HAND OUT PRAKTEK

37
MATA KULIAH : ASKEB II (PERSALINAN) SEMESTER : III (BD.302) SKS : 4 SKS (T : 1 SKS; P : 3 SKS) POKOK BAHASAN : PEMERIKSAAN DALAM DAN AMNIOTOMI WAKTU : 50 MENIT DOSEN : RIZKI AMALIA, AM.KEB Pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan tentang PD dan Amniotomi pada ibu bersalin dengan kemajuan persalinan dengan membaca dan berlatih setiap langkah yang terdapat dalam job sheet dan dengan menggunakan alat, bahan dan perlengkapan yang terdapat di laboraturium. 1 OBJEKTIF PERILAKU SISWA BUKU SUMBER

Transcript of HAND OUT PRAKTEK

Page 1: HAND OUT PRAKTEK

MATA KULIAH : ASKEB II (PERSALINAN)

SEMESTER : III (BD.302)

SKS : 4 SKS (T : 1 SKS; P : 3 SKS)

POKOK BAHASAN : PEMERIKSAAN DALAM DAN AMNIOTOMI

WAKTU : 50 MENIT

DOSEN : RIZKI AMALIA, AM.KEB

Pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan tentang PD dan

Amniotomi pada ibu bersalin dengan kemajuan persalinan dengan membaca dan

berlatih setiap langkah yang terdapat dalam job sheet dan dengan menggunakan alat,

bahan dan perlengkapan yang terdapat di laboraturium.

1. JNPK-KR (2009), Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi menyusu

dini, Jakarta : JHPIEGO-Dep Kes RI, Hal : 43-57.

2. JNPK-KR (2009), Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jakarta :

JHPIEGO-Dep Kes RI, Hal 43-57.

3. Johnson, Ruth (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan, Jakarta : Buku Kedokteran,

Hal 201-209.

1

OBJEKTIF PERILAKU SISWAOBJEKTIF PERILAKU SISWA

BUKU SUMBERBUKU SUMBER

Page 2: HAND OUT PRAKTEK

4. Wiknjosastro, Hanifa (2006). Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, Hal 180-193.

Periksa Dalam (PD) merupakan pemeriksaan rutin dalam ilmu kebidanan dan

kandungan selain inspeksi (pemeriksaan dari luar). Pada dasarnya pemeriksaan ini

dilakukan untuk memantau kehamilan dan kelainan lain pada organ reproduksi,

sehingga berbagai risiko atau dampak negatif pada kehamilan yang muncul bisa

ditangani. Untuk memantau kehamilan, PD umumnya dilakukan pertama kali pada

usia kandungan sekitar 34-36 minggu.

Pemeriksaan Dalam dilakukan kembali pada usia kehamilan 38-40 minggu,

dan menjelang persalinan. Saat itu, Anda biasanya mulai mengalami mulas secara

teratur. Kali ini PD bertujuan untuk memantau atau menilai kemajuan persalinan,

besarnya pembukaan mulut rahim, sudah mencapai pembukaan berapa, atau sejauh

mana pembukaannya. PD juga dilakukan untuk memantau bagaimana turunnya

bagian tubuh janin ke dalam rongga panggul. Bidan juga akan memeriksa kondisi air

ketuban, bagaimana selaput ketuban, apakah masih utuh atau sudah pecah.

The UK Amniotomy Group (1994) menemukan bahwa persalinan dapat

dipercepat dengan melakukan amniotomi. Tetapi tidak boleh dilakukan secara rutin.

Amniotomi dilakukan untuk memperbesar pembukaan dan induksi persalinan.

Banyak bidan yang tidak melakukan amniotomi kecuali jika ada indikasi khusus;

banyak bidan yang menyakini bahwa pecahnya selaput ketuban secara spontan

merupakan bagian dari proses persalinan alami.

2

PENDAHULUANPENDAHULUAN

Page 3: HAND OUT PRAKTEK

A. Pemeriksaan per Vaginam/ PD

Prinsip-prinsip pemeriksaan per vaginam selama persalinan, yang

biasanya disebut sebagai pemeriksaan vagina atau periksa dalam (PD). Hal ini

merupakan keterampilan yang penting bagi bidan untuk merawat ibu bersalin.

