Hanbook Mentoring IMAM FTMD

108
IMAM FTMD THE HANDBOOK OF MENTORING KUMPULAN MATERI-MATERI MENTORING

description

Kumpulan materi-materi mentoring di Ikatan Mahasiswa Muslim Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB

Transcript of Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Page 1: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

IMAM FTMD

THE HANDBOOK OF

MENTORING KUMPULAN MATERI-MATERI MENTORING

Page 2: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Kata Pengantar

Materi 1 Kita Membutuhkan Seorang Rijaal

Materi 2 Gambaran Dunia Dihadapan Allah

Materi 3 Cinta dan Ridha Allah

Materi 4 Tumpukkan Pahala yang Sia-sia

Materi 5 Tholabul Ilmi (Menuntut Ilmu Islam)

Materi 6 Beramal Mengikuti Sunnah

Materi 7 Misteri Shalat Subuh

Materi 8 Keutamaan Shalat Berjamaah

Materi 9 Tiga Hal yang Menyelamatkan dan Mencelakakan

Materi 10 Problematika Umat

Materi 11 Hati-hati Dari Teman Yang Buruk

Materi 12 Lima Perusak Hati

Materi 13 Mewaspadai Jahiliyah

Materi 14 Kisah Seorang Kristen yang Masuk Islam

Materi 15 Orang-orang yang Merugi

Materi 16 Tahkimus Syari’ah, Kewajiban yang Dibenci Munafik

Page 3: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puja dan puji hanya bagi Allah subhanahu wata’ala, yang telah

memberikan kita nikmat yang banyak hingga bisa membaca buku yang ringkas ini. Dan nikmat

yang paling besar adalah nikmat Iman dan Islam. Yang dengannya Allah akan memberikan kita

tiket jannah. Hingga apakah kita akan membayar tiket itu atau kita diamkan begitu saja. Karena

sejatinya surga itu mahal tentu tiketnya juga pasti mahal.

Shalawat dan salam selalu kita sampaikan kepada Rasulullah shalallahu’alaihiwasalam dan para

keluarga serta sahabatnya hingga kaum muslimin yang mengikuti beliau dengan benar hingga

hari kiamat.

Saling nasihat menasihati dalam kebenaran dan kesabaran merupakan kewajiban setiap orang.

Baik pemula maupun sudah ahli, apabila dia memiliki hal bermanfaat bagi saudaranya maka dia

akan membaginya. Bisa berupa nasihat mengajak kepada kebaikan maupun nasihat untuk

menolak kemungkaran. Menjadi mentor tak harus sempurna terlebih dahulu, apabila seorang

mentor harus sempurna terlebih dahulu maka tidak akan ada yang saling menasihati

sebagaimana kata-kata mutiara dari seorang Tabi’in, Hasan Al-Basri:

“Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang

yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian. Sungguh,

akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya

dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya.

Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya

menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat. Akan menjadi

sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang

berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk taat kepada-Nya, tidak

pula melarang dari memaksiati-Nya. Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin,

sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang orang yang

bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta aman dari lupa dan

kekhilafan. Maka terus meneruslah berada pada majelis-majelis dzikir (majelis ilmu), semoga

Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kalian. Bisa jadi ada satu kata yang terdengar dan kata itu

merendahkan diri kita namun sangat bermanfaat bagi kita. Bertaqwalah kalian semua kepada

Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam

keadaan muslim.” (Hasan Al Bashri)

Ada beberapa poin yang akan saya sampaian diantaranya:

1. Pentingnya mentoring

Dari jumlah rata-rata 3000 mahasiwa TPB ITB setiap tahunnya, hitunglah misalkan 75%

diantaranya adalah muslim. Berarti ada 2250 mahasiswa muslim yang menjadi tanggung jawab

lembaga dakwah kampus untuk memberikan pelayanan keilmuan Islam. Potensi yang begitu

besar untuk ladang amal sebagaimana dalam hadits.

Page 4: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,

mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang

menyerah diri?" “ (Fusilat: 33)

Dalam Shahih Muslim, Kitab al-Ilm, Bab Man Sanna Sunnatan Hasanatan au Sayyiatan, 4/2060,

no. 2674. Dari Abu Hurairah radiyallahu'anhu bahwa Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam bersabda,

قص ذلك من دعا إل هدى، كان له من األجر مثل أجور من تبعه، ال ي ن ومن دعا إل ضاللة، كان عليه من اإلث مثل آثام من . من أجورهم شيئا

قص ذلك من آثامهم شيئ اتبعه، ال ي ن . "Barangsiapa yang mengajak kepada suatu petunjuk, maka dia memperoleh pahala seperti

pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka. Dan

barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia memperoleh dosa semisal dosa orang

yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka." [HR. Muslim]

Karena kita tahu pahala kita sendiri tak akan mampu mengantarkanku ke Surga. Karena kita

tahu dosa kita sendiri sudah mampu mengantarkanku ke Neraka.

Di FTMD, mahasiswa yang terdaftar tiap tahunnya rata-rata sekitar 280 mahasiswa baru

(maba). Dengan asumsi 80 orang diantara mereka adalah non muslim, berarti mahasiswa yang

beragama Islam ada 200 orang. Sekarang saya bertanya, dari 200 orang,

1. Berapa orang yang aqidahnya masih benar?

2. Berapa orang yang melakukan shalat dengan benar?

3. Berapa orang yang melakukan shalat berjamaah?

4. Berapa orang yang bisa membaca Al- Qur’an dengan baik dan benar?

5. Berapa orang yang melakukan shalat sunah rawatib?

6. Berapa orang yang rutin melakukan shalat dhuha?

7. Dan lain sebagainya..

Mereka adalah saudara-saudara kita yang menjadi tanggungan kita. Jika 200 ini dipegang oleh

mentor, maka yang paling efektif adalah 20 mentor. Jadi setiap mentor memegang 10 maba.

Dengan demikian kita membutuhkan 20 mentor.

Itulah konsidi ideal dakwah kampus, berbeda dengan kondisi mentoring yang telah berjalan.

Hanya sekitar 30% yang efektif. Misal saja di GAMAIS pusat, dari 55 mentor 2010, yang bisa

dihubungi/konfirm hanya tinggal 24 orang. Dari 24 orang yang bisa mengadakan mentoring

sekitar 18 orang mentor beserta kelompoknya dan itupun yang hadir cuma satu, dua, atau tiga

orang maba. Begitulah kondisi dakwah di kampus hari ini.

Page 5: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Oleh karena itu, mentoring adalah hal yang sangat penting sebanding dengan ta’lim. Jika ta’lim

itu jarang dilaksanakan, maka mentoringlah yang menjadi penopangnya. Selain mentoring itu

bisa menjangkau seluruh muslim yang ada. Kelebihan mentoring lainnya adalah lebih bisa

mendidik para mentor untuk selalu yang pertama kali dalam amalan. Yang nantinya akan

melahirkan para mentor baru yang akan memperjuangkan Islam.

2. Hal yang harus diingat seorang mentor

Mentor adalah sebagai seorang yang juga menuntut ilmu. Ilmu din Islam dan ilmu

berkomunikasi dalam menyampaikan apa yang telah dia pahami. Karena kepahaman seseorang

terhadap sesuatu bisa dilihat dari penyampaian seseorang terhadap ilmu tersebut kepada orang

lain. Jika dia memahami dengan baik, maka baik pula penyampaiannya. Jika pahamanannya

kurang maka kurang juga dia dalam menyampaikannya. Dengan demikian pemahaman din

Islam ini akan terus kita pelajari bersama-sama dengan anak mentee. Merekalah yang akan

mengamati dan memperhatikan mentor sebagai teladan. Mengawasi gerak-gerik mentor yang

telah menyampaikan dakwah dengan bagus apakah sesuai dengan kehiduapnnya sehari-hari.

Atau apakah sebaliknya. Inilah hal yang penting dari sebuah proses mentoring. Terjaganya dua

komponen, mentor dan mentee.

Tugas seorang mentor hanyalah menyampaikan Islam kepada mentee. Mentor tidak dituntut

untuk merubah mentee yang jahiliyah menjadi mentee yang sholeh. Karena perkara itu ada di

dalam urusan Allah Sang Pemberi Hidayah. Dengan penyampaian yang baik, sopan santun,

perhatian, dan selalu merangkul mentee kearah Allah. Bukan mengarahkan ke organisasi,

golongan, atau partai. Ituah yang akan membuat kita mendapat pertolongan Allah.

Memahamkan mereka akan hakikat beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan sesembahan

lain. Menghasilkan akhlak karimah yang menjadi primadona dan dielu-elukan semua manusia.

Dan tentu semua itu harus dimulai dari diri seorang mentor itu sendiri. Sebagai sebuah ujung

dari sebuah tombak dakwah. Menjadi sebuah kayu yang berdiri kokoh ketika terpaan angin

mengglayutinya. Semua pertolongan Allah bergantung sikap mentor kepada Allah. Ruhiyah

mentor, pengamalan mentor atas ilmu-ilmunya, dan kewibawaan mentor yang akan menjadikan

dakwah ini kokoh lagi menang dan dimenangkan Allah. Yang harus dimiliki seorang mentor

adalah

1. Keimanan,

2. Keistiqomahan,

3. Semangat menyebarkan dan menuntut ilmu Islam.

Keimanan kepada ajaran yang iya sampaikan kepada manusia. Membuat dia yakin dan lantang

menyerukannya tanpa ragu sedikitpun. Yakin akan adanya surga yang Allah sediakan dan yakin

akan pertolongan Allah di saat kita telah tidak kuat lagi melakukan sesuatu. Berbeda jika

seorang mentor tidak beriman dengan apa yang dia bawa. Apakah dia hidup dengannya?

Apakah dia bisa lantang menyuarakannya? Sedangkan di dalam hatinya tidak ada iman dan

banyak keraguan.

Istiqomah menjalankan permentoringan, dakwah, dan menuntut ilmu Islam. Membuat dia

tegar atas segala rintangan yang akan menganggunya. Di saat orang-orang lalai mengkaji Al-

Qur’an dan Sunnah, dia yang pertama kali mengembangkan dan mengkajinya. Di saat orang lain

bubar kelompok mentornya, dia orang yang pertama yang tetap teguh membangun keluarga

Page 6: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

mentoring yang mengarah kearah surga. Tidak pernah merasa putus asa dan merasa dakwah

adalah penghalang dari perkuliahan atau urusan dunia lainnya. Semua dijalankan demi satu hal

yang dia dambakan yaitu melihat Wajah Allah disurga-Nya bersama orang-orang yang dicintai.

Bersama para mentee di dipan-dipan surga. Menikmati suasana surga dan meminum segala

jenis minuman dengan ditemani puluhan bidadari bermata jeli lagi sebaya berhias dengan

sangat cantik menggoda. Bertetangga dengan keluarga dekat, berumahkan mutiara,

berlantaikan emas, dan semua itu kekal adanya. Apakah ada yang lebih menggiurkan yang

pernah kalian dengar selain ini?

Semangat menyebarkan dan menuntut ilmu Islam dengan menjarkom anak-anak mentee,

satu persatu dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Menanyakan kondisi dan

ketidakhadiran serta selalu mengadakan majelis ilmu (mentoring) perminggu minimal sekali.

Dia adalah orang yang paling bersemangat belajar Al-Qur’an dan memakmurkan masjid Allah,

menggunakannya sebagai pusat peradaban dan menggantungkan hatinya di masjid rumah

Allah. Semangat menyedekahkan hartanya untuk dakwah, memotokopikan materi untuk

mentee, mengetiknya, mencarinya di internet atau membawakan buku referensi dan CD-CD

keilmuan. Sebaliknya, jangan sampai kita temui seorang mulia ini (mentor) dia adalah orang

yang loyo dan lemah dalam mendatangi panggilan Allah untuk sholat berjamaah, loyo dalam

bersedekah, loyo dalam mengikuti majelis ilmu, dan loyo segala jenis loyo.

Dengan itu semoga turun pertolongan Allah dari arah yang tidak terduga-duga yang dahsyat

dan tak terbersit dalam hati akan seperti ini luar biasanya pertolongan Allah. Karena

pertolongan Allah itu ibarat makanan yang dimakan oleh orang yang kelaparan. Kenyang itu

hanya bisa dirasakan oleh orang yang kelaparan. Begitu juga pertolongan Allah hanya bisa

dirasakan oleh orang yang terjun ke dalam medan dakwah yang berat. Hingga datang

pertolongan Allah memudahkan dan membuat lega kita semua hingga air mata ini mengalir

karena begitu dahsyatnya.

3. Cara mentoring dan menyampaikan materi

Dengan dibelaki hanya sekitar 16 materi dakwah, yang telah disusun sedemikian supaya

sehingga mudah disampaikan, dirangkum dan dipresentasikan oleh mentor. Diharapkan yang

pertamakali memahami sebelum para mentee adalah mentor, yang telah membaca keseluruhan

dan paham sebelum menyampaikannya. Sebagai nasehat awal kepada para mentor dan akan

ditransfer kepada para mentee. Dari 16 materi minimal 10 diantaranya harus disampaikan.

Sebagai sebuah capaian minimal.

Terserah pada urutan mana saja yang ingin pertama disampaikan. Atau sesuai dengan urutan

yang telah dibuat. Yang terpenting adalah ini tersampaikan dan bisa membuka dan merangsang

wawasan mereka agar lebih ingin mengkaji Islam lebih dalam.

Satu hal yang membuat mentoring itu efektif berjalan adalah ketika materi yang ada, dimiliki

juga oleh para mentee dan kita suruh mereka untuk mengumpulkannya jangan sampai hilang.

Agar ketika mereka pulang dan sampai dirumah, mereka tidak pulang dengan tangan kosong,

dan bisa dengan mudah membaca kembali ilmu yang telah mereka dapatkan. Tidak seperti yang

ada sebagian besar mentoring sekarang, mereka yang datang tidak dibekali apapun hingga

pulang dan akhirnya lupa apa yang disampaikan sang mentor.

Page 7: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Dengan sistem jarkom yang efektif, satu orang mendapat porsi satu nama. Jangan 10 orang

digeneralisis dengan satu sms. Yang akan membuat mereka malas membaca dan membuka sms.

SMS lah dengan cara personal, nama panggilan, dan bahasa yang akrab, tidak terlalu formal.

Takpula dalam memulai mentoring dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah

saw, serta bersyahadat, karena itulah sunnah nya dalam sebuah penyampaian materi dakwah.

Dan kemudian taklupa pula mengingatkan agar selalu meluruskan niat mentoring ini hanya

mencari ridha Allah.

4. Strategi mentoring efektif

Satu orang mentor menangani 10 orang mentee yang harus diberi didikan wajib oleh mentor.

Efektifnya mentoring bisa dilakukan dengan saling diskusi setelah materi, alokasi waktu yang

jelas (maksimal 2 jam, minimal 1 jam), adanya handout, adanya pembacaan tilawah sebelum

dimulai, dan menekankan agar membawa mushaf Qur’an dan terjemahnya. Mentoring efektif itu

dimulai dengan mereka membaca Qur’an yang akan menundukkan sikap suka bercanda

diantara mereka, membuatnya meluruskan niat, dan membuat kondisi nya hening. Lalu dibuka

dengan sebuah kisah-kisah menarik penuh hikmah, karena justru biasanya yang paling dia ingat

adalah kisah-kisah itu.

Semoga buku panduan mentoring ini penuh berkah dan membawa misi ke-Islaman yang di

ridhai Allah subhanahu wata’ala. Menjadi amal jariyah yang takkan pernah putus bagi

penyusunnya dan penulisnya. Sehingga tetap meluruskan niat untuk membangun peradaban

Islam dibawah ridha dan cintanya Allah.

Minggu, 14 September 2014

Arief Nur Pratomo

Page 8: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 1

Kita Membutuhkan Seorang Rijaal

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita seorang mukmin yang

senantiasa berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan

Ia lah yang telah memberikan pada kita nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kita

ditaqdirkan dapat melaksanakan mentoring.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi junjungan, Nabi besar

Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang telah membawa ummat ini dari jaman

jahiliyah menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya Islam.

Ma’asyirol muslimin yang dimulyakan Allah Ta’ala

Suatu ketika Umar ibnul khattab radhiyallahu 'anhu duduk duduk bersama para

sahabat radhiyallahu 'abhum dan berkata, وا ارم تممن هي الد ذي الم رمجل: أمتممن لمو أمن لي هم لوءمة "، ف مقم : مم بييلي اللهي، ث قمالم قه في سم با أنفي ذمهم

وا " لوءمة لؤلؤا "، تممن ا مم الم رمجل: أمتممن لمو أمن هم بييلي اللهي ف مقم قه في سم را، أنفي وهم دا ومجم ومزمب مرجمق، د : " ومأمتمصم وا ث قمالم الوا: تممن ر: " "، ف مقم الم عمم ، ف مقم نينيم ريم المؤمي ا نمدريي يما أممي أمتممن لمو أمن مم

ةم بني المراحي يدم ثلم أمبي عب م اال مي لوءمة ريجم ارم مم ذيهي الد همBerobsesilah kalian ! Kemudian salah seorang berkata, Aku berangan-angan seandainya

Saya ingin rumah ini penuh dengan emas, sehingga saya bisa berinfaq di jalan Allah.

Seseorang lainnya berkata, Saya ingin rumah ini penuh dengan mutiara dan permata

sehingga saya dapat berinfaq dan bersedekah di jalan Allah Ta’ala. Umar berkata, Tapi

saya berkeinginan rumah ini penuh dengan sosok seperti Ubaidah bin Jarrah. [ Fadhoilus

shahabah 2/740, Mustadrak 'ala shahihaini : 3/252 ].

Jama’ah mentoring yang dimulyakan Allah Ta’ala

Semoga Allah Ta'ala merahmati beliau Umar Ibnu Al Khattab yang tahu betul akan

pentingnya seorang kader militan untuk kemajuan Islam yang akan datang. Dunia

dakwah kita tengah memasuki era yang sangat kompetitif, era yang akan menentukan

kita bertahan, maju atau terkikis zaman. Pada situasi seperti ini dakwah membutuhkan

mereka yang berdaya guna, yang senantiasa siap memikul dakwah. Beban dakwah hanya

sanggup dipikul oleh mereka yang mengerti tentang apa dan bagaimana tabiat dakwah

itu. Junud ad-dakwah yang cerdas, qowi almatin dan bertanggungjawablah yang siap

berada di medan dakwah ini. Kehadiran kader seperti inilah yang menjadi obsesi Khalifah

Umar bin Khottobradhiyallahu 'anhu.

Page 9: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Memang dalam dakwah dan perjuangan membutuhkan harta yang banyak. Tetapi apalah

artinya perbendaharaan yang ada ketika para pengusung dakwah ini tidak memiliki

pejuang dan penerus yang akan melanjutkan dakwah ini. Maka munculnya para pemuda

yang seperti ini amat dibutuhkan di dunia dakwah. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda,

ا هم د فيي اد تمي ائمة الم تمكم إيبيل مي لمة إينما الناس كم رماحي“Manusia itu hanyalah seperti seratus ekor unta, hampir-hampir dari seratus ekor tersebut engkau tidak dapatkan satu ekor pun yang bagus untuk ditunggangi.” (HR. Al-Bukhari

no. 6498 dan Muslim no. 2547)

Maksud hadits di atas, kata Al-Imam Al-Khaththabi rahimahullah, “Mayoritas manusia

itu memiliki kekurangan. Adapun orang yang punya keutamaan dan kelebihan jumlahnya

sedikit sekali. Maka mereka yang sedikit itu seperti keberadaan unta yang bagus untuk

ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.” (Fathul Bari, 11/343)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan, “Orang yang diridhai keadaannya dari

kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat

menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarhu Shahih Muslim, 16/101)

Ma’asyirol muslimin yang dimulyakan Allah Ta’ala

Seorang yang militan dan kader yang baik sebanding dengan seratus orang. Bahkan satu

orang sebanding dengan seribu orang atau bahkan sebanding dengan bangsanya. Yaitu

jika pemuda tersebut mempunyai semangat tinggi sehingga dapat menghidupkan ummat

secara keseluruhan.

Suatu ketika Kholid Ibnul Walid radiyallahu ‘anhu mengepung suatu kota. Kemudian

beliau meminta kepada Abu Bakar Shiddiq radiyallahu ‘anhu tambahan pasukan. Dan

tidaklah dikirim kepasa Kholid radiyallahu ‘anhu kecuali seorang saja, yaitu Al Qo’qo’

bin Amru At Tamimi. Abu Bakar berkata, Tidaklah kalah suatu pasukan yang ada di

dalamnya orang semisalnya. Beliau juga berkata : Sungguh suaranya Qo’qo’ dalam

pasukan lebih baik dibandingkan seribu tentara.

Demikian juga saat Amru Ibnu al ‘Ash meminta tambahan pasukan dari amirul mukminin

Umar Ibnul Khattab saat membuka kota Mesir, maka beliau menuliskan surat, Amma

ba’du. Maka aku tambahkan kepadamu empat ribu pasukan yang terwakili seribunya pada

satu orang. Yaitu Zubair bin ‘Awwam, dan Miqdad bin Amru, dan Ubadah bin Shamit,

serta Maslamah bin Mukhlid.

Page 10: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Jama’ah shalat jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Akan tetapi manakah para pemuda tersebut pada hari ini? Apakah mereka yang sudah

tumbuh jenggotnya saja karena sudah tua? Tidak. Jika demikian maka sangatlah banyak

mereka-mereka itu pada hari ini.

Ketahuilah bahwa tumbuhnya seorang menjadi seorang muslim yang berkualitas tidak

dilihat dari umur. Berapa banyak orang yang umurnya sudah dewasa tetapi pemikirannya

seperti anak-anak! Mereka senang dengan dunia dan memiliki cita-cita rendah sedangkan

kehidupan ia jalani tanpa visi. Ia habiskan waktu dan hartanya untuk bersenang-senang

di dunia. Merasa bangga dengan keberhasilan dunianya sementara ia lalai dengan

kehidupan akhiratnya. Inilah sebenarnya anak-anak yang telah memiliki kumis dan

jenggot lebat.

Dan berapa banyak anak-anak dari segi umur tetapi menjadi orang besar dengan jiwa dan

semangatnya? Kalian akan melihat mereka seperti orang dewasa dalam perkataan,

perbuatan dan akhlaqnya. Adalah seorang anak dari bangsa arab masuk menghadap pada

keholifahan Umawiy yang akan berbicara mewakili kaumnya. Kemudian berkata

kholifah, Hendaklah maju orang yang lebih tua darimu. Kemudian anak tersebut

menjawab, Wahai amirul mukminin, kalau seandainya kemuliaan itu diukur dengan

umur, maka ada yang lebih berhak untuk menjadi khalifah dibandingkan engkau.

Jama’ah shalat jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Sesungguhnya baiknya masyarakat serta lingkungan, baiknya sekolah dengan kurikulum

yang baik pula, serta jauhnya media elektronik serta cetak dari berbagai muatan-muatan

yang merusak generasi, semua itu akan menjadikan generasi ini menjadi orang-orang

besar dikemudian hari. Dan tidaklah lahir generasi yang kuat dan cerdas kecuali lahir dari

pendidikan aqidah yang lurus serta qudwah yang shalihah. Sedangkan aqidah yang rusak,

para pendidik yang jelek akhlaqnya tidak akan melahirkan generasi yang tangguh

dikemudian hari. Sebagaimana tanah yang subur, air yang mencukupi serta cuaca yang

baik akan melahirkar tanaman yang baik pula.

Jama’ah shalat jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Sekarang marilah kita perhatikan para pemuda hari ini. Banyak diantara mereka yang

tenggelam dalam kubang kemaksiatan dan perbuatan dosa. Mereka tidak paham akan

tujuan hidup. Juga tidak paham apa itu Islam, apa itu tauhid yang lurus. Serta tidak paham

idola yang paling baik yaitu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Maka bermilyar-

milyarnya orang-orang seperti itu tidak sebanding dengan satu orang yang paham sebuah

visi dan perjuangan ini.

