HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO...

23
22 HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitian Langkah awal dalam melakukan penelitian, peneliti bertemu dengan pihak pengurus dari Panti Wredha “Harapan Ibu” di wilayah kecamatan Ngaliyan, Semarang. Peneliti ingin melihat sampai sejauh mana kemungkinan adanya kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut. Peneliti melakukan observasi dan wawancara secara langsung terhadap para lansia untuk menetapkan subjek yang memiliki kriteria dari usia serta kecenderungan depresi. Peneliti melakukan pendekatan awal dengan masing - masing subjek, menanyakan kesediaan dalam penelitian ini dan memberikan lembar persetujuan partisipan. Peneliti mempersiapkan alat ukur penelitian dengan kuesioner GDS yang telah diadaptasi dalam bahasa Indonesia. Peneliti mempersiapkan modul terapi meditasi dari Suryani sebagai panduan terapi. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian berlangsung sebanyak delapan kali pertemuan yang meliputi: 1. Pertemuan Pertama Dilakukan perkenalan dan penjelasan mengenai maksud penelitian kepada subjek. Dilakukan konfirmasi kepada subjek dan penandatanganan lembar persetujuan partisipan. 2. Pertemuan Kedua 3. Dilakukan rapport yang bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi baik dan rasa percaya pada subjek sekaligus mengidentifikasi gejala depresi dari subjek. 4. Pertemuan Ketiga Dilakukan rapport lagi pada subjek untuk kelanjutan hubungan komunikasi dan rasa percaya. Dilakukan penjelasan tentang alat ukur GDS dan dilakukan pengukuran tingkat depresi dengan GDS pre test. Diberikan pemahaman kepada subjek tentang kondisi yang dialami

Transcript of HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO...

Page 1: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

22

HASIL PENELITIAN

Persiapan PenelitianLangkah awal dalam melakukan penelitian, peneliti bertemu dengan pihak

pengurus dari Panti Wredha “Harapan Ibu” di wilayah kecamatan Ngaliyan,

Semarang. Peneliti ingin melihat sampai sejauh mana kemungkinan adanya

kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut. Peneliti

melakukan observasi dan wawancara secara langsung terhadap para lansia

untuk menetapkan subjek yang memiliki kriteria dari usia serta kecenderungan

depresi. Peneliti melakukan pendekatan awal dengan masing - masing subjek,

menanyakan kesediaan dalam penelitian ini dan memberikan lembar persetujuan

partisipan. Peneliti mempersiapkan alat ukur penelitian dengan kuesioner GDS

yang telah diadaptasi dalam bahasa Indonesia. Peneliti mempersiapkan modul

terapi meditasi dari Suryani sebagai panduan terapi.

Pelaksanaan PenelitianPelaksanaan penelitian berlangsung sebanyak delapan kali pertemuan

yang meliputi:

1. Pertemuan Pertama

Dilakukan perkenalan dan penjelasan mengenai maksud penelitian

kepada subjek. Dilakukan konfirmasi kepada subjek dan

penandatanganan lembar persetujuan partisipan.

2. Pertemuan Kedua

3. Dilakukan rapport yang bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi

baik dan rasa percaya pada subjek sekaligus mengidentifikasi gejala

depresi dari subjek.

4. Pertemuan Ketiga

Dilakukan rapport lagi pada subjek untuk kelanjutan hubungan

komunikasi dan rasa percaya. Dilakukan penjelasan tentang alat ukur

GDS dan dilakukan pengukuran tingkat depresi dengan GDS pre test.

Diberikan pemahaman kepada subjek tentang kondisi yang dialami

Page 2: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

23

subjek dan perlunya proses intervensi lebih lanjut, dalam hal ini intervensi

psikologis diikuti dengan penjelasan dan pengenalan dari terapi meditasi.

5. Pertemuan Keempat

Peneliti mulai membimbing subjek dalam terapi pertama meditasi.

6. Pertemuan Kelima sampai Pertemuan Ketujuh

Peneliti melanjutkan membimbing subjek dalam terapi kedua sampai

keempat dengan melakukan meditasi.

7. Pertemuan Kedelapan

Peneliti melanjutkan membimbing subjek dalam terapi meditasi yang

terakhir.

Satu hari setelah terapi meditasi terakhir, dilakukan pengukuran tingkat

depresi dari subjek dengan GDS post test.

Hasil Penelitian Subjek 1a. Identitas Subjek 1

Inisial subjek : ES

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 71 tahun

Alamat : Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan

Agama : Katholik

Suku bangsa : Jawa

Pendidikan terakhir : Tidak tamat SR

Status pernikahan : Janda

Pekerjaan : Tidak bekerja

Status sosial ekonomi : Kurang

Page 3: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

24

b. Waktu pelaksanaan penelitian Subjek 1

Proses Pelaksanaan Tahap Tanggal Tempat

Pre Test 1 14 April 2012 Panti Wredha Harapan Ibu

Terapi 1 16 April 20122 17 April 20123 18 April 2012 Panti Wredha Harapan Ibu4 19 April 20125 20 April 2012

Post Test 1 21 April 2012

c. Hasil Observasi Subjek 1

ES menerima kedatangan peneliti dengan baik. ES tampak masih

bisa merawat diri dengan baik dan masih bisa beraktivitas mandiri.

