Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

68
Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 1 SITUASI PERMALASAHAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA Situasi Nasional Dewasa ini, penyalahgunaan ketergantungan narkoba di Indonesia telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional, jumlah kasus narkoba meningkat dari sebanyak 3.478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 28,9% pertahun. Jumlah tersangka tindak kejahatan Narkoba pun meningkat dari 4.955 orang pada tahun 2000 menjadi 11.315 kasus pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 28,6% pertahun. Data baru sampai Juni 2005 saja, menunjukkan kasus itu meningkat tajam. (Mabes Polri, Juni 2005) Tabel 1 Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Tahun 2000-2005 (Juni) Jenis kasus 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1. Narkotika 2.058 1.907 2.040 3.929 3.869 4000 2. Psikotropika 1.356 1.648 1.632 2.590 3.884 3098 3. Bhn Adiktif 64 62 79 621 648 310 Jumlah 3.478 3.617 3.751 7.140 8.401 7.408 Sumber : BNN, Juni 2005 Meningkatnya jumlah tersangka setiap tahunnya diakibatkan makin luasnya perdagangan dan peredaran gelap narkoba. Bahkan Indonesia sekarang ini telah dijadikan sebagai tempat produksi. Walaupun para penegak hukum pelbagai pihak terkait telah berusaha menanggulangi permasalahan tersebut dengan banyaknya pelaku yang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara baik itu pemakai, bandar maupun pengedar narkoba, namun tetap saja bisnis ini merebak dengan pesat. Nilai perdagangan illegal narkoba dunia tahun 2003 diperkirakan sebesar US$322 milyar (UNODC, 2005). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puslitbang Info BNN,

Transcript of Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Page 1: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

1

SITUASI PERMALASAHAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

Situasi Nasional Dewasa ini, penyalahgunaan ketergantungan narkoba di

Indonesia telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional, jumlah kasus narkoba meningkat dari sebanyak 3.478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 28,9% pertahun. Jumlah tersangka tindak kejahatan Narkoba pun meningkat dari 4.955 orang pada tahun 2000 menjadi 11.315 kasus pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 28,6% pertahun. Data baru sampai Juni 2005 saja, menunjukkan kasus itu meningkat tajam. (Mabes Polri, Juni 2005)

Tabel 1 Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia

Tahun 2000-2005 (Juni)

Jenis kasus 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1. Narkotika 2.058 1.907 2.040 3.929 3.869 4000 2. Psikotropika 1.356 1.648 1.632 2.590 3.884 3098 3. Bhn Adiktif 64 62 79 621 648 310 Jumlah 3.478 3.617 3.751 7.140 8.401 7.408 Sumber : BNN, Juni 2005

Meningkatnya jumlah tersangka setiap tahunnya diakibatkan makin luasnya perdagangan dan peredaran gelap narkoba. Bahkan Indonesia sekarang ini telah dijadikan sebagai tempat produksi. Walaupun para penegak hukum pelbagai pihak terkait telah berusaha menanggulangi permasalahan tersebut dengan banyaknya pelaku yang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara baik itu pemakai, bandar maupun pengedar narkoba, namun tetap saja bisnis ini merebak dengan pesat.

Nilai perdagangan illegal narkoba dunia tahun 2003 diperkirakan sebesar US$322 milyar (UNODC, 2005). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puslitbang Info BNN,

Page 2: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 2

menyebutkan jumlah penyalahguna narkoba yang teratur pakai dan pecandu di Indonesia tahun 2004 sekitar 3,2 juta orang dengan kisaran 2,9 sampai 3,6 juta orang. Tingginya angka penyalahguna narkoba kemungkinan disebabkan karena produksi narkoba yang terus meningkat sehingga mudah didapat, jaringan komunikasi yang semakin canggih dan faktor sosial ekonomi

Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa pemakai narkoba kebanyakan dari mereka adalah kaum muda/remaja. Hukom (2003), memperkirakan jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 3,4 juta orang dan 80 persen dari mereka adalah kaum muda/remaja.

Situasi Global Berdasarkan Laporan Narkoba Dunia (World Drug Report) dari

UNODC (2005) jumlah penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200 juta orang (5% dari populasi dunia) yang terdiri dari : 160,9 juta orang (penyalahguna ganja), 34,1 juta (ATS), 13,7 juta orang (kokain), 15,9 juta orang (opiat) dan 10,6 juta orang (heroin). Bianchi (2004) melaporkan peningkatan jumlah penyalahguna narkoba, dari 180 juta tahun 2000 menjadi 185 juta tahun 2002, atau 4,2% penduduk usia 15-64 tahun.

Grafik 1

Prosentase Penyalahgunaan Narkoba Dunia (2005)

Ganja68%

Kokain6%

Opiat7%

Heroin5%

ATS14%

Sumber : UNODC, Juli 2005

Page 3: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

3

Pada usia remaja biasanya terjadi perubahan fisik, emosional, intelektual dan sosial. Pada usia tersebut faktor lingkungan sangat mempengaruhi perilaku mereka, sehingga sering kali menimbulkan terjadinya penyalahgunaan narkoba walaupun pengetahuan mereka tentang bahaya dari narkoba sangat kurang. Secara ekonomis, penyalahgunaan narkoba akan menimbulkan biaya yang sangat besar. Dari sisi penyalahguna, kebutuhan ekonomi untuk membiayai pemakaian narkoba yang berharga mahal dan mendorong mereka melakukan tindak kejahatan seperti pencurian dan perampokan (Goode,1999).

Menurut Hawari (1999) biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi narkoba di Indonesia per hari adalah sekitar Rp 100.000,00 dengan demikian diperkirakan total biaya yang dibelanja-kan untuk mengkonsumsi narkoba sebesar 340 milyar per hari.

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat juga memper-kirakan total biaya ekonomi sebesar US$102,2 milyar di tahun 1992 dan meningkat menjadi US$143,4 milyar di tahun 1998 atau terjadi peningkatan sebesar 5,9 persen per tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh penyalahguna narkoba terus meningkat. Total biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan penyalah-gunaan narkoba ini sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi khususnya masyarakat Indonesia.

Oleh karena penyalahgunaan narkoba meningkat dari tahun ke tahun, maka perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang akurat. Agar data-data tersebut tersusun rapi, maka perlu dikumpulkan dalam sebuah buku.

Buku ini disusun dalam rangka melaksanakan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) guna memberikan informasi untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

Tujuan Penulisan Buku Untuk memberikan informasi sejauh mana peredaran gelap

narkoba dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia, baik di kalangan pelajar/mahasiswa maupun pekerja dan sejauh mana pengetahuan mereka tentang bahaya narkoba, serta memberikan informasi

Page 4: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 4

tentang gambaran penyalahguna narkoba sampai dengan cara-cara penanganan narapidana narkoba.

Untuk memberikan informasi/data-data yang akurat tentang jumlah penyalahguna narkoba serta jumlah biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Bianchi, Stefanie (2004). Narkotika Afganistan mengancam Eropa, Waspada Online, http://waspada.co.id/serba serbi/features/artikel.php?article id=46752)

Goode, Erich (1999). Drug and Crime. http://www.umsl.edu/rkee/180/drgcrime.htm Hamilton, Margaret; Trevor King; Alison Ritter (2004). Drug Use in Australia, 2nd ed. Oxford: Turning Point.

Hawari, D. 1999. AI Quran: Imu Kedokteran jiwa dan Kesehatan jiwa. Yogjakarta: Dana Bhakti Prima Yasa

UN Publication, 2005. 2005 World Drug Report.

Page 5: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

5

PENELITIAN MASALAH NARAPIDANA NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN/RUMAH TAHANAN NEGARA

TAHUN 2003

Latar Belakang Penelitian Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di

Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat, hal tersebut terlihat dari peningkatan angka kejahatan narkoba yang ditangani Mabes Polri maupun dari data Lembaga Pemasyarakatan.

Peningkatan yang terjadi tidak saja dari jumlah pelaku tetapi juga dari jumlah narkoba yang disita serta jenis narkoba. Masalah ini merupakan ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan hidup dan masa depan pelakunya tetapi juga sangat membahayakan bagi kehidupan masyarakat bangsa dan negara.

Atas dasar itu BNN bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan suatu penelitian Masalah Napi Narkoba di 9 Lapas dan 1 Rutan yang tersebar di 9 Propvinsi di Indonesia. Cakupan Lapas/Rutan ditentukan berdasarkan banyaknya Napi narkoba di masing-masing lembaga tersebut. Diharapkan hasilnya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan langkah-langkah kebijakan lebih lanjut.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran tentang pelaku tindak pidana narkoba di Lapas/Rutan

2. Mendapatkan informasi tentang cara petugas Lapas/Rutan dalam penanganan masalah (treatment) korban narkoba

Hasil Penelitian 1. Gambaran Pelaku Tindak Pidana Narkoba di Lapas/Rutan

a. Dari 1.868 responden dari 9 Lapas dan 1 Rutan dalam setahun terakhir, diketahui : Lebih dari separuh (53,9%) responden dituduh/didakwa sebagai pemakai/penyalahguna narkoba, sedangkan sebagai pengedar sebesar 26,8%, dan sisanya

Page 6: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 6

(19,3%) merupakan kombinasi keduanya yaitu sebagai pemakai/penyalahguna sekaligus pengedar.

Grafik 2 Kategori Penyalahguaan Narkoba di Lapas

Penyalahguna

53,9%

Penyalahguna &

Pengedar

19,3%

Pengedar

26,8%

b. Hampir sepertiga responden (32,8%) berumur antara 19-24

tahun. Proporsi terbesar pelaku tindak pidana narkoba berumur antara 25-39 tahun yakni 57,2%. Sedang responden berumur di bawah 19 tahun (0,3%) dan di atas 39 tahun (9,8%).

Grafik 3 Usia Penyalahguna Narkoba

25-39 thn57,2%

19-24 thn32,8%

<19 thn0.3%

>39 thn9.8%

c. Mayoritas (53,8%) pendidikan responden adalah SLTA ke

atas. Nampak semakin tinggi tingkat pendidikan, makin besar persentase respondennya (kecuali di Lapas Medan yang hampir merata).

Page 7: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

7

d. Sebelum masuk Lapas/Rutan, 7 diantara 10 responden berstatus bekerja (yang 5% diantaranya berpendapat lebih besar dari Rp 3.000.000,- sebulan); sedangkan yang berstatus sekolah sebesar 7,4%.

e. 8,2% responden sudah pernah (dua kali atau lebih) dihukum/ditahan sebelumnya.

f. Menurut status perkawinannya, sebagian besar responden berstatus belum kawin (60,5%). Responden ini pada umumnya kedua orang tuanya masih hidup (65,0%) dan tinggal dengan kedua orang tuanya (44,4%) dengan tingkat keharmonisan keluarga yang relative baik. Tingkat keharmonisan keluarga tercermin dari rendahnya persentase pertengkaran orang tua dan tiadanya perbedaan kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya, serta relative tinggi persentase yang suka mencurahkan isi hatinya kepada orang tuanya.

g. 88,8% responden menyalahgunakan narkoba (57,4% mengaku sering dan 31,4% mengaku jarang menyalah-gunakan narkoba).

h. Hampir dua pertiga penyalahguna narkoba pertama kali menyalahgunakan narkoba pada umur 15-24 tahun; sedangkan yang menyalahgunakan narkoba sejak umur kurang dari 15 tahun sebesar 10,7%.

i. Dari seluruh responden penyalahguna narkoba, 4/5 nya sering merokok; 2/3nya pernah minum-minum keras; seperempatnya pernah melakukan perjudian dan juga seperempatnya pernah terlibat dalam perkelahian.

j. Sebagian besar (61,3%) responden penyalahguna narkoba pertama kali menyalahgunakan ganja. Disusul kemudian jenis putaw sebesar 12,5%. Kedua jenis narkoba tersebut termasuk jenis narkoba yang paling banyak didengar dan dilihat, disamping putaw dan ecstacy.

k. Secara rinci, jenis narkoba yang paling banyak didengar namanya oleh responden adalah ganja (92,8%), shabu (78,5%), putaw (68,3%) dan ecstasy (67,3%). Sedangkan jenis narkoba yang paling banyak dilihat oleh responden

Page 8: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 8

adalah ganja (92,6%), shabu (77,8%), putaw (77,3%) dan ecstasy (73,3%).

Page 9: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

9

Grafik 2 Prosentase Jenis Narkoba yang Sering Didengar & Dilihat

l. 82,6% responden penyalahguna narkoba menyatakan pertama kali menyalahgunakan narkoba berasal dari pemberian teman. Sedangkan yang membeli pada seseorang sebesar 12,4%.

m. Tiga alasan yang paling banyak dikemukakan penyalahguna narkoba ketika menyalahgunakan narkoba pertama kali adalah : ingin tahu/coba-coba (49,7%), diberi teman/famili (13,8%) dan untuk melupakan masalah (11,1%).

2. Informasi tentang Cara Petugas Lapas/Rutan dalam Penanganan Masalah (treatment) Korban Narkoba a. Hampir semua Lapas dan Rutan sasaran penelitian tidak ada

kegiatan terapi dan rehabilitasi; hanya di Lapas Kerobokan Bali terdapat kegiatan terapi dan rehabilitasi untuk penyalahguna narkoba yang cukup insentif, tetapi sifatnya tidak berkesinam-bungan dan menyeluruh. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena keterbatasan obat-obatan dan sumber daya manusia. Terapi dan rehabilitsasi yang pernah diberikan di Lapas Kerobokan (Bali) terhadap penyalahguna narkoba adalah melalui tindakan : pengurangan pemberian obat-obatan, pengurangan konsumsi obat-obatan dan atau pengurangan dampak buruk (harm reduction).

b. Tidak ada instrument (formulir) yang digunakan secara khusus dalam penanganan penyalahguna narkoba di seluruh Lapas dan Rutan yang menjadi sasaran penelitian. Instrumen yang ada hanya berupa buku B I dan buku B II yang

92.8 78.5 68.3 67.3

92.677.8 77.3 73.3

0

50

100

150

200

Ganja Shabu Putaw Ecstasy

DilihatDidengar

Page 10: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 10

digunakan untuk pencatatan narapidana pada semua kasus criminal, tidak terbatas pada narapidana kasus tindak pidana narkoba saja. Namun di Lapas Tangerang terdapat instumeb (formulir) lain yang khusus digunakan untuk pelaku tindak pidana narkoba. Keberadaan instrument (formulir) tersebut merupakan kerjasama antara pihak Departemen Kesehatan dan Lapas Tangerang. Setelah formulir tersebut terisi lengkap, segera dilaporkan/dikembalikan ke Pusdatin Departemen Kesehatan dan Ditjen Pemasyarakatan.

Tinjauan Pustaka

Alatas, Husein. 2001. Penanggulangan Korban Narkoba. Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI

Hawari, Dadang. 2002. Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA, Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI

Kompas, Edisi 4 Maret 2002

______ , Edisi 3 Juni 2002

______ , Edisi 12 Juni 2002

Republika, Edisi 7 April 2003

Page 11: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

11

SURVEI NASIONAL PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

TAHUN 2003

Latar Belakang Penelitian Peningkatan jumlah pelaku penyalahgunaan baik yang

mengikuti pengobatan dan rehabilitasi di pusat-pusat rehabilitasi maupun yang tidak, demikian juga jumlah orang mati karena narkoba. Jenis narkoba yang disalahgunakan yang makin beragam dan meluas distribusinya.

Perubahan Indonesia dari wilayah transit menjadi tempat pemasaran perdagangan bahkan menjadi tempat produksi narkoba dari sindikat narkoba internasional. Posisi dan sifat geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan, yang rentan terhadap penyelundupan narkoba. Situasi ekonomi, sosial, politik, dan keaman yang belum stabil rentan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Peningkatan angka kejahatan narkotika yang ditangani oleh Polri, baik dilihat dari jumlah pelakunya, maupun jumlah narkoba yang disita. Peningkatan itu berkorelasi positif dengan peningkatan laju penyebaran dan penularan virus HIV/AIDS oleh penyalahguna Narkoba Suntik (IDU)

Meningkatnya gejala keterkaitan antara tindak kejahatan dengan penyalahgunaan narkoba, dan tindak kejahatan narkoba dengan tindak kejahatan lainnya khususnya subversi dan teroris.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan data akurat mengenai prevalensi penyalahgunaan narkoba, yang mencakup : besaran sebaran dan kecenderungan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada golongan penduduk Indonesia yang beresiko tinggi terlibat dalam kegiatan penyalahgunaan narkoba, yaitu: murid SLTP, murid SMU dan SLTA serta mahasiswa PTN dan PTS.

Page 12: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 12

2. Mendapatkan data akurat mengenai karakteristik sosial pelaku penyalahgunaan, yang mencakup ; jenis kelamin dan usia, pendidikan dan pekerjaan, pendidikan orang tua, jenis-jenis narkoba yang digunakan, jangka waktu penyalahgunaan, asal penyalahgunaan, cara dan tempat mendapatkan narkoba, pihak yang terlibat dalam peredaran gelap narkoba.

3. Mendapatkan data akurat mengenai faktor-faktor penyebab atau faktor-faktor yang berpengaruh munculnya gejala penyalahgunaan narkoba, yang mencakup ; faktor sosial/budaya dan ekonomi

4. Mendapatkan data mengenai pola-pola peredaran gelap narkoba (khusus pengedar dengan status tahanan LP, pasien narkoba di RS dan atau Pusat Rehabilitasi, siswa/pekerja/pengangguran yang teridentifikasi sebagai penyalahguna narkoba).

5. Mengidentifikasi dan inventarisasi potensi-potensi local yang telah berupaya melakukan pencegahan dan penanggulangan penyalah-gunaan dan peredaran narkoba (peran Pemda Setempat, BNP, Polda, LSM, Lembaga / organisasi terkait.

