Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
Transcript of Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
1/28
DIET UNTUK PENDERITA HEPATITIS
Hepatitis merupakan salah satu gangguan pada hati yang disebabkan oleh virus, yang
disebut sebagai virus hepatitis. Sedangkan hati, atau istilah dalam kedokteran disebut hepar adalah
organ tubuh yang paling sentral dalam kehidupan manusia. Dikatakan paling sentral, karena hati
mempunyai banyak fungsi yang sangat kompleks, antara lain untuk metabolisme hidrat arang dan
lemak, menetralkan berbagai jenis racun, dan memproduksi getah empedu.
Melihat begitu banyaknya fungsi hati dalam berbagai proses metabolisme, maka jika terjadi
kerusakan hati akan terjadi gangguan pada proses metabolisme berbagai zat dalam tubuh. Karena
rusaknya alat sentral dalam tubuh, maka perlu dilakukan diet sehingga kerja hati tidak terlalu berat.
Atau dengan kata lain agar hati dapat bekerja secara efektif walaupun terjadi kerusakan.
Kandungan hidrat arang dalam diet harus dibuat semaksimal mungkin agar glikogen
tersedia cukup banyak dalam hati. Protein juga harus disediakan dalam jumlah yang cukup
sehingga akan menghambat metamorfosis lemak atau berbagai zat beracun dalam parenkim.
Pada kasus berat, barangkali pasien sangat memerlukan pemberian glukosa melalui infus. Tahap
selanjutnya dimana pasien masih dapat minum maka harus diberikan sebanyak mungkin cairan
hidrat arang dalam bentuk air buah yang diberi gula. Selanjutnya bila kondisi sudah mulai
membaik, diet dapat diperluas menurut selera pasien. Mengingat bervariasinya kondisi penderita
hepatitis, maka diet yang diberikan di Rumah Sakit juga bermacam-macam, mulai diet hati I, II,III,danIV.
Dalam kondisi akut, bubur merupakan konsumsi yang paling tepat bagi pasien, sehingga kerja hati
dalam pelaksanaan metabolisme tidak terlalu berat. Para ahli gizi menganjurkan, selama kondisi
pasien masih lemah sebaiknya konsumsi bubur terus dilakukan.
Sedangkan untuk makanan yang dianjurkan atau dipantangkan bagi penderita hepatitis, tergantung
pada kondisi fisik pasien, misalnya tinggi badan dan berat badan, juga kondisi kesehatan yang lain.
Namun secara umum, ada beberapa pedoman dalam berdiet bagi penderita hepatitis.
Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain :
1
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
2/28
Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing dan babi, jerohan,
otak, es krim, susu full cream, keju, mentega/ margarine, minyak serta makanan bersantan
seperti gulai, kare, atau gudeg.
Makanan kaleng seperti sarden dan korned.
Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kool, sawi, lobak,
mentimun, durian, nangka.
Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
Minuman yang mengandung alkohol dan soda.
Sedangkan bahan makanan yang baik dikonsumsi penderita hepatitis :
Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.
Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau, sayuran
dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.
Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti gula-gula, sari
buah, selai, sirup, manisan, dan madu.
DIET UNTUK PENDERITA HEPATITIS
Fungsi hati diantaranya yaitu membantu dalam pengolaham zat gizi dan menetralkan racun,
termasuk obat-obatan yang membahayakan. Virus hepatitis atau peradangan pada hati dapat
mengganggu fungsi tersebut. Namun, pengaturan diet yang tepat dapat mempercepat pemulihan
fungsi hati.
Hati memiliki berbagai macam fungsi dalam pengolahan zat gizi. Semua zat gizi (karbohidrat,
lemak, protein, dan lain-lain) dicerna dan diserap oleh dinding usus kemudian akan diangkut ke
dalam hati untuk diolah. Hati juga mempunyai fungsi untuk menetralkan racun termasuk obat-
obatan yang membahayakan, hormon dan lain-lain. Mengingat pentingnya fungsi hati maka
dapatlah dimengerti bahwa bila hati rusak maka dapat terjadi penyimpangan dalam pengolahan zat
gizi. Namun kita tidak perlu berkecil hati karena hati merupakan salah satu bagian tubuh yang
memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk regenerasi/pemulihan.
2
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
3/28
Pemberian protein bermutu tinggi dan vitamin dapat mempercepat pemulihan. Namun perlu
diingat bahwa pemberian protein harus disesuaikan dengan toleransi tubuh penderita karena bila
berlebih dapat menyebabkan kadar ammonia dalam darah meningkat atau tidak seimbang sehingga
timbullah berbagai gangguan dalam tubuh. Oleh karenanya, diperlukan suatu pengaturan diet yang
tepat untuk penderita hepatitis agar diperoleh pemulihan yang maksimal.
Syarat Diet Untuk Penderita Penyakit Hati
Tujuan pengaturan diet pada penderita penyakit hati adalah memberikan makanan cukup untuk
mempercepat perbaikan fungsi tanpa memperberat kerja hati. Syaratnya adalah sebagai berikut :
1. Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, lemak sedang dan protein disesuaikan dengan
keadaan penderita.
2. Diet diberikan secara berangsur, disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi pendeita.
3. Cukup vitamin dan mineral.
4. Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air.
5. Mudah dicerna dan tidak merangsang.
6. Bahan makanan yang mengandung gas dihindakan.
Macam-Macam Diet Untuk Penderita Penyakit Hati
Diet 1
Untuk penderita sirosis hati yang berat dan hepatitis akut prekoma.
Biasanya diberikan makanan berupa cairan yang mengandung karbohidrat sederhana misalnya sari
buah, sirop, teh manis. Pemberian protein sebaiknya dihindarkan. Bila terjadi penimbunan cairan
atau sulit kencing maka pemberian cairan maksimum 1 liter perhari. Diet ini sebaiknya diberikan
lebih dari 3 hari.
Diet 2
Diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan mulai timbul nafsu
3
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
4/28
makan.
Diet berbentuk lunak atau dicincang, tergantung keadaan penderita. Asupan protein dibatasi hingga
30 gram perhari, dan lemak diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.
Diet 3
Untuk penderita yang nafsunya cukup baik.
Bentuk makanan lunak atau biasa, tergantung keadaan penderita. Kandungan protein bisa sampai 1
g/kg berat badan, lemak sedang dalam bentuk yang mudah dicerna.
Diet 4
Untuk penderita yang nafsu makannya telah membaik, dapat menerima protein dan tidak
menunjukan sirosis aktif.
