Hilda Herman - Case Report - Rheumatic Heart Diasease
description
Transcript of Hilda Herman - Case Report - Rheumatic Heart Diasease
LAPORAN PRESENTASI KASUS DOKTER MUDA INTERNA
(Periode 31 Maret – 7 Juni 2014)
PENYAKIT JANTUNG REMATIK
Disusun oleh :
HILDA HERMAN
1102010123
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing :
Dr. Agung Fabian Sp.JP FIHA
RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
April 2014
LAPORAN PRESENTASI KASUS DOKTER MUDA INTERNA
(Periode 31 Maret – 7 Juni 2014)
STATUS PASIENI. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AS
Usia : 23 tahun
Tanggal Masuk : 13 April 2014
No. RM : xxxxxxxxxxxx
Alamat : xxxxxxxxxxxx
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Ruang Rawat : Dahlia R.504
II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa terhadap ayah pasien
1. Keluhan Utama
Pusing yang dirasakan memutar sejak 2 jam SMRS.
2. Keluhan Tambahan
Sejak 2 jam SMRS pasien mendadak tampak bingung, sulit diajak
berkomunikasi, terlihat gelisah, tidak dapat memahami perintah, mengigau, mual,
lemas dan silau
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan pusing berputar
yang terjadi mendadak sejak 2 jam SMRS keluhan disertai tampak bingung yang
terjadi mendadak, sulit diajak berkomunikasi, terlihat gelisah, tidak dapat
memahami perintah, mengigau, dan timbul gerakan cepat pada ekstremitas yang
tidak disadari. Pasien juga mengeluh mual, lemas dan merasa silau jika melihat
lampu, sebelumnya pasien juga mempunyai keluhan pusing seperti berputar sejak
5 hari SMRS dengan intensitas yang sering.
Sejak 1 hari SMRS pasien mendadak mengeluh bicara mulai kurang jelas.
Sejak 2 hari SMRS pasien mengeluh demam yang semakin memberat, keluhan
dirasakan sejak 1 minggu SMRS dengan demam tidak terlalu tinggi yang terjadi
terus menerus dan demam sempat turun dengan obat kemudian naik kembali.
Sejak 3 hari SMRS pasien mengaluh sesak, sesak dirasakan sudah muncul saat
1
beristirahat. Keluhan muntah proyektil dan trauma kepala disangkal. Sejak 2
bulan SMRS pasien mulai mengeluh merasa cepat lelah, keluhan diawali setelah
membersihkan rumah pasca banjir, keluhan terasa lebih ringan jika beristirahat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Sejak kecil sampai SMA, pasien memiliki riwayat radang tenggorokan berat
yang terjadi terus menerus dan dapat berkurang dengan obat yang diberikan
oleh dokter.
2. Sejak kelas 2 SMA, pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan telah
menjalani rawat jalan di RS Harapan Kita.
3. Riwayat hipertensi (+)
4. Riwayat alergi obat (-)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat penyakit gagal ginjal (+ : ibu)
2. Riwayat hipertensi (-)
3. Riwayat penyakit jantung (-)
III. STATUS GENERALIS
1. Kesadaran : Tampak sakit berat
2. Keadaan umum : Delirium
3. Tekanan darah : 130/90 mmHg
4. Nadi : 92x/menit teraba kuat, frekuensi irreguler
5. Suhu : 36,7 ˚C
6. Pernapasan : 20x/menit
IV. ASPEK KEJIWAAN
1. Tingkah laku : Dalam batas normal
2. Proses pikir : Dalam batas normal
3. Kecerdasan : Dalam batas normal
2
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kulit
o Warna : Sawo matang, normal
o Kelembaban : Lembab
o Temperatur : Hangat
o Turgor : Dalam batas normal
2. Rambut
o Kuantitas : Tebal
3. Kepala
o Bentuk : Normochepal
o Posisi : Simetris
4. Mata
o Conjungtiva anemi s: -/-
o Sklera ikterik : -/-
o Exophthalmus : Tidak ada
o Enopthalmus : Tidak ada
o Edema kelopak : Tidak ada
5. Telinga
o Pendengaran : Baik
o Darah & cairan : Tidak ditemukan
6. Hidung dan sinus paranasal
o Nafas cuping hidung: Tidak ada
o Nyeri tekan : Tidak ada
o Rinore : Tidak ada
7. Mulut
o Bau pernapasan : Tidak tercium
o Faring : Dalam batas normal
o Tonsil : T1/T1
o Lidah : Lidah kotor berwarna coklat kehitaman, tidak deviasi
o Uvula : Letak ditengah, tidak deviasi
o Trismus : +
3
8. Leher
o Trakea : Tidak deviasi
o Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
o Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
o JVP : 5 ± 2 cmH2O
9. Paru-paru
o Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada dalam
keadaan statis dan dinamis simetris.
o Palpasi : Fremitus taktil dan vocal kanan dan kiri normal.
o Perkusi : Terdengar sonor pada seluruh lapang paru.
o Auskultasi : Suara dasar napas vesicular +/+, tidak terdapat suara
tambahan.
10. Jantung
o Inspeksi : Iktus cordis terlihat
o Palpasi : Iktus cordis teraba
o Perkusi : Batas jantung kanan : ICS 5 linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri: ICS 5 linea axialis anterior sinistra
Batas pinggang jantung: ICS 2 linea sternalis sinistra
o Auskultasi :Bunyi jantung I-II irrregular, gallop (-), continuous
murmur(+)
11. Abdomen
o Inspeksi : Datar
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Perkusi : Timpani pada keempat kuadran.
o Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba
membesar, lien tidak teraba membesar.
