HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN -...

42
51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Fisik Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kecamatan Tanjungsari Kecamatan Tanjungsari termasuk kedalam salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Adapun batasan-batasan administratif Kecamatan Tanjungsari adalah sebagai berikut : - Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rancakalong dan Kecamatan Pamulihan. - Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cimanggung dan Kecamatan Jatinangor. - Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Jatinangor. - Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pamulihan dan Cimanggung. Secara topografi, bentang wilayah Kecamatan Tanjungsari adalah berbukit, dengan ketinggian tempat terendah 500 meter dan tertinggi 2.000 meter di atas permukaan laut (dpl). 4.1.2 Keadaan Lahan Pertanian dan Jenis Penggunaannya Kecamatan Tanjungsari memiliki luas lahan pertanian 2.243.34 hektar (Ha). Luas lahan ini digunakan untuk pekarangan, tegal/kebun, ladang/huma, padang rumput, kolam, hutan Rakyat, hutan Negara dan perkebunan.

Transcript of HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN -...

Page 1: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Fisik Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Kecamatan Tanjungsari

Kecamatan Tanjungsari termasuk kedalam salah satu kecamatan di

Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Adapun batasan-batasan administratif

Kecamatan Tanjungsari adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rancakalong dan Kecamatan

Pamulihan.

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cimanggung dan Kecamatan

Jatinangor.

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sukasari dan Kecamatan

Jatinangor.

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pamulihan dan Cimanggung.

Secara topografi, bentang wilayah Kecamatan Tanjungsari adalah

berbukit, dengan ketinggian tempat terendah 500 meter dan tertinggi 2.000 meter

di atas permukaan laut (dpl).

4.1.2 Keadaan Lahan Pertanian dan Jenis Penggunaannya

Kecamatan Tanjungsari memiliki luas lahan pertanian 2.243.34 hektar

(Ha). Luas lahan ini digunakan untuk pekarangan, tegal/kebun, ladang/huma,

padang rumput, kolam, hutan Rakyat, hutan Negara dan perkebunan.

Page 2: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

52

Berikut tabel mengenai keadaan lahan pertanian berdasarkan jenis

penggunaannya :

Tabel 7. Keadaan Lahan Pertanian Kecamatan Tanjungsari Berdasarkan Jenis

Penggunaannya

No.Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1. Pekarangan 317.682. Tegal / kebun 849.053. Ladang / huma 141.244. Padang rumput 43.465. Kolam 8.856. Hutan Rakyat 45.377. Hutan Negara 1.100748. Perkebunan 68.58

Jumlah 2.243.34Sumber : Profil Kecamatan Tanjungsari 2011

4.2 Keadaan Umum Usaha Hasil Tembakau Mole

4.2.1 Letak Fisik Usaha Hasil Tembakau Mole

Usaha hasil tembakau mole merupakan usaha yang tersebar di beberapa

desa di Kecamatan Tanjungsari, seperti Desa Tanjungsari, Desa Pasigaran, Desa

Kadakajaya, Desa Jatisari, dan Desa Margajaya. Letak fisik usaha hasil tembakau

mole ini didukung oleh letak sumber produksi yang mudah dijangkau oleh para

pengusaha karena sumber produksi hasil tembakau mole terdapat di Kecamatan

Tanjungsari dan Kecamatan Sukasari. Selain itu Kecamatan Tanjungsari juga

memiliki pusat pemasaran tembakau yang dinamakan dengan pusat agrobisnis

tembakau Jawa Barat.

Page 3: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

53

4.3 Keragaan Usaha Hasil Tembakau

4.3.1 Proses Pengadaan Faktor Produksi

Menurut Gumbira Sa’id (2001), produksi agribisnis dapat diartikan

sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk

agribisnis produk usaha pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan ataupun hasil

olahan dari produk-produk tersebut. Adapun yang dimaksud dari faktor-faktor

produksi antara lain modal, tenaga kerja, bahan baku, bahan penunjang serta

bangunan dan peralatan.

A. Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam produksi hasil tembakau iris mole, yaitu

berupa tembakau dan obat perasa/aroma.

a. Tembakau

Umumnya bahan baku tembakau yang dipergunakan adalah 20 % tembakau

lokal atau tembakau mole Sumedang dan 80 % tembakau dari luar daerah

Sumedang biasanya para pengusaha menyebutnya tembakau jawa. Bahan baku

tembakau yang didapatkan oleh pengusaha didapatkan di Pasar tembakau/pusat

agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari, terjalin

hubungan baik antara penjual hasil tembakau dengan pengusaha sehingga pada

pembelian hasil tembakau berikutnya hanya melalui pemesanan melalui telepon

yang kemudian dikirim langsung ke pabrik pengusaha tersebut. Harga bahan

bakau hasil tembakau selama lima tahun terakhir terus naik baik tembakau lokal

maupun tembakau luar.

Page 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

54

Berikut data harga bahan baku tembakau selama lima tahun terahir yang

disajikan pada Tabel 8 .

Tabel 8 . Harga Bahan Baku Tembakau Tahun 2007-2011

TahunHarga

Tembakau Lokal (Rp) Tembakau Luar (Rp)2007 25.000 9.0002008 30.000 15.0002009 30.000 20.0002010 45.000 27.0002011 60.000 35.000

Sumber : Usaha Hasil Tembakau

Kenaikan harga bahan baku tembakau lokal dipicu oleh curah hujan yang

tinggi dan paling tinggi pada tahun 2010-2011, hal tersebut berkaitan karena

proses pengolahan daun tembakau hingga hasil rajangan tembakau memerlukan

sinar matahari yang cukup serta pada proses budidaya apabila terlalu banyak

terkena air hujan akan berakibat buruk pada hasil panen. Harga normal untuk

tembakau lokal yaitu berkisar antara Rp 25.000 – Rp 30.000.

Kenaikan harga bahan baku tembakau luar pada tahun 2008 diakibatkan

oleh kenaikan harga bahan bakar minyak, kenaikan harga dari Rp 9.000 menjadi

Rp 15.000 karena adanya biaya transportasi yang tinggi mengingat bahwa

tembakau ini berasal dari luar daerah Jawa Barat yaitu dari daerah Jawa Tengah.

Sementara itu cuaca juga sangat menentukan harga seperti halnya pada tembakau

lokal yang mengalami kenaikan harga akibat dari curah hujan yang tinggi. Harga

normal untuk tembakau luar ini berkisar antara Rp 15.000 – Rp 20.000.

Page 5: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

55

b. Obat Perasa/Aroma

Obat perasa/aroma yang digunakan oleh tiap pengusaha racikan aromanya

selalu berbeda dengan tujuan agar tiap pengusaha mempunyai ciri khas produk

masing-masing. Cara untuk mendapatkan bahan baku tersebut yaitu dengan

membelinya di toko-toko yang menjual obat-obatan seperti Kimia Farma. untuk

takaran obat perasa/aroma yang dicampurkan dengan tembakau yaitu 4 liter obat

perasa/aroma berbanding 1 kilo gram tembakau. Harga pembelian obat

perasa/aroma ini terus naik, berikut harga harga bahan baku obat perasa/aroma

selama lima tahun terakhir yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 . Harga Bahan Baku Obat Perasa/Aroma Tahun 2007-2011

TahunHarga

Obat perasa/aroma(Liter)

Obat perasa/aroma(4 Liter)

2007 Rp 120.000 Rp 480.0002008 Rp 125.000 Rp 500.0002009 Rp 132.000 Rp 528.0002010 Rp 140.000 Rp 560.0002011 Rp 150.000 Rp 600.000

Sumber : Usaha Hasil Tembakau

B. Pengadaan Bahan Penunjang

Bahan penunjang untuk produksi hasil tembakau yaitu kemasan, tiap

perusahaan memiliki kemasan yang berbeda nama produknya, kemasan tersebut

harus ditutup rapat sehingga membutuhkan selotip untuk menutupnya, dalam satu

gulung selotip dapat digunakan untuk 250 kemasan. Berikut data isi kemasan tiap

perusahaan, yang disajikan pada Tabel 10.

Page 6: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

56

Tabel 10 . Isi (gr) Kemasan Tembakau Mole Tiap Perusahaan

Nama perusahaan Isi kemasan (gr)A 65B 50 30 60 25C 30 55 60D 50 25 60 43

AX 40 60 40 85 100BX 100 120 60CX 50 80 65

Sumber : Usaha Hasil Tembakau

Harga bahan penunjang seperti kemasan, tiap tahun mengalami kenaikan

harga sama halnya dengan harga selotip yang terjadi kenaikan setiap tahun,

berikut data kenaikan harga kemasan selama lima tahun terakhir disajikan pada

lampiran 1, dan data kenaikan harga bahan penunjang selotip disajikan pada Tabel

11.

Tabel 11. Harga Bahan Penunjang Selotip Tahun 2007-2011

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011Harga Rp 2.000 Rp 2.200 Rp 2.400 Rp 2.600 Rp 2.800

Sumber: Usaha Hasil Tembakau

C. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam faktor produksi mengandung unsur fisik, pikiran,

serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja itu sendiri. Tenaga kerja sebagai

faktor produksi mengandung arti bahwa tenaga kerja tersebut merupakan

subsistem produksi, dalam pengertian apabila faktor tenaga kerja itu tidak ada,

maka produksi suatu barang/tanaman dan ternak tidak akan terjadi, atau sistem

produksi tersebut tidak berjalan (Abdul Rojak, 2005). Tenaga kerja yang

digunakan oleh para pengusaha hasil tembakau mole, berkisar antara 1-25 orang,

jumlah tenaga kerja di sesuaikan dengan banyaknya produksi.

Page 7: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

57

Produksi setiap pengusaha selalu berbeda jumlahnya bahkan setiap satu

perusahaan belum tentu jumlah produksinya sama dalam satu kali produksi.

Pengusaha hanya mematok harga untuk pekerja laki-laki Rp 50 dan untuk

perempuan Rp 38 untuk biaya satu bungkus hasil tembakau mole. Umumnya

pekerja memiliki patokan dalam satu hari kerja menghasilkan 500 bungkus untuk

laki-laki dan 400 bungkus untuk perempuan. Peran laki-laki yaitu memasukan

tembakau jawa kedalam mesin giling dan tembakau mole kedalam mesin pres

serta melakukan pengemasan, sedangkan perempuan berperan dalam pengemasan

saja. Biaya tenaga kerja tidak pernah naik dari tahun 2007 – 2011. Hal tersebut

dikarenakan biaya bahan baku terus naik sedangkan harga jual eceran tetap dari

tahun 2007-2011. Para pekerja memahami keadaaan tersebut maka dari itu para

pekerja tidak mempermasalahkan kenaikan upah.

D. Bangunan dan Peralatan

1. Bangunan

Bangunan merupakan sesuatu yang didirikan dan dapat digunakan untuk

berbagai aktivitas. Bangunan sebagai faktor produksi didefinisikan sebagai tempat

dimana aktivitas proses produksi dari suatu sistem produksi dilakukan. Sesuai

dengan PMK Nomor 200/PMK.04/2008, Perubahan ketentuan luas bangunan

yang dapat digunakan sebagai bangunan Pabrik hasil tembakau yang sebelumnya

paling sedikit 50 m2 menjadi paling sedikit 200 m2. Persyaratan yang diatur

dalam ketentuan baru (PP Nomor 72 Tahun 2008 jo. PMK 200/PMK.04/2008 ),

dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak peraturan tersebut diberlakukan (

paling lama tanggal 10 Desember 2011).

Page 8: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

58

Jika sampai batas waktu tersebut NPPBKC Pengusaha Pabrik hasil

tembakau tidak diperbaharui, maka NPPBKC-nya dicabut karena tidak memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan misalnya luas bangunan yang tidak memenuhi

syarat. Usaha hasil tembakau diharuskan memenuhi persyaratan yang berlaku

sesuai dengan Peraturan Mentri Keuangan (PMK), terdapat beberapa pengusaha

yang bisa mengikuti peraturan pemerintah, namun ada pula yang tidak mampu

untuk mengikuti peraturan pemerintah tersebut.

Terdapat empat pengusaha yang masih bisa bertahan mengikuti peraturan

pemerintah dan tiga pengusaha yang tidak mampu bertahan salah satu alasan para

pengusaha tersebut tidak dapat bertahan adalah mengenai luas bangunan paling

sedikit 200 m2. Berikut data para pengusaha yang masih bertahan (aktif) yang

mampu memenuhi syarat bangunan dengan luas minimal 200 m2 dan pengusaha

yang tidak dapat bertahan (tidak aktif) yang tidak mampu memenuhi syarat

bangunan dengan luas minimal 200 m2, yang disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Syarat Pemenuhan Luas Bangunan 50 m2 menjadi 200 m2 Tiap

Perusahaan Tahun 2007 -2011

TahunNama perusahaan

A B C D AX BX CX2007 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m22008 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m22009 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m22010 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m2 50 m22011 200 m2 200 m2 200 m2 200 m2 50 m2 50 m2 50 m2

Sumber: Usaha Hasil Tembakau

Bangunan yang digunakan tidak boleh berhubungan langsung dengan

tempat tinggal, dapat dilewati oleh jalan umum. Selain itu, pengusaha harus

menempelkan papan nama pada bangunan gedung.

Page 9: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

59

Identitas yang dicantumkan pada papan tersebut yaitu paling sedikit nama

perusahaan, alamat, dan NPPBKC dengan ukuran paling kecil 60 cm x 120 cm.

Biaya pembangunan dengan luas 50 m2 tahun 2007 ditaksir Rp 75.000.000

dengan perkiraan usia ekonomisnya 15 tahun. Biaya pembangunan dengan luas

200 m2 tahun 2011 ditaksir Rp 300.000.000 dengan perkiraan usia ekonomisnya

15 tahun.

2. Peralatan

Peralatan adalah kelengkapan yang digunakan untuk melakukan sesuatu dan

merupakan sarana penunjang yang sangat penting dalam proses produksi. Biaya

yang dikeluarkan untuk keseluruhan peralatan tersebut ditaksir sebesar Rp

3.540.000. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi hasil tembakau mole

tersaji pada Tabel 13.

Tabel 13. Jenis, Nilai Ekonomis dan Usia Ekonomis Peralatan Usaha Hasil

Tembakau

NoJenis Alat

Nilai Ekonomis(Rp)

Usia Ekonomis(Tahun)

1 Mesin Pres Rp 1.000.000 102 Mesin Penggiling Rp 2.500.000 103 Pisau Rp 15.000 104 Spray Obat perasa/ aroma Rp 10.000 15 Dudukan Selotip Rp 15.000 1

Sumber : Usaha Hasil Tembakau

E. Modal

Modal merupakan faktor produksi yang memegang peranan yang penting

dalam suatu proses produksi. Faktor produksi modal merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari subsistem produksi. Sumber modal yang digunakan oleh

para pengusaha hasil tembakau berasal dari dana pribadi.

Page 10: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

60

Seiring berjalannya waktu banyak perubahan-perubahan baik dari segi

peraturan pemerintah, kenaikan harga bahan baku dan lainnya yang

mengakibatkan para pengusaha perlu mengeluarkan modal yang lebih tinggi,

meskipun para pengusaha tersebut termasuk dalam pengusaha skala kecil. Tahun

2010 terdapat dua perusahaan yang tutup usaha, setelah itu tahun 2011 terdapat

satu perusahaan tutup usaha, hal tersebut diakibatkan dari tidak terpenuhinya

salah satu syarat mendapatkan nomor pokok pajak barang kena cukai yaitu luas

bangunan pabrik dengan luas minimal 200 m2. Ketidak sanggupan para pengusaha

memenuhi syarat tersebut dikarenakan tidak ada modal untuk membangun pabrik

dengan 200 m2.

4.3.2 Proses Pengolahan Faktor Produksi

Proses pengolahan hasil tembakau mole yaitu penyemprotan obat

perasa/aroma kepada tembakau yang kemudian dipotong, diukur berat gram

dalam satu kemasan yang kemudian dikemas rapih beserta pita cukai, dan dipack

kedalam plastik ukuran besar untuk siap didistribusikan.

A. Tahap-tahan Pengolahan

1. Penggilingan Tembakau Luar (jawa)

Tembakau yang berasal dari luar derah Tanjungsari, bentuk fisiknya kasar

dan mempunyai potongan yang kurang halus maka diperhalus menggunakan

mesin giling. Komposisi tembakau jawa yaitu 80 % dari tiap kemasan.

2. Memadatkan Tembakau Mole (Lokal)

Bentuk dari tembakau mole berbentuk lembaran namun lembarannya tidak

padat.

Page 11: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

61

Untuk produksi hasil tembakau mole lembaran tembakaunya harus padat

agar mudah dibentuk menjadi lapisan luar penutup tembakau jawa, selain itu

pengepresan tembakau mole juga bertujuan agar tembakau tersebut tidak mudah

bubuk. Komposisi tembakau mole yaitu 20 % dari tiap kemasan.

3. Penyemprotan Obat Perasa /Aroma

Penyemprotan obat perasa/aroma ini bertujuan agar tiap kemasan tembakau

mempunyai rasa dan aroma yang berbeda dari kemasan perusahaan satu dengan

yang lainnya. Penyemprotan obat ini disemprotkan secara merata kepada seluruh

tembakau.

4. Pemotongan dan pengukuran hasil tembakau mole dalam satu kemasan

Lembaran tembakau mole ditambahkan tembakau jawa diatasnya kemudian

lembaran tersebut digulung dan dipotong sesuai dengan ukuran gram tiap

kemasan.

5. Pengemasan

Pengemasan bertujuan untuk menjaga kualiatas produk, kemasan yang

digunakan berupa plastik yang mempunyai merek dagang masing-masing

perusahaan, selain itu dalam kemasan tersebut harus mencantumkan nama

perusahaan, alamat perusahaan, peringatan bahaya merokok dan lain-lain.

Pengemasan hasil tembakau mole sangat sederhana, setelah tembakau iris mole

dan tembakau jawa dimasukan ke dalam plastik setelah itu plastik tersebut ditutup

rapat menggunakan selotip yang disertai dengan pita cukai.

Page 12: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

62

B. Jumlah Produksi

Jumlah produksi tiap tahun dan tiap perusahaan selalu berbeda, sesuai

dengan modal para pengusahaan tersebut. Berikut data jumlah produksi tiap

perusahaan pada tahun 2007-2011 tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Jumlah Bahan Baku Tembakau Produksi Tiap Perrusahaan

Tahun 2007-2011

Proses produksi tidak dilakukan setiap hari, proses produksi dilakukan

dalam satu bulan sekali banyaknya hari yang digunakan sesuai dengan banyaknya

bahan baku yang digunakan, cepat tidaknya produksi dilakukan disesuaikan

dengan banyaknya tenaga kerja yang diperkerjakan. Tingginya rendahnya bahan

baku yang digunakan oleh tiap pengusaha berkaitan dengan modal, yaitu modal

untuk membeli bahan baku dan modal untuk membayar pajak. Intensitas

pemasaran dan perluasan lokasi pemasaran berpengaruh pula pada tinggi

rendahnya bahan baku yang digunakan. Perusahaan “A” mengalami penurunan

produksi pada tahun 2010, perusahaan “B” mengalami penurunan produksi pada

tahun 2008.

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

2007 2008 2009 2010

A

B

C

D

AX

BX

CX0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

2010 2011

A

B

C

D

AX

Page 13: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

63

Perusahaan “C” mengalami penurunan produksi pada tahun 2008 dan

2009, perusahaan “D” mengalami penurunan produksi pada tahun 2009, dan

untuk perusahaan “AX, BX, dan CX” mengalami penurunan produksi pada tahun

2009 dan 2010. Pada tahun akhir tahun 2010 perusahaan BX dan CX adalah

perusahaan yang sudah mengalami tutup usaha sehingga pada tahun 2011

perusaan tersebut tidak melakukan produksi.

C. Pendistribusian

Dalam agroindustri pendistribusian lebih sering digunakan istilah tata

niaga atau pemasaran. Sistem pemasaran produk pertanian merupakan satu

kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran

untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan

konsumen akhir dan sebaliknya. Pemasaran produk hasil agroindustri sangat

dipengaruhi oleh karakteristik produk itu sendiri.

Pemasaran langsung dilakukan apabila karakteristik produk tersebut tidak

tahan lama, sedangkan pemasaran tidak langsung dilakukan apabila produk yang

dipasarkan tahan lama. Berdasarkan hasil penelitian, pemasaran tembakau mole

saluran pemasarannya adalah secara tidak langsung. Tembakau mole tidak

langsung dipasarkan kepada konsumen, melainkan melalui perantara terlebih

dahulu. Peran perantara dalam saluran pemasaran tembakau mole ditempati oleh

pengumpul atau pedagang kecil di pasar-pasar tradisional. Pengusaha yang

memiliki lokasi pemasaran di luar Jawa Barat biasanya mereka menggunakan jasa

pengiriman barang (ekspedisi) yang nantinya akan diterima oleh pengumpul

tembakau mole.

Page 14: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

64

Untuk pemasaran yang dilakukan di Jawa Barat sendiri dilakukan oleh

pengusaha tersebut, yang dikirimkan ke pasar-pasar tradisional yang kemudian di

pasarkan ketiap kios-kios yang ada di pasar tersebut. Data lokasi pemasaran serta

biaya pendistribusian para pengusaha tembakau mole pada tahun 2007-2011

tersaji pada lampiran 3 dan 4.

4.3.3 Pajak Hasil Tembakau

A. Pajak Cukai Hasil Tembakau

Kenaikan tarif pajak sesuai dengan peraturan pemerintah, setiap terjadi

kenaikan tarif kenaikan tersebut naik sebesar 4 % seperti yang terjadi pada tahun

2007 ke tahun 2008. Perubahan tarif persentase menjadi gramase pada tahun

2009, apabila dipersentasikan adalah sebesar 10 %, maka kenaikan tersebut terjadi

sebesar 2 % dari tahun 2008. Berikut adalah data jumlah pembayaran pajak yang

tersaji pada bentuk Gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Grafik Pembayaran Pajak Cukai Tiap Perusahaan, Tahun 2007-2011

Rp-

Rp10,000,000

Rp20,000,000

Rp30,000,000

Rp40,000,000

Rp50,000,000

Rp60,000,000

Rp70,000,000

2007 2008 2009 2010 2011

A

B

C

D

AX

BX

CX

Page 15: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

65

Gambar 7. Grafik Pembayaran Pajak Cukai Tiap Perusahaan “B dan C”Tahun 2010-2011

Besarnya tarif cukai yang harus dibanyar oleh pengusaha sesuai dengan

jumlah produksi (gr). Sehingga modal yang disiapkan sebagai pengusaha hasil

tembakau selain modal untuk bahan baku, modal untuk biaya pajak harus

disiapkan. Jika modal yang dimiliki pengusaha rendah maka perusahaan tersebut

akan mengalami kerugian, dan apabila terus mengalami kerugian maka

perusahaan tersebut akan mengalami tutup usaha. Pada tahun 2009-2011 tarif

pajak berdasarkan gram yaitu Rp 5 per gram tembakau dalam kemasan, tinggi

rendahnya produksi berpengaruh pula pada tingginya pajak yang harus dibayar.

B. Pajak Pertambahan Nilai

Hanya terdapat dua perusahaan yang dikukuhkan menjadi pengusaha kena

pajak (Pajak Pertambahan Nilai) pada tahun 2011. Pengusaha tersebut dikukuhkan

menjadi pengusaha kena pajak dikarenakan penerimaan bruto/omset nya melebihi

Rp. 600.000.000.000 yaitu perusahaan “B” dan perusahaan “C”. Data tersebut

tersaji pada Tabel 16.

Tabel 14. Total Biaya Pajak Pengusaha Kena Pajak PPN

Nama Perusahaan Tahun 2011B Rp 1.788.620.400D Rp 277.023.600

Sumber : Menteri Keuangan Direktorat Jendral Bea dan Cukai (diolah)

Rp-

Rp500,000,000

Rp1,000,000,000

Rp1,500,000,000

2010 2011

B

D

Page 16: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

66

4.4 Analisis Pendapatan Usaha Hasil Tembakau Iris Mole

4.4.1 Analisis Biaya

Menurut Sukirno (2005) biaya produksi adalah semua pengeluaran yang

dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-

bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang

diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya produksi tersebut dapat diartikan

sebagai uang, barang atau jasa yang dipakai dalam rangka menghasilkan suatu

produk. Menurut Sukirno (2005), biaya produksi dibagi menjadi dua jenis biaya

yaitu:

1. Biaya tetap

Biaya tetap merupakan biaya dengan jumlah totalnya tetap dalam kisaran

volume kegiatan tertentu, yang termasuk biaya tetap adalah pajak dan biaya

penyusutan alat. Pajak yang dimaksud adalah pajak bumi dan bangunan, pada

tahun 2007-2010 luas bangunan untuk usaha hasil tembakau diharuskan memiliki

luas 50 m2. Tahun 2011 adalah batas akhir perubahan luas bangunan usaha hasil

tembakau menjadi 200 m2. Tarif pajak bumi dan bangunan setiap tahun

mengalami perubahan berikut data perubahan tarif pajak bumi dan bangunan yang

tersaji pada Tabel 15.

Tabel 15. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Tahun 2007-2011

Sumber : Profil Kecamatan Tanjungsari

Tahun TarifBumi (Rp) Bangunan (Rp)

2007 36 3102008 36 3682009 48 6352010 48 6352011 48 700

Page 17: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

67

Bumi yang dimaksud pada tabel di atas adalah luas tanah kosong tanpa

bangunan, sedangkan bangunan adalah luas bangunan yang berdiri kokoh di atas

tanah atau bumi yang dimaksud. Rata-rata tiap pengusaha memiliki 50 m2

bangunan dan 50 m2 bumi atau tanah tambahan yang berguna untuk halaman atau

tempat parkir kendaraan yang apabila ditotalkan menjadi 100 m2 luas bumi atau

tanah. Selain pajak bumi dan bangunan biaya penyusutan banguanan dan alat

juga termasuk biaya tetap, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 6,7,8,

9 dan 10. Penyusutan biaya tetap tertinggi adalah penyusutan bangunan yaitu ±

80%-90%, penyusutan peralatan hanya berkisar ± 1%-9% perbandingan antara

penyusutan bangunan dengan alat sangat berbeda jauh. Sedangkan untuk pajak

bumi dan bangunan meski tarif pajak tersebut berubah-rubah pengaruh terhadap

biaya tetap hanya berkisar ± 0%-2%.

2. Biaya variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding

dengan volume kegiatan. Biaya variabel yang digunakan oleh para pengusaha

hasil tembakau iris mole yaitu, bahan baku (tembakau dan obat perasa/aroma),

bahan penunjang (plastik kemasan dan selotip), biaya tenaga kerja dan

transportasi. Alokasi biaya variabel tiap pengusaha usaha hasil tembakau iris mole

dapat dilihat pada lampiran 14-18. Biaya variabel paling tinggi dalam satu tahun

produksi adalah biaya bahan baku yang mencapai ± 60%-80% dari total biaya,

biaya tertinggi selanjutnya adalah biaya pajak cukai yang mencapai ± 8%-15%

dari total biaya. Sedangkan untuk pajak PPN hanya dua perusahaan dengan biaya

yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut mencapai ± 10%-22% dari total biaya.

Page 18: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

68

Biaya pengadaaan bahan penunjang hanya mencapai ± 5%-8% dari total

biaya, untuk transportasi biaya yang dikeluarkan salam satu tahun ± 1%-20% dari

total biaya, besarnya persentasi tersebut tergantung dari jauh dekatnya pemasaran

yang dilakukan. Persentase paling kecil yaitu 0,01 %-6% dari total biaya,

dikeluarkan untuk biaya pembayaran administrasi CK-1 yang dilakukan pada

setiap pemesanan pita cukai, yang disebut (PNBP). Biaya tetap (fixed cost) dan

biaya variabel (variable cost) ditambahkan kemudian didapatkan hasil biaya total

(total cost) yang dikeluarkan oleh setiap pengusaha. Untuk lebih rinci mengenai

biaya total yang dikeluarkan oleh para pengusaha hasil tembakau iris mole dapat

dilihat pada lampiran 21-25.

Gambar 8. Grafik Biaya Total Tiap Perusahaan, Tahun 2007-2010

Gambar 9. Grafik Biaya Total Tiap Perusahaan, Tahun 2010-2011

-50,000,000

100,000,000150,000,000200,000,000250,000,000300,000,000350,000,000400,000,000450,000,000

2007 2008 2009 2010

A

B

C

D

AX

BX

CX

-

2,000,000,000

4,000,000,000

6,000,000,000

8,000,000,000

10,000,000,000

2010 2011

A

B

C

D

AX

Page 19: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

69

Hanya perusahaan yang dapat memanfaatkan peluang yang baik dan

modal tinggi yang dapat bertahan disaat kondisi harga bahan baku kian tinggi

sama halnya dengan tingginya tarif pajak. Batasan produksi terjadi pada tahun

2007 sampai dengan 2008, tahun 2009 pemerintah tidak membatasi produksi hasil

tembakau iris, sehingga pengusaha yang mempunyai modal dan pemasaran yang

luas keuntungan yang didapatkan akan tinggi karena jumlah produksi yang

dilakukan tinggi, hal ini terjadi pada perusahaan “A” yang mengalami kenaikan

produksi tinggi pada tahun 2009.

Perusahaan “B” juga mengalami kenaikan produksi yang kian tinggi pada

tahun 2009-2011 bahkan pada tahun 2011 produksi yang dilakukan amat sangat

tinggi dan mencapai omset lebih dari Rp 600 juta, sehingga pengusaha tersebut

terkena pajak pertambahan nilai. Perusahaan “B” memanfaatkan peluang pasar

dimana terdapat perusahaan yang tutup usaha maka perusahaan “B” langsung

memanfaatkan kekosongan pemasaran tersebut, dengan mendistribusikan

produknya pada lokasi pemasaran pengusaha yang telah tutup usaha. Peran

pelantara distribusi antar kota atau pulau juga bermanfaat dalam pemasaran,

sehingga diperlukan jalinan yang sangat baik antara pelantara dengan pengusaha,

untuk mengetahui informasi pasar.

Perusahaan “C, D, AX, BX dan CX” mengalami kenaikan produksi pada

tahun 2008 dan 2011, ketika tahun 2008 mengalami kenaikan namun turun pada

tahun 2009 dan 2010, kemudian naik kembali pada tahun 2011 untuk perusahaan

“C, AX, dan BX”. Kenaikan yang terjadi pada 2011 yaitu bertujuan untuk

mempertahankan usaha agar tidak terjadi kerugian atau tutup usaha.

Page 20: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

70

Perusahaan “C” melakukan produksi tinggi sedangkan perusahaan “D”

sangat tinggi dan mencapai omset lebih dari Rp 600 juta, sehingga pengusaha

tersebut terkena pajak pertambahan nilai. Perusahaan “C dan D” kuat dalam

permodalan, sehingga tidak mengalami kerugian. Berbeda dengan perusahaan

“AX” yang mengalami tutup usaha akibat dari lemahnya permodalan dalam

memenuhi syarat perluasan bangunan pabrik seluas 200 m2, sehingga pada akhir

tahun 2011 perusahaan “AX” diberhentikan usahanya.

Perusahaan “CX dan BX” mengalami tutup usaha pada akhir tahun 2010,

dikarenakan oleh produksi yang rendah sedangkan tarif pajak naik, dan bahan

baku semakin tinggi harganya. Lemahnya permodalan yang dimiliki oleh

perusahaan “CX dan BX” mengakibatkan perusahaan tersebut tidak dapat

menyanggupi biaya pajak yang semakin tinggi, biaya bahan baku yang semakin

tinggi pula, dan kebijakan perluasan bangunan pabrik menjadi 200 m2.

4.4.2 Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi hasil

tembakau mole per gram dengan harga eceran per kemasan. Semakin tinggi

jumlah produksi yang dihasilkan dan harga yang diterima maka penerimaan juga

semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya.

Volume penjualan hasil tembakau iris mole terus mengalami fluktuasi,

banyak faktor yang membuat penjualan berfluktuasi. Faktor-faktor tersebut bisa

dikarenakan harga bahan baku yang tinggi sehingga kesanggupan para pengusaha

untuk memproduksi menjadi berkurang namun berimbas pada hasil penerimaan

dari penjualan tersebut juga menjadi berkurang.

Page 21: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

71

Besarnya tarif pajak yang semakin tinggi mengakibatkan pengusaha

berfikir ulang untuk memproduksi lebih banyak lagi dan apabila penerimaan bruto

atau omset yang diperoleh lebih dari Rp 600.000.000 maka pengusaha tersebut

dapat terkena pajak pertambahan nilai. Pengusaha yang memiliki modal kuat akan

mempunyai kesanggupan dalam menghadapi tingginya harga pajak, tingginya

harga bahan baku dan kebijakan lainya. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 26 dan

27. Berikut grafik volume penjualan dan nilai penjualan tiap perusahaan tersaji

pada Gambar 10 dan 11.

Gambar 10. Grafik Volume Penjualan (Kemasan) Tiap PerusahaanTahun 2007-2011

Gambar 11. Nilai Penjualan Hasil Tembakau, Tiap Perusahaan Tahun 2007-2011

020,00040,00060,00080,000100,000120,000140,000160,000180,000200,000

2007 2008 2009 2010

A

B

C

D

AX

BX

CX0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

2010 2011

A

B

C

D

AX

Rp-

Rp100,000,000

Rp200,000,000

Rp300,000,000

Rp400,000,000

Rp500,000,000

Rp600,000,000

Rp700,000,000

2007 2008 2009 2010 2011

A

B

C

D

AX

BX

CX Rp-

Rp5,000,000,000

Rp10,000,000,000

Rp15,000,000,000

Rp20,000,000,000

Rp25,000,000,000

2010 2011

B

D

Page 22: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

72

Berdasarkan gambar 11, perusahaan “A” mengalami volume penjualan

paling tinggi pada tahun 2009, hal tersebut didasari oleh peraturan pemerintah

mengenai perubahan golongan pabrik yang awalnya tidak diperbolehkan lebih

dari 500 juta gram menjadi tanpa golongan dan tanpa batasan produksi.

Perusahaan “B” mengalami volume penjualan paling tinggi pada tahun 2011, hal

tersebut didasari oleh perluasan lokasi pemasaran yang kemudian volume

produksinya diperbesar hingga mencapai omset atau nilai penjualan Rp

22.421.850.000 dan perusahaan “B” menjadi perusahaan kena pajak pertambahan

nilai. Perusahaan “C” mengalami volume penjualan paling tinggi pada tahun

2011, hal tersebut didasari oleh volume produksinya diperbesar. Perusahaan “D”

mengalami volume penjualan paling tinggi pada tahun 2011, hal tersebut didasari

oleh volume produksi yang diperbesar, penjualan lebih banyak dibanding dengan

penjualan sebelumnya.

Peraturan pemerintah mengenai perubahan golongan pabrik yang awalnya

tidak diperbolehkan lebih dari 500 juta gram menjadi tanpa golongan dan tanpa

batasan produksi. Ketika pemerintah merubah peraturan batasan produksi menjadi

tanpa batasan produksi, pemerintah pun mengeluarkan peraturan baru mengenai

penerimaan bruto atau omset/nilai penjualan lebih dari Rp 600.000.000 maka

perusahaan tersebut terkena pajak pertambahan nilai. Tahun 2011 perusahaan “D”

terkena pajak pertambahan nilai karena omset/nilai penjualannya melebihi Rp

600.000.000. Perusahaan “AX” mengalami volume penjualan paling tinggi pada

tahun 2011, hal tersebut didasari oleh volume produksinya diperbesar, penjualan

lebih banyak dibanding dengan penjualan sebelumnya.

Page 23: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

73

Tahun 2011 adalah tahun terakhir bagi perusahaan “AX” untuk bisa

menjalankan usahanya hal tersebut juga menjadi alasan untuk meningkatkan

volume produksi dengan melakukan pemesanan pita cukai yang banyak pada

bulan-bulan sebelum akhir tahun maka dari itu pihak Direktorat Jendral Bea dan

Cukai memberikan kesempatan untuk menghabiskan pita cukai yang dipesan oleh

perusahaan “AX”. Perusahaan “AX” tidak bisa menjalankan usahanya

dikarenakan salah satu syarat yaitu luas bangunan yang tidak memenuhi,

perusahaan “AX” hanya memiliki luas bangunan sebesar 50 m2 sedangkan dalam

persyaratannya pada akhir tahun 2011 harus diperluas menjadi 200 m2.

Perusahaan “BX” mengalami volume penjualan paling tinggi pada tahun

2008. Pada tahun 2009 perusahaan “BX” tidak mampuan dalam membayar pajak

yang tinggi serta peraturan mengenai luas bangunan yang harus diperluas. Luas

bangunan tersebut sebesar 200 m2 yang awalnya hanya 50 m2. Sehingga pada

akhir tahun 2010 perusahaan “BX” ditutup usahanya. Perusahaan “CX” tutup

usaha pada akhir tahun 2010, perusahaan “CX” mengalami volume penjualan

paling tinggi pada tahun 2008. Pada tahun 2009 perusahaan “CX” tidak mampu

dalam membayar pajak yang tinggi serta peraturan mengenai luas bangunan yang

harus diperluas.

Trend peningkatan penjualan terjadi pada tahun 2008, harapan pengusaha

menaikan produksi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibanding

dengan tahun sebelumnya. Keuntungan tahun 2008 yang diperoleh memang lebih

besar dari tahun selumnya, namun apabila pemasaran tidak dilakukan dengan

efisien perusahaan akan mengalami penurunan nilai penjualan.

Page 24: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

74

Pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi secara masal yaitu lima

perusahaan dari tujuh perusahaan, hal tersebut terjadi dikarenakan biaya pajak

yang tinggi dan tingginya harga bahan baku yang membuat pengusaha untuk

berfikir ulang untuk memproduksi lebih banyak, semua permasalahan mengenai

penurunan produksi berawal dari kekuatan modal yang dimiliki oleh masing-

masing pengusaha.

Pengusaha yang akan mampu bertahan adalah pengusaha yang mempunyai

modal yang kuat. Pemasaran yang luas namun pendistribusinnya dilakukan secara

efisien. Jika produksi yang dilakukan sebanyak puluhan ribu kemasan maka

penerimaan yang akan diterima sebesar puluhan juta rupiah , jika produksi yang

dilakukan ratusan ribu kemasan maka penerimaan yang akan diterima sebesar

ratusan juta rupiah, dan jika produksi yang dilakukan jutaan ribu kemasan maka

penerimaan yang akan diterima sebesar milyaran rupiah. Perusahaan “B”

merupakan perusahaan yang memiliki perluasan pemasaran dari tahun ke tahun,

begitu pula dengan produksi yang dilakukan yang semakin tinggi. Dibandingkan

dengan perusahaan “CX” dan “BX” pemasaran yang dilakukan tidak semakin

meluas dan produksi yang dilakukan terus menurun.

Jika dalam lima tahun terjadi penurunan produksi lebih dari satu kali, hal

tersebut mengindikasikan kebangkrutan. Pada tahun 2010 perusahaan “CX” dan

“BX” mengalami tutup usaha atau kebangkrutan akibat dari lemahnya modal yang

dimiliki untuk memenuhi prosedur dan syarat usaha hasil tembakau iris mole.

Page 25: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

75

4.4.3 R/C Rasio

Untuk Mengetahui kelayakan usaha agroindustri dapat dilihat dengan

pendekatan R/C rasio, R/C rasio merupakan perbandingan antara penerimaan

dengan biaya total. Layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari nilai RC

rasio. Apabila nilai R/C rasionya > 1 suatu usaha dikatakan layak dan

memberikan keuntungan, jika nilai R/C rasionya < 1 maka usaha dikatakan tidak

layak dan merugikan. Jika nilai R/C rasionya = 1 maka usaha tidak mendapatkan

untung dan tidak juga merugi. Nilai R/C rasio pada usaha hasil tembakau iris mole

perusahaan A, B, C, D, AX, BX. dan CX tahun 2007-2011, tersaji gambar 12.

Gambar 12. Nilai R/C Rasio Usaha Hasil Tembakau Tiap Pengusaha tahun 2007-2011

Tahun 2011 nilai R/C rasio perusahaan “A” = < 1, sehingga dinyatakan

rugi, tahun 2007 nilai R/C rasio perusahaan “A” = > 1, sehingga dapat dinyatakan

menguntungkan, untuk tahun 2008 - 2010 nilai R/C rasio perusahaan “A” = 1

dapat dinyatakan tidak untung dan tidak rugi. Penurunan nilai R/C rasio

perusahaan “A” tahun 2007 ke tahun 2008-2011 dikarenakan oleh tarif pajak yang

terus naik, harga bahan baku yang semakin tinggi, kemudian proses perubahan

luas banguanan pabrik pada tahun 2011 membutuhkan modal yang besar.

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

2007 2008 2009 2010 2011

A

B

C

D

AX

BX

CX

Page 26: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

76

Tahun 2010 nilai R/C rasio perusahaan “B” = < 1,sehingga dinyatakan

mengalami kerugian tahun 2011 nilai R/C rasio perusahaan “A” = > 1, sehingga

dapat dinyatakan menguntungkan. Tahun 2007 - 2009 nilai R/C rasio perusahaan

“B” = 1 dapat dinyatakan tidak untung dan tidak rugi. Penurunan nilai R/C rasio

perusahaan “B” tahun 2007 ke tahun 2009 dikarenakan oleh jauhnya lokasi

pemasaran sehingga membutuhkan biaya pendistribusian yang cukup tinggi,

jumlah biaya pendistribusian hampir sama dengan biaya pajak cukai. Pemasaran

yang dilakukan hanya satu lokasi yaitu antara Aceh dan Sulawesi, tingginya biaya

pemasaran berakibat pada jumlah keuntungan. Jumlah produksi yang yang

dilakukan oleh perusahaan “B” relatif kecil dibanding dengan tahun 2011 hal

tersebut akan berpengaruh pada keuntungan dari hasil penjualan, sehingga pada

tahun 2007-2009 nilai R/C perusahaan “B” = 1.

Tahun 2010 perusahaan “B” melakukan pemasaran didua lokasi

pemasaran yaitu Aceh dan Sulawesi, dengan jumlah produksi lebih 14% dari

tahun 2009, biaya pendistribusian yang dilakukan sangat tinggi dan jumlah

produksi yang hanya lebih 14% dari tahun 2009 mengakibatkan kerugian bagi

perushaaan “B” sehingga pada tahun 2010 nilai R/C perusahaan “B” < 1. Tahun

2011 perusahaan “B” melakukan pemasaran ditiga lokasi pemasaran yaitu Aceh,

Sulawesi dan Sumatera dengan jumlah produksi 50 kali lipat dari produksi 2010.

Dengan produksi yang sangat tinggi akan menghasilkan penerimaan yang tinggi

pula sehingga pada tahun 2011 nilai R/C perusahaan “B” > 1. Meskipun biaya

pajak cukai ditambah dengan pajak pertambahan nilai tinggi apabila produksi

yang dilakukan tinggi pula hal tersebut, tidak berpengaruh besar pada penerimaan.

Page 27: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

77

Tahun 2010 nilai R/C rasio perusahaan “C” = < 1, sehingga dinyatakan

mengalami kerugian, hal tersebut terjadi dikarenakan penurunan jumlah produksi

dan produksi paling rendah juga terjadi pada tahun 2010. Tahun 2007-2009 dan

tahun 2011 nilai R/C rasio perusahaan “C” = > 1 hal tersebut dikarenakan

produksi yang dilakukan seimbang dengan lokasi pemasaran yang dekat yaitu

Garut dan Subang sehingga pengeluaran biaya tidak terlalu besar. Tahun 2007

tarif pajak belum mengalami kenaikan serta biaya bahan baku masih murah

sehingga nilai R/C rasio perusahaan “C” = > 1 yaitu mencapai 2.04.

Tahun 2008 dan 2009 terjadi penurunan nilai R/C rasio terjadi dikarenakan

jumlah tarif pajak naik, kenaikan harga bahan baku, serta pada tahun 2009 terjadi

penurunan produksi. Tahun 2011 kenaikan produksi sangat tinggi, penerimaan

yang didapatkan juga tinggi sehingga nilai R/C rasio perusahaan “C” = > 1 yaitu

mencapai 1.99. Tahun 2009 nilai R/C rasio perusahaan “C” = < 1, sehingga

dinyatakan mengalami kerugian, hal tersebut terjadi dikarenakan penurunan

jumlah produksi dan produksi paling rendah juga terjadi pada tahun 2009.

Tahun 2007, 2008, 2010 dan tahun 2011 nilai R/C rasio perusahaan “C” =

> 1 hal tersebut dikarenakan produksi yang dilakukan seimbang dengan lokasi

pemasaran yang dekat yaitu Garut dan Tanjungsari sehingga pengeluaran biaya

tidak terlalu besar. Tahun 2007 tarif pajak belum mengalami kenaikan serta biaya

bahan baku masih murah sehingga nilai R/C rasio perusahaan “C” = > 1 yaitu

mencapai 1.88, nilai R/C rasio paling tinggi terjadi pada tahun 2007. Tahun 2008

dan 2010 terjadi penurunan nilai R/C rasio terjadi dikarenakan jumlah tarif pajak

naik, kenaikan harga bahan baku.

Page 28: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

78

Tahun 2011 kenaikan produksi sangat tinggi, penerimaan yang didapatkan

juga tinggi sehingga nilai R/C rasio perusahaan “C” = > 1 yaitu mencapai 1.77,

produksi tinggi yang dilakukan oleh perusahaan “C” mengakibatkan perusahaan

tersebut terkana pajak pertambahan nilai, pengaruh dari tarif pajak cukai dan

pajak pertambahan nilai tidak terlalu signifikan dikarenakan produksi yang tinggi.

Perusahaan “AX” tidak mengalami kerugian dari tahun 2007-2011, dilihat

dari nilai R/C rasio = >1. Produksi yang seimbang dengan pemasaran membuat

perusahaan “AX” tidak mengalami kerugian . Produksi yang dilakukan pada

tahun 2007 dan 2011 hanya berbeda 12 % lebih tinggi tahun 2011 namun

keuntungan yang didapatkan lebih tinggi pada tahun 2007, hal tersebut terjadi

dikarenakan tarif pajak yang semakin tinggi, serta harga bahan baku yang tinggi.

Jika menginginkan keuntungan yanggi produksi yang dilakukan harus lebih tinggi

dari tahun 2007. Produksi yang dilakukan tahun 2008 tinggi dibanding dengan

tahun 2009-2010 namun pemasaran yang dilakukan sebanyak empat kali dengan

lokasi pemasaran di Medan, biaya pemasaran yang dilakukan tinggi sehingga

keuntungan yang diterima perusahaan “AX” rendah. Produksi yang dilakukan

tahun 2009 relatif tinggi dibanding dengan tahun 2010 namun pendistribusian

yang dilakukan hanya dua kali dengan lokasi pemasaran di Medan, dengan

produksi yang tinggi dan jumlah pendistribusian hanya dua kali membuat

perusahaan “AX” mendapatkan keuntungan yang relatif tinggi. Produksi yang

dilakukan tahun 2010 merupakan produksi paling rendah selama kurun waktu

lima tahun, produksi yang rendah dengan tarif pajak yang tinggi, bahan baku yang

tinggi namun harga jual tetap, mengakibatkan penurunan keuntungan.

Page 29: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

79

Jumlah produksi perusahaan “BX” Tahun 2009-2010 mengalami

penurunan produksi sangat drastis hampir 90% dari tahun sebelumnya, jumlah

produksi yang sedikit dengan tarif pajak yang tinggi dan harga bahan baku yang

tinggi membuat perusahaan “BX” mengalami kerugian. Jumlah produksi yang

rendah diakibatkan dari ketidak mampuan modal yang tinggi, dan kemampuan

membayar pajak. Tahun 2011 perusahaan “BX” tidak melanjutkan usahanya

dikarenakan salah satu syarat yaitu perluasan bangunan.

Jumlah produksi perusahaan “CX” tahun 2007 lebih rendah dari tahun

2008 sehingga keuntungan yang didapatkan lebih besar tahun 2008. Tahun 2009-

2010 penurunan produksi sangat drastis hampir 90% dari tahun sebelumnya,

jumlah produksi yang sedikit dengan tarif pajak yang tinggi dan harga bahan baku

yang tinggi membuat perusahaan “CX” mengalami kerugian. Jumlah produksi

yang rendah diakibatkan dari ketidak mampuan modal yang tinggi, dan ketidak

mampuan membayar pajak. Tahun 2011 perusahaan “CX” tidak melanjutkan

usahanya dikarenakan salah satu syarat yaitu perluasan bangunan.

Hampir semua pengusaha mengalami kerugian pada tahun – tahun tertentu

hal tersebut bisa diakibatkan dari tingginya tarif pajak hasil tembakau, tidak

efisiennya pendistribusian, penurunan produksi, tingginya harga bahan baku dan

tingginya biaya perluasan bangunan yang harus dipenuhi sebesar 200 m2. Bagi

pengusaha-pengusaha yang mampu bertahan dari permasalah tersebut meskipun

mengalami kerugian, namun pada tahun berikutnya mampu bangkit kembali untuk

memproduksi dan mampu mempertahankan nilai penjualan agar tidak mengalami

kerugian.

Page 30: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

80

4.6 Prosedur dan Persyaratan Usaha

1. UU RI No.11 Tahun 1995

A. Kebijakan Tarif Pajak Cukai

Kenaikan pajak terjadi pada tahun 2008 yaitu 8% dari omset satu kali

pemesanan pita cukai, yang sebelumnya sebesar 4% tahun 2007, kemudian pada

tahun 2009 berubah menjadi Rp 5 per gram. Dapat dilihat pada table 18-19

terlihat jelas pajak cukai berpengaruh pada pendapatan. Pajak cukai yang harus di

bayar semakin tinggi baik jumlah produksinya tetap maupun naik. Besarnya

penurun pendapatan yang dialami oleh pengusaha yaitu 4%-10% dari penerimaan

total pada tahun 2007-2011. Untuk lebih rinci mengenai pengaruh pajak cukai

dapat dilihat pada lampiran 21-25 terlihat nilai persentase dari pengaruh pajak

cukai terhadap biaya total sebesar 8%-14% sedangkan pengaruh pajak cukai

terhadap pendapatan sebesar 4%-10%.

Dengan menggunakan analisis R/C rasio pada lampiran 28, terlihat nilai

R/C rasio perusahaan “A” tahun 2011 senilai 0.88 yang artinya perusahaan

tersebut mengalami kerugian. Selain modal yang kurang, persentase pajak yang

dikeluarkan sebesar 9% dari total biaya menjadi salah satu faktor perusahaan “A”

mengalami kerugian. Nilai R/C rasio perusahaan “B” sebesar 0.81 pada tahun

2010 disebabkan oleh produksi yang rendah namun pajak yang harus dibayarkan

tinggi, persentase pajak cukai yang dikeluarkan sebesar 9% dari total biaya,

sedangkan keuntungan yang didapatkan -23% dari penerimaan total.

Page 31: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

81

Pada tahun 2011 perusahaan “B” melakukan produksi 50 kali lipat

produksi dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2010, persentase pajak cukai yang

dikeluarkan sebesar 11.8% dari total biaya. Nilai R/C rasio perusahaan “C”

sebesar 0.91 pada tahun 2010, dengan nilai R/C rasio kurang dari satu maka

perusahaan “C” dinyatakan mengalami kerugian, kerugian yang terjadi

disebabkan dari penurunan produksi. Penurunan produksi yang tinggi namun

biaya pajak yang harus dikeluarkan juga tinggi berakibat pada keuntungan yang

didapatkan. Persentase pajak cukai yang dikeluarkan sebesar 9.3% dari total

biaya, sedangkan keuntungan yang didapatkan -9% dari penerimaan total. Pada

tahun 2011 perusahaan “C” melakukan produksi 17 kali lipat produksi dari tahun

sebelumnya yaitu tahun 2010, persentase pajak cukai yang dikeluarkan sebesar

8.6% dari total biaya.

Nilai R/C rasio perusahaan “D” sebesar 0.77 pada tahun 2009 dengan nilai

R/C rasio kurang dari satu maka perusahaan “D” dinyatakan mengalami kerugian,

kerugian yang terjadi disebabkan dari penurunan produksi yang dilakukan sebesar

25 kali lipat dari tahun sebelumnya, dapat dilihat pada lampiran 26. Penurunan

produksi yang tinggi namun biaya pajak yang harus dikeluarkan juga tinggi

berakibat pada keuntungan yang didapatkan. Persentase pajak cukai yang

dikeluarkan sebesar 7,6% dari total biaya. Nilai R/C rasio perusahaan “AX”

paling rendah dibanding dengan tahun sebelumnya, namun perusahaan tersebut

masih dikatakan tidak rugi karena nilai R/C rasio sebesar 1.03.

Page 32: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

82

Nilai R/C rasio perusahaan “BX” pada dua tahun terakhir yaitu tahun

2009-2010 kurang dari satu, perusahaan tersebut dinyatakan mengalami kerugian

selama dua tahun dan akhirnya pada akhir tahun 2010 perusahaan “BX” ditutup

usahanya dikarenakan ketidak sanggupan modal untuk membayar pajak. Nilai

R/C rasio perusahaan “CX” pada tahun 2007 senilai 2.23 namun pada tahun 2008

menjadi 1.80, penurunan nilai R/C rasio terjadi pada tahun 2008 penurunan nilai

R/C rasio tersebut diakibatkan dari jumlah biaya total yang lebih tinggi pada tahun

2008, salah satunya dari kenaikan tarif pajak yang terjadi pada tahun 2008.

B. Batasan Jumlah Produksi Pabrik

Tahun 2007 pengusaha tidak diperbolehkan untuk memproduksi lebih dari

50.000.000 gram, tahun 2008 pengusaha tidak diperbolehkan untuk memproduksi

lebih dari 500.000.000 gram, sedangkan pada tahun 2009-2011 para pengusaha

dibebaskan untuk memproduksi lebih banyak tanpa ada batasan produksi.

Tabel 16. Pemenuhan Syarat Batasan Jumlah Produksi Pabrik TiapPerusahaan

NamaPerusahaan

Produksi 1 Tahun/ gr2007 2008 2009 2010 2011

A 6.006.000 5.056.000 11.603.000 6.533.000 8.288.000B 8.000.000 4.125.000 5.250.000 5.850.000 96.575.000C 2.587.000 2.674.000 2.049.000 602.000 5.876.000D 459.000 1.830.000 72.000 372.000 42.965.000AX 7.733.000 7.132.000 10.55.000 786.000 6672.000BX 616.000 9.648.000 1.68.000 168.000CX 4.186.000 7.070.000 49.98.000 2.268.000

Sumber : Usaha Hasil Tembakau

Semua pengusaha mampu dalam memenuhi batasan jumlah produksi,

namun pada tahun 2011 perusahaan BX dan CX tidak dapat memproduksi

kembali hasil tembakau iris mole dikarenakan perusahaan tersebut sudah tidak

melangsungkan usahanya kembali.

Page 33: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

83

C. Harga dasar (Batasan harga jual eceran)

Tahun 2007 minimal Rp 35/gr, tahun 2008 minimal Rp 40/gr dan pada

tahun 2009 – 2011 paling rendah Rp 40/gr sampai dengan Rp 149/gr . Berikut

tabel pemenuhan batas minimal harga jual eceran tiap perusahaan yang telah

dipenuhi, tersaji dalam Tabel 21.

Tabel 17. Pemenuhan Batas Minimal Jarga Jual Eceran/Gram Tiap Perusahaan

Nama HJE Kemasan HJE (Rp)Nerusahaan Rp Gram Kemasan (gr)

2011-2007 3,250 65 502011-2007 2,600 65 40

2007 2,300 65 35.42011-2007 2,150 50 43

2011 2,150 25 862011 3,500 30 116.72011 3,600 50 722010 3,000 50 602007 2,000 50 402011 3,550 30 118.3

2011-2007 2,200 55 402011-2008 3,250 60 54.2

2007 2,000 55 36.42007 3,000 60 502011 3,500 25 140

2011-2007 3,000 50 602010-2007 3,000 60 502008-2007 2,500 50 50

2007 2,150 43 502011 2,400 40 602011 3,600 60 60

2010-2009 3,000 40 752010-2009 5,000 85 58.8

2009 5,000 60 83.32009-2007 3,400 85 402008-2007 2,400 60 40

2007 2,100 60 352007 3,500 100 352007 4,000 100 40

Tahun

AX

D

A

B

C

Nama HJE Kemasan HJE (Rp)Nerusahaan Rp Gram Kemasan (gr)

2011-2007 3,250 65 502011-2007 2,600 65 40

2007 2,300 65 35.42011-2007 2,150 50 43

2011 2,150 25 862011 3,500 30 116.72011 3,600 50 722010 3,000 50 602007 2,000 50 402011 3,550 30 118.3

2011-2007 2,200 55 402011-2008 3,250 60 54.2

2007 2,000 55 36.42007 3,000 60 502011 3,500 25 140

2011-2007 3,000 50 602010-2007 3,000 60 502008-2007 2,500 50 50

2007 2,150 43 502011 2,400 40 602011 3,600 60 60

2010-2009 3,000 40 752010-2009 5,000 85 58.8

2009 5,000 60 83.32009-2007 3,400 85 402008-2007 2,400 60 40

2007 2,100 60 352007 3,500 100 352007 4,000 100 40

Tahun

AX

D

A

B

C

Page 34: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

84

Tabel 17. Pemenuhan Batas Minimal Jarga Jual Eceran/Gram Tiap Perusahaan(Lanjutan)

Sumber : Usaha Hasil Tembakau2. Pemberian Nomor Pokok Pajak Barang Kena Cukai, PMK

No.200/PMK.04/2008

Tahun 2007-2010 para pengusaha sanggup untuk memenuhi seluruh syarat

yang disyaratkan oleh pihak Direktorat Jendral Bea dan Cukai, namun yang

memberatkan bagi para pengusaha yang tidak mempunyai modal yang besar pada

tahun 2011. Perusahaan “BX” dan “CX” tutup pada awal tahun 2011

sedangkan perusahaan “AX” tutup pada akhir tahun 2011. Kebijakan perubahan

luas bangunan dari 50 m2 menjadi 200 m2 dikeluarkan pada tahun 2008 namun

batas akhir pemenuhan syarat tersebut diberi batas waktu samapai akhir tahun

2011 sehinga para pengusaha lebih memilih memperluas bangunan pada tahun

2011 dan yang tidak memperluas bangunan dengan luas tersebut tidak dapat

meneruskan usahanya. Prosedur yang yang telah dilalui oleh para pengusaha

untuk mendapatkan nomor pokok pajak kena cukai dengan alur seperti berkikut :

Nama HJE Kemasan HJE (Rp)Nerusahaan Rp Gram Kemasan (gr)

2010-2007 4,200 100 422008 5,000 120 41.72008 4,000 100 402007 3,200 60 53.32007 3,900 100 392007 3,450 60 57.52007 3,500 100 35

2010-2007 2400 50 482010-2007 3,550 65 54.62010-2008 5,000 80 62.5

2007 2,200 50 442007 3,300 65 50.8

BX

CX

TahunNama HJE Kemasan HJE (Rp)Nerusahaan Rp Gram Kemasan (gr)

2011-2007 3,250 65 502011-2007 2,600 65 40

2007 2,300 65 35.42011-2007 2,150 50 43

2011 2,150 25 862011 3,500 30 116.72011 3,600 50 722010 3,000 50 602007 2,000 50 402011 3,550 30 118.3

2011-2007 2,200 55 402011-2008 3,250 60 54.2

2007 2,000 55 36.42007 3,000 60 502011 3,500 25 140

2011-2007 3,000 50 602010-2007 3,000 60 502008-2007 2,500 50 50

2007 2,150 43 502011 2,400 40 602011 3,600 60 60

2010-2009 3,000 40 752010-2009 5,000 85 58.8

2009 5,000 60 83.32009-2007 3,400 85 402008-2007 2,400 60 40

2007 2,100 60 352007 3,500 100 352007 4,000 100 40

Tahun

AX

D

A

B

C

Page 35: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

85

1. Pengusaha pabrik terlebih dahulu mengajukan permohonan secara tertulis

kepada kepala kantor yang mengawasi untuk dilakukan pemeriksaan

lokasi, bangunan atau tempat usaha, dilampiri dengan

Fotokopi tanda daftar industri

Gambar denah bangunan

Fotokopi IMB

Fotokopi Izin yang dikeluarkan pemerintah daerah setempat

berdasarkan UU mengenai gangguan.

2. Dilakukannya wawancara terhadap pemohon dalam rangka memeriksa

kebenaran data lampiran dan data pemohon sebagai penanggung jawab

usaha, kemudian pejabat bea dan cukai membuatkan berita acara

wawancara tersebut.

3. Pejabat bea dan cukai melakukan pemeriksaan lokasi, bangunan tempat

usaha. Lokasi, bangunan usaha yang dimaksud harus memenuhi ketentuan

sebagai berikut :

Tidak berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau tempat-

tempat lain yang bukan bagian pabrik yang dimintakan izin.

Tidak berhubungan langsung dengan tempat tinggal.

Memiliki luas bangunan paling sedikit 50 m2 dalam ketentuan (PP No.

5 Tahun 1997) kemudian diperbaharui menjadi 200 m2 pada tahun

2008 dalam ketentuan (PP No. 72 Tahun 2008 jo. PMK

No.200/PMK.04/2008). Untuk memenuhi ketentuan baru tersebut para

pengusaha diberi tenggang waktu selama tiga tahun sejak PP No. 72

Page 36: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

86

Tahun 2008 jo. PMK No.200/PMK.04/2008 paling lama sampai

tanggal 10 Desember 2011.

4. Pejabat bea dan cukai membuat berita acara pemeriksaan yang disertai

gambar denah lokasi, bangunan usaha dalam jangka waktu 30 hari sejak

surat permohonan diterima. Serangkaian berita acara pemeriksaan tersebut

digunakan sebagai syarat untuk memperoleh NPPBKC dalam jangka

waktu 3 bulan sejak tanggal berita acara pemeriksaan.

5. Pengusaha pabrik melakukan permohonan nomor pokok pajak kena cukai

sebagai pengusaha hasil tembakau secara tertulis kepada Menteri

Keuangan u.p kepala kantor yang mengawasi.

6. Kepala kantor atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan

Permohonan dikabulkan atas pemberian nomor pokok pajak kena cukai,

dalam jangka waktu 30 hari sejak permohonan diterima secara lengkap.

7. NPPBKC untuk pengusaha pabrik tembakau berlaku selama masih

menjalankan usaha.

Pengusaha pabrik yang medapatkan NPPBKC harus memasang nama yang

memuat paling sedikit nama perusahaan, alamat, dan NPPBKC dengan ukuran

lebar paling kecil 60cm dan panjang paling kecil 120cm.

Diperlukan modal yang cukup besar untuk memenuhi persyaratan dalam

perluasan bangunan seluas 200 m2, pengusaha harus mengeluarkan biaya hampir

Rp 300.000.000 sedangkan sebelum adanya PMK No.200/PMK.04/2008

pengusaha diperbolehkan memiliki luas bangunan sebesar 50 m2.

Page 37: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

87

Dengan keterbatasan modal yang dimiliki para pengusaha mengalami

penurunan pendapatan bahkan sampai tutup usaha. Hanya empat perusahaan dari

tujuh perusahaan yang mampu memenuhi syarat PMK No.200/PMK.04/2008

dalam perluasan bangunan yaitu perusahaan “A”, “B”, “C” dan perusahaan “D”.

Dibutuhkan pengorbanan biaya yang dikeluarkan oleh pengusah hasil tembakau

iris mole, biaya yang dikeluarkan berasal dari pendapatan usaha. Pemenuhan syarat

dan prosedur mendapatkan nomor pokok pajak barang kena cukai dapat dilihat

pada lampiran???????????

3. Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai PMK No.68/PMK.03/2010

Pengusahan wajib dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, apabila

sampai dengan satu bulan dalam tahun buku jumlah penerimaan bruto/omsetnya

melebihi Rp 600.000.000, dilakukan paling lamabat akhir bulan berikutnya

setelah bulan saat jumlah penerimaan bruto/omset melebihi Rp 600.000.000.

Apabila diperoleh data yang menunjukan adanya kewajiban pajak tidak dipenuhi

oleh pengusaha Direktur Jendral Pajak dapat mengukuhkan pengusaha tersebut

sebagai pengusaha kena pajak secara jabatan.

Pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak dan

jumlah penerimaannya kurang dari Rp 600.000.000. Pengusaha kena pajak dapat

mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak.

Jika perusahaan tidak ingin menjadi pengusaha kena pajak maka penerimaan

bruto atau omset mereka tidak boleh melebihi Rp 600.000.000.

Page 38: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

88

Pada tahun 2011 perusahaan B dan perusahaan D mengalami kenaikan

produksi hingga perusahaan “B” mencapai omset hingga Rp 21.380.175.000

sedangkan perusahaan “D” mencapai omset sebesar Rp 4.767.900.000. Data

tersebut tersaji pada lampiran 32 dan 33. Tahun 2010 pemerintah mengeluarkan

kebijakan melalui PMK No.68/PMK.03/2010 mengenai pengusaha kena pajak

pertambahan nilai yaitu pengusaha yang omset penjualnnya melebihi Rp

600.000.000 maka perusahaan tersebut harus membayar pajak pertambahan nilai,

pada lampiran 28, terlihat nilai persentase dari pengaruh pajak cukai terhadap

biaya total sebesar 10% bagi perusahaan “D” dan 21% bagi perusahaan “B”.

Dampak tarif pajak terhadap pendapatan berpengaruh pada penurunan

keuntungan, sebelum adanya pajak penerimaan yang didapatkan para pengusaha

tidak berkurang sedangkan dengan adanya pajak penerimaan yang diterima oleh

pengusaha menjadi berkurang. Pembayar pajak mengakibatkan penurunan

penerimaan akibat dari pembayarn pajak cukai sebesar 8,4% dari penerimaan

total, yang apabila digabungkan antara pembayaran pajak cukai dan pajak

pertanmahan nilai maka jumlah penurunan penerimaan perusahaan tersebut

menjadi 18,4% pada tahun 2011.

4.7 Dampak Kebijakan Pajak Hasil Tembakau Terhadap PendapatanUsaha Hasil Tembakau Mole Iris

Perbedaan kondisi tarif pajak cukai dari tahun 2007 sampai 2009 menjadi

berbeda. Apabila diperkirakan akan ada kondisi tanpa adanya program kenaikan

tarif pajak pada tahun 2008 dan 2009 dan produksi yang dilakukan tetap, maka

nilai pajak akan tetap, omset yang didapatkan juga tetap. Hal tersebut dapat dilihat

pada Tabel 16.

Page 39: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

89

Tabel 18. Kondisi Tanpa Adanya Program Kenaikan Pajak Cukai Hasil TembakauDengan Jumlah Produksi Tetap

Sumber : Data Primer

Apabila diperkirakan akan ada kondisi tanpa adanya program kenaikan

tarif pajak pada tahun 2008 dan 2009, namun produksi yang dilakukan lebih

tinggi dari tahun sebelumnya maka nilai pajak akan naik mengikuti jumlah

produksi, omset yang didapatkan juga akan naik, dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 19. Kondisi Tanpa Adanya Program Kenaikan Pajak Cukai Hasil TembakauDengan Kenaikan Jumlah Produksi

Sumber : Data Primer

Apabila diperkirakan akan ada kenaikan tarif pajak pada tahun 2008 dan

2009 terjadi dan produksi yang dilakukan tetap, maka omset yang akan

didapatkan tetap sedangkan nilai pajak cukai yang harus dibayar semakin tinggi

sesuai dengan tarif pajak yang terus naik, meskipun omset yang didapatkan tetap

tetapi keuntungan yang didapatkan lebih kecil dibanding dengan tanpa kenaikan

tarif pajak. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 :

Tabel 20. Kondisi Dengan Adanya Program Kenaikan Pajak Cukai HasilTembakau Tanpa Kenaikan Jumlah Produksi

JUMLAH Kemasan Tarif Nilai PajakKEMASAN (gr) Cukai (Rp)

2007 82,500 50 2,150 4% 7,095,000 177,375,0002008 82,500 50 2,150 4% 7,095,000 177,375,0002009 82,500 50 2,150 4% 7,095,000 177,375,000

HJE OmsetTAHUN

TAHUN JUMLAH Kemasan Tarif Nilai PajakKEMASAN (gr) Cukai (Rp)

2007 82,500 50 2,150 4% 7,095,000 177,375,0002008 105,000 50 2,150 4% 9,030,000 225,750,0002009 121,500 50 2,150 4% 243,000 261,225,000

HJE Omset

TAHUN JUMLAH Kemasan Tarif Nilai PajakKEMASAN (gr) Cukai (Rp)

2007 82,500 50 2,150 4% 7,095,000 177,375,0002008 82,500 50 2,150 8% 14,190,000 177,375,0002009 82,500 50 2,150 5Rp 20,625,000 177,375,000

HJE Omset

Page 40: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

90

Apabila diperkirakan akan ada kenaikan tarif pajak pada tahun 2008 dan

2009 terjadi namun produksi yang dilakukan lebih tinggi dari tahun sebelumnya

maka nilai pajak akan naik mengikuti jumlah produksi, omset yang didapatkan

juga akan naik. meskipun omset yang didapatkan naik namun keuntungan yang

didapatkan lebih kecil dibanding dengan tanpa kenaikan tarif pajak. Hal tersebut

dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 21. Kondisi Dengan Adanya Program Kenaikan Pajak Cukai HasilTembakau Dan Kenaikan Jumlah Produksi

Sumber : Data Primer

4.7 Kelangsungan Usaha Hasil Tembakau Iris Mole

Tebel 21. Indicator Kelangsungan Usaha Tiap Perusahaan

PerusahaanIndikator Keberlangsungan

UsahaAnalisis Pendapatan(R/C Rasio)

Pemenuhan Syaratdan Prosedur

A 0.88 Terpenuhi DilanjutkanB 2.57 Terpenuhi DilanjutkanC 1.95 Terpenuhi DilanjutkanD 1.77 Terpenuhi Dilanjutkan

AX 1.03 Tidak dapatterpenuhi

Tidak dapatdilanjutkan pada

tahun 2011

BX 0.68 Tidak dapatterpenuhi

Tidak dapatdilanjutkan pada

tahun 2010

CX 1.26 Tidak dapatterpenuhi

Tidak dapatdilanjutkan pada

tahun 2010

TAHUN JUMLAH Kemasan Tarif Nilai PajakKEMASAN (gr) Cukai (Rp)

2007 82,500 50 2,150 4% 7,095,000 177,375,0002008 105,000 50 2,150 8% 18,060,000 225,750,0002009 121,500 50 2,150 5Rp 30,375,000 261,225,000

HJE Omset

Page 41: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

91

Dampak kebijakan pajak terhadap kelangsungan usaha berpengaruh pada

berlangsung atau tidaknya perusahaan tembakau di Kecamatan Tanjungsari.

Pengusaha tembakau mole merupakan pengusaha yang mengusahakan barang

kena cukai, sehingga segala bentuk pengawasan yang dilakukan Direktorat

Jendral Bea dan Cukai mulai dari syarat membuka usaha, syarat mendapatkan

nomor pokok pajak kena cukai, syarat produksi dan harga jual serta ketentuan

kemasan hingga pembayaran pajak baik cukai maupun pajak pertambahan nilai,

dilakukan secara ketat. Dalam memenuhi syarat dan prosedur yang dilakukan oleh

pengusaha terdapat permasalahan terutama berkaitan dengan modal, sehingga

terjadi kerugian usaha ataupun pemberhentian usaha akibat dari modal yang

dimiliki rendah.

Pemenuhan syarat dan prosedur yang telah ditempuh oleh para pengusaha

tidak selamanya terpenuhi, ketika tahun 2007-2010 kebijakan pajak terhadap

kelangsungan usaha masih dapat dipenuhi oleh pengusaha, namun semakin

berkembangnya kebijakan yang dilakukan baik dari kenaikan tarif pajak, apabila

produksi yang dilakukan tinggi hingga mencapai penerimaan lebih dari Rp 600

juta maka perusahaan tersebut terkena PPN, perluasan luas bangunan dengan

biaya hingga Rp. 300 juta yang memberatkan para pengusaha terutama pengusaha

yang tidak mempunyai modal besar adalah kebijakan mengenai pemenuhan syarat

dalam mendapatkan nomor pokok pajak kena cukai yang salah satunya adalah

perluasan bangunan dari 50 m2 menjadi 200 m2.

Page 42: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080003_4_2818.pdf · agrobisnis tembakau Jawa Barat yang terletak di Alun-alun Tanjungsari,

92

Dapat dilihat pada tabel 21, Perusahaan “A” meskipun mengalami

kerugian pada saat itu, namun perusahaan tersebut mampu memenuhi syarat dan

prosedur yang diajukan oleh pihak direktorat jendaral bea dan cukai sehingga

usahanya tersebut masih bisa berlangsung pada tahun 2011. Perusahaan “B”, “C”

dan “D” tidak mengalami kerugian dalam usahanya, dan perusahaan tersebut juga

mampu memenuhi syarat dan prosedur. Turunya pendapatan yang diterima oleh

pengusaha, kerugian dalam usaha dengan nilai nilai R/C rasio kurang dari 1,

tutupnya usaha yang terjadi pada pengusaha hasil tembakau diakibatkan dari

kebijakan mengenai barang kena cukai yaitu tembakau, yang diatur dalam

kebijakan hasil tembakau melalui pajak.

Pengusaha yang mengusahan barang kena cukai diharuskan mempunyai

nomor pokok pajak kena cukai yang syarat dan prosedur harus dipenuhi

seutuhnya, jika tidak maka akan berimbas pada kelangsungan usaha.

Terpenuhinya syarat dan prosedur oleh perusahaan “B”, “C” dan “D” membuat

usaha yang dijalaninya masih bisa berlangsung. Berbeda halnya dengan

perusahaan “AX, “BX” dan “CX” yang mengalami gulung tikar diakibatkan dari

tidak terpenuhinya syarat dan prosedur yang diajukan oleh pihak direktorat jendral

bea dan cukai. Perusahaan “AX” tidak dapat meneruskan usahanya pada tahun

2011 sedangkan perusahaan “BX” dan “CX” tidak dapat meneruskan usahanya

pada tahun 2010. Tiga perusahaan tidak dapat melanjutkan usahanya yaitu “AX”,

“BX” dan “CX” dikarenakan ketidak mampuan dalam memenuhi syarat dan

prosedur yang disyaratkan yaitu tidak terpenuhinya PP nomor 72 tahun

2008.jo.PMK.No 200.PMK.04/2008 mengenai perluasan bangunan seluas 200 m2.