hasil.docx

18
35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Telah dilakukan penelitian dirumah sakit umum anutapura palu yang dimulai pada Tanggal 23 Mei 2012, pengamatan dilakukan kurang lebih selama satu minggu. Dari hasil penelitian didapatkan 84 sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebagai subyek penelitian. Selanjutnya hasil penelitian tersebut dianalisis dengan program spss versi 19 dengan cara analisis univariat dan bivariat. 1. Keadaan G eografis Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Anutapura Palu berlokasi di jalan Kangkung No.1 Palu Kecamatan Palu Barat, menempati lahan seluas 33.527 M 2 dengan luas bangunan hingaa saat ini seluas 12.679,93 M 2 . Dengan lokasi yang strategis dan di kelilingi oleh pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya sehingga sangat potensial untuk pengembangan di masa mendatang. RSU Anutapura Palu merupakan rumah sakit rujukan bagi fasilitas

Transcript of hasil.docx

35

36

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PenelitianTelah dilakukan penelitian dirumah sakit umum anutapura palu yang dimulai pada Tanggal 23 Mei 2012, pengamatan dilakukan kurang lebih selama satu minggu. Dari hasil penelitian didapatkan 84 sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebagai subyek penelitian. Selanjutnya hasil penelitian tersebut dianalisis dengan program spss versi 19 dengan cara analisis univariat dan bivariat.1. Keadaan Geografis Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Anutapura Palu berlokasi di jalan Kangkung No.1 Palu Kecamatan Palu Barat, menempati lahan seluas 33.527 M2 dengan luas bangunan hingaa saat ini seluas 12.679,93 M2. Dengan lokasi yang strategis dan di kelilingi oleh pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya sehingga sangat potensial untuk pengembangan di masa mendatang. RSU Anutapura Palu merupakan rumah sakit rujukan bagi fasilitas kesehatan yang menjadi pemerntah kota Palu, untuk itu keadaan geografis dan demografi RSU Anutapura Palu digambarkan dari keadaan geografis dan demografi Kota Palu.Secara administratif Kota Palu adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah yang di bagi dalam 4 Kecamatan dan Kelurahan dengan luas wilayah 395,06 km2. Kota Palu berada dibawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0 700 meter dari permukaan laut. Iklim Kota Palu sama dengan iklim Wilayah Indonesia, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi pada bulan April September sedangkan musim panas dan musim hujan terjadi pada bulan Oktober Maret (Profil RSU Anutapura, 2011).2. Keadaan Pelayanan KesehatanRumah Sakit Umum Anutapura Palu merupakan Rumah Sakit Tipe B dan sebagai rumah sakit rujukan bagi fasilitas kesehatan yang menjadi milik Pemerintah Kota Palu. Pada tahun 2005, Rumah Sakit Umum Anutapura Palu mendapatkan pengakuan (akreditas penuh atas lima pelayanan dasar Rumah Sakit). Sasaran pelayanan yang terdiri dari: Pelayanan rawat jalan melayani 12 Poliklinik, sarana pelayanan rawat inapdengan kapasitas 192 tempat tidur (TT) dan 6 penunjang medis (RSU AnutapuraPalu, 2008)3. Analisis UnivariatTabel 2 Distribusi kejadian stoke non hemoragik dan stroke hemoragik menurut jenis kelamin dan usia.Jenis kelamin dan UsiaJenis stroke

Stroke non HemoragikStroke Hemoragik

%%

Laki-laki45-54 tahun55-64 tahun65-74 tahun75-84 tahunPerempuan45-54 tahun55-64 tahun65-74 tahun75-84 tahun6964

