HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM...

13
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n 1 J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN (J.F. Hamah Sagrim) Diawali dengan hadirnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, arsitektur hadir mendampingi perkembangan manusia dulu hingga sekarang. Dimulai dari masa dimana arsitektur hadir hanya sebagai sebuah usaha pemenuhan kebutuhan fisik hingga ke masa dimana arsitektur dapat hadir dalam berbagai hal. Termasuk didalamnya adalah fungsi yang hanya sekadar untuk memperindah saja. Di tiap-tiap masa tersebut, arsitektur hadir dengan karakteristik dan nilai yang berbeda. Nilai-nilai dan karakteristik tersebut selalu berkembang seiring dengan majunya pola pikir manusia. Arsitektur pada awalnya merupakan sebuah bentuk solusi yang bersifat lokal terhadap suatu masalah, terutama kebutuhan akan perlindungan dan naungan dari alam. Lokal disini berarti hanya terikat pada masalah tersebut saja. Arsitektur semacam ini (arsitektur tradisional Jawa) merupakan sebuah hasil usaha trial and error yang dilakukan oleh manusia primitif dalam menghadapi permasalahan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Usaha yang dilakukan manusia ini merupakan sebuah bentuk interaksi langsung dan mendetail antara manusia dengan masalah yang dihadapainya.Penyelesaian yang lahir dari usaha trial and error membuat manusia menjadi mengenali permasalahan tersebut secara mendalam dan mendetail. Hal ini dikarenakan solusi semacam ini bersifat mendetail dari tiap aspek permasalahan tersebut, bukan secara makro, sehingga satu permasalahan dapat memiliki banyak solusi yang kesemuanya harus diterapkan bersama-sama. Ketika mencapai suatu masa dimana permasalahan tersebut sudah tidak dapat lagi diselesaikan dengan rangkaian solusi tersebut, maka manusia akan kembali melakukan arsitektur trial and error untuk menyelesaikannya. Proses ini akan terus-menerus berulang. Arsitektur vernakular yang sifatnya sangat beragam dan unik di setiap kelompok komunitas juga merupakan sebuah bentuk arsitektur yang lahir dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya dan permasalahan yang dihadapinya. Berbagai macam prinsip yang terdapat dalam arsitektur vernakular suatu daerah terbentuk dari persepsi manusia akan kepercayaan, budaya, cara hidup, gejala alam yang mereka hadapi. Sekali lagi, arsitektur semacam ini menjadikan manusia memiliki pemahaman yang mendasar dan mendetail terhadap suatu permasalahan. Masa berikutnya, saat terjadi pergerakan seni dan segala nilai-nilai keindahan dan kesempurnaan, karakteristik arsitektur kembali berubah. Manusia pada masa ini selalu memimpikan akan datangnya kesempurnaan di masa yang akan datang. Pengharapan akan kondisi yang paling ideal untuk terjadi dalam segala aspek kehidupan sangat besar. Segala macam utopia mendominasi pemikiran pada masa ini. Segala imaji akan kesempurnaan yang merupakan kondisi paling ideal dari realita yang ada. Arsitektur, sebagai salah satu komponen yang dapat mewujudkan hal itu, menjadi penuh dengan segala macam utopia dari segi estetika. Nilai keindahan bentuk dikedepankan dan diutamakan dalam perwujudannya. Kondisi ini menjauhkan kesadaran akan pentingnya fungsi utama dari hasil karya arsitektur tersebut. Metode menyelesaikan suatu permasalahan dalam berarsitektur selalu dikaitkan terhadap menghasilkan suatu keindahan bentuk yang pada akhirnya tidak melahirkan suatu keunikan akibat faktor utopia yang mendominasi.

Transcript of HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM...

Page 1: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

1J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN(J.F. Hamah Sagrim)

Diawali dengan hadirnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, arsitektur hadir mendampingiperkembangan manusia dulu hingga sekarang. Dimulai dari masa dimana arsitektur hadir hanyasebagai sebuah usaha pemenuhan kebutuhan fisik hingga ke masa dimana arsitektur dapat hadir dalamberbagai hal. Termasuk didalamnya adalah fungsi yang hanya sekadar untuk memperindah saja. Ditiap-tiap masa tersebut, arsitektur hadir dengan karakteristik dan nilai yang berbeda. Nilai-nilai dankarakteristik tersebut selalu berkembang seiring dengan majunya pola pikir manusia.

Arsitektur pada awalnya merupakan sebuah bentuk solusi yang bersifat lokal terhadap suatumasalah, terutama kebutuhan akan perlindungan dan naungan dari alam. Lokal disini berarti hanyaterikat pada masalah tersebut saja. Arsitektur semacam ini (arsitektur tradisional Jawa) merupakansebuah hasil usaha trial and error yang dilakukan oleh manusia primitif dalam menghadapipermasalahan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Usaha yang dilakukan manusia ini merupakan sebuahbentuk interaksi langsung dan mendetail antara manusia dengan masalah yangdihadapainya.Penyelesaian yang lahir dari usaha trial and error membuat manusia menjadi mengenalipermasalahan tersebut secara mendalam dan mendetail. Hal ini dikarenakan solusi semacam inibersifat mendetail dari tiap aspek permasalahan tersebut, bukan secara makro, sehingga satupermasalahan dapat memiliki banyak solusi yang kesemuanya harus diterapkan bersama-sama. Ketikamencapai suatu masa dimana permasalahan tersebut sudah tidak dapat lagi diselesaikan denganrangkaian solusi tersebut, maka manusia akan kembali melakukan arsitektur trial and error untukmenyelesaikannya. Proses ini akan terus-menerus berulang.

