Heat Treatment
-
Upload
hestrydestryana -
Category
Documents
-
view
145 -
download
0
description
Transcript of Heat Treatment
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metalurgi merupakan ilmu yang mempelajari pengenai pemanfaatan
dan pembuatan logam dari mulai bijih sampai dengan pemasaran. Begitu
banyaknya proses dan alur yang harus dilalui untuk memperoleh suatu
produk logam yangmempunyai kualitas tinggi, baik dari segi mekanik, fisik
maupun kimianya.
Logam mempunyai sifat-sifat istimewa yang menjadi dasar penggunaanya.
Salah satu sifat yang dimiliki oleh logam adalah sifat mekanik. Sifat-sifat
mekanik yang dimiliki oleh logam antara lain kekuatan, kekerasan, ketangguhan,
keuletan,mampu bentuk, dan mampu las.
Sifat-sifat meknik tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain,
komposisi kimia, perlakuan yang diberikan, dan struktur butirannya. Struktur butir
yang terdapat pada suatu logam dipengaruhi oleh perlakuan yang diterima oleh logam
tersebut, yang akan mempengaruhi pada sifat mekanik logamnya, misalnya
pengerolan pada suatu logam maka struktur butir logam tersebut akan laminar
(memanjang) dan sifat kekerasannya akan naik. Contoh lainhasil dari heat treatment,
dengan mengamati struktur butirnya selain gambaransifat mekaniknya yang dapat
diketahui, fasa yang ada juga dapat diketahui.
Perlakuan panas ( heat treatment ) didefinisikan sebagai suatu kombinasi
dari pengendalian pemanasan dan pendinginan pada temperatur dan waktu
tertentu untuk menghasilkan logam dengan sifat mekanik yang diinginkan.
Perlakuan panas dilakukan untuk mendapatkan mikro struktur logam yang
seragam, meningkatkan kekuatan, kekersan, keuletan, ketangguhan untuk (finishing
product), serta sifat mampu las. sifat mampu mesin, sifat mampu bentuk dan dapat
mengurangi tegangan sisa (untuk produk setengah jadi), yang muncul dari
hasil pengerjaan logam tersebut sebelumnya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Heat Treatment atau perlakuan panas ?
2. Apa jenis-jenis Heat Treatment ?
3. Bagaimana proses dari Heat Treatment tersebut ?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Menentukan pengaruh proses pemanasan terhadap kekerasan
2. Menentukan kekerasan dari suatu material yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Mendapatkan sifat mekanik material yang diinginkan.
4. Mengetahui pengaruh pendinginan dengan berbagai perlakuan dengan media
udara, air dan oli.
5. Mengetahui macam-macam proses heat treatment.
6. Mengetahui berbagai aplikasi heat treatment dalam bidang industry.
1.4 Manfaat Praktikum
1. Dapat mengetahui sifat mekanik material yang diinginkan dengan malakukan
Heat Treatment.
2. Dapat menentukan kekerasan dari suatu material yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Dapat Mengetahui sifat kekuatan dan keuletan material.
4. Dapat Mengetahui macam-macam proses heat treatment suatu material.
5 Dapat Mengetahui berbagai aplikasi heat treatment dalam bidang industri.
6. Dapat Mengetahui pengaruh pendinginan dengan berbagai perlakuan dengan
media udara, air dan oli.
2
BAB 11
PEMABAHASAN
2.1 Pengertian Heat Treatment
Heat treatment adalah Proses memanaskan dan mendinginkan suatu
bahan untuk mendapatkan perubahan fasa (struktur) guna meningkatkan
kemampuan bahan tersebut sehingga bertambah daya guna teknik dari bahan
tersebut.
Heat Treatment adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan
dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam keadaan
padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Proses Heat
Treatment sendiri adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan
jalan memanaskan spesimen pada elektrik terance ( tungku ) pada temperature
rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media
pendingin, seperti udara, air, air garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai
kerapatan pendinginan yang berbeda-beda, dan bila perlu dilanjutkan dengan
pemanasan serta pendinginan ulang.
Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh
struktur mikrologam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan
akan mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda apabila struktur mikronya
diubah. Dengan adanya pemanasan atau pendinginan dengan kecepatan tertentu maka
bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.
Tujuan dari heat treatment adalah :
1. Mempersiapkan material untuk pengolahan berikutnya.
2. Mempermudah proses machining.
3. Mengurangi kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan energi.
3
4. Memperbaiki keuletan dan kekuatan material
5. Mengeraskan logam sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat.
6. Menghilangkan tegangan dalam.
7. Memperbesar atau memperkecil ukuran butiran agar seragam.
8. Menghasilkan pemukaan yang keras disekeliling inti yang ulet.
Pembentukan sifat-sifat dalam baja tergantung pada kandungan karbon,
temperature pemanasan, sistem pendinginan, serta bentuk dan ketebalan bahan.
1. Pengaruh unsur karbon
Kekerasan baja ini tergantung dari pada jumlah karbon yang terkandung di
dalam baja, dimana makin tinggi prosentase karbonnya makin keras baja.
Berdasarkan kandungan karbonnya, baja dapat dikelompokkan menjadi :
a. Baja karbon rendah (low carbon steel) yang mengandung karbon kurang dari
0.3%.
b. Baja karbon sedang (medium carbon steel) yang mengandung karbon 0.3% -
0.7%
c. Baja karbon tinggi (high carbon steel) kandungan karbon sekitar 0.7%-1.3%.
2. Pengaruh suhu pemanasan
Baja karbon rendah dipanaskan diatas titik kritis atas (tertinggi). Seluruh
unsur karbon masuk ke dalam larutan padat dan selanjutnya didinginkan. Baja
karbon tinggi biasanya dipanaskan hanya sedikit diatas titik kritis terendah
(bawah). Dalam hal ini, terjadi perubahan perlit menjadi austenit. Pendinginan
yang dilakukan pada suhu itu akan membentuk martensit. Juga sewaktu
kandungan karbon diatas 0,83% tidak terjadi perubahan sementit bebas menjadi
austenit, karena larutannya telah menjadi keras. Sehingga perlu dilakukan
pemanasan pada suhu tinggi untuk mengubahnya dalam bentuk austenit. Lamanya
pemanasan bergantung atas ketebalan bahan tetapi bahan harus tidak berukuran
panjang karena akan menghasilkan struktur yang kasar.
