Hierarchical Token Bucket HTB...Manajemen Bandwidth dengan Menggunakan Metode Hierarchical Token...
Transcript of Hierarchical Token Bucket HTB...Manajemen Bandwidth dengan Menggunakan Metode Hierarchical Token...
Manajemen Bandwidth dengan Menggunakan
Metode Hierarchical Token Bucket ( HTB )
(Studi Kasus : SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang)
Artikel Ilmiah
Oleh:
Swaghora Pramudita (672009004)
Radius Tanone, S.Kom., M.Cs
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
November 2014
ii
Manajemen Bandwidth dengan Menggunakan
Metode Hierarchical Token Bucket ( HTB )
(Studi Kasus : SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Oleh:
Swaghora Pramudita (672009004)
Radius Tanone, S.Kom., M.Cs
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
November 2014
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
Manajemen Bandwidth dengan Menggunakan
Metode Hierarchical Token Bucket ( HTB )
(Studi Kasus : SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang)
1) Swaghora Pramudita, 2)Radius Tanone
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia
Email: 1)[email protected], 2)[email protected]
Internet takes an important part in teaching and learning activities at school.
Bandwidth management was not apply on SMPN 1 Susukan Semarang, this causing some
client can get the amount of bandwidth not in order. Bandwidth management has a big
impact for the entire computer to get the same amount of bandwidth with use HTB
method. Design method that use in this research was PPDIOO method. PPDIOO
including prepare, plan, design, operate and optimize. The result for applying HTB
method is bandwidth can be divided with same amount of each client suitable with their
needs according to limit at and max limit that has been made. QoS made the use of
bandwidth become work well. The conclusion, network in SMPN 1 Susukan is good after
the implement of bandwidth management with HTB method.
Keywords: Bandwidth, HTB, QoS, PPDIOO.
Abstrak
Internet berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jaringan
pada SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang belum diterapkan manajemen bandwidth
sehingga beberapa komputer client bisa menggunakan bandwidth dengan tidak beraturan.
Manajemen bandwitdh berperan penting supaya semua komputer client mendapat jatah
bandwidth sesuai dengan prioritas untuk setiap client di SMPN 1 Susukan dengan
menerapkan metode HTB. Metode perancangan sistem menggunakan metode PPDIOO
yang terdiri dari prepare, plan, design, implement, operate, dan optimize. Hasil
manajemen bandwidth yang diperoleh dengan menggunakan metode HTB, bandwidth
dapat terbagi sesuai dengan prioritas untuk setiap komputer client berdasarkan
konfigurasi limit at dan max limit yang telah dibuat. QoS berjalan dengan baik untuk
menjaga kualitas bandwidth yang tersedia, sehingga kegunaan bandwidth lebih optimal.
Dapat diambil kesimpulan jika jaringan pada SMPN1 Susukan tergolong bagus setelah
diterapkan manajemen bandwidth dengan menggunakan metode HTB.
Kata Kunci: Bandwidth, HTB, QoS, PPDIOO.
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Teknik Informatika, Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
1
1. Pendahuluan
Di era globalisasi saat ini internet menjadi kebutuhan yang penting untuk
menunjang kehidupan sehari – hari dalam mencari berbagai informasi.
Terbatasnya bandwidth yang disediakan oleh operator internet memaksa para
pengguna untuk pintar menggunakan jatah bandwidth yang tersedia. Bandwidth
adalah ukuran yang menunjukkan seberapa banyak data yang dapat dilewatkan
dalam sebuah network. Besar bandwidth pada jaringan akan mempengaruhi
kecepatan jaringan dalam melakukan sebuah proses transfer data ke internet [1].
Manajemen bandwidth menjadi hal yang sangat diperlukan bagi jaringan
multi layanan, karena semakin banyak dan bervariasinya aplikasi yang dapat
dilayani oleh suatu jaringan berpengaruh pada penggunaan link dalam
jaringan tersebut. Manajemen bandwidth sangat dibutuhkan untuk mengatur
bandwidth yang tersedia supaya setiap client bisa mendapatkan bandwidth sesuai
dengan kebutuhan masing-masing client [2].