Arsitektur vernakular yang sifatnya sangat beragam dan unik di setiap kelompok komunitas jugamerupakan sebuah bentuk arsitektur yang lahir dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnyadan permasalahan yang dihadapinya. Berbagai macam prinsip yang terdapat dalam arsitekturvernakular suatu daerah terbentuk dari persepsi manusia akan kepercayaan, budaya, cara hidup, gejalaalam yang mereka hadapi. Sekali lagi, arsitektur semacam ini menjadikan manusia memilikipemahaman yang mendasar dan mendetail terhadap suatu permasalahan.

Masa berikutnya, saat terjadi pergerakan seni dan segala nilai-nilai keindahan dan kesempurnaan,karakteristik arsitektur kembali berubah. Manusia pada masa ini selalu memimpikan akan datangnyakesempurnaan di masa yang akan datang. Pengharapan akan kondisi yang paling ideal untuk terjadidalam segala aspek kehidupan sangat besar. Segala macam utopia mendominasi pemikiran pada masaini. Segala imaji akan kesempurnaan yang merupakan kondisi paling ideal dari realita yang ada.Arsitektur, sebagai salah satu komponen yang dapat mewujudkan hal itu, menjadi penuh dengansegala macam utopia dari segi estetika. Nilai keindahan bentuk dikedepankan dan diutamakan dalamperwujudannya. Kondisi ini menjauhkan kesadaran akan pentingnya fungsi utama dari hasil karyaarsitektur tersebut. Metode menyelesaikan suatu permasalahan dalam berarsitektur selalu dikaitkanterhadap menghasilkan suatu keindahan bentuk yang pada akhirnya tidak melahirkan suatu keunikanakibat faktor utopia yang mendominasi.

Page 2: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

2J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Kemajuan pemikiran manusia dalam menghadapi sesuatu serta perkembangan teknologi turutmerubah arsitektur baik secara prinsipil maupun superficial. Perang Dunia II, penemuan mesin uap,kemajuan industri, prinsip mass production, dan sebagainya turut menggeser perlakuan manusiaterhadap arsitektur. Arsitektur pada masa itu menjadi sebuah alat pemenuhan kebutuhan masal demipemulihan akibat dampak Perang Dunia II. Dengan prinsip mass production, karakteristik arsitekturmenjadi homogen dan seragam dan mengabaikan nilai keheterogenitasan manusia. Permasalahanyang ditemui diselesaikan dengan solusi yang serupa sekalipun permasalahan tersebut adalah dua halyang berbeda dan membutuhkan penanganan yang berbeda.

Kini berbagai macam karakter dan keheterogenitasan kembali muncul. Tiap individu dihargai dandinilai sebagai individu. Berbagai macam bentuk arsitektur yang dianggap terlalu arogan pada masasebelumnya, dengan karakter yang sangat homogen, dianalisa. Berbagai macam kebebasan dansuperioritas sebuah individu dapat diekspresikan dengan maksimal. Keinginan untuk menjadi bintang,unik, dan monumental banyak dimiliki oleh individu. Pengulangan maupun pencampuran karakterarsitektur pada masa lalu untuk diterapkan pada hasil karya arsitektur seorang indvidu dapat diterimadengan baik. Tidak ada pengkategorian global yang benar-benar jelas dan nyata mengenai arsitekturyang berlaku sekarang. Satu hal yang benar-benar merupakan kesamaan karakteristik secara globalatas arsitektur adalah adanya penghargaan atas kebebasan.

A. Keseharian dan Arsitektur“It is for this reason we did not call the issue Architecture of the The Everyday –because that

would subsume that architecture can represent the The Everyday in a reified manner” (Wigglesworthand Till, 1998: 9). Sarah Wigglesworth dan Jeremy Till menganggap bahwa arsitektur tidak dapatmenginterpretasikan the everyday dengan mudah dalam cara tertentu. Mereka mengkhawatirkansebuah tindakan pengejawantahan the everyday ke dalam hasil karya arsitektur menjadi sebuah objekyang terfokus pada estetika. Berbeda dengan Deborah Berke, yang menganggap bahwa the everydaydapat diejawantahkan ke dalam suatu hasil karya fisik, sekalipun architecture of the everyday tidakdapat didefinisikan secara mutlak. “We may call the result an Architecture of The Everyday, thoughan architecture of the everyday resist strict definition; any rigorous attempt at a concise delineationwill inevitably lead to contradictous” (Berke, 1997:222)

Beberapa poin yang cukup terkait dengan architecture of the everyday antara lain;1. “An architecture of the everyday may be banal or common “(Berke, 1997:223). Di sini Berke

memberikan poin yang menyatakan karakter the everyday yang merupakan bentuk realitasyang ada dalam keseharian, maka arsitektur ini tidak mencari keunikan dengan mencobamenjadi luar biasa, yang mana seringkali berakhir menjadi tiruan daripada hasil yang luarbiasa sesungguhnya. Kemudian hasil arsitektur tersebut yang mungkin menjadi biasa tidakmendikte orang untuk berpikir apa, melainkan memberikan kesempatan untuk orangmenghasilkan pemahaman mereka sendiri.