Page 11: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Kita berusaha untuk membentuk para rijal yang siap mengusung perjuangan ini dengan

tarbiyah aqidah yang kuat. Tak lupa kita juga berdo’a agar diberikan generasi tangguh

yang akan menguatkan din ini dan menjadikannya menang diantara din yang lain.

Jama’ah shalat jum’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala

Sesuatu yang paling penting dalam membentuk para perwira adalah dari keluarga kita.

Anak-anak kita harus kita cetak terlebih dahulu sebelum orang lain. Pertanyaannya

adalah, bagaimana caranya untuk menjadikan ia seorang perwira dimasa yang akan

datang? Ada beberapa tips diantaranya,

Pertama: Ajaklah mereka untuk berkumpul pada majlis orang-orang dewasa

serta kajian-kajian keislaman. Ajari mereka tentang adab dan sopan santun terhadap

orang tua. Sebagaimana para sahabat radhiyallahu ‘anhum terbiasa membawa anak-anak

mereka bermajlis dengan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam .

Kedua: Ceritakan pada anak-anak kita tentang kisah-kisah para pahlawan Islam,

kemenangan-kemenangan yang diraih oleh umat Islam agar tumbuh dalam jiwa mereka

keberanian. Karena setiap anak pasti mengidolakan seorang pahlawan. Sangat tepat jika

anak menjadikan para pejuang-pejuang Islam sebagi idolanya, dan sangat jelek jika anak-

anak kita mengidolakan para tokoh dan bintang dalam perfilman menjadi idola mereka.

Ketiga: Jauhkan anak-anak kita dari nyanyian-nyanyian cengeng dan tidak

mendidik. Ajari mereka untuk akrab dengan al qur’an dan hadist Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Perdengarkan mereka pada waktu-waktu luang mereka. Jangan beri

ruang sedikitpun untuk masuknya setan dengan memperdengarkan mereka nyanyian-

nyanyian jahiliyah.

Semoga dengan beberapa metode tersebut kita dimampukan Allah Ta’ala

melahirkan generasi yang siap mengusung perjuangan dan menjadi rijal dikemudian hari.

Page 12: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 2

Gambaran dunia dihadapan Allah

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita seorang mukmin yang

senantiasa berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan

Ia lah yang telah memberikan pada kita nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kita

ditaqdirkan dapat melaksanakan mentoring.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi junjungan, Nabi besar

Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang telah membawa ummat ini dari jaman

jahiliyah menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya Islam.

Bagaimana Allah memandangan kehidupan dunia? Ibnu Katsir menjelaskan ketika sampai pada

firman Allah subhanahu wata’ala,

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185)

“Makna ayat ini mengecilkan perkara duniawi dan meremehkan urusannya. Bahwa masalah duniawi

itu adalah masalah yang rendah, pasti lenyap, sedikit, dan pasti rusak.” (Tafsir Ibnu Katsir Ali Imran

185)

Dan juga Allah subhanahu wata’ala berfirman,

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang

melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang

banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani,

kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.

Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan

kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadiid: 20)

Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam juga telah menjabarkannya kepada kita dalam

beberapa hadits tentang gambaran dunia dihadapan Allah.

1. Dunia lebih buruk dari pada bangkai kambing yang cacat

Page 13: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu‘anhuma berkisah, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya

berkata,

ب أنه لنا بشيء وما نصنع به؟ قال: ب أن هذا له بدرهم؟ ف قالوا: ما ن أيكم يون أنه لكم؟ قالوا: واهلل، لو كان حيا كان عيبا فيه لنه أسك فكيف وهو ب أت

ن يا أهون على اهلل من هذا عليكم ميت؟ ف قا ل: ف واهلل للد “Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa

yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian

berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah

lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi

Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi

kalian.” (HR. Muslim no.7344)

2. Dunia tak lebih berharga dari sebelah sayap nyamuk

Rasulullah Shallallahu‘alaihi wassallam pun pernah bersabda,

ها شربة ماء ن يا ت عدل عند اهلل جناح ب عوضة ما سقى كافرا من لو كانت الد“Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk,

niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no.

2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 686)

3. Dunia seperti seorang asing dan musafir

Rasulullah Shallallahu‘alaihi wassallam pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu

‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini,

ن يا كأنك غريب أو عابر سبيل كن ف الد“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat

(musafir).” (HR. Al-Bukhari no. 6416) Seperti orang yang sedang berteduh di bawah pohon.

Kemudian dia pergi kembali.

4. Dunia seperti air yang sedikit dibanding lautan yang luas

Dari Mustaurid bin Syaddad radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,

Page 14: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

ن يا ف اآلخرة إال مثل ما يعل أحدكم إصب عه ف اليم ف لي نظر ب ت رجع ما الد“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian

memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari

tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim no. 7126)

5. Dunia itu hanya satu dibanding 99 rahmat di akhirat

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda, “Allah mempunyai seratus rahmat [kasih sayang], dan menurunkan satu rahmat kepada jin, manusia, binatang, dan hewan melata.”“Dengan rahmat

itu, mereka saling berkasih sayang. Dan dengan [rahmat] itu pula, binatang-binatang buas

menyayangi anak-anaknya. Dan [Allah] menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-

Nya pada hari kiamat nanti.” (H.R. Muslim).

Page 15: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 3

Cinta dan Ridha Allah

Ada satu hal yang sering dilupakan pada visi & misi setiap individu umat Islam dalam

melaksanakan seluruh aktivitas dakwah, ibadah, dan jihadnya. Kadang hanya terbersit tujuan

yang sepele dan remeh. Mulai dari ingin mendapatkan pengikut yang banyak, membangun figur

seorang tokoh, memperbanyak jaringan, hingga bisnis dan hal-hal keduniaan lainnya. Ada juga

yang mencari pujian dan penghormatan dari orang lain (riya’). Dan kebanyakan muslim lupa

pada tujuan hakiki dan lebih mahal dari segalanya. Yaitu cinta dan ridha Allah.

Sesungguhnya manusia diciptakan Allah dimuka bumi dalam keadaan membawa

perbedaan yang begitu banyak. Tidak ada yang diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang sama.

Allah menciptakan manusia dengan membawa latar belakang, fisik, dan corak pemikiran yang

berbeda-beda. Karena memang tidak ada yang diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang sama

persis. Plus seperti orang mu’min juga begitu. Orang mu’min juga diciptakan oleh Allah tidak

ada yang sama. Ada yang Allah ciptakan mendekati fisik yang sempurna ada yang Allah ciptakan

dengan fisik yang tidak terlalu sempurna. Kadang-kadang Allah juga menjadikan setiap orang

mu’min itu berbeda di dalam penempatan pilihan dia tinggal dan dengan siapa dia hidup. Ada

yang kemudian hobinya berbeda, ada yang mungkin kesenangannya bermacam-macam. Karena

pada dasarnya manusia itu memiliki berbagai macam perbedaan. Itu tidak terbantahkan.

Tetapi walaupun kita hidup antara seorang mu’min dengan mu’min yang lainya, tetap

saja membawa segala macam perbedaan-perbedaan yang ada diantara kita. Saya yakin betul,

ada sebuah perkara yang mengikat antara satu mu’min dengan mu’min yang lain. Ada perkara

yang menyamakan antara seorang hamba Allah dengan hamba Allah yang lainnya. Perkara

apakah yang kemudian mengikat antara hatinya orang mu’min yang satu dengan yang lain. Yang

kemudian tidak mengenal batasan geografis dan tidak mengenal segala macam perbedaan.

Salah satunya adalah bagaimana dalam hati setiap mu’min ini pasti terbersit satu keinginan

untuk mendapatkan cinta dan ridha dari Allah. Sesuatu yang tidak terbantahkan.

Orang Islam sebejat-bejat apapun mereka, dan seburuk-buruk apapun hidup

kehidupannya, pasti saya yakin di dalam hati kecilnya menginginkan untuk mendapatkan ridha

dan menginginkan untuk mendapatkan cinta dari Allah subhanahu wata’ala.

Mari kita gunakan qiyas aula, qiyas aula adalah suatu analogi persamaan dengan yang

lebih tinggi. Manusia itu mengerti betapa luar biasanya kekuatan cinta. Kalau ada seorang suami

merasa dicintai betul oleh istrinya, pasti dia bahagia. Di kampus dia tersenyum sendiri, ikut

i’tikaf dia gembira, dan di mana-mana wajahnya ceria. Karena dia merasa bahwasanya dia

dicintai oleh orang yang dia cintai. Mana ada orang yang kemudian dicintai olah istrinya, lalu

kemudian dia menangis. Mengapa kamu menangis? Karena saya dicintai istri saya. Ini tidak ada.

Karena cinta itu pasti melahirkan senyum dan pasti melahirkan kekuatan. Sebagaimana

seorang istri apabila dia dicintai oleh suaminya, itu pasti juga akan bahagia. Ditinggal suaminya

i’tikaf 10 hari, dia terima. Ditinggal suami kemudian dititipi amanah untuk mendidik anaknya,

dia jalani. Karena merasa suaminya mencintai dia. Dan suaminya ini lagi beribadah kepada

Allah. Tidak terbantahkan.

Page 16: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Walaupun kemudian banyak beredar buku buku yang bercerita tentang kekuatan cinta,

berapa ribu halaman ditulis hanya untuk menuliskan roman-roman picisan. Walaupun itu

adalah sesuatu yang haram. Tetapi dengan ini menunjukkan semua manusia itu yakin

bahwasanya cinta itu luar biasa kekuatannya. Maka sampai ada yang mengatakan, ”Jika sudah

jatuh cinta, kotoran saja bisa jadi coklat rasanya.” Walaupun saya juga tidak percaya tapi inilah

yang terjadi dan sering digaungkan oleh orang-orang.

Sekarang mari kita dudukan dengan qiyas dan porsi yang lebih tinggi. Kalau seorang

makhluk dengan makhluk saling mencintai itu saja melahirkan kekuatan yang besar sekali,

melahirkan kasih sayang yang luas sekali, bahkan melahirkan gerakan-gerakan yang luar biasa.

Bagaimana kalau kita membayangkan ada seorang makhluk dari hamba Allah, dicintai bukan

hanya oleh makhluk tetapi dicintai oleh Sang Khalik Rabbal ‘alamin, yang menguasai alam

semesta yang tidak ada sedikitpun cela dalam diri-Nya? Saya membayangkan bagaimana

bahagia dan luar biasanya orang tersebut. Dicintai istri saja sudah luar biasa bahagianya. Tanya

saja pada yang sudah nikah, karena saya belum menikah. Ya, pasti bahagia! Saya

membayangkan kalau dicintai makhluk saja melahirkan kekuatan begitu besar, bagaimana jika

ada seseorang dari hamba Allah tidak hanya mendapatkan cinta dari makhluk tetapi

mendapatkan cinta dari Allah subhanahu wata’ala yang bersemayam di Arsy, di atas langit yang

ketujuh yang tidak pernah bosan dan tidak pernah luput memperhatikan kehidupan manusia.

Itu pasti bahagia sekali.

Inilah pentingnya masalah cinta dibahas dalam masalah aqidah dan tauhid. Karena

sesungguhnya cinta dan ridha, itu merupakan motor penggerak dari suatu ibadah dan suatu

amalan. Karena orang yang beribadah kepada Allah, beramal shalih kepada Allah tetapi

kemudian tidak ingin mendapatkan cinta dan ridha Allah itu pasti orangnya cepat patah

semangat, cepat mengeluh, cepat berbalik arah, karena dia merasa tidak ada yang perlu untuk

diperjuangkan. Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam itu mengerti tentang perkara ini. Maka

Rasulullah, 1400 tahun yang lalu, sudah menerangkan kepada kita tentang syari’at ini.

Bagaimana Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam itu mengerti tentang pentingnya masalah ini?

Sampai kemudian Rasulullah menerangkan kepada kita hadits-hadits keutamaan cinta dan

ridha dari Allah. Dan perlu untuk kita pelajari dan perlu untuk kita ketahui, supaya kita bisa

telisik dengan keimanan.

1. Perlakuan Allah Subhanahu wata’ala kepada hamba pilihan-Nya

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam mengatakan dalam hadits qudsi yang diriwayatkan Imam

Bukhari dan Muslim tentunya derajatnya adalah shahih. Ketika Rasulullah shalallahu’alaihi

wassalam meriwayatkan lafadz dari Allah:

وما ت قرب ال عبدى بشيء احب ال ما اف ت رضت عليه, وما ي زال عبدى ي ت قرب ال وافل حت احبه, فاذا احببته كنت سعه الذى يسمع به و بصره الذى ي بصر به و يده بالن

-نه الت ي بطش با و رجله الذى يشى با و ان سالن لعطي نه ولئن است عاذن لعيذ -اخرج البخارى

Page 17: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam menjelaskan sebuah gambaran rasa cinta dari Allah yang

begitu dahsyat. Allah Ta’ala berfirman, “Tidaklah seorang hamba mendekatkan dirinya kepada

diri-Ku dengan perkara yang wajib, lalu mereka tambah dengan perkara yang sunnah, sampai

Aku mencintai hamba tersebut. Ketika Aku telah jatuh cinta kepada hamba-Ku, Aku akan menjaga

pendengarannya yang dipakai untuk mendengar, dan Aku akan menjaga penglihatannya yang

dipakai untuk melihat, dan Aku akan menjaga tangan dan kakinya (dari berbuat dosa dan

maksiat). Jika mereka meminta sesuatu kepada-Ku, maka Aku pasti akan mengabulkannya. Jika

mereka meminta perlindungan kepada-Ku, maka Aku pasti akan melindunginya.” (Hadits

ditakhrij oleh Imam Bukhari)

Karena sesungguhnya konsep cintanya Allah, tidak pernah ridha kepada orang yang dicintai-

Nya kalau sampai berbuat dosa dan maksiat. Allah membuat sulit hidupnya untuk melakukan

dosa. Kalau melakukan dosa itu harus jalan lamaa banget, baru bisa melakukan dosa. Allah buat

sulit dalam hidupnya untuk melakukan kemaksiatan, Allah jauhkan dia dari perkara-perkara

kekufuran dan kesyirikan. Karena kalau Allah sudah jatuh cinta maka Allah tidak pernah ridha

jika orang yang dicintainya itu terjatuh dalam perkara kekufuran dan kesyirikan serta perkara

dosa dan maksiat. Gambarannya itu siapa? Gambarannya itu seperti Rasulullah.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dan disetujui oleh Imam Adz-

Dzahabi. Rasulullah merupakan gambaran Ideal. Dia adalah seorang anak manusia yang paling

dicintai oleh Allah. Itu tidak terbantahkan. Siapa yang membantah bahwa Rasulullah adalah

orang yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala? Tidak ada yang membantah.

Raslulullah ini gambaran yang luar biasa orang yang dicintai oleh Allah subhanahu

wata’ala. Ketika Rasulullah mengatakan dan menceritakan kisah hidupnya, beliau bersabda,

“Saya ini tidak pernah melakukan perkara-perkara amalan jahiliyah selama seumur hidupku

(dari amalan dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang jahiliyah) kecuali hanyalah dua kali.

Itupun aku dijaga oleh Allah. Dan kemudian aku ini tidak pernah berniat untuk melakukan dosa

lagi setelah itu (karena aku tahu Allah tidak pernah meridhai dari apa yang aku niatkan ketika

aku melakukan amalan jahiliyah)”

Kapan itu? Yang pertama adalah ketika beliau sedang menggembala kambing bersama

teman beliau. Diluar Kota Mekah sebelum beliau diutus untuk menjadi seorang Nabi dan Rasul.

Saat itu beliau sedang menggembala kambing. Rasulullah ini berkata kepada temannya, “Wahai

temanku, bagaimana kalau kamu yang menjaga kambingku. Aku ingin pergi ke Kota Mekah.

Karena aku ingin sebagaimana layaknya pemuda-pemuda Mekah itu dalam melakukan sesuatu.”

Maka temannya menyetujui, “Ya, saya jaga ternakmu, kamu pergilah sana ke kota.” Sampai

kemudian Rasulullah berdiri dari tempat duduknya, berjalanlah Rasulullah shalallahu’alaihi

wassalam masuk ke dalam Kota Mekah. Baru satu rumah yang beliau lewati maka beliau

mendengar suara musik yang begitu keras. Rasulullah kemudian bertanya kepada seorang yang

berada disekitar tempat tersebut, “Suara apa ini?” dia menjawab, “Ini adalah suara pesta

pernikahan dari seorang anak musyrik quraisy, yang menikah dengan seorang perempuan dari

qurasy juga.” Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam itu kemudian duduk dan mendengarkan.

Tetapi, ternyata ketika beliau duduk, Allah itu tidak meridhai dari apa yang didengar oleh

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam. Kemudian Allah menjadikan dalam pendengarannya

tertutup dan matanya mengantuk. Beliau tertidur dengan pulasnya dan tidak bangun-bangun.

Page 18: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Kecuali saat matahari menyorot wajah beliau. Baru kemudian beliau bangun. Suara itu telah

hilang dan telah selesai

Hal itu terjadi dua kali. Dan setelah itu, Rasulullah mengatakan yang kedua dengan

redaksi yang sama. Itupun Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam kembali duduk dan tertidur

dengan pulasnnya, kemudian beliau tidak bangun kecuali matahari yang menyoroti muka beliau

baru kemudian beliau terbangun. Suara itu telah hilang dan telah selesai. “Sampai batas itu,”

sabda beliau, “Aku tidak pernah lagi berniat untuk melakukan amalan jahiliyah sedikitpun.”

Subhanallah.

Ini penjelasan hadits dengan hadits. Bahwasannya Rasulullah itu gambaran dari hadits

Bukhari dan Muslim tadi. Ketika Allah jatuh cinta kepada seorang hambanya, Allah akan

menjadikan orang yang dicintai-Nya itu terjaga. Allah jadikan dia buta, Allah jadikan dia tuli,

Allah jadikan dia lumpuh dari berbuat dosa dan maksiat. Karena Allah tidak pernah ridha

membiarkan hambanya melakukan dosa dan maksiat. Dan inilah gambaran cinta-Nya.

Pertanyaannya adalah, apakah kemudian orang-orang yang dicintai oleh Allah itu tidak

pernah berbuat dosa? Kadang mereka berbuat dosa, kadang mereka berbuat khilaf, kadang

mereka melakukan perbuatan yang dimurkai oleh Allah. Tetapi hati mereka dipilih oleh Allah

subhanahu wata’ala. Ketika hatinya terpilih, mereka cepat-cepat bertaubat kepada Allah

subhanahu wata’ala.

Pernah dengar ceritanya Mais Bin Malik? Salah seorang dari sahabat Rasul. Begini

kisahnya, saat itu datang menemui Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam lalu dia berkata, “Ya

Rasulullah, sucikan aku.” Rasulullah kemudian mengatakan, “Celakalah kamu, beristighfarlah

kepada Allah, pulanglah dan kemudian bertaubat kepada Allah.” Mais bin Malik ini tidak selesai

sampai sini. Dia kemudian pulang, lalu kembali lagi kepada Rasulullah lalu berkata lagi, “Ya

Rasulullah, sucikanlah aku.” Rasulullah itu mengatakan, “Celakalah kamu, beristighfarlah kepada

Allah, pulanglah dan kemudian bertaubat kepada Allah.” Ini terjadi berulang sampai empat kali

dengan kejadian yang sama.

Mais bin Malik kembali lagi kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, sucikanlah aku.” Lalu

akhirnya Rasulullah mengatakan, ”Atas perkara apa aku harus menyucikan kamu?” dia berkata,

“Dari zina, ya Rasulullah!” Rasulullah kemudian bertanya kepada para sahabat, “Apakah dia

termasuk orang yang gila?” Para sahabat mengatakan kepada Rasulullah, “Mais bin Malik ini

tidak termasuk orang gila ya Rasulullah.” Lalu beliau shalallahu’alaihi wassalam bersabda lagi,

“Apakah dia meminum khamr?” (mungkin dia mabuk) seorang lalu berdiri mencium bau khamr

dari mulut, “Tidak ada bau khamr ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah shalallahu’alaihi

wassalam berkata, “Kamu betul telah berzina?”, “Betul ya Rasulullah saya telah berzina.”

Kemudian Rasulullah memerintahkan agar Mais bin Malik di Rajam.

Ayuhal Ikhwah, antum tahu gambaran rajam seperti apa? Antum harus tahu gambaran

rajam itu bukan hal yang ringan. Hukum rajam itu berbeda dengan hukum qisas. Syaikh

Utsaimin menjelaskan dalam Syarah Riyadush Shalihin juz yang pertama. Kalau hukum qisas,

orang yang akan diqisas apabila dia telah membunuh dan tidak dimaafkan oleh keluarga orang

yang terbunuh. Dia dibawa ketengah kota, lalu kemudian dipenggal kepalanya, dimana

pedangnya ini harus tajam. Tidak boleh menggorok sampai lima menit. Tidak ada itu. Harus

sekali tebasan, kemudian harus potol. Harus putus. Berbeda dengan hukuman rajam.

Page 19: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Hukum rajam ini telah dijelaskan oleh Syaikh Utsaimin, “Saya ini tidak pernah melihat,

tapi saya mendapatkan keterangan dari ulama. Hukuman rajam itu adalah ketika lubang itu

digali, setinggi dari manusia yang berzina itu, lalu orang itu dimasukkan ke dalam tanah. Yang

tertinggal hanya kepalanya saja. Dikumpulkan batu-batu. Batu yang dikumpulkan itu khusus.

(Bukan batu yang besar yang dijatuhkan sekali, brekk, langsung mati! Tidak. Batu-batu yang

dipakai dalam hukuman rajam ini tidak terlalu kecil, tetapi juga tidak terlalu besar). Batu-batu

berukuran sedang. Kemudian dilemparkan kepada orang yang melakukan zina yang muhson

(dia sudah menikah tapi zina). Dilempari satu persatu.”

Mengapa kemudian batu-batu itu bukan batu yang besar yang sekali lempar bisa mati?

Syaikh Utsaimin punya penjelasan mengapa hukuman rajam itu tidak menggunakan batu yang

tidak terlalu besar. Supaya memberikan efek kepada yang dirajam. Agar semua sendi tubuhnya

itu merasakan sakit dan merasakan perih, sebagaiman semua tubuhnya dan semua sendi

tubuhnya itu merasakan nikmat ketika dia berzina. Karena orang kalau berzina itu, kata Syaikh

Utsaimin, dari ujung rambut sampai ujung kaki merasakan nikmat. Kebagian semuanya nikmat

itu. Makanya kemudian batunya itu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Memberikan efek

tidak langsung mati, plekk, plekk, plekk lagi.

Apakah Mais bin Malik tidak tahu gambaran rajam sebagaimana beratnya semacam ini?

Bukan dia tidak tahu. Tahu betul malah. Ini hukuman rajam, dia sudah menikah dan

konsekuensinya mati, tidak ada yang lainnya. Tapi dia tetap datang kepada Rasulullah

shalallahu’alaihi wassalam minta dirajam. Dan akhirnya dirajamlah dia.

Pada saat itu, para sahabat terbagi menjadi dua kubu. Sebagian para sahabat

mengatakan, “Mais ini celaka. Mati dalam keadaan amalannya yang paling buruk. Dia mati

dirajam, karena pelaku zina.” Sebagian lain dari para sahabat mengatakan, “Taubatnya adalah

taubat yang paling utama, karena dia meminta dibersihkan oleh Rasulullah.” Para sahabat itu

kemudian berselisih pendapat sampai dua dan tiga hari. Tentang menentukan apakah Mais ini

adalah orang yang celaka ataukah orang yang paling beruntung.

Sampai kemudian suatu ketika para sahabat sedang duduk-duduk maka Rasulullah

datang dan memberikan salam kepada mereka. Lalu kemudian Rasulullah duduk dan

mengatakan, “Beristighfarlah kalian untuk Mias bin Malik.” Kemudian mereka menjawab,

“Semoga Allah mengampuni dosa Mais bin Malik.” Lalu beliau shalallahu’alaihi wassalam

bersabda, “Sesungguhnya Mais bin Malik telah bertaubat dengan taubat yang paling utama.

