Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

10
PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUH- AN BAWANGMERAH Hendro Sunarjono*, Yett*, dan Ety* ARC)TRAK - ABSTRACT PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN BAWANG MERAH. Produksi bawanl( merah di Indonesia sangat rendah, dibawah kebutuhan, hi~ masih terjadi impor dari luar negeri, Peningkatan produksi dengan penggunaan varietas unggul dapat mengatasi persoalan tersebut tetapi adanya serangan penyakit embun upas Perenospora destMlc- tor dapat menggagalkan seluruh pertanaman atau menurunkan hasil sangat tajam, Hasil iradiasi menunjukkan bahwa sinar gamma dosis I, 5, dan 6 Gy dapat meningkatkan hasil pada generasi kedua MI' walaupun generasi pertama MI hasilnya menurun. Dosis 1, 2, 4, dan 5 Gy dapat merangsang pembungaan bawang tersebut, tetapi pengaruh radiasi belum mampu menimbulkan ketahanan terhadap penyakit pada M l' namun dosis 5 Gy mempunyai harapan. EFFECTS OF GAMMA IRADlATION ON SHALLOT. The production of onion (shallot) in Indonesia is very low, even lower than the consumption need, so that import could not be avoided. Increasing production by using high leading varieties might solve the problem, but disease infection caused by Perenospora destMIC tor could destroy the crop totally or could decrease the yield sharply. Result of the experiment indicated that gamma-ray irradiation of 1, 5, and 6 Gy could increase the yield in the second generation of MI although the yield in the first MI generations decreased. Doses of 1, 2,4, and 5 Gy could induced flowering, however no resistant mutants were produced although the dose of 5 Gy was promising. PENDAHULUAN Bawang merah atau shalot (Allium ascalonit:um) merupakan sayuran umbi yang sangat po puler sebagai bumbu dapur (rempah). Sebenarnya bawang merah ini hanya dibutuhkan dahim jumlah kedl oleh ibu-ibu rumah tangga, akan tetapi karena hampir seluruh lapisan masyarakat memerlukannya, maka pada musim paceklik (musim tanam) dan hari-hari besar harganya dapat melonjak sampai beberapa kali harga pada musim panen. Konsumsi rata-rata bawang merah tiap tahun 1,56 kg/kapita, dengan dernikian kebutuhan konsurnsi tiat> tahun adalah .±. 234.000 ton, belum termasuk kebutuhan untuk bibit yang besarnya rata-rata 700 kg tiap hektar lahan. Luas pertanaman bawang merah di Indonesia tahun 1970 - 1982 rata-rata 42958 ha dengan produksi rata-rata 4,4 ton/ha. Pada tahun 1982 perbandingan luas areal bawang merah di berbagai daerah adalah : * Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bogor 155

Transcript of Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

Page 1: Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUH­AN BAWANGMERAH

Hendro Sunarjono*, Yett*, dan Ety*

ARC)TRAK - ABSTRACT

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN BAWANGMERAH. Produksi bawanl( merah di Indonesia sangat rendah, dibawah kebutuhan, hi~ masihterjadi impor dari luar negeri, Peningkatan produksi dengan penggunaan varietas unggul dapatmengatasi persoalan tersebut tetapi adanya serangan penyakit embun upas Perenospora destMlc­tor dapat menggagalkan seluruh pertanaman atau menurunkan hasil sangat tajam, Hasil iradiasimenunjukkan bahwa sinar gamma dosis I, 5, dan 6 Gy dapat meningkatkan hasil pada generasikedua MI' walaupun generasi pertama MI hasilnya menurun. Dosis 1, 2, 4, dan 5 Gy dapatmerangsang pembungaan bawang tersebut, tetapi pengaruh radiasi belum mampu menimbulkanketahanan terhadap penyakit pada M l' namun dosis 5 Gy mempunyai harapan.

