hdgjk204
-
Upload
dian-fajariani -
Category
Documents
-
view
5 -
download
3
description
Transcript of hdgjk204
-
17
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses
demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan. Demineralisasi
terjadi karena adanya aktivitas jasad renik pada suatu karbohidrat yang
difermentasi oleh bakteri-bakteri. Kerusakan jaringan keras selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya invasi bakteri selanjutnya merusak jaringan pulpa serta
penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan infeksi akut pada sistemik (Madigan
& Martinko 2006, p. 705).
2.1.1 Etiologi Karies
Karies merupakan penyakit yang terjadi karena adanya banyak faktor.
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host, substrat,
mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk
apabila terjadi interaksi antara keempat faktor tersebut (Welbury 2005, p. 107).
a. Host
Faktor host merupakan keadaan rongga mulut, gigi serta saliva. Komposisi
gigi sulung terdiri dari email di luar dan lebih dalam lagi terdapat dentin. Sebagai
permukaan terluar yang lebih keras dan padat, email lebih tahan karies dibanding
lapisan di bawahnya.
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
18
Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang
mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan
organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan
mengandung banyak fluor, fosfat, sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal
enamel sangat menentukan kelarutan enamel, sehingga semakin banyak mineral
maka enamel akan semakin resisten (Fejerskov & Kidd 2008, p. 266).
Saliva merupakan sistem pertahanan utama tubuh terhadap karies. Saliva
disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula parotis, glandula
submandibularis dan glandula sublingualis, serta kelenjar-kelenjar kecil yang
tersebar di rongga mulut. Saliva sebagai salah satu komponen dari host memiliki
fungsi umum sebagai pelicin, antimikroba, buffer, pembersih, anti pelarut dan
anti bakteri. Fungsi saliva yang berkaitan erat dengan terjadinya karies gigi adalah
sebagai buffer, komposisi kimiawi, aliran, viskositas dan faktor antibakteri
(Angela, 2005, p. 132). Sebagai buffer beserta komponen-komponen di
dalamnya, saliva mempengaruhi aktifitas bakteri, serta remineralisasi dan
demineralisasi jaringan keras gigi. Komponen-komponen saliva tersebut meliputi
lactoferrin, lisosom, statherin dan proline sebagai protein, histatin, mucin,
cystatins peroxidase serta immunoglobulin (Deepti et al 2008, p. 7). Selain
sebagai pertahanan utama, di dalam saliva juga terdapat sekitar 108 bakteri per-
mililiter yang berasal dari permukaan gigi dan mukosa sebagai hasil dari
mekanikal abrasi pada saat berbicara, menelan dan mengunyah (Wilson et al
2007, p. 10).
Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.
Adanya pit dan fissure pada gigi yang merupakan daerah yang sangat rentan
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
19
terhadap karies karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah menumpuk
pada daerah tersebut. Selain morfologi, posisi gigi yang berjejal dan tidak teratur
juga akan mudah terserang karies gigi karena lebih sukar untuk dibersihkan
(Wilson et al 2007, p. 9).
b. Substrat
Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan
email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam, yaitu
karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri di rongga
mulut dan secara langsung terlibat dalam penurunan pH (Kidd 2005, p. 5).
Mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di antara
jam makan dan pada saat makan akan meningkatkan resiko terjadinya karies gigi.
Faktor substrat yang dihubungkan dengan terjadinya karies gigi adalah jumlah
konsentrasi dan bentuk fisik dari karbohidrat, lamanya retensi di rongga mulut,
frekuensi snacks serta lamanya interval waktu makan. Anak yang beresiko karies
tinggi sering mengkonsumsi makanan manis, seperti permen, coklat, cookies,
cake, dan minuman karbonasi dengan kandungan sukrosa tinggi diantara jam
makan (Angela, 2005, p. 132).
Karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula, dengan mudah
menempel pada plak dengan cara diffuse, kemudian dimetabolisme oleh bakteri.
Jika terdapat banyak karbohidrat pada makanan dan minimal, maka akan dengan
segera terjadi demineralisasi enamel gigi. Plak menjadi asam dan membutuhkan
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
20
waktu 30 sampai 60 menit untuk kembali pada pH normal yaitu 7 (Kidd 2005, p.
5).
Gambar 2.1 Kurva yang menunjukkan perubahan pH dalam waktu 60 menit setelah diberikan sukrosa pada kelompok anak 14 tahun (Kidd 2005, p. 7)
c. Mikroorganisme
Karies gigi tidak akan dapat terjadi tanpa adanya mikroorganisme.