Kalaulah tobatnya ini dapat digantikan dengan syafaat. Tentulah dia dapat membagi syafaatnya

kepada seluruh negeri dari kaum muslimin.” Karena saking besarnya keutamaan yang dia

dapatkan setelah dia bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala.

Jadi bukan berarti orang yang dicintai oleh Allah tidak berbuat dosa. Kadang berbuat

dosa. Tetapi, kemudian ketika mereka berbuat dosa, mereka cepat kembali kepada Allah.

Mereka dipilih hatinya dan digerakkan hatinya kembali bertaubat karena dengan taubat inilah

kemudian Allah menilai dan menggantinya dengan pengganti yang lebih baik disisi-Nya.

Sebagaimana orang yang betul-betul dicintai oleh Allah kadang-kadang mereka itu

diingatkan dengan cepat oleh Allah subhanahu wata’ala. Ketika melakukan dosa mereka

didingatkan dengan cepat oleh Allah, diingatkan dengan suatu kejadian yang membuat mereka

cepat bertaubat kepada Allah. Kejadiannya itu ringan, seperti Imam Syafi’i, dalam manaqib-nya

diceritakan.

Page 20: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Imam Syafi’i pernah secara tidak sengaja melihat betisnya seorang perempuan. Itupun

tidak sengaja. Tidak dipantengin dan juga diplototin. Hanya sebuah ketidaksengajaan. Sehingga

beliau itu lupa dengan hafalannya. Padahal beliau itu adalah hafal qur’an sejak umur 7 tahun.

Hafal dengan ribuan hadits.

Setelah melihat itu, Allah langsung memberikan peringatan kepada Imam Syafi’i dengan

dilupakan akan hafalannya. Sampai kemudian sedihnya Imam Syafi’I, dia mendatangi gurunya

Imam Waqi’ dan menceritakan buruknya hafalanya. Lalu kemudian Imam Waqi’ mengatakan

kepada Imam Syafi’I, ”Tinggalkan maksiat wahai Imam Syafi’i. (padahal sebenanya Imam Syafi’I

itu tidakniat melihat maksiat itu). Karena sesungguhnya ilmu Allah itu cahaya dan cahaya Allah

ini tidak akan menembus kepada orang yang bermaksiat kepada-Nya.” Langsung mendapat

peringatan dari Allah.

Kalau kita mungkin lebih baik dari Imam Syafi’I. Banyak melihat maksiat, tidak ada yang

lupa insyallah. Karena memang tidak ada yang dihafal oleh kita. Ya, ya lebih baiklah, sedikit. Itu

gambarannya orang yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala.

“Jika mereka meminta sesuatu kepada-Ku, maka Aku pasti akan mengabulkannya.”

Menengok kisah muridnya Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah yang

diceritakan oleh Ibnu Jauzi dalam Sifatus Sofwah bahwasannya Imam Ahmad ini pernah

mendapati suatu fitnah. Yaitu ketika beliau hidup dizaman pemerintahan Mu’tasim. Saat itu,

pemerintahan Mu’tasim itu mengatakan bahwasanya Al-Quran itu makhluk bukan Kalamullah.

Perkatakan Al-Quran itu makhluk adalah bahaya. Ini kemudian termasuk perkataan kufur.

Apa bahayanya mengatakan Al-Quran itu makhluk? Bahayanya kenapa? Karena

barangsiapa yang mengatakan Quran itu makhluk, maka dia menganggap Quran itu bisa salah

dan bisa benar. Sebagaimana makhluk itukan bisa salah dan bisa benar. Makanya perkataan ini

dihukumi kufur.

Imam Ahmad tetap tegar dengan keyakinan ini dan mengatakan kepada pemerintahan

Mu’tasim bahwasanya Al-Quran itu Kalamullah bukan makhluk. Akhirnya beliau diancam untuk

diadzab dan disiksa oleh khalifah Mu’tasim.

Kemudian beliau dibawa ketengah kota sebagaimana yang diceritan Ibnu Jauzi. Ditarik

dalam keadaan terikat, beliau itu akan dikenakan hukuman cambuk, padahal khalifah Mu’tasim

itu terkenal kalau beliau mencambuk, luar biasa sakitnya. Ada kejadian yang unik yang

kemudian diceritakan oleh Imam Ahmad. Beliau pernah bertemu dengan seorang pencuri yang

pernah dicambuk 18.000 kali. Lalu pencuri tersebut membisikkan kepada Imam Ahmad ketika

dipenjara, “Saya ini pernah mencuri dan karenanya aku dicambuk 18.000 kali, tapi saya tetep

istiqomah hanya membela setan. Seharusnya kamu, wahai Imam Ahmad, jangan takut karena

yang kamu bela adalah Allah. (karena waktu itu, pencuri melihat Imam Ahmad agak sedikit

ketakutan, wajar saja karena manusia itu pasti punya rasa takut)” Akhirnya Imam Ahmad

mencatat perkataan pencuri ini dalam kitabnya, bahwasannya diantara kekuatan yang

membuat beliau tegar adalah perkataan itu.

Ketika beliau ditarik ditengah kota, lalu kemudian mulai dicambuk. Perawi yang

meriwayatkan atsar ini mengatakan, “Cambukkan itu kalaulah mengenai seekor gajah, maka

gajahnya itu pasti terkelepar mati.” Karena saking kerasnya cambukkan yang dikenakan kepada

Imam Ahmad. Subhanallah.

Page 21: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Tapi yang luar biasa bukan ini. Yang luar biasa adalah tatkala salah satu cambukkan itu

mengenai tali celana beliau. Maka auratnya ini akan terbuka karena celananya ini mau jatuh.

Imam Ahmad kemudian berdoa, “Allahumastur auroti..” “Ya Allah, tutupilah auratku. Saya ini

ikhlas menghadapi fitnah dan siksa ini, tapi aku tidak ridha kalau kemudian auratku terbuka

dihadapan manusia.” Subhanallah, apa yang terjadi! Tali celananya itu mengikat dengan

kerasnya. Tidaklah kemudian celananya Imam Ahmad kecuali betul-betul menjaga auratnya.

Kalau yang menceritakan cerita ini bukan Imam Ahmad sendiri dan penjelasan ulama Ibnu Jauzi

saya tidak akan percaya. Tapi yang menceritakan ini Imam Ahmad, Imam Ahlussunnah wal

Jamaah. Dan itu membuktikan, dimana saya cuma mengkaitkan “Jika mereka meminta sesuatu

kepada-Ku, maka Aku pasti akan mengabulkannya.” Karena Allah kepada orang yang dicintai-

Nya, akan mencukupi dari apa yang mereka inginkan.

“Jika mereka meminta perlindungan kepada-Ku, maka Aku pasti akan melindunginya.” Siapa yang

paling tepat untuk menggambarkan hadits ini. Tidak ada yang tepat kecuali Imam Ibnu

Taimiyah rahimahullah. Bagaimana kemudian Imam Ibnu Taimiyah mendapatkan berbagai

macam fitnah. Beliau pernah dituduh sebagai orang yang bodoh, Khawarij, dan pernah diludahi

ditengah-tengah pasar. Bahkan beliau tidak disukai oleh pemerintah saat itu. Ada satu ucapan

beliau yang luar biasa yang akhirnya dikenang oleh setiap zaman. Kalimat ini tidak akan keluar

kecuali karena kematangan aqidah dan tauhid. Ketika beliau berkata:

Apa yang bisa dilakukan musuh kepada diriku

Kalau mereka membunuhku, kematian adalah syahid yang aku harapkan

Kalau mereka memenjarakanku, maka itu menjadi tempat aku berdua hanya dengan Allah

Kalau mereka mengusirku, maka tempat pengusiran itu menjadi tempat perjalanan yang penuh

dengan ibadah

Sesunggunya surga itu ada didalam hatiku dan tidak akan pernah berpisah

Kata-kata ini tidak sampai satu halaman. Tapi kata-kata ini adalah yang keluar dari

kematangan aqidah dan kedalaman tauhid. Dan akhirnya dikenang dan dicatat oleh setiap orang

yang pernah menjadi muridnya Imam Ibnu Taimiyah. Persis, “Jika mereka meminta

perlindungan kepada-Ku, maka Aku pasti akan melindunginya.”

Ini gambaran pertama yang dijelaskan oleh Rasulullah. Bahwasannya bila Allah

subhanahu wata’ala telah jatuh cinta kepada orang yang dicintai-Nya maka Allah jaga

penglihatannya, pendengarannya, tangan dan kakinya, dan kemudian bila mereka meminta

maka Allah akan memenuhi dari apa yang mereka minta, serta bila mereka meminta

perlindungan maka Allah pun pasti akan memberikan perlindungan. Apa ada yang lebih besar

dari pada cintanya Allah?

2. Kata cinta dari Allah Subhanahu wata’ala dan penduduk langit

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam tidak berhenti disini dalam penjelasannya, lalu

beliau melanjutkan pada hadits yang kedua. Yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Suatu

kejadian yang diceritakan oleh Rasulullah yang tidak mampu untuk kita terawang dengan mata

Page 22: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

kepala kita sendiri. Tetapi, Alhamdulillah inilah dari Rasulullah, yang menceritakan kepada kita

sesuatu yang tidak mampu kita lihat dengan akal dan mata kepala kita sendiri.

ب فلنا فاحببه, ف يحبه جبيل, ف ي نادى جبيل اذا احب اهلل العبد, نادى جبيل: ان اهلل يماء. وه, ف يحبه اهل الس ب فلنا فاحب ماء: ان اهلل ي -اخرج البخارى-ف اهل الس

Ini dinukil juga oleh Imam Nawawi dalam Riyadush Shalihin. Rasulullah shalallahu’alaihi

wassalam bersabda, “Jika Allah telah jatuh cinta kepada hamba-Nya, Allah akan memanggil

malaikat Jibril. Lalu Allah berfirman, ‘Wahai Jibril, sesungguhnya Aku telah jatuh cinta kepada

Fulan, (disebut nama, amalan, berbagai aktivitas amalan shalih yang membuat Allah jatuh cinta)

maka cintailah dia.’ Maka Jibril (sebagai makhluk yang paling taat) mengatakan, ‘Aku mencintai

apa yang Allah cintai. Maka Jibril memanggil penduduk langit dan berkata, ‘Sesungguhnya Allah

mencintai Fulan maka cintailah dia’, maka penduduk langit mencintainya.” (Hadits ditakhrij oleh

Imam Bukhari)

Yang menyebutkan itu bukan makhluk. Allah, Rabbul’aalamiin, yang menyebutkan

didepan Jibril. Lalu Jibril tidak hanya berhenti di situ. Jibril mengatakan kepada seluruh

penduduk langit (alam semesta ini ada dua penduduknya, langit {jutaan malaikat} dan bumi

{jutaan manusia}), “Sesunggunya Allah telah jatuh cinta kepada Fulan (Jibril menyebutkan

nama, amalan, dan aktifitas amal shalih, sebagaimana Jibril mendapatkan kabar ini dari Allah

subhanahu wata’ala).” Sehingga kemudian penduduk langit mencintai apa yang dicintai oleh

Allah. Subhanallah.

Maka ada ulama yang mengatakan. “Ada orang yang mungkin tidak terkenal dalam

pandangan kita, jika dia datang tidak kita hitung, jika dia pergi tidak kita cari. Tapi mungkin dia

adalah orang yang terkenal bagi penduduk langit. Sebaliknya mungkin ada orang yang terkenal

dipandangan kita. Tetapi, mungkin dia tidak terkenal diantara penduduk langit.”

Saya ini pernah tersentuh dengan salah satu tulisan. Saya tidak bisa menyebutkan

namanya. Ketika tulisan itu menceritakan,

Biarlah kita dan keluarga kita ini dipandang hina oleh manusia, tetapi jangan sampai kita ini

menjadi keluarga yang dipandang hina oleh Allah dan penduduk langit.

Biarlah kita ini berbaju kehinaan dan kenistaan oleh pandangan manusia, yang terpenting kita

ini memakai baju kemuliaan dihadapan Allah dan penduduk langit

Saya melihat tulisan ini sudah lama sekali. Tapi saya tahu hadits ini baru beberapa bulan

yang lalu. Luar biasa, ini gambaran orang yang dicintai oleh Allah.

Apakah antum tahu apa yang dilakukan malaikat kalau sudah jatuh cinta? Sekarang

buka surat Fushshilat ayat 30. Lihat apa yang dikatakan oleh Allah sederhana dan mudah untuk

dipahami.

Page 23: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan Kami ialah Allah.’ Kemudian mereka

meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan,

‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan gembirakanlah dengan jannah yang telah

dijanjikan Allah kepadamu’" (Fushshilat:30)

Barangsiapa yang mengatakan kami beriman, lalu kemudian beristiqomah dengan

perkataan itu. Sampai mendapatkan cintanya Allah. Turun kepada mereka malaikat. Malaikat-

malaikat siapa? Ibnu Katsir mengatakan malaikaturrahmah (malaikat-malaikat rahmah). Apa

yang mereka lakukan? Mereka memberikan sebuah kabar gembira. Jangan kamu takut masalah

dunia, musibah, dan apapun. Sesungguhnya kamu ini telah dijanjikan oleh Allah dengan surga.

Sekali lagi saya akan memakai qiyas aula. Barusan kita telah menafsirkan bilma’tsur.

Pernah tidak kita ini mendengarkan kata-kata motivator. Sebut saja namanya Mario Teguh,

Tung Dasem Waringin, Ari Ginanjar, Adrew Wongso, terlepas dari apapun yang salah dari

mereka. Mereka ini adalah orang yang diakui oleh masyarakat sebagai bapak motivator. Mereka

dibayar oleh perusahaan-perusahaan besar untuk memberi motivasi kepada karyawan, supaya

karyawannya memiliki semangat yang tinggi. Setiap orang yang mengikuti motivasi mereka itu

biasanya akan bertambah semangat. Asalnya tidak suka wiraswata jadi suka wiraswasta.

Asalnya dia dengan kerja/males-malesan, jadi bersemangat. Karena berbagai macam olahan

kata dan informasi sehingga membuat orang yang mengikuti motivasi menjadi semangat.

Maka dari itu, jika ingin mengikuti daurah/training mereka itu bayarnya mahal sampai

3-4 jt. Motivasi ini memang bertujuan untuk meningkatkan semangat pada manusia. Sekarang

pertanyaannya begini. Jika orang seperti Mario Teguh, Tung Dasem Waringin, Ari Ginanjar, atau

Adrew Wongso yang bisa membuat orang menangis dan memberi semangat sementara.

Termotivasi melakukan suatu perkara yang asalnya dia tidak mau,menjadi mau. Pernahkah

Antum membayangkan jika malaikat memberikan motivasi sebagaiman Allah katakan,

“Sesungguhnya orang yang mengatakan beriman dan beristiqomah kepada Allah. Kami turunkan

kepada mereka itu malaikat…”

Tugasnya malaikat itu apa? Yaitu selalu memberikan motivasi kepada orang mu’min,

“Jangan kamu takut, Jangan kamu kamu sedih, dan sesungguhnya tempat yang telah dijanjikan

Allah (surga) itu telah menanti dirimu.” Pasti kita dapati kuat sekali orang macam ini. Wong

diberikan motivasi oleh ustadz saja kita bisa kuat kok. Diberikan motivasi sekali saja oleh

motivator orang menjadi kokoh. Saya itu membayangkan, kalau ada orang yang diberi motivasi

oleh malaikat sebagaimana Allah firmankan jelas-jelas dalam surat Fushshilat ayat 30 seperti

apa kuatnya orang itu. Itu pasti tidak akan pernah takut dan khawatir.

Ini yang selalu saya tangkap dan ingat, kenapa dulu kalau melihat kehidupan para

sahabat, terasa sangat luar biasa. Kalau kita bandingkan kehidupan para sahabat itu seakan-

akan akal kita ini tidak nyandak, alias gak nyampe’. Kenapa? Karena saking luar biasanya

amalan-amalan yang mereka lakukan itu.

Page 24: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Ada orang seperti Amru bin Jamuh, saya itu senang kalau membaca kisahnya Amru bin

Jamuh. Salah satu kisah yang paling menarik adalah ketika beliau berperang dan tertebas kaki

kirinya. Kiwir-kiwir bahasa jawanya. Tidak nempel dan tidak juga putus. Kalau ini terjadi pada

kita, pasti sudah menangis meraung-raung. Jangan kitalah, saya saja. Naif kalau saya itu

mewakilkan antum. Saya menangis dan meraung-raung, saya butuh obat merah dan yang

lainnya. Tapi Amru bin Jamuh ini luar biasa. Apa yang beliau lakukan? Beliau tebas itu kaki

kirinya. Dengan pedangnya beliau sendiri, lalu mengatakan, “Biarlah kamu menyusulku nanti di

surga.” Lalu beliau dengan satu kaki lompat-lompat ketengah peperangan dan ketebas, sampai

kemudian beliau meninggal dunia. Saya cuma membayangkan, apa yang beliau pikirkan saat

itu? Ketika beliau merasakan sakit karena kakinya tertebas. Sebab keimanannya, kemudian ada

yang membisiki (malaikat), “Jangan kamu takut, Jangan kamu kamu sedih, dan sesungguhnya

tempat yang telah dijanjikan Allah (surga) itu telah menanti dirimu.” Beliau tebas kaki kirinya,

jalan dengan satu kaki, ketengah peperangan, dan kemudian meninggal dunia (syahid). Baca

kisahnya Amru bin Jamuh. Semuanya ada dibuku sejarah. Saya itu membayangkan keimanan

macam apa yang bisa membuat seperti itu. Subhanallah.

Ada kemudian seperti Umar bin Khaththab radiyallahu’anhu. Seseorang yang kalau

berbicara keras, kalau memukul menyakitkan, dan ketegasannya luar biasa. Jika setan

berhadapan dengan Umar (HR. Muslim) kemudian dia melewati gang yang setan melewati gang

yang sama, maka setan itu memilih gang yang lain dari pada berhadapan dengan Umar bin

Khaththab. Kalau kita, tidur saja dikencingi sama setan. Yang membuat kita malas bangun shalat

subuh.

Tahu tidak bagaimana fisiknya Umar radiyallahu’anhu? Baca dalam karangan Ibnu Jauzi

dalam bukunya Sifatus Sofwah. Dipipinya membekas garis hitam yang menandakan beliau

banyak menangis karena takut kepada Allah. Sampai membekas di pipi. Percaya gak? Kalau

yang cerita bukan ulama saya paling pikir-pikir untuk percaya, tapi yang menceritakan ulama.

Garis di pipinya itu kemudian menghitam saking banyaknya beliau menangis karena Allah.

Pikiran saya kemudian gak nyandak.

Juga seperti Abdullah bin Mubarok yang terkenal. Sampai-sampai yang menyebutkan

beliau itu utama adalah seorang tabi’in. Ada seorang tabi’in yang mengikuti Abdullah bin

Mubarok gara-gara ghibtoh, ghibtoh adalah iri/dengki dalam kebaikan. Apa yang menjadikan

Abdullah bin Mubarok luar biasa dan menjadikan dia tobaqotuttabi’ina al qubra? Akhirnya,

kemudian dia mengikuti Abdullah bin Mubarok dan dia tidak mendapatkan apa-apa dalam

dirinya. Abdullah bin Mubarok itu memiliki keutamaan persis seperti tabi’in lainnya. Sampai

dalam sebuah perjalanan, beliau mengikutinya. Ketika malam hari di tengah perjalanan ada

lampu yang dihidupkan dari lilin, semua orang saat itu saling melihat, qodarallah, tiba-tiba lilin

itu mati. Kemudian orang ini mencoba untuk melihat dan dia kehilangan Abdullah bin Mubarok.

Akhirnya, dia cepat-cepat bergerak untuk menuju tempat duduknya Abdullah bin Mubarok

karena ingin tahu apa yang dilakukan Abdullah bin Mubarok. Tetapi, keadaannya gelap sekali.

Subhanallah diceritakan di buku Aina Nahnu min Akhlaki Salaf, ketika lampu kemudian

dihidupkan, tak selang beberapa lama lampu dihidupkan. Kemudian para tabi’in sekalian

mendapati Abdullah bin Mubarok sedang menghapus tangisnya yang membasahi jenggotnya.

Hanya sebentar saja ketika lampu mati dan tidak dilihat oleh orang lain, disaat itulah dia

menjadi orang yang paling takut kepada Allah. Kalau saya membaca atsar-nya cuma

membayangkan jenggotnya seperti kita mungkin masih mending, cuma sedikit. Saya yakin

Page 25: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

jenggotnya Abdullah bin Mubarok tentu lebat. Jika sampai dikatakan basah jenggotnya, itu

berarti seperti apa tangisannya? Tidak masuk akal, tapi itu terjadi.

Ada seorang lagi yang bernama Kaisan. Seorang, sahabat Rasulullah, penjual khamr yang

baru datang dari kota yang jauh, datang kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, lalu

berkata, ”Ya Rasulullah, saya sedang membawa khamr.” Lalu Rasulullah berkata kepada Kaisan,

”Ya Kaisan, apakah kamu tidak tahu bahwa sekarang khamr itu telah diharamkan?” Kemudian

Kaisan bertanya, “Apakah jual belinya juga diharamkan, ya Rasulullah?” lalu beliau menjawab,

“Dan diharamkan jual belinya, ya Kaisan!” Kemudian Kaisan pulang, dan dia buka gudangnya

yang berisi dengan khamr, dia pecahkan khamr itu satu per satu, padahal saat itu dia belum

balik modal. Niatnya mau jualan khamr. Sampai kemudian Ibnu Katsir mengatakan, ”Dan kota

Madinah saat itu becek dengan air khamr.” Sangking banyaknya sahabat, salah satunya Kaisan

itu menjawab perintah yang kemudian dikumandangkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi

wassalam dan diperintahkan oleh Allah. Tidak masuk akal, tapi itulah yang terjadi.

Setiap orang kalau sudah dicintai oleh Allah, gambaran kehidupan mereka itu kadang-

kadang tidak masuk akal bagi kita. Sudah punya kerjaan enak kok malah keluar, kadangkan

digitukan. Karena akal kita tidak nyampe’ dengan apa yang telah mereka cari dan apa yang

mereka dapatkan. Ini penjelasan yang kedua.

3. Pemanis madu dari Allah Subhanahu wata’ala

Hal ketiga yang dijelaskan oleh Rasulullah adalah apa fadhilah/keutamaan orang yang

mendapatkan cinta dari Allah. Rasulullah kemudian mengatakan dalam sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Hakim, lalu disetujui oleh imam Adz-Dzahabi, dan di shahihkan oleh

Syaikh Albani. Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam menyampaikan, ”Sesungguhnya jika Allah

telah jatuh cinta kepada hambanya, Dia akan memberikan kepada orang yang dicintainya itu

pemanis madu (asalahu/asl itu adalah madu),” para sahabat itu tidak paham apa yang

dimaksudkan dengan pemanis madu. (Kenapa orang yang dicintai oleh Allah ini harus diberikan

pemanis madu?) Mereka berkata kepada Rasulullah, ”Apa yang dimaksudkan dengan pemanis

madu itu ya Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Yaitu, Allah sibukkan dia dengan amal shalih

hingga Allah ridha padanya dan datang kepadanya kematian sedangkan dia sedang sibuk

dengannya.” Yang dimaksudkan dari Allah akan memberikan pemanis madu kepada orang yang

dicintai-Nya adalah ketika orang yang dicintai-Nya itu telah mendekati akhir hayatnya, telah

mendekati ajalnya, maka Allah sibukkan dia, Allah arahkan hatinya, Allah arahkan anggota

tubuhnya untuk melakukan amal shalih. Pada saat melaksanakan amal shalih itulah kemudian

Allah mencabutnya dalam keadaan husnul khatimah. Sebuah kematian yang paling manis dalam

kacamata orang beriman dan orang yang bertauhid kepada Allah.

