Health Pijay 2014

91
Analisis Belanja Publik SEKTOR KESEHATAN CPDA Consolidating for Peacefull Development in Aceh Kabupaten Pidie Jaya 2014

description

analisis belanja publik sektor kesehatan

Transcript of Health Pijay 2014

Analisis Belanja PublikSEKTOR KESEHATAN

CPDAConsolidating for Peacefull

Development in Aceh

Kabupaten Pidie Jaya2014

Analisis Belanja PublikSEKTOR KESEHATAN

CPDAConsolidating for Peacefull

Development in Aceh

Kabupaten Pidie Jaya2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

BELANJA KESEHATAN

Belanja pemerintah terus meningkat searah dengan meningkatnya penerimaan. Pada tahun 2013,

pengeluaran Kabupaten Pidie Jaya tercatat sebesar Rp 472 miliar, meningkat lebih dari dua kali dari

tahun 2008. Meskipun secara nominal belanja ini meningkat, secara riil belanja Pemerintah Pidie Jaya

lebih kecil daripada belanja pada tahun 2011, terhitung sebesar Rp 433 miliar. Belanja pendidikan dan

belanja pelayanan umum (administrasi pemerintahan) merupakan belanja terbesar Pidie Jaya, yang

secara keseluruhan memiliki porsi sebesar 63 persen pada tahun 2013.

Belanja kesehatan di Pidie Jaya mengalami peningkatan yang cukup besar. Anggaran belanja kesehatan

di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2008 berjumlah Rp 10 miliar atau 6 persen dari belanja total. Angka

tersebut terus mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah maupun porsi terhadap total belanja. Pada

tahun 2013 terhitung anggaran belanja secara keseluruhan sebesar Rp 55 miliar atau mencapai 11 persen

dari total belanja. Porsi belanja tersebut jika dibandingkan dengan rata-rata kabupaten/kota lainnya di

Aceh lebih rendah, dimana rata-rata Aceh mencapai 12 persen.

Jumlah belanja kesehatan perkapita di Pidie Jaya sedikit di bawah rata-rata belanja kabupaten/kota di

Aceh. Jumlah anggaran belanja perkapita di Pidie Jaya pada tahun 2013 terhitung sebesar Rp 382 ribu,

masih di bawah rata-rata Aceh yang berjumlah Rp 398 ribu. Belanja perkapita tertinggi terdapat di Kota

Sabang dan Kota Langsa. Tingginya belanja perkapita di kota tersebut disebabkan jumlah penduduk yang

relatif lebih rendah dibandingkan daerah lainnya.

Secara total sebesar Rp 152 miliar sejak tahun 2009 hingga 2012 dibelanjakan untuk sektor kesehatan.

Hampir 70 persen belanja kesehatan digunakan untuk belanja tidak langsung. Jumlah total belanja

tidak langsung dari tahun 2009 hingga 2012 mencapai Rp 101 Miliar atau 66 persen dari total belanja.

Meskipun karakteristik pelayanan kesehatan diantaranya adalah padat karya, sehingga banyak tenaga

kesehatan yang perlu disediakan, namun belanja yang cukup tinggi untuk gaji dan tunjangan pegawai

akan memberikan celah yang kecil untuk program kesehatan lainnya. Meskipun pada tahun 2013

anggaran belanja tidak langsung lebih kecil dari rata-rata belanja tidak langsung selama empat tahun,

namun jumlahnya masih cukup besar, yakni mencapai 62 persen dari total belanja.

Belanja supportif merupakan belanja terbesar dari sektor kesehatan. Hampir sama dengan kabupaten

lain di Indonesia dimana alokasi belanja supportif cukup besar, hampir 80 persen atau sebesar Rp 43

miliar pada tahun 2013 dari belanja kesehatan dialokasikan untuk supportif. Alokasi belanja preventif

terhitung cukup rendah, hanya sebesar satu persen. Rendahnya belanja preventif dan tingginya belanja

suportif merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah kabupaten/kota di Indonesia

Belanja langsung pada Dinas Kesehatan rata-rata berjumlah Rp 11 miliar per tahun. Belanja yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Pidie Jaya yang digunakan untuk

belanja program selama lima tahun berjumlah total Rp 56 miliar atau sekitar Rp 11 miliar per tahun.

Belanja tersebut menunjukkan kecenderungan menurun selama tiga tahun terakhir. Penurunan belanja

yang terjadi mengakibatkan celah yang sempit dalam melaksanakan berbagai program kesehatan.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

2

Porsi belanja preventif cenderung mengalami perbaikan. Dari Rp 56 miliar total dana yang dikelola oleh

Dinas Kesehatan diluar belanja tidak langsung tahun 2009 hingga tahun 2013, terhitung hanya tiga

persen saja dana yang diarahkan untuk upaya preventif atau pencegahan. Namun kondisi tersebut terus

mengalami perbaikan, dimana pada tahun 2009 belanja pencegahan yang hanya berjumlah Rp 215 juta

atau 1,7 persen dari total belanja, meningkat menjadi Rp 599 juta atau 5,3 persen (2012) dan Rp 608 juta

atau 5,6 persen pada tahun 2013. Belanja tersebut diarahkan untuk berbagai upaya pencegahan seperti

peningkatan pelayanan gizi, ibu dan anak serta upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

INDIKATOR KESEHATAN

Rasio Puskesmas terhadap penduduk di Pidie Jaya lebih baik dari target nasional. Pada tahun 2012 rasio

Puskesmas terhadap penduduk di Pidie Jaya adalah satu berbanding 14 ribu, atau satu Puskesmas rata-

rata melayani 14 ribu penduduk. Kondisi tersebut lebih baik dari target nasional yang mempunyai target

satu Puskesmas melayani 30 ribu penduduk. Pada tahun 2013, Puskesmas Bandar Baru mengalami

pemekaran, dimana Pustu Cubo menjadi Puskesmas sehingga membuat rasio di Puskesmas tersebut

menjadi lebih baik dan melayani penduduk di bawah 30 ribu orang.

Jarak rata-rata penduduk ke Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) di Pidie Jaya cukup

terjangkau. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kemudahan akses masyarakat ke sarana kesehatan

cenderung baik. Jarak terjauh akumulatif masyarakat ke Puskesmas dan Pustu adalah 3 kilometer terjadi

di Kecamatan Meureudu, sementara jarak terdekat di Kecamatan Jangka Buya. Daerah dengan jarak

yang relatif jauh untuk Puskesmas juga telah direspon dengan letak Pustu yang lebih dekat.

Rata-rata dokter umum di Aceh melayani tiga ribu penduduk. Jumlah dokter di Aceh pada tahun 2012

lebih dari 1.500 orang. Tenaga tersebut tersebar ke seluruh kabupaten/kota maupun di level pemerintah

provinsi. Rasio dokter umum terhadap penduduk adalah sebesar 33 per 100 ribu penduduk atau setiap

dokter melayani tiga ribu penduduk. Namun bila jumlah yang dihitung hanya dokter yang bertugas di

kabupaten/kota saja, maka rasio ketersediaan dokter di Aceh adalah 23 per 100 ribu penduduk. Jumlah

tersebut hampir mencapai target Indonesia sehat 2010 yang menargetkan satu dokter berbanding 2.500

penduduk atau sekitar 40 dokter per 100 ribu penduduk.

Ketenagaan dokter spesialis di Pidie Jaya sangat minim. Tantangan ketersediaan dokter spesialis adalah

jumlah dan kualifikasinya. Dokter spesialis bertugas di RSUD Pidie Jaya menurut data terakhir hanya

empat orang. Ketersediaan dokter spesialis tersebut masih jauh dari kebutuhan ketenagaan sesuai dengan

aturannya. Ketersediaan spesialis tetap di RSUD Pidie Jaya hanya tersedia satu dokter spesialis yakni

dokter spesialis mata. memenuhi pelayanan spesialistik kepada masyarakat, dilaksanakan kerja sama

dengan Rumah Sakit Umum Kabupaten Pidie untuk mendatangkan dokter spesialis.

Jika dibandingkan dengan kondisi kabupaten/kota lainnya di Aceh, secara umum jumlah seluruh tenaga

kesehatan terhadap penduduk di Pidie Jaya sudah baik. Dengan menggunakan indikator beberapa

ketenagaan, seperti dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, ahli gizi, ahli kesehatan masyarakat dan

ahli sanitasi, maka dibutuhkan sebanyak 518 tenaga per 100 ribu penduduk. Jumlah tenaga kesehatan

di Pidie Jaya pada tahun 2012 mempunyai rasio 571 per 100 ribu penduduk, lebih tinggi dari rata-rata

kabupaten/kota lainnya di Aceh yang berjumlah 548 per 100 ribu penduduk.

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

3

Indeks angka kematian di Pidie Jaya lebih baik dibandingkan daerah lain di Aceh. Dengan menggunakan

standar angka kematian (ibu, bayi dan Balita) di Aceh, diketahui bahwa Kabupaten Simeulue adalah

daerah dengan nilai indeks terendah. Terdapat tujuh daerah dengan pencapaian seluruh angka kematian

yang lebih baik dari rata-rata Aceh sehingga memperoleh nilai maksimum.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Pidie Jaya pada tahun 2012 menjadi salah satu yang terbaik di Aceh. Angka

Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Pada tahun

2012, AKI di Aceh mencapai 191 per 100 ribu Kelahiran Hidup (KH) atau hampir dua kematian ibu terjadi

akibat proses kehamilan, persalinan dan masa nifas setiap seribu kelahiran hidup. AKI di Aceh cukup

bervariasi, dimana terdapat daerah yang AKI-nya sangat rendah dan daerah dengan AKI yang sangat

tinggi. Pidie Jaya menempati urutan ke empat terbaik di Aceh untuk AKI tahun 2012.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Pidie Jaya menurun. Pada tahun 2011 di Kabupaten Pidie Jaya terjadi 21

kematian bayi dari 3.044 jumlah Lahir Hidup (LH), atau dari seribu bayi yang lahir hidup terdapat 6 sampai

7 bayi yang meninggal dalam setahun. Penurunan AKB dari tahun 2009 hingga 2011 menunjukkan

perbaikan yang signifikan. Namun, AKB kembali meningkat pada tahun 2012 menjadi 9 per seribu LH.

Meskipun angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan secara nasional yaitu 32 per seribu LH

maupun pencapaian AKB Aceh tahun 2012 yang berjumlah 10,8 per seribu LH. Peningkatan AKB tahun

2012 menunjukkan perlunya penguatan upaya penurunan AKB untuk mencapai angka yang lebih baik

di masa mendatang.

Indeks penyakit menular di Pidie Jaya merupakan salah satu yang terendah di Aceh. Angka kesakitan di

Pidie Jaya cenderung lebih tinggi dari daerah lainnya di Aceh sebagai akibat penyakit-penyakit tertentu

yang digunakan sebagai indikator memperoleh nilai yang relatif rendah. Penyakit dengan indeks terendah

adalah angka kesakitan campak dimana Pidie Jaya merupakan daerah dengan jumlah penderita campak

terhadap penduduk tertinggi di Aceh. Tantangan tersebut harus diperhatikan di masa mendatang.

Sementara itu, penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) dan kusta juga berkontribusi cukup besar terhadap

nilai indeks Pidie Jaya.

Jumlah Balita dengan kondisi gizi di Bawah Garis Merah (BGM) merupakan masalah di Pidie Jaya. Pada

tahun 2012 jumlah dan persentase Balita BGM mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang berjumlah

hanya tiga persen. Kondisi tersebut juga menempatkan Pidie Jaya sebagai daerah dengan angka Balita

BGM tertinggi kedua di Aceh. Kasus Balita BGM bukanlah berarti seorang Balita telah menderita gizi

buruk, namun ukuran BGM dapat memberikan sinyal bahaya terhadap potensi Balita dengan gizi buruk

yang semakin besar.

Pencapaian indikator gizi merupakan tantangan di Pidie Jaya. Kabupaten Aceh Tengah bersama dengan

tiga daerah lainnya merupakan kabupaten dengan pencapaian indikator gizi yang lebih baik dari rata-

rata Aceh. Dibandingkan dengan daerah lainnya di Aceh, pencapaian indeks indikator gizi di Pidie Jaya

menempati urutan kedua terendah di Aceh. Tantangan tersebut adalah pada komponen Balita BGM yang

cukup tinggi.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

4

BELANJA PUSKESMAS

Sumber belanja terbesar adalah Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Belanja bersumber dana JKA mencapai

Rp 1,8 miliar atau 60 persen dari total belanja pada tahun 2012. Total jumlah belanja di Puskesmas

pada tahun 2012 berjumlah Rp 2,9 miliar. Belanja JKA, meskipun menurun sebesar Rp 462 juta dari

tahun 2011, tetapi masih merupakan sumber belanja terbesar. Penurunan jumlah tersebut belum diketahui

penyebab pasti, namun kemungkinan pengaruhnya adalah; jumlah penduduk dan besaran kapitasi yang

menurun. Selain JKA, belanja bersumber Jamkesmas/Jampersal merupakan sumber belanja yang

dominan. Jumlah total kedua jenis belanja tersebut tahun 2012 adalah Rp 678 juta atau 23 persen dari

total belanja.

Belanja Puskesmas perkapita sebesar Rp 33 ribu. Total belanja perkapita tertinggi pada tahun 2012 adalah

sebesar Rp 40 ribu dan terendah sebesar Rp 31 ribu dengan nilai rata-rata Rp 33 ribu. Belanja tersebut

merupakan hasil penjumlahan seluruh belanja yang dikelola oleh Puskesmas dibagi dengan jumlah

penduduk, sehingga meskipun besaran belanja cukup besar, namun dapat saja belanja perkapitanya lebih

rendah dari Puskesmas lainnya karena jumlah penduduk yang besar. Kondisi tersebut tampaknya terjadi

pada Puskesmas Ulim dan Bandar Baru.

Pengobatan adalah jenis program dengan belanja terbesar. Belanja upaya kuratif atau pengobatan

menyerap sebesar 60 persen belanja (Rp 1,8 miliar untuk lima Puskesmas pengamatan). Belanja untuk

pencegahan dimanfaatkan sebesar 35 persen atau sebesar Rp 1 miliar, sementara belanja supportif untuk

kegiatan manajemen dan administrasi hanya menggunakan 5 persen belanja. Kondisi tersebut dapat

disebabkan kebijakan dari pemanfaatan dana JKA yang setidaknya 20 persen diperuntukkan bagi upaya

pencegahan. Upaya ini memberikan kesempatan yang lebih baik bagi Puskesmas dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat guna mencapai berbagai indikator kesehatan lebih baik.

Belanja untuk pencegahan dialokasikan sekitar sepertiga belanja Puskesmas. Pada tahun 2012, belanja

untuk pencegahan dengan porsi terbesar diperoleh di Puskesmas Meurah Dua, mencapai 38 persen

dari belanja Puskesmas. Secara umum seluruh Puskesmas memberikan porsi yang baik untuk belanja

pencegahan, antara 33 hingga 38 persen.

REKOMENDASI

Besaran belanja kesehatan di Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya perlu ditingkatkan untuk memberikan

porsi yang lebih besar pada upaya pencegahan. Upaya pencegahan perlu didorong guna menghasilkan

belanja kesehatan yang efektif. Peran serta pemerintah lintas sektor dan pemberdayaan masyarakat

perlu dikedepankan untuk memperoleh pencapaian indikator yang lebih baik.

Analisis kondisi daerah dan kesehatan perlu dipertajam terutama dalam upaya alokasi dana yang lebih

baik di masa mendatang. Pembangunan sarana kesehatan harus memperhatikan akses masyarakat

serta kualitas pelayanan yang lebih baik. Kebersihan lingkungan dan memasyarakatkan perilaku hidup

sehat dalam mengendalikan dan menurunkan jumlah infeksi baru perlu didorong. Puskesmas harus

memberikan dorongan untuk menciptakan kesadaran masyarakat hidup secara bersih dan sehat, sebagai

upaya intervensi pencegahan dan pengendalian berbagai penyakit.

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

5

Pemerintah kabupaten perlu mengarahkan penguatan promosi kesehatan, monitoring dan evaluasi serta

pembinaan ke Puskesmas. Pola alokasi belanja di Puskesmas perlu diperhatikan terutama dalam alokasi

belanja guna menjawab tantangan kesehatan yang ada. Penguatan upaya kesehatan perlu ditingkatkan

serta memberikan perhatian terhadap pencegahan serta pemberdayaan masyarakat juga kerjasama

lintas sektor.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

6

PRAKATA

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

7

PRAKATA REKTOR UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Pidie Jaya merupakan salah satu kabupaten di Aceh yang relatif masih muda. Pada tahun 2013 Pemerintah

Kabupaten Pidie Jaya mengalokasikan belanjanya sebesar 11 persen untuk sektor kesehatan. Berbagai

program dan kegiatan pembangunan kesehatan dibiayai dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja

Kabupaten (APBK) selain didukung sumber-sumber pendanaan lainnya untuk sektor kesehatan.

Kajian “Belanja Publik Sektor Kesehatan Pidie Jaya” yang disusun oleh Tim Teknis Public Expenditure

Analysis and Capacity Strengthening Program (PECAPP)-Universitas Syiah Kuala yang mendapatkan

arahan dari Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya merupakan langkah penting untuk mendapatkan

gambaran awal bagaimana pengelolaan dana kesehatan selama ini. Kajian ini juga bermanfaat guna

mengidentifikasi berbagai capaian dan tantangan dalam pembangunan yang sedang dihadapi Pidie

Jaya, terutama di sektor kesehatan. Di samping itu, kajian ini juga berusaha mengidentifikasi lebih rinci

kebutuhan-kebutuhan prioritas dari sektor tersebut yang dapat direspon oleh Pemerintah Kabupaten Pidie

Jaya.

Berbagai capaian pembangunan untuk sektor kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya telah menunjukkan

perkembangan yang positif. Namun, diperlukan juga upaya dan langkah perbaikan yang serius dalam

pengelolaan dana untuk menghasilkan kinerja pembangunan yang lebih baik. Hasil kajian yang dilakukan

PECAPP menunjukkan untuk mencapai efektifitas pengelolaan dana kesehatan, harus dimulai dengan

perencanaan yang lebih baik. Alokasi pendanaan yang seimbang antara upaya pencegahan, pengobatan

dan manajemen merupakan isu yang cukup mengemuka ketika analisis ini disusun, dimana belanja

untuk komponen pengobatan jauh lebih tinggi daripada upaya pencegahan. Arah belanja pada program

dan kegiatan pembangunan kesehatan memerlukan prioritas yang lebih kuat berbasis analisis, sehingga

dapat memberikan dampak jangka panjang dan berkelanjutan.

Pada akhirnya, kami berharap kajian ini benar-benar memberikan kontribusi terhadap perbaikan

pengelolaan belanja kesehatan di Pidie Jaya, sehingga belanja pembangunan kesehatan yang terbatas

ini dapat mendatangkan manfaat yang optimal, khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya.

Banda Aceh, Januari 2014

Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng.

Rektor Universitas Syiah Kuala

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

8

KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PIDIE JAYA

Sebagai kabupaten yang baru terbentuk di Provinsi Aceh, Pidie Jaya tentu masih membutuhkan berbagai

upaya dalam melaksanakan pembangunan. Tantangan di sektor kesehatan yang terus mengalami

perubahan juga menuntut Kabupaten Pidie Jaya menyesuaikan dirinya. Analisis Belanja Publik Sektor

Kesehatan yang telah dilaksanakan bersama PECAPP (Public Expenditure Analysis Capacity and

Sthrengtening Program) diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi

kesehatan dan penggunaan dana di bidang kesehatan bersumber pemerintah di Kabupaten Pidie Jaya.

Analisis ini terlaksana berkat kerjasama yang baik antara Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten Pidie

Jaya, dan PECAPP. Laporan analisis ini disusun dalam Health Public Expenditure Review (Health PER).

Health PER merupakan analisis terhadap belanja publik sektor kesehatan yang dilakukan oleh PECAPP,

dengan data fiskal dan nonfiskal yang diperoleh dari sumber-sumber resmi pemerintah. Health PER

berisi informasi mengenai belanja kesehatan, indikator kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan di

Kabupaten Pidie Jaya.

