Hemoragic Disease of the Newborn

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbagai penelitian dilaporkan bahwa 5-10% penyebab anemia berat pada neonatus adalah perdarahan. Sedangkan kejadian anemia pada bangsal rawat intensif neonatus tercatat sebesar 25%, yang dinyatakan dengan merendahnya volume sel darah merah. Angka tersebut merupakan kejadian diluar negeri yang fasilitas perawatannya sudah memadai. Meskipun belum ada data, tetapi dengan memperhatikan masih tingginya pertolongan persalinan oleh dukun (70-80%) serta fasilitas pelayanan yang untuk sebagian besar belum memadai, dapat diperkirakan bahwa di Indonesia kejadian perdarahan pada neonatus akan memperlihatkan angka yang jauh lebih tinggi, setidak-tidaknya 2 kali lipat dibandingkan dengan kejadian di negara maju. Pe rdaraha n yan g ab nor mal pa da neo na tus terbilang cuk up um um , tertutama pada bayi preterm. haemostasis yang normal membutuhkan integritasvaskular , fungsi platelet yang normal, dan fungsi sistim koagulasi yang baik. Sebaliknya pada bayi neonates yang sehat penyebab yang umum pada perdarahan pada bayi adalah trombositopenia sekunder, defisiensi vitamin K, dan yang paling jarang terjadi adalah kongenital defisiensi faktor koagulasi.

description

referat HDN

Transcript of Hemoragic Disease of the Newborn

Page 1: Hemoragic Disease of the Newborn

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam berbagai penelitian dilaporkan bahwa 5-10% penyebab anemia berat

pada neonatus adalah perdarahan. Sedangkan kejadian anemia pada bangsal rawat

intensif neonatus tercatat sebesar 25%, yang dinyatakan dengan merendahnya volume

sel darah merah. Angka tersebut merupakan kejadian diluar negeri yang fasilitas

perawatannya sudah memadai. Meskipun belum ada data, tetapi dengan

memperhatikan masih tingginya pertolongan persalinan oleh dukun (70-80%) serta

fasilitas pelayanan yang untuk sebagian besar belum memadai, dapat diperkirakan

bahwa di Indonesia kejadian perdarahan pada neonatus akan memperlihatkan angka

yang jauh lebih tinggi, setidak-tidaknya 2 kali lipat dibandingkan dengan kejadian di

negara maju.

Perdarahan yang abnormal pada neonatus terbilang cukup umum,tertutama

pada bayi preterm. haemostasis yang normal membutuhkan integritasvaskular, fungsi

platelet yang normal, dan fungsi sistim koagulasi yang baik. Sebaliknya pada bayi

neonates yang sehat penyebab yang umum pada perdarahan pada bayi adalah

trombositopenia sekunder, defisiensi vitamin K, dan yang paling jarang terjadi adalah

kongenital defisiensi faktor koagulasi.

Haemorrhagic disease of the newborn pada umumnya muncul pada

minggu pertama dan paling lambat sampai minggu ke 26. Kematian dan

kecacatan dapat diakibatkan dari perdarahan intracranial seringkali setelah

terjadi perdrahan pada umbilical ataupun membrane mukosa.

B. Tujuan

Penulis refrat ini bertujuan untuk mengetahui konsep mengenai perdarahn

pada bayi baru lahir, sehingga di harapkan dapat mendukung tercapainya pencegahan

dan penatalaksanaan dengan tepat

C. Manfaat

1. Memberi informasi tentang dampak Haemorrhagic Disease of Newborn

2. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Haemorrhagis Disease of Newborn

Page 2: Hemoragic Disease of the Newborn

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Perdarahan ialah keluarnya darah dari salurannya yang normal (arteri, vena

atau kapiler) ke dalam ruangan ekstravaskulus oleh karena hilangnya kontinuitas

pembuluh darah (2). Sedangkan perdarahan dapat berhenti melalui 3 mekanisme, yaitu:

1. Kontraksi pembuluh darah

2. Pembentukan gumpalan trombosit (platelet plug)

3. Pembentukan trombin dan fibrin yang memperkuat gumpalan trombosit tersebut.

Umumnya peranan ketiga mekanisme tersebut bergantung kepada besarnya

kerusakan pembuluh darah yang terkena. Perdarahan akibat luka kecil pada pembuluh

darah yang kecil dapat diatasi oleh kontraksi arteriola atau venula dan pembentukan

gumpalan trombosit, tetapi perdarahan yang diakibatkan oleh luka yang mengenai

pembuluh darah besar tidak cukup diatasi oleh kontraksi pembuluh darah dan

gumpalan trombosit. Dalam hal ini pembentukan trombin dan akhirnya fibrin penting

untuk memperkuat gumpalan trombosit tadi. Disamping untuk menjaga agar darah

tetap didalam salurannya diperlukan pembuluh darah yang berkualitas baik. Bila

terdapat gangguan atau kelainan pada salah satu atau lebih dari ketiga mekanisme

tersebut, terjadilah perdarahan yang abnormal yang sering kali tidak dapat berhenti

sendiri.

