HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN...

78
HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014 BIRO HUKUM DAN KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PARIWISATA TAHUN 2015

Transcript of HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN...

Page 1: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

HIMPUNANPERATURAN MENTERI PARIWISATA

TAHUN 2014

BIRO HUKUM DAN KOMUNIKASI PUBLIK

KEMENTERIAN PARIWISATA

TAHUN 2015

Page 2: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya Buku Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata Tahun 2014 sebagai produk hukum dalam rangka pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata.

Biro Hukum dan Komunikasi Publik, Kementerian Pariwisata menerbitkan Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata Tahun 2014, salah satu tugas dan fungsi Biro Hukum dan Komunikasi Publik dalam hal pelaksanaan pengelolaan dokumentasi dan publikasi hukum, penyuluhan hukum serta Jaringan dokumentasi dan informasi hukum di bidang pariwisata.

Buku Himpunan ini merupakan wahana dan salah satu upaya penyebarluasan informasi hukum di bidang pariwisata sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan dan untuk mewujudkan keterbukaan informasi publik sesuai Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Buku Himpunan ini untuk memberikan informasi bagi para pemangku kepentingan (steakholders) terhadap peraturan perundang- undangan di bidang pariwisata, selain itu sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan di bidang pariwisata.

Semoga Buku Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata Tahun 2014 dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta; September 2015

i

Page 3: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................. iii

Abstrak................................................................................................ v

Peraturan Menteri ...............................................................................

1. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2014 tentangPelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata....................................................... 1

2. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 2 Tahun 2014 tentangPelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Di Koordinasi Penanaman Modal............. 31

3. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Dan Partisipasi Pameran Pariwisata ... 38

4. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 4 Tahun 2014 tentangPerubahan Keenam Atas Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata PM.55/PW.204/MKP/2008 Tentang Pemanfaatan Jasa Teknik Film Dalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatan Dan Penggandaan Film Nasional Serta Penggandaan Film Impor......... 64

iii

Page 4: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

ABSTRAKPERATURAN MENTERI PARIWISATA

TAHUN 2014

1. DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN - PELAKSANAAN KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA

2014

PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN 2014, LL KEMENPAR, 25 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA

ABSTRAK : - Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan telah ditetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.70/UM.001/MPEK./ 2013 tentang Pelakasanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan dengan adanya perubahan jenis kegiatan dan dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran serta memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian/Lembaga, 'maka Peraturan "Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.70/ UM.001/MPEK/2013 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif perlu diganti, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Pelakasanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata.

v

Page 5: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

- Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah: UU No. 25 Tahun 2004, UU No. 33 Tahun 2004, UU No. 10 Tahun 2009, UU No. 33 Tahun 2009, PP No. 7 Tahun 2008, PP No. 90 Tahun 2010, PP No. 50 Tahun 2011, PERPRES No. 47 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PERPRES No. 13 Tahun 2014, PERPRES No.64 Tahun 2014, KEPPRES No.l21/P Tahun 2014, PERPRES No. 165 Tahun 2014, PERMEN PAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/2012.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang : Pelakasanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata. Ruang lingkup Peraturan Menteri meliputi dekonsentrasi, tugas pembantuan, mekanisme pencairan dana, pelaporan dan pertanggungjawaban, serah terima barang, pemeriksaan, pembinaan dan pengawasan dan sanksi administratif.

Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasi meliputi kegiatan bidang : pengembangan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, ekonomi kreatif berbasis media, desain dan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif.

SKPD yang secara sengaja dan/atau lalai dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dapat dikenakan sanksi administratif berupa:penundaan pencairan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan untuk triwulan berikutnya; dan penghentian alokasi Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan untuk tahun anggaran berikutnya.

VI

Page 6: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

CATATAN - PeraturanMenteri ini ditetapkan pada tanggal 12 Desember 2014

- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.70/UM.001/MPEK/2013 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

V ll

Page 7: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

2. PELAKSANAAN PELAYANAAN - TERPADU SATU PINTU - BIDANG PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF- BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 2014

PERMEN PAR NOMOR 2 TAHUN 2014, LL KEMENPAR, 8 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BIDANG PARIWISATA DANEKONOMI KREATIF DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL.

ABSTRAK : - Bahwa Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal telah diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan berdasarkan Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 0244/MPK.P/PL/2013 dan Nomor KB.35/KS.001/ MPEK/2013 tentang Kegiatan Usaha Perfilman, dinyatakan usaha perfilman dikoordinasikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sesuai dengan tugas dan fungsinya, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Pelakasanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Badan Koordinasi Penanaman Modal.

- Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah: UU No. 25 Tahun 2007, UU No. 10 Tahun 2009, UU No. 33 Tahun 2009, UU No. 23 Tahun 2014, PERPRES No. 90 Tahun 2007, PERPRES No. 47 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PERPRES No. 13 Tahun 2014, PERPRES No. 97 Tahun 2014, KEPPRES No. 121/P Tahun 2014, PERPRES No. 165 Tahun 2014, PERMEN PAREKRAF No.PM.07/HK.001/MPEK/ 2012.

V lll

Page 8: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

CATATAN

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang : Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Menteri Pariwisata mendelegasikan kewenangan penerbitan izin usaha/pendaftaran usaha bidang pariwisata dan ekonomi kreatif yang menjadi kewenangan Pemerintah kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan hak substitusi.

Kewenangan yang didelegasikan kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal merupakan izin usaha/pendaftaran usaha bidang pariwisata dan ekonomi kreatif yang didalamnya terdapat modal asing, penanaman modal dalam negeri yang ruang lingkupnya lintas provinsi, dan/atau berdasarkan peraturan perundang-undangan menjadi kewenangan Pemerintah.

Dalam rangka melaksanakan kewenangan izin usaha/pendaftaran usaha bidang pariwisata dan ekonomi kreatif kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal berpedoman pada: daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal; dan peraturan dan ketentuan teknis tata cara izin usaha/ pendaftaran usaha yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal menerbitkan izin usaha/pendaftaran usaha untuk dan atas nama Menteri Pariwisata.

- Peraturan Menteri ini ditetapkan pada tanggal 16 Desember 2014

- Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.59/HK. 501/MKP/2009 tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha di Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Rangka Penanaman Modal, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

- Lampiran 2 him

IX

Page 9: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

3. PEDOMAN PENYELENGGARAAN - PARTISIPASI PAMERAN -PARIWISATA2014

PERMEN PAR NOMOR 3 TAHUN 2014, LL KEMENPAR, 6 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PEDOMANPENYELENGGARAAN DAN PARTISIPASI PAMERAN PARIWISATA

ABSTRAK : - Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, perlu diatur lebih lanjut norma, standar, prosedur, dan kriteria yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan dan partisipasi pameran pariwisata DAN pameran pariwisata merupakan salah satu pilar utama dalam kegiatan promosi dan pencitraan dalam kerangka strategi pembangunan kepariwisataan nasional, sehingga perlu dilakukan secara berhasil guna dan berdaya guna, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Pedoman Penyelenggaran dan Partisipasi Pameran Pariwisata.

- Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah: UU No. 10 Tahun 2009, UU No. 23 Tahun 2014, PP No. 38 Tahun 2007, PP No.50 Tahun 2011, PERPRES No. 47 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PERPRES No. 13 Tahun 2014, KEPPRES No-121/P Tahun 2014, PERPRES No.165 Tahun 2014.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang : Pedoman Penyelenggaran dan Partisipasi Pameran Pariwisata. Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi: prinsip-prinsip umum; penyelenggaraan pameran pariwisata; partisipasi pameran pariwisata; tata cara; dukungan Pemerintah Daerah; pelaporan dan evaluasi; pembinaan; dan pendanaan.

CATATAN : - Peraturan Menteri ini ditetapkan pada tanggal 23Desember 2014

x

Page 10: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

4. PEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI - KEGIATAN PEMBUATAN - PENGGANDAAN FILM NASIONAL - PENGGANDAAN FILM IMPOR- PERUBAHAN KEENAM - PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR PM.55/PW.2014/MKP/2008 2014

PERMEN PAR NOMOR 4 TAHUN 2014, LL KEMENPAR, 3 HLM

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR PM.55/PW.204/MKP/2008 TENTANG PEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI DALAM KEGIATAN PEMBUATAN DAN PENGGANDAAN FILM NASIONAL SERTA PENGGANDAAN FILM IMPOR

ABSTRAK : - Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 33Tahun 2009 tentang Perfilman, setiap pelaku kegiatan dan pelaku usaha di bidang perfilman diwajibkan untuk mengutamakan penggunaaan sumber daya dalam negeri secara optimal dan memanfaatkan jasa teknik film dalam negeri dalam kegiatan pembuatan dan penggandaan film nasional serta penggandaan film impor, diperlukan waktu untuk mengkaji lebih jauh kemampuan dan persiapan kegiatan usaha jasa teknik film yang mencakup teknologi seluloid dan digital di dalam negeri, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Perubahan Keenam Atas Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor PM.55/PW.204/ MKP/2008 tentang Pemanfaatan Jasa Teknik Film Dalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatan Dan Penggandaan Film Nasional Serta Penggandaan Film Impor.

- Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah: UU No. 33 Tahun 2009, PP No. 6 Tahun 1994, PP No. 7 Tahun 1994, PP No. 7 Tahun 1994, PERPRES No. 165/Tahun 2014, KEPMEN PEN No.215/KEP/ MENPEN/1994, PERMEN BUDPAR No.PM.55/ PW.204/MKP/2008 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PERMEN PAR No. 3 Tahun 2014.

XI

Page 11: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

CATATAN

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang : Perubahan Keenam Atas Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor PM.55/PW.204/ MKP/2008 tentang Pemanfaatan Jasa Teknik Film Dalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatan Dan Penggandaan Film Nasional Serta Penggandaan Film Impor.

Dalam Peraturan Menteri ini terdapat perubahan Ketentuan Pasal 13 ayat (2) Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.55/PW.204/ MKP/2008 Tentang Pemanfaatan Jasa Teknik Film Dalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatan Dan Penggandaan Film Nasional Serta Penggandaan Film Impor, yang telah beberapa kali diubah dengan:1. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Nomor PM. 11 /PW.204/MKP/2009;2. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Nomor PM.27/PW.204/MKP/2010;3. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Nomor PM. 108 / PW.204/ MPEK/ 2011;4. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Nomor PM. 141/PW.204/MPEK/2012; dan

5. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.66/PW.204/MPEK/2013.