Tidak ada yang lebih baik dari pada ini. Mati dalam keadaan husnul khatimah,

melakukan amal shalih, ketika dia beribadah kepada Allah itulah, nyawanya dicabut oleh Allah

subhanahu wata’ala dalam keadaan husnul khatimah. Husnul itu baik, khatimah itu penutup.

Sedangkan, siapa yang tahu ajal kita? Tidak ada yang tahu ajal kita kapan. Bahkan malaikat

maut, bukan malaikat izroil, ya! Malaikat izroil itu penamaan yang tidak ada dalil. Yang ada

dalilnya adalah malaikat maut. Bahkan malaikat maut pun tidak tahu, kapan seseorang itu

meninggal dunia, kecuali dia mendapatkan perintah dari Allah. Cabut nyawanya fulan, cabut

nyawanya fulan, cabut nyawanya fulan. Karena yang tahu hanyalah Allah.

Page 26: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Dan jika Allah telah jatuh cinta kepada hamba-Nya, Allah tahu diantara orang yang

mendekati ajalnya. Fulan-fulan-fulan-fulan. Lalu, Allah sibukkan dia untuk melakukan amal

shalih dan beribadah. Ketika dalam keadaan beribadah itulah malaikat maut mencabut

nyawanya. Mati dalam keadaan beribadah kepada Allah, sehingga orang mu’min yardlo/ridha

dan Allah juga ridha atas kepergian orang yang dicintai-Nya. Karena menghadap-Nya dengan

cara yang paling baik.

Kita temukan ada orang mati dalam keadaan minum-minuman keras, oplosan lagi. Dia

tidak punya duit tapi niat untuk melakukan dosa. Kalau tidak minum khamr karena tidak punya

duit masih mending, ini sudah tidak punya duit, ngoplos, mati lagi. Ada juga yang mati dalam

keadaan berzina. Na’udzubillah min dzalik.

Sedangkan orang yang dicintai Allah, mati dalam keadaan luar biasa. Tidak ada yang bisa

membeli ini. Kekayaan berapapun yang kita miliki, tidak akan bisa membeli husnul khatimah.

Allah tidak memberikan ini kepada semua orang, Dia hanya memberikannya kepada orang yang

betul-betul dicintai-Nya. Limited edition kalau bahasa English-nya. Terbatas hanya kepada

orang-orang yang dicintai oleh Allah.

Lihat Umar bin Khaththab, kapan beliau meninggal dunia? Saat shalat subuh, beliau

ditusuk dari belakang oleh Abu Lu’lu’ah. Abu Lu’lu’ah inilah yang kemudian diagung-agunkan

oleh orang syiah menjadi pahlawan. Usman bin Affan, meninggal ketika membaca quran dalam

sebuah riwayat. Ada namanya Handholah yang mendapat julukan ghasilul malaikah orang yang

dimandikan oleh malaikat. Kenapa Handlolah itu dinamakan ghasilul malaikah? Karena beliau

meninggal dunia dipeperangan, ketika jasadnya diangkat ternyata, masih ada bekas junubnya

dari Handlolah. Para sahabat pusing, bagaimana ini Handlolah? Meninggal kok masih ada bekas

junubnya. Mereka bertanya kepada istrinya, apakah Handlolah ini junub? Dia jawab, “Ya. Dia

habis mencampuri aku dan belum sempat untuk mandi karena mendengar panggilan perang

Rasulullah, lalu dia bergegas memenuhi panggilan itu, dan berperang bersama Rasulullah.”

Meninggal dalam keadaan belum mandi junub. Ketika itu kemudian mereka mengatakan hal itu

kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya saat ini, Handlolah sedang

dimandikan oleh ribuan malaikat.” Sejak saat itu gelarnya menjadi Handlolah Ghasilul Malaikah.

Handlolah orang yang dimandikan oleh malaikat.

Kebanyakan orang jika tidak tahu keutamaan cinta ini, pasti akan menukarnya dengan

dosa. Padahal kalau kita merenungi tiga ini saja, sudah luar biasa. Siapa yang kemudian

membuat kita ini mati dalam keadaan husnul khatimah? Saya pernah melihat sebuah video di

internet. Ada sebuah tayangan luar biasa yang membuat saya terharu. Ketika kami melihat

seorang ustad menyampaikan ceramahnya dalam majelis ilmu, dia memakai jubah coklat,

kopiahnya putih. Ketika sedang mengisi ta’lim ini, kejadian yang betul-betul nyata terjadi adalah

ketika sang ustad menyebutkan Nama Allah, matanya itu kemudian menuju keatas, dan

kemudian beliau itu ambruk, jatuh dalam keadaan meninggal dunia. Kemudian saya ingat

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam mengatakan, “Sesungguhnya Ruh kalau dicabut oleh Allah

maka kemudian penglihatannya itu mengikutin ruh.” Itu persisi dengan apa yang terjadi. Saya

melihat sang ustad itu dalam keadaan majelis ilmu, menyampaikan tentang ilmu dari Allah,

menyebut nama Allah, tanpa ada orang yang menduga. Kemudian tatkala beliau menyebut nama

Allah, lalu keningnya itu mengkrucut, matanya melihat ke atas, dan kemudian jatuh. Akhirnya

dipegang oleh murid-muridnya atau jamahnya.

Page 27: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Saya melihat, ya Allah, siapapun, seburuk-buruk orang yang melihat itu pasti ingin

mendapatkan rizki seperti itu. Rizki ini tidak didapatkan siapapun, kecuali oleh orang yang

betul-betul mendapatkan cinta dari Allah. Ini yang ketiga, dan ini akan terjadi di dunia.

4. Berkesempatan melihat Allah Subhanahu wata’ala

Apa yang keempat, terakhir ini akan terjadi di akhirat. Ketika Rasulullah

shalallahu’alaihi wassalam mengatakan dalam Sunan Ibnu Majah, saya dapatkan hadits ini

dalam Aqidah Thohawiyah oleh Abu Ja’far Ath-Thohawi, Rasulullah menceritakan bahwa nanti

ketika orang-orang penghuni surga (orang-orang yang diridhai dan dicintai oleh Allah) mereka

ini sedang menikmati berbagai macam kenikmatan yang ada di surga. Kemudian munculah

cahaya dari atas kepala mereka. Orang-orang yang disurga itu lalu melongo kepala mereka ke

atas memperhatikan cahaya yang ada di atas kepala mereka. Sebagaimana Dari Suhaib yang

mengatakan bahwa Rasulullah shalallhua’alaihi wassalam pernah bersabda,

قولون: أل ت ب يض إذا دخل اهل النة النة ,قال ,ي قول اهلل ت عال: تريدون شيئا أزيدكم؟ ف ي نا من النار! قال: ف يكشف الجاب, فما أعطوا شيئا أحب وجوهنا أل تدخلنا النة وت نجي

م وهي الزيادة. إليهم من النظر إل رب“Apabila ahli surga telah masuk surga, Nabi Saw melanjutkan, Allah Swt berfirman, “Apakah kamu

menginginkan sesuatu tambahan yang Aku akan berikan kepadamu?” Mereka menjawab, “Bukankah

Engkau telah menjadikan wajah kami putih (bercahaya), dan bukankah Engkau telah memasukkan kami ke

dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?” Nabi Saw melanjutkan, bahwa lalu Allah membuka

tirai hijab-(Nya), maka tiada sesuatu nikmat pun yang diberikan kepada mereka lebih disukai oleh mereka

selain memandang kepada Zat Tuhan mereka; inilah yang dimaksud dengan tambahan.” (HR. Imam

Muslim)

Waktu itu kagetlah mereka, Allah berada di atas kepala mereka, melihat-Nya langsung

tanpa ada hijab/penghalang, subhanallah. Lalu Allah berfirman, “Assalamu’alaikum ya ahlal

jannah.” Kemudian penduduk surga tidak menjawab, mereka masih melongo’ tidak

mengedipkan mata sedikitpun, tidak menundukkan kepala karena saking nikmatnya bertemu

dan memandang Wajah Allah. Seperti apa itu nikmatnya?

Sedangkan para ulama Ahlussunnah wal Jamaah sudah mengatakan, tidak ada

kenikmatan yang paling tinggi bagi seorang hamba ketika mereka diberikan kenikmatan di

surga, kecuali kenikmatan bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala secara langsung tanpa

hijab. Kita kan sering melihat ciptaan Allah yang indah seperti melihat laut, hutan, gunung-

gunung. Kalau terlihat indah itu biasanya membekas dihati, ingin mendatanginya, berfoto-foto,

dan berlama-lama dengannya.

Pernahkah Antum membayangkan bertemu dengan Allah yang menciptakan semua

keindahan itu? Sampai Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi berkata, “Dalam urusan inilah (keinginan

melihat Wajah Allah) hendaknya setiap muslim berlomba-lomba.” Bagaimana hidupnya, amalan

dan ibadahnya itu betul-betul bertujuan untuk melihat Allah subhanahu wata’ala secara

langsung. Ini tidak didapatkan oleh orang-orang yang dineraka, ini hanya didapatkan oleh orang

yang mendapatkan ridha dan cinta Allah yang dimasukkan ke dalam surga. Sampai kemudian

Page 28: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Allah menarik kembali dan membuatkan hijab. Dan barulah kemudian tertinggal bekas-bekas

dari ke-Mahabesar-an Allah disurga-Nya Allah subhanahu wata’ala.

Ayuhal Ikhwah empat riwayat ini yang menjelaskan tentang sebuah kekuatan aqidah

dan tauhid, sesuatu yang kemudian paling penting untuk kita yakini. Bahwasannya dalam kita

beribadah, berjuang menegakkan kalimat Allah, perlu sebuah motivasi. Dan tidak ada motivasi

yang paling kuat kecuali agar mendapatkan keridhaan dan kecintaan Allah. Orang yang tidak

memahami tentang pentingnya masalah ini dalam tauhid, pasti akan menukarnya dengan dosa.

Orang yang tidak mengerti tentang keutamaan ini pasti mereka itu akan mencoba menukarnya

dengan kekufuran, kemusyrikan, dan kemaksiatan. Karena mereka tidak mengerti betap luar

biasanya keutamaan orang yang mendapatkan cinta Allah.

Ada orang yang menukar ini dengan pandangan manusia, ada orang yang menukarnya

ini dengan jabatan, ada orang yang menukarnya dengan sesuatu yang haram, ada yang

menukarnya dengan hidup santai dan tidak mau berjuang di jalan Allah. Dengan apa kita akan

mendapatkan cinta dan ridha dari Allah? Ingin dapat pekerjaan yang layak di dalam sebuah

perusahaan saja, kita harus bekerja keras. Sekolah harus 12 tahun, lulus kuliah, lulus interview.

Baru kemudian bisa diterima di sebuah perusahaan. Hanya ingin dapat gaji 3-5 juta perbulan.

Usaha dan pengorbanannya harus besar dan lama.

Bagaimana kemudian kita mendapatkan cinta dan ridha Allah? Harus lebih luar biasa

pengorbanan yang kita berikan. Tetapi, ini akan nampak ringan, selama kita mendudukan hati

dan berharap untuk mendapatkan sebuah cinta dan ridha dari Allah.

Sedangkan berbagai jebakan di tengah perjalanan mendapatkan cinta dan ridha dari

Allah ada pada surat At-Taubah ayat 24,

“Katakanlah, ‘Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta

kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat

tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di

jalan nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

Ayat ini jelas menggambarkan kepada kita penghalang orang untuk mendapatkan cinta

dan ridha dari Allah. Dipasang oleh iblis, dibuat perangkapnya oleh syetan, kalau kamu lebih

mencintai bapakmu, anakmu, saudara-sadaramu, harta yang kamu kumpulkan, perdagangan

yang kamu khawatirkan, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah

dan Rasul-Nya dan Jihad fisabilillah, maka tunggulah datangnya ketetapan dari Allah. Allah

mengatakan ahabba ilaikum yang berarti ada sesuatu yang lebih dicintai, daripada Allah.

Page 29: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Sedangkan Allah mengatakan kalau itu terjadi maka tunggulah ketetapan yang datangnya dari

Allah subhanahu wata’ala.

Tentunya yang paling penting dari penjelasan ini dan saya tekankan adalah yang bagian

awal. Bagaimana kita menghidupkan lentera di dalam hati kita dan keluarga kita, supaya kita ini

betul-betul berusaha mendapatkan cinta dan ridha dari Allah.

Banyak sekarang kita temui disebuah keluarga muslim. Dzhohirnya saja muslim, tetapi

lentera ridha dan cintanya Allah itu mati, padam dalam keluarga. Sulit kita mendapatkan

keluarga yang kemudian betul-betul berkhitmat kepada kebenaran, sulit, sulit sekali. Ayahnya

tidak mencontohkan, tentu anaknya tidak akan pernah tau. Tahukah Antum kenapa kepiteng

jalannya miring? Kenapa kepiteng jalannya miring? Kepiteng jalannya miring itu karena

bapaknya jalannya miring. Coba bapaknya itu jalannya lurus, pasti anaknya juga jalannya lurus.

Maka sama, mengapa kemudian anak-anak muda hari ini sulit memahami konsep iman kepada

Allah dan mencari cinta dan ridhanya Allah. Karena orang tuanya juga tidak pernah

mencontohkan tentang pentingnya perkara ini dan praktik dalam kita beribadah kepada Allah.

Sedangkan dengan cinta inilah obor kita akan selalu hidup dan membuat amalan kita

menjadi lebih ringan. Bukankah Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam telah mengatakan dalam

hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Tiga perkara yang menyebabkan orang akan

mendapatkan manisnya iman,..” Dijelaskan oleh syaikh Utsaimin arti manisnya iman adalah

seseorang mudah untuk melakukan apapun yang diperintahkan oleh Allah.

Sebagaimana dicontohkan oleh seorang sahabat yang pernah bertanya pada Rasulullah.

Saat itu dia membawa qurma, lalu berkata kepada Rasulullah, “Mana tempatku kalau aku ini

berperang membelamu dan membela Allah?” Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam mengatakan

singkat sekali, Rasulullah tidak mengatakan, “Yuk kita majelis ilmu dulu, ta’lim dulu.” Tidak!

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam cukup mengatakan, ”Tempatmu disurga.” Maka

dilemparkannya qurma itu, lalu dia berperang hingga terbunuh di jalan Allah.

Saya garis bawahi mudahnya dia menerima kata-kata dari Rasulullah shalallahu’alaihi

wassalam padahal Rasulullah itu hanya mengucapkan dua kata. Fiil Jannah, tempatmu disurga.

Ini adalah gambaran orang yang mendapatkan manisnya iman. Kapan orang mendapatkan

manisnya iman? Yaitu adalah ketika Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada apapun di

alam semesta ini. Dia tidak shalat, menyembelih, hidup, mati, kecuali adalah karena Allah

subhanahu wata’ala.

Dan juga dia harus memiliki rasa benci, benci, benci sekali terhadap dosa dan maksiat.

Sebagaimana dia membayangkan bencinya dia kalau dilemparkan oleh Allah ke dalam neraka.

Barulah orang itu merasakan manisnya iman.

Beginilah seharusnya orientasi setiap pemuda muslim. Tidak ada lagi baginya hal yang

paling berharga dalam gejolak pemikirannya selain meraih cinta dan ridha Allah. Dan ini

menjadi motor penggerak seluruh aktifitasnya dalam beribadah kepada Allah.

Page 30: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 4

TUMPUKAN PAHALA YANG SIA-SIA

ت » أنه قال : -صلى اهلل عليه وسلم-عن ث وبان عن النب ألعلمن أق واما من أموجل هباء منثورا يأتون ي وم القيامة بسنات أمثال جبال تامة بيضا ف يجعلها الله عز

هم ونن ال ن علم. «. قال ث وبان : يا رسول الله صفهم لنا جلهم لنا أن ال نكون من هم أما إن هم إخوانكم ومن جلدتكم ويأخذون من الليل كما تأخذون و » قال : لكن

.« أق وام إذا خلوا بحارم الله ان ت هكوها Nabi bersabda, “Sungguh aku tahu ada sekelompok dari umatku yang datang pada hari kiamat

dengan kebaikan-kebaikan semisal gegunungan Tihamah yang berwarna putih,tetapi Allah

menjadikannya debu yang beterbangan (sia-sia).” Tsauban bertanya, “Ya Rasûlallah,

sifatkanlah mereka untuk kami,agar kami tidak seperti mereka sedangkan kami tidak

mengetahuinya.” Beliau bersabda, “Mereka adalah saudara kalian, dari ras kalian, dan qiyam

sebagaimana kalian hanya saja mereka adalah orang-orang yang melanggar larangan-larangan

Allah dalam kesendiriannya.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani).

Di antara kewajiban paling mendasar yang harus diketahui oleh seorang muslim adalah

mengetahui hal-hal yang merusak, dan menghanguskan pahala amal shalih sehingga amalnya

tidak sia-sia, agar kelak tidak menjadi orang yang menyesali diri hanya karena

ketidaktahuannnya, dan juga tidak menjadi orang yang merugi, mengira bahwa telah beramal

sebaik-baiknya tetapi ternyata hanya sia-sia belaka,

“Katakanlah, “Apakah mau Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling

merugi perbuatannya?, Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan

dunia ini sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Al-Kahfi:103-

104)

Sehingga kesudahannya pun tidak disangka-sangka“Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah

yang belum pernah mereka pikirkan.” (az Zumar : 47). Maka benar apa yang dikatakan oleh

Hudzaifah bin Yaman, “Manusia bertanya kebaikan kepada Rasulullah tetapi aku justru

bertanya keburukan kepada beliau karena khawatir akan menimpaku.” (Shifatus Shafwah :

I/610). Maksudnya, mempelajari kebaikan itu penting tetapi akan jauh lebih penting lagi bila kita

juga mengetahui hal-hal yang merusak pahala kebaikan-kebaikan itu. Di sinilah kita memahami

urgensi membahas hadits di atas, agar menggunungnya pahala tidak lenyap tanpa disadari oleh si

empunya.

Page 31: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Jamaah mentoring rahimakumullah

Makna hadits

Makna “larangan-larangan Allah” adalah apa yang diharamkan oleh Allah berupa dosa-dosa,

besar dan kecilnya. Sedangkan makna “melanggar” adalah mereka melakukan dan

melanggarnya.

Sedangkan makna hadits, “Mereka adalah saudara kalian, dari ras kalian, dan qiyam (sholat)

sebagaimana kalian hanya saja mereka adalah orang-orang yang mereka melanggar larangan-

larangan Allah dalam kesendiriannya.” mengandung dua makna,

1. Maksudnya adalah sekelompok manusia yang tidak melakukan hal-hal yang diharamkan

Allah di hadapan manusia karena takut terlihat oleh mereka, bukan karena takut kepada

Allah (ini sesuai dengan ahli nifaq dan riya’), tetapi jika mereka tidak berada di tengah-

tengah manusia, mereka melakukan hal-hal yang diharamkan –seperti zina, liwath,

zhalim, dusta, dan lain-lain, dalam kesendiriannya, sebab ia tidak memiliki rasa takut

kepada Allah, atau karena ketakutannya yang amat sangat (bila terlihat oleh manusia).

Maka benarlah apa yang dikatakan Nabi, “Dosa adalah apa yang mengusik hatimu, dan

kamu tidak suka terlihat oleh manusia.”

2. Maksudnya adalah segolongan manusia yang tidak melakukan hal-hal yang diharamkan

dalam dhahirnya (luarnya), karena untuk menutupi diri mereka sendiri, tetapi mereka

justru tenggelam dalam kubangan dosa dan maksiat ketika sendirian, di mana ini

menunjukkan kelancangan dan keberanian mereka terhadap Allah, dan keburukan

menguasai mereka, sekalipun mereka bukan orang munafik ataupun orang yang riya’.

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa mereka tidak berbuat dosa hanya karena takut

kepada manusia, tidak takut kepada Allah padahal Dia berfirman,

“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah

beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah

tidak ridai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.”

(An-Nisa’:108).

Karena memang tidak ada yang terluput dari-Nya, secuilpun, hatta semut hitam yang berjalan di

kegelapan malam sekalipun.

Imam Ibnul Qayyim pernah mengingatkan, “Orang-orang yang arif billah (benar-benar

mengenal Allah) bersepakat bahwa dosa-dosa dalam kesendirian adalah pokok

ketergelinciran.” Karena perbedaan dhahir (luar) dan batin (dalam), amal ketika terang-terangan

dan tersembunyi ini menunjukkan lemahnya kualitas iman, karena iman itu memiliki amalan

dhahir dan batin. Zhahir iman adalah perkataan lisan dan perbuatan anggota badan, sedangkan

batinnya adalah kepercayaan hati, ketundukan dan kecintaannya. Zhahir tidak bermanfaat

manakala tidak memiliki batin, walaupun sampai mengucurkan darah, dan mengorbankan harta

Page 32: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

benda dan anak keturunan. Batin tanpa dibarengi dengan lahir juga tidak cukup kecuali bila ia

tidak mampu melakukannya (lemah), dipaksa dan khawatir binasa. Tidak melakukan suatu

perbuatan lahir tanpa ada halangan menunjukkan rusaknya batin dan kekosongan iman.

Kurangnya amal zhahir menunjukkan kurangnya batin, dan kekuatan amal zhahir menunjukkan

kekuatan batin. Keimanan adalah hati dan inti Islam, sedangkan keyakinan adalah hati dan inti

iman. Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan iman dan keyakinan adalah cacat,

dan setiap keimanan yang tidak membangkitkan untuk beramal adalah cacat.

Alangkah indah kekata Abul `Atahiyyah,

Jika pada suatu hari kamu sedang dalam kesendirian maka janganlah kamu katakan,

aku sedang sendiri tetapi katakanlah sesungguhnya ada Dzat yang mengawasiku,

janganlah kamu mengira Allah alpa sekalipun sesaat,

dan jangan pula menyangka bahwa apa yang kita sembunyikan tidak Dia ketahui.

Jamaah mentoring rahimakumullah

Kejujuran hati

Hadits di atas mengingatkan agar kita tidak menjadi pribadi shalih secara dhahir tetapi berjiwa

bejat dan berhati busuk, menampakkan keshalihan di hadapan manusia tetapi bermaksiat di

hadapan Dzat yang lebih dekat kepadanya daripada urat nadinya sendiri dalam kesendiriannya.

Dia lah Allah, Dzat yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam jiwa dan terdetik dalam

pikiran hamba-Nya, dan “Dia mengetahui khianatnya mata dan apa yang disembunyikan oleh

hati.” (Ghafir : 19).

Orang seperti ini adalah orang yang ingin menipu Allah padahal sebenarnya ia menipu dirinya

sendiri. Kiranya tepat apa yang dikatakan oleh Fudhail bin Iyadh tentang orang yang berwatak

seperti ini. Katanya, “Wahai pendusta, wahai orang yang mengada-ada kedustaan, bertakwalah

kepada Allah, dan janganlah kamu mencaci iblis di tengah keramaian manusia tetapi kamu

malah menjadi temannya dalam kesendirian.”

Dalam riwayat lain, Fudhail bin Iyadh juga mengatakan, “Wahai orang yang sengsara, kamu

orang jahat tetapi menganggap dirimu baik. Kamu itu orang bodoh tetapi menganggap dirimu

pintar. Kamu tolol tetapi angan-anganmu panjang.”

Tentang perkataan di atas, Imam adz Dzahabi berkomentar, “Demi Allah, sungguh benar apa

yang beliau katakan kita ini zhalim tetapi justru merasa didzalimi, tukang memakan makanan

yang haram tetapi merasa diri kita suci, fasik tetapi merasa diri kita shalih, mencari ilmu untuk

mengejar dunia tetapi merasa mencarinya karena Allah semata.”

Maka, harus ada kejujuran dalam hati. Karena kejujuran tidak hanya pada lisan tetapi juga pada

hati. Jujur kepada diri sendiri, dan juga kepada Allah dengan menyesuaikan lahir dan batin.

