HASIL BAB 1-6

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang  Nutrisi yang adekuat pada masa bayi dan anak-anak sangat dibutuhkan untuk perkembangan setiap anak. Diketahui bahwa periode dari lahir hingga usia 2 tahun merupakan periode yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan dan  perkembangan. (Dewey, 2003). Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan  pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. (Depkes RI, 2006). Pemberian MP-ASI didefinisikan sebagai suatu proses dimana ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga diperlukan makanan dan minuman lain yang diberikan bersamaan dengan ASI. (Dewey,2003) Dinegara-negara berkembang angka kejadian gizi buruk masih cukup tinggi  berkisar 6,9-53 %. (Sidiartha, 2009). Memburuknya gizi bayi dapat saja terjadi karena penghentian pemberian ASI dengan alasan ASI tidak keluar , dan ketidaktahuan ibu atas tata cara pemberian ASI kepada bayinya. (Roesli 2002 dalam E. Simanjuntak 2007). Data survei Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menunjukkan konsumsi MP-ASI secara dini cukup besar, yaitu sebanyak 35% pada bayi kurang dari 2 bulan dan sebanyak 37% pada usia 2-3  bulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan E. Simanjuntak pada tahun 2007 di Tanjung Morawa menunjukkan dari 30 bayi, didapati 60% bayi telah diperkenalkan MP-ASI saat usia kurang dari 6 bulan, dimana tingkat pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif masih rendah. Asi merupakan makanan yang baik dan memenuhi semua kebutuhan nutrisi dari bayi selama 6 bulan pertama. Akan tetapi, setelah usia 6 bulan, Asi saja tidak 1

Transcript of HASIL BAB 1-6

Page 1: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 1/29

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

 Nutrisi yang adekuat pada masa bayi dan anak-anak sangat dibutuhkan

untuk perkembangan setiap anak. Diketahui bahwa periode dari lahir hingga usia 2

tahun merupakan periode yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan dan

 perkembangan. (Dewey, 2003). Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di

dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF

merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; memberikan air 

susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan

ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan

 pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan

meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. (Depkes RI,

2006). Pemberian MP-ASI didefinisikan sebagai suatu proses dimana ASI saja tidak 

cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga diperlukan makanan dan

minuman lain yang diberikan bersamaan dengan ASI. (Dewey,2003)

Dinegara-negara berkembang angka kejadian gizi buruk masih cukup tinggi

 berkisar 6,9-53 %. (Sidiartha, 2009). Memburuknya gizi bayi dapat saja terjadi

karena penghentian pemberian ASI dengan alasan ASI tidak keluar , dan

ketidaktahuan ibu atas tata cara pemberian ASI kepada bayinya. (Roesli 2002 dalam

E. Simanjuntak 2007). Data survei Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2003 menunjukkan konsumsi MP-ASI secara dini cukup besar, yaitu

sebanyak 35% pada bayi kurang dari 2 bulan dan sebanyak 37% pada usia 2-3

 bulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan E. Simanjuntak pada tahun 2007 di

Tanjung Morawa menunjukkan dari 30 bayi, didapati 60% bayi telah diperkenalkan

MP-ASI saat usia kurang dari 6 bulan, dimana tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

ekslusif masih rendah.

Asi merupakan makanan yang baik dan memenuhi semua kebutuhan nutrisi

dari bayi selama 6 bulan pertama. Akan tetapi, setelah usia 6 bulan, Asi saja tidak 

1

Page 2: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 2/29

 

cukup untuk membuat bayi tumbuh dengan baik, tambahan makanan lain juga

dibutuhkan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan bayi dan aktivitas dari bayi yang

 bertambah. Sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi akan meningkat sesuai

 pertambahan usia. Pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6 bulan ke atas

disertai dengan pemberian ASI lanjutan adalah hal yang penting dalam

 perkembangan dan pertumbuhan bayi. (Arjun&Khanti, 2004)

Mengingat pentingnya pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI dan MP-

ASI terhadap tumbuh kembang bayi, maka peneliti tertarik untuk melakukan

 penelitian tentang pengetahuan ibu terhadap pemberian MP-ASI di desa binaan.