12. Ekstremitas
o Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah kanan kiri
o Udem negative pada ekstremitas atas dan bawah kanan kiri
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG (13-04-2014)
5
Interpretasi:- Atrial Fibrilasi- Frekuensi Heart Rate = ±180x / menit- Normoaxis- QRS komplek: 0,12 s- ST elevasi di lead V1,V2, V3 dan V4- ST depresi di lead aVF dan V6- T inverted di lead IIIKesimpulan:- Atrial firbrilasi dengan Heart Rate ±180x/menit, normoaxis, terdapat Infark
Miokard Anteroseptal, terdapat Iskemik Lateral
EKG (15-04-2014)
6
Interpretasi:- Atrial Fibrilasi- Frekuensi Heart Rate = ±180x / menit- Normoaxis- QRS komplek: 0,12 s- ST elevasi di lead V1,V2, V3 dan V4- ST depresi di lead aVF dan V6- T inverted di lead IIIKesimpulan:- Atrial firbrilasi dengan Heart Rate ±180x/menit, normoaxis, terdapat Infark
Miokard Anteroseptal, terdapat Iskemik Lateral
2. Laboratorium
April 2014
Hematologi 13 14 15 16 18 19 22 23 Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 13.4 13.6 12.5↓ 13.2-17.3 g/dL
Hematokrit 39↓ 40 34↓ 40-52 %
Leukosit 10.78
↑12.03
↑9.24 3.8-10.6 103/µL
Trombosit 663↑ 685↑ 512↑ 150-440 ribu/µLEritrosit 5.6 4.4-5.9 juta/µLLED 85↑ 80↑ <15 mm/jam
7
MCV 72↓ 80-100 fL
MCH 24↓ 26-34 pg/mL
MCHC 34 32-36 g/dL
Hitung Jenis:
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0↓ 1-3 %
Neutrofil
batang
0↓ 3-5 %
Neutrofil
segmen
79↑ 50-70 %
Limfosit 17↓ 25-40 %
Monosit 4 2-8 %
Kimia Klinik
SGOT ( AST) 19 0-50 u/L
SGPT (ALT) 13 0-50 u/L
Ureum Darah 25 62↑ 20-40 mg/dL
Kreatin Darah 0.64 0.77 0.17-1.50 mg/dL
eGFR 166.2 134.3 mL/min/1.73m2
GDS 111 <200 mg/dL
Protein Total 6.07 6.00-8.00 g/dL
Albumin 2.6↓ 3.40-4.80 g/dL
Globulin 3.47↑ <2 g/dL
Bilirubin Total 0.73 0.1-1.0 mg/dL
Bilirubin Direct 0.15 0.0-0.2 mg/dL
Bilirubin Indirect 0.58 mg/dL
13 14 15 16 18 19 22 23 Nilai Rujukan Satuan
Kolesterol Total 282↑ <200 mg/dL
Kolesterol LDL 214↑ <130 mg/dL
Asam Urat 3.8 2.0-7.0 mg/dL
Gas Darah
+ Elektrolit
pH 7.440
↑7.390 7.370-7.400
pCO2 27↓ 33,0 33.0-44.0 mmHg
pO2 141↑ 133.0 71.0-104.0 mmHg
8
↑
Hct 37 37-48 %
HCO3- 18.3↓ 20↓ 22.0-29.0 mmol/L
HCO3 standart 21.5 21.7 mmol/L
TCO2 19 21 19-24 mmol/L
BE ecf -5.9↓ -5.0↓
BE (B) -4.5↓ -
4.20↓-2 - +3 mmol/L
Saturasi O2 99↑ 99↑ 94.00-98.00 %
Natrium (Na) 119↓ 125↓ 127
↓118↓ 142 135-147 mmol/L
Kalium (K) 4.6 5.0 3.9 3.7 33↓ 3.5-5.0 mmol/L
Klorida (Cl) 88↓ 95↓ 82↓ 97↓ 98-108 mmol/L
Kalsium ion
(Ca2+)
1.11 1.00-1.15 mmol/L
Hemostasis
PT (kontrol) 14.4 14.4 13.2 s
PT 14.1 14.6
↑24.7↑ 11.9-14.4 s
INR 1.16 1.22
3. Rontgen
9
Interpretasi:- Proyeksi prosesus spinosus berada ditengah kedua caput clavicula.- Corpus vertebrae thoracalis 4 samar terlihat- Jumlah costae anterior 6 dan posterior 9 diatas diafragma- Proyeksi skapula terdapat di dalam lapang paru- CTR 73%- Aorta tidak melebar, tidak elongasio dan tidak terdapat kalsifikasi- Batas mediastinum tidak melebihi 1/3 hemitoraks- Trakea terletak di tengah- Hilus tidak melebar, tidak suram dan tidak menebal- Corakan bronkovaskular >2/3 paru, tidak tampak infiltrat- Diafragma kanan = kiri, licin- Sinus kostofrenikus lancip- Tulang intak, tidak ada scoliosis- Jaringan lunak: Tidak tebal, tidak terdapat perbesaran KGB, dan tidak terdapat
nodul.Kesan:- Kardiomegali- Corakan bronkovaskular >2/3 lapang paru
4. CT Scan Kepala
10
5. Echocardiography
11
Findings:
Study indication: Referred for evaluation of valvular heart disease- Dimensi ruang jantung: LA, LV dilatasi LVH (-)- Kontraktilitas global LV: Normal, dengan EF : 68%- EPSS: 13 ; LVEDP: Meningkat- Analisa segmental: Global normokinetik- Kontraktilitas global RV normal dengan TAPSE: 30 mm- Doppler: E/A > 1, E/E’: 36, mPAP: 32 mmHg- Katup Mitral: MR severe ec RHD. Tampak AML dan PML doaming- Katup Tricuspid: TR interval- Katup Aorta: AR moderate, AR PHT 416 ms- Katup Pulmonal: Morphologi dan fungsi normal- Thrombus (-), Spontaneus Echo Contrast (-)Conclusion1. Referred for evaluation of valvular heart diseaseFungsi sistolik LV & RV normalDisfungsi diastolik LV grade 2 (Pseudonormal)MR severe ec RHD. Tampak AML dan PML doamingAR moderate, AR PHT 416 ms
12
VI. DIAGNOSIS KERJA
o Diagnosis Anatomis : Mitral Regurgitasi
o Diagnosis Etiologi : Penyakit Jantung Rematik
o Diagnosis Fungsional : CHF ec VHD
Atrial Fibrilasi