EFFECTS OF GAMMA IRADlATION ON SHALLOT. The production of onion (shallot)in Indonesia is very low, even lower than the consumption need, so that import could not beavoided. Increasing production by using high leading varieties might solve the problem, butdisease infection caused by Perenospora destMIC tor could destroy the crop totally or coulddecrease the yield sharply. Result of the experiment indicated that gamma-ray irradiation of1, 5, and 6 Gy could increase the yield in the second generation of MI although the yield in thefirst MI generations decreased. Doses of 1, 2,4, and 5 Gy could induced flowering, however noresistant mutants were produced although the dose of 5 Gy was promising.

PENDAHULUAN

Bawang merah atau shalot (Allium ascalonit:um) merupakan sayuran umbi yangsangat po puler sebagai bumbu dapur (rempah). Sebenarnya bawang merah ini hanyadibutuhkan dahim jumlah kedl oleh ibu-ibu rumah tangga, akan tetapi karenahampir seluruh lapisan masyarakat memerlukannya, maka pada musim paceklik(musim tanam) dan hari-hari besar harganya dapat melonjak sampai beberapa kaliharga pada musim panen.

Konsumsi rata-rata bawang merah tiap tahun 1,56 kg/kapita, dengan dernikiankebutuhan konsurnsi tiat> tahun adalah .±. 234.000 ton, belum termasuk kebutuhanuntuk bibit yang besarnya rata-rata 700 kg tiap hektar lahan. Luas pertanamanbawang merah di Indonesia tahun 1970 - 1982 rata-rata 42958 ha dengan produksirata-rata 4,4 ton/ha. Pada tahun 1982 perbandingan luas areal bawang merah diberbagai daerah adalah :

* Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bogor

155

Page 2: Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

Daerah Ha%ton/ha

Jawa & Bali

27.99462,224,79

Sumatera

6.08313,774,80

N.T.B.

6.62314,983,47

Sulawesi

2.7746,283,49

Kalimantan

240,052,46

Maluku & Irian Jaya

7511,704,99

Indonesia

44.199100,004,00

Produksi nasional bawang merah tiap tahun diperkirakan rata-rata 187.000 ton dankebutuhan bibitnya tidak kurang dari 30.000 ton. Ini berarti bahwa tiap tahundiperlukan persediaan 264.000 ton, hingga masih diperlukan penambahan sebanyak77 .000 ton. Itulah sebabnya sampai sekarang ini masih terjadi impor bawang merahdari Iuar negeri.

Impor bawang merah dapat dihentikan apabila produksi dalam negeri ditingkat­kan sampai 8 ton/ha umbi kering dengan perhitungan ± 20% adalah limbah.

Kalau memperhatikan kemampuan produksi varietas unggul, yang dalam .kondisi baik dapat mencapai 12 ton/ha umbi kering adalah tidak sulit untukmemenuhi kebutuhan dengan hasil dalam negeri. Akan tetapi kenyataannya

produksi sangat rendah, karena penggunaan bibit yang bermutu rendah sertaserangan penyakit embun upas Perenospora destrw::tor yang sangat berbahaya, matipucuk Phytophthora porri dan bercak ungu Alternaria porri. Pada kondisi yangsesuai untuk tumbuhnya cendawan upas tersebut, dapat memusnahkan seluruh

areal pertanaman dalam waktu singkat, dan apabila tanaman tidak mati hasilnyasanga t rendah.

Semua varietas bawang merah peka terhadap penyakit embun upas, hingga

perbaikan varietas melalui persilangan sulit dilakukan, karena tidak tersedianyasumber genetik yang resisten. Di lain pihak persilangan kadang-kadang sulitdilakukan, karena tidak semua varietas bawang merah dapat berbunga secaraalarniah.

