Heat Treatment

78
BAB IV HEAT TREATMENT 4.1 PENDAHULUAN 4.1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi mendorong pula kebutuhan akan material yang memiliki sifat yang diinginkan. Material terutama logam, yang sering digunakan pada peralatan modern dimana kebanyakan alat modern memerlukan bahan dengan kekuatan impak dan ketahanan fatigue yang tinggi. Sebab peralatan modern saat ini banyak yang beroperasi pada kecepatan putar dan pergerakan linear yang besar serta peningkatan frekwensi pembebanan pada komponen yang besar pula. Maka untuk memenuhi kriteria dari bahan tersebut dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas (heat treatment). Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butiran dapat diperbesar atau diperkecil, ketangguhan dapat ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet.

Transcript of Heat Treatment

Page 1: Heat Treatment

BAB IV

HEAT TREATMENT

4.1 PENDAHULUAN

4.1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi mendorong

pula kebutuhan akan material yang memiliki sifat yang diinginkan.

Material terutama logam, yang sering digunakan pada peralatan modern dimana

kebanyakan alat modern memerlukan bahan dengan kekuatan impak dan

ketahanan fatigue yang tinggi. Sebab peralatan modern saat ini banyak yang

beroperasi pada kecepatan putar dan pergerakan linear yang besar serta

peningkatan frekwensi pembebanan pada komponen yang besar pula. Maka

untuk memenuhi kriteria dari bahan tersebut dapat dilakukan dengan proses

perlakuan panas (heat treatment). Perlakuan panas adalah suatu proses

pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-

sifat fisis logam tersebut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam

dapat dihilangkan, besar butiran dapat diperbesar atau diperkecil, ketangguhan

dapat ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras

disekeliling inti yang ulet.

Secara umum heat treatment biasa dilakukan dengan banyak cara,

misalnya saja pemanasan sampai suhu dan kecepatan tertentu dan

mempertahankannya (holding time) untuk waktu tertentu sehingga

temperaturnya merata, lalu didinginkan dengan media pendingin.

4.1.2 Tujuan praktikum

a) Untuk mendapatkan sifat mekanik suatu material yang diinginkan dengan

melakukan proses heat treatment.

b) Membuktikan pengaruh media pendinginan dan laju pendinginan terhadap

kekerasan pada material baja ST 40, ST 60, dan besi cor.

Page 2: Heat Treatment

c) Menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju pendinginan yang dapat

mempengaruhi perubahan fisik maupun mekanik material baja ST 40,ST 60,

dan besi cor.

4.1.3 Manfaat praktikum

a) Memberikan pengalaman kepada praktikan tentang metoda, alat, dan bahan

dalam proses perlakuan panas (heat treatment).

b) Memberikan gambaran tentang proses hardening dan softening pada logam

sehingga dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan didalamnya.

c) Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah praktikum struktur dan sifat material.

4.2 DASAR TEORI

4.2.1 Pengertian heat treatment

Heat treatment atau perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan

pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam

tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kekerasan material dengan proses

heat treatment.

(sumber : B.H. Amstead.Teknilogi Mekanik.)

Adapun tujuan dari heat treament antara lain :

a) Untuk mempersiapkan material untuk pengolahan berikutnya.

b) Mempermudah proses machining.

c) Untuk mengurangi kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan energi.

d) Memperbaiki sifat keuletan material dan kekuatan material, dimana dalam hal

ini merupakan fungsi dari kandungan karbon yang terkandung dalam

material.

e) Meningkatkan kekerasan dan tegangan tarik.

Dalam pengujian ini hanya dilakukan untuk menentukan kekerasan dari suatu

material. Kekerasan sendiri adalah suatu sifat mekanis yang berkaitan dengan

kekuatan (strength) dan merupakan fungsi dari kandungan karbon dalam logam.

Page 3: Heat Treatment

Pembentukan sifat-sifat baja dalam heat treatment tergantung pada

kandungan karbon, temperatur pemanasan, sistem pendinginan, serta bentuk dan

ketebalan bahan:

1. Pengaruh komposisi carbon:

Kekerasan baja ini tergantung dari pada jumlah karbon yang terkandung di

dalam baja, dimana makin tinggi prosentase karbonnya makin keras baja.

Berdasarkan kandungan karbonnya, baja dapat dikelompokkan menjadi :

1. Baja karbon rendah (low carbon steel) yang mengandung karbon kurang dari

0.3%

2. Baja karbon sedang (medium carbon steel) yang mengandung karbon 0.3%-

0.7%

3. Baja karbon tinggi (high carbon steel) kandungan karbon sekitar 0.7%-1.3%

(Sumber : Arifin Syamsul. Ilmu Logam Jilid 1. Halaman 106)

2. Pengaruh temperatur pemanasan (holding time)

Penahanan suhu (holding), Holding time dilakukan untuk mendapatkan

kekerasan maksimum dari suatu bahan pada proses hardening dengan

menahan pada temperatur pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang

homogen sehingga struktur austenitnya homogen atau terjadi kelarutan

karbida ke dalam austenit dan diffusi karbon dan unsur paduannya. Pedoman

untuk menentukan holding time dari berbagai jenis baja:

- Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah Yang

mengandung karbida yang mudah larut, diperlukan holding time yang

singkat, 5 - 15 menit setelah mencapai temperatur pemanasannya

dianggap sudah memadai.

- Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah Dianjurkan menggunakan

holding time 15 -25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.

Page 4: Heat Treatment

- Low Alloy Tool Steel Memerlukan holding time yang tepat, agar

kekerasan yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5

menit per milimeter tebal benda, atau 10 sampai 30 menit.

- High Alloy Chrome Steel Membutuhkan holding time yang paling

panjang di antara semua baja perkakas, juga tergantung pada temperatur

pema-nasannya. Juga diperlukan kom-binasi temperatur dan holding

time yang tepat. Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 menit

permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit, maksimum 1 jam.

- Hot-Work Tool Steel Mengandung karbida yang sulit larut, baru akan

larut pada 10000 C. Pada temperatur ini kemungkinan terjadinya

pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holding time harus dibatasi,

15-30 menit. High Speed Steel Memerlukan temperatur pemanasan yang

sangat tinggi, 1200-13000C.Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan

butir holding time diambil hanya beberapa menit saja.

(Sumber: Muh. Iqbal Haqi Hardening In High Carbon Steel.)

3. Pengaruh pendinginan

Jika baja didinginkan dengan kecepatan minimum yang disebut dengan

kecepatan pendinginan kritis maka seluruh austenit akan berubah ke dalam

bentuk martensit. Sehingga akan dihasilkan kekerasan baja yang maksimum.

Adapun kecepatan pendinginan kritis adalah bergantung pada komposisi

kimia baja. Kecepatan pendinginan tergantung pada pendinginan yang

digunakan. Untuk pendinginan yang cepat digunakan larutan garam atau soda

api yang dimasukkan ke dalam air. Sementara itu, untuk pendinginan yang

sangat lambat digunakan embusan udara secara cepat melalui batas

lapisannya.

Dari penjelasan di atas, secara umum pemanasan pada baja dapat dibuat

skema transformasi dekomposisi austenite seperti pada Gambar 4.1 di bawah

ini

Page 5: Heat Treatment

Gambar 4.1 Skema Transformasi Dekomposisi Austenite

(Sumber : William D. Callister. Materials Science and Engineering)

Selain karbon, pada besi dan baja terkandung Si, Mn, dan unsur pengotor

lain seperti P, S, dll. Unsur-unsur tersebut tidak berpengaruh besar terhadap diagram

fasa seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.2 sehingga diagram fasa dapat

dipergunakan tanpa menghiraukan adanya unsur-unsur tersebut. Paduan besi karbon

terdapat fasa karbida yang disebut sementit dan grafit, grafit lebih stabil daripada

Sementit.

Page 6: Heat Treatment

Gambar 4.2 Diagram Fasa Besi-Karbida-Besi (Fe-Fe3C)

(Sumber : William D. Callister. Materials Science And Engineering 7ed)

Dilihat dari transformasinya, ada 3 macam baja yaitu:

a. Baja dengan titik transformasi A1, berupa ferit dibawah A1

dan austenit pada A3 atau di atas A1.

b. Baja dengan titik transformasi A1 dibawah temperatur

kamar, berupa austenit pada temperatur kamar.

c. Baja dengan daerah austenit yang kecil, berupa ferit sampai

temperatur tinggi pada daerah komposisi tertentu.