Dalam penelitian ini terdapat masalah jaringan internet di SMPN 1 Susukan
Kabupaten Semarang karena belum diterapkan manajemen bandwidth. Beberapa
komputer client pada sekolah tersebut dapat menggunakan bandwidth dengan
tidak beraturan sehingga mengganggu client lain yang akan menggunakan
internet. Menurut kepala sekolah SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang masalah
yang diakibatkan membuat proses administrasi sekolah menjadi terganggu. Sering
kali kepala sekolah merasa jaringan internet lambat ketika akan download data
dari dinas pendidikan. Masalah internet yang terjadi tidak hanya dirasakan oleh
kepala sekolah tetapi juga para pengguna internet yang lain yaitu petugas dapodik
sekolah, guru, dan siswa. Petugas Dapodik sekolah memerlukan internet yang
cepat untuk menyelesaikan segala administrasi sekolah seperti bantuan
operasional sekolah (BOS), data pokok pendidikan, dan mengakses informasi dari
dinas pendidikan dan kebudayaan yang harus dilakukan secara online. Guru
memerlukan internet yang stabil untuk mencari materi pengajaran di sekolah.
Internet juga sangat berperan penting untuk menunjang kegiatan siswa dalam
mencari tugas yang diberikan oleh guru. Tetapi ketika semua client menggunakan
internet secara bersamaan bandwidth terbagi tidak merata sehingga ada yang
mendapat akses internet yang cepat tetapi ada juga yang mendapat akses internet
yang lambat. Jaringan internet yang lambat akan mengganggu seluruh kegiatan
yang berkaitan dengan internet di SMPN 1 Susukan dan mengakibatkan tugas
tidak dapat dilakukan tepat waktu. Hal ini terjadi karena tidak adanya pengaturan
manajemen bandwidth pada sekolah tersebut sehingga bandwidth yang tersedia
habis terpakai oleh sebagian client. Pihak sekolah menginginkan bandwidth yang
tersedia dapat terbagi berdasarkan kebutuhan untuk masing-masing client.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka ditemukan solusi untuk
menyelesaikan masalah bandwidth yang terjadi di SMPN 1 Susukan dengan
menerapkan manajemen bandwidth dengan menggunakan metode Hierarchical
Token Bucket (HTB) supaya bandwidth yang tersedia dapat terbagi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing client. HTB dipilih karena mempunyai kelebihan
dalam pembatasan trafik pada setiap level maupun klasifikasi, sehingga
bandwidth yang tidak dipakai oleh level yang tinggi dapat digunakan atau
2
dipinjam oleh level yang lebih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
merancang suatu sistem manajemen bandwidth dengan memanfaatkan metode
Hierarchical Token Bucket (HTB) untuk menyelesaikan masalah bandwidth yang
terdapat di SMPN 1 Susukan. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengatur
manajemen bandwidth sesuai dengan kebutuhan setiap client di SMPN1 Susukan
mulai dari kepala sekolah, operator dapodik, guru dan siswa guna menunjang
kegiatan selama di Sekolah. Sehingga membantu terwujudnya sistem jaringan
internet yang efektif. Quality of servise (QoS) digunakan sebagai parameter untuk
melihat seberapa baik manajemen bandwidth yang telah diterapkan pada jaringan
di SMPN 1 Susukan yang difokuskan pada pengukuran parameter delay, packet
loss, dan throughput. Hasil yang diharapakan adalah agar kepala sekolah, operator
dapodik, maupun pengguna internet yang lain mendapatkan akses internet yang
optimal guna menunjang kegiatan selama di Sekolah.
2. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, seperti jurnal
oleh Tafaul yang berjudul Os Mikrotik sebagai Manajemen Bandwidth dengan
Menerapkan Metode Per Connection Queue (PCQ). Bandwidth bisa dibagi
secara otomatis oleh sistem dan batasan limit apabila bandwidth digunakan
hanya oleh satu client bisa mencapai keseluruhan bandwidth yang ada. Hasil
yang diperoleh adalah selama melakukan pengujian terhadap bandwidth, masing-
masing client lokal bisa memperoleh bandwidth secara adil. Alokasi bandwidth
menuju jaringan lokal bisa terbatasi dengan baik pada saat client melakukan
aktivitas download maupun upload, baik pada saat client lokal melakukan
aktivitas download menggunakan download manajer [3].
Menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Haimi, dkk berjudul
Pengaturan Pemakaian Bandwidth Menggunakan Mikrotik Bridge di Fakultas
Teknik Jurusan Elektro Universitas Syiah Kuala. Peneliti membuat desain
topologi menggunakan mikrotik sebagai bridge dengan menempatkanya diantara
server dengan client untuk menjembatani proses pertukaran data. Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti pengaruh penggunaan mikrotik bridge terhadap
manajemen pemakaian bandwidth dengan melakukan analisa terhadap besar
pemakaian bandwidth yang diterima client. Hasil yang didapatkan pada penelitian
tersebut adalah penggunaan mikrotik tidak hanya dapat mengatur penggunaan
bandwidth yang sama, tetapi juga bisa mengoptimalkan penggunaan bandwidth
dengan mengaturnya sedemikian rupa sebagaimana yang diinginkan [4].
Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Darwanto dkk dengan judul
Manajemen Bandwitdh Jaringan Komputer menggunakan Metode Hierarchical
Token Bucket (HTB) pada PC router berbasis linux yang membahas tentang
kebutuhan akan manajemen bandwitdh yang baik dengan dirancangnya
manajemen bandwidth. Hasil yang diperoleh adalah dengan menerapkan HTB
pada jaringan, dimana bandwidth 1 Mbps dapat bagi menjadi 384 kbps, 512 kbps
dan 192 kbps dan 64 kbps serta throughput dari masing-masing client dapat
terkontrol, dimana setiap client akan menggunakan bandwidth sesuai batasan yang
telah diberikan, dan setiap client dapat menggunakan bandwidth yang tidak
3
sedang digunakan seperti ditunjukkan pada pengujian setelah diterapkannya
manajemen bandwidth [5]. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yang terdapat pada pengoprasian mikrotik untuk memaksimalkan
pembagian bandwidth sesuai dengan kebutuhan setiap client, dan penambahan
Quality of servise (QoS) sebagai parameter untuk melihat seberapa baik
manajemen bandwidth yang telah diterapkan pada jaringan di SMPN 1 Susukan.
Manajemen bandwidth akan membatasi penggunaan bandwidth jaringan
internet dan berperan penting supaya bandwidth dapat terbagi secara merata untuk
semua client. Pada jaringan internet yang belum diterapkan manajemen
bandwidth, ketika salah satu client menggunakan bandwidth secara penuh, client
yang lain akan mengalami antrian permintaan paket data dan mendapatkan
bandwidth ketika permintaan paket data dari client pertama terpenuhi. Hal ini
dapat mengganggu client lain dan mengganggu kinerja dari jaringan internet itu
sendiri. Hierarchical Token Bucket atau yang disingkat dengan (HTB) adalah
metode yang digunakan untuk mengatur pembagian bandwidth yang dilakukan
secara hirarki dan dibagi-bagi kedalam kelas sehingga mempermudah pengaturan
bandwidth. Hierarchical Token Bucket (HTB) merupakan teknik penjadwalan
paket yang sering digunakan bagi router berbasis linux, dan dikembangkan
pertama kali oleh Martin Devera [6].
Hierarchical Token Bucket mempunyai parameter-parameter penyusun
antrian yaitu rate dan ceil. Rate menentukan bandwidth maksimum yang dapat
digunakan oleh setiap class, jika bandwidth melebihi nilai rate, maka paket
data akan dipotong. Ceil diatur untuk menentukan peminjaman bandwidth
antar class, peminjaman bandwidth dilakukan kelas paling bawah ke kelas di
atasnya. Teknik ini disebut dengan link sharing. Rate berarti bandwidth yang
tersedia untuk kelas yang ditentukan dan ceil adalah yang menandai adanya
bandwidth maksimum untuk kelas yang diijinkan untuk menggunakannya.
Bandwidth yang digunakan antara rate dan ceil meminjam dari suatu kelas parent.
Jumlah kelas child dapat dibuat di bawah kelas parent, dimana dapat dialokasikan
berapa jumlah bandwidth yang tersedia dari kelas parent. Di dalam kelas child,
tingkat rate dan ceil parameter nilai-nilainya tidak perlu sama seperti kelas
parent [7].
Parameter ceil selalu mendapatkan bandwidth di antara base link dan
nilai ceil linknya. Parameter ini dapat dianggap sebagai estimator kedua,
sehingga setiap kelas dapat meminjam bandwidth selama bandwidth total
yang diperoleh memiliki nilai di bawah nilai ceil. Hal ini mudah
diimplementasikan dengan cara tidak mengijinkan proses peminjaman bandwidth
pada saat kelas telah melampaui link. Apabila nilai ceil sama dengan nilai
base link, maka akan memiliki fungsi yang sama seperti parameter bounded
pada CBQ, di mana kelas-kelas tidak diijinkan untuk meminjam bandwidth.
Sedangkan jika nilai ceil diatur tak terbatas atau dengan nilai yang lebih tinggi
seperti kecepatan link yang dimiliki, maka akan didapat fungsi yang sama
seperti kelas nonbounded [8].
