Hands Out Kuliah Perdana Promosi Kesehatan
-
Upload
rezakhadafyparenrengi -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of Hands Out Kuliah Perdana Promosi Kesehatan
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
1
BAB I
KONSEP PROMOSI ATAU PENDIDIKAN KESEHATAN
Banyak pengertian terhadap kata kesehatan. Kesehatan adalah keadaan
sempurna baik fisik, mental, sosial, dan tidak hanya bebas dari penyaki dan cacat
(WHO). Sedangkan paradigma baru mengemukakan kesehatan adalah keadaan
sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23/ 1992). Menurut UU No. 36/
2009, yang terbaru dan digunakan samapai sekarang, kesehatan adalah keadaan
sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kesehatan merupakan hasil interaksi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal, misalnya fisik dan psikis, sedangkan faktor eksternal misalnya
lingkungan. Arti sehat bermacam-macam, sehat fisik berarti orang tersebut tidak
sakit secara klinis dan fungsi tubuh maupun organnya normal. Sehat mental yang
berarti sehat dalam pikiran, emosional, dan spiritualnya. Sehat sosial dimana
seseorang mampu berinteraksi dengan orang lain secara baik. Sehat ekonomi
berarti mempunya produktivitas yang baik dan orang tersebut bersekolah atau
mengikuti kegiatan pelayanan atau keagamaan.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
2
1.1 Pengertian dan Batasan Pendidikan atau Promosi Kesehatan
1.1.1 Pengertian Pendidikan atau Promosi Kesehatan
Pendidikan merupakan behavioral investment jangka panjang. Hasil
investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian.
Dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan hanya
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan
peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung terhadap
indikator kesehatan.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil
jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya
perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan
masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Hal ini berbeda
dengan program kesehatan yang lain, terutama program pengobatan yang dapat
langsung memberikan hasil (immediate impact) terhadap penurunan kesakitan.
Menurut penelitian H.L. Blum di Amerika, lingkungan mempunyai andil
yang paling besar terhadap status kesehatan. Selanjutnya, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan keturunan mempunyai andil paling kecil terhadap status kesehatan.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
3
Lawrence Green menyatakan perilaku dilatarbelakangi atau dipengarui oleh
tiga faktor pokok, yakni faktor predisposisi, faktor yang mendukung, dan faktor
yang memperkuat atau mendorong. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sebagai
faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok
tersebut.:
a. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi
Dalam hal ini pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran,
memberikan, atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat. Bentuk pendidikan ini antara lain: penyuluhan kesehatan,
pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk, billboard, dan
sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan dalam fakor-IDNWRUHQDEOLQJ
Karena faktor enabling atau kemungkinan berupa fasilitas atau sarana dan
prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan kesehatannya adalah
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
4
memberdayakan masyarakat agar mereka mampu mengadakan sarana dan
prasarana kesehatan bagi mereka. Hal ini bukan berarti memberikan sarana
dan prasarana kesehatan dengan cuma-cuma, tetapi memberikan
kemampuan dengan cara bantuan teknik (pelatihan dan bimbingan),
memberikan arahan, dan cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan
prasarana. Pemberian fasilitas ini dimungkinkan hanya sebagai percontohan.
3ULQVLSSHQGLGLNDQNHVHKDWDQLQLVHSHUWLgive a man to fish, but not give a
PDQDILVK
c. Pendidikan kesehatan dalam fakor-IDNWRUUHHQIRUFLQJ
Karena hal ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh
agama, serta petugas termasuk petugas kesehatan, maka pendidikan
kesehatan yang paling tepat adalah dalam bentuk pelatihan bagi mereka.
Skema dari Blum dan Green tersebut dapat dimodifikasi sebagai berikut:
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
5
Dari diagram tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa peranan
pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga
perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Pendidikan kesehatan dapat disimpulkan adalah suatu usaha untuk menyediakan
kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan
nilai-nilai kesehatan.
Istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat mempunyai dua
pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian
dari tingkat pencegahan penyakit. Level and Clark mengatakan bahwa terdapat 4
tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yakni:
a. Health promotion (peningkatan atau promosi kesehatan)
b. Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)
c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan
segera)
d. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya kecacatan)
e. Rehabilitation (pemulihan)
Pengertian kedua, promosi kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan,
menyebarluaskan, mengeQDONDQ DWDX PHQMXDO NHVHKDWDQ 0DNVXG NHVHKDWDQ
adalah baik itu berupa pesan-pesan kesehatan maupun upaya-upaya kesehatan,
sehingga masyarakat menerima perilaku kesehatan atau mengenal pesan-pesan
kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat menerapkan hidup sehat.
