Handout Etika

25
HANDOUT ETIKA TEKNIK (TKE 801) Damar Widjaja, S.T., M.T. P.2052 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA JANUARI 2009

description

etika profesi

Transcript of Handout Etika

Page 1: Handout Etika

HANDOUT 

ETIKA TEKNIK (TKE 801) 

Damar Widjaja, S.T., M.T. P.2052 

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 

JANUARI 2009

Page 2: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 1 dari 24

Bagian I. Lingkup Etika Rekayasa

I. Etika Rekayasa

I.1. Apakah Etika Rekayasa Itu? Etika rekayasa :

1. Studi tentang soal-soal dan keputusan moral yang menghadang individu dan organisasi yang terlibat dalam rekayasa.

2. Studi tentang pertanyaan-pertanyaan yang erat berkaitan satu sama lain tentang perilaku moral, karakter, cita-cita dan hubungan orang-orang dan organisasi yang terlibat dalam pengembangan teknologi.

3. Standar-standar yang diterima dan diakui oleh berbagai kelompok rekayasawan dan organisasi kerekayasaan.

4. Seperangkat prinsip-prinsip moral yang sahih dalam bentuk kewajiban, hak dan cita-cita moral yang harus dijalankan oleh semua yang terlibat dalam kerekayasaan.

Etika rekayasa lebih luas lingkupnya dari pada sekedar etika bagi rekayasawan, karena mencakup keputusan-keputusan oleh pihak-pihak lain yang terlibat dalam bisnis teknologi, termasuk ilmuwan, manajer, pekerja produksi dan para supervisor, teknisi, penulis teknis, pemerintah, ahli hukum, dan masyarakat luas. Etika rekayasa menjadi penting akhir- akhir ini karena meskipun kerekayasaan berdampak dramatis terhadap keselamatan dan hidup kita secara langsung, kita cenderung sebagai alat organisasi-organisasi yang luas dan impersonal, yang seolah-olah jauh dari hidup kita. Individu-individu yang terlibat di dalamnya kerap dipandang sebagai roda gigi dalam mesin ketimbang sebagai pengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Pendekatan terhadap etika rekayasa : 1. Mikrokosmos, menekankan pada lingkungan terdekat dengan problema-

problema moral yang kecil. 2. Makrokosmos, melibatkan refleksi-refleksi atas kondisi moral masyarakat.

Pendekatan manakah yang lebih baik? Tidak ada. Yang dibutuhkan adalah disiplin ilmu yang mendamaikan pandangan makro itu dengan situasi-situasi khusus yang terwujud dalam lingkungan sehari-hari dan interaksi berkesinambungan antara keduanya.

Problema-problema etis paling banyak muncul bila ada perbedaan dalam hal penilaian atau harapan tentang apa itu tata cara yang benar atau tindakan yang tepat. Bagaimana rekayasawan mengantisipasi dan terlibat dalam problema-problema moral yang melingkunginya? Hal ini dapat dijawab dengan melihat konteks dari perselisihan profesional yang mungkin dihadapi oleh rekayasawan seperti digambarkan berikut ini :

Page 3: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 2 dari 24

I.2. Tujuan Mempelajari Etika Rekayasa Dengan mempelajari etika rekayasa seharusnya dapat meningkatkan kemampuan

para rekayasawan, manajer, masyarakat dan siapa saja untuk dapat menghadapi pertanyaan-pertanyaan moral yang urgen yang timbul karena aktivitas teknologis. Maka hendaknya etika rekayasa dapat memperkuat individu-individu untuk menalar secara lebih efektif atas pertanyaan-pertanyaan moral.

Secara ringkas, tujuan utama dari mempelajari etika rekayasa adalah memperkuat otonomi moral. Otonomi moral adalah kemampuan untuk berpikir dan kebiasaan berpikir secara rasional tentang isu-isu moral atas landasan kepedulian moral. Jadi tujuannya adalah meningkatkan otonomi moral orang dalam mengembangkan, mengungkapkan dan bertindak atas dasar pandangan-pandangan moral yang berdasarkan penalaran.

II. Penalaran Moral II.1. Apakah Moralitas Itu?

Moralitas menyangkut apa yang seharusnya atau yang seharusnya tidak dilakukan dalam situasi tertentu, apa yang benar atau salah dengan melakukannya, apa yang baik atau buruk pada tindakan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Tetapi definisi di atas belum memadai karena moralitas tidak hanya sekedar menyangkut tindakan, tetapi juga karakter baik dan buruk, hubungan-hubungan dan cita-cita.

Page 4: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 3 dari 24

Secara komprehensif, pertanyaan tentang apa moralitas itu tentu tidak dapat dijawab dengan mudah. Walaupun sudah banyak teori tentang tindakan yang benar, tetapi upaya ini tetap masih kontroversial.

Dalam membicarakan moralitas, kita tidak akan terlepas dari dilema moral. Dilema moral adalah situasi di mana dua atau lebih kewajiban moral, tugas, hak, perbuatan baik, atau cita-cita ada dalam konflik satu sama lain. Satu prinsip moral juga mungkin memiliki dua atau lebih kemungkinan penerapan yang saling tidak bersesuaian dalam situasi tertentu.

Nilai-nilai moral akan lebih jelas dan dapat dipersempit jika dikaitkan dan dilihat perbedaannya dengan nilai-nilai lain, yaitu kepentingan diri, hukum, dan agama.

II.2. Teori-teori Tentang Moralitas

Ada empat teori moral yang dirangkum sebagai berikut : Teori Konsep-konsep Dasar

Utilitarianisme Kebaikan terbesar bagi jumlah orang banyak Etika kewajiban Kewajiban Etika hak Hak-hak asasi manusia Etika keutamaan Keutamaan dan kebejatan

Tiga teori pertama telah dijelaskan oleh beberapa "pembela" teori ini, baik klasik maupun kontemporer seperti : John Stuart Mill (1806 – 1873), Richard Brandt, Immanuel Kant (1724 – 1804), John Rawls, John Locke (1632 – 1704), dan A.I. Melden. Ada dua penerapan utama teori-teori di atas pada etika rekayasa : 1. Teori etika membantu menghadapi problem moral praktis, khususnya dilema-dilema

moral. 2. Teori etika digunakan untuk membenarkan kewajiban-kewajiban umum para

rekayasawan serta orang-orang lain yang terlibat dalam perkembangan teknologi.