Infark Miokard Anteroseptal
Iskemia Lateral
o Diagnosis Patofisiologi : Infeksi Streptococcus β hemolotic grup A
VII. TATALAKSANA
Penatalaksanaan di IGD (13 April 2014)
1. O2 2 ltr / mnt
2. IVFD Ringer Asetat / 24 jam
3. Furosemid 2 ampul (ekstra)
4. Ketoprofen 2 suppositoria (ekstra)
Penatalaksanaan di IGD (konsul)
1. O2 3 ltr/mnt
2. IVFD Ringer Laktat 500 cc / mnt
3. Nalokson 0,5 mg IV
4. Furosemid 2 ampul (ekstra)
5. Spironolakton 1 x 25 mg
6. Paracetamol 3 x 500 mg
7. Alprazolam 1 x 0,5 mg
Penatalaksanaan di CVCU (13 April 2014 – 14 April 2014)
1. Alprazolam 1 x 0,5 mg
2. Spironolakton 1 x 25 mg
3. Pipemidic acid trihydrate 2 x 1
4. Clopidogrel 1 x 1
5. Digoksin 1 x ½
6. Ca polystyrene sulfonate 3 x 1
7. Warfarin Na 1 x 2 tab
8. Inj. Furosemid 2 x 1
9. Inj. Citicoline 3 x 500
13
10. Haloperidol ½ ampul (bila os gelisah)
11. IVFD Ringer Asetat / 24 jam
12. Isosorbid Dinitrate 1 mg / jam (drip)
Penatalaksanaan di R. Dahlia (15 April 2014 – 24 April 2014)
1. Alprazolam 1 x 0,5 mg (22 April 2014 stop)
2. Spironolakton 1 x 25 mg
3. Pipemidic acid trihydrate 2 x 1
4. Clopidogrel 1 x 75 mg
5. Digoksin 1 x 1/2
6. Ca polystyrene sulfonate 3 x 1
7. Warfarin Na 2 x 1 (mulai 20 April 2014, dosis diturunkan 1 x 1)
8. Amlodipine 1 x 10
9. Valsartan 1 x 100 (mulai 20 April 2014, dosis dinaikkan 1 x 160. Tanggal 23
April 2014 dosis dinaikkan 2 x 160)
10. Bisoprolol 1 x 2,5
11. Clonidin 2 x 1/2
12. Risperidon 2 x 1 mg
13. Neulin PS 2 x 1
14. Haloperidol 2 x 1 (19 April 2014 stop)
15. Triheksifenidil 2 x 1
16. Furosemid 2 x 1
17. Citicoline 3 x 500mg (18 April 2014 stop)
18. Paracetamol 3 x 1gr (drip) (21 April 2014 – 24 April 2014)
19. Kalium Clorida 1 x 1 (23 April 2014 dan 24 April 2014)
20. Ceftriaxon 1 x 2gr (22 April 2014 – 24 April 2014)
21. Gentamicin 1 x 80 mg (22 April 2014 – 24 April 2014)
VIII. PROGNOSIS
1. Ad vitam : ad malam
2. Ad functionam : dubia ad malam
3. Ad sanationam : dubia ad malam
14
IX. PENYEBAB KEMATIAN
1. Gangguan irama jantung
2. Gagal jantung kongestif
3. Gagal nafas
4. Syok sepsis
X. KESIMPULAN
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan pusing berputar yang
terjadi mendadak sejak 2 jam SMRS keluhan disertai tampak bingung yang terjadi
mendadak, sulit diajak berkomunikasi, terlihat gelisah, tidak dapat memahami
perintah, mengigau, dan timbul gerakan cepat pada ekstremitas yang tidak disadari.
Pasien juga mengeluh mual, lemas dan merasa silau jika melihat lampu, sebelumnya
pasien juga mempunyai keluhan pusing seperti berputar sejak 5 hari SMRS dengan
intensitas yang sering.
Sejak 1 hari SMRS pasien mendadak mengeluh bicara mulai kurang jelas. Sejak
2 hari SMRS pasien mengeluh demam yang semakin memberat, keluhan dirasakan
sejak 1 minggu SMRS dengan demam tidak terlalu tinggi yang terjadi terus menerus
dan demam sempat turun dengan obat kemudian naik kembali. Sejak 3 hari SMRS
pasien mengaluh sesak, sesak dirasakan sudah muncul saat beristirahat. Sejak 2
bulan SMRS pasien mulai mengeluh merasa cepat lelah, keluhan diawali setelah
membersihkan rumah pasca banjir, keluhan terasa lebih ringan jika beristirahat.
Riwayat penyakit radang tenggorokan sejak kecil (+), riwayat penyakit jantung
(+). Riwayat hipertensi (+)
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum delirium, nadi 92 x/menit
rreguler, lidah terlihat berwarna coklat kehitaman dan trismus (+). Pada pemeriksaan
fisik jantung, perkusi batas jantung batas jantung kanan : ICS 5 linea parasternalis
dextra, batas jantung kiri: ICS 5 linea axialis anterior sinistra; batas pinggang
jantung: ICS 2 linea sternalis sinistra. Pada pemeriksaan fisik jantung, auskultasi
jantung didapatkan bunyi jantung I-II irrregular, continuous murmur(+).
Pada pemeriksaan EKG didapatkan Atrial firbrilasi dengan Heart Rate
±180x/menit, normoaxis, terdapat Infark Miokard Anteroseptal, terdapat Iskemik
Lateral.
15
Pada pemeriksaan lab di dapatkan peningkatan kadar leukosit, trombosit, LED,
neutrofil segmen, ureum darah (22 April 2014), globulin, kolestrol total, kolestrol
LDL, pH (13 April 2014), pO2, saturasi O2, PT dan didapatkan penurunan kadar
Hematokrit, MCV, MCH, eosinofil, neutrofil batang, limfosit, albumin, pCO2 (13
April 2014), HCO3-, BE ecf, BE (B), Natrium, Klorida. Pada foto rontgen thorax
terlihat kardiomegali.