Hemorrhagic disease of the newborn (HDN) didefinisikan sebagai perdarahan

spontan atau akibat trauma pada bayi yang berhubungan dengan defisiensi vitamin K

dan menurunnya aktifitas faktor pembekuan II, VII, IX, dan X dengan fibrinogen dan

trombosit normal. Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung

dan saluran cerna. Kasus perdarahan pada intracranial jarang di jumpai.Sistem

pembekuan darah pada neonatus masih imatur sehingga pada saat lahir kadar protein

koagulasinya juga masih rendah. Kadar dari system prokoagulasi seperti protein

prekalikrein, faktor V, XI, XII, serta faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (II,

VII, IX, X). Kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K berlangsung kembali

ke normal pada usia 7-10 hari. Cadangan vitamin K pada BBL rendah, hal ini

Page 3: Hemoragic Disease of the Newborn

disebabkan oleh kurangnya vitamin K ibu, serta tidak adanya cadangan flora normal

usus yang mampu mensintesa vitamin K.

B. ETIOLOGI

1. Kekurangan vitamin K

2. Trauma kelahiran

Partus biasa o pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan

o disproporsi antara kepala anak dan jalan lahir sehingga terjadi mulase

3. partus buatan (ekstraksi vakum, cunam)

4. partus presipitatus

o Bukan trauma kelahiran, umumnya ditemukan pada bayi kurang bulan (prematur).

Faktor dasar ialah prematuritas dan yang lain merupakan faktor pencetus

intracranial bleeding (ICB) seperti hipoksia dan iskemi otak yang dapat timbul

pada syok, infeksi intrauterin, asfiksia, dan kejang-kejang, kelainan jantung

bawaan, hipotermi, juga hiperosmolaritas/hipernatremia.

C. Klasifikasi

Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) dibagi menjadi early, clasiccal

dan late berdasarkan pada umur saat kelainan tersebut bermanifestasi (Sutor dkk

1999, Von Kries 1999).

1. Early Vitamin K defisience bleeding (VKDB) (PDVK dini), timbul pada hari

pertama kehidupan. Kelainan ini jarang sekali dan biasanya terjadi pada bayi dari

ibu yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu metabolisme vitamin

K. Insidens yang dilaporkan atas bayi dari ibu yang tidak mendapat suplementasi

vitamin K adalah antara 6-12%.

2. Classical VKDB (PDVK klasik), timbul pada hari ke 1 sampai 7 setelah lahir dan

lebih sering terjadi pada bayi yang kondisinya tidak optimal pada waktu lahir atau

yang terlambat mendapatkan suplementasi makanan. Insidens dilaporkan

bervariasi, antara 0 sampai 0,44% kelahiran. Tidak adanya angka rata-rata kejadian

PDVK klasik yang pasti karena jarang ditemukan kriteria diagnosis yang

menyeluruh.

Page 4: Hemoragic Disease of the Newborn

3. Late VKDB (PDVK lambat), timbul pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah lahir,

sebagian besar timbul pada umur 1 sampai 3 bulan. Kira-kira setengah dari pasien

ini mempunyai kelainan hati sebagai penyakit dasar atau kelainan malabsorpsi.