Dengan mengetahui pengetahuan ibu tersebut, maka dapat dilakukan penyuluhan

terhadap pemberian MP-ASI jika didapati pengetahuan yang kurang. Sehingga

dapat mengurangi kejadian kurang gizi sedini mungkin.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian makanan

 pendamping ASI di Kelurahan Tanah 600

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian makanan

 pendamping ASI

1.3.2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengetahuan ibu tentang usia pertama kali di berikan MP-

ASI pada bayi di kelurahan tanah 600

b. Mengetahui pengetahuan ibu dalam pemberian jenis dan bentuk MP-

ASI

c. Mengetahui pengetahuan ibu tentang frekuensi pemberian MP-ASI

sesuai usia bayi.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

2

Page 3: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 3/29

 

a. Bagi masyarakat penelitian ini bermanfaat dalam penerapan pemberian

ASI dan juga MP-ASI pada bayi, sehingga dapat mencegah terjadinya

gangguan gizi sedini mungkin.

 b. Bagi petugas kesehatan penelitian ini dapat memberikan informasi

terhadap pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI. Sehingga petugas

kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu

c. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan

tentang pengetahuan ibu terhadap penerapan pemberiaan ASI dan MP-

ASI pada bayi dan bermanfaat sebagai bahan dalam penelitian sejenis

dan berkelanjutan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3

Page 4: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 4/29

 

2.1.PENGETAHUAN

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu

dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

 pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Irmayanti Meliono dkk, 2007 Pengetahuan adalah informasi atau

maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi

 pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara

Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui

dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu

yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang

mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan

tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. (Irmayanti Meliono dkk, 2007).

Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan

 pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang.

Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu

sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar 

 berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan,

maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang

disebut potensi untuk menindaki. (Irmayanti Meliono dkk, 2007).

Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbantuknya tindakan seseorang. Pengetahuan

diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan rasa percaya diri sehingga

dapat dilakukan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan

seseorang.

4

Page 5: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 5/29

 

2.1.2 Jenis Pengetahuan

Ditinjau dari perihal eksplisitasnya, pengetahuan dibagi menjadi 2, yaitu:

 pengetahuan implisit dan pengetahuan explisit, (Erfandi, 2009).

• Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk 

 pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti

keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang biasanya

sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lesan. Kemampuan

 berbahasa, mendesain, atau mengoperasikan mesin atau alat yang rumit

membutuhkan pengetahuan yang tidak selalu bisa tampak secara eksplisit, dan juga

tidak sebegitu mudahnya untuk mentransferkannya ke orang lain secara eksplisit.

(Erfandi, 2009)

Contoh sederhana dari pengetahuan implisit adalah kemampuan mengendara

sepeda. Pengetahuan umum dari bagaimana mengendara sepeda adalah bahwa agar 

 bisa seimbang, bila sepeda oleh ke kiri, maka arahkan setir ke kanan. Untuk 

 berbelok ke kanan, pertama belokkan dulu setir ke kiri sedikit, lalu ketika sepeda

sudah condong ke kenan, belokkan setir ke kanan. Tapi mengetahui itu saja tidak 

cukup bagi seorang pemula untuk bisa menyetir sepeda. (Erfandi, 2009)

Seseorang yang memiliki pengetahuan implisit biasanya tidak menyadari bahwa

dia sebenarnya memilikinya dan juga bagaimana pengetahuan itu bisa

menguntungkan orang lain. Untuk mendapatkannya, memang dibutuhkan

 pembelajaran dan keterampilan, namun tidak lantas dalam bentuk-bentuk yang

tertulis. Pengetahuan implisit seringkali berisi kebiasaan dan budaya yang bahkan

kita tidak menyadarinya. (Erfandi, 2009)

• Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau

disimpan dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya. Dia telah

diartikulasikan ke dalam bahasa formal dan bisa dengan relatif mudah disebarkan

secara luas. Informasi yang tersimpan di ensiklopedia (termasuk Wikipedia) adalah

contoh yang bagus dari pengetahuan eksplisit. (Erfandi, 2009)

5

Page 6: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 6/29

 

Bentuk paling umum dari pengetahuan eksplisit adalah petunjuk 

 penggunaan, prosedur, dan video how-to. Pengetahuan juga bisa termediakan secara

audio-visual. Hasil kerja seni dan desain produk juga bisa dipandang sebagai suatu

 bentuk pengetahuan eksplisit yang merupakan eksternalisasi dari keterampilan,

motif dan pengetahuan manusia. (Erfandi, 2009)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Erfandi ( 2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

sesorang ada 5, yaitu adalah sebagai berikut:

• Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin

mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak 

 pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan

tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. (Erfandi,

2009)

 Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak 

 berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak 

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan

non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif 

dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek 

tersebut . (Erfandi, 2009)

