Hemofilik.docx

18
Hemofilia Anna Gracia Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk. Jakarta Barat 11510 (021) 566-9999 [email protected] Pendahuluan Salah satu fakta yang jelas terjadi pada manusia adalah terjadinya penurunan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya dan begitu seterusnya. Misalnya saja seorang ayah yang menurunkan karakter rambut keriting kepada anaknya, atau seorang ibu yang mewariskan mata birunya kepada anaknya. Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan “orantua” melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen.1 Akan tetapi perlu disadari bahwa dalam pewarisan sifat, akan muncul variasi- variasi tertentu yang menciptakan keanekaragaman. Tokoh yang berjasa dalam mengembangkan teori pewarisan sifat adalah Gregor Mendel, lewat dua hukum yang telah disusunnya (Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II). Pewarisan sifat yang terkait dengan warna rambut, bentuk hidung, dsb, tidaklah berbahaya. Pewarisan sifat yang berbahaya dan dapat menjadi masalah serius ketika gen-gen yang diwariskan menyebabkan kelainan tertentu yang menimbulkan cacat bahkan kematian. Polidaktili merupakan salah satu kelainan pewarisan sifat atau kelainan gen. Polidaktili membuat seseorang memiliki 1

Transcript of Hemofilik.docx

Page 1: Hemofilik.docx

HemofiliaAnna Gracia

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk. Jakarta Barat 11510

(021) [email protected]

Pendahuluan

Salah satu fakta yang jelas terjadi pada manusia adalah terjadinya penurunan sifat dari

satu generasi ke generasi berikutnya dan begitu seterusnya. Misalnya saja seorang ayah yang

menurunkan karakter rambut keriting kepada anaknya, atau seorang ibu yang mewariskan mata

birunya kepada anaknya. Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan “orantua”

melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen.1 Akan tetapi perlu disadari

bahwa dalam pewarisan sifat, akan muncul variasi-variasi tertentu yang menciptakan

keanekaragaman. Tokoh yang berjasa dalam mengembangkan teori pewarisan sifat adalah

Gregor Mendel, lewat dua hukum yang telah disusunnya (Hukum Mendel I dan Hukum Mendel

II).

Pewarisan sifat yang terkait dengan warna rambut, bentuk hidung, dsb, tidaklah

berbahaya. Pewarisan sifat yang berbahaya dan dapat menjadi masalah serius ketika gen-gen

yang diwariskan menyebabkan kelainan tertentu yang menimbulkan cacat bahkan kematian.

Polidaktili merupakan salah satu kelainan pewarisan sifat atau kelainan gen. Polidaktili membuat

seseorang memiliki jumlah jari tangan yang berlebih. Karena sifatnya yang autosomal dominan,

maka kelainan ini tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan dapat terjadi pada semua lapisan

generasi dengan prosetase berkisar antara 50% hingga 100% penderita.

Melalui makalah ini, diharapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida dapat

memahami segala hal yang berhubungan dengan gen serta pewarisan sifat, dengan tetap terkait

dengan hukum Mendel. Selain itu, diharapkan mahasiswa dapat mengerti serta memahami

kelainan-kelainan dalam pewarisan sifat yang salah satunya dapat hemophilia.

1

Page 2: Hemofilik.docx

Rumusan Masalah

Anak berumur 5 tahun kepalanya terbentur sehingga terjadi pendarahan yang terjadi

selama lebih dari 1 jam.

Mind Map

Pembahasan

Kromosom tersusun dari DNA dan protein. DNA sendiri merupakan molekul panjang

yang menyimpan informasi genetik. Total informasi genetik yang disimpan dalam DNA suatu

sel disebut dengan genom. Genom DNA tersusun atas gen-gen. Dalam tiap gen tiulah terdapat

informasi mengenai suatu karakter. Pengertian gen sendiri adalah unit instruksi untuk

menghasikan atau mempengaruhi suatu sifat herediter tertentu.

2

Anak berumur 5 tahun yang terjatuh

dan mengalam pendarahan lebih

dari 1 jam

Hukum Mendel

Kelainan genetik pembentuk faktor pembekuan darah:

faktor terjadinya

Pembekuan Darah

Page 3: Hemofilik.docx

Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan “orangtua” melengkapi anaknya

dengan informasi yang terkode dalam gen. Gen terletak pada suatu ruang yang secara fisik ada

pada kromosom, yang disebut dengan lokus. Lokus pada kromosom dianalogikan seperti manik-

manik yang berjejer lurus pada seuntai benang.

Simbol gen yang menunjukkan karakter resesif biasanya ditulis dengan huruf kecil.

Sementara itu, simbol gen yang menunjukkan karakter dominan ditulis dengan huruf besar.