Perdarahan intrakranial yang serius timbul pada 30-50%. Pada bayi berisiko

mungkin ditemukan tanda-tanda penyakit hati atau kolestasis seperti ikterus yang

memanjang, warna feses pucat, dan hepatosplenomegali. Angka rata-rata kejadian

PDVK pada bayi yang tidak mendapatkan profilaksis vitamin K adalah 5-20 per

100.000 kelahiran dengan angka mortalitas sebesar 30%

UmurPDVK dini PDVK klasik PDVK lambat< 24 jam 1-7 hari (terbanyak 3-

5 har)2 minggu – 6 bulan

terutama 4-6 mingguPenyebab dan factor resiko

Obat yang diminum selama hamil

Pemberian makanan terlambat

Intake vit K inadekuatKadar vit K rendah

pada ASITidak dapat

provilaksis vit KIntake vit K inadekuat

Kadar vit K rendah pada ASI

Tidak dapat provilaksis vit K

Frekuensi < 5% pada kelompok risiko tinggi

0,01-1% (tergantung pada pola makanan bayi

Lokasi perdarahan Sefalhematon, umbilicus,

intracranial, intra abdomen, GIT, intrathorakal

GIT, umbilicus, hidung, tempat suntikan, berkas

sirkumsisi, intracranial

Pencegahan Penghentian/penggantian obat

penyebab

Vit K, profilaksis (oral/im)

Asupan vit K yang adekuat

Berdasarkan lokasi pendarahan yang terjadi di daerah otak, perdarahan intrakranialpada

neonatus dibagi dalam empat daerah yaitu :

a. Epidural Hemorrhage, terjadi karena rupturnya cabang-cabang arteri atau vena

meningia media di antara tulang kepala dan durameter. Pengumpulan darah di

dalam ruangan durameter disebut hematoma epidural. Perdarahan ini sering

Page 5: Hemoragic Disease of the Newborn

berlokasi di daerah parietal dan oksipital. Perdarahan epidural biasanya disertai

fraktur linier tulang kepala dan tanda shock hipovolemik. Gangguan fungsi otak

bergantung pada luas dan banyaknya perdarahan. Bila perdarahan sedikit, tidak

dijumpai tanda-tanda gangguan fungsi otak. Jika perdarahan banyak, dalam

beberapa jam setelah lahir akan tampak tanda-tanda dan gejala peninggian tekanan

intrakranial seperti iritabel, menangis melengking (cephalic cry), ubun-ubun tegang

dan menonjol, deviasi mata, sutura melebar, kejang, hemiparase, atau tanda-tanda

herniasi unkal seperti dilatasi pupil homolateral.

b. Subdural Hemorrhage dengan laserasi tentorium disebabkan oleh rupturnya vena

galen, sinus strait, dan kadang-kadang sinus transversal. Perdarahan ini sering di

infratentorial. Bila perdarahan banyak, dapat meluas ke fossa posterior dan

menyebabkan kompresi batang otak (brain stemp). Kadang-kadang, perdarahan ini

dapat meluas ke permukaan superior atau posterior dari serebellum. Perdarahan

subdural dengan laserasi falks serebri terjadi karena rupturnya sinus sagitalis

inferior. Perdarahan biasa terjadi di tempat pertemuan falks serebri dan tenterium.

Perdarahan ini kurang sering bila dibandingkan dengan laserasi tenterium. Lokasi

perdarahan di dalam fisura serebri longitudinal berada di atas korpus kollosum.

Rupturnya vena superfisial serebri (bridging vein), mengakibatkan perdarahan

subdural pada permukaan hemisfer serebri. Perdarahan ini sering unilateral dan

biasanya diikuti perdarahan subaraknoid.

c. Subarachnoid Hemorrhage, perdarahan dalam rongga araknoid akibat rupturnya

vena-vena dalam rongga araknoid (bridging veins), rupturnya pembuluh darah

kecil di daerah leptomeningen, atau perluasan perdarahan. Timbunan darah

biasanya berkumpul di lekukan serebral bagian posterior dan di fossi posterior.Hal

yang ditakutkan adalah terjadi hidrosefalus karena penyumbatan trabekula araknoid

oleh darah dan menyebabkan peninggian tekanan intrakranial.

d. Intraventricular hemorrhage adalah pendarahan yang terjadi di bagian lateral

ventrikel ketiga dan keempat. Terjadi perdarahan flexus choroid dan pemanjangan

dari matriks subependymal atau thalamus.

e. Intraparenchymal hemorrhage adalah pendarahan yang terjadi diantara jaringan

parenkim otak. Biasanya terjadi edema vasogenik dalam jumlah yang besar.

