hasil-penelitian-nurtikaryani

download hasil-penelitian-nurtikaryani

of 91

description

penelitian

Transcript of hasil-penelitian-nurtikaryani

I

PAGE 2

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal guna terciptanya masyarakat, bangsa dan negara dengan penduduk hidup sehat dalam lingkungan yang sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh Indonesia (Depkes, 2001).

Sejalan dengan ini tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia maka seseorang dikatakan sehat bila dalam keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi ( Depkes RI, 2001). Sehubungan dengan hal tersebut maka secara umum pelayanan kesehatan di Indonesia dilakukan dengan upaya peningkatan melalui usaha promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Kesemuanya ini akan diharapkan akan tercapai tujuan pelayanan prima seperti: mempercepat penyembuhan, mengurangi angka kematian, kesakitan dan mengurangi kemungkinan tertularnya penyakit yang sama (Ngatimin, 1999).

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Upaya penyelenggaraan dilakukan secara mandiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok dan masyarakat (Syaifuddin, 2000).

Menurut Word Health Organization (WHO) dalam Soegijanto (2002) menyatakan bahwa tujuh dari sepuluh kematian anak di negara berkembang dapat disebabkan oleh lima penyebab utama yakni salah satunya adalah Gastroenteritis yang masih merupakan salah satu penyebab utama mortalitas anak-anak di berbagai negara yang sedang berkembang. Setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus Gastroenteritis sebanyak 3,3 juta kasus Gastroenteritis pada balita setiap tahun dengan 2-3 % kemungkinan jatuh kedalam keadaan dehidrasi Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka penyakit Gastroenteritis di Indonesia saat ini adalah 230-342 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 60 % kejadian Gastroenteritis tersebut terjadi pada balita yang sebagian mengakibatkan kematian.

Penyakit Gastroenteritis merupakan salah satu masalah di Indonesia karena sering menimbulkan wabah. Data Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa angka kejadian Gastroenteritis untuk umur anak 230-342 penderita per 1000 penduduk setiap tahunnya sedangkan angka kematian mencapai 4 per 1000 anak, sedangkan untuk daerah ibukota terdapat 15-20 % penderita Gastroenteritis meninggal.

Data Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) Dinas Kesehatan Tingkat I Provinsi Sultra jumlah Gastroenteritis pada anak meningkat tahun 2005 sebanyak 17.976 orang, jumlah penderita Gastroenteritis pada anak meningkat menjadi 21.634 orang pada tahun 2006. Kemudian jumlah penderita Gastroenteritis pada tahun 2007 berjumlah 21.871 orang (Dinkes Propinsi Sultra, 2007).

Data Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) Dinas Kesehatan Kota Kendari jumlahroenteritis di Wilayeritis pada anak tahun 2005 sebanyak 2.997 orang, jumlah penderita Gastroenteritis pada anak meningkat menjadi 3.490 orang pada tahun 2006. Kemudian jumlah penderita Gastroenteritis pada tahun 2007 berjumlah 3.672 orang (Dinkes Kota Kendari, 2008).

Jumlah anak yang berumur 0-14 tahun di Kecamtan Poasia yang terdiri dari 4 kelurahan yaitu : Kelurahan Andounohu terdiri dari 1263 laki-laki dan 999 perempuan, di Kelurahan Rahandouna terdiri dari 1195 laki-laki dan 2088 perempuan, di Kelurahan Anggoeya terdiri dari 627 laki-laki dan 480 perempuan dan di Kelurahan Matabubu terdiri dari 207 laki-laki dan 176 perempuan (BPS Propinsi Sultra, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Poasia jumlah anak penderita Gastroenteritis tahun 2006 berjumlah 194 penderita terdiri dari 79 laki-laki dan 115 perempuan, tahun 2007 berjumlah 214 penderita terdiri dari 101 laki-laki dan 113 perempuan dan tahun 2008 berjumlah 248 penderita terdiri dari 115 laki-laki dan 133 perempuan dengan rincian sebagai berikut : pada bulan Januari-Juni sebesar 142 penderita terdiri dari 65 laki-laki dan 77 perempuan, pada bulan Juli-Desember sebesar 106 penderita terdiri dari 50 laki-laki dan 56 perempuan. Ini menunjukkan jumlah anak yang menderita Gastroenteritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari terus meningkat.

Hal ini berhubungan dengan pengetahuan, sikap, sumber air dan jamban keluarga.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008.B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008 ?

2. Seberapa besar faktor resiko sikap dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008 ?

3. Seberapa besar faktor resiko sumber air dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008 ?

4. Seberapa besar faktor resiko jamban keluarga dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008 ?

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan, sikap, sumber air dan jamban keluarga dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.

b. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko sikap dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.

c. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko sumber air dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.

d. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko jamban keluarga dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Sebagai masukkan bagi para petugas kesehatan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Poasia untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan.

2. Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan teori tentang ilmu kesehatan masyarakat.

3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

4. Sebagai bahan bacaan dan sumbangan ilmiah yang dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan perbuatan manusia, keluarga atau masyarakat yang dipengaruhin oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, kepercayaan, yang melatar belakangi yang kita kenal dengan norma budaya (Rusmi, 1999).

Perilaku adalah merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan response menurut cara tertentu terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah perbuatan manusia yang kompleks terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan dann kepercayaan.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku

Dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya. Susunan syaraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syaraf indra pendengaran, penglihatan, pembauan, pencicipan dan perabahan disalurkn dari temapt terjadinya rangsangan melalui inpuls-inpuls syaraf ke susunan saraf pusat, (Notoatmodjo, 2003). Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra, setiap orang mempunyai persepsi berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama. Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan dapat berwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada kehendaknya merupakan faktor keturunan (bawaan).

Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu (sebelumnya).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua yakni faktor internal yang mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti : iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainnya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu perilaku :

a. Faktor-faktor redisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya

b. Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas - fasislitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan atau alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku kesehatan.

Selain uraian di atas, ada yang disebut dengan perilaku masyarakat sehubungan dengan pelayanan kesehatan dimana masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasa sakit ( disease but not liness ) sudah barang tentu tidak akan berbuat apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila seseorang diserang penyakit dan juga merasa sakit, baru akan timbul berbagai perilaku dan usaha. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum menjadi prioritas dalam kehidupan masyarakat.

3. Komponen Perilaku

Menurut Blom (1956) dalam Ansyar (2008) membedakan perilaku dalam 3 (tiga) bentuk yakni cognitife, affectife, dan psikomotor. Ada 3 (tiga) komponen dalam pengertian perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau perbuatan.

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa saja yang diketahui dan mampu diingat oleh seseorang setelah ia mengalami, menyaksikan dan mengamati atau diajarkan sejak akhir sampai dewasa khususnya setelah ia diberi pendidikan formal maupun nonformal.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal, maupun dari penjelasan ataupun penjelasan dari sumber lain. Pengetahuan dapat juga diperoleh melalui pengalaman-pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Dengan adanya pengetahuan orang dapat bermotivasi untuk berperilaku sehat. Sebab jika seseorang telah mengetahui tentang masalah kesehatan yang dihadapi akan besar kemungkinan orang tersebut akan berperilaku sehat. Tetapi bila sebaliknya dimana seseorang memiliki pengetahuan yang benar melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena proses peralihan tersebut bukanlah suatu proses yang sederhana dimana untuk sampai pada penerapan pengetahuan ke dalam bentuk tindakan harus memenuhi beberapa tahap, yaitu :

1) Aware (tahu) ; Timbulnya kesadaran masyarakat dari yang tidak tahu menjadi tahu.2) Interest (tertarik) ; Setelah tertarik akan timbul minat karena merasa tertarik.

3) Evolution (penelitian) ; Dalam tahap ini, masyarakat mengevaluasi keuntungan dan kerugian.

4) Trial (mencoba) ; Dalam tahap ini subjek dimulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption (penerimaan) ; Setelah mencoba, ada dua kemungkinan yaitu menerima dan menolak dan bila dia menerima maka perilaku yang baru tersebut akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2003).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan suatu hasil tahu atau sesuatu yang dipelajari melalui pengetahuan ini dapat berubah perilaku masyarakat dibidang kesehatan sehingga berperan dalam perubahan sikap yang pada akhirnya merupakan predisposisi bentuk perubahan. Begitu pula dengan tingkat pengetahuan keluarga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan anak, apabila tingkat pengetahuan keluarga cukup sedapat mungkin melakukan upaya pencegahan gangguan kesehatan dan mewaspadai jika gangguan timbul. Jika pengetahuan keluarga itu rendah, maka tidak ada upaya pencegahan kesehatan yang akan dilakukan pada anaknya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yaitu menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :

1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (comprensif) yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application) yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari sebenarnya.

