hdgjk204

17
17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan. Demineralisasi terjadi karena adanya aktivitas jasad renik pada suatu karbohidrat yang difermentasi oleh bakteri-bakteri. Kerusakan jaringan keras selanjutnya akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri selanjutnya merusak jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan infeksi akut pada sistemik (Madigan & Martinko 2006, p. 705). 2.1.1 Etiologi Karies Karies merupakan penyakit yang terjadi karena adanya banyak faktor. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host, substrat, mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor tersebut (Welbury 2005, p. 107). a. Host Faktor host merupakan keadaan rongga mulut, gigi serta saliva. Komposisi gigi sulung terdiri dari email di luar dan lebih dalam lagi terdapat dentin. Sebagai permukaan terluar yang lebih keras dan padat, email lebih tahan karies dibanding lapisan di bawahnya. ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

description

fchgvj

Transcript of hdgjk204

  • 17

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Karies Gigi

    Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

    demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan. Demineralisasi

    terjadi karena adanya aktivitas jasad renik pada suatu karbohidrat yang

    difermentasi oleh bakteri-bakteri. Kerusakan jaringan keras selanjutnya akan

    menyebabkan terjadinya invasi bakteri selanjutnya merusak jaringan pulpa serta

    penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan infeksi akut pada sistemik (Madigan

    & Martinko 2006, p. 705).

    2.1.1 Etiologi Karies

    Karies merupakan penyakit yang terjadi karena adanya banyak faktor.

    Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host, substrat,

    mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk

    apabila terjadi interaksi antara keempat faktor tersebut (Welbury 2005, p. 107).

    a. Host

    Faktor host merupakan keadaan rongga mulut, gigi serta saliva. Komposisi

    gigi sulung terdiri dari email di luar dan lebih dalam lagi terdapat dentin. Sebagai

    permukaan terluar yang lebih keras dan padat, email lebih tahan karies dibanding

    lapisan di bawahnya.

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 18

    Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang

    mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan

    organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan

    mengandung banyak fluor, fosfat, sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal

    enamel sangat menentukan kelarutan enamel, sehingga semakin banyak mineral

    maka enamel akan semakin resisten (Fejerskov & Kidd 2008, p. 266).

    Saliva merupakan sistem pertahanan utama tubuh terhadap karies. Saliva

    disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula parotis, glandula

    submandibularis dan glandula sublingualis, serta kelenjar-kelenjar kecil yang

    tersebar di rongga mulut. Saliva sebagai salah satu komponen dari host memiliki

    fungsi umum sebagai pelicin, antimikroba, buffer, pembersih, anti pelarut dan

    anti bakteri. Fungsi saliva yang berkaitan erat dengan terjadinya karies gigi adalah

    sebagai buffer, komposisi kimiawi, aliran, viskositas dan faktor antibakteri

    (Angela, 2005, p. 132). Sebagai buffer beserta komponen-komponen di

    dalamnya, saliva mempengaruhi aktifitas bakteri, serta remineralisasi dan

    demineralisasi jaringan keras gigi. Komponen-komponen saliva tersebut meliputi

    lactoferrin, lisosom, statherin dan proline sebagai protein, histatin, mucin,

    cystatins peroxidase serta immunoglobulin (Deepti et al 2008, p. 7). Selain

    sebagai pertahanan utama, di dalam saliva juga terdapat sekitar 108 bakteri per-

    mililiter yang berasal dari permukaan gigi dan mukosa sebagai hasil dari

    mekanikal abrasi pada saat berbicara, menelan dan mengunyah (Wilson et al

    2007, p. 10).

    Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.

    Adanya pit dan fissure pada gigi yang merupakan daerah yang sangat rentan

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 19

    terhadap karies karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah menumpuk

    pada daerah tersebut. Selain morfologi, posisi gigi yang berjejal dan tidak teratur

    juga akan mudah terserang karies gigi karena lebih sukar untuk dibersihkan

    (Wilson et al 2007, p. 9).

    b. Substrat

    Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu

    perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan

    email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan

    menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam, yaitu

    karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri di rongga

    mulut dan secara langsung terlibat dalam penurunan pH (Kidd 2005, p. 5).

    Mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di antara

    jam makan dan pada saat makan akan meningkatkan resiko terjadinya karies gigi.

    Faktor substrat yang dihubungkan dengan terjadinya karies gigi adalah jumlah

    konsentrasi dan bentuk fisik dari karbohidrat, lamanya retensi di rongga mulut,

    frekuensi snacks serta lamanya interval waktu makan. Anak yang beresiko karies

    tinggi sering mengkonsumsi makanan manis, seperti permen, coklat, cookies,

    cake, dan minuman karbonasi dengan kandungan sukrosa tinggi diantara jam

    makan (Angela, 2005, p. 132).

    Karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula, dengan mudah

    menempel pada plak dengan cara diffuse, kemudian dimetabolisme oleh bakteri.

    Jika terdapat banyak karbohidrat pada makanan dan minimal, maka akan dengan

    segera terjadi demineralisasi enamel gigi. Plak menjadi asam dan membutuhkan

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 20

    waktu 30 sampai 60 menit untuk kembali pada pH normal yaitu 7 (Kidd 2005, p.

    5).

    Gambar 2.1 Kurva yang menunjukkan perubahan pH dalam waktu 60 menit setelah diberikan sukrosa pada kelompok anak 14 tahun (Kidd 2005, p. 7)

    c. Mikroorganisme

    Karies gigi tidak akan dapat terjadi tanpa adanya mikroorganisme.

    Mikroorganisme-mikroorganisme di dalam rongga mulut memproduksi asam

    untuk mendemineralisasi struktur gigi. Mikroorganisme terdapat pada rongga

    mulut, terutama plak gigi secara kompleks dan dengan variasi yang beragam.

    Streptococcus sp. dan Actinomyces sp. merupakan dua mikroorganisme yang

    dominan, selain Veillonella, Haemophilus, Neisseria, Fusobacterium dan

    Propionibacterium (Wilson et al 2007, p. 10).

    Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus dan Lactobacilli adalah tiga

    bakteri dengan sifat kariogenik yang berpengaruh pada situasi asam permukaan

    gigi. Streptococcus mutans adalah salah satu bakteri utama dan memiliki virulensi

    terbesar sebagai bakteri penyebab karies gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Wan

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 21

    et al (2003) menemukan bahwa kolonisasi Streptococcus mutans ditemukan pada

    anak berusia 3 bulan dan menimbulkan karies gigi pada usia ke 6 bulan. Peneliti

    yang lain mengemukakan bahwa transmisi Streptococcus mutans berasal dari ibu

    (McDonald 2011, p. 178).

    Streptococcus mutans dapat melekat pada permukaan gigi karena

    kemampuannya memproduksi dextran polisakarida yang bersifat adesif.

    Streptococcus mutans hanya dapat memproduksi dextran jika terdapat sukrosa

    pada plak gigi karena adanya enzim dextransucrose (Madigan & Martinko 2006,

    p. 706).

    d. Waktu

    Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi

    substrat menempel dipermukaan gigi. Secara umum, lamanya waktu yang

    dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

    diperkirakan 6 sampai 48 bulan (Miller & Palenik 2010, p. 49).

    2.1.2 Patogenesis Karies

    Streptococcus mutans sebagai mikroba utama penyebab karies, melakukan

    metabolisme pada karbohidrat pada proses anaerobik yaitu fermentasi asam,

    sehingga menghasilkan pH asam yaitu sekitar 4,5 pada permukaan gigi dan

    selanjutnya menginduksi terjadinya demineralisasi (Cardoso et al 2011, p. 74).

    Hidroksiapatit dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2 merupakan komponen

    mineral pada enamel, dentin dan sementum. Dalam keadaan pH normal yaitu

    berkisar antara 6,0 sampai 6,8, hidroksiapatit berada di kondisi seimbang dengan

    saliva yang tersaturasi oleh ion Ca2+ dan PO43-. Hal ini akan berbeda jika pH

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 22

    menjadi lebih asam, ion H+ akan bereaksi dengan ion PO43- dalam saliva. Proses

    ini akan merubah PO43- menjadi HPO4

    2-. HPO42- yang terbentuk kemudian akan

    mengganggu keseimbangan normal hidroksiapatit dengan saliva, sehingga kristal

    hidroksiapatit pada gigi akan larut. Proses ini disebut demineralisasi (Fejerskov &

    Kidd 2008, p. 245).