Page 6: Hemoragic Disease of the Newborn

D. Manifestasi Klinis

1. Gejala-gejala Hemorrhagic disease of the newborn (HDN) tidak khas, dan umumnya

sukar didiagnosis jika tidak didukung oleh riwayat persalinan yang jelas.Gejala-

gejala berikut dapat ditemukan

a. Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan saluran

cerna.

b. Perdarahan kulit sering berupa purpura, ekimosis atau perdarahan melalui bekas

tusukan jarum suntik.

c. Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi tersering (63%), 80-100% berupa

perdarahan subdural dan subaraknoid.

d. Pada perdarahan intrakranial didapatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial

(TIK) bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala ataupun tanda.

e. Pada sebagian besar kasus (60%) didapatkan sakit kepala, muntah, anak menjadi

cengeng, ubun-ubun besar membonjol, pucat dan kejang. Kejang yang terjadi

dapat bersifat fokal atau umum.

2. Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekanan intrakranial, misalnya pada

perdarahan subaraknoid.

3. Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang, irritable, twitching, opistotonus.

Gejala-gejala ini baru timbul beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan adanya

perdarahan subdural , kadang-kadang juga perdarahan subaraknoid oleh robekan

tentorium yang luas.

4. Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil melebar, refleks

cahaya lambat sampai negatif.Kadang-kadang ada perdarahan retina, nistagmus dan

eksoftalmus.

5. Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajat perdarahan dan kerusakan

susunan saraf pusat. Apnea dapat berupa serangan diselingi pernapasan

normal/takipnea dan sianosis intermiten.

6. Cephalic cry (menangis merintih).

7. Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar bibir seperti lidah ular (snake

like flicking of the tongue) menunjukkan perdarahan yang luas dengan kerusakan

pada korteks.

8. Tonus otot lemah atau spastis umum. Hipotonia dapat berakhir dengan kematian bila

perdarahan hebat dan luas. Jika perdarahan dan asfiksia tidak berlangsung lama,

Page 7: Hemoragic Disease of the Newborn

tonus otot akan segera pulih kembali. Tetapi bila perdarahan berlangsung lebih lama,

flaksiditas akan berubah menjadi spastis yang menetap. Kelumpuhan lokal dapat

terjadi misalnya kelumpuhan otot-otot pergerakan mata, otot-otot muka/anggota

gerak (monoplegi/hemiplegi) menunjukkan perdarahan subdural/ parenkim.

9. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan ialah gangguan kesadaran (apati, somnolen,

sopor atau koma), tidak mau minum, menangis lemah, nadi lambat/cepat, kadang-

kadang ada hipotermi yang menetap. Apabila gejala-gejala tersebut di atas

ditemukan pada bayi prematur yang 24--48 jam sebelumnya menderita asfiksia,

maka PI dapat dipikirkan. Berdasarkan perjalanan klinik, ICB dapat dibedakan 2

sindrom yaitu :

a. Saltatory syndrome: gejala klinik dapat berlangsung berjam-jam/berhari-hari

yang kemudian berangsur-angsur menjadi baik. Dapat serabuh sempurna tetapi

biasanya dengan gejala sisa.

b. Catastrophic syndrome. gejala klinik makin lama makin berat, berlangsung

beberapa menit sampai berjam-jam dan akhirnya meninggal.

E. Patofisiologi

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon

yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam

pembekuan darah (faktor II, VII, IX, dan X) sedangkan faktor koagulasi yang tidak

tergantung pada vitamin K, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih dalam batas

normal. Ada 3 bentuk vitamin K yang diketahui di sintesis oleh flora normal usus

seperti Bacteriodes Fragilis dan beberapa strain E. Coli, yaitu :

1. Vitamin K 1 (phytomenadion) berasal dari diet sayuran berwarna hijau. Vitamin

K1 bersifat larut dalam lemak

2. Vitamin K 2 (menaquinone) berasal dari sintesis flora intestinal. Vitamin K2

bersifat larut dalam lemak

3. Vitamin K 3 (menadion) merupakan vitamin K sintetik yang sekarang jarang

diberikan kepada neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia

hemolitik. Vitamin K banyak terdapat pada hati, kedelai dan sayuran seperti tomat,

bayam.Secara fisiologi kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam

Page 8: Hemoragic Disease of the Newborn

tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah

dalam 42-72 jam setelah kelahiran. Kemudian faktor ini akan bertambah secara

perlahan selama beberapa minggu tetapi tetap berada di bawah kadar orang

dewasa. Sedangkan bayi baru lahir relative kekurangan vitamin K karena beberapa

alasan, seperti:

1. Simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir karena ibu kekurangan zat

ini.