XI. FOLLOW UP PASIEN
19 April 2014
S: Pusing berputar mereda (+), sesak nafas (-), nyeri dada (-), demam (-), gerakan yang tidak disadari (+), batuk (-), sulit makan, sulit BAB.
O: KU: Tampak sakit berat Kesadaran: Delirium Tanda Vital: TD: 130/80mmHg Nadi: 153 x/menit
Suhu: 360C RR: 20 x/menit Pemeriksaan Fisik: - Mata: CA +/+, SI -/-
- Mulut: Lidah : Kotor ; Tonsil : T1/T1 ; Faring : Tidak hiperemis- Leher: KGB : DBN; JVP : 5±2 cmH2O- Cor: BJ I/II irreguler, murmur (+),gallop (-)- Pulmo: Vesikuler +/+,ronki -/-,wheezing -/-- Abdomen: Supel, NTE (-), hepar dan lien tidak teraba membesar- Ekstremitas: Edema (-), akral hangat (+)
Pemeriksaan penunjang: -Hemoglobin: 12.5 g/dL(N: 13.2-17.3)- Hematokrit: 34 % (N: 40-52)- Leukosit: 9.24 103/µL (N: 3.8-10.6)- Trombosit: 512ribu/µL (N: 150-440)
A: CHF ec MR/MS ec RHDP: 1. Alprazolam 1 x 0,5 mg
2. Spironolakton 1 x 25 mg3. Pipemidic acid trihydrate 2 x 14. Clopidogrel 1 x 75 mg5. Digoksin 1 x ½6. Ca polystyrene sulfonate 3 x 17. Warfarin Na 2 x 18. Amlodipine 1 x 109. Valsartan 1 x 100 10. Bisoprolol 1 x 2,511. Clonidin 2 x ½12. Risperidon 2 x 1 mg
16
13. Neulin PS 2 x 114. Triheksifenidil 2 x 115. Furosemid 2 x 1
20 April 2014
S: Pusing berputar mereda (+), sesak nafas (-), nyeri dada (-), demam malam hari (+), gerakan yang tidak disadari (+), batuk (-), sulit makan, sulit minum, sulit BAB.
O: KU: Tampak sakit berat Kesadaran: Delirium Tanda Vital: TD: 140/90 mmHg Nadi: 88 x/menit
Suhu: 37,50C RR: 20 x/menit Pemeriksaan Fisik: - Mata: CA +/+, SI -/-
- Mulut: Lidah : Kotor ; Tonsil : T1/T1 ; Faring : Tidak hiperemis- Leher: KGB : DBN; JVP : 5±2 cmH2O- Cor: BJ I/II irreguler, murmur (+),gallop (-)- Pulmo: Vesikuler +/+,ronki -/-,wheezing -/-- Abdomen: Supel, NTE (-), hepar dan lien tidak teraba membesar- Ekstremitas: Edema (-), akral hangat (+)
A: CHF ec MR/MS ec RHDP: 1. Ganti DC
2. Alprazolam 1 x 0,5 mg 3. Spironolakton 1 x 25 mg4. Pipemidic acid trihydrate 2 x 15. Clopidogrel 1 x 75 mg6. Digoksin 1 x 1/27. Ca polystyrene sulfonate 3 x 18. Warfarin Na 1 x 19. Amlodipine 1 x 1010. Valsartan 1 x 16011. Bisoprolol 1 x 2,512. Clonidin 2 x 1/213. Risperidon 2 x 1 mg14. Neulin PS 2 x 115. Triheksifenidil 2 x 116. Furosemid 2 x 1
17
21 April 2014
S: Pusing berputar mereda (+), sesak nafas (-), nyeri dada (-), demam (+), gerakan yang tidak disadari (+), batuk (-), sulit makan, sulit minum, sulit BAB.
O: KU: Tampak sakit berat Kesadaran: Delirium
Tanda Vital: TD: 160/90 mmHg Nadi: 88 x/menit Suhu: 380C RR: 20 x/menit
Pemeriksaan Fisik: - Mata: CA +/+, SI -/-- Mulut: Lidah : Kotor ; Tonsil : T1/T1 ; Faring : Tidak hiperemis- Leher: KGB : DBN; JVP : 5±2 cmH2O- Cor: BJ I/II irreguler, murmur (+),gallop (-)- Pulmo: Vesikuler +/+,ronki -/-,wheezing -/-- Abdomen: Supel, NTE (-), hepar dan lien tidak teraba membesar- Ekstremitas: Edema (-), akral hangat (+)
A: CHF ec MR/MS ec RHDP: 1. Pasang NGT
2. Cek KD dan LED3. Alprazolam 1 x 0,5 mg 4. Spironolakton 1 x 25 mg5. Pipemidic acid trihydrate 2 x 16. Clopidogrel 1 x 75 mg7. Digoksin 1 x 1/28. Ca polystyrene sulfonate 3 x 19. Warfarin Na 1 x 110. Amlodipine 1 x 1011. Valsartan 1 x 16012. Bisoprolol 1 x 2,513. Clonidin 2 x 1/214. Risperidon 2 x 1 mg15. Neulin PS 2 x 116. Triheksifenidil 2 x 117. Furosemid 2 x 118. Paracetamol 3 x 1gr (drip)
18
22 April 2014
S: Pusing berputar mereda (+), sesak nafas (-), nyeri dada (-), demam (-), gerakan yang tidak disadari (+), batuk (-), sulit makan, sulit minum, sulit BAB.