    Proses demineralisasi dapat berubah kembali atau mengalami

    remineralisasi apabila pH ternetralisir dan dalam lingkungan tersebut terdapat ion

    Ca2+ dan PO43- yang mencukupi (Fejerskov & Kidd 2008, p. 245). Remineralisasi

    dapat terjadi jika terdapat protektif faktor yaitu fluoride, kalsium, fosfor, saliva

    berfungsi dengan optimal, dan adanya antimikroba (Koch & Poulsen 2009, p.

    105).

    2.1.3 Risiko Karies

    Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada individu

    atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies

    pada suatu periode tertentu. Risiko karies bervariasi pada setiap individu

    tergantung pada keseimbangan faktor pencetus dan penghambat terjadinya karies

    (Angela 2005, p. 132).

    Penilaian tingkat risiko karies anak secara individu harus diketahui karena

    semua anak pada umumnya mempunyai risiko terkena karies dan perawatannya

    juga berbeda pada setiap tingkatan. Tingkat risiko karies anak terbagi atas tiga

    kategori yaitu risiko karies tinggi, rendah, dan sedang. Pembagian risiko karies ini

    berdasarkan pengalaman karies terdahulu, penemuan di klinik, kebiasaan diet,

    riwayat sosial, penggunaan fluor, kontrol plak, saliva dan riwayat kesehatan

    umum anak (Tinanoff 2002, p. 388).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 23

    Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, penilaian risiko karies

    pada anak berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies yaitu: kondisi klinik,

    karakteristik lingkungan, dan kondisi kesehatan umum (table 1) (American

    Academy of Pediatric Dentistry 2006, p. 25).

    Tabel 2.1 Penilaian risiko karies menurut American Academy of Pediatric Dentistry

    Indikator risiko karies

    Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi

    Kondisi klinis

    Karakteristik lingkungan

    - Tidak ada gigi yang karies selama 24 bulan terakhir

    - Tidak ada demineralisasi enamel (karies enamel white spot lesion)

    - Tidak dijumpai plak, tidak ada gingivitis

    - Keadaan optimal

    dari penggunaan fluor secara sistemik dan topikal

    - Mengkonsumsi

    sedikit gula atau makanan yang berkaitan erat dengan permulaan karies terutama pada saat makan

    - Ada karies selama 24 bulan terakhir

    - Terdapat satu karies enamel white spot lesion

    - Ginggivitis - Keadaan yang

    suboptimal pengguna fluor secara sistemik dan optimal pada penggunaan topical aplikasi

    - Sekali-sekali di antara waktu makan terkena gula sederhana atau makanan yang sangat berkaitan dengan

    - Ada karies selama 12 bulan terakhir

    - Terdapat satu karies enamel white spot lesion

    - Secara radiografi dijumpai karies enamel

    - Dijumpai plak pada gigi anterior

    - Banyak jumlah S. mutans

    - Menggunakan alat ortodonti

    - Penggunaan

    topikal fluor suboptimal

    - Sering

    memakan gula atau makanan yang sangat berhubungan dengan karies di antara waktu makan

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 24

    Keadaan kesehatan

    secara umum

    - Status sosial

    ekonomi yang tinggi

    - Kunjungan berkala ke dokter gigi secara teratur

    terjadinya karies - Status sosial

    ekonomi menengah

    - Kunjungan berkala ke dokter gigi tidak teratur.

