Hematologi i
description
Transcript of Hematologi i
HEMATOLOGI I
Oleh :
Nama : Tri Yulia NingsihNIM : B1J011056Rombongan : VKelompok : 2Asisten : Asri Hestiningsih
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah adalah suatu jaringan ikat yang mempunyai dua komponen, yaitu
komponen cair yang disebut plasma darah dan komponen sel-sel darah atau
korpuskula darah. Korpuskula darah dibagi menjadi eritrosit yang berfungsi untuk
transfer oksigen dan karbondioksida, leukosit yang berfungsi sebagai ketahanan
tubuh dan trombosit untuk homeostasis atau keseimbangan tubuh. Darah
merupakan jaringan khusus yang menjalani sirkulasi. Aliran darah dalam seluruh
tubuh menjamin lingkungan yang tetap, supaya semua sel serta jaringan mampu
melaksanakan fungsinya. Darah mempunyai dua komponen, yaitu komponen
cairan dan komponen sel darah yang terdiri dari tiga macam yaitu eritrosit,
leukosit, dan trombosit (Frandson, 1986 ).
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling banyak
jumlahnya. Struktur sel darah merah merupakan contoh lain yang sangat baik
tentang struktur yang disesuaikan dengan fungsinya. Sebuah eritrosit pada
mamalia berbentuk cakram bikonkaf, bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan
bagian tepi. Eritrosit mamalia tidak mengandung nukleus, suatu karakteristik
yang tidak umum pada sel hidup. Fungsi utama eritrosit adalah membawa
oksigen, dan akan sangat tidak efisien jika metabolisme eritrosit itu sendiri
aerobik dan mengkonsumsi sebagian oksigen yang dibawa. Ukuran sel darah
merah kecil. Semakin keci sel darah merah semakin besar pula total luas
permukaan membran plasma dalam suatu volume darah.
Sel darah putih (leukosit) memiliki bentuk yang tidak tetap, memiliki inti,
tidak mempunyai hemoglobin, tidak berwarna, dan berfungsi untuk melindungi
tubuh dari infeksi dengan cara fagositosis. Leukosit merupakan jenis sel yang
aktif di dalam sistem pertahanan tubuh. Leukosit memiliki ciri-ciri tidak berwarna.
Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Leukosit
berperan penting dalam proses-proes pertahanan hidup dan perbaikan bagi
organisme sehingga dalam keadaan patologis jumlah leukosit dapat lebih besar
maupun lebih rendah dari normal. Leukosit dapat dibedakan menjadi granulosit
dan agranulosit. Granulosit terdiri dari netrofil, eusinofil dan basofil. Sedangkan
agranulosit terdiri dari monosit dan limposit. Netrofil berfungsi sebagai system
pertahanan melawan infeksi dengan cara migrasi ke daerah-daerah yang sedang
mengalami serangan oleh bakteri. Eusinofil berfungsi untuk toksifikasi terhadap
protein asing yang masuk ke dalam tubuh dan racun. Keseimbangan yang peka
basofil dan eusinofil mengawali dan mengontrol peradangan. Monosit memiliki
kemampuan untuk menerkam material asing, separti bakteri. Monosit bekerja
pada keadaan infeksi yang tidak akut. Fungsi utama limfosit adalah responnya
terhadap antigen (benda-benda asing) dengan membentuk antibodi yang
bersirkulasi di dalam darah atau dalam perkembangan imunitas atau kekebalan
tubuh.
Hemoglobin adalah senyawa organik yang kompleks yang terdiri dari
empat pigmen porfirin merah, masing-masing mengandung atom Fe ditambah
globulin yang merupakan protein globuler yang terdiri atas empat asam amino.
Kadar hemoglobin dan kadar glukosa setiap species berbeda-beda, hal ini
bergantung pada kebutuhan metabolisme species itu sendiri. Hemoglobin
bergabung dengan oksigen paru-paru disebut oksihemoglobi.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah memberikan ketrampilan terhadap
praktikan dalam pengambilan darah pada hewan, mengetahui perbedaan bentuk
sel darah pada berbagai hewan serta cara melakukan perhitungan sel darah
merah, sel darah putih dan kadar haemoglobin pada hewan.
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ikan nilem
(Osteochilus hasselti), ayam (Ghalus galus) dan mencit (Mus musculus) sebagai
hewan uji, larutan hayem, larutan turk, larutan 0,1 N HCl dan larutan EDTA.