- Peraturan Menteri ini mulai berlaku tanggal 1 Januari 2016

- Peraturan Menteri ini ditetapkan pada tanggal 29 Desember 2014

- Lampiran 12 him

XII

Page 12: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA

SALINANPERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIANOMOR 1 TAHUN 2014

TENTANGPELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN

TUGAS PEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan telah ditetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.70/UM.001/MPEK/2013 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. bahwa dengan adanya perubahan jenis kegiatan dan dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran serta memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian/Lembaga, maka Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.70/UM.001/MPEK/2013 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pada Kementerian Pariwisata;

Mengingat....1

Page 13: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5060);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262);

8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24);

9. Peraturan...2

Page 14: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

9. Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 147);

10. Keputusan Presiden Nomor 121/PTahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Kabinet Kerja Tahun 2014-2019;

11. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas Dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

12. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.7/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 196);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

2. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

3. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka

3pelaksanaan

Page 15: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

4. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dekonsentrasi/tugas pembantuan bidang tertentudi provinsi, kabupaten, atau kota.

6. Perubahan Anggaran yang selanjutnya disebut Revisi adalah perubahan anggaran belanja Kementerian yang telah ditetapkan berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Daftar Hasil Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga dan/atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.

7. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga yang selanjutnya disebut RKA-K/L adalah dokumen rencana keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang disusun menurut bagian anggaran Kementerian/Lembaga.

8. Daftar Hasil Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga yang selanjutnya disebut DHP RKA-K/L adalah dokumen yang berisi rangkuman RKA-K/L per unit eselon I dan program dalam suatu Kementerian/Lembaga yang ditetapkan berdasarkan hasil penelaahan.

9. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA, adalah suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga serta disahkan oleh Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pendanaan kegiatan serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.

10. Aparat Pengawas Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Pariwisata yang selanjutnya disebut APIP Kementerian adalah Inspektorat Jenderal yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri.

11. Unit Kerja Eselon I adalah Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan IPTEK, serta Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

12. Menteri...4

Page 16: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Kepariwisataan.

13. Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Kepariwisataan.

BAB IIMAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi seluruh Unit Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian, Pemerintah Daerah, dan SKPD dalam melaksanakan kewenangan urusan Kementerian yang dilaksanakan melalui kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Pasal 3

Peraturan Menteri ini bertujuan agar pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Kementerian dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Pasal 4

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:a. dekonsentrasi;b. tugas pembantuan;c. mekanisme pencairan dana;d. pelaporan dan pertanggungjawaban;e. serah terima barang;f. pemeriksaan;g. pembinaan dan pengawasan; danh. sanksi administratif.

BAB IIIDEKONSENTRASI

Bagian Kesatu Pembagian Urusan

Paragraf 1 Umum

(1)Pasal 5

Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasi meliputi kegiatan bidang :

a. pengembangan..

5

Page 17: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

a. pengembangan destinasi pariwisata;b. pemasaran pariwisata;c. ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;d. ekonomi kreatif berbasis media, desain dan ilmu pengetahuan

dan teknologi; dane. pengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif.

(2) Kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain :a. sinkronisasi dan koordinasi perencanaan;b. fasilitasi/dukungan;c. bimbingan teknis;d. pembekalan/pelatihan sumber daya manusia;e. pemberian penghargaan;f. penyuluhan;g. supervisi;h. penelitian;i. survey dan pendataan;j. pembinaan; dank. pengawasan dan pengendalian.

(3) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berupa penambahan aset tetap atau bersifat nonfisik.

(4) Dalam pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi, dapat dialokasikan sebagian kecil dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan input berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap.

(5) Besarnya alokasi dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus memperhatikan asas:a. kepatutan;b. kewajaran;c. ekonomis; dand. efisien.

Paragraf 2Pengembangan Destinasi Pariwisata

Pasal 6

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasi bidang pengembangan destinasi pariwisata, antara lain:a. advokasi/pendampingan pelaksanaan tata cara pendaftaran

usaha pariwisata;

6b. profil

Page 18: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

b. profil investasi;c. perencanaan kawasan destinasi pariwisata;d. perencanaan desain teknis;e. bimbingan teknis;f. pemantauan dan evaluasi tugas pembantuan;g. peningkatan kapasitas masyarakat dan pendampingan

pengembangan desa wisata; danh. peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat Sadar

Wisata dan pelaksanaan Sapta Pesona.

Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Paragraf 3Pemasaran Pariwisata

Pasal 7

Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasi bidang pemasaran pariwisata meliputi :a. sosialisasi Branding Pariwisata Indonesia;b. pemasangan Iklan Pariwisata melalui media cetak, elektronik,

dan media ruang:c. pengadaan atau penyediaan bahan promosi;d. pemasaran paket wisata yang siap jual di masing-masing daerah;e. partisipasi dalam event seni dan budaya, serta pasar wisata di

tingkat nasional dan internasional, dengan tetap memprioritaskan fasilitasi bagi industri pariwisata daerah; dan

f. pelaksanaan Perjalanan Wisata Pengenalan di daerah-daerah.

Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata.

Paragraf 4Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

Pasal 8

Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasi bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya berupa:a. pengembangan ruang kreatif berbasis seni dan budaya yaitu

ruang tertutup atau terbuka yang memiliki daya tarik seperti

7sejarah

Page 19: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

sejarah, panorama alam, dan arsitektural bangunan, yang telah menjadi tujuan wisata atau memiliki potensi menjadi destinasi pariwisata seni dan budaya.

b. pendukungan kegiatan terdiri dari:1. penguatan institusi;2. pengelolaan asset seni dan budaya;3. fasilitasi jejaring dan kolaborasi;4. pendokumentasian/digitalisasi karya seni atau arsip; dan5. publikasi.

(2) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya.

Paragraf 5Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek

Pasal 9

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasi bidang ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek meliputi:a. pengembangan pusat kreatif berbasis media, desain dan iptek;b. pemberian bantuan/ fasilitasi peningkatan kualitas dan kuantitas

pengembangan konten bidang media, desain dan Iptek; danc. pemberian bantuan/fasilitasi pengembangan dan penciptaan

wirausaha bidang media, desain, dan iptek.

(2) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek.

Paragraf 6Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif

Pasal 10

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasi bidang pengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif, meliputi :a. pembekalan teknis bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;b. pembekalan pelayanan prima;

c. penyelenggaraan..8

Page 20: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

c. penyelenggaraan TOT (Training Of Trainer)',d. pembekalan keterampilan bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif; dane. penelitian dan survey.

(2) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknis dari Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Bagian KeduaPerencanaan dan Penganggaran

Pasal 11

(1) Perencanaan dan penganggaran kegiatan Dekonsentrasi dilaksanakan oleh Menteri dan didelegasikan kepada Pejabat Eselon I terkait sebagai penanggung jawab kegiatan dengan memperhatikan hasil perencanaan daerah.

(2) Perencanaan dan penganggaran kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.

(3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan kepada Gubernur mengenai rencana kegiatan Dekonsentrasi untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya Pagu Anggaran.

(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Gubernur memberikan jawaban tertulis kepada Menteri dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Pejabat Eselon I terkait paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah pemberitahuan dari Menteri diterima.

(5) Dalam hal Gubernur tidak memberikan jawaban sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Gubernur dianggap tidak bersedia menerima kegiatan Dekonsentrasi.

(6) Berdasarkan jawaban Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Menteri menetapkan lingkup kegiatan Dekonsentrasi dan disampaikan kepada Gubernur yang bersedia menerima kegiatan Dekonsentrasi setelah ditetapkannya Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran.

Pasal 12

(1) Penyusunan RKA-K/L Dekonsentrasi dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun setelah turunnya Pagu Anggaran dan Alokasi Anggaran dari Kementerian Keuangan.

92) RKA

Page 21: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

(2) RKA-K/L hasil penyusunan dari Unit Kerja atau Satuan Kerja terkait diserahkan ke Sekretariat Jenderal c.q. Biro yang menangani bidang perencanaan untuk dilakukan penelitian.

(3) Penelitian RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui verifikasi atas kelengkapan dan kebenaran dokumen yang dipersyaratkan serta kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah perencanaan penganggaran.

(4) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) difokuskan untuk meneliti:a. konsistensi pencantuman sasaran kinerja meliputi volume

keluaran dan indikator kinerja kegiatan dalam RKA-K/L sesuai dengan sasaran kinerja dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga dan Rencana Kerja Pemerintah;

b. kesesuaian total pagu dalam RKA-K/L dengan Pagu Anggaran Kementerian / Lembaga;

c. kesesuaian sumber dana dalam RKA-K/L dengan sumber dana yang ditetapkan dalam Pagu Anggaran K/L;

d. kepatuhan dalam pencantuman tematik APBN pada level keluaran; dan

e. kelengkapan dokumen pendukung RKA-K/L antara lain Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja, Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference), Rincian Anggaran Biaya, dan dokumen pendukung terkait lainnya.

(5) Penelitian RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga.

Pasal 13

(1) Inspektorat Jenderal selaku APIP Kementerian menerima RKA-K/L hasil penelitian Sekretariat Jenderal untuk dilakukan reviu.

(2) Reviu RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difokuskan pada:a. kelayakan anggaran untuk menghasilkan sebuah keluaran;b. kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah perencanaan

penganggaran, antara lain:1. penerapan standar biaya masukan dan standar biaya

keluaran;2. penggunaan akun;3. hal-hal yang dibatasi; dan

104. kelengkapan

Page 22: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

4. kelengkapan dokumen pendukung RKA-K/L antara lain Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja, Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference), Rincian Anggaran Biaya, dan dokumen pendukung terkait lainnya.

(3) Inspektorat Jenderal selaku APIP Kementerian menyerahkan kembali RKA-K/L hasil reviu ke Unit Kerja atau Satuan Kerja untuk dilakukan perbaikan atau penyesuaian sesuai Catatan Hasil Reviu.

(4) APIP Kementerian dapat menyesuaikan dan mengembangkan langkah-langkah dalam pedoman reviu RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing Unit Kerja atau Satuan Kerja.

Pasal 14

(1) Proses penelaahan RKA-K/ L Dekonsentrasi dilaksanakan di Direktorat Jenderal Anggaran.

(2) RKA-K/L hasil penelaahan menjadi DHP RKA-K/L yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Anggaran c.q Direktur Anggaran I/Direktur Anggaran II/Direktur Anggaran III.

(3) DHP RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar penyusunan Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.

(4) Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi dasar penyusunan dan pengesahan DIPA.

(5) DIPA berfungsi sebagai dasar pelaksanaan anggaran setelah mendapat pengesahan dari menteri keuangan.

Pasal 15

DIPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (5) terdiri atas:

a. DIPA Induk; danb. DIPA Petikan.

Pasal 16

(1) DIPA Induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a merupakan akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh Pengguna Anggaran menurut Unit Eselon I Kementerian Negara/ Lembaga.

11(2) DIPA

Page 23: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

(2) DIPA Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Pengguna Anggaran dengan menunjuk dan menetapkan Sekretaris Jenderal sebagai penanggung jawab pelaksanaan program dan memiliki alokasi anggaran pada Bagian Anggaran, sebagai pejabat penanda tangan DIPA Induk atas nama Menteri/Pimpinan lembaga.