Bentuk makanan lunak atau biasa, tergantung kesanggupan penderita. Kalori, kandungan protein
dan hidrat arang tinggi, lemak, vitamin dan mineral cukup.
Kelompok Makanan Sehari-hari
Secara praktis, makanan sehari-hari dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
1.Kelompok kuning
Makanan yang digunakan sebagai sumber energi seperti nasi, kentang, minyak, gula, dan
kue. Asupan makanan dari kelompok ini harus ditetapkan jumlahnya perhari.
2.Kelompok hijau
Kelompok makanan yang harus dimakan sesuai kebutuhan. Contohnya sayur-sayuran dan
buah-buahan. Karena mengandung serat, makanan ini bisa mencegah sembelit. Makanan
ini mengandung pula vitamin dan mineral.
3.Kelompok merah
Terdiri atas makanan banyak protein misalnya daging, telur, ikan dan lain-lain. Konsumsi
makanan kelompok ini harus berhati-hati karena bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih
akan mengakibatkan peningkatan kadar ammonia dalam darah.
4
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
5/28
Pemilihan Bahan Makanan Bagi Penderita Hepatitis :
1. Hindari makanan yang dapat menimbulkan gas, seperti ubi, singkong, kacang merah, kol,
sawi, lobak, nangka, durian dan lain-lain.
2. Hindari makanan yang telah diawetkan seperti sosis, ikan asin, kornet, dan lain-lain.
3. Pilihlah bahan makanan yang kandungan lemaknya tidak banyak seperti daging yang tidak
berlemak, ikan segar, ayam tanpa kulit.
4. Sebaiknya pilih sayur-sayuran yang sedikit mengandung serat seperti bayam, wortel, bit,
labu siam, kacang panjang muda, buncis muda, daun kangkung dan sebagainya.
5. Bumbu-bumbu jangan terlalu merangsang. Salam, laos, kunyit, bawang merah, bawang
putih dan ketumbar boleh dipakai tetapi jangan terlalu banyak.
6. Hindarkan makanan yang terlalu berlemak seperti daging babi, usus, babat, otak, sum-sum
dan santan kental.
Bagi penderita hepatitis, terapi diet sangat penting untuk dilakukan. Kandungan gizi pada terapi
diet penderita hepatitis berbeda-beda tergantung pada kondisi penderita. Total kalori yang
diberikan juga berbeda, tergantung besar badan dan aktifitas penderita. Selain itu, pada umumnya
kurang baik jika terlalu banyak mengurangi lemak kecuali bila ada gejala kuning pada mata atau
kulit. Lemak yang mengandung banyak asam lemak esensial seperti minyak nabati atau minyak
ikan boleh diberikan seperti biasa.
Hemostasis (Pembekuan Darah)
5
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
6/28
Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya
pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah
rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh
darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang
melarutkan bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga
aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3
fase yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka.
Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan
oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang
sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan,
trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian
mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga
terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin.
Tipe trombos :
1. Trombos putih tersusun dari trombosit serta fibrin dan relative kurang mengandung eritrosit
(pada tempat luka atau dinding pembuluh darah yang abnormal, khususnya didaerah dengan
aliran yang cepat[arteri]).
2. Trombos merah terutama terdiri atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan
perlambatan atau stasis aliran darah dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombos
ini dapat terjadi pada tempat luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama
dengan sumbat trombosit yang mengawali pembentukannya.
3. Endapan fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/p.darah yang amat kecil.
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan ekstrinsik.
Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial yang
dipertahankan.
6
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
7/28
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera jaringan
dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan suatu
permukaan yang bermuatan negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah
lintasan terkahir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan
pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada pristiwa diatas
melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
a. Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi
b. Kofaktor
c. Fibrinogen
d. Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin
e. Protein pengatur dan sejumla protein lainnya
Lintasan intrinsic
Lintasan intinsik melibatkan factor XII, XI, IX, VIII dan X di samping prekalikrein,
kininogen dengan berat molekul tinggi, ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit. Lintasan ini
membentuk factor Xa (aktif).
Lintasan ini dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein, kininogen dengan berat molekul
tinggi, factor XII dan XI terpajan pada permukaan pengaktif yang bermuatan negative. Secara in
vivo, kemungkinan protein tersebut teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam
fase kontak terakit pada permukaan pengaktif, factor XII akan diaktifkan menjadi factor XIIa pada
saat proteolisis oleh kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan
lebih banyak kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, factor
xiia mengaktifkan factor XI menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari
kininogen dengan berat molekul tinggi.
Factor Xia dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan factor IX, menjadi enzim serin protease,
yaitu factor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam factor X untuk
menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu factor Xa. Reaksi yang belakangan ini memerlukan
perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan trombosit aktif, yakni:
Ca2+ dan factor IXa dan factor X. Perlu kita perhatikan bahwa dalam semua reaksi yang
melibatkan zimogen yang mengandung Gla (factor II, VII, IX dan X), residu Gla dalam region
7
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
8/28
terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk
Ca2+.
Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka
fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol yang normalnya terdapat pada
sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein, bukan merupakan precursor protease,
tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai resepto untuk factor IXa dan X pada permukaan trombosit.
Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk factor
VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh thrombin dalam proses pemecahan lebih lanjut.
Lintasan Ekstrinsik
Lintasan ekstrinsik melibatkan factor jaringan, factor VII,X serta Ca2+ dan menghasilkan
factor Xa. Produksi factor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi factor jaringan
pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi dengan factor VII dan mengaktifkannya; factor VII
merupakan glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis di hati. Factor
jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk factor VIIa dengan menggalakkan aktivitas enzimatik
untuk mengaktifkan factor X. factor VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam factor X
yang dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsic. Aktivasi factor X menciptakan
hubungan yang penting antara lintasan intrinsic dan ekstrinsik.
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa
kompleks factor jaringan dengan factor VIIa juga mengaktifkan factor IX dalam lintasan intrinsic.
Sebenarna, pembentukan kompleks antara factor jaringan dan factor VIIa kini dipandang sebagai
proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in vivo. Makna fisiologik
tahap awal lintasan intrinsic, yang turut melibatkan factor XII, prekalikrein dan kininogen dengan
berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari fibrinolisis dibandingkan
dalam koagulasi, karena kalikrein, factor XIIa dan Xia dapat memotong plasminogen, dan
kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan factor jaringan (TFPI: tissue factor fatway inhibitior) merupakan inhibitor
fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang beredar didalam
darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung factor Xa dengan terikat pada enzim
tersebut didekat tapak aktifnya. Kemudian kompleks factor Xa-TFPI ini manghambat kompleks
factor VIIa-faktor jaringan.