• Informasi / Media Massa

6

Page 7: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 7/29

 

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

 perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia

 bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh

 besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang

 berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

 pengetahuan terhadap hal tersebut. (Erfandi, 2009)

• Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

 bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang

 juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang. (Erfandi, 2009)

• Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan

fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

 pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon

sebagai pengetahuan oleh setiap individu. (Erfandi, 2009)

• Pengalaman

7

Page 8: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 8/29

 

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

 belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan

keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi

dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata

dalam bidang kerjanya. (Erfandi, 2009)

• Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

 bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,

individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan

 banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap

tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan

semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena

mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ

akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa

kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa

teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan

 bertambahnya usia.

2.1.4. Tingkat Pengetahuan

8

Page 9: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 9/29

 

Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam Domain Kognitif mempunyai 6

tingkatan : (S. Notoatmodjo, 2007)

• Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

• Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

 benar.

• Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

• Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek 

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

• Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

• Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan denagn kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

 penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

9

Page 10: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 10/29

 

2.2.MP-ASI

2.2.1. Defenisi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah makanan dan minuman

yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 6-24

 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). MP-ASI

harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut sampai usia 24 bulan,

karena pada masa tersebut produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat gizi

dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat

(WHO,2003/Repository USU).

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan proses transisi

dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk 

 proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral

 berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk 

 bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah

 bagian belakang (UMS, 2010).

MP-ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan, seperti memenuhi

kecukupan gizi, susunan hidangan memenuhi pola menu seimbang dan

memperhatikan selera terhadap makanan, bentuk dan porsi disesuaikan dengan daya

terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan sanitasi / higiene

(Pudjiadi, 2005).

2.2.2. Usia pemberian makanan pendamping ASI

Menurut Depkes RI (2007) usia pada saat pertama kali pemberian makanan

 pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah setelah anak berusia enam

 bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami infeksi atau gangguan pencernaan

akibat virus atau bakteri. Berdasarkan usia anak, dapat diketegorikan menjadi:

a. Pemberian Makanan Bayi Umur 6-9 bulan

• Penyerapan vitamin A dan zat gizi lain Pemberian ASI diteruskan

• Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi

mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari

10

Page 11: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 11/29

 

Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit

dengan sumber lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan

ini dapat menambah kalori makanan bayi, memberikan rasa enak juga

mempertinggi yang larut dalam lemak.

 b. Pemberian Makanan Bayi Umur 9-12 bulan

• Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga

secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara

 berangsur, mendekati makanan keluarga

• Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang

 bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah. Usahakan agar makanan

selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.

• Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan.

Campurkanlah ke dalam makanan lembik berbagai lauk pauk dan sayuran

secara berganti-ganti. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini akan

 berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat di kemudian hari.

c.  Pemberian Makanan Anak Umur 12-24 bulan

• Pemberian ASI diteruskan

• Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali

sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.

Selain itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari

• Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan

Makanan, misalnya nasi dapat diganti dengan tahu, tempe, kacang ijo, telur,

atau ikan. Bayam dapat diganti dengan daun kangkung, wortel, tomat.

Bubur susu dapat diganti dengan bubur kacang ijo, bubur sumsum, biskuit.

• Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi

frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

2.2.3. Pola pemberian makanan pada anak usia 0-2 tahun

11

Page 12: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 12/29

 

Pola pemberian makan anak 0-2 tahun sesuai dengan rekomendasi Depkes

RI (2007) seperti tertera dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Pola Pemberian Makan Menurut Golongan Usia

Anak Gol. Usia

Anak 

(bulan)

Jenis Makanan Frekuensi Sehari

0-6 ASI Sesuka bayi

6- 9 ASI/susu formula,

makanan lumat (bubur 

susu, bubur, sumsum,

 pisang saring/dikerok,

 pepaya saring, tomat

saring, nasi tim saring,

dll)

ASI/susu formula sesuka

 bayi, makanan lumat 2

kali

9-12 ASI/susu formula,

makanan lunak (bubur 

nasi, bubur ayam, nasi

tim, kentang puri, dll)

ASI/susu formula sesuka

 bayi,

makanan lunak 2-3 kali

12-24 ASI/susu formula,

makanan padat atau

makanan keluarga

ASI/susu formula sesuka

anak,

makanan keluarga 3-5

kaliSumber: depkes RI 2007

12

Page 13: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 13/29

 

