Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...

8
RESPON TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI TERHADAP PEMU- PUKAN P DALAM POLA TANAM TUMPANGSARI Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan E.L. Sis- woro* ABSTRAK - ABSTRACT RESPON TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN P DALAM POLA TANAM TUMPANGSARL Suatu penelitian dengan menggunakan berbagai takaran pupuk P, pada suatu pola tanam tumpangsari telah dilakukan di Way Abung, Lampung. Tanah yang digunakan dalam percobaan ini adalah lahan bukaan barn yang belum pernah digunakan untuk bercocok tanam. Takaran pupuk P yang diberikan adalah, 0, 90, 180, 270, dan 360 kg P/ha. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanpa pupuk P, tanarnan jagung tidak mampu membentuk biji sarna sekali, dan tanaman kedelai masih dapat membentuk biji walaupun hasil- nya sangat rendah. Takaran 180 kg P/ha dan 90 kg P/ha memberikan hasil optimal, berturut- turut untuk tanarnan jagung dan kedelai. Namun untuk hasil optimal bagi kedua tanaman ini secara total, pupuk P yang diperlukan adaiah 180 kg P/ha. Selain itu ditemukan pula penarn- bahan bobot kering tanaman sejalan dengan serapan pupuk P. Data yang diperoleh menunjuk- kan bahwa tanaman kedelai lebih banyak memanfaatkan pupuk-P bila dibandingkan dengan tanarnan jagung. Tetapi kedua tanarnan ini menut:1jukkan bahwa dengan meningkatnya takaran pupuk-P menyebabkan menurunnya persentase penggunaan P-pupuk. Pada tanaman jagung hal ini terjadi mulai 180 kg P/ha dan pada tanarnan kedelai mulai 90 kg Pfha. RESPONSE OF CORN AND SOYBEAN TO P-FERTILIZATION IN A MIXED INTER- CROPPING SYSTEM. An experiment using several doses of P-fertilizer in a mixed intercrop' ping system have been done in Way Abung, Larnpung. The site of the experiment was newly reclaimed area and was never been cultivated before. Doses of P-fertilizer used were 0, 90, 180,270, and 360 kg P/ha. Data obtained showed that without P-fertilizer no seed of corn was produced, while soybean was still enable to produce seed at a very low level. Optimum yield was gained by the rate of 180 kg P and 90 kg P/ha for com and soybean respectively, but for optimum yield of both crops the rate of 80 kg P/ha was needed. It was also observed that the increase of plant dry weight was in line with the increase of P-absorption from P-fertilizer. Other data showed that P from fertilizer was more efficiently used than by com. Both crops demonstrated that the increase in the rate of P-fertilizer will decrease the percentage of P utilization. The phenomenon was indicated at the rate of 180 kg P/ha for com started at the rate of 90 kg P/ha for soybean. PENDAHULUAN Produksi pangan masih merupakan tantangan yang tetap mengundang masalah, sehingga perlu ditempuh beberapa cara seperti ekstensiflkasi, intensifikasi, desver- sifikasi dan rehabilitasi pertanian. Tekanan untuk meningkatkan produksi, menimbulkan gagasan bagi pemanfaat· an setiap sumber yang tersedia. Untuk illi perlu ada suatu teknologi yang dapat * Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN ** Balai Penelitian Tanaman Sukarami, Padang 405

Transcript of Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...