Analisis yang telah disusun ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam menyusun berbagai

program pembangunan di sektor kesehatan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan Kabupaten Pidie

Jaya. Berbagai kegiatan lainnya bersama dengan analisis seperti yang telah disusun tentu saja perlu

dilakukan guna melaksanakan pembangunan kesehatan yang berkelanjutan. Dengan dukungan berbagai

pihak diharapkan laporan ini dapat membantu pemerintah dalam mencapai cita-cita pembangunan

kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya.

Meureudu, Januari 2014

dr. Buchari, MM.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

9

UCAPAN TERIMA KASIH

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

10

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya maka Health Public

Expenditure Review (Health PER) Kabupaten Pidie Jaya dapat kami selesaikan dengan baik. Health PER

merupakan Analisis Belanja Publik Sektor Kesehatan yang dilakukan oleh PECAPP (Public Expenditure

Analysis Capacity and Sthrengtening Program) atas dukungan Pemerintah Aceh. Laporan ini disusun oleh

sebuah tim yang dipimpin Rachmad Suhanda, di bawah supervisi Harry Masyrafah sebagai Team Leader.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada:

1. Gubernur Provinsi Aceh, Bapak dr. Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Bapak Muzakir Manaf.

2. Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Bapak Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng.

3. Sekretaris Daerah Provinsi Aceh, Bapak Drs. Dermawan, MM.

4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Bapak dr. Taqwallah, M.Kes. dan segenap jajarannya.

5. Kepala Bappeda Provinsi Aceh, Bapak Prof. DR. Ir. Abubakar Karim, MS. dan segenap jajarannya.

6. Bupati Kabupaten Pidie Jaya, Bapak Drs. Gade Salam dan segenap jajarannya.

7. Sekretaris Daerah Kabupaten Pidie Jaya, Bapak Ramli Daud SH,. MM.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya dan Para Kepala Puskesmas dalam wilayah

Kabupaten Pidie Jaya beserta segenap jajarannya.

9. Kepala Bappeda Kabupaten Pidie Jaya dan segenap jajarannya.

10. World Bank dan Consolidating Peaceful Development in Aceh (CPDA)

11. Bapak Prof. Raja Masbar, Bapak Dr. Islahuddin, Dr. Iskandar Majid, dan Bapak T. Harmawan sebagai

Advisor PECAPP.

12. Bapak T. Setia Budi, Bapak dr. M. Yani, M.Kes, PKK dan Bapak Drg. Saifuddin Ishak, M.Kes, PKK atas

dukungan dan arahannya.

13. Tim Sektor Kesehatan PECAPP yang telah bekerja keras guna menghasilkan laporan ini: Tika

Indiraswari, Darma Satria, T. Muhammad Yus, Riza Faruqi dan Haqqi Harzaki.

14. Tim Inti PECAPP, Adi Warsidi, T. Zukhradi Setiawan, Renaldi Safriansyah, Teuku Triansa Putra, Dian

Alifya, Inggit Maulidina, Sofran Sofyan, T. Aulia Zailian, Eliana Gultom, Wan Windi Lestari, Sukhairi

Amirsyah, T. Hendra Kemala, Husaini, Agus Salim.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada semua pihak yang secara

langsung ataupun tidak telah memberikan kontribusinya dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan

ini dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan Aceh pada umumnya dan Kabupaten Pidie Jaya

khususnya di masa mendatang.

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

11

DAFTAR ISI

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

12

DAFTAR ISI

Ringkasan Eksekutif ..............................................................................................................................................1

Prakata Rektor Universitas Syiah Kuala ...........................................................................................................7

Kata Pengantar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya .................................................................8

Ucapan Terima Kasih ......................................................................................................................................... 10

Daftar Grafik......................................................................................................................................................... 13

Daftar Tabel ......................................................................................................................................................... 15

Daftar Lampiran .................................................................................................................................................. 16

Daftar Singkatan dan Simbol ............................................................................................................................ 17

Gambaran Umum .............................................................................................................................................. 20

1. Demografi dan Kondisi Sosial ..................................................................................................................... 20

2. Penerimaan dan Belanja Pemerintah Daerah .......................................................................................... 22

2.1. Penerimaan Pemerintah .......................................................................................................................... 22

2.2. Belanja Pemerintah ................................................................................................................................... 23

Belanja Sektor Kesehatan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya ..................................................................26

1. Jumlah dan Pengelola Belanja ...................................................................................................................26

2. Belanja Dinas Kesehatan ............................................................................................................................. 29

Sumber Daya dan Upaya Kesehatan ............................................................................................................. 34

1. Sumber Daya Manusia ................................................................................................................................. 34

2.Sarana Kesehatan .......................................................................................................................................... 34

2.1. Rumah Sakit ................................................................................................................................................36

2.2. Puskesmas ................................................................................................................................................39

3. Situasi Derajat Kesehatan ............................................................................................................................. 41

3.1.Angka Kematian .......................................................................................................................................... 42

3.2. Gizi ............................................................................................................................................................ 45

3.3. Angka Kesakitan .........................................................................................................................................47

4. Standar Pelayanan Minimal dan Upaya Kesehatan ...............................................................................50

Belanja Kesehatan Puskesmas .......................................................................................................................56

1. Sumber Pendapatan dan Belanja Puskesmas ..........................................................................................56

2. Sumber daya dan Upaya Kesehatan di Puskesmas ...............................................................................60

Kesimpulan dan Rekomendasi........................................................................................................................66

1. Kesimpulan .....................................................................................................................................................66

2. Rekomendasi .................................................................................................................................................68

Daftar Pustaka..................................................................................................................................................... 71

Lampiran ............................................................................................................................................................. 73

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

13

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012........................................................... 20

Grafik 2. Piramida Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012 .............................................................. 21

Grafik 3. IPM Kabupaten Pidie Jaya dan Aceh Tahun 2006-2012 ............................................................ 21

Grafik 4. Penerimaan Daerah Pidie Jaya....................................................................................................... 23

Grafik 5. Belanja Pemerintah Daerah ............................................................................................................ 23

Grafik 6. Jenis Belanja Kabupaten Pidie Jaya ..............................................................................................24

Grafik 7. Porsi Anggaran Kesehatan Terhadap Total Belanja .....................................................................26

Grafik 8. Belanja Perkapita Kesehatan Tahun 2013 di Aceh .......................................................................27

Grafik 9. Belanja Kesehatan Pidie Jaya .........................................................................................................27

Grafik 10. Belanja Kesehatan Berdasarkan Kegunaan ................................................................................ 28

Grafik 11. Belanja Pada RSUD Pidie Jaya ...................................................................................................... 29

Grafik 12. Belanja Langsung Dinas Kesehatan .............................................................................................. 29

Grafik 13. Jenis Belanja Langsung ..................................................................................................................30

Grafik 14. Belanja Berdasarkan Jenis Program Kesehatan .......................................................................... 31

Grafik 15. Sasaran Belanja Program Preventif/Kuratif ................................................................................. 32

Grafik 16. Porsi Belanja Pencegahan Menurut Sasaran .............................................................................. 32

Grafik 17.Rasio Dokter per 100 ribu Penduduk .............................................................................................. 34

Grafik 18. Rasio Bidan per 100 ribu Penduduk di Pidie Jaya ...................................................................... 35

Grafik 19. Indeks Tenaga Kesehatan ...............................................................................................................36

Grafik 20. Jarak Masyarakat ke Rumah Sakit .............................................................................................. 37

Grafik 21. Indeks Sarana Kesehatan ...............................................................................................................39

Grafik 22. Rasio Puskesmas Terhadap Penduduk ........................................................................................ 40

Grafik 23. Jarak Tempuh ke Puskesmas dan Puskesmas Pembantu ....................................................... 40

Grafik 24. Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan ...................................................... 41

Grafik 25. Sarana Berobat Jalan Masyarakat ............................................................................................... 42

Grafik 26. Angka Kematian Ibu (per 100 ribu KH) ........................................................................................ 42

Grafik 27. Angka Kematian Ibu di Pidie Jaya ............................................................................................... 43

Grafik 28. Angka Kematian Bayi per seribu Lahir Hidup (LH) .................................................................... 44

Grafik 29. Indeks Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita ............................................................................. 44

Grafik 30. Indeks Angka Kematian Terhadap Belanja Kesehatan Perkapita ........................................... 45

Grafik 31. Persentase Balita Ditimbang Terhadap Balita BGM ................................................................... 46

Grafik 32. Indeks Indikator Gizi ........................................................................................................................ 46

Grafik 33. Balita Ditimbang dan Balita di Bawah Garis Merah (BGM) di Puskesmas ..............................47

Grafik 34. Indeks Penyakit Menular ............................................................................................................... 48

Grafik 35. Beberapa Indikator TB Paru Tahun 2012 .................................................................................... 48

Grafik 36. Indikator Beberapa Penyakit Menular Tahun 2012 ................................................................... 49

Grafik 37. Persentase Kunjungan Ibu Hamil Minimal Empat Kali Selama Kehamilan dan Persalinan

Pada Tenaga Kesehatan ................................................................................................................................... 52

Grafik 38. Pencapaian Beberapa Indikator Pelayanan Anak ..................................................................... 53

Grafik 39. Indeks Upaya Kesehatan ............................................................................................................... 54

Grafik 40. Sumber Belanja Puskesmas .........................................................................................................56

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

14

Grafik 41. Belanja Total dan Perkapita Puskesmas .......................................................................................57

Grafik 42. Jenis Belanja Kesehatan ...............................................................................................................58

Grafik 43. Sumber Belanja Program Kesehatan ...........................................................................................58

Grafik 44. Jenis Belanja Kesehatan per Puskesmas ................................................................................... 59

Grafik 45. Belanja Kesehatan Berdasarkan Sasaran ................................................................................... 59

Grafik 46. Sasaran Belanja per Puskesmas ..................................................................................................60

Grafik 47. Indeks Tenaga Kesehatan di Puskesmas ......................................................................................61

Grafik 48. Indeks Angka Kematian Ibu, Anak dan Balita di Puskesmas ...................................................62

Grafik 49. Indeks Angka Kematian di Puskesmas ........................................................................................62

Grafik 50. Indeks Penyakit Menular ...............................................................................................................63

Grafik 51. Indeks Upaya Kesehatan di Puskesmas ....................................................................................... 64

Grafik 52. Alokasi Belanja Pencegahan Penyakit Menular Terhadap Jenis Penyakit ........................... 64

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

15

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Situasi Ketersediaan Dokter Spesialis Pada RSUD Pidie Jaya Tahun 2013 ............................ 35

Tabel 2. Indikator Kinerja Rumah Sakit Umum Meureudu Tahun 2011 dan 2012 .................................. 38

Tabel 3. Pencapaian dan Target SPM Bidang Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya .................................50

Tabel 4. Tantangan Terhadap Beberapa Kasus Penyakit Menular ...........................................................63

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rasio Beberapa Tenaga Kesehatan Tahun 2012 ..................................................................... 73

Lampiran 2. Jumlah Penduduk yang Dilayani per Puskesmas Tahun 2012 dan Jarak Rata-rata

Penduduk Ke Puskesmas serta Puskesmas Pembantu Tahun 2011 .......................................................... 74

Lampiran 3. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Tahun 2012 .............................................. 75

Lampiran 4. Kondisi Kejadian Beberapa Penyakit Menular Tahun 2012 .................................................. 76

Lampiran 5. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Balita dengan Berat Badan di Bawah

Garis Merah (BGM) Tahun 2012 .......................................................................................................................77

Lampiran 6. Beberapa Indikator Upaya Kesehatan Tahun 2012 ................................................................78

Lampiran 7. Indeks Tenaga Kesehatan .......................................................................................................... 79

Lampiran 8. Indeks Sarana Kesehatan ..........................................................................................................80

Lampiran 9. Indeks Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita .......................................................................... 81

Lampiran 10. Indeks Indikator Gizi .................................................................................................................. 82

Lampiran 11. Indeks Penyakit Menular ........................................................................................................... 83

Lampiran 12 Indeks Upaya Kesehatan ........................................................................................................... 84

DAFTAR FOTO

Cover (Sumber: http://puskesmaslojikarawang.blogspot.com)

Gambaran Umum (Sumber: Khairul Umami) ................................................................................................ 19

Belanja Sektor Kesehatan Pemerintah Kab. Pidie Jaya (Sumber: www.budaya-indonesia.org) ......... 25

Sumber daya dan Upaya Kesehatan (Sumber: www.belanjapublikaceh.org) ......................................... 33

Belanja Kesehatan Puskesmas (Sumber: www.skyscrapercity.com) .......................................................55

Kesimpulan dan Rekomendasi (Sumber: www.panoramio.com/machmoedie) .....................................62

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

17

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

Singkatan

AKB : Angka Kematian Bayi

AKABA : Angka Kematian Balita

AKI : Angka Kematian Ibu

APBA : Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh

APBK : Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten

API : Annual Parasite Incidence

Askes : Asuransi Kesehatan

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

BGM : Bawah Garis Merah

BOK : Bantuan Operasional Kesehatan

BOR : Bed occupancy Rate

BOR : Bed Occupancy Rate

BPS : Badan Pusat Statistika

DAU : Dana Alokasi Umum

DBD : Demam Berdarah Dengue

Dinkes : Dinas Kesehatan

DPKKD : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah

GDR : Gross Date Rate

IMR : Infant Mortality Rate

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jampersal : Jaminan Persalinan

JKA : Jaminan Kesehatan Aceh

Kemenkeu : Kementerian Keuangan

KH : Kelahiran Hidup

Km2 : Kilometer persegi

LH : Lahir Hidup

LOS : Length of Stay

MDGs : Millennium Development Goals

Menkes : Menteri Kesehatan

NDR : Net Death Rate

P2M : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

PECAPP : Public Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program

Pemkab : Pemerintah Kabupaten

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

18

Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan

Polindes : Pondok Bersalin Desa

PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

Poskesdes : Pos Kesehatan Desa

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

Pustu : Puskesmas Pembantu

RSU : Rumah Sakit Umum

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SPM : Standar Pelayanan Minimal

Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional

TOI : Turn Over Interval

Simbol% : PersenoC : Derajat Celcius

GAMBARAN UMUM

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

20

GAMBARAN UMUM

1. DEMOGRAFI DAN KONDISI SOSIAL

Kabupaten Pidie Jaya salah satu daerah pemekaran terbaru di Aceh. Kabupaten Pidie Jaya merupakan

satu dari 16 usulan pemekaran kabupaten/kota yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007, sebelumnya bagian dari Kabupaten Pidie. Kabupaten ini

memiliki karakteristik daerah pantai dan perbukitan dengan delapan kecamatan yang sebagian besar

terletak di pesisir pantai.

Kabupaten Pidie Jaya memiliki kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi. Kepadatan penduduk

Pidie Jaya terhitung sebesar 145 jiwa/km2. Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2012 mencapai 145

ribu jiwa, lebih tinggi dari rata-rata Aceh, yaitu 81 jiwa/km2, dengan komposisi yang hampir seimbang

antara laki dan perempuan. Pidie Jaya merupakan daerah hujan tropis dengan temperatur rata-rata 25-

32 oC (derajat Celcius) dengan kelembaban rata-rata 85 persen, Grafik 1.

Grafik 1. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012

Karakter usia penduduk Pidie Jaya didominsi usia muda. Penduduk Pidie Jaya didominasi penduduk

berusia 15-44 tahun, yang berjumlah 48 persen dari populasi. Penduduk yang berusia di atas 45 tahun

hanya 22 persen. Karakteristik umur tersebut menunjukkan perlunya perhatian yang cukup besar pada

kelompok usia anak, rentang usia 0-14 tahun yang mempunyai porsi cukup besar (30 persen), Grafik 2.

Sumber: BPS, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

21

Grafik 2. Piramida Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012

Tingkat kemajuan pembangunan manusia dan kesejahteraan masyarakat di Pidie Jaya terus mengalami

peningkatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pidie Jaya terhitung terus meningkat sejak tahun

2006. IPM adalah salah satu indikator kesejahteraan masyarakat yang di hitung berdasarkan beberapa

variabel.1 Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2012 berada di atas rata-rata IPM Aceh, meningkat dari tahun

2007 yang berada di bawah rata-rata Aceh, Grafik 3. Pidie Jaya masih memiliki beberapa tantangan

utama, diantaranya tingkat kemiskinan.

Grafik 3. IPM Kabupaten Pidie Jaya dan Aceh Tahun 2006-2012

1 Indeks pembangunan masyarakat (IPM) terdiri dari tiga indikator utama, yaitu: kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Pengukuran ini menggunakan tiga dimensi dasar, yaitu: lamanya hidup, pengetahuan dan standar hidup yang layak. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, namun saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Sumber: Dinas Kesehatan Aceh, PECAPP

Sumber: BPS Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

22

Pidie Jaya merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, juga potensi masalah

kesehatan yang besar. Sebanyak 34 persen penduduk Pidie Jaya pada tahun 2012 merupakan penduduk

miskin, jauh lebih tinggi dari Aceh yang mempunyai angka 19 persen. Tingginya tingkat kemiskinan

seringkali searah dengan besarnya permasalahan kesehatan. Masyarakat miskin identik dengan

lingkungan tempat tinggal dengan sanitasi buruk, pangan yang buruk yang disebabkan oleh rendahnya

pendapatan dan pendidikan, perilaku dan kesadaran hidup sehat yang rendah serta terbatasnya akses

layanan kesehatan. Kondisi kemiskinan menyebabkan penduduk menjadi rentan terhadap serangan

penyakit dan kesakitan juga berpotensi membuat penduduk menjadi miskin.2 Berbagai indikator kesehatan

di negara berpendapatan rendah dan menengah jika dibandingkan dengan negara berpendapatan tinggi,

juga memperlihatkan bahwa angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan

pendapatan.3

Meskipun terdapat beberapa peningkatan positif dari pembangunan kesehatan, tetapi tantangan utama

masih ada. Pembangunan kesehatan perlu mempertimbangkan dinamika yang berkembang selain

komponen di dalam sektor kesehatan sendiri. Berbagai upaya percepatan pencapaian indikator kesehatan

harus terus diupayakan dengan memperhatikan berbagai kondisi yang berkembang. Tingginya angka

kematian ibu dan bayi, masalah gizi buruk dan berbagai kejadian penyakit, baik menular maupun tidak,

adalah beberapa tantangan yang terus terjadi dalam dinamika pembangunan kesehatan.

Ketersediaan belanja kesehatan serta pemanfaatannya merupakan masalah yang perlu dianalisis.

Salah satu komponen yang sangat berperan dalam pembangunan kesehatan adalah pembiayaan

kesehatan, terutama belanja pemerintah. Kebijakan pemerintah yang menyebutkan bahwa besaran

anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10 persen dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji, pada kenyataannya belum semua daerah mampu

melaksanakan kebijakan tersebut.4 Keterbatasan jumlah belanja yang tersedia, pengalokasian belanja

secara adil, efektif dan efisien merupakan beberapa tantangan yang dihadapi.

2. PENERIMAAN DAN BELANJA PEMERINTAH DAERAH

2.1. Penerimaan Pemerintah

Penerimaan Pidie Jaya terus meningkat seiring dengan meningkatnya dana transfer dari pemerintah

pusat. Pada tahun 2013, anggaran penerimaan Kabupaten Pidie Jaya terhitung sebesar Rp 474 miliar,

meningkat lebih dua kali lipat dari tahun 2008, yang tercatat sebesar Rp 187 miliar pada tahun 2008.

Peningkatan penerimaan terbesar bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang menyumbangkan

sebesar 74 persen dari keseluruhan penerimaan, Grafik 4. Seperti kabupaten/kota lainnya di Indonesia,

penerimaan daerah sangat bergantung dari transfer pemerintah pusat, secara rata-rata terhitung sebesar

80 persen pada tahun 2013.5 Sedangkan sumbangan penerimaan lain di Pidie Jaya seperti Pendapatan

Asli Daerah (PAD) diperkirakan akan menyumbangkan sebesar 4 persen pada tahun 2013.