Prosedur ini bersifat intim dan oleh karena itu hanya dilakukan secara sensitif

dan hati-hati, tidak hanya itu informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini

dapat membantu secara efektif pengkajian perkembangan dan informasi asuhan.

Prosedur untuk melakukan amniotomi dan pemasangan elekrode janin.

1. Indikasi

Selama persalinan bidan dapat melakukan PD untuk :

Memastikan awitan persalinan

Mengkaji perkembangan persalinan

Menetapkan presentasi dan posisi janin

Melakukan pemecahan selaput ketuban

Memasang elekrode janin

Mengeluarkan prolaps tali pusat setelah ruptur spontan membran pada

ibu yang bagian terendah janinnya belum turun ke dasar panggul

Memastikan awitan kala II terutama untuk kasus dengan presentasi

bokong.

2. Kontraindikasi

Bidan tidak boleh melakukan PD pada keadaan :

Perdarahan

3

MATERIMATERI

Page 4: HAND OUT PRAKTEK

Plasenta previa

Ketuban pecah dini

Persalinan preterm (PD pertama harus dilakukan oleh dokter

kebidanan; bidan dapat melakukan PD berikutnya).

3. Informasi yang diperoleh melalui PD

Genetalia Eksternal

Berbagai abnormalitas seperti varices, edema, kutil atau tanda-tanda

infeksi harus diperhatikan dengan baik, terutama jaringan perut,

terutama jika mengindikasikan riwayat trauma perineum atau mutilasi

genetalia wanita. Warna, konsistensi, jumlah dan bau rabas atau

perdarahan dari vagina harus dicatat. Cairan amnion akan terlihat jika

selaput ketuban sudah pecah.

(gambar 1 : Genetalia Eksterna)

Vagina

4

Page 5: HAND OUT PRAKTEK

Vagina harus tersa hangat dan lembab, dengan dinding yang lembut.

Vagina yang panas dan kering mengindikasikan adanya dehidrasi,

infeksi atau obstruksi persalinan. Vagina yang terasa tegang dapat

berkaitan dengan rasa takut atau jaringan parut. Adanya varices,

sistokel atau rektokel juga harus dicatat. Rektum penuh akan teraba

dari dinding vagina bagian belakang.

Serviks

Pemeriksaan serviks meliputi posisi, konsistensi, penipisan,

dilatasi dan hubungannya dengan presentasi janin. Sebelum persalinan

serviks biasanya berada pada posisi sentral atau posterior, keras, belum

menipis dengan ostium masih menutup (belum matang). Pada minggu-

minggu terakhir kehamilan dan awal persalinan, struktur, dan posisi

serviks berubah akibat pematangan, teraba tidak keras dan berada pada

posisi anterior. Serviks yang terasa lunak dan dapat meregang

berkaitan dengan dilatasi yang baik pada ostium uteri, sedangkan

serviks yang belum matang pada akhir kehamilan biasanya dapat

diikuti dengan persalinan yang lama. Serviks yang tidak matang

memerlukan kekuatan uterus tiga sampai empat kali besar daripada

serviks yang matang (Burnhill et al, 1962).

Serviks yang sesuai dengan bagian terendah janin berkaitan

dengan aktivitas uterus yang baik. Sebaliknya, serviks yang belum

sesuai dengan bagian terendah janin berkaitan dengan aktivitas uterus

5

Page 6: HAND OUT PRAKTEK

yang kurang efisien dan kemajuan persalinan yang lamban. Misalnya,

pada Posisi janin oksipito posterior, kepala janin tidak terdorong

langsung ke serviks, melainkan ke arah bawah dan depan bagian

belakang simfisis pubis yang mengakibatkan menurunya efektifitas

kontraksi uterus, dilatasi serviks yang lebih lambat dan persalinan yang

lama. Hubungan bagian terendah janin dengan serviks dapat dikaji

dengan meraba bagian tersebut.

Pada primigravida penipisan biasanya mendahului pembukaan;

pada multigravida hal ini terjadi secara simultan. Penipisan dikaji

dengan mengukur panjang serviks dan derajat penonjolannya ke dalam

vagina. Serviks yang belum menipis teraba panjang dan berbentuk

tubuler, dengan ostium tertutup atau dilatasi sebagian. Bila telah terjadi

penipisan, serviks menipis, dan teraba lebih pendek, karena segmen

uterus bagian bawah mendorongnya ke atas. Penipisan serviks yang

sempurna akan teraba menyatu dengan segmen uterus bagian dan tidak

menonjol ke dalam vagina.