O: KU: Tampak sakit berat Kesadaran: Delirium Tanda Vital: TD: 140/80 mmHg Nadi: 88 x/menit
Suhu: 360C RR: 24 x/menit Pemeriksaan Fisik: - Mata: CA +/+, SI -/-
- Mulut: Lidah : Kotor ; Tonsil : T1/T1 ; Faring : Tidak hiperemis- Leher: KGB : DBN; JVP : 5±2 cmH2O- Cor: BJ I/II irreguler, murmur (+),gallop (-)- Pulmo: Vesikuler +/+,ronki -/-,wheezing -/-- Abdomen: Supel, NTE (-), hepar dan lien tidak teraba membesar- Ekstremitas: Edema (-), akral hangat (+)
Pemeriksaan Penunjang: - Ureum darah : 62 mg/dL (N: 20-40)- Kreatinin darah : 0.77 mg/dL (N: 0.17-1.5)- eGFR: 134.3 mL/min/1.73m2
- Na: 118 mmol/L (N: 135-147)- K : 3.7 mmol/L (N: 3.5-5)- Cl : 82 mmol/L (N: 98-108)- LED : 80 mm/jam (N: <15)
A: CHF ec MR/MS ec RHDP: 1. Cek elektrolit
2. Spironolakton 1 x 25 mg3. Pipemidic acid trihydrate 2 x 14. Clopidogrel 1 x 75 mg5. Digoksin 1 x ½6. Ca polystyrene sulfonate 3 x 17. Warfarin Na 1 x 18. Amlodipine 1 x 109. Valsartan 1 x 16010. Bisoprolol 1 x 2,511. Clonidin 2 x ½12. Risperidon 2 x 1 mg13. Neulin PS 2 x 114. Triheksifenidil 2 x 115. Furosemid 2 x 116. Paracetamol 3 x 1gr (drip)17. Ceftriaxon 1 x 2gr18. Gentamicin 1 x 80 mg
19
23 April 2014S: Pusing berputar (+), sesak nafas (-), nyeri dada (-), demam (+), gerakan yang
tidak disadari (+), batuk (-), sulit makan, sulit minum, sulit BAB.O: KU: Tampak sakit berat
Kesadaran: Delirium Tanda Vital: TD: 140/90 mmHg Nadi: 100 x/menit
Suhu: 390C RR: 24 x/menit Pemeriksaan Fisik: - Mata: CA +/+, SI -/-
- Mulut: Lidah : Kotor ; Tonsil : T1/T1 ; Faring : Tidak hiperemis- Leher: KGB : DBN; JVP : 5±2 cmH2O- Cor: BJ I/II irreguler, murmur (+),gallop (-)- Pulmo: Vesikuler +/+,ronki -/-,wheezing -/-- Abdomen: Supel, NTE (-), hepar dan lien tidak teraba membesar- Ekstremitas: Edema (-), akral hangat (+)
Pemeriksaan Penunjang: - Na: 142 mmol/L (N: 135-147)- K : 3.3 mmol/L (N: 3.5-5)- Cl : 97 mmol/L (N: 98-108)
A: CHF ec MR/MS ec RHDP: 1. Spironolakton 1 x 25 mg
2. Pipemidic acid trihydrate 2 x 13. Clopidogrel 1 x 75 mg4. Digoksin 1 x ½5. Ca polystyrene sulfonate 3 x 16. Warfarin Na 1 x 17. Amlodipine 1 x 108. Valsartan 2 x 1609. Bisoprolol 1 x 2,510. Clonidin 2 x ½11. Risperidon 2 x 1 mg12. Neulin PS 2 x 113. Triheksifenidil 2 x 114. Furosemid 2 x 115. Paracetamol 3 x 1gr (drip)16. Kalium Clorida 1 x 117. Ceftriaxon 1 x 2gr 18. Gentamicin 1 x 80 mg
20
XII. ANALISIS KASUS
Penyakit Jantung Rematik
Pada anamnesa: Pasien mengeluh pusing berputar disertai tampak bingung yang terjadi
mendadak, sulit diajak berkomunikasi, terlihat gelisah, tidak dapat memahami perintah,
mengigau, dan timbul gerakan cepat pada ekstremitas yang tidak disadari. Hal ini
seperti gejala pada Sydenham’s Chorea. Sejak 2 hari SMRS pasien mengeluh demam
yang semakin memberat, Riwayat penyakit radang tenggorokan sejak kecil (+), riwayat
penyakit jantung (+).
Pada pemeriksaan fisik: Trismus (+), pada perkusi batas jantung dicurigai membesar,
pada auskultasi jantung terdengar continous murmur (+)
Pada EKG: Didapatkan PR interval memanjang.
Pada Echocardiography: Terdapat Mitral Regurgitasi
Pada rontgen thorax: Terdapat kardiomegali
Pada pemeriksaan lab: Terdapat peningkatan leukosit dan LED
Dari kriteria Jones, yang dapat disimpulkan pada pasien ini adalah
Interpretasi: Terdapat 2 kriteria mayor.
XIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
o Titer antistreptolisin O (ASTO)
o Kultur hapusan tenggorok
21
PENYAKIT JANTUNG REMATIKI. Definisi
Penyakit jantung rematik adalah peradangan jantung dan jaringan parut yang
dipicu oleh reaksi autoimun terhadap infeksi streptokokus β hemolitik grup A. Pada
tahap akut, kondisi ini terdiri dari pancarditis, yang melibatkan peradangan dari
miokardium, endokardium, dan epikardium. Penyakit kronis dimanifestasikan oleh
katup fibrosis, yang mengakibatkan stenosis dan / atau insufisiensi.1
Demam rematik jarang terjadi sebelum usia 5 tahun dan setelah usia 25 tahun; hal
ini sangat sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Insiden tertinggi diamati
pada anak usia 5-15 tahun dan di negara-negara berkembang atau negara
berkembang dimana antibiotik tidak rutin dibagikan untuk faringitis.1
II. Epidemiologi
Prevalensi demam rematik atau penyakit jantung rematik yang diperoleh dan
penelitian WHO mulai tahun 1984 di 16 negara berkembang di Afrika, Amerika
Latin, Timur Jauh, Asia Tenggara dan Pasifik Barat berkisar 0,1 sampai 12,6 per
1.000 anak sekolah, dengan prevalensi rata-rata sebesar 2,2 per 1.000 anak sekolah.3
Dalam laporan WHO Expert Consultation Geneva, 29 Oktober–1 November 2001
yang diterbitkan tahun 2004 angka mortalitas untuk PJR 0,5 per 100.000 penduduk
di Negara maju hingga 8,2 per 100.000 penduduk di negara berkembang di daerah
Asia Tenggara diperkirakan 7,6 per 100.000 penduduk. Diperkirakan sekitar 2.000-
332.000 penduduk yang meninggal diseluruh dunia akibat penyakit tersebut.7
Prevalensi demam rematik di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun
beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi penyakit
jantung rematik berkisar antara 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak sekolah. Dengan
demikian, secara kasar dapat diperkirakan bahwa prevalensi demam rematik di
Indonesia pasti lebih tinggi dari angka tersebut, mengingat penyakit jantung rematik
merupakan akibat dari demam rematik.8
III. Etiologi
Etiologi terpenting dari penyakit jantung reumatik adalah demam reumatik.
Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi
22
setelah infeksi Streptococcus grup A pada individu yang mempunyai faktor
predisposisi. Keterlibatan kardiovaskuler pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi
endokardium dan miokardium melalui suatu proses ’autoimunne’ yang
menyebabkan kerusakan jaringan. Inflamasi yang berat dapat melibatkan
perikardium. Valvulitis merupakan tanda utama reumatik karditis yang paling
banyak mengenai katup mitral (76%), katup aorta (13%) dan katup mitral dan katup
aorta (97%). Insidens tertinggi ditemukan pada anak berumur 5-15 tahun.5
IV. Patofisiologis
Demam rematik merupakan respons autoimmune terhadap infeksi Streptokokus β
hemolitik grup A pada tenggorokan. Respons manifestasi klinis dan derajat penyakit
yang timbul ditentukan oleh kepekaaan genetic host, keganasan organisme dan
lingkungan yang kondusif. Mekanisme patogenesis yang pasti sampai saat ini tidak
diketahui, tetapi peran antigen histokompatibility mayor, antigen jaringan spesifik
potensial dan antibody yang berkembang segera setelah infeksi streptokokkus telah
diteliti sebagai faktor resiko yang potensial dalam patogenesis penyakit ini.5
Diperkirakan terdapat suatu kemiripan antara antigen bakteri dengan sel jantung
pada manusia (antigenic mimicry). Pada penyelidikan ditemukan 2 hal yaitu :
a. Adanya persamaan antara karbohidrat dari Streptococcus Grup A dengan
glikoprotein dari katup jantung.
b. Terdapat persamaan molekuler yaitu : streptococcal M. Protein dengan sarcolema
sel miokard pada manusia. M-protein adalah salah satu determinan virulensi
bakteri. Lebih dari 130 M protein sudah teridentifikasi dan tipe 1, 3, 5, 6, 14, 18,
19 dan 24 berhubungan dengan terjadinya DR. Berdasar hal tersebut di atas
terjadinya autoimunitas yang mungkin merupakan mekanisme terjadinya
kerusakan jaringan pada demam reumatik terutama karditis. 5
23
Gambar 4.1 Patofisiologi Penyakit Jantung Rematik 5
V. Manifestasi Klinik
Kriteria Mayor
1. Karditis merupakan manifestasi klinik demam rematik yang paling berat karena
merupakan satu-satunya manifestasi yang dapat mengakibatkan kematian
penderita pada fase akut dan dapat menyebabkan kelainan katup sehingga
terjadi penyakit jantung rematik. Diagnosis karditis rematik dapat ditegakkan
secara klinik berdasarkan adanya salah satu tanda berikut:
(a) bising baru atau perubahan sifat bising organik
(b) kardiomegali
(c) perikarditis, dan gagal jantung kongestif
Bising jantung merupakan manifestasi karditis rematik yang seringkali muncul
pertama kali, sementara tanda dan gejala perikarditis serta gagal jantung
kongestif biasanya baru timbul pada keadaan yang lebih berat. 7
24
2. Poliartritis, ditandai oleh adanya nyeri, pembengkakan, kemerahan, teraba
panas, dan keterbatasan gerak aktif pada dua sendi atau lebih. Artritis pada
demam rematik paling sering mengenai sendi-sendi besar anggota gerak bawah.