Dalam heat treatment yang terjadi pada baja terdapat fasa-fasa yang dialami oleh baja

itu sendiri pada saat proses berlangsung, fasa pada baja dapat dilihat pada tabel 4.1

Page 7: Heat Treatment

Tabel 4.1 Tabel Fasa pada Baja

Fasa dan Simbol Struktur Pengelasan

Men

urut

kri

stal

Austenit ()

Ferit ()

Bainit ()

Martensit (’)

FCC

BCC

BCC

BCT

Paramagnetik dan stabil pada temperatur tinggi, titik mulur jelas, tidak getas pada saat dingin.Stabil pada temperatur rendah, kelarutan padat terbatas, dapat berada bersama Fe3C (sementit) atau lainnya, titik mulur jelas, getas pada temperatur rendah.Austenit metastabil didinginkan dengan laju pendinginan cepat tertentu, terjadi hanya presipitasi Fe3C, unsur paduan lainnya tetap larut.Metastabil terbentuk dengan laju pendinginan cepat, semua unsur paduan larut dalam keadaan padat.

Men

urut

kea

daan

PerlitWidmanstaetten

Dendrit

SorbitTrosit

Lapisan ferit dan Fe3C. dan dalam orientasi pada presipitasi feritBerbentuk cabang-cabang seperti pohon, struktur ini terbentuk karena segregasi karbon pada pembekuan.Sorbit adalah perlit halus dan trosit adalah bainit. Nama ini tidak bnayak dipakai.

Catatan: FCC = Face Centered Cubic

BCC = Body Centered Cubic

BCT = Body Centered Tetragonal

4.2.2 Jenis-jenis Heat treatment

Pada dasarnya heat treatment dibagi menjadi dua, yaitu:

Hardening

Mengeraskan logam sehingga tahan terhadap keausan serta deformasi

plastis

Meningkatkan kekuatan logam baik permukaan maupun keseluruhan.

Page 8: Heat Treatment

Softening

Menguletkan logam dengan memperbesar butiran serta menyeragamkan

butiran.

Menghilangkan tegangan sisa pada logam

Memudahkan proses machining untuk proses selanjutnya

1. Hardening

Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan

dan fatigue limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai

tergantung pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan

tergantung pada temperature pemanasan (temperatur autenitising), holding

time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian

penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability. Untuk

memperoleh kekerasan yang baik (martensit yang keras) maka pada saat

pemanasan harus dapat dicapai struktur austenit, karena hanya austenit yang

dapat bertransformasi menjadi martensit. Bila pada saat pemanasan masih

terdapat struktur lain maka setelah di quench akan diperoleh struktur yang

tidak seluruhnya terdiri dari martensit. Bila struktur lain itu bersifat lunak,

misalnya ferit maka tentunya kekerasan yang tercapai juga tidak akan

maksimum. Untuk menentukan temperature pemanasan yang baik untuk

proses pengerasan yang dilakukan terhadap suatu baja perlu dilakukan suatu

percobaan pemanasan dan quenching pada beberapa teperatur dan dianalisis

struktur yang terjadi. Pada beberapa literatur dan juga pada brosur dari pabrik

pembuat baja dapat diperoleh daerah temperatur pemanasan untuk hardening

dari berbagai jenis baja.

(Sumber: Adhy Prayitno, Ismet Inonu .Pengaruh Perbedaan Waktu

Penahanan Suhu Stabil Terhadap Kekerasan.1999)

Page 9: Heat Treatment

Hardening dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Surface hardening.

Suatu komponen harus mempunyai permukaan yang keras dan

tahan pakai. Sifat-sifat yang berbeda dapat digabungkan dalam suatu baja

dengan pengerasan permukaan yang dapat dilakukan dengan cara

pemanasan seluruh komponen atau sebagian pada bagian permukaan

komponen (surface hardening).

Surface hardening dengan penambahan zat :

Karburasi

Pada suatu komponen mesin dari baja adakalanya diperlukan

keras dan tahan aus pada permukaannya saja, sedangkan pada inti atau

bagian dalam tetap dalam keadaan lunak dan ulet. Hal ini akan

memberikan kombinasi yang serasi antara bagian luar atau permukaan

benda kerja yang keras dan tahan menerima beban, serta tahan aus dengan

inti yang lunak dan ulet. Karburising adalah proses menambahkan karbon

ke permukaan benda, dilakukan dengan memanaskan benda kerja dalam

lingkungan yang banyak mengandung karboin aktif, sehingga karbon

berdifusi masuk ke permukaan baja

Gambar 4.3. Jenis-jenis carburizing

(Sumber: info.lu.farmingdale.edu/.../casehardening.html)

Page 10: Heat Treatment

Karburasi padat (Pack Carburizing)

Sifat mekanis baja dipengaruhi oleh prosentase karbon dalam

paduan. Kadar karbon dapat dirubah prosentasenya dengan cara

karburizing, yaitu suatu proses untuk menaikan kadar karbon dengan cara

thermochemical heat treatment. Proses pada penelitian ini menggunakan

arang batok kelapa. Dari karborizing akan diperoleh sifat mekanis

(kekerasan, kerapuhan, keuletan, kemampuan bentuk) yang berbeda dari

sebelumnya. Prinsip dasar dari carburizing adalah difusi C dari suatu

media yang kaya dengan karbon, seperti arang ke dalam besi -

(austenite) melalui pemanasan diatas suhu kritisnya beberapa lama

sehingga terbentuk lapisan C sampai kedalaman tertentu. Media yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pack carburizing yang merupakan

proses perlakuan panas secara kimia berupa penambahan karbon ke baja

dalam bentuk padat. Metode ini paling luas digunakan dalam proses

pengerasan perrmukaan karena sederhana dan murah. Adapun model pack

carburizing seperti dibawah :

Gambar 4.4 proses karburasi padat

(sumber: rpdrc.ic.polyu.edu.hk/.../heat_treatment1.htm)

Reaksi karbon monosida :

CO2 + C ---> 2 CO

Reaksi Cementite menjadi karbon monosida :

Page 11: Heat Treatment

2 CO + 3 Fe --->Fe3C + CO2

Atom – atom C ini akan masuk ke dalam baja secara difusi interstisi

(interstitial diffusion).

Kecepatan carburizing dapat ditingkatkan dengan penambahan 10 – 15%

BaCO3

BaCO3 BaO + CO2

Selanjutnya CO2 akan bereaksi dengan arang (C) dan membentuk CO

CO2 + C 2 CO

Karburasi Cair (Liquid Carburizing)

Karburasi cair (liquid carburizing) menggunakan larutan sianida (CN)

pada baja berkarbon rendah yang dipanaskan dengan menggunakan

belanga pemanas yang dipanaskan dengan minyak atau gas. Suhunya

kira-kira 815-900 C. Proses yang dilakukan dengan kontinu dan

otomatis akan memberikan hasil akhir yang baik. Permukaan larutan

ditutup dengan grafit atau batu bara untuk mengurangi hilangnya radiasi

dan dekomposisi sianida yang berlebihan. Selain sodium dan potassium

sianida, larutan yang digunakan juga mengandung sodium dan potassium

klorida dan barium klorida yang berperan sebagai aktivator. Reaksi pada

larutan garam sianida:

BaCl2 + 2Na CN Ba(CN)2 + 2NaCl

Ba(CN)2 + Fe Fe(c) + BaCN2

Difusi nitrogen berguna untuk oksidasi sianida (CN) menjadi

CNO. Pada karburasi cair, jangka waktu pemanasannya pendek dan

perambatan panasnya cepat. Proses ini menghasilkan lapisan karburisasi

yang merata, tipis dan jernih (ketebalannya 0,08mm). Akan tetapi, proses

ini memerlukan pengawasan dan kehati-hatian untuk mencegah

peledakan.

Pada Gambar 4.5 diterangkan tentang waktu dan temperature yang

digunakan pada proses karburasi

Page 12: Heat Treatment

Gambar 4.5 Diagram Karburasi

(sumber : Ashok Sharma, Heat Treatment Principles and Techniques)

Kelebihan, karena cairan mentransfer panas dengan cepat maka

karbon yang ditambahkan juga lebih cepat. Juga pengerasan yang

dihasilkan lebih merata.

Page 13: Heat Treatment

Kekurangan, beberapa nitrogen terserap bersama-sama dengan karbon

dan menyebabkan pengerasan mendadak. Juga material harus

dikeringkan setelah proses ini untuk menghindari korosi, hal tersebut

memakan waktu dan biaya.

Karburasi Gas (Gas Carburizing)

Karburasi gas (gas carburizing). Metode ini adalah karburasi yang

paling sering digunakan. Proses ini dilakukan pada tabung kimia, pendingin

tertutup, atau tungku pemanas dengan pendorong kontinu. Suhu gas untuk

karburasi sekitar 870-950 C. Gas tersebut dihasilkan dari cairan (metanol,

isopropanol) atau gas hidrokarbon (propana dan metana). Generator gas

endotermik digunakan untuk menghasilkan gas endotermik. Senyawa

propana atau metana akan terpecah oleh udara pada tabung kimia pada

generator endogas untuk membentuk gas penghubung, dimana titik

pengembunannya diatur pada +4C dengan rasio gas yang tepat. Komposisi

gas tersebut:

Nitrogen 40%

Hidrogen 40%

Karbon monoksida 20%

Karbon dioksida 0,3%

Metana 0,5%

Uap air 0,8%

Oksigen sisanya

Gas tersebut merupakan gas penghantar dalam proses ini. Tungku

pemanas dipenuhi oleh gas tersebut sampai bertahan pada tekanan positif.