Sebagai contohnya, karakter dwarf (cebol) yang resesif disimbolkan dengan huruf “d”,

sedangkan yang normal dominan disimbolkan dengan huruf “D”.

Konsep mengenai gen sendiri selalu berikatan dengan alel. Alel disebut juga sebagai

versi alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi pada pewarisan suatu sifat. Misalnya, gen A

berperan dalam menimbulkan karakter pigmentasi kulit secara normal. Karena suatu hal, gen A

mengalami mutasi sehingga tidak mampu menimbulkan pigmentasi (gen A termutasi menjadi a).

Apabila dua gen (A dan a) berada pada lokus yang sama dari suatu kromosom dan

kromosom homolognya, maka letak pasangan alel tersebut dikatakan bersesuaian. Gen sealel

tersebut harus diberi simbol dengan huruf yang sama tetapi dibedakan (satu huruf besar, satu

huruf kecil). Bila pengaruh kedua alel untuk menimbulkan suatu karakter sama dominannya,

maka ditulis dengan huruf yang sama besar (misal:AA) dan disebut dengan alel identik yang

berada dalam keadaan homozigot. Sebaliknya, bila resesif, maka ditulis dengan huruf yang sama

kecil (misal:aa). Kemungkinan lain adalah munculnya heterozigot (misal:Aa).

Salah satu cara untuk memprediksi kemungkinan pewarisan suatu gen dapat dilakukan

dengan melihat diagram silsilah yang memperlihatkan hubungan genetik antargenerasi. Dengan

diagram silsilah, kita dapat mengindentifikasi apakah gen tersebut dibawa dalam kromosom seks

(genosom: X atau Y) atau kromosom non-seks (autosom). Dengan diagram ini juga dapat dilihat

apakah gen tersebut bersifat dominan atau resesif dan apakah seseorang dapat menjadi pembawa

gen (karier) resesif yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya.

3

Page 4: Hemofilik.docx

A. Hukum Mendel

Dalam sejarah perkembangan ilmu genetika, Gregor Mendel dikenal sebagai

orang pertama yang memperkenalkan sistem sederhana untuk menganalisis sifat genetik

suatu jasad hidup. Gregor Mendel sendiri lahir di Australia tahun 1822, dan kemudian

menjadi seorang biarawan. Mendel diberi sebuah kebun kecil dimana dia mengadakan

percobaan kacang ercis (Pisum sativum). Melalui eksperimen tersebut, Mendel kemudian

mengajukan konsep mengenai segregasi (hukum segregasi) yang juga dikenal dengan

hukum Mendel I (the law of segregation) dan Hukum Mendel II (hukum pengelompokan

bebas Mendel).

1. Hukum Mendel 1 (SEGREGASI)

Hukum segregasi Mendel menyatakan bahwa anggota pasangan alel akan

bersegregasi (terpisah) selama proses pembentukan gamet dan akan menyatu

lagi secara acak (distribusi acak) pada saat fertilisasi, sehingga sebagian gamet

akan berisi gen ibu asli – lainnya berisi gen ayah asli. Hukum Mendel I ini

sebenarnya merupakan refleksi dari perilaku kromosom saat pembelahan

meiosis pada tahap anafase I. Hubungan antara hukum tersebut dan perilaku

kromosom tersebut baru dapat dipahami 35 tahun setelah Mendel

mempresentasikan hasil-hasil yang diperolehnya.

Hukum Mendel I ini dibuktikan dengan percobaan persilangan monohibrid

(persilangan dengan satu tanda beda). Melalui percobaan ini, dihasilkan

beberapa kesimpulan, kesimpulan yang pertama: galur murni akan

menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (alel aa). Bila

disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan

sifat dominan (apabila dominan lengkap). Kesimpulan yang kedua

mengatakan bahwa individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet

setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya lagi mempunyai

alel resesif a.

Kesimpulan yang terakhir dari percobaan ini bahwa: dengan rekombinasi

antara gamet-gamet secara rambang, populasi F2 menampilkan sifat-sifat

dominan dan resesif dengan perbandingan (nisbah) fenotip 3 dominan (AA

4

Page 5: Hemofilik.docx

atau Aa) : 1 resesif (aa). Sementara perbenadingan genotip yaitu 1 dominan

lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa).

2. Hukum Mendel 2 (PENGELOMPOKKAN BEBAS)

Hukum Mendel II menyatakan bahwa gen pada berbagai lokus akan

bersegresi dengan bebas satu sama lain. Yaitu: jika dua pasang gen atau lebih saling

berhadapan, maka setiap pasangan akan berpisah dan bergerak ke dalam gamet

dengan bebas, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan

kombinasi gen-gen secara bebas. Syaratnya, gen tersebut tidak berada dalam

kromosom yang sama. Secara lebih sederhana, hukum Mendel II mengekspresikan

konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara bebas.