2 Argadiredja D, 2002

3 Firdausi, NT. 2002

4 UU Nomor 36 Tahun 2009, Pasal 171 ayat 2

5 Transfer dari daerah pusat adalah; dana perimbangan terbagi dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana perimbangan dari propinsi

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

23

Grafik 4. Penerimaan Daerah Pidie Jaya

2.2. Belanja Pemerintah

Belanja pemerintah terus meningkat searah dengan meningkatnya penerimaan. Pada tahun 2013,

pengeluaran Kabupaten Pidie Jaya tercatat sebesar Rp 472 miliar meningkat lebih dari dua kali lipat

tahun 2008. Meskipun secara nominal belanja ini meningkat, secara riil belanja pemerintah Pidie Jaya

lebih kecil daripada belanja pada tahun 2011, terhitung sebesar Rp 433 miliar. Belanja pendidikan dan

belanja pelayanan umum (administrasi pemerintahan) merupakan belanja terbesar dari Pidie Jaya,

yang secara keseluruhan memiliki porsi sebesar 63 persen pada tahun 2013, Grafik 5. Kedua sektor ini

memiliki belanja yang terus meningkat secara rata-rata sebesar 6 persen sejak tiga tahun terakhir. Sektor

pendidikan mendapatkan alokasi belanja pada tahun 2013 sebesar Rp 150 miliar, sedangkan pendidikan

mendapatkan Rp. 144 miliar.

Grafik 5. Belanja Pemerintah Daerah

Sumber : Kemenkeu, Pemkab Pidie Jaya, PECAPP

Sumber: Pemkab Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

24

Belanja pegawai merupakan belanja terbesar dan terus meningkat sejak tahun 2008. Meningkat lebih

dua kali lipat dari tahun 2008, belanja pegawai tercatat sebesar Rp 248 miliar pada tahun 2013, dari

hanya Rp 85 miliar pada tahun 2008 atau sebesar 53 persen dari keseluruhan belanja pemerintah, Grafik

6. Hal ini didorong oleh bertambahnya jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 900 orang dalam

kurun waktu 5 tahun. Pada tahun 2013, jumlah PNS tercatat sebesar 3.785 orang, sedangkan pada 2012

hanya 2.886 orang. Di berbagai daerah di Indonesia, belanja pegawai secara rata-rata terhitung sebesar

70 persen dari keseluruhan belanja pemerintah daerah.6

Grafik 6. Jenis Belanja Kabupaten Pidie Jaya

6 Analisis Keuangan Daerah, Depkeu, 2012 dalam Pecapp, 2013

Sumber: Pemkab Pidie Jaya, PECAPP

BELANJA SEKTOR KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE JAYA

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

26

Belanja Sektor Kesehatan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya

1. Jumlah dan Pengelola Belanja

Belanja kesehatan di Pidie Jaya mengalami peningkatan yang cukup besar. Anggaran belanja kesehatan

di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2008 hanya berjumlah Rp 10 miliar atau 6 persen dari belanja total.

Angka tersebut terus mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah maupun porsi terhadap total belanja.

Pada tahun 2013 terhitung anggaran belanja secara keseluruhan adalah sebesar Rp 55 miliar atau

mencapai 11 persen dari total belanja. Namun, porsi belanja tersebut jika dibandingkan dengan rata-rata

kabupaten/kota lainnya di Aceh masih lebih rendah, dimana rata-rata Aceh mencapai 12 persen, Grafik 7.

Grafik 7. Porsi Anggaran Kesehatan Terhadap Total Belanja

Jumlah belanja kesehatan perkapita di Pidie Jaya sedikit di bawah rata-rata belanja kabupaten/kota di

Aceh. Jumlah anggaran belanja perkapita di Pidie Jaya pada tahun 2013 terhitung sebesar Rp 382 ribu,

masih di bawah rata-rata Aceh yang berjumlah Rp 398 ribu. Belanja perkapita tertinggi tercatat di Kota

Sabang dan Kota Langsa. Belanja perkapita yang tinggi di Sabang disebabkan jumlah penduduk yang

relatif lebih rendah dibandingkan daerah lainnya, Grafik 8.

Sumber: Kemenkeu, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

27

Grafik 8. Belanja Perkapita Kesehatan Tahun 2013 di Aceh

Secara total sebesar Rp 152 miliar sejak tahun 2009 hingga 2012 dibelanjakan untuk sektor kesehatan.

Hampir 70 persen belanja kesehatan digunakan untuk belanja tidak langsung. Jumlah total belanja

tidak langsung dari tahun 2009 hingga 2012 mencapai Rp 101 miliar atau 66 persen dari total belanja.

Meskipun karakteristik pelayanan kesehatan diantaranya adalah padat karya, sehingga banyak tenaga

kesehatan yang perlu disediakan, namun belanja yang cukup tinggi untuk gaji dan tunjangan pegawai

memberikan celah yang kecil untuk program kesehatan lainnya. Meskipun pada tahun 2013 anggaran

belanja tidak langsung lebih kecil dari rata-rata belanja tidak langsung selama empat tahun, namun

jumlahnya masih cukup besar, mencapai 62 persen dari total belanja, Grafik 9.7

Grafik 9. Belanja Kesehatan Pidie Jaya

7 Belanja tidak langsung merupakan belanja yang digunakan secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja. Termasuk dalam jenis belanja ini adalah belanja gaji dan tunjangan bagi Pegawai Negeri Sipil.

Sumber: Kemenkeu, BPS, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Sumber: Kemenkeu, BPS, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

28

Belanja supportif merupakan belanja terbesar dari sektor kesehatan. Hampir sama dengan kabupaten lain

di Indonesia dimana alokasi belanja supportif cukup besar, hampir 80 persen atau sebesar Rp 43 miliar

pada tahun 2013 dari belanja kesehatan dialokasikan untuk supportif.8 Alokasi belanja preventif terhitung

cukup rendah, hanya sebesar satu persen. Sedangkan rata-rata di kabupaten/kota lain di Aceh, pada

tahun 2012 alokasi belanja ini terhitung hampir 80 persen dari alokasi belanja pemerintah. Rendahnya

belanja preventif dan tingginya belanja supportif merupakan salah satu tantangan bagi banyak pemerintah

kabupaten/kota di Aceh, Grafik 10.

Grafik 10. Belanja Kesehatan Berdasarkan Kegunaan 9

Belanja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya mengalami peningkatan. RSUD Pidie Jaya

sejak berdiri pada tahun 2007 berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya. Belanja yang

khusus digunakan untuk RSUD Pidie Jaya pada tahun 2009 berjumlah Rp 1,6 miliar atau 5 persen dari

total belanja Dinas Kesehatan. Pada tahun 2013, belanja pada RSUD Pidie Jaya meningkat menjadi Rp

9,6 miliar atau sebesar 18 persen dari total belanja. Meningkatnya jumlah belanja tersebut dikarenakan

semakin banyaknya pelayanan yang diberikan, terutama penambahan anggaran sebesar Rp 5 miliar

untuk kegiatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Dana tersebut sebagian besarnya, Rp 2,2 miliar

digunakan untuk belanja jasa pelayanan medis dan nonmedis, Grafik 11.

8 Belanja supportif merupakan belanja yang diperuntukkan berbagai kegiatan manajerial, termasuk di dalamnya adalah pembayaran gaji dan tunjangan pegawai, penyediaan jasa perkantoran dan lain sebagainya.

9 Belanja preventif/kuratif adalah belanja yang tidak dapat dipisahkan pemanfaatannya, apakah murni sebagai upaya pencegahan ataupun upaya pengo-batan. Komponen tersebut menurun cukup besar karena jumlah belanja pembangunan sarana kesehatan Puskesmas dan jejaringnya yang bertujuan untuk upaya pencegahan sekaligus juga upaya pengobatan, menurun cukup besar dari Rp 7,8 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp 2,7 miliar pada tahun 2013.

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, RSUD Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

29

Grafik 11. Belanja Pada RSUD Pidie Jaya

2. Belanja Dinas Kesehatan

Belanja langsung pada Dinas Kesehatan cenderung menurun dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Belanja yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pidie Jaya yang digunakan

untuk belanja program selama lima tahun berjumlah total Rp 56 miliar atau sekitar Rp 11 miliar per tahun.

Belanja tersebut menunjukkan kecenderungan menurun selama tiga tahun terakhir. Belanja kesehatan

langsung pada tahun 2013 tercatat hanya sebesar Rp 11 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2009

yang tercatat sebesar Rp 13 miliar. Penurunan jumlah belanja salah satunya diakibatkan bergesernya

prioritas pembangunan ke belanja di rumah sakit yang cenderung mengalami peningkatan, Grafik 12.

Relatif rendahnya belanja langsung mengakibatkan sedikitnya alokasi belanja dalam melaksanakan

berbagai program kesehatan.

Grafik 12. Belanja Langsung Dinas Kesehatan

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, RSUD Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

30

Belanja program yang tersedia pada Dinas Kesehatan seperempatnya digunakan untuk urusan

manajemen dan perkantoran. Dari Rp 11 miliar anggaran belanja pada tahun 2013, sebanyak 26 persen

diarahkan untuk menunjang urusan perkantoran. Secara umum belanja pada Dinas Kesehatan sebagian

besarnya diperuntukkan untuk berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat maupun

upaya kesehatan perorangan.

Belanja pegawai menunjukkan kecenderungan peningkatan dan merupakan jenis belanja terbesar.

Pada tahun 2011, belanja langsung pegawai pada Dinas Kesehatan Pidie Jaya berjumlah Rp 1,6 miliar

atau hanya 6 persen dari total belanja. Belanja tersebut meningkat menjadi 37 persen atau Rp 4 miliar

pada tahun 2013. Kondisi tersebut terjadi karena meningkatnya anggaran belanja pegawai pada program

Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin yang jumlahnya mencapai Rp 3 miliar pada tahun 2013.

Sementara itu, belanja barang dan jasa berkisar antara 24 persen hingga 36 persen atau Rp 3 miliar

hingga Rp 4 miliar per tahun.

Belanja modal cenderung menurun, tercatat sebesar 28 persen dari keseluruhan belanja. Pada

anggaran tahun 2011, porsi belanja modal 70 persen atau Rp 9 miliar, jauh lebih besar dari tahun 2013

yang berjumlah Rp 3 miliar. Hal ini berpengaruh terhadap program kesehatan padat modal, terutamanya

program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas, puskesmas pembantu

dan jaringannya, Grafik 13. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan pembangunan di Pidie Jaya, maka

kemungkinan pemanfaatan dana bersumber lain, seperti dana Otonomi Khusus (Otsus) dapat menjadi

pilihan dalam menutupi kebutuhan di masa mendatang.

Grafik 13. Jenis Belanja Langsung

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

31

Porsi belanja preventif cenderung mengalami peningkatan. Dari Rp 56 miliar total dana yang dikelola

oleh Dinas Kesehatan di luar belanja tidak langsung tahun 2009 hingga 2013, terhitung hanya 3 persen

dana yang diarahkan untuk upaya preventif atau pencegahan. Namun, kondisi tersebut terus mengalami

perbaikan, dimana pada tahun 2009 belanja pencegahan yang berjumlah Rp 215 juta atau 1,7 persen

dari total belanja, meningkat menjadi Rp 599 juta atau 5,3 persen pada tahun 2012 dan Rp 608 juta atau

5,6 persen pada tahun 2013, Grafik 14. Belanja tersebut diarahkan untuk berbagai upaya pencegahan

seperti peningkatan pelayanan gizi, ibu dan anak serta upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit

menular.

Grafik 14. Belanja Berdasarkan Jenis Program Kesehatan

Porsi belanja pencegahan yang rendah merupakan masalah di banyak daerah di Indonesia. Belanja

preventif di Indonesia masih belum proporsional. Dalam merumuskan program kesehatan, terlihat

penerapan subsistem upaya kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) belum diterapkan

sepenuhnya, kondisi tersebut terlihat dari penyelenggaraan program, masih banyak yang berupa kegiatan

kuratif. Sementara dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga perlu menitikberatkan

kegiatan promotif/preventif.10

Belanja preventif/kuratif cenderung meningkat dan menyerap cukup besar dana langsung.11 Belanja

jenis ini merupakan belanja penyediaan sarana dan prasarana kesehatan serta obat dan perbekalan

kesehatan. Pada tahun 2009, jumlah belanja preventif/kuratif mencapai Rp 9 miliar atau 70 persen dari

total belanja langsung di Dinas Kesehatan, Grafik 15. Hal tersebut dipicu dengan tingginya pembangunan

dan penyediaan sarana/prasarana kesehatan pada tahun tersebut yang mencapai Rp 8,8 miliar. Pada

tahun 2012, belanja tersebut berkurang, dimana belanja jenis ini menggunakan 42 persen atau Rp 4,7

miliar belanja langsung, yang digunakan sebagian besarnya untuk obat dan perbekalan kesehatan.

10 Adisasmito W, 2008

11 Belanja yang tidak dapat dipisahkan besarannya untuk upaya pengobatan dan pencegahan

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

32

Grafik 15. Sasaran Belanja Program Preventif/Kuratif

Penanggulangan masalah gizi, pelayanan kesehatan ibu dan anak serta penanggulangan penyakit

menular merupakan prioritas pemerintah. Belanja gizi, pelayanan ibu anak dan penanggulangan penyakit

menular mendapatkan porsi lebih besar (hingga 80 persen pada anggaran 2013) untuk sasaran belanja

pencegahan. Dari beberapa sasaran tersebut, gizi merupakan sasaran utama pada anggaran tahun 2013.

Kondisi ini menunjukkan pengentasan masalah gizi, penanganan penyakit menular dan peningkatan

pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan prioritas di Pidie Jaya, Grafik 16. Namun, masih terdapat

beberapa tantangan utama di bidang ini yang perlu mendapat perhatian pemerintah.

Grafik 16. Porsi Belanja Pencegahan Menurut Sasaran

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP

SUMBER DAYADAN UPAYA KESEHATAN

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

34

SUMBER DAYA DAN UPAYA KESEHATAN

1. Sumber Daya Manusia

Rata-rata dokter umum di Aceh melayani tiga ribu penduduk. Jumlah dokter di Aceh pada tahun 2012

lebih dari 1.500 orang. Tenaga dokter tersebar ke seluruh kabupaten/kota maupun di level pemerintah

provinsi. Rasio dokter umum terhadap penduduk adalah sebesar 33 per 100 ribu penduduk atau setiap

dokter melayani tiga ribu penduduk. Jika jumlah yang dihitung hanya dokter yang bertugas di kabupaten/

kota saja, maka rasio ketersediaan dokter di Aceh adalah 23 per 100 ribu penduduk. Jumlah tersebut

belum mencapai target Indonesia Sehat 2010 yang menargetkan satu dokter melayani 2.500 penduduk

atau 40 per 100 ribu penduduk.

Disparitas rasio dokter terhadap penduduk di Aceh cukup besar. Rasio dokter terhadap penduduk

terbaik tercatat di Kota Sabang dan Kota Banda Aceh dengan jumlah penduduk per dokter di bawah

2.000 jiwa, atau telah sesuai dengan target. Sementara itu banyak kabupaten/kota lainnya belum sesuai

target Indonesia Sehat 2010, seperti di Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Tamiang, dimana setiap

dokternya melayani lebih dari 5.000 penduduk, Grafik 17.

Grafik 17. Rasio dokter per 100 ribu Penduduk

Jumlah dokter umum di Pidie Jaya masih di bawah rata-rata Aceh. Pada tahun 2012 jumlah dokter umum

di Pidie Jaya 32 orang, sebagian besarnya bertugas di Puskesmas (seluruh Puskesmas mempunyai

dokter umum). Kabupaten Pidie Jaya mempunyai rasio dokter 24 per 100 ribu penduduk atau setiap

dokter melayani sekitar empat ribu orang, Grafik 17. Kondisi yang sama terjadi pada dokter gigi dengan

rasio 5 per 100 penduduk atau setiap dokter gigi melayani rata-rata 20 ribu penduduk. Jumlah tersebut

belum mencapai target Indonesia Sehat 2010, yaitu 11 dokter per 100 ribu Penduduk. Ketersediaan jumlah

dokter yang cukup, termasuk dokter gigi, merupakan salah satu syarat pelaksanaan kegiatan kesehatan

terutama yang berkaitan dengan upaya kesehatan perorangan agar dapat berlangsung dengan baik.

Sumber: Dinkes Aceh, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

35

Ketenagaan dokter spesialis di Pidie Jaya sangat minim. Tantangan ketersediaan dokter spesialis adalah

jumlah dan kualifikasinya. Dokter spesialis bertugas di RSUD Pidie Jaya menurut data terakhir hanya

empat orang.12 Ketersediaan dokter spesialis tersebut masih jauh dari kebutuhan ketenagaan sesuai

dengan aturannya.13 Ketersediaan spesialis tetap di RSUD Pidie Jaya hanya satu dokter spesialis yakni

dokter spesialis mata, Tabel 1. Untuk memenuhi pelayanan spesialistik kepada masyarakat, dilaksanakan

kerja sama dengan Rumah Sakit Umum Kabupaten Pidie untuk mendatangkan dokter spesialis.

Tabel 1. Situasi Ketersediaan Dokter Spesialis Pada RSUD Pidie Jaya Tahun 2013

Jenis Spesialis Jumlah Status KeteranganPenyakit Dalam

0 Setidaknya 2 dari empat tenaga menurut Permenkes RI No. 340/Menkes/Per/III/2010

Kesehatan AnakBedahObstetri dan Ginekologi 1 SementaraMata 1 TetapTelinga, Hidung dan Tenggorokan 1 SementaraParu 1 Sementara

Sumber: Dinkes Aceh, PECAPP

Sebaran tenaga kesehatan di Pidie Jaya belum merata. Rasio bidan terhadap penduduk di Pidie Jaya

tahun 2012 adalah 137 per 100 ribu penduduk. Angka tersebut telah mencapai target Indonesia Sehat

2010, yaitu 100 bidan untuk 100 ribu penduduk. Meskipun demikian, distribusi bidan masih belum

sepenuhnya mencapai target, dimana Puskesmas Trienggadeng mempunyai rasio yang masih rendah,

Grafik 18.

Grafik 18. Rasio Bidan per 100 ribu Penduduk di Pidie Jaya

12 Dinas Kesehatan Aceh, 22 Juni 2013

13 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010, setidaknya Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua dari empat jenis pelayanan spesialis dasar. Spesialisasi yang dipersyaratkan tersebut meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.

Sumber: Dinkes Aceh, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

36

Jika dibandingkan dengan kondisi kabupaten/kota lainnya di Aceh, secara umum jumlah seluruh tenaga

kesehatan terhadap penduduk di Pidie Jaya lebih baik. Dengan menggunakan beberapa ketenagaan,

seperti dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, ahli gizi, ahli kesehatan masyarakat dan ahli sanitasi

maka dibutuhkan sebanyak 518 tenaga per 100 ribu penduduk. Jumlah tenaga kesehatan di Pidie Jaya

pada tahun 2012 mempunyai rasio 798 per 100 ribu penduduk, lebih tinggi dari rata-rata kabupaten/kota

lainnya di Aceh yang berjumlah 548 per 100 ribu penduduk.

Bidan, perawat, ahli kesehatan masyarakat dan sanitasi telah memenuhi target. Tantangan terhadap

jumlah dan distribusi tenaga sanitasi, tenaga kesehatan masyarakat dan bidan terhadap penduduk masih

perlu diperhatikan. Distribusi tenaga gizi masih belum merata, dimana beberapa Puskesmas belum

memiliki tenaga gizi sama sekali. Bersama dengan dokter dan dokter gigi, tenaga ahli gizi perlu ditingkatkan

dan disebarkan secara lebih merata. Nilai indeks tenaga kesehatan pada tahun 2012 menempatkan Pidie

Jaya sebagai salah satu daerah yang mempunyai indeks lebih baik dari rata-rata Aceh, Grafik 19.

Grafik 19. Indeks Tenaga Kesehatan 14

Pidie Jaya mempunyai kesempatan lebih baik dalam pembangunan kesehatan dari sisi ketersediaan

tenaga. Jumlah maupun kualifikasi ketenagaan di Pidie Jaya memberikan kesempatan dari sisi input

bagi daerah untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik. Upaya pencegahan tampaknya mempunyai

ketenagaan yang lebih lengkap dibandingkan dengan sumberdaya kuratif atau pengobatan.

1. Sarana Kesehatan

2.1. Rumah Sakit

Masyarakat membutuhkan perjalanan sejauh 11 kilometer untuk menjangkau rumah sakit pemerintah.

