helopeltis antonii

10
KEBERADAAN Helopeltis antonii SEBAGAI HAMA PADA BEBERAPA TANAMAN PERKEBUNAN DAN PENGENDALIANNYA Amini Kanthi Rahayu, SP POPT Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya PENDAHULUAN Helopeltis antonii merupakan hama penting pada beberapa tanaman perkebunan antara lain kakao, jambu mete dan teh, sehingga keberadaannya di lapang perlu mendapat perhatian yang serius. H. antonii merusak tanaman sejak di pembibitan. Bagian tanaman yang diserang adalah pucuk, daun muda, tunas, tangkai muda, ranting muda, bunga, buah dan biji. Mempunyai siklus hidup lebih kurang 24 hari, dan selama hidupnya mengalami lima kali pergantian kulit. Pengendalian H. antonii dengan insektisida sintetis telah terbukti efektif, tetapi berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sehingga umumnya digunakan sebagai alternatif terakhir. Alternatif pengendalian lainnya seperti pengendalian secara mekanis, fisik, kultur teknis, dan hayati belum dilakukan secara optimal. Pengendalian dengan musuh alami mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, karena aman bagi lingkungan dan musuh alami tersedia di alam. Helopeltis antonii PADA TANAMAN KAKAO Hama H. antonii (Hemiptera; Miridae) ,merupakan salah satu kendala utama pada budidaya kakao di Indonesia. Hama ini menimbulkan kerusakan dengan cara menusuk dan menghisap cairan buah maupun tunas-tunas muda. Serangan pada buah menyebabkan matinya buah tersebut, sedangkan serangan pada buah berumur sedang menyebabkan terbentuknya buah abnormal, akibatnya daya hasil dan mutu kakao menurun karena biji yang dihasilkan berukuran kecil. Selain menyerang buah, H. antonii juga menyerang tunas-tunas muda atau pucuk, yang

Transcript of helopeltis antonii

Page 1: helopeltis antonii

KEBERADAAN Helopeltis antonii SEBAGAI HAMA PADA BEBERAPA

TANAMAN PERKEBUNAN DAN PENGENDALIANNYA

Amini Kanthi Rahayu, SP

POPT Ahli Pertama

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya

PENDAHULUAN

Helopeltis antonii merupakan hama penting pada beberapa tanaman

perkebunan antara lain kakao, jambu mete dan teh, sehingga

keberadaannya di lapang perlu mendapat perhatian yang serius. H.

antonii merusak tanaman sejak di pembibitan. Bagian tanaman yang

diserang adalah pucuk, daun muda, tunas, tangkai muda, ranting muda,

bunga, buah dan biji. Mempunyai siklus hidup lebih kurang 24 hari, dan

selama hidupnya mengalami lima kali pergantian kulit.

Pengendalian H. antonii dengan insektisida sintetis telah terbukti

efektif, tetapi berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan

sehingga umumnya digunakan sebagai alternatif terakhir. Alternatif

pengendalian lainnya seperti pengendalian secara mekanis, fisik, kultur

teknis, dan hayati belum dilakukan secara optimal. Pengendalian dengan

musuh alami mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan,

karena aman bagi lingkungan dan musuh alami tersedia di alam.

Helopeltis antonii PADA TANAMAN KAKAO

Hama H. antonii (Hemiptera; Miridae) ,merupakan salah satu

kendala utama pada budidaya kakao di Indonesia. Hama ini menimbulkan

kerusakan dengan cara menusuk dan menghisap cairan buah maupun

tunas-tunas muda. Serangan pada buah menyebabkan matinya buah

tersebut, sedangkan serangan pada buah berumur sedang menyebabkan

terbentuknya buah abnormal, akibatnya daya hasil dan mutu kakao

menurun karena biji yang dihasilkan berukuran kecil. Selain menyerang

buah, H. antonii juga menyerang tunas-tunas muda atau pucuk, yang

Page 2: helopeltis antonii

mengakibatkan mati pucuk (die-back). Serangan berat dan dan berulang-

ulang pada pucuk dapat menekan produksi kakao sekitar 36-75%

(Sulistyowati dan Sardjono 1988 dalam Atmadja 2003).

