hghjmhn
Transcript of hghjmhn
-
7/29/2019 hghjmhn
1/8
LAPORAN KASUS
1. Identitas
Nama : STR
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Asrama Kodim Jembrana
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Hindu
Kebangsaan : Indonesia
Tanggal MRS : 18 Desember 2012Status Pasien : Rawat inap
2. Anamnesis
Keluhan utama: penurunan kesadaran
Riwayat penyakit sekarang: Pasien merupakan rujukan dari RSUD Jembrana dengan
diagnosis cedera kepala berat (CKB). Pasien tidak sadar setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas 5 jam SMRS. Riwayat sadar tidak ada. Muntah proyektil 2x dalam perjalanan dari
RSUD Jembrana.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat alergi maupun penyakit sistemik disangkal oleh keluarga.
Riwayat Pengobatan
Selama di RSUD Jembrana pasien mendapat terapi infuse RL 8 flask, kalnex (asam
traneksamat) 2 ampul, cefotaxime 1 gr IV, ondansetrone 1 ampul.
-
7/29/2019 hghjmhn
2/8
3. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan sakit umum : tampak sakit berat
GCS : E1V1M2
Kesadaran : koma
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 100 kali/menit
Respiration Rate : 24 kali/menit
Temp aksila : 37,00C
SpO2 : 100% dengan sungkup muka 6 L/menit
Status General
Kepala : Cephal hematoma luas di kepala kanan
Mata : RP +/+ isokor, anemia -/-, odem palpebra +/-
THT : terpasang guedel
Terlihat darah keluar dari telinga kanan dan hidung
Thoraks : cor : S1S2 tunggal reguler murmur (-)
pulmo: jejas di dada kanan, ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, timfani, hepar/lien tak
teraba
Ekstremitas : keempat ekstremitas dingin, oedema (-) di keempat
ekstremitas, luka-luka lecet di keempat ekstremitas
Genitalia : terpasang kateter dengan produksi urine sebanyak 500 cc
4. Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap
Wbc : 9,2 x 103 /L
Hgb : 13,4 g/dL
Hct : 43,1 %
Plt : 510 x 103 /L
-
7/29/2019 hghjmhn
3/8
Foto thorax : dalam batas normal
CT scan :
5. Diagnosis
EDH frontotemporoparietal D (volume 60-80 cc) + shifting 1 cm
6. Penatalaksanaan
Co/ dr. Golden, Sp.BS
- O2 6L/menit
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Manitol 250 cc dalam 15 menit
- Serenace 1 amp bolus IV
- Cithicolin 1 gr bolus IV
- Trepanasi + evakuasi clot CITO
-
7/29/2019 hghjmhn
4/8
I. PENDAHULUAN
Hematoma epidural adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering
terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi oleh tulang tengkorak yang kaku dan
keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut dura.
Fungsinya untuk melindungi otak. menutupi sinus-sinus vena dan membentuk periosteum tabula
interna. Ketika seseorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk
suatu lubang, pergerakan dan otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dan
pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan
maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inilah
yang di kenal dengan sebutan hematoma epidural.
Hematoma epidural sebagai keadaan neurologis yang bersifat emergency dan biasanya
berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang Iebih besar, sehingga
menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom berhubungan dengan robekan pembuluh
vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery
yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural. bila terjadi
perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi,
II. ANATOMI OTAK
Otak di lindungi dan cedera oleh rambut. kulit dan tulang yang membungkusnya, tanpa
perlindungan ini, otak akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu,
sekali neuron rusak, tidak dapat diperbaiki lagi.
Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan fibrosa, padat dapat di
gerakkan dengan bebas, yang memebantu menyerap kekuatan trauma eksternal. Di antara kulit
dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membran dalam yang mengandung
pembuluh-pembuluh besar. Bila robek pembuluh ini sukar mengadakan vasokontriksi dan dapat
menyebabkan kehilangan darah yang berarti pada penderita dengan laserasi pada kulit kepala.
Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena emisaria dan
diploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat membawa infeksi dan kulit kepala sampai jauh ke dalam
tengkorak, yang jelas memperlihatkan betapa pentingnya pembersihan dan debridement kulit
kepala yang seksama bila galea terkoyak.
-
7/29/2019 hghjmhn
5/8
Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak memungkinkan
perluasan intracranial. Tulang sebenarnya terdiri dan dua dinding atau tabula yang di pisahkan
oleh tulang berongga. Dinding luar di sebit tabula eksterna, dan dinding bagian dalam di sebut
tabula interna. Struktur demikian memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih besar,
dengan bobot yang lebih ringan tabula interna mengandung alur-alur yang berisikan arteria
meningea anterior, media, dan posterior. Apabila frakur tulang tengkorak menyebabkan
tekoyaknya salah satu dan arteri ini, perdarahan arterial yang diakibatkannya, yang tertimbun
dalam ruang epidural, dapat menimbulkan akibat yang fatal kecuali bila di temukan dan diobati
dengan segera.
Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan meninges adalah dura
mater, arachnoid, dan pia mater
III. PATOFISIOLOGI
Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan dura meter.
Pendarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang arteria meningea
media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan.
Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.(8) Arten meningea media yang
masuk di dalam tengkorak melalul foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di
permukaan dan os temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural. desakan
oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dan tulang kepala sehingga hematom
bertambah besar.
Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus
temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan in menyebabkan bagian medial lobus
mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Tekanan dan herniasi unkus pda sirkulasi
arteria yang mengurus formation retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya
kesadaran. Di tempat ini terdapat nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf
ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan kortikospinalis
yang berjalan naik pada daerah ini menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral.
refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski positif. Dengan makin membesarnya
hematoma. maka seluruh isi otak akan terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan
-
7/29/2019 hghjmhn
6/8
intracranial yang besar. Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain
kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.
Karena perdarahan ini berasal dan arteri, maka darah akan terpompa terus keluar hingga
makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan
sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam penderita akan merasakan nyeri
kepala yang progersif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua
penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid.
Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada epidural hematom.
Epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien
langsung tidak sadarkan din dan tidak pernah mengalami fase sadar.
Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah sarat karena
progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada sutura sehingga langsung
mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah herniasi trans dan infra tentorial. Karena itu
setiap penderita dengan trauma kepala yang mengeluh nyeni kepala yang berlangsung lama,
apalagi progresif memberat harus segera di rawat dan diperiksa dengan teliti.
IV. GAMBARAN KLINIS
Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif. Pasien dengan
kondisi seperti mi seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga. Sering juga
tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga. Pasien seperti mi harus di observasi
dengan teliti.
Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat dan cedera
kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera kepala. Gejala yang sering
tampak : penurunan kesadaran, bisa sampai koma, bingung, penglihatan kabur, nyeri kepala yang
hebat, keluar cairan darah dan hidung atau telinga, tampak luka yang dalam atau goresan pada
kulit kepala, mual, pusing, pupil anisokor.
Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau serangan
epilepsi fokal. Pada perjalannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya
pada permulaan masih positif menjadi negatif. lnilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial.
Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun
-
7/29/2019 hghjmhn
7/8
sampai koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil
tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian.
V. GAMBARAN RADIOLOGI
Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma kepala lebih mudah
dikenali. Pada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti sebagai epidural hematoma.
Dengan proyeksi Antero-Posterior (A-P), lateral dengan sisi yang mengalami trauma pada film
untuk mencari adanya fraktur tulang yang memotong sulcus arteria meningea media.
Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek. dan potensi cedara
intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi dapat pula
terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah temporoparietal.
Densitas darah yang homogen (hiperdens). berbatas tegas. midline terdorong ke sisi
kontralateral. Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma, Densitas yang tinggi
pada stage yang akut, ditandai dengan adanya peregangan dan pembuluh darah.
MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi
duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat menggambarkan
batas fraktur yang terjadi.
VI. PENATALAKSANAAN
Penanganan darurat : dekompresi dengan trepanasi sederhana, kraniotomi untuk
mengevakuasi hematom. Terapi medikamentosa : elevasi kepala 300 dan tempat tidur setelah
memastikan tidak ada cedera spinal atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang
tekanan intracranial dan meningkakan drainase vena. Pengobatan yang lazim diberikan pada
cedera kepala adalah golongan dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4
mg tiap 6 jam). mannitol 20% (dosis 1-3 mgkgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema
cerebri yang terjadi, Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin sedini
mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk
penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin. Barbiturat dapat dipakai
unuk mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap otak
dari anoksia dan iskemik.
-
7/29/2019 hghjmhn
8/8
Terapi Operatif di lakukan bila terdapat : volume hamatom > 30 ml, keadaan pasien
memburuk, pendorongan garis tengah > 3 mm. lndikasi operasi di bidang bedah saraf adalah
untuk life saving dan untukfungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka
operasinya menjadi operasi emergenci.
Indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan. Efek massa dengan
volume > 20 cc dengan midline shift> 5 mm dengan penurunan klinis yang progresif serta tebal
epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan klinis yang progresif.
VII. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada lokasinya ( infratentorial lebih jelek), besarnya, kesadaran saat
masuk kamar operasi. Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik.
karena kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar antara 7- 15%
dan kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada pasien yang mengalami koma
sebelum operasi.