8
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
9/28
Lintasan Terakhir
Pada lintasan terskhir yang sama, factor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic dak
ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian mengubah
fibrinogen menjadi fibrin.
Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan
kompelks protrombinase yang terdiri atas fosfolipid anionic platelet, Ca2+, factor Va, factor Xa
dan protrombin.
Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta
plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip factor VIII dalam kompleks tenase. Ketika aktif
menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik pada
membrane trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan factor Xa serta protrombin.
Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan demikian akan
menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin. Protrombin (72
kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati. Region terminal-amino pada
protrombin mengandung sepeuluh residu Gla, dan tempat protease aktif yang bergantung pada
serin berada dalam region-terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah terikat dengan kompleks
factor Va serta Xa pada membrane trombosit, protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak
aktif untuk menghasilkan molekul thrombin dua rantai yang aktif, yang kemudian dilepas dari
permukaan trombosit. Rantai A dan B pada thrombin disatukan oleh ikatan disulfide.
Konversi Fibrinogen menjadi Fibrin
Fibrinogen (factor 1, 340 kDa) merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut
dan terdiri atas 3 pasang rantai polipeptida nonidentik (A,B)2 yang dihubungkan secara
kovalen oleh ikatan disulfda. Rantai B dan y mengandung oligosakarida kompleks yang terikat
dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati: tiga structural yang
terlibat berada pada kromosom yang sama dan ekspresinya diatur secara terkoordinasi dalam tubuh
manusia. Region terminal amino pada keenam rantai dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh
sejumlah ikatan disulfide, sementara region terminal karboksil tampak terpisah sehingga
menghasilkan molekol memanjang yang sangat asimetrik.
9
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
10/28
Bagian A dan B pada rantai Aa dan B, diberi nama difibrinopeptida A (FPA) dan B
(FPB), mempunyai ujung terminal amino pada rantainya masing-masing yang mengandung muatan
negative berlebihan sebagai akibat adanya residu aspartat serta glutamate disamping tirosin O-
sulfat yang tidak lazim dalam FPB. Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat larut pada
fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi dengan menimbulkan
repulse elektrostatik antara molekul-molekul fibrinogen.
Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks protrobinase,
menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul fibrinopeptida dan bagian serta
pada rantai Aa dan B fibrinogen. Pelepasan molekul fibrinopeptida oleh thrombin menghasilkan
monomer fibrin yang memiliki struktur subunit ()2. Karena FPA dan FPB masing-masing
hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul fibrin akan mempertahankan 98% residu yang
terdapat dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan memajankan tapak pengikatan
yang memungkinkan molekul monomer fibrin mengadakan agregasi spontan dengan susunan
bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin yang tidak larut. Pembentukan polimer
fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel darah merah dan komponen lainnya sehingga
terbentuk trombos merah atau putih. Bekuan fibrin ini mula-mula bersifat agak lemah dan
disatukan hanya melalui ikatan nonkovalen antara molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah factor XIII menjadi
XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silan secara
kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar gugus amida residu
glutamine dan gugus -amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil
dengan peningkatan resistensi terhadap proteolisis.
Regulasi Trombin
Begitu thrombin aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya harus
dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau pengaktifan
trombosit. Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap
reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara aktivasi
10
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
11/28
dan inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
DASAR PEMERIKSAAN KOAGULASI DARAH DAN INTERPRETASI
Dr Indrayani Ps, MSiMed, SpPK
PENDAHULUAN
Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada lokasi luka
oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi,
adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood
11
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
12/28
fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk
thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding pembuluh darah yang
mengalami kerusakan (vascular injury). Hemostasis terdiri dari enam komponen utama,
yaitu: trombosit, endotel vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural
anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua komponen
ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat
untuk dapat menjalankan faal hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat
memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga
menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik. Faal
hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik
dan faktor antithrombotik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai patofisiologik dan
prinsip pemeriksaan laboratorium dari masing2 faktor yang berperan dalam proses
koagulasi dan interpretasi hasilnya.
PATOFISIOLOGI DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu hemostasis primer dan
hemostasis sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen vaskuler
dan komponen trombosit. Disini terbentuk sumbat trombosit (trombosit plug) yangberfungsi segera menutup kerusakan dinding pembuluh darah. Sedangkan pada hemostasis
sekunder yang berperan adalah protein pembekuan darah, juga dibantu oleh trombosit.
Disini terjadi deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga sumbat ini menjadi lebih
kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug. Proses koagulasi pada hemostasis sekunder
merupakan suatu rangkaian reaksi dimana terjadi pengaktifan suatu prekursor protein
(zymogen) menjadi bentuk aktif. Bentuk aktif ini sebagian besar merupakan serine
protease yang memecah protein pada asam amino tertentu sehingga protein pembeku
tersebut menjadi aktif. Sebagai hasil akhir adalah pemecahan fibrinogen menjadi fibrin
yang akhirnya membentuk cross linked fibrin. Proses ini jika dilihat secara skematik
tampak sebagai suatu air terjun (waterfall) atau sebagai suatu tangga (cascade).
Proses koagulasi dapat dimulai melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik (extrinsic pathway)
12
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
13/28
dan jalur intrinsik (intrinsic pathway). Jalur ekstrinsik dimulai jika terjadi kerusakan
vaskuler sehingga faktor jaringan (tissue factor) mengalami pemaparan terhadap
komponen darah dalam sirkulasi. Faktor jaringan dengan bantuan kalsium menyebabkan
aktivasi faktor VII menjadi FVIIa. Kompleks FVIIa, tissue factor dan kalsium (disebut
sebagai extrinsic tenase complex) mengaktifkan faktor X menjadi FXa dan faktor IX
menjadi FIXa. Jalur ekstrinsik berlangsung pendek karena dihambat oleh tissue factor
pathway inhibitor (TFPI). Jadi jalur ekstrinsik hanya memulai proses koagulasi, begitu
terbentuk sedikit thrombin, maka thrombin akan mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa
lebih lanjut, sehingga proses koagulasi dilanjutkan oleh jalur intrinsik. Jalur intrinsik
dimulai dengan adanya contact activation yang melibatkan faktor XII, prekalikrein dan
high molecular weigth kinninogen (HMWK) yang kemudian mengaktifkan faktor IX
menjadi FIXa. Akhir-akhir ini peran faktor XII, HMWK dan prekalikrein dalam proses
koagulasi dipertanyakan. Proses selanjutnya adalah pembentukan intrinsic tenase complex
yang melibatkan FIXa, FVIIIa, posfolipid dari PF3 (trombosit factor 3) dan kalsium.