Pengertian promosi kedua ini sama dengan pendidikan kesehatan (health
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
6
education) karena pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar
masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Promosi kesehatan dalam konteks kesehatan masyarakat pada saat ini
dimaksudkan sebagai revitalisasi atau pembaruan dari pendidikan kesehatan pada
waktu yang lalu. Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan
tidak lepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan
masyarakat di Indonesia maupun secara praktik kesehatan secara global. Praktik
pendidikan kesehatan pada tahun 90-an terlalu menekankan perubahan perilaku
masyarakat. Para praktisi pendidikan kesehatan telah bekerja keras untuk
memberikan informasi kesehatan melalui berbagai media dan teknologi
pendidikan kepada masyarakat. Akan tetapi kenyataannya perubahan perilaku
hidup sehat tersebut sangat lambat sehingga dampak terhadap perbaikan
kesehatan sangat kecil.
WHO dan para ahli kesehatan mengungkapkan bahwa pengetahuan masyarakat
mengenai kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik mereka masih rendah. Dapat
disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan
tidak diimbangi dengan peningkatan perilakunya. Dari penelitian, 80%
masyarakat mengetahui cara mencegah penyakit demam berdarah dengan
melakukan 3M, tetapi hanya 35% yang melaksanakannya.
Dapat GLVLPSXONDQ EDKZD SHQGLGLNDQ NHVHKDWDQ EHOXP PHPDPSXNDQ
(ability) masyarakat berperilaku hidup sehat, tetDSL EDUX PHPDXNDQ
(willingness) masyarakat berperilaku hidup sehat. Seharusnya, menurut Prof. Dr.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
7
Soekidjo Notoatmodjo, S.K.M., M. Com. H., perubahan perilaku atau perilaku
baru tersebut juga memerlukan fasilitas, bukan hanya pengetahuan saja. Untuk
praktik atau berperilaku minum air bersih, buang air besar di jamban, dan makan
makanan yang bergizi, bukan hanya perlu pengetahuan tentang manfaat
berperilaku seperti itu, melainkan juga diperlukannya sarana atau fasilitas air
bersih dan uang untuk membeli makanan yang bergizi dan membangun jamban.
Ahli pendidikan kesehatan yang dimotori oleh WHO, tahun 1984,
merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah
promosi kesehatan. Penggunaan istilah promosi kesehatan sebagai pengganti
pendidikan kesehatan mempunyai implikasi terhadap batasan atau definisinya.
Promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja, tetapi
juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Di
samping itu, promosi kesehatan lebih menekankan kepada peningkatan
kemampuan hidup sehat, bukan sekadar berperilaku sehat.
Menurut Lawrence Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,
politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku
dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Dari batasan ini jelas bahwa
promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau promosi kesehatan
adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk
menciptakan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
8
1.1.2 Batasan Pendidikan Kesehatan
Konsep pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu,
kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi
tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi
mampu, dan lain-lain. Berangkat dari konsep pendidikan kesehatan dan bagan 1.2,
pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu
individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku)-
nya untuk mencapai kesehatannya secara optimal.
Di samping konsep pendidikan kesehatan tersebut, para ahli pendidikan
kesehatan juga telah mencoba membuat batasan tentang pendidikan kesehatan
yang berbeda-beda, sesuai dengan konsep mereka masing-masing tentang
pendidikan. Batasan-batasan yang sering dijadikan acuan antara lain dari:
Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO, dan lain-lain.
Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986), hasil rumusan Konferensi
,QWHUQDWLRQDO3URPRVL.HVHKDWDQGL2WWDZDPHQ\DWDNDQHealth promotion is the
process of enabling people to increase control over and improve their health. To
reach a state of complete physical, mental, and social well-being, an individual or
group must be able to identify and realize aspiration, to satisfy needs, and to
FKDQJH RU FRSH ZLWK WKH HQYLURQPHQW Dengan kata lain, promosi kesehatan
adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan
mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan
promosi kesehatan ini mencakup dua dimensi yaitu kemampuan dan kemauan.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
9
Dalam mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, maupun
sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya, baik itu
merupakan lingkngan fisik, sosial budaya, maupun ekonominya.
Victorian Health Foundation-$XVWUDOLDPHUXPXVNDQEDKZDhealth
promotion is a programs are design to being about chance within people,
RUJDQL]DWLRQ FRPPXQLWLHV DQG WKHLU HQYLURQPHQW Batasan ini menekankan
bahwa promosi kesehatan merupakan suatu program perubahan perilaku
masyarakat yang menyeluruh, dalam konteks masyarakatnya. Tidak hanya
perubahan perilaku, tetapi juga perubahan lingkungannya. Perubahan perilaku
tidak akan bertahan lama jika tanpa diikuti perubahan lingkungan.