Mikroorganisme-mikroorganisme di dalam rongga mulut memproduksi asam
untuk mendemineralisasi struktur gigi. Mikroorganisme terdapat pada rongga
mulut, terutama plak gigi secara kompleks dan dengan variasi yang beragam.
Streptococcus sp. dan Actinomyces sp. merupakan dua mikroorganisme yang
dominan, selain Veillonella, Haemophilus, Neisseria, Fusobacterium dan
Propionibacterium (Wilson et al 2007, p. 10).
Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus dan Lactobacilli adalah tiga
bakteri dengan sifat kariogenik yang berpengaruh pada situasi asam permukaan
gigi. Streptococcus mutans adalah salah satu bakteri utama dan memiliki virulensi
terbesar sebagai bakteri penyebab karies gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Wan
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
21
et al (2003) menemukan bahwa kolonisasi Streptococcus mutans ditemukan pada
anak berusia 3 bulan dan menimbulkan karies gigi pada usia ke 6 bulan. Peneliti
yang lain mengemukakan bahwa transmisi Streptococcus mutans berasal dari ibu
(McDonald 2011, p. 178).
Streptococcus mutans dapat melekat pada permukaan gigi karena
kemampuannya memproduksi dextran polisakarida yang bersifat adesif.
Streptococcus mutans hanya dapat memproduksi dextran jika terdapat sukrosa
pada plak gigi karena adanya enzim dextransucrose (Madigan & Martinko 2006,
p. 706).
d. Waktu
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi
substrat menempel dipermukaan gigi. Secara umum, lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6 sampai 48 bulan (Miller & Palenik 2010, p. 49).
2.1.2 Patogenesis Karies
Streptococcus mutans sebagai mikroba utama penyebab karies, melakukan
metabolisme pada karbohidrat pada proses anaerobik yaitu fermentasi asam,
sehingga menghasilkan pH asam yaitu sekitar 4,5 pada permukaan gigi dan
selanjutnya menginduksi terjadinya demineralisasi (Cardoso et al 2011, p. 74).
Hidroksiapatit dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2 merupakan komponen
mineral pada enamel, dentin dan sementum. Dalam keadaan pH normal yaitu
berkisar antara 6,0 sampai 6,8, hidroksiapatit berada di kondisi seimbang dengan
saliva yang tersaturasi oleh ion Ca2+ dan PO43-. Hal ini akan berbeda jika pH
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
22
menjadi lebih asam, ion H+ akan bereaksi dengan ion PO43- dalam saliva. Proses
ini akan merubah PO43- menjadi HPO4
2-. HPO42- yang terbentuk kemudian akan
mengganggu keseimbangan normal hidroksiapatit dengan saliva, sehingga kristal
hidroksiapatit pada gigi akan larut. Proses ini disebut demineralisasi (Fejerskov &
Kidd 2008, p. 245).
Proses demineralisasi dapat berubah kembali atau mengalami
remineralisasi apabila pH ternetralisir dan dalam lingkungan tersebut terdapat ion
Ca2+ dan PO43- yang mencukupi (Fejerskov & Kidd 2008, p. 245). Remineralisasi
dapat terjadi jika terdapat protektif faktor yaitu fluoride, kalsium, fosfor, saliva
berfungsi dengan optimal, dan adanya antimikroba (Koch & Poulsen 2009, p.
105).
2.1.3 Risiko Karies
Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada individu
atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies
pada suatu periode tertentu. Risiko karies bervariasi pada setiap individu
tergantung pada keseimbangan faktor pencetus dan penghambat terjadinya karies
(Angela 2005, p. 132).
Penilaian tingkat risiko karies anak secara individu harus diketahui karena
semua anak pada umumnya mempunyai risiko terkena karies dan perawatannya
juga berbeda pada setiap tingkatan. Tingkat risiko karies anak terbagi atas tiga
kategori yaitu risiko karies tinggi, rendah, dan sedang. Pembagian risiko karies ini
berdasarkan pengalaman karies terdahulu, penemuan di klinik, kebiasaan diet,
riwayat sosial, penggunaan fluor, kontrol plak, saliva dan riwayat kesehatan
umum anak (Tinanoff 2002, p. 388).
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
23
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, penilaian risiko karies
pada anak berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies yaitu: kondisi klinik,
karakteristik lingkungan, dan kondisi kesehatan umum (table 1) (American
Academy of Pediatric Dentistry 2006, p. 25).
