Harga Batubara Acuan (HBA)

58
EDISI XVII DESEMBER 2013 Urgensi Pembentukan (UPT) Ditjen minerba di daerah 08 Pelaksanaan Rekonsiliasi 7 Wilayah Pertambangan 22 Harga Batubara Acuan WARTA MINERBA HBA dan Formulasi Penetapan HPB Hal 24 Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Jan Apr Feb Mei Mar Jun Jul Okt Agt Nov Sept Des 87.55 88.35 90.09 88.46 85.33 84.87 81.69 76.70 76.89 76.61 78.13 80.31

Transcript of Harga Batubara Acuan (HBA)

Page 1: Harga Batubara Acuan (HBA)

EDISI XVII ▪ DESEMBER 2013

Urgensi Pembentukan (UPT) Ditjen minerba di daerah

08Pelaksanaan Rekonsiliasi 7

Wilayah Pertambangan 22

Harga Batubara Acuan

WARTA MINERBA

HBA danFormulasi Penetapan HPB

Hal 24

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Jan AprFeb MeiMar Jun Jul OktAgt NovSept Des

87.55

88.35

90.09

88.46

85.3384.87

81.69

76.70 76.8976.61

78.13

80.31

Page 2: Harga Batubara Acuan (HBA)

Daftar Isi

DAFTAR ISI

ARTIKEL MINERBA

04 Minerba, Refleksi Tahun 2013 & Siap-Siap Songsong 2014

08 Urgensi Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen minerba di daerah

12 Pelaksanaan Rekonsiliasi Wilayah Pertambangan Ditjen Mineral & Batubara

LIPUTAN WARTA

14 Groundbreaking Smelter Ferronikel PT Multi Baja Industri Tuban

18 Commissioning Pabrik Pengolahan Bijih Bauksit Menjadi Produk Chemical Grade Alumina (CGA)

20 Meningkatkan Kerjasama Sektor Mineral

22 Pelaksanaan Rekonsiliasi 7 Wilayah Pertambangan

INFO MINERBA

24 Harga Batubara Acuan (HBA) Januari - Desember 2013

52 Pameran MP3EI

53 Raflesia Beach Festival

54 Pameran KTI INVESTMENT & TRADE EXPO 2013

55 3rd Annual Business Meeting of Indonesian Coal Producers and Buyers 2013

SI MINO

56 Menambang yang baik dan benar

02Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 3: Harga Batubara Acuan (HBA)

warta minerba

MINERBAdan Semangat Hilirisasinya

Pembaca Warta Minerba yang budiman,

Pada edisi akhir tahun 2013 ini kami mengangkat tema “Minerba dan Semangat Hilirisasi Tambangnya”. Tema ini diangkat untuk menggambarkan kondisi pertambangan pada tahun 2013 yang dipenuhi semangat pelaksanaan Undang-Undang Minerba, khususnya peningkatan nilai tambah.

Ditjen Minerba terus berupaya mengawal amanat Undang-Undang Minerba yang menjadi acuan terwujudnya Good Mining Practice di Indonesia. Selain upaya hilirisasi tambang, pemerintah juga tengah melakukan penetapan wilayah pertambangan yang terus bergulir untuk mendapatkan pengesahan.

Di akhir tahun ini, Ditjen Mineraba juga melakukan refleksi kinerja dan penelaahan isu strategis mineral dan batubara untuk menyongsong 2014. Untuk sub sektor minerba, tahun 2013 dapat dikatakan sebagai masa-masa yang cukup berat, karena banyak tantangan dan permasalahan yang harus diselesaikan. Mengingat tahun 2013 ini merupakan tahun pelaksanaan kebijakan atau regulasi tahun-tahun sebelumnya. Tidak sedikit pula kebijakan atau regulasi baru yang terbit pada tahun ini.

Ditjen Minerba juga terus mendorong peningkatan kerjasama bilateral Indonesia pada bidang energi. Pada tahun 2013 ini Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah untuk acara The 4th ASEAN Ministerial

Meeting on Mineral (AMMin) and Associated Meeting di Grand Hyatt, Nusa Dua, 26-28 November 2013.

Kami ucapkan selamat Tahun Baru 2014 kepada seluruh pembaca Warta Mineral dan Batubara. Semoga di tahun mendatang Warta Minerba semakin berwarna dengan artike dan liputan serta informasi yang menarik.

warta minerba

EMAIL: [email protected] WEBSITE: www.djmbp.esdm.go.id

Diterbitkan olehDirektorat Jenderal Mineral dan Batubara

Penasehat Dr. Ir. Thamrin Sihite

Penanggung JawabIr. Harya Adityawarman

Koordinator RedakturIr. Sujatmiko

Fadli Ibrahim, SHChaerul A. Djalil, S.Sos

EditorDrs. Tri Priyono, MT

Helmi Nurmalaiki, SHDrs. Rokhmadin

Rina Handayani, STIrfan. K, ST

Redaktur PelaksanaYanna Hendro Kuncoro, ST

Dra. Samsia Gustina, MsiBenny Hariyadi, ST

Penulis ArtikelDr. La Ode Tarfin Jaya, ST., MT

Muhammad Adi Putra Sudiman, STParlindungan Sitinjak, ST

Rina HandayaniSatyo Nareworo,

Surya Herjuna, S.HutYanna Hendro K.

FotograferSatyo Naresworo, S.IP

SekretariatNurmala Parhusip, B.Sc

Sri KusriniIko Desy Anggareni, SHWawan Supriawan, SH

Ir. Hildah, MMSalman Akira Togi, SM

Desain & LayoutIrfan K. ST

Alamat RedaksiJl. Prof. Dr. Supomo, SH No. 10 Jakarta 12870

Telp: +62-21 8295608Fax: +62-21 8315209, 8353361

Website www.djmbp.esdm.go.id

[email protected]

PENGATAR REDAKSI

3Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 4: Harga Batubara Acuan (HBA)

MinerbaRefleksi Tahun 2013 dan Siap-Siap Songsong 2014

Tahun 2013 sudah akan berlalu dan tahun 2014 akan segera hadir. Di akhir tahun seperti, tanpa terasa waktu seolah berjalan dengan begitu cepatnya. Namun, waktu yang sudah kita lewati tersebut tidak dapat

diputar kembali. Yang bisa kita lakukan pada momentum seperti ini adalah merefleksikan capaian di tahun 2013 sebagai salah satu dasar dalam perencanaan kebijakan untuk tahun 2014.

4Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

ARTIKELMINERBA

Muhammad Adi Putra Sudiman, ST Perencana Pertama, Bagian Rencana dan Laporan

Page 5: Harga Batubara Acuan (HBA)

Sebelum membahas persiapan yang perlu dilakukan untuk tahun 2014, ada baiknya kita perlu mereview kembali apa yang telah terjadi di tahun 2013.

Untuk sub sektor minerba, tahun 2013 dapat dikatakan sebagai masa-masa yang cukup berat karena banyak tantangan dan permasalahan yang harus diselesaikan. Mengingat, tahun ini merupakan masa pelaksanaan kebijakan atau regulasi tahun-tahun sebelumnya, dan tidak sedikit pula kebijakan atau regulasi baru diterbitkan.

Kemudian, terdapat beberapa isu strategis yang dihadapi antara lain (1) Penetapan Wilayah Pertambangan (WP); (2) Penataan Izin Usaha Pertambangan (IUP); (3) Renegosiasi Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B); (4) Peningkatan Nilai Tambah Mineral; (5) Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka pengelolaan pertambangan mineral dan batubara; dan (6) Isu-isu lainnya yang bersifat insidentil, seperti penanganan kecelakaan tambang, demo penolakan masyarakat terhadap kegiatan pertambangan, dan lain sebagainya.

WILAYAH PERTAMBANGAN

Terkait Wilayah Pertambangan, telah banyak yang dilakukan dan telah dicapai pada tahun 2013. Wilayah Pertambangan ini perlu segera ditetapkan karena akan menjadi dasar bagi seluruh stakeholder pertambangan untuk dapat memberikan kepastian usaha dan ruang bagi kegiatan pertambangan.