Hukum ini dibuktikan dengan percobaan persilangan dihibrid (dengan dua atau

lebih sifat) yang dapat di kenal, yang kemudian menghasilkan kesimpulan dintaranya:

pertama, alel yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat) memisah

secara bebas ketika terbentuk gamet. Kedua, apabila dua pasang gen yang tidak

bertaut terdapat dalam hibrida, perbandingan fenotip pada F2 adalah 9:3:3:1.

Kesimpulan yang ketiga mengatakan bahwa uji silang dihibrid menghasilnya

perbandingan 1:1:1:1. Keempat, makin banyak jumlah gen (pasangan alel) makin

banyak jumlah kelas fenotip dan genotip pada F2. Terakhir, metode garis cabang

dalam analisis genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas fenotip dan genotip.

B. Defisiensi Faktor Pembekuan Darah

Kelainan akibat faktor pembekuan darah terbagi menjadi dua berdasarkankan

asalnya yakni :

1. Keturunan yang disebakan oleh defisiensi protein, koagulasi dan herediter

(bawaan). Salah satu contohnya adalah penyakit hemophilia.

2. Didapat disebabkan oleh defisiensi vitamin C, penyakit hati, koagulapati

konsumsi, dan inhibitor dalam sirkulasi.

5

Page 6: Hemofilik.docx

Berikut adalah factor dari pembekuan darah, dimana ada 13 faktor, antara lain adalah :

a. Faktor I

Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma

dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini

menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau

hypofibrinogenemia.

b. Faktor II

Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan

diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan

mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen

trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor

menyebabkan hypoprothrombinemia.

c. Faktor III

Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber

yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan

Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang

mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor

jaringan.

d. Faktor IV

Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan

darah.

e. Faktor V

Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan

panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di

intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis

pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat

resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang

disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga

akselerator globulin.

6

Page 7: Hemofilik.docx

f. Faktor VI

Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V,

tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.

g. Faktor VII

Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan

panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan

oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu

faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal

resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K),

hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin

konversi faktor akselerator dan stabil.

h. Faktor VIII

Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif

labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam

konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor

X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut

juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.

i. Faktor IX

Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang

relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah

aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga

faktor Natal dan faktor antihemophilic B.

j. Faktor X

Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan

berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan

mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,

membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut

prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk

trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi

7

Page 8: Hemofilik.docx

sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut

juga thrombokinase.

k. Faktor XI

Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat

dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor

IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.

l. Faktor XII

Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak

dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari

koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini

menghasilkan kecenderungan trombosis.

m. Faktor XIII

Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin

monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam

urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.

Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.

Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga

disebut transglutaminase.

C. Kelainan Genetik

Kelainan pewarisan sifat atau kelainan genetik (genetic abnormality) merupakan

penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata-rata manusia. Kelainan genetik ini

disebabkan oleh mutasi gen. Mutasi gen merupakan perubahan susunan gen yang

umumnya tidak sempurna atau cacat.

Secara umum gangguan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori, gangguan gen

tunggal (disebabkan perubahan DNA untuk satu alel), ganguan multifaktorial (perubahan

gen dan faktor lingkungan), serta abnormalitas kromosom. Pada pembahasan kali ini,

akan lebih dititik beratkan pada gangguan gen tunggal yang disebabkan perubahan DNA

untuk satu alel.

Gangguan gen tunggal (single gene disorders) disebut juga dengan istilah

Mendelian, sebagai penghargaan terhadap Gregor Mendel yang pertama kali mengetahui

8

Page 9: Hemofilik.docx

prinsip-prinsip yang mendasari pewarisan gen tunggal. Ironisnya kemaknaan pekerjaan

Mendel baru diketahui lama setelah kematiannya, sehingga ia tidak pernah

membayangkan bahwa pengamatannya akhirnya terbukti memiliki peran yang sangat

besar.

Gangguan pewarisan ini dapat dijelaskan dengan pola pewarisan menurut Mendel

(misal, autosomal dominan, autosomal resesif, terkait seks, atau terbatas seks). Dalam

pembahasan kali ini akan lebih menitik beratkan pada pewarisan kelainan autosomal

dominan dan resesif. Pada pewarisan autosomal dominan, mutasi satu gen dari satu

pasang alel menghasilkan gambaran fenotip atau ciri yang berbeda. Sementara itu, pada

pewarisan autosomal resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang alel tidak cukup

untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri tertentu (yakni berbeda dari normal), namun

pada heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul. Lebih lanjut materi terkait penurunan autosom

dominan dan resesif akan dibahas dibawah ini.