4) Analisa (analysis) merupakan suatu kemampuan untuk dapat menjabarkan materi atau objek.

5) Sintesis (sintensis) yaitu suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6)Evaluasi (evaluation) merupakan suatu kemampuan untuk melakukan suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk, petugas (petugas kesehatan), kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang dapat berperilakau sesuai keyakinan tersebut (Istiarti, 2000).

b. Sikap

Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Rusmi, 1999).

Sikap adalah pemberi penilaian dalam hal menolak atau menerima terhadap suatu obyek yang dihadapi (Sumadi, 1986). Lebih lanjut, Saifuddin (1995) menyatakan sikap merupakan perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.

Sikap seseorang adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku sesorang, sikap positif seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap yang negatif terhadap kesehatan hampir pasti berdampak negatif pada perilakunya

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap ini tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Niven, 2000).

Pada pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tindakan yakni : (a) menerima (receiving) bahwa orang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek, (b) merespon (responding) yakni memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, (c) menghargai (valving) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan dengan orang lain terhadap suatu masalah, (d) bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala yang dipilihnya dengan segala resiko. Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung ditanyakan bagaiman pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).

Maka batasan-batasan di atas menyatakan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat langsung, melainkan hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosiaonal terhadap stimulus sosial. Salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bentindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, Newcomb dalam Notoatmodjo (1997).

Cara menentukan sikap adalah dengan menggunakan skala linkert dengan nilai masing-masing tingkatan : sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1) (Arikunto, 2002).

c. Perbuatan / Tindakan

Tindakan adalah kegiatan nyata dari seseorang terhadap stimulus yang ada. Adapun tingkatan dari tindakan adalah a) Persepsi yakni mengenal atau memilih berbagai objek dengan tindakan yang diambil, b) Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar, c) Mekanisme apabila seseorang dapat melakukan dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu menjadi kebiasaan maka ia mencapai praktek yang ketiga, d) Adaptasi yaitu tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, bahkan bulan yang lalu (Notoatmodjo, 2003).

Tindakan merupakan suatu kegiatan yang kongkrit berupa perbuatan rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 1997). Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.

B. Tinjauan Umum Tentang Air Bersih

Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Tidak hanya karena sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari cairan, akan tetapi juga karena didalam air terdapat unsur mineral yang diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia (Hasyim, 2000).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitas memenuhi syarat kesehatan yang dapat diminum apabila telah dimasak. Air sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, sehingga penyediaan air untuk masyarakat harus aman, higienis, baik dan dapat diminum, tersedia dalam jumlah yang cukup dan murah.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 907/Menkes/SK/VII/2002 bahwa air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Syarat kualitas air bersih terdiri atas :

a. Syarat fisik : tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak keruh.

b. Syarat kimia : tidak mengandung bahan kimia yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan dan jumlahnya tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.

c. Syarat bakteriologis : tidak mengandung organisme pathogen baik itu Enterobacteri coli maupun Coliform.

d. Syarat radioaktif : mengandung sinar alfa dan sinar beta yang tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan (Depkes, 2002).

2. Syarat kuantitas, yaitu pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat cukup dengan memperoleh 60 liter/orang/hari, sedangkan daerah perkotaan 100 150 liter/orang/hari.C. Tinjauan Umum Tentang Jamban Keluarga

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang tinja atau tinja manusia yang lazim disebut kakus/WC. Jamban diusahakan sistem yang sedemikian rupa hingga tidak menjadi tempat atau sumber penularan penyakit dan tidak menimbulkan bau (Djabu, 1990).

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia, sedangkan yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feses), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia yang dimaksudkan adalah tempat pembuangan tinja dan urine yang pada umumnya disebut jamban atau kakus (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (1997), untuk mencegah atau sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja dengan lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya harus dilakukan disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban keluarga disebut sehat apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban.

2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.

3. Tidak dapat dijangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa.

4. Tidak menimbulkan bau.

5. Mudah digunakan dan dirawat.

6. Desainnya sederhana.

7. Dapat diterima oleh pemakainya.

Menurut Notoatmodjo (2003), agar persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut :

1. Sebaiknya jamban tertutup, artinya jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang lainnya, juga terlindung dari pandangan orang.

2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat serta tempat berpijak yang kuat.

3. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

4. Sebaiknya letak pembuangan jamban dengan sumber air bersih adalah kurang lebih 10 meter.D. Tinjauan Umum Tentang Gastroenteritis1. Pengertian Gastroenteritis Gastroenteritis adalah infeksi akut pada sistem pencernaan yang menimbulkan gangguan pada lambung yang berupa mual dan muntah serta gangguan pada usus yang berupa diare (Sudoyo, 2007).

Berdasarkan manifestasi klinis Gastroenteritis menimbulkan gejala diare dan muntah (Mansjoer, 2000).

Penyebab Gastroenteritis Infeksi enternal yaitu infeksi pada saluran pencernaan, meliputi : Infeksi bakteri terdiri dari Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. Infeksi virus terdiri dari Enterovirus (virus ECHO, Coxackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotarovirus, Astrovirus, dan lain-lain. Infeksi parasit terdiri dari Cacing (Ascariasis, Trichiaris, Oxyaris, Strongloydes), Protozooa (Entamoeba histolytica, Glardia lambia, Trichomonas, Hominis) dan Jamur (Candida albicans, Candida enteritis).

a. Patofisiologi

Fungsi usus dalam keadaan normal adalah penyerapan, khususnya untuk bahan-bahan yang mengandung hidrat arang, zat putih telur dan lemak, selain itu juga melakukan absorbsi terhdap air dan elektrolit. Berbagai jenis mikroorganisme penyebab Gastroenteritis yang masuk kedalam tubuh seseorang akan mengadakan multiplikasi serta reaksi pada usus yang menyebabkan terjadinya Gastroenteritis (Brunner dan Suddarth, 2002)

Gastroenteritis banyak disebabkan oleh penurunan penyerapan air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus, diare osmotik terjadi bila air terdorong kedalam usus oleh tekanan osmotik partikel-partikel yang tidak dapat di absorbsi, sehingga reabsorbsi air menjadi lambat, umumnya Gastroenteritis terjadi karena adanya peningkatan peristaltik usus sebagai akibat adanya inflamasi usus, yang berdampak pada peningkatan frekuensi defekasi. Muntah merupak respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan aktivitas otot perut dan pernafasan. Pada saat muntah terjadi respon yang berlawanan dari keadaan normal, dimana tonus sfingter esophagus bawah, fundus, dan korpus menurun, sedangkan peristaltic antrum, tonus pilorus dan duodenum meningkat (Brunner dan Suddarth, 2002).

2. Manifestasi Klinis

a. Diare

1) Pengertian

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa lender dan/atau darah dalam tinja (Mansjoer, 2000).

2) Penyebab Diare

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :

a) Faktor Infeksi meliputi :

(1) Infeksi bakteri terdiri dari Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

(2) Infeksi virus terdiri dari Enterovirus (virus ECHO, Coxackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotarovirus, Astrovirus, dan lain-lain

(3) Infeksi parasit terdiri dari Cacing (Ascariasis, Trichiaris, Oxyaris, Strongloydes), Protozooa (Entamoeba histolytica, Glardia lambia, Trichomonas, Hominis) dan Jamur (Candida albicans).

(4) Infeksi perenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofangiritis, Bronchopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak di bawah umur 2 tahun.

b) Faktor Malabsorbsi

(1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleran laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleran glukosa, fruktosa dan galaktosa).

(2) Malabsorbsi lemak.

(3) Malabsorbsi protein.

c) Faktor Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d) Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas (Suryadi, 2001).

e) Faktor Penyebab Yang Lain :

Jika ditinjau dari sudut pandang epidemiologi, suatu penyakit (dalam hal ini adalah diare) dapat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara ketiga unsur dalam epidemiologi yaitu Host, Agent dan Environment. Host (manusia) terdiri dari jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status sosial, dan lain-lain. Agent (penyebab) terdiri dari penyebab terjadinya suatu penyakit yakni bakteri, virus dan kuman-kuman patogen lainnya. Environment ( lingkungan) terdiri dari lingkungan fisik, biologis dan sosial (Noor, 1997). Dari tinjauan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa diare dapat disebabkan secara langsung maupun tak langsung oleh ketiga faktor diatas (Host, Agent and Environment).

