Handfluid
-
Upload
cweetichigo -
Category
Documents
-
view
386 -
download
0
Transcript of Handfluid
FLUIDA
1. PENDAHULUAN
Fluida atau zat alir meluputi zat cair dan gas.
Zat cair meliputi air, darah, asam H4SO4, air laut
Zat gas meluputi udara, oksigen, nitrogen, CO2
ZAT CAIR ZAT GAS
- Molekul2
o Terikat longgar, Berdekatan.
- Tekanan
o Karena gaya gravitasi bumi
o Terjadi tegak lurus bidang.
- Bergerak bebas dan saling
bertumbukan.
- Bersumber perubahan
momentum tumbukan
- Terjadi tidak tegak lurus bidang.
2. HIDRODINAMIKA (zat cair yang mengalir)
Berkaitan dengan tekanan, kecepatan aliran, lapisan zat cair yang gesekan
A1,A2 = penampang
P1,P2 = tekanan
h1,h2 = tinggi
I1,I2 = panjang
V1,V2 = kecepatan
Bernoulli berhasil merumuskan dengan meletakkan persyaratan-persyaratan atau
pendekatan khusus yaitu Zat cair:
1. Tanpa adanya geseran dalam (cairan tidak viskous).
2. Mengalir secara tidak berubah (stasioner) dalam hal kecepatan, arah
maupun besarnya selalu konstan.
3. Mengalir melalui lintasan tertentu (steady ).
4. Tidak termampatkan (incompresible) melalui sebuah pembuluh dan
mengalir sejumlah cairan yang sama besarnya (continuitas).
Berdasarkan hukum kinetis diperoleh rumus :
½ ρV2 + P + ρ gh = konstan.
Notasi :
ρ = massa jenis zat cair
P = tekanan
V = volume
Kecepatan aliran zat cair, alat yang dipakai adalah “Venturimeter”.
Kecepatan gerak benda dalam zat cair mempergunakan “Tabung pitot”
2.1. ALIRAN ZAT CAIR MELALUI PEMBULUH
Apabila sebuah lempengan kaca diletakkan di atas permukaan zat cair
kemudian digerakkan dengan kecepatan V, maka molekul di bawahnya akan
terjadi adhesi lapisan zat cair pada permukaan kaca bagian di bawahnya.
F =
η = koefisien gesekan
dalam (viskousitas)
A = luas permukaan kaca
d = jarak dari permukaan
ke dasar
v = kecepatan mengalir
Demikian pula aliran zat cair dalam pembuluh dapat digambarkan sebagai berikut :
Makin ke tengah kecepatan mengalir makin besar; gaya (F) yang bekerja pada
penampang A
P = maka kecepatan aliran berbentuk parabola.
Volume zat cair yang mengalir melalui penampang tiap detiknya disebut debit (Q).
Q = maka menurut Poiseuille
Q = ( Hukum Poiseuille )
Q = jumlah zat cair yang mengalir perdetik. (flow rate)
η = viskositas. Satuan pascal :
untuk air : 10-3 pas pada 200C
darah: 3-4 x 10-3 pas tergantung kepada prosentase sel
darah merah dalam darah (hematokrit).
r = jari-jari pembuluh (meter)
L = panjang dalam meter
P1,P2 = tekanan
Hukum Poiseuille menyatakan bahwa cairan yang mengalir melalui suatu pipa
akan berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipa dan
pangkat empat jari-jari pipa.
Jadi rumus di atas dapat dinyatakan :
Flow rate = atau
Volume = TekananDetik Tahanan
Hukum Poiseuille sangat berguna untuk menjelaskan mangapa pada penderita
usia lanjut mengalami pingsan (akibat tekanan darah meningkat); mengapa
daerah akral / ujung suhunya dingin. Namun demikian hukum Poiseuille ini
hanya bisa berlaku apabila aliran zat cair itu laminer dan harga Re (Reynold) =
2.000.
Apabila hukum Poiseuille ditulis dalam bentuk :
P1-P2 =
Maka tampak ada persamaan dengan hukum Ohm :
E = I.R
E = tegangan = P1-P2
I = aliran = Q
R = tahanan = = tahanan Poiseuille dalam satuan :
Soal :
Hitunglah tahanan Rs perifer total dari susunan pembuluh apabila P1-P2 = selisih
tekanan rata-rata dalam aorta dan vena cava (100-2 = 98 mmHg). Volume
denyut jantung = 90 cm3. Frekwensi jantung = 72 menit.