Sebagai upaya penyelesaian penetapan WP, Ditjen Mineral dan Batubara telah melaksanakan Rekonsiliasi Nasional Wilayah Pertambangan pada periode Juni s.d September 2013. Hasilnya, pada tahun ini telah ditetapkan Wilayah Pertambangan Pulau Sulawesi melalui Keputusan Menteri ESDM No. 2737 K/30/MEM/2013 tanggal 3 Juli 2013 tentang Penetapan Wilayah Pertambangan Pulau Sulawesi.

Adapun untuk kluster lainnya, seperti Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Papua, Maluku, dan Kalimantan ditargetkan akan selesai ditetapkan pada akhir 2013.

PENATAAN IUP

Per 26 November 2013, tercatat sudah ada 10.915 IUP yang terdiri dari 6.003 IUP berstatus CNC dan 4.912 IUP berstatus Non-CNC.

RENEGOSIASI KK DAN PKP2B

Pada tahun 2013 banyak hal yang telah dilakukan antara lain telah ditetapkannya Term of Reference (TOR) renegosiasi oleh pemerintah. TOR inilah yang dijadikan sebagai dasar dalam berenegosiasi dengan KK dan PKP2B.

Dari awal tahun pembahasan lanjutan renegosiasi terus dilakukan dan ditargetkan segala proses renegosiasi dapat diselesaikan pada tahun 2013.

Tahun 2013 merupakan masa-masa yang cukup berat karena banyak tantangan dan permasalahan yang harus diselesaikan.

05Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

ARTIKELMINERBA

Page 6: Harga Batubara Acuan (HBA)

PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN DI DALAM NEGERI

Isu strategis ini bisa dikatakan paling menguras tenaga dan fikiran pada tahun 2013. Hal ini karena tantangan dan permasalahan yang dihadapi untuk isu ini cukup berat dan beragam. Mulai dari kesiapan infrastruktur (fisik dan regulasi), kesiapan dan kemauan para pelaku usaha pertambangan, hingga permasalahan teknis dan non teknis lainnya.

Terkait pelaksanaan PNT mineral, pada tahun 2013 telah diterbitkan Peraturan MESDM No. 20 Tahun 2013 tanggal 1 Agustus 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan MESDM No. 07 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral.

Pada tahun ini semua proposal pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral dievaluasi dan terus dipantau kemajuannya. Hingga tanggal 26 November 2013, tercatat 112 IUP baru mencapai Feasibility

Study (0-5%), 16 IUP mencapai Amdal (6-10%), 14 IUP mencapai Ground Breaking dan Awal Konstruksi Pabrik (11-30%), 11 IUP mencapai Pertengahan Tahap Konstruksi Pabrik (31-50%), 1 IUP mencapai Akhir Tahap Konstruksi (51-80%), dan 21 IUP mencapai tahap commisisoning/Produksi (81-100%).

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan dan pengelolaan pertambangan mineral dan batubara yang menjadi tugas dan fungsi utama dari Ditjen Mineral dan Batubara. Oleh karena itu Ditjen Mineral dan Batubara secara konsisten terus melakukan pembinaan dan pengawasan.

Bentuk pembinaan dan pengawasan yang telah dilaksanakan berupa inspeksi lapangan, bimbingan teknis, workshop kepada perusahaan dan aparatur daerah.

ISU-ISU INSIDENTIL

Terkait hal ini Ditjen Mineral dan Batubara telah berupaya menyelesaikannya secara cepat, tepat dan hati-hati, sehingga permasalahan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik. Upaya yang dilakukan adalah dengan berkoordinasi dengan berbagai instansi pusat, pemda, perusahaan, dan stakeholder terkait lainnya.

Wilayah Pertambangan (WP) Pulau Sulawesi

Perubahan peta pemerintahan di tahun 2014 sedikit banyak akan mempengaruhi sub sektor mineral dan batubara. Oleh karenanya, kita perlu mengantisipasi berbagai kemungkinan agar dampak yang muncul merupakan dampak yang potisif.

06Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

ARTIKELMINERBA

Page 7: Harga Batubara Acuan (HBA)

Bagaimana dengan Tahun 2014?Tahun 2014 merupakan masa yang sangat penting dan menentukan bagi bangsa dan negara ini. Sebagai tahun politik, pada tahun ini masyarakat Indonesia akan menentukan para anggota legislatif yang baru serta pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Tahun 2014 juga merupakan akhir dari periode RPJMN dan Renstra Tahun 2009-2014.

Khususnya lagi untuk sub sektor mineral dan batubara, tahun 2014 menjadi sangat penting pula. Karena terdapat kebijakan yang wajib dilaksanakan, misalnya saja terkait Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri yang harus terwujud pada tahun 2014 sesuai ketentuan Pasal 103 ayat (1) jo. Pasal 170 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Perubahann peta pemerintahan, baik eksekutif maupun legislatif, sedikit banyak akan berpengaruh kepada sub sektor mineral dan batubara. Oleh karenanya, kita perlu mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi agar dampak yang ditimbulkan nanti merupakan dampak yang positif. Segala bentuk “siap-siap” tersebut harus diwujudkan dengan membuat suatu sistem dalam bentuk kebijakan dan regulasi yang tepat.

Terkait kebijakan peningkatan nilai tambah melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri, kita akan tetap konsisten menerapkannya pada tahun 2014. Oleh karenanya, segala hambatan yang mungkin akan dihadapi harus diantisipasi dari sekarang. Misalnya, terkait penyediaan energi untuk kebutuhan smelter perlu segera diselesaikan secara tepat, antara lain dengan mendorong PLTU Mulut Tambang. Koordinasi dengan PLN pun harus dilakukan, terkait kesiapan PLN untuk memasok listrik bagi smelter. Hal lain yang akan disoroti pada tahun 2014 yaitu terkait dengan Pelayanan Publik dalam rangka mempercepat

dan memperbanyak investasi pada sub sektor mineral dan batubara. Saat ini pelayanan publik di Ditjen Mineral dan Batubara telah dilaksanakan dalam satu atap yaitu melalui Ruang Pelayanan Informasi dan Investasi Terpadu (RPIIT) dan telah juga dikembangkan pengembangan sistem on-line. Terkait hal ini maka sistem pelayanan publik di Ditjen Mineral dan Batubara harus terus disempurnakan, karena kedepan permasalahan dan jumlah layanan yang dihadapi akan semakin banyak dan kompleks.

Satu hal lagi yang perlu diantisipasi untuk tahun 2014 yaitu masalah Sumber Daya Manusia (SDM). SDM terkadang menjadi sesuatu yang terlupakan padahal menjadi salah satu yang paling penting, karena dengan SDM yang kuat baik dari aspek kuantitas maupun kualitasnya maka seberat apapun tantangan dan masalah yang dihadapi pasti dapat terselesaikan dengan baik.

Terkait kuantitas maka salah satu cara yang ditempuh yaitu dengan membuka formasi atau tambahan pegawai baru. Sedangkan terkait kualitas, maka perlu dilakukan peningkatan kompetensi (competency upgrading) melalui beasiswa sekolah lanjutan (S1/S2/S3), diklat, bimbingan teknis, dan sebagainya.

Persiapan menjelang tahun 2014, mutlak perlu dilakukan apabila kita mengharapkan tahun depan kinerja atau performa kita semakin baik. Karena persiapan merupakan satu langkah maju untuk meraih kesuksesan.

Lalu, apa persiapan yang sudah anda lakukan??. Jawab masing-masing dan lanjutkan!!!