Gambar 1. Gejala serangan Helopeltis sp. pada Buah Kakao Foto : http://umlnegara.blogspot.com/

H. antonii PADA TANAMAN TEH

H. antonii juga merupakan salah satu hama yang sering

menimbulkan kerugian di beberapa kebun teh. Populasi hama lebih dari 8

ekor/m2 (terdiri atas 2 ekor dewasa dan 6 ekor nimfa) dan intensitas

serangan 65,50% dapat menurunkan produksi pucuk teh klon Kiara-8

sebesar 87,60% selama 8 minggu (Darmadi 1989 dalam Atmadja 2003).

H. antonii selalu menjadi masalah di berbagai perkebunan teh di

Indonesia. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh H. antonii dapat

mencapai 40% bahkan lebih.

Gambar 2. Helopeltis sp. pada Daun Teh Foto : Hardiansyah Saputra. 2011. http://agricultureandaquatic.blogspot.com/2011/06/identifikasi-helopeltis-antonii-pada.html

Page 3: helopeltis antonii

H. antonii PADA TANAMAN JAMBU METE

Selain pada tanaman kakao dan teh, H. antonii merupakan hama

penting pada tanaman jambu mete. Hama ini menyerang pucuk, tangkai

bunga dan buah muda. Daun yang terserang menjadi terhambat

pertumbuhannya dan menjadi kering. Serangan pada bunga

menyebabkan kegagalan pembuahan. Buah yang terserang menunjukkan

gejala bercak-bercak coklat atau hitam yang akhirnya mengering dan

gugur. Pada tanaman jambu mete serangan sudah dianggap

membahayakan bila daun-daun muda sudah banyak yang terserang.

Gambar 3. Serangan H. antonii pada Pucuk Jambu Mete. Foto : Laboratorium Balittro Bogor 2003/2004.

BIOLOGI Helopeltis sp.

Helopeltis sp. termasuk ke dalam ordo Hemiptera, dan famili Miridae.

Serangga ini bertubuh kecil ramping dengan tanda yang spesifik yaitu

adanya tonjolan yang berbentuk jarum pada mesoskutelum. Helopeltis sp.

merupakan genus yang mempunyai banyak spesies. Diketahui terdapat

paling sedikit delapan spesies serangga Helopeltis spp. yang mempunyai

inang tanaman kakao dan tanaman lain di Indonesia. Di Indonesia,

spesies yang banyak merusak tanaman kakao, teh, dan jambu mete

adalah H. antonii dan H. theivora Waterh (Nanopriatno 1978 dalam

Atmadja, 2003).

H. antonii dapat diklasifikasikan ke dalam

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthropoda

Page 4: helopeltis antonii

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Famili : Miridae

Genus : Helopeltis

Spesies : H. antonii Signoret (Pracaya, 1991).

Stadium Telur

Menurut Killin dan Atmadja (2000), telur mulai diletakkan serangga

betina pada pucuk jambu mete pada hari kelima sampai ketujuh dari saat

serangga menjadi dewasa. Telur diletakkan secara berkelompok 2-3 butir

dalam jaringan tanaman yang lunak, seperti bakal buah, ranting muda,

bagian sisi bawah tulang daun, tangkai buah, dan buah yang masih muda.

Setiap ekor serangga betina meletakkan telur rata-rata 18 butir. Menurut

Wardoyo (1993), jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor serangga betina

selama hidupnya pada tanaman kakao rata-rata 67-229 butir dan

banyaknya telur yang menetas rata-rata 23-134 butir, atau fertilisasi telur

58,80%. Telur berwarna putih dengan panjang 1,5-2,0 mm. berbentuk

seperti tabung test sedikit bengkok dengan tutup yang bulat dengan dua

rambut pada satu ujung. Keberadaan telur pada jaringan bagian tanaman

ditandai dengan munculnya benang seperti lilin agak bengkok dan tidak

sama panjangnya di permukaan jaringan tanaman. Dalam waktu 6-8 hari,

telur-telur tersebut mulai menetas menjadi nimfa.