Sedangkan tokoh-tokoh untuk teori etika keutamaan adalah Aristoteles (384 – 322SM) dan Alisdair MacIntyre. Teori keutamaan ini merinci 2 bahasan utama yaitu keutamaan umum (berupa tanggung jawab moral) dan keutamaan khusus (sifat layak dipercaya dan kebaikan).

III. Bahasan Etika Rekayasa Ada empat bahasan pokok yang diutarakan dalam etika rekayasa terutama untuk

bahan perkuliahan. Bahasan pertama adalah tentang konsep dan teori dasar etika terapan yang telah di bahas di atas.

Bagian kedua membahas soal-soal moral di seputar penaksiran keselamatan dalam aktivitas kerekayasaan yang secara inheren memang penuh resiko. Pada bagian ini dikembangkan pandangan tentang kerekayasaan sebagai eksperimen berskala masyarakat yang melibatkan manusia (Rekayasa Sebagai Eksperimentasi). Model ini memberikan kerangka pikir untuk membahas berbagai aspek dari praktek kerekayasaan yang penuh tanggung jawab: yaitu antisipasi yang imajinatif terhadap berbagai efek samping yang mungkin, pemantauan seksama atas proyek, hormat pada hak-hak klien dan hak-hak masyarakat untuk bisa mengambil keputusan berdasarkan informasi yang memadai tentang produk-produk yang bersangkut paut dengan diri mereka (Rekayasawan Sebagai

Page 5: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 4 dari 24

Eksperimenter). Model ini juga akan memberikan suatu konteks untuk menunjukkan pentingnya hukum dan kode etik dalam kerekayasaan sekaligus keterbatasan hal-hal itu (Kode Etik dan Pandangan yang Seimbang Terhadap Hukum). Hal lainnya adalah membahas kompleksitas moral sehubungan dengan soal keselamatan dan keputusan yang penuh resiko (Keselamatan dan Resiko, Penaksiran Keselamatan dan Resiko, Analisis Resiko-Keuntungan dan Rangsangan untuk Mengurangi Resiko).

Bagian ketiga menelaah soal-soal moral khusus yang muncul pada hampir 90 persen insinyur yang bekerja pada perusahaan. Persoalan ini didekati dengan menjernihkan ide tentang profesionalisme, loyalitas pada pemberi kerja dan otoritas pemberi kerja (Otoritas Majikan), kewajiban karyawan terhadap pemberi kerja sehubungan dengan konflik kepentingan, konfidensialitas, unionisme, dan kejahatan white collar. Bahasan ini dilanjutkan dengan berbagai macam hak para rekayasawan: hak-hak profesional, hak-hak karyawan dan hak-hak asasi manusia. Topik khusus juga mencakup diskriminasi serta perlakuan pilih kasih.

Bagian terakhir lebih lanjut memaparkan soal-soal yang terkait dengan kesadaran global dan pilihan karir. Pada bagian ini membahas hubungan-hubungan antara etika rekayasa dengan etika lingkungan dan etika komputer. Dan yang terakhir mengenai peran moralitas dalam pemilihan karir kerekayasaan (Etika dan Panggilan, Rekayasa Konsultasi) dan tanggung jawab profesi kerekayasaan (Tanggung Jawab Atas dan Terhadap Profesi).

IV. Penutup

Tulisan ini dirangkum dari bagian pertama buku Etika Rekayasa Edisi Kedua 1994 (oleh Mike W. Martin dan Roland Schinzinger). Bahasan yang lebih rinci dapat dibaca pada buku tersebut. Kata yang tercetak tebal pada III. adalah hal-hal yang dibahas pada perkuliahan. Selamat belajar, semoga kelak menjadi rekayasawan pantas diteladani.

Page 6: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 5 dari 24

BAGIAN II. SIFAT EKSPERIMENTAL REKAYASA

1. PEREKAYASAAN SEBAGAI EKSPERIMENTASI SOSIAL Murphy's Law:

"apa saja dapat keliru, cepat atau lambat pasti terjadi"

§ Segala produk teknologi mempunyai bahaya potensial rekayasa adalah aktivitas penuh resiko

§ Kerekayasaan hendaknya dipandang sbg proses eksperimental

A. Rekayasawan sebagai Eksperimentasi § Eksperimentasi: hal hakiki dalam proses desain § Pengujian: hal hakiki dalam eksperimen

ü desain kasar, desain detil, materi, proses ü berulang–ulang trial and error

Kesamaan dengan eksperimen standar § Proyek apapun dilakukan dengan separuh tidak tahu. § Hasil proyek kerekayasaan pada umumnya bersifat tidak pasti. § Rekayasa yang efektif tergantung pada pengetahuan ttg produk (sebelum dan sesudah

keluar dari pabrik) pemantauan.

Belajar dari Masa Lalu

Rekayasawan harus belajar dari desain, pengoperasian hasil karyanya, dan pengalaman rekayasawan lain. Penghambat: saluran komunikasi kurang, rasa bangga diri, malu gagal, mudah memaafkan kesalahan diri kesalahan terulang.

Perbedaan dengan eksperimen standar § Kontrol eksperimen kelompok kontrol § Setuju karena tahu (informed consent), dua unsur utama: pengetahuan dan kesukarelaan.

Mendapatkan Pengetahuan

Proyek kerekayasaan adalah eksperimen yang tidak selalu didesain untuk mendapatkan pengetahuan, tetapi bisa sekedar meneguhkan pandangan tentang hal yang bemar.

B. Rekayasawan sebagai Eksperimenter Kehati-hatian dalam komitmen moral § Kewajiban utama untuk melindungi keselamatan dan menghormati hak persetujuan

subyek-subyek manusia

Page 7: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 6 dari 24 

§ Kepekaan thd rentang nilai moral § Rekayasawan sebagai penjaga kepentingan umum.

Informasi relevan § Rekayasawan harus mendapatkan informasi lengkap tentang produknya.

Otonomi moral § Bertindak atas dasar perilaku dan prinsip moral sendiri. § Berdasarkan dasar refleksi kritis. § Tidak pasif (diambil dari kesepakatan dlm masyarakat). § Perlu dukungan organisasi profesi

Kemampuan bertanggung jawab § Menempatkan tindakan di bawah tuntutan moral. § Memberikan alasan kuat bagi tindakan yang dilakukan.

