 secara bertahap.
Management gangguan napas ringan
- Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
- Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala
sespsis lainnya terapi dengan kemungkinan sepsis dan tangani gangguan
napas sedang atau berat
- Beri ASI bila bayi mampu mengisap
- Kurangi pemberian 02 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas.
Hentikan pemberian 02 jika frekuensi napas antara 30-60 x/menit. Jika
frekuensi napas menetap 30-60 x/menit dan tidak ada tanda-tanda sepsis
pasien dapat dipulangkan.
27
Prognosis hiperbilirubinemia baru akan berpengaruh buruk apabila bilirubin
indirek telah melalui sawar darah otak maka sebaiknya pada semua penderita
hiperbilirubinemia dilakukan pemeriksaan berkala, baik dalam pertumbuhan fisik
dan motorik, ataupun perkembangan mental serta ketajaman pendengarannya.
Prognosis pada pasien ini adalah baik. Karena ikterus mengalami perbaikan
yang ditandai dengan penurunan kadar bilirubin direk serta indirek dalam waktu
kurang dari 2 minggu. Kemudian dianjurkan pasien untuk tetap kontrol
dipoliklinik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku Ajar
Neonatologi. ed I. pp: 127-137. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2. Tim Paket Pelatihan Klinik PONED. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta. 2008
28
3. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan
Penerbit IDAI
4. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I, ed
15. pp: 589-598. Jakarta. EGC
29