Metode Penelitian

1. Dalam rangka memperoleh data yang dilakukan di ibu kota- ibu kota propinsi digunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan penentuan sampling dilakukan berdasarkan sebuah kerangka sampling. Teknik penyebaran kuesioner dilakukan dengan pengisian sendiri oleh para responden. Pendekatan kualitatif diterapkan melalui teknik wawancara mendalam terhadap empat informan di setiap ibu kota propinsi. Pemilihan informan berdasarkan atas keterlibatan informan dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

2. Untuk data kuantitatif besar populasi adalah mencakup 7.114 lembaga pendidikan; mencakup SLTP, SLTA dan sekolah lanjutan dengan jumlah kelas 66.897 kelas serta perguruan tinggi dengan 2.382.502 mahasiswa. Besar sample 398 kelas dari 322 lembaga pendidikan dan 400 mahasiswa.

3. Untuk data kualitatif menggunakan pedoman wawancara mendalam pada sejumlah pengedar dengan status tahanan LP

Page 13: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

13

dan Lapas khusus narkoba dan pasien narkoba di RS atau panti rehabilitasi.

Hasil Penelitian 1. Kondisi Penyalahgunaan Narkoba.

a. Besar Penyalahgunaan Narkoba Dari 13.710 responden di 26 ibukota propinsi dalam setahun terakhir yang menggunakan narkoba adalah 3,9% atau dengan kata lain 4 dari 100 responden adalah penyalahguna narkoba. Jika mengacu pada kategori pernah menyalah-gunakan narkoba terdapat 5,8% responden pernah menyalahgunakan narkoba, atau dengan kata lain 6 dari 100 responden pernah menyalahgunakan narkoba.

b. Sebaran Penyalahgunaan Narkoba per Ibukota Propinsi Secara Nasional 1) Wilayah-wilayah ibukota Propinsi yang memiliki besaran

persentase responden penyalahgunaan narkoba dalam satu tahun terakhir yang paling tinggi secara berturut-turut adalah Jakarta (23%), Medan (15%), dan Bandung (14%)

2) Menurut ibukota propinsi yang memiliki persentase penyalahguna narkoba yang relatif besar dalam satu tahun terakhir adalah; Medan (6,4%), Surabaya (6,3%), Maluku Utara (5,9%), Padang (5,5%), Bandung (5,1%), Kendari (5%), Banjarmasin (4,3%), Palu (8,4%), Yogyakarta (4,1%), dan Pontianak (4,1%).

c. Jenis Narkoba dan Kecenderungan Penyalahgunaan 1) Ganja merupakan jenis narkoba yang paling

disalahgunakan (74,9%), obat penenang (32,5%), ekstasi (25,7%) dan amfetamin (21,5%).

2) Dalam kelompok responden yang menggunakan ganja 1-2 kali dalam setahun terakhir mencapai 27,2%, sedangkan yang menggunakan hingga lebih dari 40 kali mencapai 5,2%.

2. Faktor-faktor yang terkait dengan Penyalahgunaan Narkoba a. Kelompok Usia

Page 14: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 14

Pola penyalahgunaan narkoba dalam variasi kelompok usia adalah; di atas 25 tahun (20%), kelompok usia 21-25 tahun (12,3%), dan kelompok usia di bawah 21 tahun proporsinya lebih kecil yakni 7,7%.

Ada kecenderungan bahwa usia pertamakali penyalahguna narkoba semakin dini, dalam penelitian usia pertama kali penyalahgunaan narkoba dimulai saat usia 7 tahun.

b. Kelompok Jenis Kelamin.

Kelompok responden laki-laki yang menyalahgunakan narkoba sebanyak 7,2% sedangkan responden perempuan 1,1%.

c. Tingkat Pendidikan

Kelompok responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki proporsi penyalahgunaan narkoba (9,9%), tingkat SMU/SLTA (4,8%), dan SLTP (1,4%)

d. Karakteristik Ekonomi Keluarga

Masalah penyalahgunaan narkoba tidak ada kaitannya dengan latar belakang kondisi ekonomi keluarga responden. Kondisi tersebut terkait dengan harga komoditi yang cukup bervariasi.

e. Kondisi Keluarga dan Sosialisasi

Penyalahguna narkoba cenderung terjadi pada :

1) Kelompok responden yang orang tuanya berpisah, tetapi belum cerai (12,9%)

2) Kelompok responden yang tidak pernah berbincang-bincang dengan orang tua mereka.

3) Responden yang tidak tinggal bersama keluarga sedikit lebih banyak dari pada yang tinggal dengan keluarga.

4) Kelompok responden yang sebagian anggota keluarganya mempunyai kebiasaan merokok.

5) Kelompok responden yang semua anggota keluarganya mempunyai kebiasaan minum-minuman keras.

Page 15: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

15

6) Kelompok responden yang anggota keluarganya mempunyai kebiayaan pergi ke tempat hiburan.

7) Dikalangan responden yang semua anggota keluarganya memiliki kebiasaan menyalahgunakan narkoba, banyak nya responden yang pernah menyalahgunakan narkoba mencapai 57,1%

3. Pola Sosialisasi Lingkungan Pertemanan.

Data hasil survei memperlihatkan suatu kaitan yang lebih signifikan antara faktor sosialisasi dalam lingkungan teman sepergaulan yang menyalahgunakan narkoba dengan penyalah-gunaan narkoba dibandingkan faktor-faktor kondisi dan sosialisasi keluarga. a. Pada kelompok responden yang semua teman bergaulnya

mempunyai kebiasaan merokok, 24,9% di antara responden pernah menyalahgunakan narkoba.

b. Pada kelompok responden yang seluruh teman bergaulnya mempunyai kebiasaan minum minuman kertas, persentase penyalahguna narkoba sebanyak 38,1%

c. Semakin sedikit jumlah teman bergaul responden yang mempunyai kebiasaan pergi ke tempat hiburan, semakin kecil pula persentase responden yang perna menyalahgunakan narkoba

d. Semakin kecil jumlah teman responden yang menyalah-gunakan narkoba, semakin sedikit pula persentase responden yang menyalahgunakan narkoba.

e. Kecenderungan penyalahguna narkoba untuk membolos relatif tinggi dibandingkan dengan kelompok responden yang tidak menggunakan narkoba.

f. Terdapat hubungan signifikan antara penyalahgunaan narkoba dengan kebiasaan merokok dan meminum-minuman keras. Kondisi ini menunjukkan bahwa resiko penyalah-gunaan narkoba lebih cenderung terjadi di kalangan pelajar/mahasiswa yang memiliki kebiasaan merokok atau meminum-minuman beralkohol.

Page 16: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 16

g. Peningkatan kecenderungan pernah menggunakan narkoba semakin tinggi, manakala frekuensi pernah meminum-minuman keras mencapai di atas 40 kali, persentase menjadi 73,1%.

4. Upaya Menghentikan Penyalahgunaan Narkoba.

a. Pada dasarnya upaya untuk menghentikan penyalahgunaan narkoba sejak pertama kali mencoba di kalangan responden relatif lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tetap melanjutkan (48,6% berbanding 51,4%). Kondisi ini cenderung dipengaruhi oleh jenis narkoba yang pertama digunakan dan alasan pertama menggunakan narkoba.

b. Berbagai jenis narkoba pertama kali yang dikonsumsikan oleh responden yang cenderung terus melanjutkan penyalahgunaan dimulai dari urutan persentase terbesar, yaitu : codein 100%, heroin 72,7%, ekstasi 58,6%, ganja 56,3%, amphetamine 52,4% dan pil penenang 51,8%.

5. Pola Peredaran Gelap Narkoba

a. Pola peredaran gelap narkoba umumnya bermula melalui jaringan teman-teman sepergaulan, dalam hal ini, teman-teman sepergaulan yang berperan pula sebagai pengedar, terlebih-lebih bila lingkungan pergaulan tersebut telah terlibat penyalahgunaan narkoba.

b. Pola peredaran gelap narkoba di kota-kota besar tertentu (Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang) cenderung dilakukan melalui sistim jaringan peredaran gelap yang lebih kompleks dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia.

c. Ganja senantiasa dapat diperolah dengan mudah melalui jaringan peredaran gelap narkoba di seluruh ibukota propinsi Indonesia.

d. Khusus jaringan peredaran gelap narkoba di Propinsi Papuan, kenyataannya di kota Jayapura berkaitan serta merupakan bagian dari sistim jaringan peredaran gelap narkoba di wilayah nagara Papuan Nugini

Page 17: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

17

Tinjauan Pustaka

Abu An Nur, AL Ahmady. 2000. Narkoba

Badan Narkotika Nasional. 2003. Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja. Jakarta : Pusduk Cegah

Badan Pusat Statistik-Departemen Kesehatan RI. 2004. Behavioral Surveillance Survey (BSS) Result in Indonesia. Jakarta

Badan Pusat Statistik-Departemen Kesehatan RI. 2004. Indonesia Young Adult Reproductive Health Survey 2002-2003. Jakarta

Badan Pusat Statistik-Departemen Kesehatan RI. 2004. Survey Angkatan Kerja Nasional. Jakarta

Fatmawati. 2003. Dampak Faktor Demografis dan Keluarga Precandu trehadap Alasan POenggunaan Narkoba. Skripsi Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Jakarta : ST Ilmu Statistik

Hawari, Dadang. 2002. Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA, Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI

Hawari, Dadang. 2003. Terapi Detoxifikasi Opiat Tanpa Anestesi dalam Penanggulangan Korban Narkoba dan Meningkatkan Peran Keluarga dan Lingkungan . Jakarta : FKUI

ILO. 2004. Anak-anak dalam Perdagangan dan Produksi Obat-oabtan Terlarang di Jakarta. Jakarta.

Marjuki. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Kolaboratif Bebrabasis Masyarakat dalam Mencegah Penyalahgunaan Napza. http://www/pages-yourfavorite.com. Jakarta

Maesono, Anggadewi. 2003. Peranan Keluarga dan Masyarakat Sebagai Penangkal Penyalahgunaan Narkoba (dalam) Penanggulangan Korban Narkoba. Meningkatkatkan Peran Keluarga dan Lingkungan. Jakarta : FKUI

Media Indonesia, Edisi 27 Juni 2003, Hore Tangerang Punya Pabrik Ekstasi

______________, Edisi 26 Maret 2004, Percepatan Eksekusi Mati Para Bandar Narkoba

Hore Tangerang Punya Pabrik Ekstasi

Nadaek, Wilson. 1986. Korban Ganja dan Masalah Narkotika. Bandung

Pusat Penelitian Pranata Pembangunan – Lembaga Peneltitian UI. 2003. Laporan Akhir Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Jakarta : UI

Page 18: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 18

Tempo Interaktif. 2003. Polres Jakarta Utara Tangkap 539 tersangka Narkoba. Jakarta

UNODC. 2000. Bulletin on Narcotics, Vol. LI, No.1&2/1999, 2000, 2001, 2002, 2003. 2004, Viena : UNODC Press

Widarti, Diah. 1984. Hubungan antara sektor ”Service” dan Sektor Informal di Kota dalam Angkatan Kerja di Indonesia. Partisipasi Kesempatan dan Pengangguran. Jakarta

__________. 1984. Peran Remaja dalam Mengatasi Masalah Penayalhgunaan Narkoba

Page 19: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

19

BIAYA EKONOMI DAN SOSIAL PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI INDONESIA

TAHUN 2004

Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir ini, penyalahgunaan narkoba di

Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan multidimensional, baik ditinjau dari segi mikro (keluarga) maupun makro (ketahanan nasional) yang meningkat dewasa ini, menyebabkan semakin mengkhawatirkan dengan dampak buruk ekonomi dan sosial yang semakin besar. Angka kasus kejahatan tindak pidana narkoba yang dilaporkan ke kepolisian (Mabes Polri, 2004) dalam lima tahun terakhir (2000-2004) menunjukkan peningkatan rata-rata 28,9% pertahun. Sedang Jumlah tersangka meningkat rata-rata 28,6% pertahun.

Dengan latar belakang ini, Badan Narkotika Nasional bekerja-sama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia melakukan suatu studi biaya ekonomi dan sosial penyalahgunaan narkoba di Indonesia dalam tahun 2004.

Tujuan Studi Tujuan dari studi ini adalah : 1. Memperkirakan besaran angka penyalahgunaan narkoba

menurut tingkat penggunaan : coba pakai, teratur pakai, dan pecandu, dan

2. Menilai besaran biaya ekonomi dan sosial penyalahgunaan narkoba.

Definisi Operasional Penyalahguna coba-pakai didefinisikan sebagai mereka yang

pernah mencoba memakai apapun jenis narkoba, tetapi dalam satu tahun terakhir ini mengaku tidak pernah memakai.

Penyalahguna teratur-pakai didefinisikan sebagai mereka yang memakai jenis narkoba apapun dalam setahun terakhir, kecuali heroin (putaw), dengan frekuensi pemakaian kurang dari 49 kali per

Page 20: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 20

tahun, dan mengaku tidak pernah mengakses pelayanan pengobatan untuk mengatasi kecanduannya.

Pecandu adalah mereka yang mengkonsumsi heroin (putaw) dalam setahun ini, atau mengkonsumsi jenis narkoba lain dengan frekuensi pemakaian lebih dari 49 kali dalam setahun terakhir dan atau mengaku pernah mengakses pelayanan pengobatan untuk mengatasi kecanduannya.

Metode Penelitian Studi mencakup 10 kota, antara lain : Medan, DKI Jakarta,

Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makasar, Denpasar, Manado, dan Batam. Rancangan studi mengacu pada Godfrey dkk. (2002) yaitu : Pertama, perkiraan besaran jumlah penyalahguna narkoba dihitung melalui perkalian antara angka prevalensi penyalahgunaan narkoba pada berbagai kelompok penduduk dan besaran populasi pada kelompok tersebut.

Penyalahguna narkoba dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu : coba-pakai, teratur-pakai, dan pecandu. Variabel jenis kelamin, status merokok, dan status pelajar diasumsikan mempengaruhi angka prevalensi penyalahgunaan narkoba. Kedua, perkiraan besaran biaya ekonomi dan sosial dihitung dengan perkalian antara jumlah penyalahguna narkoba dan rata-rata biaya ekonomi dan sosial per penyalahguna narkoba per tahun.

Data dikumpulkan melalui survei murid sekolah lanjutan atas (2979 orang), survei penyalahguna narkoba di masyarakat (956 orang) dan panti rehabilitasi (94 orang), studi pengamatan lanjut penyalahguna (324 orang), survei biaya di panti rehabilitasi, dan wawancara mendalam dengan penyalahguna (23 orang), mantan penyalahguna (20 orang), keluarga penyalahguna (28 orang), petugas kepolisian terkait (10 orang), dan pengelola panti rehabilitasi (22 orang). Di samping itu, data sekunder dari berbagai survei atau studi sebelumnya juga dimanfaatkan.

Page 21: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

21

Hasil Penelitian 1. Besaran penyalahguna narkoba

Pada tahun 2004, besaran penyalahguna narkoba teratur-pakai dan pecandu di Indonesia diperkirakan sekitar 3,2 juta orang, atau setara dengan 1,5% jumlah penduduk, dengan komposisi jenis kelamin laki-laki 79% dan perempuan 21%.

Page 22: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 22

Grafik 3 Prosentase Jenis Kelamin & Kategori Penyalahguna

Wanita 21%

Pria79%

Dari jumlah ini, jumlah penyalahguna teratur-pakai 69% dan pecandu 31%. Kedua kelompok ini mempunyai pola yang hampir sama dalam hal jenis narkoba yang dipakai, kecuali pemakai heroin (putaw) masuk kelompok pecandu. Sedangkan mereka yang pernah memakai narkoba ada sebanyak 13 juta orang atau setara dengan 6% dari jumlah penduduk Indonesia.

Semakin berat tingkat kecanduan semakin besar peluang menggunakan lebih dari satu jenis narkoba (poly-drugs). Penyalahguna narkoba dengan poly-drugs sekitar 40% pada kelompok coba-pakai, 62% pada kelompok teratur-pakai, dan 86% pada kelompok pecandu.

Grafik 4

Prosentase Jenis Kelamin & Kategori Penyalahguna

Pecandu31%

Teratur Pakai69%

71 50 42 22

7557

3425

0

50

100

150

200

Ganja Shabu Ecstasy Deppresant

Teratur Pakai Pecandu

Page 23: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

23

Ganja merupakan jenis narkoba yang banyak dipakai, baik

pada kelompok coba-pakai (71%), kelompok teratur-pakai (71%), dan pecandu (75%). Jenis narkoba berikutnya yang banyak dipakai pada kelompok teratur pakai adalah shabu (50%), ekstasi (42%), dan obat penenang (22%), sedangkan pada kelompok pecandu adalah heroin (putaw) (62%), shabu (57%), ekstasi (34%), dan obat penenang (25%).

Separuh dari kelompok pecandu (56%) atau sekitar 572 ribu orang merupakan penyalahguna narkoba suntik. Jumlah penyalahguna narkoba suntik yang terinfeksi hepatitis B diperkirakan sekitar 400 ribu orang, hepatitis C sekitar 458 ribu orang, dan yang mengidap HIV/AIDS (229 ribu orang).

Jumlah penyalahguna narkoba yang mengaku pernah di rehabilitasi masih sangat rendah, yaitu hanya 5% dari kelompok pecandu. Namun persentase penyalahguna yang pernah mengobati sendiri untuk dapat sembuh relatif lebih tinggi, yaitu 15% pada kelompok teratur-pakai dan 29% pada pecandu.

Sekitar sepertiga penyalahguna narkoba, baik yang teratur-pakai maupun pecandu, melaporkan pernah sakit yang terkait dengan pemakaian narkoba. Namun, hanya 2% pada kelompok teratur pakai, dan 5% pada kelompok pecandu yang mengaku pernah sakit dan dirawat karena narkoba. Sekitar 12% penyalahguna teratur-pakai dan 20% pecandu pernah mengalami kecelakaan lalu lintas.