Kemajuan Pembangunan Fasilitas Pengolahan & Pemurnian di Dalam Negeri

No Progres (%) Capaian Kegiatan Jumlah IUP

1 0 – 5 Progres mencapai FS 112

2 6 – 10 Progres mencapai Amdal 16

3 11 – 30 Progres mencapai Ground Breaking dan Awal Konstruksi Pabrik

14

4 31 – 50 Progres mencapai Pertengahan Tahap Konstruksi Pabrik 11

5 51 – 80 Progres mencapai Akhir Tahap Konstruksi 1

6 81 – 100 Progres mencapai tahap commisisoning/Produksi 23

07Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

ARTIKELMINERBA

Page 8: Harga Batubara Acuan (HBA)

Urgensi PembentukanUnit Pelaksana Teknis (UPT)Ditjen Minerba di Daerah

8Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

ARTIKELMINERBA

Dr. La Ode Tarfin Jaya, ST.,MTStaf Bagian Rencana dan Laporan Setditjen Minerba

Surya Herjuna, S. HutKasi. Informasi Mineral dan Batubara

Salah satu konsekuensi dari adanya otonomi daerah adalah meningkatnya kebutuhan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam hal pengaturan, perizinan, dan pengawasan pertambangan mineral dan batubara di daerah. Hal tersebut sekaligus membuat tugas operasional Ditjen Minerba sebagai perwakilan pemerintah pusat. Pembentukan UPT Ditjen Minerba di daerah dinilai menjadi salah satu solusi untuk menjawab tantangan dinamika pertambangan nasional saat ini.

Page 9: Harga Batubara Acuan (HBA)

Dinamika perkembangan otonomi daerah dan pemekaran wilayah provinsi/kabupaten/kota secara langsung dan tidak langsung ikut berpengaruh dan memberikan arah baru tata kelola pertambangan mineral dan batubara (Mining governance). Pelaksanaan Otonomi Daerah menyebabkan hampir hilangnya fungsi pemerintah pusat dalam hal pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kebijakan nasional di sub sektor minerba di daerah. Koordinasi antar level pemerintah (pemerintah pusat dengan pemerintah daerah) tidak seperti apa yang diharapkan seperti niatan awal bergulirnya otonomi daerah.

Salah satu konsekuensinya, tugas pemerintah pusat sebagai lembaga yang melakukan pembinaan menjadi semakin berat. Pertama, bertambahnya jumlah wilayah yang harus dibina akibat pemekaran wilayah beberapa provinsi/kabupaten. Kedua, tidak adanya lembaga teknis sebagai kepanjangan tangan lembaga vertikal pusat yang berada di daerah mengakibatkan penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan sub sektor minerba belum optimal berjalan sebagaimana mestinya. Hal tesebut berdampak terhadap belum berjalannya pengelolaan tambang yang baik (good mining practice), serta belum optimalnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di bidang mineral dan batubara.

Kondisi tersebut harus segera disikapi oleh pemerintah pusat, dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. Selain itu, isu lain yang perlu diperhatian lebih serius adalah kerumitan persoalan tumpang tindih IUP serta lemahnya pengendalian dan pengawasan terhadap pengelolaan pertambangan oleh pemerintah daerah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, disebutkan bahwa Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Sejalan dengan pelaksanaan amanat tersebut, maka dalam rangka menjalankan konsep ”governing the resource” dalam pengelolaan subsektor mineral dan batubara, salah satu langkah mendesak perlu dilakukan adalah pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Hal ini merupakan sarana untuk menjaga agar tujuan pemberian otonomi kepada daerah dalam hal kewenangan dalam pengelolaan mineral dan batubara tidak mengalami distorsi. Otonomi tidak semata-mata hanya dipersepsikan sebagai kewenangan saja tetapi juga tanggung jawab.

Alasan Pembentukan UPTKebijakan reformasi birokrasi melalui penataan organisasi kadangkala dimaknai hanya sebatas rasionalisasi (downsizing) pada struktur maupun pegawai suatu

organisasi. Sejatinya, reformasi birokrasi salah satu fokusnya adalah penguatan fungsi dari kementerian atau lembaga. Salah satu bentuk penguatan fungsi ini adalah fungsi pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi Kementerian atau Lembaga. Boleh jadi pembentukan suatu struktur organisasi baru yang memang diperlukan untuk mendukung visi dan misi organisasi adalah bagian dari penataan dan penyempurnaan organisasi itu sendiri. Karena sesungguhnya substansi dari penataan organisasi penekanannya lebih pada mencari struktur dan fungsi yang proporsional serta mendesain organisasi secara tepat dan benar (rightsizing) sesuai kebutuhan, bukan sekedar pemahaman downsizing.

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sesuai dengan kewenangannya serta tugas dan fungsinya yang tercantum dalam Peraturan menteri ESDM No. 18 Tahun 2010 secara garis besar memiliki dua tugas dan fungsi. Pertama, melakukan perencanaan dan pengembangan, termasuk di dalamnya pembinaan dan pengawasan karena masih adanya perizinan yang diterbitkan pemerintah pusat. Kedua, melakukan pelayanan publik antara lain dengan mitra kerja instansi pusat dan daerah, serta pelaku usaha dan masyarakat.

Saat ini, dalam hal pelayanan, hubungan koordinasi dan konsultansi antara perusahaan atau badan usaha dengan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dapat dilihat pada skema di halaman berikut.

Realitas saat ini menunjukkan bahwa kedua fungsi ini dilakukan secara bersama-sama sehingga kinerja Ditjen Mineral dan Batubara tidak optimal. Hal ini antara lain disebabkan karena kurang efektifnya konsultasi dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.

Di samping itu, beban kerja Ruang Pelayanan Informasi dan Investasi Terpadu (RPIIT) menjadi lebih berat karena semakin besarnya volume permohonan. Setiap hari jumlah permohonan bisa mencapai 50 buah, mulai dari izin, rekomendasi, persetujuan dan sertifikasi. Sementara, kemampuan evaluator dalam memberikan pelayanan terbatas hanya tiga jenis perizinan per hari.

Untuk memastikan bahwa semua urusan sub sektor minerba di lapangan terlaksana dengan baik dan benar, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, perlu dilakukan pengawasan dan pembinaan secara efektif dan berkesinambungan. Rentang kendali (span of control) pengawasan perlu diperkuat dengan dukungan kelembagaan.

Dalam hal ini diperlukan dukungan unit kerja untuk melaksanakan tugas-tugas operasional Ditjen Mineral dan Batubara di daerah. Unit kerja yang sesuai dengan karakteristik tugas tersebut dapat berbentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT).

09Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

ARTIKELMINERBA

Page 10: Harga Batubara Acuan (HBA)

DELAPAN ALASAN STRATEGIS

Terdapat delapan alasan pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) oleh Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara.

PERTAMA, BANYAKNYA DAERAH PEMILIK SUMBERDAYA PERTAMBANGAN

Berdasarkan UU No 4 Tahun 2009 pasal 9, 10, 14 dan 17 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah diubah nomenklaturnya dalam putusan Mahkamah Konstitusi No. 10/PUU-X/2012. Pemerintah, dalam hal ini pemerintah pusat mempunyai peran dalam menetapkan WP, WUP, dan WIUP logam dan batubara berdasarkan data dan penentuan oleh pemerintah daerah. Pemerintah Daerah dalam menentukan WP, WUP dan WIUP logam dan batubara harus mendasarkan pada kriteria dan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Dengan jumlah kabupaten/kota dan provinsi yang sudah mencapai 34 provinsi dan 508 kabupaten/kota seluruh Indonesia, sementara sebanyak 34 provinsi dan 400 kabupaten/kota memiliki sumberdaya pertambangan, akan berdampak dengan meningkatnya volume intensitas koordinasi dan konsultansi penyiapan WP, WUP, dan WIUP logam dan batubara.

KEDUA, PERLUNYA KOORDINASI YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

Dalam pasal 38 PP no. 22 Tahun 2010 menyatakan bahwa “WP dikelola oleh menteri dalam suatu sistem informasi WP yang terintegrasi secara nasional untuk melakukan penyeragaman mengenai sistem koordinat dan peta dasar dalam penerbitan WUP, WIUP, WPR, WPN, WUPK, dan WIUPK”. Koordinasi dan konsultansi antara pemerintah pusat dan daerah akan terus berlanjut setelah WIUP

ditetapkan adalah menyangkut dengan penataan batas WIUP, penyiapan lelang dan proses pelelangan serta pembinaan dan pengawasan.