(3) Pejabat penanda tangan DIPA Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meneliti kebenaran substansi DIPA Induk yang disusun berdasarkan Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.

(4) DIPA Induk yang telah ditandatangani disampaikan kepada Direktorat Jenderal Anggaran untuk mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan.

Pasal 17

(1) DIPA Petikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b merupakan DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui sistem.

(2) DIPA Petikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan dana/ pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara yang merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk.

(3) DIPA Petikan merupakan penjabaran dari DIPA Induk untuk masing-masing Satker.

(4) DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem dan dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi).

(5) DIPA Petikan Dana Dekonsentrasi merupakan DIPA dalam rangka pelaksanaan dana Dekonsentrasi yang dikelola SKPD Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur.

(6) DIPA Petikan yang telah dicetak didistribusikan atau dikirimkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran kepada KPPN dan KPA paling lambat 2 (dua) minggu setelah DIPA Induk disahkan.

Pasal 18

KPA SKPD wajib menyampaikan fotokopi DIPA Dekonsentrasi dan/ataurevisi DIPA Dekonsentrasi yang diterbitkan didaerah kepada Unit KerjaEselon I terkait dan Sekretaris Jenderal paling lambat 7 (tujuh) harikerja setelah DIPA diterima.

Pasal 19....12

Page 24: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Pasal 19

(1) Revisi dokumen anggaran Dekonsentrasi dilakukan dengan berpedoman pada tujuan, sasaran, dan dokumen perencanaan jangka menengah dan tahunan yang telah ditetapkan.

(2) Revisi dokumen anggaran Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada peraturan yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan.

(3) Revisi dokumen anggaran Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersifat mengubah isi dan rincian dalam DIPA Dekonsentrasi, wajib diajukan oleh masing-masing KPA SKPD kepada Unit Kerja Eselon I terkait dengan tembusan Sekretaris Jenderal.

(4) Hasil penelaahan usulan revisi dari Unit Kerja Eselon I terkait disampaikan kepada Sekretaris Jenderal, selanjutnya akan diteruskan kepada Kementerian Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.

(5) KPA SKPD menyampaikan setiap revisi anggaran Dekonsentrasi yang dilakukan terhadap perubahan Aplikasi Data Komputer Rencana Kerja dan Anggaran kepada Sekretariat Jenderal c.q. Biro yang menangani bidang perencanaan dengan tembusan kepada Unit Kerja Eselon I terkait.

(6) Perubahan terhadap isi dan rincian dalam DIPA Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Sekretaris Jenderal sebagai bahan untuk melakukan perubahan Keputusan Menteri tentang Penetapan Kegiatan Yang Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Pasal 20

Rencana program dan usulan kegiatan Dekonsentrasi beserta perubahannyaharus mengacu pada Keputusan Menteri tentang Penetapan KegiatanYang Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Bagian Ketiga Pelaksanaan

Pasal 21

Dalam melaksanakan kegiatan Dekonsentrasi, Gubernur menetapkan :a. SKPD yang memiliki tugas dan fungsi bidang pariwisata dan ekonomi

kreatif; danb. Kuasa Pengguna Anggaran.

13Pasal

Page 25: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Pasal 22

(1) Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari APBD dan APBN Tugas Pembantuan.

(2) Pengelolaan dana Dekonsentrasi dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.

Pasal 23

(1) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi dilakukan setelah adanya pelimpahan urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan Kementerian dari Menteri kepada Gubernur.

(2) Dalam hal pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi menghasilkan penerimaan negara berupa pajak dan penerimaan negara bukan pajak, maka penerimaan tersebut merupakan pendapatan APBN dan harus disetor ke rekening kas negara.

BAB IVTUGAS PEMBANTUAN

Bagian Kesatu Pembagian Urusan

Pasal 24

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan Tugas Pembantuan yaitu bidang pengembangan destinasi pariwisata;

(2) Kegiatan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah aset tetap atau bersifat fisik.

(3) Kegiatan bersifat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain berupa bangunan, peralatan, dan jalan.

(4) Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebagian kecil Dana Tugas Pembantuan dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan input berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap.

14

(5) Besarnya

Page 26: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

(5) Besarnya alokasi dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis dan efisien, serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan Kementerian.

Pasal 25

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Tugas Pembantuan Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, meliputi antara lain :a. pembuatan ruang ganti/toilet di lokasi daya tarik wisata;b. pembuatan gazebo/rumah panggung kecil di ruang terbuka;c. pembangunan menara pandang;d. pembuatan jalur pejalan kaki/jalan setapak dan pedestrian di

kawasan pariwisata;e. pembuatan rambu-rambu petunjuk arah;f. penataan taman (pembuatan pergola, pemasangan lampu taman,

pembuatan pagar pembatas, panggung kesenian, panggung terbuka);

g. pembangunan pusat informasi wisata/ Tourism Information Center (TIC);

h. pembuatan tempat penonton (tribun), tempat pertunjukan dan amphitheater,

i. pembangunan dan penataan kawasan pariwisata, pelataran, kios cinderamata, kios kaki lima, pendopo, rest area, plaza, pusat jajanan/kuliner, dan tempat ibadah;

j. pembangunan dive center dan pengadaan peralatan selam;k. pembangunan jembatan dan broadwalk di kawasan pariwisata;l. pembangunan gapura/gerbang masuk/pintu masuk/ entrance;

danm. pembangunan dan perbaikan dermaga/Jeff i/ di kawasan

pariwisata.

(2) Pelaksanaan Tugas Pembantuan sebagaimana di maksud padaayat (1) dapat berupa rehabilitasi. • :

(3) Pelaksanaan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2) untuk setiap tahunnya berpedoman pada1'petunjuk teknis dari Direktorat Jenderal Pengembangan DestinaskPari wisata.

15Bagian

Page 27: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Bagian KeduaPerencanaan dan Penganggaran

Pasal 26Perencanaan dan penganggaran kegiatan Tugas Pembantuan dilaksanakan oleh Menteri dan didelegasikan kepada Pejabat Eselon I terkait sebagai penanggung jawab kegiatan dengan memperhatikan hasil perencanaan daerah.Perencanaan dan penganggaran kegiatan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan kepada Gubernur/Bupati/Walikota mengenai rencana kegiatan Tugas Pembantuan untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya Pagu Anggaran.Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Gubernur/Bupati/Walikota memberikan jawaban tertulis kepada Menteri dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Pejabat Eselon I terkait paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah pemberitahuan dari Menteri diterima.Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak memberikan jawaban sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Gubernur/Bupati/Walikota dianggap tidak bersedia melaksanakan kegiatan Tugas Pembantuan.Berdasarkan jawaban Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Menteri menetapkan lingkup kegiatan Tugas Pembantuan dan disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota yang bersedia melaksanakan kegiatan Tugas Pembantuan setelah ditetapkannya Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran.

Pasal 27Penyusunan RKA-K/L Tugas Pembantuan dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun setelah turunnya Pagu Anggaran dan Alokasi Anggaran dari Kementerian Keuangan.RKA-K/L hasil penyusunan dari Unit Kerja atau Satuan Kerja terkait diserahkan ke Sekretariat Jenderal c.q Biro yang menangani bidang perencanaan untuk dilakukan penelitian.Penelitian RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui verifikasi atas kelengkapan dan kebenaran dokumen yang dipersyaratkan serta kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah perencanaan penganggaran.

16(4) Verifikasi

Page 28: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

(4) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) difokuskan untuk meneliti:a. konsistensi pencantuman sasaran kinerja meliputi volume

keluaran dan indikator kinerja kegiatan dalam RKA-K/L sesuai dengan sasaran kinerja dalam Rencana Kerja Kementerian/ Lembaga dan Rencana Kerja Pemerintah;

b. kesesuaian total pagu dalam RKA-K/L dengan Pagu Anggaran K/L;

c. kesesuaian sumber dana dalam RKA-K/L dengan sumber dana yang ditetapkan dalam Pagu Anggaran K/L;

d. kepatuhan dalam pencantuman tematik APBN pada level keluaran; dan

e. kelengkapan dokumen pendukung RKA-K/L antara lain Rencana c Kerja Anggaran Satuan Kerja, Kerangka Acuan Kerja (Term of

Reference) Rincian Anggaran Biaya, dan dokumen pendukung terkait lainnya.

(5) Penelitian RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga.

Pasal 28

(1) Inspektorat Jenderal selaku APIP Kementerian menerima RKA-K/L hasil penelitian Sekretariat Jenderal untuk dilakukan reviu.

(2) Reviu RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difokuskan pada:a. kelayakan anggaran untuk menghasilkan sebuah keluaran;b. kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah perencanaan

penganggaran, antara lain:1. penerapan standar biaya masukan dan standar biaya

keluaran;2. penggunaan akun;dan3. hal-hal yang dibatasi.

c. kelengkapan dokumen pendukung RKA-K/L antara lain Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja, Kerangka Acuan Kerja (Term of Reference), Rincian Anggaran Biaya, dan dokumen pendukung terkait lainnya.

(3) Inspektorat Jenderal selaku APIP Kementerian menyerahkan kembali RKA-K/L hasil reviu ke Unit Kerja atau Satuan Kerja untuk dilakukan perbaikan atau penyesuaian sesuai Catatan Hasil Reviu.

(4) APIP Kementerian dapat menyesuaikan dan mengembangkan langkah-langkah dalam pedoman reviu RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing Unit Kerja atau Satuan Kerja.

17Pasal

Page 29: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Pasal 29

(1) Proses penelaahan RKA-K/L Tugas Pembantuan dilaksanakan di Direktorat Jenderal Anggaran.

(2) RKA-K/L hasil penelaahan menjadi DHP RKA-K/L yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Anggaran c.q Direktur Anggaran I/ Direktur Anggaran II/Direktur Anggaran III.

(3) DHP RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar penyusunan Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.

(4) Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi dasar penyusunan dan pengesahan DIPA.

(5) DIPA berfungsi sebagai dasar pelaksanaan anggaran setelah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan.

Pasal 30

DIPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (5) terdiri atas:a. DIPA Induk; danb. DIPA Petikan.

Pasal 31(1) DIPA Induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a merupakan

akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh Pengguna Anggaran menurut Unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga.

(2) DIPA Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Pengguna Anggaran dengan menunjuk dan menetapkan Sekretaris Jenderal sebagai penanggung jawab pelaksanaan program dan memiliki alokasi anggaran pada Bagian Anggaran, sebagai pejabat penanda tangan DIPA Induk atas nama Menteri/Pimpinan lembaga.

(3) Pejabat penanda tangan DIPA Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meneliti kebenaran substansi DIPA Induk yang disusun berdasarkan Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.

(4) DIPA Induk yang telah ditandatangani disampaikan kepada Direktorat Jenderal Anggaran untuk mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan.

Pasal 32(1) DIPA Petikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf b

merupakan DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui sistem.