Meskipun rumah sakit adalah sarana perawatan sekunder (rujukan), namun kondisi tersebut dapat

memberikan gambaran bahwa akses masyarakat ke sarana kesehatan primer seperti Puskesmas dan

jaringannya cukup vital dalam pemberian pelayanan kesehatan (terutama upaya pengobatan). Jarak

terjauh adalah dari Kecamatan Bandar Baru dan terdekat adalah Kecamatan Meureudu, Grafik 20. Kondisi

14 Lihat Lampiran 7

Sumber: Dinkes Aceh, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

37

tersebut lebih baik dari rata-rata jarak masyarakat ke rumah sakit di Aceh, sekitar 24 kilometer. Namun,

penguatan kapasitas Puskesmas dan jejaringnya dalam upaya pengobatan merupakan hal yang penting

diperhatikan.

Grafik 20. Jarak Masyarakat ke Rumah Sakit

Pemanfaatan pelayanan RSUD Pidie Jaya rendah.15 Pada tahun 2012, jumlah tempat tidur yang

tersedia di RSUD Pidie Jaya adalah 44 unit, dengan tempat tidur rawat inap sebanyak 35 unit. Bed

Occupancy Rate (BOR) dari RSUD Pidie Jaya pada tahun tersebut adalah sebesar 29 persen, Tabel 2.

Kondisi tersebut belum mencapai target ideal Kementerian Kesehatan yakni 60-85 persen.16 Rendahnya

tingkat BOR yang dicapai menggambarkan bahwa terdapat kemungkinan rendahnya tingkat kualitas

pelayanan rumah sakit. Kondisi BOR yang rendah di RSUD Pidie Jaya tersebut lebih rendah dari rata-rata

BOR di rumah sakit pemerintah di Aceh yang mencapai 51 persen pada tahun 2012. Demikian pula jika

dibandingkan dengan RSUD di Kabupaten Pidie dengan BOR sebesar 97 persen atau RSUD di Kabupaten

Bireuen dengan BOR 79 sebesar persen.

Rendahnya kualitas pelayanan dapat mengurangi minat calon pasien rawat inap lain di rumah sakit.

Pasien yang mendapat perawatan di rumah sakit, lama atau tidaknya pasien dirawat tergantung dari

penyakit yang dialaminya. Namun rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan juga dapat mengurangi

minat calon pasien untuk memilih rawat inap di rumah sakit. Pasien pada umumnya lebih memilih untuk

dirawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan secara baik. Jika angka BOR rendah maka pihak

manajemen rumah sakit harus berupaya meningkatkan kualitas pelayanannya pada pasien, terutama

bagi mereka yang sedang menjalani rawat inap.17

15 Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit dapat dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit diantaranya adalah pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lama hari perawatan (Length of Stay/LOS), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn Over Interval/TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal >48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR).

16 Profil Kesehatan Indonesia 2010, Kementerian Kesehatan RI

17 Widaryanto, 2005

Sumber: BPS (Susenas), PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

38

Tabel 2. Indikator Kinerja Rumah Sakit Umum Meureudu Tahun 2011 dan 2012

No Indikator Ideal 2011 2012

1BOR

(Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur).

60-85 persen 11 persen 29 persen

2LOS

(Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

6-9 hari 3 Hari 5 Hari

3NDR

(Net Death Rate = Angka kematian netto)

< 25 per 1 ribu pasien keluar 14 orang 17 orang

4TOI

(Turn Over Interval = Waktu Tenggang Perputaran)

1-3 hari 28 Hari 34 Hari

Sumber: RSUD Pidie Jaya, PECAPP, 2012

Tempat tidur yang tersedia belum tergunakan secara efisien. Turn Over Interval (TOI) adalah waktu

rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai

ditempati lagi oleh pasien lain. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat

tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.18 Pencapaian TOI RSUD Pidie Jaya

cukup panjang mencapai 28 hari (2011) dan 34 hari pada tahun 2012.

Length of Stay (LOS) di RSUD Pidie Jaya telah mencapai target yang direncanakan. LOS adalah rata-

rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat

memberikan gambaran mutu pelayanan terutama dalam pelayanan medis, apabila diterapkan pada

diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang memerlukan pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS

yang ideal antara 6-9 hari.19 LOS pada RSUD Pidie Jaya tahun 2012 adalah 5 hari yang menunjukkan

kondisi yang ideal.

Tingkat Kematian Kasar (Gross Death Rate, GDR) dan Tingkat Kematian Netto (Net Death Rate, NDR)

RSUD Pidie Jaya cukup baik.20 Angka GDR di RSUD Pidie Jaya pada tahun 2011 adalah sebesar 19 per

seribu yang bermakna cukup ideal. Kondisi yang sama juga terlihat untuk NDR di RSUD Pidie Jaya yang

berjumlah 5,4 atau NDR mencapai nilai idealnya. Namun, jika dibandingkan dengan kondisi di rumah

sakit lainnya di Aceh dengan NDR 1,7 dan GDR 3,0, maka diperlukan lebih banyak perbaikan di RSUD

Pidie Jaya. Asumsinya, jika pasien meninggal setelah mendapat perawatan 48 jam berarti ada faktor

pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien, namun jika pasien meninggal

sebelum 48 jam masa perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang ke rumah sakit menjadi

penyebab utama pasien meninggal.

18 Profil Kesehatan Indonesia 2010, Kementerian Kesehatan RI

19 Profil Kesehatan Indonesia 2010, Kementerian Kesehatan RI

20 Gross Death Rate (GDR) adalah angka kematian umum untuk setiap seribu penderita keluar dari rumah sakit, tidak melihat berapa lama pasien berada di rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Net Death Rate (NDR) adalah angka kematian pasien setelah dirawat > 48 jam per seribu pasien keluar. Nilai ideal GDR adalah < 45 dan NDR ideal adalah < 25 per 1 ribu pasien keluar.

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

39

2.2. Puskesmas

Dari sisi akses dan ketersediaan sarana kesehatan, Pidie Jaya mempunyai nilai terbaik di Aceh.21

Kabupaten Pidie Jaya bersama dengan Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Aceh Barat Daya

mempunyai jarak tempuh (akses) masyarakat ke Puskesmas atau Puskesmas Pembantu (Pustu) dan

rasio Puskesmas per penduduk dengan nilai lebih baik dari rata-rata Aceh, sehingga memperoleh

indeks tertinggi. Berbeda jauh dengan beberapa daerah lainnya seperti Kabupaten Simeulue dan Kota

Subulusslam yang mempunyai indeks rendah. Hal ini merupakan kesempatan pembangunan kesehatan

yang lebih baik di Pidie Jaya, Grafik 21.

Grafik 21. Indeks Sarana Kesehatan 22

Rasio Puskesmas terhadap penduduk di Pidie Jaya lebih baik dari target nasional. Pada tahun 2012

rasio Puskesmas terhadap penduduk di Pidie Jaya adalah satu per 14 ribu, atau satu Puskesmas rata-rata

melayani 14 ribu penduduk. Kondisi tersebut lebih baik dari target nasional, yaitu satu Puskesmas melayani

30 ribu penduduk, Grafik 22. Pada tahun 2013, Puskesmas Bandar Baru mengalami pemekaran, dimana

Pustu Cubo menjadi Puskesmas sehingga membuat rasio di Puskesmas tersebut menjadi lebih baik dan

melayani penduduk di bawah 30 ribu orang.

Jumlah Puskesmas di Pidie Jaya terus bertambah. Guna meningkatkan akses masyarakat terhadap

sarana kesehatan, jumlah sarana kesehatan terus dibangun. Jumlah Puskesmas pada tahun 2008 adalah

sembilan, meningkat menjadi sebelas di tahun 2013. Selain jumlah Puskesmas, jumlah Poskesdes/

Polindes juga terus mengalami penambahan. Secara umum untuk sarana kesehatan primer masyarakat,

pada tahun 2013 di Pidie Jaya terdapat sebelas Puskesmas (lima rawat inap dan enam rawat jalan), 19

Pustu dan 95 Poskesdes.23

21 Indeks dihitung dengan menggunakan nilai standar jarak rata-rata dan rasio Puskesmas terhadap penduduk. Indeks diperoleh dari pembagian nilai sarana di kabupaten/kota standar. Jika nilai diperoleh lebih rendah dari 1 (satu) maka digunakan hasil pembagian, sementara jika diatas 1 (satu), maka nilai 1 (satu) diberikan untuk setiap komponen.

22 Lihat Lampiran 8

23 Dalam analisis ini nantinya konsep Puskesmas akan dibahas adalah sepuluh Puskesmas yang datanya tersedia hingga tahun 2012.

Sumber: Dinkes Aceh, BPS, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

40

Grafik 22. Rasio Puskesmas Terhadap Penduduk

Jarak rata-rata penduduk ke Puskesmas dan Pustu di Pidie Jaya cukup terjangkau. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa kemudahan akses masyarakat ke sarana kesehatan cenderung baik. Jarak terjauh

akumulatif masyarakat ke Puskesmas dan Pustu adalah 3 kilometer terdapat di Kecamatan Meureudu,

sementara jarak terdekat di Kecamatan Jangka Buya. Daerah dengan jarak yang relatif jauh ke Puskesmas

juga telah direspon dengan keberadaan Pustu, Grafik 23. Kondisi tersebut juga lebih baik dari jarak rata-

rata penduduk di Aceh ke Puskesmas (4,9 kilometer) dan Pustu (4,5 kilometer).

Grafik 23. Jarak Tempuh ke Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Sumber: BPS (Podes), PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

41

3. Situasi Derajat Kesehatan

Secara umum, Pidie Jaya memiliki gangguan kesehatan yang lebih tinggi dari daerah lain di Aceh.24

Penduduk yang mempunyai gangguan kesehatan di Pidie Jaya mencapai 48 persen. Jumlah ini terbilang

cukup tinggi dibandingkan daerah lainnya di Aceh yang mempunyai angka rata-rata sebesar 31 persen.

Namun, masyarakat yang kemudian melakukan upaya pengobatan terhadap sakitnya juga cukup tinggi

mencapai 68 persen, Grafik 24. Beberapa kondisi yang melatarbelakangi keadaan tersebut adalah; tingkat

keparahan penyakit, kesadaran masyarakat yang tinggi maupun akses yang relatif mudah dijangkau.

Grafik 24. Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan

Sama dengan daerah lain di Aceh, Puskesmas merupakan tempat berobat paling diminati oleh masyarakat

Pidie Jaya. Jumlah masyarakat yang berobat ke Puskesmas menduduki persentase tertinggi. Kondisi

tersebut disebabkan kemudahan akses dari sisi sarana, biaya dan budaya masyarakat. Sementara itu,

praktik paramedis (perawat dan bidan) merupakan tempat berobat dengan persentase tertinggi kedua,

Grafik 25. Antusiasme masyarakat terhadap sarana kesehatan yang disediakan pemerintah, dalam

hal ini Puskesmas, merupakan salah satu indikator bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

Puskesmas cukup baik.

24 BPS, Susenas 2011

Sumber: BPS (Susenas), PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

42

Grafik 25. Sarana Berobat Jalan Masyarakat

1.1 Angka Kematian

Tingkat Angka Kematian Ibu (AKI) di Pidie Jaya adalah salah satu yang terbaik di Aceh. AKI merupakan

salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan.25 Pada tahun 2012, AKI di Aceh mencapai

191 per 100 ribu Kelahiran Hidup (KH) atau hampir dua kematian ibu terjadi akibat proses kehamilan,

persalinan dan masa nifas setiap seribu KH. AKI di Aceh cukup bervariasi dimana terdapat daerah yang

AKI-nya sangat rendah, namun di sisi lain terdapat pula daerah dengan AKI yang sangat tinggi. Pidie Jaya

menempati urutan ke empat terbaik di Aceh untuk AKI tahun 2012, Grafik 26. Angka tersebut merupakan

jumlah kasus yang dilaporkan.

Grafik 26. Angka Kematian Ibu (per 100 ribu KH)

25 BPS: Angka Kematian Ibu adalah banyaknya kematian ibu karena faktor kehamilan dan persalinan serta masa nifas. Kematian ibu tersebut terjadi pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau penge-lolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain

Sumber: BPS (Susenas), PECAPP

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, Dinkes Aceh, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

43

AKI di Pidie Jaya cenderung semakin membaik. AKI maternal pada tahun 2008 adalah 179 per 100

ribu KH, Grafik 27. Pada tahun 2012, AKI di Pidie Jaya menurun menjadi 115 per 100 ribu KH. Kematian

ibu di Pidie Jaya didominasi akibat kematian ibu ketika menjalani proses persalinan. Dalam dua tahun

pengamatan kematian ibu paling banyak terjadi di Kecamatan Blang Kuta dengan AKI 429 per 100 ribu

KH dan di Kecamatan Jangka Buya dengan AKI 289 per 100 ribu KH. AKI tinggi dikarenakan jumlah KH di

kecamatan tersebut terbilang rendah, jika dibandingkan dengan kelahiran hidup di kecamatan yang lain.

Pola ini perlu dianalisis lebih lanjut mengingat kehandalan data yang masih menjadi tantangan utama di

Pidie Jaya.

Grafik 27. Angka Kematian Ibu di Pidie Jaya

Angka Kematian Bayi (AKB) di Pidie Jaya menurun.26 Pada tahun 2011 di Kabupaten Pidie Jaya terjadi

21 kematian bayi dari 3.044 jumlah Lahir Hidup (LH), atau dari seribu bayi lahir hidup terdapat 6 sampai

7 bayi yang meninggal dalam setahun. Penurunan AKB dari tahun 2009 hingga 2011 menunjukkan

perbaikan yang cukup signifikan, memberikan kesan upaya kesehatan yang berhubungan dengan upaya

menurunkan AKB cukup berhasil. Namun, AKB kembali meningkat pada tahun 2012 menjadi 9 per seribu

LH, Grafik 28. Meskipun angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan secara nasional yaitu 32

per seribu LH maupun pencapaian AKB Aceh tahun 2012 yaitu 10,8 per seribu LH, peningkatan pada

tahun 2012 menunjukkan perlunya upaya penurunan AKB untuk mencapai angka yang lebih baik di

masa mendatang.

26 Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun pada tahun yang sama, dinyatakan dalam seribu Lahir Hidup (LH).

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

44

Grafik 28. Angka Kematian Bayi per Seribu Lahir Hidup (LH)

Indeks angka kematian di Pidie Jaya lebih baik dibandingkan daerah lain di Aceh. Dengan menggunakan

standar angka kematian (ibu, bayi dan Balita) di Aceh, diketahui bahwa Kabupaten Simeulue adalah

daerah dengan nilai indeks terendah. Terdapat tujuh daerah dengan pencapaian seluruh angka kematian

yang lebih baik dari rata-rata Aceh sehingga memperoleh nilai maksimum, Grafik 29.

Grafik 29. Indeks Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita 27

27 Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun pada tahun yang sama, dinyatakan dalam seribu Lahir Hidup (LH).

Sumber: Dinkes Aceh, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Sumber: Dinkes Aceh, BPS, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

45

Jumlah belanja kesehatan di Pidie Jaya terhadap pencapaian pembangunan kesehatan cenderung baik.

Pidie Jaya termasuk dalam kuadran tiga, atau daerah dengan jumlah belanja kesehatan perkapita yang

relatif lebih kecil dari rata-rata Aceh, namun memiliki indeks angka kematian yang lebih baik dari Aceh.

Meskipun Pidie Jaya mempunyai belanja kesehatan yang relatif lebih efektif, namun terdapat daerah

dengan belanja yang lebih kecil dari Pidie Jaya dan indeks angka kematian yang hampir sama seperti

Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Utara dan Kota Banda Aceh, Grafik 30.

Grafik 30. Indeks Angka Kematian Terhadap Belanja Kesehatan Perkapita

3.2. Gizi

Jumlah Balita ditimbang di Pidie Jaya sebagai pintu masuk penjaringan Balita yang mengalami masalah

kesehatan, terutama gizi, lebih baik dari Aceh. Cakupan Balita ditimbang terhadap keseluruhan Balita

yang ada (D/S) di Provinsi Aceh tahun 2012 sebesar 54 persen. Pidie Jaya pada tahun 2012 mempunyai

persentase yang lebih baik yakni 77 persen, meningkat dari tahun 2011 yang hanya berjumlah 63 persen.

Jumlah tersebut juga lebih baik jika dibandingkan target nasional yakni 70 persen. Balita yang ditimbang

merupakan salah satu upaya yang strategis mengingat pencapaiannya menentukan penjaringan kondisi

gizi Balita. Semakin rendah pencapaian Balita ditimbang maka jumlah Balita yang terdeteksi status

gizinya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.

Jumlah Balita dengan kondisi gizi di Bawah Garis Merah (BGM) merupakan masalah di Pidie Jaya.28 Di

Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2012 jumlah dan persentase Balita BGM mengalami peningkatan dari

tahun 2011 yang berjumlah hanya tiga persen. Kondisi tersebut juga menempatkan Pidie Jaya sebagai

daerah dengan angka Balita BGM tertinggi kedua di Aceh, Grafik 31. Walaupun penemuan kasus Balita

BGM bukan berarti seorang Balita telah menderita gizi buruk, namun ukuran BGM dapat memberikan

sinyal bahaya terhadap potensi Balita dengan gizi buruk yang semakin besar.

28 Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk.

Sumber: Dinkes Aceh, BPS, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

46

Grafik 31. Persentase Balita Ditimbang Terhadap Balita BGM

Pencapaian indikator gizi merupakan tantangan di Pidie Jaya. Kabupaten Aceh Tengah bersama dengan

tiga daerah lainnya merupakan kabupaten dengan pencapaian indikator gizi yang lebih baik dari rata-

rata Aceh. Dibandingkan dengan daerah lainnya di Aceh, pencapaian indeks indikator gizi di Pidie Jaya

menempati urutan dua terendah di Aceh. Tantangan tersebut adalah pada komponen Balita BGM yang

cukup tinggi, Grafik 32.

Grafik 32. Indeks Indikator Gizi 29

29 Lihat Lampiran 10.

Sumber: Dinkes Aceh, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Sumber: Dinkes Aceh, BPS, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

47

Jumlah Balita ditimbang dan Balita BGM antar Puskesmas dalam Kabupaten Pidie Jaya cukup variatif.

Balita dengan BGM di Puskesmas Jangka Buya tidak ditemukan, namun pencapaian Balita ditimbang di

Puskesmas tersebut masih rendah. Angka terbaik untuk jumlah Balita ditimbang terdapat di Puskesmas

Meureudu (93 persen). Puskesmas Bandar Dua merupakan wilayah dengan jumlah BGM tertinggi yang

mencapai 87 persen, Grafik 33. Perhatian pemerintah untuk meningkatkan jumlah Balita ditimbang dan

mengentaskan masalah gizi buruk adalah hal cukup penting di Pidie Jaya.

Grafik 33. Balita Ditimbang dan Balita di Bawah Garis Merah (BGM) di Puskesmas

3.3. Angka Kesakitan

Indeks penyakit menular di Pidie Jaya merupakan salah satu yang terendah di Aceh. Angka kesakitan di

Pidie Jaya cenderung lebih tinggi dari daerah lainnya di Aceh sebagai akibat penyakit-penyakit tertentu

yang digunakan sebagai indikator memperoleh nilai yang relatif rendah. Penyakit dengan indeks terendah

adalah angka kesakitan campak, dimana Pidie Jaya merupakan daerah dengan jumlah penderita campak

terhadap penduduk tertinggi di Aceh. Tantangan tersebut harus menjadi perhatian di masa mendatang.

Sementara itu, penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) dan kusta juga berkontribusi cukup besar terhadap

nilai indeks Pidie Jaya, Grafik 34.

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

48

Grafik 34. Indeks Penyakit Menular 30

TB Paru merupakan tantangan di Kabupaten Pidie Jaya. Angka kejadian per tahun (insidensi) dan jumlah

kasus total (prevalensi) TB Paru di Pidie Jaya relatif lebih tinggi dari rata-rata Aceh di tahun 2012. Angka

kejadian TB Paru ditemukan hampir dua kasus setiap seribu penduduk, dua kali lipat nilai rata-rata Aceh.