Dengan menggunakan angka kematian pecandu di negara maju sebesar 1,5% (Department of Health England, 2002), jumlah kematian di kalangan pecandu narkoba di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan 15 ribu orang.

Pencurian, penipuan, perampasan, dan penodongan merupakan tindak kriminalitas yang banyak dilakukan oleh penyalahguna narkoba. Persentase yang pernah mencuri barang milik keluarga sekitar 16% pada kelompok teratur-pakai dan 24% pada pecandu; yang pernah mencuri barang milik orang lain adalah 5% pada kelompok teratur pakai dan

Page 24: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 24

13% pada pecandu. Sedangkan yang pernah menipu, merampas, atau menodong sekitar 4% pada kelompok teratur-pakai dan 9% pada pecandu.

2. Rata-rata biaya ekonomi dan sosial penyalahgunaan narkoba per penyalahguna per tahun Rata-rata biaya konsumsi narkoba per penyalahguna per

tahun meningkat dengan semakin tingginya intensitas pemakaian, yaitu sekitar Rp 1,4 juta pada kelompok teratur-pakai dan Rp 7,8 juta pada pecandu. Sedangkan rata-rata biaya konsumsi pada kelompok coba-pakai hanya sekitar Rp 68 ribu.

Biaya penanganan overdosis pada pecandu terungkap lebih rendah (Rp 1,2 juta) daripada teratur-pakai (Rp 2,5 juta). Hal ini terjadi karena frekuensi penanganan overdosis pada mereka yang teratur-pakai lebih tinggi, dan dilakukan di rumah sakit dibandingkan pecandu yang lebih memilih cara tradisional atau dengan sesama teman. Bagi pecandu yang pernah mengalami rehabilitasi, rata-rata biaya rehabilitasi ini per orang per tahun sekitar Rp 4 juta. Sedangkan rata-rata biaya pengobatan sendiri pada kelompok pecandu (Rp 617 ribu) lebih mahal daripada kelompok teratur pakai (Rp 228 ribu).

Rata-rata biaya kerugian karena produktivitas yang hilang karena rawat inap, dipenjara, dan tidak masuk sekolah/ kerja per penyalahguna per tahun lebih banyak pada pecandu (Rp 7 juta) dibanding kelompok teratur pakai (Rp 5,8 juta). Bagi mereka yang sakit atau pernah sakit dan mengalami rawat jalan atau rawat inap, rata-rata biaya yang dikeluarkan per penyalahguna per tahun lebih tinggi pada pecandu dibanding teratur pakai. Untuk pecandu, rata-rata biaya rawat jalan dalam kisaran Rp 1 juta sampai Rp 3,6 juta, dan rawat inap Rp 1,6 juta sampai 8,3 juta. Sedangkan di kalangan teratur pakai, rawat jalan sebesar Rp 575 ribu sampai Rp 1 juta, dan rawat inap Rp 3 juta.

Rata-rata biaya kerugian karena tindak kriminalitas per penyalahguna per tahun adalah Rp 3,7 juta pada kelompok

Page 25: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

25

teratur-pakai dan Rp 15,2 juta pada pecandu. Bagi mereka yang mengalami kecelakaan akibat narkoba, rata-rata biaya kerugian karena kecelakaan lebih banyak terjadi di pecandu (Rp 2,2 juta) daripada teratur-pakai (Rp 1,3 juta)

3. Besaran biaya ekonomi dan sosial penyalahgunaan narkoba Perkiraan besaran biaya ekonomi dan sosial penyalahgunaan

narkoba di Indonesia dalam tahun 2004 sekitar Rp 23,6 triliun. Dari besaran ini, 78% merupakan kontribusi biaya ekonomi. Separuh dari biaya ekonomi ini merupakan biaya langsung, dengan biaya terbesar untuk konsumsi narkoba mencapai Rp 11,3 triliun. Lebih dari separuh biaya konsumsi narkoba berasal dari kalangan pecandu. Biaya yang hilang sebagai akibat kematian dini sebesar Rp 4,4 triliun.

Biaya sosial penyalahgunaan narkoba pada tahun 2004 sekitar Rp 5 triliun, terutama dari biaya langsung. Kontribusi terbesar terhadap biaya langsung ini dari biaya kriminalitas, terutama di tingkat keluarga. Rendahnya biaya sosial karena fokus dasar analisis adalah individu dan hanya satu tahun terakhir, sedangkan biaya eksternalitas terhadap negara tidak dihitung.

Pembahasan Perkiraan jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia sekitar 3,2

juta orang pada tahun 2004, yang setara dengan 1,5% jumlah penduduk, sesuai dengan rekomendasi UNODC (United Nations Office on Drug Use and Crime) bahwa sekitar 1% sampai 3% dari penduduk suatu negara adalah penyalahguna narkoba. Perlu dicatat bahwa perkiraan jumlah penyalahguna dalam studi ini terutama jumlah penyalahguna narkoba suntik kemungkinan lebih besar dari yang seharusnya karena studi mendasarkan pada angka-angka dari survei yang dilakukan di kota. Beberapa pengamatan menunjukkan masalah penyalahgunaan narkoba, terutama narkoba-suntik, lebih marak di kota dibanding di desa.

Kalau perkiraan jumlah penyalahguna narkoba dalam studi ini cenderung lebih besar, sebaliknya perkiraan rata-rata biaya

Page 26: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 26

ekonomi dan sosial penyalahgunaan narkoba per orang penyalahguna per tahun cenderung lebih rendah. Ini karena perhitungan biaya mendasarkan pada pengakuan dan ingatan responden yang cenderung menghasilkan biaya yang lebih rendah. Di samping itu, perhitungan biaya membatasi pada biaya individu penyalahguna dan belum memasukkan biaya kerugian ekonomi dan sosial yang terjadi pada lingkungan, fasilitas umum, dan masyarakat sekitar.

Kesimpulan dan Rekomendasi Tidak ada studi yang sempurna, tetapi studi ini telah

menunjukkan betapa dahsyat dan mendesak permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Penyalahgunaan narkoba merusak fisik, mental dan sosial penyalahguna yang sebagian besar merupakan penduduk usia remaja. Mereka ini merupakan modal bangsa dan calon pemimpin bangsa. Nilai mereka ini kalau dihitung akan jauh lebih besar dibanding sekedar perkiraan biaya ekonomi dan sosial penyalahgunaan narkoba yang dilakukan studi ini. Kita semua bersama bisa menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba ini apabila ada kemauan politis dan mau mendukung kongkrit upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba.

Tinjauan Pustaka

Bird, D., Melanie L., Jamie C. (2004). The Economic Costs of Alcohol and Drug

Abuse in Maine 2000. Agusta: Division of Data and Research Office and Subtance Abuse Departement of Health and Human Services.

Bali Post Online (Juli 2004)., "900 Anak SD Terjerat Narkoba" Bali Post Online (http:/ /www .balipost.co.id/baliQostcetak/2004/7/24/n4.htm)

Bianchi, Stefanie (2004). Narkotika Afganistan mengancam Eropa, Waspada Online, http://waspada.co.id/serba serbi/features/artikel.php?article id=46752)

BNN (2003). Bahan Pendidikan Pencegahan dan Kampanye Penyadaran akan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba bagi Remaja. Jakarta: BNN.

Bonomo, Yvonne (2004). Adolescent subtanse use. In Drug use in Australia, 2 nd ed. Ed. Hamilton, King and Ritter, Oxford:Turning point, hal 117 .

Boutin, Chiristine (2003). Transnational Institute, Progress Report, As a contribution to the Midterm (2003) Review of UNGGAS. NATO Parliamentary Assembly. http://www .natopa.intldefault.asp?TAB=368

Page 27: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

27

Campbell, Andrew (2001), Illicit drug guide, Australia: Black Inc. CHRUI (2002). Summary Behavioral Surveillance Survey among Injecting Drug Users

in Jakarta, Surabaya dan Bandung 2002. Jakarta: CHRUI, Moh, & FHI. Collins, J. D. & Helen M. L. (2002). Counting the: Estimates of the Sosial Cost of Drug

Abuse in Australis in 1988-1989, Canberra: Comonwealth Departement of Health and Ageig (Publication No.3179).

Departemen Keuangan (2003). Nota Keuangan 2003. Jakarta: Departemen Keuangan.

Depkes & FKMUI (2002). Prinsip Analisis Biaya (Modul 9), P2KT. Jakarta: Biro Perencanaan Depkes dan FKMUI.

Depkes, P2MPL (2002). Estimasi Nasional Infeksi HIV Dewasa. Jakarta Doweiko, Harold (2002). Concepts of chemicfll dependency. USA: Wadswoorth. Drummond M.F. dkk (1986). Methods for the Economic Evaluation of Health Care Programmes 2ed. Great Britain: Oxford University Press. Effendi, Muchlis., Data Cases Narcotics Indonesia in 1997 -2002, materi presentasi

pada pelatihan HIV Narkoba 2003 di Jakarta. Ghodse, Hamid (2002). Drugs and Addictive Behavior, a Guide Treatment. 3rd ed.UK:

Cambridge Univ. Press. Godfrey, Christine., et.al. (2002). The Economic and Sosial Costs of Class A drug use

in England and Wales, 2000. London: Home Office Research, Development and Statistics Directorate.

Goode, Erich (1999). Drug and Crime. http://www.umsl.edu/rkee/180/drgcrime.htm Hamilton, Margaret; Trevor King; Alison Ritter (2004). Drug Use in Australia, 2nd ed. Oxford: Turning Point.

KARS UI (1999). Manajemen Keuangan Rumah Sakit (Modul). Depok: PS KARS UI Liu, Liang Y. (2002), Economic Cost of Alcohol and Drugs Abuse in Texas-2000,

Austin: Texas Commision on Alcohol and Drugs Abuse. Martha, E, et, all (2003), Survei PSP Narkoba di Siswa SMU Jakarta Timur. Mooney G (1977). Valuing Human Life. London: Mcmillan. Nurwahyuningsih, E., et al (2003). Survei PSP Narkoba di Siswa SMU Semarang. Office of National Drug Control Policy (ONDCP) (2001). The Economic Cost of Drug

Abuse in the United States. 1992-1998. Washington, DC: Executive Office of the President (Publication No. NCJ-190635)

Pokja Napza, Pusdatin. 2002. Gambaran Penyalah-guna Napza di beberapa institusi tahun 1997-2001 dalam Journal Data & Informasi Kesehatan. Jakarta, Pusdatin Depkes, No.2 November 2002.

PPK UI (2004). Survei di Kalangan Pelajar Sekolah Menengah Umum di 10 Kota Besar di Indonesia. Depok: PPKUI & BNN

PPKUI (2004) Survei Biaya Ekonomi & Sosial Narkoba Pada 10 Kota Besar di Indonesia. Depok: PPKUI & BNN

Page 28: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 28

Prasetyo S,. Dkk (2004). Laporan Eksekutif Studi di 6 Kota (Jakarta Timur, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Palembang): Pengetahuan dan Perilaku Penyalah-guna Narkoba pada Pelajar SMU Negeri. Jakarta: BNN.

Prasetyo, et al (1998). Pola Merokok di 14 Propinsi di Indonesia, Analisis Meta, LM3 Prasetyo, Sabarinah (2004). Pra Usulan Penelitian : Prediksi Kambuh

Penyalahgunaan Narkoba Pascaterapi & Rehabilitasi di Jakarta, tahun 2005-2006. Depok: FKMUI.

Sabri L. Dan Sutanto H.P., (1999). Modul Biostatistik dan Statistik Kesehatan. Depok : Program Pascasarjana ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Samuelson, P .A. ( 1979). Economics 11th . New York: Mc. Graw Hill. Single, Eric, et.all. (2001). International Guidelines for Estimating the Cost of

Substance Abuse-2001 edition. Sucahya, Purwa K., dkk (2001). Memahami Kebutuhan Aktor dan Pengguna

Narkotika Suntik. Yogyakarta: PSKK UGM & Ford Foundation. Tim Jakarta (2000). Napza dan Kita: Laporan Rapid Assessment & Response on

Injecting Drug Users. Jakarta: Tim Jakarta. Tjiptoherijanto P, & Budhi S., (1992). Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PAU-EK-UI. United Nations Office on Drug and Crime/UNODC (1995). Global Illicit Drug Trends.

Vienna: Research Section UNODC. , UNODC (2003). Global Illicit Drug Trends 2003. Vienna: Research Section UNODC Wasisto, Broto (2002). Hasil Hanoi Meeting September 2002. dalam Journal Data dan

Informasi Kesehatan. Jakarta, Pusdatin Depkes,Nomor 2, November. Wickizer, Thomas M (1996). The Economic Costs of Substance Abuse in the

Washington State. Seattle: Department of Health Services, University of Washington.

YCAB (2003). Survei Faktor Risiko Narkoba di Masyarakat DKI. Jakarta: YCAB. YCAB (2003). Survei Faktor Risiko Narkoba di Siswa SLTP & SMU di 12 Kota.

Jakarta YCAB

Page 29: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

29

STUDI TENTANG KEMAUAN PENYALAHGUNA NARKOBA UNTUK MENGIKUTI PROGRAM PERAWATAN DAN PEMULIHAN

PADA INSTALASI PERAWATAN DAN PEMULIHAN

Latar Belakang Penelitian

Penyalahgunaan narkoba telah menjadi masalah dan nampaknya terus meningkat. Baik menurut angka-angka dari Kepolisian RI, maupun secara kasat mata, dan pemberitaan di surat kabar, jumlah penyalahguna narkoba menunjukkan peningkatan tajam terutama di perkotaan. Dalam beberapa tahun terakhir penyalahgunaan narkoba menunjukkan trend yang meningkat secara menonjol dengan pemakaian berbagai jenis narkoba (multi drug abuser).

Bagi seorang penyalahguna narkoba, penyembuhan atau pemulihan kesehatan fisik dan mental/jiwa saja tidak cukup untuk memasuki kembali kehidupan normal dalam lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat. Yang bersangkutan mendapat rehabilitasi sosial sehingga ia tidak tergoda lagi untuk memakai narkobadan mampu melaksanakan lagi suatu kehidupan yang normal, produktif, konstruktif dan kreatif.

Suatu kontradiksi terjadi dimana peningkatan penggunaan narkoba sangat pesat yang menghasilkan beribu penyalahguna narkoba tetapi disisi lain jumlah penyalahguna atau penderita ketergantungan narkoba yang mau mengikuti perawatan dan pemulihan baik di RSKO, RSJ, Pamardisiwi, PantiPanti Rehabilitasi Sosial milik pemerintah maupun klinik-klinik swasta terapi penyalahguna narkoba serta TC, menunjukkan penurunan.

Beberapa pakar bidang terapi dan rehabilitasi mengemukaan bahwa kemungkinan penyebab penurunan tersebut, di antaranya: Jangka waktu perawatan dan pemulihan yang lama, Biaya perawatan dan pemulihan yang mahal, tidak ada jaminan kesembuhan atau tingginya angka kekambuhan, Rasa takut karena tahu bahwa perbuatan penyalahguna narkoba merupakan perbuatan melanggar hukum yang ada ancaman pidananya; 5) Karena ketidaktahuan dan

Page 30: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 30

tidak punya akses ke RSKO atau Panti Rehabilitasi Sosial.

Sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu untuk mengetahui secara pasti faktor penyebab mengapa penyalahguna/ pencandu narkoba tidak mengikuti program perawatan dan pemulihan.

Tujuan Penelitian Tujuan studi ini adalah : Mendapatkan data dan informasi tentang factor penyebab

penyalahguna narkoba tidak mengikuti program perawatan dan pemulihan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun bukan pemerintah.

Dapat merumuskan rekomendasi untuk perbaikan dan peningkatan efektifitas perawatan dan pemulihan penyalahguna narkoba.

Hasil Penelitian Gambaran Residen Korban di Instalasi Perawatan dan Pemulihan 1. Sampel studi ini sebanyak 394 responden residen dapat

diperoleh dalam penelitian ini. Sampel dalam buku ini selanjutnya disebut residen

2. Dari jenis kelamin terbagi 87,4% (Pria) dan 12,6% (wanita). 3. Usia terbesar responden antara 21-30 tahun (68,3%), usia <20

tahun (25,1%), usia >30 tahun (6,6%), dan usia > 40 tahun (0,5%).

4. Dari sisi pendidikan terakhir terlihat bahwa pendidikan terakhir terbanyak adalah tamat SMK/U (51,8%), tamat SLTP (19%) dan lulus Diploma/Akademi (15%) 0073ebanyak 84,1%

5. Status Perkawinan belum kawin, sisanya 15,9% sudah kawin (termasuk yang sudah bercerai).

6. Kegiatan responden sebelum masuk ke lembaga perawatan terbanyak adalah sudah bekerja (44,4%) sedangkan yang masih sekolah 27,2% dan sisanya tidak sekolah dan tidak bekerja mencapai 28,4%.

Page 31: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

31

7. Dari 175 responden yang sudah bekerja paling banyak bekerja sebagai wiraswasta/pedagang yaitu 57,7% dan dengan penghasilan antara 500.000 rupiah sampai 1,5 juta rupiah.

8. Latar belakang keluarga responden residen diketahui terbanyak masih mempunyai dua orangtua yang masih hidup (76,6%). Responden residen yang hanya mempunyai orangtua tunggal sekitar 20,8% dan yang tidak punya orangtua hanya 3,6%. Dari 394 responden residen 63,5% diantaranya masih tinggal dengan orangtua dan yang tinggal dengan ibu (16,2%) lebih banyak dari yang tinggal hanya dengan Ayah (2,8%).

9. Kehidupan keberagamaan keluarga responden residen terbesar adalah yang seluruhnya menjalankan ketaatan beribadah yaitu 42,9%, sedangkan yang tidak menjalankan ketaatan beribadah 5,1% atau 20 orang.