3) Gejala Diare

Menurut Ngastiyah (1997) gejala diare yang paling khas dan paling sering ditemukan yakni :

a) Buang air besar (BAB) encer atau cair lebih dari 3 kali sehari.

b) Dapat disertai muntah-muntah

c) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan timbul gejala sebagai berikut :

(1) Berat badan turun

(2) Turgor kulit berkurang

(3) Mata dan ubun-ubun cekung

(4) Mukosa mulut dan bibir kering

(5) Pasien gelisah serta muka pucat

(6) Ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis

(7) Rasa haus meningkat

4. Akibat Diare

Penyebab diare yang utama adalah terjadinya kehilangan cairan serta elektrolit mendadak sehingga dapat terjadi komplikasi.

5. Upaya Pencegahan Penyakit Diare

Upaya penanggulangan diare yaitu cara-cara yang dapat ditempuh bila kita mendapati seseorang yang mengalami diare. Adapun upaya penanggulangannya adalah sebagai berikut :

a) Pemberian cairan pada diare murni

b) Makanan setengah padat (bubur) adalah makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.

c. Susu yang khususnya disesuaikan dengan kelainan yang di temukan misalnya yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak murni atau tidak jenuh.

b. Muntah

1) Pengertian

Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksplusif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot otot perut. Perlu dibedakan dengan regurgitasi, ruminasi, ataupun refluks esophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali kemulut akibat gerakan antiperistaltik esophagus. Ruminasi adalah pengeluaran makan secara sadar untuk dikunyah yang kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluks esophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni sfingter esophagus bagian bawah, posisi sambungan esophagus dengan kardia, atau pengosongan isi lambung yang lambat. Tanda akut abdomen seperti nyeri perut yang mendahului muntah dan/atau berlangsung selama lebih dari 3 jam, muntah bercampur empedu dan distensi abdomen merupakan petujuk perlunya pertolongan bedah segera. Muntah dapat merupakan manifestasi awal Gastroenteritis (Naziruddin, 1999).

2) Patofisiologi

Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan aktifitas otot perut serta pernapasan. Pada saat muntah terjadi respon yang berlawanan dari keadaan normal, dimana tonus sfingter esophagus bawah, fundus serta korpus menurun, sedangkan peristalik antrum, tonus pylorus dan duodenum meningkat (Naziruddin, 1999).

3. Proses muntah dibagi menjadi 3 fase yaitu :a) Nausea merupakan sensasi psikis yang dapat timbul akibat rangsangan pada organ dalam, lebirin, atau emosi serta tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.

b) Retching merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodik dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intra toraks yang negatif.

c) Emesis (ekspulse) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya yang ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti bertambah turunnya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme anti refluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esophagus relaksasi, serta mulut terbuka (Mansjoer, 2000).2. Klasifikasi Penyakit GastroenteritisKlasifikasi Gastroenteritis dibedakan atas :

a. Gastroenteritis akut adalah obstruksi usus yang menimbulkan gangguan pada usus dan menimbulkan gejala kurang dari 7 hari. Biasanya disebabkan oleh mikroorganisme (Naziruddin, 1999).

b. Gastroenteritis kronis adalah obstruksi usus yang menimbulkan gangguan pada usus dan menimbulkan gejala kurang dari 7 hari. Disebabkan tidak hanya karena mikroorganisme, akan tetapi juga karena adanya faktor lain (Masnjoer, 2000).

3. Pencegahan Penyakit Gastroenteritis Dalam pencegahan penyakit Gastroenteritis dapat dilihat dalam lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) sebagai berikut :

a. Promosi Kesehatan (Health Promotion)

Promosi kesehatan (Health Promotion) adalah upaya meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarkat secara optimal, mengurangi penyebab serta derajat resiko serta meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat. Sasaran dari pencegahan ini yaitu orang sehat dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan.

Promosi kesehatan (Health Promotion) dalam mencegah terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantarannya :

1) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menerapkan pola hidup sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sejak dini, untuk mencegah terjadinya suatu penyakit seperti Gastroenteritis.

2)Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan dan cara-cara pemberantasan serta manfaat menegakan diagnosa dini dari suatu penyakit seperti Gastroenteritis.

3) Melakukan perbaikan lingkungan sosial seperti mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi resiko terjadinya infeksi.

b. Perlindungan Khusus (Spesific Protection)

Sasaran pada perlindungan khusus (Spesific Protection) yang utama ditujukan adalah pada penjamu dan penyebab untuk meningkatkan daya tahan tubuh maupun untuk mengurangi resiko terhadap penyakit tertentu.

Perlindungan khusus (Spesific Protection) dalam mencegah terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantarannya :

1)Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk membentuk daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat melawan Agent penyakit yang akan masuk kedalam tubuh, seperti mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih baik dan diperlukan oleh tubuh.

2) Pemberian ASI Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak mengandung kalori, protein dan vitamin yang banyak dibutuhkan oleh tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk membentuk system kekebalan tubuh sehingga terlindung dari berbagai penyakit infeksi seperti Gastroenteritis.c. Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)

Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment) merupkan pencegahan yang ditujukkan bagi mereka yang menderita/terancam akan menderita suatu penyakit tertentu, dengan tujuan untuk mencegah meluasnya penyakit/terjadinya wabah pada penyakit menular dan menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.

Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment) dalam mencegah terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :

a. Temukan semua penderita secara dini dan aktif dengan cara pemeriksaan disarana pelayanan kesehatan guna memastikan bahwa seseorang/anak benar-benar tidak menderita Gastroenteritis ataupun gangguan kesehatan lainnya.

b. Melakukan pencarian penderita Gastroenteritis dan berikan segera pengobatan yang tepat dan sediakan fasilitas untuk penemuan dan pengobatan penderita agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.

c. Sediakan fasilitas yang memadai seperti laboratorium agar dapat melakukan diagnosa dini terhadap penderita, kontak dan tersangka.

d. Pemberantasan Cacat (Disability Limitation)

Pemberantasan cacat (Disability Limitation) merupakan pencegahan yang mencegah terjadinya kecacatan dan kematian karena penyebab tertentu.

Penyakit Gastroenteritis ini jika tidak diobati secara baik dan teratur akan dapat menyebabkan kematian. Pembatasan kecacatan (Disability Limitation) dalam mencegah terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :

1) Mencegah proses penyakit lebih lanjut dengan cara melakukan pengobatan secara berkesinambungan sehingga tercapai proses pemulihan yang baik.

2) Melakukan perawatan khusus secara berkala guna memperoleh pemulihan kesehatan yang lebih cepat.

e. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Rehabilitasi (Rehabilitation) merupakan pencegahan yang bertujuan untuk berusaha mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial secara optimal.

Rehabilitasi (Rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan rehabilitasi fisik/medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit Gastroenteritis (Notoatmodjo, 2003).E. Kerangka KonsepGastroenteritis, merupakan suatu jenis penyakit pada lambung dan atau usus yang gejala utama adalah diare atau muntah.

Berdasarkan hasil survey masyarakat di Indonesia menunjukkan bahwa Gastroenteritis merupakan penyebab utama tingginya Morbiditas dan Mortalitas pada anak.Gastroenteritis, merupakan suatu jenis penyakit pada lambung dan atau usus yang gejala utama adalah diare atau muntah.

Perilaku adalah tindakan perbuatan manusia atau masyarakat yang dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, kepercayaan yang melatar belakangi yang kita kenal dengan norma budaya (Notoatmodjo, 2003). Ada 3 (tiga) komponen dalam pengertian perilaku yaitu : pengetahuan, sikap dan tindakan atau perbuatan.

Pengetahuan adalah apa saja yang telah diketahui dan mampu diingat oleh seseorang setelah ia mengalami, menyaksikan atau mengamati dan diajarkan sejak akhir hingga dewasa khususnya setelah ia diberi pendidikan formal maupun nonformal.

Pengetahuan merupakan faktor resiko kejadian Gastroenteritis, sebab seseorang yang memiliki tingakat pengetahuan yang cukup sedapat mungkin melakukan upaya pencegahan gangguan kesehatan dan mewaspadai jika gangguan timbul. Jika pengetahuan keluarga itu rendah, maka tidak ada upaya pencegahan kesehatan yang akan dilakukan pada ananknya. Sikap seseorang adalah komponen terpenting dalam perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku seseorang, sikap positif seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap negatif terhadap kesehatan hampir pasti berdampak negatif pada perilakunya (Niven, 2000).