KAMRA (I) mengemukakan bahwa iradiasi sinar gamma dengan dosis 20 - 50Gy dapat menyebabkan terjadinya mutasi somatik pada Hyacinthus dan tulip.Tetapi umumnya mutasi tersebut bersifat resesif. Pada tanaman homozigot mutasi

baru mulai tampak pada M2, hingga tanaman perlu dibungakan untuk dapat dipero­leh bijinya. Tetapi pada tanaman heterozigot perubahan mutasi sudah dapat dilihat

padaMI (2).Di India telah dilaporkan adanya mutan tebu varietas Co 499 yang resisten

terhadap penyakit busuk merah Physalospora fungumenensis. Di Filipina dilapor­kan adanya mutan tebu dari varietas H 37 - 1933 yang resisten terhadap penyakitkarat Ustilago sacchari. Sedangkan di Indonesia, Balai Penelitian Perkebunan Gula

156

Page 3: Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

di Pasuruan melaporkan bahwa dengan iradiasi dosis 30 - 60 Gy eenderung menye­babkan tanaman tebu lebih tahan terhadap penyakit virus bergaris kuning dan dapatmenghambat pembungaan (3). Dengan radiasi sinar gamma Cobalt -"- 60 padakedelai diperoleh galur mutan M2 dari varietas Orba yang mempunyai potensi hasillebih tinggi daripada kontrol (4). Pada bawang merah dengan radiasi sinar gamma15 - 20 Gy pada umbi bibitnya menyebabkan umbi tidak mampu tumbuh, danradiasi 5 Gy dapat meningkatkan bobot umbi yang dihasilkan ± 24,7%, tetapisebaliknya radiasi 10 Gy menurunkan bobot umbi yang dihasilkan sampai 77 ,8%daripada kontrolnya (5).

Dalam penelitian ini akan dieoba meradiasi umbi bawang merah dengan sinar

gamma untuk melihat pengaruhnya pada populasi yakni pada produksi, pembungaandan resistensi terhadap penyakit embun upas.

BAHAN DAN METODE

Dalam pereobaan ini digunakan bibit umbi bawang merah varietas Sumenepyang telah disimpan selama ~ bulan untuk masa istirahat. Varietas Sumenepmempunyai kualitas goreng yang tinggi. Umbi dipilih yang beratnya 2~ - 5 gram,diperlukan dengan sinar gamma Cobalt -60 dosis 1,2,3,4,5, dan 6 Gy. Penyinar­an dilakukan di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BArAN, Pasar Jumat. Setelah

itu umbi ditanam di Kebun Pereobaan di Muara, Bogor (ketinggian 260 m dpl).Penanama~ diatur menurut raneangan aeak kelompok 7 perlakuan dan 4 ulangan.Luas petak 1 x 2 m 2, jarak tanam lOx 20 em. Umbi penenan setelah disimpan4 bulan ditanam di Kebun Percobaan di Cipanas, Cianjur (ketinggian 1100 m dpl)sebagai generasi kedua untuk dipelajari kemampuannya berbunga. Disinipunpenanaman dilakukan menurut raneangan aeak kelompok 7 perlakuan dan 3ulangan. Luas petak 1 x 1,4 m2, jarak tanam 20 x 20 em. Pada kedua pereobaandigunakan pupuk kandang 20 ton/ha yang diberikan 1 minggu sebe1um tanam.Pupuk buatan berupa 150 kg urea, 300 kg TSP dan 200 kg KCL/ha diberikanbersama waktu tanam. Sebagai pupuk susulan berupa 100 kg urea/ha diberikan 3minggu setelah tanam. Sebelum ditanam ujung umbi dipotong sedikit untukmempereepat pertumbuhannya seeara merata.

Pada pereobaan di Muara ditanam bulan Oktober 1983 dan dipanen bulanJanuari 1984, dan pada pereobaan di Cipanas ditanam bulan Juni 1984 dipanenumur 90 hari.

BASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Pereobaan di Bogor. Semua perlakuan radiasi yang ditanam di Bogor tumbuhbaik. Serangan penyakit mati pueuk Phytophthora porri dan embun upasPerenos­pora destructor tidak tampak sama sekali. Hal ini dikarenakan selama pereobaanberlangsung euacanya eerah dan tidak pernah turun hujan hingga kondisinya tidakmemungkinkan eendawan penyakit di atas mampu tumbuh berkembang. Walaupundemikian dengan peradiasian sinar gamma tampak memperpendek akar danmemperkecil jumlah akar. Penurunan panjang dan jumlah akaT tersebut beIjalan

157

Page 4: Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

secara linier ma<)ing-masingsangat nyata (r = 0,673) dan nyata (r = -0,661)sesual

dengan meningbtnya dosis radm. Kejadian iI1i dapat cliJlug~aJ~ menyebabiaitpenyerapan unsur hara dari dalam tanah Makin sedikit. Hal ini terbukti dengar\jum1ah daun yang cenderung Makin sedikit, tanaman Makin pendek secara tinietsangat nyata (r = -0,928), dan jumlah anakan Makin sedikit secara tinier nyat!(r = -0,826).

Dari hasil umbi yang diperoleh, temyata analisis keragaman bobot umbi basahkotor, dan bobot umbi kering kotor tidak terdapat perbedaan nyata antar perlaku­an. Akan tetapi tampak jelas bahwa dengan perlakuan radiasi cenderung me.nurnn­kan produksinya rata-rata 12,8% umbi basahkotor terhadap kontrolnya. Penurunanproduksi umbi terse but masing-masing berjalan secara tinier sangat nyata (r = -0,809,r = -0,87).

Analisis keragaman bobot umbi kering bersih terdapat perbedaan yang nyataantar perlakuan, dengan penurunan produksi rata-rata 34,2% terhadap kontrol.Penurunan bobot umbi kering bersih tersebut dikarenakan teIjadinya limbah danpenguapan yang besarnya rata-rata 96,0% untuk perlakuan radiasi dan 95,6% untukkontrol terhadap bobot umbi kering kotor (Tabel I). Walaupun produksinya turun,akan tetapi dengan radiasi dosis 2, 3, dan 4 Gy menghasilkan umbi yang dia'meter­nya cenderung lebih besar daripada kontrol. Hasil percobaan pada perlakuan radiasisinar gamma dosis 5 Gy di Bogor tidak sesuai dengan hasil percobaan sebelumnyayang dilakukan oleh Kustianto (5) bahwa dosis 5 Gy dapat meningkatkan jumlahanakan sampai 18,1% dan produksi umbi sampai 24,7% terhadap kontrolnya.

Percobaan di Cipanas. Dalam percobaan ini hasilnya berlainan dengan hasil diBogor, walaupun bibitnya adalah klon generasi kedua (dari M 1 yang diperbanyak .secara vegetatif dengan umbinya) yang genetik tidak berubah. Akan tetap'i kenyata­annya beberapa tanaman dari perlakuan radiasi memperlihatkan garis-garis kuningdengan jelas, sedangkan pada percobaan di Bogor warna tersebut belum tampak.

Pada mulanya tanaman tumbuh subur dan merata, tetapi mulai umur 2 bulancendawan penyakit mati pucuk, bercak ungu dan embun upas menyerang hebatdaun bawang. Hal ini dikarenakan selama percobaan berlangsung hujan turun terusmenerus, hingga suhu Malam sangat dingin dan kelembaban udara cukup tinggi.Intensitas serangan penyakit Phytophthora porri merata kesemua perlakuan, hinggatidak terdapat perbedaan nyata an13r perlakuan, yakni berkisar antara 33 - 42,5%.Serangan tertinggi diderita oleh perlakuan radiasi dosis 4 Gy (42,5%) dan seranganterendah diderita oleh perlakuan radiasi dosis 6 Gy (33,5%). Demikian pula intensi­13s serangan Alternaria porri tidak menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan,yang berkisar an13ra 23 - 37,8%, namun teIjadi kenaikan yang tinier nyata(r = 0,694) sesuai dengan kenaikan dosis radiasinya. Sedangkan intensitas seranganpenyakit embun upas Perenospora dest1Uctor yang menyebabkan daun menjadiblorok menunjukkan perbedaan sangat nya13 antar perlakuan dengan kenaikanyang merupakan garis kuadratis (R = 0,910), dimana serangan tertinggi dideritaoleh perlakuan radiasi dosis 2 dan 3 Gy (38,6% dan 38,3%) dan terendah adalahkontrolnya. Hal ini menggambarkan bahwa dengan radiasi sinar gamma tanamanbawang merah malah menjadi lebih peka daripada kontrolnya.