Unsur-unsur pendidikan yaitu:
a. Input : sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik
(pelaku pendidikan)
b. Proses
c. Output
Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan
perilaku pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam proses ini terjadi pengaruh
timbal balik antara berbagai faktor, antara lain: subjek belajar, pengajar metode
dan teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.
Sedangkan output merupakan hasil belajar itu sendiri, yaitu berupa kemampuan
atau perubahan perilaku dari subjek belajar. Proses kegiatan belajar tersebut
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
10
digambarkan sebagai berikut:
Terdapat 4 faktRUGDODPSURVHVEHODMDU \DNQL IDNWRUPDWHUL OLQJNXQJDQ
instrumental (perlengkapan belajar, alat belajar, fasilitator belajar, metode belajar,
organisasi, dan sebagainya), dan subjek belajar.
+DVLO RXWSXW \DQJ GLKDUDSNDQ GDUL VXDWX SHQGLGLNDQ NHVHKDWan di sini
adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang kondusif. Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke
perilaku yang kondusif ini mengandung beberapa dimensi berikut:
1. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Perilaku
yang perlu diubah misalnya: jarang menyikat gigi, merokok, minum minuman
keras, ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya, dan anak yang tidak
diimunisasi.
2. Pembinaan Perilaku
Pembinaan di sini ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah
sehat agar dipertahankan, artinya masyarakat yang telah mempunyai perilaku
hidup sehat tetap dilanjutkan dan dipertahankan. Misalnya, menyikat gigi
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
11
minimal 2 kali sehari, olahraga teratur, makan dengan menu seimbang,
menguras bak mandi secara teratur, dan membuang sampah pada tempatnya.
3. Pengembangan Perilaku
Pengembangan perilaku sehat ini terutama ditujukan untuk
membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Perilaku sehat dimulai sedini
mungkin, karena kebiasaan perawatan terhadap anak termasuk kesehatan yang
diberikan oleh orangtua akan langsung berpengaruh kepada perilaku sehat
anak selanjutnya.
1.2 Peran Pendidikan Kesehatan dalam Kesehatan Masyarakat
Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan
mengacu kepada H.L. Blum. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai
salah satu negara yang sudah maju, Blum menyimpulkan bahwa lingkungan
mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan.
Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua,
pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap
status kesehatan. Bagaimana proprorsi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
status kesehatan di negara-negara berkembang, terutama di Indonesia belum ada
penelitian.
Apabila dilakukan penelitian mungkin perilaku mempunyai kontribusi yang
lebih besar. Penelitian di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur tentang status gizi
anak balita dengan menggunakan analisis stepwise, terbukti variabel perilaku
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
12
terseleksi sedangkan variabel pendapatan per kapita (ekonomi) tidak terseleksi.
Meskipun variabel ekonomi disini belum mewakili seluruh variabel lingkungan
tetapi paling tidak pengaruh perilaku lebih besar daripada variabel-variabel lain.
Selanjutnya Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi
atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu faktor-faktor predisposisi
(predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan
faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab
itu pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan
kepada ketiga faktor pokok tersebut.
Dari bagan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa peranan
pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga
perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk
menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai
Pendidikan kesehatan
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
13
dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan. Pendidikan kesehatan sebagai usaha atau
kegiatan akan membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan atau perilaku mereka untuk mencapai kesehatan yang
optimal.
1.3 Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Visi adalah impian, cita-cita, atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu
kegiatan atau program. Promosi kesehatan sebagai suatu lembaga atau institusi
atau suatu program seyogianya mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab
dengan visi dan misi tersebut institusi atau program mempunyai arah dan tujuan
yang akan dicapainya.
Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan (khususnya di Indonesia) tidak terlepas
dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam
Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 TahuQ \DNQL 0HQLQJNDWQ\D
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajad
kesehatannya, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi
PDXSXQVRFLDO2OHKVHEDELWXSURPRVLNHVHKDWDQVHEDJDLEDJLDQGDULSURJUDP
kesehatan di Indonesia, harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi
pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat
GLUXPXVNDQ 0DV\DUDNDW PDX GDQ PDPSX PHPHOLKDUD GDQ PHQLQJNDWNDQ
NHVHKDWDQQ\D'DULYLVLWHUVHEXWWHUGDSDWNDta kunci, yaitu:
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
14
a) Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
b) Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
c) Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,
melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan, dan mencari pertolongan
pengobatan yang professional bila sakit.
d) Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan
kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan, karena derajad kesehatan baik
individual, kelompok, atau masyarakat itu bersifat dinamis, tidak statis.
Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan, yakni masyarakat mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya, diperlukan upaya-upaya.