10. Residen korban yang berada di dalam lembaga perawatan, lebih dari 75% responden adalah mantan pengguna ganja, dan lebih dari 60% responden adalah pengguna ectasy, tetapi hanya 22,9% yang menggunakan cocain. Hal ini berkaitan dengan kemudahan jenis narkoba tertentu diperoleh dan dengan harga yang relatif murah. Gangguan yang pernah dialami oleh responden terkait dengan penggunaan narkoba terbanyak adalah keluhan daya piker (73,6%) dan badan menjadi kurus (76%). Badan kejang-kejang hanya dialami oleh 18,9% responden atau hanya 75 responden.

11. Dari 32 responden petugas yang langsung berhubungan dalam perawatan residen korban 87,5% adalah laki-laki dan hanya 12,5% perempuan. Kategori usia terbesar dari petugas adalah yang berusia diatas 31 tahun (53,1%) dan 46,9% adalah yang berusia antara 20 – 30 tahun.

12. Pendidikan terakhir petugas yang menjadi responden relatif sedikit yang sarjana sosial, hanya 12,5% dan rohaniawan 9,4%, sedangkan yang mempunyai pendidikan terakhir di luar sarjana sosial dan rohaniawan, yaitu 78,1%. Hal ini menunjukkan perlunya pelatihan-pelatihan untuk menambah tingkat wawasan dan teknik perawatan dan pemulihan.

Page 32: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 32

13. Setengah dari petugas yang membantu proses perawatan di 32 instansi perawatan adalah yang pernah menjadi penyalahguna narkoba. Dari 16 penyalahguna narkoba yang menjadi petugas di instalasi perawatan hanya 68,8% yang pernah dirawat di instalasi perawatan, dan hampir seluruhnya mengatakan bahwa pengalaman dirawat membantu mereka dalam tugas perawatan yang dikerjakan saat ini. Terdapat 5 petugas instalasi perawatan yang mengaku sebagai penyalahguna narkoba pada awalnya dan tidak pernah ikut perawatan tetapi dapat membantu melakukan tugas perawatan yang dibebankan saat ini.

14. 96% responden residen mengatahui bahwa penyalahgunaan narkoba adalah perbuatan yang melanggar hukum, 92,2% responden residen mengetahui bahwa penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan kematian, tetapi hanya 59,4% responden residen mengetahui bahwa untuk sembuh dari ketergantungan akibat penyalahgunaan narkoba memerlukan perawatan yang intensif di instalasi-instalasi perawatan dan pemulihan. Dari hasil kuesioner tersebut terlihat bahwa pengetahuan tentang instalasi perawatan masih jauh tertinggal dari informasi tentang pelanggaran hokum dan akibat (kematian) penyalahgunaan narkoba. Sumber informasi yang terbesar bagi pengetahuan-pengetahuan tersebut adalah TV/radio/ dan teman/keluarga/ sekolah, jauh dibandingkan persentase dari sumber informasi lain yaitu Koran/majalah dan spanduk/famflet.

15. 50,4% responden residen menyebutkan bahwa kehendak masuk perawatan adalah kehendak dirinya sendiri. Persentase yang cukup besar ditunjukkan oleh kehendak orangtua/keluarga yaitu 39,5%. Dalam hal sikap kehendak masuk perawatan dua pihak yang berperan adalah diri si penyalahguna narkoba dan orangtua/keluarga.

16. Persepsi penyalahguna narkoba sebelum masuk perawatan didominasi dua persepsi yaitu instalasi perawatan seperti pondok pesantren, asrama pelajar dan lain-lain (misalnya seperti rumah sendiri), dengan persentase sekitar 26%. Persepsi seperti tempat militer dan rumah sakit jiwa mempunyai persentase berturut-turut 8,9% dan 6,9%. Beragamnya persepsi yang timbul pada

Page 33: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

33

penyalahguna narkoba sebelum masuk ke perawatan sangat dipengaruhi oleh informasi yang dipunyai mereka.

17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 94,2% responden mendapatkan dorongan dari keluarga, yang tersebar menjadi 73,6% didorong oleh semua anggota keluarga, 14,7% didorong oleh sebagian besar anggota keluarga dan 5,8% didorong oleh sebagian kecil anggota keluarga. Tetapi ada 23 orang responden (5,8%) tidak mendapat dorongan sama sekali dari anggota keluarganya.

18. 70,8% responden residen korban menyatakan bahwa keluarga membiayai biaya perawatan dan 29,2% tidak. Dorongan teman untuk memasuki instalasi perawatan cukup berimbang dari yang mendorong seluruhnya hingga yang tidak ada dorongan sama sekali dengan persentase berkisar 25%. Sebagian besar teman mendorong mempunyai persentase terbesaryaitu 33,2%.

19. Dari hasil kuesioner kepada responden petugas ternyata tidak semua sarana dipunyai oleh instalasi. 90,6% instalasi mempunyai sarana ibadah dan sarana berkumpu; layaknya seperti aula, 96,9% mempunyai sarana olahraga den 84,4% mempinyai sarana bermain. Dengan ketersediaan sarana yang ada di instalasi perawatan terdapat 93,6% yang dimanfaatkan secara maksimal oleh residen dan di 2 instalasi, semua sarana belum dipergunakan secara maksimal.

20. Terdapat 1 petugas dari satu instalasi perawatan yang menyatakan bahwa perawatan tidak benar-benar dibutuhkan oleh residen korban.

21. Hasil kuesioner kepada responden residen korban menunjukkan bahwa 50,8% responden merasa gangguan yang dialaminya setelah penyalahgunaan narkoba sudah berkurang dan 43,1% menyatakan sudah tidak pernah kambuh. 76,1% responden yakin dapat sembuh dengan perawatan, tetapi terdapat 33,9% responden yang tidak yakin dapat sembuh dengan perawatan.

22. 91,6% responden residen menyatakan butuh dengan perawatan untuk menyembuhkan ketergantungan mereka terhadap narkoba. Setelah menjalani perawatan, persepsi residen korban

Page 34: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 34

tentang instalasi perawatan 42,1% sangat baik, 34,3% baik dan terdapat 22,1% responden menyatakan persepsi yang kurang baik terhadap instalasi perawatan dan hanya 1,5% yang mempunyai persepsi tidak baik.

23. Alasan yang paling banyak dikemukakan oleh teman-teman residen berkaitan dengan tidak masuknya mereka di instalasi perawatan dan pemulihan adalah tidak tahu harus berbuat apa (48,6%), tidak ada biaya (19,1%), ditutupi keluarga (8,6%) dan takut ditangkap (2,3%). Hal ini menunjukkan bahwa ketiadaan akses ke instansi perawatan dan pemulihan menjadi sebab utama kenapa seseorang penyalahguna narkoba tidak mengikuti perawatan disanping biaya dan ditutupi keluarga. Ketakutan ditangkap karena penyalahgunaan narkoba mempunyai delik pidana menjadi salah satu alas an yang relative kecil.

24. Lama perawatan. Dari 32 petugas unstalasi perawatan dan pemulihan yang mewakili instansinya, hanya 34,4% yang mengatakan bahwa residen dapat sembuh setelah menjalani perawatan selama 3 – 6 bulan dan yang menjawab 6 – 12 bulan lebih banyak yaitu 43,8%. Terdapat 21,9% petugas panti yang menyatakan bahwa residen baru dapat sembuh setelah menjalani perawatan lebih dari 12 bulan lebih.

25. Biaya Perawatan. Dari 32 instalasi perawatan dan pemulihan yang dijadikan tempat penelitian 40,6% petugasnya menyatakan bahwa pengeluaran residen korban perbulan adalah 1,5 – 3 juta, 25% antara 3 – 5 juta, 15,6% di bawah 1,5 juta rupiah, sedangkan 2 petugas instansi menyatakan gratis. Dengan analisis tabulasi silang terhadap tanggapan petugas instalasi terhadap biaya perawatan untuk mencari hubungan keberatan residen terhadap biaya perawatan terlihat tidak ada beda keberatan residen yang diakibatkan oleh biaya yang harus dikeluarkan residen per bulan (P-value = 0,515). Dari temuan residen korban terlihat bahwa 32,0% responden mengeluarkan dana antara 1,5 – 3 juta rupiah perbulan, 21,1% dibawah 1,5 juta rupiah, 19,9% antara 3 – 5 juta rupiah dan hanya 2,3% diatas 5 juta rupiah. 52,6% residen korban menyatakan keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan tetapi 47,4% yang lain menyatakan

Page 35: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

35

tidak keberatan dengan dana yang harus dikeluarkan perbulan. Dari hasil tabulasi silang terlihat bahwa tidak ada hubungan keberatan residen korban terhadap biaya yang dibebankan ke mereka perbulan dengan pengontrol pendapatan orangtua, adanya perbedaan yang terjadi hanya karena kebetulan. Hasil analisis baik terhadap kuesioner residen korban dan petugas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan residen korban untuk menjalani perawatan tidak menunjukkan kecenderungan memberatkan residen korban pada setiap kelompok biaya yang harus dikeluarkan residen korban perbulan dan berapapun pendapatan orangtua.

26. Jaminan Kesehatan. Lama rawat responden korban tersebar merata antara kurang dari 3 bulan sampai di atas 12 bulan. Persentase terbesar adalah korban yang telah menjalani perawatan kurang dari 3 bulan (31,7%) dan berturut-turut antara 3 – 6 bulan (28,2%), antara 6 – 12 bulan (27,5%) dan hanya 50 responden atau 12,8% yang telah menjalani perawatan lebih dari 12 bulan. Lebih dari 50% residen korban yang menjadi responden menyatakan bahwa gangguan/sakit yang dialami berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba telah berkurang (50,8%) bahkan 40,3% responden juga mengatakan bahwa gangguan/sakit yang dialaminya sudah tidak pernah kambuh. Hanya 24 responden residen korban (6,3%) yang menyatakan bahwa keadaan dirinya sama saja dengan sebelum menjalani perawatan. Dengan keadaan yang dirasakannya 76,1% responden menyatakan keyakinannya akan dapat sembuh setelah menjalani perawatan dan hanya 23,9% responden menyatakan tidak yakin dapat sembuh setelah menjalani perawatan. Dari hasil tabulasi silang terhadap lama residen menjalani perawatan dan keyakinan residen untuk sembuh terlihat bahwa ada hubungan antara kedua variable tersebut (P-value=0,001). Makin lama residen menjalani perawatan dan pemulihan maka makin yakin residen korban untuk dapat sembuh. Dari hasil tabulasi terhadap kekambuhan dan keyakinan residen untuk sembuh terlihat bahwa ada hubungan antara kedua variable tersebut (P-value=0,000). Makin berkurang kekambuhan yang dialami residen korban makin yakin residen

Page 36: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 36

korban untuk sembuh. Dari hasil tabulasi silang terhadap kekambuhan residen dan keyakinan untuk sembuh dengan pengontrol lama perawatan yang telah dijalani terlihat ternyata pada lama perawatan antara 3 – 6 bulan, tidak ada perbedaan antara residen yakin dan tidak yakin akibat tingkat kekambuhan yang dialami residen korban (P-value=0,555). Pada kelompok lama perawatan yang lain ada perbedaan yang nyata bahwa semakin baik proses penyembuhan atau tidak ada lagi kekambuhan maka keyakinan untuk sembuh makin besar. Terlihat pula pada hasil tabulasi silang makin lama residen korban menjalani perawatan dan ternyata dirasa sama saja keadaannya dengan sebelum perawatan, maka residen korban makin tidak yakin akan sembuh. Dari hasil tabulasi silang dapat terlihat pula tingkat keyakinan residen korban tarhadap instalasi perawatan dan pemulihandapat menyembuhkan mempunyai waktu kritis hingga 6 bulan. Saat awal hingga 6 bulan perawatan, persentase residen korban yang belum yakin dapat sembuh dengan perawatan masih cukup tinggi dan akan menurun setelah waktu perawatan sudah lebih dari 6 bulan.

27. Rasa Takut Dipidana. Dari hasil penelitian terlihat bahwa para residen korban (penyalahguna narkoba) mengetahui bahwa penyalahgunaan narkoba adalah melanggar hukum (96,4%) dan hanya 16 residen yang mengatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa hamper semua residen mengetahui adanya pelanggaran hukum yang dilakukan mereka. Pengetahuan residen bahwa penyalahgunaan narkoba adalah melanggar hokum, terbesar diperoleh dari TV/radio (40,1%) jauh di atas teman/keluarga/sekolah (28,0%) dan dua media lain yaitu Koran/majalah (5,3%) dan spanduk/pamphlet (0,8%). Hal ini bias dimengerti karena media TV/radio lebih diminati sebagai sumber informasi bagi kebanyakan residen korban yang berusia antara 20 – 30 tahun. Walaupun 96% responden residen korban mengetahui bahwa penyalahgunaan narkoba yang mereka lakukan sebelum masuk perawatan adalah pelanggaran hukum, tetapi hanya 1,8% responden korban yang menjadikan faktor takut dihukum menjadi alasan kenapa masuk ke perawatan. 50% responden korban menjadikan keinginan sembuh sebagai

Page 37: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

37

pendorong untuk dirawat, diikuti oleh kasihan keluarga (21,8%) dan takut mati (3,8%). Takut dihukum menjadi faktor pendorong dirawat yang paling sedikit dikemukakan. Hal ini menunjukkan bahwa residen korban mengetahui bahwa penyalahgunaan narkoba adalah pelanggaran hukum yang pelakunya dapat dihukum, tetapi alasan ingin sembuh, kasihan keluarga dan takut mati mengalahkan rasa takut ditangkap dalam keputusan untuk mengikuti perawatan.

28. Akses Informasi Tentang Instalasi Perawatan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa kehendak dirawat didominasi oleh kehendak diri si residen korban (50,4%), tetapi 39,5% responden menjawab bahwa kehendak dirawat lebih karena kehendak orangtua, keluarga atau lain-lain (4,5%) Informasi tentang tempat perawatan kebanyakan diperoleh residen korban dari orangtua/keluarga (48,6%) dan teman (29,2%) dibandingkan dari media massa (3,3%) ataupun dari pihak kepolisian (2,8%). Persepsi yang ada bagi residen korban tentang instalasi perawatan dan pemulihan sebelum mereka masuk ke perawatan berturut-turut adalah seperti asrama pelajar (26,9%), seperti pondok pesantren (26,9%), seperti lain-lain (25,9%) dan seperti barak militer (8,9%) dan rumah sakit jiwa (6,9%). Beragamnya persepsi tentang instalasi perawatan ditunjukkan dengan persentase yang tidak jauh berbeda, menunjukkan beragamnya persepsi yang ada di masyarakat. Hal ini menunjukkan belum adanya kesamaan persepsi yang ada di masyarakat tentang instalasi perawatan, karena kurangnya akses informasi tentang instansi perawatan.

Tinjauan Pustaka

Alatas, Husein. 2001. Penanggulangan Korban Narkoba. Fakultas Kedokteran,

Universitas Indonesia, Balai Pnerbit FK-UI, Jakarta. Hawari, Dadang. 2001. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Balai Pnerbit FK-UI, Jakarta.

Page 38: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 38

SURVEI NASIONAL PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

PADA PEKERJA FORMAL DAN INFORMAL DI 15 PROVINSI TAHUN 2004

Latar Belakang Penelitian Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah

menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian serius dengan upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) oleh segenap elemen bangsa.

Ancaman nasional tersebut berpotensi besar mengganggu kelangsungan hidup bangsa dan negara serta mengganggu ketaha-nan diri, keluarga dan bangsa baik secara fisik ataupun mental, secara sosial dan ekonomi.

Atas dasar latar belakang tersebut, Badan Narkotika Nasional menindaklanjuti pelaksanaan penelitian Survey Nasional Penyalah-gunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di kalangan Pelajar dan Mahasiswa tahun 2003 dengan mengadakan Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Pekerja Formal dan Informal (disingkat SPPN 2004). Sedang tahun 2005 direncana-kan survey itu dilakukan di Lingkungan Keluarga.

Tujuan Penelitian 1. Mengetahui prevalensi penyalahgunaan narkoba pada kelompok

pekerja. 2. Mengetahui karakteristik penyalahguna narkoba, 3. Mendeteksi ragam narkoba yang disalahgunakan. 4. Mendeteksi peredaran dan penyebaran narkoba di kalangan

pekerja formal dan informal.

Ruang Lingkup 1. Karena berbagai keterbatasan, maka SPPN Pekerja 2004

dilaksanakan di 15 provinsi dengan konsentrasi di daerah urban (kota besar/ibukota provinsi).

Page 39: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

39

2. Daerah sampel: Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan (prevalensi tinggi), Semarang, Palembang, Balikpapan, Yogyakarta, Kendari, Menado (prev. sedang), dan Makasar, Jambi, Bengkulu, Palangkaraya, dan Mataram (prev. rendah).

3. Estimasi hasilnya untuk level nasional.

4. Pemilihan provinsi dan alokasi jumlah responden dilakukan secara pps berdasarkan jumlah pekerja (BPS, hasil SP 2000) dengan mempertimbangkan dugaan kekerapan kasus (dari hasil penelitian UI dan Rakor BNN).

Metodologi 1. Sasaran dan Metode Pendekatan

a. Sasaran dalam survei ini adalah penduduk yang bekerja/ pekerja, baik pekerja formal maupun informal, tidak termasuk TNI.

b. Dengan mempertimbangkan berbagai kendala yang ada dan kelebihan / kelemahan berbagai pendekatan yang feasible, maka survei ini akan dilakukan dengan pendekatan tempat hiburan, terbuka maupun tertutup.

c. Jumlah sampel pekerja sebanyak 8.000 orang.