Namun demikian dengan peradiasian sinar gamma terse but tampaklah tanamanlebih tinggi daripada kontrol dengan perbedaan yang sangat nyata antar perlakuan.

158

Page 5: Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

•.....VI\0

Tabell. Pengaruh radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan dan hasil umbi pada tanaman MI' Bogor, MT. 1983/1984,

Dosis

lumlahPanjangTinggiJum1ahBobotBobotBobotDiameter

(Gy)

akarakartanamananakanumbiumbiumbiumbi

(em)(em) basahkeringkering(em)

kotor

kotorbersih

(t/ha)(t/ha)(t/ha)

o (kontro1)

88,9513,0529,904,018,011,310,81,921

71,208,0228,683,916,78,78,11,942

68.,627,7828,903,015,88,37,62,143

59,227,0528,703,515,88,37,72,004

76,157,9028,153,117,37,47,02,035

65,688,3226,453,013,06,45,91,996

61,326,5826,582,915,77,86,51,92

HSD

5%NS3,45NSNSNS NS4,33NS

1%NS4,25NSNSNSNS5,37NS

Page 6: Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

-0\0

Tabd 2. Pengaruh Radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan dan hasil umbi pada tanaman Ml generasi kedua. Cipanas, MK. 1984.Dosis

TinggiJumlahBobotBobotBobotDiameter

(Gy)

tanamananakanumbiumbiumbiumbi

(em)

basahkeringkering(em)kotor

kotorbersih

t/hat/hat/ha

o (kontrol)

32,S .8,317,646,925,281,40L

39,08,219,719,787,071,442

39,08,717,648,006,351,193

38,15,516,357,145,571,094

39,18,119,078,715,711,325

40,77,624,079,927,641,326

43,46,9,23,35 9,576,420,99~"HSD

5%5,03NSit;,

6,64 3,142,070,331%

6,42NS8,504,002,640,42

Page 7: Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

Kenaikan tinggi tanaman berjalan secara tinier (r = 0,845) sesuai dengan kenaikan

dosis radiasi. Dalam hal ini tinggi tanaman tidak berpengaruh terhadap jUJ1')lahanakan, terbukti dengan tidak adanya perbedaan nyata jumlah an~n antar perla­kuan. Akan tetapi jumlah daunnya, walaupun tidak berbeda nyata antar perlakuan,pada umumnya meningkat lebih banyak daripada kontrol. Kenaikan jumlah daunterse but merupakan garis kuadratis cekung (R = 0,485), dengan jumlah daun

tere~dah pada perlakuan dosis 6 Gy ..Dengan kenaikan tinggi tanaman dan jumlah datirt cifi:lugaaKari meningkatkan

kemampuan foto sintesis daun, hingga dapat meningkatn produksinya. Dari analisiskeragaman produksi umbi basah kotor dan umbi kering kotor masing-masingmenunjukkan adanya perbedaan sangat nyata dan nyata antar perlakuan, walaupunterhadap kontrol tidak terjadi kenaikan yang berarti. Kenaikan produksi umbibasah dan umbi kering tersebut masing-masing berjalan secara linier sangat nyata(r = 0,712) dan nyata (r = 0,539) sesuai dengan meningkatnya dosis radiasi.Demikian pula analisis keragaman bobot umbi kering bersih terdapat perbedaannyata antar perlakuan, walaupun tidak berbeda terhadap kontrol, kecuali padaperlakuan radiasi dosis 5 Gy yang berbeda nyata dengan kenaikan 44,5% (tabel 2).