Page 1: Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan... · alang. Tanah pereobaan ini termasuk klasifikasi

RESPON TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI TERHADAP PEMU­PUKAN P DALAM POLA TANAM TUMPANGSARI

Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan E.L. Sis­woro*

ABSTRAK - ABSTRACT

RESPON TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN P DALAMPOLA TANAM TUMPANGSARL Suatu penelitian dengan menggunakan berbagai takaranpupuk P, pada suatu pola tanam tumpangsari telah dilakukan di Way Abung, Lampung. Tanahyang digunakan dalam percobaan ini adalah lahan bukaan barn yang belum pernah digunakanuntuk bercocok tanam. Takaran pupuk P yang diberikan adalah, 0, 90, 180, 270, dan 360 kgP/ha. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanpa pupuk P, tanarnan jagung tidak mampumembentuk biji sarna sekali, dan tanaman kedelai masih dapat membentuk biji walaupun hasil­nya sangat rendah. Takaran 180 kg P/ha dan 90 kg P/ha memberikan hasil optimal, berturut­turut untuk tanarnan jagung dan kedelai. Namun untuk hasil optimal bagi kedua tanaman inisecara total, pupuk P yang diperlukan adaiah 180 kg P/ha. Selain itu ditemukan pula penarn­bahan bobot kering tanaman sejalan dengan serapan pupuk P. Data yang diperoleh menunjuk­kan bahwa tanaman kedelai lebih banyak memanfaatkan pupuk-P bila dibandingkan dengantanarnan jagung. Tetapi kedua tanarnan ini menut:1jukkan bahwa dengan meningkatnya takaranpupuk-P menyebabkan menurunnya persentase penggunaan P-pupuk. Pada tanaman jagunghal ini terjadi mulai 180 kg P/ha dan pada tanarnan kedelai mulai 90 kg Pfha.

RESPONSE OF CORN AND SOYBEAN TO P-FERTILIZATION IN A MIXED INTER­CROPPING SYSTEM. An experiment using several doses of P-fertilizer in a mixed intercrop'ping system have been done in Way Abung, Larnpung. The site of the experiment was newlyreclaimed area and was never been cultivated before. Doses of P-fertilizer used were 0, 90,180,270, and 360 kg P/ha. Data obtained showed that without P-fertilizer no seed of corn wasproduced, while soybean was still enable to produce seed at a very low level. Optimum yieldwas gained by the rate of 180 kg P and 90 kg P/ha for com and soybean respectively, but foroptimum yield of both crops the rate of 80 kg P/ha was needed. It was also observed that theincrease of plant dry weight was in line with the increase of P-absorption from P-fertilizer.Other data showed that P from fertilizer was more efficiently used than by com. Both cropsdemonstrated that the increase in the rate of P-fertilizer will decrease the percentage of Putilization. The phenomenon was indicated at the rate of 180 kg P/ha for com started at therate of 90 kg P/ha for soybean.

PENDAHULUAN

Produksi pangan masih merupakan tantangan yang tetap mengundang masalah,sehingga perlu ditempuh beberapa cara seperti ekstensiflkasi, intensifikasi, desver­sifikasi dan rehabilitasi pertanian.

Tekanan untuk meningkatkan produksi, menimbulkan gagasan bagi pemanfaat·

an setiap sumber yang tersedia. Untuk illi perlu ada suatu teknologi yang dapat

* Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN** Balai Penelitian Tanaman Sukarami, Padang

405

Page 2: Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan... · alang. Tanah pereobaan ini termasuk klasifikasi

dilaksanakan, secara ekonomis dan sosial dapat diterima.Salah satu eara ialah dengan membuka lahan pertanian barn (ekstensifikasi).

Lahan bukaan barn sebagian beMf b~rb~ntuk lahan I@nng, yang tida'K.rnemiliKi

sarana pengairan, dan kebutuhan air hanya bergantung dari hujan. Tanahnyamernpakan tanah marginal atau kritikal, dimana tanah tidak jelas defmisinya, bisadiartikan peka erosi, kesuburan rendah, kaya akan anasir raeun, dan atau apa saja

yang menghambat pertumbuhan tanaman (1). Lahan kering sebagian besar bereaksimasam sampai sangat masam, miskin hara P dan mengikat P eukup kuat. FiksasiP teIjadi sejalan dengan jumlah AI dan Fe yang reaktif, sehingga tidak tersedianyaP yang dapat diserap oleh tanaman (2,3,4).