Keadaan ini akan mencegah infiltrasi udara dari atmosfer. Gas ini juga

mencegah oksidasi baja selama pemanasan. Selama karburasi gas, reaksi

yang berlangsung adalah:

(i) C3H8 2CH4 + C (pemecahan hidrokarbon)

(ii) CH4 + Fe Fe(c) +2H2

(iii) CH4 + CO2 2CO +2H2

Page 14: Heat Treatment

(iv) 2CO + Fe Fe(c) + CO2

Karburasi terjadi sebagian besar meliputi konversi CO menjadi CO2 pada

reaksi (iv). Hidrogen bereaksi dengan CO2 dan meningkatkan konsentrasi

CO dengan reaksi:

H2 + CO2 CO + H2O

Oksigen (O2) dihasilkan dari reaksi:

2CO 2CO + O2

2CO + Fe Fe(c) + O2

Gambar 4.6 Proses Gas Carburizing

( Sumber : www.rpdrc.com )

Gas digunakan sebagai bahan perantara yang sesuai untuk karburasi yang

dilakukan terus menerus. Hal itu akan menghasilkan suatu lapisan yang

tebalnya sekitar 1 mm dan memerlukan waktu sekitar 4 jam. Selama

karburasi, peralatan dimasukkan ke dalam dapur pemanas yang dipanaskan

dengan gas karbon yang sesuai. Kandungan karbon di dalam lapisan

komponen dapat dikontrol dengan mengatur komposisi gas untuk karbonasi.

Pelaksanaan karbonasi yang memerluakan waktu lama akan menyebabkan

terjadi pertumbuahan butir-butir baru, kecuali kalau baja disepuh dengan

perantaraan nikel.

Page 15: Heat Treatment

Peralatan yang dikarbonasi dengan perantaraan perlakuan panas dan

menghasilkan butiran-butiran adalah suatu baja yang akan mempunyai

lapisan sekitar 0.83% karbon dan intinya sekitar 0.15% karbon. Secara

berangsur-angsur butiran akan berpindah dari lapisan luar ke arah inti sekitar

0.5 mm. Suhu perlakuan panas untuk inti akan lebih tinggi daripada suhu

untuk lapisan, sehingga pengerjaan lapisan pada inti dilakukan secara

terpisah.

Karbonitriding.

Karbonitriding adalah proses hardening yang merupakan

kombinasi dari gas carburizing dan nitriding seperti yang terlihat pada

Gambar 4.7 di bawah ini. Karbonitriding disebut juga sianida kering atau

nikarbing, yang adalah suatu proses pengerasan permukaan dimana baja

dipanaskan diatas suhu kritis didalam lingkungan gas dan terjadi

penyerapan karbon dan nitrogen. Dapat digunakan gas amonia atau gas

yang kaya akan karbon. Amonia dan gas alami dialirkan mengenai

material, material yang dihasilkan adalah kombinasi antara besi karbida

(dari karbon) dan besi nitrida (dari nitrogen). Lapisan ini tahan aus dan

mempunyai ketebalan antara 0,08 sampai 0,75 mm. Keuntungan

karbonitriding adalah bahwa kemampuan pengerasan lapisan luar

meningkat bila ditambahkan nitrogen sehingga dapat dimanfaatkan baja

yang relatif murah.

Page 16: Heat Treatment

Gambar 4.7 Proses Karbonitriding

(Sumber: http://www.mvslimited.com/PSA-Nitrogen-Generators.htm)

Kelebihan karbonitriding, karena dengan adanya nitrogen maka

struktur austenit berubah. Perubahan ini menyebabkan penurunan

temperatur dan pendinginan yang lambat.

Kekurangannya, prosesnya memakan waktu yang lama

dibandingkan karburasi.

Cyaniding

Cyaniding merupakan proses untuk mengeraskan permukaan

baja dengan penambahan nitrogen dan karbon. Benda yang dikeraskan

dicelupkan ke dalam cairan yang mengandung garam natrium sianida

(NaCN) pada suhu sedikit di atas daerah austenit (800-960C), dengan

konsentrasi bervariasi antara 25% dan 90%. Sejumlah udara

dimasukkan ke dalamnya sehingga NaCN berreaksi dengan oksigen di

udara dan beroksidasi, reaksinya adalah

2NaCN + O2 → 2NaNCO

4NaNCO + O2 → Na2CO3 + 2NaCN + CO + 2N

2CO → CO2 + C

Dari reaksi diatas sodium cyanide (NaCN) dibakar, menghasilkan

sodium cyanate (NaNCO). Sodium cyanate dinaikkan konsentrasinya

dan terurai yang dalam uraiannya menghasilkan karbon monoksida

(CO). Karbon monoksida tersebut berperan dalam proses pengerasan

baja. Semakin tinggi suhu sianida yang diberikan, semakin besar

persentase karbon yang berdifusi (sampai dengan 0,8-1,2%) ke dalam

permukaan baja bereaksi dengan nitrogen (0,2-0,3%). Kemudian

material didinginkan dengan air atau oli. Setelah proses ini akan

dihasilkan kekerasan permukaan sekitar 850 VHN. Proses ini tidak

Page 17: Heat Treatment

memakan banyak waktu. Cyaniding terutama diterapkan untuk heat

treatment bagian-bagian yang kecil.

.

Gambar 4.8 Proses cyaniding

(Sumber: http://www.egold.net.au/CYANIDE)

Kelebihannya yaitu biaya yang dihabiskan tidak mahal karena baja

karbon biasa dapat digunakan.

Kekurangannya adalah proses ini sangat berbahaya karena garam

sianida sangat beracun dan fatal jika terhirup.

Siliconizing

Siliconizing adalah proses pengerasan permukaan dimana silikon

berdifusi pada permukaan dasar logam. Silikon ini menghasilkan tebal

lapisan antara 0,005-0,1 inci. Pemanasan dilakukan dalam cairan yang

mengandung campuran silikon karbida dan gas chlorine hingga

suhunya mencapai 1700-1850o F. Campuran cairan tersebut

dimasukkan ke dalam sebuah tank. Bagian yang akan dikeraskan

dimasukkan ke dalam sebuah conveyor yang akan melewati tank yang

berisi cairan silikon karbida, dan gas chlorine. Tebal lapisan yang

terbentuk tergantung pada lamanya pemanasan.

Page 18: Heat Treatment

Gambar 4.9 Siliconizing

(Richard A Little, Metalworking Technology)

Chromizing

Chromizing berbeda dari proses pengerasan yang lain, chromium

carbide berdifusi ke dalam logam, mengubah permukaan logam

menjadi stainless steel. Stainless steel tersebut mempunyai kekerasan

yang tinggi dan koefisien friction (geser) yang rendah. Chromizing

digunakan untuk meningkatkan daya tahan logam terhadap korosi dan

daya tahan logam terhadap panas. Proses ini tidak dibatasi hanya pada

logam yang terbuat dari besi tetapi juga pada cobalt, nikel, tungsten,

dan molybdenum. Proses chromizing mengandung carbon 0,6%.

Temperatur pada proses ini biasanya berkisar antara 1650o F-2000o F.

Nitriding

Nitriding didefinisikan sebagai suatu proses pengerasan

permukaan dengan senyawa nitrat. Dalam hal ini baja paduan spesial

dipanaskan untuk waktu yang lama dalam suatu atmosfer dari gas

nitrogen. Hasil dari pengerjaan nitrid adalah menghasilkan suatu

permukaan yang keras. Supaya dihasilkan permukaan yang keras

dengan cara dengan cara ini maka digunakan suatu baja paduan yang

mengandung sedikit unsur kromium dan alumunium sesuai dengan

kekerasan yang akan dihasilkan. Apabila baja karbon biasa yang

digunakan dalam proses ini maka proses nitrid akan membentuk

seluruh struktur dengan pengaruh yang kecil atas sifat-sifatnya.

Kandungan karbon pada baja yang dinitrid adalah sekitar 0.2-0.5%

sesuai dengan sifat-sifat inti yang diperlukan. Dan baja tersebut akan

bereaksi secara langsung terhadap pengerjaan pengerasan. Peralatan

yang dinitrid diberi pengerjaan panas selama tingkat awal daripada

pengerjaan mesin, untuk memperbaiki kekuatan intinya.