Gambar 4. Telur dari Helopeltis sp. yang tampak pada jaringan buah yaitu tampak seperti benang atau lilin. Foto : Warsi Rahmat Atmadja, 2003.

Page 5: helopeltis antonii

Stadium Nimfa

Pada pucuk tanaman jambu mete, waktu yang diperlukan mulai saat

menetas sampai menjadi dewasa adalah 11-15 hari. Selama itu nimfa

mengalami lima kali ganti kulit.

Pada tanaman kakao, periode nimfa berkisar antara 11-13 hari.

Lama pergantian kulit pertama, kedua, ketiga, dan keempat adalah 2-3

hari, sedangkan lama instar kelima 3-4 hari (Wardoyo 1983). Pada

tanaman jambu mete, lama pergantian kulit instar pertama, kedua, ketiga,

keempat dan kelima berturut-turut adalah 4,2,2,2 dan 4 hari. Periode

stadia nimfa berkisar antara 10-14 hari.

Instar pertama berwarna coklat bening, yang kemudian berubah

menjadi coklat. Untuk nimfa instar kedua, tubuh berwarna coklat muda,

antena coklat tua, tonjolan pada toraks terlihat jelas dan bakal sayap mulai

terlihat. Nimfa instar keempat dan kelima ciri morfologinya sama.

Stadium Dewasa

Pada tanaman jambu mete, nimfa instar pertama sampai serangan

dewasa memerlukan waktu 24 hari. Rata-rata lamanya hidup serangga

betina dewasa adalah 7-16 hari, dan serangga dewasa jantan 6-37 hari

(Killin dan Admadja 2000). Rata-rata hidup serangga dewasa jantan dan

betina pada jambu mete berkisar 24 hari.

(a) (b)

Gambar 5. Serangga H. antonii. (a) betina, (b) jantan pada buah kakao Foto : http://www.dropdata.org/cocoa/icm_bkp.htm

Page 6: helopeltis antonii

KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN

H. antonii merupakan hama penting pada tanaman kakao di Jawa

dan Sumatera. Bagian tanaman yang diserang adalah daun muda, tangkai

daun, pucuk dan buah. Pucuk yang diserang terutama yang masih lunak

dengan daun yang belum membuka. Buah yang disenangi adalah yang

masih muda dan mendekati matang. Buah yang terserang biasanya

terdapat bekas tusukan bercak-bercak hitam pada permukaan buah. Pada

serangan berat, seluruh permukaan buah dipenuhi oleh bekas tusukan

berwarna hitam dan kering, kulitnya mengeras dan retak-retak. Serangan

berat juga menyebabkan kesehatan tanaman terganggu dan menurunkan

produksi hingga 60% (Nanopriatno 1978).

Sedangkan pada tanaman teh, daur petik yang lebih pendek dengan

standar petikan medium meningkatkan produksi pucuk secara komulatif

dalam satuan waktu tertentu dibandingkan daur petik yang lebih panjang.

Hal ini dikarenakan daur petik yang lebih panjang akan memberikan

kesempatan pada telur yang diletakkan pada internodus pucuk teh untuk

menetas, karena masa inkubasi telur berkisar 8-15 hari.

STRATEGI PENGENDALIAN

PENGENDALIAN SECARA MEKANIS

Pada tanaman jambu mete dapat dilakukan dengan penyelubungan

buah menggunakan kantong plastik

Pada tanaman kakao dapat dilakukan dengan menangkap H. antonii

menggunakan tangan atau alat bantu berupa bambu yang diberi

perekat (getah) pada ujungnya.

Penyelubungan buah dapat dilakukan pada buah yang berukuran 8-

12 cm. salah satu ujung dari kantong tersebut diikat dengan tali, dan

ujung lainnya dibiarkan terbuka (Wardoyo, 1981).