Intrinsic tenase complex akan mengaktifkan faktor X menjadi FXa. Langkah berikutnya
adalah pembentukan kompleks yang terdiri dari FXa, FVa, posfolipid dari PF3 serta
kalsium yang disebut sebagai prothrombinase complex yang mengubah prothrombin
menjadi thrombin yang selanjutnya memecah fibrinogen menjadi fibrin.
Pada pemeriksaan hemostasis, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Antikoagulan : Natrium sitrat 0,109 M dengan pernbandingan 9 bagian darah dan 1 bagian
Natrium sitrat. Untuk hitung trombosit antikoagulan yang dipakai adalah Na2EDTA
- Penampung : Bahan plastik atau gelas yang dilapisi silikon, untuk mencegah terjadinya
aktivasi faktor pembekuan
- Semprit dan jarum : ukuran besar, paling kecil nomor 20
- Cara pengambilan darah : Hindari masuknya tromboplastin jaringan, sebaiknya digunakan 2
semprit dimana darah pada semprit pertama dibuang karena dikhawatirkan tercemar
tromboplastin jaringan
- Kontrol : Diperiksa 1 kontrol normal (tersedia secara komersial) dan 1 kontrol abnormal
- Penyimpanan dan pengiriman bahan : Sampel darah segera dikerjakan, harus selesai dalam 3
13
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
14/28
jam setelah pengambilan darah. Bila harus ditunda, plasma sitrat disimpan dalam tempat
plastik tertutup dalam keadaan beku
BleedingTime
Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah adanya luka atau
trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk
bekuan. Prinsip pemeriksaannya adalah mengukur lamanya waktu perdarahan setelah insisi
standart pada lengan bawah atau cuping telinga. Bleeding time digunakan untuk pemeriksaan
penyaring hemostasis primer atau interaksi antara trombosit dan pembuluh darah dalam
membentuk sumbat hemostatik, pasien dengan perdarahan yang memanjang setelah luka,
pasien dengan riwayat keluarga gangguan perdarahan.
Pemeriksaan BT dapat dilakukan dengan metoda Ivy , yaitu dilakukan insisi dengan lanset
sepanjang 10 mm dan kedalaman 1 mm di lengan bawah kemudian setiap 30 detik darah
dihapus dengan kertas filter sampai perdarahan berhenti, atau dengan metoda Duke dengan
cara yang sama insisi di lokasi cuping telinga sedalam 3-4 mm.
BT memanjang pada gangguan fungsi trombosit atau jumlah trombosit dibawah 100.000/mm3. Pemanjangan BT menunjukkan adanya defek hemostasis, termasuk didalamnya
trombositopenia (biasanya dibawah 100.000/ mm3), gangguan fungsi trombosit heriditer,
defek vaskuler kegagalan vasokonstriksi), Von Willebrand's disease, disseminated
intravascular coagulation (DIC), defek fungsi trombosit (Bernard-Soulier disease dan
Glanzmanns thrombasthenia) , obat-obatan (aspirin/ ASA, inhibitor siklooksigenase,
warfarin, heparin, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), beta-blockers, alkohol,
antibiotika) dan hipofibrinogenemia. Trombositopenia akibat defek produksi oleh sumsum
tulang menyebabkan pemanjangan BT lebih berat dibandingkan trombositopenia akibat
destruksi berlebih trombosit. Pasien dengan von Willebrands disease hasil BT memanjang
karena faktor von Willebrand merupakan trombosit agglutination protein. BT normal tidak
menyingkirkan kemungkinan terjadinya perdarahan hebat pada tindakan invasif.
14
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
15/28
Activated Clotting Time (ACT)
ACT pertama kali ditemukan oleh Hatterseley pada tahun 1966, adalah pemeriksaan waktu
pembekuan untuk monitoring terapi antikoagulasi Heparin, digunakan terutama pada
kateterisasi jantung dan bedah jantung terbuka CABG. Heparin adalah polisakarida, suatu
inhibitor pembekuan darah yang diberikan secara intravena karena tidak efektif diabsorbsi
dari traktus digestivus, digunakan sebagai pencegahan dan terapi tromboemboli. Heparin
memerlukan kofaktor AT III (anti trombin III), suatu antikoagulan alami pada jalur intrinsik,
untuk dapat bertindak sebagai antikoagulan. AT III bersama Heparin mengikat faktor
koagulasi yang teraktivasi dan trombin sehingga menghambat terbentuknya fibrin. Sensitivitas
pasien terhadap Heparin sangat bervariasi dipengaruhi oleh obat-obatan seperti nitrogliserin.
Resistensi Heparin dapat disebabkan oleh penurunan kemampuan dan fungsi AT III,
trombositopenia, trombositosis, umur pasien, konsentrasi hemoglobin, nitrogliserin,
antikoagulan oral (memperpanjang waktu pembekuan). Hipotermia akan memperlambat
pembentukan bekuan darah.
Monitoring sangat penting pada terapi Heparin ok bila dosis tidak mencukupi untuk
menghambat koagulasi akan terbentuk bekuan darah di sepanjang pembuluh darah dan bila
dosis heparin berlebihan akan terjadi komplikasi perdarahan yang mangancam jiwa. Heparin
dosis tinggi diberikan sebelum, selama dan beberapa saat setelah operasi jantung Selamaoperasi berlangsung, darah difiltrasi dan dioksigenasi diluar tubuh menggunakan mesin
jantung paru, dimana kontak darah dengan permukaan artifisial mesin akan memacu koagulasi
membentuk bekuan darah, dengan dosis tinggi Heparin akan mencegah terbentuknya bekuan
darah.
Indikasi pemeriksaan ACT adalah setelah pemberian dosis awal bolus Heparin, bedah jantung
terbuka (sebelum, selama dan beberapa saat setelahnya), tindakan kateterisasi jantung,
tindakan lain yang memerlukan antikoagulan dosis tinggi, pemeriksaan biasanya dilakukan
secara serial. ACT mengukur efek inhibisi Heparin terhadap koagulasi bukan konsentrasi
Heparin dalam darah.
Prinsip pemeriksaan ACT adalah mengukur waktu terbentuknya fibrin dengan cara interaksi
15
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
16/28
sampel darah dengan activating agent Kaolin pada alat, kemudian secara elektronik diukur
waktu terbentuknya serabut fibrin. Sampel darah dapat berupa whole blood atau darah sitrat.
Beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi hasil ACT adalah :
- Tidak dilakukannya pemanasan alat hingga 37 C
- Hipotermia
- Bahan kateter jantung dan clearing heparin flush
- Hemodilusi
- Jumlah dan fungsi trombosit
Trombosit yang teraktivasi selama operasi biasanya menjadi disfungsional
- Pemberian Protamine sulfate
- Keadaan tertentu misalnya antibodi lupus dan defisiensi faktor pembekuan darah
ACT diukur dalam satuan detik. Makin tinggi hasil ACT maka makin tinggi derajat inhibisi
pembekuan darah. Clotting time memanjang bila terdapat defisiensi berat faktor pembekuan
pada jalur intrinsik dan jalur bersama, misalnya pada hemofilia (defisiensi F VIIc dan F Ixc),
terapi antikoagulan sistemik (Heparin). Selama operasi CABG, ACT dipertahankan pada
batas bawah dimana pasien diharapkan tidak dapat membentuk bekuan darah. Setelah operasi,
ACT dipertahankan dalam batas 175-225 detik sampai keadaan pasien stabil.
Masa Protrombin Plasma (PT)
Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam proses pembekuan.
Protrombin (F II) dikonversi menjadi thrombin oleh tromboplastin untuk membentuk bekuan
darah.
Pemeriksaan PT digunakan untuk menilai kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan
jalur bersama, yaitu : faktor I (fibrinogen), faktor II (prothrombin), faktor V (proakselerin),
faktor VII (prokonvertin), dan faktor X (faktor Stuart). Perubahan faktor V dan VII akan
memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal.
PT diukur dalam detik. Dilakukan dengan cara menambahkan campuran kalsium dan
tromboplastin pada plasma. Tromboplastin dapat dibuat dengan berbagai metoda sehingga
menimbulkan variasi kepekaan terhadap penurunan faktor pembekuan yang bergantung pada
vitamin K dan menyebabkan pengukuran waktu protrombin yang sama sering mencerminkan
16
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
17/28
ambang efek antikoagulan yang berbeda. Usaha untuk mengatasi variasi kepekaan ini
dilakukan dengan menggunakan sistem INR (International Normalized Ratio). International
Committee for Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan tromboplastin jaringan
yang digunakan harus distandardisasi dengan tromboplastin rujukan dari WHO dimana
tromboplastin yang digunakan dikalibrasi terhadap sediaan baku atas dasar hubungan linier
antara log rasio waktu protrombin dari sediaan baku dengan dari tromboplastin lokal.
INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai PT normal kemudian
dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah International Sensitivity Index. Jadi INR adalah
rasio PT yang mencerminkan hasil yang akan diperoleh bila tromboplastin baku WHO yang
digunakan, sedangkan ISI merupakan ukuran kepekaan sediaan tromboplastin terhadap
penurunan faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K. Sediaan baku yang pertama
mempunyai ISI = 1,0 ( tromboplastin yang kurang peka mempunyai ISI > 1,0). Dengan
demikian cara paling efektif untuk standardisasi pelaporan PT adalah kombinasi sistim INR
dengan pemakaian konsisten tromboplastin yang peka yang mempunyai nilai ISI sama.
INR digunakan untuk monitoring terapi warfarin (Coumadin) pada pasien jantung, stroke,
deep vein thrombosis (DVT), katup jantung buatan, terapi jangka pendek setelah operasi misal
knee replacements. INR hanya boleh digunakan setelah respons pasien stabil terhadapwarfarin, yaitu minimal satu minggu terapi. Standar INR tidak boleh digunakan jika pasien
baru memulai terapi warfarin untuk menghindari hasil yang salah pada uji. Pasien dalam
terapi antikoagulan diharapkan nilai INR nya 2-3 , bila terdapat resiko tinggi terbentuk
bekuan, iperluakn INR sekitar 2,5 3,5.
Bahan pemeriksaan PT adalah plasma sitrat yang diperoleh dari sampel darah vena dengan
antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109 M) dengan perbandingan 9:1. Darah sitrat harus
diperiksa dalam waktu selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan. Sampel disentrifus
selama 10 menit dengan kecepatan 2.500 g. Penyimpanan sampel plasma pada suhu 2-8 oC
menyebabkan teraktivasinya F VII (prokonvertin) oleh sistem kalikrein.
PT dapat diukur secara manual (visual), foto-optik atau elektromekanik. Teknik manual
17
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
18/28
memiliki bias individu yang sangat besar sehingga tidak dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan
dimana kadar fibrinogen sangat rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode
ini masih dapat digunakan. Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam jumlah besar
dengan cepat dan teliti.
Prinsip pengukuran PT adalah menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma yang telah
diinkubasi ditambahkan campuran tromboplastin jaringan dan ion kalsium. Reagen yang
digunakan adalah kalsium tromboplastin, yaitu tromboplastin jaringan dalam larutan CaCl2.
Beberapa jenis tromboplastin yang dapat dipergunakan misalnya :
- Tromboplastin jaringan berasal dari emulsi ekstrak organ otak, paru atau otak dan paru dari
kelinci dalam larutan CaCl2 dengan pengawet sodium azida (misalnya Neoplastine CI plus)
- Tromboplastin jaringan dari plasenta manusia dalam larutan CaCl2 dan pengawet (misalnya
Thromborel S).
PT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik dan bersama jika kadarnya
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
19/28
dan hewan, dengan aktivator seperti kaolin, ellagic acid, micronized silica atau celite. Reagen
komersil yang dipakai misalnya CK Prest 2 yang berasal dari jaringan otak kelinci dengan
kaolin sebagai aktivator. Reagen Patrhrombin SL menggunakan fosfolipid dari tumbuhan
dengan aktivator micronized silica.
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin time, APTT) adalah
uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama,
yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin
antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor, AHF),
faktor X (faktor Stuart), faktor V (proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I
(fibrinogen). Tes ini untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating anticoagulant.
APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan bersama jika kadarnya
lebih dari 7 detik dari nilai normal, maka hasil pemeriksaan itu dianggap abnormal.
Pemeriksaan APTT dapat dilakukan dengan cara manual (visual) atau dengan alat otomatis
(koagulometer), yang menggunakan metode foto-optik dan elektro-mekanik. Teknik manual
memiliki bias individu yang sangat besar sehingga tidak dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan
dimana kadar fibrinogen sangat rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode
ini masih dapat digunakan. Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam jumlah besardengan cepat dan teliti.