Pembentukan UPT akan sangat membantu dalam rangka mengefisienkan dan mengefektifkan konsultansi dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah sehingga akan meminimalisir terjadinya tumpang tindih lahan, penataan pemanfaatan lahan yang optimal dan sesuai dengan tata ruang, dan meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertambangan yang lebih berkelanjutan.

KETIGA, MENGAMANKAN PENERIMAAN NEGARA

Pembentukan UPT memiliki ruang lingkup tugas yang bersifat strategis, terutama akselerasi pencapaian target PNBP SDA Pertambangan Umum pada APBN dan/atau APBNP yang tahun 2013 ini sebesar Rp 33,1 Triliun.

Mengingat UPT berskala regional sehingga akan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat (stakeholder pertambangan) dalam hal monitoring dan evaluasi terhadap perusahaan yang mempunyai tunggakan kewajiban PNBP guna mengamankan penerimaan negara.

KEEMPAT, MENINGKATKAN KAPASITAS SDMPembentukan UPT akan ditopang dengan tersedianya jabatan fungsional teknis sesuai dengan tugas dan fungsi UPT, misalnya Inspektur Tambang (IT). Keberadaan UPT diharapkan akan membantu peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur daerah dalam pengawasan subsektor mineral dan batubara.

KELIMA, MEMUDAHKAN KOORDINASIPembentukan UPT akan memudahkan koordinasi lintas sektor instansi terkait dilingkup regional wilayah kerjanya (dinas teknis pemda, BPKP, Bea Cukai) dalam

Ditjen Minerba

Pemerintah provinsi (34

provinsi)

Pemerintah kabupaten/kota (508 kabupaten/

kota)

36 KK dan 74 PKP2B

IUP (10.900 perusahaan)

Instansi lainnya (instansi

pemerintah, perusahaan

non tambang, masyarakat, dan swasta lainnya)

Skema Pelayanan Yang Diberikan Oleh Ditjen Minerba Saat Ini

10Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

ARTIKELMINERBA

Page 11: Harga Batubara Acuan (HBA)

hal: peningkatan pengawasan produksi mineral dan batubara; audit kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum; rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara; dan kerjasama informasi data ekspor mineral dan batubara.

KEENAM, MONITORING DAN EVALUASI

Pembentukan UPT akan membantu dalam hal monitoring dan evaluasi serta proses akuntabilitas terhadap pelaksanaan penggunaan dana dekonsentrasi yang tahun 2013 ini besarannya mencapai Rp 38 Miliar kepada pemerintah provinsi dalam rangka pembinaan dan pengawasan pengusahaan serta pengawasan teknik dan lingkungan mineral dan batubara. Sekaligus juga menjadi bahan evaluasi bagi perencanaan dana dekonsentrasi tahun berikutnya.

KETUJUH, MENDORONG SINERGI

Pembentukan UPT akan mendorong sinergi pembangunan sektoral dan pembangunan daerah dilingkup regional wilayah kerjanya. Hal ini dilihat dari tiap TEMA pada masing-masing Koridor Ekonomi, sektor ESDM (termasuk didalamnya subsektor mineral dan batubara) tercatat sebagai “keywords” dalam Koridor Ekonomi yang telah ditetapkan.

KEDELAPAN, PENDELAGIAN TUGAS

Pekerjaan teknis operasional penting dari urusan pemerintah yang bersifat pelaksanaan dan menjadi tanggung jawab Kementerian ESDM (subsektor mineral dan batubara) yang seharusnya bisa dilakukan secara mandiri oleh lingkup Unit Pelaksana Teknis (UPT). Kondisi saat ini masih diserahkan penanganannya kepada pihak ketiga.

Usulan Struktur Unit Pembentukan Teknis (UPT)Dengan mempertimbangan delapan alasan strategis tersebut, maka sudah selayaknya Ditjen Mineral dan Batubara melakukan terobosan strategis (strategic breakthrough) dengan merencanakan membentuk Unit Pelaksana Teknis di daerah berbasis tujuh kluster Wilayah Pertambangan (WP) yang akan ditetapkan.

Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan lokasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk masing-masing kluster WP adalah:

1. Memiliki potensi sumberdaya pertambangan2. Jumlah pelaku usaha pertambangan3. Aksesibilitas4. Pendekatan penyelesaian permasalahan

pertambangan5. Geopolitik, dan 6. Kesiapan fasilitas di daerah.

Dari sekian pertimbangan untuk usulan nomenklatur

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Mineral dan Batubara yang nantinya dibentuk, maka usulan nomenklatur Balai Pelayanan Informasi dan Pemantauan Pertambangan (BPIP2) diharapkan merepresentasikan tugas pokok dan fungsi yang akan di emban oleh UPT tersebut.

Sebagai langkah awal pembentukan UPT dapat dilakukan penggabungan beberapa wilayah dalam satu areal.

1. Balai Pelayanan Informasi dan Pemantauan Pertambangan (BPIP2) Wilayah Sulawesi berada di Kendari yang menaungi wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.

2. Balai Pelayanan Informasi dan Pemantauan Pertambangan (BPIP2) Wilayah Kalimantan berada di Banjarbaru yang akan menaungi wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara.

3. Balai Pelayanan Informasi dan Pemantauan Pertambangan (BPIP2) Wilayah Sumatera berada di Palembang yang menaungi wilayah NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu dan Bangka Belitung.

4. Balai Pelayanan Informasi dan Pemantauan Pertambangan (BPIP2) Wilayah Kepulauan Maluku dan Maluku Utara berada di Ternate yang menaungi wilayah Maluku Utara, dan Maluku.

5. Balai Pelayanan Informasi dan Pemantauan Pertambangan (BPIP2) Wilayah Papua berada di Jayapura yang menaungi wilayah Papua dan Papua Barat.

6. Balai Pelayanan Informasi dan Pemantauan Pertambangan (BPIP2) Wilayah Jawa berada di Jogjakarta yang menaungi DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan Banten.

7. Balai Pelayanan Informasi dan Pemantauan Pertambangan (BPIP2) Wilayah Bali dan Nusa Tenggara berada di Mataram yang menaungi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Untuk mendetailkan bentuk dan struktur lembaga, rumusan tugas dan fungsi Balai Pelayanan Informasi dan Pemantauan Pertambangan (BPIP2), maka prioritas utama Ditjen Mineral dan Batubara adalah segera membentuk tim untuk menyusun naskah akademik menghasilkan cetak biru (blue print) urgensi pembentukan Balai Pelayanan Informasi dan Pemantauan Pertambangan (BPIP2) sebagai Unit Pelaksana Teknis Ditjen Minerba. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan para pakar dan praktisi yang akan menyajikan detil kajian secara komprehensif.

1111Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

ARTIKELMINERBA

Page 12: Harga Batubara Acuan (HBA)

Berdasarkan Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba), pada Pasal 13 disebutkan bahwa

“Wilayah Pertambangan (WP) terdiri dari Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Wilayah Pencadangan Negara (WPN)”.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM sebagai instansi yang mempunyai tanggung jawab dalam penyusunan WP harus melaksanakan kewajibannya dalam pengelolaan pertambangan. Salah satunya adalah penetapan Wilayah Pertambangan.

Selanjutnya, pada pasal 9 ayat 2, disebutkan bahwa “WP ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR – RI)”, sebagaimana diubah berdasarkan Putusan MK atas No. Perkara 10/PUU-X/2012 menjadi “WP ditetapkan oleh Pemerintah setelah ditentukan oleh pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR – RI)”.

Untuk mendapatkan penentuan WP oleh pemerintah daerah perlu dilakukan suatu pertemuan agar WP yang telah ditentukan dapat masuk dalam database pemerintah pusat untuk dapat ditetapkan.