Dengan menggunakan rumus Poiseuille akan diperoleh grafik sebagai berikut :
Gb. 42. Menunjukkan hubungan kecepatan aliran darah pada aorta, kapiler dan vena dengan luas
penampang dari aorta, kapiler dan vena.
Dikutip dari John R. Cameron and James G. Skonfronick “Medical Physics” John Wiley &
Sons, 1978, hlm. 167.
Grafik ini menunjukkan kecepatan mengalir darah pada berbagai tempat. Rata-rata
kecepatan mengalir 30 cm/detik, pada kapiler kecepatan berkisar 1 mm/detik (pada
kapiler ini terjadi pertukaran antara O2 dan CO2.
Catatan :
Pada kapiler kecepatan sangat kecil berkisar 1 mm/detik namun mempunyai luas
penampang keseluruhan berkisar 600 cm2.
2.2. TAHANAN TERHADAP DEBIT ZAT CAIR
Dari perubahan di atas diperoleh rumus :
=
Kalau dikaji lebih lanjut terhadap rumus diatas bahwa tahanan tergantung akan :
a. Panjang pembuluh
b. Diameter pembuluh
c. Viskous/kekentalan zat cair
d. Tekanan
22.a. Efek Panjang Pembuluh Terhadap Debit
Makin panjang pembuluh, sedangkan diameter pembuluh sama, zat cair
yang mengalir lewat pembuluh tersebut akan memperoleh tahanan
semakin besar dan konsekwensi terhadap besar tahanan tersebut, debit zat
cair akan lebih besar pada pembuluh yang lebih pendek.
Contoh :
Gb. 43. Dikutip dari Arthur C. Guyton, M.D. “Function of Human Body” W.B. Saunders Company
Philadelphia, London, 1964, hlm. 135.
22.b. Efek Diameter Pembuluh Terhadap Debit
Zat cair yang melewati pembuluh akan dihambat oleh dinding pembuluh. Dengan alasan
ini kecepatan aliran zat cair makin cepat pada pembuluh dengan diameter semakin besar,
dan aliran tengah semakin tidak dipengaruhi oleh zat cair yang berada di tepi.
Sebagai contoh :
Gb. 44. Dikutip dari Arthur C. Guyton, M.D. “Function of Human Body” W.B. Saunders Company
Philadelphia, London, 1964, hlm. 135.
22.c. Efek Kekentalan Terhadap Debit.
Dengan semakin kentalnya zat cair yang melewati pembuluh, semakin besar
gesekan terhadap dinding pembuluh dan sebagai konsekwensinya, diperoleh
tahanan semakin besar.
Apabila sebuah lempengan kaca diletakkan di atas permukaan zat cair kemudian
digerakkan dengan kecepatan V, maka molekul di bawahnya akan mengikuti kecepatan
yang besarnya sama dengan V. Hal ini disebabkan oleh adhesi lapisan zat cair pada
permukaan kaca bagian di bawahnya. Lapisan zat cair di bawahnya lagi akan berusaha
mengerem kecepatan tersebut, demikian seterusnya sehingga pada akhirnya zat cair yang
paling bawah mempunyai kecepatan sama dengan nol. Dengan demikian gaya F yang
menyebabkan kecepatan kaca tersebut dapat dinyatakan :
F =
η = koefisien gesekan dalam (viskousitas)
A = luas permukaan kaca
d = jarak dari permukaan ke dasar
v = kecepatan mengalir
Gb. 52. (a) Dalam keadaan normal darah di dalam kapiler yang dipasang pada berbagai tempat -
mempunyai level yang sama.
(b) Tubuh manusia berada pada kecepatan gravitasi 3 g darah tidak mencapai pada otak. Dikutip
dari John R. Cameron and James G. Skofronick "Medical Physics" John Wiley & Sons,
1978, h1m. 163.