Angka temuan kasus menunjukkan jumlah yang cukup baik, namun angka keberhasilan pengobatan TB

juga cukup rendah (25 persen), Grafik 35. Hal tersebut memberikan sinyal bahwa perhatian lebih besar

harus diberikan untuk penyakit ini.

Grafik 35. Beberapa Indikator TB Paru Tahun 2012

30 Lihat Lampiran 10.

Sumber: Dinkes Aceh, BPS, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

49

Prevalensi kasus kusta di Pidie Jaya menurun. Prevalensi kusta adalah jumlah keseluruhan penderita

kusta yang menimpa penduduk pada periode waktu tertentu. Prevalensi kusta di Kabupaten Pidie Jaya

tahun 2011 adalah 2,9 per 10 ribu penduduk. Angka tersebut membaik menjadi 2,5 pada tahun 2012,

Grafik 36. Namun, kondisi itu lebih buruk dari Aceh yang mempunyai prevalensi kusta hanya 0,8 per 10

ribu penduduk. Kemauan penderita untuk berobat di Pidie Jaya cukup memuaskan, dimana pada tahun

2011 dan 2012 mencapai 100 persen.

Kasus kusta ditemukan hampir di semua kecamatan. Bandar Baru merupakan kecamatan dengan

prevalensi kusta tertinggi. Kasus kusta ditemukan dengan prevalensi antara 0,5-5,8 per 10 ribu penduduk.

Kecamatan Ulim, Bandar Dua, Kuta Krueng, dan Blang Kuta merupakan daerah yang tidak ditemukan

kasus kusta. Perhatian pemerintah untuk kecamatan-kecamatan dengan kasus kusta perlu lebih

ditingkatkan lagi, mengingat resiko kecacatan akibat penyakit ini.

Kasus malaria di Pidie Jaya menurun. Malaria salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya

menjadi komitmen global dalam MDGs. Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan

berkembang biak dalam sel darah merah manusia ditularkan oleh nyamuk anopheles betina. Target angka

kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence/API) secara nasional ingin dicapai sebesar 1.75 per seribu

penduduk. Melihat angka kesakitan malaria di Kabupaten Pidie Jaya sebesar 0,05 per seribu penduduk,

maka angka kesakitan malaria telah mencapai target.

Angka kejadian DBD di Pidie Jaya jauh lebih baik dibandingkan rata-rata Aceh. Kejadian DBD di seluruh

Aceh pada tahun 2012 adalah sebanyak 2.269 kasus, hal ini menjadikan insidensi DBD per 100 ribu

penduduk adalah sebesar 48. Kejadian DBD di Pidie Jaya pada tahun yang sama adalah 9 kasus atau

6,4 per 100 ribu penduduk, Grafik 36. Kasus demam berdarah di Pidie Jaya pada tahun 2012 menurun

dibanding tahun 2011 yaitu sebanyak 19 kasus. Kondisi ini juga menuntut perhatian lebih terhadap upaya

pencegahan dan penanggulangannya.

Grafik 36. Indikator Beberapa Penyakit Menular Tahun 2012

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

50

Persentase diare yang ditemukan dan ditangani berbeda antar kecamatan. Pada tahun 2012 diare

ditangani di Aceh adalah sebesar 64 persen, sementara di Pidie Jaya pencapaiannya adalah sebesar

63 persen, Grafik 36. Angka tersebut hampir sama dengan capaian rata-rata Aceh, namun disparitas

antar kecamatan cukup besar. Pencapaian penanganan kasus diare tertinggi adalah di Kecamatan Blang

Kuta (161 persen), sementara Kecamatan Bandar Baru dan Kecamatan Meureudu kasus yang ditangani

di bawah 40 persen. Kondisi tersebut dapat disebabkan lebih rendah atau terlalu tinggi nilai estimasi

penderita diare di wilayah tersebut.

Campak merupakan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang ditemukan di Pidie

Jaya. Terdapat beberapa PD3I, yaitu tetanus neonatorum, campak, difteri, polio dan AFP, pertusis serta

hepatitis B. Dari penyakit tersebut, ditemukan 179 kasus campak dan tidak ada kasus lainnya pada tahun

2012.

4. Standar Pelayanan Minimal dan Upaya Kesehatan

Pencapaian indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan di Pidie Jaya belum

sepenuhnya sesuai target. Terdapat beberapa urusan wajib SPM, yaitu; penyelenggaraan pelayanan

kesehatan dasar yang terdiri dari 13 indikator kinerja, penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan

dengan dua indikator, penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian

Luar Biasa (KLB) dengan satu indikator dan penyelenggaraan promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat dengan satu indikator, Tabel 3.

Tabel 3. Pencapaian dan Target SPM Bidang Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya

Indikator Kerja Target 2012

Pencapaian 2012 Keterangan

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Dasar

Kunjungan Ibu hamil K4 90 persen 92 persen Tercapai

Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 60 persen 54 persen Belum

TercapaiCakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan

100 persen 100 persen Tercapai

Cakupan Pelayanan Nifas 100 persen 100 persen Tercapai

Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani 100 persen 8 persen Belum

Tercapai

Cakupan Kunjungan Bayi 100 persen 148 persen Tercapai

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 35 persen 51 persen Tercapai

Cakupan Pelayanan Anak Balita 65 persen 77 persen Tercapai

Cakupan Pemberian MP-ASI Pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin

50 persen 1 persen Belum

Tercapai

Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100 persen 100 persen Tercapai

Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 50 persen 77 persen Tercapai

Pelayanan Keluarga Berencana 70 persen 51 persen Belum

Tercapai

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

51

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

100 persen

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Pneumonia Balita

50 persen 4 persen Belum

Tercapai

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Baru TB BTA+ 85 persen 100 persen Tercapai

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita DBD yang Ditangani 55 persen

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Diare 85 persen 63 persen Belum

Tercapai

Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin 100 persen

Asumsi Tercapai

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Rujukan

Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin 100 persen

Asumsi Tercapai

Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota

100 persen

Asumsi Tercapai

Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang dilakukan Penyelidikan Epidemilogi <24 Jam

100 persen 100 persen Tercapai

Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat

Cakupan Desa Siaga Aktif 36 persen 7 persen Belum

Tercapai

Sumber: Perbup Pidie Jaya Nomor 23 Tahun 2012, Dinkes Aceh, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Anggaran belanja untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Pidie Jaya masih belum

mencapai target. Pada tahun 2012, diterbitkan Peraturan Bupati Pidie Jaya Nomor 23 Tahun 2012 tentang

Target Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya. Pada peraturan

tersebut dinyatakan bahwa pada tahun 2013 guna mencapai target SPM maka dibutuhkan dana Rp 54

miliar untuk beberapa kegiatan. Namun, besaran anggaran yang diharapkan tersebut tidak terjadi, dengan

total belanja untuk seluruh program yang dimaksud hanya berjumlah Rp 9,1 miliar atau 17 persen dari

target. Hal ini disebabkan teralokasinya anggaran tersebut pada dinas lainnya.

Seluruh persalinan di Pidie Jaya dilakukan pada tenaga kesehatan. Salah satu upaya untuk menurunkan

AKI adalah dengan meningkatkan jumlah persalinan pada tenaga kesehatan terlatih. Dari 2.600

persalinan yang terjadi pada tahun 2012 semuanya dilaksanakan pada tenaga kesehatan. Namun, jumlah

pencapaian terhadap ibu yang memeriksakan kehamilannya minimal empat kali masih variatif dengan

persentase terendah di Puskesmas Bandar Baru (82 persen) dan tertinggi di Puskesmas Meurah Dua

yang mencapai 100 persen, Grafik 37.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

52

Grafik 37. Persentase Kunjungan Ibu Hamil Minimal Empat

Meskipun persalinan pada tenaga kesehatan cukup tinggi dan kontrol kehamilan cukup baik, namun

AKI masih tinggi. Penurunan kematian ibu diupayakan tidak semata dengan pemeriksaan persalinan dan

persalinan pada tenaga kesehatan. Kedua upaya tersebut dinilai strategis dalam menurunkan AKI. Di luar

komponen itu, berbagai hal lainnya perlu diperhatikan, diantaranya adalah cakupan komplikasi kebidanan

yang ditangani. Upaya tersebut pada tahun 2012 hanya sebesar 54 persen di Pidie Jaya. Analisis

lebih dalam terhadap upaya untuk menemukan penyebab dari masih adanya AKI perlu dilaksanakan.

Pencapaian K4 serta persalinan pada tenaga kesehatan yang sudah baik perlu dipertahankan dan

ditingkatkan.

Upaya pelayanan kesehatan anak menunjukkan perbaikan. Beberapa upaya pelayanan kesehatan anak

seperti Kunjungan Neonatus Pertama (KN1), Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3) dan kunjungan bayi

lengkap menunjukkan perbaikan di Pidie Jaya.31 Meskipun pencapaian kunjungan bayi lengkap pada

tahun 2012 di seluruh Puskesmas telah mencapai 100 persen atau lebih, dengan total pencapaian 150

persen, namun masih terdapat satu Puskesmas (Trienggadeng) yang pencapaiannya masih 80 persen.

Indikator KN1 dan KN3 mencapai 100 persen pada semua Puskesmas, Grafik 38. Kondisi ini menunjukkan

adanya upaya yang cukup kuat untuk menurunkan angka kematian bayi di Pidie Jaya.

31 KN1: Pelayanan kesehatan neonatal dasar, kunjungan ke-1 pada 6-24 jam setelah lahir; KN3: Pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan pada saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada -28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah. Kunjungan Bayi Lengkap: Cakupan kunjungan bayi umur 29 hari–11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi; konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6–11 bulan.

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

53

Grafik 38. Pencapaian Beberapa Indikator Pelayanan Anak

Meskipun pencapaian target guna menurunkan angka kematian bayi cukup tinggi, namun AKB

meningkat. Jumlah kematian bayi yang tercatat di Puskesmas adalah sebanyak dua kasus, sementara

total kejadian diketahui 24 kasus.32,33 Kematian bayi yang tidak tercatat tersebut diasumsikan terjadi di

sarana kesehatan lain non-Puskesmas yakni rumah sakit. Beberapa keadaan dapat melatarbelakanginya,

misalnya masih rendahnya pencapaian angka neonatus dengan komplikasi yang ditangani.

Secara umum, kejadian angka kesakitan di Pidie Jaya menunjukkan perbaikan. Keberhasilan pemerintah

dalam menurunkan angka kesakitan, seperti malaria, penting dipertahankan di masa mendatang selain

berbagai upaya penurunan angka kejadian penyakit menular lainnya. Tantangan terhadap berbagai

penyakit seperti TB Paru, kusta dan lainnya terus meningkat sepanjang waktu sehingga perhatian

terhadapnya perlu ditingkatkan.

Indeks upaya kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya lebih baik dari Aceh. Nilai indeks yang diperoleh Pidie

Jaya untuk upaya kesehatan adalah sebesar 3,5 atau lebih baik dari rata-rata kabupaten/kota di Aceh

dengan nilai 3,41. Namun, upaya-upaya yang berkaitan dengan penurunan AKB/AKABA, perbaikan gizi

serta upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) di Pidie Jaya masih rendah. Hal

tersebut menjadi alasan terjadinya peningkatan AKB dan tingginya Balita dengan BGM serta tingginya

beberapa kasus penyakit menular di Pidie Jaya, Grafik 39.

32 Profil Kesehatan Pidie Jaya, Dinkes Pidie Jaya, 2012

33 Profil Kesehatan Aceh 2012, Dinkes Aceh, 2012

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

54

Grafik 39. Indeks Upaya Kesehatan34

34 Lihat Lampiran 10.

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

BELANJA KESEHATAN PUSKESMAS

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

56

BELANJA KESEHATAN PUSKESMAS

1. Sumber Pendapatan dan Belanja Puskesmas

Belanja di Puskesmas dibiayai dari enam sumber utama. Dari enam sumber belanja, pendanaan dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) mendominasi. Sedikitnya terdapat empat jenis

pembiayaan; Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Asuransi Kesehatan (Askes), Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Persalinan (Jampersal). Sementara dua sumber belanja lainnya

berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) yaitu Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) dan

belanja rutin Puskesmas yang bersumber dari APBK Pidie Jaya.

Sumber belanja terbesar adalah Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Belanja bersumber dana JKA mencapai

Rp 1,8 miliar atau 60 persen dari total belanja pada tahun 2012. Total jumlah belanja di Puskesmas pada

tahun 2012 berjumlah Rp 2,9 miliar. Belanja JKA, meskipun menurun sebesar Rp 462 juta dari belanja

tahun 2011, masih merupakan sumber belanja terbesar. Penurunan jumlah tersebut belum diketahui

penyebabnya, namun kemungkinan pengaruhnya adalah; jumlah penduduk dan besaran kapitasi yang

menurun, Grafik 40. Selain JKA, belanja bersumber Jamkesmas/Jampersal merupakan sumber belanja

yang dominan.35 Jumlah total kedua jenis belanja tersebut pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 678 juta

atau 23 persen dari total belanja.

Grafik 40. Sumber Belanja Puskesmas

Secara rata-rata, belanja per Puskesmas di Pidie Jaya adalah Rp 600 juta per tahun. Selama dua tahun

pengamatan, jumlah belanja Puskesmas terendah secara rata-rata terhitung sebesar Rp 323 juta dan

yang tertinggi adalah Rp 1 miliar. Pada tahun 2012, Puskesmas Bandar Baru merupakan Puskesmas

dengan jumlah belanja terbesar, Grafik 41. Jumlah belanja yang yang berbeda antar Puskesmas tersebut

disebabkan beberapa hal, diantaranya jumlah penduduk dan jumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh

setiap Puskesmas.

35 Metode pembayaran kapitasi merupakan pembiayaan kesehatan berbasis jumlah penduduk dan nilai pembayaran yang tetap (fix) tanpa memperhatikan lagi apakah penduduk tersebut sakit atau tidak, sehingga Puskesmas diharapkan mampu melakukan berbagai hal guna menurunkan jumlah kesakitan di wilayahnya.

Sumber: PECAPP; Hasil Survei Puskesmas

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

57

Belanja Puskesmas perkapita sebesar Rp 33 ribu. Total belanja perkapita tertinggi pada tahun 2012

adalah Rp 40 ribu dan terendah sebesar Rp 31 ribu dengan nilai rata-rata Rp 33 ribu, Grafik 41. Belanja

tersebut merupakan hasil penjumlahan seluruh belanja yang dikelola oleh Puskesmas dibagi dengan

jumlah penduduk, meskipun besaran belanja cukup besar, namun dapat saja belanja perkapitanya lebih

rendah dari Puskesmas lainnya karena jumlah penduduk yang besar. Kondisi tersebut tampak terjadi pada

Puskesmas Ulim dan Bandar Baru.

Grafik 41. Belanja Total dan Perkapita Puskesmas

Pengobatan adalah jenis program dengan belanja terbesar. Belanja kuratif atau pengobatan menyerap

sebesar 60 persen belanja (Rp 1,8 miliar untuk lima Puskesmas pengamatan). Belanja untuk pencegahan

dimanfaatkan sebesar 35 persen atau sebesar Rp 1 miliar, sementara belanja supportif untuk kegiatan

manajemen dan administrasi hanya menggunakan 5 persen belanja, Grafik 42. Kondisi tersebut

disebabkan kebijakan dari pemanfaatan dana JKA yang setidaknya 20 persen diperuntukkan bagi upaya

pencegahan. Memberikan kesempatan yang lebih baik bagi Puskesmas dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat guna mencapai berbagai indikator kesehatan lebih baik.

Sumber: PECAPP; Hasil Survei Puskesmas

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

58

Grafik 42. Jenis Belanja Kesehatan

Belanja JKA merupakan sumber belanja kuratif (pengobatan) utama. Belanja bersumber JKA sebagian

besarnya digunakan untuk upaya pengobatan atau berkontribusi sebesar Rp 1,4 miliar atau 81 persen dari

total belanja kuratif yang terhitung sebesar Rp 1,8 miliar, Grafik 43. Selain JKA, sumber belanja pengobatan

adalah dana Jamkesmas sebesar 17 persen dan Askes sebesar 2 persen. Belanja pencegahan sebagian

besarnya bersumber dari dana Jampersal, terhitung 37 persen, hal ini karena pengelompokan pendanaan

Jampersal yang digunakan untuk pelayanan ibu hamil dan anak, cukup besar. Sumber dana pencegahan

lainnya adalah BOK sebesar 33 persen dan JKA sebesar 30 persen. Belanja supportif sebagian besarnya

bersumber dari dana rutin 46 persen dan BOK sebesar 38 persen.

Grafik 43. Sumber Belanja Program Kesehatan

Sumber: PECAPP; Hasil Survei Puskesmas

Sumber: PECAPP; Hasil Survei Puskesmas

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

59

Belanja untuk pencegahan dialokasikan hanya sekitar sepertiga dari belanja Puskesmas. Pada tahun

2012, belanja untuk pencegahan dengan porsi terbesar diperoleh di Puskesmas Meurah Dua yang

mencapai 38 persen dari belanja Puskesmas. Secara umum seluruh Puskesmas memberikan porsi yang

bermakna untuk belanja pencegahan dengan porsi antara 33 hingga 38 persen, Grafik 44.

Grafik 44. Jenis Belanja Kesehatan Per Puskesmas

Jenis sasaran belanja utama adalah penyediaan dana untuk masyarakat yang berobat. Upaya kesehatan

perorangan merupakan jenis sasaran belanja terbesar, sesuai dengan jenis program kesehatan. Pada tahun

2012 belanja untuk sasaran tersebut menyerap 52 persen atau Rp 1,5 miliar dana dari lima Puskesmas

yang disurvei. Belanja untuk pelayanan gizi, ibu dan anak merupakan jenis sasaran tertinggi kedua dengan

besaran sebesar 24 persen dari total belanja, Grafik 45. Perhatian Puskesmas untuk upaya menurunkan

Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan menurunkan kejadian gizi buruk juga cukup besar, Grafik 45.

Grafik 45. Belanja Kesehatan Berdasarkan Sasaran

Sumber: PECAPP; Hasil Survei Puskesmas

Sumber: PECAPP; Hasil Survei Puskesmas

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

60

Pola belanja terhadap sasaran kesehatan di setiap Puskesmas hampir sama. Belanja upaya kesehatan

perorangan dan pelayanan ibu, anak dan gizi merupakan belanja dengan porsi terbesar. Belanja

upaya kesehatan perorangan terbesar terhitung di Puskesmas Bandar Baru dengan jumlah Rp 613 juta,

sementara belanja terendah di Puskesmas Jangka Buya dengan jumlah Rp 163 juta. Belanja pengobatan

perkapita secara rata-rata pada Puskesmas di Pidie Jaya adalah sebesar Rp 20 ribu. Belanja pengobatan

perkapita tertinggi adalah Rp 22 ribu terhitung di Puskesmas Jangka Buya. Puskesmas dengan belanja

pengobatan perkapita terendah adalah Puskesmas Trienggadeng sebesar Rp 19 ribu. Belanja pencegahan

perkapita tertinggi terdapat di Puskesmas Ulim dan Jangka Buya, sebesar Rp 14 ribu.

Grafik 46. Sasaran Belanja Per Puskesmas

2. Sumber Daya dan Upaya Kesehatan di Puskesmas

Sumber daya manusia yang tersedia di Puskesmas terlihat hampir lengkap. Puskesmas Meurah Dua

merupakan Puskesmas dengan indeks ketenagaan terbaik, dengan nilai indeks 6,2, Grafik 47. Kondisi itu

menunjukkan bahwa, dari tujuh kebutuhan yang diperlukan Puskesmas tersebut hampir memenuhi target

rasionya. Untuk tenaga dokter dan dokter gigi semua Puskesmas belum tercapai, indeks terendah untuk

rasio dokter terdapat di Puskesmas Jangka Buya. Puskesmas Ulim terhitung mempunyai nilai indeks

bidan yang lebih kecil dibandingkan Puskesmas lainnya.

