Hematologi i

16
HEMATOLOGI I Oleh : Nama : Tri Yulia Ningsih NIM : B1J011056 Rombongan : V Kelompok : 2 Asisten : Asri Hestiningsih LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

description

laporan

Transcript of Hematologi i

Page 1: Hematologi i

HEMATOLOGI I

Oleh :

Nama : Tri Yulia NingsihNIM : B1J011056Rombongan : VKelompok : 2Asisten : Asri Hestiningsih

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2012

Page 2: Hematologi i

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah adalah suatu jaringan ikat yang mempunyai dua komponen, yaitu

komponen cair yang disebut plasma darah dan komponen sel-sel darah atau

korpuskula darah. Korpuskula darah dibagi menjadi eritrosit yang berfungsi untuk

transfer oksigen dan karbondioksida, leukosit yang berfungsi sebagai ketahanan

tubuh dan trombosit untuk homeostasis atau keseimbangan tubuh. Darah

merupakan jaringan khusus yang menjalani sirkulasi. Aliran darah dalam seluruh

tubuh menjamin lingkungan yang tetap, supaya semua sel serta jaringan mampu

melaksanakan fungsinya. Darah mempunyai dua komponen, yaitu komponen

cairan dan komponen sel darah yang terdiri dari tiga macam yaitu eritrosit,

leukosit, dan trombosit (Frandson, 1986 ).

Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling banyak

jumlahnya. Struktur sel darah merah merupakan contoh lain yang sangat baik

tentang struktur yang disesuaikan dengan fungsinya. Sebuah eritrosit pada

mamalia berbentuk cakram bikonkaf, bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan

bagian tepi. Eritrosit mamalia tidak mengandung nukleus, suatu karakteristik

yang tidak umum pada sel hidup. Fungsi utama eritrosit adalah membawa

oksigen, dan akan sangat tidak efisien jika metabolisme eritrosit itu sendiri

aerobik dan mengkonsumsi sebagian oksigen yang dibawa. Ukuran sel darah

merah kecil. Semakin keci sel darah merah semakin besar pula total luas

permukaan membran plasma dalam suatu volume darah.

Sel darah putih (leukosit) memiliki bentuk yang tidak tetap, memiliki inti,

tidak mempunyai hemoglobin, tidak berwarna, dan berfungsi untuk melindungi

tubuh dari infeksi dengan cara fagositosis. Leukosit merupakan jenis sel yang

aktif di dalam sistem pertahanan tubuh. Leukosit memiliki ciri-ciri tidak berwarna.

Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Leukosit

berperan penting dalam proses-proes pertahanan hidup dan perbaikan bagi

organisme sehingga dalam keadaan patologis jumlah leukosit dapat lebih besar

maupun lebih rendah dari normal. Leukosit dapat dibedakan menjadi granulosit

dan agranulosit. Granulosit terdiri dari netrofil, eusinofil dan basofil. Sedangkan

agranulosit terdiri dari monosit dan limposit. Netrofil berfungsi sebagai system

pertahanan melawan infeksi dengan cara migrasi ke daerah-daerah yang sedang

mengalami serangan oleh bakteri. Eusinofil berfungsi untuk toksifikasi terhadap

protein asing yang masuk ke dalam tubuh dan racun. Keseimbangan yang peka

Page 3: Hematologi i

basofil dan eusinofil mengawali dan mengontrol peradangan. Monosit memiliki

kemampuan untuk menerkam material asing, separti bakteri. Monosit bekerja

pada keadaan infeksi yang tidak akut. Fungsi utama limfosit adalah responnya

terhadap antigen (benda-benda asing) dengan membentuk antibodi yang

bersirkulasi di dalam darah atau dalam perkembangan imunitas atau kekebalan

tubuh.

Hemoglobin adalah senyawa organik yang kompleks yang terdiri dari

empat pigmen porfirin merah, masing-masing mengandung atom Fe ditambah

globulin yang merupakan protein globuler yang terdiri atas empat asam amino.

Kadar hemoglobin dan kadar glukosa setiap species berbeda-beda, hal ini

bergantung pada kebutuhan metabolisme species itu sendiri. Hemoglobin

bergabung dengan oksigen paru-paru disebut oksihemoglobi.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah memberikan ketrampilan terhadap

praktikan dalam pengambilan darah pada hewan, mengetahui perbedaan bentuk

sel darah pada berbagai hewan serta cara melakukan perhitungan sel darah

merah, sel darah putih dan kadar haemoglobin pada hewan.