Upaya-XSD\DXQWXNPHZXMXGNDQYLVLLQLGLVHEXWPLVLSURPRVLNHVHKDWDQ\DNQL
apa yang harus dilakukan untuk mencapai visi. Secara umum misi promosi
kesehatan ini sekurang-kurangnya ada tiga hal, yaitu:
a) Advokat (Advocate)
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan
dari berbagai tingkat, dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini
adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan,
bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting (urgent).
Oleh sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari para pejabat
tersebut.
b) Menjembatani (Mediate)
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
15
3URPRVL NHVHKDWDQ MXJD PHPSXQ\DL PLVL PHGLDWRU DWDX
PHQMHPEDWDQL DQWDUD VHNWRU NHVHKDWDQ NHVHKDWDQ GHQJDQ VHNWRU \DQJ ODLQ
sebagai mitra. Dengan perkataan lain promosi kesehatan merupakan perekat
kemitraan di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting,
sebab tanpa kemitraan, niscaya sektor kesehatan tidak mampu menangani
masalah-masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas.
c) Memampukan (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan, yaitu masyarakat mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan
mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti, baik
secara langsung atau melalui tokoh-tokoh masyarakat, promosi kesehatan
harus memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat, agar
mereka mandiri di bidang kesehatan. Telah kita sadari bersama, bahwa
kesehatan dipengaruhi oleh banyak factor di luar kesehatan seperti pendidikan,
ekonomi, sosial, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam rangka
memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan, maka keterampilan di
bidang ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan), pendidikan, dan sosial
lainnya, perlu dikembangkan melalui promosi kesehatan ini.
1.4 Sasaran Promosi Kesehatan
1. Sasaran Primer
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
16
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi,
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui anak
untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan
remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat (empowerment). Sesuai misi pemberdayaan, misalnya:
kepala keluarga, ibu hamil/menyusui, anak sekolah
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan
serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan
setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat
kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada
lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan
promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku
hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya. Sesuai misi dukungan sosial, misalnya :
tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama
3. Sasaran Tersier
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah
pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal
ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh
bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
17
strategi advokasi (advocacy). Sesuai misi advokasi, misalnya : pembuat kebijakan
mulai dari pusat sampai ke daerah.
1.5 Ruang Lingkup Pendidikan / Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan sebagai suatu ilmu (teori) dan seni (aplikasi)
mencakup berbagai bidang dan cabang keilmuan lain. Ilmu-ilmu yang mencakup
promosi kesehatan, yaitu :
a) Ilmu perilaku, adalah ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk perilaku
manusia, terutama psikologi, antropologi, dan sosiologi
b) Ilmu yang diperlukan untuk intervensi perilaku, adalah ilmu yang dapat
membentuk dan mengubah perilaku seseorang, antara lain pendidikan,
komunikasi, manajemen, kepemimpinan, dan sebagainya
Selain itu, ruang lingkup pendidikan / promosi kesehatan dapat dilihat dari dua
dimensi, yaitu dimensi pelayanan kesehatan dan tatanan pelaksanaan.
1.5.1 Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan dimensi pelayanan
kesehatan
a. Pelayanan preventif dan promotif
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
18
Pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat, agar tetap sehat dan
meningkatkan kualitas kesehatannya. Pelayanan ini pada dasarnya dilakukan
oleh kelompok profesi kesehatan masyarakat
b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif
Pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sakit. Hal ini dimaksudkan
agar kelompok ini sembuh dari sakit dan menjadi pulih kesehatannya.
Pelayanan ini pada dasarnya dilakukan oleh kelompok profesi kedokteran
Berdasarkan dimensi pelayanan kesehatan ini, maka promosi kesehatan
mencakup 4 (empat) tingkat pelayanan, antara lain:
a) Promosi kesehatan tingkat promotif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah
kelompok orang sehat. Tujuannya adalah agar kelompok ini mampu
meningkatkan kesehatannya. Jika kelompok ini tidak mendapat promosi
kesehatan, dikhawatirkan kelompok orang sakit meningkat dan jumlah orang
yang sakit semakin menurun.
b) Promosi kesehatan tingkat preventif
Sasaran promosi kesehatan tingkat preventif adalah kelompok yang
memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan (high risk), misalnya kelompok ibu
hamil dan menyusui, para perokok, kelompok obesitas, pekerja seks, dan
sebagainya. Tujuan utama promosi kesehatan tingkat ini adalah agar tidak
menjadi sakit. Tingkat ini dapat juga disebut sebagai primary prevention.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
19
c) Promosi kesehatan tingkat kuratif
Sasaran promosi kesehatan tingkat kuratif adalah para penderita
penyakit (pasien), terutama penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes
mellitus, tuberculosis, rematik, hipertensi, dan sebagainya. Tujuannya adalah
untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut menjadi semakin parah. Tingkat
ini dapat juga disebut sebagai secondary prevention.
d) Promosi kesehatan tingkat rehabilitatif
Sasaran promosi kesehatan tingkat rehabilitatif adalah kelompok orang
yang baru sembuh dari sakit (recovery). Tujuan utama promosi kesehatan di
tingkat ini adalah agar kelompok tersebut dapat pulih kembali kesehatannya,
dan atau mengurangi kecacatan seminimal mungkin. Tahap ini merupakan
tertiary prevention karena berupa pemulihan dan mencegah kecacatan akibat
penyakit yang diderita.