2. Sedikitnya perpindahan vitamin K melalui plasenta.

3. Rendahnya kadar vitamin K pada ASI

4. Sterilitas saluran cerna.

Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/robekan pembuluh

darah intrakranial secara langsung. Pada perdarahan yang bukan karena trauma

kelahiran, faktor dasar ialah prematuritas. Pada bayi-bayi tersebut, pembuluh darah otak

masih embrional dengan dinding tipis, jaringan penunjang sangat kurang dan pada

beberapa tempat tertentu jalannya berkelok-kelok, kadang-kadang membentuk huruf U

sehingga mudah sekali terjadi kerusakan bila ada faktor pencetus (hipoksia/iskemia).

Keadaan ini terutama terjadi pada perdarahan intraventrikuler/

periventrikuler. Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau vena

meningika media antara tulang tengkorak dan duramater. Keadaan ini jarang

ditemukan pada neonatus. Tetapi perdarahan subdural merupakan jenis ICB yang

banyak dijumpai pada BCB. Di sini perdarahan terjadi akibat pecahnya vena-vena

kortikal yang menghubungkan rongga subdural dengan sinus-sinus pada duramater.

Perdarahan subdural lebih sering pada bayi yang lahir cukup umur daripada bayi yang

prematur sebab pada bayi prematur vena-vena superfisial belum berkembang baik dan

mulase tulang tengkorak sangat jarang terjadi. Perdarahan dapat berlangsung perlahan-

lahan dan membentuk hematoma subdural. Pada robekan tentorium serebeli atau vena

galena dapat terjadi hematoma retroserebeler. Gejala-gejala dapat timbul segera dapat

sampai berminggu-minggu, memberikan gejala kenaikan tekanan intrakranial.

Page 9: Hemoragic Disease of the Newborn

Dengan kemajuan dalam bidang obstetri, insidensi perdarahan subdural sudah

sangat menurun. Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga

subaraknoid yang biasanya ditemukan pada persalinan sulit. Adanya perdarahan

subaraknoid dapat dibuktikan dengan fungsi likuor. Pada perdarahan

intraserebral/intraserebeler, perdarahan terjadi dalam parenkim otak, jarang pada

neonatus karena hanya terdapat pada trauma kepala yang sangat hebat

(kecelakaan). Perdarahan intraventrikuler dalam kepustakaan ada yang gabungkan

bersama perdarahan intraserebral yang disebut perdarahan periventrikuler. Dari

semua jenis ICB, perdarahan periventrikuler memegang peranan penting, karena

frekuensi dan mortalitasnya tinggi pada bayi prematur. Sekitar 75--90% perdarahan

periventrikuler berasal dari jaringan subependimal germinal matriks/ jaringan

embrional di sekitar ventrikel lateral. Pada perdarahan intraventrikuler, yang

berperanan penting ialah hipoksia yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah

otak dan kongesti vena. Bertambahnya aliran darah ini, meninggikan tekanan

pembuluh darah otak yang diteruskan ke daerah anyaman kapiler sehingga mudah

ruptur. Selain hipoksia, hiperosmolaritas pula dapat menyebabkan perdarahan

intraventrikuler. Hiperosmolaritas antara lain terjadi karena hipernatremia akibat

pemberian natrium bikarbonat yang berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini

dapat meninggikan tekanan darah otak yang diteruskan ke kapiler sehingga dapat

pecah.

F. Pemeriksaan Fisik & Penunjang

Pada pemeriksaan fisik didapatkan Adanya perdarahan di saluran

cerna,umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi dan lain sebagainya. Pada perdarahan

akibat defisiensi vitamin K untuk menentukan diagnosis dibutuhkan Pemeriksaan

penunjang:

• Waktu pembekuan memanjang

• PPT (Plasma Prothrombin Time) memanjang

• Partial Thromboplastin Time (PTT) memanjang

• Thrombin Time normal

• USG, CT Scan atau MRI untuk melihat lokasi perdarahan

Page 10: Hemoragic Disease of the Newborn

G. Penatalaksanaan

1. Bayi dengan HDN harus di berikan vitamin K1 subkutan atau iv (0,5 -1 mg) dan 2

mg (pada kasus berat) dua atau tiga dosis dengan interval 4-8 jam , dengan

kecepatan suntikan kurang dari 1 mg/menit

2. Respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam dengan berhentinya perdarahan dan

membaiknya masa protrombin.

3. Bayi yang mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan fresh frozen

plasma (FFP) 10 sampai 15 ml/kg. perdarahan yang hebat yang menyebabkan Hb

turun (12 mg/dL ) diberikan packed red cells (PRC).

4. Jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa (perdarahan intrakranial) dapat

diberikan prothrombin complex-concentrates (PCCs).

Diusahakan tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang

lebih parah pada bayi dengan dirawat secara intensif diruang NICU (Neonatal

Intensive Care Unit) yaitu dengan :

a. Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan

pemberian O2

b. Perlu diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan

reaksi pupil, aktivitas motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung

(bradikardi/ takikardi), denyut nadi dan diuresis. Diuresis kurang dari 1

ml/kgBB/jam berarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih dari 1

ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi ginjal baik.

c. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan

02.

d. Bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan

larings oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena

serebral.

e. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan.

Page 11: Hemoragic Disease of the Newborn

f. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa

(5-10%) dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1 atau glukosa 5--10% dan

Nabik 1,5% dengan perbandingan 4:1.

g. Pemberian obat-obatan :

1) valium/luminal bila ada kejang. Dosis valium 0,3--0,5 mg/kgBB, tunggu 15

menit, jika belum berhenti diulangi dosis yang sama. Bila berhenti diberikan

luminal 10 mg/kgBB (neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per os 8

mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgBB dibagi

dalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum seterusnya.

2) kortikosteroid berupa deksametason 0,5--1 mg/kgBB/24 jam yang mempunyai

efek baik terhadap hipoksia dan edema otak.

3) antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila ada

manipulasi yang berlebihan.

4) Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial, mengeluarkan darah,

mencegah terjadinya obstruksi aliran likuor dan mengurangi efek iritasi pada

permukaan korteks.

h. Tindakan bedah darurat bila terjadi perdarahan/hematoma epidural walaupun

jarang dilakukan explorative burrhole dan bila positif dilanjutkan dengan

kraniotomi, evakuasi hematoma dan hemostasis yang cermat. Pada perdarahan/

hematoma subdural, tindakan explorative burrhole dilanjutkan dengan

kraniotomi, pembukaan duramater, evakuasi hematoma dengan irigasi

menggunakan cairan garam fisiologik. Pada perdarahan intraventrikuler karena

sering terdapat obstruksi aliran likuor, dilakukan shunt antara ventrikel lateral

dan atrium kanan.

G. Komplikasi

Komplikasi pemberian vitamin K antara lain reaksi anafilaksis (bila diberikan

secara IV), anemia hemolitik, hiperbilirubinemia (dosis tinggi) dan hematoma pada

lokasi suntikan.

Page 12: Hemoragic Disease of the Newborn

H. Pencegahan

Health Technology Assesment (HTA) Departemen Kesehatan(Depkes) RI

1. Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1

2. Dosis yang diberikan 1 mg dosis tunggal IM atau oral 3 kali masing-masing 2 mg

pada waktu lahir, umur 3-7 hari, dan saat bayi berumur 1-2 bulan

3. Untuk bayi yang lahir ditolong dukun diwajibkan pemberian vitamin K1 secara oral

4. Ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat vitamin K 5

mg sehari selama trimester ketiga atau 24 jam sebelum melahirkan diberikan

vitamin K 10 mg/IM, kepada bayinya diberikan vitamin K 1 mg IM dan diulang 24

jam kemudian.

I. Prognosis

Karena kemajuan obstetri, ICB oleh trauma kelahiran sudah sangat berkurang.

Mortalitas ICB non traumatik 50-70%. Prognosis ICB bergantung pada lokasi dan

luasnya perdarahan, umur kehamilan, cepatnya didiagnosis dan pertolongan. Pada

perdarahan epidural terjadi penekanan pada jaringan otak ke arah sisi yang

berlawanan, dapat terjadi herniasi unkus dan kerusakan batang otak. Keadaan ini

dapat fatal bila tidak mendapat pertolongan segera. Pada penderita yang tidak

meninggal, dapat disertai spastisitas, gangguan bicara atau strabismus. Kalau ada

gangguan serebelum dapat terjadi ataksi serebeler.

Perdarahan yang meliputi batang otak pada bagian formasi retikuler,

memberikan sindrom hiperaktivitet. Pada perdarahan subdural akibat trauma, hanya

40% dapat sembuh sempurna setelah dilakukan fungsi subdural berulang-ulang atau

tindakan bedah. Perdarahan subdural dengan hilangnya kesadaran yang lama, nadi

cepat, pernapasan tidak teratur dan demam tinggi, mempunyai prognosis jelek. Pada

perdarahan intraventrikuler, mortalitas bergantung pada derajat perdarahan.