    - Status ekonomi

    sosial yang rendah

    - Karies aktif pada ibu

    - Jarang ke dokter gigi

    - Anak-anak

    dengan membutuhkan pelayanan kesehatan khusus

    - Kondisi yang mempengaruhi aliran saliva

    2.2 Plak Gigi

    Plak merupakan lapisan lunak, terdiri atas kumpulan mikroorganisme

    berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

    permukaan gigi. Plak sangat tipis dan terlihat jika dilakukan pewarnaan (Newman

    et al 2006, p. 139). Lebih dari 500 spesies bakteri ditemukan di dalam plak. Awal

    pembentukannya, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak, seperti

    Streptococcus mutans. Habitat utama bakteri di rongga mulut adalah di

    permukaan gigi, mukosa bukal, lidah dan servikal gingival. Tiap bakteri

    tergantung pada keadaan nutrisi, oksigen dan pH habitatnya. Salah satu

    karakteristik bakteri pada rongga mulut adalah kemampuan membentuk koloni

    dengan bakteri lain, berupa plak pada permukaan gigi (Wilson et al 2007, p. 9).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 25

    2.2.1 Pembentukan Plak Gigi

    Pembentukan plak gigi dibagi menjadi tiga fase, yaitu pembentukan pelikel,

    kolonisasi awal pada permukaan gigi serta kolonisasi sekunder dan pematangan

    plak. Pelikel terdapat pada seluruh lapisan permukaan gigi, berfungsi sebagai

    penghalang protektif yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan

    mencegah pengeringan jaringan. Pembentukan pelikel pada dasarnya merupakan

    proses perlekatan dan glikoprotein saliva pada permukaan gigi. Pelikel memiliki

    beberapa komponen yaitu glikoprotein (mucin), proline, fosfoprotein, histidin,

    enzim -amilase dan beberapa komponen lain yang akan membantu proses adhesi

    bakteri pada plak (Newman et al 2006, p. 140-141).

    Kolonisasi awal pada permukaan gigi di permukaan enamel dalam 3-4 jam

    didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif, dengan melekat ke

    pelikel atas bantuan adhesion. Adhesion adalah molekul spesifik yang berada

    pada permukaan bakteri. Selanjutnya, terjadi peralihan dari lingkungan aerob

    menjadi lingkungan anaerob dengan dominasi bakteri gram negatif setelah 24

    jam. Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi sebelumnya melakukan

    multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan yang baru. Sehingga

    pada hari ke-7 telah terjadi pematangan plak yang ditandai dengan menurunnya

    jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram negatif (Newman et al

    2006, p. 140-141).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 26

    2.3 Obat Kumur

    Obat kumur merupakan sediaan berupa larutan yang berfungsi sebagai

    penyegar, mencegah pengumpulan plak mencegah gingivitis, mencegah dan

    mengobati sariawan serta membantu penyembuhan mukosa setelah dilakukan

    tindakan operasi pada rongga mulut. Kandungan yang terkandung dalam obat

    kumur adalah antimikroba, oxidizing agents, oxygenating agents, fluoride,

    astringents, bahan penghilang nyeri, buffering agents serta alkohol (Kristen et al

    2006). Pada pencegahan terbentuknya akumulasi plak pada gigi, kandungan

    antimikroba pada obat kumur berperan sangat penting. Kandungan antimikroba

    pada obat kumur merusak dinding sel bakteri, menghambat aktivitas enzimatik,

    serta mengeluarkan endotoksik ( Prasanth 2011, p. 91).

    2.4 Antimikroba

    Senyawa-senyawa anti bakteri telah banyak digunakan dalam pasta gigi,

    obat kumur dan obat topikal untuk mencegah pembentukan plak gigi maupun

    penyakit periodontal (Miller & Palenik 2010, p. 203). Tujuan utama pemakaian

    anti bakteri adalah untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri

    dengan mekanisme penghambatan sistem enzim bakteri dan mengubah daya

    permeabilitas sel membran melalui proses oksidasi, halogenasi dan pengendapan

    bakteri (HIPAC 2002, p. 254 ).