Secara fisik terlihat kurus, rambut tampak memutih dan tidak tampak

bungkuk. Tinggi badan sekitar 150 cm dan berat badan sekitar 40 kg. Di

awal pertemuan tampak adanya gejala depresi ketika peneliti melakukan

pendekatan (rapport). Ekspresi wajah ES saat awal pertemuan tampak

datar dan cenderung tidak menampakkan kesedihan. Namun nampak

ekspresi wajahnya terlihat kesedihan ketika diwawancarai tentang

keluarganya terutama anak dan cucunya. Selama rapport disaat ES

menceritakan seputar kehidupannya ES lebih sering tampak sedih,

gerakan tubuh pelan, kurang bersemangat serta suaranya terdengar

pelan. Saat bercerita tentang masa lalu dan tentang cucunya ES

mengeluarkan air mata. Sesekali ES terdiam menahan tangis dan

menyeka air mata dengan tisu. Kesedihan ES menunjukkan adanya

gangguan mood gejala depresi.

d. Hasil wawancara subjek 1

ES seorang wanita yang telah berusia 71 tahun. Selama proses

rapport yang dilakukan peneliti, ES merupakan sosok yang kooperatif dan

dapat diajak komunikasi. Menurut ES dirinya mulai tinggal dipanti sudah

cukup lama, kurang lebih sekitar 5 tahun. Kehidupan ES sewaktu kecil

sampai berkeluarga dapat dikatakan kurang menguntungkan dan penuh

Page 4: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

25

dengan perjuangan untuk bertahan hidup. Berdasarkan cerita dari ES,

pada masa kecilnya ES hidup serba pas-pasan dan kekurangan. Ibu ES

meninggal dunia sesudah ES lahir. ES tinggal bersama ayah dan kakak -

kakaknya yang secara ekonomi sangat kekurangan, sehingga untuk

membantu meringankan beban kerja orang tuanya ES ikut membantu

membuat dan menjual kue. Kewajiban sekolah untuk anak seusia ES

waktu itupun tidak sampai selesai.

Seiring dengan berjalannya waktu dan untuk meringankan beban

orang tua, ES dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang pria

meskipun pada saat itu ES belum cukup umur. Karena ES merasa belum

siap dan terus menerus dipaksa untuk tetap menikah akhirnya ES

melarikan diri ke Semarang mencari buliknya yang ada di Semarang.

Pada akhirnya ES hidup bersama dengan buliknya. Tinggal bersama

buliknya, ES lebih merasa nyaman dan tenang. Sehari-hari ES banyak

membantu mengabiskan waktu untuk membantu pekerjaan rumah tangga

buliknya. Hingga pada suatu ketika ES menemukan pilihan hatinya dan

selang beberapa waktu akhirnya ES menikah dengan pujaan hatinya.

Pada saat sudah berkeluarga, ES bersama dengan suaminya

mengontrak rumah untuk ditempati dan dijadikan tempat usaha kecil-

kecilan. Suaminya seorang penjahit dan ES berjualan lauk - pauk di

rumahnya. Meskipun sederhana, ES merasa bahagia apa lagi setelah

kelahiran anak-anaknya. Bertambahnya anggota keluarga, ternyata tidak

diiringi dengan bertambahnya pendapatan, sehingga ES dan keluarganya

akhirnya cukup hidup dengan hanya mengontrak saja. Bahkan di saat

kedua anaknya sakit, meskipun diwaktu yang berbeda, ES tidak mampu

untuk membiayai pengobatan yang lebih memadai dirumah sakit dan

akhirnya jiwa ke dua anaknya tidak tertolong. Hingga akhirnya ES dan

suaminya hanya memiliki seorang anak laki-laki saja. Setelah beberapa

tahun kemudian suami ES meninggal dunia. Akhirnya tinggal ES bersama

anak cucunya yang tinggal bersama di rumah kontrakan. Setelah

beberapa waktu, anak dan cucunya pergi keluar Jawa dan meninggalkan

ES seorang diri. ES merasa sangat kehilangan cucu yang sangat

dicintainya. Karena ES dipandang kurang secara ekonomi, maka oleh

pengurus Kelurahan ES dititipkan ke panti wredha. Selama tinggal di

Page 5: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

26

panti wredha, ES banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman

lansia yang lain. Meskipun hari-harinya tidak sendirian ES tetap merasa

tidak bahagia. ES sering sakit-sakitan, berat badan turun, kesulitan tidur,

sering merasa lelah dan sering menangis. ES juga merasa dirinya sering

kesepian dan sudah tidak berguna lagi. Kesedihan dan kesepian yang

dirasakan terutama ketika teringat keluarganya menyebabkan

ketidakberdayaan secara fisik dan psikologis sehingga menunjukkan

subjek mengalami gejala depresi. Hal ini juga dapat diketahui dari skala

depresi GDS yang dipakai dalam penelitian ini.

e. Hasil analisis kualititatif subjek 1

Subjek 1 memiliki gejala depresi dengan didapatkan gangguan

mood depresi, penurunan nafsu makan, sulit tidur dan merasa tidak

berharga. Dari hasil pengisian alat ukur pre test sebelum terapi

didapatkan hasil GDS-15 dari subjek 1 ES adalah delapan yang

menunjukkan tingkat depresi ringan. Dimensi GDS yang dialami oleh ES

terutama adalah dimensi “sikap tidak acuh” dengan nilai enam yang

meliputi secara umum adanya ketidakpuasan dalam kehidupan,

merasakan kekosongan dalam hidup, tidak bersemangat hampir

sepanjang waktu, rasa ketidakbahagiaan hampir sepanjang waktu, rasa

hidup yang tidak menyenangkan serta merasa tidak cukup energi dalam

hidup. Dimensi GDS yang kedua yang dialami ES adalah dimensi

“dysphoria” dengan nilai dua yang meliputi perasaan sering merasa

bosan serta merasa tidak ada harapan dalam hidup. Pada ES tidak

didapatkan dimensi GDS “menarik diri” maupun “gangguan kognitif”.