Tindakan adalah merupakan perbuatan yang sudah kongkrit terhadap rangsangan dari luar (Notoatmodjo,1997). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata dibutuhkan faktor perdukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.

Sanitasi lingkungan merupakan faktor resiko kejadian Gastroenteritis, sebab jika sanitasi lingkungan kurang hygiene maka agent Gastroenteritis akan lebih mudah berinteraksi di dalam lingkungan tersebut dan jika tubuh dalam keadaan lemah maka agent ini dengan mudah dan dalam waktu yang singkat dapat menginfeksi host atau manusia yang ada dilingkungan tersebut.

Berdasarkan pola pemikiran diatas maka kerangka konsep variabel yang akan diteliti sebagai berikut :

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel Yang Tidak Diteliti

= Hubungan Yang Tidak Diteliti = Hubungan Yang Diteliti

Gambar 1 . Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep maka dirumuskan hipotesisi kerja sebagai berikut :

H0 : 1. Pengetahuan keluarga tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis pada anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

2. Sikap keluarga tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis pada anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

3. Sumber Air tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis pada anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

4. Jamban Keluarga tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis pada anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

III. METODE PENELITIANA. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei analitik dengan rancangan Case Kontrol Study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan (faktor penelitian) dengan timbulnya penyakit Gastroenteritis pada anak.

Adapun Rancangan penelitian kasus kontrol seperti di bawah ini :

Faktor risiko +

Retrospektif Kasus GastroenteritisFaktor risiko

Matching Populasi

(Umur, Jenis Kelamin)

(Sampel)

Faktor risiko

Retrospektif Kontrol GastroenteritisFaktor risikoGambar 2. Skema penelitian Case KontrolB. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2009 sampai tanggal 1 April 2009, yang bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini meliputi semua keluarga yang memiliki anak (umur 1-14 Tahun) yang pernah menderita Gastroenteritis di Wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Periode Juli-Desember Tahun 2008 sebanyak 106 penderita.

2. Sampela. Sampel kasus adalah sebagian dari populasi yang terpilih menjadi sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus :

N

n =

1+ N (d) Keterangan :

n = Jumlah sampel penelitian (besar sampel yang diharapkan)

N = Jumlah Populasi

d =Tingkat kesalahan = 5% = 0,05 (Notoatmodjo).

106

n = = 83,79 dibulatkan menjadi 84

1+ 106 (0,05)

b. Teknik Pengambilan Sampel Berdasarkan perhitungan di atas jumlah sampel adalah 84 orang dengan tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple random sampling.

c. Sampel kontrol adalah keluarga yang mempunyai anak yang tidak terkena penyakit Gastroenteritis pada saat penelitian dan berdomisili di Wilayah kerja Puskesmas Poasia yang jumlahnya sama dengan kasus yakni sebanyak 84 orang dengan Matching yaitu umur dan jenis kelamin Anak. Jadi jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 168 orang.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent) yaitu pengetahuan, sikap, sumber air dan jamban keluarga.

2. Variabel Terikat (Dependent) yaitu kasus penyakit Gastroenteritis pada anak.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang berumur 1-14 tahun yang pernah menderita penyakit Gastroenteritis.

2. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pemahaman yang dimiliki oleh responden tentang penyakit Gastroenteritis yang diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun non formal, yang didapat dari kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan dengan benar berhubungan dengan penyakit Gastroenteritis. Jumlah sebanyak 10 nomor yang masing-masing terdiri dari 2 alternatif jawaban dengan menggunakan skala nominal, jika menjawab benar diberi skor 1 (satu) dan menjawab salah diberi skor 0 (nol), sehingga diperoleh skor nilai :

Skor tertinggi: 10 x 1 = 10 (100%)

Skor terendah: 10 x 0 = 0 (0%)

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus menurut Sugiono (2006) :

R

I = K Dimana :

I = Interval kelas

R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi - nilai terendah)

= ( 100% - 0% ) = 100%

K = Jumlah kategori = 2 ( cukup, kurang )

Jadi, R 100%

I = = = 50%

K 2

Kriteria objektif :

Cukup : Apabila nilai jawaban yang diberikan responden benar mencapai 5 sampai dengan 10 atau 50%

Kurang : Apabila nilai jawaban yang diberikan responden benar mencapai 1 sampai 4 atau < 50% (Sugiono, 2006).3. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan atau persepsi yang dimiliki oleh responden tentang penyakit Gastroenteritis yang meliputi upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan, pengobatan dan pemulihan.

Kriteria penilaian didasarkan atas jumlah keseluruhan pertanyaan yaitu sebanyak sepuluh (10) pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai 5 pilihan dengan skor nilai untuk pernyataan positif dengan menggunakan skala likert, jika sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1) (Arikunto, 2002).

Total skor adalah jumlah skor pada masing-masing pernyataan sikap sehingga diperoleh skor nilai :

Skor tertinggi: 10 x 5 = 50 (100%)

Skor terendah: 10 x 1 = 10 (20%)

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus menurut sugiono (2006) :

R

I = K

Dimana :

I = Interval kelas

R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi - nilai terendah)

= ( 100% - 20% ) = 80%

K = Jumlah kategori = 2 ( cukup, kurang )

Jadi, R 80%

I = = = 40%

K 2

Kriteria objektif :

Cukup :Bila responden memperoleh skor 60 dari total skor pertanyaan sikap yang diberikan

Kurang :Bila responden memperoleh skor < 60 dari pertanyaan sikap yang diberikan

4. Sumber air bersih adalah sifat sumber air bersih yang menyebabkn kasus secara fisik. Air bersih aalah air yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Meskipun demikian, air jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau belum tentu aman dikonsumsi (Permenkes RI No.907/menkes/VII/2002).

Kriteria objektif :

a. Memenuhi syarat: apabila air memenuhi syarat kesehatan secara fisik yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak keruh serta disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.

b. Tidak memenuhi syarat: apabila tidak sesuai dengan kriteria diatas

5. Penyediaan jamban Keluarga adalah tersedianya jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan.

a. Memenuhi syarat: jika tipe leher angsa atau cemplung tertutup rapat, memiliki lubang penampungan yang jaraknya minimal 10 meter dari sumber air bersih yang digunakan oleh responden, lantai kedap air, mempunyai lampu, mempunyai ventilasi dan kondisinya selalu bersih.

b. Tidak memenuhi syarat: apabila tidak sesuai dengan kriteria diatas

F. Instrumen dan Jenis Data

1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu :

a. Kuisioner berisi serangkaian pertanyaan tentang penyakit Gastroenteritis.

b. Pensil/balpoin sebagai alat tulis/ceklist.

2. Jenis Data

a. Data Primer

Diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada responden (keluarga anak) dengan menggunakan kuisioner, mengenai identitas responden, identitas anak, pengetahuan keluarga tentang Gastroenteritis, sikap keluarga, ssumber air bersih dan penyediaan jamban keluarga.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kesehatan Kota Kendari, Puskesmas Poasia Kabupaten Kendari Tahun 2008 yang meliputi data tentang Kejadian Penyakit Gastroenteritis dan Sumberdaya Puskesmas, dan dari Kantor Kecamatan Poasia yang meliputi Keadaan Demografi dan Keadaan Geografi, serta Sosial budaya

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan Komputer dengan program SPSS versi 13,0 for Windows.

2. Analisis Data

Analisis data menggunakan Statistik Inferensial sebagai berikut :

a) Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan presentase dari tiap variabel bebas (pengetahuan, sikap, sarana air bersih dan penyediaan jamban keluarga) dengan variabel terikat (Kejadian Gastroenteritis).b) Bivariat

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas ( pengetahuan, sikap, sarana air bersih dan penyediaan jamban keluarga) dengan variabel terikat (Kejadian Gastroenteritis) dengan menggunakan uji Chi-Square (X) yaitu suatu sampel yang diambil dari populasi bivariat yang tidak normal yang terdiri dari dua variabel, dan tiap variabel dibagi menjadi dua kategori, jika dibawa dalam bentuk tabel diperoleh tabel 2X2. Dengan rumus :

n| ad bc |- n )2

2 X =

(a+b)(C+d)(a+b)(b+d)

Kriteria pengujian : H1 diterima jika nilai X hitung X tabel dan H0 diterima jika nilai X hitung X tabel, pada taraf kepercayaan 95%( = 0,05).