    A Menendez et al menyatakan bahwa penggunaan antimikroba telah

    berhasil mengurangi koloni Streptococcus mutans pada rongga mulut (Prasanth

    2011, p. 86). Mayoritas antimikroba dengan spektrum luas akan mengurangi

    akumulasi plak atau aktivitasnya dengan merusak sel bakteri secara langsung,

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 27

    sedangkan non-antimikroba akan mengurangi akumulasi plak dengan

    menginterfensi adesi bakteri pada permukaan gigi. Antimikroba dapat mengurangi

    plak dengan beberapa fase, yaitu dengan menghambat adesi dan kolonisasi

    bakteri, menghambat pertumbuhan dan metabolisme bakteri, merusak proses

    pematangan bakteri dan memodifikasi biochemistry dan ekologi bakteri

    (Fejerskov & Kidd 2008, p. 267).

    2.4.1 Sodium Fluoride

    Sodium Fluoride merupakan salah satu jenis antimikroba yang digunakan

    pada obat kumur. Seperti jenis Fluoride yang lain, Sodium Fluoride mencegah

    terjadinya karies dengan menghambat demineralisasi, merangsang remineralisasi

    dan menghambat bakteri kariogenik (Featherstone 2006, p. 1). Fluor menghambat

    metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui

    perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit, dengan reaksi kimia:

    Ca10(PO4)6.(OH)2+F Ca10(PO4)6.(OHF)

    Reaksi tersebut menjadikan enamel lebih tahan asam sehingga dapat menghambat

    proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang

    perbaikan dan penghentian lesi karies (Angela 2005, p. 132).

    Selain dalam proses remineralisasi dan demineralisasi enamel, Sodium

    Fluoride menghambat metabolisme karbohidrat dalam memproduksi asam serta

    menghambat bakteri dalam memproduksi polisakarida. Penelitian in vitro, telah

    membuktikan adanya pengaruh pemberian Fluoride pada produksi asam yang

    dilakukan oleh bakteri kariogenik yaitu Streptococcus mutans (US Department of

    Health and Human Services 2001, p. 3). Sodium Fluoride pada konsentrasi 0,2%

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 28

    dan digunakan selama satu minggu sekali akan efektif mengurangi pembentukan

    akumulasi plak (Fejerskov & Kidd 2008, p. 316). Penggunaan Sodium Fluoride

    0,2% akan mengurangi reduksi karies sebesar 20-40% (Koch & Poulsen 2009, p.

    101).

    Sodium Fluoride secara langsung menghambat aktivitas metabolis bakteri

    kariogenik, yaitu glikolisis. Menghambat proses glikolisis ini merupakan konsep

    utama fluoride sebagai antimikroba. Secara interseluler, Fluoride menghambat

    kinerja dua system enzim dalam proses glikolisis, yaitu enzim enolase dan enzim

    active proton-transport ATP-ase. Hal ini kemudian menyebabkan bakteri tidak

    dapat memproduksi pivuric acid dan ATP. Selain menurunkan sintesis pyruvate,

    Fluoride juga menghambat transport glukosa pada sistem phosphoenolpyruvate

    phosphotransferase. Dan seperti yang diketahui, bahwa glukosa adalah bahan

    utama dalam aktivitas metabolisme mikroorganisme sakarolitik (Nouri & Titley

    2003).

    2.4.2 Chlorhexidine

    C Amornchat et al (2006) menyatakan bahwa Chlorhexidine adalah gold

    standart anti plak berdasarkan kemampuannya menghambat metabolisme bakteri

    (Prasanth 2011, p. 91). Dalam beberapa penelitian, setelah penggunaan

    Chlorhexidine ditemukan adanya penurunan aktivitas Streptococcus mutans dan

    Lactobacilli pada plak (Featherstone 2006, p.1). Chlorhexidine secara signifikan

    dapat mengurangi plak pada penderita gingivitis dan periodontitis (Newman et al

    2006, p. 801). Penelitian selama beberapa bulan menunjukkan penggunaan

    Chlorhexidine dapat mengurangi plak 45% menjadi 61% dan mengurangi

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 29

    gingivitis dengan tingkat keparahan 27% menjadi 67% (Newman et al 2006, p.

    741).

    Aktivitas Chlorhexidine tergantung pada pH (5,5 7) dan akan menurun

    serta ternetralisir oleh bahan-bahan non-ionik seperti air. Selain itu, aktivitas

    Chlorhexidine juga tergantung dari konsentrasi (HIPAC Guideline 2002, p. 256).