1.5.2 Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan dimensi tatanan
pelaksanaan
a. Promosi kesehatan di tatanan keluarga
Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil. Keluarga
merupakan tempat pertama terbentuknya perilaku sejak manusia lahir sebelum
terjun ke masyarakat. Sasaran promosi kesehatan di tatanan keluarga adalah
orangtua, terutama ibu karena ibu adalah subjek yang paling dekat dengan
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
20
anak-anaknya. Jika sang ibu sudah mendapat promosi kesehatan dan
mengetahui bagaimana perilaku-perilaku kesehatan yang benar, maka
diharapkan ibu dapat mengajarkan hal tersebut kepada anak-anaknya
semenjak lahir.
b. Promosi kesehatan di tatanan sekolah
Sekolah merupakan tempat lanjutan bagi pembentukan perilaku anak.
Di sini, sasaran utamanya adalah para guru karena anak-anak cenderung lebih
mematuhi guru dibandingkan dengan orangtuanya. Sekolah dan lingkungan
sekolah yang sehat sangat mendukung untuk berperilaku sehat bagi anak-anak.
Untuk membentuk lingkungan sekolah yang sehat, para guru pun harus
mendapat pelatihan-pelatihan tentang kesehatan dan promosi kesehatan.
Setetlah itu para guru dapat meneruskannya kepada murid-murid mereka.
c. Promosi kesehatan di tempat kerja
Selama lebih kurang orang dewasa menghabiskan 8 jam perhari untuk
melakukan aktivitasnya di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja akan sangat
memengaruhi kondisi kesehatan mereka mengingat banyaknya waktu yang
mereka habiskan di tempat kerja. Oleh karena itu, promosi kesehatan perlu
dilakukan. Salah satunya dengan memfasilitasi tempat kerja yang kondusif
bagi perilaku sehat bagi karyawan atau pekerjanya, misalnya tersedianya air
bersih, tempat pembuangan kotoran, tempat sampah, kantin, ruang tempat
istirahat, dan sebagainya.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
21
Bagi karyawan yang bekerja di area pabrik, maka harus menyediakan
alat-alat pelindung bagi karyawannya, seperti: masker, sarung tangan, sepatu
khusus, topi atau helm, dan sebagainya. Perusahaan juga harus menyediakan
unit K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Bentuk promosi kesehatan lain
yaitu pemasangan poster dan penyediaan leaflet yang berisi pesan untuk
menghindari kecelakaan kerja dan menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum
Yang dimaksud tempat umum adalah tempat orang-orang berkumpul
pada waktu-waktu tertentu, seperti pasar, terminal bus, stasiun kereta api, dan
lain-lain. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas-
fasilitas yang mendukung perilaku sehat, seperti tempat cuci tangan, tempat
sampah, tempat pembuangan air kotor, ruangan bagi perokok dan non-
perokok, kantin, dan sebagainya. Bentuk promosi kesehatan lain yaitu
pemasangan poster dan penyediaan leaflet yang berisi cara-cara menjaga
kesehatan dan kebersihan.
e. Promosi kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan, poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya adalah
tempat yang paling strategis untuk promosi kesehatan. Ketika mereka atau
keluarga mereka sakit, mereka cenderung lebih peka terhadap informasi-
informasi yang berhubungan tentang kesehatan terutama yang berkaitan
dengan penyakit yang diderita. Mereka akan lebih mudah menerima bahkan
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
22
berperilaku yang terkait dengan kesehatannya. Pelaksanaan promosi kesehatan
di institusi pelayanan kesehatan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan
kepada pasien atau keluarga pasien, serta kepada kelompok penderita penyakit
tertentu. Promosi kesehatan juga dapat dilakukan secara masal, yakni seluruh
pengunjung institusi pelayanan kesehatan tersebut.
1.6 Model Promosi Kesehatan Menurut Downie dan Tannahill
Ada kebutuhan untuk mempertahankan perbedaan antara dua istilah,
sehingga unsur non-pendidikan dari promosi kesehatan sangat dikejar, sementara
prinsip-prinsip pendidikan dibawa untuk menanggung dalam konteks yang lebih
luas.