(2) DIPA18

Page 30: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

(2) DIPA Petikan digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara yang merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk.

(3) DIPA Petikan merupakan penjabaran dari DIPA Induk untuk masing-masing Satker.

(4) DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem dan dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi).

(5) DIPA Petikan Dana Tugas Pembantuan merupakan DIPA dalam rangka pelaksanaan dana Tugas Pembantuan yang dikelola SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri.

(6) DIPA Petikan yang telah dicetak didistribusikan atau dikirimkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan KPA paling lambat 2 (dua) minggu setelah DIPA Induk disahkan.

Pasal 33

Rencana program dan usulan kegiatan Tugas Pembantuan besertaperubahannya harus mengacu pada Keputusan Menteri tentangPenetapan Kegiatan Yang Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi danTugas Pembantuan.

Bagian Ketiga Pelaksanaan

Pasal 34

Dalam melaksanakan kegiatan Tugas Pembantuan, Menteri menetapkan:

a. SKPD yang memiliki tugas dan fungsi bidang pariwisata dan ekonomi kreatif; dan

b. Kuasa Pengguna Anggaran atas usul dari Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 35(1) Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan

Tugas Pembantuan dilakukan secara terpisah dari APBD dan APBN Dekonsentrasi.

(2) Pengelolaan dana Tugas Pembantuan dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.

Pasal....19

Page 31: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Pasal 36

(1) Pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan dilakukan setelah adanya penugasan urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan Kementerian dari Menteri kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

(2) Dalam hal pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan menghasilkan penerimaan negara berupa pajak dan penerimaan negara bukan pajak, maka penerimaan tersebut merupakan pendapatan APBN dan harus disetor ke rekening kas negara.

BAB VMEKANISME PENCAIRAN DANA

Pasal 37(1) DIPA dan Petunjuk Operasional Kegiatan yang telah disahkan

disampaikan kepada SKPD penerima dana Dekonsentrasi dan/atau dana Tugas Pembantuan sebagai dasar dalam penerbitan Surat Perintah Membayar.

(2) Penerbitan Surat Perintah Membayar oleh SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran didasarkan pada alokasi dana yang tersedia dalam DIPA dan Surat Perintah Membayar untuk Dekonsentrasi dan DIPA untuk Tugas Pembantuan.

(3) Kepala SKPD yang menerima Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas Pembantuan menerbitkan dan menyampaikan Surat Perintah Membayar kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selaku Kuasa Bendahara Umum Negara.

(4) Setelah menerima Surat Perintah Membayar dari SKPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana.

BAB VIPELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 38

(1) SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas Pembantuan wajib menyusun laporan pertanggungjawaban yang meliputi:a. laporan manajerial; danb. laporan akuntabilitas.

(2) Laporan Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setiap bulan kepada Unit Kerja Eselon I Pembina

20Teknis

Page 32: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Teknis dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Inspektur Jenderal.

(3) Laporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:a. perkembangan realisasi penyerapan dana;b. pencapaian target keluaran;c. kendala yang dihadapi; dand. saran tindak lanjut.

(4) Laporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:a. laporan realisasi anggaran;b. neraca;c. catatan atas laporan keuangan; dand. laporan barang.

(5) Laporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan dengan menggunakan contoh format I, II, III, IV, dan V.

(6) Laporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibuat sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi Instansi.

BAB VIISERAH TERIMA BARANG

Pasal 39

(1) Semua barang yang diperoleh dari pelaksanaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan merupakan Barang Milik Negara dan dapat dihibahkan kepada daerah sebagai aset dari pusat ke provinsi, kabupaten atau kota.

(2) SKPD yang melaksanakan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan berkewajiban melakukan penatausahaan Barang Milik Negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Serah terima dalam rangka hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak realisasi pengadaan barang kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan selesai sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII PEMERIKSAAN

Pasal 40

(1) Pemeriksaan eksternal pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Kementerian dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

21(2) Pemeriksaan

Page 33: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

(2) Pemeriksaan internal pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Kementerian dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal.

(3) Inspektorat Jenderal menyusun program pemeriksaan tahunan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih pemeriksaan.

(4) Inspektorat Jenderal dapat mendelegasikan kewenangan pemeriksaan kepada Inspektorat Wilayah Provinsi/Kabupaten/ Kota untuk melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dengan ketentuan sebagai berikut:a. inspektorat jenderal terlebih dahulu menyampaikan surat

permintaan/pendelegasian pelaksanaan pemeriksaan kepada inspektorat wilayah provinsi, kabupaten/kota yang terkait.

b. terkait dengan dana yang ditimbulkan untuk melaksanakan huruf a, ditanggung oleh inspektorat jenderal sesuai ketentuan peraturan dan perundang-undangan;

c. menggunakan pedoman pemeriksaan yang berlaku di lingkungan kementerian;

d. pejabat yang ditunjuk untuk memeriksa adalah pejabat fungsional auditor sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang aparatur negara;

e. laporan hasil pemeriksaan sesuai pedoman laporan hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal;

f. laporan hasil pemeriksaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan disampaikan kepada Inspektur Jenderal;

g. inspektur jenderal menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf f kepada Menteri, Badan Pemeriksa Keuangan, SKPD terkait dengan tembusan Gubernur/ Bupati/Walikota terkait dan Pejabat Eselon I terkait dengan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

h. penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan dilakukan oleh SKPD yang bersangkutan dan bukti penyelesaiannya disampaikan kepada inspektur jenderal, dengan tembusan Pejabat Eselon I, Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil Walikota terkait Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; dan

i. inspektorat jenderal melakukan monitoring dan evaluasi atas penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

(5) Inspektorat Jenderal melakukan sosialisasi/diseminasi pedoman pengawasan yang berlaku di lingkungan Kementerian dan memberikan bimbingan teknis pemeriksaan kepada Inspektorat Wilayah Provinsi / Kabupaten / Kota;

22(6) Apabila

Page 34: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

(6) Apabila diperlukan, Inspektorat Jenderal dengan Inspektorat Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat melakukan pemeriksaan bersama {joint audit).

Pasal 41

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,transparan, dan akuntabel, Kepala SKPD berkewajiban melakukanpengendalian atas penyelenggaraan kegiatan dengan berpedoman padaSistem Pengendalian Intern Pemerintah.

BAB IXPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 42

(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan Dekonsentrasi.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberian pedoman, standar, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rangka pencapaian efisiensi dan dalam rangka bahan perumusan kebijakan pengalokasian dana Dekonsentrasi.

(4) Dalam pelaksanaan Dekonsentrasi, Menteri melalui Pejabat Eselon I terkait melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Gubernur selaku penerima pelimpahan urusan pemerintahan dari Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan Dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD Provinsi.

Pasal 43(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam

penyelenggaraan Tugas Pembantuan.(2) Gubernur/Bupati/Walikota selaku penerima penugasan dari

Pemerintah, melakukan pembinaan dan pengawasan Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Tugas Pembantuan.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberian pedoman, standar, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi.

(4) Pembinaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Pengawasan....23

Page 35: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rangka pencapaian efisiensi dan efektifitas dalam rangka bahan perumusan kebijakan pengalokasian dana Tugas Pembantuan.

(6) Dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan, Menteri melalui Pejabat Eselon I terkait melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan, Gubernur/Bupati/Walikota terkait melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Kabupaten/Kota.

BAB XSANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 44(1) SKPD yang secara sengaja dan/ atau lalai dalam menyampaikan laporan

pertanggungjawaban kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dapat dikenakan sanksi administratif berupa:a. penundaan pencairan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas

Pembantuan untuk triwulan berikutnya; danb. penghentian alokasi Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas

Pembantuan untuk tahun anggaran berikutnya.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan bagi SKPD yang secara sengaja melakukan perubahan/ revisi kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tanpa persetujuan Unit Kerja Eselon I.

(3) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

(4) Tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kegiatan dan alokasi pendanaan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pada Kementerian Pariwisata ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

24Pasal

Page 36: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Pasal 46

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.70/UM.001/MPEK/2013 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 47

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 12 Desember 2014

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1914

/ / 0//^/.Kepala lr flukum dan Kepegawaian,

f^suai dengan aslinya JAN PARIWISATA RI

v ^NhgU^fAM AN, SH, MM NfPHfc£S90617 198803 1 005

25

Page 37: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

PROVINSI SATUAN KERJA BIDANG DEKON/TP

LAPORAN REALISASI CAPAIAN STATUS PELAKSANAAN PER BULAN PROGRAM ......................................................................................................

TAHUN ANGGARAN ....

Contoh Format I

NO KEGIATAN TANGGAL LOKASI AGENDA HASIL KENDALA YANG DIHADAPI

SARAN TINDAK LANJUT KETERANGAN

1 Rapat Koordinasi Prosiding

2 Rapat Evaluasi Prosiding

3 Perjalanan Dinas ke Kab/Kota, Provinsi, Pusat

Laporan— ...— J

4 Perjalanan Dinas dalam rangka Koordinasi / Konsultasi

Laporan

Keterangan: Mengetahui,* Kegiatan disesuaikan dengan POK

(KPA / PPK)

Page 38: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Contoh Format I!

PROVINSI SATUAN KERJA BIDANG DEKON/TP

PROGRAMLAPORAN RENCANA PENYERAPAN ANGGARAN (RPA)

TAHUN ANGGARAN ....

Kode Uraian PaguJanuari Februari Maret s.d Desember

Target (Rp) % Target (Rp) % Target (Rp) % Target (Rp) %

Mengetahui,

(KPA / PPK)

Page 39: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Contoh Format HI

LAPORAN REALISASI CAPAIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PER TRIWULANPROGRAM .......... ......................... ................................. .......................................

TAHUN ANGGARAN ....PROVINSI :SATUAN KERJA :BIDANG DEKON/TP :

\ B idangPagu

PENYERAPAN PADA TAH U N ANG G ARAN .. .. TO TAL

Dekcmsent rasiTR IW ULAN 1

( ! Jan - .31 Mar)TR IW ULAN 11

11 Apr - 30 JuniTR IW ULAN [U

{1 Ju l - 30 Sep)TR IW ULAN IV

|1 Okt 31 DeslTarget

(Rp)% Realisasi %

Target(R p )

% Realisasi •% Target(R p I

% Realisasi ■•y»rw r t ' N

•s. TargetIRpl

% Realisasi Sisa %

f

T O T A L

Mengetahui,

|KPA / PPK}

Page 40: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Contoh Format IV

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATANPROGRAM ....................................................

TAHUN ANGGARAN ....PROVINSI SATUAN KERJA BIDANG DEKON/TP :

TRIWULAN KENDALA/MASALAH DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN TINDAK LANJUT PENYELESAIAN

TRIWULAN I

TRIWULAN II

TRIWULAN III

TRIWULAN IV

Mengetahui,

(KPA / PPK)

Page 41: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Contoh Format V

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM [DEKONSENTRASI ATAU TUGAS PEMBANTUAN)

TAHUN ANGGARAN ....

COVERDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARKATA PENGANTARBAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang2. Tujuan Penulisan Laporan

BAB II HASIL PELAKSANAAN DEKON ATAU TUGAS PEMBANTUANBAB III PERMASALAHAN DAN KENDALABAB IV PENUTUP

1. Masalah dan saran pemecahan2. Rekomendasikebij akanpelaksanaankedepan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

30

Page 42: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA

SALINANPERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIANOMOR 2 TAHUN 2014

TENTANGPELAKSANAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BIDANG PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal telah diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

b. bahwa berdasarkan Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 0244/MPK.P/PL/2013 dan Nomor KB.35/KS.001/ MPEK/ 2013 tentang Kegiatan Usaha Perfilman, dinyatakan usaha perfilman dikoordinasikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sesuai dengan tugas dan fungsinya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Badan Koordinasi Penanaman Modal;

31Mengingat

Page 43: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5060);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

5. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 210);

6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24);

7. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 221);

8. Keputusan Presiden Nomor 121 / P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Kabinet Kerja Tahun 2014-2019;

9. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas Dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

10. Peraturan...32

Page 44: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

10. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BIDANG PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL.

Pasal 1

Menteri Pariwisata mendelegasikan kewenangan penerbitan izin usaha/pendaftaran usaha bidang pariwisata dan ekonomi kreatif yang menjadikewenangan Pemerintah kepada Kepala Badan Koordinasi PenanamanModal dengan, hak substitusi.

(1) Kewenangan yang didelegasikan kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan izin usaha/pendaftaran usaha bidang pariwisata dan ekonomi kreatif yang didalamnya terdapat modal asing, penanaman modal dalam negeri yang ruang lingkupnya lintas provinsi, dan/atau berdasarkan peraturan perundang-undangan menjadi kewenangan Pemerintah.

(2) Izin usaha/pendaftaran usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3

(1) Dalam hal penerbitan izin usaha/pendaftaran usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Menteri Pariwisata menunjuk pejabat dengan status pejabat yang ditugaskan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, yang diberi kewenangan untuk menerbitkant anda daftar usaha pariwisata, izin usaha di bidang perfilman, dan rekomendasi teknis di bidang perfilman.

(2) Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

33(3) Pejabat ....

Page 45: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

(3) Pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bentuk penugasan pejabat yang secara administratif, termasuk gajidan tunjangan jabatan, masih berada pada Kementerian Pariwisata yang menugaskan, sedangkan tunjangan kinerja mengikuti ketentuan di instansi penempatan.

Pasal 4

Dalam rangka melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 dan Pasal 3, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modalberpedoman pada:

a. daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal; dan

b. peraturan dan ketentuan teknis tata cara izin usaha/pendaftaran usaha yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata.

Pasal 5

(1) Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal menerbitkan izin usaha/pendaftaran usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk dan atas nama Menteri Pariwisata.

(2) Penerbitan izin usaha/pendaftaran usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan tembusannya kepada Menteri Pariwisata.

Pasal 6

Jenis tanda daftar usaha pariwisata, izin usaha di bidang perfilman, dan rekomendasi teknis di bidang perfilmanyang dilaksanakan oleh pejabat yang ditempatkan dengan status pejabat yang ditugaskan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tercantum dalam Lampiran I dan II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 7

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.59/HK.501/MKP/2009 tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha di Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Rangka Penanaman Modal, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal34

Page 46: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Pasal 8

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 16 Desember 2014

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 18 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1925

suai dengan aslinya AN PARIWISATA RI

ukum dan Kepegawaian,

‘AMAN, SH, MM 0617 198803 1 005

35

Page 47: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

LAMPIRAN IPERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANGPELAKSANAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BIDANG PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

IZIN USAHA/PENDAFTARAN USAHA BIDANG PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

A. Bidang Pariwisata

No Jenis Izin Usaha/Pendaftaran Usaha

1. Pendaftaran Usaha Daya Tarik Wisata

2. Pendaftaran Usaha Kawasan Pariwisata

B. Bidang Ekonomi Kreatif

No. Jenis Izin, Pendaftaran, dan Pemberitahuan

1. SuratlzinProduksi (SIP) Film olehProsedur Film /TV Asing di Indonesia

2. Izin Usaha Perfilman (IUP) JasaTeknik Film

3. Izin Usaha Perfilman (IUP) Pengedaran Film

4. Izin Usaha Perfilman (IUP) Pengarsipan Film

5. Izin Usaha Perfilman (IUP) Ekspor Film

6. Izin Usaha Perfilman (IUP) Impor Film

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

vSaljrpn sesuai dengan aslinya 'KEMENTERJAN PARIWISATA RI Kejpala T^hjt^Hukum dan Kepegawaian,

: SAWI SU.STAMAN, SH, MM NI P: »590617 198S03 1 005

ARIEF YAHYA

36

Page 48: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

LAMPIRAN IIPERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANGPELAKSANAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BIDANG PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

REKOMENDASIBIDANG PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Bidang Ekonomi Kreatif

No. Jenis Rekomendasi

1. Surat Rekomendasi terkait pemberian izin lokasi syuting

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

'[i ' f i K ep a la 'f 1

x k

sesuai dengan aslinya ifffcSjAN PARIWISATA RI

'•N

ukum dan Kepegawaian,

. 'SAfNLgtiSTAMAN, SH, MM n W -» 5 9 0 6 1 7 198803 1 005

37

Page 49: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA

SALINANPERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIANOMOR 3 TAHUN 2014

TENTANGPEDOMAN PENYELENGGARAAN

DAN PARTISIPASI PAMERAN PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

Mengingat

a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, perlu diatur lebih lanjut norma, standar, prosedur, dan kriteria yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan dan partisipasi pameran pariwisata;

b. bahwa pameran pariwisata merupakan salah satu pilar utama dalam kegiatan promosi dan pencitraan dalam kerangka strategi pembangunan kepariwisataan nasional, sehingga perlu dilakukan secara berhasil guna dan berdaya guna;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Partisipasi Pameran Pariwisata;

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

2. Undang ....38

Page 50: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587

3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262);

5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24);

6. Keputusan Presiden Nomor 121/PTahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Kabinet Kerja Tahun 2014-2019;

7. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas Dam Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PEDOMANPENYELENGGARAAN DAN PARTISIPASI PAMERANPARIWISATA.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

39Wisata ....

Page 51: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

4. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya.

5. Promosi Pariwisata adalah suatu upaya untuk menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain melalui media dan kegiatan pariwisata dalam dan luar negeri sehingga tertarik untuk melakukan kegiatan wisata.

6. Pameran Pariwisata adalah kegiatan yang diikuti dan/atau diadakan baik di dalam maupun di luar negeri, dalam upaya memberikan informasi dan memperkenalkan potensi pariwisata.

7. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

8. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

9. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

10. Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangkepariwisataan.

11. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangkepariwisataan.

BAB IIMAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagipemerintah dan pemerintah daerah yang menyelenggarakan danberpartisipasi pada Pameran Pariwisata di dalam dan di luar negeri.

40Pasal 3 ....

Page 52: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Peraturan Menteri ini bertujuan untuk :

a. memberikan landasan dalam rangka penyelenggaraan dan partisipasi pada pameran pariwisata secara berhasil guna dan berdaya guna;

b. mempromosikan destinasi dan produk pariwisata Indonesia, serta mampu memperluas publikasi kegiatan pariwisata secara berkelanjutan;

Pasal 3

Pasal 4

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:a. prinsip-prinsip umum;b. penyelenggaraan pameran pariwisata;c. partisipasi pameran pariwisata;d. tata cara;e. dukungan Pemerintah Daerah;f. pelaporan dan evaluasi;g. pembinaan; danh. pendanaan.

BAB IIIPRINSIP-PRINSIP UMUM

Pasal 5

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata harus di lakukan berdasarkan prinsip-prinsip umum sesuai Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan/atau Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota.

(2) Penyelenggaraan dan partispasi Pameran Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :a. perencanaan;b. pelaksanaanc. pengawasan;d. pemantauan;e. evaluasi; danf. pelaporan.

(3) Prinsip-prinsip umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. mempromosikan destinasi pariwisata pada pasar utama tanpa

mengurangi upaya promosi pada pasar potensial;

41b. meningkatkan ....

Page 53: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

b. meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan manca negara dan perjalanan wisatawan nusantara.

Pasal 6

Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan dan berpartisipasi padaPameran Pariwisata, setelah terlebih dahulu berkoordinasi denganPemerintah dan diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri ini.

BAB IVPENYELENGGARAAN PAMERAN PARIWISATA

Bagian KesatuUmum

Pasal 7

(1) Pemerintah dapat menyelenggarakan Pameran Pariwisata.(2) Pemerintah Provinsi dalam menyelenggarakan Pameran Pariwisata

harus bekerjasama dan berkoordinasi dengan Pemerintah.(3) Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan Pameran

Pariwisata harus bekerjasama dan berkoordinasi dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi.

Pasal 8

Lokasi penyelenggaraan Pameran Pariwisatadapat dilaksanakan:

a. di dalam negeri; danb. di luar negeri.

Bagian KeduaPameran Pariwisata di Dalam Negeri

Pasal 9

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan Pameran Pariwisata di dalam negeri berdasarkan:a. penunjukkan sebagai tuan rumah; dan/ataub. atas inisiatif sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tetap mengacu

pada Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan/atau Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota.

42Pasal 10

Page 54: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Pasal 10

(1) Penyelenggaraan Pameran Pariwisata di dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, harus memenuhi persyaratan :a. peserta;b. tempat; danc. penyelenggara.

(2) Peserta Pameran Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a antara lain terdiri dari unsur :a. pemerintah;b. pemerintah daerah;c. asosiasi;d. industri; dane. masyarakat.

(3) Tempat Pameran Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diselenggarakan di exhibition/convention center, pusat perbelanjaan, ruang pertemuan atau area/ruang terbuka.

(4) Penyelenggara Pameran Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari :a. pemerintah; danb. pemerintah daerah.

(5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat melakukan kerjasama dalam menyelenggarakan Pameran Pariwisata.

Bagian KetigaPameran Pariwisata di Luar Negeri

Pasal 11

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan PameranPariwisatadi luar negeri berdasarkan:

a. undangan, dan/atau;b. sebagai hasil kesepakatan kerjasama antar negara, baik dalam

lingkup bilateral, regional maupun multilateral dan/atau;c. atas inisiatif sendiri menyelenggarakan pameran pariwisata,

sesuai dengan kebutuhan dan tetap mengacu pada Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan/atau Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota.

43Pasal 12

Page 55: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Pasal 12

(1) Penyelenggaraan Pameran Pariwisatadi luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, harus memenuhi persyaratan:a. peserta;b. tempat; danc. penyelenggara.