2. Metode Pengambilan Sampel Lokasi

TNI/POLRI

Pelajar/MhsPOLR

Rumah Tangga

Penganggur

Pekerja Formal

Pekerja Formal

Pekerja Informal

Pekerja Informal

Tdk Berkunjung

Berkunjung ke tempat hiburan

Page 40: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 40

a. Pemilihan sampel lokasi diawali dengan penyusunan kerangka sampel lokasi/tempat hiburan yang eligible.

b. Dari kerangka sampel tersebut dilakukan pemilihan sampel lokasi secara random, dengan mempertimbangkan jenis tempat hiburan (terbuka / tertutup) dan rata-rata jumlah pengunjung.

c. Tempat hiburan terbuka (bayar), mis.: THR, kebon binatang, pantai, dan sejenisnya.

d. Tempat hiburan tertutup, mis.: diskotik, karaoke, panti pijat, bar, dan sejenisnya.

Karakteristik Responden 1. Umur responden. Mayoritas responden berusia 20-39 tahun 79,7%

(40.872 orang), kurang dari 20 tahun 2,5% (1.262 orang) dan lebih dari 39 tahun 17,8% (9.126 orang).

2. Status Perkawinan. Mayoritas responden berstatus kawin 55,2% (28.281 orang), kemudian secara berurutan yang belum menikah 37,1% (19.025 orang), cerai hidup 6,7% (3.416 orang) dan cerai mati 1,1% (539 orang).

3. Pendidikan. Mayoritas responden berpendidikan adalah tingkat SLTA sebanyak 55,6% (28.523 orang), tingkat SLTP sebanyak 20,3% (10.391 orang) dan Akademi/PT 24,1% (12.346 orang).

4. Sektor Pekerja. 1 (satu) diantara 10 responden, bekerja di sektor Informal sebanyak 90,3% (46.278 orang) dan pekerja informal hanya 9,7% (4.982 orang)

5. Penghasilan. Mayoritas responden berpenghasilan 500 ribu – 1,5 juta rupiah sebanyak 62% (31.765 orang), kemudian secara berurutan : 1,5 -3 juta rupiah sebanyak 23,4% (11.994 orang), kurang dari 500 ribu rupiah 8,2% (4.221 orang) dan lebih dari 3 juta rupiah 6,4% (3.280 orang).

Karakteristik Penyalahguna Narkoba 1. Kebiasaan Merokok dan Minum Miras. Hampir semua penyalah-

guna narkoba (98,63%) pada lokasi hiburan terbuka punya kebiasaan merokok dalam setahun terakhir, sedangkan di tempat hiburan tertutup lebih rendah (92,35% ).

Page 41: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

41

Sebaliknya kebiasaan minum miras lebih banyak penyalahguna narkoba yang ditemui di tempat hiburan tertutup dibanding tempat hiburan terbuka.

2. Pertamakali mengkonsumsi Narkoba. Kebanyakan responden mengkonsumsi Narkoba pertama kali sudah lebih dari 5 tahun yang lalu, baik di tempat hiburan terbuka maupun tertutup. Hanya sedikit responden yang mengkonsumsi narkoba kurang dari setahun yang lalu.

3. Jenis Narkoba Pertama kali dikonsumsi. Setelah Ganja, Ecstacy cukup banyak diminati pekerja yang ditemui di lokasi hiburan tertutup.

4. Pertamakali tahu Narkoba. Umumnya, pertamakali Narkoba diperkenalkan dari teman.

5. Alasan Pertamakali Konsumsi Narkoba. Ingin coba-coba merupa-kan alasan yang paling banyak dikemukakan pekerja yang pernah mengkonsumsi narkoba.

6. Konsumsi Narkoba Bersama. Mayoritas pekerja menyalah-gunakan narkoba bersama 3-5 orang.

7. Tempat memperoleh Narkoba. Di lokasi hiburan tertutup, selain Rumah Teman, tempat mendapatkan narkoba banyak ada di tempat hiburan.

Kesimpulan 1. Sebagian besar responden berusia antara 20- 29 tahun, dengan

rentang usia mayoritas pada kelompok responden perempuan antara 20 – 24 tahun, dan laki-laki 25 – 29 tahun.

2. Dilihat dari tingkat pendidikan mereka, sebagian besar responden berpendidikan SLTA. Pada responden perempuan proporsinya (49%) lebih kecil dari pada laki-laki (56%).

3. Dari segi pekerjaan, sebagian besar responden bekerja di sektor formal (88%), hanya sebagian kecil saja yang bekerja di sektor informal (12%). Mayoritas pekerja di sektor formal ini adalah laki-laki (71%). Sementara, di sektor informal proporsinya relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan (53% laki-laki berbanding 47% perempuan).

Page 42: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 42

4. Dilihat dari penghasilannya, sebagian besar responden berpenghasilan antara 500 ribu hingga 1,5 juta rupiah, dan 59,9% menyatakan penghasilan mereka sudah mencukupi.

5. Hasil SPPN’04 menunjukkan sebagian besar (73,9%) responden

yang belum kawin mengaku kedua orang tua mereka masih hidup, dan umumnya (65,7%) orang tua mereka mempunyai kondisi ekonomi yang cukup baik, serta 47,1% adalah dari keluarga yang taat beribadah.

6. Adanya kedekatan seseorang dengan keluarga secara psikologis akan sangat membantu dalam banyak hal, termasuk dalam menghindari untuk melakukan tindakan berisiko seperti menyalahgunakan Narkoba. Sebagian besar responden yang belum kawin tinggal bersama orang tua mereka, yang berarti semestinya mereka berada di bawah kontrol orang tua. Sebagian besar (66,7%) mereka menjadikan orang tua laki-laki sebagai tempat berkeluh kesah. Preferensi tempat berkeluh kesah menunjukkan responden pria lebih suka berkeluh kesah pada ayah mereka dan wanita pada ibu mereka.

7. Di kalangan responden yang sudah kawin keharmonisan rumahtangga akan sangat mempengaruhi perilaku mereka. Suami-isteri yang sering bertengkar membuat keadaan rumah tangga menjadi tidak nyaman dan harmonis, yang pada gilirannya membuat anggota rumah tangga mencari pelarian di luar rumah atau mencari cara lain agar dirinya merasa nyaman. Hasil SPPN’04 memperlihatkan bahwa responden dengan status kawin yang sering menyampaikan masalahnya kepada pasangannya dengan yang tidak sering (kadang-kadang, jarang, atau tidak pernah) relatif tidak jauh berbeda (41% berbanding 59%). Dari segi beribadah pun sebagian besar (39,3%) responden yang sudah menikah taat beribadah.

8. Kebiasaan merokok dan minum minuman keras adalah perilaku awal yang biasanya menjadi pemicu orang mencoba Narkoba. Hasil SPPN’04 menunjukkan bahwa 94 dari 100 responden penyalahguna Narkoba adalah perokok, sementara sekitar 91 dari 100 adalah peminum minuman keras. Dari populasi responden

Page 43: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

43

yang merokok, sekitar 79% adalah laki-laki, sedangkan laki-laki yang minum minuman keras adalah sebesar 80 persen.

9. Para perokok dan peminum ini juga sudah ada yang mencoba untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut, namun sebanyak 42,1% yang merokok dan 27,5% yang minum minuman keras tidak berusaha untuk berhenti.

10. Hampir semua responden pernah mendengar tentang Narkoba terutama ganja (98,1%) dan kemudian disusul oleh shabu (92,4%). Secara umum pengetahuan tentang Narkoba antara responden laki-laki dan perempuan hampir sama. Kepopuleran ganja dan shabu hampir tidak ada bedanya baik bagi laki-laki maupun perempuan, baik yang berpendidikan rendah dan tinggi maupun bagi responden yang belum kawin, kawin dan cerai.

11. Narkoba jenis inhalan merupakan yang paling banyak (59,7%) dilihat oleh responden. Termasuk di dalam jenis ini adalah lem aica-aibon, aerosol, bensin, cat, tinner, spiritus. Jenis Narkoba berikutnya yang banyak dilihat oleh responden adalah ganja (46,1%), dan kemudian ecstacy (37,4%).

12. Jenis Narkoba yang pertama kali disalahgunakan oleh responden di tempat hiburan terbuka pada umumnya ganja dan obat penenang, sedangkan di tempat hiburan tertutup adalah ganja dan ecstacy.

13. Dari hasil SPPN 2004, terungkap pula sebanyak 14 dari 100 responden pernah menyalahgunakan Narkoba, terutama ganja. Bila dilihat menurut tempat hiburan, responden di tempat hiburan terbuka yang pernah menyalahgunakan Narkoba sebanyak 10,7 persen, sedangkan di tempat tertutup sebanyak 16,7 persen.

14. Di tempat hiburan terbuka, 10 dari 100 responden pekerja sektor formal pernah menyalahgunakan Narkoba, sedangkan pekerja sektor informal yang pernah menyalahgunakan Narkoba sedikit lebih tinggi (14 dari 100). Di tempat hiburan tertutup, pekerja formal yang pernah menyalahgunakan Narkoba sebanyak 16 dari 100. Pekerja informal 23 dari 100 yang menyalahgunakan Narkoba.

15. Penghitungan prevalensi penyalahguna Narkoba biasanya didasarkan pada jumlah penyalahguna yang setahun lalu menyalahgunakan Narkoba. Di tempat hiburan terbuka, prevalensi

Page 44: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 44

penyalahguna Narkoba adalah 4,63% dan di tempat hiburan tertutup 10,95 persen. Bila dilihat menurut kategori formal informal, prevalensi penyalahgunaan Narkoba di kalangan pekerja informal jauh lebih tinggi daripada pekerja formal di tempat hiburan tertutup (10,04% pada pekerja formal berbanding 19,17%). Sebaliknya di tempat hiburan terbuka, meski prevalensi pekerja informal juga masih lebih besar dari formal, namun perbedaannya tidak terlalu besar (4,55% pada pekerja formal berbanding 5,34% pada pekerja informal).

16. Bila waktu rujukan dipersempit menjadi sebulan yang lalu, proporsi penyalahguna Narkoba baik di tempat hiburan terbuka maupun tertutup menjadi lebih kecil lagi, yaitu 3,15% di tempat hiburan terbuka dan 8,55% di tempat hiburan tertutup.

17. Mayoritas responden penyalahguna Narkoba paling banyak berusia antara 19 hingga 39 tahun (89%). Dan hampir separuh dari responden yang pernah menyalahgunakan Narkoba tersebut mulai menyalahgunakannya 1-4 tahun yang lalu (antara tahun 2000-2003).

18. Kebiasaan merokok ternyata merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong seseorang untuk menyalahgunakan Narkoba. Ini terlihat dari besarnya proporsi responden penyalahguna Narkoba yang sering merokok (86,3% di tempat hiburan terbuka dan 78,0% di tempat hiburan tertutup). Hal ini juga diperlihatkan oleh penyalahguna dari kalangan pekerja formal maupun informal (79,9% pekerja formal dan 80,3% pekerja informal sering merokok).

19. Kebiasaan minum miras ternyata tidak selalu punya kaitan dengan penyalahgunaan Narkoba di kalangan pekerja formal maupun informal. Ini terlihat dari besarnya persentase penyalahguna Narkoba yang sering minum miras hanya 33,1% di tempat terbuka, dan 38,4% di tempat tertutup.

20. Kesibukan di tempat bekerja yang semula diduga dapat mendorong orang menjadi stress dan kemudian mencari pelarian lewat Narkoba ternyata tidak terbukti dalam SPPN 2004. Ini terlihat dari besarnya persentase pekerja penyalahguna Narkoba yang kesibukannya di tempat bekerja biasa saja (66,9% di tempat hiburan terbuka dan 68,5 di tempat hiburan tertutup). Hal yang

Page 45: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

45

sama juga terlihat bila responden dipilah menurut sektor formal-informal.

21. Demikian juga halnya dengan kondisi lingkungan kerja. Faktor ini juga ternyata tidak mempengaruhi responden pekerja untuk menyalahgunakan Narkoba. Ini terlihat dari besarnya persentase responden, baik di tempat hiburan terbuka maupun tertutup atau formal-informal, yang menyalahgunakan Narkoba yang lingkungan kerjanya biasa saja, bahkan menyenangkan.

22. Paling sedikit 6,6% pekerja pernah memberikan Narkoba kepada orang lain, dan 17,3% dari jumlah tersebut pernah menerima bayaran (menjual). Di tempat terbuka, 4% pekerja melakukan hal yang sama dan seperempat dari jumlah tersebut menarik bayaran waktu memberikan Narkoba. Di tempat tertutup, ada 8,5% yang pernah memberikan Narkoba kepada orang lain, dan dari jumlah tersebut seperdelapannya pernah menerima bayaran.

23. Di tempat hiburan terbuka, 45,6% penyalahguna pernah memberikan Narkoba kepada orang lain, dan 32% diantaranya menerima bayaran. Di tempat hiburan tertutup, 45,9% penyalahguna pernah memberikan Narkoba kepada orang lain, dan 15,6% diantaranya menerima bayaran. Hal ini menunujukkan adanya kegiatan peredaran Narkoba di kalangan pekerja yang patut untuk diwaspadai.

24. Sebagian besar (98%) penyalahguna Narkoba melakukannnya secara bersama-sama. Rumah teman merupakan tempat yag paling mereka sukai, selain tempat hiburan. Ini berlaku baik pada pekerja formal maupun informal dan pada responden di tempat hiburan terbuka atau tertutup.

25. Dari runtut gambaran di atas, nampak bahwa fenomena penyalahgunaan yang diperlihatkan oleh pekerja di tempat hiburan terbuka (prevalensi 4,63%), berdasarkan pengamatan lebih mewakili gambaran sesungguhnya dari penyalahguna Narkoba di masyarakat secara umum. Oleh karena itu pengukuran besaran atau prevalensi akan lebih relevan bila merujuk pada fenomena yang ditunjukkan oleh adanya penyalahgunaan Narkoba pada responden pekerja yang ditemui di tempat hiburan terbuka.

Page 46: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 46

26. Berdasarkan asumsi bahwa gambaran penyalahguna Narkoba di tempat hiburan terbuka mencerminkan penyalahguna Narkoba pada masyarakat secara umum, maka dari sekitar 93,7 juta penduduk yang bekerja (Sakernas 2004, BPS) dengan prevalensi 4,63% , diperkirakan terdapat 3,3 juta pekerja yang menyalahgunakan Narkoba, atau sebesar 1,53% dari total penduduk Indonesia.

27. Sedangkan di tempat hiburan tertutup, kecenderungan penyalahguna Narkoba lebih tinggi (prevalensi 10.95%), karena suasana tempat hiburan yang tertutup, seringkali cenderung remang-remang dan lingkungan suasana pengunjung yang lebih vulgar, maka umumnya mereka datang dengan kecenderungan yang lebih tinggi untuk menyalahgunakan barang tersebut, terutama jenis ATS (Amphetamine Type Stimulan) seperti ecstacy, shabu, dan turunannya (misalnya MDMA, MDA, MDEA), walaupun kesimpulan ini masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Saran Penelitian Dari beberapa kesimpulan yang disampaikan di atas, ada

beberapa hal yang diusulkan untuk dapat dijadikan sebagai upaya aksi. 1. Fenomena banyaknya pekerja penyalahguna di kalangan muda

usia, perlu mendapat terapi yang tepat sesuai perilaku kalangan usia itu. Sosialisasi yang mudah dimengerti dan upaya persuasi yang intensif perlu digalakkan. Cara represif hanya akan merugikan banyak pihak dan berdampak kronik pada penyalahguna dan masyarakat di sekitarnya.

2. Upaya-upaya pencegahan pada berbagai kelompok sasaran seperti kalangan pekerja, remaja/pelajar/pemuda/mahasiswa, rumah tangga, TNI/POLRI, dan orang-orang yang tak berpenghasilan perlu disusun secara seksama, sistimatis, dan berkelanjutan agar Narkoba tidak sampai mencengkeram denyut hidup masyarakat. Untuk itu koordinasi, komunikasi, informasi perlu dibangun, dipelihara, dikembangkan dan digunakan secara optimal.

Page 47: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

47

3. Meski tekanan suasana di lingkungan kerja dan hubungan dengan teman sekerja tidak terbukti mendorong seseorang menyalahgunakan Narkoba, namun suasana yang harmonis dan nyaman perlu dibangun dan dipelihara agar tekanan menjadi berkurang dan hubungan terjalin hangat, harmonis dengan dibekali informasi yang jelas tentang bahaya dan ancaman Narkoba kepada mereka.

4. Kebiasaan merokok dan minum miras memang belum pernah dibuktikan berpengaruh secara langsung terhadap perilaku seseorang untuk menyalahgunakan Narkoba. Namun dari hasil kesimpulan penelitian ini, yaitu kebiasaan merokok ternyata merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong seseorang menyalahgunakan Narkoba, maka sebaiknya peredaran dan perilaku penggunan kedua barang berbahaya (rokok dan miras) ini perlu diatur dan diawasi dengan ketat. Termasuk pemasangan iklan-iklan rokok yang berdekatan dengan konsentrasi remaja seperti sekolah-sekolah atau perguruan tinggi. Peraturan tentang tidak boleh merokok di tempat-tempat umum yang akan dikeluarkan Pemerintah DKI Jakarta merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk mengawasi cara penggunaan barang tersebut. Ketegasan sikap aparat dalam menegakkan hukum guna menangani masalah miras harus dijaga terus momentumnya, penutupan tempat-tempat yang tidak sepantasnya menjual barang tersebut harus dilakukan secara konsisten dan tanpa pandang bulu.

5. Penyediaan basis data yang memadai bagi penyusunan kebijakan penanggulangan Narkoba yang holistik (terpadu, komprehensif, efisien, dan efektif) perlu terus dilakukan dan secara paralel optimalisasi pemanfaatan data yang tersedia juga perlu dilakukan. Untuk itu tidak saja perlu dilakukan berbagai penelitian/survei, baik yang baru maupun yang bermanfaat untuk menjaga series dari data yang ada (data pemantauan), tetapi juga pelatihan cara penggunaan data yang ada, termasuk cara memadukan (merging) antara satu hasil penelitian/survei dengan hasil penelitian/survei yang lain.