Table 2.2 Pola pemberian makanan pendamping asi

Sumber : depkes RI 2007

2.2.4. Jenis makanan pendamping ASI

Menurut Depkes RI (2007) jenis makanan pendamping ASI yang baik 

adalah terbuat dari bahan makanan yang segar, seperti tempe, kacangkacangan,

telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan. Jenis-jenis makanan

 pendamping yang tepat dan diberikan sesuai dengan usia anak adalah sebagai

 berikut:

1. Makanan lumat

Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan, dihaluskan atau disaring

dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa ampas. Biasanya makanan lumat ini

diberikan saat anak berusia enam sampai Sembilan bulan. Contoh dari makanan

lumat itu sendiri antara lain berupa bubur susu, bubur sumsum, pisang saring atau

dikerok, pepaya saring dan nasi tim saring.

2. Makanan lunak 

13

Page 14: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 14/29

 

Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air atau

teksturnya agak kasar dari makanan lumat. Makanan lunak ini diberikan ketika anak 

usia sembilan sampai 12 bulan. Makanan ini berupa bubur nasi, bubur ayam, nasi

tim, kentang puri.

3. Makanan padat

Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya

disebut makanan keluarga. Makanan ini mulai dikenalkan pada anak saat berusia

12-24 bulan. Contoh makanan padat antara lain berupa lontong, nasi, lauk-pauk,

sayur bersantan, dan buah-buahan.

14

Page 15: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 15/29

 

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang pengetahuan ibu mengenai

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Diuraikan berdasarkan pengetahuan ibu

terhadap Makanan Pendamping ASI.

Variabel bebas variabel terikat

Gambar 3.1. Kerangka konsep pengetahuan ibu terhadap Makanan Pendamping

ASI

3.2. Definisi Operasional

3.2.1 Pengetahuan Ibu

Pengetahuan ibu adalah kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan

mengenai makanan Pendamping ASI. Pengetahuan diukur melalui kuesioner. Setiap

 jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Total skor adalah 10.

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (Arikunto, 1998)

1) Baik, jika jawaban benar responden > 8.

2) Sedang, jika jawaban benar responden 5-7.

3) Buruk, jika jawaban benar responden < 4.

• Cara ukur dengan menggunakan angket.

15

Pengetahuan

Ibu

Makanan Pendamping ASI

Page 16: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 16/29

 

• Alat ukur dengan menggunakan kuesioner.

Dan skala pengukuran menggunakan skala Ordinal.

3.2.2 Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah makanan dan minuman

yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 6-24

 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006).

16

Page 17: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 17/29

 

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk 

mengetahui pengatuhan ibu terhadap pemberian MP-ASI di kelurahan tanah 600

dengan pendekatan cross sectional .

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan-Marelan,

alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena melihat kondisi masyarakat yang

 beragam serta melihat belum adanya penelitian sebelumnya mengenai bagaimana

 pengetahuan para ibu mengenai pemberian Makanan Pendamping ASI. Penelitian

ini telah dilakukan sejak tanggal 5 maret – 14 maret 2012.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. populasi

Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 0-24 bulan di

Kelurahan Tanah 600.

4.3.2. Sampel

Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Uji

Hipotesis Satu Populasi, sebagai berikut:

Keterangan:

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (1.96)

17

Page 18: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 18/29

 

Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (0.84)

P0 = proporsi di populasi (0.5)Pa = perkiraan proporsi di populasi (0.65)

Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi (0,15)

Maka besar sampel pada penelitian ini adalah :

(dibulatkan)

Kriteria inklusi penelitian adalah

1. Semua ibu usia subur dan telah menikah yang memiliki bayi usia 0-24

 bulan.

Kriteria eksklusi adalah:

1. Semua ibu yang tidak kooperatif  

2. Semua ibu yang tidak bisa membaca dan menulis

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan berupa data primer yaitu data yang dikumpulkan

langsung dari sampel penelitian dengan metode kuesioner. Kuesioner tersebut telah

diuji dengan validitas isi (content validity).

4.5. Metode Analisis Data

Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner dilakukan dengan perangkat lunak 

SPSS. Sampel yang digunakan pada validitas dan reliabilitas adalah Ibu-ibu yang

memiliki karakteristik sama dengan sampel. Semua data yang terkumpul telah

diolah dan disusun dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service

Solutions),dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi.