Para ahli bedah sering pula mengukur pembuluh darah dengan memasang kateter secara
langsung pada pembuluh darah, yang sebelumnya salah satu ujung kateter dihubungkan
dengan transduser ekanan. Pengukuran secara Stephen maupun para ahli bedah
Mengutur tekanan darah dengan metoda. “auskultasi”.
ini sangat tidak praktis sehingga akhirnya diciptanya Sfigmomanometer yang terdiri
dari manometer air raksa, pressure cuff dan stetoskop.
Pressure cuff dipasang pada lengan kemudian dipompa perl ahan lah an dengan tujuan
aliran darah dapat distop, tampak air raksa dalam tabung naik pada skala tertentu,
kemudian pressure cuff dilepas secara perlahan-lahan.
Stetoskop diletakkan pada lengan daerah volar tepat di atas arteri brakhialis, melalui
setoskop akan terdengar suara vibrasi turbulensi darah yang disebut bunyi Korotkoff
(suara K). K ini adalah tekanan systolic. Tekanan diturunkan terus sehingga pada
suatu saat bunyi K ini adalah kedengarannya, saat ini menunjukkan tekanan diastolic.
Tekanan sistolik-diastolik dapat dinyatakan pada grafik sebagai berikut:
4.l. TEKANAN DARAH SISTEMIK
Gb. 53.
Dikutip dari: Arthur C. Guyton, M.
D. "Function of the Human Body"
second edition, W.B. Saunders
Company, London, 1964, hlm. 15 3.
Sistolik - diastolik = pulse, aiau (120-80) mm Hg = 40 mm Hg.
Gb. 54.
Dikutip dari Prof. Drs. Steketee "Fisika bagi Mahasiswa Fakultas IImu Kedokteran" Universitas
Erasmus Rotterdam. 1978. hlm. 182.
Tekanan darah rata-rata bukanya tekanan sistolik ditambah tekanan diastolik
kemudian dibagi dua melainkan diperoleh secara matematis.
4.2 TEKANAN ARTERI PARU-PARU
4.3 TEKANAN RATA-RATA
Nilai tekanan rata-rata yang diperoleh dari tekanan rata-rata sistolik dan tekanan
rata-rata diastolik secara tidak sama dengan rata-rata dalam satu siklus waktu jantung.
Secara grafik dapaat menentukan tekanan rata-rata :
120
95 Tekanan Rata – rata
80
t0 T
Gb.56.Dikutip dari Prof. Drs. J. steketee “Fisika bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Kedokteran” Universitas Erasmus Roterdam, 1978, hlm. 182.Secara matematik bisa diperoleh tekanan rata-rata :
rata-rata
Sistolik
diastolik
30
20
10
0
p (m
m H
g)
t
Gb. 55. Dikutip dari Michael Rudd "Basic Concept of Cardiovascular Physiology" Hewlett Pack and Company Medical Electronics division 175 Wyman street. Waltham Massachusetts, 1973, hlm. 5-6.
Garis /// sama dengan garis \\\
Prata-rata =
Arti tekanan rata-rata ini penting oleh karena sangat menentukan bagi banyaknya darah
yang mengalir melalui setiap satuan waktu.
P(t) = tekanan (yang berubah) dalam vena
Pv = tekanan pada suhu vena
= debit
=
= aliran rata - rata
5. MEMBRAN KENYAL
membran kenyal banyak terdapat sebagai bagian dari makhluk hidup seperti
pembuluh darah, lambung, usus, alveoli dan lain-lain.
1. Silinder
2. Bola
5.1. MEMBRAN KENYAL BERBENTUK SILINDER
T
T
Gb.57. Dikutip dari John R. Cameron and James G. Skofronick :Medical Physics” John Wiley & Sons,1978 hlm. 165.
ρ
2R
T TR R
2T=2RP T=RP
Silinder yang berjari-jari R dialiri zat cair/darah dengan tekanan P maka dinding silinder
mengalami tegangan sebesar T. Oleh Markies De Laplace (1820, ahli fisika dan
matematik Perancis) ditemukan rumus :
T = R . P
P =
P = Tekanan ( mm Hg atau dyne / cm2
R = jari – jari ( cm )
T = tegangan ( tension, dyne / cm )
Dengan mempergunakan rumus ini dapat menghitung tegangan duatu pembuluh darah
apabila sudah diketahui jari-jari pembuluh darah dan tekanan yang dideritanya.