Pada derajat 1-2 (ringan-sedang), angka kematian 10-25%, sebagian besar sembuh

sempurna, sebagian kecil dengan sekuele ringan.

Page 13: Hemoragic Disease of the Newborn

Pada derajat 3--4 (sedang-berat), mortalitas 50--70% dan sekitar 30% sembuh dengan

sekuele berat. Sekuele dapat berupa cerebral palsy, gangguan bicara, epilepsi,

retardasi mental dan hidrosefalus.

Hidrosefalus merupakan komplikasi paling sering (44%) dari perdarahan

periventrikuler.

Page 14: Hemoragic Disease of the Newborn

BAB III

KESIMPULAN

Sistem hemostasis pada bayi tidak sama dengan anak dan dewasa. hal ini

karena secara fisiologis sistem hemostasis pada bayi belum matur. Perdarahan akibat

defisiensi vitamin K adalah perdarahan spontan atau akibattrauma pada bayi yang

berhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya aktivitas faktor

pembekuan II, VII, IX, X dengan fibrinogen dan trombosit normal. Defesiensi

vitamin K yang disebabkan karena rendahnya cadangan vitamin k pada saat lahir,

rendahnya kadar vitamin k pada ASI, prematuritas, bayi yang lahir dari ibu yang

memakai obat antikonvulsan atau anti-TB. faktor lain adalah terlambatnya kolonisasi

bakteri usus disebabkan oleh terlambatnya pemberian diet, ASI eksklusif, diare

hebat, pemberian antibiotik dalam jangka yang lama. Vitamin K terlibat dalam

pemeliharaan kadar normal factor pembekuan darah II, VII, IX dan X, yang

semuanya disintesis di dalam hati mula-mula sebagai precursor inaktif. Ada dua

jenis vitamin K alamiah yaitu berasal dari tanaman yang larut lemak dan dari flora

usus yang larut air.

Asupan utama vitamin K pada bayi bersumber dari susu, hanya sebagian kecil

yang berasal dari usus si bayi. Khusus bayi yang baru lahir, vitamin K juga bisa

bersumber dari ibundanya saat persalinan. Secara alamiah ada 2 bentuk vitamin K:

Vitamin K1 (phytonadione) berasal dari diet sayuran berwarna hijau and K2

(menaquinone) yang berasal dari sintesis flora intestinal. Vitamin K1 dan K2 bersifat

larut dalam lemak. Vitamin K3 (menadione) yang dikonversikan menjadi

menaquinone dalam hati merupakan bentuk sintesis dari vitamin K yang bersifat

larut dalam air, tetapi sudah tidak dipakai karena menyebakan anemia hemolitik dan

ikterus.

Page 15: Hemoragic Disease of the Newborn

DAFTAR PUSTAKA

Behrman & am p; Vaughan, Perdarahan pada anak, dalam : Ilmu Kesehatan Anak

Nelson, Bagian 1, Edisi 12, Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1992:

hal : 215-218.

Hasan R, Alatas H, Penyakit perdarahan, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak FKUI,

Jakarta; Infomedika, 1985, hal : 457-482.

Hidayah N, Menurunkan insiden perdarahan, Kompas, 14 November 2003.

Markum AH, dkk, Masalah hematologik pada janin dan neonatus, dalam Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Anak Jilid II, Jakarta: Gaya baru, 1999, hal : 317-328.

Markum AH, dkk, Trauma intrakranial, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid

II, Jakarta: Gaya baru, 1999, hal : 274-279.

Markum AH, dkk, Defisiensi vitamin K, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid

II, Jakarta: Gaya baru, 1999, hal : 183-185.

Manco-Johnson MJ. Hemostasis in the neonate. NeoReviews. 2008; 9(3):119-23

Permana, Bambang et al.Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K.2006.

FKUNAIR.Surabaya.

Raspati H, Reniarti, Susanah S. Hemorraghic disease of the newborn. Dalam:Permono

B, Sutaryo, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar Hematologi-

onkologi anak. Jakarta: IDAI, 2005. H. 197-206

Rustama SD, Neonatal hypothyroidism, idd-Indonesia.net: 22 mei 2004.

Saanin S, Ilmu bedah saraf, Padang; FK UNAND, 2004.hal : 45-48.