18

Page 19: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 19/29

 

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Tanah Enam Ratus termasuk di

dalam Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dengan luas wilayah ±342 km2 dan

memiliki 11 lingkungan. Secara geografis kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-

wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kelurahan Rengas Pulau Medan Marelan

2. Sebelah Timur : Kelurahan Titi Papan Medan Deli

3. Sebelah Selatan : Desa Manunggal Deli Serdang

4. Sebelah Barat : Kelurahan Terjun Medan Marelan

Sebagian besar tanah di Kelurahan Tanah Enam Ratus digunakan untuk 

lahan pemukiman, yaitu sekitar 50% dari seluruh luas lahannya. Selain itu lahannya

dipergunakan sebagai area perumahan, sekolah, dan area perladangan/pertanian.

Jumlah penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus pada tahun 2011 adalah 26.371

 jiwa. Sebagian besar penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus bekerja sebagai

wiraswasta / pedagang dan sebagian menjadi petani.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik respondek dibagi berdasarkan umur, pendidikan terakhir dan

 pekerjaan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

 No Umur Jumlah Jumlah%

1 20-30 Tahun 78 90,7

2 31-40 Tahun 7 8,1

Total 85 100,0

19

Page 20: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 20/29

 

Dapat dilihat sebagian besar sampel memiliki kategori umur 20-30 tahun

yaitu sebesar 78 orang atau 90,7% dan yang terendah adalah kategori umur 31-40

tahun sebanyak 7 orang atau 8,1% dari 85 responden.

Selain berdasarkan umur responden juga di distribusikan berdasarkan

Pendidikan terakhirnya yaitu, SD, SMP, dan SMA seperti yang terlihat pada table

dibawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

 No Pendidikan Terakhir Jumlah Jumlah%

1 SD 17 20

2 SMP/Sederajat 28 32.9

3 SMA/ Sederajat 40 47,1

Total 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 jumlah sampel dengan pendidikan terakhir SD

adalah 17 orang atau 20%, jumlah sampel dengan pendidikan terakhir SMP adalah

28 orang atau 32,9%, jumlah sampel dengan pendidikan terakhir SMA/ Sederajat

adalah 40 orang atau 47,1%, jumlah sampel. Dapat dilihat sebagian besar sampelmemiliki pendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 40 orang atau 47,1% dan yang

terendah adalah pendidikan SD sebanyak 17 orang atau 20% dari 85 responden.

Responden juga di distribusikan berdasarkan pekerjaan seperti yang

terlihat pada table 5.3 ;

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

 No Jenis Pekerjaan Jumlah Jumlah%1 Ibu Rumah Tangga 59 69,4

2 Buruh 11 12.9

3 Wiraswasta 15 17,6

Total 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 jumlah sampel dengan jenis pekerjaan Ibu Rumah

Tangga adalah 59 orang atau 69,4%, jumlah sampel dengan jenis pekerjaan Buruh

adalah 11 orang atau 12,9%, jumlah sampel dengan jenis pekerjaan Wiraswasta

adalah 15 orang atau 17,6% . Dapat dilihat sebagian besar sampel memiliki jenis

20

Page 21: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 21/29

 

 pekerjaan Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar 59 orang atau 69,4% dan yang terendah

adalah jenis pekerjaan buruh sebanyak 11 orang atau 12,9% dari 85 responden.

Berdasarkan usia bayi yang dimiliki responden didistribusikan dengan usia

 bayi 0-6 bulan dan usia bayi 6-24 bulan seperti table di bawah ini;

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Bayi

 No Usia Bayi Jumlah Jumlah%

1 0-6 Bulan 41 48,2

2 6-24 Bulan 44 51,8

Total 85 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat sebagian besar sampel memiliki bayi dengan

umur antara 6-24 bulan yaitu sebesar 44 orang atau 51,8% dan yang terendah

adalah memiliki bayi dengan umur antara 0-6 bulan yaitu sebanyak 41 orang atau

48,2% dari 85 responden.

5.1.3. Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.5. Distribusi Pengetahuan Responden tiap pertanyaan

No. Pertanyaan Jumlah Jumlah%

1. Ibu tahu tentang makanan pendamping ASI

A. Benar 

B. Salah

66

19

77,6

22,4

2. Pengertian tentang makanan pendamping ASI itu

A. Benar 

B. Salah

40

45

47,1

52,9

3. Umur yang tepat dalam pemberian makanan tambahan

A. Benar 

B. Salah

54

31

63,5

36,5

4. Jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi

usia > 6 bulan ?