Page 4: Hematologi i

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ikan nilem

(Osteochilus hasselti), ayam (Ghalus galus) dan mencit (Mus musculus) sebagai

hewan uji, larutan hayem, larutan turk, larutan 0,1 N HCl dan larutan EDTA.

Alat-alat yang digunakan adalah haemometer, haemositometer, tabung

sahli, pipet tetes, mikroskop, spuit, hand counter, pipet thoma, object glass dan

cover glass.

2.2 Cara Kerja

a. Menghitung jumlah leukosit:

1. Darah hewan uji diambil dan diletakan di cawan serta diberi sedikit larutan

EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) agar tidak terjadi penggumpalan.

2. Darah hewan uji yang ada pada cawan dihisap hingga menunjukkan angka 1.

3. Hisap larutan Turk yang ada pada tabung reaksi hingga angka 11.

4. Pipa karet yang digunakan untuk menghisap diambil, kemudian kedua ujung

pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk dan dikocok selama ± 2 menit.

5. Teteskan cairan pada haemositometer yang telah disediakan dan telah di

letakan pada mikroskop hingga semua bilik hitung terisi penuh dengan

sendirinya.

6. Lihat dibawah mikroskop dan dihitung semua leukosit yang terdapat didalam

bujur sangkar sedang.

b. Menghitung jumlah eritrosit:

1. Darah hewan uji diambil dan diletakan di cawan serta diberi sedikit larutan

EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) agar tidak terjadi penggumpalan.

2. Darah hewan uji yang ada pada cawan dihisap hingga menunjukkan angka 1.

3. Hisap larutan Hayem yang ada pada tabung reaksi hingga angka 11.

4. Pipa karet yang digunakan untuk menghisap diambil, kemudian kedua ujung

pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk dan dikocok selama ± 2 menit.

5. Teteskan cairan pada haemositometer yang telah disediakan dan telah di

letakan pada mikroskop hingga semua bilik hitung terisi penuh dengan

sendirinya.

6. Lihat dibawah mikroskop dan dihitung semua eritrosit yang terdapat didalam

bujur sangkar kecil.

Page 5: Hematologi i

c. Pengukuran kadar Hb:

1. Darah hewan uji diambil dan diletakan di cawan serta diberi sedikit larutan

EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) agar tidak terjadi penggumpalan.

2. Tabung Sahli diteteskan 0,1 larutan HCL hingga batas 10.

3. Darah hewan uji dihisap dengan skala 20 μl dan diletakan di tabung Sahli.

4. Larutan HCL dan darah diaduk dengan batang pengaduk.

5. Teteskan aquades setetes demi setetes hingga larutan yang ada pada tabung

Sahli sama dengan warna pembanding yang ada di dalam komprator.

Page 6: Hematologi i

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel Pengukuran Jumlah Leukosit, Eritrosit dan Kadar Haemoglobin (Hb)

KelompokHewan uji

Kadar Hb(gr/dl)

∑ Leukosit (sel/mm3)

∑ Eritrosit (sel/mm3)

12 Mencit

7 2925 1.150.00014 4700 730.000

34 Ikan

10,11 29.650 1.770.00010 7000 1.020.000

56 Ayam

3,4 11.525 720.0002 70.000 1.520.000

Perhitungan (kelompok 2):

I) Menghitung ∑ Leukosit, 1/64 x 160 x 10 = 25L

∑ Leukosit = ( L1 + L2 + L3 + L4 )

= ( 65 + 51 + 46 + 26 )

= 25 (188)

= 4700 sel/mm3

II) Menghitung ∑ Eritrosit, E/80 x 4000 x 100 = 5000E

∑ Eritrosit = ( E1 + E2 + E3 + E4 + E5)

= ( 29 + 24 + 31 + 31 + 31 )

= 5000 (146)

= 730.000 sel/mm3

III) Kadar Haemoglobin (Hb) = 14 gr/dl

Page 7: Hematologi i

3.2 Pembahasan

Pengambilan darah pada hewan uji dapat dilakukan dengan beberapa

cara. Pada mencit darah dapat diambil dari bagian ekor dengan cara memotong

ujung ekor mencit. Pengambilan darah pada mencit juga dapat dilakukan melalui

mata dan telinga. Pengambilan darah pada ayam dilakukan melalui vena

jugularis yang terdapat pada sayap, pengambilan harus dari bagian ujung sayap

terlebih dahulu. Jika tidak keluar darahnya baru diambil dari bagian tengah

sayap. Sedangkan pengambilan darah pada ikan dapat dilakukan langsung pada

jantung atau melalui caudal atau ekor (Sihombing et al., 2011).

Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode

Haematologi. Haematologi digunakan untuk mendeteksi perubahan fisiologis

yang mengikuti kondisi-kondisi tekanan berbeda. Pengukuran haematologi

hewan meliputi pengukuran kadar hemoglobin, penghitungan total eritrosit,

penghitungan total leukosit, dan pengukuran angka hematokrit. Penurunan nilemi

hematologi akan menyebabkan eritropoiesis, haemosintesis dan disfungsi

osmoregulasi serta menyebabkan peningkatan pemecahan eritrosit pada organ

hematopoetik (Hoffbrand dan Pettit, 1987).

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet thoma leukosit

untuk mengambil darah yang akan digunakan untuk mengukur leukoesit, pipet

thoma eritrosit untuk mengambil darah yang akan digunakan untuk mengukur

eritrosit, tabung sahli dan haemometer untuk menghitung kadar haemoglobin,

pipet tetes untuk mengambil cairan EDTA dan akuades, spuit untuk mengambil

darah dari hewan uji, haemocytometer untuk menghitung jumlah eritrosit dan

leukosit, mikroskop untuk melihat sel darah dan hand counter untuk menghitung

jumlah sel darah. Bahan-bahan yang digunakan adalah hewan uji untuk diambil

darahnya, larutan hayem untuk mengencerkan eritrosit, EDTA (Etil Diamin Tetra

Acetat) yang berfungsi mencegah penggumpalan darah, larutan Turk berfungsi

untuk mengencerkan sel darah putih, 0,1 N HCl untuk mereaksikan darah

sehingga akan terbentuk asam hematin, dan aquades untuk mengencerkan

darah sehingga mempunyai warna yang sama dengan larutan yang ada di

haemometer pada saat mengukur kadar haemoglobin (Sihombing et al., 2011).

Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah, yaitu eritrosit, leukosit

dan trombosit. Fungsi utama eritrosit yaitu sebagai media transport yang

mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, selain itu untuk transport

metabolisme seperti glikolisis, dan metabolisme nukleotida (Soetrisno, 1987). Sel

Leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat

Page 8: Hematologi i

menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce, 1989). Leukosit

juga dapat menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh dengan

cara fagositosis. Transport oksigen dalam darah tergantung pada komponen besi

dalam pigmen respirasi biasanya hemoglobin. Hemoglobin merupakan bagian

dari sel darah merah yang mengikat oksigen. Trombosit berfungsi untuk

pembekuan darah. Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang

terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma

darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi.

Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa.

Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air

dan 8-9 % protein (Kimball, 1987).

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa jumlah eritrosit pada

ikan nilem (Osteochilus hasselti) adalah 1.770.000 sel/mm3 untuk kelompok tiga

dan 1.020.000 sel/mm3 untuk kelompok empat. Hal ini sesuai dengan Oslon

(1973), yang menyatakan bahwa jumlah eritrosit normal pada ikan adalah 50.000

– 3.000.000 sel/mm3. Jumlah sel darah merah (eritrosit) pada tiap-tiap spesies

adalah berbeda satu sama lain (Lagler et al., 1977). Jumlah eritrosit pada ayam

betina adalah 2,72 juta sel/mm3 dan pada ayam jantan adalah 3,23 juta sel/mm3

(Oslon, 1973). Perhitungan mendapatkan sel eritrosit ayam pada kelompok lima

dan enam sejumlah 720.000 sel/mm3 dan 1.520.000 sel/mm3 menunjukkan hasil

jauh dari normal. Hal ini menunjukan bahwa kondisi kesehatan ayam kurang baik

atau sedang stress atau faktor kesalahan dalam pengenceran maupun

penghitungan. Jumlah eritrosit pada mamalia betina 3,9-5,6 juta sel/mm3 dan

pada mamalia jantan 4,5-6,5 juta sel/mm3 (Hoffbrand dan Pettit, 1987). Hewan uji

untuk mamalia yang kita gunakan yaitu mencit yang dilakukan pengamatan oleh

kelompok satu dan dua didapatkan sel eritrosit sejumlah 1.150.000 sel/mm3 dan

730.000 sel/mm3. Kadar eritrosit yang didapat jauh dari normal hal ini

menunjukan bahwa kondisi kesehatan dari mencit tidak baik atau sedang stress

atau faktor kesalahan dalam pengenceran maupun penghitungan.