Menurut Sisworo dkk. (5), konsentrasi P dalam tanah dapat meneapai ribuankali lebih besar dari konsentrasi awa1 sebelum dilakukan pemupukan P. Telahdiketahui bahwa P adalah salah satu hara yang tidak mobil, tidak mudah tereuci,sehingga menurut dugaan P yang berada dalam tanah akan tetapi mengendap.Apabila dilakukan pemupukan secara terns menerus setiap musim atau pemupukanbertakaran tinggi, maka konsentrasi P dalam tanah akan bertambah tinggi.

Timbunan P dalam tanah tersebut perlu ditimba kembali untuk dapat diman­faatkan oleh tanaman berikutnya. Teknologi untuk menimba kembali perlu kiranyadipelaj3fi dengan bentuk-bentuk antara lain: (a) eara bereoeok tanam dan jenistanaman yang digunakan, (b) pemakaian pupuk lainnya (N dan K) dengan formulaberlainan, dan (c) pengapuran dan penambahan hara rnikro.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, telah dilakukan suatu pereoba­an pemupukan fosfat pada pola tanam tumpangsari dengan berbagai takaran pupukP dan pengapuran di awal pertanaman pada lahan yang baru dibuka. Pereobaan inidilakukan untuk ~enda!'at~n preparat lahan, di mana akan diteliti pengaruh residupupuk P terhadap pertanaman lanjutan. Jadi dalam tulisan ini hanya akan dilapor­kan respon tanaman jagung dan kedelai terhadap pemupukan P pertama denganberbagai takaran.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilakukan di desa Pulung Keneana, Way Abung Lampung pada akhirtahun 1981. Tanah yang digunakan adalah lahan bukaan baru yang belum pernahdipakai untuk bereoeok tanam. Lahan tersebut dipenuhi oleh tumbuhan alang­alang. Tanah pereobaan ini termasuk klasifikasi Podsolik merah kuning dengan sifat­sifat dan tekstur dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

Pola tanam yang diterapkan berbentuk tumpangsari jagung + kedelai, padasetiap dua baris tanaman jagung beIjarak 2 meter ditumpangkan empat baristanaman kedelai dengan jarak 50 em antar baris, sedangkan jarak dalam baris 40em untuk tanaman jagung dan 10 em untuk tanaman kedelai. Lima belas harisebelum tanam dilakukan pengapuran sebanyak 2250 kg kapur bakar/ha denganeara diseb~r merata dan kemudian diaduk sedalam 5 em. Tanaman yang dipakaiialah jagung varietas Arjuna dan kedelai varietas Orba.

Pemupukan dilakukan dengan porsi untuk kedelai sebanyak 22,5 kg N/hadalam bentuk Urea dan 60 kg K20/ha dalam bentuk K2S04. dialurkan dekat baris

tanaman sedalam 5 em, pada waktu tanam. Sedang untuk tanaman jagung diberikan

406

Page 3: Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan... · alang. Tanah pereobaan ini termasuk klasifikasi

67,5 kg N/ha, 1/3 bagian waktu tanam ditambah 60 kg K20/ha, ditugalkan disamping benih: dan sisa pupuk N diberikan sebulan ~mudian di taburkan disam­ping bans tanam jagung. Pupuk P dalam bentuk TSP diberikan dengan takaran °(kontrol), 90, 180, 270, dan 360 kg P/ha, disebarkan ke seluruh permukaan petakkemudian digaru sedalam 5 em. Untuk menentukan persentase P berasal dari pupuk

dan serapan P-pupuk dalam tanaman di pakai TSP bertanda 32p yang didatangkandari Trombay India, dengan aktivitas jenis 0,3 mCi/gr P. Metode yang digunakanialah teknik pengeneeran isotop dan kansep Nilai-A (A-value).