A. Benar 

B. Salah

41

44

48,2

51,8

5. Yang merupakan makanan pendamping ASI ?

21

Page 22: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 22/29

 

A. Benar 

B. Salah

50

35

58,8

41,26. Berapa kali makanan itu diberikan dalam sehari kepada

 bayi yang berusia 6-8 bulan ?

A. Benar 

B. Salah

50

45

47,1

52,9

7. Bayi perlu diberikan makanan tambahan ?

A. Benar 

B. Salah

81

4

95,3

4,7

8. Pengaruhnya terhadap pemberian makan bayi sebelum

usia 6 bulan terhadap kesehatan bayi ?

A. Benar 

B. Salah

19

66

22,4

77,6

9. Menunda makanan tambahan dapat mengurangi faktor 

resiko alergi makanan ?

A. Benar 

B. Salah

32

53

37,6

62,4

10. Usia yang tepat pada proses penyapihan bayi ?A. Benar 

B. Salah

29

56

34,1

65,9

Berdasarkan penelitian di atas dapat lihat pengetahuan responden tentang

MP-ASI sebanyak 66 orang (77,6%) sudah mengetahui dengan benar. Pengetahuan

tentang pengertian makanan pendamping ASI sebanyak 40 orang (47,1%)

menjawab benar. Pengetahuan tentang umur berapa sebaiknya bayi diberikan

makanan tambahan sebanyak 54 orang (63,5%) menjawab dengan benar. Untuk 

 pengetahuan jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi sesuai usia

 bayi sebanyak 41 orang (48,2%) menjawab dengan benar. Pengetahuan yang

manakah makanan pendamping ASI, sebanyak 50 orang (58,5%) yang menjawab

dengan benar.

Untuk pengetahuan ibu tentang berapa kali diberikan makanan tambahan

dalam sehari, sebanyak 40 orang (47,1%) menjawab dengan benar. Pengetahuan

tentang mengapa bayi perlu diberikan makanan tambahan, sebanyak 81 orang

22

Page 23: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 23/29

 

(95,3%) menjawab dengan benar. Pengetahuan responden tentang apa paengaruh

terhadap pemberian makan bayi sebelum usia 6 bulan, sebanyak 19 orang (22,4%)

menjawab dengan benar. Responden yang menjawab benar sebanyak 32 orang

(37,6%) menjawab dengan benar dengan menunda makanan tambahan dapat

mengurangi resiko alergi makanan. Dan pengetahuan responden pada usia berapa

 bayi sebaiknya disapihkan, sebanyak 56 orang (65,9%) menjawab dengan benar.

Berdasarkan data diatas, makan secara kategori pengetahuan responden

dapat dikelompokkan, dimana masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel

 berikut:

Tabel 5.6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden

 No Kategori Pengetahuan Jumlah Jumlah%

1 Baik 15 17,6

2 Sedang 40 47,1

3 Kurang 30 35,3

Total 85 100,0

Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat bahwa tingkat kategori

responden pengetahuan yang baik sebanyak 15 orang atau 17,6%, sedangkan yang

sedang sebanyak 40 orang atau 47,1% dan sebanyak 30 orang atau 35,3%

responden yang memiliki pengetahuan yang kurang.

Pada penelitian ini juga dilakukan analisa data pendidikan terakhir 

terhadap tingkat pengetahuan tentang pemberian MPASI seperti yang terlihat pada

tabel:

Tabel 5.7. Distribusi Tingkat Pengetahuan berdasarkan Tingkat

Pendidikan tentang Pemberian MPASI

Pendidikan

Terakhir 

Kategori Total

Baik Sedang Kurang

SD 2 2,4% 6 7,1% 9 10,6% 17 20%

SMP 1 1,2% 14 16,5% 13 15,3% 28 32,9%

SMA/Sederajat 12 14,1% 20 23,5% 8 9,4% 40 47,1%

Total 15 17,6% 40 47,1% 30 35,3% 85 100%

23

Page 24: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 24/29

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 20% responden berpendidikan

SD sebagian besar pengetahuan kurang (10,6%) dan didapati 2,4% berpengetahuan

 baik. Pada 47,1% berpendidikan SMA didapati 9,4% berpengetahuan kurang

Tabel 5.8. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan Ibu

PekerjaanKategori Pengetahuan

TotalBaik Sedang Kurang

Ibu Rumah

Tangga

12 14,1% 26 30,6% 21 24,7% 59 69,4%

Wiraswasta 0 0% 8 9,4% 3 3,5% 11 12,9%

Buruh 3 3,5% 6 7,1% 6 7,1% 15 17,6%

Total 15 17,6% 40 47,1% 30 35.3% 85 100%

Dari tabel diatas didapati dari 69,4% ibu dengan pekerjaan ibu rumah

tangga 30,6% berpengetahuan sedang. Dari 17,6% ibu yang berkerja sebagai buruh

didapati 7,1% berpengetahuan kurang dan 7,1% berpengetahuan sedang.