Page 33: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Tentang hal ini, Sufyan bin Uyainah berkata, “Apabila amalan hati bersesuaian dengan amalan

zhahir, itulah keadilan. Apabila amalan hati lebih baik daripada amalan zhahir, itulah

keutamaan, dan apabila amalan zhahir lebih baik daripada amalan bathin, itulah keculasan.”

(Shifatus Shafwah : II/234).

Jamaah mentoring rahimakumullah

Lenyapnya peka dosa

Dosa dan maksiat yang kita lakukan menjadi noktah dosa yang menghitamkan hati. Setitik demi

setitik. Awalnya, nurani kita akan selalu memberikan pesan bahwa ia tersakiti. Bila ia bertaubat

maka hati akan jernih kembali, tetapi ketika hawa diperturutkan dan maksiat terus dilakukan,

berulang-ulang, lagi dan lagi, noktah-noktah dosa menjadi Rann, yang menggelapkan hati,

padahal, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim dalam Al-Fawa’id, “Akibat dari

berbuat dosa adalah berbuat dosa setelahnya” artinya, satu dosa akan selalu mengundang dosa

yang lainnya. Hingga suatu ketika, hati sudah tidak lagi peka dosa, ia mati rasa. Dan ini adalah

hukuman terberat yang sesungguhnya. Pakar hati, Ibnul Jauzi dalam Shaidul Khatir

menyebutkan, “Hukuman atas suatu dosa adalah perasaan tidak berdosa.” Ya, karena merasa

tak berdosa adalah kain kafan yang membungkus hati ketika ia mati.

Alangkah indahnya kekata Hasan Az-Zayyat ;

Yang paling aku takutkan adalah keakraban hati

Dengan kemungkaran dan dosa

Jika suatu kedurhakaan berulangkali dikerjakan

Maka jiwa menjadi akrab dengannya

Hingga ia tak lagi peka, mati rasa.

Bila demikian, maka orang yang memiliki segunung pahala tetapi sia-sia itu, selalu

menshalihkan dhahirnya tetapi membusukkan batinnya sendiri itu dengan maksiat dan dosa tidak

pernah mengecap manisnya munajat. Karena kalaulah amalan dhahirnya benar, tentu akan

menghasilkan khasyyah (tameng) yang akan menghalangi dia untuk bermaksiat dalam

kesendirian. Nikmat munajat bisa jadi lenyap, tetapi ketika ia tidak menyadari karena hatinya

sudah mati rasa, sehingga tidak lagi peka terhadap dosa, dan merasa tidak berdosa, maka bisa

jadi nikmat munajat itu tidak akan kembali lagi.

Abu Sulaiman, tabi’in yang pernah bersua bidadari pada suatu malam itu pernah berkata, “Allah

Azza wa Jalla mewahyukan kepada Jibril alaihis salam, “Cabutlah apa yang aku rizkikan

kepada hamba-Ku berupa nikmatnya taat. Jika dia kehilangan maka kembalikanlah kepadanya,

tetapi jika dia tidak kehilangan, maka jangan engkau kembalikan kepadanya, selama-lamanya.”

(Shifatus Shafwah : IV/226).

Page 34: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Jadi, ketaatannya hanyalah khusyuk secara dhahir, tidak secara batin. Bahkan, Imam Al-Ghazali

memaparkan bahwa orang yang dikuasai hawa nafsu dan maksiat, bila ia tengah shalat, ia pasti

malu bila ada orang yang mengetahui apa yang menggelayut dalam pikirannya, sekalipun orang

itu adalah orang yang paling bejat sekalipun, apalagi dalam shalatnya. Padahal shalat yang tidak

memerintahkan kepada yang makruf, dan mencegah yang mungkar seperti ini hanya akan

menjauhkan pelakunya dari Allah Ta’ala.

Dari Abdurrahman bin Zaid dari Abdullah bin Mas’ud berkata, “Barangsiapa yang shalatnya

tidak memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, maka dia akan

bertambah jauh dari Allah.” (Shifatus Shafwah : I/414).

Maka, alangkah malangnya lelaki yang secara lahir shalih tetapi berhati busuk itu, hilangnya

nikmat munajat, dan dijauhkan dari rahmat Allah sungguh merupakan siksa, sebelum siksa yang

sesungguhnya di akherat nanti.

Jamaah mentoring rahimakumullah

Ta`zhim, lubbul `ubudiyyah

“Kenapa menggunungnya pahala bisa tersia-sia seperti itu?”, waktu itu saya membuka

perbincangan, “Ternyata dosa sembunyi-sembunyi lebih berbahaya ya?” tanya ini sebagai

pancingan saja, karena saya pun sudah tahu bahwa dosa terang-terangan lebih berbahaya karena

dosa sembunyi-sembunyi hanya akan berakibat kepada pelakunya saja, berbeda dengan dosa

terang-terangan, dampaknya akan menimpa orang di sekitarnya.

“Bukannya dosa terang-terangan?” tanya ustadz Imtihan Asy-Syafi’I

“Maksud saya, dosa sembunyi-sembunyi itu ternyata ngeri juga.” Sembari membayangkan hadits

yang barusan yang saya baca, memiliki segunung pahala karena saking banyaknya tetapi ternyata

sia-sia karena Allah jadikan semua pahala itu bak debu beterbangan, sama sekali tidak bernilai di

sisi-Nya.

“Oh, iya” padahal beliaunya tidak tahu apa yang saya baca tetapi langsung nyambung, sudah

faham apa yang saya maksudkan.

Beliau melanjutkan, “Sebenarnya, dosa terang-terangan bisa saja bernilai kecil bila disertai

dengan istighfar (baca : taubat), sebaliknya, dosa sembunyi-sembunyi bisa bernilai besar bisa

dilakukan terus menerus (kaidahnya para ulama, Lâ kabîrata ma`a l-istighfâr wa lâ shaghîrata

ma`a l-ishrâr/ tidak ada dosa besar dengan istighfar dan tidak ada dosa kecil yang dilakukan

terus menerus).”

Lanjutnya, “Intinya adalah ta`zhim seorang hamba kepada Allah. Sebagai contoh, ada dua orang

yang shalat; mereka sama-sama shalat tetapi kualitas shalatnya tentu tidak sama, dan

ketidaksamaan ini ditentukan oleh seberapa besar ta`zhim mereka kepada Allah.” Jadi, “Ta`zhim

adalah lubbul `ubudiyyah, inti ubudiyyah.”

Page 35: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Ta`zhim adalah lubbul `ubudiyyah ini sangat penting karena segala bentuk kebaikan akan bernilai

agung sesuai dengan seberapa besar pengagungan seorang hamba kepada Sang Pencipta, Allah

Ta`ala, merasakan pengawasan-Nya, begitu pula dalam bermaksiat, orang yang meremehkan

Allah ketika ia sedang bermaksiat membuat ia terjatuh dalam dosa di atas dosa. Inilah yang

diingatkan oleh Ibnu Abbas. Kekatanya diabadikan oleh Ibnul Jauzi dalam karya

monumentalnya, Shifatus Shafwah.

Ibnu Abbas berkata, “Wahai pendosa, janganlah kamu merasa aman terhadap akibat buruk dari

dosamu. Ketika satu dosa diikuti dosa yang lain, maka ia lebih besar dosanya daripada dosa

yang sudah kamu lakukan. Sedikitnya rasa malu kepada malaikat yang berada di sisi kanan dan

kirimu ketika kamu sedang melakukan dosa, itu lebih besar dosanya daripada dosa yang sudah

kamu kerjakan. Tertawamu ketika berbuat dosa sedang kamu tidak tahu apa yang akan Allah

perbuat terhadapmu, itu lebih besar dosanya daripada dosa itu sendiri. Kebahagiaan dengan

dosa yang kamu kerjakan juga lebih besar dosanya daripada dosa itu sendiri. Perasaan sedih

karena terluput melakukan dosa itu lebih besar dosanya daripada dosa itu sendiri jika kamu

beruntung mencicipinya. Dan rasa takutmu terhadap angin yang akan bergerak membuka tabir

pintumu ketika kamu berbuat dosa sedangkan hatimu tidak berguncang dengan penglihatan

Allah kepadamu itu dosanya lebih besar daripada dosa yang kamu kerjakan.” (Sifatus Shafwah :

I/754-755). Ya Allah, betapa seringnya kita melakukan dosa di atas dosa bila kita tidak

memiliki ta`zhim kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala.

Maka, sebagai penutup, hadits Nabi di bawah ini cukup menjadi nasehat bagi kita semua,

ت » أنه قال : -ليه وسلمصلى اهلل ع-عن ث وبان عن النب ألعلمن أق واما من أمثورا يأتون ي وم القيامة بسنات أمثال جبال تامة بيضا ف يجعلها الله عز وجل هباء من

هم ونن ال ن علم. قال ث وبان : يا رسول الله صفهم لنا ج «. لهم لنا أن ال نكون من هم » قال : أما إن هم إخوانكم ومن جلدتكم ويأخذون من الليل كما تأخذون ولكن

.« أق وام إذا خلوا بحارم الله ان ت هكوها Dari Tsauban, dari Nabi, beliau bersabda, “Sungguh aku tahu ada sekelompok dari umatku yang

datang pada hari kiamat dengan kebaikan-kebaikan semisal gegunungan Tihamah yang

berwarna putih, tetapi Allah menjadikannya debu yang beterbangan (sia-sia).” Tsauban

bertanya, “Ya Rasûlallah, sifatkanlah mereka untuk kami, agar kami tidak seperti mereka

sedangkan kami tidak mengetahuinya.” Beliau bersabda, “Mereka adalah saudara kalian, dari

ras kalian, dan qiyam sebagaimana kalian hanya saja mereka adalah orang-orang yang

melanggar larangan-larangan Allah dalam kesendiriannya.” (HR. Ibnu Majah dan ath

Thabrani).

Page 36: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Rabbanâ zhalamnâ anfusanâ wa in lam taghfir lanâ la nakûnanna minal khasirin, Duh Rabb

kami, kami telah berlaku zhalim terhadap jiwa-jiwa kami, maka ampunilah kami, kerana jika

Engkau tidak mengampunkan maka sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi.

By : Ibnu Abdul Bari el `Afifi

Akhukum fillah, Ibnu Abdul Bari el `Afifi.

Page 37: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 5

THOLABUL ‘ILMI (MENCARI ILMU)

oleh: H. Achmad Rofi’i, Lc.

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى,

Tema kajian kita kali ini akan membahas tentang Tholabul’Ilmi (Mencari Ilmu

atau menuntut Ilmu).

Tholabul ‘Ilmi artinya mencari Ilmu karena mengharap ridho dan cinta kepada

Allah سبحانه وتعالى. Perbuatan itu akan menyampaikan seseorang kepada Surga Allah

.سبحانه وتعالى

Namun ada beberapa perkara yang harus kita pahami dengan benar, agar jelas benar

tentang hal itu.

1. Apa yang dimaksud dengan ‘Ilmu.

2. Apa urgensi menuntut ‘Ilmu.

3. Apa keutamaan menuntut ‘Ilmu.

4. Apa cabang dari ‘Ilmu Syar’i.

Itulah beberapa perkara yang harus kita pahami.

1. Apa yang dimaksud dengan ‘Ilmu.

Al ‘Ilmu menurut para ‘Ulama berasal dari kata ‘Alima – Ya’lamu ‘Ilman.

Maknanya adalah :Ma’rifah wal idrook, dalam bahasa Indonesia: Pengetahuan.

Di Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan, lalu seolah-olah diartikan Ilmu yang

berseberangan dengan Ilmu Dien (Islam). Lalu dilengkapi sebutannya menjadi: Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Padahal sesungguhnya kata “Pengetahuan” itu

sendiri adalah pengertian (definisi) secara etimologis (kebahasaan) dari kata “Ilmu”.

Jadi “Ilmu” dalam bahasa Arab, bahasa Indonesianya adalah: Pengetahuan.

Lalu akhirnya menjadi Ilmu Pengetahuan, yang maknanya bukan Ilmu Dien. Maka

kalau ada orang mengatakan Ilmu pengetahuan, maknanya: bukan Ilmu Dien.

Ada juga yang mengartikan, terutama dari kalangan para ‘Ulama Ushul Fiqih, bahwa

yang dimaksud dengan “Ilmu” adalah :

“Pengetahuan tentang sesuatu diatas fakta dan data, secara pasti”.

Itulah yang disebut ‘Ilmu.

Dengan demikan, kalau kita telusuri, maka yang disebut dengan Jazim (pasti)

adalah ‘Ilmu Syar’i.

Page 38: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Sedangkan Ilmu dunia itu tidak pasti. Tentang Ilmu Fisika, Ilmu matematika dll,

tidak ada yang pasti. Mungkin pasti, menurut manusia. Padahal kepastian jangan

hanya dipandang dari sisi manusia. Yang disebut pasti adalah jika menurut Allah

.pasti سبحانه وتعالى

Yang disebut dengan pasti adalah Ilmu Dien (Islam). Karena yang memastikannya

adalah Pencipta (Allah سبحانه وتعالى), dan dasarnya pasti. Misalnya: Al Qur’an sejak

1428 tahun lalu begitu-begitu saja, tidak ada perubahan. Sampai pada hari Kiamat

akan begitu, tidak berubah. Demikian pula Al Hadits, tidak berubah. Rasulullah صلى

sejak 1428 yang lalu telah bersabda, telah menggariskan Sunnah kepada هللا عليه وسلم

kita, dan sabda beliau :

“Kalau kalian meninggalkan sunnahku ini kalian pasti celaka”.

Seperti yang kita alami pada zaman sekarang, adalah merupakan kepastian yang

berdasarkan pada wahyu. Rumusnya: Maksiat pasti mengundang murka Allah سبحانه

.atau dengan kata lain: Maksiat pasti mendatangkan petaka ,وتعالى

Dalilnya adalah sabda Rasulullah عليه وسلمصلى هللا dalam Hadits, dan Hadits ini sudah

disampaikan sejak 1428 tahun lalu.

Hadits:

Dari Imron Ibnu Husain رضي هللا عنه. Rasulullah صلى هللا عليه وسلم bersabda, “Pada

umat ini akan terjadi Khosfun (Tanah ambles, runtuh, longsor),

Maskhun (permukaan bumi hancur berantakan), Qodzfun (Allah lempari dari

atas — hujan deras sekali, angin topan, dilempari dengan batu yang berasal dari

Sijjil), jika muncul/nampak nyata budak-budak wanita dan budak-budak laki-laki

yang menyanyi”.

Hadits Shohiih diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Turmudzi, Imam Ibnu

Majah dan Imam Ahmad, dishohiihkan oleh Nashiruddin Al Albaany.

Maksudnya, Rasulullah صلى هللا عليه وسلم bersabda, “Jika sudah muncul para penyanyi

dari kalangan laki-laki dan perempuan, maka di bumi ini akan

terjadi Khosfun (tanah runtuh, longsor), Maskhun (permukaan bumi hancur

berantakan) dan Qodzfun (Hujan lebat, angin topan, puting beliung, atau kerikil

panas seperti zaman Abrahah yang menyerang Mekkah).

Al qiyan, para ulama antara lain Ibnul ‘Atsiir dalam Kitab An Nihayah fi Ghoriibil

Hadits, mengartikan: Laki-laki dan wanita yang menyanyi.

Al ma’azif (jamak), tunggalnya adalah ma’zaf, artinya apa saja yang dipukul, alat

musik yang dipukul. Dalam Hadits Shohiihul Bukhoory, bahwa umat ini akan

menghalalkan musik. Jadi musik itu hukum asalnya adalah haram.

Atau makna kedua, para ‘ulama mengartikan bahwa Al Ma’azif adalah setiap apa saja

yang disebut permainan (sekarang: Game).

Page 39: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Suribat, artinya apa yang diminum. Yang diminum adalah Al Khumur, jamak dari

kata Khomrun (Khamer, minuman keras).

Hadits tersebut adalah wahyu, dan itu adalah kepastian dari Allah سبحانه وتعالى. Lebih

pasti daripada matematika. Oleh karena itu, kita sebagai muslim hendaknya

melakukan istrospeksi. Bahwa sebenarnya maksiat itu mendatangkan petaka.

Banyak orang mengaku dirinya muslim tetapi ia tidak sadar, lalai, bahwa ia melaku-

kan sesuatu yang mungkin itu suatu perbuatan yang olehnya disebutkan: “Tidak

mengapa, halal-halal saja”, tetapi ternyata yang demikian telah mengundang murka

Allah سبحانه وتعالى.

Maka bila sekarang kita sudah tahu, kewajiban kita adalah: Hendaknya kita

memberanikan diri untuk melaksanakan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Kalau

ada orang yang melakukan maksiat, jangan lalu anda mengatakan: “Untuk

mencegah ini bukan kewajiban saya, melainkan kewajiban Ustad !”.

Rasulullah صلى هللا عليه وسلم mengajarkan, siapa saja dari kita yang melihat,

menyaksikan kemungkaran diperbuat oleh seseorang, kita harus bangkit semangat

untuk mencegah, memberantas yang munkar. Rasulullah عليه وسلم صلى هللا bersabda:

“Barangsiapa dari kalian yang melihat kemungkaran, maka ingkarilah

kemungkaran itu dengan lisan kalau tidak bisa dengan tenaga, dan ingkarilah

dengan hati kalau tidak bisa dengan tenaga maupun lisan, dan itu adalah

selemah-lemah iman”.

Apakah kita akan lemah terus-menerus? Kapan kita kuat? Untuk kuat perlu latihan.

Perlu kerja keras, perlu tega, gigih dan pengorbanan. Karena sebenarnya kalau

melakukan perbuatan yang merupakan tuntutan iman, Allah سبحانه وتعالى akan

memberikan balasan dengan surga.

Kaum Bani Israil yang sudah musnah, mereka itu dikutuk oleh Allah سبحانه وتعالى

karena meninggalkan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Begitu pula merupakan

Sunatullah di alam semesta ini, jika manusia senang melakukan kemungkaran,

menyalahi apa yang menjadi pedoman Allah سبحانه وتعالى dan Rasul-Nya, yang

diperintahkan ditinggalkan, yang dilarang bahkan dilakukan, itu berarti manusia

telah menentang Allah سبحانه وتعالى dan mengumbar hawa-nafsunya.

Seperti dikatakan diatas bahwa Ilmu adalah pasti. Disebut pasti karena Ilmu adalah

dari Allah سبحانه وتعالى dan Rasulullah صلى هللا عليه وسلم, itulah Al Qur’an dan Sunnah

Rasulullah صلى هللا عليه وسلم. Sedangkan akal manusia tidak pasti. Karena intelektual

seseorang itu berbeda dengan orang yang lainnya. Bahkan dari zaman ke zaman

berubah. Apalagi ilmu-ilmu yang berkenaan dengan masalah statistik, sosiologi,

kultur, yang semakin hari semakin berkembang dan berubah, maka berubah pula lah

pola-pikir manusia, demikian pula peradaban manusia berubah. Kalau begitu,

Page 40: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

manusia akan berubah dan disebut dinamis karena ia selalu beradaptasi dengan apa

yang ada di lingkungannya.

Sementara Al Islam adalah statis. Kata Imam Malik:

“Perkara yang tidak pernah merupakan bagian dari syari’at Allah سبحانه وتعالى pada

masa Rasulullah صلى هللا عليه وسلم hidup, tidak akan dan tidak boleh menjadi bagian

dari Dien, sampai kapanpun”.

Berarti statis. Apa yang kita bahas sekarang harus mendasarkan dari apa yang

berasal dari Rasulullah صلى هللا عليه وسلم. Kalau tidak, maka itu bukan ilmu.

Kata Imam Al ‘Auzaa’i:

“Ilmu itu adalah apa saja yang dibawakan para sahabat Nabi Muhammad صلى هللا

”.عليه وسلم

Maka apa saja yang tidak (bukan) dibawakan oleh para sahabat, itu bukan

ilmu. (Bahasa kasarnya: Omong kosong).

Yang dibawa oleh para sahabat adalah:

1. Al Qur’an, karena mereka terima langsung dari Rasulullah صلى هللا عليه وسلم

2. As Sunnah, karena mereka dididik langsung oleh Rasulullah صلى هللا عليه وسلم,

mereka melihat, mendengar, menyaksikan, melaksanakan, mereka perjuangkan

bahkan membela Sunnah tersebut.

3. Ijma’, ialah apa yang mereka pahami dari Al Qur’an, dari Sunnah Rasulullah

-lalu mereka sepakati sebagai suatu ajaran. Baik dengan terang , عليه وسلمصلى هللا

terangan yang lalu disebut Ijmaa’un Shorihun, atau Ijmaa’un

Sukutiyun karena sekelompok sahabat mempunyai sikap tertentu lalu sahabat

yang lain tidak mengingkarinya.

4. Ijtihad dan Fatwa para sahabat. Dan yang demikian itu telah ditulis oleh salah

satu rujukan Ahlussunnah wal Jamaah, kitabnya disebut Al Muwaththo’, ditulis

oleh Imam Malik bin Anas.

Kitab Muwaththo’ adalah rujukan Ahlussunnah wal Jama’ah. Orang yang tidak

merujuk pada Kitab Al Muwaththo’ bisa disebut bukan Ahlussunnah wal Jama’ah.

Kitab-kitab rujukan Ahlussunnah wal Jama’ah adalah :

1. Shohiih Bukhoory,

2. Shohiih Muslim,

3. Sunan Abi Dawud,

4. Sunan Turmudzi,

Page 41: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

5. Sunan An Nasaa’i,

6. Sunan Ibnu Majah,

7. Sunan Ad Darimi,

8. Musnad Imam Ahmad bin Hambal,

9. Muwaththo’ Imam Malik.

Itulah yang dibawakan oleh para sahabat Rasulullah صلى هللا عليه وسلم. Maka bila kita

memahaminya, itulah yang disebut Ilmu.

Setelah kita ketahui bahwa Ilmu adalah Al Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Ijtihad serta

Fatwa para sahabat seperti tersebut diatas, maka kita hendaknya berpegang teguh

padanya, dan kalau kita ingin berilmu hendaknya kita pahami dan kita jabarkan

serta kita laksanakan.

Urgensi menuntut Ilmu.

Ada empat sebab mengapa kita harus menuntut Ilmu, yaitu:

1. Dengan Ilmu, maka Dien (Islam) dan dunia akan tegak.

Islam akan tegak harus dengan Ilmu. Bagaimana seseorang bisa sholat dengan

benar, kalau ia tidak punya Ilmu yang benar. Bagaimana mungkin seseorang akan

bisa berperilaku sesuai dengan tuntunan Rasulullah صلى هللا عليه وسلم kalau ia tidak

tahu tentang tuntunan itu. Bagaimana ia akan menikah (berumahtangga) sesuai

dengan ajaran Sunnah, kalau ia tidak tahu bagaimana Hukum Nikah sesuai dengan

Sunnah Rasulullah صلى هللا عليه وسلم. Bagaimana mungkin ia akan ber-Muamalah,

mencari nafkah dsbnya, dengan halal, kalau ia tidak tahu halal-haram. Bagaimana ia

bisa bertetangga dengan baik kalau ia tidak tahu akhlak dan adab bertetangga? Dan

semuanya itu ada dalam ajaran Al Islam. Semuanya itu bisa berjalan dengan baik

dan tegak bila didasarkan dengan Ilmu.

2. Ilmu adalah Penangkal paham Imperialisme.

Dahulunya kaum Muslimin tidak pernah dijajah. Ketika kaum Muslimin berpegang

teguh pada Sunnah Rasulullah صلى هللا عليه وسلم, bangsa lain tidak berani sembarangan

dengan Kaum Muslimin.

Pada zaman Kholifah ‘Umar bin Khothob رضي هللا عنه. yang diutus menemui Panglima

dari Persia cukup seorang prajurit Islam. Dan Prajurit itu bisa memberikan

ultimatum, “Kami datang kepada anda mengajak anda untuk masuk kepada Al

Islam. Kalau anda bersedia. Kalau tidak, Anda harus membayar upeti kepada

Page 42: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

kaum Muslimin. Kalau tidak mau juga, kami tunggu tiga hari dari sekarang. Kita

konfrontasi.”