Dilatasi (pembulan) ostium uteri diukur dalam sentimeter, dan

dikaji dengan memasukkan satu atau dua jari ke dalam ostium uteri

eksternal dan membentangkan kedua jari tersebut untuk mengkaji

diameternya. Di awal persalinan, bila pembukaan serviks kurang dari 2

cm, biasanya hanya satu jari saja yang dapat dimasukkan. Pada akhir

kala I akan lebih mudah memperkirakan pembukaan melalui perabaan

terhadap tepi serviks.

6

Page 7: HAND OUT PRAKTEK

(gambar 2 : Pembukaan Serviks)

Selaput janin. Selaput janin yang masih utuh akan teraba

sebagai permukaan licin yang menutupi bagian terendah janin. Hal ini

mungkin sulit untuk dirasakan, terutama pada awal persalinan, atau

bila air ketuban sedikit dan selaput janin melekat pada bagian terndah

janin. Bila selaput janin sulit untuk diraba, dapat disalahartikan dengan

selaput janin yang sudah pecah. Bila bagian terendah janin tidak pas

dengan serviks, selaput janin akan berisi banyak cairan amnion dan

menonjol di serviks. Selama kontraksi, tekanan air ketuban akan

meningkat dan menyebabkan selaput janin menegang dan akhirnya

pecah secara spontan. Hal ini biasanya terjadi lebih cepat jika bagian

terendah janin tidak pas dengan serviks. Bila selaput janin teraba utuh

tetapi air ketubanya sudah bocor, kemungkinan terjadi robekan selaput

janin yang tersembunyi.

7

Page 8: HAND OUT PRAKTEK

(Gambar 3 : Pecahnya Selaput Ketuban)

Presentasi

Dalam hubungannya dengan informasi yang diperoleh melalui

pemeriksaan abdomen, identifikasi petunjuk bagian terendah janin

dapat membantu dalam konfirmasi presentasi janin :

Untuk Presentasi kepala teraba rata, bulat dank eras, dan sutura

atau fontanel dapat juga teraba. Moulding dapat dikaji

berdasarkan derajat tumpang tindih antara tulang-tulang tersebut

di ubun-ubun.

Untuk presentasi bokong dan wajah akan teraba lembek dan

tidak rata. Sekrum dapat teraba sebagai tulang yang keras,

dengan anus tertutup. Bila jari pemeriksa masuk ke dalam anus,

akan terasa seperti dicengkram. Mekonium segar juga cenderung

terdapat di dalam anus.

8

Page 9: HAND OUT PRAKTEK

Pada presntasi wajah, tulang dahi dapat teraba, dan jari yang

masuk ke dalam mulut akan diisap oleh janin. Bila dicurigai atau

dikonfirmasi terjadi presentasi wajah, berhati-hatilah agar tidak

mencederai mata janin; pemakaian elektrade janin dank rim

obstetric tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan

konjugtivis

Bila tali pusat teraba, akan teraba juga adanya pulsasi di balik

selaput janin, pada keadaan ini selaput janin tidak boleh dirobek

karena adanya bahaya prolaps uteri.

Tinggi bagian presentasi ditentukan dengan mengkaji jarak antara

bagian terendah dengan spina iskiadikus dalam ukuran cm. spina

iskiadikus disebut sebagai tingkat 0, dengan bagian yang terendah

berada di atasnya (-cm) atau di bawahnya (+cm). spina iskiadikus

mungkin sulit untuk diraba; hal ini menyebabkannya menjadi

pengukuran yang subjektif. Penting bagi bidan untuk memastikan

bahwa titik tersebut merupakan bagian terendah janin yang sedang

dikaji dan bukan suksedaneum. Penurunan bagian terendah janin

merupakan indicator kemajuan persalinan.