Oleh karena itu, pemerintah kemudian melakukan serangkaian pertemuan dengan pemerintah daerah untuk menampung semua aspirasi usulan WP agar dapat ditetapkan oleh pemerintah. Pertemuan dengan pemerintah daerah kemudian dikemas dalam bentuk rekonsiliasi nasional penentuan wilayah pertambangan.

MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

Maksud dari kegiatan rekonsiliasi nasional penentuan wilayah pertambangan adalah dalam rangka mempertemukan pemerintah pusat sebagai instansi yang menetapkan WP dengan pemerintah daerah yang mempunyai hak dalam penentuan WP. Adapun tujuan rekonsiliasi ini adalah tersampaikannya data usulan penentuan WP oleh pemerintah daerah kepada pemerintah pusat agar dapat segera ditetapkan.

Kegiatan rekonsiliasi penyiapan WP ini dilakukan sejak tahun 2009 dan melibatkan kementerian sektor lainnya seperti:

1. Kementerian Dalam Negeri yaitu dalam rangka memberikan penjelasan dan penentuan kebijakan batas administrasi kebupaten/kota.

2. Badan Informasi Geospasial, yaitu dalam rangka memberikan penjelasan terkait dengan standar perpetaan dan memberikan penjelasan mengenai peta dasar rupa bumi Indonesia.

3. Kementerian Pekerjaan Umum, yaitu dalam rangka koordinasi penataan ruang wilayah dengan wilayah pertambangan yang akan ditetapkan.

4. Kementerian Kehutanan; koordinasi dalam rangka memberikan penjelasan terkait dengan kawasan hutan.

Pelaksanaan Rekonsiliasi

Wilayah PertambanganDitjen Mineral & Batubara

12Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

ARTIKELMINERBA

Surya Herjuna, S. HutKasi. Informasi Mineral dan Batubara

Page 13: Harga Batubara Acuan (HBA)

1313Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

ARTIKELMINERBA

Page 14: Harga Batubara Acuan (HBA)

Groundbreaking SMELTER FERRONIKELPT Multi Baja Industri Tuban

LIPUTANWARTA

14Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Rina HandayaniStaf Bagian Rencana dan LaporanSekretariat DIrektorat Jenderal Mineral dan Batubara

Page 15: Harga Batubara Acuan (HBA)

Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu perusahaan yang mendukung pengolahan dan pemurnian tumbuh kembang di Indonesia adalah PT Multi Baja Industri. Pada Sabtu, 2 November 2013, Wakil Menteri ESDM menghadiri Ground Breaking Pabrik Pemurnian Ferro nikel yang dibangun oleh PT Multi Baja Industri (PT MBI). Hadir dalam acara ini Sesditjen Minerba, Dirjen EBTKE, Sapta Yuda (Komisi VII), Bupati Tuban, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan BKPM.

PT MBI memilih Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur untuk lokasi ground breaking Smelter Ferronikel. Untuk mencapai Kota Tuban kurang lebih membutuhkan 3 jam waktu tempuh dari kota Surabaya.

Pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian ini, akan memperkuat dan mengembangkan proses hilirisasi subsektor mineral dan batubara. Terutama juga akan memperkuat struktur industri hilir nasional.

Menuju Kota Tuban dengan transportasi darat dan waktu tempuh yang cukup lama, tidak menurunkan semangat Bapak Wamen saat memberikan gambaran mengenai dampak ekonomi yang akan didapat dengan adanya peningkatan nilai tambah terutama untuk mineral logam.

Pada tahun 2011 telah terjadi terjadi ekspor besar-besaran bijih nikel yakni sebesar 33 juta ton. Angka

Di tengah maraknya peningkatan nilai tambah yang menjadi isu strategis nasional, kepercayaan pengusaha akan pentingnya pengolahan dan pemurnian terus meningkat. Sejak Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

disahkan, regulasi pendukung pun terus bergerak sebagai penguat Undang-Undang tersebut.

1515Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

LiputanWarta

Page 16: Harga Batubara Acuan (HBA)

ini meningkat 8 kali dibandingkan saat terbitnya UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Hal tersebut terjadi karena belum adanya dorongan tumbuhnya industri Nikel/Stainless Steel dalam negeri.

Tarian traditional mengawali pembukaan acara ground breaking Smelter Ferronikel. Selanjutnya Presiden Direktur PT MBI memberikan sambutan yang diteruskan dengan sambutan hangat dari Bupati Tuban. Dalam hal ini, Bupati Tuban memberikan apresiasi atas kinerja PT MBI.

Dalam sabutuannya, Wamen ESDM juga menyampaikan pujian hangat kepada Bupati Tuban atas upayanya membantu pembangunan smelter ferronikel yang saat ini menjadi konsern Kementerian ESDM, khususnya Ditjen Minerba. Bapak Wamen memberikan ucapan terimakasih kepada banyak pihak yang dianggap ikut terlibat dalam rangka pembangunan smelter.

Proyek Smelter Ferronikel PT MBI tersebut tepatnya berada di Desa Purworejo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Lahan yang terletak di pinggir Pantai Laut Jawa seluas 26 Ha ini merupakan bagian dari grup perusahaan pertambangan nikel terintegrasi.

16Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 17: Harga Batubara Acuan (HBA)

Sekali lagi Bapak Wamen ESDM menegaskan bahwa pada 12 Januari 2014 kegiatan peningkatan nilai tambah harus sudah berjalan, maka dari itu dibutuhkan keseriusan lebih untuk mewujudkan smelter-smelter yang sudah siap. Bapak Wamen juga menunjukkan sikap antusiasnya bahwa pabrik ini harus dapat berjalan dengan komitmen perusahaan yang menggunakan teknologi proses RKEF (Rangkaian rotary drier, rotary klin, dan electric furnace) yang dirancang untuk beroperasi secara ramah lingkungan. PT MBI merencanakan commissioning pabrik pada tahun 2016. Kehadiran pabrik pemurnian ferronikel ini akan memberikan multiplier effect, baik untuk daerah Jawa timur khususnya dan nasional pada umumnya. Multiplier effect yang akan lebih terasa dengan kehadiran pabrik pemurnian ferronikel ini diantaranya peningkatan nilai ekonomi untuk Jawa timur; menciptakan lapangan kerja baru (direct employment); menciptakan nilai tambah untuk nikel; meningkatkan Gross Domestic Product (GDP); dan juga meningkatkan sumber pendapatan dari berbagai jenis pajak, retribusi dan royalti.

Dari aspek sosial, dampak pembangunan pabrik pemurnian ferronikel ini adalah adanya penyerapan tenaga kerja dan perkembangan perekonomian komunitas lokal melalui program Corporate Social Responsibility yang diharapkan akan membawa pada perbaikan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Pabrik ini direncanakan memiliki kapasitas 2 x 33 MVA dan membutuhkan bijih sekitar 1.200.000 WMT untuk tahap I. Pabrik tersebut akan menghasilkan 110.000MT

Feronikel dan 400.000 MT Slag. Kebutuhan bijih nikel diperoleh dari IUP OP di wilayah Halmahera Selatan dan Sulawesi. Pabrik ini membutuhkan tenaga listrik sebesar 120.000 MVA dari PLN dan 400.000 MT batubara yang berasal dari IUP OP di Kalimantan Selatan.

Keberadaan pabrik ini diharapkan dapat memberikan manfaat riil kepada masyarakat dan pemerintah baik pada tataran lokal di Tuban, regional di Jawa Timur, dan nasional. Hal ini sejalan dengan filosofi peningkatan nilai tambah mineral yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan nilai tambang, menyediakan bahan baku industri, menyerap tenaga kerja, dan meningkatkan penerimaan negara.

Guna mendorong percepatan peningkatan nilai tambah mineral di dalam negeri, pemerintah telah menerbitkan Inpres No. 3 Tahun 2013 Tentang Percepatan Peningkatan Nilai Tambah Melalui Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri.