(2) Peserta Pameran Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus atas nama Pemerintah Republik Indonesia yang terdiri dari:a. unsur pemerintah;b. unsur pemerintah daerah;c. asosiasi; dand. industri;

(3) Peserta Pameran Pariwisatas ebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berkoordinasi dengan :a. kementerian luar negeri dan/atau perwakilan republik

indonesia diluar negeri;b. sekretariat negara; danc. instansi terkait.

(4) Peserta Pameran Pariwisata dari Pemerintah Daerah selain berkoordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus berkoordinasi dengan :a. kementerian; danb. kementerian dalam negeri.

(5) Tempat Pameran Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan di exhibition/ convention center, pusat perbelanjaan, ruang pertemuan atau area/ruang terbuka.

(6) Tempat Pameran Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menggunakan lahan khusus dengan tema Indonesia.

(7) Penyelenggara Pameran Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari :a. pemerintah; danb. pemerintah daerah.

(8) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat melakukan kerjasama dalam menyelenggarakan Pameran Pariwisata.

44BAB ....

Page 56: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

BAB VPARTISIPASI PAMERAN PARIWISATA

Bagian Kesatu Umum

Pasal 13

(1) Pemerintah dapat berpartisipasi pada Pameran Pariwisata.

(2) Pemerintah Provinsi dapat berpartisipasi pada Pameran Pariwisata dengan berkoordinasi dan/atau bekerjasama dengan Pemerintah.

(3) Pemerintah Kabupaten/Kota dapat berpartisipasi pada Pameran Pariwisata dengan berkoordinasi dan/atau bekerjasama dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi.

Pasal 14

Lokasi partisipasi Pameran Pariwisata dilaksanakan:a. di dalam negeri; danb. di luar negeri.

Bagian KeduaPartisipasi Pameran Pariwisata di Dalam Negeri

Pasal 15

Partisipasi Pameran Pariwisatadi dalam negeri dilakukan dalam rangka:a. perwujudan strategi dan pengembangan pariwisata nasional dan

daerah;b. mempromosikan potensi pariwisata nasional dan daerah; danc. dilaksanakan sesuai dengan pangsa pasar wisatawan dan analisis

pasar.

Pasal 16

Partisipasi Pameran Pariwisatadi dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, harus memenuhi persyaratan :a. sesuai dengan strategi dan rencana pengembangan pariwisata

nasional dan daerah;b. sesuai dengan analisis pasar dan pangsa pasarnya;c. mengikut sertakan industri pariwisata;d. mengikuti seluruh rangkaian acara pameran;e. menyediakan bahan materi pameran; danf. menyediakan petugas pelayanan informasi yang kompeten.

45Bagian ....

Page 57: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Bagian ketigaPartisipasi Pameran Pariwisata di Luar Negeri

Pasal 17

Partisipasi Pameran Pariwisata di luar negeri dilakukan dalam rangka :a. perwujudan strategi dan pengembangan pariwisata nasional; danb. mempromosikan potensi pariwisata nasional.

Pasal 18

Partisipasi Pameran Pariwisata di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b, harus memenuhi persyaratan:a. sesuai dengan analisis pasar;b. mengikut sertakan industri pariwisata;c. mengikuti seluruh rangkaian acara pameran;d. menyediakan bahan materi pameran dengan menggunakan bahasa

setempat; dane. menyediakan petugas pelayanan informasi yang kompeten.

BAB VI TATA CARA

Pasal 19

(1) Tatacara penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata sebagai berikut :a. persiapan administrasi;b. persiapan materi;c. pelaksanaan;d. evaluasi; dane. pelaporan

(2) Tata cara partisipasi dan tata cara penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB VIIDUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 20

Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata untuk aktifitas yang tidak dilaksanakan oleh Pemerintah.

46BAB ....

Page 58: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

BAB VIIIPELAPORAN DAN EVALUASI

Pasal 21

(1) Bupati atau Walikota menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan dgn partisipasi Pameran Pariwisatadi daerahnya kepada Gubernur.

(2) Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata di daerahnya kepada Menteri.

Pasal 22

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan hambatan selama pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata, termasuk langkah-langkah perbaikannya.

BAB IX PEMBINAAN

Pasal 23(1) Menteri melakukan pembinaan atas pelaksanaan program dan

kegiatan penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Gubernur melakukan pembinaan atas pelaksanaan program dan kegiatan penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata yang dilaksanakan oleh Bupati atau Walikota.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi:a. pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi;b. asistensi dan sosialisasi;c. pendidikan dan pelatihan; dan/ataud. kegiatan pemberdayaan lainnya.

BAB X PENDANAAN

Pasal 24

(1) Pendanaan penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata oleh Pemerintah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

47(2) Pendanaan ....

Page 59: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

(2 ) Pendanaan penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata oleh Pemerintah Provinsi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan sumber lain yang sah serta tidak mengikat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(3) Pendanaan penyelenggaraan dan partisipasi Pameran Pariwisata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan sumber lain yang sah serta tidak mengikat sesuai dengan ketentf^n perundang- undangan. r

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 25'! i

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintah kan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 23 Desember 2014

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1996

.Salinan sesuai dengan aslinya / ER1AN PARIWISATA RI

ukum dan Kepegawaian,

SH, MM 198803 1 005

48

Page 60: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

LAMPIRAN

PERTURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAANDAN PARTISIPASI PAMERAN PARIWISATA

TATA CARAPENYELENGGARAANDAN PARTISIPASIPAMERAN PARIWISATA

Tata Cara Penyelenggaraan Pameran Pariwisata

A. Dalam Negeri1. Tahapan menyelenggarakan pameran pariwisata di dalam

negeri adalah sebagai berikut :a. persiapan administrasi;b. persiapan materi;c. pelaksanaan; dand. pelaporan.

2. Tahapan persiapan administrasi, meliputi :a. Pemberitahuan/informasi

Pemberitahuan/informasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan menyampaikan surat kepada peserta berisi informasi mengenai penyelenggaraan pameran pariwisata dilengkapi dengan formulir yang harus diisi.

b. Rapat persiapanRapat persiapan dilakukan oleh Pemerintah Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum penyelenggaraan. Rapat persiapan, membahas mengenai :1) lokasi penyelenggaraan;2) kepastian jumlah peserta;3) desain dan konstruksi;4) acara dan program;5) penunjukan koordinator dari kalangan pengusaha

pariwisata; dan6) memutuskan aktivitas yang dilakukan di stan

{booth) untuk menarik pengunjung.

49c. Registrasi ....

Page 61: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

c. RegistrasiRegistrasi harus dilakukan oleh setiap peserta kepada penyelenggara pameran (Pemerintah Daerah) sebelum mengikuti pameran.

d. KoordinasiKoordinasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah, bekerjasama dengan Kementerian, instansi terkait baik di pusat maupun di daerah.

Tahapan persiapan materi, meliputi :a. Bahan Jumpa Pers (press conference).

Bahan jumpa pers (press conference) terdiri dari :1) ringkasan berita (press release) yang

didistribusikan kepada wartawan yang diundang sebelum acara jumpa pers (press conference) di mulai.

2) bahan presentasi disesuaikan dengan judul atau tema;

3) sekilas informasi tentang daerah yang diwakili;4) informasi/data perkembangan pariwisata

daerah yang diwakili;5) cuplikan (highlight) produk wisata daerah yang

diwakili;6) slide presentasi dibuat menarik dengan

menampilkan foto yang baik dan resolusi yang cukup; dan

7) durasi paparan selama 10-20 menit.

b. Buku Panduan Acara.Buku panduan acara disusun, dicetak dan diperbanyak untuk dibagikan kepada peserta pameran serta pengunjung pameran pariwisata, sebelum dan pada saat pameran pariwisata di buka secara resmi.

c. Bahan Pameran Pariwisata.Bahan pameran pariwisata meliputi :1) Bahan Promosi

Bahan promosi yang peruntukannya sebagai bahan pameran pariwisata harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:a) setiap mengikuti kegiatan pameran

pariwisata diwajibkan untuk membawa bahan-bahan promosi cetak dan/atau audio visual.

50b) bahan ....

Page 62: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

b) bahan promosi cetak dan/atau audio visual yang dibawa sendiri pada saat keberangkatan harus disiapkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum keberangkatan.

c) bahan promosi cetak dan/atau audio visual yang dikirimkan melalui jasa pengiriman barang harus sudah dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan.

2) CinderamataSetiap peserta pameran pariwisata, masing- masing menyediakan cinderamata yang merupakan bagian dari bahan pameran.

3) Bahan Kampanye Pencitraan (awareness campaign.)Bahan kampanye pencitraan (awareness campaign) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:a) billboard yang ditempatkan di luar arena

pameran pariwisata;b) advertising atau iklan yang dipasang pada

media massa, misalnya buletin resmi yang dikelola atau diterbitkan oleh Organizing Committee (OC);

c) release (text) yang dipasang pada website resmi;

d) rambu (signage) atau banner;e) poster; danf) balon udara (air balloon).

d. Rapat Finalisasi.Rapat finalisasi dilakukan untuk mengetahui persiapan terakhir sebelum pameran pariwisata dimulai.

Tahapan Pelaksanaan, meliputi :a. Persiapan Pameran Pariwisatayaitu :

1) peserta dipastikan telah datang 1 (satu) hari sebelum acara pembukaan pameran untuk memeriksa kesiapan:a) booth/ pavilion]b) ruang press conference]c) common stage untuk pagelaran kesenian

(jika ada);d) serta menyiapkan materi pameran.

51

2) melakukan

Page 63: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

2) melakukan “briefing” sebelum berlangsungnya pameran.

b. Pelaksanaan Pameran Pariwisata yaitu selama berlangsungnya pameran, setiap anggota peserta melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

5. Tahapan Pelaporan, meliputi :a. Gubernur melaporkan pelaksanaan kegiatan partisipasi

dan penyelenggaraan Pameran Pariwisata di Daerah Provinsi kepada Menteri dan Menteri Dalam Negeri.

b. Bupati dan atau Walikota melaporkan pelaksanaan kegiatan partisipasi dan penyelenggaraan Pameran Pariwisata di Daerah Kabupaten/Kota kepada Menteri, Menteri Dalam Negeri dan Gubernur.

c. Laporan disampaikan setiap 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu jika diperlukan.

d. Setiap selesai melaksanakan Pameran Pariwisata, Ketua Penyelenggara membuat laporan yang ditujukan kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota secara berjenjang sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

B. Luar Negeri

1. Tahapan penyelenggaraan pameran pariwisata di luar negeri adalah sebagai berikut :a. persiapan administrasi;b. persiapan materi;c. pelaksanaan; dand. pelaporan.