Kelainan ini hanya berlangsung beberapa hari sampai seminggu pada satu sendi
dan kemudian berpindah, sehingga dapat ditemukan artritis yang saling
tumpang tindih pada beberapa sendi pada waktu yang sama; sementara tanda-
tanda radang mereda pada satu sendi, sendi yang lain mulai terlibat. Perlu
diingat bahwa artritis yang hanya mengenai satu sendi (monoartritis) tidak dapat
dijadikan sebagai suatu criteria mayor. Selain itu, agar dapat digunakan sebagai
suatu kriteria mayor, poliartritis harus disertai sekurang-kurangnya dua kriteria
minor, seperti demam dan kenaikan laju endap darah, serta harus didukung oleh
adanya titer ASTO atau antibodi anti Streptokokus lainnya yang tinggi. 7
1. Sydenham’s Chorea secara khas ditandai oleh adanya gerakan tidak disadari
dan tidak bertujuan yang berlangsung cepat dan umumnya bersifat bilateral,
meskipun dapat juga hanya mengenai satu sisi tubuh. Manifestasi demam
rematik ini lazim disertai kelemahan otot dan ketidakstabilan emosi. Korea
jarang dijumpai pada penderita di bawah usia 3 tahun atau setelah masa
pubertas dan lazim terjadi pada perempuan. Korea Sydenham merupakan
satusatunya tanda mayor yang sedemikian penting sehingga dapat dianggap
sebagai pertanda adanya demam rematik meskipun tidak ditemukan kriteria
yang lain. Korea merupakan manifestasi demam rematik yang muncul secara
lambat, sehingga tanda dan gejala lain kemungkinan sudah tidak ditemukan lagi
pada saat korea mulai timbul. 7
2. Eritema marginatum merupakan wujud kelainan kulit yang khas pada demam
rematik dan tampak sebagai makula yang berwarna merah, pucat di bagian
tengah, tidak terasa gatal, berbentuk bulat atau dengan tepi yang bergelombang
dan meluas secara sentrifugal. Eritema marginatum juga dikenal sebagai eritema
anulare rematikum dan terutama timbul di daerah badan, pantat, anggota gerak
bagian proksimal, tetapi tidak pernah ditemukan di daerah wajah. Kelainan ini
dapat bersifat sementara atau menetap, berpindah-pindah dari satu bagian tubuh
ke bagian tubuh yang lain, dapat dicetuskan oleh pemberian panas, dan
memucat jika ditekan. Tanda mayor demam rematik ini hanya ditemukan pada
kasus yang berat. 7
25
Gambar 5.1 Eritema marginatum 2
3. Nodulus subkutan pada umumnya hanya dijumpai pada kasus yang berat dan
terdapat di daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala serta kolumna
vertebralis. Nodul ini berupa massa yang padat, tidak terasa nyeri, mudah
digerakkan dari kulit di atasnya, dengan diameter dan beberapa milimeter
sampai sekitar 2 cm. Tanda ini pada umumnya tidak akan ditemukan jika tidak
terdapat karditis. 7
Gambar 5.2 Nodul Subkutan 2
Kriteria Minor
1. Riwayat demam rematik sebelumnya dapat digunakan sebagai salah satu
kriteria minor apabila tercatat dengan baik sebagai suatu diagnosis yang
didasarkan pada kriteria obyektif yang sama. Akan tetapi, riwayat demam
rematik atau penyakit jantung rematik inaktif yang pernah diidap seorang
penderita seringkali tidak tercatat secara baik sehingga sulit dipastikan
kebenarannya, atau bahkan tidak terdiagnosis. 7
26
2. Artralgia adalah rasa nyeri pada satu sendi atau lebih tanpa disertai peradangan
atau keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus dibedakan dengan nyeri
pada otot atau jaringan periartikular lainnya, atau dengan nyeri sendi malam
hari yang lazim terjadi pada anak-anak normal. Artralgia tidak dapat digunakan
sebagai kriteria minor apabila poliartritis sudah dipakai sebagai kriteria mayor. 7
3. Demam pada demam rematik biasanya ringan, meskipun adakalanya mencapai
39°C, terutama jika terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai
suatu demam derajat ringan selama beberapa minggu. Demam merupakan
pertanda infeksi yang tidak spesifik, dan karena dapat dijumpai pada begitu
banyak penyakit lain, kriteria minor ini tidak memiliki arti diagnosis banding
yang bermakna.7
4. Peningkatan kadar reaktan fase akut berupa kenaikan laju endap darah,
kadar protein C reaktif, serta leukositosis merupakan indikator nonspesifik dan
peradangan atau infeksi. Ketiga tanda reaksi fase akut ini hampir selalu
ditemukan pada demam rematik, kecuali jika korea merupakan satu-satunya
manifestasi mayor yang ditemukan. Perlu diingat bahwa laju endap darah juga
meningkat pada kasus anemia dan gagal jantung kongestif. Adapun protein C
reaktif tidak meningkat pada anemia, akan tetapi mengalami kenaikan pada
gagal jantung kongestif. Laju endap darah dan kadar protein C reaktif dapat
meningkat pada semua kasus infeksi, namun apabila protein C reaktif tidak
bertambah, maka kemungkinan adanya infeksi Streptokokus akut dapat
dipertanyakan. 7
5. Interval P-R yang memanjang biasanya menunjukkan adanya keterlambatan
abnormal sistem konduksi pada nodus atrioventrikel dan meskipun sering
dijumpai pada demam rematik, perubahan gambaran EKG ini tidak spesifik
untuk demam rematik. Selain itu, interval P-R yang memanjang juga bukan
merupakan pertanda yang memadai akan adanya karditis rematik. 7
Bukti yang mendukung
Titer antistreptolisin O (ASTO) merupakan pemeriksaan diagnostik standar
untuk demam rematik, sebagai salah satu bukti yang mendukung adanya infeksi
Streptokokus. Titer ASTO dianggap meningkat apabila mencapai 250 unit Todd
pada orang dewasa atau 333 unit Todd pada anak-anak di atas usia 5 tahun, dan
dapat dijumpai pada sekitar 70% sampai 80% kasus demam rematik akut. Infeksi
27
Streptokokus juga dapat dibuktikan dengan melakukan biakan usapan tenggorokan.
Biakan positif pada sekitar 50% kasus demam rematik akut. Bagaimanapun, biakan
yang negatif tidak dapat mengesampingkan kemungkinan adanya infeksi
Streptokokus akut. 4
VI. Diagnosis
Tabel 6.1. Kriteria WHO sebagai diagnosis Penyakit Jantung Rematik (berdasarkan kriteria Jones)9
28
VII. Diagnosis Banding
Arthritis reumatoid juvenile sering didiagnosis sebagai demam rematik akut.