Bahkan ketidakpuasan merupakan interpretasi dari promosi kesehatan
sebagai salah satu rangkaian 'acara gemerlap'. Ini timbul dari apa yang kita lihat
sebagai kesalahpahaman dari komponen 'promosi' istilah ini berkaitan dengan
'menjual' kesehatan (sebagai lawan untuk meningkatkan atau memelihara itu), dan
telah jauh mengubah istilah 'promosi kesehatan'.
Pandangan lainnya yang lebih lengkap dari promosi kesehatan telah
diajukan. Dengan demikian istilah tersebut sering digunakan sebagai 'payung'
yang meliputi pendidikan kesehatan dan 'rekayasa sosial' (melalui manipulasi
lingkungan fiskal, hukum, dan lainnya). Di mana istilah ini digunakan dalam cara
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
23
yang lebih luas, promosi kesehatan sering didefinisikan sebagai daftar bahan,
tanpa pemeriksaan interkoneksi mereka.
Bahkan telah biasa untuk menggunakannya seperti interpretasi luas untuk
mengimplikasikan bahwa semua kegiatan yang berusaha untuk meningkatkan
kesehatan datang di bawah judul promosi kesehatan. Ini sangat tidak membantu
dan yang paling buruk dapat merusak, dalam jangka waktu yang tidak jelas
diperlukan perbedaan antara kekuatan, daerah yang didirikan untuk penyediaan
pelayanan kesehatan dan saluran alternatif yang penting (relatif diabaikan) untuk
investasi.
Tanhill menghasilkan model promosi yang didasarkan hubungan antara
pendidikan, perlindungan, dan pencegahan kesehatan. Dasar dari model ini
digambarkan oleh tiga lingkaran yang saling terkait. Model ini menghasilkan
tujuh domain yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan luasnya cakupan
promosi kesehatan dan memberikan dasar yang baik untuk mengklasifikasikan
dalam menganalisa kebijakan.
1
4
5
7 2
3
6
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
24
Beberapa domain secara bersama-sama baertujuan untuk mencegah
kondisi sakit dan melakukan peningkatan kesehatan kesehatan dan kondisi
sejahtera.
Tujuh domain (nomor pada gambar) dapat dibedakan dalam promosi
kesehatan, sebagai berikut.
1. Domain ini mencakup tindakan pencegahan yang merupakan upaya
untuk mengindari dari kondisi sakit, meliputi: imunisasi, skrining pada
kelompok rentan, dan penemuan kasus malnutrisi.
2. Domain ini mencakup upaya pendidikan untuk mempengaruhi gaya hidup
untuk mencegah sakit dan juga sebagai upaya untuk mendukung layanan
pencegahan. Contoh dukungan tenaga kesehatan dalam hal skrining nutrisi
atau penggunaan fasilitas public, mendorong rawan gizi untuk aktif dating
ke posyandu.
3. Banyak contoh perlindungan kesehatan pencegahan yang telah disebutkan.
Hal lain dalam pencegahan adalah fluoridasi persediaan air bagi
masyarakat untuk melindungi terhadap penyakit gigi.
4. Merupakan pendidikan kesehatan untuk mendukung domain 3 yang
ditujukan untuk pencegahan. Contoh proses lobi untuk peraturan makanan
yang sehat, penambahan pajak untuk makanan dan upaya lain yang
mempengaruhi pada lingkungan social sebagai tindakan efektif yang
sinergi dalam dengan pelayanan pencegahan. Sejauh ini, lebih ditekankan
pada pencegahan. Dapat kita lihat pada gambar 4.1, domain sisa berada di
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
25
luar bulatan pencegahan. Hal tersebut menyangkut tentang peningkatan
kesehatan yang positif.
5. domain ini terdiri dari pendidikan kesehatan positif, yang dibedakan dalam
dua kategori, yaitu pendidikan kesehatan yang mempengaruhi perilaku
pada alasan-alasan kesehatan positif (misalnya dorongan untuk
menggunakan waktu luang dengan fitness) dan pendidikan dalam
membantu individu, kelompok, atau suatu komunitas untuk
mengembangkan atribut kesehatan positif (keterampilan hidup yang
berhubungan dengan kesehatan dan harga diri yang tinggi), yang
merupakan pusat peningkatan kesehatan yang sebenar-benarnya.
6. dimensi positif pada proteksi kesehatan sudah disebutkan. Contohnya
yaitu implementasi kebijakan daerah khusus merokok dengan tujuan
menyediakan udara yang bersih. Ada pula komitmen untuk menarik biaya
publik untuk syarat fasilitas wisata yang dapat diakses dengan tujuan
untuk meningkatkan kesehatan positif.
7. domain ini mencakup penggalangan kepedulian, dan untuk dukungan
penjagaan tindakan proteksi kesehatan positif, di antara khalayak umum
dan pembuat kebijakan. Termasuk juga komitmen kebijakan untuk
pendidikan kesehatan positif.