Menurut Lagler et al. (1977), pada sel darah ikan normal terdapat jumlah

leukosit sebesar 20.000 – 150.000 sel/mm3. Jumlah sel darah putih (leukosit)

pada ikan nilem dari kelompok tiga sebesar adalah 29.650 sel/mm3, sedangkan

kelompok empat sebesar 7.000 sel/mm3 menunjukkan bahwa jumlah leukosit

pada kelompok tiga berada dalam jumlah yang normal. Pada kelompok empat

jumlah leukosit sangat jauh dari batas normal. Hal ini menunjukan bahwa kondisi

kesehatan dari ikan tidak baik atau sedang stress atau faktor kesalahan dalam

pengenceran maupun penghitungan. Jumlah leukosit pada ayam berkisar antara

Page 9: Hematologi i

16.000 – 40.000 sel / mm3 (Dukes, 1995). Kelompok lima memiliki jumlah leukosit

pada ayam sebanyak 11525 sel/mm3. Hasil ini kurang dari kadar normal leukosit

dan menunjukan bahwa ayam dalam kondisi yang kurang baik. Pada kelompok

enam didapatkan hasil sebesar 70.000 sel/mm3, kondisi ini di atas keadaan

normal, artinya ayam dalam kondisi yang kurang baik. Kadar leukosit dapat

meningkat ketika tubuh diserang oleh benda asing, karena berfungsi untuk

melawan antigen tersebut. Menurut Zuprizal (2004) jumlah leukosit mecit normal

berkisar antara 550.000-680.000. Jumlah leukosit mencit kelompok satu yaitu

2925 sel/mm3 serta kelompok dua yaitu sebesar 2925 sel/mm3. Hasil perhitungan

jauh di bawah normal, hal ini menunjukan bahwa kondisi kesehatan dari mencit

tidak baik atau sedang stress atau faktor kesalahan dalam pengenceran maupun

penghitungan. Tingkat stress yang tinggi dapat menjadi salah satunya. Casillas

and Smith (1977), menyatakan bahwa stress pada ikan dapat mempercepat

koagulasi darah serta meningkatkan jumlah trombosit hematokrit dan kandungan

glukosa darah.

Menurut Zuprizal (2004), kadar Hb normal pada ikan sebesar 34 g/dl, hal

ini sangat berbeda jauh dengan hasil Hb ikan dari kelompok tiga dan empat yang

hanya memiliki Hb sebesar 10,11 g/dl dan 10 g/dl (Guyton, 1995). Kadar Hb

normal pada ayam adalah 8,97 g/dL. Dari hasil praktikum, kadar Hb ayam

kelompok lima sebesar 3,4 g/dl dan untuk kelompok enam 2 g/dl. Kadar Hb

mencit normal berkisar antara 10 - 14 gr/ml. Kadar Hb mencit kelompok satu

sebesar 7 g/dl dan kelompok dua sebesar 14 g/dl. Hasil praktikum menunjukan

bahwa kadar Hb hewan uji jauh di bawah batas normal, hanya kadar Hb mencit

kelompok dua yang dalam keadaan normal. Kadar Hb yang kurang dari jumlah

normal menunjukan bahwa hewan dalam kondisi tidak baik dan akan

mengganggu transport oksigen di dalam tubuh. Hasil kadar Hb yang terlalu

rendah juga dapat disebabkan karena penambahan EDTA, 0,1 N HCl atau

akuades yang terlalu banyak. Menurut Zuprizal (2004), rendahnya kadar Hb

menyebabkan laju metabolisme menurun dan energi yang dihasilkan menjadi

rendah. Hal ini membuat ikan menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan

serta terlihat diam di dasar atau menggantung di bawah permukaan air.

Menurut Soetrisno (1987), secara umum faktor yang mempengaruhi

jumlah eritrosit pada suatu individu dari suatu spesies dipengaruhi oleh :