6. Meski tidak mencolok, proporsi para pekerja dan pekerja penyalahguna yang memberikan Narkoba pada orang lain dengan

Page 48: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 48

cara menerima bayaran (menjual), merupakan informasi berharga yang perlu segera diantisipasi. Oleh karena itu, upaya memutus jalur peredaran perlu terus diintensifkan dengan lebih mengefektifkan upaya inteligen baik di dalam maupun di luar negeri, meningkatkan kerjasama antara POLRI dan TNI untuk menghadang masuknya Narkoba dari luar Indonesia, dan memberikan bekal pada masyarakat, perusahaan, dan aparat terkait berupa informasi bahaya Narkoba dan cara-cara menangkalnya.

DAFTAR PUSTAKA

ASEAN. 1999. Workshop on ASEAN Community Awareness “ The Drug Problem in Regvion. Bandung

Bakolak INpres 6/1971. 1988. Comprehenssive – Multidisciplinary Outline. Terjemahan Depsos UNDP. Jakarta

Depkes. 2000. Informasi Penanggulangan Narkoba secara Terpadu : Pedoman Bagi Keluarga. Jakarta : Depkes

______. 2001. Pencegahan Penyalahgunaan Napza di Kalangan Remaja. Jakarta : Depkes

Martha,Evi, et. Al. 2003. Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Pelajar SMU terhadap Narkoba (Studi : di SMU Jakarta Timur). Jakarta : BNN

National Narcoticvs Board. 2003. Indonesia Country Profile on Drugs 2003 :”Problem situation and National Drug Control Strategies”. Jakarta : BNN

Pickvance, C.G. 1980. Urban Sociology. Britain : Tavistock Publication Rubington, Earl. Et .al. 1995. The study of social Problems : seven Perspective.

Britain : Oxford University Press United Nation. 2003. Global Illicit Drug Trends 2003. New York : United Nation

Page 49: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

49

LAMPIRAN

DASAWARSA (1994-2004) PENELITIAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN

GELAP NARKOBA DI INDONESIA

(Dari Berbagai Laporan Hasil Penelitian di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia)

Abidyafi, Pambant. 2000. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Tentang Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya Pada Siswa Enam Sekolah Menengah umum di Jakarta Pusat, Skripsi: FKM-UI

Achmad, Saefurachman. 2001. Diskresi Kepolisian dalam Penyidikan Tindak Pidana Narkoba di Wilayah POLDA Metro Jaya, Jakarta: Tesis Program Studi Kajian Ilmu Kepolisian, Program Pasca Sarjana

Adi, I. R. 1994. Determinan Perilaku Pengguna Zat (Studi Cross-sectional Pada 10 SMA di DKI dan RSKO) (Tesis). Depok: Kesehatan Masyarakat, UI

Adinugroho, Muki. 2001. Kodependensi Pada Wanita Dewasa Muda Yang Mempunyai Pasangan Penyalahguna Narkoba (Sebuah Tinjauan Harga-Diri Pada Lima Subyek). Sarjana. Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Adnan, Marry H. B. 1999. AIDS dan Wanita Pemakai Narkotika di Malaysia Ditinjau dari Aspek Sosial. Tugas Akhir, Kedokteran, Universitas Brawijaya.

Afiati, Devi V. 2003. Keadaan Psikis bagi penderita paska ketergantungan narkotika, psikotropika, zat adiktif (napza) dan obat-obatan berbahaya (studi tentang peran pada pemulihan DOULOS di kecamatan Prigen kabupaten Pasuruan). Skripsi., Fakultas Ushuludin, Jurusan Perbandingan Agama, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Aisyah, Dewi. 1995. Studi Terapi Keagamaan (Islam) Versi Pondok Pesantren Suryalaya Pada Remaja Penyalahgunaan Obat Psikoaktif .Skripsi. Fakultas Psikologi. UNISBA. Bandung.

AI Muttaki, Sofyan T. 2001. Upaya POLR1 Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika Di Kalangan Remaja. Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Amelia, Y. 2001. Kontrol Sosial Terhadap Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika: Kasus Main Hakim Sendiri oleh Massa (Tugas Karya Akhir). Depok: Kriminologi, UI

Page 50: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 50

Amir, Nurmiati, 1999. Faktor-faktor yang berperan pada ketergantungan Opioid, Pokdisus AIDS FKUI/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jiwa, Tinjauan Kepustakaan (Jiwa, Indon Psychiat Quart 2000 : XXXIII : 3 )

Anggraini, Fibriana. 2001. Perbedaan Agresivitas Remaja yang Menggunakan Narkoba dan Remaja yang Tidak menggunakan Narkoba. Skripsi, Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Anhar, S, 1999. Faktor-faktor di Dalam Keluarga yang Membuat Remaja Tidak Menyalahgunakan Obat di Dalam Kelompok Bermain Penyalahguna Obat dan Narkotika (Studi Kasus Pada Tiga Mahasiswa FISIP UI) (Skripsi). Depok: Ilmu Kesejahteraan Sosial, UI

Anjarini, Irma. 2001. Dampak Psikologis Lamanya Menjalani Sanksi Pidana Dikaitkan Dengan Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Terhadap Pelaku Kejahatan Narkoba (Studi di.Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita, Malang). Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Malang.

Anjarwati, Ema. 2003. Sosialisasi Nilai Islam Kepada Santri Khusus (Pecandu Narkotik) di Pondok: Pesantren Daarut tauhid Geger Kolong Gilang Kota Bandung.. Skripsi. Jurusan Antropologi; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Annisa, Nurul. 2000.Komunikasi Orangtua-Remaja Dalam Mendukung Munculnya Perilaku Asertif (Studi Kualitatif Pada Remaja Pengguna Narkoba).Skripsi,Fakultas Psikologi,Universitas Indonesia, Jakarta.

Anny, Psikodinamika, 2002, Kasus Adiksi Pada Remaja Pecandu NAZA, Skripsi: F- Psikologi UIN Jakarta.

Askariyani, 2001, Konflik Antar-Pribadi. dalam Keluarga, Tesis: Ilmu Komunikasi FISIP-UI

Badan Penelitian Dan Pengembangan Sosial.1992/1993. Penelitian Evaluatif Tentang Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika Melalui Sistem Panti. Laporan Penelitian, Departemen Sosial RI.Jakarta.

Bahransyaf, Daud. 2003, Profil Institusi Penyelenggara Rehabilitasi Sosial Bagi Peyalahgunaan NAZA di Jawa Barat, Jawa Timur; Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung dan Bali, Balatbangsos Departemen Sosial.

Bariroh. 2001. Suami Pecandu Narkoba Sebagai Alasan Cerai Gugat (Study Kasus di Pengadilan Agama Surabaya). Skripsi., Fakultas Syari'ah) urusan Ahwal AI Syahshiyah, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Budisantoso, Dyah Pitaloka. 2003. Studi Kasus Tentang Latar Belakang Kehidupan dan Perilaku Penyalahguna Serta Pengedar NAPZA Sarjana. Skripsi, Fakultas, Psikologi, UPIYAI,Jakarta.

Christianingrum, F. 2002. Penerapan Pendekatan Therapeutic Community Pada Program Rehabilitasi Remja Korban Penyalahguna NAPZ4 (Studi

Page 51: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

51

Deskriptif pada Yayasan Titihan Respati Periode 2000-2001 ), 2002. Depok: Ilmu Kesejahteraan Sosial, UI.

Page 52: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 52

Dahlan, Hanafi. 2002. Penelitian Korelasi Antara Pemberdayaan Keluarga Dengan Pencegahan Bahya Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Anak Remaja di Bandung. Laporan Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta.

Darmini. 2001. Pemahaman Dan sikap Remaja Tentang Penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) (Studi Korelasi di Kelurahan Pengadegan & Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan). Sarjana.Skripsi,Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.

Desembriartista, Yacintha E., ed 2000. Laporan Evaluasi Program Pencegahan HIV / AIDS melalui Program Intervensi. dan Penelitian Terintegrasipada Pengguna Substansi melalui Prinsip Penurunan Resiko di Denpasar dan Kuta, Bali - Indonesia. Laporan Penelitian Evaluasi Program. Yayasan Hatihati. Denpasar

Devi,Reni Renia.2001. Sikap Remaja Terhadap Penyalahgunaan Narkoba di Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis (Studi Perbandingan Sikap Remaja Pemakai Narkoba Dengan Sikap Remaja Bukan Pemakai Narkoba). Skripsi. Progam Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Dewi, Eva S. 2000. Sumber Informasi Pengetahuan dan Penggunaan Narkoba di Kalangan Remaja Pengguna Narkoba kota Surabaya. Skripsi., Fakultas IImu Sosial IImu Politik Universitas Airlangga.

Dewi, Ni Made Rai Budi Astri. 2003. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Konsumsi Alkohol pada RemaJa Laki-Laki di Banjar Dukuh Moncos, Desa Sobangan Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Laporan Penelitian. Jurusan IImu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.

Dewi, Sr. K. 2003. Strategi NGO (Non Government Organization) dalam Menjalankan Kampanye Anti Narkoba (Studi Kasus : NGO Anti Narkoba -Yayasan Cinta Anak Bangsa) (Skripsi). Depok: Sosiologi, UI.

Dudi Akasyah. 2002. ’'Proses Kakak Beradik Terlibat dalam Penyalahgunaan Narkotika" Studi Kasus ; Terhadap Keluarga Sani di Kelurahan Borju Atas Jakarla Selatan. Tesis: FISIP UI

Dwi Prasetyo Wiranto. 1998. Peran Kepolisian dalam Mewujudkan Sistem Peradilan Pidana yang Tepadu: Studi terhadap Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Pidana Narkortika dan Psikotropika. Tesis: Depok, FH-UI.

Emelia S. J. 2002. Motivasi Remaja Menghentikan atau Menggunakan Narkotika Kembali Setelah Selesai Menjalani Pemulihan di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (Studi Kasus terhadap Dua Orang Pecandu Narkotika) (Skripsi). Depok:Antropologi, UI.

Page 53: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

53

Endang Warsiki., et al. 2001. Penelitian Kajian Faktor Dominan Penggunaan NAPZA Pada Siswa SMP Kecamatan Gubeng Surabaya. Laporan Penelitian, Universitas Airlangga.

Endrasakti, Iwan H. 1999. Studi Tentang Penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Berkaitan Dengan Adanya Perbedaan Putusan Hakim Pidana Dalam Kasus Ekstasi Di Pengadilan Negeri Surabaya. Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember .

Erfrid H. P. T. 2002. Pelatihan Penggerak Pendidikan Kelompok Sebaya: Suatu Upaya Preventif Terhadap Bahaya Narkoba dan HIV/AIDS (Skripsi). Depok: Kesejahteraan Sosial, UI

Fakhrurozi, Hatta. 2002. Pendekatan Psikoterapi Islami sebagai Terapi Alternatif bagi Kesembuhan Pecandu NAPZA di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya. Skripsi., Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Faridah. 1995. Pemahaman Ajaran Islam Mengenai Khamr Dengan Tindak Penyalahgunaan Obat dan Narkotika(Suatu Studi Korelasi di Panti Pamardi Putra Khusnul Khotimah Serpong Tangerang). Skripsi: UNJ

Fauziyah, Ummu. 2003. Pengaruh Bimbingan Konseling Agama dalam Merehabilitir Tingkah Laku Pecandu Narkoba di Pusat Rehabilitasi Sosial Pondok Pesantren KH. Achmad Bardhowi Desa Bulu Kandang Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Skripsi., Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Ferial. 2003. Gambaran Tindakan Penyalahgunaan Narkoba dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyalahgunaan Narkoba Pada Pelajar SMU Swasta di Jakarta Selatan tahun 2003, Skripsi: FKM-UI

Firgiyanto, Alrfan. 2001. Perilaku Remaja Penyalahguna Narkotika Alkohol dan Zat Adiktif (Studi Kasus di Keluahqn Sumbersari, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember). Skripsi., Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Negeri Jember.

Fitriansyah, E. 1999. Komunikasi yang Efektif dalam Keluarga Mendukung Kesembuhan Remaja Korban Penyalahgunaan Narkotika (Tugas Karya Akhir). Depok: Ilmu Kesejahteraan Sosial, UI

Floranita, Rustini. 2002. Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai NAPZA Pada Murid-murid SMU Marsudirini Kemang Pratama Bekasi Tahun 2002, Skripsi: FKM-UI

Ford, Katheleen. et.al.. 2003. AIDS knowledge, experience with drug use, and sexual risk behaviors of drug users in Bali, Indonesia. Laporan Penelitian

Gunawan, Rianty. 2000. Perbedaan Dukungan Sosial Antara Kelompok Remaja Pemakai Zat Psikoaktif Yang Sudah Sembuh Dengan Kelompok Remaja

Page 54: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 54

Pemakai Zat Psikoaktif Tetapi Kembali Lagi Memakai .Skripsi,Fakultas Psikologi (FP), UNlKA Atma Jaya,Jakarta.

Gutomo, T. 2002. Hukuman Mati Bagi Pelaku Kejahatan Narkotika (Tugas Karya Akhir). Depok: Kriminologi, UI

Hamdi, Miftahul. 2000. Penyalahgunaan NAZA Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Skripsi Jurusan AI-Ahwal Asy-Syakhyiah Fakultas Syariah IAIN "Syarif Hidayatullah" Jakarta.

Handayani, Irmayati. 2000. Gambaran Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja (Suatu Survei Pada Salah Satu SMU di Kota Bandung). Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Bandung.

Hanifa. 2003. Tinjauan Pelaksanaan Upaya Anti NAPZA Dinas Kesehatan Kota Depok, Skripsi: FKM-UI

Hartanto, Yoyok Dwi. 2002. Tanggapan Orang Tua Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Oleh Remaja di Kelurahan Dago, Kecamatan Cokglong, Bandung. Tugas Karya Akhir. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung.

Hartoyo, Garno. 2003. Peran Orang Tua dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika pada Remaja, Skripsi: Jurusan Kesejahteraan Sosial, IlSIP Jakarta.

Haryanto. 1993. Terapi Agama Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkotika di Inabah Pondok Pesantren Suryalaya (Suatu Telaah Teoritis). Laporan Penelitian. Fakultas Psikologi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hasanah, Siti Umairoh. 2001. Studi Perbandingan Penyalahgunaan Narkotika Pada Remaja Dari Ibu Yang Berprofesi Sebagi Wanita Karier Dengan Ibu Yang Berprofesi Sebagai Ibu Rumah Tangga Di Empat Tempat Rehabilitasi Di Jakarta Dan Bogor, Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Persada

Hasturi, Dina A. K. 2001. Konflik pada Remaja Pengguna Obat-Obatan Terlarang, Skripsi., Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Hasturi, Utami Mari.1999. Hubungan Pemahaman Tentang Undang-Undang Narkotika Terhadap Penyalahgunaan Obat Terlarang (pada Remaja Di Pamardi Siwi Polda Metro Jaya).Sarjana.Skripsi,Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Jakarta.

Hayati, Nur. 2000. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Penyalahgunaan Narkotika menurut Hukum Islam dan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 (Studi Komparasi). Skripsi., Fakultas Syari'ah Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Hayari, Sri., Suparto Wijoyo, dan Sri Winarsi. 2000. Penegakkan Hukum Terhadap Kasus Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika di Jawa Timur: Skripsi

Page 55: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

55

Sri Hayati, Suparto Wijoyo, Sri Winarsi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Hayuningtyas, Santi. 1997. Studi Korelasi Antara Konformitas Kelompok dengan Intensi Pengguna Ekstasi pada Remaja. Skripsi., Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Heldalena. 2000. Upaya Tokoh Masyarakat Dalam Menanggulangi Masalah Narkotika di Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Cicadas, Bandung. Tugas Karya Akhir. Sekolah Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bandung.

Hendra, Tjong. 2001. Studi Kasus Aspek Psikologis Gangguan Jiwa Schizoprenia dengan Riwayat Ketergantungan NAZA di Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor, Skripsi: Psikologi y AI

Herlina. 2001. Gambaran Klinis Dan Laboratorium Penderita HIV / A1DS Pengguna Narkotika Suntik ;Dan Non Narkotika Suntik Di RSPI Proj.DR Sulianti Saroso, Skripsi:. FKM-UI

Hermanto, Beny. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika oleh Polresta Malang. Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Hermawan, Asep Rochman. 2001. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Remaja Melakukan Penyalahgunaan Narkotika di Pondok Remaja Inabah XV Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Tugas Karya Akhir. Sekolah Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bandung.

Holiludin. 2000. Penyalahgunaan Narkotika Oleh Remaja dan Upaya Penanggulangannya (Studi di Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika Inabah Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya). Skripsi. Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Brawijaya. Malang.

Hutauruk, Indah Sari.2000. Gambaran Harga Diri Remaja Penyalahguna Narkoba Dibandingkan Dengan Teman Sebaya Yang Bukan Penyalahguna Narkoba. Skripsi,Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia,J akarta.

Huwai, Sari.1998. Pengaruh Terapi Kelompok Terhadap Kecenderungan Perilaku Agresif Pada Remaja Penghuni Rumwatik Pamardi Siwii Cawang;Jakarta Timur. Sarjana.Skripsi,Fakultas Psikologi, UPI y AI,Jakarta.

Ikawati dan Akhmad Pumama.1998. Penelitian Diagnostik tentang Perbedaan Sikap Orang Tua terhadap Tingkah Laku Agresif pada Kelompok Remaja Narkoba dan Kelompok Remaja Bukan Narkoba, Laporan Penelitian: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI Yogyakarta.