Begitulah kaum Muslimin ketika itu, berwibawa dihadapan bangsa-bangsa lain.

Maka da’wah Islam semakin menyebar ke berbagai penjuru dunia. Sampai ditulis

dalam sejarah peradaban manusia, bahwa Islam sempat menguasai dunia.

Zaman sekarang menjadi kebalikannya. Karena kaum Muslimin sudah menjauhi dan

melucuti dirinya dari tuntunan Allah سبحانه وتعالى dan Rasulullah صلى هللا عليه وسلم.

Padahal bila manusia beriman, berilmu, bertaqwa kepada Allah سبحانه

membela dan menolong ,سبحانه وتعالى bergantung dan tawakal kepada Allah ,وتعالى

agama Allah سبحانه وتعالى, maka Allah سبحانه وتعالى akan memberikan kepada mereka

kejayaan, Allah سبحانه وتعالى berikan pertolongan. Tetapi begitu mereka semakin jauh

dari Allah سبحانه وتعالى, semakin suka bermaksiat, semakin tergiur dan terpedaya oleh

dunia, semakin menjauhi Syari’at Allah سبحانه وتعالى, maka akan Allah عالىسبحانه وت

datangkan kepada mereka kehancuran, dan juga dihina oleh orang-orang non

Islam. Demikian itu Sunatullooh. Maka kalau kita ingin jaya, kita harus ber-Ilmu.

Yaitu Ilmu yang Syar’i, yang membawa manusia dekat dengan Allah سبحانه وتعالى.

Menurut Imam Ahmad bin Hambal, kata beliau: “Ilmu adalah takut kepada

Allah سبحانه وتعالى, maka orang yang tidak takut kepada Allah سبحانه وتعالى berarti ia

tidak berilmu. Walaupun ia kitabnya banyak, hafalannya banyak, terkenal dan

kesohor bahwa ia ber-ilmu, kalau ia tidak takut kepada Allah سبحانه وتعالى, maka

sebenarnya ia bukan ber-ilmu”.

Karena Allah سبحانه وتعالى berfirman:

“Sungguh Kelompok orang dari hamba-Nya yang takut pada Allah سبحانه

.”adalah para ‘Ulama وتعالى

3. Ilmu adalah Proteksi dari Berbagai Ajaran dan Faham yang Sesat

danMenyesatkan

Pada zaman Kholifah ‘Umar bin Khoththob رضي هللا عنه. hanya karena

seorang shobiigh Ibnul‘Asal, ketika bertanya tentang Muhtasyabihat, langsung ia

ditumpas oleh beliau. Maka Ahlul Bid’ah tidak ada, tidak berkembang ketika itu.

Bukan berarti pada zaman sahabat tidak ada maksiat dan Bid’ah. Ada, tetapi

prosentasenya rendah (sedikit), dan tidak bisa mewarnai masyarakat. Karena

masyarakatnya masih kokoh, imannya masih kuat, generasinya masih prima. Setelah

generasi itu berlalu, semakin muncul Bid’ah dan maksiat.

Maka ingatlah, bahwa semakin ke-Jahilan menguasai, maka semakin maksiat dan

perpecahan subur tumbuh di mana-mana. Itulah yang harus kita takuti, waspadai,

apalagi lalu ada ajaran Sufimasuk, diterima oleh orang Indonesia. Sehingga dimana-

mana di Indonesia ada kelompok Dzikir, Wirid, amalan-amalan ini-itu. Itu adalah

“perkawinan” antara Sufi dan kebatinan.

Page 43: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Misalnya diajarkan, bila seseorang ingin bisa menghilang (tidak kelihatan), bisa

berjalan diatas air, agar bisa mendapat rezeki seketika tanpa kerja keras, maka

lakukan amalan ini, ini, ini, dan seterusnya. Lalu kalau tidak tercapai, orang itu bisa

gila. Lalu kelihatannya menakutkan sekali orang belajar agama itu. Belajar agama

bisa menjadi gila, dstnya.

Itulah yang membuat Islam dijadikan traumatis. Karena ternyata Islam membuat

orang menjadi gila. Lalu tidak lagi simpati kepada Islam, karena memang caranya

yang salah dan sesat. Yang demikian itu diikuti oleh banyak orang dan semakin

berkembang. Karena lemahnya Ilmu.

Ada cara lain lagi, katanya kalau orang ingin masuk surga, ikutilah dia (tokohnya),

lalu disuruh menebus tanah sekian hektar, lalu mendapat sertifikat sebagai anggota

kelompok mereka, berhak masuk surga, dan seterusnya. Anehnya yang demikian itu

justru banyak yang mau mengikutinya. Sehingga kelompok itu menjadi banyak

anggotanya, subur, hartanya banyak terkumpul, pengikutnya juga banyak, karena

mereka ingin mendapatkan “Sertifikat Surga”.

Itulah ke-Jahilan. Orang yang Jahil (tidak ber-Ilmu), apa yang masuk datang kepada

dirinya, ia tidak punya daya tangkal, imunisasinya lemah sekali, sehingga dirinya

rentan, mudah sekali virus apa saja masuk pada dirinya. Karena tidak punya

Penangkal yang kuat. Karena tidak punya filter (penyaring) yang berupa Ilmu Al

Qur’an dan As Sunnah, maka semua yang datang kepada dirinya langsung diterima

dan diserapnya. Akhirnya ia bingung sendiri.

Kita sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah tidak boleh bingung, asal kita yakin kepada

Allah سبحانه وتعالى dan Rasul-Nya, dan memahami Firman Allah سبحانه وتعالى dan

Sunnah Rasulullah صلى هللا عليه وسلم sesuai dengan pemahaman para sahabat (Ijtihad

dan Fatwa mereka). Karena Al Qur’an dan Sunnah saja tidak cukup, dalam

arti: perlu pemahaman yang benar terhadap Al Qur’an dan Hadits.

Memang cukup dengan AlQur’an dan Sunnah. Seperti sabda Rasulullah عليه صلى هللا

:وسلم

“Aku tinggalkan dua perkara, bila kalian berpegang teguh pada keduanya, kalian

tidak akan pernah sesat selamanya.”

Tetapi untuk zaman sekarang perlu pemahaman yang benar. Bagaimana Al Qur’an

yang benar, bagaimana Sunnah yang benar. Metodenya harus dari mereka yang

betul-betul faham dan pernah “mencicipi” bagaimana hidup bersama Rasulullah صلى

Sedangkan kalau hanya berdasarkan perasaan, saya rasa, dstnya, itu .هللا عليه وسلم

bukan Ilmu. “Saya rasa” bukan dalil! “Saya pikir” juga bukan dalil! “Kesepakatan”

juga bukan dalil! Kecuali kesepakatan para sahabat, yang merupakan Ijma’, itulah

yang boleh. Tetapi “Kesepakatan kita” tidak lah boleh menjadi Ijma’ dan tidak pula

boleh menjadi dalil.

Page 44: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Oleh karena itu siapa saja boleh berbicara, tetapi itu boleh ditolak. Tetapi kalau yang

disampaikan itu QolAllahu, Firman Allah سبحانه وتعالى, dan Qola Rasulullah صلى هللا عليه

maka itu tidak ,صلى هللا عليه وسلم seperti tersebut diatas, Hadits-Hadits Rasulullah وسلم

boleh ditolak. Tidak boleh ada diantara kita yang menolak.

Tetapi ada orang yang bila hendak tidur, disamping tempat tidurnya dipasang lagu-

lagu slow, lagu-lagu untuk menina-bobokkan agar bisa tidur. Ia mendengarkan

musik sambil tiduran. Ia tidak tahu dan tidak faham bahwa itu merupakan “saham”

yang mempercepat turunnya murka Allah سبحانه وتعالى. Itu Hadits Rasulullah صلى هللا

.عليه وسلم

Mengapa kita harus ber-Ilmu, harus mencari Ilmu, karena kalau Ilmu sudah didapat,

kita tidak mudah terjangkit berbagai “penyakit” hati seperti Syirik, Ghuruur, ‘Ujub,

mengikuti hawa-nafsu, Taklid, Ashobiyah, dan sebagainya.

4. Ilmu adalah Sesuatu yang Tidak Akan Sempurna Sebagai Sesuatu

Kewajiban Kecuali dengan Sesuatu Itu, maka sesuatu itu hukumnya

wajib.

Kalimat itu terjemahan dari kata para ‘Ulama:

“Sesuatu apabila tidak dapat sempurna kecuali dengannya maka dia adalah

Wajib“

Contoh: Sholat lima waktu adalah wajib. Sholat tersebut tidak sah kalau tidak

didahului dengan ber-Wudhu. Berarti Wudhu adalah penentu sahnya sholat itu.

Atau orang yang akan melaksanakan sholat itu ber-Wudhu, tetapi Wudhunya tidak

benar, maka tidak sah pula Wudhunya. Oleh karena itu, bila ingin sholatnya sah,

maka syarat sahnya sholat itu juga harus benar. Syarat wajib sholat, antara lain:

Baligh, muslim, itu wajib. Syarat sahnya: Sudah masuk waktu, kalau belum masuk

waktu maka tidak sah sholatnya. Oleh karena itu seorang muslim harus tahu kapan

waktu-waktu sholat. Itulah Ilmu. Maka memperlajari sholat dan waktu-waktu sholat

serta syarat dan rukunnya, hukumnya wajib. Karena akan menentukan sah dan

benarnya akan sholatnya itu.

Contoh lain: Sholat harus menghadap Kiblat. Karena kalau tidak, maka tidak sah

sholatnya. Maka harus tahu mana arah Kiblat. Kecuali kalau sudah berusaha tetapi

tidak tahu arah Kiblat, atau sebab lain yang tidak bisa diatasi, maka boleh

menghadap kemana saja, karena Allah سبحانه وتعالى tahu mengapa tidak melakukan hal

itu. Dan seterusnya.

Itulah sebabnya mengapa orang harus mencari (menuntut) Ilmu, di antaranya

adalah karena sebab yang empat perkara tersebut diatas.

Keutamaan Menuntut Ilmu.

Page 45: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Haditsnya dari Abu Huroiroh رضي هللا عنه, diriwayatkan oleh Imam Muslim,

Rasulullah صلى هللا عليه وسلم bersabda:

“Barangsiapa meniti jalan, ia mencari pada jalan itu ilmu (Ilmu Syar’i), maka

balasannya adalah Allah akan mempermudah (dengan sebab Ilmu tadi) jalannya

menuju surga”.

Maksudnya, siapa yang ingin mudah masuk surga maka lakukanlah aktivitas yang

disebutTholabul ‘Ilmi (Mencari Ilmu). Mencari ilmu itu tidak terbatas waktu dan

usia. Para ‘Ulama zaman dahulu sejak kecil sudah dihadirkan dalam Majlis

Ta’lim. Sebaliknya juga tidak ada istilah terlambat dalam menuntut Ilmu. Bahkan

banyak ‘Ulama yang baru mulai sadar untuk menuntut Ilmu setelah ia berusia 40

tahun. Ia berjuang menuntut Ilmu dan akhirnya menjadi seorang yang‘Alim (ber-

Ilmu).

Yang dimaksud Ilmu dalam hal ini adalah Ilmu Allah سبحانه وتعالى. Tentang Ilmu

Syar’i dan cabang-cabangnya akan diterangkan pada lain waktu. Mudah-mudahan

kita akan selalu bergairah dan nyata beramal, hadir di Majlis Ta’lim, tidak sia-

sia. Semua itu akan dibalas oleh Allah سبحانه وتعالى yaitu akan masuk surga. Bahkan

kalau saja ada orang ditakdirkan meninggal ketika menuntut Ilmu, maka orang

tersebut tergolong orang yang mendapatkan Khusnul Khootimah.

Tanya-Jawab

Pertanyaan:

Mengenai definisi “Ilmu” saat ini kita telah termakan oleh pengertian Ilmu menurut

Ilmu Pengetahuan dunia, yang dikatakan sebagai ilmu pengetahuan modern?

Sedangkan kalau kita melihat arti Ilmu dari Imam Al Auzaa’i ternyata adalah

sebagaimana diterangkan diatas. Apakah Ilmu sebagaimana kita sebut sehari-hari ini

tidak termasuk Ilmu, atau bagaimana?

Jawaban:

Ilmu yang biasa kita sebut sehari-hari, yang bukan Ilmu dari QolAllahu dan Qola

Rasulullah صلى هللا عليه وسلم, adalah juga Ilmu. Tetapi kata para ‘Ulama bahwa Ilmu ada

yang mutlak, yaitu Ilmu Syar’i. Sedangkan yang biasa kita sebut sehari-hari sebagai

Ilmu tenyata adalah Ilmu Muqoyat, misalnya Ilmu Hayat (Biologi). Tetapi ada Ilmu

Al Hayat, tidak sekedar sebagai Ilmu. Kata para ‘Ulama, “Kalau engkau temukan

kata ‘Al ‘Ilmu’ dalam Al Qur’an atau dalam Hadits-hadits Rasulullah صلى هللا عليه وسلم,

maka yang dimaksudkan adalah Al ‘Ilmusy Syar’i.” Tetapi kalau di luar itu,

maka harus ada sebutan di belakangnya, ilmu apa. Misalnya: Ilmu Al Hayat, Ilmu

Nafs, ‘Ilmul Hisab,‘Ilmu Fiziqoh, ‘Ilmu Tibb (Kedokteran), dstnya. Semua itu adalah

‘Ilmu Muqoyat.

Page 46: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Dalilnya dari mana? Yang mengatakan demikian adalah Syaikh Al ‘Utsaimiin,

dalilnya adalah misalnya:

“Sungguh Kelompok orang dari hamba-Nya yang takut pada Allah سبحانه

”.adalah para ‘Ulama وتعالى

Kalimat “Al ‘Ulama” adalah mutlak. Oleh karena ia orang yang takut kepada Allah

dan itu dalam kategori ‘Ilmu Syar’i. Sedangkan Ilmu tentang ,سبحانه وتعالى

duniawi, misalnya ‘Ulama At Tibb (Ulama Kedokteran), Ulama Ilmu Managemen,

dll, tidak lah disebut dengan Ilmu Syar’i.

Ilmu selain Ilmu Syar’i adalah media dan jembatan seseorang mengabdi dan

beribadah kepada Allah سبحانه وتعالى, bila perkaranya berkesesuaian dengan Syari’at.

Sedangkan kalau dengan Ilmu Syar’i, maka orang itu langsung beribadah kepada

Allah سبحانه وتعالى.

Pertanyaan:

Apakah ada Hadits shohiih yang bertentangan dengan Al Qur’an ?

Jawaban :

Tidak ada Hadits shohiih yang bertentangan dengan Al Qur’an. Bahkan ada Kitab

khusus yang terdiri dari delapan jilid yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu

Taimiyah, memberikan hujjah dan pembuktian bahwa Nash yang shohiih dan

shoriih tidak akan bertentangan dengan akal yang sehat. Itu menunjukkan bahwa

Hadits tidak ada yang bertentangan dengan Al Qur’an. Dan dengan akal-pun tidak

ada yang bertentangan.

Pertanyaan :

Bolehkah seseorang mem-Badal-kan haji ?

Jawaban:

Haditsnya shohiih, Rasulullah صلى هللا عليه وسلم ketika ditanya oleh salah seorang

shohaby, ia meminta ijin untuk mem-badal-kan haji ibunya, lalu Rasulullah هللا صلى

bertanya: “Apakah kamu sudah haji?”. Orang itu menjawab: “Sudah ya عليه وسلم

Rasulullah”.

Maka Rasulullah صلى هللا عليه وسلم bersabda: “Hajikanlah untuk ibumu”. Artinya boleh

mem-badal-kan haji untuk ibunya. Anak terhadap orang tua, boleh mem-badal-kan

haji.

Tentang hal ini menurut Fatwa para ‘Ulama boleh seseorang mem-badal-kan haji,

jika orang yang mem-badal-kannya memenuhi syarat, antara lain ia sudah

melaksanakan ibadah haji. Dan orang tersebut benar-benar harus amanah.

Page 47: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Apakah tidak bertentangan dengan surat An Najm ayat 39? Tidak. Ayat 39: “Bahwa

seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,

maksudnya adalah: “Bahwa seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain

dan seseorang tidak akan mendapat manfaat kecuali dengan apa yang telah ia

perbuat.”

Haditsnya, Rasulullah صلى هللا عليه وسلم bersabda:

“Sesungguhnya diantara perkara-perkara ikut terbonceng seorang mu’min dari

amalannya, setelah matinya.”

Maksudnya, ada perbuatan manusia yang pahalanya mengalir terus-menerus sampai

ia sudah meninggal masih mengalir terus, memberikan manfaat kepada orang yang

telah meninggal itu. Itu hasil dari perbuatan semasa hidupnya, hasil amalannya.

Yaitu: Ilmu yang dia ajarkan dan sebarkan, anak yang sholih, mushaf Al Qur’an yang

ia beli dan dibaca orang lain, membangun masjid, membangun rumah untuk

musafir, untuk Ibnu sabil, dll. Atau sungai yang dialirkan untuk orang yang

membutuhkan air. Maka semua itu akan memberikan manfaat setelah orang yang

beramal itu meninggal. Dan lain sebagainya masih banyak lagi, ada tujuh macam.

Pertanyaan:

1. Tentang yang berkenaan dengan Al Qiyani, Al Ma’azif dan As Sunnah, sekarang

banyak acara-acara keagamaan (Islam) yang lalu ditampilkan Qasidah, dengan

penampilan penyanyi wanita yang berpakaian seronok, maka apakah benar

bahwa suara wanita itu juga merupakan aurat ? Dan bagaimana dengan

penampilan Qasidahnya yang berlenggang-lenggok itu?

2. Bagaimana dengan kesenian Marawis? Tari Japin (Orang laki-laki menari

bersama orang laki-laki) yang berasal dari Timur Tengah?

3. Benarkah berpakaian Gamis itu hukumnya Sunnah Rosuul ?

Jawaban:

1. Secara etimologis (bahasa), Qosidah artinya Bait-bait Syi’ir. Orang yang

membaca Syi’ir disebut Sya’ir. Dan membuat untaian bait-bait Syi’ir disebut

Qosidah. Itu merupakan kebanggaan orang Arab jaman Jahiliyah. Namanya

disebut: Al Mu’allaqotussab‘ah. (Tujuh yang digantungkan di dinding Kabah,

zaman Jahiliyah).

Lalu zaman sekarang di Indonesia Qosidah disebut nyanyian Padang Pasir. Bagi

yang tahu, bahasa nyanyian-nya bahasa pasar, bukan bahasa yang baik. Yang

sebetulnya semuanya itu musik, nyanyian, hukumnya haram. Allah سبحانه وتعالى

berfirman:

Page 48: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

“Jangan kamu lenggang-lenggokkan suaramu, sehingga akan menaklukkan

orang-orang yang dalam hatinya terdapat penyakit”(Surat Al Ahzab). Maksudnya,

Allah سبحانه وتعالى melarang jangan melantunkan suaramu, nanti orang akan terfitnah.

1. Marawis, kalau itu berupa Duf (rebana) maka yang seperti itu dibolehkan dalam

pesta pernikahan. Tarian, yang tidak menimbulkan gerakan fitnah, maka itupun

pernah terjadi ketika Rasulullah صلى هللا عليه وسلم masih hidup.

2. Gamis, berasal dari bahasa Arab: Qomisun, Qomis, artinya baju, kemeja, seperti

orang Arab memakainya. Ada beberapa model. Itu semua adalah berkaitan

dengan budaya dan situasi alam disana. Dan orang yang mengenakan baju

semacam itu, ia harus memakai celana panjang didalamnya.

Dan itu tidak ada hukum Sunnah atau bukan. Yang penting adalah menutupi Aurat.

Sekian kajian kita mudah-mudahan ada manfaatnya.

Jakarta, Senin malam, 2 Shofar 1428 H – 19 Februari 2007

Page 49: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 6

Beramal Mengikuti Sunnah

Segala puji hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb semesta alam. Yang mengutus sebaik-baik makhluq-Nya yaitu Nabi Muhammad shalallahu‘alaihi wa sallam untuk dijadikan suri tauladan bagi ummat-Nya.

Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad shalallahu‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat-sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan orang-orang yang berjalan di atas tuntunannya.

Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jama’ah sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita, karena keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.

Jama’ah mentoring yang dimulyakan Allah Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,

ر وذكر الله كثيريالقد كان لكم في رسولي اللهي أسوة حسنة ليمن كان ي رجو الله والي وم الخي

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [ QS. Al Ahzab : 21 ]

Pada ayat ini Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk mengikuti junjungan kita yaitu Nabi agung Muhammad shalallahu‘alaihi wa sallam. Ialah sebaik-baik manusia yang Allah turunkan ke bumi. Dan lewat beliaulah syari’at islam ini diturunkan hingga sampai pada kita. Dan kita sebagi seorang mukmin juga dilarang untuk mengikuti contoh-contoh tidak baik yang menyelisihi teladan kita yaitu Nabi Muhammad sallalhu alaihi wasallam.

Imam As Sa’di dalam tafsirnya mengatakan bahwa contoh itu ada dua. Contoh yang baik dan contoh yang buruk.

Contoh yang baik hanya ada pada Rasulullah shalallahu‘alaihi wa sallam. Dengan mengikutinya seseorang akan dituntun pada jalan yang mulia, yaitu jalan yang lurus menuju jannah-Nya. Dan ingatlah bahwa mencontoh Rasulullah shalallahu‘alaihi wa sallam ini tidak akan dilakukan seseorang kecuali orang yang mengharap rahmat Allah dan hari kiamat. Iman inilah yang menjadikannya takut akan siksa-Nya, mengharap pahala-Nya sehingga ada keinginan mengikuti Nabi Muhammad shalallahu‘alaihi wa sallam.

Sedangkan contoh yang jelek adalah contoh yang menyelisihinya. Hal ini persis ketika orang-orang kafir diajak untuk kembali kepada apa yang diturunkan Allah Ta’ala, mereka menjawab,

Page 50: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

إينا وجدنا آباءنا على أمة وإينا على آثاريهيم مهتدون Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka. [ QS. Az Zuhruf : 22 ].

Allah Ta’ala menyebutkan pada ayat ini sifat dan karakter orang-orang kafir yaitu mengikuti tradisi nenek moyang mereka. Maka siapa saja yang berpaling dari sunnah, pasti ia akan mengikuti jalan selainnya dan akan tersesat sebagaimana orang kafir.

Jama’ah mentoring yang dimulyakan Allah Ta’ala

Dengan mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu‘alaihi wa sallam seseorang akan mendapatkan berbagai kebaikan. Diantaranya adalah ;

1. Mendapatkan salah satu sebab diterimanya amalan.

Telah kita ketahui bersama bahwa dua prinsip dasar yang harus selalu beriringan dalam melandasi suatu amal agar diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah keikhlasan dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebaliknya, apabila hilang salah satu dari keduanya, maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan hendaknya kita khawatir jika amal kita ditolak oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ميل عمال ليس عليهي أمرنا ف هو رد من ع

“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak pernah kami tuntunkan, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

Al Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Dalam mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam terdapat keberkahan dalam mengikuti syari’at, meraih keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala, meninggikan derajat, menentramkan hati, menenangkan badan, membuat marah syaithan, dan berjalan di atas jalan yang lurus.” (Dharuratul Ihtimam, hal. 43)

2. Membuahkan kesatuan ummat islam

Setiap muslim tentu sangat merindukan terwujudnya persatuan kaum muslimin. Kita tahu bahwa persatuan merupakan perkara yang diridhoi Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan perpecahan merupakan perkara yang dibenci-Nya. Allah subhanahu wa ta’alaberfirman (artinya):

يعا ول ت فرقوا بلي اللهي جي موا بي واعتصي

Page 51: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

“Dan berpegang-teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai.” (Ali Imran: 103)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah telah memerintahkan kepada mereka (umat Islam, red) untuk bersatu dan melarang mereka dari perpecahan. Di dalam banyak hadits juga terdapat larangan dari perpecahan dan perintah untuk bersatu dan berkumpul.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/367)

Adapun asas bagi persatuan yang diridhoi dan diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bukan berasaskan kesukuan, organisasi, kelompok, daerah, partai, dan sebagainya. Akan tetapi asasnya adalah Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman As-Salafush Shalih (para shahabat Rasulullah, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in).