Tabel 2.1 Penilaian risiko karies menurut American Academy of Pediatric Dentistry
Indikator risiko karies
Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi
Kondisi klinis
Karakteristik lingkungan
- Tidak ada gigi yang karies selama 24 bulan terakhir
- Tidak ada demineralisasi enamel (karies enamel white spot lesion)
- Tidak dijumpai plak, tidak ada gingivitis
- Keadaan optimal
dari penggunaan fluor secara sistemik dan topikal
- Mengkonsumsi
sedikit gula atau makanan yang berkaitan erat dengan permulaan karies terutama pada saat makan
- Ada karies selama 24 bulan terakhir
- Terdapat satu karies enamel white spot lesion
- Ginggivitis - Keadaan yang
suboptimal pengguna fluor secara sistemik dan optimal pada penggunaan topical aplikasi
- Sekali-sekali di antara waktu makan terkena gula sederhana atau makanan yang sangat berkaitan dengan
- Ada karies selama 12 bulan terakhir
- Terdapat satu karies enamel white spot lesion
- Secara radiografi dijumpai karies enamel
- Dijumpai plak pada gigi anterior
- Banyak jumlah S. mutans
- Menggunakan alat ortodonti
- Penggunaan
topikal fluor suboptimal
- Sering
memakan gula atau makanan yang sangat berhubungan dengan karies di antara waktu makan
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
24
Keadaan kesehatan
secara umum
- Status sosial
ekonomi yang tinggi
- Kunjungan berkala ke dokter gigi secara teratur
terjadinya karies - Status sosial
ekonomi menengah
- Kunjungan berkala ke dokter gigi tidak teratur.
- Status ekonomi
sosial yang rendah
- Karies aktif pada ibu
- Jarang ke dokter gigi
- Anak-anak
dengan membutuhkan pelayanan kesehatan khusus
- Kondisi yang mempengaruhi aliran saliva
2.2 Plak Gigi
Plak merupakan lapisan lunak, terdiri atas kumpulan mikroorganisme
berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi. Plak sangat tipis dan terlihat jika dilakukan pewarnaan (Newman
et al 2006, p. 139). Lebih dari 500 spesies bakteri ditemukan di dalam plak. Awal
pembentukannya, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak, seperti
Streptococcus mutans. Habitat utama bakteri di rongga mulut adalah di
permukaan gigi, mukosa bukal, lidah dan servikal gingival. Tiap bakteri
tergantung pada keadaan nutrisi, oksigen dan pH habitatnya. Salah satu
karakteristik bakteri pada rongga mulut adalah kemampuan membentuk koloni
dengan bakteri lain, berupa plak pada permukaan gigi (Wilson et al 2007, p. 9).
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
25
2.2.1 Pembentukan Plak Gigi
Pembentukan plak gigi dibagi menjadi tiga fase, yaitu pembentukan pelikel,
kolonisasi awal pada permukaan gigi serta kolonisasi sekunder dan pematangan
plak. Pelikel terdapat pada seluruh lapisan permukaan gigi, berfungsi sebagai
penghalang protektif yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan
mencegah pengeringan jaringan. Pembentukan pelikel pada dasarnya merupakan
proses perlekatan dan glikoprotein saliva pada permukaan gigi. Pelikel memiliki
beberapa komponen yaitu glikoprotein (mucin), proline, fosfoprotein, histidin,
enzim -amilase dan beberapa komponen lain yang akan membantu proses adhesi
bakteri pada plak (Newman et al 2006, p. 140-141).
Kolonisasi awal pada permukaan gigi di permukaan enamel dalam 3-4 jam
didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif, dengan melekat ke
pelikel atas bantuan adhesion. Adhesion adalah molekul spesifik yang berada
pada permukaan bakteri. Selanjutnya, terjadi peralihan dari lingkungan aerob
menjadi lingkungan anaerob dengan dominasi bakteri gram negatif setelah 24
jam. Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi sebelumnya melakukan
multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan yang baru. Sehingga
pada hari ke-7 telah terjadi pematangan plak yang ditandai dengan menurunnya
jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram negatif (Newman et al
2006, p. 140-141).