PENGENDALIAN SECARA KULTUR TEKNIS

Pemupukan yang tepat dan teratur

Pada tanaman jambu mete, pemberian pupuk secara teratur dan

tepat akan menjadikan tanaman tumbuh dengan baik serta memiliki

daya tahan yang tinggi terhadap gangguan hama.

Page 7: helopeltis antonii

• Pemupukan N yang berlebih, mengakibatkan jaringan tanaman

menjadi lunak dan mengandung asam amino yang tinggi,

sehingga disenangi oleh H. antonii

• Pemupukan P dalam jumlah cukup, lebih tahan terhadap

serangan hama dan penyakit, karena unsur P mempertinggi daya

regenerasi tanaman

• Unsur K memperkuat jaringan tanaman. Kondisi tanaman yang

lemah karena lahan yang tidak subur atau kekurangan air akan

mempercepat perkembangan populasi H. antonii

• Pemupukan dengan amonium sulfat, akan meningkatkan

serangan H. antonii, begitu juga tanaman yang kekurangan fosfat

dan potassium (Wikardi et al, 1996).

Pada tanaman kakao, pemberian pupuk secara tepat dan teratur,

juga dapat mengendalikan H. antonii, karena akan meningkatkan

pertumbuhan serta ketahanan tanaman terhadap serangan hama.

Pada tanaman teh, pemberian pupuk yang tepat dan teratur

diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan ketersediaan

unsur hara bagi tanaman.

Pemangkasan

Pada tanaman kakao, pemangkasan dilakukan dengan cara

membuang tunas air yang tumbuh disekitar cabang-cabang utama.

Tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman karena dapat

bersaing dengan tanaman dalam mengambil zat hara dan air.

Karena H. antonii meletakkan telur pada jaringan tanaman yang

lunak termasuk tunas air, maka pembuangan tunas secara teratur

selama 2 minggu, akan mengurangi populasi.

Pada tanaman teh, pemangkasan umumnya secara periodik 2-4

tahun sekali, tergantung kecepatan pertumbuhan. Pemangkasan

akan mempengaruhi iklim mikro, diikuti pertumbuhan tunas dan

pucuk muda, sehingga terjadi perubahan kualitas makanan H.

antonii.

Penanaman pohon pelindung

Page 8: helopeltis antonii

• Pada jambu mete, pohon pelindung diperlukan pada waktu

tanaman masih bibit dan pada awal penanaman di lapang

• Pada tanaman kakao, sangat diperlukan baik itu yang sementara

maupun yang tetap. Pohon pelindung sebaiknya tidak terlalu lebat,

sehingga sirkulasi udara berlangsung lancar terutama pada

tempat yang sering diserang oleh H. antonii, karena hama ini tidak

tahan terhadap angin dan sinar matahari langsung.

• Pada tanaman teh, penanaman pohon pelindung dapat

menambah keragaman tanaman, sehingga baik hama, predator,

parasitoid, dan entomopatogen berada pada jumlah yang

seimbang. Sehingga populasi H. antonii dapat ditekan oleh

organisme lainnya.

PENGENDALIAN SECARA HAYATI

Pemanfaatan musuh alami dengan Beauveria bassiana, yang

diaplikasikan pada waktu pagi atau sore hari, dengan menambah

perekat perata dengan bahan aktif alkil aril alkoksilat dan asam oleat

(18%) (Wahyono, 2006). Dan juga jamur Metarhizium sp. yang

berperan sebagai biota pengendali secara hayati di kebun teh

(Darmadi, 1990).

Gambar 3. H. antonii yang terinfeksi B.bassiana Foto : Laboratorium Balittro Bogor 2003/2004.

Penyemprotan menggunakan pestisida nabati ekstrak biji mimba

(Azadirachta indica) yang diperas langsung dan ekstrak biji srikaya

Page 9: helopeltis antonii

(Anona squamosa L.) dalam air, dengan konsentrasi 1,0% dan 2,0%.

Penyemprotan ini dapat mengurangi aktivitas makan H. antonii.