Pemisahan pertanggungjawaban § fragmentasi pekerjaan § penyebaran dan pembagian dalam lembaga besar § perpindahan proyek § malpraktek ragu berada di luar rumusan institusional.

C. Kode Etik Peranan kode etik § Inspirasi dan tuntunan, memberi rangsangan positif bagi pelaku etis dan tuntunan ttg

kewajiban utama bagi rekayasawan. § Dukungan, bagi mereka yang berusaha berbuat etis. § Pencegahan dan disiplin, sbg basis formal untuk menyidik perilaku tidak etis. § Pendidikan dan pemahaman timbal balik, dalam kuliah. § Mundukung citra profesi, di hadapan publik. § Melindungi status quo, meningkatkan tingkat minimum perilaku etis yang disepakati. § Promosi kepentingan bisnis.

Kode etik dan sifat eksperimental kerekayasaan § Kode etik membantu menentukan fungsi yang diutamakan dalam kode kerekayasaan

(fungsi pendukung, penuntun, inspirasi, edukasi, disiplin, dll).

Keterbatasan kode etik § Hanya memberi tuntunan yang sangat umum § Tidak ada tuntunan ttg prioritas dilema moral § Tidak dapat berfungsi sebagai otoritas moral yang final § Relatif tak satupun kode etik yang sungguh-sungguh "benar"

Page 8: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 7 dari 24

D. Pandangan seimbang terhadap Hukum Hukum dan keteraturan dalam masyarakat § Agar dapat hidup, bekerja, dan bermain dalam harmoni. § Rekayasawan kurang buka mulut ttg pengaruh pembuatan aturan atas pekerjaan mereka,

tapi hanya tunduk.

Standar-standar industri § Aturan yang lebih khusus. § Terdiri dari spesifikasi eksplisit yang menjamin diperolehnya kualitas yang diinginkan. § Menguntungkan semua pihak termasuk klien dan masyarakat. § Tapi bisa jadi penghambat.

Problem hukum yang terkait dalam rekayasa § Makin menumpuk dan mengkhusus § Deregulasi harus ada hukum § Peraturan yang sangat terperinci minimalisme.

Peranan hukum yang tepat dalam perekayasaan § Sebagai aturan eksperimen, bukan aturan permainan. § Sasarannya keselamatan dan kebaikan umum. § Tidak boleh melingkupi segala kemungkinan hasil eksperimen.

2. KEPRIHATINAN REKAYASAWAN TERHADAP KESELAMATAN

A. Keselamatan dan Resiko § Ada harga untuk keselamatan § Perbedaan persepsi tentang apa yang aman § Keselamatan absolut tidak pernah tercapai

Konsep Keselamatan"Sesuatu disebut aman bila resikonya masih dapat diterima"

§ Definisi ini terlalu jauh, diperlihatkan pada: 1. kasus saat meremehkan resiko (aman sebelum kecelakaan) 2. kasus saat memandang lebih resiko (selalu tidak tidak aman) 3. kasus saat tidak membuat penilaian tentang resiko

"Sesuatu adalah aman (pada tingkat tertentu) bagi seseorang atau sekelompok orang, bila dengan pengandaian bahwa mereka menyadari resiko serta mengekspresikan nilai-nilai mereka yang mapan, mereka menganggap resiko tersebut dapat diterima (sampai pada tingkat tertentu)"

§ Keselamatan dipahami dalam terminologi tingkatan atau perbandingan, "benar-benar aman" atau "relatif aman".

Page 9: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 8 dari 24 

§ Untuk rekayasawan, definisi meluas sampai ke pengoperasian sistem dengan aman serta pencegahan bencana.

Resiko "Resiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan atau sesuatu yang merugikan" § Saat ini kepedulian terhadap resiko teknologis meningkat, baik yang terukur dan

teridentifikasi, maupun yang tidak tampak yang sering disebut resiko baru. Resiko baru: 1. dulu tidak teridentifikasi (besarnya resiko, teknik mengukur) 2. persepsi publik terhadap resiko berubah

§ Resiko alami terus mengancam (bencana). Bencana muncul karena tidak sia dengan keadaan darurat.

§ Resiko eksperimental (introduksi teknologi baru, penggunaan baru teknologi biasa, usaha mengontrol bencana).

Akseptibilitas Resiko

"Resiko dapat diterima jika mereka yang terkena tidak mengkhawatirkannya"

§ Unsur–unsur dalam persepsi tentang resiko: 1. voluntarisme (sukarela), resiko yang dihadapi dengan sukarela lebih diterima daripada

resiko yang dihadapi karena terpaksa 2. kontrol, punya pilihan karena merasa mampu mengontrol 3. efek (cara menyampaikan) informasi terhadap pengkajian resiko 4. pilihan dengan perolehan kuat lebih disukai daripada pilihan yang mengambil resiko. 5. resiko yang berkaitan dengan pekerjaan (kebanggaan, tidak punya pilihan) 6. ukuran (banyaknya orang yang terkena resiko) dan kedekatan (dengan orang yang

terkena resiko).

Pelajaran bagi Rekayasawan § Dua problema yang dihadapi:

1. sikap terlalu optimis karena sesuatu belum pernah merugikan dan dapat dikontrol. 2. ketakutan karena terjadi kerugian, walaupun secara statistik jarang terjadi

B. Penaksiran Keselamatan dan Resiko

Page 10: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 9 dari 24

Pengetahuan tentang Resiko § Pengalaman dan data historis § Hambatan:

1. industri yang tidak mau menyebarluaskan informasi. 2. selalu ada penerapan baru atas teknologi lama.

Ketidakpastian dalam Desain § Tidak ada resiko yang sengaja dirancang dalam suatu produk. § Ketidakpastian aplikasi produk dan material bahan baku. § Ketidakpastian ketrampilan dalam mendesain dan merakit. § Produk aman jika kemampuannya melebihi beban kerjanya. § Ukuran keselamatan adalah marjin keselamatan

Uji Keselamatan § Pengujian dapat menjadi sumber informasi, terutama jika pengujian produk dilakukan

sampai rusak. § Pengujian sering dilakukan setelah terjadi kecelakaan. § Pengujian harus dilakukan dengan sikap kritis, tidak ada manipulasi.