2. Tahapan Persiapan Administrasi, meliputi :a. Pemberitahuan/informasi

Pemberitahuan/informasi, dilakukan Pemerintah Daerah dengan menyampaikan surat kepada peserta berisi informasi mengenai penyelenggaraan pameran pariwisata dilengkapi dengan formulir yang harus diisi.

b. Rapat persiapanRapat persiapan, dilakukan Pemerintah Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum penyelenggaraan. Rapat persiapan membahas tentang:1) kepastian jumlah peserta;2) desain dan konstruksi

523) acara

Page 64: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

3) acara dan program;4) penunjukan koordinator dari kalangan pengusaha

pariwisata; dan5) memutuskan aktivitas yang dilakukan di stan

(booth) untuk menarik pengunjung.c. Registrasi

Registrasi, harus dilakukan oleh setiap peserta kepada Pemerintah Daerah sebelum mengikuti pameran pariwisata.

d. KoordinasiKoordinasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan Kementerian dan Kedutaan Besar Republik Indonesia/Konsulat Jenderal Republik Indonesia secara tertulis paling kurang 2 (dua) bulan sebelum pelaksanaan pameran pariwisata. Setiap surat yang dikirimkan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia/ Konsulat Jenderal Republik Indonesia, ditembuskan ke Kementerian Luar Negeri. Koordinasi selain yang disebutkan di atas, juga dilakukan Pemerintah Daerah dengan Pengusaha Pariwisata, yang akan ikut berpartisipasi dalam pameranpariwisata.

e. Dokumen Perjalanan dan Perizinan Dokumen perjalanan dan perizinan, meliputi :1) surat persetujuan dari Menteri Sekretaris Negara

u.p. Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri;2) paspor; dan3) pengajuan visa

Tahapan Persiapan Materi, meliputi :a. Bahan Jumpa Pers {press conference)

Bahan Jumpa Pers {press conference), terdiri dari :1) Ringkasan Berita (press release) yang

didistribusikan kepada wartawan yang diundang sebelum acara jumpa pers (press conference) dimulai.

2) Bahan Presentasi, meliputi :a) disesuaikan dengan judul atau tema;b) sekilas informasi tentang Indonesia (bagi pasar

baru);c) informasi / data perkembangan pariwisata

Indonesia;d) cuplikan (highlight) produk wisata

53e) slide ....

Page 65: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

e) slide presentasi dibuat menarik dengan menampilkan foto yang baik dan resolusi yang cukup; dan

f) durasi paparan selama 10-20 menit.b. Buku Panduan Acara

Buku panduan acara disusun dan diperbanyak untuk dibagikan kepada peserta pameran pariwisata, sebelum pameran pariwisata dibuka secara resmi.

c. Bahan PameranBahan pameran meliputi :1) Cinderamata

Setiap mengikuti kegiatan pameran pariwisata, diwajibkan membawa bahan-bahan cinderamata. Cinderamata yang dibawa sendiri pada saat keberangkatan harus disiapkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum keberangkatan. Cinderamata yang dikirimkan melalui jasa pengiriman barang harus disiapkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan. Cinderamata yang harus disiapkan meliputi :a) cinderamata yang dibagi-bagikan kepada

setiap pengunjung;b) cinderamata khusus yang diberikan pada

acara-acara khusus seperti gala dinner atau press conference', dan

c) cinderamata untuk para tamu VIP yang akan diserahkan oleh Gubernur, Bupati/ Walikota.

2) Bahan PromosiBahan promosi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:a) setiap mengikuti kegiatan pameran pariwisata

diwajibkan untuk membawa bahan-bahan promosi cetak dan/atau audio visual.

b) bahan promosi cetak dan/atau audio visual yang dibawa sendiri pada saat keberangkatan harus disiapkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum keberangkatan.

c) bahan promosi cetak dan/atau audio visual yang dikirimkan melalui jasa pengiriman barang harus sudah dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan.

D) bahan ....54

Page 66: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

d) bahan-bahan promosi cetak dan/atau audio visual disesuaikan dengan bahasa dari negara yang dikunjungi.

3) bahan kampanye Pencitraan (Awareness Campaign) Bahan kampanye pencitraan (awareness campaign), harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :a) billboard yang ditempatkan di luar arena

pameran pariwisata;b) iklan (advertising) yang dipasang pada media

massa, misalnya buletin resmi yang dikelola atau diterbitkan oleh Organizing Committee (OC);

c) release (text) yang dipasang pada website resmi;

d) rambu (signage) atau banner;e) poster; danf) balon udara (air balloon).

d. Rapat finalisasi.Rapat finalisasi dilakukan untuk mengetahui persiapan terakhir sebelum keberangkatan.

4. Tahapan Pelaksanaann meliputi :a. Pemberangkatan Peserta

Pemberangkatan peserta, meliputi:1) menentukan waktu dan tempat berkumpul di

bandara sesuai dengan gate dari perusahaan penerbangan yang akan digunakan paling lambat 2 (dua) jam sebelum keberangkatan.

2) bagi pemegang Paspor Biru (Service Passport) diwajibkan menunjukkan Surat Izin ke Luar Negeri yang diterbitkan oleh Setneg.

b. Persiapan Pameran Pariwisata Persiapan pameran pariwisata, meliputi :1) Peserta dipastikan telah datang 1 (satu) hari

sebelum acara pembukaan pameran pariwisata untuk memeriksa kesiapan booth/pavilion, ruang press conference, common stage untuk pagelaran kesenian (jika ada), serta menyiapkan materi pameran pariwisata.

2) Melakukan “briefing” sebelum berlangsungnya pameran pariwisata.

55

c. Pelaksanaa

Page 67: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

c. Pelaksanaan Pameran Pariwisata.Pelaksanaan pameran pariwisata yaitu selama berlangsungnya pameran, setiap anggota delegasi melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

5. Tahapan Pelaporan, meliputi :a. Setelah mengikuti kegiatan pameran ketua delegasi

diwajibkan membuat laporan.b. Laporan dibuat paling lambat 10 (sepuluh) hari

setelah mengikuti kegiatan pameran pariwisata.c. Laporan disampaikan kepada Menteri dengan

tembusan Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal yang bersangkutan dan instansi terkait.

Tata Cara Partisipasi Pameran Pariwisata A. Dalam Negeri

1. Tahapan mengikuti pameran pariwisata di dalam negeri adalah sebagai berikut :a. persiapan administrasi;b. persiapan materi;c. pelaksanaan; dand. pelaporan.

2. Tahapan Persiapan Administrasi, meliputi :a. Rapat Persiapan

Rapat persiapan dilakukan Pemerintah Daerah paling lambat 1 (satu) bulan sebelum penyelenggaraan. Rapat persiapan, membahas mengenai :1) kepastian jumlah peserta;2) desain dan konstruksi;3) acara dan program;4) penunjukan koordinator dari kalangan pengusaha

pariwisata; dan5) memutuskan aktivitas yang dilakukan di stan

(booth) untuk menarik pengunjung.b. Pemberitahuan / informasi

Pemberitahuan/informasi dilakukan Pemerintah Daerah dengan menyampaikan surat kepada peserta berisi informasi mengenai penyelenggaraan pameran pariwisata dilengkapi dengan formulir yang harus diisi.

56c. Registrasi ....

Page 68: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

c. RegistrasiRegistrasi harus dilakukan oleh setiap peserta kepada penyelenggara pameran dan/atau Kementerian sebelum mengikuti pameranpariwisata.

d. KoordinasiPemerintah Daerah yang akan ikut berpartisipasi untuk membawa tim kesenian. Koordinasi juga dilakukan Pemerintah Daerah dengan Pengusaha Pariwisata, yang akan ikut berpartisipasi dalam pameranpariwisata.

Tahapan persiapan materi, meliputi :a. Bahan Jumpa Pers (press conference)

Bahan jumpa pers (press conference)terdiri dari :1) ringkasan berita (press release) yang

didistribusikan kepada wartawan yang diundang sebelum acara jumpa pers (press conference) di mulai.

2) bahan presentasi yang meliputi :a) disesuaikan dengan judul atau tema;b) sekilas informasi tentang daerah yang diwakili;c) informasi/data perkembangan pariwisata daerah

yang diwakili;d) cuplikan (highlight) produk wisata daerah yang

diwakili;e) slide presentasi dibuat menarik dengan

menampilkan foto yang baik dan resolusi yang cukup; dan

f) durasi paparan selama 10-20 menit.b. Buku Panduan Acara

Buku panduan acara disusun dan diperbanyak untuk dibagikan kepada peserta pameran pariwisata serta pengunjung pameran, sebelum dan pada saat pameran pariwisata di buka secara resmi.

c. Bahan PameranBahan pameran, meliputi :1) Cinderamata

cinderamata sebagai bahan pameran pariwisata harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :a) setiap mengikuti kegiatan pameran

pariwisata diwajibkan untuk membawa bahan cinderamata.

57cinderamata

Page 69: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

b) cinderamata yang dibawa sendiri pada saat keberangkatan harus disiapkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum keberangkatan.

c) cinderamata yang dikirimkan melalui jasa pengiriman barang harus sudah dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan.

d) cinderamata yang dibagi-bagikan kepada setiap pengunjung;

e) cinderamata khusus yang diberikan pada acara-acara khusus seperti galadinner atau press conference; dan

f) cinderamata untuk para tamu VIP yang akan diserahkan oleh Gubernur Bupati/Walikota.

2) Bahan Promosibahan Promosi yang peruntukannya sebagai bahan pameran di atas, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:a) setiap mengikuti kegiatan pameran

pariwisata diwajibkan untuk membawa bahan-bahan promosi cetak dan/atau audio visual.

b) bahan promosi cetak dan/atau audio visual yang dibawa sendiri pada saat keberangkatan harus disiapkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum keberangkatan.

c) bahan promosi cetak dan/atau audio visual yang dikirimkan melalui jasa pengiriman barang harus sudah dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan.

3) Bahan Kampanye Pencitraan (awareness campaign) bahan Kampanye Pencitraan (Awareness Campaign) sebagaimana dimaksud pada bahan pameran, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:a) billboard yang ditempatkan di luar arena

pameran pariwisata;b) iklan (advertising) atau iklan yang dipasang

pada media massa, misalnya buletin resmi yang dikelola atau diterbitkan oleh Organizing Committee (OC);

c) release 58

Page 70: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

c) release (text) yang dipasang pada website resmi;

d) rambu (signage) atau banner;e) poster; danf) balon udara (air balloon).d. Rapat finalisasi.

Rapat Finalisasi dilakukan untuk mengetahui persiapan terakhir sebelum keberangkatan.