Alat-alat yang digunakan adalah haemometer, haemositometer, tabung
sahli, pipet tetes, mikroskop, spuit, hand counter, pipet thoma, object glass dan
cover glass.
2.2 Cara Kerja
a. Menghitung jumlah leukosit:
1. Darah hewan uji diambil dan diletakan di cawan serta diberi sedikit larutan
EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) agar tidak terjadi penggumpalan.
2. Darah hewan uji yang ada pada cawan dihisap hingga menunjukkan angka 1.
3. Hisap larutan Turk yang ada pada tabung reaksi hingga angka 11.
4. Pipa karet yang digunakan untuk menghisap diambil, kemudian kedua ujung
pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk dan dikocok selama ± 2 menit.
5. Teteskan cairan pada haemositometer yang telah disediakan dan telah di
letakan pada mikroskop hingga semua bilik hitung terisi penuh dengan
sendirinya.
6. Lihat dibawah mikroskop dan dihitung semua leukosit yang terdapat didalam
bujur sangkar sedang.
b. Menghitung jumlah eritrosit:
1. Darah hewan uji diambil dan diletakan di cawan serta diberi sedikit larutan
EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) agar tidak terjadi penggumpalan.
2. Darah hewan uji yang ada pada cawan dihisap hingga menunjukkan angka 1.
3. Hisap larutan Hayem yang ada pada tabung reaksi hingga angka 11.
4. Pipa karet yang digunakan untuk menghisap diambil, kemudian kedua ujung
pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk dan dikocok selama ± 2 menit.
5. Teteskan cairan pada haemositometer yang telah disediakan dan telah di
letakan pada mikroskop hingga semua bilik hitung terisi penuh dengan
sendirinya.
6. Lihat dibawah mikroskop dan dihitung semua eritrosit yang terdapat didalam
bujur sangkar kecil.
c. Pengukuran kadar Hb:
1. Darah hewan uji diambil dan diletakan di cawan serta diberi sedikit larutan
EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) agar tidak terjadi penggumpalan.
2. Tabung Sahli diteteskan 0,1 larutan HCL hingga batas 10.
3. Darah hewan uji dihisap dengan skala 20 μl dan diletakan di tabung Sahli.
4. Larutan HCL dan darah diaduk dengan batang pengaduk.
5. Teteskan aquades setetes demi setetes hingga larutan yang ada pada tabung
Sahli sama dengan warna pembanding yang ada di dalam komprator.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel Pengukuran Jumlah Leukosit, Eritrosit dan Kadar Haemoglobin (Hb)
KelompokHewan uji
Kadar Hb(gr/dl)
∑ Leukosit (sel/mm3)
∑ Eritrosit (sel/mm3)
12 Mencit
7 2925 1.150.00014 4700 730.000
34 Ikan
10,11 29.650 1.770.00010 7000 1.020.000
56 Ayam
3,4 11.525 720.0002 70.000 1.520.000
Perhitungan (kelompok 2):
I) Menghitung ∑ Leukosit, 1/64 x 160 x 10 = 25L
∑ Leukosit = ( L1 + L2 + L3 + L4 )
= ( 65 + 51 + 46 + 26 )
= 25 (188)
= 4700 sel/mm3
II) Menghitung ∑ Eritrosit, E/80 x 4000 x 100 = 5000E
∑ Eritrosit = ( E1 + E2 + E3 + E4 + E5)
= ( 29 + 24 + 31 + 31 + 31 )
= 5000 (146)
= 730.000 sel/mm3
III) Kadar Haemoglobin (Hb) = 14 gr/dl
3.2 Pembahasan
Pengambilan darah pada hewan uji dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Pada mencit darah dapat diambil dari bagian ekor dengan cara memotong
ujung ekor mencit. Pengambilan darah pada mencit juga dapat dilakukan melalui
mata dan telinga. Pengambilan darah pada ayam dilakukan melalui vena
jugularis yang terdapat pada sayap, pengambilan harus dari bagian ujung sayap
terlebih dahulu. Jika tidak keluar darahnya baru diambil dari bagian tengah
sayap. Sedangkan pengambilan darah pada ikan dapat dilakukan langsung pada
jantung atau melalui caudal atau ekor (Sihombing et al., 2011).