Bila Pengujian Kurang Sesuai § Tidak semua produk dapat diuji sampai rusak, sehingga perlu:

1. analisis skenario 2. analisis atas efek dan modus kegagalan 3. analisis akar kesalahan

C. Analisis Resiko – Keuntungan dan Rangsangan untuk Mengurangi Resiko Resiko Pribadi § Dengan informasi cukup, seorang individu mampu memutuskan ikut kegiatan beresiko

atau tidak. § Individu lebih siap menghadapi resiko secara sukarela daripada terpaksa.

Resiko dan Akseptansi Publik § Resiko dan keuntungan masyarakat lebih mudah ditentukan, karena perbedaan individual

disamaratakan: ü ganti rugi dalam kecelakaan

Page 11: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 10 dari 24

Memperhitungkan Resiko dan Keuntungan secara Terbuka § Saat rekayasawan harus masuk ke arena politik dan hukum § Obyektif dalam penyelidikan dan memberi kesaksian § Jika harus menyebutkan angka, angka harus bermakna (memandang statistik dengan

kehati-hatian)

Insentif untuk Mengurangi Resiko § Keselamatan produk harus menempati urutan tertinggi. § Perbedaan persepsi atas problem harus disatukan.

Pertanggungjawaban (Liability) § Produsen dapat dimintai pertanggungjawaban atas kerugian akibat kelalian desain dan

manufaktur. § Tanggung jawab profesional rekayasawan sering bertentangan dengan kondisi yang

diciptakan majikan § Rekayasawan dapat dituntut secara pribadi, bahkan jika hanya menuruti majikan.

Page 12: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 11 dari 24

BAGIAN III. REKAYASAWAN, MANAJEMEN, DAN ORGANISASI

1. TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL DAN OTORITAS MAJIKAN

Loyalitas yang Salah Arah § Melayani kepentingan perusahaan dengan cara salah. § Hanya mengikuti perintah atasan. § Tiga hubungan antara tanggung jawab profesional dan loyalitas pada perusahaan:

1. bertindak atas komitmen profesional lebih efektif untuk mengabdi perusahaan dari pada kerelaan dan loyalitas buta.

2. loyalitas tidak sama dengan mematuhi atasan langsung. 3. rekayasawan bisa melaksanakan kewajiban kepada majikan dan publik yang lebih

saling mendukung dari pada saling bertentangan.

A. Profesionalisme Profesi § Profesi = pekerjaan, jabatan. Profesional : aktivitas mencari penghidupan melalui suatu

kegiatan. § Profesi = jabatan yang memenuhi kriteria:

1. melibatkan ketrampilan, penilaian, kearifan yang canggih 2. membutuhkan pendidikan formal yang ekstensif 3. ada organisasi profesi 4. mengabdi pada kebaikan masyarakat

Kriteria Keanggotaan § Kriteria menjadi seorang rekayasawan profesional (AS):

1. memperoleh gelar sarjana 2. melakukan pekerjaan rekayasawan 3. terdaftar dan memperoleh lisensi 4. bertindak dengan cara-cara yang bertanggung jawab secara moral.

Profesionalisme sebagai Kemerdekaan § Kemerdekaan/kebebasan dari paksaan. § Kemerdekaan adalah hal inheren dalam profesionalisme, shg § Profesional dan karyawan tidak sesuai satu dengan yang lain. ü hanya rakayasawan konsultan yang profesional

§ Hak untuk menolak aktivitas tidak etis. § Hak kebebasan dari pengawasan, manipulasi psikologis, evaluasi jabatan. § Tidak profesional jika hanya menurut perintah atasan bukan penilaian sendiri.

Profesionalisme sebagai Pelayanan terhadap Majikan § Loyal kepada majikan adalah hal yang terpenting. § Profesional harus mengabdi. § Memenuhi harapan klien dan majikan.

Page 13: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 12 dari 24

Pandangan Tengah § Terletak di antara kedua ekstrim. § Profesional harus memenuhi kriteria:

1. Mencapai standar prestasi dalam pendidikan, kemampuan bekerja, dan kreativitas (yang membedakan dengan teknisi dan teknolog)

2. Menerima tanggung jawab moral

Kewajiban kepada Masyarakat sebagai Yang Tertinggi § Yang tertinggi: yang terpenting dalam urutan. § Jika terjadi konflik, kewajiban kepada masyarakat harus selalu diutamakan.

B. Otoritas Majikan Tujuan Institusi § Ada dua tipe:

1. pelayanan 2. bisnis

§ Pelayanan 1. menyediakan pelayanan bagi masyarakat dan organisasi lain. 2. bekerja di bawah kendala ekonomi

§ Bisnis 1. memperoleh penghasilan, menciptakan keuntungan 2. menyediakan produk dan layanan yang akan dibeli pelanggan

Otoritas Institusional § Untuk mencapai tujuan institusional. § Pemberian tugas (kewajiban institusional). § Menentukan tanggung jawab dan pertanggungjawaban. § Hak institusional yang diberikan kepada seseorang untuk menggunakan kekuasaan. § Hak institusional >< kewajiban institusional.

Otoritas Institusional versus Otoritas Keahlian § Otoritas dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tidak selalu sesuai. § Otoritas keahlian: penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi untuk

melakukan suatu tugas.

Otoritas versus Kekuasaan § Otoritas berbeda dengan kekuasaan. § Pemimpin karismatis bisa memiliki pengaruh sampai di luar otoritasnya.

Otoritas versus Startegi Manajerial § Otoritas sering memberi hak seseorang untuk mengeluarkan perintah. § Me-manage berarti membimbing dan mengintegrasikan pekerjaan dengan berbagai

pendekatan. 1. menyatakan otoritas secara langsung kepada bawahan (berpotensi sewenang-

wenang).

Page 14: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 13 dari 24

2. persuasi dan argumen rasional (pembuatan keputusan timbal balik dan konsultasi dengan bawahan). Lebih lambat, tetapi lebih efektif dan bijaksana.

Menerima dan Mematuhi Otoritas § Orang/karyawan bisa mengakui otoritas tetapi tidak mematuhi perintah atas dasar

moral. § Menerima otoritas: dibimbing oleh keputusan atasan tanpa tahu manfaatnya, tanpa

wawasan atau pertimbangan etis. § Penerimaan yang dipengaruhi resiko kehilangan pekerjaan membuat orang tidak

memikirkan moral. § Sebagai profesional, rekayasawan wajib menerima otoritas majikan tetapi tidak membabi

buta.