Memperhatikan perubahan yang terjadi pada percobaan di Cipanas, tampaknyaperubahan yang terjadi pada percobaan di Bogor bersifat fisiologis. Yang lebihmenarik pada percobaan di Cipanas ialah bahwa beberapa tanaman pada perlakuanradiasi dosis 1, 2, 4, dan 5 Gy mampu berbunga masing-masing sebesar 12,4%,3,8%, 2,9% dan 0,9%. Bunga-bunga tersebut mampu berbuah dan berbiji, dan biji­nya dapat tumbuh. Memperhatikan keadaan umbi tiap tanaman di kebun, temyatatanaman yang berbunga mempunyai umbi yang lebih besar daripada yang tidakberbunga. Kiranya keadaan ini adalah wajar, karena untuk berbunganya tanamanbawang memerlukan cukup tersedia harmon bunga dan zat hara dalam umbinya.

Analisis keragaman diameter umbi terdapat perbedaan sangat nyata antarperlakuan. Namun makin tinggi dosis radiasinya, makin kecil rata-rata ukurandiameternya secara linier sangat nyata (r = -0,623). Walaupun demikian besarnyaumbi ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan kesehatan tanaman.Dalam hal ini tanaman menderita serangan penyakit cukup berat, hingga kemampu­

an foto sintesis daun terganggu.

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan pengaruh radiasi sinar gamma Cobalt-60 di Bogar danCipanas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sifat-sifat tanaman bawang merah yang timbul pada M1 lebih dipengaruhioleh fisiologik, hingga pada generasi pertama M1 masih terjadi perubahan.

2. Radiasi sinar gamma berpengaruh menekan jumlah akar, panjang akar, tinggitanaman dan jumlah anakan pada tanaman MI, tetapi sebaliknya mampumendorong pertumbuhan meninggi pada tanaman M1 generasi berikutnya.

3. Radiasi sinar gamma belum mampu menimbulkan resistensi pada tanaman MI'4. Radiasi sinar gamma dosis 1, 5, dan 6 Gy cenderung meningkatkan produksi

dibandingkan dengan kontrolnya, walaupun pada generasi pertama M1 malahterjadi penurunan.

161

Page 8: Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

5. Dosis radiasi 1, 2,4, dan 5 Gy mampu mendorong pembungaan, namun dosis

5 Gy lebih memberikan hara?an.

DAFTAR PUSTAKA

1. BAMBANG KUSTIANTO. Irradiasi sinar gamma 6Oco terhadap umbi bram~anguntuk mendapatkan mutant. Thesis Sarjana Pertanian, GAMA, (1973).

2. HARTANA. ''Prospek penggunaan sinar radioaktif dalam pemuliaan tanamantembakau". Pertemuan Pembahasan Pemuliaan Mutasi. Jakarta 7 - 8 Agustus.(1972). 90

162

Page 9: Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

DISKUSI

ISHAK:

Semakin pendeknya tanaman dengan dosis radiasi 5 kGy, apakah disebabkan olehtanaman yang pendek atau kerusakan gen yang mengontrol pembentukan hormonpada tanaman tersebut. Mohon penjelasan.

,0

HENDRO SUNARJONO :

Kerusakan sel~sel sewaktu peradiasian dapat pula menyebabkan tanaman menjaditumbuh rendah, dan akamya pendek-pendek. Tetapi dengan akar yang sangatpendek dan jumlahnya sedikit, tanaman kurang mampu menyerap zat (hara)makanan dari dalam tanah, akibatnya tanaman tumbuh pendek. Jadi salingmendukung! Namun kerusakan sel (bukan gen!) lebih menonjol.

ZUBAlDAH :

Apakah eara penanganan pasca panen yang kurang tepat juga berpengaruh padakenaikan dan penurunan produksi bawang merah selain faktor bibit dan varietasyang rendah serta beberapa jenis penyakit yang menyerangnya?