5.2.Pembahansan

Makanan pendamping ASI adalah makanan dan minuman yang

mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi dan anak yang berusia 6-24 bulan

guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (depkes RI, 2006). Pemberian

makanan pendamping ASI merupakan salah satu prilaku yang menurut Kurt Lewin

di pengaruhi oleh Faktor Individu yang diantaranya nilai budaya, pendidikan,

 pengethauan , sikap, suku bangsa dan tempat tinggal (Fathurrahman, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh E. Simanjuntak (2007) didapati bahwa

sebagian responden berusia 20-35 tahun (86,7%), dimana sebagain besar 

respondennya berpendidikan SMP (40%) dan 63,4% responden memeliki anak 

 berusia 0-6 bulan. Pada penelitian ini didapati hasil yang tidak jauh berbeda,

dimana sebagain besar responden berusia 20-30 tahun (90,7%) , tetapi sebagian

 besar respnden pada penelitian ini berpendidikan SMA (47,1%). Pada penelitian ini

 juga didapati 51,8% responden memeliki anak usia 6-24 bulan dan 48,2% memeliki

anak usia 0-6 bulan.

24

Page 25: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 25/29

 

Berdasarkan rekomendasi WHO (2001), sebaiknya segera setelah kelahiran

hingga anak berusia 6 bulan diberikan ASI ekslusif , pengenalan makanan

 pendamping ASI sebaiknya dilakukan setelah usia 6 bulan ke atas. Hal ini

dikarenakan pemberian makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan tidak 

memempengaruhi pertumbuhan secara umum dan dapat menimbulkan resiko-resiko

tertentu. Akan tetapi setelah usia 6 bulan ASI saja tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi bayi.

Pada perakteknya masih banyak kesalahan dalam pemberian makanan

 pendamping ASI diamana pengetahuan ibu yang kurang tentang waktu yang tepat

dalam pemberian makanan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang

dilakukan oleh Gunanti dan Firdani (2004) dimana didapati pemberian Makanan

 pendamping ASI pada anak di bawah 6 bulan (50%). Hasil yang tidak jauh berbeda

 juga didapati pada penelitian yang dilakukan oleh E. Simanjuntak yaitu 60%.

Tetapi pada peneltian ini didapati hasil yang berbeda dimana sebagian besar 

responden menjawab pemberian makanan pendamping ASI pada usia di atas 6

 bulan (63,5%). Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan karena responden

 pada penelirian ini sebagian besar berpendidikan SMA sedangkan pada penelitian

E.Simanjuntak berpendidikan SMP.

Tingkat pengetahuan merupakan salah satu komponen penting untuk 

meningkatkan praktek pemberian makanan pendamping ASI. Berdasarkan beberapa

 penelitian tentang pengetahuan ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI

didapati hasil yang berbeda-beda tentang tingkat pengetahuan ibu terhadap

 pemebrian makanan pendamping ASI. Pada penelitian yang dilakukan Wahidah

(2010) didapati tingkat pengetahuan sebagian besar kurang (44,4%) sedangkan

 penelitain yang dilakukan Arief (2004) didapati pengetahuan baik (92,5%) hal ini

dikarenakan pada penelitian tersebut sebagian besar responden berpendidikan

lanjut. Sedangkan pada penelitian ini didapati tingkat pengetahuan responden

tentang makanan pendamping ASI sedang (47,1%). Adanya perbedaan hasil

 penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh smert bahwa pendidikan

merupakan salah satu factor yang melatar belakangi pengetahuan. (Faturrahman,

2007).

25

Page 26: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 26/29

 

Dari hasil tabulasi tingkat pengetahuan dengan tingkat pendidikan, didapati

dari 47,1 % yang berpendidikan SMA 23,5% berpengetahuan sedang, dan masih

dijumpai 9,4% berpengetahuan kurang. Hal ini mungkin terjadi karena sebagian

 besar responden berusia muda, dimana dari hasil survei kebanyakan responden ini

menikah segera setelah tamat SMA. Sehingga mereka lebih mendapat arahan dari

ibunya dalam merawat anak. Dari hasil survei juga didapati ternyata orang tua si ibu

mengajarkan bahwa jika anak menangis, berarti anak tersebut lapar sehingga harus

diberi makan. Hal ini juga sesuai dengan tabulasi tingkat pengetahuan dengan

 pekerjaan ibu, pada penelitian ini didapati dari 69,4% ibu yang berkerja sebagai ibu

ramah tangga 24,7% berpengetahuan kurang dan 30,6% berpengetahuan sedang.