Prinsip dari pemeriksaan APTT adalah menginkubasikan plasma sitrat yang mengandung
semua faktor koagulasi intrinsik kecuali kalsium dan trombosit dengan tromboplastin parsial
(fosfolipid) dengan bahan pengaktif (mis. kaolin, ellagic acid, mikronized silica atau celite
koloidal). Penambahan kalsium akan memulai proses pembekuan (bekuan fibrin) dan waktu
yang diperlukan untuk membentuk bekuan fibrin dicatat sebagai APTT.
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan antikoagulan trisodium sitrat
3.2% (0.109 M) dengan perbandingan 9:1. Gunakan tabung plastik atau gelas yang dilapisi
silikon. Sampel disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 2.500 g. Plasma dipisahkan
dalam tabung plastik tahan 4 jam pada suhu 20 5 oC. Jika dalam terapi heparin, plasma
masih stabil dalam 2 jam pada suhu 20 5 oC kalau sampling dengan antikoagulan citrate.
19
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
20/28
Nilai normal uji APTT adalah 20 35 detik, bervariasi untuk tiap laboratorium tergantung
pada peralatan dan reagen yang digunakan.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil APTT adalah :
- Bekuan pada sampel darah
- Sampel darah hemolisis atau berbusa akibat dikocok-kocok
- Pengambilan sampel darah pada jalur intravena misal pada infus Heparin.
APTT memanjang dijumpai pada :
1. Defisiensi bawaan
- Jika PT normal, kemungkinan kekurangan Faktor VIII, Faktor IX, Faktor XI , Faktor XII
- Jika faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan HMW kininogen
- Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.
2. Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :
- Penyakit hati (sirosis hati)
- Leukemia (mielositik, monositik)
- Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
- Malaria- Koagulopati konsumtif, seperti pada DIC
- Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating anticoagulant terhadap suatu
faktor koagulasi)
- Selama terapi antikoagulan oral atau Heparin
Pasien dengan APTT panjang dan PT normal memiliki kelainan dalam jalur koagulasi
intrinsik karena semua komponen uji aPTT kecuali koalin bersifat intrinsik terhadap plasma,
sedangkan pada PT panjang dan aPTT normal terjadi kelainan dalam jalur koagulasi
ekstrinsik terhadap plasma.
D- Dimer
D-Dimer adalah produk degradasi cross linked yang merupakan hasil akhir dari pemecahan
20
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
21/28
bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem fibrinolitik. Pada proses pembentukan bekuan
normal, bekuan fibrin terbentuk sebagai langkah akhir dari proses koagulasi yaitu dari hasil
katalisis oleh trombin yang memecah fibrinogen menjadi fibrin monomer dengan melepaskan
fibrinopeptida A dan fibrinopeptida B ( FPA dan FPB ). Fibrin monomer akan mengalami
polimerisasi membentuk fibrin polimer yang selanjutnya oleh pengaruh faktor XIII akan
terjadi ikatan silang, sehingga terbentuk cross-linked fibrin. Kemudian plasmin akan
memecah cross-linked fibrin yang akan menghasilkan D-Dimer.
D-dimer digunakan untuk membantu melakukan diagnosis penyakit dan kondisi yang
menyebabkan hiperkoagulabilitas, suatu kecenderungan darah untuk membeku melebihi
ukuran normal. Paling sering ditemukan pada trombosis vena dalam (DVT) yang
berhubungan dengan pembekuan darah di vena terutama di kaki yang menyebabkan
penyumbatan alirah darah di kaki sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan jaringan.
Keadaan ini dapat menimbulkan gumpalan kecil yang terpecah dan berjalan mengikuti aliran
darah menuju bagian lain di tubuh sehingga dapat menimbulkan emboli paru (PE). sebagai
positif. Pada sebagian besar kasus, bekuan darah terjadi di pembuluh vena, tetapi dapat juga
terjadi pada arteri. Kombinasi dari dua jenis trombosis ini diistilahkan dengan
tromboembolisme vena (VTE, venous thromboembolism). Bekuan darah pada arteri koronaria
dapat berasal dari aritmia jantung fibrilasi atrium atau kerusakan katup jantung yang dapat
berakibat heart attack. Bekuan dapat juga berasal dari kerusakan aterosklerosis, pecahanbekuan menyebabkan emboli dan menyumbat arteri organ lain seperti otak (stroke) dan ginjal.
Indikasi pemeriksaan D-dimer adalah pasien dengan gejala DVT , PE yang biasanya diikuti
pemeriksaan PT, APTT dan jumlah trombosit untuk mendukung diagnosis. D-dimer juga
dipakai untuk membantu melakukan diagnosis DIC , yang dapat timbul dari berbagai situasi
seperti pembedahan, gigitan ular berbisa, penyakit hati dan setelah melahirkan. Pada DIC,
faktor-faktor pembekuan darah diaktifkan secara bersamaan di seluruh tubuh sehingga
menyebabkan pembekuan darah di bagian tubuh yang dapat beresiko pendarahan berlebihan.
Pemeriksaan D-Dimer menggunakan metode latex agglutination yang dimodifikasi atau
menggunakan automated coagulation analyzer (Coagulometer Sysmex CA-500) untuk
mengukur D-Dimer secara kuantitatif. Sampel darah vena dimasukan kedalam vacutainer
21
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
22/28
yang mengandung sodium citras 9:1 dan dikirim ke laboratorium tanpa perlakuan khusus.
Kemudian sampel ini disentrifugasi untuk mendapatkan supernatan untuk dilakukan
pemeriksaan kadar D-Dimer, atau supernatan dapat disimpan pada suhu -200C stabil sampai 1
bulan. Prinsip pemeriksaan D-dimer adalah terbentuknya ikatan kovalen partikel polystyrene
pada suatu antibodi monoklonal terhadap cross linkage region dari D-Dimer. Cross-linkage
region tersebut memiliki struktur stereosimetrik yaitu epitop untuk antibodi monoklonal
terjadi dua kali, konsekwensinya satu antibodi cukup untuk memacu reaksi aglutinasi yang
kemudian di deteksi secara turbidimetrik dengan adanya peningkatan keseluruhan. Hasil
metode automatik ini sebanding metode ELISA konvensional. Satuan untuk kadar D-dimer
adalah g/L . Kadar D-dimer yang dihitung secara otomatis dengan analyser mempunyai Cut
off point 500 g/L.