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode
Haematologi. Haematologi digunakan untuk mendeteksi perubahan fisiologis
yang mengikuti kondisi-kondisi tekanan berbeda. Pengukuran haematologi
hewan meliputi pengukuran kadar hemoglobin, penghitungan total eritrosit,
penghitungan total leukosit, dan pengukuran angka hematokrit. Penurunan nilemi
hematologi akan menyebabkan eritropoiesis, haemosintesis dan disfungsi
osmoregulasi serta menyebabkan peningkatan pemecahan eritrosit pada organ
hematopoetik (Hoffbrand dan Pettit, 1987).
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet thoma leukosit
untuk mengambil darah yang akan digunakan untuk mengukur leukoesit, pipet
thoma eritrosit untuk mengambil darah yang akan digunakan untuk mengukur
eritrosit, tabung sahli dan haemometer untuk menghitung kadar haemoglobin,
pipet tetes untuk mengambil cairan EDTA dan akuades, spuit untuk mengambil
darah dari hewan uji, haemocytometer untuk menghitung jumlah eritrosit dan
leukosit, mikroskop untuk melihat sel darah dan hand counter untuk menghitung
jumlah sel darah. Bahan-bahan yang digunakan adalah hewan uji untuk diambil
darahnya, larutan hayem untuk mengencerkan eritrosit, EDTA (Etil Diamin Tetra
Acetat) yang berfungsi mencegah penggumpalan darah, larutan Turk berfungsi
untuk mengencerkan sel darah putih, 0,1 N HCl untuk mereaksikan darah
sehingga akan terbentuk asam hematin, dan aquades untuk mengencerkan
darah sehingga mempunyai warna yang sama dengan larutan yang ada di
haemometer pada saat mengukur kadar haemoglobin (Sihombing et al., 2011).
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah, yaitu eritrosit, leukosit
dan trombosit. Fungsi utama eritrosit yaitu sebagai media transport yang
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, selain itu untuk transport
metabolisme seperti glikolisis, dan metabolisme nukleotida (Soetrisno, 1987). Sel
Leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat
menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce, 1989). Leukosit
juga dapat menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh dengan
cara fagositosis. Transport oksigen dalam darah tergantung pada komponen besi
dalam pigmen respirasi biasanya hemoglobin. Hemoglobin merupakan bagian
dari sel darah merah yang mengikat oksigen. Trombosit berfungsi untuk
pembekuan darah. Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang
terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma
darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi.
Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa.
Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air
dan 8-9 % protein (Kimball, 1987).
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa jumlah eritrosit pada
ikan nilem (Osteochilus hasselti) adalah 1.770.000 sel/mm3 untuk kelompok tiga
dan 1.020.000 sel/mm3 untuk kelompok empat. Hal ini sesuai dengan Oslon
(1973), yang menyatakan bahwa jumlah eritrosit normal pada ikan adalah 50.000
– 3.000.000 sel/mm3. Jumlah sel darah merah (eritrosit) pada tiap-tiap spesies
adalah berbeda satu sama lain (Lagler et al., 1977). Jumlah eritrosit pada ayam
betina adalah 2,72 juta sel/mm3 dan pada ayam jantan adalah 3,23 juta sel/mm3
(Oslon, 1973). Perhitungan mendapatkan sel eritrosit ayam pada kelompok lima
dan enam sejumlah 720.000 sel/mm3 dan 1.520.000 sel/mm3 menunjukkan hasil
jauh dari normal. Hal ini menunjukan bahwa kondisi kesehatan ayam kurang baik
atau sedang stress atau faktor kesalahan dalam pengenceran maupun
penghitungan. Jumlah eritrosit pada mamalia betina 3,9-5,6 juta sel/mm3 dan
pada mamalia jantan 4,5-6,5 juta sel/mm3 (Hoffbrand dan Pettit, 1987). Hewan uji
untuk mamalia yang kita gunakan yaitu mencit yang dilakukan pengamatan oleh
kelompok satu dan dua didapatkan sel eritrosit sejumlah 1.150.000 sel/mm3 dan
730.000 sel/mm3. Kadar eritrosit yang didapat jauh dari normal hal ini
menunjukan bahwa kondisi kesehatan dari mencit tidak baik atau sedang stress
atau faktor kesalahan dalam pengenceran maupun penghitungan.