Pengerjaan ini terdiri dari proses pengerasan dengan

pendinginan tiba-tiba dalam minyak. Selanjutnya, diikuti dengan

Page 19: Heat Treatment

penyepuhan pada suhu sekitar 550-750oC yang tersinggung atas

komposisi dan sifat-sifat baja yang diperlukan seperti yang tergambar

pada Gambar 4.10 di bawah ini

Gambar 4.10 Proses Nitriding

(Sumber: http://www.badgermetal.com/nitriding-control-article)

Surface hardening tanpa penambahan zat antara lain:

a. Flame hardening

Dasar dari proses pelakuan panas ini adalah pemanasan yang

cepat dilanjutkan dengan pencelupan permukaan. Tebal lapisan yang

mengeras tergantung pada kemampuan pengerasan bahan, karena

selama proses pengerjaan tidak ada penambahan unsur-unsur lainnya.

Pemanasan dilakukan dengan nyala oksi asitilen yang dibiarkan

memanasi permukaan logam sampai mencapai suhu kritis

Proses ini disebut juga proses pengerasan dalam waktu yang

singkat. Baja dengan kandungan karbon yang sesuai tingginya

dipanaskan sampai suhu pengerasan dengan busur nyala gas eitelen.

Dan seterusnya didinginkan secara cepat untuk memperoleh

permukaan yang keras.

Page 20: Heat Treatment

Gambar 4.11 Flame Hardening

(Sumber: authorityflame.com/Services.htm)

Dasar pengerasan nyala adalah sama dengan pengerasan

induksi yaitu pemanasan yang cepat disusul dengan pencelupan

permukaan tebal lapisan yang mengeras tergantung pada kemampuan

pengerasan bahan, karena selama proses pengerasan tidak ada

penambahan unsur-unsur lainnya. Pemanasan di lakukan dengan nyala

oksiasitelin yang dibiarkan memanasi logam sampai suhu kritis. Pada

alat dipasangkan juga aliran pendingin sehingga setelah suhu yang

diinginkan tercapai permukaan langsung disemprot dengan air. Bila

dikendalikan dengan baik, bagian-bagian dalam tidak terpengaruh.

Tebal lapisan yang keras tergantung pada waktu pemanasan dan suhu

nyala.

Pada proses ini diterapkan berbagai cara:

(1.)Pengerasan stasioner: baik nyala maupun benda yang akan

dikeraskan keduanya berada dalam keadaan diam, pengerasan

bersifat setempat.

(2.) Pengerasan progresif: nyala bergerak menuju ke benda yang diam.

Metode ini berguna untuk mengeraskan bagian yang luas,

contohnya gigi dari roda gigi yang besar.

Page 21: Heat Treatment

(3). Pengerasan spinning: Nyala tetap diam sedangkan benda berotasi

Metode ini digunakan untuk pengerasan bagian melingkar.

(4).Pengerasan progresif-spinning: Nyala bergerak pada benda yang

berputar. Metode ini digunakan untuk mengeraskan permukaan

benda melingkar, contohnya rolling.

b. Pengerasan induksi ( induction hardening )

Pengerasan induksi adalah pemanasan baja dengan arus bolak-

balik berfrekuensi tinggi 500.000 Hz yang dilakuan dengan cepat,

kemudian dilanjutkan dengan pencelupan permukaan. Kekerasan yang

diperoleh melalui pengerasan induksi sama dengan pemanasan dan

tergantung dari kadar karbon

Pengerasan induksi termasuk suatu cara pengerasan

permukaan. Komponen yang akan dikeraskan ditempatkan di dalam

suatu gulungan (koil) induktor dan kemudian dimasukkan arus listrik

frekuensi tinggi. Dapur yang digunakan hampir sama dengan dapur

untuk menghasilkan baja paduan. Tetapi dapur ini dilengkapi dengan

suatu silinder air berlubang yang bersatu dengan kumparan yang dan

berfungsi sebagai unit pendingin. Permukaan komponen yang akan

dikeraskan, dipanaskan mencapai suhu pengerasan yang berlangsung

sangat cepat. Selanjutnya, didinginkan dengan cepat sewaktu

komponen masih tetap di dalam kumparan. Pengerasan lapisan yang

tebalnya mencapai 3 mm dilakukan dengan pengerjaan setempat

(lokal). Hal itu ditunjukkan seperti pada Gambar 4.12 di bawah ini.

Page 22: Heat Treatment

Gambar 4.12 Induction Hardening

(sumber : www.info.lu.farmingdale.edu)

Proses pengerasan induksi lebih sesuai untuk baja dengan

kandungan karbon sekitar 0.45%. Dalam cara ini suhu yang dihasilkan

dapat dikontrol dengan pengaturan kunparannya, yaitu dengan

mengatur jarak antara kumparan dengan permukaan komponen yang

dikeraskan.

Aplikasi proses induction hardening akhir-akhir ini melalui

penggunaan arus induksi dalam industri mengalami kemajuan pesat,

termasuk penggunaan arus listrik untuk pencairan logam, pengerasan,

dan perlakuan panas lainnya. Seperti pemanasan permukaan untuk

penempaan, pemanasan untuk sinter, brazing dan perlakuan jenis. Arus

bolak-balik berfrekuensi tinggi berasal dari konverter merkuri, osilator

spark atau osilator tabung. Frekuensi pada umumnya tidak melebihi

500.000 Hz. Untuk benda yang tipis digunakan frekuensi yang tinggi,

sedangkan untuk benda yang tebal digunakan frekuensi yang rendah.

Pemanasan induksi memberikan hasil yang cukup baik pada

pengerasan permukaan kurkas dan yang harus tahan aus. Berbeda

Page 23: Heat Treatment

dengan pengerasan permukaan biasa, disini susunan kimia baja tidak

berubah karena pemanasan berlangsung sangat cepat dan pencelupan

permukaan tidak berpengaruh pada bagian dalamnya.

c. Laser and Electron Beam Hardening

Metoda ini dapat digunakan untuk melaksanakan proses selektif

hardening dari baja yang keras. Proses ini melaksanakan fungsi yang

sama sebagai nyala api pada proses pengerasan atau sebagai kumparan

induksi pada proses pengerasan dengan induksi. Proses ini hanya dapat

diaplikasikan untuk baja yang mempunyai karbon cukup dan

komposisi campuran logam dapat membuat proses pembekuan dapat

berjalan maksimal. Laser atau gudang elektron digunakan untuk

menaikkan temperatur permukaan material. Berkas elektron yang

mengeraskan material memerlukan ruang hampa. Laser ( berkas

cahaya) tidak memerlukan ruang hampa dan proses hardening dapat

dilakukan dengan penggunaan suatu gas. Ukuran noda berkas elektron

adalah sekitar 0.010 sampai 0.015 inchi persegi. Laser dapat lebih

besar tetapi pada umumnya tidak ada yang lebih besar dari sekitar

0.150 inchi persegi. Kedua metoda tersebut mempunyai kerugian

yaitu:

( 1 ) Peralatan yang digunakan cukup mahal

( 2 ) Proses ini tidak dapat diterapkan pada campuran logam tinggi .

Proses ini hanya terbatas pada baja karbon sederhana dan kualitas

hasilnya masih belum bagus.

Page 24: Heat Treatment

Gambar 4.13 Laser and Electron Beam Hardening

(Sumber: www.nuvonyx.com)

2. Quenching

Quenching adalah proses pendinginan cepat setelah mengalami

pemanasan. Media quenching dapat berupa oli, air, air garam, udara dan

lain-lain sesuai dengan material yang diquenching.

Gambar 4.14 Typical cooling curve for a small cylinder quenched

(Sumber : Sidney A Havner, Introduction To Physical Metallurgy)

Tiga tahap pendinginan, yaitu:

a. Vapor-blanket Cooling stage

Tahap pertama, suhu logam sangat tinggi sehingga medium

quenching menguap pada ermukaan logam.

b. Vapor-transport Cooling Stage

Page 25: Heat Treatment

Proses ini dimulai ketika logam didinginkan pada suhu uap air dar

film tidak stabil. Permukaan logam basah oleh medium quenching dan titik

didih.yang tinggi.Tahapan ini merupakan proses pendinginan yang paling

cepat.

c. Liquid Cooling Stage

Proses ini dimulai ketika suhu permukaan logam mencapai titik

didih. Tahapan ini merupakan proses yang paling lambat.

Gambar 4.15 Diagram Proses Quenching Baja Diameter ½ inchi dengan Berbagai

Media Quenching

(Sumber: Rajan T.V., C.P. Sharma dan Ashok Sharma. Heat

Treatment Principles And Technique.)

Gambar 4.15 yang merupakan Diagram Quenching memuat

berbagai macam media pada pusat dari baja berdiameter ½ inchi. Pada sisi

kiri kurva adalah campuran brine 10 % pada 75° F. Dilanjutkan dengan tap

water pada suhu 75° F, gulf super-quench pada 125° F, fused salt pada

400° F, slow oil pada 125° F dan yang terakhir still air pada 82° F.