3. Pengaruh pendinginan
Jika baja didinginkan dengan kecepatan minimum yang disebut dengan
kecepatan pendinginan kritis maka seluruh austenit akan berubah ke dalam bentuk
martensit. Sehingga akan dihasilkan kekerasan baja yang maksimum. Adapun
4
kecepatan pendinginan kritis adalah bergantung pada komposisi kimia baja.
Kecepatan pendinginan tergantung pada pendinginan yang digunakan. Untuk
pendinginan yang cepat digunakan larutan garam atau soda api yang dimasukkan
ke dalam air. Sementara itu, untuk pendinginan yang sangat lambat digunakan
embusan udara secara cepat melalui batas lapisannya.
4. Pengaruh bentuk
Baja cair bila didinginkan melai membeku pada titik-titk inti yang cukup
banyak. Atom-atom yang tergabung dalam kelompok di sekitar suatu inti
cenderung memiliki letak yang serupa. Ukuran butir tergantung pada beberapa
factor anatara lain laju pendinginan sewaktu pembekuan. Baja dengan butiran
yang kasar kurang tangguh dan kecenderungan untuk distorsi. Besar butir dapat
dikendalikan melalui komposisi pada waktu proses pembuatan , akan setelah baja
jadi dapat dikendalikan melalui perlakuan panas.
5. Pengaruh ketebalan bahan
Pengaruh ketebalan bahan terhadap lama pemanasan atau penahanan pada
suhu tertentu adalah semakin tebal bahan yang akan di heat treatment maka
semakin lama waktu penahanan yang diperlukan.
Diagram Fasa Besi-Karbon (Fe-Fe3C)
5
Keterangan diagram Fe-Fe3C :
0,008%C : batas kelarutan minimum karbon pada ferit pada temperature kamar.
0,025%C : batas kelarutan maksimum karbon pada ferit padatemperatur 723oC.
0,083%C : titik eutectoid.
2%C : batas kelarutan pada besi delta pada temperature 1130oC.
4,3%C : titik eutectoid.
18%C : batas kelarutan pada besi delta pada temperature 1439oC.
Garis A0 : garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic dari sementit.
Garis A1 : garis temperature dimana terjadi austenite (gamma) menjadi ferrit
dalam pendinginan.
Garis A2 : garis termperatur dimana terjadi transformasi magnetic pada ferit.
Garis A3 : garis temperature dimana terjadi perubahan ferit menjadi austenite
(gamma) pada pemanasan.
Garis A : garis yang menunjukan kandungan karbon dan transformasi baja
hypoeutectoid.
Garis E : garis yang menunjukan transformasi baja eutectoid.
Garis B : garis yang menunjukkan kandungan karbon dari baja transformasi
baja hypoeutectoid.
Garis liquidus : garis yang menunjukan awal dari proses
pendinginan(pembekuan).
Garis solidus : garis yang menunjukan batas antara austenite solid dan
austenite liquid.
6
Transformasi pada diagram fasa Fe-Fe3C
Pada Diagram diatas di tunjukan bahwa setiap kenaikan suhu atau posisi suhu
yang di capai terdapat gambar struktur mikro dari permukaan baja yang telah di
Hardening mencapai suhu tertentu.
Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk memahami
struktur mikro dan sifat-sifat baja karbon. Suatu jenis logam paduan besi (Fe) dan
karbon (C). diagram fasa Fe-Fe3C juga merupakan dasar pembuatan baja dan besi cor
dalam pembuatan logam. Karbon larut didalam besi dalam bentuk larutan padat(solid
solution) hingga 0,05% berat pada temperature ruangan. Pada kadar karbon lebih dari
0,055 akan terbentuk endapan karbon dalam bentuk hard intermetallic stoichiomater
compound(Fe3C)yang lebih dikenal sebagai cementi atau karbid. Dari diagram fasa
tersebut dapat diperoleh informasi-informasi penting lain antara lain:
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperature yang berbeda dengan
pendinginan lambat.
2. Temperature pembekuan dan daerah daerah pembekuan paduan Fe-C bisa
dilakukan pendinginan lambat.
3. Temperature cair masing-masing paduan.
7
4. Batas-batas kelarutan atau atau batas kesetimbangan dari unsur karbon fasa
tertentu.
5. Reaksi – reaksi metalurgi yang terbentuk.
Besi merupakan salah satu logam yang memiliki sifat allotropi, sifat allotropi
dimiliki besi sendiri ada 3 yaitu:
1. Delta iron(δ)mampu melarutkan karbon max 0,1% pada 1500oC
2. Gamma iron(γ)mampu melarutkan karbon max 2% pada 1130oC
3. Alpha iron(α) mampu melarutkan karbon max 0,025% pada 723oC
Transformasi allotropic pada besi, Fe(δ), Fe(γ) dan Fe(α) terjadi secara difusi
sehingga membutuhkan waktu tertentu pada temperature konstan Karena reaksi
mengeluarkan panas laten.
2.2 Jenis-Jenis Heat Treatment
1. Hardening
Hardening adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau di atas
daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat. Untuk proses ini dilakukan
dengan input panas dan transfer panas dalam waktu pendek. Tujuan hardening
untuk merubah struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur
martensit yang keras. Prosesnya adalah baja dipanaskan sampai suhu tertentu
antara 770-830º C (tergantung dari kadar karbon) kemudian ditahan pada suhu
tersebut, beberapa saat kemudian didinginkan secara mendadak dengan
mencelupkan dalam air, oli atau media pendingin yang lain. Dengan pendinginan
yang mendadak, tidak ada waktu yang cukup bagi austenit untuk berubah
menjadi perlit dan ferit atau perlit dan sementit. Pendinginan yang cepat
menyebabkan austenit berubah menjadi martensit. Hasilnya keuletan tinggi.