Analisis bivariat juga menggunakan Uji Odds Ratio (OR) untuk melihat besarnya risiko dan menguatnya variabel yang diteliti antara variabel bebas (engetahuan, sikap, sarana air bersih dan penyediaan jamban keluarga) dengan variabel terikat (Kejadian Gastroenteritis) karena Insidence Rate dari penyakit pada kelompok kasus maupun kontrol tidak dapat diukur (Candra, 1996). Dengan Rumus :

a x d

OR =

b x c

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kontingensi 2x2 berikut :

Tabel 2. Kontingensi 2x2 pada kasus GastroenteritisFaktor ResikoGastroenteritisKasus KontrolTotal

Positif

Negatif

Total a b

c d

a+c b+da+b

c+d

a + b + c + d

Keterangan :

a:Jumlah kasus dengan risiko Positif ( + )

b:Jumlah kontrol dengan risiko Positif ( + )

c:Jumlah kasus dengan risiko Negatif ( - )

d:Jumlah kontrol dengan risiko Negatif ( - )Hubungan dikatakan bermakna apabila Lower Limit dan Upper Limit tidak mencakup nilai 1 (Ho) ditolak.

Lower Limit : OR x e-

Upper Limit : OR x e

Estimasi koefisien Interval (CI) ditetapkan pada tingakt kepercayaan 95% dengan Interpretasi OR :

Bila OR = 1, artinya tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian Gastroenteritis (bukan merupakan faktor resiko)

Bila OR < 1, artinya ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian GastroenteritisBila OR > 1, artinya ada hubungan positif antara faktor risiko dengan kejadian Gastroenteritis (merupakan faktor resiko) (Multono, 2000).

3. Penyajian Data

Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Poasia merupakan puskesmas plus yang melayani rawat jalan dan rawat inap yang berkedudukan di Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari. Wilayah Kerja Puskesmas Poasia meliputi 4 kelurahan yaitu : Kelurahan Anggoeya, Kelurahan Anduonohu, Kelurahan Rahandouna, dan Kelurahan Matabubu. Jumlah posyandu sebanyak 14 posyandu yang tersebar dalam 4 kelurahan, dengan batas batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kambu.

2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia pada Tahun 2008 adalah 17.949 jiwa, yang terdiri dari 10.106 jiwa laki-laki dan 7.843 jiwa perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 5.638 KK. Jumlah penduduk tersebut terdistribusi di 4 (empat) kelurahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Penduduk pada Masing-Masing Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

NoKelurahanJumlah Pddk (Jiwa)Persentase (%)Jmlh KKPersentase (%)

1.Anduonohu6.27335,01.86533,1

2.Rahandouna7.52842,02.34241,5

3.Anggoeya3.14917,587415,5

4.Matabubu9995,55579,9

Jumlah17,9491005.638100

Sumber : Profil Puskesmas Poasia, 2008Penduduk per kelurahan adalah semua orang yang berdomisili dalam suatu kelurahan tertentu selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap (Rush,2001).

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 4 Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia penduduk terbanyak di Kelurahan Rahandouna yaitu berjumlah 7.528 orang (42,0%) dengan jumlah KK 2.342 (41,5%). Dengan demikian sangatlah beralasan jika Puskesmas Poasia tersebut di tempatkan di Kelurahan Rahandouna. Selanjutnya Kelurahan Anduonohu berjumlah 6.273 (35,0%) dengan jumlah KK 1.865 (33,1%), Kelurahan Anggoeya berjumlah 3.149 (17,5%) dengan jumlah KK 874 (15,5%) dan yang paling terendah penduduknya adalah Kelurahan Matabubu yakni hanya 999 jiwa (5,5%) dengan jumlah KK 557 (9,9%).

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Poasia di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia sebagian besar tidak tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) (Profil Puskesmas Poasia,2008).4. Keadaan Sosial Ekonomi

Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan, petani, buruh harian, dan pegawai negeri sipil/TNI/Polri, yang secara umum tingkat pendapatannya atau penghasilan rata-ratanya masih sangat rendah (Profil Puskesmas Poasia, 2008).5. Sumberdaya Puskesmas

a. Sarana Pelayanan Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Poasia dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 3. Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia

NoJenis Sarana PelayananJumlah Sarana

1Puskesmas Induk1

2.Pustu2

3.Rumah Dinas2

Sumber : Profil puskesmas Poasia Tahun 2008Tabel 3 menunjukkan bahwa sarana pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008 memiliki 1 puskesmas induk, 2 puskesmas pembantu (Pustu) dan 2 rumah dinas.b. Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan adalah jumlah orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Philip,2003).

Tenaga kesehatan di Puskesmas Poasia dapat dilihat pada tabel di bawah :Tabel 4. Tenaga Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia

NoJenis TenagaJumlah Tenaga

1. Dokter Umum4

2.Dokter Gigi2

3.Bidan17

4.Perawat31

5.Perawat Gigi2

6.Petugas Sanitasi5

7.Petugas Gizi6

8.Asisten Apoteker2

9.Petugas Laboratorium1

10.Pengelola Gudang Obat1

11.Petugas Administrasi3

12. Pengemudi1

13. Cleaning Service2

Sumber : Profil Puskesmas Poasia Tahun 2008Tabel 4 menunjukkan bahwa dengan melihat sarana dan prasarana diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah dan jenis yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan puskesmas hampir terpenuhi.

B. Hasil dan Pembahasan1. Karakteristik Umum Responden

a. Karakteristik Responden Menurut Kelurahan

Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat (Rush, 2001).

Jumlah dan persentase responden menurut kelurahan dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 5.Distribusi Responden Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

NoKelurahanJumlahPersentase (%)

1.Anduonohu8248,8

2.Rahandouna5130,3

3.Anggoeya2816,7

4.Matabubu74,2

Jumlah168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak yaitu pada Kelurahan Anduonohu yaitu dengan jumlah 82 orang (48,8%) dan yang terendah adalah di Kelurahan Matabubu dengan jumlah 7 orang (4,2%).

6. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah kata yang umumnya digunakan untuk membedakan seks seseorang (laki-laki atau perempuan) (Rush, 2001).

Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 6.Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Jenis KelaminJumlahPersentasi (%)

Laki-laki9657,1

Perempuan7242,9

Jumlah168100

Sumber : Data Primer, 2009 Tabel 6 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin resonden, yang paling banyak yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 96 orang (57,1%) sedangkan yang terendah adalah jenis kelamin perempuan dengan jumlah 72 orang (42,9%).7. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu makhluk, baik yang hidup maupun yang mati, yang diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Philip, 2003).

Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 7.Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

NoKelompok Umur (Tahun)JumlahPersentasi (%)

1.20-304124,4

2.31-409958,9

3.41-502816,7

Jumlah168100

Sumber : Data Primer, 2009 Tabel 7 menunjukkan bahwa kelompok umur responden bervariasi mulai dari kelompok umur 20-30 tahun sampai dengan kelompok umur 41-50 tahun. Sebagian besar responden berada pada kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 99 orang (58,9%) sedangkan terendah adalah kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 28 orang (16,7%).

8. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Rush, 2001). Pendidikan terakhir yang dimaksud yaitu pendidikan yang terakhir diraih oleh responden.

Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah :Tabel 8.Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

NoPendidikanJumlahPersentasi (%)

1.SLTP1710,1

2.SLTA6840,5

3.Diploma4023,8

4.PT4325,6

Jumlah168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden bervariasi mulai dari SLTP sampai dengan PT. Sebagian besar responden atau sebanyak 68 orang (40,5%) memiliki tingkat pendidikan SLTA sedangkan yang terendah yaitu SLTP dengan jumlah 17 orang (10,1%).

9. Karakteristik Responden Menurut Umur Anak

Umur anak adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir yang berusia 1-14 tahun (Karasaputra, 1991).

Jumlah dan persentase responden menurut umur anak dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 9.Distribusi Responden Menurut Umur Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Kelompok umur anakJumlahPersentasi (%)

1-5 tahun11669,1

6-10 tahun3420,2

11-14 tahun1810,7

Jumlah168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 9 menunjukkan bahwa kelompok umur anak yang paling banyak terdapat yaitu pada kelompok umur 1-5 tahun sebanyak 116 orang (69,1%) sedangkan yang terendah adalah kelompok umur 11-14 tahun sebanyak 18 orang (10,7%).

10. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Anak

Jenis kelamin adalah kata yang umumnya digunakan untuk membedakan seks seseorang (laki-laki atau perempuan) (Rush, 2001).

Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin anak dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Anak di WilayahKerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Jenis KelaminJumlahPersentasi (%)

Laki-laki8248,8

Perempuan8651,2

Jumlah168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 10 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, anak yang paling banyak yaitu anak perempuan sebanyak 86 orang (51,2%) sedangkan yang terendah adalah anak laki-laki dengan jumlah 82 orang (48,8%).

2. Analisis Univariat

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah seeorang melakukan pengindraan terhadap suatu tertentu baik melalui indra pengihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yaitu menanyakan tentang isi materi yang dapat diukur dari subjek penelitian atau responden.

Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 11.Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

PengetahuanJumlahPersentase (%)

Kurang9456,0

Cukup7444,0

Jumlah168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 94 responden (56,0%) sedangkan yang mempunyai pengetahuan cukup sebayak 74 responden (44,0%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden sebagian besar kurang, sehingga akan terjadi penyakit Gastroenteritis lebih besar karena pengetahuan optimal respon dapat berdampak pada terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang.

b. Sikap

Sikap adalah pemberi penilaian dalam hal menolak atau menerima terhadap suatu obyek yang dihadapi (Sumadi, 1986). Lebih lanjut, Saifuddin (1995) menyatakan sikap merupakan perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.Distribusi responden berdasarkan sikap di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 12.Distribusi Responden berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota KendariSikapJumlahPersentase (%)

Kurang5633,3

Cukup11266,7

Jumlah168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang diteliti yang mempunyai sikap cukup sebanyak 112 responden (66,7%) sedangkan yang mempunyai sikap kurang sebayak 56 responden (33,3%). Hal ini menunjukkan bahwa masih ada responden yang mempunyai sikap yang kurang mendukung terhadap upaya pencegahan penanggulangan penyakit Gastroenteritis.c. Sumber Air Bersih

Air adalah salah satu kebutuhan pokok manusia dan mahkluk hidup lainnya. Kegunaan air selain dapat memberikan manfaat juga dapat memberiakn pengaruh buruk terhadap kesehatan. Air yang tidak memenuhi syarat kesehatan sangat baik bagi penularan penyakit (Azwar, 1990). Air merupakan unsur yang sangat berperan dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik itu untuk keperluan rumah tangga, industri dan untuk perkotaan.Distribusi responden berdasarkan tingkat sumber air bersih di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 13.Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Sumber Air BersihJumlahPersentase (%)

Memenuhi Syarat8953,0

Tidak Memenuhi Syarat7947,0

Jumlah168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang diteliti yang mempunyai sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 89 responden (53,0%) sedangkan yang mempunyai sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 79 responden (47,0%). d. Jamban Keluarga

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia, sedangkan yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feses), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia yang dimaksudkan adalah tempat pembuangan tinja dan urine yang pada umumnya disebut jamban atau kakus (Notoatmodjo, 2003).

Distribusi responden berdasarkan jamban keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 14.Distribusi Responden berdasarkan Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Jamban KeluargaJumlahPersentase (%)

Tidak Memenuhi Syarat6639,3

Memenuhi Syarat10260,7

Jumlah168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang diteliti mempunyai jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 66 responden (39,3%) sedangkan yang memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat sebanyak 102 responden (60,7%).

3. Analisis Bivariat Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritisa. Risiko Pengetahuan Terhadap Kejadian Penyakit GastroenteritisAnalisis faktor risiko pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 15.Analisis Faktor Risiko Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

PengetahuanPenyakit GastroenteritisTotalORCI

Kasus Kontrol

n%n%N%

Kurang5565,53946,49456,02,188Lower Limit = 1,176

Upper Limit = 4,074

Cukup2934,54553,67444,0

Jumlah8410084100168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah responden pada kelompok kasus dengan pengetahuan yang kurang sebanyak 55 responden (65,5%) dan pada kontrol sebanyak 39 responden (46,4%) sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan yang cukup sebanyak 29 responden (34,5%) pada kelompok kasus, dan pada kelompok kontrol sebanyak 45 responden ( 53,6%).Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 6,183 dan nilai p = 0,020 (lampiran 3) karena nilai p < (0,05). Interpretasinya adalah ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kejadian Gastroenteritis di di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008. Hasil uji statistik dengan Odds Ratio (OR) sebesar 2,188, berarti bahwa pengetahuan yang kurang berpeluang 2,188 kali menderita Gastroenteritis dibanding responden berpengetahuan cukup. Hal ini didukung pula dengan tingkat pendidikan responden yang rata-rata hanya tamatan SLTA.

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan hasil dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan masyarakat juga memegang peranan penting dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap peningkatan kejadian Gastroenteritis dengan berbagai faktor yang berhubungan dengan Gastroenteritis maupun tentang system atau mekanisme penularan Gastroenteritis.

Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu atau sesuatu yang dipelajari melalui pengetahuan ini dapat berubah perilaku masyarakat dibidang kesehatan sehingga berperan dalam perubahan sikap yang pada akhirnya merupakan predisposisi bentuk perubahan. Begitu pula dengan tingkat pengetahuan keluarga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan anak, apabila tingkat pengetahuan keluarga cukup sedapat mungkin melakukan upaya pencegahan gangguan kesehatan dan mewaspadai jika gangguan timbul. Jika pengetahuan keluarga itu rendah, maka tidak ada upaya pencegahan kesehatan yang akan dilakukan pada anaknya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yaitu menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Masyarakat umumnya belum menyadari sepenuhnya tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan melalui pencegahan, masyarakat akan memperhatikan masalah kesehatan ketika sudah dihinggapi atau menderita suatu penyakit, padahal masalah kesehatan bukan hanya terletak pada pengobatan. Pengobatan hanyalah salah satu aspek yang ditempuh untuk meningkatkan kesehatan. Masih ada aspek lainnya yang lebih penting diantaranya aspek preventif dan aspek promotif seperti yang terlah dikemukakan di atas.

Hasil penelitian pada Tabel 11 menunjukkan bahwa kondisi pengetahuan yang rendah sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan responden dimana responden dari kasus Gastroenteritis yang berpengetahuan kurang sebanyak 94 (56,0%) dan selebihnya yang memiliki pengetahuan cukup 74 (44,0%).

Responden kurang mengetahui atau kurang paham tentang masalah Gastroenteritis atau tindakan apa yang harus dilakukan agar tidak terkena penyakit Gastroenteritis atau terhindar dari penyakit Gastroenteritis, namun ada juga responden yang pengetahuannya cukup tetapi perilaku yang sudah terbiasa dengan perilaku buruk yang susah diubah. Disamping itu ada asumsi responden bahwa anak-anak yang mulai tumbuh gigi akan sering menderita penyakit infeksi khususnya Gastroenteritis.

Kebiasaan buruk responden berkunjung ke dokter atau tenaga kesehatan lain apabila kondisi anak sudah kronis. Mengenai tanggapan responden tentang makanan dan minuman yang disajikan harus ditutup, umumnya sudah dipahami namun kurang dilaksanakan. Kondisi ini disebabkan karena faktor kebiasaan yang disebabkan kurangnya pengetahuan responden tentang akibat dan dampak yang ditimbulkan oleh kebiasaan buruk.

Menurut hasil penelitian Nurjannah (2000), bahwa ada hubungan antara pengetahuan terhadap kejadin Gastroenteritis, hal ini disebabkan karena dengan memiliki pengetahuan kurang seseorang tidaklah mampu atau memecahkan atau menuliskan dalam bentuk kata-kata ataupun maksud yang sebenarnya tentang penyakit Gastroenteritis dengan demikian seseorang akan mampu melakukan sesuatu yang dianggap baik dan berguna bila memiliki pengetahuan yang cukup bahkan dengan pengetahuan pula akan membuat seseorang lebih mudah melihat cara dan kesempatan atau meningkatkan taraf hidupnya (http://www.infeksi.com/articles.php?Ing=in&pg=15&id=4 diakses pada tanggal 15/3/09). Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan akan membuat seseorang lebih melihat cara dan kesempatan untuk meningkatkan derajat hidup. Seserang akan mampu melakukan sesuatu yang dianggap baik bila memiliki pengetahuan cukup. Berarti bila seseorang mempunyai pengetahuan cukup tentang Gastroenteritis akan lebih mampu melakukan usaha pencegahan dari penyakit sehingga keluarga dan anggotanya bias terhindar dari berbagai penyakit.

b. Risiko Sikap Terhadap Kejadian Penyakit GastroenteritisAnalisis faktor risiko sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 16.Analisis Faktor Risiko Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota KendariSikapPenyakit GastroenteritisTotalORCI

Kasus Kontrol

n%n%N%

Kurang2631,03035,75633,00,807Lower Limit = 0,424

Upper Limit = 1,535

Cukup5869,05464,311266,7

Jumlah8410084100168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 16 menunjukkan bahwa sikap yang kurang pada kelompok kasus sebanyak 26 responden (31,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 30 responden (35,7%) sedangkan sikap yang cukup pada kelompok kasus sebanyak 58 responden (69,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 54 responden (64,3%).Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 0,429 dan nilai p = 0,623 (lampiran 3), karena nilai p > (0,05) dan nilai OR = 0,807 maka yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko sikap dengan kejadian Gastroenteritis di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.