Imron, M. Saiful. 2003. Peran Serta Masyarakat dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika (Studi di Yayasan Kanker dan Narkoba Cahaya Alam {YKNCA) Kraksan-Probolinggo). -Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Page 56: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 56

Indiarto, Aris Hadi. 2002.Gambaran Pengguna Narkoha Suntik Menurut Variabel Orang, Tempat, Waktu dan Beberapa perilaku Beresiko di RSKG Jakart 2002. Skripsi: FKM-UI.

Indrawati Victoria, 2000. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Beresiko Terinfeksi HIV Pada Pengguna Narkotika Suntik Di Jakarla (Analisis data survey perilaku 2000). Skripsi: FKM- UI.

Indrawati, Lilik. 2002. Faktor Penyebab dan Upaya Kepolisian Dalam Menanggulangi Masalah Narkoba di Kalangan Remaja. Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Intoyo, Eko Rinto. 2002. Pentingnya Putusan Rehabilitasi bagi Pecandu Narkotika dan Psikotropika yang Melawan Hukum: Suatu Studi tentang Penerapan Pasal 4J UU No.5 Tahun 1997 tentang Narkotika di Pengadilan Negeri Surabaya dan Pengadilan Negeri Malang. Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Irwanto (Tim PKPM Unika ATMA JAYA).200I. Rapid Assessment And Response Pemakai Narkoha Suntik (idu-rar). Laporan Penelitian, PKPM Unika Atma Jaya bekerja sama dengan Indonesia HIV / AIDS Prevention and Care Project (AusAID), HIV / AIDS Prevention Project- Family Health International (USAID), The World Health Organization, UNAIDS, The Ford Foundation, Program for Appropriate Technology in Health (PATH), Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Jakarta.

Iskandarsyah, G. 2002. Penegakan Hukum oleh Kepolisian dalam Kasus Penyalahgunaan Narkotika di Kalangan Pelajar (Tugas Karya Akhir). Depok: Kriminologi, UI

Ismelina, Milla FR, SH dan Liya Sukma Mulia, SH. 1994. Latar Belakang Penyalahgunaan dan Upaya Penanggulangan Korban Penyalahgunaan Narkotika di Sasana Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika Lembang, Bandung. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat. UNISBA. Bandung.

Israwati, I. 1995. Penerapan Konseling Kelompok Pendekatan Asertif pada Respon para Remaja Penyalahguna Zat Adiktif untuk Mengatasi Tekanan Teman Kelompok l!mu (Studi Deskriptif pada Rumah Sakit Ketergantungan Ghat, Cilandak. Jakarta) (Skripsi). Depok: IImu Kesejahteraan Sosial, UI

Jannah, Fathul. 2001. Fungsi Akhlakul Karimah Generasi Muda Dalam Menanggulangi Narkoba. Skripsi., Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Jolando,. A. 2001. Kontrol Sosial dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba (Tugas Karya Akhir). Depok: KrimiI!ologi, UI

Kamayani, Ni Made Duwi Putri. 2000. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Di Wjlayah Hukum Badung-Bali. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Page 57: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

57

Krismahadi, Y 2001. Pengaruh Peer Group Terhadap Kecenderungan Perilaku Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja (Skripsi). Depok: Sosiologi, UI

Kristanti, Ch. M., et.al. 1998. Perilaku Merokok dan Minum Alkohol pada Remaja di Propinsi Jawa Barat dan Balj 1995. Jumal Epidemiologi Indonesia 2 (3) : 35- 42.

Kumalawati, Herdia. 2000, Penyalahgunaan Obat-Obat Psjkotropjka di Kalangan Para Remaja dan Upaya Penanggulangannya (Suatu Studi Kasus Pendekatan Sosial dan Kriminologis di Polresta Malang). Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Kuntjorowati, Elli. 2001. Penelitian Deskriptif tentang Kelompok Terapy Karang Taruna Dalam Menangulangj Penyalahgunaan Narkoba, Laporan buku B2P3KS BXII-2M-01-20, Badan Kesejahteran Sosial Nasional , Yogyakarta

Kumia, Widiasih. 2001. Proses Rehabilitasi Sosial bagi Remaja Penyalahguna Obat dan Narkotika di Panti Sosial Pamardi Putra '.Khusnul Khotimah", Skripsi: Kesejahteraan Sosial, IISIP Jakarta.

Kumiati, Tien. 2001. Tanggapan Remaja Eks Korban Penyalahgunaan Narkotika Terhadap Kegiatan Pembinaan Mental di Pondok Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Tugas Karya Akhir. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung.

Kustiyah dan M.Sadeli. 1994. Penelitian Tentang Penerapan Ketrampilan Teknis Rehabilitasi Sosial Bekas Korban Penyalahgunaan Narkotika Dan Obat Terlarang "Marga Mulya di Lembang, Bandung .Laporan Penelitian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial. Bandung.

Kuswanto, Eko D. 1996. Dasar-Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan pidana Terhadap Pemakai Narkotika di Wilayah Yuridiksi Pengadilan Negeri Jember dikaitkan dengan Pasal 23 Ayat 7 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 (Studi Kasus Perkara No. 144/Pid.B/1987/ PN.Jr). Skripsi., Fakultas Hukum Uniyersitas Negeri Jember.

Layyinah. 2001. Konsep Diri Remaja Pengguna Narkoba, Skripsi: Psikologi UIN Jakarta

Lestari, Nuraini I. 2001. Dampak Ketergantungan Pengguna Narkoba Terhadap Dorongan Untuk Melakukan Kejahatan (Studi Di Polresta Malang). Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Listyawati Andayani. 2002. Penyalahgunaan Narkoba pada generasi muda dan upaya rehabilitasinya, (Pusat Penelitian Permasalahan Sosia, Balatbangsos Volume 7, No.2Juni 2002 ISSN1410-0355 )

Page 58: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 58

Lutuedo, Ivvone. 2000. Persepsi Remaja Eks Ketergantungan Obat Terhadap Proses Rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra "Galih Pakuan" Kabupaten Bogor Jawa Barat.. Tugas Karya Akhir, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.Bandung.

Madyoningrum, Sugeanti. 2002. Remaja Pengguna Narkoba: Studi Deskriptif tentang Pola dan Proses Penggunaan Narkoba serta Peran Kelompok Sebaya (Peer Group) Pengguna Narkoba di Kalangan Remaja Kota Surabaya. Skripsi Sosiologi, Universitas Airlangga.

Maesaroh, Cucu.2002. Pelaksanaan Konseling Pada Proses Rehabilitasi Sosial Klien Penyalahgunaan Napza, Studi Deskriptif Pada Panti Sosial Pamardi Putra 'Galih Pakuan', Kabupaten Bogor .Magister Sains (M.Si). Tesis,Kekhususan Ilmu Kesejahteraan Sosial UI. Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia, Jakarta.

Mahdayuni, Noorin, Prametty. 2000. Penyesuaian Diri Orang Tua Terhadap Anak Yang Menderita Ketergantungan NAPZA dan Persepsi Anak Tentang Proses Penyesuaiaan Diri Tersebut (Studi Kasus di Yayasan Titihan Respati), Skripsi: FKM-UI .

Mahmuda., et al. 2001. Penyusunan Pola Dasar Pengembangan Sistem R/R Bagi Semua Unit Pelayanan dan Individu. Laporan Penelitian, Universitas Airlangga.

Mamat. 2000. Pengetahuan dan Sikap Terhadap Narkoba Siswa Kelas III SMUN 2 dan SMUN 4, Kecamatan Karawang di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok

Marina.2001. Hubungan antara Tipe Kepribadian Intraver-Ekstravert dan Tingkah Laku Penyalahguna Heroin Pada Remaja (Studi Kasus SMUN 6 Jakarta dan Pusat Rehabilitasi Yayasan Titian Respati).Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Bandung.

Mario, Semen Gerald. 2002. Hubungan Antara Psikopatologi dan Relasi Keluarga dengan Derajat Keparahan Penyalahgunaan Zat pada Remaja, Tesis : Bagian Kedokteran Jiwa, FK-UI

Marlina, Mia. 2002. Hubungan Antara Metode Koersif Yang Dilakukan Kyai Pesantra Suryalaya Dengan Perubahan Perilaku Pengguna Obat Terlarang Dalam Menaati Peraturan Pondok Pesantren. Skripsi. Fakultas Komunikasj. UNISBA. Bandung.

Marlina, Linda. 1999. Karakteristik Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif lainnya di Panti Rehabilitasi Suryalaya Inaba VI Bandung. Skripsi, Fakultas Kedokteran. Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Bandung.

Mastha, Hanik. 2002. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Pemidanaan Terhadap Kasus Narkotika dan Psikotropika (Studi di

Page 59: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

59

Pengadilan Negeri Malang). Skripsi., Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya.

Meirawati, Dian. 2000. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika (Studi di Unit Ketergantungan Ghat di RS. Wikarta Mandala, Pujon Malang). Skripsi., Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya.

Meitania, Lida N. 2002. Perbandingan Tingkat Kejahatan Narkotika Antara Berlakunya Undangan-Undang No.9 tahun 1976 dengan Undang-Undang No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Merati, Tuti Parwati dan Nyoman Sutarka. 2000. Infeksi HIV pada Pengguna Narkotika Intravena di RSUP Sanglah, Denpasar. Laporan Penelitian

Muda, Iskandar. 2003. Sistem Koordinasi Profesi dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat, Skripsi: Jurusan Kesejahteraan Sosial, IISIP Jakarta

Muhlisa. 2001. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Penyalahgunaan NAPZA di Kalangan Remaja ‘Gaul' Blok M, Skripsi: FKM-UI.

Mukharom, Y. 2001. Peranan Keluarga Dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak (Karya Akhir). Depok: Kriminalogi, UI

Mulyanti, Mufida. 2001. Hubungan antara Terpaan Informasi Narkoba di Media Cetak dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Mengenai Narkoba. Skripsi., Fakultas llmu Sosial Ilmu Politik Universitas Airlangga.

Murtono, T. A. 2001. Mencegah Penyalahgunaan Narkotika Melalui Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama dalam Keluarga (Skripsi). Depok: Kriminologi, UI

Nada, I.K. Wibawa, dan Zul Iskandar. 2003. Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMU terhadap Narkoba di SMU 1 Kerambitan Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar .

Nafi'udin. 2000. Hukuman Penyalahgunaan Narkoba (Studi Komparatif Hukum Islam dan Hukum Positif). Skripsi., Fakultas Syariah Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Naksabani, D. 2002. Peran Hakim Dalam Memutuskan Kasus Peredaran Narkotika Sebagai Bentuk Kontrol Formal (Tugas Karya Akhir). Depok: Krimiologi, UI

Nasronudin. Tingkat Pengetahuan Petugas Rumah Sakit terhadap Universal Precaution HIV/AIDS Pengguna NAPZA. Laporan Penelitian, Universitas Airlangga. 2001.

Page 60: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 60

Nasronudin., et al,. 2001. Pencegahan Sekunder Infeksi Oprtunistik Penderita HIV/AIDS Pengguna NAPZ4 Intravena di RSUD Dr: Soetomo. Laporan Penelitian, Universitas Airlangga;

Nasronudin.Risiko Terjadinya Infeksi HIV / AIDS dan Infeksi lain pada Pengguna NAPZA lntravena. Laporan Penelitian, Universitas Airlangga. 2001

Nautila, Y. 0. 2001. Efektifitas Pembinaan Remaja Pemakai Narkotika (pengamatan pada 'X' dan IY" sebagai Remaja yang telah Menjalani Program Rehabilitasi) (Skripsi). Depok: Kriminologi, UI.

Nilasari, Nunki. 2001. Perbedaan Harga Diri Pada Remaja Laki-I..aki Penderita Penyalahguna Naza Yang Mendapat Dinamika Kelompok Dengan Yang Tidak Di Rumwattik Pamardi Siwi Jakarta.Sarjana.Skripsi,Fakultas Psikologi, UPI Y AI, Jakarta.

Nur Qomariyah. 2002. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Motivasi Untuk Sembuh Pada Pasien Penyalahgunaan Obat Di Pamardi Siwi Jakarta, Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonsia

Nur, Amirul M. 1995. Penyalahgunaan Hak Imunitas oleh Agen Diplomatik Studi Kasus Penyelundupan Obat Terlarang oleh Agen Cotps Diplomatik Amerika Serikat di Indonesia. Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Nuraini, Gadis. 2002. Sikap Siswa SLTP LB E Terhadap Penggunaan Narkotika (suatu survey di SLTP LB E Handayani di Jakarta Timur), Skripsi: UNJ.

Nurhadiyanto, Devi. 2003. Pengaruh Penyalahgunaan Narkotika terhadap Peningkatan Angka Kejahatan Di Kota Malang (Studi di Mapolresta Malang). Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Nurhasanah, Ai. 2002. Penyalahgunaan Narkotika Pada Remaja (Suatu survey Pada Pengguna Narkotika di Dinas Rehabilitasi penyalahgunaan Narkotika Rumwattik Pamardi Siwi Polda Metro Jaya). Sarjana.Skripsi,Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.

Nurhayati. 1998. Gambaran Karakteristik Penderita Penyalahgunaan Obat Di Rumah Perawatan Anak Nakal Dan Penyalahgunaan Narkotika Pamardisiwi Jakarta, Skripsi: FKM UI

Nuriana, Yuni. 2002. Pidana Mati Terhadap Pengedar Narkoba (Studi Kasus Telaah Antara Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997). Skripsi., Fakultas Syariah Jurusan Syari'ah Jinayah, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Nurma. 2001. Pengaruh Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Tindak Kejahatan Perkosaan Yang Dilakukan Remaja (Studi Kasus di Wilayah Hukum Polsek, Cikupa). Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 61: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

61

Octaviani, S. 2002. Terapi Penanganan Pecandu Narkotika Dengan Pendekatan Mediko- Psiko-Sosial (Studi Kasus pada Paguyuban Asuhan Naltrekson Kesehatan 9 RSK THT Prof Nizar) (Skripsi). Depok: Ilmu Kesejahteraan Sosial, UI

Oktavia, Donna. 2001. Faktor-faktor Yang Menjadi Pertimbangan Hakim Dalam Menentukan Berat Ringannya Pidana Dalam Perkara Narkoba. Skripsi., Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya.

Pairunan, Suryani Ida. 2001. Hubungan Antara Harga Diri dengan Konformitas Kelompok Remaja Pengguna Narkotika di Rumwattik Pamardi Siwi, Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia

Paramita, Rahma.2001. Proses Pengambilan Keputusan Remaja Akhir Untuk Menggunakan Narkotika Dan Obat-Obatan Berbahaya. Sarjana. Skripsi,Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Paruliana, Christine.2002. Stigma Dari Mantan Pengguna Dan Non Pengguna Narkoba Terhadap Pecandu Narkoba. Skripsi, Fakultas Psikologi (FP), UNIKA Atma Jaya, Jakarta.

Pasha, Yusuf. 2001. Peranan Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkotika Dan Obat Berbahaya (NARKOBA) Terhadap Tingkat Pengetahuan Mahasiswa .Skripsi,Fakultas Ilmu Komunikasi, UNISBA, Bandung.

Pinarti, Indah Rahayu. 1996. Studi Kasus Tentang Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Sanksi Pidana Dalam Perkara Tindak Pidana Narkotika (perkara No. 209/Pid.B/1993/PNJr). Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember.

Pramuwito dan Sujanti. 1998. Penelitian tentang Hubungan Antara Perilaku Penyalahgunaan Narkoba dengan Timbulnya Perilaku Kriminal pada Remaja di Beberapa Kampung di Yogyakarta, Laporan Penelitian: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI Yogyakarta.

Prasetya, Dani. 2000. Tinjauan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkotika dan Proses Hukumnya Dalam Peradilan Pidana di Indonesia Dihubungkan Dengan Putusan Pengadilan Negeri Bandung No.107/ PID/B/1998/PN/BDG. Skripsi Fakultas Hukum. Universitas langlangbuana. Bandung.

Pratiwi, Yuni Susanti. 2001. Gambaran Pasien yang Mengalami Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif yang Dirawat di Unit Penanggulangan Ketergantungan Obat RSJP Bandung. Skripsi. Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Bandung.

Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI. 2002. Profil Institusi Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Bagi Penyalahgunaan Narkotika

Page 62: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 62

Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) di Propinsi DKI Jakarta, Propinsi Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan,( Laporan penelitian dalam bentuk buku ISBN: 979-97358-6-6)

Puspitarini, D.U. 2002. Strategi Bea Cukai dalam Pencegahan Penyelundupan Narkoba di Terminal Kedatangan Luar Negeri Bandara Soekarno-Hatta (Skripsi). Depok: Kriminologi, UI

Putra Mugiono, 2000, Laporan Penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Rahardjo, Eko Nugroho dan I GN. Widiarta. 2002. Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMU terhadap Narkoba di SMU Negeri 1 Ubud Desa Ubud Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyatakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar .

Rahami. 200Z. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Penyalahgunaan NAPZA di Kalangan Siswa SMUN Kota Bekasi, Tesis: FKM-UI

Ramayanthi, Maya. 2002. Gambaran Kecenderungan Gangguan Recall Pada Penyalahguna Narkotika, Psikotropika, Alkohol Dan Zat Adiktif Lainnya (Studi Deskriptif Pada Penghuni Napza Rumah Sakit Mardzuki Mahdi dan Program After Care Masyarakat Anti Narkoba) .Skripsi,Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Riandi, Tania.1994. Peranan Rumah Perawatan Anak Nakal Dan Narkotika Parmadisiwi Dalam Usaha Mengatasi Rehabilitasi Remaja Korban Penyalahgunaan Narkotika. Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Parahyangan, Jakarta.

Rini, Intan P. 2000. Ancaman Pidana Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Ectasi Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam. Skripsi., Fakultas Syari'ah Jurusan Mu'amalah, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Rintawati, Riana. 2000. Hubungan Antara Dukungan sosial Dengan Penyesuaian Diri Pada Klien Rehabilitasi Penyalahguna Naza Di Yayasan Titihan Respati Jakarta.Skripsi,Fakultas Psikologi, UPI YAI, Jakarta.