Table Hubungan Antara Tekanan dan Tegangan Dari Pembuluh Darah.
Table ini dikutip dari John R. Cameron and James G. Skofronick “Medical Physics” john
Wiley & Sons, 1978 hlm. 165.
BagianTekanan rata - rata Jari – Jari
( cm )
Tegangan
dvne / cmMm Hg dyne / cm2
Aorta
Arteri
Kapiler
Vena Kecil
Vena Cava
100
90
30
15
10
1,3 x 106
1,2 x 105
4 x 104
2 x 102
1,3 x 104
1,2
0,5
6 x 10-4
2 x 10-2
1,5
156.000
60.000
24
400
20.000
5.2. MEMBRAN KENYAL BERBENTUK BOLA (GELEMBUNG)
Gelembung bola ini mendapat tekanan
∆ P. daya yang diterima = tekanan x
permukaan = ∆ P π R2. Dua buah dinding
gelembung memberi reaksi terhadap ∆ P
sebesar 2 . 2 γ π R.
gambar 58
Daya keduanya saling menghapuskan sehingga diperoleh
∆ P π R2 = 4 γ π R
PR = 4 γ
P = ( Hukum Laplace )
γ = teganagan permukaan
R = jari – jari
Hokum laplace ini berlaku pada pembicaraan alveoli paru-paru.
6. ALAT UNTUK MENGUKUR TEKANAN ZAT CAIR
Alat-alat yang dipergunakan salam pengukuran tekanan zat cair :
1. Tonometer
2. Sistometer
6.1. TONOMETER
T
Alat ini dipakai untuk mengukur tekanan intraokuler apakah si penderita
menderita glaucoma atau tidak. Satuan tonometer adalah Hg atau Torr. Harga normal
tekanan intraokuler 12-23 mm Hg.
6.2. SISTOMETER
Alat yang dipakai untuk mengukur tekanan kandung kencing disebut sistometer;
alat sisitometer terdiri dari pipa kapiler yang mengandung skala dalam cm H2o. pipa
kapiler ini dihubungkan dengan jarum melalui pipa karet.
Suatu jarum tembus langsung melewati dinding abdomen masuk ke dalam kandung kencing.
Gb. 59. Dikutip dari John R. Cameron and James G. Skofronick “Medical Physics” John Wiley & sons, 1978, hlm. 113.
Tehnik ini memberi informasi mengenai tekanan kandung kencing dan keadaan sfingter
uretra, sedang pengukuran tekanan kandung kencing dapat dilakukan secara langsung
yaitu kateter dimasukkan ke dalam uretra melalui lubang uretra.
Hasil sistometri terlihat pada gambar di bawah ini :
Gb. 60. dikutip dari john R. Cameron and James G. skofronick “Medical Physics” John Wiley & Sons, 1978, hlm. 112.
150
30
0 100 200 300 400 500 600
Volume (ml)
P(c
m H
2o)
Pada orang dewasa kandung kencing terisi penuh pada 500 ml. Pada saat ini
tekanan mencapai 30 cm H2O dan terjadi pengeluaran kencing secara refleks. Akibat
kontraksi otot, tekanan kandung kencing akan meningkat mencapai 150 cm H2O. pada
penderita prostate hipertrofi (pembesaran prostate) akan terjadi obstruksi, sehingga
tekanan kandung kencing mencapai 100 cm H2O baru terjadi pengeluaran kencing.
7. GAS
Gas merupakan bagian dari zat alir; yang akan dibahas di sini adalah udara, oleh
karena udara sangat diperlukan dalam kehidupan makhluk.
7.1. KOMPONEN UDARA
Udara terdiri dari gas N2, O2, H2O; udara yang dihirup/pada waktu inspirasi kira-
kira 80% N2, 19% O2 dan 0,04% CO2 (kadar CO2 ini bias diabaikan), sedangkan pada
waktu ekspirasi/udara yang dikeluarkan lewat pernafasan 80% N2, 16% O2 dan 4% CO2.
setiap hari udara yang dihirup sebanyak 10 kg (22lb), sedangkan absorpsi O2 lewat paru-
paru sebanyak 400 liter (0,5 Kg) dan sedikit CO2. telah kita ketahui pula 22,4 liter udara
terkandung 6x102 3 molekul (bilangan Avogadro), sedangkan setiap pernafasan ada
sejumlah 102 2 molekul udara yang masuk ke dalam paru-paru.