Loyalitas § Kepedulian dalam melayani kepentingan majikan. § Dua konsep loyalitas:

1. memenuhi kewajiban moral kepada seseorang atau organisasi dengan ikhlas, sikap pengabdian dan keterikatan.

2. mengabdi dan patuh mendukung atasan, orang atau organisasi tertentu bukan karena kewajiban moral (berpotensi untuk menyepelekan kewajiban moral karena tidak kritis).

§ Ada kewajiban moral untuk tidak loyal saat kewajiban moral ditekan. § Kewajiban moral khusus dalam loyalitas:

1. menghindari konflik kepentingan. 2. memberi info kpd majikan tentang potensi konflik kept. 3. melindungi informasi konfidensial 4. jujur dalam membuat penaksiran 5. mengakui kekeliruan 6. dsb

C. Konflik Kepentingan dan Konfidensialitas

Konflik Kepentingan § Menghindari konflik kepentingan dan melindungi informasi konfidensial diberi tempat

istimewa dalam kode etik kerekayasaan § Kedua kewajiban ini merupakan aspek loyalitas yang paling ditekankan.

Definisi Konflik Kepentingan § Orang-orang atau kelompok-kelompok memiliki kepentingan yang membuat mereka

tidak dapat memenuhi paling tidak satu kewajiban-kewajiban mereka. § Kepentingan sampingan yang secara poensial mempengaruhi penilaian independen

dalam melayani kepentingan perusahaan. § Seseorang mempunyai dua atau lebih keinginan yang tidak semuanya dapat dipenuhi. § Konflik kepentingan berbeda dengan dilema moral (konflik kewajiban, hak, dan cita-cita

moral)

Page 15: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 14 dari 24

Beberapa Contoh § Sebagai karyawan dan konsultan. § Sebagai karyawan yang memiliki saham di bisnis pesaing. § Penggunaan informasi "dalam" untuk memulai bisnis sendiri. § Sebagai karyawan yang terlibat dengan pemasok, subkontraktor, atau pelanggan.

Status Moral Konflik Kepentingan (KK) § KK harus dihindari karena seseorang tidak dapat sepenuhnya memenuhi kewajibannya. § Dalam kenyataannya, menimbulkan KKtidak selalu tidak etis, contoh: karyawan pabrik

pesawat juga bekerja sebagai inspektur pemerintah. § Jika KK tak terhindarkan, karyawan tetap wajib memberitahu dan mendapat persetujuan

majikan.

Konfidensialitas § Pentingnya melindungi informasi konfidensial merupakan kewajiban rekayasawan. § Salah satu kewajiban profesional adalah memegang kepercayaan (pembela, dokter,

pastur, konselor, rekayasawan).

Definisi § Informasi yang mutlak harus dijaga kerahasiaannya. § Kriteria informasi konfidensial:

1. informasi yang sampai kepada rekayasawan dalam tugas konfidensial. 2. informasi yang jika diketahui umum akan merugikan perusahaan atau klien. 3. informasi yang dirahasiakan majikan agar dapat bersaing secara efektif dengan

pesaing. § Informasi atas dasar "priveledge". § Informasi kepemilikan yang merupakan rahasia bisnis.

Landasan Moral dari Kewajiban Konfidensialitas § Majikan mempunyai hak moral dan institusional untuk menenukan informasi mana yang

konfidensial. § Hak pemegang saham meminta manajemen membela kepentingan terbaik mereka. § Hak majikan dibatasi oleh hak moral lain: majikan tidak berhak mencegah rekayasawan

menyebarluaskan kesalahan. § Kewajiban majikan dan karyawan untuk menjaga kepercayaan.

Konfidensialitas dan Perpindahan Kerja § Kewajiban konfidensialitas tidak dapat mencegah perpindahan kerja. § Hubungan kepercayaan majikan-karyawan dapat berlanjut melampaui periode

ketenagakerjaan. § Seringkali rekayasawan lebih menghargai kemajuan prestasi profesional dibanding ikatan

jangka panjang.

Page 16: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 15 dari 24

Kewajiban Manajemen § Menggunakan kontrak kerja yang membatasi calon karyawan. § Kontrak yang menawarkan keuntungan positif sebagai penukar pembatasan. § Menempatkan kontrol yang ketat atas arus informasi internal. § Majikan menciptakan rasa tanggung jawab profesional yang lebih dari sekedar patuh.

D. Unionisme dan Kejahatan White Collar Unionisme § Rekayasawan menjadi profesional sekaligus pendukung serikat? § Profesionalisme kerekayasaan tidak konsisten dengan unionisme. § Union merupakan agen penawar kolektif yang sering menempatkan kepentingan

ekonomi anggota lebih tinggi. § Unionisme kerekayasaan semakin surut karena:

1. gaji rekayasawan telah naik cukup tinggi. 2. organisasi profesional menganggap unionisme tidak profesional (konflik loyalitas).

Argumen Agen yang Setia § Rekayasawan adalah orang kepercayaan yang setia pada majikan. Hal ini tidak sejalan

dengan tindakan kolektif untuk melawan majikan § Rekayasawan memiliki standar yang lebih tinggi dari sekedar kepentingan pribadi. § Dukungan aktif terhadap pemogokan dan tindakan kolektif untuk melawan majikan

merupakan pelanggaran etika profesional. § Tidak setiap perilaku pemogokan dan tindakan kolektif yang lain dapat disebut tidak etis:

1. mengkomunikasikan protes secara etis. 2. mendukung pemogokan dengan alasan keselamatan karyawan dan kesehatan umum

§ Kewajiban kepada majikan seharusnya tidak mengorbankan kepentingan ekonomi pribadi tanpa batas.

§ Kewajiban kepada majikan dibatasi oleh kewajiban tertinggi untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan umum.

Argumen Pelayanan Publik § Serikat kerja harus memajukan kepentingan para anggota, bukan masyarakat luas,

sehingga komitmen profesional terhadap masyarakat terancam. § Pemogokan dapat mengancam kebaikan umum. § Kelompok penawaran kolektif untuk rekayasawan bisa memajukan kepentingan

rekayasawan dalam batas kepedulian profesional terhadap kebaikan umum. § Kelompok tersebut juga dapat memberikan dukungan etis dan mencegah pemecatan

balas dendam.

Pengkritik Serikat Kerja § Serikat kerja merupakan sumber inflasi utama. § Serikat kerja merangsang pengambilan keputusan lewat konfrontasi.