9

Page 10: HAND OUT PRAKTEK

(Gambar 4 : Bagian terbawah janin dalam hubungannya dengan spina iskiadika)

Posisi

Pada presentasi kepala, identifikasi sutura dan fontanel dapat

memastikan posisi dan sikap janin. Sutura sagitalis mudah

diidentifikasi sebagai sutura yang panjang dan lurus; posisinya

ditentukan dengan kaitannya dengan panggul ibu, kanan akan teraba

bergerak fari kuadran kanan belakang dari panggul ibu menyerong ke

kuadran kiri depan. Fontanel anterior teraba sebagai area yang lebih

besar, berbentuk segi empat, dengan empatsutura berasal darinya dan

hal ini berkaitan dengan posisi kepala defleksi, biasanya dengan posisi

oksipito posterior. Kemajuan persalinan dapat dikenali bila terjadi

fleksi progesif (atau ekstensi pada presentasi wajah) dan rotasi.

Membandingkan posisi landmark dengan pemeriksaan per vaginam

sebelumnya harus dilakukan.

10

Page 11: HAND OUT PRAKTEK

(Gambar 5 : Rotasi presentasi kepala, teraba pada pemeriksaan pervaginam)

Pintu bawah panggul

Dikaji melalui perabaan spina iskiadika; bila teraba menonjol

berarti diameter tranversal pintu atas panggul sempit dan dapat

memengaruhi kemajuan persalinan, terutama kala II. Pengkajian sudut

subpubis dilakukan dengan mengerakkan ujung jari pemeriksa ke arah

pubis. Bila kedua jari sesuai dengan bagian bawah arkus pubis, hal ini

mengindikasikan bahwa besar sudut 90 atau lebih. Sudut subpubis

yang sempit terkadang ditemukan pada spina iskiadika yang menonjol

dan biasanya terjadi pada panggul android. Kondisi ini dapat

menimbulkan tekanan yang lebih keras pada perineum dan

meningkatkan trauma perineal serta keterlambatan kala II. Pengkajian

sudut subpubis harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari

klitoris; tekanan pada daerah ini dapat menimbulkan nyeri.

11

Page 12: HAND OUT PRAKTEK

4. Prosedur pemeriksaan per vaginam/ PD

Prosedur pemeriksaan harus dilakukan dengan teknik aseptik, dibantu

seorang asisten.

Persiapan Tindakan

1. Pasien :

Selimut mandi

Kapas sublimat.

Air DTT dalam kom.

Bengkok

Larutan klorin 0,5 %

Status ibu dan alat tulis.

2. Petugas :

Apron plastik, masker, kacamata pelindung

Sarung tangan DTT/steril

Alas kaki/sepatu boot karet

3. Lingkungan :

Ruangan dalam keadaan tertutup

Persetujuan Tindakan Medik

4. Menjelaskan pada ibu apa yang akan dikerjakan dan

memberitahukan kemungkinan ketidaknyamanan serta memberikan

kesempatan untuk mengajukan pertanyaan

12

Page 13: HAND OUT PRAKTEK

5. Dengarkan apa yang disampaikan oleh ibu

6. Berikan dukungan emosional dan jaminan pelayanan

Tindakan

7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta

mengeringkannya dengan handuk bersih.

8. Meminta ibu untuk berkemih dan membasuh regio genetalia dengan

sabun dan air bersih

9. Meminta ibu berbaring di tempat tidur

10 Menutupi badan ibu dengan selimut atau kain

11 Mengatur posisi ibu dorsal recumbent

12 Mengunakan sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

13 Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan kapas atau kassa yang sudah

dibasahi air DTT. Jika mulut vagina, perineum atau anus

terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkan dengan seksama

dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas

atau kassa yang sudah terkontaminasi dalam wadah yang benar.

Mengganti sarung tangan

jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut

dengan benar di dalam larutan dekontaminasi)

14 Memeriksa genitalia luar ;

Inspeksi :

13

Page 14: HAND OUT PRAKTEK

Perdarahan.

Cairan amnion ; warna, bau, jumlah.

Mekoneum ; kental atau encer

Bagian yang menumbung.

Lendir darah.

Perlukaan

Massa

Varices

Edema

Haemoroid

Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan

pemeriksaan dalam.

15 Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari

tangan kiri pemeriksa. Masukkan jari telunjuk tangan kanan

pemeriksa dengan hati-hati diikuti oleh jari tengah. Setelah kedua

jari tangan berada dalam vagina, tangan kiri pemeriksa diletakkan

di fundus ibu. Pada saat kedua jari berada di dalam vagina, jangan

mengeluarkannyasebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban belum

pecah, jangan lakukan amniotomi.