Kadar D-Dimer dalam batas nilai rujukan menunjukkan tidak terdapat penyakit atau keadaan
akut yang menyebabkan pembentukan dan pemecahan bekuan, karena tes ini mengukur
aktivitas fibrinolitik dalam darah. Peningkatan kadar D-Dimer menunjukan peningkatan
produksi fibrin degradation products (FDP), terdapat pembentukan dan pemecahan trombus
yang signifikan dalam tubuh tetapi tidak menunjukkan lokasinya. D-dimer meningkat pada
post-operasi, trauma, infeksi, post-partum, eklampsia, penyakit jantung, keganasan. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan D-dimer antara lain :- Hasil negatif palsu pada terapi antikoagulan
- Hasil positif palsu pada usia tua, Rheumatoid factor, trigliserid tinggi, lipemia, bilirubin,
hemolisis sampel darah. Fibrinogen.
Fibrinogen (F I) adalah glikoprotein plasma terlarut yang disintesis oleh hepatosit dan
megakariosit. Fibrinogen sebagai prekursor fibrin, diubah menjadi fibrin oleh thrombin
dengan bantuan serine protease thrombin selama proses pembekuan. Fibrinogen dapat
membentuk jembatan diantara trombosit dengan cara berikatan dengan protein membran
GpIIb/ IIIa di permukaan trombosit. Indikasi pemeriksaan fibrinogen adalah bila dijumpai
abnormalitas PT dan APTT, kasus perdarahan yang belum diketahui penyebabnya, monitoring
progresifitas suatu penyakit (misalnya penyakit hepar) dan monitoring terapi DIC.
Fibrinogen dapat diukur dalam darah vena menggunakan sampel darah sitrate atau whole
22
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
23/28
blood bila menggunakan metode viscoelastic methods seperti thrombelastometry (fungsi
trombosit dihambat dengan cytochalasin D).
Peningkatan fibrinogen dijumpai pada infeksi akut atau kerusakan jaringan (perannya sebagai
protein fase akut), keganasan, infark miokard, stroke, inflamasi (arthritis rheumatoid,
glomerulonephritis), kehamilan, merokok sigaret, kontrasepsi oral, penggunaan preparat
estrogen. Hipertensi disertai peningkatan fibrinogen meningkatkan resiko stroke. Beberapa
klinisi melakukan pemeriksaan Fibrinogen disertai dengan C-reactive protein (CRP) untuk
menentukan resiko penyakit kardiovaskuler dan sebagai pertimbangan dalam menangani
faktor resiko lainnya seperti kolesterol dan HDL. Peningkatan fibrinogen yang berkaitan
dengan infark miokard, stroke dan penyakit arteri perifer disebabkan oleh peningkatan
viskositas, peningkatan koagulasi, peningkatan availabilitas untuk adhesi dan agregasi
trombosit.
Penurunan fibrinogen menyebabkan penurunan kemampuan tubuh membentuk bekuan darah
yang stabil. Penurunan fibrinogen kronis berkaitan dengan penurunan produksi akibat
kelainan kongenital (afibrinogenemia, hipofibrinogenemia) atau kelainan didapat (stadium
akhir penyakit hepar, malnutrisi). Penurunan fibrinogen akut disebabkan oleh peningkatan
konsumsi fibrinogen seperti pada DIC, fibrinolisis abnormal, tranfusi darah masif dalamwaktu singkat (hemodilusi), trauma. Dikatakan DIC bila dijumpai penurunan fibrinogen
disertai pemanjangan PT atau APTT pada sepsis atau trauma. Obat-obatan tertentu dapat
menurunkan kadar fibrinogen, antara lain steroid anabolik, androgen, phenobarbital,
streptokinase, urokinase, asam valproat.
Gangguan polimerisasi fibrin dapat diinduksi oleh infus plasma expanders yang berakibat
perdarahan hebat. Pada kasus dysfibrinogenemia, terdapat abnormalitas fungsi fibrinogen
dengan jumlah normal, hal ini disebabkan oleh mutasi gen yang mengontrol produksi
fibrinogen oleh hepar sehingga hepar memproduksi fibrinogen abnormal yang resisten
terhadap degradasi saat dikonversi menjadi fibrin. Dysfibrinogenemia dapat meningkatkan
resiko trombosis vena. Pasien dengan defisiensi fibrinogen atau gangguan polimerisasi
fibrinogen dysfibrinogenemia dapat mengalami perdarahan sehingga diperlukan koreksi
23
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
24/28
dengan pemberian fresh frozen plasma (FFP), cryoprecipitate (plasma kaya fibrinogen) atau
konsentrat fibrinogen.
Thrombin time
Thrombin time (TT) diperoleh dengan menambahkan reagen thrombin ke plasma sitrate,
mengukur waktu sejak ditambahkannya thrombin sampai terbentuknya bekuan darah pada
suhu 37 oC, digunakan untuk mengetahui jumlah dan kualitas fibrinogen dan konversi
fibrinogen (soluble protein) menjadi fibrin (insoluble protein). Bila pasien dalam terapi
Heparin, digunakan reptilase sebagai pengganti thrombin (efek sama dengan thrombin tetapi
tidak dihambat oleh Heparin). Reptilase digunakan untuk identifikasi Heparin sebagai
penyebab pemanjangan TT.
Sampel darah untuk pemeriksaan menggunakan darah sitrat (vacutainer bertutup biru), dengan
pengisian darah sesuai agar tercapai ratio antikoagulant terhadap darah adalah satu bagian
antikoagulan per sembilan bagian darah. Nilai normal tergantung dari kadar thrombin yang
dipakai, umumnya kurang dari 22 detik, tergantung dari metode yang digunakan.
Thrombin time digunakan mendiagnosis gangguan perdarahan, mengetahui efektivitas terapi
fibrinolitik. Thrombin time memanjang pada afibrinogenemia, hipofibrinogenemia (kadarfibrinogen kurang dari 100 mg/ mL), dysfibrinogenemia, sirosis hepatis, karsinoma
hepatoseluler, bayi baru lahir, terdapat inhibitor thrombin (Hepari, FDP, DIC), multiple
myeloma, procainamide-induced anticoagulant, amiloidosis sistemik). Bila TT memanjang,
pemeriksaan diulang dnegan menggunakan campuran plasma penderita dengan plasma
kontrol (perbandingan 1:1) untuk mengetahui ada tidaknya inhibitor.