Menyikapi hal tersebut di atas, maka sudah selayaknya seluruh pihak yang terkait dalam pembangunan harus bahu membahu untuk segera mempercepat tahapan proyek ini sampai pada tahapan selanjutnya, yaitu tahap kontruksi, tahap commissioning, dan pada akhirnya tahap operasi komersial. Dengan semakin cepatnya pabrik ini beroperasi maka manfaatnya pun akan cepat dirasakan kita semua.

Layout Smelter

1717Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 18: Harga Batubara Acuan (HBA)

Pada hari Senin, 28 Oktober tahun 2013, telah diselenggarakan commissioning pabrik pengolahan bijih bauksit menjadi Produk

Chemical Grade Alumina (CGA) oleh PT Indonesia Chemical Alumunia (ICA) yang merupakan anak perusahaan dari PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. Kegiatan yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda tersebut terletak di Desa Piasak, Kecamatan Tayan Hilir. Jadwal commissioning ini ternyata maju tiga bulan lebih awal. Peresmian dihadiri oleh Menteri ESDM, Jero Wacik, Menteri BUMN Dahlan Iskan, dan Dirut ANTM Tato Miraza. Pejabat pemerintah daerah dan masyarakat setempat juga turut hadir untuk mendukung Proyek CGA di Tayan ini. Pabrik tersebut yang diharapkan

dapat beroperasi pada Semester II tahun 2014.

Konstruksi pabrik PT Indonesia Chemical Alumina ini berlangsung sejak 11 April tahun 2011. Pabrik pengolahan bauksit tersebut memiliki kapasitas produksi sebesar 300 ribu ton CGA per tahun dari 850 ribu wmt bijih bauksit tercuci pertahun. Pabrik pengolahan Chemical Grade Alumina (CGA) yang dikembangkan oleh PT Indonesia Chemical Alumina (ICA) ini merupakan perusahaan patungan antara PT Antam dengan Showa Denko, Jepang. Sebanyak 80 persen saham PT ICA dimiliki oleh PT Antam Tbk sedangkan 20 persen sisa saham dipegang oleh Showa Denko.

Bertepatan dengan acara commissioning pabrik pengolahan bijih bauksit menjadi produk CGA PT ICA ini, Keraton Pakunegara Tayan juga memberikan

LIPUTANWARTA

Satyo NaresworoStaf Bagian Rencana dan LaporanSekretariat DJMB

Commissioning Pabrik Pengolahan Bijih Bauksit

Menjadi Produk Chemical Grade Alumina (CGA)

18Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 19: Harga Batubara Acuan (HBA)

penghargaan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan. Raja Tayan, Gusti Yusri secara langsung menyematkan penghargaan tersebut, yaitu Gelar “Wirayudha Setia Negara”. Penghargaan ini diberikan kepada orang yang dengan setia mendedikasikan dirinya untuk bangsa dan negara, karena dengan setia mendarmabaktikan dirinya pada bangsa dan Negara.

Sebagai penanda dimulainya fase commissioning (persiapan), penekanan sirine dilakukan secara serempak oleh Menteri ESDM Jero Wacik, Menteri BUMN Dahlan Iskan, dan Direktur Utama PT Antam Tato Miraza. Suka cita karyawan perusahaan setelah peresmian Pabrik Chemical Grade Alumina Tayan terlihat jelas dari ekspresi berpose di atas podium dan saat kegiatan peresmian produksi pertama dilakukan.

Dalam pidato pembukaan acara ini, Menteri ESDM berulang kali mengungkapkan rasa senang karena karyawan pabrik Chemical Grade Alumina ini berasal dari tiga kecamatan daerah setempat. Dengan terserapnya tenaga kerja lokal, diharapkan akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Kalbar umumnya, dan Tayan khususnya.

Dalam konferensi persnya, Menteri ESDM menjelaskan bahwa dengan berdiri dan diresmikannya pabrik pengolahan bijih bauksit menjadi produk Chemical Grade Alumina (CGA) oleh PT Indonesia Chemical Alumunia (ICA), diharapkan nantinya banyak juga perusahaan lain yang segera mengikuti langkah yang baik ini.

Dalam hal ini pemerintah siap berkoordinasi dengan dunia usaha guna mendorong industri hilir tambang sebagaimana diamanatkan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Semangat dari UU itu adalah menciptakan kemandirian dalam bidang pertambangan. Tujuannya agar Indonesia bisa merasakan nilai tambah dari produk-produk tambang, mendongkrak produk domestik bruto, dan menyerap tenaga kerja.

Pemerintah juga telah menerbitkan Permen ESDM No. 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. Pada 1 Agustus 2013 lalu pemerintah resmi mengeluarkan Permen ESDM No. 20 Tahun 2013 sebagai revisi kedua atas Permen itu. Dalam Permen itu, telah diubah beberapa poin mengenai pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian serta syarat ekspor. (SN)

LIPUTANWARTA

1919Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 20: Harga Batubara Acuan (HBA)

The 4th ASEAN Ministerial Meeting on Mineral (AMMin) and Associated MeetingSektor Mineral

Grand Hyatt, Nusa Dua, 26-28 November 2013

Pertemuan the 4th AMMin dibuka dan dipimpin oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bapak Jero Wacik dan dihadiri oleh menteri, wakil menteri, dan pejabat yang mewakili kementerian atau otoritas sektor mineral Negara Anggota ASEAN (AMS). Dalam pertemuan tersebut hadir pula Deputy Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Urusan Komunitas dan Korporat, Dr. AKP Mochtan.

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Dr. Sukhyar dan didampingi anggota Delri dari Ditjen Minerba, Biro Perencanaan dan Kerjasama, Balitbang ESDM, Badiklat ESDM, dan Ditjen Kerjasama ASEAN, Kementerian Luar Negeri.

Dalam sambutan pembukaannya, Menteri ESDM antara lain menyampaikan mengenai pentingnya sektor mineral untuk pembangunan negara-negara dan kawasan ASEAN. Sehubungan dengan perannya yang strategis tersebut, kerjasama sektor mineral di kawasan harus dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak termasuk dengan mitra wicara ASEAN.

Lebih dari itu, pembangunan sektor mineral harus membawa manfaat/perbaikan nasib penduduk setempat, berorientasi pada penciptaan lapangan kerja serta ramah lingkungan.

Dalam acara pembukaan ini, Menteri ESDM yang didampingi

Pertemuan The 4th ASEAN Ministerial Meeting on Minerals (AMMin) and Associated Meeting telah dilaksanakan di Grand Hyatt Hotel, Nusa Dua, Bali pada 26-28 November 2013. Rangkaian Pertemuan tersebut terdiri dari Pertemuan The 13th ASEAN Senior

Officials Meeting on Minerals (13th ASOMM) pada 26 November 2013; Pertemuan The 6th ASOMM+3 (China, Jepang dan Korea) pada 27 November 2013; dan Pertemuan the 4th AMMin pada 28 November 2013.

20Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

LIPUTANWARTA

Page 21: Harga Batubara Acuan (HBA)

seluruh Delegasi AMS dan Deputi Sekjen ASEAN meluncurkan ASEAN Mineral Database Information System (AMDIS). AMDIS merupakan sistem yang berisi data dan informasi tentang sumber daya, perdagangan, riset, pengembangan, dan peraturan sektor mineral di kawasan. Sistem ini dibangun agar publik dan sektor swasta dapat mengakses informasi sektor mineral di kawasan. Dengan keterlibatan semua pemangku kepentingan tersebut, pengembangan mineral di kawasan akan lebih optimal.

POKOK-POKOK HASIL PERTEMUAN KE-4 AMMIN

Pertemuan the 4th AMMin menghasilkan beberapa kesepakatan kerjasama mineral serta memberikan arahan bagi kerjasama tersebut dan kerjasama lainnya di masa depan. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam Joint Ministerial Statement. Kerjasama yang disepakati terutama terkait dengan kesiapan sektor mineral menyongsong ASEAN Economic Communiy (AEC) 2015, review dan arahan untuk ASEAN Minerals Cooperation Action Plan (AMCAP) 2011-2015, dan Kerjasama dengan Mitra Wicara.