Menurut proses pengerasannya hardening dibagi menjadi dua, yaitu:
A. Surface hardening
Surface hardening adalah proses pengerasan material pada permukaan
bahan. Secara garis besar surface hardening dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu surface hardening dengan penambahan zat dan surface hardening tanpa
penambahan zat.
8
Surface hardening dengan penambahan zat
Surface hardening dengan penambahan zat dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu:
a. Karburasi
Karburasi adalah sebuah proses penambahan unsur Karbon pada
permukaan logam dengan cara difusi untuk meningkatkan sifat fisis dan
mekanisnya. Proses karburasi ini biasanya dilakukan pada baja karbon
rendah yang mempunyai sifat lunak dan keuletan tinggi. Mengeraskan
permukaan dengan menggunakan cara karburasi adalah cara pengerasan
yang paling tua dan ekonomisKarena pada proses pengerasan ini hanya
merubah komposisi kimia dari baja karbon tersebut.
Tujuan Karburasi :
Menghasilkan permukaan material yang tahan aus terhadap gesekan.
Namun tetap ulet pada bagian tegahnya untuk menanggulangi hentakan
pada mesin.
Ada 3 cara penambahan karbon atau karburasi :
1. Menggunakan medium padat atau Pack carburizing.
PACK CARBURIZING adalah proses di mana karbon monoksida
yang berasal dari senyawa padat terurai pada permukaan logam menjadi
karbon baru lahir dan karbon dioksida. Karbon baru lahir diserap ke
dalam logam, dan karbon dioksida segera bereaksi dengan bahan karbon
hadir di kompleks karburasi solid untuk menghasilkan karbon monoksida
segar. Pembentukan karbon monoksida ditingkatkan oleh energizer atau
katalis, seperti barium karbonat (BaCO3), kalsium karbonat (CaCO3),
kalium karbonat (K2CO3), dan natrium karbonat (Na2CO3), yang hadir
di kompleks karburasi.
Ini energizer memfasilitasi pengurangan karbon dioksida dengan
karbon untuk membentuk karbon monoksida. Dengan demikian, dalam
sistem tertutup, jumlah energizer tidak berubah. Karburasi terus asalkan
cukup karbon hadir untuk bereaksi dengan karbon dioksida berlebih.
9
Pack karburasi tidak lagi menjadi proses komersial utama. Ini
telah terutama karena digantikan dengan gas lebih terkendali dan kurang
padat karya dan proses karburasi cair. Namun, setiap biaya gas
keunggulan tenaga kerja karburasi atau karburasi cair mungkin memiliki
lebih karburasi paket dapat dinegasikan harus benda kerja memerlukan
langkah-langkah tambahan seperti pembersihan dan penerapan lapisan
pelindung di karburasi operasi stopoff.
Komponen yang akan dikarburisasi ditempatkan dalam kotak
yang berisi media penambah unsur karbon atau mediaKarburasi.
Proses Pack carburizing
Dipanaskan pada suhu austenisasi (842–953 0C). Akibat pemanasan ini,
media karburasi akan teroksidasi menghasilkan gas CO2 dan CO. Gas CO
akan bereaksi dengan permukaan baja membentuk atom Karbon yang
kemudian berdifusi ke dalam baja..
2. Liquid carburizing
10
Pada karburasi yang menggunakan medium cair atau Liquid
Carburizing biasanya pemanasan benda kerja menggunakan garam cair
(salt bath) .
Garam cair terdiri dari campuran sodium cyanide (NaCN) atau potasium
cyanide (KCN) yang berfungsi sebagai karburasi agent yang aktif.
Dengan natrium carbonat (NaCO3) yang berfungsi sebagai energizer
dan penurun titik cair garam. Dalam praktek, NaCN lebih banyak
digunakan karena relaitif lebih murah, lebih banyak menagndung karbon
dan titik cair relatif lebih rendah (500°C).
3. Menggunakan medium gas atau Gas carburizing
a. VACUUM CARBURIZING adalah non-ekuilibrium, meningkatkan
difusi-jenis proses karburasi di mana baja sedang diproses adalah
austenitized dalam vakum kasar, carburized dalam tekanan parsial gas
hidrokarbon, menyebar dalam vakum kasar, dan kemudian didinginkan
baik minyak atau gas. Dibandingkan dengan suasana konvensional
karburasi (lihat artikel "Gas karburasi" dan "Pack karburasi" dalam
Volume ini), vakum karburasi menawarkan keseragaman yang sangat
baik dan pengulangan karena tingkat kontrol yang tinggi proses
mungkin dengan tungku vakum, peningkatan sifat mekanik karena
11
kurangnya oksidasi intergranular, dan berpotensi mengurangi waktu
siklus terutama ketika tinggi suhu proses mungkin dengan tungku
vakum digunakan.
b. Plasma Carburizing adalah salah satu cara modifikasi permukaan
dengan membentuk karbida pada permukaan logam dalam vakum
memanfaatkan energi termal dan reaksi elektrokimia DC plasma.
Sebuah metode karburasi plasma baru yang dikembangkan oleh NDK
menyediakan produk-produk berkualitas tinggi presisi yang baik dalam
lingkungan yang bersih dan dengan efisiensi tinggi.
Setelah permukaan material sudah mengandung cukup karbon,
proses dilanjutkan dengan pengerasan yaitu dengan pendinginan
(Quenching) untuk mendapatkan kekerasan yang tinggi.
Pendinginan (Quenching) Plasma Carburizing
Setelah permukaan material sudah mengandung cukup karbon,
proses dilanjutkan dengan pengerasan yaitu dengan pendinginan
(Quenching) untuk mendapatkan kekerasan yang tinggi.
Proses pengerasan (quenching) dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
Pendinginan langsung (Direct Quenching).
Pendinginan tunggal (Single Quenching).
Double Quenching.