Menurut Lagler et al. (1977), pada sel darah ikan normal terdapat jumlah
leukosit sebesar 20.000 – 150.000 sel/mm3. Jumlah sel darah putih (leukosit)
pada ikan nilem dari kelompok tiga sebesar adalah 29.650 sel/mm3, sedangkan
kelompok empat sebesar 7.000 sel/mm3 menunjukkan bahwa jumlah leukosit
pada kelompok tiga berada dalam jumlah yang normal. Pada kelompok empat
jumlah leukosit sangat jauh dari batas normal. Hal ini menunjukan bahwa kondisi
kesehatan dari ikan tidak baik atau sedang stress atau faktor kesalahan dalam
pengenceran maupun penghitungan. Jumlah leukosit pada ayam berkisar antara
16.000 – 40.000 sel / mm3 (Dukes, 1995). Kelompok lima memiliki jumlah leukosit
pada ayam sebanyak 11525 sel/mm3. Hasil ini kurang dari kadar normal leukosit
dan menunjukan bahwa ayam dalam kondisi yang kurang baik. Pada kelompok
enam didapatkan hasil sebesar 70.000 sel/mm3, kondisi ini di atas keadaan
normal, artinya ayam dalam kondisi yang kurang baik. Kadar leukosit dapat
meningkat ketika tubuh diserang oleh benda asing, karena berfungsi untuk
melawan antigen tersebut. Menurut Zuprizal (2004) jumlah leukosit mecit normal
berkisar antara 550.000-680.000. Jumlah leukosit mencit kelompok satu yaitu
2925 sel/mm3 serta kelompok dua yaitu sebesar 2925 sel/mm3. Hasil perhitungan
jauh di bawah normal, hal ini menunjukan bahwa kondisi kesehatan dari mencit
tidak baik atau sedang stress atau faktor kesalahan dalam pengenceran maupun
penghitungan. Tingkat stress yang tinggi dapat menjadi salah satunya. Casillas
and Smith (1977), menyatakan bahwa stress pada ikan dapat mempercepat
koagulasi darah serta meningkatkan jumlah trombosit hematokrit dan kandungan
glukosa darah.
Menurut Zuprizal (2004), kadar Hb normal pada ikan sebesar 34 g/dl, hal
ini sangat berbeda jauh dengan hasil Hb ikan dari kelompok tiga dan empat yang
hanya memiliki Hb sebesar 10,11 g/dl dan 10 g/dl (Guyton, 1995). Kadar Hb
normal pada ayam adalah 8,97 g/dL. Dari hasil praktikum, kadar Hb ayam
kelompok lima sebesar 3,4 g/dl dan untuk kelompok enam 2 g/dl. Kadar Hb
mencit normal berkisar antara 10 - 14 gr/ml. Kadar Hb mencit kelompok satu
sebesar 7 g/dl dan kelompok dua sebesar 14 g/dl. Hasil praktikum menunjukan
bahwa kadar Hb hewan uji jauh di bawah batas normal, hanya kadar Hb mencit
kelompok dua yang dalam keadaan normal. Kadar Hb yang kurang dari jumlah
normal menunjukan bahwa hewan dalam kondisi tidak baik dan akan
mengganggu transport oksigen di dalam tubuh. Hasil kadar Hb yang terlalu
rendah juga dapat disebabkan karena penambahan EDTA, 0,1 N HCl atau
akuades yang terlalu banyak. Menurut Zuprizal (2004), rendahnya kadar Hb
menyebabkan laju metabolisme menurun dan energi yang dihasilkan menjadi
rendah. Hal ini membuat ikan menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan
serta terlihat diam di dasar atau menggantung di bawah permukaan air.