1. Umur (semakin tinggi umur, jumlah semakin menurun)

2. Jenis kelamin (jantan cenderung lebih banyak dari betina)

3. Exercise dan emosi (dapat menaikkan jumlah)

4. Status makanan (semakin baik, jumlahnya semakin banyak)

Page 10: Hematologi i

5. Breed (bangsa) ternak

6. Pregnancy (kehamilan) dan menstruasi (jumlah membuat turun)

7. Tinggi tempat dan iklim (di daerah pegunungan jauh lebih banyak)

Menurut Lagler (1977), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh,

stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain. Penurunan jumlah

leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia,

kehamilan, dan partus. Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit

yang banyak, karena leukosit berfungsi melindungi tubuh dari infeksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Hb antara lain tekanan parsial O2, pH,

konsentrasi 2,3 diphospogliserat dan konsentrasi CO2. Kadar hemoglobin yang

rendah dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandungan

protein pakan, defisiensi vitamin atau hewan mendapat infeksi. Sedangkan kadar

tinggi menunjukkan bahwa hewan sedang berada dalam kondisi stress (Yuwono,

2001). Sedangkan menurut Paulsen (2000), pembentukan Hb dipengaruhi oleh

adanya kandungan ion Fe2+ dalam darah. Semakin banyak kandungan ion

tersebut semakin banyak kadar Hb. Hb merupakan pigmen respirasi yang

berwarna merah. Kadar Hb dapat juga dipengaruhi oleh umur, semakin tua maka

semakin rendah kadar Hb. Hal ini disebabkan oleh adanya aktifitas metabolisme

yang menurun sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk aktifitas berkurang dan

Hb yang mengikat oksigen juga berkurang. Kemampuan mengikat oksigen dalam

darah tergantung pada jumlah Hb yang terdapat dalam sel darah merah,

semakin banyak jumlah Hb dalam darah makan semakin tinggi pula kemampuan

darah untuk mengikat oksigen (Alamanda, 2007).

Kualitas dan kuantitas dari hematologi tergantung pada ketersediaan sel

darah merah dan sel darah putih, karena pada ikan dia akan bisa bertahan pada

lingkungan ekstrim dengan beradaptasi dalam sel darah merah dan sel darah

putih, ketika ikan dalam keadaan tidak baik atau stress maka sel darah putih

akan bekerja sebagai penguat sistem imun (Sahan et al., 2007).

Page 11: Hematologi i

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Pengambilan darah pada mencit dapat dilakukan dari mata, telinga atau

ekor. Pada ikan pengambilan darah dilakukan dengan pemotongan didaerah

caudal ikan lalu diambil darahnya dengan menggunakan spuit atau diambil

langsung dari jantung, pengambilan darah pada ayam dapat melalui vena

jugularis pada bagian sayap.

2. Hasil perhitungan jumlah eritrosit mencit dari kelompok dua adalah 730.000

sel/mm3, jumlah leukosit ikan adalah 4.700 sel/mm3, kadar Hb yaitu 14 g/dl.

Page 12: Hematologi i

DAFTAR REFERENSI

Alamanda, I. E, N. S. Handajani, A. Budiharjo. 2007. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. Vol 8(1): 34-38.

Casillas, E and L. S. Smith. 1977. Effect of Stress on Blood Coagulation and Haemotology in Rainbow Trout (Salmo gairneri). Bio: J.Fish.

Dukes, H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing Associated, New York.

Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Lea and Febiger, Philadelphia.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press. Yogyakarta.

Guyton, A. C. 1995. Analysis of Vertebrae Structure. New York: Jhon Villey and Sons.Inc.

Hoffbrand, A. V and J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Penerbit EGC. Jakarta.

Kimball, J. W. 1987. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Lagler, F. K, J. E. Bardach, R. R Miller an D. M Passino. 1977. Ichthyology. Jhn Willey and Sons, Canada.

Oslon, C. 1973. Aulan Hematology in Riester HE and LH Schwarte. The Lowa State University Press. USA.Pearce, E. C. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.

Paulsen, D. F. 2000. Histology and Cell Biology. Mc Graw-Hill, USA.

Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sahan, A. T. Altun, F. Cevik, I. Cengizler, E. Nevsat, E. Genc. 2007. Comparative Study of some Haematological Parameters in European Eel (Anguilla anguilla L., 1758) Caught from Different Regions of Ceyhan River (Adana, Turkey). Journal of Fisheries & Aquatic Sciences. Vol 24(1-2): 167–171.

Schmidt, W. and Nelson, B. 1990. Animal Physiology. Harper Collins Publisher, New York.

Sihombing, Marice dan Sulistyowati Tuminah. 2011. Perubahan Nilai Hematologi, Biokimia Darah, Bobot Organ dan Bobot Badan Tikus Putih pada Umur Berbeda. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Page 13: Hematologi i

Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. UNSOED Press. Purwokerto.

Zuprizal, 2004. Antibiotik, Probiotik, dan Fitobiotik dalam Pakan Unggas - Ilmiah Populer. Majalah