Domain ditampilkan seperti ini adalah untuk memperlihatkan luasnya
kemungkinan promosi kesehatan. Bukan untuk dilihat sebagai hal bagian-bagian
yang terpisah dan kaku, juga bukan sebagai tipologi promosi kesehatan.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
26
Khususnya, objek-objek positif dan pencegahan, baik dalam pendidikan kesehatan
maupun proteksi kesehatan, pada kenyataannya akan cenderung berkombinasi.
Promosi kesehatan terdiri dari usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan
positif dab mengurangi risiko penyakit, melalui lingkaran yang tumpang tindih
pada pendidikan kesehatan, pencegahan, dan proteksi kesehatan.
Prinsip pokok promosi kesehatan adalah HPSRZHUPHQW. Pendidikan
kesehatan mencoba untuk memberikan empowerment dengan menyediakan
informasi penting dan membantu masyarakat untuk mengembangkan
keterampilan dan level harga diri yang sehat, sehingga mereka dapat merasa
kontrol yang signifikan terletak pada diri mereka. Ketentuan pelayanan
pencegahan yang baik dan pembentukan lingkungan yang sehat melalui proteksi
kesehatan juga ikut berkontribusi dalam proses empowerment.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
27
BAB I I
Strategi Promosi Kesehatan
Strategi merupakan cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi
pendidikan atau promosi kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut
adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam promosi kesehatan :
2.1. Strategi Promosi Kesehatan Global (Global Strategy) Menurut WHO,
1984
2.1.1. Advokasi (advocacy)
Advokasi merupakan kegiatan yang ditujukan kepada pembuat
keputusan (decision makers) atau penentu kebijakan (policy makers) baik di
bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan, yang mempunyai
pengaruh terhadap public.
Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan ini mengeluarkan
kebijakan-kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang,
instruksi, dan sebagainya yang menguntungkan kesehatan publik. Bentuk
kegiatan advokasi ini anatara lain lobbying, pendekatan atau pembicaraan-
pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan,
penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan atau yang memengaruhi
kesehatan masyarakat setempat, dan sebagainya.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
28
Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan-peraturan
daerah, instruksi-instruksi yang mengikat masyarakat dan instansi-instansi
yang terkait dengan masalah kesehatan. Oleh sebab itu, sasaran advokasi ini
adalah para pejabat eksekutif, dan legislative, para pemimpin dan
pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi masyarakat, baik tingkat
pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, maupun desa atau kelurahan.
2.1.2. Dukungan sosial (social support)
Merupakan kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat,
baik formal (guru, lurah,camat,dll) maupun informal (tokoh agama, dll)
yang mempunyai pengaruh di masyarakat.
Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program kesehatan
tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat (toma) dan
tokoh agama (toga). Selanjutnya toma dan toga ini dapat menjembatani
antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat. Pada masyarakat
yang masih paternalistik seperti di Indonesia ini, toma dan toga merupakan
panutan perilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu, apabila
toma dan toga sudah mempunyai perilaku sehat, akan mudah ditiru oleh
anggota masyarakat yang lain.
Bentuk kegiatan mencari dukungan sosial ini antara lain adalah
pelatihan-pelatihan para toma dan toga, seminar, lokakarya, penyuluhan,
dan sebagainya.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
29
2.1.3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Sifatnya
bottom-up (dari bawah ke atas). Diharapkan dengan tingginya partisipasi
dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan
memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat
menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan
kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi, 2007).
Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai
kegiatan, antara lain adalah penyuluhan kesehatan, pengorganisasian, dan
pembangunan masyarakat (PPM) dalam bentuk koperasi dan pelatihan
keterampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (pelatihan
menjahit, pertukangan, dll).
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki
kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri
(self reliance in health). Oleh karena itu, bentuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini lebih pada kegiatan penggerakan masyarakat untuk
kesehatan, misalnya adanya pos obat desa, gotong royong kesehatan, dan
VHEDJDLQ\D VHKLQJJD NHJLDWDQ LQL VHULQJ GLVHEXW JHUDNDQ PDV\DUDNDW
untuk kesehatan.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
30
Partisipasi dapat terwujud dengan syarat (Tawi, 2008):
1. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat
2. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh
masyarakat
4. Adanya contoh dan keteladanan dari tokoh/pemimpin masyarakat.
Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman
tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran
yang akan menempuh proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan
promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses dimana masyarakat
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya.
2.2.Strategi Promosi Kesehatan Ottawa
Konfrensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa-Canada pada tahun
1986 menghasilkan Piagam Pttawa (Ottawa Charter) yang telah merumuskan
sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap negara untuk
menyelenggarakan promosi kesehatan. Di dalam Piagam Ottawa tersebut
dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan yang mencakup 5 butir,yaitu :
2.2.1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Healthy Public Policy)
Kebijakan Berwawasan Kesehatan artinya suatu strategi promosi
kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat kebijakan
agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan public yang mendukung
atau menguntungkan kesehatan.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
31
Promosi kesehatan lebih daripada sekadar perawatan kesehatan.