4
Gambar 1 Token Bucket Filter
Pada Gambar 1 implementasi TBF terdiri dari buffer (bucket), yang
secara konstan diisi oleh beberapa informasi virtual yang dinamakan token,
pada link yang spesifik (token link). Parameter paling penting dari bucket
adalah ukurannya, yaitu banyaknya token yang dapat disimpan. Setiap token
yang masuk mengumpulkan satu paket yang datang dari antrian data dan
kemudian dihapus dari bucket.
Data yang datang pada TBF memiliki link yang sama dengan masuknya
token. Setiap paket yang masuk memiliki token masing-masing dan akan
melewati antrian tanpa adanya delay. Data yang datang pada TBF memiliki link
yang lebih kecil daripada link token. Hanya sebagian token yang dihapus
pada output setiap paket data yang dikirim ke antrian, dan token akan
menumpuk, memenuhi ukuran bucket. Token yang tidak digunakan kemudian
akan dapat digunakan untuk mengirimkan data pada kecepatan yang
melampaui link token standar. Data yang datang pada TBF memiliki link yang
lebih besar daripada link token. Bucket akan segera kosong dari token, yang
menyebabkan TBF akan menutup alirannya untuk sementara. Hal ini dinamakan
situasi overlimit. Jika paket-paket tetap datang, maka paket-paket akan segera
dibuang [9].
Quality of Service (QoS) mengacu pada kemampuan jaringan untuk
menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu melalui
teknologi yang berbeda-beda. Quality of Service (QoS) menawarkan kemampuan
untuk mendefinisikan atribut-atribut layanan jaringan yang disediakan, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif [10].
Mekanisme Quality of servise (QoS) mampu memprediksi bandwidth,
latency, dan jitter. Kemudian mencocokan dengan kebutuhan aplikasi yang
digunakan di dalam jaringan tersebut. Quality of service (QoS) dapat diterapkan
pada jaringan melalui mekanisme prioritas pada paket yang masuk ke jaringan,
dimana setiap paket yang masuk ke jaringan akan diidentifikasi terlebih dahulu
baik berdasarkan aplikasi maupun protocol, kemudian paket-paket mendapatkan
5
prioritas berdasarkan policy yang berlaku di jaringan. Komponen-komponen dari
Quality of servise (QoS) adalah delay, jitter, packet loss, dan throughput. Delay
merupakan total waktu yang dibutuhkan oleh sebuah paket data terhitung dari
saat pengiriman oleh transmitter sampai diterima oleh receiver melalui sebuah
jaringan. Jitter adalah variasi dari delay yang diakibatkan oleh perbedaan selang
waktu kedatangan antar paket. Packet loss, merupakan jumlah paket yang hilang
saat pengiriman paket data ke tujuan. Dalam suatu jaringan packet loss akan
selalu mempunyai nilai dengan satuan persen (%). Throughput adalah laju data
yang dikirim melalui jaringan. Througput merujuk pada besar data yang dibawa
oleh trafik jaringan. Througput diukur dengan cara menghitung bytes yang dikirim
selama rentang waktu tertentu [11].
3. Metode Perancangan Sistem
Penelitian ini mengkaji mengenai manajemen bandwidth dengan
menggunakan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) pada SMPN 1 Susukan
Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan metode PPDIOO yang
dikembangkan oleh Cisco system (Cisco,2005). PPDIOO merupakan metode
analisis pengembangan jaringan komputer yang dibutuhkan untuk pengembangan
jaringan komputer. Tahap yang terdapat dalam metode PPDIOO adalah: prepare,
plan, design, implement, operate, dan optimize. Berikut adalah desain penelitian
yang dilakukan dengan judul “Manajemen Bandwidth dengan Metode
Hierarchical Token Bucket (HTB) Studi Kasus di SMPN 1 Susukan Kabupaten
Semarang”. PPDIOO dapat ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Metode PPDIOO (Cisco System.Inc)
Tahap penelitian pada Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahap
pertama adalah tahap prepare atau tahap mempersiapkan segala aspek untuk
kepentingan penelitian, mulai dari persiapan bahan, alat dan juga strategi
pengembangan jaringan. Ditahap ini dilakukan pengecekan kondisi jaringan pada
SMPN 1 Susukan dengan meliputi pengecekan server, client, dan besar
bandwidth.