HENDRO SUNARJONO : '

Pemanenan (harvesting) bawang merah sewaktu tanahnya masih basah (becek) ,penjemuran yang kurang baik menyebabkan kehilangan hasil sampai 20%. Tetapihal ini tidak menurunkan hasil. Hanya mengurangi hasil panen. Faktor yang dapatmenurunkan hasil dengan drastis ialah serangan penyakit. Musim hujan yang terus­menerus selama peri ode tanam menciptakan kondisi lingkungan yang eoeok untukberkembangnya penyakit tersebut.

RlV AlE RA TMA :

1. Atas dasar apa Anda memakai dosis 1, 2, 3,4, 5, dan 6 Gy pada bawang merah.2. Mengapa Anda tidak melaksanakan orientasi dosis sebelum melaksanakan

radiasi.

HENDROSUNARJONO:

1. Penetapan dosis sinar gamma 1,2,3,4,5, dan 6 Gy saya pilih berdasarkan hasilpene1itian sebelumnya yang dengan radiasi di atas 7 Gy daya tumbuh umbijelek sekali, bahkan pada dosis lOGy telah mati (letal).

DECIY ANTO SOETOPO :

1. Sehubungan dengan hasil penelitian bahwa dosis 5 Gy merupakan harapan, dipihak ,lain pada dosis ini kepekaan terhadap Perenospora lebih tinggi darikontrol. Manakah yang Anda pilih, apakah untuk tujuan pembungaan yang

."

,,163 1I \

• < ' \ I \

Page 10: Hendro Sunarjono, Yety dan Ety

hasilnya kemungkinan akan tetap mengakibatkan kegagalan penanaman ataukeberhasilan berikutnya.

2. Sehubungan dengan kemungkinan adanya pembibitan setelah generasi berikut­nya (atas dasar jawaban sebelumnya). Apakah materi ini bersifat langgengkarena kalau hal ini terjadi kemungkinan teknik isotop yang mahal ini akantidak sesuai dengan keadaan yang membutuhkan teknologi murah (tanpaperlakuan teknik nuklir berulang kali).

HENDRO SUNARJONO :

I. Dosis 5 Gy mempunyai harapan, karena mampu berbunga dan produksinyapada generasi kedua M1 cukup meningkat. Tetapi pada dosis 5 Gy ini tanamanlebih peka terhadap penyakit embun upas daripada kontrol. Dalam hal ini akansaya coba untuk mendapatkan generasi M2, karena pada generasi M2 ini akantetjadi segregasi. Seringkali tanaman yang resisten (mutan resisten) baru tam­Pak pada M2 atau M3 dan seterusnya.

2. Mutasi (mutan) bersifat mantap, sebab kalau tidak namanya hanya variabilitas.Dalam hal generasi pertama M1 menurun, sedang pada generasi kedua M1 naik,karena pada generasi pertamaM 1 itu tanaman masih mengalarni physiological~ atau yang saya sebut "kaget". Mungkin sekali pada generasi ketiga M1masih berubah, sebagai akibat sisa-sisa stress tersebut. Akan tetapi pengalaman

pada tanaman bits, setelah generasi ketiga Ml, sifatnya telah menjadi mantap.Oleh karena itu yang akan saya tempuh ialah meneruskan mutan 5 Gy terse butsecara vegetatif dengan umbinya dan secara generatif dengan bijinya melaluiM2 dan seterusnya.

WENTENASllKA:

1. Berapa kadar air dari umbi yang diradiasi karena hal ini sangat berpengaruhterhadap penetrasi sinar gamma.

2. Persen bibit yang tumbuh/% bibit yang digunakan untuk setiap perlakuan.

HENDROSUNARJONO:

1. Kadar air yang terkandung dalam umbi bawang merah yang diradiasi sinargamma ialah 7fY!o.

2. Jumlah umbi yang diradiasi adalah 1000, tapi yang ditanam dalam percobaanhanya 400. Sisanya ditanam pada pinggiran. Pada dosis 10 Gy, umbi sudahsukar untuk tumbuh. Tapi pada dosis 1 - 6 Gy masih tumbuh 85 - 95%.

164