Menurut media pendinginnya, quenching dapat dibagi menjadi beberapa

bagian, yaitu:

1) Quenching media brine ( air + 10 % sodium klorida )

Dari kurva diatas dapat dilihat bahwa media brine memiliki tahap

penguapan sangat pendek yang bertahan sekitar 1 detik dan kemudian

Page 26: Heat Treatment

menurun dengan cepat menjadi tahap mendidih dimana tingkat

pendiginannya sangat cepat. Dan akhirnya menuju pada tahapan yang

ketiga pada sekitar 10 detik. Pada umumnya media yang digunakan

mengandung 5 - 10 % garam (sodium klorida) dalam air.

Gambar 4.16 Peralatan untuk quenching dengan media brine

(Sumber: www.monroeccce.du)

2) Quenching media tap water (air kran)

Air adalah media yang paling banyak digunakan untuk quenching,

karena biayanya yang murah, dan mudah digunakan serta

pendinginannya yang cepat. Air khususnya digunakan pada baja karbon

rendah yang memerlukan penurunan temperatur dengan cepat dengan

tujuan untuk memperoleh kekerasan dan kekuatan yang baik. Air

memberikan pendinginan yang sangat cepat, yang menyebabkan

tegangan dalam, distorsi, dan retakan.

Page 27: Heat Treatment

Gambar 4.17 Peralatan quenching dengan media tap water

(Sumber: www.fhrosenheim.com)

2) Quenching dengan media oli

Oli sebagai media pendingin lebih lunak jika dibandingkan dengan air.

Digunakan pada material yang kritis, antara lain material yang

mempunyai bagian tipis atau ujung yang tajam. Karena oli lebih lunak,

maka kemungkinan adanya tegangan dalam, distorsi, dan retakan kecil.

Oleh karena itu medium olo tidak menghasilkan baja sekeras yang

dihasilkan pad medium air. Quenching dengan media air akan efektif jika

dipanaskan pada suhu 30-60 derajat Celcius.

Gambar 4.18 quenching dengan media oli

(Sumber: www.coutelcutlery.com)

3) Quenching dengan media udara

Quenching dengan media udara lebih lambat jika dibandingkan dengan

media oli maupun air. Material yang panas ditempatkan pada screen.

Kemudian udara didinginkan dengan kecepatan tinggi dialirkan dari

bawah melalui screen dan material panas. Udara mendinginkan material

panas lebih lambat dari daripada medium air dan oli. Pendinginan yang

lambat kemungkinan adanya tegangan dalam dan distorsi. Pendinginan

udara pada umumnya digunakan pada baja yang mempunyai kandungan

paduan yang tinggi.

Page 28: Heat Treatment

Gambar 4.19 Quenching media udara

(Sumber: Rajan T.V., C.P. Sharma dan Ashok Sharma. Heat Treatment

Principles And Technique.)

4) Quenching dengan media air garam

Air garam adalah media yang sering digunakan pada proses quenching

terutama untuk alat-alat yang terbuat dari baja. Beberapa keuntungan

menggunakan air garam sebagai media adalah:

a. Suhunya merata pada air garam

b. Proses pendinginan merata pada semua bagian logam

c. Tidak ada bahaya oksidasi, karburisasi, atau dekarburisasi

selama proses pendinginan

5) Polimer quench

Polimer quench pendinginannnya berada diantara air dan oli, kecepatan

pendinginan dapat terpengaruh oleh variasi komponen dalam campuran

yang mana tersusun atas air dan glycol polimer. Polimer quench

berkemampuan untuk menghasilkan benda kerja dengan tingkat korosi

yang rendah dari pada air dan resiko kebakaran yang rendah pada oli. Tapi

hasil yang demikian hanya akan diperoleh bila komposisi kimia material

quench selalu konstan.

Page 29: Heat Treatment

Gambar 4.20 Peralatan quenching dengan media campuran oli

dan air

(Sumber: www.beautifuliron.com)

Sesuai dengan diagram medium pendinginan, urut-urutan media

pendingin berdasarkan kemampuan menghasilkan kekrasan tertinggi

adalah :

1. Air dengan 10% sodium chloride (brine).

2. Larutan garam

3. Air yang mengalir (disemprotkan dengan tekanan tinggi).

4. Oli + air.

5. Oli.

6. udara

Dari proses quenching juga dapat dihasilkan diagram TTT (time,

temperature, transformation), seperti pada gambar 4.21

Page 30: Heat Treatment

Gambar 4.21 Diagram TTT Proses Quenching

(Sumber: www.rpdrc.com )

Gambar 4.22 Kurva Quenching Dengan Berbagai Media

(Sumber: www.rpdrc.com )

Angka pendinginan untuk berbagai macam media dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 31: Heat Treatment

Tabel 4.2. Angka pendinginan pada specimen stainless steel

berdiameter 0,5 inci dan panjangnya 2,5 inci diquench dari

1500o F

(sumber : Richard A Little, Metalworking Technology)

2.2.2 Softening

Softening adalah proses pemanasan diikuti pendinginan secara perlahan-

lahan (untuk baja karbon tinggi).

a. Annealing

Annealing adalah proses pelunakan, sehingga baja yang keras dapat

dikerjakan melalui pemesinan atau pengerjaan dingin. Hal ini dilakukan

dengan memanaskan baja di atas suhu kritis, dibiarkan sampai suhu merata

dan diikuti dengan pendinginan secara perlahan sambil dijaga agar suhu di

bagian luar dan dalam kira-kira sam. Proses annealing bertujuan

- Menghilangkan tegangan sisa

- Meningkatkan kehalusan, kerapuhan, dan kekasaran

- Menghasilkan mikrostruktur spesifik

Tahapan-tahapan perubahan material dapat kita lihat dari diagaram

fasanya seperti yang terlihat pada Gambar 4.14 di bawah ini.

Page 32: Heat Treatment

Gambar 4.23 Diagaram Tahap Annealing

( Sumber : www.info.lu.farmingdale.edu )

Sifat-sifat baja yang didefinisikan di atas dapat diartikan bahwa baja harus

dipanaskan melalui suhu pengkristalan kembali untuk membebaskan

tegangan-tegangan dalam baja. Kemudian mempertahankan pemanasannya

pada suhu tinggi untuk membuat sedikit pertumbuhan butir-butiran dan suatu

struktur lapisan austenit. Dan seterusnya didinginkan secara perlahan-lahan

untuk membuat suatu struktur lapisan perlit, mengindikasi kelunakan, dan

memperbaiki sifat-sifat pengerjaan dingin.

Jenis-jenis annealing:

1.) Annealing sempurna (Full

Anneling )

Proses ini dapat diartikan sebagai pemanasan yang dipertahankan pada

beberapa suhu di atas temperatur Ac3 kemudian menahannya pada

temperatur tersebut selama beberapa waktu (1 jam tiap ketebalan per

inchi) kemudian didinginkan bersamaan dengan dinginnya tungku. Hal

itu dilakukan sampai struktur austenit secara komplet berubah menjadi

struktur perlit. Dan terakhir didinginkan secara bebas. Agar diperoleh

suatu logam yang bersifat lunak maka suatu bahan perlu didinginkan

secara perlahan-lahan. Contohnya yaitu perubahan austenit menjadi

perlit. Pendinginan tersebut melalui suhu kritis terendah yang sesuai

sampai pemanasan baja mencapai perendaman cairan garam (biasanya

Page 33: Heat Treatment

sekitar 650o C). Selanjutnya baja dikeluarkan dari dalam rendaman air

garam dan didinginkan secara bebas di udara.

(William D. Callister. Materials Science And Engineering. Halaman 226)

Gambar 4.24 Siklus Annealing Sempurna

(sumber : Amstead, B.H dkk.1989.Teknologi Mekanik edisi ke-7.)

2.) Spherodizing

Merupakan proses annealing yang digunakan untuk baja karbon

tinggi contohnya bantalan peluru. Tujuan dilakukan spherodizing adalah

meningkatkan ketangguhan baja rapuh. Langkah spherodizing adalah

memenaskan bahan hingga temperatur tepat di bawah garis ferrite-austenit

(garis di bawah garis austenit-sementit). Metode spherodizing

menghasilkan struktur cementit yang berbentuk bulat bola (spheroids)

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.19 di bawah ini.

Page 34: Heat Treatment

Gambar 4.25 Spheroidizoid

(sumber: http://arisabadi.blogspot.com)

Dalam proses ini baja dipanaskan pada suhu sekitar 650o C. Suhu ini

cukup tinggi untuk membuat pengkristalan kembali dan struktur yang

seragam. Baja setelah dipanaskan didinginkan secara bebas di dalam udara.