6
Tahap kedua adalah tahap plan. Di tahap ini dilakukan perancangan sistem
pada jaringan dengan mengidentifikasi kebutuhan awal jaringan. Kebutuhan awal
jaringan meliputi tujuan, fasilitas dan kebutuhan client. Besar bandwidth akan
dibagi berdasarkan prioritas penggunaan internet untuk masing-masing client
seperti pada Tabel 1. Hardware yang akan digunakan adalah dengan
menggunakan mikrotik routerboard Rb 750.
Tabel 1 Pembagian Bandiwdth
Client Limit at Max Limit
PC Kepala Sekolah 500 kbps 3 Mbps
PC Dapodik1 400 kbps 3 Mbps
PC Dapodik2 400 kbps 3 Mbps
PC Dapodik3 400 kbps 3 Mbps
PC Guru1 400 kbps 3 Mbps
PC Guru2 400 kbps 3 Mbps
PC Perpustakaan1 250 kbps 3 Mbps
PC perpustakaan2 250 kbps 3 Mbps
Tahap ketiga adalah tahap design dimana pada tahap ini dilakukan
penataan hardware dan topologi jaringan pada SMPN 1 Susukan. Manajemen
bandwidth dilakukan agar para pengguna internet di SMPN 1 Susukan dapat
mengakses internet dengan jatah bandwidth sesuai dengan prioritas untuk setiap
client.
Gambar 3 Topologi Jaringan pada SMPN 1 Susukan sebelum penerapan metode HTB
Gambar 3 menunjukkan topologi jaringan pada SMPN 1 Susukan sebelum
diterapkan manajemen bandwidth. Internet menggunakan ISP speedy dengan
bandwidth sebesar 3Mbps, bandwidth dibagikan melalui switch kepada komputer
client. Setelah dilakukan manajemen bandwidth dengan metode Hierarchical
Token Bucket (HTB) terdapat penambahan mikrotik rb750 yang digunakan untuk
konfigurasi Hierarchical Token Bucket seperti yang terlihat pada Gambar 3.
7
Gambar 4 Topologi Jaringan pada SMPN 1 Susukan sesudah penerapan metode HTB
Tahap yang keempat adalah tahap implement yang merupakan tahap yang
paling penting dimana di tahap implement sangat menentukan berhasil atau
tidaknya perancangan jaringan baru yang telah dibuat. Tahap implementasi adalah
tahap dimana metode Hierarchical Token Bucket (HTB) diimplementasikan pada
jaringan di SMPN 1 Susukan Kabupaten Semarang. Tahap implementasi di
Gambarkan melalui flowchart dan dijelaskan pada Gambar 5.
Gambar 5 Flowchart Alur Proses Kerja
8
Pertama kali tahap yang dilakukan adalah melihat letak lokasi hardware
pada SMPN 1 Susukan. Langkah selanjutnya melakukan desain jaringan yang
akan digunakan. Setelah desain jaringan kemudian masuk ketahap implementasi
jaringan dengan menerapkan metode Hierarchical Token Bucket (HTB).
Tahap selanjutnya adalah tahap kelima yaitu operate. Di tahap ini
merupakan fase dilakukannya uji coba sistem yang dijalankan secara nyata.
Dalam tahap ini akan diketahui apakah rancangan yang dibuat sudah benar-benar
sesuai dengan rancangan yang telah didesain yaitu manajemen bandwidth dengan
metode Hierarchical Token Buket (HTB).
Tahap terakhir adalah tahap optimize atau tahap mengidentifikasi dan
menganalisis masalah sebelum masalah baru yang muncul dikemudian hari yang
ditakutkan akan mempengaruhi proses jaringan. Dilakukan analisa untuk melihat
pembagian bandwidth yang telah dikonfigurasi apakah telah berjalan baik.
Apabila masih terdapat permasalahan maka akan dilakukan pengecekan pada
konfigurasi yang telah dibuat dan melakukan perbaikan sehingga pembagian
bandwidth sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
4. Hasil dan Pembahasan
Manajemen bandwidth dengan menggunakan metode Hierarchical Tocken
Bucket pada SMPN 1 Susukan berjalan sesuai dengan topologi jaringan yang telah
dibuat. Langkah pertama dalam melakukan manajemen bandwidth adalah dengan
mengkonfigurasi TCP/IP melalui windbox. Konfigurasi IP digunakan untuk
mengatur komputer client sehingga dapat terhubung kedalam jaringan.
Gambar 6 Konfigurasi IP
Gambar 6 merupakan IP yang digunakan pada jaringan di SMPN 1
Susukan Kabupaten Semarang. Alamat IP yang digunakan adalah IP kelas C.