2. ”An architecture of the everyday may be crude” (Berke, 1997:223). Dalam sesuatu yangmasih mentah atau tidak diperhalus terdapat keaslian dan kesegaran. Hasil karya arsitekturyang seperti ini jauh lebih mencerminkan keberagaman karakter yang ada.

3. ”An architecture of the everyday acknowledges domestic life” (Berke, 1997:224). Sebagaibagian dari realita yang sangat akrab namun seringkali terabaikan, kehidupan domestic ataukehidupan dalam suatu rumah tangga merupakan aspek yang termasuk dalam perhatian the

Page 3: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

3J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

everyday. Kehidupan domestik merupakan sebuah bentuk elemen yang paling akrab dengankeseharian.

Sebahagian besar arsitek terkecoh dengan kondisi yang ada. Banyak arsitek yang tidak mau atauberhasil mengidentifikasikan the everyday life. Kebanyakan hanya mampu melihat lapisan teratasatau imaji utopia yang dibentuk oleh sekelompok orang. Selain itu, sekarang kita hidup pada budayadimana pahlawan digantikan dengan selebritis, ketenaran selama lima belas menit dibayar dengankerja keras seumur hidup. Di era seperti ini banyak arsitek yang menghasilkan karya arsitektur denganmemaksakan menghadirkan karakter sang arsitek ke dalamnya, sekalipun hal tersebut bertentangandengan kondisi realita. Semua berlomba-lomba untuk menghasilkan karya arsitektur yangmonumental dan unik sekaligus show off, meskipun sebenarnya hasil arsitektur tersebut tidakmemerlukan kondisi seperti itu.

Arsitektur vernakular yang memiliki karakteristik hasil daripada usaha trial and error manusiadalam menyelesaikan suatu masalah merupakan satu bentuk architecture of the everyday. Tindakantrial and error manusia awam merupakan satu bentuk usaha menyelesaikan permasalahan denganmendetail dan tanpa mencoba untuk menjadikannya sebagai objek aestetik. Arsitek kebanyakanmelihat suatu permasalahan dari permukaan dan secara umum tanpa memperhatikan apa realitasesungguhnya yang terjadi. Gaya, pola pikir, dan imaji tentang utopia menghalangi pandangan arsitekkebanyakan sehingga hasil karya yang keluar hanyalah berupa objek estetika yang tidak berartibanyak.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, the everyday terkait dengan kehidupan domestikkarena tingkat keakraban yang dimilikinya. Ruang domestik merupakan sebuah ruang dimanapengalaman hidup berlangsung. Segala realita di dalam kehidupan domestik merupakan sebahagianbentuk the everyday. Organisasi ruang domestik menentukan ritual yang terjadi di dalamnya.

Sekarang ini, di Jakarta terdapat pembangunan ruang domestik dalam jumlah yang relatif banyak.Baik ruang domestik yang terletak di daerah pusat kota maupun di daerah marginal. Tidak sedikit daripembangunan ruang domestik tersebut yang menggunakan jasa seorang arsitek. Arsitek diminta untukmemanipulasi ruang-ruang domestik tersebut, agar segala macam bentuk rutinitas dan ritual dapatdijalankan sesuai dengan kebutuhan. Bagi arsitek yang memahami the everyday sebagai sebuahkonsep dapat menggunakannya untuk menjadikan ruang domestik tersebut berhasil menjadi sebuahkarya architecture of the everyday. Pemahaman tersebut merupakan sebuah bentuk hak bagi paraarsitek untuk memanipulasi dan merubah pola hidup orang lain untuk menjadi lebih baik. Tetapimasih tidak sedikit pula para arsitek yang masih terkecoh oleh prinsip gaya berarsitektur yang ada.Kondisi seperti ini merupakan sebuah kemunduran yang dapat menjadikan arsitektur kembali mundurke masa dimana kehomogenitasan dijunjung tinggi.

B. Arsitek, Konsep ‘Everyday’ dan Desain yang AbadiArsitek adalah sebuah profesi yang bergerak di bidang desain, yang merancang ruang untuk dihuni

oleh manusia seperti sebuah rumah atau bahkan yang skalanya lebih besar dari itu. Di sini kaitanmanusia dan ruang ataupun manusia dengan manusia dalam ruang menjadi sangat penting. Konsepeveryday penting untuk dipahami dalam menghasilkan sebuah karya arsitektur yang lebih humanis.Manusia dilihat sebagai penghuni, dan banyak terdapat hal-hal yang berkaitan dengannya sepertiaspek sosial, budaya, religi, dan norma-norma yang berlaku di tempat tinggalnya. Selain itu, terdapatpemahaman-pemahaman dan perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai

Page 4: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

4J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

penghuni. Mungkin timbul pertanyaan mengapa hal ini menjadi sangat penting. Untuk itu kita perlumengingat kembali tentang peruntukan dari arsitektur, yaitu ditujukan kepada manusia.