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
26
2.3 Obat Kumur
Obat kumur merupakan sediaan berupa larutan yang berfungsi sebagai
penyegar, mencegah pengumpulan plak mencegah gingivitis, mencegah dan
mengobati sariawan serta membantu penyembuhan mukosa setelah dilakukan
tindakan operasi pada rongga mulut. Kandungan yang terkandung dalam obat
kumur adalah antimikroba, oxidizing agents, oxygenating agents, fluoride,
astringents, bahan penghilang nyeri, buffering agents serta alkohol (Kristen et al
2006). Pada pencegahan terbentuknya akumulasi plak pada gigi, kandungan
antimikroba pada obat kumur berperan sangat penting. Kandungan antimikroba
pada obat kumur merusak dinding sel bakteri, menghambat aktivitas enzimatik,
serta mengeluarkan endotoksik ( Prasanth 2011, p. 91).
2.4 Antimikroba
Senyawa-senyawa anti bakteri telah banyak digunakan dalam pasta gigi,
obat kumur dan obat topikal untuk mencegah pembentukan plak gigi maupun
penyakit periodontal (Miller & Palenik 2010, p. 203). Tujuan utama pemakaian
anti bakteri adalah untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
dengan mekanisme penghambatan sistem enzim bakteri dan mengubah daya
permeabilitas sel membran melalui proses oksidasi, halogenasi dan pengendapan
bakteri (HIPAC 2002, p. 254 ).
A Menendez et al menyatakan bahwa penggunaan antimikroba telah
berhasil mengurangi koloni Streptococcus mutans pada rongga mulut (Prasanth
2011, p. 86). Mayoritas antimikroba dengan spektrum luas akan mengurangi
akumulasi plak atau aktivitasnya dengan merusak sel bakteri secara langsung,
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
27
sedangkan non-antimikroba akan mengurangi akumulasi plak dengan
menginterfensi adesi bakteri pada permukaan gigi. Antimikroba dapat mengurangi
plak dengan beberapa fase, yaitu dengan menghambat adesi dan kolonisasi
bakteri, menghambat pertumbuhan dan metabolisme bakteri, merusak proses
pematangan bakteri dan memodifikasi biochemistry dan ekologi bakteri
(Fejerskov & Kidd 2008, p. 267).
2.4.1 Sodium Fluoride
Sodium Fluoride merupakan salah satu jenis antimikroba yang digunakan
pada obat kumur. Seperti jenis Fluoride yang lain, Sodium Fluoride mencegah
terjadinya karies dengan menghambat demineralisasi, merangsang remineralisasi
dan menghambat bakteri kariogenik (Featherstone 2006, p. 1). Fluor menghambat
metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui
perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit, dengan reaksi kimia:
Ca10(PO4)6.(OH)2+F Ca10(PO4)6.(OHF)
Reaksi tersebut menjadikan enamel lebih tahan asam sehingga dapat menghambat
proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang
perbaikan dan penghentian lesi karies (Angela 2005, p. 132).
Selain dalam proses remineralisasi dan demineralisasi enamel, Sodium
Fluoride menghambat metabolisme karbohidrat dalam memproduksi asam serta
menghambat bakteri dalam memproduksi polisakarida. Penelitian in vitro, telah
membuktikan adanya pengaruh pemberian Fluoride pada produksi asam yang
dilakukan oleh bakteri kariogenik yaitu Streptococcus mutans (US Department of
Health and Human Services 2001, p. 3). Sodium Fluoride pada konsentrasi 0,2%
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
28
dan digunakan selama satu minggu sekali akan efektif mengurangi pembentukan
akumulasi plak (Fejerskov & Kidd 2008, p. 316). Penggunaan Sodium Fluoride
0,2% akan mengurangi reduksi karies sebesar 20-40% (Koch & Poulsen 2009, p.
101).
Sodium Fluoride secara langsung menghambat aktivitas metabolis bakteri
kariogenik, yaitu glikolisis. Menghambat proses glikolisis ini merupakan konsep
utama fluoride sebagai antimikroba. Secara interseluler, Fluoride menghambat
kinerja dua system enzim dalam proses glikolisis, yaitu enzim enolase dan enzim
active proton-transport ATP-ase. Hal ini kemudian menyebabkan bakteri tidak
dapat memproduksi pivuric acid dan ATP. Selain menurunkan sintesis pyruvate,
Fluoride juga menghambat transport glukosa pada sistem phosphoenolpyruvate
phosphotransferase. Dan seperti yang diketahui, bahwa glukosa adalah bahan
utama dalam aktivitas metabolisme mikroorganisme sakarolitik (Nouri & Titley
2003).