Promosi kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda dari pembuat
kebijakan di semua sektor pada semua level, mengarahkan mereka supaya
sadar akan konsekuensi kesehatan dari keputusan mereka dan agar mereka
menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan.
Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan yang
berbeda namun dapat saling mengisi termasuk legislasi, perhitungan fiskal,
perpajakan, dan perubahan organisasi. Ini adalah kegiatan yang
terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan, pendapatan, dan
kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih besar.
Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk memastikan barang
dan jasa yang lebih aman dan lebih sehat, pelayanan jasa publik yang lebih
sehat dan lebih bersih, dan lingkungan yang lebih menyenangkan.
Kebijakan promosi kesehatan memerlukan identifikasi hambatan untuk
diadopsi pada kebijakan publik di luar sektor kesehatan, serta cara
menghilangkannya. Hal ini dimaksudkan agar dapat membuat pilihan yang
lebih sehat dan lebih mudah untuk pembuat keputusan. Dengan perkataan
lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan pleh pejabat publik, harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan / kesehatan masyarakat.
2.2.2. Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukukan kepada para pengelola tempat umum,
termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan saran-prasarana atau
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
32
fasilitas yang mendukung terciptanya prilaku sehat bagi masyarakat, atau
sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut.
Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak
dapat dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan
antara manusia dan lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah
pendekatan sosio-ekologis bagi kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan
bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah
kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik
untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita.
Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus ditekankan
sebagai tanggung jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan
waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan
dan waktu luang harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara
masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu menciptakan
masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan
kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan
menyenangkan.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah
pesat.terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan
urbanisasi- sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk
memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat.
Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari
sumber daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja.
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
33
Dengan kata lain, para pengelola tempat-tempat umum, pasar,
terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall dan sebagainya,
harus menyediakan sarana-prasarana untuk mendukung prilaku sehat bagi
pengunjungnya.
2.2.3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan ( Reorient Health Services)
Reorientasi Pelayanan Kesehatan artinya setiap kegiatan promosi
kesehatan diorientasikan bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya
dan dapat terjangkau. Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada
XPXPQ\D EDKZD GDODP SHOD\DQDQ NHVHKDWDQ LWL DGD SURYLGHU GDQ
FRQVXPHU 3HQ\HOHQJJDUD SHQ\HGLD SHOD\DQDQ NHVHKDWDQ DGDODK
pemerintahdan swasta dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau
pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah,
harus direorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan hanya sekedar pengguna
atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai
penyelenggara juga, dalam batas-batas tertentu.
Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan ini, adalah para
penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintahan maupun swasta
harus melibatkan, bahakn memberdayakan masyarakat agar mereka juga
dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi
juga sekaligus penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat. Contoh
adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai wadah informasi
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
34
dan komunikasi tentang kesehatan.Dalam mereorientasikan pelayanan
kesehatan ini promosi kesehatan sangat penting.
2.2.4. Keterampilan individu (Personal Skill)
Keterampilan Individu adalah kemapuan petugas dalam
menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam mencontohkan
(mendemostrrasikan). Promosi kesehatan mendukung pengembangan
personal dan sosial melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan,
dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini
meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam
mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan
yang kondusif bagi kesehatan.
Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam
menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani
penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi dalam
sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas.
Oleh sebab itu, strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-
individu (personal skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan
pemahaman-pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara
memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari
pengobatan ke fasilitas kesehatan professional, menigkatkan kesehatan dan
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
35
sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat
individual daripada massa.
2.2.5. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret
dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan
strategi dan melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik.
Inti dari proses ini adalah memberdayakan komunitas -kepemilikan
mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka.
Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya
manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan
kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang
fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan.
Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus akan informasi,
memelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan
dukungan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu partisifasi masyarakat
\DQJPHQXQMDQJNHVHKDWDQ&RQWRKJHUDNDQ-XPDWEHUVLK
-
BHBP
4 - B
ag K
eseh
atan M
asya
rakat
FKG
Unpa
d
36
Daftar Pustaka
Downie,RS. Tannahill,Carol and Tannahill,Andrew. 1996. Health Promotion Models and Value.2nd ed. Oxford University Press.
Egger, G. 1999. Health Promotion Strategies & Methods. Australia: Mc Graw Hill
Notoatmojo,S.2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT.Rineka Cipta.Jakarta
John.Joseph. 2006. Text Book of Preventive and Community Dentistry. CBS Publisher & Distributor. New Delhi