Manusia dengan akal dan pikiran serta pengaruh lingkungan dapat bertindak sebagai juri dalamkeberhasilan seorang arsitek. Seorang arsitek dikatakan berhasil apabila karyanya dapat digunakandengan baik oleh penghuninya, serta nyaman secara mental dan fisik bagi mereka. Dalam mencarisebuah kenyamanan seharusnya arsitek dapat membaca sebuah skenario yang berlaku pada suatutempat atau konsep dari tempat tersebut. Sehingga dalam berkarya arsitek tidak menghasilkan sesuatuyang bersifat alien di tempat tersebut yang pada akhirnya berujung pada suatu kesia-siaan. Untuk ituperlu kita pahami everyday sebagai sebuah skenario atau konsep yang umumnya ada pada semuatempat dengan keunikan masing-masing didalamnya.

Henri Lefebvre menjelaskan pemahaman tentang everyday dalam literatur The Everyday andEverydayness sebagai berikut, “...the everyday can therefore be defined as a set of functions whichconnect and join together systems that might appear to be distinct thus define” (Lefebvre, 1997). Iniberarti fungsi yang terhubung dan tergabung dalam menciptakan sebuah sistem menjadi penting untukdapat dibedakan dan pada akhirnya dapat didefinisikan untuk menjadi acuan dalam merancang.

”… the everyday is a product, the most general of product in an era where. Production engendersconsumption and where consumption is manipulated by producers: not by “workers,” but by managerand owners of the means of production ( intellectual, instrumental, scientific). The everyday istherefore the most universal and the most unique condition, the most social and the most individuated,the most obvious and the best hidden. A condition stipulated for legibility of form, ordained by meansfunctions inscribed within structures, he everyday constitutes the platform upon which thebureaucratic society of controlled consumerism is erected.” (Lefebvre, 1997)

Dengan demikian maka everyday adalah sebuah produk yang menimbulkan bentuk konsumsi yangdimanipulasi. Everyday terkait pula dengan aspek intelektual yang berkaitan dengan perkembanganpengetahuan dan pemahaman manusia. Sehingga everyday dapat menjadi kondisi yang sangatuniversal maupun sebaliknya, yaitu kondisi yang sangat unik bagi kita yang bukan memproduksieveryday tersebut.

“The everyday is therefore a concept .The everyday, established and consolidated, remain a solesurviving common sense referent and point of reference “intellectual,” on the other hand, sees theirsystems reference elsewhere: in language and discourse, or sometimes in a political party. Theproposition here is to decode the modern world, bloody riddle, according to the everyday” (Lefebvre,1997)

Jelaslah bahwa bahwa everyday adalah sebuah konsep yang sangat berkaitan dengan intelektual,bahasa dan percakapan. Masalah yang harus dihadapi adalah bagaimana mempelajari arti dari sebuahkode yang tidak dapat langsung dipahami secara kasat mata karena tidak dapat dijelaskan secaralangsung oleh logika. Karena terdapat kaitan yang erat antara perkembangan pengetahuan danpemahaman maka terjadi kebingungan atau jarak antara pihak yang menjalankan konsep everydaydengan orang asing yang melihatnya. Bisa jadi kita sebagai arsitek adalah orang asing itu, sehinggaperlu memahami pengetahuan yang berlaku.

“The concept of everydayness does not therefore designate a system, but rather a denominatorcommon to existing systems including judicial, contractual, pedagogical, fiscal, and police systems”(Lefebvre, 1997). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa konsep everydayness bertindak sebagaibentuk pembagi yang umum bagi suatu sistem seperti hukum, pengetahuan dan keuangan yang

Page 5: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

5J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

kemudian menyusun sistem secara keseluruhan. Alangkah baiknya jika kita dapat melihat pembagiantersebut sehingga konsep everydayness dapat lebih jelas.

“… the concept of the everyday illuminates the past” (Lefebvre, 1997). Everyday life bersifat‘sangat sekarang’, namun tak luput dari masa lalu .Yang ada sekarang adalah kelanjutan dari masalalu. Jika kita dapat mengetahui masa lalu maka akan sangat membantu dalam merunut ke masasekarang dan berguna dalam mengambil keputusan desain. “Everyday life has always existed, even ifin ways vastly different from our own”(Lefebvre, 1997). Dengan demikian mutlak perlu disadari untuktidak mengabaikan keberadaan dari everyday life.

“The character of the everyday that always been repetitive and veiled by obsession and fear… Thecyclical, which dominates in nature and the linear, which dominates in processes known as “rational.” The everyday implies on the one hand cycles, nights and days, seasons and harvests,activity and rest , hunger and satisfaction, desire and its fulfilment, life and death, and it implies onthe other hand the repetitive gestures work and consumption” (Lefebvre, 1997).

Dalam eksistensi everyday terdapat pengulangan yang terselubungi oleh obsesi dan ketakutan.Umumnya disebut sebagai budaya atau sesuatu yang pada akhirnya membudaya. Kesulitan yang akandialami oleh arsitek adalah ketidakcocokan antara repetisi yang kita(arsitek) alami dan yang mereka(klien yang bersangkutan) alami. Hal ini mengakibatkan perbedaan pada pemikiran rasional denganmereka yang pada akhirnya dapat berbuah pada kebingungan atau kecenderungan untuk mengabaikan.Di sinilah kita perlu memiliki sebuah tindakan yang tepat untuk mengambil keputusan yang tidakmengabaikan kepentingan penghuni.