Temuan klinis yang mengarah ke arthritis reumatoid juvenile antara lain :
keterlibatan dari sendi-sendi kecil di perifer, sendi-sendi besar terkena secara
simetris tanpa adanya arthritis yang berpindah, kepucatan pada sendi yang terkena,
tidak ada bukti infeksi streptokokus, perjalanan penyakit yang lebih indolen, dan
tidak adanya respon awal terhadap terapi salisilat selama 24 sampai 48 jam.6
Penyakit vaskular kolagen (systemic lupus erythematosus ; SLE, penyakit
jaringan penyambung campuran); arthritis yang reaktif, termasuk arthritis
poststreptococcal; serum sickness; dan infeksius arthritis (seperti gonokokus),
kadang-kadang perlu dibedakan. 6
Infeksi virus yang disertai arthritis akut (rubella, parvovirus, virus hepatitis B,
herpesvirus, enterovirus) lebih sering terjadi pada orang dewasa. Penyakit-penyakit
hematologi seperti anemia sel sabit dan leukemia, dianjurkan untuk tetap
dipikirkan sebagai diagnosis banding. 6
VIII. Penatalaksanaan
Ketika demam rematik akut ditemukan secara anamnesis dan pemeriksaan
fisik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium antara lain : pemeriksaan
darah lengkap, reaktan fase akut (LED, protein C-reaktif), kultur tenggorok, titer
anti streptolisin O (dan titer antibodi kedua, terutama pada pasien dengan
khorea), foto Rontgen, dan elektrokardiografi. Konsultasi ke ahli jantung
diindikasikan untuk menjelaskan apakah terjadi kerusakan pada jantung :
pemeriksaan ekhokardiografi dua dimensi dan Doppler yang biasa dilakukan. 7,9
Penisilin benzathine G 0,6 sampai 1,2 juta unit disuntikkan secara
intramuskular, diberikan untuk eradikasi streptokokus. Pada pasien yang
mempunyai alergi penisilin, dapat diberikan eritromisin dengan dosis 40
mg/kgBB perhari dalam dua sampai empat dosis selama 10 hari. Terapi anti-
inflamasi atau supresi dengan salisilat atau steroid tidak boleh diberikan sampai
ditegakkannya diagnosis pasti.7
Ketika diagnosis demam rematik akut ditegakkan, diperlukan edukasi kepada
pasien dan orang tuanya tentang perlunya pemakaian antibiotik secara
berkelanjutan untuk mencegah infeksi streptokokus berikutnya. Adanya
29
keterlibatan jantung, diperlukan pemberian profilaksis untuk menangani
endokarditis infektif. 7
Jangka waktu tirah baring bergantung pada tipe dan keparahan dari gejala dan
berkisar dari seminggu (untuk arthritis) hingga beberapa minggu untuk karditis
berat. Tirah baring diikuti periode untuk ambulasi di dalam rumah dengan durasi
bervariasi sebelum anak diperbolehkan untuk kembali ke sekolah. Aktivitas bebas
diperbolehkan bila laju endap darah sudah kembali ke normal, kecuali pada anak
dengan kerusakan jantung yang cukup berat.6
Status karditis PenatalaksanaanDerajat 1 (tanpa karditis) Tirah baring selama 2 minggu
dan sedikit demi sedikit rawatjalan selama 2 minggu dengansalisilat
Derajat 2(Karditis tanpa kardiomegali)
Tirah baring selama 4 minggudan sedikit demi sedikit rawatjalan selama 4 minggu
Derajat 3(Karditis dengan kardiomegali)
Tirah baring selama 6 minggudan sedikit demi sedikit rawatjalan selama 6 minggu
Derajat 4(Karditis dengan gagal jantung)
Tirah baring ketat selama masihada gejala gagal jantung dansedikit demi sedikit rawat jalanselama 12 minggu
Tabel 8.1. Pedoman umum tirah baring dan rawat jalan pada pasien demam reumatik 6
IX. Prognosis
Demam Rematik tidak akan sembuh bila infeksi Streptokokus tidak diatasi.
Prognosis sangat baik bila karditis sembuh pada saat permulaan serangan akut DR.
Selama 5 tahun pertama perjalanan penyakit DR dan PJR tidak membaik bila
bising organik katup tidak menghilang.4
Prognosis memburuk bila gejala karditisnya memberat, dan ternyata DR akut
dengan payah jantung akan sembuh 30% pada 5 tahun pertama dan 40% setelah 10
tahun. Dari data penyembuhan ini akan bertambah bila pengobatan pencegahan
sekunder dilakukan secara baik. Ada penelitian melaporkan bahwa stenosis mitralis
sangat tergantung oada beratnya karditis, sehingga kerusakan katup mitral selama 5
30
tahun pertama sangat mempengaruhi angka kematian DR ini. (Irvington House
group & U.K and U.S 1965). 4
X. Pencegahan
Tabel 10.1. Pencegahan primer pada demam rematik9
Tabel 10.2. Profilaksis sekunder pada demam rematik 9
31
Tabel 10.3. Durasi pencegahan sekunder pada demam rematik 9
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Burke, P. 2013. Pathology of Rheumatic Heart Disease. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1962779-overview. Diakses pada tanggal 25
April 2014.
2. Hartley, M. Rheumatic Fever. Diunduh dari:
http://www.dermnetnz.org/bacterial/rheumatic-fever.html. Diaksies pada tanggal 27
April 2014.
3. Koshi G, Benjamin V, Chenan G. Rheumatic fever and rheumatic heart disease in
rural South Indian children. Bull WHO 1981; 59 (4): 599-6035.
4. Leman, S. 2009. Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik, dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing. Hal: 1662-1669.
5. Meador RJ, Russel IJ, Davidson A, et al. Acute Rheumatic Fever. Diunduh dari:
http://www.emedicine.com/med/topic2922.html. Diakses pada tanggal: 27 April
2014.
6. Park M. Pediatric Cardiology for Practicioners. 5th ed. Philadelphia: Mosby
Elsevier. 2008
7. Stollerman GH. Rheumatic Fever. In: Braunwald, E. etal (eds). Harrison's Principles
of Internal Medicine. 16th. ed. Hamburg. McGraw-Hill Book. 2005 : 1977-79
8. Soeroso S dkk. Tinjauan Prevalensi Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik
pada Anak di Indonesia. Dalam: Sastrosubroto H. dkk (ed). Naskah Lengkap
Simposium dan Seminar Kardiologi Anak. Semarang. 27 September 1986: 1-11
9. World Health Organization. 2001. Rheumatic Fever and Rheumatic Heart Disease.
WHO Library Cataloguing in Publication Data. Geneva. Hal: 923
33