Pada terapi sesi pertama, ES melakukan meditasi ini cukup baik

dengan bimbingan peneliti. Di akhir waktu sesi meditasi ini, ES

mengeluarkan air mata karena teringat akan keluarga yang dicintainya

serta merasakan kesepian. Pada meditasi ini ES merasakan seluruh

tubuhnya lebih relaks dari rasa ketegangan dan merasakan lebih tenang

serta nyaman. Pada terapi sesi kedua, ES merasakan ada sesuatu yang

ingin diungkapkan tetapi belum bisa diungkapkan. ES merasakan muncul

sensasi getaran dari ujung kaki merambat sampai paha dan dari paha

merambat ke dada. Pada terapi sesi ketiga, ES merasa mendapatkan

Page 6: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

27

pengalaman spiritual dengan adanya bisikan seolah meniup beberapa

kali pada telinga kiri subjek. ES merasakan perubahan dalam

perasaannya, munculnya rasa tenang dan mendapatkan keteduhan hati

dan merasakan yakin Tuhan ada untuk dirinya. Pada terapi sesi yang

keempat, ES merasakan getaran dari bawah kaki kemudian melewati

lutut sampai ke dada dan ke atas. ES merasakan hangat mengalir sampai

ke bahu. ES merasakan munculnya getaran yang mengalir keseluruh

tubuh dan rasa hangat yang menyelimuti bagian tubuhnya. Pada terapi

sesi yang terakhir, ES seolah melihat ada bayangan yang melintas

didepan ES sampai tiga kali namun bayangan tersebut cepat berlalu. ES

merasa lebih bisa menerima keadaan dirinya dan keadaan anak cucunya

yang jauh dari dirinya serta mengungkapkan meditasi ini cukup

melegakan perasanya sehingga perasaan kangen kepada cucu walau

sulit dihilangkan namun dapat mengurangi kesedihanya. ES merasa lebih

memahami dengan apa yang sedang di alami dan subjek juga merasa

bahwa subjek ada didunia ini karena Tuhan menghendaki keberadaan

dirinya.

Dari hasil pengisian alat ukur post test setelah terapi meditasi

didapatkan hasil GDS dari subjek 1 ES adalah enam yang menunjukkan

penurunan tingkat depresi meskipun masih tergolong depresi ringan.

Dimensi GDS “sikap tidak acuh” mengalami penurunan dengan nilai

menjadi lima yang meliputi secara umum adanya ketidakpuasan dalam

kehidupan, merasakan kekosongan dalam hidup, tidak bersemangat

hampir sepanjang waktu, rasa ketidakbahagiaan hampir sepanjang waktu

serta rasa hidup yang tidak menyenangkan. Aspek merasa tidak cukup

energi dalam hidup dari dimensi “sikap tidak acuh” menjadi hilang setelah

terapi meditasi. Dimensi GDS “dysphoria” mengalami penurunan dengan

nilai satu yang meliputi merasa tidak ada harapan dalam hidup. Aspek

perasaan sering merasa bosan dalam dimensi “dysphoria”menjadi hilang

setelah terapi meditasi.

Pada proses penelitian diperoleh gambaran dinamika dari ES

dimana faktor predisposisi yang menjadikan kondisi depresi pada ES

terutama adalah kekurangan dalam ekonomi semenjak ES kecil sehingga

membutuhkan perjuangan untuk bertahan hidup. Faktor besar lain yang

Page 7: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

28

menyebabkan depresi adalah kehilangan dari orang yang dikasihinya.

Rasa jauh dari keluarga terutama anak dan cucu juga menambah ketidak

bahagiaan dari ES. Peristiwa tersebut membuat menjadi lebih emosional,

kurang bersemangat dan sering tampak murung. ES sering mengalami

gangguan tidur dan kehilangan nafsu makan bahkan sampai mengalami

gangguan pencernaan dan mengalami penurunan berat badan serta

sering merasa lelah. Secara psikis, ES sering merasa kecewa, sedih dan

kesepian sehingga sering melamun serta menangis dengan perasaan

yang tidak berarti. ES sering kurang bersemangat dalam menjalani hidup

sehingga merasa dirinya tinggal menunggu dipanggil Yang Kuasa.

Setelah terapi sesi kelima didapatkan gejala depresi mulai berkurang

yang ditandai dengan berkurangnya ketegangan di beberapa bagian

tubuhnya dan lebih merasa nyaman. ES menjadi lebih relaks, tenang,

lebih mampu menerima diri apa adanya serta lebih dapat mengontrol

emosi. Setelah sesi meditasi ES terlihat berkurang rasa sedihnya, lebih

mudah tidur, nafsu makan lebih baik dan merasa lebih berharga dalam

hidup.

Hasil Penelitian Subjek 2a. Identitas Subjek 2

Inisial subjek : ED

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 72 tahun

Alamat : Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Pendidikan terakhir : SMA

Status pernikahan : Janda

Pekerjaan : Tidak bekerja

Status sosial ekonomi : Cukup

Page 8: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

29

b. Waktu pelaksanaan penelitian subjek 2

Proses PelaksanaanTahap Tanggal Tempat

Pre Test 1 18 Juni 2012 Panti Wredha Harapan Ibu

Terapi 1 19 Juni 20122 20 Juni 20123 21 Juni 2012 Panti Wredha Harapan Ibu4 22 Juni 20125 23 Juni 2012

Post Test 1 25 Juni 2012 Panti Wredha Harapan Ibu

c. Hasil Observasi Subjek 2

ED menerima kedatangan peneliti dengan baik. Secara fisik ED

tampak lemah, gerakan badan cenderung pelan serta memiliki

keterbatasan dalam beraktivitas karena harus memakai alat bantu

berjalan. Tinggi badan sekitar 160 cm dan berat badan sekitar 60 kg. ED

terlihat menutup diri saat awal berkenalan dengan peneliti. Meskipun ED

kooperatif dalam berkomunikasi tetapi ED tidak banyak bicara. Raut muka

tampak ekspresi kesedihan serta terkadang menangis saat bercerita. ED

sering menghela nafas dan terdiam dulu ketika menjawab tentang

pertanyaan masa lalu dan tentang keluarga. Selama rapport ED sering

tampak sedih dan kurang bersemangat sehingga menunjukkan adanya

gejala depresi.

d. Hasil Wawancara Subyek 2

ED adalah seorang wanita yang telah berusia 72 tahun.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari ED, dari perkawinan dengan

almarhum suaminya, ED di karuniai 5 orang putri, yang semuanya sudah

berkeluarga. Semasa muda ED adalah seorang atelit pada cabang atletik.

ED menceritakan dirinya masih ada darah biru yaitu keturunan keraton.