Page 17: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 16 dari 24 

§ Serikat kerja menghambat inisiatif. § Serikat kerja mendorong hubungan yang tegang dan tidak nyaman antara karyawan dan

majikan.

Pendukung Serikat Kerja § Serikat kerja menciptakan gaji yang sehat. § Serikat kerja memberi rasa keikutsertaan dalam pengambilan keputusan. § Serikat kerja merupakan imbangan yang sehat bagi kekuasan majikan untuk memecat

sesuka hati. § Serikat kerja memberikan stabilitas dengan menyediakan prosedur pengaduan efektif bagi

keluhan karyawan.

Kejahatan White Collar § Pelanggaran hukum kerahasiaan yang mengatur aktivitas kerja yang biasanya dilakukan

oleh karyawan white collar.

Spionase Industri § Mencuri dan memata-matai secara ilegal dalam industri. § Faktor penyebab:

1. perkembangan teknologi yang sangat cepat. 2. penghematan beaya dengan reverse engineering. 3. produk yang mudah diselundupkan keluar. 4. penegakan hukum lemah. 5. tidak perlu keahlian penjahat.

Penetapan Harga dengan Pesaing § Penetapan harga dengan cara-cara yang menghambat persaingan dan perdagangan bebas.

Pembunuhan dalam Manufaktur § Ancaman kesehatan dan keselamatan karyawan di dalam pabrik. § Sering hanya berupa tuntutan perdata.

2. HAK-HAK REKAYASAWAN

A. Hak-hak Profesional Hak Dasar Nurani Profesional § Hak moral untuk melakukan penilaian profesional yang bertanggung jawab. § Hak untuk melakukan hal yang wajib dilakukan oleh rekayasawan profesional. § Memberi orang otoritas moral untuk berbuat tanpa campur tangan pihak lain. § Dibutuhkan sumber-sumber khusus untuk melaksanakannya. ü menempatkan kewajiban pada pihak lain untuk melakukan lebih dari sekedar tidak

campur tangan.

Page 18: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 17 dari 24

Pengakuan Institusional atas Hak-hak Moral § Pengakuan dalam sebuah korporasi. § Hak moral nurani profesional dimiliki rekayasawan, walau tidak diakui secara formal

dalam kode etik, sehingga harus dinyatakan secara formal dan diberi pengakuan resmi. § Pemahaman lain: Hak yang hanya dimiliki rekayasawan setelah majikan mengakui dan

menghormati.

Hak-hak Profesional Khusus § Hak profesional dalam situasi khusus. § Hak nurani profesional merupakan hak umum yang paling abstrak, sehingga perlu

dinyatakan/dispesifikasikan lebih jelas. § Imbangan dari kewajiban umum ü contoh: hak umum untuk melindungi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat

(hak membuka kesalahan yang disembunyikan). § Jika tidak dispesifikasikan, maka potensial ada dua kesalahan:

1. meremehkan/mengabaikan signifikansinya 2. penggunaan terlalu longgar

Hak Penolakan Atas Dasar Hati Nurani § Hak menolak ikut serta dalam perilaku tidak etis. § Hak menolak prilaku yang dipandang orang tidak etis. § Dua situasi yang harus dipertimbangkan:

1. bila ada kesepakatan dalam profesi tentang tindakan etis atau tidak. 2. bila ada ketidaksepakatan yang masuk akal.

§ Hak menolak tugas yang melanggar hati nurani pribadi dalam hal yang sangat penting, seperti yang mengancam kehidupan manusia.

Hak Atas Pengakuan § Selain hak mendapatkan pekerjaan dan pembayaran yang adil (gaji, paten, imbalan agar

berkonsentrasi pada tugas, pensiun), ada hak pengakuan yang tidak berwujud uang. § Bekerja keras tanpa pengakuan, tidak sehat. § Pekerjaan yang tidak diakui merendahkan pelakunya.

Landasan Moral Hak-hak Profesional § Hak dan kewajiban profesional dibenarkan menurut prinsip-prinsip moral yang lebih

dasariah yang juga berlaku di luar konteks pekerjaan profesional. § Ada tiga model prinsip moral: etika hak, etika kewajiban, utilitarianisme.

1. Model hak: mengacu pada hak-hak asasi manusia (melekat, tidak perlu pembenaran dengan acuan prinsip moral yang lebih dasar), dibatasi oleh hak orang lain.

2. Model kewajiban: hak itu ada karena orang lain (majikan) wajib membiarkan suatu tindakan (kewajiban mendukung dan tidak campur tangan).

3. Model utilitarian: mengacu pada tujuan dasar untuk menghasilkan kebaikan terbesar bagi orang banyak.

Page 19: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 18 dari 24

B. Hak-hak Karyawan § Hak (moral dan legal) yang berkaitan dengan status karyawan. § Mencakup sejumlah hak profesional (sejauh berkaitan dengan profesional yang digaji). § HAM yang relevan dengan status kekaryawanan. § Hak institusional yang muncul karena kebijakan organisasional atau kontrak. § Hak untuk tidak mendapat diskriminasi. § Hak privacy. § Hak kebebasan bersuara dan berbeda pendapat. § Hak menolak mematuhi perintah yang tidak etis.

Kebebasan Memilih Aktivitas Luar § Hak mengejar aktivitas-aktivitas bukan menurut pilihannya tanpa paksaan atau retribusi

dari majikan. § Sering bertentangan dengan hak perusahaan melindungi citra publiknya:

1. terutama jika aktivitas tsb mengakibatkan pelanggaran kewajiban yang terkait dengan pekerjaan.

2. majikan punya hak mengambil tindakan jika aktivitas tsb menimbulkan konflik kepentingan.

§ Karyawan tidak punya hak untuk menyabot kepentingan majikan di luar jam kerja

Hak atas Privacy § Hak memiliki kehidupan pribadi di luar pekerjaan. § Hak untuk mengontrol akses dan hak menggunakan informasi tentang diri sendiri. § Dalam hal tertentu dibatasi oleh hak majikan.

Perlindungan § Perlu pengakuan institusional (pengesahan formal, kontak kerja) atas hak-hak karyawan. § Perlu prosedur institusional untuk melindungi penggunaan hak. § Dua prosedur umum:

1.penjelasan tertulis kepada karyawan yang dipecat, diturunkan pangkatnya, dipindahkan ke pekerjaan yang lebih tidak menguntungkan, diberi hukuman.