8. MEKANIKA PARU-PARU
paru-paru diliputi selaput yang disebut pleura viselaris yang tumbuh menjadi satu
dengan jaringan paru-paru. Di luar pleura viseralis terdapat selaput pleura parietalis.
Ruang antara pleura viseralis dan parietalis disebut ruang intrapleural. Ruang ini berisi
lapisan cairan yang tipis.
Apabila ruang dada berkembang (pada waktu tarik nafas) ikut berkembang pula pleura
parietalis dan pleura viseralis. Pada penyakit paru-paru yang menyebabkan kekakuan
paru-paru, pleura viseralis tidak imut berkembang sehingga akan mengakibatkan
penurunan yang tajam tekanan intrapleura. Hal ini dapat di samakan dengan duatu
pengisap di mana lapisan itu terikat dengan pir yang kaku, sedangkan yang lain bergerak
bebas (lihat gambar).
Ruang Udara
Pleura visceralis ( plat A )
Pleura Parietatis ( plat B )
Piston
Gb.62. Dikutip dari Prof. Drs. J. Steketee “Fisika bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Kedokteran,” Universitas Rotterdam, 1978, hlm. 147.
Apabila piston ditarik, ruang antara pleura viseralis, dan pleura parietalis akan tambah
besar, dengan demikian volume antara kedua pleura akan meningkat, sedangkan tekanan dalam
ruangan tersebut akan mengalami penurunan secara drastic. Kalau digambar P-V diagram akan
terlihat jenis hubungan volume dan tekanan (lihat gambar)
Gb.63,64. dikutip dari prof.drs. J. Steketee “Fisika bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Kedokteran” Universias Rotterdam, 1978 hlm. 148.
Volume
0
Arah penurunan tekanan
Volume
0
Arah penurunan tekanan
∆P
∆V
Gambar. 63Gambar. 64
Kalau pernya lemah maka ketika piston ditarik, plat A akan tertarik juga, sehingga
tampak penambahan volume ( V) hanya sedikit saja dan terjadi penurunan tekanan
sangat kecil sekali (terlukis gambar b). ini merupakan keikutsertaan paru-paru yang
disebut komplikasi.
Pada penyakit paru-paru misalnya fibrosis paru-paru (pembentukan jaringan pada
paru-paru) maka komplikasi akan tampak mengecil. Pada waktu pernafasan normal akan
tampak seperti pada gambar di bawah ini, yaitu gambaran semacam elips.
Jadi komplikasi merupakan suatu perubahan yang kecil dari tekanan.
Gbr. 65. dikutip dari Drs. J.
Steketee “Natuurkunde
voor Studenten aan de
Medische Faculteit”
deel 1, Erasmus
Universiteit Rotterdam,
1979, hal 112.
Nilai kompliansi ini tergantung umur dan penyakit paru-paru; pada usia lanjut kompliansi
rendah. Penderita usia muda nilai kompliansi sangat berarti. Oleh karena itu nilai
kompliansi itu dibagi dengan volume paru-paru yaitu K (kapasitas) residu (R) dan F
(Fungsional), yaitu volume paru-paru yang mengeluarkan nafas secara normal. Di klinik
nilai kompliansi dinyatakan dalam liter per cm H2O.
Pada orang dewasa kompliansi mempunyai nilai antara 0,18-027 liter/cm H2O.
secara umum pada laki-laki umur di atas 60 tahunj, 25% lebih tinggi bila dibandingkan
dengan anak muda dan hanya sedikit sekali ada perubahan pada wanita serta berkaitan
dengan umur.
Pada penyakit paru-paru yang mempunyai kompliansi yang rendah di mana terlihat
sedikit sekali perubahan volume untuk perubahan tekanan yang besar, misalnya fibrosis
-10 -5 0P (cm H2o)
inspirasi
ekspirasi
Gariskombinasi
volume
paru-paru. Penyakit paru-paru dengan kompliansi yang tinggi yaitu perubahan volume
yang besar untuk terjadi suatu perubahan tekanan yang kecil, misalnya :
a. Resopiratory distrees syndrome (RDS).
b. Emfisema pulmonum.
9. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU DALAM PERNAFASAN
1. Hukum Dalton, mengenai tekanan partial
2. Hukum Boyle, PV = konstan
3. Hukum Laplace.
9.1. HUKUM DALTON
Hukum ini menyatakan bahwa suatu campuran fari beberapa gas, tiap-tiap
membentuk kontribusi tekanan total seakan-akan gas itu berda sendiri. Misalnya dalam
suatu ruangan terdapat udara dengan tekanan 1 atmosfir (760 mm Hg). Jika
memindahkan seluruh molekul kecuali O2 maka O2 dalam udara tersebut 20% berarti O2
mempunyai tekanan 20x760 mm Hg = 150 mm Hg. Demikian pula N2 = 610 mm Hg
(80% dari 760 mm Hg). Tetapi tekanan partial uap air tergantung pada kelembaban .
suatu contoh udara ruangan mempunyai tekanan parsial 15-20 mmHg. Sedangkan di
dalam paru-paru mempunyai tekanan 47 mm Hg kpada temperature 370C dengan 100%
kelembaban. Dengan mempergunakan tekanan parsial dari hokum Dalton bias dibuat
daftar di bahwa ini :
Table % dan tekanan parsial O2 dan CO2 pada inspirasi, alveolus dan ekspirasi di mana
tekanan parsial paru-paru pH2O = 47mmHg.
% O2 pO2 % CO2 pCO2 (mm Hg )
Udara inspirasi
Alveoli paru – paru
Udara ekspirasi
20,9
14,0
16,3
150
100
116
0,04
5,6
4,5
0,3
40
32
Pada waktu ekspirasi terakhir di dalam paru-paru selalu terdapat 30% volume udara ini,
disebut “Fungsional Residual Capasity”
9.2 HUKUM BOYLE
Membahas gas ideal, di mana gas bermassa m pada temperature konstan dapat
disimpulkan bahwa hubungan P-V = konstan. Apabila terjadi peningkatan volume akan
diikuti dengan penurunan tekanan, demikian sebaliknya.
Untuk mengetahui hubungan P-V dapat kita lihat grafik di bawah ini.
Gb. 66. dikutip dari John R.cameron and James G. Skfranick “Medical Physics” John Wiley & Sons, 1978 hlm. 133.
Pada saat inspirasi (menarik nafas) volume paru-paru meningkat, sedangkan tekanan
intrapleura mengalami penurunan.
Gb. 67. Dikutip dari John R. Cameron and James G. Skonfronick “Medical Physics” John Wiley & Sons, 1978 hlm. 133.Pada saat inspirasi, jumlah volume udara dalam paru-paru meningkat; pada waktu
ekspirasi jumlah udara paru-paru akan menurun.
Inspirasi Ekspirasi
t
5
0
- 5
Teka
nan
intr
apul
mon
al (
cm
H2O
)
Tekanan Intrapleura ( cm H2O )
Inspirasi Ekspirasi
t
10
0
- 10
Deb
it (
lite
rs /
min
)
Flow rate ( liler / menit ) ( cm H2O )
Gb.68.Dikutip dari John R. Cameron and James G. Skonfronick “Medical Physics” John Wiley & Sons, 1978, hlm. 133.
Volume paru-paru bertambah pada waktu tarik nafas sedangkan pada waktu ekspirasi
volume udara paru-paru akan menurun. Pada waktu inspirasi/menarik nafas akan terlihat
flow rate meningkat sedangkan tekanan intrapleura menurun. Sedangkan pada waktu
ekspirasi, terjadi peningkatan tekanan sedangkan flow rate menurun. Kalau grafik di atas
di gabungkan akan terlihat jelas hubungan P-V.
9.3. HUKUM LAPLACE
Laplace mengatakan bahwa tekanan pada gelembung aveoli berbanding terbalik
terhadap radius dan berbanding lurus terhadap terhadap teganang permukaan .
Time
2
3
Inspirasi Ekspirasi
t
Volume paru – paru ( liter )
Vol
. Par
u –
paru
( li
ter
)
Ekspirasi
Inpirasi
Tidak ada udara yangmengalir
Tidak ada udara Yang mengalir
-5 -10 -15
3
2
0
Vol
. Par
u –
paru
( li
ters
)
Tekanan intrapleura cm H2O( tekanan intrathoracis
P =
P = tekanan. R = jari – jari (cm)
= tegangan permukaan ( dyne/cm)
Untuk kejelasan hukum ini, diambil contoh gelembung sabun.