Pada masa remaja ED tinggal pada lingkungan pabrik gula, dimana

lingkungannya penuh dengan kegiatan – kegiatan yang dirasa

menyenangkan seperti menyanyi dan menari. ED senang menceritakan

masa remaja, merasa dirinya menguasai berbagai macam keterampilan

yang mendukung. Selain sebagai seorang atlit, ED juga pandai menyanyi

Page 9: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

30

dan menguasai bermacam jenis dansa. Sementara apa yang dialami

sekarang sudah sangat berubah sehingga ED merasa sekarang dirinya

tidak berdaya.

ED tinggal di panti wredha kurang lebih 4 tahun yang lalu. ED

memilih tinggal di panti wreda karena ED merasa dirinya akan

merepotkan anak-anaknya apa lagi anak-anaknya sangat sibuk dan repot

mengurusi anak-anaknya yang masih kecil-kecil, selain itu putri-putri ED

sering mempermasalahkan ketika ED tinggal disalah satu putrinya. ED

sebenarnya menginginkan tinggal bersama salah satu putrinya

dikarenakan ED merasakan cocok dengan putri yang nomer dua tersebut

karena memperlakukan dirinya dan menyayangi ED dengan baik apalagi

cucunya juga mencintai ED, tetapi ketika ED tinggal bersama anaknya

tersebut, putri-putri yang lain merasa ED bersikap tidak adil, karena ED

memilih tinggal di putri yang nomer dua. ED akhirnya memilih tingga di

panti wredha. Disaat ED telah berpisah dengan anak dan cucunya, ED

merasakan rindu akan kebersamaan bersama cucunya tersebut. Selain

itu ada pula salah satu putrinya mengalami gangguan jiwa dan saat ini

sedang di rawat dipanti rehabilitasi. Hal ini tersebut juga menambah

beban pikiran ED menjadi lebih berat sehingga ED mengeluh sering

merasa pusing dan susah tidur.

Berkebalikan dengan masa mudanya, kurang lebih 7 bulan yang

lalu ED di haruskan memakai alat bantu untuk berjalan dan hal ini

membatasi aktifitas fisik. ED merasa saat ini sering marah dan sedih

karena perasaan tertekan akibat ketidak berdayaan dirinya secara psikis

dan fisik.

e. Hasil analisis kualitatif subjek 2

Subjek 2 memiliki gejala depresi dengan didapatkan gangguan

mood depresi, kehilangan minat untuk beraktivitas, penurunan nafsu

makan, sulit tidur, merasa tidak punya tenaga dan merasa tidak berharga.

Dari hasil pengisian alat ukur pre test sebelum terapi meditasi didapatkan

hasil GDS-15 dari subjek 2 ED adalah sembilan yang menunjukkan

tingkat depresi sedang. Dimensi GDS yang dialami oleh ED terutama

adalah dimensi “sikap tidak acuh” dengan nilai lima yang meliputi secara

Page 10: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

31

umum adanya ketidakpuasan dalam kehidupan, tidak lagi melakukan

kegiatan dan minat, tidak bersemangat hampir sepanjang waktu, rasa

ketidakbahagiaan hampir sepanjang waktu serta rasa hidup yang tidak

menyenangkan. Dimensi GDS yang kedua yang dialami ES adalah

dimensi “dysphoria” dengan nilai tiga yang meliputi perasaan takut akan

sesuatu buruk yang terjadi, perasaan tidak berdaya serta tidak berharga

dengan kondisi sekarang. Didapatkan dimensi menarik diri pada ED.

Tidak didapatkan dimensi GDS “gangguan kognitif”.

Pada sesi terapi pertama, ED melakukan meditasi ini dengan baik

tanpa banyak kendala dengan bimbingan peneliti. Pada sesi ini ED

merasakan udara yang dihirup terasa segar sehingga terasa tubuh lebih

relaks dan nyaman setelah melakukan meditasi. Pada terapi sesi kedua,

ED merasa tenang sehingga beban pikiran dan perasaan selama ini

terasa mampu dihilangkan serta ED merasakan kelegaan dalam hatinya

yang terasa sangat dalam. Pada terapi sesi ketiga, ED mendapatkan

pengalaman spiritual dengan merasakan tubuh terasa lebih ringan

seolah-olah merasa tidak duduk di kursi. ED merasa yakin bahwa

sensasi tersebut merupakan satu kekuatan yang datang langsung dari

Tuhan yang mengangkat tubuhnya. Berulang–ulang ED mengungkapkan

keyakinannya bahwa Tuhan datang untuknya. Pada terapi sesi keempat,

ED merasakan getaran dalam tubuhnya, namun disaat menjelang akhir

meditasi ED teringat kembali pada anaknya yang yang sedang menjalani

pengobatan di panti rehabilitasi jiwa. Ingatan tentang anaknya tersebut

tanpa disadarinya membuat ED meneteskan air mata. Pada terapi sesi

terakhir, disaat meditasi ED merasakan badan lebih ringan dan terasa

lebih nyaman. Pada sesi ini ED mampu merasakan keiklasan dan

kepasrahan dengan keadan dirinya maupun anak cucunya. ED merasa

merasa lebih memahami dengan kondisi yang sedang dialami merasa

bahwa dirinya ada didunia ini karena Tuhan menghendaki keberadaan

dirinya.

Dari hasil pengisian alat ukur post test setelah terapi meditasi

didapatkan hasil GDS dari ED adalah lima yang menunjukkan penurunan

tingkat depresi menjadi depresi ringan. Dimensi GDS “sikap tidak acuh”

mengalami penurunan dengan nilai menjadi tiga yang meliputi secara

Page 11: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

32

umum adanya ketidakpuasan dalam kehidupan, tidak lagi melakukan

kegiatan dan minat serta rasa ketidakbahagiaan hampir sepanjang waktu.