Apabila proses ini digunakan untuk jenis baja karbon tinggi akan

menyebabkan cementit diperkirakan bebrbentuk bulat. Sehingga baja itu

mudah untuk dibentuk dan dikerjakan mesin perkakas. Sewaktu baja

dikerjakan dengan proses annealing dengan cara dipanaskan pada suhu tinggi

dalam periode yang cukup lama, belangsung proses oksidasi. Hal tersebut

menyebabkan terjadi pengelupasan pada bagian lapisan luar. Struktur ini

meningkatkan kemampuan mekanis dalam proses pemotongan. Spherodizing

juga meningkatkan ketahanan terhadap goresan. Struktur yang terbentuk

adalah spherodite seperti pada gambar diatas.

3.) Stress Relief Anneling

Tegangan sisa dapat meningkat dalam potongan logam sebagai respon dari:

a.) Proses plastik deformasi seperti machining (permesinan) dan grinding

(penggerindaan).

b.) Pendinginan yang tidak seragam pada potongan logam.

c.) Suatu fase transformasi yang disebabkan oleh pendinginan sehingga fase

produk memiliki kerapatan yang berbeda.

Bila tegangan sisa tersebut tidak dihilangkan maka dapat mengakibatkan

gangguan atau distorsi. Cara untuk menghilangkan tegangan sisa tersebut

adalah dengan melakukan proses stress relief anneling, karena proses ini tidak

mengurangi kekuatan material secara signifikan. Proses ini digunakan pada

situasi dimana pengawasan dimensional secara ketat diperlukan dalam proses

pengelasan, dalam proses penempaan, proses pengecoran dan lain-lain.

(Sumber: William D. Callister. Materials Science And Engineering. halaman 225 )

Page 35: Heat Treatment

4.) Soft Anneling

Merupakan proses pelunakan dengan menggunakan proses pengerasan

regangan yang dilakukan dengan prosedur pemanasan yang wajar. Ditinjau

dari segi produksi, proses ini lebih cepat dibandingkan dengan paduan dan

makin besar deformasi maka makin cepat proses ini berlangsung. Pemanasan

dilakukan pada suhu 15o F. Tujuan dari soft annealing adalah untuk

menghilangkan tegangan akibat regangan akibat proses penarikan.

5.) Anil

Dilakukan pada material gelas untuk menghilangkan tegangan tegangan

sisa dan menghindarkan terjadinya retakan panas (benda mula dan benda

akhir tidak berubah kekerasannya). Prosedur pelaksanaannya berubah dengan

komposisi gelas karena suhu pemanasan harus mendekati suhu transisi gelas

agar memungkinkan penurunan tegangan tanpa melampaui titik regangan

dimana viskositas = 10 13,5 Pa. Pendinginan yang lambat ini mencegah

terjadinya tegangan termal baru. Dibawah suhu titik regangan dimana ada

peningkatan viskositas sebanyak 30 kali, pendinginan dapat berlangsung

dengan epat karena tidak mungkin terjadi tegangan sisa yang baru. Pada

proses ini tidak ada perubahan struktur mikro. Grafik annealing berdasarkan

suhu dapat kita lihat pada Gambar 4.20 di bawah ini.

Gambar 4.26 Klasifikasi annealing berdasarkan suhu pada annealing

Page 36: Heat Treatment

(Rajan, T. V., C. P. Sharma, Ashok Sharma, Heat Treatment Principles and

Techniques )

Untuk full annealing, baja dipanaskan di atas suhu kritis(A3)

maksimum dan kemudian didinginkan secara lambat. Untuk partial

annealing, baja dipanaskan diantara suhu kritis maksimum (A3 or Acm) dan

suhu kritis minimum (A1). Sedangkan pada subcritial annealing, baja

dipanaskan di bawah suhu kritis (A1), dapat dilihat pada Gambar 4.18 di atas.

b. Normalizing

Proses ini seperti yang terlihat dari pada Gambar 4.21, dapat

diartikan sebagai pemanasan dan mempertahankan pemanasan pada suhu

yang sesuai diatas batas perubahan, diikuti pendinginan secara bebas di dalam

udara luar supaya terjadi perubahan ukuran butir-butiran. Pendinginan yang

bebas akan menghasilkan struktur yang lebih halus daripada struktur yang

dihasilkan dengan annealing. Pengerjaan mesin juga akan menghasilkan

permukaan pengerjaan yang lebih baik.

Gambar 4.27 Proses Normalizing

(Sumber: www.rpdrc.com )

Page 37: Heat Treatment

Hal tersebut membuat struktur lebih seragam dan juga untuk memperbaiki

sifat-sifat mekanik baja tersebut. Pada proses ini baja dipanaskan untuk

membentuk struktur austenit, direndam dalam keadaan panas dan seterusnya

didinginkan secara bebas di udara

c. Tempering

Baja biasanya dipanaskan kembali pada suhu kritis terendah setelah

dilakukan pengerasan untuk memperbaiki kekutan dan kekenyalannya. Akan

tetapi hal itu mengurangi daya regang dan kekerasannya, sehingga membuat

baja lebih sesuai untuk kebutuhan untuk membuat peralatan. Proses

pemanasan kembali disebut penyepuhan. Proses tersebut menyebabkan

martensit berubah menjadi troostit dan sorbit sesuai dengan suhu

penyepuhannya. Troostit dan sorbit tersebar halus dalam bentuk karbid pada

lapisan ferit. Bentuk strukturnya tidak seperti austenit tetapi berlapis-lapis.

Suhu tempering tergantung pada sifat-sifat baja yang diperlukan,

biasanya sekitar 180oC-650oC, dan lamanya pemanasan bergantung pada

tebalnya bahan. Pemanasan biasanya dilakukan di dalam dapur sirkulasi

udara dan seterusnya direndam dalam minyak atau timbal (timah hitam).

Dengan demikian, suhu pemanasanya dapat dikontrol secara tepat. Alat-alat

biasanya ditemper pada suhu rendah. Penetapan suhu dengan cara melihat

warna pada selaput oksida yang dihasilkan dengan pemanasan.

(Sumber : Rajan T.V ., C.P. Sharma dan Ashok Sharma. Heat Treatment

Principles And Techniques. Halaman 114)

a. Austemper

Proses pencelupan tertunda seperti Gambar 4.22 di bawah ini disebut

austemper. Austenit mengalami transformasi isotermal dan berubah menjadi

bainite yang keras. Benda atau bagian harus dicelup dengan cepat sampai

mencapai suhu yang tepat, tanpa memotong ujung kurva transformasi. Baja

dibiarkan diatas garis Ms akan tetapi dibawah 430oC ( diquench dengan air

garam ). Bila dibiarkan cukup lama akan diperoleh struktur bainite. Dibawah

mikroskop struktur bainite mirip dengan martensite, akan tetapi bainite lebih

Page 38: Heat Treatment

ulet dibandingkan dengan martensite temper. Proses ini diterapkan untuk

benda yang kecil dengan kemampuan kekerasan yang baik.

Gambar 4.28 Diagram Austemper

(Sumber: http://www.its.ac.id/personal/material.php?id=fahmi)

Keuntungan austemper yaitu untuk meningkatkan keuletan dan daya tahan

impak dari beberapa baja dan mengurangi distorsi dari material yang

diquenching.

Kekurangannya yaitu membutuhkan air garam khusus dan proses ini hanya

dapat digunakan pada baja tertentu, serta membutuhkan waktu pengerjaan

lama.

b. Martemper

Tujuan utama martemper adalah untuk menekan distorsi, terjadinya retak

atau timbulnya tegangan dalam akibat pencelupan dalam minyak atau air.

Struktur yang terjadi sama dengan martensit temper dan biasanya disusul

temper lagi.

Dari Gambar 1.29 di bawah ini dapat kita lihat proses Martemper. Baja

didinginkan dengan cepat dari daerah austenite sampai suhu diatas garis Ms.

Baja dibiarkan cukup lama sehingga suhu merata, artinya bagian dalam dan

luar telah mencapai suhu yang sama. Setelah itu baja biasanya didinginkan

diudara sampai mencapai suhu ruang dan terbentuklah martensite. Baja

dipanaskan kembali; suhu tergantung pada kadar karbon dan pada unsur

paduan, untuk baja karbon dengan C sama dengan 0,4 %, suhu adalah 370oC.

Page 39: Heat Treatment

Gambar 4.29 Diagram Martemper

( sumber : little, Richard A. Metal Working Technology)

Beberapa macam proses tempering

1. Tempering suhu rendah (150°C - 500° C)

Untuk mengurangi tegangan kerut dan kerapuhan dari baja. Digunakan untuk

alat kerja yang tak mengalami beban berat.