    Pada konsentrasi yang tinggi akan berperan sebagai bakterisidal, sedangkan pada

    konsentrasi yang rendah memiliki efek bakteristatik (Fejerskov & Kidd 2008, p.

    271). Chlorhexidine merupakan bahan antimikroba yang sering digunakan dalam

    obat kumut. Chlorhexidine mengandung dua ion positif yang disebut sebagai

    dikationik. Ion positif ini memiliki ikatan yang kuat dengan ion negatif yang

    terdapat pada dinding sel bakteri, polisakarida ekstraseluler, pelikel, plak serta

    mukosa rongga mulut (HIPAC 2002, p. 255).

    Chlorhexidine 0,2% berkhasiat sebagai antimikroba berspektrum luas,

    bersifat bakteriosidal dan banteriostatik yang sangat efektif terhadap bakteri gram

    positif, gram negatif, yeast dan fungi (Kidd 2005, p. 83). Aktivitas antimikroba

    Chlorhexidine terjadi dengan menghambat enzim glucosyltransferase yang

    berperan penting dalam proses akumulasi plak pada permukaan gigi dan

    menghambat metabolisme enzim phosphoenolpyruvate phosphotransferase di

    mana akan menghambat proses transport dan fosforilasi dari glukosa ke semua

    membrane bakteri (Fejerskov & Kidd 2008, p. 271). Aktivitas ini kemudian

    menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi serta merusak membran

    sitoplasma yang menimbulkan presipitasi isi sel, kemudian sel menjadi lisis dan

    mati (Newman et al 2006, p. 338).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 30

    Selain merusak sistem enzim pada bakteri, sebagai antimikroba kation

    dengan muatannya yang positif, Chlorhexidine dapat mengikat hydroxyapatite

    pada permukaan enamel, pelikel, plak bakteri dan ekstraseluler polisakarida plak,

    serta membrane mucus. Chlorhexidine mengabsorbsi hydroxiapatite yang diyakini

    dapat menghambat kolonisasi bakteri (Harris and Christen 2004, p. 119).

    Penggunaan Chlorhexidine memberikan beberapa efek samping, yaitu

    adanya stain pada gigi, lidah dan margin pada restorasi yang disebabkan karena

    adanya interaksi Chlorhexidine dengan diet yang dikonsumsi. Selain itu,

    Chlorhexidine akan memberikan rasa pahit untuk beberapa menit sampai jam

    tergantung pada tiap individual, dapat menyebabkan ulser pada individu intoleran,

    serta pada efek penggunaan yang lama berkisar 2 tahun akan menurukan

    sensitifitas bakteri (Kidd 2005, p. 85).

    2.4.3 Povidone Iodine

    Povidone Iodine atau disebut juga PVP-Iodine, Polyvinyl pyrrolidone iodine

    complex serta Polivyodine iodine, merupakan suatu antiseptik yang mengandung

    komponen povidone iodine dan iodine yang dapat menghambat pertumbuhan

    bakteri gram positif dan gram negatif dengan cara bereaksi dengan sel protein dari

    bakteri sehingga terjadi denaturasi protein. Selain itu, Povidone Iodine 1% secara

    langsung mempengaruhi permeabilitas membran plak, sehingga bahan aktifnya

    melakukan penetrasi ke dalam sitoplasma dan menurunkan aktivitas bakteri

    (Yagiela et al 2004, p. 757-758).

    Povidone Iodine memiliki spektrum yang luas sebagai bakterisidal,

    fungisidal dan virusidal yang kuat dan tidak memiliki sifat iritan (Demir 2005, p.

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 31

    392). Keuntungan dari penggunaan Povidone Iodine antara lain tidak

    menyebabkan iritasi jaringan, toksisitas rendah, larut dalam air, menyebabkan

    Iodine menjadi stabil, tidak meninggalkan noda dan mudah dibersihkan

    (Martindale 2007, p. 1111). Povidone Iodine sebagai obat kumur dipasarkan

    dengan merk dagang Betadine dengan konsentrasi sebesar 1%.