2.prosedur banding bagi karyawan yang pervaya bahwa hak-hak mereka dilanggar.

C. Diskriminasi § Perendahan martabat karena jenis kelamin, ras, warna kulit, usia, pilihan keyakinan.

Beberapa Contoh § Mengisi posisi manajer dengan orang yang sewarna kulit. § Pekerja wanita dibayar lebih rendah dari pria. § "Memangkas" rakayasawan profesional untuk menghindari pensiun yang tinggi.

Definisi § Preferensi atas dasar jenis kelamin, ras, dsb.

Page 20: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 19 dari 24 

§ Perlakuan atas orang-orang yang secara moral tidak dibenarkan atas landasan yang sembarangan atau landasan yang tidak relevan.

§ Perlakuan berdasarkan favoritisme.

Perlakuan preferensial § Bentuk lemah, lebih memilih mempekerjakan wanita daripada pria atau minoritas dari

pada mayoritas dengan kualifikasi yang sama. § Bentuk kuat, lebih memilih mempekerjakan wanita daripada pria atau minoritas dari

pada mayoritas dengan kualifikasi yang lebih baik. § Diskriminasi terbalik, memberikan preferensi kepada wanita atau minoritas yang

kualifikasinya kurang karena di masa lalu menjadi obyek diskriminasi.

Argumen Pro § Menenkankan prinsip keadilan kompensatif: Pelanggaran hak di masa lalu harus

dikompensasi dengan bentuk yang sama.

Argumen Kontra § Pelanggaran langsung atas hak-hak atau kesempatan yang sama.

Pendapat Tengah § Pandangan 1, menolak segala perlakuan preferensial karena tidak adil. § Pandangan 2, membenarkan perlakuan preferensial terhadap kelompok tertentu (cara

untuk mengobati tragedi masa lalu).

Pelecehan Seksual § Diskriminasi yang menyalahgunakan peranan jenis kelamin dan hubungan kekuasaan

yang berkaitan dengan pekerjaan. § Berbagai serangan, pemaksaan, dan praktek seksual secara fisik maupun psikologis. § Definisi yang diterapkan pada wanita: segala praktek berorientasi seksual yang

membahayakan pekerjaan seorang wanita, merongrong kinerja kerjanya, dan mengancam kelayakan hidup ekonomisnya.

§ Pemaksaan permintaan seksual yang tak dikehendaki dalam konteks hubungan kekuasaan yang tidak seimbang.

§ Pameran kekuasaan dan agresi melalui sarana-sarana seksual. § Pelanggaran atas otonomi seseorang untuk mengambil keputusan bebas yang

menyangkut tubuhnya.

Page 21: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 20 dari 24

BAGIAN IV. KESADARAN GLOBAL

A. Etika Lingkungan § Cabang dari etika terapan yang memberikan komitmen kepedulian terhadap lingkungan. § Ancaman terhadap lingkungan:

1. aktivitas industri 2. penggundulan tanah 3. pencemaran air dan atmosfer 4. ancaman thd spesies yang rentan 5. teknologi baru

Hujan Asam § Tragedi ekologis yang dampaknya tak kasat mata

1. menyebabkan kematian masal ikan 2. akibat dari pencemaran yang terjadi ribuan mil dan dalam kurun puluhan/ratusan

tahun sebelumnya 3. mengakibatkan efek rumah kaca 4. mengakibatkan kerusakan lapisan ozon. 5. kadmium (minamata), asbestos (kangker).

Penurunan Tanah § Akibat pemompaan besar-besaran ladang minyak

1. kerusakan bangunan 2. banjir 3. kekeringan

Makhluk Hidup dan Pandangan-pandangan Tentang Alam § Anthroposentris, berpusat pada manusia. ü alam sebagai hadiah tak terlarang untuk diatur dan dieksplorasi

§ Konservasionis, melestarikan alam demi kepentingan generasi kini dan mendatang. ü konservasi dibiarkan demi kebutuhan manusia akan lingkungan yang dapat dihuni

Page 22: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 21 dari 24 

§ Nonantroposentris, berpusat pada alam ü manusia bagian dari alam à ada perintah moral langsung untuk melestarikan alam!

Konsekuensi Hukum § Pengadilan bergerak lamban § Penggugat dan tergugat dapat menempuh proses hukum § Hakim tidak dapat menjadi spesialis semua bidang § Menjamin proses hukum yang adil adalah tugas berat § Memberi kesaksian berarti membuka diri thd serangan yang bisa bersifat pribadi § Salah satu pendekatan: tidak melepas produk sampai terbukti bebas dari resiko apapun

Internalisasi Biaya Kemerosotan Lingkungan § Memperhitungkan efek polusi, kekurangan energi dan bahan baku, biaya sosial. § Desain yang baik: memberikan perlindungan lingkungan tanpa tambahan biaya.

B. Etika Komputer § Cabang dari etika terapan yang menangani problem moral dari adanya komputer. § Ruang lingkup:

1. desainer komputer 2. programer 3. analis sistem 4. operator

Hubungan Kekuasaan § Komputer meningkatkan kemampuan birokrasi terpusat dalam mengelola data yang

begitu banyak dalam waktu yang singkat. § Dikuatirkan dapat mengikis sistem demokrasi § Cenderung akan mensentralisasi kekuasaan § Komputer bebas nilai, tetapi mudah dibiaskan.

Pencurian dan Penipuan Komputer § Pencurian dan penipuan oleh karyawan. § Pencurian oleh bekas karyawan. § Pencurian atau penipuan atas klien dan konsumen. § Pelanggaran kontrak dan pelayanan. § Bersekongkol dalam menggunakan jaringan komputer untuk penipuan. § Iklan komputer dengan cara yang menjerumuskan. § Pemerasan oleh programmer

Privacy § Privacy lebih sulit dilindungi. § Perlu peraturan hukum untuk melindungi. § Implementasi hukum sangat mahal.

Page 23: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 22 dari 24

C. Etika dan Panggilan Pertimbangan moral dalam pemilihan karir § Pertimbangan moral memainkan peranan sentral. § Pemilihan karir = keputusan profesional.