1. Pendinginan langsung (Direct Quenching)
Pendinginan secara
langsung dari media
karburasi. Efek yang timbul
adalah kemungkinan
adanya pengelupasan pada benda kerja. Pada pendinginan langsung ini
diperoleh permukaan benda kerja yang getas.
12
2. Pendinginan Tunggal (Single Quenching)
Single Quenching merupakan pendinginan dari benda kerja setelah benda
kerja tersebut di karburasi dan telah didinginkan pada suhu kamar.
Tujuan dari metode ini adalah untuk memperbaiki difusisitas dari atom
± atom karbon, dan agar gradien komposisi lebih halus.
3. Double Quenching
Double Quenching adalah proses pendinginan atau pengerasan pada benda
kerja yang telah di karburasi dan didinginkan pada temperatur
kamar kemudian dipanaskan lagi diluar kotak karbon pada temperatur
kamar lalu dipanaskan kembali pada temperatur austenit dan baru
didinginkan cepat. Tujuan dari metode ini untuk mendapatkan butir struktur
yang lebih halus.
c. Nitriding
Nitriding dalam proses ini, nitrogen menyebar ke permukaan
baja dirawat. Reaksi nitrogen dengan baja menyebabkan terbentuknya
zat besi yang sangat keras dan senyawa nitrogen paduan. Sehingga
kasus nitrida lebih sulit daripada baja perkakas atau baja carburized.
Keuntungan Th dari proses ini adalah kekerasan yang dicapai tanpa
memuaskan minyak, air atau udara. Sebagai keuntungan tambahan,
pengerasan dicapai dalam suasana nitrogen yang mencegah scaling dan
perubahan warna. Nitriding suhu di bawah temperatur kritis rendah
13
baja dan sudah diatur antara 925 oF dan 1050oF. Sumber nitrogen
biasanya Amonia (NH3). Pada suhu nitridasi amonia terdisosiasi
menjadi Nitrogen dan Hidrogen.2NH3 ---> 2N + 3H2Nitrogen
berdifusi ke dalam baja dan hidrogen habis. Pengaturan suatu nitriding
khas diilustrasikan dalam Gambar 3.
Figure 3. Nitriding process
Figure 4.
Lapisan putih ditunjukkan pada Gambar 4 memiliki efek
merugikan pada umur kelelahan bagian nitrided, dan biasanya dihapus
dari bagian mengalami layanan parah. Dua tahap proses gas nitridasi
dapat digunakan untuk mencegah pembentukan lapisan putih.
Ketebalan lapisan putih dapat bervariasi antara 0,0003 dan 0.002 inci
yang tergantung pada waktu nitridasi. Baja-baja yang paling umum
adalah kromium dinitridasi-molibdenum paduan baja dan Nitralloys.
Hardnesses Permukaan 55 HRC sampai 70 HRC dapat dicapai dengan
kasus kedalaman bervariasi dari 0,005 ke 0,020 masuk baja Nitrided
sangat sulit dan operasi gerinda tidak boleh dilakukan setelah nitriding.
Lapisan putih dihilangkan dengan memukul-mukul.
14
Figure 5. Nitriding time for various types of alloy steels
d. Carbonitriding
Proses
ini
melibatkan dengan difusi dari kedua karbon dan nitrogen ke dalam
proses surface.The baja dilakukan dalam atmosfer tungku gas
menggunakan gas karburasi seperti propana atau metana dicampur
dengan beberapa persen (berdasarkan volume) amonia. Metana atau
paropane berfungsi sebagai sumber karbon, amonia berfungsi sebagai
sumber nitrogen. Pendinginan dilakukan dalam gas yang tidak separah
pendinginan air. Sebagai hasil dari les memuaskan parah, ada sedikit
distorsi pada material yang akan diobati. Sebuah sistem carbonitriding
tipikal ditunjukkan pada slide berikut. Hardnesses Kasus HRC 60
sampai 65 yang dicapai pada permukaan. (Tidak setinggi permukaan
nitrided.) Kedalaman Kasus 0,003-0,030 di dapat dicapai dengan
15
carbonitriding. Salah satu keuntungan dari proses ini adalah bahwa hal
itu dapat diterapkan untuk baja karbon biasa yang memberikan
kedalaman kasus yang signifikan. Carbonitriding memberikan distorsi
kurang dari karburasi. Carbonitriding dilakukan pada suhu di atas suhu
transformasi baja (1400 oF-1600 oF).
e. Sianida
Hal ini mirip dengan carbonitriding, dan melibatkan difusi dari
kedua karbon dan nitrogen ke permukaan baja. Sumber elemen
menyebar dalam metode ini adalah garam sianida cair seperti natrium
sianida. Ini adalah pengobatan superkritis melibatkan suhu di kisaran
1400oF untuk 1600oF. Kedalaman kasus adalah antara 0.010 dan
0.030 masuk masuk kali Difusi kurang dari satu jam. Air atau
memuaskan minyak diperlukan. Jenis kasus menyajikan distorsi
signifikan. Keuntungan dari metode ini adalah waktu singkat yang
diperlukan untuk menyelesaikan difusi, jika tidak maka harus dihindari
karena distorsi tinggi.
f. Induksi Pengerasan:
Dalam
proses
ini
aliran
arus
listrik
diinduksi pada benda kerja untuk menghasilkan tindakan haeting.
Setiap konduktor listrik yang membawa arus memiliki medan magnet
di sekitar konduktor. Karena kawat inti adalah sirkuit buntu, arus
induksi tidak dapat mengalir dimana saja, sehingga efek bersih adalah
pemanasan kawat. The arus induksi dalam konduktor inti alternatif
pada frekuensi dari 60 siklus per detik (60 Hz) untuk jutaan Herz.
Resistensi terhadap aliran arus menyebabkan haeting yang sangat cepat
16
dari bahan inti. Pemanasan terjadi dari luar ke dalam. Indusction proses
pengerasan termasuk memuaskan air setelah proses haeting.
Keuntungan yang besar dari sistem ini adalah kecepatan dan
kemampuan untuk membatasi haeting pada bagian-bagian kecil.
Kerugian utama adalah biaya.