16 Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi

luka atau episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi

informasi penting pada saat kelahiran bayi.

14

Page 15: HAND OUT PRAKTEK

17 Nilai pembukaan dan penipisan serviks

18 Pastikan tali pusat umbilikus dan/atau bagian-bagian kecil (tangan

atau kaki bayi) tidak teraba pada saat melakukan pemeriksaan

pervaginam.

19 Nilai penurunan kepala janin dan tentukan apakah kepala sudah

masuk ke dalam panggul. Bandingkan penurunan kepala dengan

temuan-temuan dari pemeriksaan abdomen untuk menentukan

kemajuan persalinan.

20 Jika kepala sudah dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitali

untuk menentukan penyusupan tulang kepala dan/atau tumpang

tindihnya, dan apakan kepala janin sesuai dengan diameter jalan

lahir.

21 Setelah pemeriksaan lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksa

dengan hati-hati, sambil meminta ibu untuk menarik nafas panjang.

22 Mendekontaminasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor dedalam larutan

klorin 0,5% dan kemudian melepaskan dalam keadaan terbalik

serta merendamnya di dalam larutan tersebut selama 10 menit.

Mencuci kedua tangan (seperti diatas)

23 Merapihkan ibu kembali dan membantu ibu mengambil posisi yang

nyaman

24 Memberitahu ibu dan keluarganya tentang hasil pemeriksaan.

15

Page 16: HAND OUT PRAKTEK

25 Mencatat /mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan pada status

ibu.

B. Amniotomi

1. Pemecahan selaput ketuban :

Selama membran amnion masih utuh, bayi akan terlindung dari infeksi

Cairan amnion berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari

tekanan kontraksi uterus

Kantung ketuban akan pecah secara spontan

Variasi denyut jantung janin terlihat setelah amniotomi (deselerasi

awal) yang dapat memerlukan intervensi lebih lanjut. Emboli cairan amnion

berhubungan dengan amniotomi. Tindakan kewaspadaan umum harus ditaati

dan bidan harus berhati-hati dalam menggunakan amnihook yang merupakan

benda tajam agar tidak terjadi cedera dan membuang alat tersebut ke dalam

kotak khusus benda tajam.

2. Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban :

Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan

kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi

Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia

Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan

adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi

16

Page 17: HAND OUT PRAKTEK

Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan

pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma

bayi

Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban

sudah lama pecah atau postmaturitas janin.

3. Alasan untuk menghindari pemecahan ketuban dini :

Kemungkinan kompresi tali pusat

Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang

tidak merata

Tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi janin

yang berkurang

4. Indikasi amniotomi

Induksi persalinan

Persalinan dengan tindakan

Penggunaan FSE dan/atau pengkajian warna cairan ketuban

Permintaan ibu

Sering dilakukan sebelum persalinan bayi kembar kedua

5. Kontraindikasi

Bagian terendah janin masih tinggi (resiko prolaps tali pusat)

Persalinan praterm

Adanya infeksi vagina

17

Page 18: HAND OUT PRAKTEK

Tindakan kewaspadaan harus dilakukan pada polihidramnion atau

malposisi atau malpresentasi

Plasenta previa

Vasa previa

Amniotomi terkontrol terkadang dilakukan jika kondisi bagian terndah

janin masih tinggi. Dokter melakukan amniotomi sedangkan bidan memberi

sedikit tekanan pada fundus. Hal ini membantu bagian terendah janin masuk

ke panggul pada saat selaput ketuban ruptur. Dokter harus memastikan

bahwa seluruh air ketuban sudah mengalir ke luar dan tidak terjadi prolaps

tali pusat.

6. Prosedur Amniotomi

1. Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), sentuh ketuban

yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya

tali pusat atau bagian2 kecil lainnya(bila tali pusat dan bagian2 yang

kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk

segera)

2. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan

memasukkan ke dalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan

yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban

dengan hati2.

3. Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari2 tangan kanan

anda goreskan klem kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah

18

Page 19: HAND OUT PRAKTEK

4. Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk

pemeriksaan

5. Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam

dalam larutan klorin 0,5%. tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di

dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan

tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun

dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina

secara perlahan.

6. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium(kotoran

bayi) atau darah

7. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tanagn kedalam

larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik

dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

8. Cuci kedua tangan

9. Periksa kembali denyut jantung janin

10. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban,

warna air ketuban dan DJJ.

7. Keuntungan amniotomi

Memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau

tidaknya mekonium

19

Page 20: HAND OUT PRAKTEK

Dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka

elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang

memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh

dengan menempatkan elektroda diatas abdomen ibu

Kateter perekam bisaditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur

tekanan intrauterin secara langsung dan akurat

Lamanya persalinan bisa diperpendek

Bukti2 yang ditemukan akhir2 ini menunjukkan bahwa amniotomi dan

stimulasi slauran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam

prostaglandin, dan hal ini selanjutnya menyempurnakan kontraksi

uterus.

8. Kerugian amniotomi

Tekanan diferensial yang meningkat diekitar kepala janin bis

amenimbulkan cacatnya tulang kepala janin

Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menmabah kompresi tali

pusat

20

Page 21: HAND OUT PRAKTEK

Pertanyaan :

1. Untuk alasan apa bidan melakukan pemeriksaan per vaginam selama proses

persalinan ? (point 25)

2. Sebutkan Kontraindikasi dari pemeriksaan pervaginam/ pemeriksaan dalam dan

indikasi amniotomi ? (point 25)

3. Sebutkan alat dan bahan untuk melakukan Pemeriksaan Dalam? (point 25)

4. Sebutkan prosedur Amniotomi ? (point 25)

Jawaban :

1. Alasan bidan melakukan pemeriksaan per vaginam/ pemeriksaan dalam selama

proses persalinan :

Memastikan awitan persalinan

Mengkaji perkembangan persalinan

Menrtapkan presentasi kepala janin

Memasang electrode janin

Melakukan pemecahan selaput janin

Mengeluarkan prolaps tali pusat setelah rupture spontan membrane pada ibu

yang bagian terendah janinya belum turun ke dasar panggul

Memastikan awitan kala II terutama untuk kasus dengan presentasi bokong.

2. Kontraindikasi pemeriksaan per vaginam/ pemeriksaan dalam yaitu :

21

EVALUASIEVALUASI

Page 22: HAND OUT PRAKTEK

Bidan tidak boleh melakukan PD pada keadaan :

a. Perdarahan

b. Plasenta previa

c. Ketuban pecah dini

d. Persalinan preterm (PD pertama harus dilakukan oleh dokter kebidanan,

bidan dapat melakukan PD selanjutnya).

Sedangkan, Indikasi Amniotomi yaitu :

a. Induksi persalinan

b. Persalinan dengan tindakan

c. Penggunaan FSE dan/atau pengkajian warna cairan ketuban

d. Permintaan ibu

e. Sering dilakukan sebelum persalinan bayi kembar kedua.

3. Alat dan Bahan yang diperlukan pada saat melakukan pemeriksaan dalam yaitu :

1. Tempat tidur ginekologi

2. Celemek

3. Kaca mata Sepatu Both

4. Selimut mandi

5. Sarung tangan steril

6. Bengkok

7. Kapas sublimat

8. larutan clorin

9. Air (hanya bila diperlukan)

10. Tempat sampah

22

Page 23: HAND OUT PRAKTEK

4. Prosedur Amniotomi :

1. Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), sentuh ketuban yang

menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat

atau bagian2 kecil lainnya(bila tali pusat dan bagian2 yang kecil dari bayi

teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera)

2. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan ke

dalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan

sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati2.

3. Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari2 tangan kanan anda

goreskan klem kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah

4. Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk

pemeriksaan

5. Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalam

larutan klorin 0,5%. tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam

vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak

teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali

pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.

6. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium(kotoran bayi)

atau darah

23

Page 24: HAND OUT PRAKTEK

7. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tanagn kedalam larutan

klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan biarkan

terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

8. Cuci kedua tangan

9. Periksa kembali denyut jantung janin

10. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air

ketuban dan DJJ.

Palembang, April 2010Menyetujui Dosen Pembimbing

(Nuryusmarni, S.Pd, M.K

24

Page 25: HAND OUT PRAKTEK