Aspek merasa tidak bersemangat sepanjang waktu serta merasa hidup

tidak menyenangkan dari dimensi “sikap tidak acuh” menjadi hilang

setelah terapi meditasi. Dimensi GDS “dysphoria” mengalami penurunan

dengan nilai dua yang meliputi merasa tidak berdaya dalam hidup dan

tidak berharga dengan kondisi sekarang. Aspek takut akan sesuatu yang

buruk yang terjadi dalam dimensi “dysphoria”menjadi hilang setelah terapi

meditasi. Dimensi “menarik diri” juga menjadi hilang setelah terapi

meditasi.

Pada proses penelitian diperoleh gambaran dinamika dari ED

dimana faktor predisposisi yang menjadikan kondisi depresi pada ED

terutama adalah rasa ketidakberdayaan karenan penurunan secara fisik

yang mengharuskan ED memakai alat bantu. Hal ini dirasa ED sangat

membatasi dirinya yang dulunya adalah seorang atlit yang aktif dalam

bergerak sehingga ED menarik diri. Faktor besar lain yang menyebabkan

depresi adalah adanya anak kandungnya yang mengalami gangguan jiwa

dan harus dirawat di panti rehabilitasi. Hal ini menyebabkan kesedihan

yang mendalam. Ditambah dengan faktor terpisahnya ED dengan

keluarganya terutama keadaan yang memaksa ED tinggal di panti wredha

untuk menghindari kesalah pahaman anak-anaknya. Peristiwa tersebut

membuat ED mengalami perubahan emosi, fungsi dan perilaku motorik.

Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik antara lain ED mengalami

mudah emosi, adanya gangguan tidur dan kehilangan nafsu makan

bahkan mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas tanpa

mengunakan alat bantu serta sering merasa lelah. Secara psikis, ED

menjadi sangat kecewa, sedih serta sering melamun dan menangis. ED

berpikir dirinya sudah tidak berguna lagi, kemunduran fisiknya sering

menjadikan ED berpikir bahwa dirinya tinggal menunggu pangilan dari

Tuhan. Akibat dari keadaan tersebut, ED merasa tidak mampu berbuat

apa-apa lagi. Perubahan dalam hal motivasi juga dialami oleh ED yaitu

sering kurang bersemangat dalam menjalani hidup. Pada akhir terapi,

didapatkan gejala depresi mulai berkurang, hilangnya ketegangan di

beberapa bagian tubuhnya dan lebih merasa nyaman. ED menjadi lebih

Page 12: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

33

tenang, relaks dan nyaman, lebih dapat mengontrol emosi disaat teringat

tentang keluarganya dan keterbatasan fisik yang memang harus

dialaminya. Setelah sesi meditasi ED lebih bisa menerima kekurangan

fisiknya, lebih mudah tidur, merasa lebih berharga dalam hidup serta

merasa lebih ikhlas dan mampu menerima diri apa adanya.

Analisis Data KuantitatifDari hasil GDS subjek 1 ES didapatkan nilai pre test sebelum terapi

meditasi adalah delapan dan setelah terapi meditasi didapatkan nilai post test

adalah enam.

Gambar 1. Diagram perubahan GDS subjek 1

02468

10

PRE TEST POST TEST

SUBYEK 1

SUBYEK 1

Dari hasil GDS subjek 2 ED didapatkan nilai pre test sebelum terapi

meditasi adalah sembilan dan setelah terapi meditasi didapatkan nilai post test

adalah lima.

Gambar 2. Diagram perubahan GDS subjek 2

0

2

4

6

8

10

PRE TEST POST TEST

SUBYEK 2

SUBYEK 2

Page 13: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

34

Tabel 2Dimensi Geriatric Depression Scale Subjek 1

Dimensi No. Item Isi Item Pre Test Post Test

Sikap tidak acuh 1 Secara umum puas dengan 1 1

kehidupan.

2 Tidak lagi melakukan kegiatan 0 0

dan minat.

3 Merasakan kekosongan dalam hidup. 1 1

5 Bersemangat hampir sepanjang 1 1

waktu.

7 Bahagia hampir sepanjang waktu 1 1

11 Merasa hidup menyenangkan 1 1

13 Merasa penuh energi. 1 0

Dysphoria (Afek Depresi) 4 Sering merasa bosan. 1 0

6 Takut sesuatu yang buruk terjadi 0 0

8 Merasa tidak berdaya. 0 0

12 Tidak berharga dengan kondisi 0 0

sekarang

14 Merasa tidak ada harapan 1 1

15 Kebanyakan orang lebih baik 0 0

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Menarik diri 9 Memilih tinggal di rumah. 0 0

(Social withdrawal)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Penurunan fungsi kognitif 10 Masalah ingatan 0 0

(Cognitive impairment)

Page 14: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

35

Tabel 3Dimensi Geriatric Depression Scale Subjek 2

Dimensi No. Item Isi Item Pre Test Post Test

Sikap tidak acuh 1 Secara umum puas dengan 1 1

kehidupan.

2 Tidak lagi melakukan kegiatan 1 1

dan minat.

3 Merasakan kekosongan dalam hidup. 0 0

5 Bersemangat hampir sepanjang 1 0

waktu.

7 Bahagia hampir sepanjang waktu 1 1

11 Merasa hidup menyenangkan 1 0

13 Merasa penuh energi. 0 0

Dysphoria (Afek Depresi) 4 Sering merasa bosan. 0 0

6 Takut sesuatu yang buruk terjadi 1 0

8 Merasa tidak berdaya. 1 1

12 Tidak berharga dengan kondisi 1 1

sekarang

14 Merasa tidak ada harapan 0 0

15 Kebanyakan orang lebih baik 0 0

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Menarik diri 9 Memilih tinggal di rumah. 1 0

(Social withdrawal)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Penurunan fungsi kognitif 10 Masalah ingatan 0 0

(Cognitive impairment)

Dari hasil uji analisis dengan Wilcoxon didapatkan nilai z = -1,6 dengan

nilai p = 0.1 (>0.05) sehingga penurunan gejala depresi pada lanjut usia dengan

terapi meditasi pada penelitian ini tidak signifikan.