Sikap adalah pemberi penilaian dalam hal menolak atau menerima terhadap suatu obyek yang dihadapi (Sumadi, 1986). Lebih lanjut, Saifuddin (1995) menyatakan sikap merupakan perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.

Sikap seseorang adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku sesorang, sikap positif seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap yang negatif terhadap kesehatan hampir pasti berdampak negatif pada perilakunya

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap ini tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Niven, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 168 responden yang memilki sikap yang cukup sebanyak 112 (66,7%) sedangkan yang mempunyai sikap kurang sebesar 56 (33,3%).Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa banyaknya responden yang memiliki sikap cukup di wilayah penelitian ini disebabkan karena rata-rata responden memiliki sikap mau menerima informasi yang diberikan, tetapi hal tersebut harus didukung dengan pengetahuan yang cukup pula yang diberikan oleh para petugas kesehatan. Karena antara sikap dan pengetahuan saling mendukungc. Risiko Sumber Air Bersih Terhadap Kejadian Penyakit GastroenteritisAnalisis faktor risiko air bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 17.Analisis Faktor Risiko Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Sumber Air BersihPenyakit GastroenteritisTotalORCI

Kasus Kontrol

n%n%N%

TMS4756,03238,17947,02,064Lower Limit = 1,115

Upper Limit = 3,822

MS3744,05261,98953,0

Jumlah8410084100168100

Sumber : Data Primer, 2009 Tabel 17 menunjukkan bahwa jumlah responden pada kelompok kasus yang mempunyai sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar 47 responden (56,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 32 responden (38,1%), sedangkan responden yang memiliki sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan pada kelompok kasus sebesar 37 responden (44,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 52 responden (61,9%).Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 5,376 dan nilai p = 0,030 (lampiran 3) karena nilai p < (0,05), interpreasinya adalah ada hubungan bermakna antara sumber air bersih dengan kejadian Gastroentereitis di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008. Hasil uji statistik dengan Odds Ratio (OR) terhadap sumber air bersih diperoleh nilai sebesar 2,064 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor risiko sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dengan kejadian Gastroenteritis berpeluang 2,064 kali lebih besar risiko untuk terjadinya penyakit Gastroenteritis. Hal ini disebabkan karena sumber air bersih yang mereka gunakan (sumur gali) yang sebagian besar kondisi sumur gali tidak terlalu terawat dan kurang diperhatikan kebersihannya serta pemanfaatannya yang kemungkinan besar berpengaruh bagi yang mengkonsumsinya.

Sumber air bersih adalah tersedianya air bersih yang memenuhi syarat kesehatan secara fisik, yaitu tidak berwarna, tdak berbau, dan tidak berasa serta disimpan dalam wadah khusus yang memenuhi syarat kesehatan, tertutup rapat yang digunakan oleh responden bersama anggota keluarganya dalam kehidupan sehari-hari (Azwar, 1990).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 168 responden yang memilki sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan 89 (53,0%) sedangkan yang mempunyai sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan 79 (47%).

Mengenai sumber air bersih yang digunakan sehari-hari umumnya kondisi air yang belum memenuhi syarat kesehatan dari segi fisik sarana tersebut sudah tidak memenuhi syarat kesehatan, berarti secara langsung air yang digunakan kurang layak dikonsumsi. Tetapi ada sebagian kecil masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari yang menggunakan sarana PDAM dan air isi ulang yang hanya khusus untuk dikonsumsi. kemudian pada saluran pembuangan air yang terdapat pada sumber air bersih tidak kedap air hal ini memungkinkan akan terjadi resapan oleh air buangan yang kemudian akan masuk atau merembes ke dalam sumber air bersih yang digunakan.

Mengenai bibir sumur sudah baik hanya saja pada lantai sumur kondisinya sudah retak-retak dan kebanyakan tidak di semen yang memungkinkan terjadinya rembesan yang bias mencemari sumber air yang digunakan. Kemudian mengenai lubang peresapan juga sudah cukup baik dari segi jarak namun masih perlu diberi penutup agar serangga terutama nyamuk dan serangga lainnya tidak dapat bersarang dan berkembang biak yang dapat menimbulkan bibit penyakit.

Hal yang demikian ikut memperbesar risiko untuk terjadinya penyakit menular khususnya penyakit Gastroenteritis di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

Kondisi sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat tentunya tidak terlepas dari pengetahuan dan sikap dari pemilik sarana tersebut (responden). Apabila pengetahuan dan sikap seseorang itu baik maka cenderung untuk selalu berbuat yang terbaik terhadap sarana air bersih yang ikut diketahuinya yang dapat mempengaruhi status atau kondisi kesehatan dirinya maupun orang lain.

Hasil analisis data yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sumber air bersih dengan kejadian Gastroenteritis memberikan petunjuk perlunya masyarakat dan instansi terkait berupaya untuk meningkatkan sumber air bersih. Hal ini terutama ditunjang bagi masyarakat yang selama ini mengkonsumsi air yang memenuhi syarat kesehatan.

Hasil penelitian Taufik (2006) di Desa Ranomentaa Kecamatam Watubangga Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sampel sumber air bersih dengan kejadian Gastroenteritis, dengan risiko 6,3 kali lebih besar terjadinya penyakit Gastroenteritis pada sampel sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

d. Risiko Jamban Keluarga Terhadap Kejadian Penyakit GastroenteritisAnalisis faktor risiko jamban keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 18. Analisis Faktor Risiko Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Jamban KeluargaPenyakit GastroenteritisTotalORCI

Kasus Kontrol

n%n%N%

TMS4654,82023,86639,33,874Lower Limit = 2,000

Upper Limit = 7,501

MS3845,26476,210260,7

Jumlah8410084100168100

Sumber : Data Primer, 2009Tabel 18 menunjukkan bahwa jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan pada kelompok kasus sebanyak 46 responden (54,8%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 20 responden (23,8%) sedangkan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan pada kelompok kasus sebanyak 38 responden (45,2%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 64 responden (76,2%)Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 16,870 dan nilai p = 0,000 (lampiran 3) karena nilai p < (0,05), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa ada terdapat hubungan antara jamban keluarga dengan kejadian Gastroenteritis di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Dengan OR sebesar 3,874 yang artinya penderita yang memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko mengalami penyakit Gastroenteritis sebesar 3,874 kali disbanding dengan yang memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan.

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau WC. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menyebabkan kontaminasi pada air tanah. Tinja dalah bahan buangan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia, sedangkan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus segera dukeluarkan dari dalam tubuh yang berbentuk tinja (feses), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil proses pernapasan. Tempat pembuangan tinja dan air seni pada umumya disebut jamban (Notoatmodjo, 2002).

Dari hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa banyaknya responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak memnuhi syarat diwilayah penelitian. Ini disebabkan karena rata-rata responden memiliki jamban tidak dilengkapi dengan penutup dan mempunyai lubang penampun gan yang jaraknya minimal 10 meter dari sumber air bersih yang digunakan oleh responden.

Untuk menentukan sarana jamban responden yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat dilakukan observasi langsung ke tempat jamban keluarga respinden dengan berpatokan pada criteria objektif sebelumnya yaitu dikatakan jamban keluarga yang memenuhi syarat jika jamban digunakan oleh responden tertutupi, lantai dan klosed selalu dalam keadaan bersih dan jarak lubang penampungan tinja/kotoran jamban minimal 10 meter dari sumber air bersih.