Netmask yang digunakan adalah 255.255.255.0. IP address kelas C digunakan
untuk jaringan Local Area Network dengan ukuran kecil contohnya pada sebuah
9
sekolah. Konfigurasi IP address pada Gambar 6 menunjukkan alamat IP yang
digunakan untuk koneksi internet adalah eth1 dengan IP 192.168.1.71/24.
Sedangkan eth2 menggunakan alamat IP 192.168.100.1/24 yang ditujukan untuk
pemberian alamat lokal pada komputer client yang akan terhubung kedalam
jaringan internet.
Route list merupakan jalur jaringan dimana IP internet dan IP lokal diatur.
Setting route list berguna agar IP lokal dapat terhubung kedalam jaringan internet.
Setting gateway digunakan untuk menghubungkan jaringan internet dan jaringan
lokal. Gateway digunakan untuk menghubungkan satu jaringan komputer dengan
satu atau lebih jaringan komputer yang menggunakan protokol komunikasi yang
berbeda sehingga informasi dari satu jaringan komputer dapat diberikan kepada
jaringan komputer lain.
Gambar 7 Firewall Mangle
Konfigurasi firewall mangle pada Gambar 7 berfungsi membuat mark
packet pada paket-paket data yang akan masuk ke dalam router untuk menandai
paket download dan upload. Konfigurasi pada download menggunakan chain
postrouting dan untuk upload menggunakan chain prerouting. Langkah
selanjutnya adalah membuat konfigurasi mangle rule seperti pada Gambar 8.
Gambar 8 Mangle Rule
10
Konfigurasi mangle rule pada Gambar 8 setiap client akan disesuaikan
sesuai dengan konfigurasi download dan upload. Untuk setiap action dan new
packet mark disesuaikan dengan IP setiap client. Packet mark bekerja dengan
mengenali paket yang didapatkan dari connection mark. Client download
mengggunakan chain postrouting sedangkan untuk client upload chain yang
digunakan adalah prerouting. Setiap client yang terhubung kedalam jaringan
harus dikonfigurasi mangle rulenya, sehingga pada queue tree dapat dikonfigurasi
download dan upload untuk masing-masing client. Langkah selanjutnya adalah
membuat queue. Queue sangat berperan penting karena pada tahap inilah
pembagian bandwidth akan dikonfigurasi. Setting Queue dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9 Queue Tree
Setiap queue dapat menjadi parent untuk queue yang lain. Parent queue
hanya memerlukan konfigurasi max-limit dan tidak membutuhkan parameter
limit-at. Konfigurasi parent queue yang terdapat di SMPN 1 Susukan dibuat
berdasarkan besar bandwidth yang dimiliki yaitu 3 Mbps. Queue untuk komputer
client akan dibedakan berdasarkan prioritas untuk masing-masing komputer
client, dimana pada PC Kepala Sekolah mendapatkan limit at 500 kbps, PC
Dapodik1 400 kbps, PC Dapodik2 400 kbps, PC Dapodik3 400 kbps, PC Guru1
400 kbps, dan PC Guru2 400 kbps, sedangkan Perpus1, dan Perpus2 masing-
masing mendapatkan limit bandwidth 250 kbps, sedangkan max-limit untuk
semua komputer client sama yaitu 3 Mbps.
Hal ini bertujuan supaya pembagian bandwidth sesuai dengan kebutuhan
untuk masing-masing client di SMPN 1 Susukan. Setiap komputer client
mendapat jatah bandwidth masing-masing, sehingga tidak akan terjadi lagi
komputer client yang dapat menggunakan bandwidth secara tidak beraturan.
Limit at diperoleh berdasarkan prioritas untuk setiap client sedangkan nilai dari
max-limit dari setiap child harus lebih kecil atau sama dengan max-limit parent.
11
Gambar 10 Monitoring Client dengan HTB
Pada Gambar 10 dapat dijelaskan pada All-Download menggunakan
global-out dan All-Upload menggunakan global-in dikarenakan mikrotik
menghadap ke client sehingga konfigurasi untuk global-in adalah untuk upstream
dari client, sedangkan global-out untuk downstream ke arah client. Dapat dilihat
setelah dilakukan manajemen bandwidth dengan menggunakan metode
Hierarchical Token Buket (HTB) pembagian bandwidth telah sesuai untuk semua
komputer client, tidak terjadi lagi adanya client yang bisa memonopoli
penggunaan bandwidth. Besar bandwidth 3 Mbps dapat terbagi rata berdasarkan
max-limit dan limit-at untuk masing-masing client dimana pada PC Kepala
Sekolah mendapatkan limit at 500 kbps, PC Dapodik1 400 kbps, PC Dapodik2
400 kbps, PC Dapodik3 400 kbps, PC Guru1 400 kbps, dan PC Guru2 400 kbps,
sedangkan Perpus1, dan Perpus2 masing-masing mendapatkan limit bandwidth
250 kbps, sedangkan max-limit untuk semua komputer client sama yaitu 3Mbps.