Dalam literature Thoughts on The Everyday, Deborah Berke mengemukakan beberapa poin padaarsitektur everyday yang dapat membawa kita pada sebuah kontradiksi. Arsitektur everyday mungkinumum dan tanpa nama, biasa-biasa saja atau cukup biasa, tanpa sadar, kasar, dapat dirasakan, vulgar(bertentangan dengan tanpa nama), mengakui kehidupan domestik (yang sifatnya personal sehinggadapat menjadi kesulitan bagi seorang arsitek). Arsitektur everyday juga mengambil nilai–nilai dansimbol yang bersifat kolektif. Program dan fungsi menjadi hal yang mutlak direspon oleh arsitektureveryday.

Hal lain yang perlu dipahami adalah hal-hal dalam arsitektur everyday yang disebutkan olehSteven Harris. “Potential site for an architecture of the everyday begin with the body secretive andintimate, it is marked by routine, the repetitive, and the cyclical; as the locus of desire, it is oftenhome to the transgressive the perverse, and the abject” (Harris, 1997). Maka everyday merupakansesuatu yang penting tapi tidak secara vulgar terungkap. Everyday berkaitan dengan raga dankeintiman yang ditandai oleh perulangan dan perputaran serta menjadi tempat dari segala keinginanyang saling bertentangan. Hal ini penting untuk kita ketahui dan pertimbangkan dalam pengambilankeputusan.

Selain itu, Steven Harris juga membahas mengenai isu domesticity dan rutinitas yang dilakukan,“…by documenting the private, ordinary realm of the everyday lives of purportedly extra-ordinarypeople- homosexuals…” Isu mengenai rutinitas domestik perlu kita ketahui sebagai bagian daripemahaman konsep everyday, yang sudah menjadi hal yang umum pada konteks tertentu tapimungkin tidak wajar bagi kita.

Contoh kasus dari isu ini dapat dilihat terjadi di daerah Kelapa Dua, Depok. Kehidupan penghunidomestiknya taat beragama dan cenderung fanatik Islam, sehingga tak ada tempat kesenian wayangataupun teater yang menggabungkan wanita dan laki-laki, karena dianggap haram. Jika ada seorang

Page 6: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

6J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

arsitek yang tiba-tiba membangun sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman di tempat tersebut,tentunya tidak akan mendapat respon baik dan cenderung menimbulkan tindakan anarkis. Sehingga,dapat disimpulkan bahwa rutinitas domestik juga berkaitan dengan pemahaman orang- orang yangmenghuni tempat tersebut. Hal ini menjadi sangat penting untuk kita soroti.

Dalam memancing pemahaman masyarakat di suatu daerah dapat dilakukan pendekatan sepertidalam pameran tentang Ugly and Ordinary. Deborah Fausch menjelaskan dalam esainya mengenaipameran tersebut “…traces the debate among often contradictory uses of the term everyday and itsrelationship to ideas of vernacular, populist, and nominally democratic architecture” (Fausch, 1997).Pameran bertopik Ugly and Ordinary tersebut sangat membantu dalam mengetahui ataupunmensosialisasikan pemahaman manusia tentang sesuatu. Dari situlah kita dapat mengukur pemahamanyang ada, mempertimbangkan dan mengambil keputusan.

Keputusan menjadi batas dari semua yang ada. Untuk itu kita sebagai seorang arsitek harusmampu membaca, memprediksi kemudian membuat keputusan yang berakhir pada tindakan sebuahdesain. Desain yang baik selalu mengacu pada kehidupan manusia yang hendak diwadahi. Sepertimenurut Berke, ”What should architect do instead? A simple and direct responses acknowledge theneeds of the many rather than few address diversity of class, race, culture, and gender; withoutallegiance to a priori architectural styles or formulas, and with concern for program andconstruction…” (Berke, 1997).

Dalam uraian Berke, tindakan yang baik bersifat sederhana, langsung dan menyoroti padakebutuhan sehingga program dan konstruksi menjadi terfokus. Menurut saya, selain itu juga tidakmelupakan bekal-bekal pengetahuan sosial, budaya dan aspek manusia lainnya yang dapat menjadipertimbangan. Tindakan yang tepat untuk diambil adalah menggunakan metode partisipasi, menjadicara yang baik dalam menghasilkan sebuah karya yang dekat dengan penghuni dan lebih humanis.

Konsep everyday yang ada di Indonesia diantaranyaadalah; Jogja Window, Alun-Alun Jogjakarta, alun-alunBandung, Taman Hiburan Rakyat di Surabaya, Taman MiniIndonesia Indah di Jakarta, Taman Hiburan Rakyat diKabupaten Sorong Papua, Taman Imbi di Jayapura Papuadan THR di Kabupaten/Kota lain di Indoensia ini. Dalampengamatan konsep every day kami, bahwa kota-kota diIndonesia yang memiliki alun-alun dan Taman HiburanRakyat (THR) adalah kota yang hidup, kota yang selalusenyum, kota yang selalu ceriah, masyarakatnya semakinmencintai kota tersebut, penduduk semakin betah tinggaldisana, dan juga bisa saja penduduk yang berada di kota-kotatersebut sangat jarang depresi.