Pereobaan ini dilaksanakan dalam bent uk Raneangan Aeak Kelompok denganperlakuan takaran pupuk-P lima taraf (0, 90, 180, 270, dan 360 kg P/ha) dansemua perlakuan diulang empat kali. Tanaman dipanen pada umur 85 bari saat

masak ~iji secara flsiologis. Parameter yang diamati meliputi, bobot kering, persen­tase P-total, persentase P berasal dari pupuk, serapan P-pupuk, dan persentasepenggunaan pupuk, pada kedua tanaman jagung dan kedelai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HasH bobot kering komponen tanaman yang terdiri dari biji dan stover, yaituseluruh tanaman bagian atas tanaman dikurangi biji disajikan pada Tabell.

Tabell. Bobot kering komponen tanaman (kg/ha).

Takaran

JagungKedelai

pupuk biji

stoverbijistover

0

-117 b274 b403 b90

562 b1281 a854 b959 a180

1403 a1747 a725 a940 a270

875 a1645 a745 a903 a360

1152 a1808 a738 a830 a

K.K (%)

29,4228,9213 ,3417,65

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sarna, saling tidak berbeda pada BNJ 5%.

Tampak sekali di sini bahwa apabila tanaman jagung tidak dilakukan pemupuk­an P, maka ia tidak mampu menghasilkan biji sarna sekali, sedangkan stover yangdihasilkannya sangat rendah bila dibandingkan dengan tanaman jagung yangdipupuk P. Pada takaran 90 kg P/ha, biji yang dihasilkan masih belum meneapaimaksimal, sedangkan mulai dari takaran 180 kg P/ha tidak lagi menyebabkankenaikan basil.

407

Page 4: Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan... · alang. Tanah pereobaan ini termasuk klasifikasi

Pada tanaman kedelai, walaupun tidak dilakukan pemupukan P masih dapatmemberikan produksi biji ~ring, tetapi dibandingkan dengan yang dipupuk P hasil

yang dlperoleh hanya kurang leblh IJ~nya. Untuk tanaman kedelai takaran Psebesar 90 kg P/ha sudah menyebabkan tercapainya basil kering tinggi, dan kenaik­an takaran P selanjutnya malahan menurunkan berat biji kering per ha, walaupunnilai ini tidak berbeda nyata dengan jumlah biji kering per ha pada takaran 90 kgP/ha. Hasil stover polanya serupa dengan hasil biji kering, baik untuk jagungmaupun untuk kedelai.

Dilihat dari produksi yang dihasilkan oleh pola tanam tumpang sari, hasil yangdiberikan oleh tanaman kedelai tidak berbeda dengan pola tanam tunggal (mono­kultur) (6), Tetapi bagi tanaman jagung, basil yang diperoleh dalam satuan luasjauh di bawah hasil normal dari pola tanam tunggal. lni disebabkan karena populasitanaman jagung pada pola tanam tumpangsari lebih sedikit dibandingkan denganpola tanam tunggal, diduga juga kemungkinan pengaruh dari tanaman kedelai dalamhal persaingan nutrisi yang dibutuhkan.

Tabd 2. Persentase P-total dalam komponen tanaman jagung dan kedelai

Takaran JagungKedelai

pupukbiji

stoverbijistover

0

-0,118 a0,333 c0,088 c90

0,232 a0,084 a0,533 b0,116 c180

0,226 a0,098 a0,572 ab0,168 b270

0,212 a0,119 a0,614 a0,184 b360

0,220 a0,118 a0,615 a0,.24.5a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, saling tidak berbeda pada BNJ 5%.