Setiap komputer client dapat menggunakan semua bandwidth yang tersedia yaitu
3 Mbps apabila bandwidth sedang tidak digunakan oleh komputer client lain.
Kemudian dilakukan analisa untuk mengetahui berapa nilai dari delay,
packet loss, dan throughput yang terdapat di SMPN 1 Susukan. Perhitungan
dilakukan dengan bantuan software Axence NetTools Profesional. Perhitungan
QoS yang telah dilakukan diperoleh rata-rata sebagai berikut:
Data delay yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2.
12
Tabel 2 Pengukuran Delay
Client Delay (ms)
Sebelum Sesudah
Kepala Sekolah 238 197
Dapodik1 285 227
Dapodik2 281 226
Dapodik3 289 233
Guru1 279 234
Guru2 267 233
Perpus1 287 252
Perpus2 278 261
Gambar 11 Grafik perolehan Delay sebelum dan sesudah HTB
Berdasarkan grafik pada Gambar 11 dapat diketahui jika nilai delay
sebelum diterapkan konsep HTB tergolong tinggi, hal ini disebabkan oleh karena
bandwidth yang ada sudah dipakai untuk memenuhi user yang membutuhkan
bandwidth yang besar, sehingga client yang lain mengalami delay atau antrian
paket data. Setelah metode HTB diterapkan terjadi penurunan nilai delay untuk
masing-masing client dimana rata-rata delay sebelum HTB 276 ms menjadi 233
ms, penurunan delay terjadi karena bandwidth yang tersedia telah terbagi secara
optimal untuk masing-masing client sehingga antrian paket data dapat dihindari. Tabel 3 Pengukuran Packet Loss
Client Packet Loss (%)
Sebelum Sesudah
Kepala Sekolah 3 1
Dapodik1 8 3
Dapodik2 8 2
Dapodik3 8 3
Guru1 7 3
Guru2 5 3
Perpus1 8 5
Perpus2 7 6
13
Gambar 12 Grafik perolehan Packet Loss
Berdasarkan Gambar 12 dijelaskan jika sebelum diterapkan manajemen
bandwidth dapat diketahui jika jumlah packet loss yang hilang memperoleh nilai
yang tinggi, client berlomba untuk mendapatkan bandwidth dimana client yang
lain akan mendapatkan paket data setelah permintaan client pertama terpenuhi.
Packet loss yang tinggi akan berpengaruh pada semua aplikasi karena retransmisi
data akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah
bandwidth cukup tersedia untuk aplikasi-aplikasi tersebut. Setelah manajemen
bandwidth dengan menggunakan metode HTB diterapkan, terjadi penurunan nilai
packet loss untuk setiap client dikarenakan setiap client sudah memiliki jatah
bandwidth sendiri sehingga tidak perlu menunggu paket data client lain terpenuhi.
Terjadi penurunan packet loss dimana sebelum HTB rata-rata perolehan nilai
packet loss 7 % turun menjadi 3 % Dapat dilihat terjadi penurunan packet loss
yang signifikan terdapat pada PC Guru 2 dimana sebelum diterapkan manajemen
bandwidth nilai packet loss dari 8% turun menjadi 2%.
Tabel 4 Pengukuran Throughput
Client Throughput (kbps)
Sebelum Sesudah
Kepala Sekolah 450 495
Dapodik1 377 387
Dapodik2 363 387
Dapodik3 361 393
Guru1 367 389
Guru2 361 391
Perpus1 236 249
Perpus2 245 245
14
Gambar 13 Grafik perolehan Throughput HTB
Berdasarkan Gambar 13 dapat diketahui jika grafik throughput sebelum
diterapkan manajemen bandwidth dengan menggunakan metode HTB, client
memiliki nilai throughput berdasarkan kondisi bandwidth yang terjadi dimana
diperoleh tanpa adanya batasan bandwitdh. Setelah manajemen bandwidth dengan
menggunakan metode HTB diterapkan throughput setiap client akan terkontrol
berdasarkan kondisi limit-at dan max-limit yang telah diterapkan. Setelah HTB
diterapkan terjadi peningkatan rata-rata throughput dari 345 kbps menjadi 367
kbps.