Sumber: PECAPP; Hasil Survei Puskesmas

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

61

Grafik 47. Indeks Tenaga Kesehatan di Puskesmas36

AKB tinggi, namun tidak dapat didistribusikan kasusnya per Puskesmas. Perhitungan indeks kematian

berdasarkan tiga jenis angka kematian yang dimiliki yakni AKI, AKB dan Angka Kematian Balita (AKABA)

dengan jumlah nilai tertinggi dan terbaik sebesar tiga. Pada tahun 2011, terdapat 21 kematian bayi,

namun tidak dapat dideskripsikan kematian terjadi dimana saja, sehingga indeks kematian bayi pada

2011 dianggap satu atau diasumsikan tidak ada kematian di Puskesmas.37 Kondisi tersebut menjadikan

nilai tahun 2011 tidak dapat dijadikan baseline nilai Indeks kematian terutama untuk AKB.

Secara umum Puskesmas Meureudu dan Pante Raja mempunyai nilai lebih baik dari Puskesmas lainnya.

Hasil perhitungan nilai indeks angka kematian menunjukkan bahwa Puskesmas Pante Raja selama dua

tahun pengamatan memperoleh nilai sempurna (tiga) atau tidak ditemukan kematian ibu, bayi maupun

Balita di Puskesmas tersebut. Sementara itu Puskesmas Meureudu bersama Puskesmas Blang Kuta

merupakan Puskesmas dengan perbaikan indeks terbaik. Pada tahun 2012, juga tidak ditemukan kejadian

kematian ibu, bayi dan Balita di Puskesmas Meureudu, Grafik 48.

36 Lihat Lampiran 7.

�� Profi l Kesehatan Pidie Jaya, 2011 Profil Kesehatan Pidie Jaya, 2011

Sumber: PECAPP; Hasil Survei Puskesmas

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

62

Grafik 48. Indeks Angka Kematian Ibu, Anak dan Balita di Puskesmas38

Perhatian lebih besar perlu diberikan untuk Puskesmas Jangka Buya dan Bandar Dua. Indeks angka

kematian ibu, bayi dan anak di Puskesmas Jangka Buya lebih rendah dari Puskesmas yang lainnya.

Komponen angka kematian bayi dan Balita pada tahun 2012 juga rendah di Puskesmas Bandar Dua,

Grafik 49. Perlu perhatian lebih kepada Puskesmas dan penduduk di wilayah tersebut terutama dalam

upaya menurunkan angka kematian.

Grafik 49. Indeks Angka Kematian di Puskesmas 39

38 Lihat Lampiran 9.

39 Lihat Lampiran 9.

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

63

Puskesmas Kuta Krueng mempunyai indeks terbaik angka kesakitan. Puskesmas Kuta Krueng merupakan

Puskesmas dengan angka kejadian penyakit menular yang relatif lebih rendah dari Puskesmas lainnya di

Pidie Jaya. Tantangan terhadap penyakit TB Paru terjadi di seluruh Puskesmas dengan indeks terendah

atau angka kejadian tertinggi TB Paru di Puskesmas Bandar Baru, sehingga indeks pada Puskesmas

tersebut untuk penyakit TB Paru adalah nol. Meski demikian, Puskesmas Bandar Dua terhitung sebagai

Puskesmas dengan indeks terendah, dimana pencapaian TB Paru, DBD dan campak di Puskesmas

tersebut lebih rendah dari rata-rata Pidie Jaya, Grafik 50.

Grafik 50. Indeks Penyakit Menular 40

Tantangan terhadap penyakit di setiap Puskesmas cenderung berbeda. Kasus kusta cenderung lebih

banyak ditemukan di Bandar Baru, sementara DBD lebih sering ditemukan di Trienggadeng dan Meurah

Dua. Malaria lebih banyak di Trienggadeng, sementara campak lebih banyak di Jangka Buya. Dengan

tantangan yang beragam tersebut, maka alokasi pendanaan kesehatan juga diharapkan dapat menjawab

tantangannya.

Tabel 4. Tantangan Terhadap Beberapa Kasus Penyakit Menular

Puskesmas TB Paru Kusta DBD Malaria Campak

Bandar Baru ++ ++ + + -

Trienggadeng + + ++ ++ +

Ulim + + - - +

Jangka Buya + - - - ++

Meurah Dua + - ++ + -

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

40 Lihat Lampiran 11.

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

64

Upaya kesehatan Puskesmas terhadap komponen pencegahan penyakit menular tampak paling rendah.

Dalam komponen upaya kesehatan, diketahui bahwa komponen pencegahan dan penanggulangan penyakit

memperoleh nilai indeks rata-rata terendah yakni 0,72 dari nilai maksimum satu. Sementara itu upaya

menurunkan angka kematian ibu dan bayi tampak cukup tinggi sebesar 0,94 dan 0,85. Kondisi tersebut salah

satu penyebab tantangan kesehatan yang berhubungan dengan penyakit menular, cukup tinggi di Pidie Jaya.

Grafik 51. Indeks Upaya Kesehatan di Puskesmas 41

Upaya penanggulangan penyakit menular belum terlihat konsisten dengan alokasi pendanaan. Semua

Puskesmas menghadapi masalah TB Paru, dan hampir semua Puskesmas mengalokasikan uang secara

khusus untuk penyakit tersebut. Sementara itu Puskesmas Trienggadeng tampak menghadapi masalah

utama pada DBD dan malaria, namun alokasi khusus terhadap penyakit tersebut tidak ada, Grafik 51.

Komponen belanja yang belum sesuai dengan tantangan dapat mengakibatkan semakin membesarnya

masalah yang muncul di kemudian hari, sehingga alokasi pendanaan terhadap masalah penyakit menular

di Puskesmas belum secara efektif menjawab tantangan kesehatan, Grafik 52.

Grafik 52. Alokasi Belanja Pencegahan Penyakit Menular Terhadap Jenis Penyakit

41 Lihat Lampiran 12.

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Sumber: Dinkes Pidie Jaya, PECAPP

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

65

KESIMPULAN & REKOMENDASI

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

66

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. KESIMPULAN

Penerimaan dan Belanja Pemerintah Daerah

1. Penerimaan Pidie Jaya terus meningkat seiring dengan meningkatnya dana transfer dari pemerintah

pusat. Peningkatan penerimaan terbesar bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang

menyumbangkan sebesar 74 persen dari keseluruhan penerimaan.

2. Belanja pemerintah terus meningkat searah dengan meningkatnya penerimaan. Belanja pendidikan

dan belanja pelayanan umum (administrasi pemerintahan) merupakan belanja terbesar dari Pidie

Jaya, yang secara keseluruhan memiliki porsi sebesar 63 persen pada tahun 2013.

3. Berdasarkan jenis belanja Pidie Jaya, belanja pegawai merupakan belanja terbesar dan terus

meningkat sejak tahun 2008.

Belanja Kesehatan

1. Sejak tahun 2009 hingga 2012, besaran belanja kesehatan di Pidie Jaya menunjukkan pertumbuhan

yang positif.

2. Jumlah Belanja kesehatan akumulatif Pidie Jaya antara 2009-2012 secara total Rp 152 miliar.

Belanja tersebut secara riil tumbuh sebesar 25 persen.

3. Pengelola belanja kesehatan terbesar adalah Dinas Kesehatan, namun porsi belanja rumah sakit

mengalami peningkatan.

4. Selain untuk membayar gaji pegawai, belanja pengadaan sarana kesehatan dan pelayanan

perkantoran merupakan belanja program kesehatan terbesar.

5. Belanja langsung pada Dinas Kesehatan rata-rata berjumlah Rp 11 miliar per tahun. Perhatian

Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya terhadap upaya pencegahan menunjukkan perbaikan.

6. Penanggulangan masalah gizi, pelayanan kesehatan ibu dan anak serta penanggulangan penyakit

menular merupakan prioritas pemerintah.

Tenaga Kesehatan

1. Jika dibandingkan dengan kondisi kabupaten/kota lainnya di Aceh, secara umum jumlah seluruh

tenaga kesehatan terhadap penduduk di Pidie Jaya telah lebih baik dari Aceh, meskipun belum

sepenuhnya merata.

2. Jumlah dokter umum di Pidie Jaya masih di bawah rata-rata Aceh, dan ketenagaan dokter spesialis di

Pidie Jaya sangat minim. Tantangan ketersediaan dokter spesialis adalah jumlah dan kualifikasinya.

Sarana Kesehatan

1. Masyarakat membutuhkan perjalanan sejauh 11 kilometer untuk menjangkau rumah sakit pemerintah.

2. Indikator kinerja RSUD Pidie Jaya menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hal ini merupakan

tantangan dalam peningkatan mutu pelayanan dan efisiensi pelayanan di masa mendatang.

3. Akses masyarakat ke Puskesmas cukup baik, jarak rata-rata penduduk ke Puskesmas dan Puskesmas

Pembantu di Pidie Jaya sekitar 2,6 kilometer. Dari sisi akses dan ketersediaan sarana kesehatan,

Pidie Jaya mempunyai nilai terbaik di Aceh.

4. Meskipun Rasio Puskesmas terhadap penduduk di Pidie Jaya lebih baik dari target nasional dan

jumlah puskesmas di Pidie Jaya terus bertambah, namun tantangan terhadap sebaran penduduk

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

67

dan ketersediaan sarana kesehatan yang menjangkau seluruh penduduk merupakan hal yang harus

dihadapi.

Situasi Derajat Kesehatan

1. Jumlah penduduk yang mengalami gangguan kesehatan di Pidie Jaya lebih tinggi dari daerah

lainnya di Aceh.

2. Puskesmas merupakan tempat berobat paling diminati oleh masyarakat Pidie Jaya.

3. Meskipun persalinan pada tenaga kesehatan cukup tinggi dan kontrol kehamilan cukup baik, namun

AKI masih jauh dari target pencapaian tahun 2014.

4. Upaya pelayanan kesehatan anak menunjukkan perbaikan, namun jumlah kematian bayi juga

mengalami peningkatan.

5. Pencapaian Balita ditimbang masih cukup rendah, Balita dengan kondisi gizi di Bawah Garis Merah

(BGM) di Pidie Jaya meningkat.

6. Pidie Jaya menghadapi berbagai masalah penyakit menular yang membutuhkan perhatian lebih,

diantaranya TB Paru, kusta dan campak.

7. Pencapaian indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan di Pidie Jaya belum

sepenuhnya sesuai target.

8. Angka kesakitan di Pidie Jaya menunjukkan perbaikan dan indeks upaya kesehatan di Pidie Jaya

lebih baik dari rata-rata Aceh. Namun, upaya yang berkaitan dengan penurunan AKB/AKABA,

perbaikan gizi serta upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) di Pidie Jaya

masih rendah.

Belanja Puskesmas

1. Secara rata-rata, belanja per Puskesmas di Pidie Jaya adalah Rp 600 juta pertahun. Sumber belanja

terbesar adalah Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), 60 persen dari total belanja pada tahun 2012.

2. Belanja Puskesmas perkapita sebesar Rp 33 ribu. Total belanja perkapita tertinggi pada tahun 2012

adalah sebesar Rp 40 ribu dan terendah sebesar Rp 31 ribu dengan nilai rata-rata Rp 33 ribu.

3. Pengobatan adalah jenis program dengan belanja terbesar, menyerap sebesar 60 persen belanja.

Belanja untuk pencegahan dimanfaatkan sebesar 35 persen.

4. Pola belanja terhadap sasaran kesehatan di setiap Puskesmas hampir sama. Belanja upaya kesehatan

perorangan dan pelayanan ibu, anak dan gizi merupakan belanja dengan porsi terbesar.

5. Tantangan terhadap penyakit di setiap Puskesmas cenderung berbeda dan upaya kesehatan

Puskesmas terhadap komponen pencegahan penyakit menular tampak paling rendah. Upaya

penanggulangan penyakit menular belum terlihat konsisten dengan alokasi pendanaan.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

68

2. REKOMENDASI

Isu Masalah Rekomendasi

Belanja Kesehatan

Alokasi belanja pencegahan meski mengalami perbaikan, namun porsinya masih rendah dibandingkan jenis belanja lainnya

Besaran belanja kesehatan di Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya perlu semakin ditingkatkan untuk menghasilkan porsi yang lebih besar pada upaya pencegahan. Upaya pencegahan perlu didorong lebih besar guna menghasilkan belanja kesehatan yang lebih efektif.

Analisis kondisi daerah dan kesehatan perlu dipertajam terutama dalam upaya alokasi dana yang lebih baik di masa mendatang.

Pengalokasian dana bersumber lainnya, seperti dana Otonomi Khusus, dapat dipertimbangkan untuk memberikan peluang lebih besar dalam pelaksanaan upaya pencegahan.

Tenaga Kesehatan

Disparitas tenaga kesehatan antar kecamatan

Tantangan terhadap jumlah dan distribusi tenaga sanitasi, tenaga kesehatan masyarakat dan bidan terhadap penduduk masih perlu diperhatikan. Distribusi tenaga gizi masih belum merata, dimana beberapa Puskesmas belum memiliki tenaga gizi sama sekali. Bersama dengan dokter dan dokter gigi, tenaga ahli gizi perlu ditingkatkan dan disebarkan secara lebih merata.

Ketersediaan dokter spesialis yang masih belum memenuhi standar pelayanan

Kerjasama dengan institusi kesehatan yang memiliki ketenagaan yang dibutuhkan, seperti dengan RSUD Tgk. Chik Di Tiro Kabupaten Pidie, atau penyediaan dokter spesialis sementara dapat ditingkatkan terutama dalam bidang keilmuan Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Bedah dan Obstetri dan Ginekologi (dokter kandungan).

Sementara itu pemberian kemudahan administrasi dan/atau penyediaan biaya pendidikan dokter spesialis dengan ikatan dinas kepada dokter umum (diutamakan putra daerah) untuk bidang keahlian seperti yang tersebut di atas dapat dipertimbangkan.

Sarana Kesehatan

Pemanfaatan RSUD Pidie Jaya masih sangat rendah

Peningkatan kapasitas RSUD Pidie Jaya terutama dalam penyediaan dokter spesialis tetap dan perbaikan kualitas pelayanan perlu dikedepankan selain melakukan peningkatan sarana/prasarana rumah sakit.

Derajat Kesehatan

Masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.

Perhatian lebih tinggi dalam upaya menurunkan AKI/AKB seperti meningkatkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil, persalinan pada tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan bayi perlu diperhatikan.

Peningkatan kapasitas/kemampuan bidan serta penataan kembali tugas dan kewajiban petugas kesehatan dapat diintensifkan.

Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat merupakan hal penting dalam menekan AKI dan AKB.

Perhatian terhadap Puskesmas Bandar Baru, Meurah Dua dan Jangka Buya yang mempunyai masalah dengan kematian ibu lebih tinggi dari daerah lainnya. Sementara itu Puskesmas Jangka Buya dan Bandar Dua perlu mendapatkan perhatian dalam upaya menurunkan AKB.

Perbaikan indikator gizi masih menjadi tantangan.

Upaya penjaringan Balita dengan masalah gizi perlu ditingkatkan. Berbagai kegiatan meningkatkan kesadaran masyarakat dan perhatian terhadap gizi semakin digiatkan. Puskesmas Bandar Dua meskipun mempunyai Balita yang ditimbang cukup tinggi, namun Balita di Bawah Garis Merah juga salah satu yang tertinggi di Pidie Jaya. Sementara Puskesmas Jangka Buya merupakan Puskesmas dengan Balita ditimbang paling rendah.

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

69

Belanja Puskesmas

Sebagian lokasi belanja belum belum terlihat konsisten dengan permasalahan yang dihadapi

Kebersihan lingkungan dan memasyarakatkan perilaku hidup sehat dalam mengendalikan dan menurunkan jumlah infeksi baru perlu didorong. Puskesmas harus memberikan dorongan untuk menciptakan kesadaran masyarakat hidup secara bersih dan sehat, sebagai upaya intervensi pencegahan dan pengendalian berbagai penyakit.

Pemerintah kabupaten perlu mengarahkan penguatan promosi kesehatan, monitoring dan evaluasi serta pembinaan ke Puskesmas. Pola alokasi belanja di Puskesmas perlu diperhatikan terutama dalam alokasi belanja guna menjawab tantangan kesehatan yang ada.

Penguatan upaya kesehatan perlu ditingkatkan dan perhatian terhadap pencegahan serta pemberdayaan masyarakat juga kerjasama lintas sektor.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

70

DAFTAR PUSTAKA

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

71

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W. 2008. Analisis Kemiskinan, MDGs dan Kebijakan Kesehatan Nasional. Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Aceh. 2012. Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Aceh 2011. Badan Pusat

Statistik Aceh. Banda Aceh.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie Jaya. 2013. Pidie Jaya Dalam Angka. http://pidiejayakab.bps.

go.id

Badan Pusat Statistik. 2013. Sistem Informasi Rujukan Statistik. http://sirusa.bps.go.id

BPS Pidie Jaya. 2013. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013. http://

pidiejayakab.bps.go.id

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman

Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Dinas Kesehatan Aceh. 2013. Hasil Kunjungan Kerja Perdana Kepala Dinas Kesehatan Aceh: Identifikasi

Pelayanan Kesehatan dan Sarana Kesehatan. Dinas Kesehatan Aceh. Banda Aceh.

Dinas Kesehatan Aceh. 2009-2013. Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2008-2012. Dinas Kesehatan

Aceh. Banda Aceh.

Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya. 2009-2013. Profil Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya 2008-2012.

Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya. Meureudu.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2013. Data

Keuangan Daerah. http://www.djpk.kemenkeu.go.id

Firdausi, NT. 2010. Proyeksi Tingkat Kemiskinan di Indonesia (Studi Kasus: 30 Provinsi). Fakultas Ekonomi,

Universitas Diponegoro. Semarang.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Public Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program. 2013. Analisis Belanja Publik Pidie

Jaya 2013. PECAPP. Banda Aceh.

Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. 2009-2012. Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009-2012. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya.

Meureudu.

Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. 2013. Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten

Pidie Jaya Tahun Anggaran 2013. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. Meureudu.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 Klasifikasi Rumah

Sakit. 11 Maret 2010. Jakarta.

Peraturan Bupati Pidie Jaya Nomor 23 Tahun 2012 Target Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya. 17 September 2012. Berita Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012

Nomor 23. Meureudu.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Petunjuk Teknis Penyusunan

Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Kesehatan. 13 Oktober 2009. Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144. Jakarta.

Widaryanto. 2005. Analisis Strategi Peningkatan Kinerja Rumah Sakit Melalui Faktor-faktor Yang

Berpengaruh Terhadap Perilaku Pelayanan (Studi Kasus pada Rumah Sakit Kariadi Semarang). Program

Studi Magister Manajemen, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro. Semarang.

Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

72

LAMPIRAN

Hea

lth P

ublic

Exp

endi

ture

| Ka

bupa

ten

Pid

ie J

aya

2014

73

Kab

upat

en/K

ota

Dok

ter U

mum

Dok

ter G

igi

Bid

anPe

raw

atG

izi

Tena

ga K

eseh

atan

Mas

yara

kat

Sani

tasi

AC

EH

234

273

147

1268

21

Ace

h B

arat

255

254

178

1560

16

Ace

h B

arat

Day

a20

233

922

321

7429

Ace

h B

esar

224

335

7513

7620

Ace

h Ja

ya26

632

922

517

114

52

Ace

h S

elat

an21

627

117

614

6513

Ace

h S

ingk

il36

124

319

69

8830

Ace

h Ta

mia

ng16

621

413

37

4112

Ace

h Te

ngah

205

384

182

1691

41

Ace

h Te

ngga

ra21

219

716

663

1522

Ace

h Ti

mur

227

377

127

622

10

Ace

h U

tara

183

258

861

529

Ban

da A

ceh

513

141

366

7110

Ben

er M

eria

h19

223

790

932

24

Bire

uen

224

288

189

848

14

Gay

o Lu

es34

728

921

65

42

Lang

sa19

419

714

58

6514

Lhok

seum

awe

258

140

225

1447

11

Nag

an R

aya

204

286

144

1246

13

Pid

ie18

226

513

68

175

58

Pid

ie J

aya

245

383

202

1612

543

Sab

ang

6322

217

386

3516

660

Sim

eulu

e4

229

828

424

101

27

Sub

ulus

sala

m14

426

719

214

736

Targ

et In

done

sia

Seha

t 201

040

1110

011

822

4040

Sum

ber:

Din

as K

eseh

atan

Ace

h, D

inas

Kes

ehat

an K

ab/K

ota,

Pec

app

LAM

PIRA

N 1.