Contoh yang ada di Negara lain adalah seperi sebuah karya dari arsitek Diebedo Francis Kere,yaitu Gando Primary School yang berlokasi di Gando Village, Burkina Faso. Sang arsitek memilikimisi terhadap pendidikan. Dia merupakan orang asli Gando, dan satu-satunya orang yang bersekolahke keluar, dan melihat bahwa pendidikan di daerah asalnya kurang baik. Arsitek tersebut ingin agaranak-anak di daerah tersebut memiliki pendidikan yang lebih baik darinya. Dalam prosesperancangan, arsitek tersebut menggunakan sistem partisipasi yang melibatkan penduduk di berbagaiaspek pembangunan hingga menggunakan material dari pengrajin lokal.

Foto 100. Alun-Alun Yogyakarta.– Sumber data Peneliti 2011

Page 7: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

7J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Diabedo Francis Kere Sempat terjadi perbedaan pendapat karena kalangan Europeanmenyarankan agar masyarakat Afrika tetap hidup dalam skala kecil dengan menggunakan gubuk daritanah liat yang gelap, tapi penghuni merasa tidak terima dan memperlakukan tanah liat masih denganketerbelakangan pengetahuan mereka. Hujan kemudian membuktikan kekuatan batu bata dari desainsang arsitek yang menggunakan pengetahuannya tahan terhadap cuaca. Akhirnya, penduduk yangsemula kecewa dengan desainnya pada akhirnya menghargai. Sehingga desain yang awalnyadiperuntukan untuk 120 anak, sekarang mewadahi 350 murid dengan 150 orang lagi dalam waitinglist. Penghuni yang dulunya hidup berpindah-pindah dan menjauhkan diri dari pendidikan formal,akhirnya memasukan anaknya ke sekolah ini.

Diabedo Francis Kere Sang arsitek memiliki pemahaman everyday dan misi untuk memenuhikebutuhan yang belum ada di daerah tersebut. Dengan pendekatan partisipasi, pemahaman penghunimenjadi bertambah. Terlihat dari adanya perubahan pada keluarga nomaden yang sebelumnya tidakpeduli dengan kehidupan pendidikan formal namun sekarang memasukkan anaknya ke sekolahtersebut sehingga misi arsitek tercapai. Cara partisipasi ini efektif dalam mendapatkan pengetahuaneveryday di suatu tempat sehingga misi arsitek dapat tercapai. Tentunya pendekatan harus dilakukandengan baik. Tatkala muncul perbedaan ataupun keinginan penghuni yang seringkali terasa

Foto : 101. Gando Primary School. Sumber www.cityday.com- dikomposisikan olehpenelti 2011

Foto : 102. Gando Primary School. Sumber www. Cityday.com. dikomposisikan olehpeneliti 2011

Page 8: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

8J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

berlebihan, sebenarnya itu adalah salah satu wujud dari konsep everyday yang sangat personal.Alangkah baiknya apabila hal ini ditanggapi dengan bijaksana.

Salah satu contoh lain adalah sebuah penyelesaian yang pintar dalam melibatkan body danintimate pada desain Play-Pump di Afrika Selatan oleh Trevor Field. Desainnya mampu membacapotensi site yang ada. Anak-anak sebagai body dengan permainanyang bersifat akrab atau intimate, membuat desain ini sangat dekat dengan mereka.

Sambil bermain merry go round air terpompa ke menara air.Dari uraian dan beberapa contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan arsitek dalammemahami konsep everyday dan melakukan tindakan dengan mengacu pada hal tersebut akanmenghasilkan sebuah desain yang abadi.

Foto : 103. Play – Pump, Trevor Field. Sumber, www.cityday.com. Dikomposisikan oleh peneliti2011

Page 9: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

9J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

DAFTAR PUSTAKA

Atmadi, P. 1979. Beberapa patokan perencanaan bangunan candi. Yogyakarta: Universitas gajah Mada,Disertasi, Fakultas Teknik, 1984. Apa yang Terjadi Pada Arsitektur Jawa. Yogyakarta: LembagaJavanologi. Dakung, S. 1981. Arsitektur tradisional daerah Istimewa Yogyakarta. ProyekInventarisasidan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Eliade, M. 1959. The Sacred and the Profane.The nature of the religion. Diterjemahkan olehWillard R.Trask.A. New York: Harvest Book, Harcourt, Brace& World,Inc.

Hamzuri, ......., Rumah tradisional Jawa. Proyek Pengembangan Permusiuman DKI. Jakarta: DepartemenPendidikan dan kebudayaan.

Ismunandar, K.R. 1986. Joglo,Arsitektur rumah tradisional Jawa. Semarang: Dahara Prize. Lombard, D.1999. Nusa Jawa: Silang budaya, warisan kerajaan-kerajaan konsentris.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Munitz, M.K. 1981. Space, Time and Creation: Philosophical aspects of scientific cosmology.

New York: Dover.Priyotomo, J. 1984. Ideas and forms of Javanese Architecture. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.Santosa, R.B. 2000. Omah, membaca makna rumah Jawa. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.Selosumarjan. 1962. Social changes in Yogyakarta. Ithaca: Cornell University Press.Suseno, M.F. 1984. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Orang Jawa.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Setiawan, A.J. 1991. Rumah tinggal orang Jawa;Suatu kajian tentang dampak perubahan wujud arsitektur

terhadap tata nilai sosial budaya dalam rumah tinggal orang Jawa di Ponorogo. Jakarta:Universitas Indonesia, Tesis.