Dari hasil survei didapati ibu rumah tangga lebih banyak di rumah mereka lebih

sering mengahabiskan waktu dengan tetangganya. Mereka juga kebanyakan tinggal

 bersama orang tuanya. Hal ini menyebabkan mereka lebih banyak mendapatkan

informasi dari orang tua dan sesama tetangga yang lebih percaya dengan tradisinya

masing-masing

Masih banyaknya tingkat pengetahuan kurang-sedang dibutuhkan edukasi

yang tepat tentang pemberian makanan pendamping ASI. Berbagai bukti

menyatakan bahwa ibu dapat memberikan makanan pendamping ASI yang kaya

gizi jika makanan tersebut dapat diterima secara cultural, serta dengan

meningkatkan pengetahuan ibu mengenai praktek pemberian makanan pendamping

ASI akan menyebabakan pertumbuhan yang baik bagi bayi. Konseling dan edukasi

yang baik antara ibu dan praktisi kesehatan/komunitas mengenai suatu hal yang

sangat penting untuk memastikan pemberian makanan pendamping ASI yang

optimal. (WHO, 2001)

26

Page 27: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 27/29

 

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu, Tingat pengetahuan

ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI di kelurahan tanah 600 adalah

17,6% baik, 47,1% sedang dan 35,3% kurang.

6.2. Saran

a. adapun saran yang dapat diberikan penulis kepada ibu-ibu agar memberikan

makanan pendamping ASI yang tepat sesuai usia.

 b. diharap ibu-ibu harus memperhatikan porsi makan yang seharusnya diberikan.

c. diharapkan kepada ibu-ibu agar meneruskan ASI hingga usia anak minimal 2

tahun.

d. Kepada petugas-petugas kesehatan diharapkan dapat memeberikan konseling

yang lebh tentang makanan pendamping ASI sehingga ibu-ibu dapat memberikan

makan pada anak yang tepat sesuai usia, sehingga kebutuhan gizinya dapat

terpenuhi.

27

Page 28: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 28/29

 

DAFTAR PUSTAKA

Arief, D., M., 2004. Hubungan Karakteristik Ibu dan Keluarga dengan Praktek 

Pemberian MP-ASI Blended Food Kepada Bayi Usia 6-11 bulan (Studi di Wilayah

Kerja Puskesmas Karangdoro, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang).

Universitas Dipenegoro.

Arjun, S., Khanti, S., 2004. National Guidelines on Infant and Young Child

Feeding. Ministry of human Resource development Departement of Women and

Child Development Food and Nutrition Board Government Of India.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Umum Pemberian

Makanan Pendamping Air Susu ibu (MP-ASI) lokal. Depkes RI

Depkes RI. 2007. Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam Keadaan

 Darurat . Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi

Masyarakat.

28

Page 29: HASIL BAB 1-6

5/16/2018 HASIL BAB 1-6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hasil-bab-1-6 29/29

 

Dewey, K., 2003. Guiding Principles for Complementary Feeding of The

Breastfeed Child. WHO

Erfandi. 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Malang:

Seminar Nasional Kesehatan Reproduksi

Fathurrahman, 2007. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP-

ASI pada Bayi 0-6 Bulan Oleh Ibu-Ibu di Pedesaan Di Kabupaten Hulu Sungai

Selatan. Al-Ulum Vol 34 (4) ; 39-43

Firdani, A., E., dan Gunanti I., R., 2004. Pola Pemberian ASI, MP-ASI dan Status

Gizi Anak Usia 1-2 Tahun pada keluarga Etnis Madura dan Etnis Arab. Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan. Vol 8. No.2; 90-99

Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan

FEUI

 Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. Jakarta :

PT. Rineka Cipta.

 Notoatmodjo, Soekidjo 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan & Ilmu Perilaku

Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Pujdiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta

Simanjuntak, E., N., 2007. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pola Pemberian

Asi, MP-ASI, Penyakit pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Dusun III Desa Limau Manis

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. FKM-USU

29