Platelet aggregation test (Test agregasi trombosit)
Pemeriksaan agregasi trombosit digunakan untuk mengevaluasi kemampuan trombosit untuk
membentuk agregat/ clump dan mengawali terbentuknya bekuan darah. Indikasi pemeriksaan
adalah :
- Membantu diagnosis gangguan fungsi trombosit baik kongenital (Von Willebrands disease)
maupun didapat, pada pasien dengan riwayat perdarahan
24
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
25/28
- Dugaan peningkatan agregasi trombosit (DM, hiperlipidemia)
- Monitoring terapi anti-trombosit (aspirin, ticlopidine, clpopidogrel, abciximab) paska stroke
atau heart attack
- Deteksi faktor resiko trombosis arteri (PJK, stroke)
- Deteksi resistensi aspirin
- Monitoring fungsi trombosit selama operasi CABG (sirkulasi mekanik dengan mesin
jantung-paru mengaktifkan sejumlah besar trombosit dan menyebabkan dysfungsional
trombosit), kateterisasi jantung, transplantasi hepar.
- Skrining pasien preoperasi beresiko perdarahan selama prosedur invasif, misalnya pasien
dengan riwayat perdarahan atau mengkonsumsi obat yang mempengaruhi kemampuan darah
untuk membeku seperti aspirin dan NSAID.
Persiapan pemeriksaan agregasi trombosit adalah :
- Darah diambil dalam keadaan puasa 8 jam karena kadar lemak tinggi dalam darah akan
mempengaruhi hasil.
- Sampel darah tidak hemolisis
- Sampel darah disimpan dalam penampung plastik/ gelas berlapis silikon bertutup pada suhu
kamar
- Dikerjakan dalam waktu tiga jam setelah pengambilan darah karena respons PRP (trombositrich plasma) akan menurun dalam tiga jam.
- Jumlah trombosit dalam PRP lebih dari 100.000/ UL
Prinsip pemeriksaan adalah perubahan transmisi cahaya (light transmittance changes), yaitu
penambahan agonist (aggregating agents) ke dalam PRP akan menginduksi terjadinya
agregasi trombosit sehingga transmisi cahaya melalui PRP meningkat. Agonist dapat berupa
ADP (yang umumnya dipakai), epinferin, kolagen, thrombin, ristocetin). Beberapa macam
obat yang dapat mempengaruhi hasil adalah : Aspirin, NSAID (Ibuprofen), antidepresi
tricyclic, antihistamin, beberapa antibiotika, plasma expander Dextran, Warfarin, beta-
blocker. Bila pasien mengkonsumsi obat tersebut, dianjurkan berhenti dua minggu sebelum
pemeriksaan.
25
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
26/28
Gangguan fungsi trombosit kongenital terdapat pada :
- Von Willebrands disease : berhubungan dengan penurunan produksi atau disfungsi faktor
von Willebrand
- Glanzmans thromboasthenia : penurunan kemampuan agregasi trombosit
- Bernard-Soulier syndrome : penurunan kemampuan adhesi trombosit
- Storage pool disease : penurunan kemampuan trombosit mengeluarkan substansi untuk
menginduksi agregasi
Gangguan fungsi trombosit didapat disebabkan oleh penyakit kronis seperti gagal ginjal
(uremia), myeloproliferative disorders (MPDS), leukemia akut. Gangguan fungsi trombosit
yang bersifat sementara dijumpai pada konsumsi obat aspirin dan NSAID, setelah operasi
bypass jantung (CABG) yang berkepanjangan.
PENUTUP
Hemostasis merupakan kemampuan tubuh untuk menghentikan perdarahan dan berfungsi
menjaga keenceran darah sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta
membentuk thrombus sementara pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan.
Telah dibahas mengenai faktor-faktor yang berperan dalam koagulasi, prinsip pemeriksaan
dan interpretasi hasil beberapa pemeriksaan koagulasi.
26
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
27/28
DAFTAR PUSTAKA
1. Hathaway WE, Goodnight SH. Disorders of Hemostasis and Thrombosis. McGraw-
Hill. New York. 2001
2. Sanyal S. Clinical Pathology. Elsevier. New Delhi. 2005
3. Fischbach F. A Manual of Laboratory and Diagnostic Tests, 7th Ed. Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia. 2004
4. Rahajuningsih. Hemostasisdan Trombosis. Edisi 3. FKUI. Jakarta. 2007
5. Sysmex Manual Book. Coagulation Analyzer.6. Rahajuningsih. Makna Klinis dari Agregasi Trombosit. Proseding Dalam : Seminar
Koagulasi. Solo. 2009
7. Riadi W. Pemeriksaan Agregasi Trombosit dengan Chrono-Log Model 490. Proseding
dalam : Lokakarya Agregometer Chrono-Log Model 490. Jakarta. 2010
8. Marques MB. Laboratory Evaluation of Hemostasis. In: AABB Annual Meeting.
Birmingham. 2003
9. Wells PS, Andrew DR, Rodger M, Forgie M, Evaluation of D-Dimer in the diagnosis of
Suspected Deep Vein Thrombosis. NEJM, 2003 ; 349 (13) : 1227-35
10. Clearview Simplify D-dimer. Available at URRL : http://www.clearview.com/d-
dimer.aspx, download on June 5, 2010
11. Ability of Different D-Dimer Tests To Exclude Deep Venous Thrombosis and
Pulmonary Embolism. Available at URRL http://www.annals.org/content/140/8/I-42.full,
27
-
8/2/2019 Hepatitis Merupakan Salah Satu Gangguan Pada Hati Yang Disebabkan Oleh Virus
28/28
download on May 2, 2010
12. Eby C. Standardization of APTT Reagents for Heparin Therapy Monitoring: Urgen or
Fading Priority?. Clinical Chemistry, 1997; 43: 1105-7
13. APTT. Available at URRL: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/APTT ,
http://healthengine.com.au/tests/blood/aptt.html, download on May 13, 2010 >br> 14.
Sawyer S. Drugs that affect Coagulation and Integrity. In: PHTX 441. 2004.
15. Thrombin time. Available at URRL: http://www.cap.org/apps/docs/cap
_press/hemostasis_testing/abnormal_thrombin_time_algorithm.pdf , http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/thrombin+time. download on June 21, 2010
16. Functional Platelet Disorders. Available at URRL : http://www.arupconsult.
com/Topics/FxPlateletDisorders.html, download on April 11, 2010
17. Bleeding time. Available at URRL: http://www.answers.com/topic/bleeding-time,
http://www.rnceus.com/coag/coagbleed.html, download on May 7, 2010
18. Protrombin time. Available at URRL: http://allmedtech.com/heinptctest.html,
http://www.sciencedirect.com/science, download on April 29, 2010
28