3. Pahala Besar Bagi Orang Yang Berpegang Teguh Dengan Sunnah

Dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ثل أجري خ م مي ثل ق بض على المري ليلعاميلي فييهي ر فييهي مي فإين مين ورائيكم أيام الصبي الصب سيثل عمليهي مي «.رجال ي عملون مي ره قال يا رسول اللهي أجر خسي هم قال وزادني غي أجر » ن

نكم مي «.خسي“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di hari itu seperti menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi) pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh dari kalian.” Ada seseorang yang bertanya, “Lima puluh dari mereka, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Pahala lima puluh dari kalian.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, lihat Silsilah Ash Shahihah, no. 494)

4. Jaminan Istiqomah dan Hidayah

Selama seseorang berada di atas Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia akan tetap berada di atas jalan istiqomah. Sebaliknya, jika menyelisihi, berarti ia telah menyimpang dari jalan yang lurus. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وما على الرسولي إيل البالغ المبي وإين تطييعوه ت هتدوا“Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang". [QS. An Nuur : 54]

Abdurrahman As Sa’di rahimahullah berkata, “Jika kalian menaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam niscaya kalian akan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus, baik ucapan maupun perbuatan. Dan tidak ada jalan untuk mendapatkan hidayah melainkan dengan menaatinya, dan tanpa (menaatinya) tidak mungkin (akan mendapatkan hidayah) bahkan mustahil.” (Tafsir As Sa’di, hal. 521)

Page 52: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

5. Mendapatkan Cinta dari Allah Ta’ala dan akan masuk Al Jannah

Bukankah kita semua ingin mendapatkan cinta dari Allah? Ketahuilah, bahwa cinta dari Allah subhanahu wa ta’ala hanya akan diperoleh dengan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :

يم قل إين كنتم تيبون الله فاتبيعوني يبيبكم الله وي غفير لكم ذنوبكم والل ه غفور رحي“Katakanlah (wahai Muhammad!), “Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku! Niscaya Allah pasti akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: نة أمتي يدخلون النة إيل من أب قالوا يا رسول اللهي ومن يأب قال من أطاعني دخل ال كل

ومن عصاني ف قد أب “Setiap umatku akan masuk Al Jannah (surga) kecuali orang yang enggan.” Para shahabat bertanya, “Siapakah orang yang enggan itu wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Barangsiapa yang menaatiku, ia akan masuk Al Jannah dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka sungguh ia telah enggan.” (HR. Al Bukhari).

Jama'ah mentoring yang rahmati Allah Ta'ala

Sebagai penutup kami sampaikan perkataan Syaikh shalih fauzan, Dan setiap orang yang meninggalkan kebenaran pasti akan ditimpakan kebatilan. Dan barang siapa meninggalkan madzhab Ahlussunnah wal jama’ah, maka ia akan masuk pada madzhab kelompok-kelompok yang sesat. Dan barang siapa berkumpul dengan kelompok-kelompok yang sesat tersebut, maka ia akan masuk pada kelompok sesat tersebut. Ini adalah sunnatullah Ta’ala. Inilah yang harus diperhatikan oleh seorang muslim untuk tidak meninggalkan kebenaran. Karena jika ia meninggalkan yang haq pasti dia kan masuk pada kebatilan. Dan jika ia meninggalkan para pengikut kebenaran, pasti ia akan menjadi pengikut kesesatan. Dan ini pasti terjadi selama-lamanya. [Syarkh Masail Jahiliyah : 127].

Semoga Allah Ta'ala senantiasa menuntun kita diajalan yang diridhai-Nya. Dan mengumpulkan kita bersama orang-orang yang dicintai-Nya. Amiiin.

Page 53: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 7

Misteri Shalat Subuh

Keutamaan shalat Subuh

Diantara keutamaan shalat Subuh adalah:

1. Pahala Tanpa Batas

Pahala Shalat Malam satu Malam Penuh

Dari Utsman bin Affan ra berkata, Rasulullah shalallahu’alahi wassalam telah bersabda,

ا قام نصف امن صلى ا صلى الالعشاء جاعة فكأن بح ف جاعة فكأن ليل كله.لليل, ومن صلى الص “Barangsiapa yang shalat Isya’ berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat setengah malam. Dan

barangsiapa shalat Subuh berjamaah (atau dengan shalat Isya’, seperti yang tertera dalam hadits

Abu Dawud) maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat malam satu malam penuh.” (HR.

Muslim)

ن و ع د ي ن م ل و ق ي ر اآلخ ل ي ل لا ث ل ى ث ق ب ي ي ا ح ي ن الد اء م ال ل إ ة ل ي ل ل ك ال ع ت و ك ار ب ا ت ن ب ر ل ز ن ي ؟ه ل ر ف غ أ ف ن ر ف غ ت ي ن ؟ م ه ي ط ع أ ف ن ل أ ي ن ؟ م ه ل ب ي ج ت س أ ف

“Allah akan turun ke langit bumi pada setiap malam, ketika malam tinggal sepertiga yang terakhir.

Dia berkata, ‘Mana hamba-Ku yang berdoa, untuk Aku kabulkan (doanya)? Mana hamba-Ku yang

meminta kepada-Ku, untuk Aku penuhi (permintaannya)? Mana hamba-Ku yang beristighfar, untuk

Aku ampuni (dosanya)?’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sumber Cahaya di Hari Kiamat

Allah swt berfirman,

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya

cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat

manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak

dapat keluar daripadanya.” (Al-An’aam: 122)

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah shalallahu’alahi wassalam bersabda,

ور التام ي وم القيامة. ائي ف الظلم إل الماجد بالن ر المش بش“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju

masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan

Ibnu Majah)

Page 54: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

ف ل ع اج ن ورا و ان ل ف ن ورا و ب ل ق ف ل ع اج اللهم ي ف ل خ ف ل ع ج ي ن ورا و ر ص ب ف ل ع ج ي ن ورا و ع ن ورا.ن ط أع م ه ن ورا. الل ت ت ن م ي ن ورا و ق و ف ن م ل ع ج اي ن ورا و ام م أ ن م ن ورا و

“Ya Allah berikanlah cahaya pada hati, lisan, telinga, dan mata hamba. Jadikanlah cahaya dari

belakang, depan, dan bawah hamba. Ya Allah berikanlah pada hamba cahaya.” (HR. Abu Dawud,

At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Surga yang Dijanjikan

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu’alahi wassalam

bersabda,

من صلى الب ردين دخل النة.“Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga.” (HR. Bukhari)

Dua waktu yang dingin itu adalah shalat Subuh dan Ashar.

Inilah janji Allah swt yang diwahyukan kepada Rasulullah shalallahu’alahi wassalam. Akan masuk

surga, mereka yang menjaga dua shalat, yaitu shalat Subuh dan Ashar. Inilah puncak keinginan orang-

orang mukmin. Inilah kesuksesan hakiki dan kemenangan yang besar. Allah swt berfirman,

ن يا إل متاع الغرور.ف من زحزح عن النار وأدخل النة ف قد فاز وما الياة الد “Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah

beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali Imran: 185)

2. Melihat Allah

أل ت ب يض إذا دخل اهل النة النة ,قال ,ي قول اهلل ت عال: تريدون شيئا أزيدكم؟ ف ي قولون:نا من النار! قال: ف يكشف الجاب, فما أعطوا شيئا أحب وجوهنا أل تدخلنا النة وت نجي

م وهي الزيادة .إليهم من النظر إل رب Dari Suhaib yang mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu’alahi wassalam pernah bersabda,

“Apabila ahli surga telah masuk surga, Nabi shalallahu’alahi wassalam melanjutkan, Allah Swt

berfirman, “Apakah kamu menginginkan sesuatu tambahan yang Aku akan berikan kepadamu?”

Mereka menjawab, “Bukankah Engkau telah menjadikan wajah kami putih (bercahaya), dan

bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?”

Nabi shalallahu’alahi wassalam melanjutkan, bahwa lalu Allah membuka tirai hijab-(Nya), maka

tiada sesuatu nikmat pun yang diberikan kepada mereka lebih disukai oleh mereka selain memandang

kepada Zat Tuhan mereka; inilah yang dimaksud dengan tambahan. ” (HR. Muslim)

Page 55: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Dari Jabir bin Abdullah ra berkata, “Kami sedang duduk bersama Rasulullah, ketika melihat bulan

purnama. Beliau berkata, ’Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat

bulan yang tidak terhalang dalam melihatnya. Apabila kalian mampu, janganlah kalian menyerah

dalam melakukan shalat sebelum terbit matahari dan shalat sebelum terbenam matahari. Maka

lakukanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Subhanallah, kebaikan ini terdapat dalam shalat Subuh. Bila Anda tahu sebagian orang Islam yang

mendengar kebaikan itu, kemudian tetap tak bergerak untuk shalat Subuh, apa yang akan anda

katakan kepada mereka?

Bukankah itu benar-benar suatu kebodohan?

Bukankah benar-benar suatu kelalaian?

Ya ini adalah sebuah kelalaian dan kebodohan!

3. Siksa Pedih Bagi yang Meninggalkannya

Diriwayatkan Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shalallahu’alahi wassalam bersabda,

“Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya,”

Beliau bersabda, “Allah berkata kepada para Malaikat-Nya–dan Dia Maha Tahu, ‘Lihatlah amal

shalat hamba-Ku, dia melengkapinya atau menguranginya, kalau dia sempurna maka tulislah

sempurna’. Kalau sedikit saja yang dikurangi, Allah berkata, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku melakukan

shalat sunnah’. Kalau hamba melakukan shalat sunnah maka Allah berkata, ‘Sempurnakanlah shalat

wajib hamba-Ku dengan shalat sunnahnya, lalu hitunglah amalnya sesuai dengan shalatnya’.” (HR.

Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad)

Jadi bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat, sedang pada hari

kiamat bukunya kosong dari shalat Subuh tepat waktu?

Seorang Muslim yang meninggalkan shalat Subuh pada waktunya akan mendapatkan segala hukuman

yang disebutkan Allah dan Rasul-Nya baginya. Lebih dari itu adalah hukuman khusus bagi yang

meninggalkan shalat Subuh. Rasulullah shalallahu’alahi wassalam telah menyebutkan hukuman berat

bagi yang tidur dan meninggalkan shalat wajib. Padahal sudah jelas bahwa rata-rata penyebab utama

seorang muslim meninggalkan shalat Subuh adalah tidur. Maka bila seorang terbiasa tidur ketika tiba

waktu shalat, niscaya dia akan meninggalkan shalatnya secara keseluruhan dan tidak akan

melaksanakan shalat kecuali setelah lewat waktu.

Sumarah bin Jundab ra meriwayatkan bahwasannya Rasulullah shalallahu’alahi wassalam bermimpi.

Dalam mimpi ini Rasulullah shalallahu’alahi wassalam diperlihatkan adzab orang-orang yang

berdosa dari orang-orang muslim. Bisa jadi ini adzab kubur, atau bisa jadi pula dalam api neraka,

bahkan mungkin pada kedua-duanya. Rasulullah shalallahu’alahi wassalam bersabda,

“Sungguh telah datang kepadaku tadi malam dua tamu (Jibril dan Mikail). Keduanya diutus

kepadaku, dan berkata, ‘Berangkatlah’, lalu saya pergi bersama mereka. Kami mendatangi orang

yang sedang tidur dan yang lainnya berdiri tegak di atasnya dan membawa batu. Lalu tiba-tiba

melepaskan batunya tepat pada kepalanya hingga hancur luluh kepalanya. Batu itu telah

meleburkannya. Kemudian dia mengambilnya kembali, dan dia tidak mengulanginya hingga

kepalanya pulih kembali, sebagaimana semula. Kemudian dia akan kembali, lalu dia akan

Page 56: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

melakukannya sebagaimana yang telah dia lakukan pada pertama kalinya. Rasulullah berkata, ‘Saya

berkata kepada keduanya’, ‘Subhanallah! Apa ini?’. Mereka berdua berkata, ‘Lanjutkan

perjalanan...lanjutkan perjalanan...’.” (HR. Bukhari)

Beliau melewati peristiwa berlainan yang jumlahnya sangat banyak. Namun, tidak mungkin

disebutkan secara keseluruhan di sini.

Kemudian kedua malaikat tadi mulai menjelaskan padanya peristiwa yang beliau saksikan tadi:

“Orang pertama yang telah Anda datangi tadi, yang dipecahkan kepalanya dengan batu, ia adalah

orang yang membawa Al-Qur’an namun mencampakkannya dengan begitu saja, dan tidur pada saat

shalat wajib.”

Semua orang tahu bahwa tidur menjadi penghalang utama shalat Subuh. Adapun gambaran orang

memukul kepalanya, adalah ia merupakan tempat akal, tempat paling mulia yang dimiliki manusia.

4. Shalat Sunnah yang Lebih Mulia daripada Dunia dan Seisinya

Shalat Fajar-yaitu shalat sunnah sebelum Subuh- merupakan shalat sunnah yang paling banyak

pahalanya dibandingkan shalat sunnah lainnya. Rasulullah shalallahu’alahi wassalam

mengistimewakannya dengan pahala yang begitu besar, dengan gambaran yang benar-benar menarik

perhatian.

Di antaranya dari Aisyah rha Rasulullah shalallahu’alahi wassalam bersabda,

ها. ن يا وما في ر من الد ركعتا الفجر خي “Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat Ahmad disebutkan,

عا. ي ن يا ج ر من الد ركعتا الفجر خي “Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia semua.” (HR. Ahmad)

Lalu… apa yang menghalangi kita shalat Subuh? Bukankah ia menjadi bagian yang begitu besar

dibanding dunia? Coba Anda renungkan. Ini semua baru keutamaan sunnah Fajar. Lalu bagaimana

dengan 2 rakaat Fajar wajib, yaitu shalat Subuh?

Subhanallah! Nilai yang sangat besar ini bukan disebabkan lamanya berdiri atau panjangnya bacaan

yang dibaca. Justru Rasulullah shalallahu’alahi wassalam memendekkan bacaannya ketika shalat

sunnah Fajar.

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shalallahu’alahi

wassalam membaca surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua.

Kalau begitu bukan karena panjangnya bacaan yang menjadi sebab bertambahnya keutamaan sampai

melebihi dunia dan seisiny. Namun karena ketentuan waktu pelaksanaan shalat yang sangat mulia itu.

Page 57: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Maka,orang yang mampu meninggalkan dunia dan bangun sebelum waktu Subuh, kemudian ia

menunaikan dua rakaat Fajar, dialah orang yang sukses dalam ujian. Sebagaimana ia telah

meninggalkan dunia dan segala isinya untuk menunaikan shalat, maka Allah pun memberikan pahala

yang lebih besar dari semua itu.

Dari Aisyah rha, beliau berkata, “Tidak ada shalat sunnah yang lebih diperhatikan Rasulullah

shalallahu’alahi wassalam selain shalat sunnah sebelum Subuh.” (HR. Bukhari)

Bahkan dalam perjalananpun Rasulullah shalallahu’alahi wassalam tidak meninggalkan shalat

sunnah ini sebagaimana yang disampaikan Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari. Bahkan

Rasulullah shalallahu’alahi wassalam pernah bersabda,

ركعت الفجر وإن طردتكم اخليل.ل تدعوا

“Janganlah meninggalkan shalat sunnah Subuh walaupun kalian dikerjar pasukan musuh.” (HR Abu

Dawud dan Ahmad)

Disebabkan nilainya yang begitu tinggi, Rasulullah meng-qadha’ (mengganti) shalat sunnah fajar bila

telah lewat waktunya. Beliau menggantinya setelah shalat Subuh atau setelah terbit matahari. Ini

terjadi baik saat beliau terlambat dalam mengerjakan shalat sunnah. Hal yang demikian tidak

dilakukan pada shalat sunnah yang lain, selain shalat malam.

5. Waktu yang Menjadi Saksi

مس إل غق اليل وق رءان الفجر, إن ق رءان الفجر كان مشهودا لوة لدلوك الش .أقم الص

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh.

Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (Al-Isra’: 78)

Dari Abu Hurairah ra ia mendengar Rasulullah shalallahu’alahi wassalam bersabda,

هار ف ت فضل صلة الميع صلة أحدكم بمس وعشرين جزءا وتتمع ملئكة الليل وملئكة الن صلة الفجر.

“Shalat berjamaah lebih utama dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding 25 lipat.

Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh.”

Kemudian Abu Hurairah ra berkata, “Kalau Anda mau maka bacalah: إن ق رءان الفجر كان مشهودا”

(HR. Bukhari)

6. Berada di Bawah Lindungan Allah

Rasulullah shalallahu’alahi wassalam memberi janji, bahwa bila shalat Subuh Anda kerjakan, maka

Allah akan melindungi Anda seharian penuh.

Diriwayatkan dari Jundab bin Sufyan ra bahwa Rasulullah shalallahu’alahi wassalam bersabda,

Page 58: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

“Barangsiapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Maka jangan

coba-coba membuat Allah membuktikan janji-Nya. Barangsiapa membunuh orang yang menunaikan

shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka.”

(HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, lafal di atas milik Ibnu Majah)

Jaminan Allah, artinya: dalam perlindungan Allah.

Inilah perlindungan Rabbani, bagi orang yang melaksanakan shalat Subuh. Anda akan merasakan

percaya diri pada hari yang dimulai dengan shalat Subuh berjamaah di masjid. Anda akan merasa

lebih tegar menghadapi ujian dan cobaan dihadapan para thaghut dan diktator. Anda berada dalam

lindungan Raja dari segala raja. Lalu apalagi yang Anda inginkan? Semua ini diperoleh hanya dengan

shalat dua rakaat!

7. Penghapus Dosa Setengah Usia

Perhatikanlah bahwa Rasulullah shalallahu’alahi wassalam bersabda, yang diriwayatkan oleh Abu

Hurairah,

رات لوات اخلمس والمعة إل المعة ورمضان إل رمضان مكف ن هن إذا اجت نب الكبائر.الص ما ب ي “Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa diantara

keduanya, apabila menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)

Begitu juga dengan sabda Beliau shalallahu’alahi wassalam dari Utsaman bin Affan ra,

“Seorang muslim pun yang apabila datang waktu shalat wajib, menyempurnakan wudhu,

kekhusukan, dan rukuknya, maka perbuatannya tersebut menjadi penghapus dosa-dosa yang telah

lalu, selama ia tidak melakukan dosa besar, dan itu sepanjang masa.” (HR. Muslim)

Subhanallah ini adalah rahmat yang besar dari Rabb semesta alam. Coba perhatian, masa antara shalat

Isya dan shalat Subuh adalah waktu yang terlama dibandingkan antara shalat-shalat yang lain, yaitu

malam secara keseluruhan. Dengan demikian shalat Subuh menjadi penghapus dosa setengah hari,

dan shalat-shalat lain menjadi penghapus separuh harinya lagi. Itu berarti shalat Subuh menjadi

penghapus setengah umur bagi yang selalu mengerjakannya, dan shalat-shalat yang lain menghapus

setengah umurnya lagi. Itu akan terjadi jika ia menjauhi dosa-dosa besar. Sungguh keutamaan yang

besar dan tidak bisa diukur.

Page 59: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 8

KEUTAMAAN SHALAT BERJAMA’AH DI

MASJID

Shalat adalah rukun Islam kedua dan merupakan rukun Islam yang amat penting setelah syahadatain.

Shalat merupakan ibadah yang harus ditunaikan dalam waktunya yang terbatas (shalat memiliki

waktu-waktu tertentu) dan Allah memerintahkan kita untuk selalu menjaganya. Allah Ta’ala

berfirman:

“Sesungguhnya shalat bagi orang mukmin ialah kewajiban yang tertentu (telah ditetapkan)

waktunya.” (QS. An-Nisa:103)

“Jagalah shalat-shalat(mu) dan shalat wustha, dan berdirilah untuk Allah dalam keadaan

khusyu’.” (QS. Al-Baqarah:238)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Islam dibangun diatas lima perkara: syahadat bahwasanya tidak ada ilah yg berhak di sembah

selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan shalat…” (HR. Bukhari dan

Muslim)

Sungguh telah banyak kaum muslimin yang meninggalkan shalat, baik itu yang tidak mendirikan

shalat sama sekali ataupun menyia-nyiakan shalat dengan mengakhirkan waktu shalat. Allah Ta’ala

telah mengancam orang-orang yang meremehkan dan mengakhirkan shalat dari waktunya. Allah

berfirman:

“Maka datanglah sesudah mereka (sesudah orang-orang pilihan Allah) pengganti yang menyia-

nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui (akibat)

kesesatannya.” (QS. Maryam:59)

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) mereka yang lalai dari shalatnya.”

(QS. Al Ma’un:4-5)

Dan hendaknya orang-orang yang masih mempunyai iman di hatinya takut akan sabda Rasulullah

Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Dari Jabir radhiallah anhu, ia berkata:

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,

‘Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan syirik dan kafir adalah meninggalkan shalat’.”

(HR. Muslim)

Pada hadits Buraidah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Perjanjian antara kita dengan mereka ialah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya maka ia

telah kafir.” (HR. Ahmad dan Ahlus sunan mengeluarkannya dg sanad shahih).

Sesungguhnya shalat adalah penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Rasulullah Shallallahu

‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Sesungguhnya seseorang dari kamu jika sedang shalat, berarti ia bermunajat (berbicara) kepada

Tuhannya.” (HR. Bukhari).

Page 60: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Dalam hadits qudsy, Allah Ta’ala berfirman:

“Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dalam dua bagian. Bagi hamba-Ku apa yang ia

minta (akan diberikan). Maka jika hambaku mengucapkan:

‘Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam’, Maka Allah menjawab: ‘Hamba-Ku memuji-Ku’.

Jika ia mengucapkan:

‘Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah menjawab:’Hambaku menyanjung-Ku’. Jika

ia mengucapkan:

‘Yang menguasai hari pembalasan’, Allah menjawab:’Hamba-Ku mengagungkan-Ku’. Jika ia

mengucapkan:

‘Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya Engkau yang kami mohon pertolongan’, Allah

menjawab: ‘Ini bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta.’ Apabila ia

membaca:

‘Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat ,

bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat.’ Maka Allah

menjawab:’Ini bagian hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.’” (HR.Muslim)

Termasuk perkara yang menghiasi shalat adalah perintah untuk melakukan shalat berjama’ah. Bahkan

begitu pentingnya shalat berjama’ah sampai-sampai mulai zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi

Wassalam sampai pada zaman para imam madzhab, mereka semua sangat memperhatikannya.

Bukahkah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pernah mengucapkan keinginannya untuk

menyuruh seseorang mengimami orang-orang, dan yang lainnya mencari kayu bakar yang kemudian

akan digunakan untuk membakar rumah-rumah orang yang tidak menghadiri shalat berjama’ah?

Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya sholat yang paling berat dikerjakan oleh orang-orang munafik ialah shalat Isya’

dan Subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan yang ada dalam dua shalat tersebut, mereka

pasti akan mendatanginya walaupun harus dengan merangkak. Sungguh, sebenarnya aku sangat

ingin memerintahkan sholat untuk didirikan, lalu aku perintahkan seseorang untuk mengimami

kaum muslimin. Kemudian aku berangkat bersama beberapa orang laki-laki dengan membawa

beberapa ikat kayu bakar kepada orang-orang yang tidak ikut sholat, lalu akan aku bakar rumah-

rumah mereka dengan api tersebut.”(HR. Muslim, Mukhtashor Muslim hal. 325)

Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam juga pernah bersabda:

“Barangsiapa yang mendengar adzan, lalu ia tidak mendatanginya (ke masjid), maka tidak ada

shalat baginya.” (HR. Ibnu Majah, hadits ini shahih)

Berkata Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu:

“Barangsiapa yang suka bertemu Allah kelak sebagai seorang muslim, maka hendaknya ia menjaga

shalat-shalatnya, dengan shalat-shalat itu ia dipanggil. sesungguhnya Allah Ta’ala menggariskan

kepada Nabi kalian jalan-jalan petunjuk (sunnah-sunnah). Seandainya kalian shalat dirumah, seperti

orang yang terlambat ini shalat dirumahnya, niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian.