2.4.2 Chlorhexidine
C Amornchat et al (2006) menyatakan bahwa Chlorhexidine adalah gold
standart anti plak berdasarkan kemampuannya menghambat metabolisme bakteri
(Prasanth 2011, p. 91). Dalam beberapa penelitian, setelah penggunaan
Chlorhexidine ditemukan adanya penurunan aktivitas Streptococcus mutans dan
Lactobacilli pada plak (Featherstone 2006, p.1). Chlorhexidine secara signifikan
dapat mengurangi plak pada penderita gingivitis dan periodontitis (Newman et al
2006, p. 801). Penelitian selama beberapa bulan menunjukkan penggunaan
Chlorhexidine dapat mengurangi plak 45% menjadi 61% dan mengurangi
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
29
gingivitis dengan tingkat keparahan 27% menjadi 67% (Newman et al 2006, p.
741).
Aktivitas Chlorhexidine tergantung pada pH (5,5 7) dan akan menurun
serta ternetralisir oleh bahan-bahan non-ionik seperti air. Selain itu, aktivitas
Chlorhexidine juga tergantung dari konsentrasi (HIPAC Guideline 2002, p. 256).
Pada konsentrasi yang tinggi akan berperan sebagai bakterisidal, sedangkan pada
konsentrasi yang rendah memiliki efek bakteristatik (Fejerskov & Kidd 2008, p.
271). Chlorhexidine merupakan bahan antimikroba yang sering digunakan dalam
obat kumut. Chlorhexidine mengandung dua ion positif yang disebut sebagai
dikationik. Ion positif ini memiliki ikatan yang kuat dengan ion negatif yang
terdapat pada dinding sel bakteri, polisakarida ekstraseluler, pelikel, plak serta
mukosa rongga mulut (HIPAC 2002, p. 255).
Chlorhexidine 0,2% berkhasiat sebagai antimikroba berspektrum luas,
bersifat bakteriosidal dan banteriostatik yang sangat efektif terhadap bakteri gram
positif, gram negatif, yeast dan fungi (Kidd 2005, p. 83). Aktivitas antimikroba
Chlorhexidine terjadi dengan menghambat enzim glucosyltransferase yang
berperan penting dalam proses akumulasi plak pada permukaan gigi dan
menghambat metabolisme enzim phosphoenolpyruvate phosphotransferase di
mana akan menghambat proses transport dan fosforilasi dari glukosa ke semua
membrane bakteri (Fejerskov & Kidd 2008, p. 271). Aktivitas ini kemudian
menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi serta merusak membran
sitoplasma yang menimbulkan presipitasi isi sel, kemudian sel menjadi lisis dan
mati (Newman et al 2006, p. 338).
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
30
Selain merusak sistem enzim pada bakteri, sebagai antimikroba kation
dengan muatannya yang positif, Chlorhexidine dapat mengikat hydroxyapatite
pada permukaan enamel, pelikel, plak bakteri dan ekstraseluler polisakarida plak,
serta membrane mucus. Chlorhexidine mengabsorbsi hydroxiapatite yang diyakini
dapat menghambat kolonisasi bakteri (Harris and Christen 2004, p. 119).
Penggunaan Chlorhexidine memberikan beberapa efek samping, yaitu
adanya stain pada gigi, lidah dan margin pada restorasi yang disebabkan karena
adanya interaksi Chlorhexidine dengan diet yang dikonsumsi. Selain itu,
Chlorhexidine akan memberikan rasa pahit untuk beberapa menit sampai jam
tergantung pada tiap individual, dapat menyebabkan ulser pada individu intoleran,
serta pada efek penggunaan yang lama berkisar 2 tahun akan menurukan
sensitifitas bakteri (Kidd 2005, p. 85).
2.4.3 Povidone Iodine
Povidone Iodine atau disebut juga PVP-Iodine, Polyvinyl pyrrolidone iodine
complex serta Polivyodine iodine, merupakan suatu antiseptik yang mengandung
komponen povidone iodine dan iodine yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif dan gram negatif dengan cara bereaksi dengan sel protein dari
bakteri sehingga terjadi denaturasi protein. Selain itu, Povidone Iodine 1% secara
langsung mempengaruhi permeabilitas membran plak, sehingga bahan aktifnya
melakukan penetrasi ke dalam sitoplasma dan menurunkan aktivitas bakteri
(Yagiela et al 2004, p. 757-758).
Povidone Iodine memiliki spektrum yang luas sebagai bakterisidal,
fungisidal dan virusidal yang kuat dan tidak memiliki sifat iritan (Demir 2005, p.