B. Surface hardening tanpa penambahan zat
Surface hardening tanpa penambahan zat dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu:
1. Flame Hardening
Flame hardening
adalah proses
pemanasan permukaan
yang menggunakan
nyala api oxyacetylene
untuk pemanasan
permukaan logam.
Proses ini hanya dapat
dilakukan untuk logam yang mengandung kadar karbon tinggi atau sedang.
Dasar penyalaan nyala api sama dengan pengerasan induksi yaitu pemanasan
yang cepat disusul dengan pencelupan permukaan tebal lapisan yang
mengeras tergantung pada kemampu pengerasan bahan, karena selam
pemanasan tidak ada penambahan unsure-unsur lain. Pada alat dipasangkan
juga aliran pendingin sehingga setelah suhu yang diinginkan tercapai
permukaan langsung disemprot dengan air.
2. Di Oven
Cara ini juga dapat di lakukan
untuk proses pengerasan
permukaan dari benda, dalam oven
ini suhu dapat di atur sesuai jenis
benda yang akan di oven. Cara
yang di lakukan hamper sama
dengan Flame Hardening setelah benda mencapai panas atau suhu hardening
17
maka benda di keluarkan dan langsung di dinginkan dengan media yang di
inginkan (air, air garam, oli, dan udara).
2. Quenching
Queenching adalah pemanasan sampai kira-kira beberapa derajat di atas
temperature kritis. Apabila suhu merata kemudian didinginkan dengan
menggunakan media pendingin air atau air garam dengan tujuan pendinginan
dilakukan dengan cepat agar diperoleh austenit yang homogen atau martensit yang
halus.
Tujuan dari Queenching adalah meningkatkan sifat kekerasan material serta
kegetasannya.
Setelah lapisan kulit mengandung cukup karbon, proses dilanjutkan dengan
pengerasan yaitu dengan pendinginan untuk mencapai kekerasan yang tinggi.
Dalam proses pendinginan ada beberapa cara dengan menggunakan beberapa
media pendinginan diantaranya adalah
1) Quenching air
Air adalah media yang paling
banyak digunakan untuk
quenching, karena biayanya
yang murah, dan mudah
digunakan serta
pendinginannya yang cepat. Air khususnya digunakan pada baja karbon rendah
yang memerlukan penurunan temperatur dengan cepat dengan tujuan untuk
memperoleh kekerasan dan
kekuatan yang baik. Air
memberikan pendinginan yang
sangat cepat, yang menyebabkan
tegangan dalam, distorsi, dan
retakan.
2) Quenching dengan media oli
Oli sebagai media pendingin lebih lunak jika dibandingkan dengan air.
Digunakan pada material yang kritis, antara lain material yang mempunyai
18
bagian tipis atau ujung yang tajam. Karena oli lebih lunak, maka kemungkinan
adanya tegangan dalam, distorsi, dan retakan kecil. Oleh karena itu medium olo
tidak menghasilkan baja sekeras yang dihasilkan pad medium air. Quenching
dengan media air akan efektif jika dipanaskan pada suhu 30-60 derajat Celcius.
3) Quenching dengan media udara
Quenching dengan media udara lebih lambat jika dibandingkan dengan
media oli maupun air. Material yang panas ditempatkan pada screen. Kemudian
udara didinginkan dengan kecepatan tinggi dialirkan dari bawah melalui screen
dan material panas. Udara mendinginkan material panas lebih lambat dari
daripada medium air dan oli. Pendinginan yang lambat kemungkinan adanya
tegangan dalam dan distorsi. Pendinginan udara pada umumnya digunakan
pada baja yang mempunyai kandungan paduan yang tinggi.
3. Tempering
Tempering adalah pemanasan kembali antara 100-400 derajat Celcius,
yang bertujuan untuk menurunkan kekerasan, pendinginan dilakukan di udara.
Dalam proses tempering atom-atom akan berganti menjadi suatu campuran
fasa-fasa ferrit dan sementit yang stabil. Melalui tempering kekuatan tarik
akan menurun sedang keuletan dan ketangguhan akan meningkat. Untuk
proses quenching setelah hardening dilakukan mendadak, sedangkan setelah
tempering pendinginan dilakukan dengan udara. Proses pendinginan ini jelas
akan berakibat berubahnya struktur logam yang diquench.
Tempering dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:
a. Tempering suhu rendah (150-300 C)
Tujuannya untuk mengurangi tegangan kerut dan kerapuhan baja.
Digunakan pada alat kerja yang tak mengalami beban berat seperti alat
potong dan mata bor kaca.
b. Tempering suhu menengah (300-500 C)
Tujuannya menambah keuletan dan sedikit mengurangi kekerasan.
Digunakan pada alat kerja yanga mengalami beban berat seperti palu,
pahat dan pegas.
19
c. Tempering suhu tinggi (500-650 C)
Tujuannya untuk memberikan daya keuletan yang besar dan
kekerasannya menjadi lebih rendah. Digunakan pada roda gigi, poros,
batang penggerak.
Tiga dasar pengerasan untuk perkembangan martensit, tempered
martensite, dan bainite adalah conventional hardening and tempering,
martempering dan austempering.
Dalam tiap tahap tempering benda kerja maka tiap suhu tertentu benda
akan berubah warna dan tingkat kekerasannya. Semakin tinggi suhu tempering
maka semakin lunak kekerasan benda tersebut tetapi semakin tinggi tingkat ke
uletannya.
Table perubahan warna tiap tingkatan suhu :
Temperature ℃ Color Temperature ℃ Color
220 Pale Yellow 270 Violet
230 Hay Yellow 280 Dark Violet
240 Yellow Brown 290 Old Blue
250 Young Brown 300 Blue
260 Brown Violet
Temperature ℃ Color Temperature ℃ Color
1300 White 800 Red
1200 Yellow White 600 Dark Red
1100 Yellow Red 500 Brown Black
1000 Distinc Red 400 Gray
900 Fruit Red
20
Proses tempering pada tungku pembakar
Contoh hasil tempering suhu 250℃.
Gambar diatas adalah contoh benda tempering pada suhu 250 ℃ dan berubah warna permukaan benda menjadi young brown.
4. Annealing
Annealing adalah proses heat treatment dimana bahan mengalami
pemanasan sampai temperatur yang sesuai dengan jenis anealling yang akan
dilakukan kemudian menahannya pada suhu tersebut (holding time) selama satu
jam tiap satu inci dengan pendinginan yang perlahan-lahan. Tujuan dari proses ini
adalah pelunakkan sehingga baja yang keras dapat dikerjakan melalui proses
permesinan
atau pengerjaan
dingin.
Tujuannya
adalah:
1. Menghilangkan ketidak homogenan
struktur.
2. Memperhalus ukuran butir.
3. Menghilangkan tegangan sisa.
4. Menyiapkan struktur baja untuk proses
perlakuan panas.
21
Sebagai contoh pada besi cor, annealing mengakibatkan meningkatnya
keuletan dan kadang-kadang pelunakan (berkurangnya kekerasan) dipersamakan
dengan keuletan.Anealling dapat dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan
perlakuan suhu, fase transformasi dan berdasarkan tempat perlakuannya.
Berdasarkan perlakuan suhunya annealing dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu,
full annealing, partial annealing, dan subcritial annealing.
a. Full Annealing
Tujuan dari annealing adalah untuk memperkecil butir, membuat
baja lebih ulet, dan untuk meningkatkan kemmpuan baja untuk dimesin.
Prosesnya dapat dilihat pada gambar 2.37 di bawah. Baja terdiri dari butiran
kasar yang mengandung 0.2% carbon (hipoeutektoid) dan akan diubah
ukurannya menjadi butiran yang halus melalui proses annealing.
Aplikasi full annealing pada dunia industry di peruntukkan salah
satunya untuk pembuatan plat baja , plat baja yang akan digunakan untuk
membuat bagian bagian body mobil harus memiliki keuletan yang tinggi
sehingga dapat dilakukan proses permesinan.
b. Partial Annealing
Pada proses partial annealing, baja dipanaskan diantara suhu A1 dan
A3. Yang diikuti dengan proses pendinginan lambat. Pada umumnya yang
dipakai untuk perlakuan ini adalah baja hipereutektoid, yang strukturnya
terdiri dari perlit dan sementit halus. Hipoeutektoid juga dipakai untuk
proses ini untuk meningkatkan kemampuan di mesin. Tetapi tidak semua
jenis baja hipotektoid dapat digunakan untuk proses ini, baja yang
mempunyai struktur perlit dan ferrit yang kasar tidak dapat digunakan
untuk proses ini. Aplikasi Partial Annealing salahg satunya biasa digunakan
juga pada industri plat baja untuk spare part body otomotive.
c. Stress-relief Annealing
Stress reliefing adalah proses heat treatment yang digunakan untuk
menghilangkan tegangan internal tanpa mengurangi kekuatan suatu
material secara signifikan. Proses ini digunakan pada situasi dimana
22
pengawasan dimensional secara ketat diperlukan dalam proses pengelasan,
penempaan, pengecoran, dan lain-lain. Pemanasan dilakukan pada suhu
dibawah garis kritis minimum (1000-1200o F).
Stress-relief Annealing dalam prosesnya biasa digunakan dalam
dunia industry , salah satu contoh aplikasinya yaitu untuk menghilangkan
tegangan sisa pada komponen setelah mengalami pengelasan , dengan cara
menghilangkan tegangan sisa nya.
2.3 Pengujian kekerasan
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat
mekanik (Mechanical properties) dari suatu
material. Kekerasan suatu material harus
diketahui khususnya untuk material yang
dalam penggunaanya akan mangalami
pergesekan (frictional force) dan deformasi
plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika material
tersebut diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa
kembali ke bentuk asal artinya material tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya
semula. Lebih ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material
untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan).
Mengapa diperlukan pengujian kekerasan?
Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan pengujian dengan dua
pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu material baru dan melihat
mutu untuk memastikan suatu material memiliki spesifikasi kualitas tertentu.
Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode
pengujian kekerasan, yakni :
1. Brinnel (HB / BHN)
Pengujian kekerasan dengan metode
Brinnel bertujuan untuk menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk
daya tahan material terhadap bola baja
23
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen).
Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki
permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola
baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida
Tungsten.
Gambar 1 Pengujian Brinnel
Uji kekerasan brinnel dirumuskan dengan :
3
Dimana :
D = Diameter bola (mm)
d = impression diameter
(mm)
F = Load (beban) (kgf)
HB = Brinell result (HB)
Gambar 2 Perumusan untuk pengujian Brinell
2. Rockwell (HR / RHN)
Pengujian kekerasan dengan metode
Rockwell bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam
bentuk daya tahan material terhadap
indentor berupa bola baja ataupun
kerucut intan yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut.
Gambar 3 Pengujian Rockwell
24
4
Gambar 4 Prinsip kerja metode pengukuran kekerasan Rockwell
Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya
kekerasan dengan metode Rockwell.
HR = E - e
Dimana :
F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf)
F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf)
F = Total beban (kgf)
e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mm
E = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang
untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1
HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness
Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwell
skala dan range uji dalam skala Rockwell.
3. Vikers (HV / VHN)
kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu
material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor intan yang cukup
kecil dan mempunyai bentuk geometri berbentuk piramid seperti ditunjukkan
pada gambar 3. Beban yang dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding dengan
pengujian rockwell dan brinel yaitu antara 1 sampai 1000 gram.
25
Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien)
dari beban uji (F) dengan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) dari
indentor(diagonalnya) (A) yang dikalikan dengan sin (136°/2). Rumus untuk
menentukan besarnya nilai kekerasan dengan metode vikers yaitu :
Gambar 4 Bentuk indentor Vickers (Callister, 2001)
Gambar 3 Pengujian Vikers
26
…………………………………………………………(1)
………………….………………………………………(2)
……………………………………………….…………(3)
Dimana,
Diamana:
HV = Angka kekerasan Vickers
F = Beban (kgf)
d = Diagonal (mm)
4. Micro Hardness (knoop hardness)
Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness testing
merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai
kekerasannya rendah. Knoop biasanya digunakan untuk mengukur material yang
getas seperti keramik.