4865

12,518,812,58,3

8,316,712,510,46554

345416,713,913,911,1

8,311,113,111,1

Jumlah4810036100

Berdasarkan pada tabel 4.1 diatas berdasarkan jenis kelamin dan usia didapatkan hasil bahwa pada stroke non hemoragik untuk laki-laki pada usia 55-64 tahun ditemukan 9 sampel (18,8%) lebih banyak mengalami stroke. Dan pada stroke hemoragik berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat pada laki-laki usia 45-54 tahun ditemukan 6 sampel (16,7%) lebih banyak menderita stroke.Adapun pada perempuan yaitu pada stroke non hemoragik yaitu pada usia 55-64 tahun ditemukan 8 sampel (16,7%) lebih banyak mengalami stroke begitupula pada stroke hemoragik yaitu perempuan pada usia 65-74 tahun ditemukan 5 sampel (13,1%) yang terbanyak mengalami stroke..4. Analisis bivariatTabel 3 Distribusi kadar LDL kolesterol dengan kejadian stroke non hemoragik dan stroke hemoragik.Kadar LDL-kolesterolStroke non hemoragikStroke hemoragik

%%

Tinggi (> 130 mg/dl)Rendah (< 130 mg/dl)Jumlah34144870.8329,1710016203644,4455,56100

Gambar 5. Histogram Proporsi kadal LDL kolesterol pada kejadian stroke

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada kejadian stroke non hemoragik angka untuk LDL- Kolesterol tinggi sebanyak 34 sampel (70,83%) dan angka untuk LDL- Kolesterol rendah sebanyak 14 sampel (29,17%). Sedangkan untuk stroke hemoragik angka untuk LDL-kolesterol tinggi sebanyak 16 sampel (44,44%) dan untuk LDL- Kolesterol rendah sebanyak 20 sampel (55,56%). Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus chi square diperoleh nilai X2 yaitu 5, 946 dan melalui analisis menggunakan spss 19,0 diperoleh nilai P yaitu 0,015.