Kenikmatan eksistensial perekayasaan § Semakin besar kompleksitas dan tantangan seseorang, kebahagian cenderung semakin

besar (Aristotle, 1104). § Perekayasaan adalah sebuah disiplin yang kompleks dan menantang. § Kenikmatan esensial: kepuasan yang berakar dalam dan mendasar:

1. tindakan secara pribadi mengubah dunia 2. kegembiraan atas usaha kreatif dalam memecahkan problem 3. memahami hikum dan teka-teki alam semesta 4. ukuran dunia yang besar memberi inspirasi 5. lingkungan mekanis yang nyaman, terkendali dan patuh.

Kepedulian terhadap kemanusiaan § Kenikmatan esensial yang utama. § Menyatakan kaitan langsung antara keputusan karir dan moralitas. § Perekayasaan tidak akan menarik jika mempunyai tujuan yang tidak baik secara moral.

Falsafah panggilan (Philosophy of Vocation) § Setiap orang memiliki kewajiban untuk memilih panggilan. § Panggilan (secara umum): pekerjaan untuk memperolah penghidupan, menemukan

identitas, harga diri, makna, dan perasaan ambil bagian terhadap kebaikan orang lain. § Panggilan mempunyai kewajiban khusus (kewajiban profesional, dll) § Orang tidak wajib mengejar panggilan tertentu tapi bebas memilih karir. § Perlu pertimbangan obyektif dalam memilih karir. ü tindakan secara pribadi mengubah dunia

Etika kerja § Etika profesional bergabung dengan etika kerja menekankan sikap dan keutamaan untuk

memenuhi kewajiban profesional. § Etika kerja personal:

1. Pekerjaan adalah tak ternilai jika dapat dinikmati, memungkinkan ekspresi personal dan pemenuhan diri.

2. Pekerjaan adalah kebaikan instrumental utama untuk memperoleh pendapatan. 3. Pekerjaan bisa menumpulkan pikiran, menjadi sumber kecemasan&ketidakbahagiaan.

Model-model peranan professional § Penyelamat § Pengawal § Abdi birokrasi § Abdi sosial

Page 24: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 23 dari 24 

§ Orang yang mendorong pengembangan masyarakat § Peserta permainan

D. Fragmentasi Klasifikasi rekayasawan § Menurut pendidikan, sertifikasi, organisasi profesional. § Menurut produk (bidang): insinyur kimia, sipil, elektro, dll. § Menurut fungsi: desain, manufaktur, operasi, phase-out. § Menurut klien/majikan: industri, pekerjaan umum, konsultan, pengajar, dll. § Menurut pihak yang terkena proyek kerekayasaan: pekerja (produksi/kontruksi),

konsumen aktif/pasif, penonton, alam.

Taksonomi Malfungsi § Setiap malfungsi terkait dengan aktivitas yang bertanggung jawab terhadap munculnya

malfungsi (fungsi >< pihak yang terkena, sebab >< akibat) § Kegagalan manusiawi dapat dikoreksi oleh manajer. § Garis batas di antara klasifikasi tidak jelas, tapi memang ada dalam industri.

Wawasan globalà Prioritas manajemen § Malfungsi produk/sistem dapat berasal dari satu/lebih fungsi dan mempengaruhi

satu/lebih kelompok orang. § Wawasan luas diperlukan untuk mengamati semua aktivitas. § Manajemen harus menyingkirkan batas-batas fungsi. § Rekayasawan harus menjangkau keluar bidang à keselamatan bisa diusahakan bersama.

Optimisasi § Rekayasawan seharusnya tidak hanya menyediakan produk dan layanan, tetapi

melakukannya dengan harga terbaik. § Harga à banyak atribut (keamanan, estetika, kinerja, moneter)à optimisasi. § Suboptimisasi (solusi terbaik atas sebagian permasalahan) adalah berbahaya. § Manajemen inegratif paling cocok memerangi suboptimisasi.

E. Rekayasa Konsultasi § Bekerja dalam praktek pribadi. § Kompensasi fee (bukan gaji). § Kebebasan lebih besar. § Tanggung jawab dalam masalah keselamatan lebih besar.

Iklan § Biasanya bekerja dalam divisi penjualan produk. § Bertanggung jawab atas pengiklanan layanan mereka. § Iklan >< profesionalisme kerekayasaan § Resiko penipuan (produk, kinerja perusahaan)

Page 25: Handout Etika

Disiapkan oleh Damar Wijaya, ST, MT  hal 24 dari 24

Lelang (Competitive Bidding) § Profesionalisme rekayasawan >< akurasi estimasi biaya oleh perusahaan. § Resiko tidak bertanggung jawab (harga >< kualitas, keselamatan, overdesain)

Contingency Fee § Komisi yang tergantung pada kondisi tertentu di luar kinerja normal dari pekerjaan. § Biasanya konsultan dibayar bila bisa menghemat uang klien. § Resiko penilaian yang bias.

Keamanan dan kebutuhan klien § "Proyek desain saja".

Provisi penyelesaian perselisihan § Menempatkan tuntutan pertanggungjawaban (liabilitas) di pundak rekayasawan.

F. Tanggung Jawab Atas dan Terhadap Profesi Tanggung jawab kolektif dan profesi § Bagaimana fungsi profesi sebagai kelompok dalam masyarakat? § Sejauh mana profesi kerekayasaan menetapkan standar keselamatan? § Apakah pembuatan aturan demi profesionalisme kerekayasaan memang merupakan

kepentingan umum?

Tanggung jawab organisasi profesi § Organisasi profesi menyatukan profesi dan bertindak pada pihak profesi. § Tanggung jawab profesi langsung ditransfer ke organisasi. § Organisasi profesi harus dapat berperan lebih dalam konflik yang melibatkan isu moral. § Organisasi profesi seharusnya semakin mengembangkan studi etika kerekayasaan.

Kewajiban terhadap profesi § Esprit de corps? § Kewajiban untuk menjaga tetap up to date. § Kewajiban membela dan menjaga kehormatan profesi. § Resiko: menjadi kepedulian pribadi yang sempit.

Kolegialitas dan kewajiban terhadap teman-teman § Suatu bentuk keterhubungan berlandaskan hormat bagi keahlian profesi dan

berlandaskan suatu komitmen terhadap tujuan dan nilai-nilai profesi tersebut, dan dari sebab itu, koligialitas mencakup suatu disposisi untuk memberi dukungan serta kerjasama dengan kolega-koleganya.

Tanggung jawab rekayasawan – masyarakat § Partisipasi dalam pengambilan keputusan umum. § Resiko: ada muatan kepentingan pribadi rekayasawan.