Gambar 5 Bentuk indentor Knoop
( Callister, 2001)
Nah, setelah kita mengetahui macam-macam pengujian untuk uji kekerasan maka
kita harus memikirkan apa yang harus kita ketahui untuk menentukan metode uji
kekerasan yang digunakan, untuk itu kita harus memperhatikan hal-hal dibawah
ini :
a. Permukaan material
b. Jenis dan dimensi material
c. Jenis data yang diinginkan
d. Ketersedian alat uji.
27
Dimana,
HK = Angka kekerasan Knoop
F = Beban (kgf)
l = Panjang dari indentor (mm)
BAB III
PRAKTIKUM
3.1 Hardening
Material : SKD 11
Jumlah : 20
Suhu : 700˚C - 1050˚C
Quenching : Udara
Kekerasan : 50 - 56
No. Langkah Gambar Keterangan
1. Ikatkan benda yang akan di
hardening dengan
menggunakan kawat.
4 buah/pelat
2. Letakkan benda yang telah
diikat pada box besi, tutup
rapat box tersebut.
Usahakan arang
menutupi semua
celah-celah, agar
tidak ada O2.
3. Panaskan Oven hingga
mencapai suhu 700˚ C, lalu
masukkan box, lakukan
pemanasan selama 1 jam.
Lalu naikkan suhu menjadi
1050˚ C, panaskan selama
1,5 jam.
Suhu 700˚C = 1
jam
Suhu 1050˚C = 1,5
jam
28
4. Keluarkan box dari oven,
lalu keluarkan benda dari
box, kemudian quenching
dengan media udara.
5. Lakukan uji kekerasan
yang sebelumnya benda di
poles terlebih dahulu.
6. Lalu lakukan tempering
pada benda dengan suhu
100˚C selama 1 jam pada
mesin tempering.
Suhu 100˚C = 1
jam
3.2 Uji Kekerasan Bahan 1
Material : Amutit Steel
TITIK UJI
(HRB) (HRC) (HB)
1 93.4
13.4 2002 93.53 93.84 94.55 93.6
29
1 2 3 4 592.5
93
93.5
94
94.5
95Grafik
3.3 Uji Kekerasan Bahan 2
A. Hasil Pengujian Awal ( Sebelum Hardening)
1. ST 41 ( Quenching air )
TITIK UJI
(HRB)
1 93.22 94.93 94.44 94.85 94
1 2 3 4 592
92.593
93.594
94.595
95.5Grafik
2. ST 41 ( Quenching oli )
TITIK UJI
(HRB)
1 101. 82 102.33 102.24 101.65 102.1
30
1 2 3 4 5101
101.5
102
102.5Grafik
3. SPK ( Quenching oli )
TITIK UJI
(HRB)
1 98.52 97.53 994 985 97.9
1 2 3 4 5889092949698
100Grafik
4. EMS 45 ( Quenching air )
TITIK UJI
(HRB)
1 90.92 91.83 92.34 93.05 92.7
31
1 2 3 4 5899091929394 Grafik
B. Hasil Pengujian Benda Setelah Hardening dengan Pembakaran Langsung
1. ST 41 ( Quenching air )
TITIK UJI
(HRC)
1 63.12 62.63 62.54 61.95 62.0
1 2 3 4 561.261.461.661.862
62.262.462.662.863
63.2Grafik
1. ST 41 ( Quenching oli )
TITIK UJI
(HRC)
1 33.32 32.73 32.84 35.55 32.4
32
1 2 3 4 530313233343536
Grafik
3. SPK ( Quenching oli )
TITIK UJI
HASIL PENGUJIAN TINGKAT KEKERASAN(HRB)
1 63.82 63.73 63.74 65.15 62.5
1 2 3 4 5616263646566
Grafik
4. EMS 45 ( Quenching air )
TITIK UJI
(HRC)
1 58.62 62.63 62.24 61.95 62.0
33
1 2 3 4 50
20
40
60
80
100
Grafik
3.4 Tempering
1. EMS 45
250˚C 280˚C 300˚C 360˚C 400˚C
34
TITIK UJI
HASIL PENGUJIAN TINGKAT KEKERASAN(HRC)
250˚C 280˚C 300˚C 360˚C 400˚C
1 51.8 52.2 50.4 47.3 44.5
2 52.8 53.3 49.6 48.2 44.6
3 50.5 53.1 50.2 44.5 45.34 53.3 52.7 52.2 49.1 46.15 52.7 52.3 51.3 49.1 46.6
1 2 3 4 540
42
44
46
48
50
52
54
250˚C280˚C300˚C360˚C400˚C
2. SPK
250˚C 280˚C 300˚C 360˚C
35
TITIK UJI
HASIL PENGUJIAN TINGKAT KEKERASAN(HRC)
250˚C 280˚C 300˚C 320˚C 380˚C
1 61.8 60.0 60.4 57.6 57.9
2 61.4 59.9 59.9 56.8 57.9
3 62.3 60.3 58.5 58.1 57.94 61.9 58.9 58.9 56.6 56.75 60.7 59.1 60.1 58.4 56.3
1 2 3 4 553
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
250˚C280˚C300˚C320˚C360˚C
3. ST 41 ( Quenching air )
250˚C 280˚C 300˚C 360˚C 400˚C
36
TITIK UJI
HASIL PENGUJIAN TINGKAT KEKERASAN(HRC)
250˚C 280˚C 300˚C 360˚C 400˚C
1 57.2 58.2 56.9 54.1 53.5
2 58.4 58.6 57.9 54.4 54.6
3 58.4 59.0 57.2 54.2 54.04 59.1 58.9 57.6 54.1 53.45 58.1 58.2 56.8 54.4 54.5
1 2 3 4 55354555657585960616263
250˚C280˚C300˚C360˚C360˚C2
4. ST 41 ( Quenching oli )
250˚C 280˚C 300˚C 400˚C
1 2 3 4 50
20
40
60
80
100
120
250˚C280˚C300˚C400˚C
37
TITIK UJI
HASIL PENGUJIAN TINGKAT KEKERASAN(HRB)
250˚C 280˚C 300˚C 400˚C
1 27.3 106.8 106.4 106
2 28.4 107.6 108.2 105.9
3 24.3 108.4 108.7 106.84 32.1 106.2 107.2 106.75 28.4 108.7 107.7 106.9
3.5 Microstructure Test
Langkah – langkah :
Potong baja dengan “ Specimen Cutter “
Lakukan polishing pada permukaan yang akan diuji dengan kehalusan ampelas 600, 800,
1000, 1200.