Tahapan Pelaksanaan, meliputi :

a. Persiapan Pameranyaitu :1) peserta dipastikan telah datang 1 (satu) hari

sebelum acara pembukaan pameran pariwisata untuk memeriksa kesiapan:a) booth/pamlion;b) ruang press conference',c) common stage untuk pagelaran kesenian

(jika ada);d) serta menyiapkan materi pameran

pariwisata.2) melakukan “briefing” sebelum berlangsungnya

pameran.

b. Pelaksanaan Pameran yaitu selama berlangsungnya pameran pariwisata, setiap anggota peserta melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

5. Tahapan Pelaporan, meliputi :

a. Setelah mengikuti kegiatan pameran pariwisata ketua peserta diwajibkan membuat laporan.

b. Laporan dibuat paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah mengikuti kegiatan pameran pariwisata.

c. Laporan disampaikan kepada Menteri dengan tembusan Sekretaris Jenderal dan Direktur Jenderal yang bersangkutan.

B. Luar Negeri

1. Tahapan mengikuti pameran pariwisata di luar negeriadalah sebagai berikut :a. persiapan administrasi;b. persiapan materi;

5 9

c. pelaksanaan ....

Page 71: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

c. pelaksanaan; dand. pelaporan.

2. Tahapan persiapan administrasi, meliputi :a. Pemberitahuan/informasi

Pemberitahuan/informasi, dilakukan Pemerintah Daerah dengan menyampaikan surat kepada peserta berisi informasi mengenai penyelenggaraan pameran pariwisata dilengkapi dengan formulir yang harus diisi.

b. Rapat persiapanRapat persiapan dilakukan Pemerintah Daerah paling lambat 1 (satu) bulan sebelum penyelenggaraan. Rapat persiapan membahas tentang:1) kepastian jumlah peserta;2) desain dan konstruksi3) acara dan program;4) penunjukan koordinator dari kalangan pengusaha

pariwisata; dan5) memutuskan aktivitas yang dilakukan di stan

(booth) untuk menarik pengunjung.c. Registrasi

Registrasi harus dilakukan oleh setiap peserta kepada Pemerintah Daerah sebelum mengikuti pameran pariwisata.

d. KoordinasiKoordinasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan Kementerian dan Kedutaan Besar Republik Indonesia/Konsulat Jenderal Republik Indonesia secara tertulis paling kurang 2 (dua) bulan sebelum pelaksanaan pameran. Setiap surat yang dikirimkan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia/Konsulat Jenderal Republik Indonesia, ditembuskan ke Kementerian Luar Negeri.

e. Dokumen Perjalanan dan Perizinan Dokumen Perjalanan dan Perizinan, meliputi :1) surat persetujuan dari Menteri Sekretaris Negara

u.p. Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri;2) paspor; dan3) pengajuan visa.

3. Tahapan Persiapan Materi, meliputi ;

a. Bahan....60

Page 72: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

a. Bahan Jumpa Pers {press conference)Bahan jumpa pers (press conference), terdiri dari ringkasan berita {press release) yang didistribusikan kepada wartawan yang diundang sebelum acara jumpa pers (press conference) di mulai. Bahan presentasi, meliputi :1) disesuaikan dengan judul atau tema;2) sekilas informasi tentang Indonesia (bagi pasar

baru);3) informasi / data perkembangan pariwisata

Indonesia;4) cuplikan (highlight) produk wisata5) slide presentasi dibuat menarik dengan

menampilkan foto yang baik dan resolusi yang cukup;dan

6) durasi paparan selama 10-20 menit.b. Buku Panduan Acara

Buku panduan acara disusun, dicetak dan diperbanyak untuk dibagikan kepada peserta pameran serta pengunjung pameran, sebelum dan pada saat pameran pariwisata dibuka secara resmi.

c. Bahan Pameran PariwisataBahan pameran pariwisata meliputi Cinderamata, Bahan Promosi dan Bahan Kampanye Pencitraan (Awareness Campaign).1) Bahan-bahan cinderamata wajib dibawa setiap

mengikuti kegiatan pameran pariwisata. Cinderamata yang dibawa sendiri pada saat keberangkatan harus disiapkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum keberangkatan. Cinderamata yang dikirimkan melalui jasa pengiriman barang harus disiapkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan. Cinderamata yang harus disiapkan meliputi :a) cinderamata yang dibagi-bagikan kepada

setiap pengunjung;b) cinderamata khusus yang diberikan pada

acara-acara khusus seperti gala dinner atau press conference; dan

c) cinderamata untuk para tamu VIP yang akan diserahkan oleh Gubernur, Bupati/Walikota.

2) Bahan ....61

Page 73: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

2) Bahan promosi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:a) setiap mengikuti kegiatan pameran

pariwisata diwajibkan untuk membawa bahan-bahan promosi cetak dan/atau audio visual.

b) bahan promosi cetak dan/atau audio visual yang dibawa sendiri pada saat keberangkatan harus disiapkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum keberangkatan.

c) bahan promosi cetak dan/ atau audio visual yang dikirimkan melalui jasa pengiriman barang harus sudah dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan.

d) bahan-bahan promosi cetak dan/atau audio visual disesuaikan dengan bahasa dari Negara yang dikunjungi.

3) Bahan kampanye pencitraan (awareness campaign), harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :a) billboard yang ditempatkan di luar arena

pameran pariwisata;b) iklan (advertising) atau iklan yang dipasang

pada media massa, misalnya buletin resmi yang dikelola atau diterbitkan oleh Organizing Committee (OC);

c) release (text) yang dipasang pada website resmi;

d) rambu (signage) atau banner;e) poster; danf) balon udara (air balloon).

d. Rapat finalisasi.Rapat Finalisasi dilakukan untuk mengetahui persiapan terakhir sebelum keberangkatan.

4. Tahapan pelaksanaan meliputi:a. Pemberangkatan Peserta :

1) menentukan waktu dan tempat berkumpul di bandara sesuai dengan gate dari perusahaan penerbangan yang akan digunakan paling lambat 2 (dua) jam sebelum keberangkatan.

622) bagi

Page 74: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

2) bagi pemegang Paspor Biru (Service Passport) diwajibkan menunjukkan Surat Izin ke Luar Negeri 'yang diterbitkan oleh Setneg.

b. Persiapan Pameran:1) Peserta dipastikan telah datang 1 (satu) hari

sebelum acara pembukaan pameran pariwisata untuk memeriksa kesiapan booth/pavilion, ruang press conference, common stage untuk pagelaran kesenian (jika ada), serta menyiapkan materi pameran pariwisata.

2) Melakukan “briefing” sebelum berlangsungnya pameranpariwisata.

c. Pelaksanaan pameran yaitu selama berlangsungnya pameran, setiap anggota delegasi melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

5. Tahapan Pelaporan, meliputi :a. Setelah mengikuti kegiatan pameran ketua delegasi

diwajibkan membuat laporan.b. Laporan dibuat paling lambat 10 (sepuluh) hari

setelah mengikuti kegiatan pameran pariwisata.c. Laporan disampaikan kepada Menteri dengan

tembusan Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal yang bersangkutan dan instansi terkait.

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

suai dengan aslinya kN PARIWISATA RI ukum dan Kepegawaian,

‘AMAN, SH, MM0617 198803 1 005

63

Page 75: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA

SALINANPERATURAN MENTERI PARIWISATAREPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4 TAHUN 20X4

TENTANGPERUBAHAN KEENAM ATAS PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN

DAN PARIWISATA NOMOR PM.55/PW.204/MKP/2008 TENTANG PEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI

DALAM KEGIATAN PEMBUATAN DAN PENGGANDAAN FILM NASIONAL SERTA PENGGANDAAN FILM IMPOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman, setiap pelaku kegiatan dan pelaku usaha di bidang perfilman diwajibkan untuk mengutamakan penggunaaan sumber daya dalam negeri secara optimal;

b. bahwa jasa teknik film yang merupakan salah satu sumber daya dalam negeri, harus dimanfaatkan dalam kegiatan pembuatan dan penggandaan film nasional serta penggandaan film impor;

c. bahwa untuk memanfaatkan Jasa Teknik Film dalam negeri dalam kegiatan pembuatan dan penggandaan film nasional serta penggandaan film impor, diperlukan waktu untuk mengkaji lebih jauh kemampuan dan persiapan kegiatan usaha jasa teknik film yang mencakup teknologi seluloid dan digital di dalam negeri;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengubah kembali tanggal efektif mulai berlakunya Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

64PM ....

Page 76: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Mengingat

PM .55/ PW .204/ MKP/2008 tentang Pemanfaatan Jasa Teknik Film Dalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatan dan Penggandaan Film Nasional Serta Penggandaan Film Impor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.66/PW.204/MPEK/ 2013;

1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5060);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Usaha Perfilman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3541);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1994 tentang Lembaga Sensor Film (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 12);

4. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

5. Surat Keputusan Menteri Penerangan Nomor 215/KEP/MENPEN/1994 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penyelenggaraan Usaha Perfilman sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Menteri Penerangan Nomor 21A/KEP/MENPEN/1998;

6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.55/PW.204/MKP/2008 tentang Pemanfaatan Jasa Teknik Film Dalani Negeri Dalam Kegiatan Pembuatan dan Penggandaan Film Nasional serta Penggandaan Film Impor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifNomor PM.66/PW.204/MPEK/2013;

MEMUTUSKAN65

Page 77: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATATENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMORPM.55/PW.204/ MKP/2008TENTANG PEMANFAATAN JASA TEKNIK FILM DALAM NEGERI DALAM KEGIATAN PEMBUATAN DAN PENGGANDAAN FILM NASIONAL SERTA PENGGANDAAN FILM IMPOR.

Pasal I

Ketentuan Pasal 13 ayat (2)Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.55/PW.204/MKP/2008 Tentang Pemanfaatan Jasa Teknik Film Dalam Negeri Dalam Kegiatan Pembuatan Dan Penggandaan Film Nasional Serta Penggandaan Film Impor, yang telah beberapa kali diubah dengan:

1. Peraturan Menteri Kebudayaan PM. 11 /PW.204/MKP/2009;

dan Pariwisata Nomor

2. Peraturan Menteri Kebudayaan PM.27/PW.204/MKP/2010;

dan Pariwisata Nomor

3. Peraturan Menteri Pariwisata dan PM. 108/PW.204/MPEK/2011;

Ekonomi Kreatif Nomor

4. Peraturan Menteri Pariwisata dan PM.141/PW.204/MPEK/2012; dan

Ekonomi Kreatif Nomor

5. Peraturan Menteri Pariwisata dan PM.66/PW.204/MPEK/2013.

Ekonomi Kreatif Nomor

diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 13

(2) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2016.

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar ....66

Page 78: HIMPUNAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA TAHUN 2014jdih.kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/e_book_file...KEGIATAN - KEMENTERIAN PARIWISATA 2014 PERMEN PAR NOMOR 1 TAHUN

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 29 Desember 2014

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 2005

-,S^Hr$an sesuai dengan aslinya • 'KEMERf-ERIAN PARIWISATA RI

/ KepalaBhjn^-Iukurn dan Kepegawaian,

L V\\

'' r # AlfcH USTAMAN, SH, MM NlfVi9590617 198803 1 005

67