Page 15: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

36

Diskusi

Pada penelitian ini didapatkan penurunan gejala depresi pada kedua

subjek setelah menjalani terapi meditasi. Hasil ini cukup sesuai dengan hasil

yang didapat pada beberapa penelitian sebelumnya. Efektivitas meditasi dalam

mengurangi gejala depresi didapatkan pada beberapa penelitian. Penelitian Cruz

menunjukkan bahwa meditasi dapat menurunkan gejala depresi secara signifikan

pada pasien lanjut usia dengan depresi ringan sampai sedang (Cruz dalam Lill,

2015). Chen dkk (2012) menunjukkan bahwa terapi meditasi memberikan efikasi

dalam menurunkan gejala kecemasan. Penelitian Bohlmeijer menunjukkan

bahwa meditasi dapat memberikan efek positif terhadap depresi. Penelitian

Goyal menunjukkan bahwa meditasi dapat mengurangi dimensi negatif dari

stress psikologis dan mempunyai efek utama terhadap kecemasan, depresi dan

nyeri (Bohlmeijer dan Goyal dalam Sampaio, 2016).

Pada awal penelitian ini, kedua subjek mengalami kekecewaan hidup

akibat jauh dari keluarga, kemunduran fungsi fisiologis akibat penyakit kronis dan

merasa tidak memiliki harapan kedepan secara lebih baik. Hal ini dapat timbul

karena pada masa tua banyak ditandai oleh adanya kemunduran fungsi baik

fisik, psikologis maupun psikososial. Pada lanjut usia, faktor psikologis dan sosial

seperti kehilangan pekerjaan dan penghasilan, kehilangan orang yang dikasihi

serta kehilangan dukungan sosial membuat kerentanan terhadap terjadinya

depresi (Afida,2000). Kedua subjek merasa kecewa terhadap anak dan

keluarganya yang seakan-akan sudah tidak memperdulikan dirinya dan

menafsirkan bahwa dirinya adalah beban bagi anak serta dirinya sudah tidak

berfungsi lagi dan produktif di usianya sekarang. Subjek memandang kenyataan

hidup yang dialami dari sudut pandang yang salah atau keliru sehingga

perlakuan terhadap dirinya sebagai bentuk pengasingan bagi subjek. Hal ini

semakin membuat subjek sulit untuk melepaskan pikiran negatif dari dirinya dan

membentuk pola pikir bahwa anak dan keluarganya sudah tidak membutuhkan

dirinya lagi serta memandang dirinya sendiri sebagai tidak berharga dan

kekurangan.

Peneliti mendapatkan perubahan yang dirasakan Subjek 1 setelah

meditasi terutama adalah perasaan relaks, tenang dan berkurangnya gangguan

tidur. Hal ini sesuai dengan manfaat meditasi. Pada lanjut usia terdapat proses

Page 16: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

37

penuaan yang mempengaruhi faktor biologis dengan adanya penurunan kadar

zat neurokimia di otak. Setelah dilakukan meditasi terjadi peningkatan kadar zat

neurokimia di otak seperti serotonin yang dapat memberikan perasaan nyaman

dan senang, endorfin yang dapat memberikan perasaan bahagia dan melatonin

yang dapat memberikan ketenangan dan pengaturan tidur. Meditasi dapat

menyebabkan perubahan neurobiologi dengan terjadinya penurunan aktivitas

saraf simpatis dan peningkatan aktivitas parasimpatis. Kondisi hipometabolik dari

peningkatan aktivitas parasimpatis akan membuat kondisi relaksasi yang akan

memperbaiki kondisi mental yang positif (Thipparaboina dkk, 2014). Dalam

kondisi relaksasi terjadi penurunan denyut jantung, irama pernafasan dan

relaksasi otot yang memberikan perasaan tenang dan relaks dari tubuh dan

pikiran (Albeniz, 2000). Suryani menyatakan bahwa kebanyakan dari mereka

yang mengikuti latihan meditasi dan relaksasi dari Suryani mengatakan bahwa

mereka mudah untuk tidur nyenyak serta orang lanjut usia yang biasanya

menggunakan obat penenang untuk dapat tidur tidak memerlukan obat itu lagi.

Dengan melakukan meditasi maka kualitas tidur membaik dan dapat tidur

nyenyak tanpa mimpi yang sering mengganggu sehingga saat bangun tidur tidak

mengalami kelelahan fisik (Suryani, 2002).

Peneliti mendapatkan perubahan yang dirasakan Subjek 2 setelah

meditasi terutama adalah perasaan lebih dapat menerima diri sendiri dengan

keadaan yang ada. Baik pandangan Timur maupun Barat menganggap bahwa

perbaikan keadaan mental dapat dicapai dengan perubahan pikiran tidak sehat

menjadi sehat. Cara mencapai keadaan ini menurut psikologi Barat adalah

psikoterapi, sedangkan psikologi Timur disebut meditasi. Meditasi seperti dalam

penelitian ini akan memberikan penghayatan pada subyek dalam prosesnya

sehingga memungkinkan subjek lepas dari aktivitas mental dirinya yang

dilukiskan sebagai identitas kebiasaan atau distorsi. Meditasi merupakan metode

pengembangan diri, seni menyadari diri sendiri, belajar dari pengalaman dan

menemukan kebenaran diri. Hal ini akan memperbaiki mental dan perilaku subjek

yaitu adanya kepercayaan diri dalam menerima diri sendiri dengan keadaan

yang ada (Suryani, 2002). Bila dilakukan pemeriksaan electroencephalogram

dapat ditunjukkan bahwa selama meditasi maka akan lebih predominan

gelombang alfa sehingga subjek dapat masuk dalam kondisi fokus mendalam

(Sampaio, 2016).