Menurut Soetrisno (1987), secara umum faktor yang mempengaruhi
jumlah eritrosit pada suatu individu dari suatu spesies dipengaruhi oleh :
1. Umur (semakin tinggi umur, jumlah semakin menurun)
2. Jenis kelamin (jantan cenderung lebih banyak dari betina)
3. Exercise dan emosi (dapat menaikkan jumlah)
4. Status makanan (semakin baik, jumlahnya semakin banyak)
5. Breed (bangsa) ternak
6. Pregnancy (kehamilan) dan menstruasi (jumlah membuat turun)
7. Tinggi tempat dan iklim (di daerah pegunungan jauh lebih banyak)
Menurut Lagler (1977), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh,
stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain. Penurunan jumlah
leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia,
kehamilan, dan partus. Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit
yang banyak, karena leukosit berfungsi melindungi tubuh dari infeksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hb antara lain tekanan parsial O2, pH,
konsentrasi 2,3 diphospogliserat dan konsentrasi CO2. Kadar hemoglobin yang
rendah dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandungan
protein pakan, defisiensi vitamin atau hewan mendapat infeksi. Sedangkan kadar
tinggi menunjukkan bahwa hewan sedang berada dalam kondisi stress (Yuwono,
2001). Sedangkan menurut Paulsen (2000), pembentukan Hb dipengaruhi oleh
adanya kandungan ion Fe2+ dalam darah. Semakin banyak kandungan ion
tersebut semakin banyak kadar Hb. Hb merupakan pigmen respirasi yang
berwarna merah. Kadar Hb dapat juga dipengaruhi oleh umur, semakin tua maka
semakin rendah kadar Hb. Hal ini disebabkan oleh adanya aktifitas metabolisme
yang menurun sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk aktifitas berkurang dan
Hb yang mengikat oksigen juga berkurang. Kemampuan mengikat oksigen dalam
darah tergantung pada jumlah Hb yang terdapat dalam sel darah merah,
semakin banyak jumlah Hb dalam darah makan semakin tinggi pula kemampuan
darah untuk mengikat oksigen (Alamanda, 2007).
Kualitas dan kuantitas dari hematologi tergantung pada ketersediaan sel
darah merah dan sel darah putih, karena pada ikan dia akan bisa bertahan pada
lingkungan ekstrim dengan beradaptasi dalam sel darah merah dan sel darah
putih, ketika ikan dalam keadaan tidak baik atau stress maka sel darah putih
akan bekerja sebagai penguat sistem imun (Sahan et al., 2007).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengambilan darah pada mencit dapat dilakukan dari mata, telinga atau
ekor. Pada ikan pengambilan darah dilakukan dengan pemotongan didaerah
caudal ikan lalu diambil darahnya dengan menggunakan spuit atau diambil
langsung dari jantung, pengambilan darah pada ayam dapat melalui vena
jugularis pada bagian sayap.
2. Hasil perhitungan jumlah eritrosit mencit dari kelompok dua adalah 730.000
sel/mm3, jumlah leukosit ikan adalah 4.700 sel/mm3, kadar Hb yaitu 14 g/dl.
DAFTAR REFERENSI
Alamanda, I. E, N. S. Handajani, A. Budiharjo. 2007. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. Vol 8(1): 34-38.
Casillas, E and L. S. Smith. 1977. Effect of Stress on Blood Coagulation and Haemotology in Rainbow Trout (Salmo gairneri). Bio: J.Fish.
Dukes, H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing Associated, New York.
Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Lea and Febiger, Philadelphia.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press. Yogyakarta.
Guyton, A. C. 1995. Analysis of Vertebrae Structure. New York: Jhon Villey and Sons.Inc.
Hoffbrand, A. V and J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Penerbit EGC. Jakarta.
Kimball, J. W. 1987. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Lagler, F. K, J. E. Bardach, R. R Miller an D. M Passino. 1977. Ichthyology. Jhn Willey and Sons, Canada.
Oslon, C. 1973. Aulan Hematology in Riester HE and LH Schwarte. The Lowa State University Press. USA.Pearce, E. C. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Paulsen, D. F. 2000. Histology and Cell Biology. Mc Graw-Hill, USA.
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sahan, A. T. Altun, F. Cevik, I. Cengizler, E. Nevsat, E. Genc. 2007. Comparative Study of some Haematological Parameters in European Eel (Anguilla anguilla L., 1758) Caught from Different Regions of Ceyhan River (Adana, Turkey). Journal of Fisheries & Aquatic Sciences. Vol 24(1-2): 167–171.
Schmidt, W. and Nelson, B. 1990. Animal Physiology. Harper Collins Publisher, New York.
Sihombing, Marice dan Sulistyowati Tuminah. 2011. Perubahan Nilai Hematologi, Biokimia Darah, Bobot Organ dan Bobot Badan Tikus Putih pada Umur Berbeda. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. UNSOED Press. Purwokerto.
Zuprizal, 2004. Antibiotik, Probiotik, dan Fitobiotik dalam Pakan Unggas - Ilmiah Populer. Majalah