RAS

IO B

EBER

APA

TEN

AGA

KESE

HAT

AN T

AHU

N 2

012

Publ

ic E

xpen

ditu

re A

naly

sis

Capa

city

and

Stre

ngth

enin

g Pr

ogra

m

74

Kab

upat

en/K

ota

Jum

lah

Pend

uduk

Rat

a-ra

ta P

er P

uske

smas

Jara

k ra

ta-r

ata

ke P

uske

smas

dan

Pus

kesm

as P

emba

ntu

AC

EH

14.3

214,

7

Ace

h B

arat

14.0

285,

6

Ace

h B

arat

Day

a10

.224

2,3

Ace

h B

esar

13.2

103,

4

Ace

h Ja

ya8.

081

8,2

Ace

h S

elat

an9.

686

5,3

Ace

h S

ingk

il9.

820

5,4

Ace

h Ta

mia

ng18

.915

4,8

Ace

h Te

ngah

13.1

647,

2

Ace

h Te

ngga

ra10

.434

5,3

Ace

h Ti

mur

14.5

935,

1

Ace

h U

tara

17.9

614,

3

Ban

da A

ceh

21.3

611,

2

Ben

er M

eria

h12

.846

5,9

Bire

uen

22.7

493,

8

Gay

o Lu

es6.

952

5,8

Lang

sa31

.384

3,5

Lhok

seum

awe

29.9

682,

7

Nag

an R

aya

11.2

855,

5

Pid

ie15

.321

2,5

Pid

ie J

aya

13.9

662,

6

Sab

ang

5.31

06,

3

Sim

eulu

e10

.616

11,3

Sub

ulus

sala

m14

.251

18,9

Sum

ber:

Din

as K

eseh

atan

Ace

h, D

inas

Kes

ehat

an K

ab/K

ota,

BP

S,

Pec

app

LAM

PIRA

N 2

. JU

MLA

H P

END

UD

UK

YAN

G D

ILAY

ANI P

ER P

USK

ESM

AS T

AHU

N 2

012

DAN

JAR

AK R

ATA-

RATA

PEN

DU

DU

K KE

PU

SKES

MAS

SER

TA P

USK

ESM

AS P

EMBA

NTU

TAH

UN

201

1

Hea

lth P

ublic

Exp

endi

ture

| Ka

bupa

ten

Pid

ie J

aya

2014

75

LAM

PIRA

N 3

. AN

GKA

KEM

ATIA

N IB

U D

AN A

NG

KA K

EMAT

IAN

BAY

I TAH

UN

201

2

Kab

upat

en/ K

ota

Ang

ka K

emat

ian

Bay

iA

ngka

Kem

atia

n Ib

uA

ngka

Kem

atia

n B

alita

AC

EH

10,7

619

0,66

11,8

0

Ace

h B

esar

9,18

171,

109,

64

Ace

h Ti

mur

9,53

144,

7510

,01

Ace

h U

tara

6,42

148,

816,

79

Ban

da A

ceh

2,47

20,6

22,

68

Pid

ie J

aya

9,20

114,

9410

,73

Bire

uen

9,18

200,

099,

77

Sub

ulus

sala

m11

,36

189,

2711

,36

Ace

h Te

ngah

11,2

013

9,98

12,0

4

Ace

h Te

ngga

ra2,

7320

5,06

3,87

Ace

h S

elat

an13

,04

222,

5813

,35

Nag

an R

aya

12,8

424

9,64

12,8

4

Lang

sa9,

2236

8,73

9,96

Ace

h B

arat

Day

a14

,08

117,

3716

,04

Sab

ang

14,4

514

4,51

15,9

0

Ace

h S

ingk

il12

,83

267,

2413

,36

Ben

er M

eria

h15

,01

32,6

316

,97

Ace

h Ja

ya16

,16

111,

4216

,71

Lhok

seum

awe

9,83

520,

2312

,14

Gay

o Lu

es15

,52

214,

0216

,05

Ace

h Ta

mia

ng15

,97

225,

6217

,36

Pid

ie14

,37

284,

7216

,57

Ace

h B

arat

19,7

921

2,09

22,9

8

Sim

eulu

e22

,49

403,

6927

,10

Sum

ber:

Din

as K

eseh

atan

Ace

h, D

inas

Kes

ehat

an K

ab/K

ota,

Pec

app

Publ

ic E

xpen

ditu

re A

naly

sis

Capa

city

and

Stre

ngth

enin

g Pr

ogra

m

76Kab

upat

en/ K

ota

Prev

alen

si T

B P

aru

(/100

.000

Pen

dudu

k)

Ang

ka P

reva

lens

i K

usta

(/10

.000

Pe

ndud

uk)

Inci

denc

e R

ate

DB

D

(/100

.000

Pen

dudu

k)

Ang

ka K

esak

itan

Mal

aria

/ API

(Ann

ual

Para

sit I

ncid

ence

) (/1

.000

Pen

dudu

k)

AFP

Rat

e /1

00.0

00

Pend

uduk

< 1

5 Ta

hun

Jum

lah

Kas

us C

ampa

k

AC

EH

98,8

60,

8148

,01

0,23

4,00

267

Ace

h B

arat

51,5

51,

489,

320,

453,

400

Ace

h B

arat

Day

a26

9,35

0,75

7,52

0,81

2,20

0A

ceh

Bes

ar81

,11

0,49

101,

660,

214,

0279

Ace

h Ja

ya70

,54

0,25

6,19

5,36

7,40

0A

ceh

Sel

atan

65,7

00,

2320

,18

0,23

-0

Ace

h S

ingk

il50

,92

-94

,43

0,15

2,29

0A

ceh

Tam

iang

122,

730,

2322

,28

0,16

4,18

0A

ceh

Teng

ah41

,24

0,05

37,4

40,

024,

541

Ace

h Te

ngga

ra70

,82

0,69

1,60

0,03

-0

Ace

h Ti

mur

80,3

90,

618,

960,

052,

101

Ace

h U

tara

85,8

50,

8610

,96

0,10

1,00

59B

ener

Mer

iah

34,2

5-

-0,

04-

1B

ireue

n87

,92

1,56

77,1

70,

194,

297

Gay

o Lu

es12

3,47

1,32

1,20

-6,

460

Ban

da A

ceh

166,

400,

3821

5,35

0,06

15,9

50

Lang

sa10

0,69

0,32

94,3

10,

013,

7616

Lhok

seum

awe

194,

651,

2216

6,85

0,01

8,19

48S

aban

g13

4,96

-15

,69

0,03

27,7

50

Nag

an R

aya

43,6

31,

5017

,04

0,12

8,09

0P

idie

105,

691,

4638

,91

0,12

4,94

43P

idie

Jay

a16

9,00

2,51

6,44

0,05

2,51

179

Sim

eulu

e68

,30

0,24

11,7

80,

06-

0S

ubul

ussa

lam

175,

42-

21,0

50,

016,

663

LAM

PIRA

N 4

. KO

ND

ISI K

EJAD

IAN

BEB

ERAP

A PE

NYA

KIT

MEN

ULA

R TA

HU

N 2

012

Sum

ber:

Din

as K

eseh

atan

Ace

h, D

inas

Kes

ehat

an K

ab/K

ota,

Pec

app

Hea

lth P

ublic

Exp

endi

ture

| Ka

bupa

ten

Pid

ie J

aya

2014

77

LAM

PIRA

N 5

. BER

AT B

ADAN

BAY

I LAH

IR R

END

AH (B

BLR)

DAN

BAL

ITA

DEN

GAN

BER

AT B

ADAN

DI B

AWAH

GAR

IS M

ERAH

(BGM

) TAH

UN

201

2

Kab

upat

en/ K

ota

Ber

at B

adan

Bay

i Lah

ir R

enda

h (B

BLR

) (%

)B

alita

den

gan

Ber

at B

adan

di B

awah

Gar

is M

erah

(BG

M) (

%)

AC

EH

1,37

2,00

Ace

h B

arat

1,35

2,04

Ace

h B

arat

Day

a1,

475,

08

Ace

h B

esar

1,05

3,10

Ace

h Ja

ya1,

822,

40

Ace

h S

elat

an0,

422,

21

Ace

h S

ingk

il1,

691,

56

Ace

h Ta

mia

ng1,

811,

71

Ace

h Te

ngah

0,46

0,91

Ace

h Te

ngga

ra1,

770,

46

Ace

h Ti

mur

0,98

2,69

Ace

h U

tara

1,53

2,28

Ben

er M

eria

h1,

491,

28

Bire

uen

1,49

1,45

Gay

o Lu

es1,

581,

27

Ban

da A

ceh

1,23

1,00

Lang

sa1,

372,

98

Lhok

seum

awe

1,45

1,85

Sab

ang

1,59

1,46

Nag

an R

aya

1,36

1,36

Pid

ie1,

703,

05

Pid

ie J

aya

0,30

4,70

Sim

eulu

e1,

222,

50

Sub

ulus

sala

m1,

241,

49

Sum

ber:

Din

as K

eseh

atan

Ace

h, D

inas

Kes

ehat

an K

ab/K

ota,

Pec

app

Publ

ic E

xpen

ditu

re A

naly

sis

Capa

city

and

Stre

ngth

enin

g Pr

ogra

m

78

Kab

upat

en /

Kot

a

Kun

jung

an

Ibu

Ham

il (K

4)

(%)

Pneu

-m

onia

B

alita

D

item

u-ka

n da

n D

itang

a-ni

(%

)

Dia

re

Dite

-m

ukan

da

n D

ita-

ngan

i (%

)

Bum

il R

isti/

K

om-

plik

asi

dita

-ng

ani

(%)

Pers

a-lin

an

dito

-lo

ng

Tena

ga

Kes

e-ha

tan

(%)

Pela

-ya

nan

Ibu

Nifa

s (%

)

Kun

ju-

ngan

N

eona

-tu

s 3

kali

(KN

Le

ng-

kap)

(%)

Kun

jung

an

Bay

i (m

ini-

mal

4

kali)

(%

)

Ca

kupa

n Im

uni-

sasi

C

am-

pak

Bay

i (%

)

Bal

ita

ditim

-ba

ng

(%)

Bay

i ya

ng

dibe

ri A

SI

Eks-

klus

if (%

)

Bal

ita

Giz

i B

uruk

M

en-

dapa

t Pe

ra-

wat

an

(%)

Des

a U

CI

(%)

Neo

na-ta

l R

isti

atau

K

om-

plik

asi

dita

-nga

ni

(%)

Rum

ah

Tang

ga

Ber

PH

BS

(%)

Rum

ah

Seha

t (%

)

Rum

ah/

Ba

ngun

an

Beb

as

Jent

ik

Aed

es

(%)

AC

EH

83,2

04,

5063

,70

39,2

588

,28

84,6

495

,32

76,8

685

,63

53,6

227

,03

51,0

164

,10

19,9

028

,56

62,5

580

,12

Ace

h B

arat

72,8

80,

2641

,81

8,73

66,8

468

,40

108,

5263

,82

81,8

433

,64

21,5

610

0,00

52,4

87,

2339

,06

28,0

380

,88

Ace

h B

arat

Day

a89

,13

6,25

108,

3059

,94

85,9

086

,47

97,6

186

,81

79,0

848

,88

21,6

510

0,00

52,6

318

,25

20,1

641

,82

72,4

1

Ace

h B

esar

76,2

32,

3456

,20

51,1

082

,94

82,8

297

,62

86,2

786

,91

39,0

833

,67

-78

,64

27,1

73,

7687

,48

73,3

0

Ace

h Ja

ya87

,34

13,1

657

,53

22,2

290

,57

95,8

791

,59

76,9

599

,77

46,2

432

,72

100,

0076

,74

9,90

tad

67,6

810

0,00

Ace

h S

elat

an64

,69

4,06

60,2

36,

0969

,60

69,3

295

,64

72,7

178

,31

36,8

618

,33

100,

0070

,16

8,05

52,0

045

,96

61,7

0

Ace

h S

ingk

il90

,13

2,82

51,5

614

,11

98,8

099

,05

121,

7098

,70

98,9

658

,59

47,9

410

0,00

75,8

36,

18ta

d49

,27

72,5

7

Ace

h Ta

mia

ng89

,45

5,32

56,3

199

,98

100,

0095

,85

96,4

892

,22

100,

0057

,81

37,2

695

,69

76,0

630

,23

13,6

350

,59

77,9

3

Ace

h Te

ngah

82,1

60,

0582

,83

7,13

86,1

182

,98

92,5

870

,96

99,2

768

,57

58,8

110

0,00

93,9

01,

9945

,36

64,1

673

,77

Ace

h Te

ngga

ra95

,21

1,83

24,4

066

,94

100,

0010

0,00

84,1

282

,42

96,4

081

,67

11,1

510

0,00

31,1

760

,04

-66

,01

85,7

1

Ace

h Ti

mur

72,7

41,

7726

,26

32,9

795

,77

94,8

890

,25

70,3

093

,00

48,6

619

,96

100,

0040

,63

14,3

126

,12

31,9

782

,73

Ace

h U

tara

85,5

93,

2253

,86

49,3

483

,95

85,3

697

,15

82,5

884

,72

45,1

813

,70

100,

0077

,35

17,4

816

,30

64,0

384

,13

Ben

er M

eria

h94

,16

0,06

84,3

136

,96

100,

0054

,45

67,5

473

,18

100,

0062

,83

14,4

310

0,00

84,1

26,

678,

9454

,53

78,4

3

Bire

uen

88,9

34,

9159

,08

72,2

392

,64

92,7

793

,97

82,0

870

,32

63,5

244

,69

100,

0062

,73

48,6

540

,35

61,7

587

,74

Gay

o Lu

es88

,01

0,10

113,

0813

,71

88,0

387

,82

85,6

186

,54

85,5

490

,24

83,7

010

0,00

76,3

98,

0817

,20

87,9

256

,10

Ban

da A

ceh

92,6

64,

1370

,56

8,41

92,0

192

,01

97,9

487

,07

87,0

747

,93

17,3

010

0,00

88,8

94,

0344

,54

100,

0075

,91

Lang

sa93

,38

0,90

34,2

857

,09

90,4

890

,17

108,

8589

,62

90,0

433

,19

37,1

710

0,00

72,7

338

,84

79,5

364

,27

86,5

7

Lhok

seum

awe

91,4

35,

8015

7,58

29,8

691

,10

42,5

119

4,05

93,5

981

,67

69,7

828

,53

100,

0055

,88

3,60

27,6

289

,66

74,1

1

Sab

ang

91,8

6-

86,5

923

,54

97,1

088

,26

84,3

977

,54

100,

0033

,98

15,6

510

0,00

100,

007,

0613

,81

76,3

367

,19

Nag

an R

aya

78,2

25,

4393

,84

15,1

984

,67

84,4

297

,72

75,0

274

,99

47,5

020

,20

100,

0048

,65

8,72

87,1

010

,14

75,8

4

Pid

ie72

,98

11,8

377

,68

13,4

385

,52

83,1

777

,16

33,5

173

,41

63,7

816

,74

100,

0050

,14

2,36

36,6

048

,95

98,3

6

Pid

ie J

aya

91,8

04,

4063

,15

54,3

010

0,00

100,

0010

0,00

147,

8093

,80

77,2

023

,80

69,2

050

,45

8,43

1,87

58,8

385

,71

Sim

eulu

e88

,78

7,86

60,0

260

,09

92,4

492

,13

98,6

277

,69

89,5

927

,29

10,9

610

0,00

83,3

358

,93

52,5

465

,94

50,8

4

Sub

ulus

sala

m68

,98

30,3

444

,85

40,4

288

,90

82,4

386

,06

76,4

286

,36

50,1

943

,68

100,

0050

,00

5,89

30,6

765

,58

73,3

6

LAM

PIRA

N 6

. BEB

ERAP

A IN

DIK

ATO

R U

PAYA

KES

EHAT

AN T

AHU

N 2

012

Sum

ber:

Din

as K

eseh

atan

Ace

h, D

inas

Kes

ehat

an K

ab/K

ota,

Pec

app

Hea

lth P

ublic

Exp

endi

ture

| Ka

bupa

ten

Pid

ie J

aya

2014

79

Kab

upat

en/K

ota

Dok

ter U

mum

Dok

ter G

igi

Bid

anPe

raw

atG

izi

Kes

mas

Sani

tasi

Tota

l

Sab

ang

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

7,00

Pid

ie J

aya

0,61

0,46

1,00

1,00

0,72

1,00

1,00

5,78

Ace

h Ja

ya0,

650,

561,

001,

000,

791,

001,

006,

00A

ceh

Teng

ah0,

500,

491,

001,

000,

721,

001,

005,

71A

ceh

Bar

at D

aya

0,49

0,21

1,00

1,00

0,96

1,00

0,73

5,39

Lhok

seum

awe

0,63

0,76

1,00

1,00

0,63

1,00

0,28

5,29

Ace

h B

arat

0,63

0,45

1,00

1,00

0,70

1,00

0,41

5,19

Ace

h S

ingk

il0,

900,

081,

001,

000,

421,

000,

745,

15P

idie

0,46

0,18

1,00

1,00

0,38

1,00

1,00

5,02

Ace

h S

elat

an0,

530,

511,

001,

000,

621,

000,

334,

99S

imeu

lue

0,09

0,21

1,00

1,00

1,00

1,00

0,68

4,98

Nag

an R

aya

0,51

0,37

1,00

1,00

0,56

1,00

0,32

4,76

Ace

h B

esar

0,55

0,39

1,00

0,64

0,60

1,00

0,49

4,67

Lang

sa0,

480,

411,

001,

000,

381,

000,

354,

61A

ceh

Teng

gara

0,53

0,15

1,00

1,00

1,00

0,39

0,55

4,61

Bire

uen

0,56

0,33

1,00

1,00

0,34

1,00

0,35

4,59

Ace

h Ta

mia

ng0,

410,

511,

001,

000,

311,

000,

314,

54S

ubul

ussa

lam

0,35

0,38

1,00

1,00

0,64

1,00

0,14

4,51

Ben

er M

eria

h0,

490,

211,

000,

760,

390,

800,

604,

25A

ceh

Tim

ur0,

550,

601,

001,

000,

250,

550,

254,

20B

anda

Ace

h1,

000,

311,

000,

310,

251,

000,

244,

11G

ayo

Lues

0,84

0,65

1,00

1,00

0,22

0,09

0,06

3,86

Ace

h U

tara

0,45

0,24

1,00

0,73

0,05

1,00

0,22

3,69

Inde

ks te

naga

kes

ehat

an d

isus

un b

erda

sark

an b

eber

apa

nila

i ras

io k

eter

sedi

aan

tena

ga k

eseh

atan

terh

adap

pen

dudu

k, y

aitu

; dok

ter

umum

, dok

ter

gigi

, bid

an, p

eraw

at,

tena

ga g

izi,

tena

ga k

eseh

atan

mas

yara

kat d

an te

naga

san

itasi

. Nila

i dip

erol

eh d

enga

n m

emba

ndin

gkan

ant

ara

rasi

o te

naga

yan

g di

mili

ki o

leh

kabu

pate

n/ko

ta d

enga

n ta

rget

In

done

sia

Seh

at 2

010.

Jik

a pe

ncap

aian

di k

abup

aten

/kot

a le

bih

atau

tela

h m

enca

pai t

arge

t mak

a di

berik

an n

ilai 1

(sat

u). S

emen

tara

itu

jika

nila

i di k

abup

aten

/kot

a m

asih

di

baw

ah ta

rget

mak

a pe

ncap

aian

rasi

o di

kab

upat

en/k

ota

diba

ndin

gkan

den

gan

targ

et, n

ilai h

asil

pem

bagi

an m

enja

di a

ngka

yan

g di

guna

kan.

Sem

akin

ting

gi n

ilai y

ang

dipe

role

h m

aka

sem

akin

bai

k. In

deks

tena

ga k

eseh

atan

di k

ecam

atan

/Pus

kesm

as m

engg

unak

an m

etod

e ya

ng s

ama.