Page 17: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

38

Terdapat berbagai macam teknik meditasi yang dalam prakteknya

seringkali sulit untuk dibedakan karena melibatkan kombinasi teknik dalam

pendekatannya. Dalam penelitian meta analisis tentang efek psikologis meditasi

tidak didapatkan perbedaan jenis meditasi terhadap efek psikologis (Sedlemeier

dkk, 2012). Dari kepustakaan didapatkan belum banyak penelitian yang

menggunakan meditasi dari Suryani. Penelitian Patriani (2008) tentang pengaruh

terapi meditasi Suryani terhadap depresi pada perempuan korban kekerasan

dalam rumah tangga menunjukkan hasil penurunan depresi setelah terapi

meditasi.

Penelitian ini dari hasil uji analisis Wilcoxon didapatkan penurunan gejala

depresi tidak signifikan. Menurut peneliti hal ini dapat disebabkan beberapa

keterbatasan peneliti antara lain adalah adalah kekurangan dalam banyaknya

subyek dalam penelitian serta kemungkinan kurang lamanya jangka waktu terapi

meditasi. Meditasi dapat digunakan secara klinis sebagai terapi untuk

mengurangi gejala depresi meskipun suatu penelitian randomized controlled trial

(RCT) menunjukkan banyak penelitian yang tidak menggunakan kelompok

kontrol dan kurang besarnya sampel penelitian (Jain, 2015). Penelitian ini

mengambil subjek sebanyak dua orang dengan pertimbangan dari kemampuan

peneliti dalam mendampingi subjek melakukan meditasi dengan pertimbangan

waktu penelitian. Meditasi yang dilakukan dalam jangka waktu lama memberikan

penurunan gejala depresi lebih bermakna pada lanjut usia (Lindberg, 2005).

Suryani menyatakan bahwa meditasi sebaiknya dilakukan dua kali sehari apabila

tidak ada suatu keadaan yang mengganggu dan bila diperlukan bisa dilakukan

lebih banyak. Meditasi dilakukan terus menerus untuk menanamkan disiplin diri

dan medapatkan manfaat yang optimal. Sebaiknya meditasi dilakukan pada pagi

hari sebelum mengerjakan apa – apa dan sore hari sesudah mandi atau malam

hari sebelum tidur (Suryani, 2002). Dalam penelitian ini dilakukan meditasi pada

pagi hari dan satu kali sehari. Hal ini dilakukan karena subjek sebelumnya belum

pernah menjalani terapi meditasi sehingga memerlukan penyesuaian diri dalam

teknik meditasi. Selain itu merupakan keterbatasan peneliti untuk dapat

berkunjung dua kali dalam sehari ke panti wreda untuk mendampingi subjek

melakukan meditasi.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi meditasi untuk

penurunan gejala depresi pada lanjut usia tidak signifikan.

Page 18: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

39

Kesimpulan dan Saran

KesimpulanHasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi meditasi tidak dapat

menurunkan gejala depresi pada lanjut usia.

Sarana. Saran Metodologis

Bagi penelitian lanjutan yang serupa dengan penelitian ini disarankan

untuk menentukan terapis yang ahli terapi meditasi dengan metode dari

Suryani, sehingga lebih memiliki objektifitas hasil penelitian.

b. Saran Praktis

- Memberikan saran pada subjek bahwa untuk dapat memberikan

manfaat terapi meditasi secara optimal sehingga perlu adanya

latihan secara rutin dan terus menerus terutama di saat

munculnya ingatan negatif tentang keberadaan dirinya.

- Memberikan masukan kepada pihak panti wreda bahwa dalam

rangka meningkatkan kualitas kesehatan terutama kesehatan

mental, perlu diberikan pendampingan psikologis bagi para lanjut

usia yang membutuhkan.

Page 19: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

40

DAFTAR PUSTAKA

Afida, N., Wahyuningsih, S. dan Sukamto, M.E. (2000), Hubungan AntaraPemenuhan Kebutuhan Berafiliasi Dengan Tingkat Depresi Pada WanitaLanjut Usia di Panti Wredha, Indonesian Psychological Journal, Vol.15, No. 2, h. 180 – 195

Albeniz,A.P. dan Holmes,J. (2000), Meditation: Concept, Effects And Uses InTherapy, International Journal of Psychotheraphy, Vol. 5, No. 1, h.49–58.

Allan.J dan Dixon.A (2009), Older Women’s Experiences Of Depression: AHermeneutic Phenomenological Study,jJournal of Psychiatric andMental Health Nursing, Vol. 16, h. 865–873.

Arjadi, R., 2012, Terapi Kognitif-Perilaku Untuk Menangani Depresi PadaLanjut Usia, Tesis, Depok, Pendidikan Profesi Psikologi JenjangMagister, Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia.

Buntaran,W., 2016, Efektifitas Terapi Meditasi Dzikir Untuk MengurangiDepresi Pada Lanjut Usia, Tesis, Semarang, Fakultas Psikologi ProgramPendidikan Profesi Jenjang Magister, Universitas Katolik Soegijopranata

Chen,K.W., dkk. (2012), Meditative Therapies For Reducing Anxiety : ASystematic Review And Meta-Analysis Of Randomized Controlled Trials,Depression and Anxiety, h. 1–18.

Darmojo,B., Hadimartono, (2006), Geriatri, Jakarta, Balai penerbit Fakultaskedokteran Universitas Indonesia.

Foulk,M.A., Dayton,B.I., Kavanagh,J., Robinson,E., Kales,HC., (2014),Mindfulness-Based Cognitive Therapy With Older Adults: An ExplotaryStudy, Journal of Gerontology Social Work, Vol. 57, h. 498 – 520.

Harris,A.D., McGregor,J.C., Perencevich,E.N., Furuno,J.P., Zhu,J.,Peterson.D.E., Finkelstein,J., (2006), The Use and Interpretation of Quasi- Experimental Studies in Medical Informatics, J Am Med Inform Assoc,Vol. 13, h. 16 -23.

Hussain,D. dan Bhushan,B., (2010), Psychology Of Meditation And Health:Present Status And Future Directions, International Journal ofPsychology and Psychological Therapy, Vol. 10, No. 3, h. 439 – 451.

Irawan,H., (2013), Gangguan Depresi pada Lanjut Usia, Cermin DuniaKedokteran, Vol. 40, No. 11, h. 815 – 819.