Hasil analisis kadar P dalam komponen tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.Nampak bahwa persentase P-total pada komponen tanaman jagung tidak berbedaakibat pemupukan P. Sedangkan pada komponen tanaman kedelai, terdapat perbe­daan yang nyata antara tanaman yang tidak dipupuk dan tanaman yang dipupuk.Di antara tanaman yang dipupuk P, memperlihatkan pola makin tinggi takaran yangdiberikan makin tinggi pula persentase P dalam komponen tanaman kedelai. Tetapiuntuk P yang berasal dari pupuk (P-bdp) terlihat bahwa baik untuk tanamanjagung maupun kedelai, tidak ditemukan adanya perbedaan dalam persentaseP-bdp antar berbagai takaran P pada komponen tanaman yang diamati. Walaupunderniklan, persentase P-bdp pada dua tanaman terse but menunjukkan peningkatandengan naiknya takaran P, untuk kemudian menu run lagi. Penurunan ini terlihatpada takaran 270 kg P/ha, baik untuk tanaman jagung maupun tanaman kedelai.Berdasarkan data terse but menunjukkan bahwa dengan adanya pemupukan P, makasumbangan P berasal dari pupuk untuk membentuk setiap gram berat kering kom-

408

Page 5: Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan... · alang. Tanah pereobaan ini termasuk klasifikasi

ponen adalah jauh melebihi sumbangan P berasal dari tanah. lni berarti bahwa tanahyang digunakan untuk pereobaan, adalah sangat respon terhadap pupuk P (TabeI3).

Tabel 3. Penentase P berasal clari pupuk pada setiap komponen tanaman jagung clan kedelai.

Takaran

Jagung Kedelai

pupukbiji

stover bijistover

90

68,83 a68,30 a63,94 a66,32 a180

77 ,65 a73 ,43 a70,03 a70,03 a

270

76,33 a78,80 a79,05 a79,06 a360

74,33 a67,99 a73 ,96 a74,04 a

K.K. (%)

16,9917,2813,6717,59

Angka-angka yang diikuti oleh hurnf yang sama, saling ticlak berbeda pacla BNJ 5%.

Tabe1 4. Kandungan P clan serapan P-pupuk dalam tanaman (kgfha)

Takaran

Kandungan PSerapan P-pupuk

pupuk. JagungKedelaiTotalJagungKedelaiTotal

0

0,140 e1,270 b1,410e90

2,379 b5,620 a7,999 b1,503 b3,599 a5,103 b180

4,747 a5,653 a10,402 a3,483 a4,027 a7,502 a270

3,960 a6,277 a10,235 a3 ,035 a4,955 a7,990 a360

4,659 a6,602 a11,258 a3,500 a4,878 a:,.::8,378a~Jo.

K.K. (%)

18,7011,187,699,7516,0611,71

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, saling tidak berbeda pada BNJ 5%.

Kandungan P dan serapan P berasal dari pupuk disajikan pada Tabel 4. Padatanaman kedelai terlihat bahwa dengan takaran pupuk P 90 kg P/ha. sudahmeneapai tingkat di mana penambahan takaran pupuk P, tidak lagi menyebabkankandungan P dalam tanaman berbeda nyata. Sedangkan serapan P berasal daripupuk menunjukkan pola yang sarna seperti kandungan P-total pada tanamankedelai.

Pada tanaman jagung, pemberian pupuk dengan takaran 90 kg P/ha masihbelum meneapai tingkat optimal, terlihat masih berbeda nyata dengan takaranpupuk P yang diberikan 180 kg P/ha at au lebih. Tingkat takaran 180 kg P/ha tidakmemperlihatkan perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan pemberian pupuk

409

Page 6: Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan... · alang. Tanah pereobaan ini termasuk klasifikasi

P dengan takaran yang lebih tinggi.

Kandunsan P total kedua jenis tanaman ternyata pada pemberian pupuk P

dengan takaran 180 kg P/ha ke atas tidak lagi menunjukkan perbedaan yang nyata.Hal ini diikuti pula oleh serapan P-berasal dari pupuk gabungan dari kedua jenis

tanaman jagung dan kedelai. P-pupuk yang diambil oleh kedua tanaman terse buttidak lagi berbeda nyata pada penambahan takaran yang lebih tinggi dari 180 kgP/ha ..