Terkait kesiapan sektor mineral menyongsong AEC 2015, para menteri sepakat untuk lebih meningkatkan kerjasama sektor mineral agar menjadi kompetitif untuk menjawab tantangan ke depan bagi kepentingan bersama negara anggota ASEAN. Memperhatikan permintaan yang terus meningkat terhadap sektor mineral bagi pertumbuhan ekonomi dan perluasan pasar ASEAN, para menteri sepakat untuk meningkatkan kerjasama regional guna mendorong pengembangan mineral bagi pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Selain itu para menteri juga sepakat untuk mengatasi dampak negatif baik terhadap lingkungan maupun sosio-ekonomi dari pembangunan sektor mineral. Untuk mendorong pengembangan mineral tersebut, para menteri berkeyakinan bahwa kemitraan swasta dan pemerintah sangat penting.

Sementara itu dalam kaitan dengan review dan arahan untuk AMCAP 2011-2015, para menteri menyampaikan penghargaannya kepada ASOMM untuk pelaksanaan AMCAP 2011-2013 dan mencatat kemajuan berbagai

program/proyek kerjasama di empat kelompok kerja yakni Working Group on Minerals Information and Database (WGMID), Working Group on Sustainable Minerals Development (WGSMD), Working Group on Capacity Building (WGCBM), dan Working Group on Trade and Investment in Minerals (WGTIM).

Untuk efektivitas pelaksanaan proyek AMCAP 2011-2015, para menteri selanjutnya mendorong AMS untuk mendukung ASEAN Mineral Trust Fund (AMTF) dengan membayarkan kontribusinya (bagi yang belum). Para menteri menyampaikan kembali persetujuannya bahwa AMTF dapat digunakan untuk proyek atau aktivitas yang tertuang dalam AMCAP 2011-2015 dan rencana lainnya yang telah disetujui ASOMM/AMMin.

Sehubungan dengan akan berakhirnya AMCAP 2011-2015, para menteri menugaskan ASOMM untuk mulai memformulasikan AMCAP selanjutnya untuk periode waktu 2015-2019. AMCAP baru tersebut diharapkan siap dan dapat disahkan pada Pertemuan ke-5 AMMin di Laos pada tahun 2015 yang akan datang.

Dalam kaitan dengan review dan arahan untuk Kerjasama ASEAN dengan Mitra Wicara, para menteri mencatat perkembangan dan kemajuan kerjasama ASEAN Plus Three yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, para menteri mendorong agar kerjasama tersebut dapat dilanjutkan dengan fokus untuk pertukaran pengetahuan/pengalaman dan riset bagi pengembangan minerals, geoscience dan geological mapping, juga untuk lokakarya dan pelatihan capacity building.

Di sela-sela rangkaian pertemuan, Delegasi Indonesia dan Vietnam melaksanakan pertemuan bilateral yang dipimpin oleh Kepala Badan Geologi. Secara umum, pertemuan bilateral tersebut membahas tentang rencana pembuatan MoU antara Ditjen Mineral dan Batubara dengan Directorate General of Center for Information and Archives of Geology untuk menindaklanjuti MoU antara Menteri ESDM Indonesia dan Minister of Natural Resources and Environment (MONRE) Vietnam yang telah ditandatangani sebelumnya. MoU tersebut akan menyertakan poin-poin seperti upaya bersama peningkatan investasi di sektor mineral, joint research, transfer technology dan pembentukan joint venture.

21Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

LIPUTANWARTA

Page 22: Harga Batubara Acuan (HBA)

PelaksanaanRekonsiliasi 7 Wilayah Pertambangan

Tahun 2013 merupakan tahun dimana rangkaian pelaksanaan kegiatan rekonsiliasi 7 wilayah pertambangan

diselenggarakan. Rekonsiliasi Wilayah Pertambangan merupakan wadah untuk koordinasi antara Kementerian ESDM dengan para gubernur dan bupati/walikota dalam rangka penetapan Wilayah Pertambangan. Dengan hadirnya perwakilan tiap-tiap daerah, maka diharapkan usulan draft WP yang di bawa sebagai WP yang ditentukan dan telah disesuaikan dengan rencana tata ruang di daerah masing-masing dan merupakan hasil koordinasi bottom up antara Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Provinsi.”

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa WP merupakan bagian dari tata ruang nasional. WUP dan WPR merupakan kawasan peruntukan pertambangan pada kawasan budidaya, sedangkan WPN merupakan kawasan strategis yang dapat berada di kawasan lindung maupun budidaya.

Sesuai amanat dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 10/PUU-X/2012 atas judicial review Pasal 9 ayat (2) UU No. 4/2009, bahwa yang semula “WP ditetapkan oleh pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan DPR RI”, diubah menjadi “WP ditetapkan oleh Pemerintah setelah ditentukan oleh pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan DPR RI.”

Penetapan WP menjadi dasar seluruh stakeholder pertambangan untuk dapat memberikan kepastian usaha dan ruang bagi kegiatan pertambangan. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara telah menyusun draft WP seluruh Indonesia berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam UU No. 4/2009 dan PP No. 22/2010, dan ditindaklanjuti dengan mengirimkan surat No. 680/30/DJB/2013 tertanggal 22 April 2013 kepada gubernur dan bupati/walikota se-Indonesia untuk mendapatkan tanggapan terkait draft WP yang telah di susun.

Rekonsiliasi Wilayah Pertambangan kali ini adalah sebagai wadah koordinasi dan serah terima tanggapan pemerintah daerah terhadap draft WP yang telah disusun oleh pemerintah. Selain itu, berita acara tanda terima draft WP tersebut akan menjadi bukti otentik dan data dukung bahwa WP ditentukan oleh pemerintah daerah serta menjadi wujud koordinasi pemerintah dengan pemerintah daerah dalam penyusunan WP.

Usulan draft WP yang nantinya disusun menjadi draft final WP ini akan ditindaklanjuti dengan dibawa dalam rapat konsultasi dengan DPR-RI untuk selanjutnya ditetapkan oleh pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral.

Jadwal Pelaksanaan Rekonsiliasi 7 Wilayah Pertambangan

Pulau / Kepulauan

Pelaksanaan Rekonsiliasi

SULAWESI Jakarta - Hotel Bidakara,12, 13, dan 14 Juni 2013

KALIMANTAN Jakarta - Hotel Manhattan,2, 3, dan 4 Juli 2013

PAPUA Jakarta,21, 22, dan 23 Agustus 2013

MALUKU Jakarta,21, 22, dan 23 Agustus 2013

SUMATERA Jakarta,4, 5, dan 6 September 2013

BALI DAN NUSA TENGGARA

Jakarta,18, 19, dan 20 September 2013

JAWA Jakarta,2, 3, dan 4 Oktober 2013

LIPUTANWARTA

Dokumentasi Pelaksanaan Rekonsiliasi Wilayah Pertambangan Pulau Sulawesi,

Kalimantan, Papua, dn Maluku

22Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 23: Harga Batubara Acuan (HBA)

LiputanWarta

Wilayah Pertambangan Pulau Sulawesi

Wilayah Pertambangan Pulau Kalimantan

Wilayah Pertambangan Pulau Papua

2323Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 24: Harga Batubara Acuan (HBA)

24Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

INFOMINERBA

Harga Batubara Acuan (HBA)

Januari - Desember 2013

87.5588.35

90.0988.46

85.33 84.87

Jan AprFeb MeiMar Jun

Page 25: Harga Batubara Acuan (HBA)

25Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

INFOMINERBA

galangtoink.files.wordpress.com

HBA 2013 (US$)

81.69

76.70 76.89 76.6178.13

80.31

Jul OktAgt NovSept Des

Page 26: Harga Batubara Acuan (HBA)

26Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

INFOMINERBA

HPA & HPB - JANUARI 2013

Page 27: Harga Batubara Acuan (HBA)

2727Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

INFOMINERBA

Page 28: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - FEBRUARI 2013

28Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 29: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

2929Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 30: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - MARET 2013

30Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 31: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

3131Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 32: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - APRIL 2013

32Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 33: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

3333Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 34: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - MEI 2013

34Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 35: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

3535Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 36: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - JUNI 2013

36Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 37: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

3737Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 38: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - JULI 2013

38Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 39: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

3939Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 40: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - AGUSTUS 2013

40Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 41: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

4141Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 42: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - SEPTEMBER 2013

42Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 43: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

4343Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 44: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - OKTOBER 2013

44Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 45: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

4545Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 46: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - NOVEMBER 2013

46Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 47: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

4747Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 48: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

HPA & HPB - DESEMBER 2013

48Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 49: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

4949Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 50: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

FORMULA HPB

50Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 51: Harga Batubara Acuan (HBA)

INFOMINERBA

5151Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Page 52: Harga Batubara Acuan (HBA)

Pameran yang berlangsung pada tanggal 13 – 15 Nopember 2013 mengambil tema MP3EI (Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi

Indonesia). Dengan tujuan dari pameran ini adalah:

• Membangun industri dan kemitraan yang dapat menyediakan infrstruktur Indonesia.