Pada kelompok kasus juga terdapat responden yang memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat yaitu 38 (45,2%) responden. Responden tersebut memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan namun masih menderita Gastroenteritis. Hal ini diduga disebabkan karena jamban keluarga bukan merupakan satu-satunya faktor responden terhindar dari kejadian penyakit Gastroenteritis, tetapi ada faktor lain seperti : pengetahuan, dan sarana air bersih.

Dalam penleitian ini juga ditemukan hasil bahwa pada kelompok kontrol terdapat responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 20 (23,8%). Responden tersebut memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan tetapi tidak menderita penyakit Gastroenteritis.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mansjoer (2000), bahwa sarana jamban keluarga merupakan variable yang berhubungan dan merupakan fakto risiko kejadian penyakit Gastroenteritis di wilayah penelitian tersebut.

V. PENUTUPA. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan berhubungan dan merupakan faktor risiko kejadian Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008, dengan risiko sebesar 2,188 kali lebih besar terjadinya penyakit Gastroenteritis pada responden yang berpengetahuan kurang dibandingkan dengan responden berpengetahuan cukup.

2. Sikap tidak berhubungan dan bukan merupakan faktor risiko kejadian Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008.

3. Sumber air bersih berhubungan dan merupakan faktor risiko kejadian Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008, dengan risiko sebesar 2,064 kali lebih besar terjadinya penyakit Gastroenteritis pada responden yang memiliki sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dibandingkan dengan responden yang memiliki sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.

4. Jamban keluarga berhubungan dan merupakan faktor risiko kejadian Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008, dengan risiko sebesar 3,874 kali lebih besar terjadinya penyakit Gastroenteritis pada responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. B. Saran

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, sebagai saran adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada unit pelayanan kesehatan setempat untuk lebih dapat mengefektifkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat, agar masyarakat bias mengerti dan memahami (mengetahui), apa manfaat yang ditimbulkan apabila berperilaku baik dan apa akibat yang ditimbulkan apabila berperilaku buruk sehingga masyarakat bias melihat dan membandingkan dampak dari berperilaku baik dan buruk tersebut.

2. Bagi masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia khususnya yang memiliki sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan yang berasal dari sumur gali, agar dapat melakukan upaya perbaikan/perubahan sehingga sumber air bersih tersebut dapat memenuhi syarat kesehatan dan layak untuk digunakan/dikonsumsi. Untuk pencapaian ini perlu adanya kerjasama yang erat antara petugas kesehatan dengan masyarakat setempat, serta sektor terkait terutama Dinas Pekerjaan Umum (PU).

3. Bagi masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia khususnya yang memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan agar dapat melakukan upaya perbaikan/perubahan sehingga jamban keluarga tersebut dapat memenuhi syarat kesehatan dan layak untuk digunakan dan tidak menemari lingkungan sekitar. Untuk pencapaian ini perlu adanya kerjasama yang erat antara petugas kesehatan dengan masyarakat setempat.

4. Bagi pemerintah daerah pencapaian ini perlu adanya kerjasama yang erat antara petugas kesehatan dengan masyarakat setempat agar program perbaikan lingkungan perumahan sehat yang ada diprioritaskan kepada kelompok masyarakat yang memiliki sumber air bersih yang tidak memnuhi syarat kesehatan, pengetahuan yang kurang, jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk mengurangi risiko kejadian Gastroenteritis dan penyakit menular lainnya. DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, S., 2008, Tinjauan Perilaku Terhadap Penatalaksanaan Gastroenteritis Pada Anak, Poltekkes, Kendari

Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Azwar, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Saifuddin ,A., 1995, Sikap Manusia, Pustaka Belajar, Bandung.

Brunner and Suddart, 2002, Keperawatan Medical Bedah Vol 2, EGC, Jakarta.

Chandra, B., 1995, Pengantar Statistik Kesehatan, EGC, Jakarta.

Djabu, 2000, Pedoman Pembuangan Tinja dan Air Limbah, Institusi Pendidikan Sanitasi Kesling, Pusdiknakes, Jakarta.

Dinkes Kota Kendari, 2008, Profil Dinkes Kota Kendari, Dinkes Kota Kendari. Kendari.

Dinkes Propinsi Sultra, 2007, Profil Dinkes Propinsi Sulawesi Tenggara, Dinkes Sultra, Kendari.

Depkes RI, 2001, Indonesia Sehat 2010, Jakarta.Depkes, 2001, Buku Indonesia Sehat 2010, Depkes Jakarta.

Depkes, 2008, Profil Puskesmas Poasia, Kota Kendari, Sultra.

Hasyim, M., 2000, Penyediaan Air Bersih Jurusan Kesehatan Lingkungan, FKM Universitas Hasanuddin, Makassar.

Istiarti, 2000, Menanti Buah Hati Kaitan Antara Kemiskinan Dan Kesehatan, Yayasan Adikarya IKAPI, Yogyakarta.Karasaputra, H., 1991, PanduanPerawatan Anak, Bharata, Jakarta.Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta.

Menkes RI, No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang kondisi sarana air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, Jakarta.

Multono, 2000, Modul Penelitian Kasus Kontrol, Akademi Gizi Kendari, Kendari.Naziruddin, 1999, Gastroenterologi Hepatologi, Sagung Seto, Jakarta.

Niven, 2000, Psikologi, UGM, Yogyakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Ngatimin, 1999, Promosi Peningkatan Mutu Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Noor, 1997, Dasar Epidemiologi, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S., 1997, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

-Notoatmodjo.S., 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Philip, 2003, Administrasi Pembangunan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, JakartaRush, M., 2001, Pengantar Demografi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Rusmi, WT., 1999, Ilmu Perilaku, CV. Sagung Seto, Jakarta.Soegijanto, 2002, Ilmu Penyakit Anak, diagnosa dan Penatalaksanaannya, Salemba Medika, Jakarta.

Sudoyo, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.

Sugiono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan R n B, Affabcta, Bandung.Sumadi, 1986, Ilmu Perilaku, CV. Agung Jaya, Jakarta.Suryabrata, 1986, Psikologi Kepribadian, UGM, Yogyakarta.

Suryadi, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, PT. Fajar Interpratama, Jakarta.

Syaifuddin, 2000, Buku Acuan Nasional : Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Taufik, 2006, Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Di Desa Ranomeeto Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006, FKM Universitas Hasanuddin, Makassarhttp://www.infeksi.com/articles.php?Ing=in&pg=15&id=4 diakses pada tanggal 15/03/09.FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT GASTROENTERITIS PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI TAHUN 2008

OLEH

NURTIKARYANI

FID2 04 015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor risiko (pengetahuan, sikap, sumber air bersih dan jamban keluarga) yang mempengaruhi kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik dengan rancangan Case Kontrol Study untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko yang diteliti dengan kejadian penyakit Gastroenteritis. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 168 sampel yang terdiri dari 68 kasus dan 68 kontrol dengan matching berdasarkan umur dan jenis kelamin. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap, sumber air bersih dan jamban keluarga dan variable terikat yaitu penyakit Gastroenteritis. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan ada risiko yang signifikan antara pengetahuan dengan Lower Limit = 1,176, Upper Limit = 4,074 dan nilai OR = 2,188, sumber air bersih dengan Lower Limit = 1,115, Upper Limit = 3,822 dan nilai OR = 2,064 dan jamban keluarga dengan Lower Limit = 2,000,Upper Limit = 7,501 dan nilai OR = 3,874 dengan kejadian penyakit Gastroenteritis. Dari hasil analisis penelitian diperoleh gambaran bahwa pengetahuan yang kurang, sumber air bersih dan jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat beresiko terhadap kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008. Sedangkan sikap tidak beresiko terhadap kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2008.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Sumber Air Bersih, Jamban Keluarga, Kejadian Penyakit Gastroenteritis

CASE RISK FACTOR OF GASTROENTERITIS DESEASE AT CHIDREN IN OFFICIAL AREA OF PUSKESMAS POASIA KENDARI CITY IN THE YEAR 2008

By

NURTIKARYANI

F1D2 04015

ABSTRACT

This research aimed to study risk factors ( Knowledge, attitude, source of clean water an family toilet) that influenced gastroenteritis disease at children case in official area of Puskesmas Poasia Kendari City. Type of research used was analytic survey with Case Control Study Design to know how much risk factor studied through gastroenteritis disease case. Samples in the research much as 168 samples that consisted of 68 cases and 68 kontrols through matching according to age and sex. Research variables consisted of independent variables namely knowledge, attitude, source of clean water and family toilet, while dependent variable namely gastroenteritis disease.Accoding to result of research which was obtained at truth level 95% showed that t