2. Tempering suhu menengah (300°C - 500°C)

Untuk menambah keuletan dan kekerasan sedikit berkurang. Digunakan

untuk alat kerja yang mengalami beban berat

3. Tempering suhu tinggi (500°C - 6s0°C)

Untuk memberikan keuletan yang besar tetapi kekerasannya rendah.

Digunakan untuk roda gigi, poros, batang penggerak, dan lain-lain

Page 40: Heat Treatment

Gambar 4.30 proses pada tempering

(sumber : William D. Callister. Materials Science And Engineering 7ed)

4.2.3 Aplikasi Proses Heat Treatment

Aplikasi proses heat treatment antara lain :

Aplikasi penggunaan arus induksi dalam industri akhir-akhir ini

berkembang sangat pesat. Termasuk penggunaan arus listrik untuk

mencairkan logam, pengerasan dan perlakuaan panas lainnya.

Pemanasan induksi memberikan hasil yang cukup baik pada

pengerasan permukaan krukas yang harus tahan terhadap aus, karena

pemanasan induksi ini berbeda dengan pengerasan biasa lainya yaitu

Page 41: Heat Treatment

struktur kima baja tidak terpengaruh karena perubahan panas

berlangsung sangat cepat dan pencelupan tidak akan mempengaruhi

bagian dalamnya. Seperti pemanasan permukaan untuk penempaan,

pemanasan untuk sinter, brazing dan perlakuan jenis.

Duralium, paduan aluminium dengan tembaga, magnesium, dan

mangan, petama kali diperkenalkan di Jerman. Jenis ini merupakan

paduan aluninium yang dapat diberi perlakuan panas (heat treatment)

dan menghasilkan kombinasi kekuatan dan keuletan yang baik. Saat ini

paduan ini dikenal dengan nama aluminium 2017-T4. Pesawat udara

yang pertama kali memakai struktur rangka aluminium adalah Junkers

F13 yang diproduksi di Jerman pada tahun 1920 dan kemudian disusul

Douglas DC3 yang memakai aluminium 2024-T3. Keunggulan

aluminium 2024-T3 adalah memiliki tahanan fatik yang lebih baik dari

versi sejenisnya.

Pada roda gigi, di lakukan proses heat treatment yaitu proses surface

hardening tanpa penambahan zat dengan cara flame hardening.

Pada proses penyepuhan baja tahan karat (stainless) contohnya pada

sendok. Paduan aluminium, tembaga ,nikel dan magnesium dapat juga

dikeraskan dengan proses ini.

Pada poros dan alat penggerak dilakukan proses tempering suhu tinggi

Pada pembuatan pisau, mterial tersebut di panasi dulu sampai suhu

tertentu agar mudah dibentuk

(sumber : Amstead, B.H dkk.1989.Teknologi Mekanik edisi ke-7.)

Page 42: Heat Treatment

4.3 METODOLOGI

4.3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam praktikum heat treatment ini adalah :

a. Baja ST 40

b. Baja ST 60

c. Besi cor

4.3.2 Peralatan percobaan

Peralatan yang digunakan dalam praktikum heat treatment adalah :

a. Sebuah perangkat Furnace Chamber HOFFMANN TYPE K 1

Gambar 4.31 Furnace Chamber HOFFMANN TYPE K 1

Page 43: Heat Treatment

Gambar 4.32 Panel control Furnace Chamber HOFMANN TYPE K 1

Spesifikasi alat Chamber Hofman;

Tipe K-1

Tahun pembuatan 1991

Temperatur Alat 20˚ - 850˚

Waktu mulai penundaan 0 – 9999 menit

Ramp End, Skip , 4 - 700˚C/h

Dwell 0-9999 menit

Pendinginan skip 4 -700˚C

End 0-9999 menit ditahan

Keterangan :

1. Display

adalah layar yang yang digunakan untuk menampilkan keterangan suhu,

kecepatan pemanasan, waktu penahanan, maupun kecepatan pendinginan.

2. Unit

Bagian yang menunjukkan satuan-satuan dari angka-angka yang ditampilkan

pada bagian display.

3. Program Number

Page 44: Heat Treatment

Program number merupakan untuk tiap program yang ada dalam mesin

tersebut.

4. Heating Program

Diagram pemanasan dimana pada diagram tersebut terlihat adanya kenaikan

suhu dan penahanan suhu.

A Mengontrol waktu tunggu yang telah disimpan samapi memulai proses

pemanasan.

B, D, F Mesin pemanas memanasi dg kecepatan yang telah disimpan, dapat

dipilih dari 4oC – 700oC.

C, E, G, I Suhu tidak merubah waktu tunggu.

H Mesin pemanas menurunkan suhu dengan kecepatan normal

5. Relais

Indikator untuk mengontrol sirkulasi udara luar mesin, nilai magnetik, dan

penghubungnya

6. Program Button

Adalah tombol untuk memilih-milih program yamg dinginkan, yang

selanjutnya akan ditampilkan pada layar program number (3).

7. Segment Button

Tombol yang digunakan untuk memindahkan tahapan-tahapan suhu yang

dapat dilihat pada diagram pemanasan.

8. Up/down button

Tombol untuk menaikkan atau menurunkan suhu, kecepatan pemanasan

seperti yang ditampilkan pada display (1).

9. Key Button

Adalah tombol untuk mengunci bila kita menginginkan program tersebut

menjadi salah satu program dalam mesin.

10. Relais button

Untuk mengontrol sirkulasi udara luar mesin, nilai magnetik, dan

penghubungnya.

11. Comsumption button

Page 45: Heat Treatment

Untuk mengetahui energi pemakaian pada proses pemanasan sejak dimulai

program dan ditampilkan pada display

12 Start stop button

Tombol untuk memulai jalannya program dan menghentikannya

b. Rockwell Hardness Tester HR 150A

Gambar 4.33 Rockwell Hardness Tester Model HR-150A

c. Mesin ampelas/ grinding

Gambar 4.34 Mesin ampelas/ grinding

Page 46: Heat Treatment

d. Vernier caliper

Gambar 4.35 Vernier Calliper

e. Media pendingin

Air

Udara

Oli

4.3.3 Langkah Percobaan

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam praktikum heat

treatment.

2.Memasukkan spesimen ke dalam Furnace Chamber sampai temperatur 8500

C dan ditahan selama 10 menit.

3.Mendinginkan spesimen dengan media pendingin

4.Melakukan pengampelasan sampai spesimen rata

5.Menguji kekerasan spesimen dengan Rockwell Hardness Tester model HR

150A .

6.Mengulangi uji kekerasannya sampai tiga kali

7.Mengulangi uji kekerasan untuk spesimen lain.

8.Membandingkan pada spesimen yang sama untuk media pendingin yang

berbeda.

Page 47: Heat Treatment

4.3.4 Digram alir percobaan

Page 48: Heat Treatment

4.4 Hasil dan Pembahasan

4.4.1 Data hasil percobaan

Berikut adalah data nilai kekerasan yang diperoleh :

4.1.1 Material Non Perlakuan

NoHRA

Baja ST 40 Baja ST 60 Besi Cor

1 51 57 57.5

2 51 56 57

3 51.5 56.5 56

Rata-

rata

51.167 56.5 56.833

4.1.2. Material Perlakuan

- Perlakuan panas dengan pendinginan udara

No HRA

Baja ST 40 Baja ST 60 Besi Cor

1 37.5 47 50

2 38 50 52

3 37 50 52

Rata- 37.5 49 51.333

Page 49: Heat Treatment

rata

- Perlakuan panas dengan pendinginan air

No HRA

Baja ST 40 Baja ST 60 Besi Cor

1 43.5 67 74

2 43.5 66 73

3 44 69 73.5

Rata-

rata43.667 67.333 73.5

- Perlakuan panas dengan pendinginan oli

No HRA

Baja ST 40 Baja ST 60 Besi Cor

1 45 54.5 77

2 45.5 54.5 76

3 45 54 75

Rata-

rata45.167 54.333 76

Page 50: Heat Treatment

4.4.2 Analisa Data

Setelah dilakukan percobaan pada baja ST 40, baja ST 60 dan besi cor dengan

non perlakuan dan perlakuan dengan berbagai media seperti media air,oli dan

juga udara dan di dapat nilai kekerasannya tiap-tiap material tersebut maka

dapat dibuat suatu analisa :

1. Dari penjelasan teori di atas media pendinginan quenching sangat

mempengaruhi kekerasan suatu material, bahwa hasil pendinginan

menggunakan media air akan lebih keras dari pada media quenching

lainnya. Berdasarkan urutan kekerasannya dapat diurutkan perlakuan

panas pendinginan air > pendinginan oli > Non perlakuan > perlakuan

udara.

