Hepatotoksisitas

1
Hepatotoksisitas (halotan) Biasanya hepatitits pascabedah selalu dikaitkan dengan faktor lain seperti transfuse darah, syok hipovolemik, atau stress bedah lainnya dibandingkan toksisitas obat anestetik. Akan tetapi, obat halocarbon dapat menyebabkan kerusakan hati, sedangkan koroform telah dikenal sebagaai anestetik hepatotoksik selama dasawarsa abad ini. Halotan telah diperkenalakan sejak tahun 1956 dan sampai tahun 1963 telah banyak dilaporkan kasus ikterik pascabedah dan nekrosis hati yang berhubungan dengan pemakaian halotan. Walaupun begitu, berbagai penelitian retrospektif tentang pemakaian halotan yang dibandingkan dengan anestetik lainnya tidak menunjukkan peningkatan insidens kerusakan hati pascabedah dengan halotan. Insiden nekrosis pasif yang berhubungan dengan halotan sebesar 7 dari 250.000 pemberian halotan atau sekitar 1 dalam 35.000 (bukan dalam 10.000 sperti yang pernah dilaporkan. Karena halotan merupakan salah satu obat anestetik yang masih bermanfaat dan belum pasti sebagai perusak hati, pemakaiannya belum perlu dibatasi. Lain halnya dengan fluroksen dan kloroform yang dapat menyebabkan infiltrasi lemak, nekrosis sentrolobular, dan meningkatkan enzim aminotransferase, halotan pada hewan percobaan yang terpapar hanya sedikit menimbulkan hepatotoksik. Mekanisme dasar hepatotoksik halotan pada hewan percobaan masih banyak yang belum jelas, walaupun diduga hal ini bergantung metabolit reaktif yang dapat menyebabkan kerusakan sel hati secara langsung ataupun melewati respon imun. Belakangan ini telah dilaporkan beberapa penderita dengan kerusakan membrane sel hati yang membuat sel-sel menjadi lebih rentan pada luka yang diinduksi halotan. Individu ini merupakan resiko tinggi untuk nekrosis hati yang diinduksi halotan. Karena itu, sebelum dilakukan operasi, sebaiknya penderita dilakukan terlebih dahulu tes fungsi hati.

description

anestesi

Transcript of Hepatotoksisitas

Hepatotoksisitas (halotan) Biasanya hepatitits pascabedah selalu dikaitkan dengan faktor lain seperti transfuse darah, syok hipovolemik, atau stress bedah lainnya dibandingkan toksisitas obat anestetik. Akan tetapi, obat halocarbon dapat menyebabkan kerusakan hati, sedangkan koroform telah dikenal sebagaai anestetik hepatotoksik selama dasawarsa abad ini. Halotan telah diperkenalakan sejak tahun 1956 dan sampai tahun 1963 telah banyak dilaporkan kasus ikterik pascabedah dan nekrosis hati yang berhubungan dengan pemakaian halotan. Walaupun begitu, berbagai penelitian retrospektif tentang pemakaian halotan yang dibandingkan dengan anestetik lainnya tidak menunjukkan peningkatan insidens kerusakan hati pascabedah dengan halotan. Insiden nekrosis pasif yang berhubungan dengan halotan sebesar 7 dari 250.000 pemberian halotan atau sekitar 1 dalam 35.000 (bukan dalam 10.000 sperti yang pernah dilaporkan. Karena halotan merupakan salah satu obat anestetik yang masih bermanfaat dan belum pasti sebagai perusak hati, pemakaiannya belum perlu dibatasi. Lain halnya dengan fluroksen dan kloroform yang dapat menyebabkan infiltrasi lemak, nekrosis sentrolobular, dan meningkatkan enzim aminotransferase, halotan pada hewan percobaan yang terpapar hanya sedikit menimbulkan hepatotoksik. Mekanisme dasar hepatotoksik halotan pada hewan percobaan masih banyak yang belum jelas, walaupun diduga hal ini bergantung metabolit reaktif yang dapat menyebabkan kerusakan sel hati secara langsung ataupun melewati respon imun. Belakangan ini telah dilaporkan beberapa penderita dengan kerusakan membrane sel hati yang membuat sel-sel menjadi lebih rentan pada luka yang diinduksi halotan. Individu ini merupakan resiko tinggi untuk nekrosis hati yang diinduksi halotan. Karena itu, sebelum dilakukan operasi, sebaiknya penderita dilakukan terlebih dahulu tes fungsi hati.