Gb.70 (a) Dikutip dari John R. Cameron and James G. Skofronick “Medical Physics” John Wiley & Sons, 1978, hlm. 139.
Katub dalam keadaan tubuhnya, tekanan terbesar terdapat pada gelembung yang kecil.
Ketika katub dibuka udara yang berada
dalam gelembung yang kecil (P2) akan
masuk ke dalam gelembung yang besar
(P1), sehingga gelembung P1 akan
tampak membesar dan menjadi keadaan
(P3), sedangkan gelembung kecil akan
tampak sferis dengan radius yang sama
yaitu dari bentuk P2 menjadi (P4).
Gb.70 (b) Dikutip dari John R. Cameron and James G. Skofronick “Medical Physics” john Wiley & Sons, 1978, hlm. 139.
Walaupun alveoli tidak sama persis dengan gelembung sabun (P2) yang mengalami
kollaps, tetapi apabila terjadi demikian maka disebut Atelectasis. Hal-hal yang
menyebabkan tidak terjadinya kollaps alveolus disebabkan adanya surface active agent
(surfactant), oleh karena itu surface active ini memegang peranan penting dalam fungsi
paru-paru. Tegangan permukaan alveoli menurun dengan adanya surface active agent.
P1P2
1
P2 > P1
P3
P4
Apabila bayi yang baru lahir tanpa surface active agent di dalam paru-paru (sebab yang
belum diketahui) akan timbul suatu keadaan yang disebut “respiratory Distres
Syndrome”.
10. PENGARUH KETINGGIAN TERHADAP TEKANAN BAROMETRIK
Banyak prinsip fisika yang di pakai dalma pernafasan terutama bagi para
penerbang dan penyelaman. Pada atmosfir yang tinggi, dengan temperature 200 sampai
500 C atau di bawah 00 C dan pada kedalaman di bawah permukaan air laut, tekanan yang
terjadi di luar tubuh kadang-kadang dapat menyebabkan penderita masuk dalam keadaan
kollaps. Untuk menghindari bahaya-bahaya yang timbul perlu di ketahui tekanan
barometric terhadap tekanan 02 dan saturasi tekanan oksigen dalam arteri.
EFEK TEKANAN BAROMETRIK TERHADAP OKSIGEN
Pada suatu ketinggian di atas permukaan air laut maka tekanan barometric akan menurun.
Penurunan tekanan barometric di ikuti dengan penurunan tekanan O2 dalam udara. Untuk
jelasnya lihat table yang di sajikan di bawah ini.
Table : Efek penurunan tekanan atmosfir terhadap tekanan persial oksigen dalam udara
dan dalam udara pernafasan.
Ketinggian
( feet )
Tekanan
barometric
( mm Hg )
PO2 dalam
udara
Udara pernafasan
PO2 dalam
Alveoli
( mm Hg )
Satuan oksugen
dalam darah
arteri
( % )
0
(pada
permukaan air
laut )
10.000
20.000
30.000
760
523
349
226
150
110
73
47
104
67
40
21
97
90
70
20
40.000
50.000
141
87
29
18
8
1
5
1
10.2 EFEK TEKANAN BAROMETRIK TERHADAP UDARA
Sama halnya tekanan barometric terhadap oksigen, yaitu dengan menurun nya tekanan
barometric akan tampak penurunan tekanan partial N2, CO2.
Tabal di bawah ini dapat di lihat dengan jelas pengaruh tekanan barometric terhadap
tekanan partial tersebut.
10.3 EFEK TEKANAN BAROMETRIK TERHADAP KESEHATAN
Efek yang di timbulkan oleh perubahan barometric akan lebih luas di bahas dalam mata
kuliah faal. Di sini hanya di singgung sepintas kilas.
Pada suatu ketinggian, tekanan barometric akan rendah dan di ikuti penurunan tekanan
partial O2 pada ketinggian 23.000 feet hanya sebagain hemoglobin saturasi / jenuh dengan
oksigen, menyebabkan transport oksigen ke jaringan mencapai 50 % dengan akibat
jaringan mengalami anoksia / kekurangan O2.