Berke, D. (1997). Thoughts on The Everyday. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.),Architecture of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.), Architectureof The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.Fausch, D. (1997). Ugly and Ordinary: The Representation of the Everyday . Dalam Harris, S. danBerke, D. (Ed.), Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.), Architecture of theEveryday. New York: Princeton Architectural Press.Lefebvre, H. (1997). The Everyday and Everydayness. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.),Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Catanese, A. J. & Snyder, J. C. (1991). Pengantar Arsitektur. Jakarta: Penerbit ErlanggaO’Gorman, J. F. (1997). ABC of Architecture. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Page 10: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

10J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Rasmussen, S. E. (1964). Experiencing Architecture. Cambridge: The MIT Press.Shepheard, P. (1999). What is Architecture? Cambridge: The MIT Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.Berke, D. (1997). Thoughts on The Everyday. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.),Architecture of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.), Architectureof The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.http://juanfranklinsagrim.blogspot.comhttp://www. Hamah.socialgo.comGoogle terjemahan bebas, tentang kebudayaa, arsitektur, kota.

Page 11: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

11J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

TENTANG PENULIS

Juan Frank Hamah Sagrim, Lahir di lembah perbukitan Hamah Yasib,Kampung Sauf, Distrik Ayamaru, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, pada06 April 1982. Ayah Nixon Sagrim (alm) dan Ibu Marlina Sagrim/Sesa.Orang tua bekerja sebagai Penginjil di lingkungan Klasis GKI Maybrat,dan tenaga Medic Klasis GKI Maybrat. Hamah adalah anak Kedua dariempat Bersaudara, (Jeremias, Daud Itas, dan Desi Sah Bolara).Pendidikan: SD Bethel Sauf, SLTP N1 Ayamaru, SMA YPK 1Ebenhaezer Sorong. Melanjutkan Kuliah di Institut Teknologi Adhi TamaSurabaya “ITATS” Jurusan Teknik Arsitektur, pindah danMelanjutkannya di Universitas Widya Mataram Yogyakarta, 2006, padaJurusan yang sama. Aktivitas Ekstra: Menjadi Tutor Pelatihan Mengetik10 jari bersama Missionaris Jerman Tn. Hesse dkk. Di wilayah Maybrat,Imian, Sawiat, Tehit, thn.2000. Sekretaris Ikatan Mahasiswa Papua se-Jawa timur Surabaya, 2004, Menjabat Ketua Ikatan Mahasiswa Papua se-Jawa Timur 2005. Anggota Ikatan Arsitektur Asia Pacific 2003. Anggota Gerakan MahasiswaNasional Indonesia (GMNI) 2004. Team Perumusan Metode Belajar Mengajar Nusantara bersamaDirjen Pendidikan Tinggi RI 2006. Menjabat Koordinator Mahasiwa Arsitektur Asia Pacific Rayon IIIndonesia Bagian Tengah DIY 2006-2008. Anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)2008. Menjabat Ketua Asrama Mahasiswa Papua 2008. Menjabat Direktur Program Lembaga StudyPapua (LSP) 2007-2008. Anggota Luar Biasa University Harytake program UNESCO 2007-2008.Menjabat Sekretaris Umum Lembaga Intelektual Tanah Papua 2009-sekarang. Peneliti Tamu bidanglintas Budaya (researcher of cross culture) pada Yayasan Pondok Rakyat (YPR) DIY 2008-2009.Civitas Yayasan STUBE-hemat Yogyakarta 2007-sekarang. Tenaga Pengarah kerja padaperkumpulan seniman rantau di Yogyakarta 2009-sekarang. Agen Informan GRIC dan Pax Roman2008-2010. Anggota International Working Group (IWG) for Asia Africa to Globalization 2009-sekarang. Staf Ahli pada Team Peneliti dan Pemerhati Arsitektur Tradisional Nusantara UWMY,2010. Peneliti Lepas dan Penulis. Ketika Menulis Buku ini, masih aktif Sebagai MahasiswaUniversitas Widya Mataram Yogyakarta. Berkeinginan besar sebagai Peneliti dan Ilmuwan Muda.Beberapa Karya Tulis adalah:

• Makalah Ilmiah “ Kajian Tentang Keterkaitan Seni BudayaEtnic Negro Melanesoid Papua Dan Negroid Afrika”, 2009.

“Karya ini merupaka karya yang luarbiasa baginya daripada karya yang lain”Karya yang sudah diterbitkan adalah:

Page 12: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

12J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

HISTORY OF GOD IN TRIBALS RELIGIONKISAH TUHAN DALAM AGAMA SUKU

RAHASIA THEOLOGIA TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUAWiyon-wofle

DIPARALELKAN DENGAN ALKITABBeberapa karya Tulis yang belum diterbitkan adalah:1. Arsitektur Tradisional suku Maybrat Imian Sawiat Papua “Halit-Mbol Chalit” dalam

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Dengan Usulan Konsep Desain dari Bentuk Tradisionalke Bentuk Moderen. “sebagai suatu kajian ethno arsitektur”.

2. Sistem Kepemimpinan dan sistem Politik tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat “Ra Bobot-NaBobot-Big Man” dan Pengaruh Wanita Maybrat, Imian, Sawiat, Terhadap Lingkungannya .

3. Menyelamatkan Hutan Adat Papua Sebagai Suplai Oksigen Terbesar Dunia, dengan usulankonsep dan rekomendasi agar dalam pernyataan Protokol Kyoto mencanangkan pola penanganantata laksana lingkungan hidup untuk mengatasi Global warming dengan sistem communal.