Jain,F.A., (2015), Review Articles: Critical Analysis Of The Efficacy OfMeditation Therapies For Acute And Sub Acute Phase Treatment OfDepressive Disorders, The Academy of Psychosomatic Medicine, Vol.56, h. 140–152.

Lill,S., (2015), Depression In Older Adults In Primary Care, Journal ofHolistic Nursing, Vol. 33, No. 3, h. 260 – 268.

Lindberg,D.A., (2005), Integrative Review Of Research Related To Meditation,Spirituality, And The Elderly, Geriatr Nurs, Vol. 26, h. 372 – 377.

Page 20: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

41

Lubis,N.L., (2009). Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta, Kencana PrenadaMedia Group.

Mudjaddid,E., (2014), Pemahaman dan penanganan psikosomatik gangguanansietas dan depresi di bidang ilmu penyakit dalam, dalam Setiati,S.,Alwi,I., Sudoyo,A.W., Simadibrata,M., Setiyohadi,B. Dan Syam,A.R.(editor), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam, Jakarta, InternaPublishing.

Njoto,E.N., (2014), Mengenali Depresi Pada Usia Lanjut PenggunaanGeriatric Depression Scale (GDS) Untuk Menunjang Diagnosis, CerminDunia Kedokteran, Vol. 41, No. 6, h. 472 – 474.

Parwitasari,J.E. (1994), Aspek Sosio-Psikologis Lansia Di Indonesia, BuletinPsikologi, No. 1, h. 27 – 34

Patriani,I.L., 2008, Pengaruh Terapi Meditasi “Spirit Suryani “ TerhadapDepresi Pada Perempuan Korban KDRT, Tesis, Semarang, FakultasPsikologi, Universitas Katolik Soegijapranata

Pepping,C.A., Walters,B., Davis,P.J., O’Donovan,A., 2016, Why Do PeoplePrctice Mindfulness? An Investigation Into Reasons For PracticingMindfulness Meditation, Mindfulness, Vol. 7, No. 2, h. 542 – 547.

Prasetya,A.S., 2010, Pengaruh Terapi Kognitif Dan Senam Latih OtakTerhadap Tingkat Depresi Dengan Harga Diri Rendah Pada Klien LansiaDi Panti Tresna Wreda Bakti Yuswa Natar Lampung, Tesis, Depok,Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan,Universitas Indonesia.

Revonsuo,A., Kallio,S., Sikka,P., (2009), What is an altered state ofconsciousness, Philosophical Psychology, Vol. 22, No. 2, h. 187 – 204.

Sampaio,C.V., Lima,M.G., Ladeia,A.M., (2016), Meditation, Health AndScientific Investigations, J Relig Health, h. 1 – 8.

Sedlemeier,P., Eberth,J., Scwarz,M., Zimmermann,D., Haarig,F., Jaeger,S.,Kunze,S., (2012) The Psychological Effects Of Meditation : A Meta-Analysis, Psychological Bulletin, h. 1 – 25.

Setiati,S., Harimurti,K., Govinda,A.R., (2014), Proses menua dan implikasikliniknya, dalam Setiati,S., Alwi,I., Sudoyo,A.W., Simadibrata,M.,Setiyohadi,B. Dan Syam,A.R. (editor), Buku Ajar Ilmu Penyakit DalamEdisi Keenam, Jakarta, Interna Publishing.

Sears,S. dan Kraus,S., (2009), Cognitive Distortions And Coping Style AsMediators For The Effects Of Mindfulness Meditation On Anxiety, PositiveAnd Negative Affect, And Hope, Journal of Clinical Psychology, Vol.65, No. 6, h. 561—573.

Siswanto,A. dan Uchhe,M., (2017), Depresi, dalam Bayupurnama,P.,Ikhsan,M.R., Kurniawan,J. dan Subroto. (editor), Pertemuan IlmiahTahunan Ilmu Penyakit Dalam Tahun 2017, Yogyakarta, PAPDICabang Yogyakarta.

Soejono,C.H., (2014), Pengkajian paripurna pada pasien geriatri, dalamSetiati,S., Alwi,I., Sudoyo,A.W., Simadibrata,M., Setiyohadi,B. dan

Page 21: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

42

Syam,A.R. (editor), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam,Jakarta, Interna Publishing.

Soejono,C.H., Probosuseno, Sari,N.K., (2014), Depresi pada pasien usialanjut dalam Setiati,S., Alwi,I., Sudoyo,A.W., Simadibrata,M.,Setiyohadi,B. dan Syam,A.R. (editor), Buku Ajar Ilmu Penyakit DalamEdisi Keenam, Jakarta, Interna Publishing.

Suryani, L.K., (2004), Menemukan Jati Diri Dengan Meditasi, Jakarta, PT.Elex Media Kompotindo.

Suryani,L.K., (2010), Atasi Masalah Dengan Kemampuan Spiritual Anda,Jakarta, PT. Intisari.

Thipparaboina,R., Maneti,Y., Bodduluru,L.N., Kasala,E.R. (2014), Effect OfMeditation On Neurophysiological Changes In Stress MediatedDepression, Complementary Therapies in Clinical Practice, Vol. 20, h.74-80.

Tomasino,B., Fabbro,F. (2015), Neuroimaging And Neuropsychology OfMeditation States, Frontiers in Psychology, Vol. 6, No. 1757, h. 1-5.

Page 22: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

43

LAMPIRAN

Page 23: HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitianrepository.unika.ac.id/16624/4/09.92.0009 DJOKO WITONO (8.56%).BA… · kasus depresi yang dialami oleh para lansia di panti wredha tersebut.

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

POSTTEST - PRETEST Negative Ranks 3a 2.00 6.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 1c

Total 4

a. POSTTEST < PRETEST

b. POSTTEST > PRETEST

c. POSTTEST = PRETEST

Test Statisticsa

POSTTEST -

PRETEST

Z -1.604b

Asymp. Sig. (2-tailed) .109

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.