    2.5 Caries Risk Assessment

    Karies merupakan penyakit dengan etiologi yang sangat kompleks. Tujuan

    dari caries risk assessment pada anak adalah pemantauan pasien dengan risiko

    karies rendah, sebagai dasar menentukan rekomendasi yang aman untuk

    melakukan kunjungan berikutnya dalam interval waktu yang panjang,

    mengidentifikasi pasien berisiko karies tinggi sebelum berubah menjadi karies

    yang aktif, dan memonitor tiap perubahan pada status pasien dengan karies aktif

    (Messer 2000, p. 12).

    Tes aktivitas karies merupakan satu langkah untuk mengetahui

    perkembangan karies pada satu individu (Harris and Christen 2004, p. 292). Tes

    aktivitas karies dapat mengklasifikasikan risiko karies gigi dan harus digunakan

    secara periodik untuk menilai perubahan status risiko seseorang (Whitaker 2006,

    p. 349).

    2.5.1 Cariostat

    Cariostat merupakan tes dengan menggunakan medium tes yang

    mengandung sukrosa dan dua jenis indikator pH untuk menunjukkan penurunan

    pH secara terus-menerus dalam medium oleh bakteri yang terdeposit pada plak

    gigi. Tes ini didasarkan pada kemampuan bakteri kariogenik dalam plak untuk

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 32

    memproduksi asam dari metabolisme sukrosa yang akan menyebabkan perubahan

    kolorimetrik, yaitu perubahan warna medium (Nishimura 2008, p. 65). Nilai dari

    Cariostat telah dibuktikan dapat menunjukkan hasil yang valid, karena

    kesensitifan dan kespesifikannya pada bakteri kariogenik yang terdapat pada plak

    gigi (Biviji AT et al 2012, p. 105).

    Cariostat merupakan media uji dalam microbial screening untuk melihat

    aktivitas karies pada anak-anak (Ibrahim Sukaeni et al 2009, p. 181). Sebagai

    caries risk assessment, Cariostat juga digunakan untuk mengevaluasi kebiasaan

    anak-anak dan hubungannya terhadap karies gigi (Ji Ying et al 2006, p. 91). Di

    dalam jurnalnya, Okada Tomoyuki menyatakan bahwa penggunaan Cariostat

    sebagai media screening dapat memberikan kontribusi terhadap promosi

    kesehatan rongga mulut dan usaha pencegahan karies pada anak-anak (Tomoyuki

    Okada et al 2003, p. 289). Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan

    Cariostat sebagai media screening aktivitas karies gigi pada anak-anak adalah

    penggunaan antibiotik dan antiseptik sebelum dilakukan pemeriksaan karena

    dapat menghasilkan nilai dengan false negative. Namun nilai kesensitifan yang

    tinggi pada Cariostat yaitu 98% (Koroluk L et al 1994, p. 278-280), menunjukkan

    bahwa kemungkinan adanya false negative kecil.

    Cara pengambilan sampel dalam tes aktivitas karies adalah dengan

    mengusapkan cotton bud steril pada permukaan servikal bukal gigi rahang atas

    sebanyak 2-3 kali. Kemudian cotton bud segera dimasukkan dalam vial medium

    dan dilakukan inkubasi pada suhu 37C selama 48 jam. Selanjutnya dilakukan

    penentuan skor Cariostat dengan melihat perubahan warna pada medium (Tabel

    2.2). Scoring dilakukan dengan mencocokkan perubahan warna yang terlihat pada

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI

  • 33

    vial medium dengan referensi yang disediakan oleh pabrik (Rodis et al 2005, p.

    8).

    Tabel. 2.2 Prediksi aktivitas karies berdasarkan Cariostat

    Perubahan warna Skor Aktivitas Karies

    Tidak ada perubahan warna (biru) 0 Rendah (+)

    Biru-hijau 0,5 Hijau 1,0

    Sedang (++) Hijau-kuning 1,5

    Kuning-hijau 2,0 Kuning dengan hijau kurang dominan 2,5

    Tinggi (+++) Kuning 3,0

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI AKTIVITAS KARIES SETELAH ... RIZKY ANUGRAH DEWATI