4. Mengapa Orang Papua Diprediksikan akan Punah Pada tahun 2030?5. Tata Bahasa Maybrat. Disusun Dalam Bahasa Indonesia – Inggris –Maybrat.6. Penuntun Untuk Berpikir Bijaksana “The Bigest Thingking”.7. Bamboo in the socio cultural living society of Java - Kegunaan Bambu dalam kehidupan sosial

budaya masyarakat Jawa8. Teori Arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat9. Pengaruh Arsitektur Terhadap Fenomena Lingkungan Alam10. Pendidikan Tradisional Wanita Maybrat, Imian, Sawiat - “Finya mgiar”.

Kini sedang mempersiapkan penyusunan buku barunya, yaitu:1. ENCYCLOPEDIA ADAT ISTIADAT BUDAYA MAYBRAT

2. KAMUS BAHASA MAYBRAT

Makalah-makalah kajian lain adalah:1. Menguak Imunity Rasial Diskriminasi Terhadap Orang Papua (Makalah Konferensi Asia-

Afrika) disampaikan pada “International Conference of 55th. Asia – Africa Sustainabelity”,Thaksin University-Mindanao, Moro, Philipines; March, 2009; UI Depok Jakarta, Oktober, 2009.

2. Benturan budaya lokal negara non kapitalisme dengan budaya global negara kapitalisme(Makalah Simposium) – disampaikan pada “Simposium nasional”. Kebudayaan dankeeksistensian local wosdom sebagai tatanan bangsa, UGM, Yogyakarta, Juni, 2008.

3. Pandangan Kontemporer Papua tentang keindonesiaan (Makalah Dialog) - disampaikan pada“Dialog Nasional, Ketahanan Negara”, UC UGM, Yogyakarta, July, 2010.

4. Usaha Melepaskan Papua Dari Cengkeraman Asing (Makalah Seminar Nasional)- disampaikanpada “ National Seminary”, UPI Bandung, September, 2009.

5. Penyusunan Metode Belajar Mengajar Nusantara Bersama DIKTI, (Makalah Pembelajaran,Student Equity), Quality Hotel Yogyakarta April, 2006.

Page 13: HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN-HAMAH SAGRIM-ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA MODEREN

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

13J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

6. Peran Pemuda Dalam Memajukan Bangsa (Makalah Dialog), disampaikan dalam “DialogPemuda Nasional Regional II Indonesia Bagian Tengah”, Gedung Negara Gubernur Yogyakarta,Oktober, 2006.

7. Apa Peran Gereja di Tengah Pergolakan Umat Manusia di Tanah Papua (Makalah Diskusi),disampaikan dalam “Saresehan LITP”, Pogung Rejo Yogyakart, September, 2010.

8. SAVING EARTH’S HAS INTEGRAL LIFE SYSTEM: Can Asian-African Visions RescueBiodiversity from the West-born Globalization? (Makalah Konferensi) disampaikan dalam“Comemoration 55th. Asia-Afrika Conference”, Yogyakarta Indonesia, October, 25-27, 2010 -Rabat Moroco 23-25 Nopember, 2010.

9. Indegenous People In Papua and Asia Religion: DIVERSITY IN GLOBALIZED SOCIETY.(Makalah Konferensi) disampaikan dalam “The Role of Asia and Africa for a SustainableWorld 55 Years after Bandung Asian-African Conference 1955. Asia – Africa Summit,Yogyakarta-Molucas Nopember, 2010.

10. Kajian Kritis Tentang Pasar Bebas dan Pengaruhnya terhaap Ketahanan Negara nonKapitalisme. Kliping Pribadi, 2009

11. Pendidikan Zaman Pendudukan Bangsa Asing di Papua. Kliping Pribadi, 2010.12. Pranata Kehidupan Negara Berkembang. Kliping Pribadi, 2009.13. Struktur Fungsional Dominasi Budaya Kapitalisme. Kliping Pribadi, 2008.14. Memaknai Arsitektur Nusantara Sebagai Kearifan Lokal Di Era Globalisasi. Kliping Pribadi,

2010.15. Difusi Ajaran dan Pemikiran Kristen Dalam Konstelasi Kristen di Tehit, Maybrat, Imian,

Sawiat, Papua. Kajian sejarah. Kliping Pribadi, 2007.16. Evolusi Pemikiran Pembangunan. Kliping Pribadi, 2007.17. Kajian Kritis Tafsiran Yesus Kristus – Isa Almaseh dari Alkitab dan Al-Quran. Kliping

Pribadi, 2009.18. Refleksi Kehidupan Masyarakat Plural Moderen dan Majemuk Papua. Kliping Pribadi, 2010.19. Sejarah-Sejarah Alkitab dan yang berkaitan dengan Kejadian dalam Alkitab. Kliping Pribadi,

2008.20. Transisi Masyarakat Tradisional Indonesia. Kliping Pribadi, 2009.21. Teori konvergensi dan Pertumbuhan Ekonomi. Kliping pribadi, 2007.22. Arsitektur Tradisional dalam RENSTRA Pengembangan tata ruang kota berbasis kebudayaan

lokal. Kliping pribadi, 2008.23. Usulan teori dalam berarsitektur; Rasionansi Arsitektur, dan Empirisme arsitektur.

Kliping Pribadi, 2011.