Jumlah dan tusukan yang dihasilkan setelah aplikasi berkurang,

karena pestisida nabati ini mempunyai senyawa yang menghambat

aktivitas makan dari H. antonii. Dan juga aplikasi ini dapat

mengurangi jumlah telur yang dihasilkan, sehingga pestisida ini

mampu menurunkan keperidian serangga H. antonii. Senyawa pada

tanaman mimba yang dapat menghambat produksi telur adalah

azadirachtin.

Penggunaan limbah tembakau (Nicotiana tabacum) sebagai

pestisida nabati. Tanaman tembakau mengandung bahan aktif

senyawa nikotin dan turunannya, antara lain alkaloid nikotin, nikotin

sulfat, dan senyawa nikotin lainnya. Senyawa ini bekerja sebagai

racun perut, racun kontak, dan fumigan. Ekstrak limbah tembakau

dalam air yang digunakan yaitu dengan konsentrasi 10%

(Wiryadiputra, 2003).

Penyemprotan dengan pestisida nabati minyak masoyi ( Massoia

aromatica). Minyak masoyi adalah minyak atsiri yang mengandung

senyawa Lakton yang terdiri Lakton C10 dan C12 (Haris, 1993). Di

samping itu juga mengandung eugenol, zat penyamak, dan damar

(Atmadja, dkk 2009).

Introduksi musuh alami antara lain parasitoid dan predator yang

spesifik. Predator H. antonii antara lain dari kelompok Mantidae,

Reduviidae, Arachnidae, dan semut. Ada juga cacing parasit yaitu

Agumarata paradacamadata. Parasitoid Eupharus helopeltianus

yang merupakan musuh alami yang paling potensial (Atmadja,

2003).

PENGENDALIAN SECARA KIMIAWI

Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan H.

antonii adalah dari insektisida yang mengandung bahan aktif siflutrin,

tiodikarb, asefat, sipermetrin, dekametrin, klorpirifos, fention, karbamat,

metomil, dan formation (Sulistyowati dan Sardjono, 1988).

Page 10: helopeltis antonii

PUSTAKA

1. Atmadja, W.R. 2003. Status Helopeltis antonii Sebagai Hama

pada Beberapa Tanaman Perkebunan dan Pengendaliannya.

Jurnal Litbang Pertanian 2(2): 57-63.

2. _______, W.R. dkk. 2009. Efektifitas Minyak Masoyi (Massoia

aromatica) terhadap Helopeltis antonii Sign Pada Jambu

Mete dan Chrysocoris javanus Pada Jarak Pagar. Buletin

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Vol. 20(2) hlm 141-

147.

3. Dharmadi, A. 1990. Faktor Penyebab Peningkatan Populasi

Serngga Hama Helopeltis antonii Signoret di Perkebunan Teh.

Prosiding Simposium The V, Bandung,b27 Februari – 1 Maret

1990. Hlm 173-188.

4. Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta:

Penebar Swadaya.

5. Sudarmadji, D. 1991. Pemanfaatan Musuh Alami dalam

Rangka Pengendalian Hama Tanaman Perkebunan. Makalah

hlm 14-161.

6. Wahyono, T. E. 2006. Pemanfaatan Jamur Patogen Serangga

dalam Penanggulangan Helopeltis antonii dan Akibat

Serangannya Pada Tanaman Jambu Mete. Buletin Teknik

Pertanian Vol 11(1) hlm 17-22.

7. Wiryadiputra, S. 1998. Percobaan Pendahuluan Pengaruh

Minyak Mimba dan Ekstrak Biji Srikaya terhadap Mortalitas

Helopeltis sp. (Heteroptera: Miridae). Jurnal Perlindungan

Tanaman Indonesia Vol 4(2) hlm 97-105.

8. __________, S. 2003. Keefektifan Limbah Tembakau sebagai

Insektisida Nabati untuk Mengendalikan Hama Helopeltis sp.

Pada Tanaman Kakao. Jurnal Perlindungan Tanaman

Indonesia Vol. 9(1) hlm 35-45.