B. Pembahasan1. Analisi Univariata. Distribusi berdasarkan jenis kelamin dan usiaBerdasarkan jenis kelamin dan usia didapatkan hasil bahwa pada stroke non hemoragik untuk laki-laki pada usia 55-64 tahun ditemukan (18,8%) lebih banyak mengalami stroke. Dan pada stroke hemoragik pada laki-laki usia 45-54 tahun ditemukan sebanyak (16,7%) lebih banyak menderita stroke.Adapun pada perempuan yaitu pada stroke non hemoragik yaitu pada usia 55-64 tahun ditemukan 8 sampel (16,7%) lebih banyak mengalami stroke begitupula pada stroke hemoragik yaitu perempuan pada usia 65-74 tahun ditemukan 5 sampel (13,1%) yang terbanyak mengalami stroke.Dari data diatas dapat dilihat pula bahwa pada laki-laki lebih memiliki prevalensi atau angka kejadian stroke yang lebih banyak dari pada perempuan, baik itu pada stroke non hemoragik maupun pada stroke hemoragik.Hasil tersebut telah sama dengan beberapa teori dan penelitian-penelitian yang dilakukan seperti pernyataan yueniwati (2012) Insiden stroke meningkat sesuai dengan pertambahan umur, dan resiko terjadinya stroke meningkat dua kali setiap dekade setelah umur 55 tahun Kemudian Pada studi di Rochester Minnesota US, diketahui bahwa 88% kasus stroke terjadi pada kelompok usia di atas 65 tahun. Sedangkan, untuk usia di bawah 65 tahun juga berisiko terkena stroke, meskipun risikonya lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang berusia di atas 65 tahun. Penelitian lain menyebutkan bahwa Peningkatan usia bisa menyebabkan peningkatan terjadinya stroke karena semakin banyak stress oksidatif dan semakin luas proses aterosklerosis yang terjadi.Dalam Misbach (2007), dikatakan pada penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh ASNA (Asean Neurologic Association) di 28 Rumah Sakit di seluruh Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di Rumah Sakit (hospital based study) dan dilakukan survey mengenai faktor-faktor risiko, lama perawatan dan mortalitas serta morbiditasnya. Hasilnya menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan profil usia di bawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7% dan di atas usia 65 tahun 33,5%. Laki-laki lebih berisiko terkena stroke daripada perempuan. Diperkirakan bahwa insidensi stroke pada perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki hormone estrogen yang berperan dalam mempertahankan kekebalan tubuh sampai menopause dan sebagai proteksi atau pelindung pada proses ateroskerosis. Namun, setelah perempuan tersebut mengalami menopause, besar risiko terkena stroke antara laki-laki dan perempuan menjadi sama. Banyak penelitian menunjukkan bahwa ketika produksi estrogen berkurang dalam proses menopause, risiko stroke pada wanita meningkat dengan drastis. Maka, untuk mengurangi efek menopause sekaligus menurunkan risiko stroke, umumnya disarankan melakukan terapi sulih hormone. Tetapi, sebaiknya, hal ini diakukan di bawah pengawasan dokter untuk memperkecil efek sampingnya( Mariati, 2005). Selanjutnya penelitian yang dilakukan Sustrani (2006) juga dikemukakan bahwa, berdasarkan Distribusi Frekuensi jenis Stroke dan Jenis Kelamin dapat diketahui bahwa (53.2%) merupakan pasien laki-laki, dan (46,8%) adalah wanita . Pasien dengan diagnose stroke iskemik (54.5%) pasien laki laki dan (45.5%) pasen wanita. Sedangkan dari 70 pasien stroke perdarahan, (51,4%) adalah laki-laki dan (48,6%) adalah wanita. Jadi pasien stroke laki laki lebih banyak dibanding wanita baik pada stroke iskemik maupun perdarahan. Prosentase antara pasien stroke laki-laki dan wanita tidak jauh beda, walaupun didapatkan hasil bahwa jumlah pasien stroke laki-laki lebih banyak. Hal ini sesuai dengan insiden stroke yang terjadi di rumah sakit Indonesia, yang menunjukkan insiden tertinggi penyakit stroke terdapat pada jenis kelamin laki-laki. Resiko stroke pria 1,25 lebih tinggi dibandingkan wanita. Kemudian dalam japardi (2002) dikatakan bahwa Diperkirakan bahwa insidens stroke pada wanita lebih rendah daripada pria, akibat adanya estrogen yang berfungsi memberikan proteksi pada proses aterosklerosis. Dilain pihak pemakaian hormon estrogen dosis tinggi menyebabkan peningkatan kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada pria (Bahrudin, 2010).b. Kadar LDL-Kolestrol antara stroke hemoragik dan non hemoragikAdapun pada kejadian stroke non hemoragik angka untuk LDL- Kolesterol tinggi sebanyak 70,83% dan angka untuk LDL- Kolesterol rendah sebanyak 29,17%. Sedangkan untuk stroke hemoragik angka untuk LDL-kolesterol tinggi sebanyak 44,44% dan untuk LDL- Kolesterol rendah sebanyak 55,56%. Selanjutnya dapat dilihat bahwa untuk perbandingan kadal LDL Kolesterol yang meningkat pada kejadian stroke non hemoragik