Pada ketinggian 20.000 feet, penderita belum masuk koma ( tidak sadarkan diri ) tetapi
setelah 10 menit berlangsung atau lebih penderita akan mengalami kollaps seperti lemah
mental harinees.
Pada 20.000 sampai 24.000 feet ketinggian penderita akan masuk ke dalam keadaan
kritis. Pada ketinggian di atas 30.000 feet dalam tempo satu menit seseorang normal akan
jatuh dalam koma. Gambar di bawah ini menunjukan hubungan ketinggian dengan
kecepatan penderita masuk ke dalam keadaan koma atau kollaps.
Hubungan antara waktu terjadinya kollaps & koma dengan ketinggian
11. ALAT UKUR VOLUME PARU-PARU
Alat pengukur paru-paru antara lain :
Spirometer
Peak Flow rate
SPIROMETER
Alat ini di pakai untuk mengukur aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru dan
dicatat dalam grafik volume perwaktu.
Spirometer ini terlihat pada gambar :
Si penderita di suruh bernafas ( menarik nafas dan menghembuskan nafas ) di mana
hidung penderita di tutup. Drum A akan bergerak naik turun sementara itu drum pencatat
bergerak putar ( sesuai dengan jarum jam ) sehingga pencatat akan mencatat sesuai
dengan gerak drum A. hasil pencatatan terlihat seperti gambar di bawah ini.
Dikutip dari Arthur C. Guyton, M.D”Function Of Human Body “ second edition, EB Saunders, Company,
London, hlm 182
Pada waktu istirahat menunjukan volume udara paru-paru 500 mL. keadaan ini di sebut
tidal volume.pada permulaan dan ahkir pernafasan terdapat keadaan reserve, ahkir dari
suatu inspirasi dengan suatu usaha agar mengisi paru-paru dengan udara, udara tambahan
ini di sebut inspiratory reserve volume, jumlah nya sebanyak 3.000 ml. demikian pula
ahkir dari suatu ekspirasi, usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan udara dari paru-paru,
udara ini di sebut expiratory reserve volume yang jumlah nya kira-kira 1.100ml. udara
yang tertinggal setelah eksppirasi secara normal di sebut fungtional residual capacity
( FRC ). Seorang yang bernafas dalam keadaan baik ispirasi maupun ekspirasi, kedua
keadaan yang ekstrim ini disebut Vital Capacity.
Dalam keadaan normal vital capacity sebanyak 4.500ml. dalam keadaan apapun paru-
paru tetap mengandung udara, maka udara ini di sebut residual volume ( kira-kira
1.000ml ) untuk orang dewasa.
Untuk membuktikan adanya residual volume, penderita ( subjek ) di suruh bernafas
dengan mencampuri udara dengan helium, kemudian di lakukan pengukuran fraksi
helium pada waktu ekspirasi. Di klinik biasanya mempergunakan spirometer. Penderita di
suruh bernafas dalam satu menit yang di sebut respiratory minute volume. Maksimum
volume udara yang terdapat di hirup selama 15 menit di sebut Maximum Voluntary
Ventilation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi sangat berguna untuk
mengetest penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan pernapasan. Penderita
normal dapat mengeluarkan udarakira-kira 70 % dari vital capacity dalam 0,5 detik ; 85
% dalam satu detik ; 94 % dalam 2 detik ; 97 % dalam 3 detik. Normal peak flow rate
350-500liter/menit.
Penderita di suruh meniup dengan sekuat-kuatnya. Udara akan mendorong piston A, dan kemudian dapat membaca skala yang di tunjukan oleh piston tersebut. Alat peak flow meter ini d pergunakan untuk mengetahui udara ekspirasi maksimum ( liter / menit ) hasil studi lan gregg A.J. Nunn ( Brithish Medical Journal 1973, 3282 ) menunjukan floow rate yang tinggi sedangkan kurang dari 25 tahun dan lebih dari 50 tahun menunjukan flow rate yang rendah. Demikian pula antara laki-laki dan wanita sangat berbeda.Wanita berkisar 380-480 liter/menit sedangkan laki-laki 520-650 liter/menit.