Gambar 14 Grafik perbedaan sebelum dan seduah HTB
Berdasrkan grafik pada Gambar 14 dapat disimpulkan jika perolehan nilai
delay akan berpengaruh tehadap besar throughput yang diperoleh masing-masing
client. Semakin kecil delay yang diperoleh client semakin besar throughput yang
didapat, tetapi apabila delay yang didapat besar maka throughput yang akan
diperoleh kecil. Jaringan akan semakin optimal jika mendapatkan delay dan
packet loss yang kecil dan throughput yang besar. Dari hasil yang telah diperoleh
menunjukkan terjadi peningkatan kualitas jaringan di SMPN 1 Susukan karena
dari data yang telah dipeoleh menunjukkan penrunan nilai delay dan packet loss
setelah bandwidth manajemen dengan menggunakan metode HTB diterapkan.
15
5. Simpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dengan menerapkan manajemen
bandwidth dengan menggunakan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) pada
SMPN 1 Susukan dapat disimpulkan bahwa, penggunaan bandwidth oleh
komputer client yang sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan client sekarang
penggunaan bandwidth sudah sesuai berdasarkan kebutuhan setiap client.
Bandwidth yang terdapat pada SMPN 1 Susukan dapat berjalan sesuai dengan
konfigurasi limit at dan max limit yang telah dibuat dan dapat berjalan baik untuk
semua komputer client. Dimana pada PC Kepala Sekolah mendapatkan limit at
sebesar 500 kbps, PC Dapodik1, PC Dapodik2, PC Dapodik3, PC Guru1, dan PC
Guru2 mendapatkan limit at sebesar 400 kbps, sedangkan Perpus1, dan Perpus2
mendapatkan limit bandwidth sebesar 250 kbps, dimana semua komputer client
memiliki max-limit bandwidth yang sama sebesar 3Mbps. Hasil dari perolehan
analisa qos menunjukan terjadi penurunan nilay delay dan packet loss setelah
manajemen bandwidth dengan menggunakan metode HTB diterapkan, qos
berjalan baik untuk menjaga kualitas bandwidth yang tersedia, sehinga bandwidth
dapat lebih optimal dalam kegunaanya. Saran untuk penelitian selanjutnya, untuk
memudahkan pengaturan bandwidth sebaiknya menggunakan bandwidth yang
lebih besar, bisa dengan menambah jaringan internet kemudian dilakukan load
balancing agar bandwidth yang tersedia lebih optimal.
6. Daftar Pustaka
[1] Smartclick. 2014.Arti dan Pengertian Bandwidth.http://www.g-
excess.com/2010/10/06/arti-dan-pengertian-bandwidth.html.(Diakses
tanggal 11 Juli 2014).
[2] Anwar & Nahar. 2011. Penerapan Sistem Scheduler pada Manajemen
Bandwidth Menggunakan MikroTik RouterOS. Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
[3] Mujahidin, Tafaul. 2011. Os Mikrotik sebagai Manajemen Bandwidth
dengan Menerapkan Metode Perconnection Queue. STIMIK AMIKOM
Yogyakarta.
[4] Gani, Taufiq & Ardiansyah, Haimi. 2010. Pengaturan Pemakaian
BandwidthMenggunakan Mikrotik Bridge. Universitas Syiah Kuala.
[5] Qustoniah, Anis & Darwanto. 2011. Manajemen Bandwidth Jaringan
Komputer Menggunakan Metode HTB pada PC Router Berbasis Linux.
[6] Nugroho, Bunafit. 2005 .Instalasi & Konfigurasi Jaringan Windows
&Linux. Yogyakarta.
[7] Irfan, Mochamad. 2010. Penerapan Bandwidth Management
menggunakan metode HTB di PT. Neuronworks. Politeknik Telkom
Bandung.
[8] Saniya, Yoga dkk. 2013. Sistem Manajemen Bandwidth dengan
Prioritas Alamat IP Client.
[9] Arifin, Yunus. 2012. Implementasi Quality of Seervice dengan Metode
HTB pada PT.Komunika Lima Duabelas. Universitas Udayana.
16
[10] Riadi, Iman & Wicaksono Wahyu. 2011. Implementasi QOS
menggunakan metode HTB. Universitas Ahmad Dahlan.
[11] Thiotrisno, Ardy. 2011. Implementasi QoS Pada Jaringan IMS Dengan
Prioritas Paket. Universitas Indonesia.