Lakukan proses “ ETSA “ pada permukaan yang akan diuji.
ETSA adalah proses pengkorosian pada logam dengan
menggunakan cairan Nital = Alkohol + HNO3.
1. ST 37
Hasil dari penelitian menggunakan mikroskop :
2. ST 41
38
Contoh gambar mikrostruktur ST 37 dengan perbesaran 200 kali.
Contoh gambar mikrostruktur ST 37 dengan perbesaran 500 kali.
Hasil penelitian menggunakan mikroskop :
3.6 Blackening
Blackening merupakan proses pemanasan baja atau logam dengan suhu ± 550˚ C
pada tungku pembakaran, lalu disusul dengan quenching cepat pada oli pekat
dengan tujuan agar mendapatkan warna hitam pekat, yang tidak hanya menempel
tapi diharapkan melekat, agar memperoleh
hasil yang diharapkan proses pemanasan
dan pencelupan oli dilakukan hingga
beberapa kali.
Langkah – langkah yang dilakukan :
39
Contoh gambar mikrostruktur ST 41 dengan perbesaran 100 kali.
Contoh gambar mikrostruktur ST 41 dengan perbesaran 500 kali.
1. Panaskan benda pada tungku hingga warna benda berubah menjadi coklat.
2. Lakukan proses quenching cepat pada oli
Pekat.
Lakukan proses tersebut hingga beberapa kali agar mendapatkan hasil yang maksimal.
40
BAB IV
PENUTUP
4.1 Permasalahan Yang Dihadapi
1. Kekerasan pada permukaan yang diuji coba tidak merata.
2. Tingkat kekerasan tidak sesuai dengan table yang tersedia.
3. Kotoran yang menempel pada benda sulit dihilangkan.
4. Memperhitungkan waktu pada saat tempering agar mendapatkan suhu dan warna
yang tepat.
4.2 Solusi Permasalahan
1. Lakukan pemanasan dengan tepat dan benar.
2. Suhu yang ditentukan harus sesuai dan proses quenching harus tepat.
3. Pada saat polishing lakukan dengan cermat, dimulai dengan ampelas yang memliki
tingkat kekasaran yang tinggi hingga tingkat yang rendah untuk polishing benda
sehingga benda akan bersih dan bebas dari karat.
4. Tempering dilakukan dengan penuh perhitungan sehingga benda tidak akan
mengalami over-heating, panaskan benda secara merata dengan waktu secukupnya.
Biarkan benda mengalami oksidasi dengan udara dengan waktu yang lima kali
lebih lama dari waktu pembakaran agar oksidasi berjalan dengan baik dan warna
akan muncul.
4.3 Kesimpulan
Heat treatment adalah suatu proses untuk mengubah struktur logam dengan
jalan memanaskan specimen pada elektrik terance (tungku) pada temperature
rekristalisasi selama periode waktu tertentu, kemudian didinginkan pada media
pendingin sepeti udara, air, oli, dan lain sebagainya sesuai dengan fungsi dan
kegunaannya.
1. Amutit, ST 41 dan EMS 45 memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi
diantara benda yang lain pada sebelum dilakukannya proses-proses Heat
Treatment.
41
2. Dari hasil penelitian, EMS 45 yang sebelumnya memiliki angka kekerasan 90-93
(HRB), setelah melalui proses hardening menggunakan pembakaran langsung
angka kekerasan tersebut berubah menjadi 58-62 (HRC).
3. Dari hasil penelitian, SPK memiliki tingkat kekerasan sebesar 97-99 (HRB) pada
saat sebelum melalui proses Heat Treatment, setelah melalui proses hardening
menggunakan tungku berubah menjadi 62-65 (HRC). ST 41 (air) memiliki tingkat
kekerasan sebesar 93-94 (HRB) pada saat sebelum melalui proses Heat
Treatment, setelah melalui proses hardening menggunakan tungku angka
kekerasan berubah menjadi 62-63 (HRC), sedangkan ST 41 (oli) memiliki tingkat
kekerasan sebesar 101-102 (HRB), setelah melalui proses hardening
menggunakan tungku angka kekerasan berubah menjadi 32-35 (HRC).
4. Setelah melalui proses Tempering, 1.2080 (X210Cr12) (SPK), AISI 1045 (EMS
45), dan ST41 mengalami penurunan tingkat kekerasan berdasarkan penelitian
dari pengujian kekerasan (Hardness Tester), baik benda yang melalui Tempering
menggunakan pembakaran langsung atau oven. Setelah melalui proses Tempering
dengan perubahan temperature yang bervariatif, SPK menjadi logam yang
memliki tingkat kekerasan tertinggi diantara yang lain.
42
DAFTAR PUSTAKA
http://ariffbudianto.wordpress.com/2012/04/08/heat-treatment/
http://sekolah007.blogspot.com/2013/04/diagram-fe-fe3c.html
http://sekolah007.blogspot.com/2013/04/karburasi-pada-logam-dan pendinginan.html
http://sekolah007.blogspot.com/2013/04/kasus-metode-pengerasan-hardening.html
http://sekolah007.blogspot.com/2013/04/test-kekerasan-hardness.html
http://www.scribd.com/doc/53419689/Makalah-Heat-Treatment
http://badriasri.blogspot.com/2012/06/makalah-heatreatment.html
43