1. Pewarisan Autosom Dominan

Seperti yang telah disebutkan diatas, pada pewarisan autosomal dominan,

mutasi satu gen dari satu pasang alel menghasilkan gambaran fenotip atau ciri

yang berbeda. Dengan kata lain, hadirnya gen dominan dalam genotip

menyebabkan penampakan sifat. Contoh dari pewarisan autosom dominan

antara lain adalah polidaktili, Huntington Disease, dll.

2. Pewarisan Autosom Resesif

Pada pewarisan autosomal resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang

alel tidak cukup untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri tertentu (yakni

berbeda dari normal), namun pada heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul. Telah

diketahui lebih dari 1500 kelainan autosomal resesif. Contoh keadaan

autosomal resesif adalah albino, kondrodistrofi, buta warna (total),

fenilketonuria, dsb.

9

Page 10: Hemofilik.docx

3. Kelainan kromosom X : Hemofilia

Hemofilia adalah sifat ketidakmampuan darah untuk membeku. Apabila

penderita hemofilia terluka dan terjadi pendarahan, darah sukar membeku

sehingga penderita kehilangan banyak darah dan dapat berakibat fatal. Seperti

juga buta warna, hemofilia tergolong penyakit menurun tang tertaut

kromosom kelamin (sex linkage).

Mortalitas penderita hemofilia tergolong tinggi, terutama pada anak-anak.

Apabila seorang pria penderita hemofilia bertahan hidup dan selamat hingga

perkawinan, maka dia akan menurunkan anak wanita yang normal namun

membawa sifat hemofilia. Kemudian, anak-anak wanita keturunannya ini akan

menurunkan hemofilia kepada sebagian anak laki-lakinya, sehingga sebagian

anak laki-lakinya ada yang menderita hemofilia.

Hemofilia merupakan sifat resesif yang tertaut kromosom seks. Pada

keadaan homozigot menyebabkan kematian (letal). Wanita hemofilia

( dilahirkan oleh ibu normal yang carrier dan suami hemofilia. Penyakit

hemofilia ada dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Hemofilia A, yaitu penderita tidak memiliki faktor pembeku darah

yang disebut FAH (faktor antihemofilia).

b. Hemofilia B, yaitu penderita tidak memiliki faktor KPT (Komponen

Plasma Tromboplastin). Penyakit ini pertama kali dijumpai di Inggris,

saat Inggris di bom oleh Jerman pada Perang Dunia II. Ketika itu,

seorang anak laki-laki bernama Christmas terluka dan mengalami

pendarahan hebat. Diagnosis dokter menyatakan bahwa anak itu

menderita hemofilia tetapi berbeda dengan hemofilia yang biasa

dijumpai. Kemudian, penyakit tersebut dinamakan hemofilia B /

penyakit Christmas.

10

Page 11: Hemofilik.docx

Apabila seorang wanita normal (carrier) menikah dengan laki-laki normal,

maka:

P          :     XHXh            ><             XHY

Gamet : XH     dan Xh             XH dan Y

F1        : XHXH, XHY, XHXh, XhY

  XHXH (wanita normal), XHY (Pria Normal), XHXh (Wanita Normal),  XhY

(Pria Hemofilia).

Penutup

Kelainan yang menyebabkan darah tidak berhenti dapat disebut juga sebagai

hemofilia. Hemofilia merupakan kelainan pewarisan sifat (kelainan gen) yang

disebabkan oleh gen resesif pada kromosom X. Kesimpulannya adalah,

hipotesisnya diterima, karena benar adanya bahwa hemophilia merupakan penykit

yang disebabkan oleh kelainan genetic.

11

Page 12: Hemofilik.docx

Daftar Pustaka

1.      Saefudin. Genetika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2007.

2.      Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi SMA dan MA untuk kelas

XII. Jakarta: Esis; 2009.

3.      Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2004.h.58-61.

4.      James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta:

Penerbit Erlangga; 2011.h.95-7.

5.      Yuwono T. Biologi molekular. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010.h.41-2.

6.      Fried GH, Hademenos GJ. Schaum’s outlines: Biologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit

Erlangga; 2011.h.105-8.

7.      Yunus R, Haryanto B, Abdi C. Teori Darwin dalam pandangan sains dan Islam.

Jakarta: Penerbit Prestasi; 2006.h.71-3.

8.      Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2008.h.19-21.

9.      Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri & ginekologi. Edisi 9. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.64-5.

10.  Firmansyah R, Hendrawan AM, Riandi MU. Mudah dan aktif belajar biologi.

Bandung: PT Setia Purna Inves;2007.h.108.

12