dan stroke hemoragik lebih besar pada stroke non hemoragik yaitu sebesar 70, 83% dimana stroke hemoragik hanya sebesar 44,44%. Hal tersebut telah sama dengan bebarapa teori yang mengatakan bahwa peningkatan LDL kolesterol lebih berkaitan atau berhubungan dengan stroke non hemoragik dibandingkan stroke hemoragik.Pada penelitian yang dilakukan oleh Copenhagen City Heart Study mengatakan bahwa kolesterol berhubungan dengan risiko stroke-non hemoragik, bila kolesterol lebih dari 8 mmol/l (310 mg persen).Adapun menurut Framingham study LDL kolesterol adalah faktor risiko yang penting untuk timbulnya Aterosklerosis dan secara tak langsung mempengaruhi stroke iskemik.Hal serupa juga dikemukan buku yang berjudul manajemen stroke evidence based medicine tahun 2011 dikatakan pada buku tersebut bahwa LDL-kolesterol mungkin sebagai faktor resiko baru terjadinya stroke non hemoragik.Studi Multiple Risk Factor Intervention Trial (MRFIT) menunjukkan risiko kematian akibat stoke non-hemoragik meningkat sebanding dengan proporsi serum kolesterol, pada studi 351.000 pria berusia 35-57 tahun. Sebaliknya, ada hasil negatif yang didapatkan yakni kaitan antara stroke hemoragik dengan rendahnya kolesterol di bawah 200 mg/dL. Semakin rendah konsentrasi total kolesterol, maka semakin meningkatkan risiko stroke hemoragik.Pada penelitian yang dilakukan auryn (2007) pada pasien stroke, 101 pasien (59,1%) adalah stroke iskemik dan 70 pasien (40,9%) adalah stroke perdarahan, jadi angka kejadian stroke lebih banyak stroke iskemik dibanding stroke perdarahan, hal ini juga sesuai dengan pustaka yang ada bahwa angka kejadian didunia pada kasus stroke iskemik sebesar 83% dan sisanya adalah kasus stroke perdarahan.c. Hubungan antara LDL-kolestrol dengan kejadian stroke Untuk mengetahui hubungan LDL-kolesterol dengan stroke non hemoragik dilakukan uji statistik menggunakan chi square dan diperoleh hasil untuk X2 adalah 5,946 (>3.841) dan p value 0,015 (< 0,05) yang secara statistik Berarti H0 bermakna, atau dengan kata lain dapat disimpulkan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kadar LDL-kolesterol pada penderita stroke non hemoragik dirumah sakit umum anutapura palu tahun 2011. Hasil penelitian diatas telah sesuai dengan beberapa teori dan penelitian yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara LDL-Kolesterol pada penderita stroke non hemoragik. Dalam suatu penelitian yang dilakukan linda soebroto (2010) bahwa penderita yang mempunyai kadar LDL tinggi lebih beresiko menderita stroke non hemoragik 1,312 lebih besar dari pada penderita yang mempunyai kadar LDL rendah. Dalam anwar (2006) dikatakan bahwa stroke dibedakan menjadi dua macam, yaitu karena sumbatan di pembuluh dara (trombus) atau pembuluh darah yang pecah. Sumbatan pada pembuluh darah itu salah satunya bisa disebabkan oleh kolesterol.Selanjutnya pada penelitian lain dikatakan bahwa hampir 85% stroke disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, dimana terjadi penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak, atau embolus (kotoran) yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakranial yang menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa arteri intrakranial. Ini disebut sebagai infark otak atau stroke iskemik. Dimana Pada orang yang usia lanjut lebih dari 65 tahun, penyumbatan atau penyempitan dapat disebabkan oleh aterosklerosis .Kolesterol merupakan faktor risiko stroke yang secara konsisten dilaporkan dari berbagai hasil penelitian. Kolesterol LDL yang tinggi, kolesterol HDL yang rendah, dan rasio kolesterol LDL dan HDL yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko terkena stroke.

BAB VSIMPULAN

A. SimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal :1. Distribusi frekwensi pasien penderita stroke hemoragik dan non hemoragik menurut jenis kelamin dan usia dirumah sakit umum anutapura palu tahun 2011 lebih banyak terjadi pada laki-laki usia lanjut.2. Kadar LDL- kolesterol yang tinggi pada stroke non hemoragik lebih banyak terjadi dari pada stroke hemoragik.3. Ada hubungan antara LDL- Kolesterol dengan kejadian stroke dirumah sakit umum anutapura palu tahun 2011.B. Saran1. Bagi akademik Hasil penelitian ini dapat dijadikan literatur di Perpustakaan Universitas Tadulako khususnya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), sehingga dapat bermanfaat bagi mahasiswa.2. Bagi instasi kesehatanDapat menjadi bahan masukan bagi instansi kesehatan dalam hal membantu untuk penatalaksanaan yang tepat dan cepat pada stroke.

3. Bagi peneliti selanjutnya Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih spesifik terutama memperhatikan faktor resiko lain selain LDL Kolesterol.