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
31
392). Keuntungan dari penggunaan Povidone Iodine antara lain tidak
menyebabkan iritasi jaringan, toksisitas rendah, larut dalam air, menyebabkan
Iodine menjadi stabil, tidak meninggalkan noda dan mudah dibersihkan
(Martindale 2007, p. 1111). Povidone Iodine sebagai obat kumur dipasarkan
dengan merk dagang Betadine dengan konsentrasi sebesar 1%.
2.5 Caries Risk Assessment
Karies merupakan penyakit dengan etiologi yang sangat kompleks. Tujuan
dari caries risk assessment pada anak adalah pemantauan pasien dengan risiko
karies rendah, sebagai dasar menentukan rekomendasi yang aman untuk
melakukan kunjungan berikutnya dalam interval waktu yang panjang,
mengidentifikasi pasien berisiko karies tinggi sebelum berubah menjadi karies
yang aktif, dan memonitor tiap perubahan pada status pasien dengan karies aktif
(Messer 2000, p. 12).
Tes aktivitas karies merupakan satu langkah untuk mengetahui
perkembangan karies pada satu individu (Harris and Christen 2004, p. 292). Tes
aktivitas karies dapat mengklasifikasikan risiko karies gigi dan harus digunakan
secara periodik untuk menilai perubahan status risiko seseorang (Whitaker 2006,
p. 349).
2.5.1 Cariostat
Cariostat merupakan tes dengan menggunakan medium tes yang
mengandung sukrosa dan dua jenis indikator pH untuk menunjukkan penurunan
pH secara terus-menerus dalam medium oleh bakteri yang terdeposit pada plak
gigi. Tes ini didasarkan pada kemampuan bakteri kariogenik dalam plak untuk
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
32
memproduksi asam dari metabolisme sukrosa yang akan menyebabkan perubahan
kolorimetrik, yaitu perubahan warna medium (Nishimura 2008, p. 65). Nilai dari
Cariostat telah dibuktikan dapat menunjukkan hasil yang valid, karena
kesensitifan dan kespesifikannya pada bakteri kariogenik yang terdapat pada plak
gigi (Biviji AT et al 2012, p. 105).
Cariostat merupakan media uji dalam microbial screening untuk melihat
aktivitas karies pada anak-anak (Ibrahim Sukaeni et al 2009, p. 181). Sebagai
caries risk assessment, Cariostat juga digunakan untuk mengevaluasi kebiasaan
anak-anak dan hubungannya terhadap karies gigi (Ji Ying et al 2006, p. 91). Di
dalam jurnalnya, Okada Tomoyuki menyatakan bahwa penggunaan Cariostat
sebagai media screening dapat memberikan kontribusi terhadap promosi
kesehatan rongga mulut dan usaha pencegahan karies pada anak-anak (Tomoyuki
Okada et al 2003, p. 289). Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan
Cariostat sebagai media screening aktivitas karies gigi pada anak-anak adalah
penggunaan antibiotik dan antiseptik sebelum dilakukan pemeriksaan karena
dapat menghasilkan nilai dengan false negative. Namun nilai kesensitifan yang
tinggi pada Cariostat yaitu 98% (Koroluk L et al 1994, p. 278-280), menunjukkan
bahwa kemungkinan adanya false negative kecil.
Cara pengambilan sampel dalam tes aktivitas karies adalah dengan
mengusapkan cotton bud steril pada permukaan servikal bukal gigi rahang atas
sebanyak 2-3 kali. Kemudian cotton bud segera dimasukkan dalam vial medium
dan dilakukan inkubasi pada suhu 37C selama 48 jam. Selanjutnya dilakukan
penentuan skor Cariostat dengan melihat perubahan warna pada medium (Tabel
2.2). Scoring dilakukan dengan mencocokkan perubahan warna yang terlihat pada
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI
-
33
vial medium dengan referensi yang disediakan oleh pabrik (Rodis et al 2005, p.
8).
Tabel. 2.2 Prediksi aktivitas karies berdasarkan Cariostat
Perubahan warna Skor Aktivitas Karies
Tidak ada perubahan warna (biru) 0 Rendah (+)
Biru-hijau 0,5 Hijau 1,0
Sedang (++) Hijau-kuning 1,5
Kuning-hijau 2,0 Kuning dengan hijau kurang dominan 2,5
Tinggi (+++) Kuning 3,0
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI