HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Namun infeksi yang pernah terjadi tidak dapat ......
Transcript of HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Namun infeksi yang pernah terjadi tidak dapat ......
HASIL DAN PEMBAHASAN
RT-PCR Konvensional dan Real Time
Percobaan membandingkan RT-PCR konvensional dan real time dilakukan
untuk mengetahui perbedaan sensitivitas kedua uji dalam mendeteksi VAI H5.
Virus yang digunakan sebagai kontrol positif (A/chicken/Indonesia/SmiWN
18/2009; GenBank accession number: JF302895) diencerkan secara serial 1:1
kemudian diekstraksi dan dilakukan RT-PCR H5 secara konvensional maupun
real time. Dengan RT-PCR konvensional, virus dapat terdeteksi hingga
pengenceran 2-14
sedangkan menggunakan teknik real time, virus dapat terdeteksi
hingga pengenceran 2-22
(Gambar 5). Perbedaan pengenceran hingga 28 ini
menunjukkan bahwa RRT-PCR dapat mendeteksi sampel dengan konsentrasi
hingga 250 kali lebih rendah dibandingkan RT-PCR konvensional. Lee dan
Suarez (2004) menemukan bahwa RRT-PCR H5 memiliki limit deteksi 103-10
4
salinan gen atau 10 EID50 dan kuantitas RNA yang ditentukan dengan metode
RRT-PCR berkorelasi erat dengan EID50 yang ditentukan dengan metode isolasi
virus pada embrio ayam.
a b
Gambar 5. Perbandingan hasil PCR konvensional dan real time (a) elektroforesis
gel RT-PCR konvensional, H5 terdeteksi hingga pengenceran 2-14
dan
(b) grafik amplifikasi RRT-PCR hingga pengenceran 2-22
.
Pada pengenceran virus 2-6
diperoleh nilai Ct 19,97 sehingga pengenceran
ini digunakan untuk mengencerkan stok virus yang kemudian diekstraksi dan
RNA hasil isolasi dibagi kedalam tabung-tabung berisi 8 µl untuk digunakan
sebagai kontrol positif PCR. Pembagian kontrol kedalam tabung-tabung dengan
37
volume satu atau dua kali run dilakukan untuk menghindari frezee-thaw. Untuk
kontrol positif isolasi RNA, stok virus diencerkan 2-15
dan dibagi kedalam tabung-
tabung berisi 100 µl sehingga dapat digunakan pada dua kali isolasi RNA.
Gambar 6. Grafik amplifikasi real time RT-PCR (a) matriks sampel bulan kedua
dan (b) subtipe H5 berbagai bulan pengambilan sampel. Grafik
eksponensial yang melewati threshold (garis hijau) menunjukkan hasil
positif sedangkan background noise di bawahnya merupakan hasil
negatif.
38
Gambar 6 menunjukkan hasil RRT-PCR MA sampel bulan kedua dan H5
berbagai bulan pengambilan sampel dengan kontrol positif dan negatif isolasi
RNA dan PCR Teknik RT-PCR konvensional mendeteksi RNA setelah reaksi
PCR selesai dan dilanjutkan dengan elektroforesis gel yang memerlukan waktu
serta melibatkan bahan kimia berbahaya seperti etidium bromida dan sejenisnya.
Sedangkan bahan kimia yang digunakan dalam RRT-PCR lebih aman dan
memungkinkan deteksi dilakukan pada tahap awal reaksi sehingga dalam hal ini
teknik real time lebih menguntungkan dibandingkan konvensional. Secara
konvensional hasil yang diperoleh bersifat kualitatif sedangkan secara real time
hasil yang diperoleh merupakan konsentrasi relatif RNA target dalam bentuk nilai
Ct dari perpotongan antara kurva amplifikasi dengan garis threshold.
Influenza A
Tingkat kesepakatan antara pengujian RRT-PCR matriks (MA RRT-PCR)
untuk mendeteksi keberadaan virus influenza A dan isolasi virus pada embrio
ayam tidak 100% sehingga RRT-PCR MA positif/isolasi virus negatif dan RRT-
PCR MA negatif/isolasi virus positif pada sampel usap dapat terjadi (Spackman et
al. 2002; Cattoli et al. 2004). Sensitivitas diagnostik relatif RRT-PCR terhadap
isolasi virus adalah 85,1% dengan spesifisitas 98,9% (Elvinger et al. 2007)
sehingga hasil RRT-PCR diinterpretasikan pada tingkat kandang/peternakan
daripada tingkat individu.
Dari 3.240 sampel yang diharapkan, berhasil dikoleksi 2.786 sampel karena
faktor kematian atau itik yang tidak ditemukan saat pengambilan sampel. Virus
influenza A dapat ditemukan di ketiga tipe peternakan, dan telah ada sejak awal
pengambilan sampel di peternakan tipe 1 dan 2. Pada peternakan tipe 1, VAI
terdeteksi hampir setiap bulan pengambilan sampel kecuali Januari (Tabel 2).
Keberadaan VAI di peternakan tipe 2 terdeteksi saat screening di bulan
September, Desember, Januari, dan Maret. Sedangkan pada peternakan tipe 3,
VAI hanya ditemukan di akhir pengambilan sampel bulan Maret pada sampel
usap kloaka dan orofaringeal itik sentinel maupun non sentinel.
Dari total 614 pool sampel usap kloaka dan orofaringeal yang diambil
selama tujuh bulan, didapati 98 (16%) pool positif VAI. Perbandingan usap
39
kloaka positif hampir seimbang dengan usap orofaringeal yaitu masing-masing 52
(53,1%) dan 46 (46,9%) dengan nilai Ct yang bervariasi (Tabel 2). Virus AI
terdeteksi secara berulang sejak saat screening pada bulan September di tiga
peternakan dari tipe 1 dan 2. Umumnya pengulangan terjadi pada dua waktu
pengambilan sampel kemudian virus menghilang dan terdeteksi kembali pada
bulan berikutnya atau virus hilang timbul pada tingkat pool dari waktu ke waktu
pengambilan sampel. Di tingkat peternakan, VAI dapat ditemukan hampir setiap
bulan pada peternakan tipe 1, kecuali bulan Januari pada P1 dan Januari-Februari
pada P2. Pada peternakan tipe 2 VAI lebih jarang ditemukan dan hanya berulang
pada P3 yaitu September, Desember, dan Januari. Sedangkan pada P4 VAI hanya
ditemukan di bulan Maret setelah itik dalam peternakan diganti dengan itik yang
dibeli dari peternak lain. Hal ini menunjukkan peran introduksi itik baru dalam
penularan VAI pada peternakan itik angon.
Tabel 2. Virus AI di tiga tipe peternakan itik angon Kabupaten Indramayu.
Peternakan Waktu pengambilan sampel Ct MA Subtipe H5
Tipe 1
September 2009 36-38 -
Oktober 2009 30-35 +
November 2009 25-33 -
Desember 2009 26-38 -
Januari 2009 - -
Februari 2009 36 -
Maret 2009 33-38 +
Tipe 2
September 2009 29-38 -
Oktober 2009 - -
November 2009 - -
Desember 2009 37 -
Januari 2009 29-37 +
Februari 2009 - -
Maret 2009 28-37 +
Tipe 3
September 2009 - -
Oktober 2009 - -
November 2009 - -
Desember 2009 - -
Januari 2009 - -
Februari 2009 - -
Maret 2009 28-37 -
Pengulangan kemunculan VAI dalam peternakan menunjukkan bahwa VAI
bersirkulasi di satu peternakan untuk waktu yang lama dan mungkin melibatkan
lebih dari satu strain virus meskipun shedding virus terjadi dalam rentang waktu
tertentu pada tingkat pool. Penelitian eksperimental pada itik berumur 2-16
40
minggu yang diinfeksi virus A/Mallard/MN/ 355779/00 (H5N2) mengeluarkan
virus yang terdeteksi dengan RRT-PCR hingga hari ke 16 pascainfeksi kemudian
virus tidak terdeteksi pada hari ke 21 (Costa et al. 2010). Percobaan lain
menunjukkan bahwa itik yang direinokulasi setelah 28 hari pascainfeksi awal
dengan virus yang sama (LPAI H7N2) tidak mengeluarkan virus melalui kloaka
maupun trakhea (Kida et al. 1980). Namun infeksi yang pernah terjadi tidak dapat
melindungi itik terhadap infeksi berikutnya oleh subtipe virus lain. Sebagai
contoh, itik yang diinfeksi subtipe H4N6 terlindungi dari infeksi ulang dengan
virus yang sama tetapi mengeluarkan virion selama 8 hari setelah ditantang
dengan isolat H11N3 (Austin dan Hinshaw 1984).
Tabel 3. Persentase sampel usap kloaka/orofaringeal positif di 6 peternakan itik
Tipe P VAI Sep-N Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Mar-N
1
1MA 0/0 0/33 33/50 17/17 33/17 0/0 0/0 20/0 17/0
H5 0/0 0/0 10/33 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0
2MA 17/0 17/0 33/17 0/0 67/17 0/0 17/0 33/100 33/50
H5 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/4 0/0
2
3MA 50/50 50/17 0/0 0/0 33/0 67/67 0/0 0/0 0/0
H5 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 94/71 0/0 0/0 0/0
4MA 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 67/33 50/100
H5 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 8/0 0/43
3
5MA 0/0 0/0 0/0 17/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0
H5 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0
6MA 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 100/100 100/100
H5 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0
Virus AI lebih banyak ditemukan pada peternakan tipe 1, diikuti tipe 2, dan
terendah pada peternakan tipe 3 selama periode pengambilan sampel. Pada P1 dan
P2 (tipe 1) terlihat pola pengulangan kemunculan VAI yang mirip satu sama lain.
Pada P3 dan P4 (tipe 2) pengulangan kemunculan VAI hanya terjadi pada P3 yang
memelihara itik hasil penetasan sendiri dengan wilayah angon sempit yaitu
disekitar kandang. Sedangkan pada P4 yang wilayah angonnya lebih luas dan
berinteraksi dengan P2 (tipe 1), VAI terdeteksi pada sampel usap sentinel pada
bulan akhir pengambilan sampel di lokasi yang sama dan setelah keduanya
mengganti itik. Hal ini menunjukkan bahwa kesamaan wilayah angon mungkin
mempengaruhi kemunculan VAI pada peternakan, sama seperti kontak intensif
antar itik dalam satu peternakan dan introduksi itik baru. Pada P5 dan P6 (tipe 3),
hanya salah satu peternakan yang terdeteksi VAI positif yaitu di akhir
pengambilan sampel sehingga tidak terlihat adanya pengulangan. Perbedaan
1
2
3
4
5
6
penemuan
VAI sanga
yang sel
mengeluar
mudah un
lebih mud
P6 di akhi
Subtipe H
Viru
(Gambar
diperiksa
terhadap s
positif H5
bahwa itik
saluran pe
Gambar 7
Subt
peternakan
seperti kem
di tingkat
satu petern
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Se
p-0
9 N
Se
p-0
9
Okt-
09
T
n VAI dalam
at dipengaru
lalu dikan
rkan virus i
ntuk dikenda
dah akibat k
ir pengambi
H5
us AI subt
7). Dari t
453 sampe
subtipe H5
5 masing-m
k angon yan
ernafasan di
K
. Distribusi
tipe H5 te
n tipe 1 (P1
munculan v
peternakan
nakan namu
Okt-
09
No
v-0
9
De
s-0
9
Ja
n-1
0
Feb-1
0
Tipe 1
m satu tipe
uhi oleh ke
ndangkan m
influenza A
alikan. Nam
kontak inten
ilan sampel
tipe H5 ha
total 98 sa
el individu
dengan pe
masing 18
ng diteliti m
ibandingkan
Kloaka Or
i temporal V
erdeteksi p
Oktober, P
virus influen
n. Hal ini m
un tidak be
Mar-
10
Mar-
10 N
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
peternakan
adaan lingk
memiliki
A karena ke
mun bila ter
nsif antar it
pada bulan
anya ditemu
ampel pool
u dan didap
rbandingan
(36,7%) da
mengeluarka
n pencernaa
rofaring H
VAI di tiga
pada samp
P2 Maret) d
nza A, subti
menunjukka
rtahan lama
Se
p-0
9 N
Se
p-0
9
Okt-
09
No
v-0
9
Tipe 2
n ini menun
kungan mas
kecenderun
ebersihan da
rjadi infeksi
tik dalam k
n Maret (Tab
ukan pada
l yang pos
pati 49 (10
n sampel us
an 31 (63,3
an VAI subt
an.
H5 Kloaka
tipe peterna
pel usap k
an tipe 2 (P
pe H5 tidak
an bahwa su
a karena ke
De
s-0
9
Ja
n-1
0
Feb-1
0
Mar-
10
Ma
r1
0N
2
njukkan bah
sing-masing
ngan lebih
an keamana
i maka penu
kandang sep
bel 3).
peternakan
sitif terhada
0,9%) samp
sap kloaka d
3%). Hal in
tipe H5 lebi
H5 Orof
akan itik an
kloaka dan
P3 Januari, P
k ditemukan
ubtipe H5
emudian me
Ma
r-1
0N
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Se
p-0
9 N
S0
9
hwa kemun
g peternakan
h sedikit/j
an biologis
ularan juga
perti terjadi
n tipe 1 d
ap influenz
pel yang p
dan orofari
ni menunju
ih sering m
faring
ngon
n orfaringe
P4 Maret). T
n secara beru
dapat munc
enghilang se
Se
p-0
9
Okt-
09
No
v-0
9
De
s-0
9
Ja
n-1
0
Tipe 3
41
nculan
n. Itik
arang
lebih
akan
pada
dan 2
za A,
positif
ingeal
ukkan
elalui
al di
Tidak
ulang
cul di
eiring
Ja
n1
0
Feb-1
0
Mar-
10
Mar-
10 N
42
kematian itik yang terinfeksi atau pembersihan virus (clearance). Temuan ini
didukung oleh hasil penelitian yang menginfeksi virus H5N1 HPAI maupun LPAI
pada itik dan menghasilkan shedding virus terdeteksi hingga hari ke 11-17
pascainfeksi kemudian virus menghilang (Hulse-Post et al. 2005).
Jumlah VAI subtipe H5 yang ditemukan bervariasi selama pengambilan
sampel. Dilihat dari tipe peternakan, VAI H5 lebih banyak ditemukan pada tipe 2,
diikuti tipe 1, dan tidak ditemukan pada tipe 3 (Tabel 4). Pada P1 dan P2 (tipe 1)
subtipe H5 lebih banyak ditemukan pada sampel usap orofaringeal. Subtipe H5
ditemukan di P1 setelah sebelumnya 10 ekor sentinel mati. Temuan ini membuka
kemungkinan bahwa virus yang ada di peternakan tipe 1 merupakan HPAI pada
itik yang dicirikan oleh virus lebih tinggi/sering ditemukan pada usap orofaringeal
dibandingkan usap kloaka (Sturm-Ramirez et al. 2004; Keawcharoen et al. 2008).
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang menginfeksi itik dengan isolat
HPAI H5N1 setelah 2002 dan menemukan bahwa shedding virus melalui trakhea
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kloaka (Sturm-Ramirez et al. 2005)
terlepas dari rute infeksi. Penemuan VAI H5 yang kemungkinan merupakan HPAI
pada peternakan tipe 1 yang sepenuhnya memelihara itik dengan cara diangon ini
dikhawatirkan akan berdampak pada penyebaran virus ke lingkungan maupun
unggas lain dalam wilayah yang luas. Hal senada juga dilaporkan oleh Gilbert
(2006) yang menemukan keterkaitan erat antara tingginya H5N1 di Thailand
dengan besarnya jumlah itik angon yang didukung oleh luasnya pertanian basah
serta tingginya populasi unggas darat, dan manusia.