Penggunaan pupuk P oleh tanaman 'disajikan pada Tabel 5. Persentase penggu­naan pupuk-P pada tanaman jagung memperlihatkan bahwa sampai tingkat pem­berian pupuk P dengan takaran 180 kg P/ha tidak terdapat perbedaan yang nyata.Barn pada takaran 270 kg P/ha atau lebih ditemukan adanya perbedaan bila diban­dingkan dengan takaran yang lebih rendah. Terlihat bahwa pada takaran kurang dari270 kg P/ha penggunaan pupuk-P oleh tanaman jagung adalah lebih tinggi biladibandingkan dengan takaran lebih dari 270 kg P/ha. Sedangkan pada tanamankedelai pemberian pupuk-P dengan takaran 90 kg P/ha sudah menyebabkanterjadinya perbedaan yang nyata dengan takaran yang lebih tinggi. Mulai daritakaran 180 kg P/ha keatas tidak lagi memperlihatkan perbedaan yang nyata an tartakaran. Persentase penggunaan pupuk -P dari jumlah kedua jenis tanaman ternya tamenunjukkan tiga kelompok takaran yang berbeda.

Tabel 5. Persentase penggunaan pupuk-P oleh tanaman

TakaranTot'alpupuk

JagungKedelai

90

1,60 a4,00 a5,69 a180

1,94 a2,23 b4,17 b270

1,12 b1,85 b2,97 c

360

0,98 b1,36 b2,34 c

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, saling tidak berbeda, pada BNJ 5 'ro.

Takaran 90 kg P/ha berbeda dengan takaran yang lebih tinggi, takaran 180 kg P/hamasih memperlihatkan pula perbedaan dengan takaran yang lebih tinggi, tetapi

takaran 270 kg P/ha ke atas tidak lagi melihatkan perbedaan yang nyata.

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan dapat ditarik dari hasil percobaan pola tanam tumpangsarisebagai berikut :

I. Apabila tidak dilakukan pemupukan' P pada lahan, tanaman jagung tidakmemberikan hasil biji sarna sekali, sedangkan kedelai hanya memberikan hasilbiji kering yang sangat rendah.

410

Page 7: Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan... · alang. Tanah pereobaan ini termasuk klasifikasi

2. Tanaman jagung dengan takaran pupuk P 180 kg P/ha sudah dapat memberikanhasil yang optimal dan tanaman kedelai cukup dengan takaran 90 kg P/ha.Tetapi dilihat dari gabungan kedua jenis tanaman, takaran 180 kg P/ha barudapat memberikan basil yang optimal.

3. Kontribusi pupuk-P untuk membentuk 1 gram satuan komponen tanaman,baik pada jagung maupun kedelai, tidak berbeda pada berbagai takaran pupukP.

4. Serapan P-pupuk dalam tanaman jagung dan kedelai atau gabungan keduanya,polanya sejalan dengan bobot kering tanaman yang dihasilkan.

5. Persentase penggunaan pupuk-P pada tanaman kedelai lebih banyak daripadatanaman jagung. Sedangkan gabungan kedua tanaman dalam hal penggunaanpupuk-P memperlihatkan pola, takaran yang meningkatkan hingga menyebab­kan persentase penggunaan pupuk-P makin menurun.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan terlaksananya percobaan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepadaSaudara. Subowo, dan Imo Malkandinata yang telah bany:ak membantu baik tenagamaupun saran~aran.

DAFTAR PUS TAKA

1. SOEPARDI, G., "Beberapa pandangan mengenai penelitian di bidang tanah",Aplikasi Teknik Nuklir Di Bandung Pertanian Dan BIologi (Risalah Perte­muan Jakarta, 1982) Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Jakarta (1981) I.