2. Dari hasil percobaan didapatkan hasil bahwa pendinginan dengan air

menghasilkan tingkat kekerasan material yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pendinginan dengan udara. Hal ini disebabkan karena proses

pendinginan dengan media pendinginan air terjadi sangat cepat karena

dilakukan secara mendadak sehingga terbentuk struktur martensit yang

lebih keras, karena martensit itu sendiri merupakan butiran yang berbentuk

jarum dan mempunyai sifat yang sangat keras dan tidak stabil. Struktur

kristal dari martensit bukan BCC (Body Centered Cubic) melainkan BCT

(Body Centered Tetragonal).

Page 51: Heat Treatment

Gambar 4.35 Struktur Kristal BCT ( Body Centered Tetragonal )

(Sumber: Callister, Materials Science and Engineering 4th)

Struktur ikatan martensit tersebut dikarenakan kehadiran dari karbon yang

terjebak ditengah-tengah struktur kristal. Karena pendinginan yang cepat,

maka atom-atom logam tidak mengalami transformasi secara difusi.

Dengan pendinginan yang sangat cepat maka tidak akan ada waktu bagi

austenit untuk berubah maupun menjadi ferrit. Sedangkan pada

pendinginan udara yang merupakan jenis proses quenching, prosesnya

berlangsung sangat lambat sehingga austenit berubah menjadi perlit

maupun ferrit yang lunak.

3. Baja ST-40 merupakan baja karbon rendah dengan kadar C + 0,3 %. Pada

diagram fasa Fe – C dibawah, letak ST 40 pada garis warna merah.

Sehingga perubahan fase selama proses heat treatment dapat dilihat pada

diagram tersebut. Baja ST- 60 merupakan baja karbon sedang dengan

kandungan C antara 0,3 – 0,65 % pada diagram fasa dibawah letaknya

antara garis merah dan biru sehingga perubahan fase pada waktu heat

treatment dapat dilihat pada diagram fase Fe – C dibawah.

Page 52: Heat Treatment

Gambar 4.36 Letak Baja ST-40 dan ST-60 dalam Diagram fasa Fe – C

(Sumber : Callister, Materials Science and Engineering 4th )

Gambar 4.37 Representasi struktur mikro baja ST-40 dan ST-60

dalam proses heat treatment

(Sumber: Callister, Materials Science and Engineering 4th)

Page 53: Heat Treatment

Tabel 4.7. Perbandingan berbagai sifat baja ST-40 dan ST-60 setelah proses Heat

Treatment

Perlakuan Panas Baja ST-40 Baja ST-60 Besi Cor

Non Perlakuan Sifatnya lebih keras

dibandingkan

dengan baja ST-40

dengan pendinginan

udara maupun oli,

tapi lebih ulet

dibandingkan ST-

40 pendinginan air

Kekerasan dan

keuletannya lebih

besar dibandingkan

dengan baja ST 60

pendinginan udara ,

pendinginan air dan

pendinginan oli

Kekerasannya lebih

besar dibandingkan

dengan besi cor

pendingianan udara

tetapi lebih ulet bila

dibandingkan dengan

besi cor pendinginan

oli dan medium air

Pendinginan

Udara

Paling rendah

kekerasannya bila

dibandingkan

dengan baja ST 40

non perlakuan ,

pendinginan air dan

pendinginan oli

tetapi keuletannya

paling besar bila

dibandingkan

dengan baja ST-40

non perlakuan,

pendingianan air

dan pendinginan

oli.

Paling rendah

kekerasannya bila

dibandingkan dengan

non perlakuan ,

pendinginan air dan

pendinginan oli tetapi

keuletannya paling

besar bila

dibandingkan dengan

baja ST-60 non

perlakuan,

pendinginan air dan

pendinginan oli.

Paling besar

keuletannya dan

paling rendah

kekerasannya bila

dibandingkan dengan

besi cor non

perlakuan,

pendinginan air, dan

pendinginan oli

Pendinginan air Paling keras dan

paling rendah

keuletannya bila

Kekerasannya lebih

besar dibandingkan

dengan ST 60

Kekerasannya lebih

besar dibandingkan

dengan besi cor non

Page 54: Heat Treatment

dibandingkan

dengan baja ST 40

non perlakuan,

pendinginan air dan

pendinginan oli

pendinginan udara

tapi lebih ulet bila

dibandingkan dengan

ST 60 non perlakuan

dan pendinginan oli

perlakuan maupun

pendinginan udara

tetapi lebih ulet bila

dibandingkan dengan

besi cor pendinginan

oli

Pendinginan Oli Kekerasannya lebih

besar di bandingkan

dengan ST 40

Pendingianan udara

tapi lebih ulet bila

disbanding dengan

ST 40 non

perlakuan maupun

dengan medium air

Kekerasannya lebih

besar dibanding

dengan ST 60

medium udara

maupun air, tetapi

lebih ulet

dibandingkan dengan

ST 60 non perlakuan

Paling keras dan

paling rendah

keuletannya bila

dibandingkan dengan

besi cor non

perlakuan,

pendinginan udara,

dan pendingianan air

4. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi :

a. Nilai rata-rata kekerasan baja ST 60 pendinginan air 60.33 skala HRA

dan nilai kekerasan baja ST 60 pendinginan oli 61 sksls HRA,artinya

nilai kekerasan pendinginan oli lebih besar dibandingkan nilai kekerasan

pendinginan air

b. Nilai rata-rata kekerasan besi cor pendinginan air 74.17 skala HRA dan

nilai kekerasan besi cor pendinginan oli 76 skala HRA,artinya nilai

kekerasan pendinginan oli lebih besar dibandingkan nilai kekerasan

pendinginan air

5. Penyimpangan-penyimpangan ini dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut :

a. kurang ratanya atau kurang halusnya permukaan material pada saat

mengamplas sehingga terjadi perbedaan distribusi gaya yang diterima

pada permukaan material.

Page 55: Heat Treatment

b. jarak identitor penetrasi dengan berikutnya terlalu dekat, sehingga nilai

kekerasannya kurang tepat.Oleh karena itu jarak antara diameter indentor

yang satu dengan yang lain harus minimal 3 (tiga) kali diameter indentor.

c. kekurang telitian praktikan dalam melihat nilai kekerasan yang terlihat

pada Rockwell tester.

d. kekurang telitian praktikan dalam melihat waktu pada saat dilakukan

gaya penekanan pada material.

4.5 KESIMPULAN DAN SARAN

4.5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dan analisa data, dapat disimpulkan

beberapa hal yaitu :

1. Heat treatment adalah proses pendinginan dan pemanasan yang terkontrol

terhadap logam, yang disesuaikan dengan tujuan pemakaiannya.

2. Tujuan dari heat treament antara lain :

a. Untuk mempersiapkan material untuk pengolahan berikutnya.

b. Mempermudah proses machining.

c. Untuk mengurangi kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan

energi.

d. Memperbaiki sifat keuletan material dan kekuatan material, dimana

dalam hal ini merupakan fungsi dari kandungan karbon yang

terkandung dalam material.

e. Meningkatkan kekerasan dan tegangan tarik.

3. Pendinginan yang cepat akan meningkatkan kekerasan sedangkan

pendinginan lambat kekerasannya kurang optimal.

4. Proses-proses dalam Heat treatment pada suatu material antara lain :

1. Untuk memperbaiki sifat kekerasan material ( hardening ) :

Surface Hardening(pengerasan permukaan)

1. Dengan penambahan zat

Page 56: Heat Treatment

a. Karburasi

b. Nitriding

c. Karbonitriding

d. Sianiding

e. Chromizing

f. Siliconizing

2. Tanpa Penambahan Zat

(a.) Flame Hardening

(b.) Induction Hardening

(c.) Laser and Electron Beam Hardening

Quenching

2.) Untuk memperbaiki sifat keuletan material ( softening ) :

a.) Anneling

b.) Normalizing

c.) Tempering

e. Dari data hasil percobaan didapat nilai kekerasan :

Baja ST 40 perlakuan air < non perlakuan>pendinginan oli >

pendinginan udara

Baja ST 60 perlakuan air > perlakuan oli > non perlakuan > pelakuan

udara

Besi cor perlakuan oli > perlakuan air > non perlakuan > perlakuan

udara

4.5.2 Saran

1. Waktu dan temperatur setiap material supaya diperhatikan selama

proses Heat Treatment.

2. Pada saat proses pendinginan setelah heat treatment, supaya

diperhatikan temperatur setiap perlakuan pada material tersebut.

Page 57: Heat Treatment

3. Sebelum digunakan, alat harus dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil

sesuai dengan standar.

4. Perhatikan juga proses pengukuran dan kehalusan permukaan benda

saat proses pengamplasan.

5. Praktikan seharusnya sungguh–sungguh dalam pelaksanaan praktikum,

teliti dalam pengamatan dan cermat dalam pengukuran maupun

perhitungan

6. Praktikan harus jeli dan teliti serta harus mengingat spesimen yang

sedang diamati sehingga tidak terjadi kekeliruan atau tertukarnya

spesimen.