Risekundiatmi, Beatrix. 2001.Kondisi Keluarga, Kondisi Sekolah, Teman Sebaya Dan Ketersediaan Napza Pada Remaja Non Penyalahguna Napza dan Remaja Penyalahguna Napza (Penelitian-di SMU Negeri 1 Bogor, SMU Regina Pacis Bogor, SMU Negeri 6 Bogor, dan SMU PGRI 4 Bogor). Tesis,Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Rodhiyah, Omah 2002. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika di Kalangan remaja (studi deskriptif di RW 02 Kelurahan Cililitan Kecamatan KramatJati Jakarta Timur), Skripsi: UNJ .

Rohim, Abdul.2000. Interaksi Sosial Dalam Keluarga Dan Perilaku Penyalahgunaan Narkotika Para Pemuda (Studi Korelasi Di Pulo Nangka Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur). Skripsi,Jurusan Pendidikan

Page 63: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

63

Luar Sekolah, Fakultas IImu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.

Rokhyani. 2000. Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Penanggulanagn NAPZA di Kalangan Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Pisangan Timur 13 Pagi Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur) , Skripsi: UNJ .

Rukmana, Irvan Rahadian Raja. 2002. Penyalahgunaan Napza di Kalangan Remaja di Kelurahan Dago, Kecamatan Coglong, Bandung. Tugas Karya Akhir. Sekolah Tinggi IImu Kesejahteraan Sosial. Bandung.

Rusmami, Rusli. 2001. Pendidikan Alternatif Bagi Remaja Yang Mengalami Ketergantungan narkoba (Studi Kasus di Rehabilitasi Yayasan Titihan Respati Jakarta), Skripsi: UNJ .

Saifuddin. 1998. Penanggulangan Eks Korban Obat Atau Eks KKO Yang Telah Mendapatkan Pelayanan di Pesantren Suryalaya di Kabupaten Dati 1l Tasikmalaya. Tugas Karya Akhir. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung. .

SaifulIah, Khalik. 1998. Tanggapan Remaja Terhadap Penyalahgunaan Obat Atau Zat Adiktif di Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kotamadya Dati 1l Bandung. Sekolah Tinggi IImu Kesejahteraan Sosial. Bandung.

Sakapumama, Eko.2001. Gambaran Sikap Dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Yang Bukan Pengguna Narkoba Terhadap Ex-Pengguna Narkoba .Skripsi,Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Santhoso, Birthus D. 2003. Faktor-faktor Pendorong Narapidana Memasukkan Obat Terlarang Ke Dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1l A Kediri. Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember.

Saputro, U. w 2000. Peranan Keluarga (Orang Tua) Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba (Suatu Analisis Pengendalian Sosial) (Tugas Karya Akhir). Depok: Kriminologi, UI

Sari Harum Helfiyab. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Penyalahgunaa NAZA pada Pasien Rawat Inap RSKO Fatmawati. Skripsi: Jurusan Kesejabteraan Sosial, IlSIP Jakarta

Sari Lina. 2001. Analisis Sistim Pelaksanaan Program Rebabilitasi Terbadap Penyalahgunaan NAPZ4 (Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif lainnya) Di Yayasan AL-JAHU Jakarta Selatan, Skripsi: FKM UI

Satuti, Diah Retno. 2003. Gambaran Komponen Masukan dan Proses Dalam Sistem Perencanaan Kampanye Anti Narkoba Berbasis Sekolah di Yayasan Cinta Anak Bangsa Tahun 2003. Skripsi FKM-UI

Shahrin, Abdul J. 1996. Pidana Mati Atas Pengedar Narkotika di Negara Malaysia Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam (Studi Perbandingan). Skripsi.,

Page 64: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 64

Jurusan Perbandingan Mazbab Fakultas Syari'ah, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Sholihah, Yuyun M. 2002. Intensifikasi Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kecanduan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) di Yayasan Serba Bakti Pon Pes Suryalaya, Surabaya. Skripsi., Fakultas Tarbiyab, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Sholihatun, Yulia. 1994. Hubungan antara Disfungsi Keluarga dan Pengaruh Kelompok Teman Sebaya dengan Penyalahgunaan Obat pada Siswa Panti Rehabilitasi Korban Narkotika. Skripsi., Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Sholikkin, Achmad. 2002. K.ebijaksanaan penanggulangan Narkotika, Zat Adiktif dan Psikotropika: 'Studi tentang Metode Rehabilitasi, Sumber Daya dan Jaringan Kerjasama dalam Upaya Peningkatan Pelayanan di Panti-Panti Rehabilitasi Narkotika di Surabaya. Skripsi., Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Airlangga.

Sianturi, Endang Ike. 2003. Hubungan Antara Kelompok Teman Sebaya Dengan Sikap Terhadap Napza Pada Remaja. ;Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Siswoyo Pjiwo. 2002,. Studi Tentang Gambaran Beberapa Faktor Resiko Pada Penderita Penyalahgunaan Narkoba Di RSKO Fatmawati Jakarta, Skripsi:. FKM-UI

Sodiq, Abmad. 2003. Bimbingan Konseling Agama dengan Terapi Dzikir Tarekat Qodriyah Wa Naqsabandiyah dalam Mengatasi Narkoba (Studi Kasus Seorang Remaja yang mengalami ketergantungan Putaw di Yayasan Serba Bakti Pon Pes Suryalaya Inabah .XlX Koordinator Wilayah Jawa Timur; Surabaya). Skripsi., Fakultas Dakwa Jurusan Bimbingan Penyuluban Agama, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Sofiab, Sam. 2000. Peranan POLRl dalam Upaya Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika di Kalangan Remaja (Studi di Polres Jember). Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Suares, Santina. 2002. Penyalahgunaan Narkotik Oleh Remaja (Studi Kasus di Kelurahan Dago, Bandung). Tugas Karya Akhir. Sekolah Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bandung.

Subagiyo, Edi. 2001. Tinjauan Yuridis Terhadap Pidana Mati Sehubungan Dengan Kasus Peredaran Narkotika Perkara Nomor: 91/ Pid.B/ 2000/ PN.Prob). Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember.

Sucahya, Kurnia Purwa, Ferdinan Siagian, Kurnia Sari.2001. Memahami Kebutuhan Aktor dan Pengguna Narkotika Suntik, Kerja Sama Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada dengan Ford Foundation.Laporan Penelitian, PSKK-UGM dan Ford Foundation. Yogyakarta.

Page 65: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

65

Sudiana, Endang. 1998. Analisa Yuridis dan Kriminologis Terhadap Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Di kalangan Remaja Kabupaten Dati II Karawang Dihubungkan Dengan UU No 22/ 1997 Tentang Narkotika dan UU No 5/1997 Tentang Psikotropika. Skripsi Fakultas Hukum. UNISBA. Bandung.

Sugiarti, Ida. 2003. Persepsi Remaja Penya!ahguna Napza Terhadap Dukungan Sosial Keluarga Selama Proses Pemulihan di Balai Pemulihan Sosial Pamardi Putera, Lembang Bandung. Skripsi). Bandung. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Sugiharta, I Nyoman. et.al. 2001. Situasi Pemakai Narkoba Suntik di Denpasar dan Sekitarnya : Sebuah. Hasil Rapid Assessment and Response -Injecting Drug Users. Laporan Penelitian. AusAID, Ford Foundation, PATH, UNAIDS, HIV /AIDS Preventoin Program, WHO dan PKPM Unika Atmajaya.

Suhartono, Tono. 2001. Peredaran Ekstasi di Tempat Hiburan 'XYZ" Jakarta Barat, Tesis: Program Studi Kajian Ilmu Kepolisian Program Pasca Sarjana Jakarta

Suherman. 2003. Dampak Narkoba Terhadap Prestasi Belajar ( Studi kasus terhadap mahasiswa universitas X di Banten), Thesis: PAU-UI

Sujatno, R. Muchtan. 1992. Pengaruh Penyalahgunaan Narkotik dan Bahan Berbahaya Lainnya Terhadap Lingkungan Sosial (Suatu Survei Pada Beberapa Fasilitas Kesehatan di Jawa Barat). Disertasi. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Sumantera dan Sugiharta. 2002. Perilaku Beresiko Tertular Human Immunodeficiency Virus (HIV pada Pemakai Narkotika Suntikan di Denpasar dan Sekitarnya. Majalah Kedokteran Udayana, 16 (115), Januari, 37- 43.

Sumantera. 2003. Estimasi. Jumlah Pemakai Narkoba Suntik di Bali, Laporan Penelitian. Indonesia HIV / AIDS & STD Prevention and Care project (AusAID)

Sumantera, I Gusti Made, ed. et al. 2003. Upaya Penanggulangan Narkoba dan HIV / AIDS di Bali : Prosiding Pertemuan Jaringan Informasi Narkoba dan HIV /AIDS Propinsi Bali Denpasar 29-30 Oktober 2003. KPAD Propinsi Bali. Denpasar .

Sumarlin, Gunang. 2000. Penerapan Sanksi Terhadap Pengguna Narkoba Bagi Terdakwa di Bawah umur (Putusan PN Kediri No.3/pids/2000/PNKdr). Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember.

Susiani, E. 2001. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Relaps Pada Penyalahguna Narkoba (Studi Kasus Pada Tiga Residen Wisma Adiksi) (Skripsi). Depok: Ilmu Kesejahteraan Sosial, UI

Page 66: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 66

Susiany. 2000. Tingkat Pengetahuan Mengenai NAPZA pada remaja 'Gaul' Blok M, Jakarta Selatan Tahun 2000, Skripsi: FKM-UI

Susila, M.M.A.S. Penggunaan Narkotika Untuk Penyembuhan Penyakit Menurut Undang-undang nomor 22 tahun 1997 ditinjau dari sudut hukum Islam. Fak. Syariah, Jur Jinayah Siyasah, Institut Agama Islam Negeri, Surabaya.

Sutarka. Nyoman dan Tuti Parwati Merati. 2000. Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita Penyalahguna Obat Intravena terhadap Infeksi HIV di RSUP Sanglah, Denpasar. Laporan Penelitian dan Penghambat Penyalahgunaan NAPZA.. Laporan Penelitian, Universitas Airlangga.

Suyanto., et al. 2001. NAPZA Mengancam R,emaja Kota: Penelitian dan Kajian tentang Faktor Pendorong. Sk:ripsi: F-Psikologi UIN Jakarta

Tabaluyan, Anne Herdiana.2003. Penyesuaian Sosial Pada Ex-Pengguna Narkoba Di Pusat Rehabilitasi Love Restoration Ministry. Skripsi,Fakultas Keguruan, Ilmu Pendidikan dan Konseling (FKIPK), UNIKA Atma Jaya,Jakarta.

Tim Penelitian Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (theResearch Team of Center For Health Research, Research Institute, University of Indonesia) Supported by UNICEF.2003.Qualitative Vaseline Data Collection for Intervention Aimed at Reducing HIV Vulnerability of Young People in Papua Province. Research Report, University of Indonesia.J akarta.

Triaji, Nanang. 2001, Interaksi Keluarga Remaja Pengguna Narkoba. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Trikenya, Rististya. 1997. Pengetahuan Ekstasi di Kalangan Remaja studi Deskriptif Pengetahuan Ekstasi pada Pelajar SMU Negeri 16 Surabaya. Skripsi., Fakultas Ilmu Sosial llmu Politik Universitas Airlangga.

Trisno W, D. 2003. Organisasi Sosial Kemasyarakatan GRANAT sebagai bentuk Kontrol Sosial Preventif terhadap Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba (Tugas Karya Akhir). Depok: Kriminologi, UI

Ulfadiyah, Irrna. 2000. Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam Menanggulangi Bahaya Narkoba di SMU Negeri I Gedangan Sidoarjo. Skripsi., Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri. Surabaya.

Ulfah Nugrahandini. 2000. Tinjauan Program Outreach Rumah Gaul Yayasan Pelita Ilmu Dalam Upaya Penanggulangan NAPZ4 Pada Remaja Usia 13-21 Tahun di Wilayah Blok M, Jakarta Selatan, Skripsi: FKM-UI

Ulyana B. Pakpahan. 2001. Pengetahuan Mahasiswa Tentang Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif (NAPZA) Dan Sikap Terhadap Penyalahgunaan NAPZA Di Akademi Keperawatan Raflesia Kota Depok Provinsi Jawa Barat, Skripsi: FKM-UI

Page 67: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004

67

UNICEF .2001.Speaking Out! Voices of Children And Adolescents In East Asia And The Pacific, A Regional Opinion Survey. Research Report, UNICEF.Jakarta.

Usman, I. 2003. Peran Program Re-Entry Daiam Rangka Mempersiapkan Residen Penyalahguna NAZA Kembali ke Masyarakat (Studi Kasus Pada Tiga Residen di Yayasan Insan Pengasih Indonesia) (Skripsi). Depok: Ilmu Kesejahteraan Sosial, UI

Usman, M. N. 2000. Persepsi Anak Jalanan Terhadap Penyalahgunaan Obat (Skripsi). Depok: Kriminologi, UI

sWahyuni, Ety. 1997. Ectasy dalam Dunia Mahasiswa (Studi Kasus Tentang Proses Penggunaan Ectasy di Kalangan Mahasiswa UNAIR). Skripsi., Sosiologi Universitas Airlangga.

Wibowo, Chatidjah Satrio.2000. Zat Narkotika dan Adiktif Yang Digunakan Oleh Para Pasien Pengguna Zat Di RS Khusus HURIP Waluya (Jiwa, Indon Psyhiat Quart 2000 : XXXIII: 3)

Widyantara, Gde E. 2002. Peranan Reserse Dalam Mengungkapkan Kejahatan Penyalahgunaan Narkoba (Studi di Polresta Malang) .Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Wildan. 2001. Peranan Laboratorium Forensik Dalam Upaya Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Narkotika (Studi di Laboratorium Forensik POLRI Cabang Surabaya, Jawa Timur). Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Wildawati, Elva. 1999. Aspek Yuridis Penanggulangan Penyalahgunaan Ekstasi (Ditinjau dari UU No.5 Tahun 1997, Skripsi., Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember.

Windyastuti., et al. 2000. Perencanaan Program Penanggulangan Narkoba di Kota Surabaya. Laporan Penelitian, Universitas Airlangga.

Wirawan, I Wayan Gede dan I Ketut Dwipayana. 2002. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja terhadap Minuman Keras Arak beserta Karakteristik Individual dan Lingkungannya di Desa Carangsari Kecamatan Petang Kabupaten Badung. Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.

Wiryantaka, Indra. 2001. Pola Asuh Orangtua Yang Dipersepsikan Remaja Penyalahguna Napza di Panti Sosial Rehabilitasi Ketergantungan Obat Pamardi Putra Binangkit, Lembang. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Wiryanti Eko Mekarsari, 2001, Jaringan Penyalahgunaan NAPZA di Kalangan Pelajar (Studi Kasus Pelajar SMU Duren Tiga Jakarta Selatan). 2001. Thesis PAU-UI.

Page 68: Himpunan hasil Lit BNN 2003 & 2004

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia tahun 2003 dan 2004 68

Yuda, Taufik 2001. Faktor-faktor Internal dan Eksternal yang Melatarbelakangi Remaja Untuk Menjadi penyalahguna NAZ4 (Studi Terhadap Korban PenyalahgunaNAZ4 diPondokInabah 1), Tesis: PAU-UI

Yudha, Egi Komara.2000. Kemampuan Keluarga Dalam Proses Penyembuhan Klien Penyalahgunaan NAPZA di Unit Rehabilitasi RSKO Fatmawati Jakarta .Skripsi,Fakultas Psikologi.Universitas Padjadjaran.Bandung

Yusri, Yusdian. 1999. Remaja Putri Korban Narkotika (Studi Kasus Tentang Penyembuhan Narkotika di Pondok Remaja Inabah Putri Ciceuri) Pesantren Suryalaya Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Airlangga. Surabaya.

Zuhriah, 2002. Studi Deskriptif Layanan Konseling Kelompok Bagi Pasien Penyalahgunaan NAZA (Narkotikat Alkohol Zat Adiktif lainnya) di Pusat Rehabilitasi Pondok Pesantren Modern Darul Ichsan, Cariu Bogor, Skripsi: UNJ

Zulfikar. 2001. Partisipasi Masyarakat Dalam Penanggullangan Penyalahgunaan NAZA di Desa Tarakan Tugu Kecamatan Kaduhandak Kabupaten Cianjur: Tugas Karya Akhir. Sekolah Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bandung.

Badan Narkotika Nasional dan PT Sinergi Multi Integrasi. 2004. Survey Nasional Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba Di Kalangan Pekerja Formal Dan Informal. Laporan Penelitian. Jakarta

Badan Narkotika Nasional dan Badan Pusat Statistik. 2003. Laporan Penelitian Masalah Napi Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara Tahun 2003. Laporan Penelitian. Jakarta

Tim Penelitian Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 2005. Meta Analisis Permasalahan Narkoba (Kasus di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali). Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik -UI. Jakarta

Badan Narkotika Nasional dan Puslitkes UI. 2004. Studi Tentang Biaya Ekonomi dan Sosial Akibat Penyalahgunaan Narkoba Pada 10 Kota Besar di Indonesia. Laporan Penelitian. Jakarta

Deprtemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI. 2004. Studi Pendahuluan Dampak Sosial dan Kesehatan Akibat Penyalahgunaan Narkoba di Jakarta dan Surabaya. Laporan Penelitian. Depok

Badan Narkotika Nasional dan Tim. 2003/2004. Pengetahuan Dan Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Pada Pelajar SMU Negeri (Studi di 6 Kota : Jakarta Timur, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Palembang). Laporan Penelitian. Jakarta

Badan Narkotika Nasional. 2004. Studi Tentang Kemauan Penyalahguna Narkoba Untuk Mengikuti Program Perawatan dan Pemulihan Pada Instalasi Perawatan dan Pemulihan. Jakarta.