LAM

PIRA

N 7

. IN

DEK

S TE

NAG

A KE

SEH

ATAN

Publ

ic E

xpen

ditu

re A

naly

sis

Capa

city

and

Stre

ngth

enin

g Pr

ogra

m

80

Kab

upat

en/K

ota

Ras

io P

uske

smas

Ter

hada

p Pe

ndud

ukJa

rak

rata

-rat

a ke

Pus

kesm

as/P

ustu

(Km

)To

tal

Ace

h B

arat

Day

a1,

001,

002,

00

Ace

h B

esar

1,00

1,00

2,00

Pid

ie J

aya

1,00

1,00

2,00

Pid

ie0,

931,

001,

93

Ace

h Ti

mur

0,98

0,93

1,91

Ace

h S

elat

an1,

000,

891,

89

Ace

h Te

ngga

ra1,

000,

881,

88

Ace

h S

ingk

il1,

000,

871,

87

Nag

an R

aya

1,00

0,85

1,85

Ace

h B

arat

1,00

0,85

1,85

Gay

o Lu

es1,

000,

811,

81

Ben

er M

eria

h1,

000,

801,

80

Ace

h U

tara

0,80

1,00

1,80

Sab

ang

1,00

0,74

1,74

Ace

h Ta

mia

ng0,

760,

981,

74

Ban

da A

ceh

0,67

1,00

1,67

Ace

h Te

ngah

1,00

0,65

1,65

Bire

uen

0,63

1,00

1,63

Ace

h Ja

ya1,

000,

571,

57

Lhok

seum

awe

0,48

1,00

1,48

Lang

sa0,

461,

001,

46

Sim

eulu

e1,

000,

411,

41

Sub

ulus

sala

m1,

000,

251,

25

Inde

ks s

aran

a ke

seha

tan

dike

mba

ngka

n da

ri du

a in

dika

tor

yakn

i ras

io P

uske

smas

ter

hada

p pe

ndud

uk d

an ja

rak

rata

-rat

a m

asya

raka

t ke

Pus

kesm

as d

an P

uske

smas

P

emba

ntu.

Nila

i sta

ndar

yan

g di

guna

kan

adal

ah p

enca

paia

n ra

ta-r

ata

Ace

h. J

ika

nila

i di k

abup

aten

/kot

a le

bih

baik

dar

i rat

a-ra

ta A

ceh,

dib

erik

an n

ilai 1

(sat

u). S

emen

tara

jika

le

bih

rend

ah, m

aka

peca

paia

n ra

ta-r

ata

Ace

h di

band

ingk

an d

enga

n pe

ncap

aian

kab

upat

en/k

ota

dan

nila

i pem

bagi

anny

a m

enja

di a

ngka

yan

g di

berik

an.

LAM

PIRA

N 8

. IN

DEK

S SA

RAN

A KE

SEH

ATAN

Hea

lth P

ublic

Exp

endi

ture

| Ka

bupa

ten

Pid

ie J

aya

2014

81

Kab

upat

en/K

ota

Inde

ks A

KI

Inde

ks A

KB

Inde

ks A

KA

BA

Tota

lA

ceh

Bes

ar1,

001,

001,

003,

00A

ceh

Tim

ur1,

001,

001,

003,

00A

ceh

Uta

ra1,

001,

001,

003,

00K

ota

Ban

da A

ceh

1,00

1,00

1,00

3,00

Pid

ie J

aya

1,00

1,00

1,00

3,00

Bire

uen

1,00

0,95

1,00

2,95

Sub

ulus

sala

m0,

951,

001,

002,

95A

ceh

Teng

ah0,

961,

000,

982,

94A

ceh

Teng

gara

1,00

0,93

1,00

2,93

Ace

h S

elat

an0,

830,

860,

882,

57N

agan

Ray

a0,

840,

760,

922,

52K

ota

Lang

sa1,

000,

521,

002,

52A

ceh

Bar

at D

aya

0,76

1,00

0,74

2,50

Kot

a S

aban

g0,

741,

000,

742,

49A

ceh

Sin

gkil

0,84

0,71

0,88

2,44

Ben

er M

eria

h0,

721,

000,

702,

41A

ceh

Jaya

0,67

1,00

0,71

2,37

Kot

a Lh

okse

umaw

e1,

000,

370,

972,

34G

ayo

Lues

0,69

0,89

0,74

2,32

Ace

h Ta

mia

ng0,

670,

850,

682,

20P

idie

0,75

0,67

0,71

2,13

Ace

h B

arat

0,54

0,90

0,51

1,96

Sim

eulu

e0,

480,

470,

441,

39

Inde

ks a

ngka

kem

atia

n m

engg

unak

an n

ilai s

tand

ar y

ang

bera

sal d

ari n

ilai a

ngka

kem

atia

n di

Ace

h ta

hun

2012

, yak

ni A

ngka

Kem

atia

n B

ayi (

AK

B) 1

0,76

; Ang

ka K

emat

ian

Ibu

(AK

I)190

,66

dan

Ang

ka K

emat

ian

Bal

ita (A

kaba

) 11,

80. N

ilai a

ngka

kem

atia

n ba

yi, i

bu d

an b

alita

Ace

h di

band

ingk

an d

enga

n an

gka

kem

atia

n di

kab

upat

en/k

ota.

Jik

a ni

lai y

ang

dipe

role

h le

bih

besa

r ata

u sa

ma

deng

an 1

(sat

u) m

aka

dibe

rikan

nila

i 1 (s

atu)

, ata

u pe

ncap

aian

kab

upat

en/k

ota

sam

a at

au le

bih

baik

dar

i Ace

h; s

emen

tara

jika

dip

erol

eh n

ilai

lebi

h ke

cil d

ari 1

(sat

u), a

tau

angk

a ke

mat

ian

di k

abup

aten

/kot

a le

bih

tingg

i dar

i pen

capa

ian

rata

-rat

a A

ceh

mak

a di

guna

kan

nila

i has

il pe

mba

gian

ters

ebut

. Has

il pe

rhitu

ngan

A

KB

, AK

I dan

Aka

ba k

emud

ian

diju

mla

hkan

men

jadi

Inde

ks A

ngka

Kem

atia

n. S

emak

in ti

nggi

nila

i yan

g di

pero

leh

bera

rti s

emak

in b

aik

penc

apai

an K

abup

aten

/Kot

a te

rseb

ut.

Inde

ks a

ngka

kem

atia

n di

kec

amat

an/P

uske

smas

men

ggun

akan

met

ode

yang

sam

a, n

amun

nila

i sta

ndar

yan

g di

guna

kan

adal

ah p

enca

paia

n K

abup

aten

Pid

ie J

aya.

LAM

PIRA

N 9

. IN

DEK

S AN

GKA

KEM

ATIA

N IB

U, B

AYI D

AN B

ALIT

A

Publ

ic E

xpen

ditu

re A

naly

sis

Capa

city

and

Stre

ngth

enin

g Pr

ogra

m

82Kab

upat

en/K

ota

Ber

at B

adan

Bay

i Lah

ir R

enda

h (B

BLR

) (%

)B

alita

den

gan

Ber

at B

adan

di B

awah

Gar

is M

erah

(BG

M) (

%)

Tota

l

Ace

h Te

ngah

1.00

1.00

2.00

Ban

da A

ceh

1.00

1.00

2.00

Nag

an R

aya

1.00

1.00

2.00

Sub

ulus

sala

m

1.00

1.00

2.00

Ace

h B

arat

1.

000.

981.

98Lh

okse

umaw

e0.

941.

001.

94B

ireue

n0.

921.

001.

92B

ener

Mer

iah

0.92

1.00

1.92

Ace

h S

elat

an1.

000.

911.

91G

ayo

Lues

0.87

1.00

1.87

Sab

ang

0.86

1.00

1.86

Ace

h S

ingk

il0.

811.

001.

81S

imeu

lue

1.00

0.80

1.80

Ace

h U

tara

0.90

0.88

1.77

Ace

h Te

ngga

ra0.

771.

001.

77A

ceh

Tam

iang

0.75

1.00

1.75

Ace

h Ti

mur

1.00

0.75

1.75

Lang

sa0.

990.

671.

67A

ceh

Bes

ar1.

000.

651.

65A

ceh

Jaya

0.75

0.83

1.59

Pid

ie0.

800.

661.

46P

idie

Jay

a1.

000.

431.

43A

ceh

Bar

at D

aya

0.93

0.39

1.33

Inde

ks in

dika

tor

gizi

dik

emba

ngka

n da

ri pe

rsen

tase

Ber

at B

adan

Bay

i Lah

ir R

enda

h (B

BLR

) da

n pe

rsen

tase

bal

ita d

enga

n be

rat

bada

n di

Baw

ah G

aris

Mer

ah (

BG

M).

Pen

capa

ian

selu

ruh

Kab

upat

en/K

ota

di A

ceh

mer

upak

an a

ngka

sta

ndar

nya.

Nila

i ind

eks

dipe

role

h de

ngan

mem

band

ingk

an a

ngka

pen

capa

ian

Ace

h de

ngan

kab

upat

en/k

ota.

Ji

ka n

ilai y

ang

dipe

role

h le

bih

besa

r ata

u sa

ma

deng

an 1

(sat

u) m

aka

dibe

rikan

nila

i 1 (s

atu)

, ata

u pe

ncap

aian

kab

upat

en/k

ota

sam

a at

au le

bih

baik

dar

i Ace

h; s

emen

tara

jik

a di

pero

leh

nila

i leb

ih k

ecil

dari

1 (s

atu)

, ata

u ka

bupa

ten/

kota

lebi

h tin

ggi d

ari p

enca

paia

n ra

ta-r

ata

Ace

h m

aka

digu

naka

n ni

lai h

asil

pem

bagi

an te

rseb

ut. H

asil

perh

itung

an

kem

udia

n di

jum

lahk

an m

enja

di In

deks

Indi

kato

r Giz

i. S

emak

in ti

nggi

nila

i yan

g di

pero

leh

bera

rti s

emak

in b

aik

indi

kato

r giz

i di K

abup

aten

/Kot

a te

rseb

ut a

tau

mas

alah

giz

i di

Kab

upat

en/K

ota

ters

ebut

lebi

h re

ndah

dar

i rat

a-ra

ta.

LAM

PIRA

N 10

. IN

DEK

S IN

DIK

ATO

R G

IZI

Hea

lth P

ublic

Exp

endi

ture

| Ka

bupa

ten

Pid

ie J

aya

2014

83

Kab

upat

en/K

ota

Prev

alen

si

TB P

aru

Ang

ka P

reva

lens

i K

usta

Inci

denc

e R

ate

DB

DA

ngka

Kes

akita

n M

alar

ia/ A

PI

(Ann

ual P

aras

it In

cide

nce)

AFP

Rat

e Pe

ndud

uk <

15

Tah

unA

ngka

Kes

akita

n C

ampa

k Pe

ndud

ukTo

tal

Ace

h Te

ngga

ra1,

001,

001,

001,

001,

001,

006,

00A

ceh

Tim

ur1,

001,

001,

001,

001,

001,

006,

00B

ener

Mer

iah

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

6,00

Sim

eulu

e1,

001,

001,

001,

001,

001,

006,

00A

ceh

Sel

atan

1,00

1,00

1,00

0,96

1,00

1,00

5,96

Ace

h Te

ngah

1,00

1,00

1,00

1,00

0,88

1,00

5,88

Ace

h Ta

mia

ng0,

811,

001,

001,

000,

961,

005,

76A

ceh

Sin

gkil

1,00

1,00

0,51

1,00

1,00

1,00

5,51

Ace

h U

tara

1,00

0,94

1,00

1,00

1,00

0,53

5,47

Sub

ulus

sala

m0,

561,

001,

001,

000,

601,

005,

16B

ireue

n1,

000,

520,

621,

000,

931,

005,

07A

ceh

Bar

at1,

000,

541,

000,

501,

001,

005,

05La

ngsa

0,98

1,00

0,51

1,00

1,00

0,55

5,04

Nag

an R

aya

1,00

0,54

1,00

1,00

0,49

1,00

5,03

Gay

o Lu

es0,

800,

611,

001,

000,

621,

005,

03S

aban

g0,

731,

001,

001,

000,

141,

004,

88P

idie

0,94

0,55

1,00

1,00

0,81

0,52

4,82

Ace

h B

esar

1,00

1,00

0,47

1,00

1,00

0,26

4,73

Ace

h B

arat

Day

a0,

371,

001,

000,

281,

001,

004,

65A

ceh

Jaya

1,00

1,00

1,00

0,04

0,54

1,00

4,58

Ban

da A

ceh

0,59

1,00

0,22

1,00

0,25

1,00

4,07

Pid

ie J

aya

0,58

0,32

1,00

1,00

1,00

0,04

3,95

Lhok

seum

awe

0,51

0,66

0,29

1,00

0,49

0,21

3,15

Inde

ks A

ngka

kes

akita

n di

kem

bang

kan

dari

bebe

rapa

pen

capa

ian

indi

kato

r pe

nyak

it m

enul

ar y

akni

pre

vale

nsi T

B P

aru,

ang

ka in

side

nsi k

usta

, ins

iden

si D

BD

, ang

ka k

esak

itan

mal

aria

(A

nnua

l P

aras

it In

cide

nce)

, AFP

Rat

e da

n an

gka

kesa

kita

n ca

mpa

k. P

enca

paia

n se

luru

h K

abup

aten

/Kot

a di

Ace

h m

erup

akan

ang

ka s

tand

arny

a. N

ilai i

ndek

s di

pero

leh

deng

an m

emba

ndin

gkan

ang

ka

penc

apai

an A

ceh

deng

an k

abup

aten

/kot

a. J

ika

nila

i yan

g di

pero

leh

lebi

h be

sar a

tau

sam

a de

ngan

1 (s

atu)

mak

a di

berik

an n

ilai 1

(sat

u), a

tau

penc

apai

an k

abup

aten

/kot

a sa

ma

atau

lebi

h ba

ik d

ari

Ace

h; s

emen

tara

jika

dip

erol

eh n

ilai l

ebih

kec

il da

ri 1

(sat

u), a

tau

angk

a ke

saki

tan

di k

abup

aten

/kot

a le

bih

tingg

i dar

i pen

capa

ian

rata

-rat

a A

ceh

mak

a di

guna

kan

nila

i has

il pe

mba

gian

ters

ebut

. Has

il pe

rhitu

ngan

kem

udia

n di

jum

lahk

an m

enja

di In

deks

Ang

ka K

esak

itan.

Sem

akin

ting

gi n

ilai y

ang

dipe

role

h be

rarti

sem

akin

bai

k an

gka

kesa

kita

n di

Kab

upat

en/K

ota

ters

ebut

ata

u tin

gkat

kes

akita

n di

K

abup

aten

/Kot

a te

rseb

ut le

bih

rend

ah d

ari r

ata-

rata

. Ind

eks

angk

a ke

mat

ian

di k

ecam

atan

/Pus

kesm

as m

engg

unak

an m

etod

e ya

ng s

ama,

nam

un n

ilai s

tand

ar y

ang

digu

naka

n ad

alah

pen

capa

ian

Kab

upat

en P

idie

Jay

a.

LAM

PIRA

N 11

. IN

DEK

S PE

NYA

KIT

MEN

ULA

R

Publ

ic E

xpen

ditu

re A

naly

sis

Capa

city

and

Stre

ngth

enin

g Pr

ogra

m

84Kab

upat

en/K

ota

Upa

ya P

enur

unan

AK

IU

paya

Pen

urun

an A

KB

/AK

AB

AU

paya

Per

baik

an G

izi

Upa

ya P

2MTo

tal

Bire

uen

1,00

1,00

1,00

0,96

4,0

Ace

h Ta

mia

ng

1,00

1,00

1,00

0,85

3,9

Kot

a La

ngsa

1,

001,

000,

811,

003,

8A

ceh

Bes

ar

0,96

1,00

0,86

0,81

3,6

Ace

h B

arat

Day

a 0,

990,

970,

860,

803,

6S

ubul

ussa

lam

0,

950,

730,

970,

943,

6A

ceh

Uta

ra

0,99

0,96

0,67

0,91

3,5

Pid

ie J

aya

1,00

0,81

0,94

0,76

3,5

Kot

a Lh

okse

umaw

e 0,

820,

731,

000,

943,

5G

ayo

Lues

0,

840,

771,

000,

863,

5A

ceh

Jaya

0,

890,

820,

930,

803,

4A

ceh

Teng

ah

0,78

0,66

1,00

0,98

3,4

Ace

h Ti

mur

0,

930,

860,

820,

813,

4A

CE

H

0,89

0,82

0,83

0,86

3,4

Sim

eulu

e 1,

001,

000,

460,

933,

4A

ceh

Teng

gara

1,

000,

960,

710,

703,

4A

ceh

Sin

gkil

0,84

0,77

1,00

0,74

3,3

Kot

a B

anda

Ace

h 0,

800,

730,

770,

993,

3N

agan

Ray

a 0,

820,

800,

820,

753,

2B

ener

Mer

iah

0,90

0,67

0,77

0,83

3,2

Kot

a S

aban

g 0,

900,

750,

610,

863,

1A

ceh

Sel

atan

0,

640,

780,

680,

883,

0A

ceh

Bar

at

0,67

0,73

0,71

0,84

3,0

Pid

ie

0,79

0,45

0,81

0,88

2,9

Inde

ks d

itent

ukan

jika

pen

capa

ian

di k

abup

aten

/kot

a le

bih

baik

dib

andi

ngka

n pe

ncap

aian

Ace

h, m

aka

dibe

rikan

nila

i 1 (s

atu)

, nam

un ji

ka p

enca

paia

n di

kab

upat

en k

ota

lebi

h re

ndah

, mak

a di

band

ingk

an a

ntar

a pe

ncap

aian

kab

upat

en/k

ota

terh

adap

Ace

h da

n di

guna

kan

nila

i has

il pe

mba

gian

ters

ebut

. Sem

akin

ting

gi n

ilai y

ang

dipe

role

h be

rarti

se

mak

in b

aik

indi

kato

r gi

zi d

i kab

upat

en/k

ota

ters

ebut

ata

u m

asal

ah g

izi d

i kab

upat

en/k

ota

ters

ebut

lebi

h re

ndah

dar

i rat

a-ra

ta.

Inde

ks u

paya

kes

ehat

an d

i kec

amat

an/

Pus

kesm

as m

engg

unak

an m

etod

e ya

ng s

ama,

nam

un n

ilai s

tand

ar y

ang

digu

naka

n ad

alah

pen

capa

ian

Kab

upat

en P

idie

Jay

a.

LAM

PIRA

N 12

IND

EKS

UPA

YA K

ESEH

ATAN

Inde

ks u

paya

kes

ehat

an

dike

mba

ngka

n da

ri be

bera

pa u

paya

de

ngan

tuju

an te

rtent

u, y

akni

:

1.

Upa

ya p

enur

unan

Ang

ka

Kem

atia

n Ib

u•

Per

sent

ase

kunj

unga

n ib

u ha

mil

4 ka

li se

lam

a ke

ham

ilan

(K4)

• P

erse

ntas

e ib

u ha

mil

risik

o tin

ggi/

kom

plik

asi d

itang

ani

• P

erse

ntas

e P

ersa

linan

dito

long

te

naga

kes

ehat

an•

Per

sent

ase

pela

yana

n ib

u ni

fas

2.

Upa

ya p

enur

unan

Ang

ka

Kem

atia

n B

ayi/B

alita

• P

erse

ntas

e ku

njun

gan

neon

ates

3

kali

(KN

Len

gkap

)•

Per

sent

ase

kunj

unga

n ba

yi

(min

imal

4 k

ali)

• P

erse

ntas

e ne

onat

al ri

siko

ting

gi

atau

kom

plik

asi d

itang

ani

3.

Upa

ya p

erba

ikan

giz

i•

Per

sent

ase

Bal

ita d

itim

bang

• P

erse

ntas

e ba

yi y

ang

dibe

ri A

SI

eksk

lusi

f

4.

Upa

ya p

ence

gaha

n da

n pe

nang

gula

ngan

pen

yaki

t m

enul

ar•

Per

sent

ase

caku

pan

imun

isas

i ca

mpa

k•

Per

sent

ase

desa

den

gan

Uni

vers

al C

hild

Imm

uniz

atio

n (U

CI)

• P

erse

ntas

e ru

mah

tang

ga b

er-

PH

BS

• P

erse

ntas

e ru

mah

seh

at•

Per

sent

ase

rum

ah/b

angu

nan

beba

s je

ntik

Aed

es

Health Public Expenditure | Kabupaten Pidie Jaya 2014

85

Health Public Expenditure

Kabupaten Pidie Jaya2014