• Menggabungkan IIICE dan konstruksi Indonesia akan memberi lingkup lebih luas untuk para peserta dan memberi manfaat bagi pelaksanaan MP3EI, karena IIICE merupakan pameranterbesar di Indonesia.

Dalam kesempatan ini bersamaan pula dengan pameran teknologi konstruksi Indonesia yang mengambil tempat di Jakarta Convention Centre. Acara dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa dan didampingi oleh Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto.

Dalam konferensi dan pameran tersebut diikuti tidak kurang oleh 600 insinyur internasional dari ASEAN dan Asia Pasifik. Diantaranya seperti Kamboja, Laos, Myanmar, Filipina, Indonesia, dan negara lain. Pada acara tersebut peserta membahas isu-isu tantangan infrastruktur lokal maupun global.

52Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

PameranMP3EI

INFOMINERBAINFOMINERBA

Page 53: Harga Batubara Acuan (HBA)

Pameran dilaksanakan pada tangga l26 – 30September 2013 bertempat di Sport Center, Pantai Panjang – Bengkulu. PameranBengkulu Expo 2013 diikuti oleh 77 peserta baik lokal maupun nasional, termasuk dari berbagai daerah yang menampilkan produk unggulan dari daerahnya masing-masing

5353Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

Raflesia Beach Festival

INFOMINERBAINFOMINERBA

Page 54: Harga Batubara Acuan (HBA)

Pameran yang dilaksanakan di KawasanTimur Indonesia (KTI) Invesment & Trade Expo 2013 dilaksanakan pada tanggal 24 – 26 Oktober

2013 dengan mengambil tempat di Hotel Sahid Jaya Makasar– Sulawesi Selatan. Pameran dibuka secara resmi oleh Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo.

54Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

PameranKTI INVESTMENT & TRADE EXPO 2013

INFOMINERBAINFOMINERBA

Page 55: Harga Batubara Acuan (HBA)

Acara 3rd Annual Business Meeting of Indonesian Coal Producers and Buyers 2013 berlangsung pada tanggal 23 – 24 September 2013 di Bali,

Acara ini terselenggara atas kerjasama Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara, Ditjen Mineral dan Batubara dengan Petromindo Jakarta. Perhelatan yang berlangsung pada tanggal 23 – 24 September 2013 ini mengambil tempat di Stones Hotel, Kuta Bali.

Format acara lebih difokuskan pada pertemuan bisnis tahunan antara produsen batubara Indonesia dan

pembeli. Panitia menghadirkan beberapa pembicara dari kalangan pemerintahan ataupun dari dunia usaha baik dari dalam maupun luar negeri. Sedangkan pameran itu sendiri untuk melengkapi pertemuan bisnis tahunan tersebut.

5555Warta Minerba Edisi XVII - Desember 2013

3rd Annual Business Meeting of Indonesian Coal Producers and Buyers 2013

INFOMINERBAINFOMINERBA

Page 56: Harga Batubara Acuan (HBA)

Menambangyang baik dan benar

“Nilai Tambah iTu uNTuk apa?”

56MINO&DINO

Page 57: Harga Batubara Acuan (HBA)

Pada suatu sore Mino yang sedang asik menonton acara berita di televisi kedatangan tamu yang tak lain dan tak bukan adalah Dino.

“Tokk.. tokk.. tokkk… Minoooo…” teriak Dino saat di depan pintu rumah Mino.

“Huft… Dino.. masuk Bro.. ane lagi nonton berita nih, berita tambang di luar negeri Din, bagus deh.

“Yuk ahh Min masuk ikutan lihat beritanya” sahut Dino.

Mino terheran dengan ajakan Dino “Loohh..yang punya rumah ane bro, hahaha.. yuk ah masuk deh..”

Kali ini Dino lihat berita hanya sepintas dan langsung mengajak diskusi Mino masalah Penambangan, yaitu, Menambangan yang Baik dan Benar.

“Min … gak hanya di luar negeri loh yang punya tambang yang penambangannya dilakukan secara baik dan benar, di negara kita juga ada tauk..” ucap Dino dengan nada kesal.

“Loh kok jadi tiba-tiba jengkel gitu Din? Emang iya di negeri kita juga pasti adalah yang melakukan kegiatan pertambangan yang baik dan benar,” jawab Mino.

Mino kembali bertanya ke Dino “Emang Dino tau seperti apa yang dinamakan kegiatan tambang yang baik dan benar itu seperti apa?”

“Nah ini pertanyaan yang bagus Min, biasanya kan Mino yang jelasin, kali ini biar Dino ya yang jelasin. Salah satu alasan kegiatan penambangan itu harus dilakukan secara baik dan benar karena aktivitas

pertambangan harus dijalankan secara berkelanjutan karena sifatnya yang temporary dan mengambil sumber daya yang tak pulih (unrenewable resources). Jadi Min, pemulihan lahan yang terganggu akibat aktivitas pertambangan harus dioptimalkan sehingga menjadi lahan yang produktif. Selain itu, manfaat dari aktivitas pertambangan perlu di konversi ke dalam bentuk lain (transformasi manfaat) agar pembangunan tetap dapat berlanjut dan tetap memberikan kesejahteraan di daerah sekitarnya.”

“O ya?”

“Iya, contohnya seperti tempat tamasya yang kita datangi dulu. Ternyata itu dulu kan bekas tambang, dan setelah tambang tutup jadi tempat wisata, tapi Min tidak hanya itu saja alasan kegiatan harus dilakukan secara baik dan benar.”

“Terus kira-kira siapa-siapa saja ya Min yang harus melaksanakan Good Mining Practice ini..?!?”

“Tapi ya Min kalo menurut ane sih seharusnya seluruh perusahaan tambang wajib melakukan Good Mining Practice sebagai inisiatif global. Karena ini akan menjadi parameter kepatuhan dan integritas perusahaan sebagai operator pertambangan. Implementasi Good Mining Practice ini juga merupakan bagian dari menghargai lingkungan, masyarakat serta negara.”

“Gileeee …. Canggih bener loe Din, nanya, tapi dijawab sendiri dan bener lagi, makan apaan semalem Din?”

“Hahahaha …” gelak tawa Mino sambil menepuk pundak Dino karena bangga punya temen yang makin pintar dan berwawasan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kaidah Pertambangan yang Baik

Optimalisasi Pengelolaan Sumber

Daya Mineral

Sustainable Development

Peraturan Perundang-Undangan

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan, Reklamasi, dan

Pascatambang

Keselamatan Operasi Pertambangan

Konservasi Minerba

Pengelolaan dan Pemanfaatan Sisa Hasill Penambangan

57MINO&DINO

Page 58: Harga Batubara Acuan (HBA)

Proses produksi feronikel untuk peningkatan nilai tambah nikel.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UPBN Sultra - Pomala

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARAKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik IndonesiaJl. Prof. Dr. Supomo, SH No. 10, Jakarta 12870 - IndonesiaTelp: +62-21 8295608; Fax: +62-21 8315209, 8353361www.djmbp.esdm.go.idE-mail: [email protected]