2. SOEPARDI, G., "Pengelolaan pupuk P di lahan kering", Pertemuan 'Te~Evaluasi Kerja Sarna Penelitian dan Pengujian Pupuk ZA dan TSP, PetroKimia Gresik (1983).

3. JANICK, J.R., SHERRY, R.W., WOODS, FM., and RUTLAND, VM. PlantScience, Freeman & Co., San Francisco (1969).

4. BLACK, CA., Soil-Plant Relationships, John Wiley and Sons Inc., New York

(1968).

5. SISWORO, W.H., ABDULLAH,N., RASJlD, H., dan SOEMINTO, B., Penem­

patan pupuk fosfat dan pengapuran dalam pertanaman tumpangsarijagung - kedelai, belum diterbitkan.

6. SISWORO, W.H., ABDULLAH,N., MARDJO,M., SOEMINTO, B., GANDA­NEGARA,S., EFENDI,s., dan SOEPARDI,G., "Serapan Fosfor OlehJagung dan Kedelai pada sistem pertanaman tunggal dan tumpangsari",Aplikasi Teknik Nuklir di Bidang Pertanian dan Biologi (Risalah Pertemu­an Jakarta, 1982), Jakarta, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (183) 274.

7. ISMAIL, I.G., SUPRAPTO, H.s., ARJASA, S., SASA, J., EFFENDI, S., danMc INTOSH, J.L., Hasil Penelitian Pola Tanam Pada Tanah Podsolik LabanKerung Di Daerah Transrnigrasi Sumatra Bagian Selatan 1978, LembagaPusat Penelitian Pertanian, Bogor (1978).

411

Page 8: Havid Rasjid*, A.Arief**, W.H. Sisworo*, B. Soeminto*, dan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Pertanian_Peternakan... · alang. Tanah pereobaan ini termasuk klasifikasi

DISKUSI

RIY AlE RA 1MA :

Tanah yang dipupuk terns menerus _di dalam tanah dengim pupuk fosfat akanterakumulasi besar P di dalam tanah. Bila tanah tersebut dipakai untuk tumpangsariantara kedelai dan jagung, berapa persen dapat menghemat pemberian pupuk fosfat,dan faktor apa yang menyebabkan unsur-P terakumulasi di dalam tanah.

HA VID RASJlD :

Hara P, adalah salah satu unsur yang imobil, tidak mudah tercuci, maka di dugaunsur itu tetap mengendap. Pengaruh residu P aela pada tanaman berikutnya. Per­cobaan yang dilakukan ini bertujuan mudah mengetahui sampai di mana pengaruhresidu itu (baik pada tanaman, maupun sampai musim keberapa). Sebagai informasi,pengaruh residu tergabung banyak residu dan pup uk tambahan hanya secara globalberkisar antara 15 - 35%.

ANDI M. DAMDAM :

1. Apakah takaran P 180 kg P/ha untuk jagung merupakan takaran optimal atautaka ran maksimal (yang di hitung secara agronomis). Jika merupakan takaranoptimal apakah ada fungsi biayanya~ jika tidak ada istilah' takaran optimal tielakkena barangkali. Demikian juga takaran 90 kg P/ha untuk kedelai.

2. Hasil percobaan Anela menunjukkan bahwa apabila tidak dilakukan .pemupuk­an P pada lahan ini, tanaman jagung tidak menghasilkan sarna sekali. Apakahdapat disimpulkan bahwa P merupakan unsur hara kritis untuk tanamanjagungpada lahan (mungkin sebaiknya di sebut jenis tanahnya).

HAVID RAsnD :

1. Yang dimaksudkan op_timal .ia1ah, karena mulai takaran 180 kg untuk jagungdan 90 kg untuk kedelai tidak berbeela lagi secara uji status dengan takaranyang lebih tinggi. Mengenai fungsi biaya terang menguntungkan.

2. Pada makalah lengkap ditulis jenis tanah dan analisis profi1nya.

412