Tabel 4. Virus AI subtipe H5 di peternakan itik angon, Indramayu
Tipe PKeadaan
peternakan
Asal itik Bulan Rute Jml Ct
1
110 ekor sentinel mati Penetasan
sendiri
Oktober kloaka
orofaringeal
1
5
33
29-35
2itik baru, 4 ekor
sentinel mati
Peternakan
lain
Maret orofaringeal 1 36
2
3kematian meningkat,
2 ekor sentinel mati
Penetasan
sendiri
Januari kloaka
orofaringeal
16
12
21-36
19-36
4
itik baru, 3 ekor
sentinel mati
Peternakan
lain
Maret
Maret-
NS
kloaka
orofaringeal
1
13
35
16-36
Pada
di bulan J
dengan rat
tinggi dib
5,32) dan
tersebut m
positif leb
fekal-oral
yang dipe
infeksi VA
epitel salu
a
b
Gambar 8
a P3 (tipe 2
anuari men
ta-rata kons
bandingkan
27,83 (STD
merupakan v
bih tinggi dib
(Webster e
eroleh pada
AI sebelum
uran pencern
. Distribusi
angon ke
didatangi
bulan pe
menunjuk
2) VAI H5 l
gikuti kema
sentrasi viru
orofaring,
D 5,64). Hal
virus LPAI
bandingkan
et al. 1992
a peternakan
tahun 2002
naan (Webs
i wilayah
eenam pete
peternakan
ngambilan
kkan bulan d
lebih banya
atian 2 itik
us yang diek
terlihat dar
l ini membu
pada itik y
n orofaringe
2). Temuan
n tipe 1 in
2 yang umu
ster et al. 19
angon itik
ernakan dan
n angon pad
sampel (1
ditemukan s
ak ditemuka
sentinel (ter
kskresikan
ri nilai Ct m
uka kemung
yang dicirika
eal dan biasa
yang berto
ni bisa saja
mnya tidak
978).
k Kabupaten
n (b) lokas
da bulan ter
1-6 = Okto
subtipe H5.
an pada sam
rendah dian
melalui klo
masing-mas
gkinan bahw
an oleh jum
anya ditular
olak belaka
terjadi kar
k patogen pa
n Indramay
si peternak
rtentu. Angk
ober-Maret)
mpel usap k
ntara petern
oaka sedikit
sing 27,68
wa VAI H5
mlah usap k
rkan melalu
ang dengan
rena situs u
ada itik adal
yu. (a) wi
kan tipe 3
ka menunju
). Angka m
43
kloaka
akan)
lebih
(STD
di P3
kloaka
ui rute
hasil
utama
lah di
ilayah
yang
ukkan
merah
44
Meskipun sesama tipe 2 yang memelihara itik dengan cara dikandangkan
dan diangon, P3 memiliki luas wilayah angon yang lebih sempit dibandingkan P4
(Gambar 8). Hal ini menjadi alasan mengapa infeksi VAI H5 lebih tinggi pada P3
dibandingkan P4, mengingat wilayah yang sempit meningkatkan intensitas kontak
antar itik dalam kandang. Temuan ini didukung oleh hasil penelitian yang
melaporkan bahwa kepadatan populasi dapat meningkatkan prevalensi (Okazaki
et al. 2000; Munster et al. 2007; Wallensten et al. 2007).
Pada P4 yang wilayah angonnya lebih luas dibandingkan P3 (sesama tipe 2)
dan berpotongan dengan P2 (tipe 1) di bulan yang sama dengan penemuan VAI
H5 yaitu Maret, subtipe H5 lebih banyak ditemukan pada sampel usap
orofaringeal itik non-sentinel yang baru dibeli dari peternak lain (sama seperti P2)
(Gambar 8). Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa itik sentinel terpapar pada
virus yang dibawa oleh itik baru dari tempat pembibitan meskipun perpotongan
wilayah angon juga dapat berperan dalam meningkatkan kontak itik antar
peternakan. Namun demikian, penularan yang terjadi tidak berlangsung intensif
karena kerenggangan populasi (Hinshaw et al. 1985) sehingga prevalensi VAI H5
pada P4 lebih rendah dibandingkan P3. Keberadaan VAI H5 pada itik angon
dalam penelitian ini menunjukkan indikasi bahwa populasi itik angon berperan
penting sebagai reservoir dan pembawa VAI H5 yang efektif serta berpotensi
mempertahankan keberadaan dan menyebarkan virus ke lingkungan maupun
unggas lain yang rentan.