Page 61: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Jika kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, niscaya kalian tersesat. Dan tidaklah seorang laki-laki

bersuci dengan sempurna lalu sengaja ke masjid di antara masjid-masjid (yang ada) kecuali Allah

menuliskan baginya satu kebaikan untuk setiap langkah yang ia ayunkan dan mengangkat pula

dengannya satu derajat dan dengannya pula dihapus satu dosa. Sebagaimana yang kalian ketahui,

tak seorangpun meninggalkannya (shalat berjama’ah) kecuali orang munafik yang nyata

kemunafikannya. Dan sungguh orang (yang berhalangan) pada masa itu, dibawa datang (ke masjid)

dengan dipapah oleh dua orang lalu diberdirikan di dalam shaf.” (HR. Muslim)

Melaksanakan shalat berjama’ah juga merupakan ibadah yang paling ditekankan, ketaatan terbesar

dan juga syi’ar Islam yang paling agung, tetapi banyak kalangan yang menisbatkan diri kepada Islam

meremehkan hal ini. Sikap meremehkan ini bisa karena beberapa faktor, antara lain:

a. Mereka tidak mengetahui apa yang disiapkan oleh Allah Ta’ala berupa ganjaran yang besar dan

pahala yang melimpah bagi orang yang shalat berjama’ah atau mereka tidak menghayati dan tidak

mengingatnya.

b. Mereka tidak mengetahui hukum shalat berjama’ah atau pura-pura tidak mengetahuinya.

Oleh karena itulah, dibawah ini akan saya sampaikan keutamaan-keutamaan shalat berjama’ah

dimasjid.

KEUTAMAAN SHALAT BERJAMAH

A. Hati yang Bergantung di Masjid akan Berada di Bawah Naungan (‘Arsy) Allah Ta’ala Pada

Hari Kiamat.

Di antara apa yang menunjukkan keutamaan shalat berjama’ah ialah bahwa siapa yang sangat

mencintai masjid untuk menunaikan shalat berjama’ah di dalamnya, maka Allah Ta’ala akan

menaunginya di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Dari

sahabat Abu Hurairah radhiallah anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak

ada naungan kecuali naungan-Nya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah

kepada Rabb-nya, seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid, dua orang yang saling

mencintai karena Allah berkumpul dan berpisah karena-Nya, seseorang yang dinginkan (berzina)

oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, maka ia mengatakan,’ Sesungguhnya aku

takut kepada Allah’,seseorang yang bersadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan

kirinya tidak mengetahui apa yang di nafkahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang

mengingat Allah dalam keadaan sepi (sendiri) lalu kedua matanya berlinang.” (HR. Bukhari dan

Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan saat menjelaskan sabdanya, “Dan seseorang yang hatinya

bergantung di masjid-masjid.”

“artinya, sangat mencintainya dan senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di dalamnya.

Maknanya bukan terus-menerus duduk di masjid.” (Syarh an Nawawi VII/121)

Al ‘Allamah al ‘Aini rahimahullah menjelaska apa yang dapat dipetik dari sabda beliau Shallallahu

‘Alaihi Wassalam ini, “Didalamnya berisi keutamaan orang yang senantiasa berada di masjid untuk

melaksanakan shalat berjama’ah, karena masjid adalah rumah Allah dan rumah setiap orang yang

bertakwa. Sudah sepatutnya siapa yang dikunjungi memuliakan orang yang berkunjung; maka

bagaimana halnya dengan Rabb Yang Maha Pemurah?”.

Page 62: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

B. Keutamaan Berjalan ke Masjid untuk Melaksanakan Shalat Berjama’ah

1. Dicatatnya langkah-langkah kaki menuju masjid.

(Rasul) yang berbicara dengan wahyu, kekasih yang mulia Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan

bahwa langkah kaki seorang muslim menuju masjid akan dicatat. Imam Muslim meriwayatkan dai

Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma, ia mengatakan,”Bani Salimah ingin pindah ke dekat masjid,

sedangkan tempat tersebut kosong. Ketika hal itu sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi

Wassalam, maka beliau bersabda:

“Wahai Bani Salimah! Tetaplah di pemukiman kalian, karena langkah-langkah kalian akan

dicatat.”

Mereka mengatakan:

“Tidak ada yang mengembirakan kami bila kami berpindah.” (HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan dalam menjelaskan sabdanya: “Wahai Bani Salimah!

Tetaplah di pemukiman kalian, karena langkah-langkah kalian akan di catat.”

“Artinya, tetaplah dipemukiman kalian! Sebab, jika kalian tetap di pemukiamn kalian, maka jejak-

jejak dan langkah-langkah kalian yang banyak menuju ke masjid akan dicatat.” (Syarh an

NawawiV/169)

‘Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma mengatakan, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah

dalam sunannya, “Pemukiman kaum Anshar sangat jauh dari masjid, lalu mereka ingin agar dekat

dengannya, maka turunlah ayat ini,

“Dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka

tinggalkan.”(QS. Yasin:12)

Akhirnya, mereka tetap tinggal di pemukiman mereka.” (HR.Ibnu Majah)

Pencatatan langkah-langkah orang yang menuju masjid bukan hanya ketika ia pergi ke masjid, tetapi

juga dicatat ketika pulang darinya. Imam Muslim meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu

anhu tentang kisah seorang Anshar yang tidak pernah tertinggal dari shalat berjama’ah, dan tidak pula

ia menginginkan rumahnya berdekatan dengan masjid, bahwa ia berkata kepada Nabi Shallallahu

‘Alaihi Wassalam:

“Aku tidak bergembira jika rumahku (terletak) didekat masjid. Aku ingin agar langkahku ke masjid

dan kepulanganku ketika aku kembali kepada keluargaku dicatat.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Allah telah menghimpun semua itu untukmu.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat Ibnu Hibban:

“Allah telah memberikan itu semua kepadamu. Allah telah memberikan kepadamu apa yang

engkau cari, semuanya.” (HR.Ibnu Majah)

Page 63: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

2. Para Malaikat yang mulia saling berebut untuk mencatatnya.

Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat berjama’ah

bahwa Allah meninggikan kedudukan langkah-langkah orang yang (berjalan) menuju ke masjid,

bahkan para Malaikat yang didekatkan (kepada Allah) berebut untuk mencatatnya dan membawanya

naik ke langit.

Imam at Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma, ia mengatakan,

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Tadi malan Rabb-ku tabaarakta wata’aala, mendatangiku dalam rupa yang paling

indah.”(Perawi mengatakan,’Aku menduganya mengatakan,’Dalam mimpi.’). Lalu Dia berfirman,

“Wahai Muhammad! Tahukah engkau, untuk apa para Malaikat yang mulia saling berebut?”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam berkata:”Aku menjawab,’Tidak’. Lalu Dia meletakkan

Tangan-Nya di antara kedua pundakku sehingga aku merasakan kesejukannya di dadaku (atau

beliau mengatakan,’Di leherku’). Lalu aku mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di

bumi.”Dia berfirman,”Wahai Muhammad!Tahukah engkau untuk apa para Malaikat yang mulia

saling berebut?” Aku menjawab,”Ya, tentang kaffarat (perkara-perkara yang menghapuskan

dosa). Kaffarat itu adalah diam di masjid setelah melaksanakan shalat, berjalan kaki untuk

melaksanakan shalat berjama’ah, dan menyempurnakan wudhu pada saat yang tidak disukai.”

(HR. Tirmidzi, hadits ini shahih).

Seandainya berjalan kaki untuk shalat berjama’ah tidak termasuk amal yang mulia, niscaya para

Malaikat muqarrabun tidak akan berebut untuk mencatat dan membawanya naik ke langit.

3. Berjalan menuju shalat berjama’ah termasuk salah satu sebab mendapatkan jaminan

berupa kehidupan yang baik dan kematian yang baik pula.

Tidak hanya para Malaikat saling berebut untuk mencatat amalan berjalan kaki menuju shalat

berjama’ah, bahkan Allah menjadikan jaminan kehidupan yang baik dan kematian yang baik pula.

Disebutkan dalam hadist terdahulu:

“Barangsiapa yang melakukan hal itu – yakni tiga amalan yang disebutkan dalam hadits, di

antaranya berjalan kaki menuju shalat berjama’ah – maka ia hidup dengan baik dan mati dengan

baik pula.”

Betapa besar jaminan ini! Kehidupan yang baik dan kematian yang baik. Siapakah yang menjanjikan

hal itu? Dia-lah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada seorangpun yang lebih menepati janji selain

Dia.

4. Berjalan menuju shalar berjama’ah termasuk salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-

kesalahan dan ditinggikannya derajat.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah

Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang perkara yang akan menghapuskan kesalahan-

kesalahan dan juga mengangkat beberapa derajat?” Para sahabat menjawab,”Tentu, wahai

Rasulullah?” Beliau bersabda,”Menyempurnakan wudhu’ pada saat yang tidak disukai, banyak

melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-

tibath (berjuang di jalan Allah).” (HR. Muslim).

Page 64: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Ar-ribath pada asalnya -sebagaimana dikatakan oleh al Imam Ibnul Atsir–adalah berdiri untuk

berjihad untuk memerangi musuh, mengikat kuda dan menyiapkannya. Nabi Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam menyerupakan dengannya apa yang telah disebutkan berupa amal-amal shalih dan

peribadahan dengannya. Penyerupaan ini juga menegaskan besarnya kedudukan tiga amalan yang

tersebut didalam hadits, di antaranya banyak melangkah ke masjid.

Keutaman ini juga berlaku untuk seseorang yang melangkah keluar dari masjid, Imam Ahmad

rahimahullah meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma, ia mengatakan,”Rasulullah

Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang pergi menuju masjid untuk shalat berjama’ah, maka satu langkah akan

menghapuskan satu kesalahan dan satu langkah lainnya akan ditulis sebagai satu kebajikan

untuknya, baik ketika pergi maupun pulangnya.” (HR. Ahmad, hadits ini shahih).

5. Pahala orang yang keluar dalam keadaan suci (telah berwudhu) untuk melaksanakan shalat

berjama’ah seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan umrah.

Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan , dari sahabat Abu Umamah radhiallahu anhu. Ia

mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan bersuci (telah

berwudhu’) untuk melaksanakan shalat fardhu (berjama’ah), maka pahalanya seperti pahala

orang yang melaksanakan haji dan ihram.” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Zainul ‘Arab mengatakan dalam menjelaskan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Seperti

pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram,” “Yakni, pahalanya sempurna.” (‘Aunul

Ma’buud II/357)

Allaahu Akbar, jika sedemikian besarnya pahala orang yang keluar untuk menunaikan shalat

berjama’ah, maka bagaimana halnya pahala melakukan shalat berjama’ah?

6. Orang yang keluar (menuju masjid) untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam

jaminan Allah Ta’ala.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa orang yang keluar menuju shalat berjama’ah

berada dalam jaminan Allah Ta’ala. Imam bu Dawud rahimahullah meriwayatkan dari Abu Umamah

radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:

“Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk

berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu

memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan

ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia

mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan

membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia

dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh syaikh al Albani)

7. Orang yang keluar untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam shalat hingga

kembali ke rumah.

Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia

mengatakan,”Abul Qasim Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Jika salah seorang dari kalian berwudhu’ di rumahnya, kemudian datang ke masjid, maka ia

berada dalam shalat hingga ia kembali. Oleh karenanya, jangan mengatakan demikian-seraya

Page 65: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

menjaringkann diantara jari-jemarinya-.” (HR. Ibnu Khuzaimah, di shahihkan oleh Syaikh al

Albani)

8. Kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di kegelapan (untuk melaksanakan shalat

berjama’ah) dengan memperoleh cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.

Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad as Sa’di radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Hendaklah orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bergembira dengan

(mendapatkan) cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (HR.Ibnu Majah, syaikh al Albani

menilainya shahih)

Ath Thayyibi rahimahullah mengatakan,”Tentang disifatinya cahaya dengan kesempurnaan dan

pembatasannya dengan (terjadinya di) hari Kiamat, mengisyaratkan kepada wajah kaum mukminin

pada hari Kiamat, sebagaimana dalam firman Allah:

“Sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka

mengatakan,’Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami.’” (QS. At Tahriim:8)

(dinukil dari ‘Aunul Ma’buud II/268)

Disampaing itu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memerintahkan kepada semua pihak agar

memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan

kabar gembira yang besar ini. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Buraidah radhiallahu anhu,

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan

cahaya (yang akan diperolehnya) pada hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh Syaikh al

Albani)

Al-‘Allamah ‘Abdur Ra-uf al Munawi rahimahullah menjelaskan hadits ini, “Ketika mereka berjalan

dalam kesulitan karena senantiasa berjalan dalam kegelapan malam menuju ketaatan, maka mereka

diberi balasan berupa cahaya yang menerangi mereka pada hari Kiamat.” (Faidhul Qadiir III/201).

9. Allah menyiapkan persinggahan di Surga bagi siapa yang pergi menuju masjid atau pulang

(darinya).

Di riwayatkan dari asy Syaikhan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam, beliau bersabda:

“Barangsiapa yang pergi ke masjid dan pulang (darinya), maka Allah menyiapkan untuknya

persinggahan di Surga setiap kali pergi dan pulang.” (Muttafaq ‘alaih, lafazh ini milik Bukhari).

Jika persinggahan orang yang pergi menuju masjid atau pulang darinya disiapkan oleh Allah, Rabb

langit dan bumi serta Pencipta alam semesta seluruhnya, maka bagaimana persingahan itu??

C. Orang Yang Datang ke Masjid adalah Tamu Allah Ta’ala

Di antara apa yang menunjukkan keutamaan shalat berjama’ah di masjid adalah apa yang dijelaskan

oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bahwa orang yang datang ke masjid adalah tamu Allah

Ta’ala, dan yang dikunjungi wajib memuliakan tamunya. Imam ath Thabrani meriwayatkan dari

Salman radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang berwudhu’ di rumahnya dengan sempurna kemudian mendatangi masjid,

maka ia adalah tamu Allah, dan siapa yang di kunjunginya wajib memuliakan tamunya.” (HR. ath

Thabrani)

Page 66: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Bagaimana cara Allah memuliakan tamu-Nya, sedangkan Dia adalah Rabb yang paling Pemurah,

Penguasa langit dan bumi? Para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga menegaskan

hal ini. Imam Ibnul Mubarak rahimahullah meriwayatkan dari ‘Amr bin Maimun, ia mengatakan,

“Para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan,’Rumah Allah di bumi adalah

masjid, dan Allah wajib memuliakan siapa yang mengunjungi-Nya di dalamnya.’” (Kiitab az Zuhd)

D. Allah Ta’ala Bergembira dengan Kedatangan Hamba-Nya ke Masjid untuk Melaksanakan

Shalat Berjama’ah

Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahu anhu, ia mengatakan bahwa

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu’ dengan baik dan sempurna kemudian mendatangi

masjid, ia tidak menginginkan kecuali shalat di dalamnya, melainkan Allah bergembira kepadanya

sebagaimana keluarga orang yang pergi jauh bergembira dengan kedatangannya.” (HR.Ibnu

Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Imam Ibnul Atsir rahimahullah mengatakan,”Al Bassyu adalah kegembiraan kawan dengan

kawannya, lemah lembut dalam persoalan dan penyambutannya. Ini adalah permisalan yang dibuat

tentang penyambutan Allah kepadanya dengan karunia-Nya, mendekatkannya (kepadanya) dan

memuliakannya.” (An-Nihaayah fii Ghariibil Hadits wal Atsar I/130).

E. Keutamaan Menunggu Shalat

Orang yang duduk menunggu shalat, maka ia berada dalam shalat dan Malaikat memohonkan

ampunan serta memohonkan rahmat untuknya. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah

radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Salah seorang dari kalian duduk untuk menunggu shalat, maka ia berada dalam shalat selagi

belum berhadats, dan para Malaikat berdo’a untuknya:’Ya Allah! Berikanlah ampunan

kepadanya, ya Allah! Rahmatilah ia’.” (HR. Muslim).

F. Keutamaan Shaf-Shaf Pertama

Shalat berjama’ah di shaf-shaf terdepan, terutama shaf-shaf pertama, memiliki keutamaan yang sangat

banyak. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah menjelaskan hal itu dalam sejumlah hadist,

diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Seandainya manusia mengetahui pahala yang terdapat pada adzan dan shaf pertama, kemudian

mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan melakukan undian, niscaya mereka akan

melakukan undian.” (HR. Bukhari)

Al Hafizh Ibnu hajar al Asqalani rahimahullah mengatakan,” Abu asy Syaikh menambahkan dalam

riwayatnya dari jalan al A’raj, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu:

‘Berupa kebaikan dan keberkahan.’”(Fathul Baari II/96)

Ath Thayyibi memberikan ta’liq (komentar) atas hadits yang mulia ini, “Nabi Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam tidak menjelaskan keutamaannya, hal ini menunjukkan kepada sesuatu yang sangat

mendalam dan termasuk sesuatu yang tidak dapat disifati. Demikian pula penggambaran keadaan

perlombaan dengan undian di dalamnya, merupakan sesuatu yang mendalam. Karena ini tidak terjadi

kecuali pada sesuatu yang diperlombakan oleh orang-orang yang saling berlomba.” (Dinukil dari

Syarh al Kirmaani li Shahiih al Bukhari V/16)

Page 67: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

1. Shaff-shaff pertama seperti shaffnya Malaikat

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Sesungguhnya shaf pertama seperti shaffnya Malaikat. Seandainya kalian mengetahui

keutamaannya, niscaya kalian berlomba-lomba kepadanya.” (HR.Abu Dawud, Ahmad)

Syaikh Ahmad Abdurrahman al Banna berkata ketika menjelaskan sabdaya:”Seperti shaff Malaikat”

“Yakni dalam hal kedekatan kepada Allah Ta’ala, turunnya rahmat, kesempurnaan, dan

kelurusannya.”(Buluughul Amaani min Asraaril Fat-h ar Rabbani V/171)

2. Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff-shaff terdepan

Dalam hadits riwayat Imam Ahmad dari Abu Umamah radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff pertama. “ Mereka (para

sahabat) berkata,”Wahai Rasulullah, dan juga kepada shaff kedua?” Beliau menjawab,”

Sesunguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff pertama.” Mereka berkata,”

Wahai Rasulullah, dan juga kepada shaff kedua?” Beliau menjawab,” Dan kepada shaff

kedua.” (HR. Ahmad, di hasankan oleh Syaikh al Albani)

Makna shalawat Allah atas mereka-sebagaimana dikatakan oleh Imam ar Raghib al Ashfahani-

bahwasanya Allah menyucikan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan shalawat Malaikat-

sebagaimana dinyatakan oleh Imam al Ashfahani- adalah do’a dan istighfar. (Al-Mufradaat fii

Ghariibil Qur’an, topic ash shalah, hal 285)

Allahu Akbar! Betapa bahagianya orang yang berada di shaff terdepan dalam shalat berjama’ah lalu

Allah menyucikannya dan para Malaikat mendo’akan serta memohonkan ampunan untuknya! Ya

Allah! Masukkanlah kami ke dalam golongan mereka.

3. Nabi yang mulia Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bershalawat (memohonkan ampun) kepada

shaff pertama dan kedua

Imam an Nasa-i meriwayatkan dari al ‘Irbadh bin Sariyah radhiallahu anhu, dari Rasulullah

Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:

“Bahwa beliau bershalawat kepada shaff pertama sebanyak tiga kali dan kepada shaff kedua satu

kali.” (HR. an Nasa-i, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Makna bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bershalawat sebanyak tiga kali-sebagaimana

dikatakan oleh al ‘Allamah as Sindi- bahwa beliau mendo’akan mereka agar mendapatkan rahmat dan

memohonkan ampunan untuk mereka sebanyak tiga kali. (Lihat Haasyiyah al Imam as Sindi II/93)

Betapa bahagianya orang yang dido’akan dan dimohonkan ampunan oleh kekasih Rabb semesta alam

dan manusia pertama dan terakhir yang paling mulia bagi-Nya. Shalawat dan salam senantiasa

terlimpah atasnya.

G. Keutamaan Shaff-Shaff Sebelah Kanan

Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu anha, ia mengatakan

bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff-shaff sebelah

kanan.” (HR. Adu Dawud dan Ibnu Majah, hadits ini di hasankan oleh al Mundziri dan Ibnu Hajar)

Para sahabat radhiallahu anhum senang berada disebelah kanan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam ketika shalat di belakang beliau. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari al-Barra’

radhiallahu anhu, ia mengatakan:

Page 68: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

“Jika kami shalat di belakang Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, maka kami senang (jika)

berada disebelah kanan beliau, lalu beliau menghadapkan wajahnya kepada kami.” (HR. Abu

Dawud, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)

Al ‘Allamah Muhammad Syamsul Haqq memberikan ta’liq (komentar) atas penuturan al Barra’

radhiallahu anhu,”Karena shaff bagian kanan lebih utama dank arena Nabi Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam menghadapkan wajahnya kepada kami ketika salam pertama sebelum menghadap orang

yang berada di sebelah kirinya.” (‘Aunul Ma’buud II/322-323)

H. Allah Ta’ala Kagum Terhadap Shalat Berjama’ah

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, ia mengatakan, “Aku

mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

‘Sesungguhnya Allah benar-benar kagum terhadap shalat berjama’ah.’” (HR. Ahmad, Syaikh

Ahmad Syakir mengatakan, “Sanadnya hasan.”)

I. Keutamaan Mengucapkan “Aamiin” Bersama Imam

Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu

‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Jika imam mengucapkan :’Ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin’ maka

ucapkanlah:’Aaamiin.’ Karena, barangsiapa yang ucapannya menyelarasi ucapan Malaikat, maka

diampuni dosanya yang telah lalu.’”(HR. Bukhari)

Bukan hanya dosanya yang telah lalu saja yang diampuni oleh Allah Ta’ala bahkan do’a orang-orang

yang mengucapkan Aamiin dalam shalat berjama’ah akan dikabulkan. Imam Muslim meriwayatkan

dari Abu Musa al Asy’ari radhiallahu anhu, ia mengatakan,” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

berkhutbah kepada kami, lalu beliau menjelaskan Sunnah dan mengajarkan shalat kepada kami

dengan sabdanya:

‘Jika kalian shalat, maka luruskanlah shaff-shaff kalian, kemudian hendaklah salah seorang dari

kalian menjadi imam kalian. Jika ia bertakbir, maka bertakbirlah. Jika ia mengucapkan: ’Ghairil

maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin’ , ucapkanlah: ’Aamiin’, maka Allah mengabulkan (untuk)

kalian.” (HR. Muslim)

Betapa besar pahala orang-orang yang mengucapkan “Aamiin” dalam shalat jama’ah! Yaitu

dikabulkan oleh Allah Yang Mahakuasa, Maha Menentukan, Yang Maha Esa, lagi bergantung

kepada-Nya seluruh makhluk.

J. Pengampunan Dosa bagi Siapa yang Shalat Berjama’ah Setelah Menyempurnakan Wudhu’

Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu anhu, ia mengatakan,”Aku

mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

‘Barangsiapa yang berwudhu’ dengan sempurna, kemudian berjalan untuk mengerjakan shalat

fardhu lalu mengerjakannya bersama orang-orang atau bersama jama’ah atau di masjid, maka

Allah mengampuni dosa-dosanya.’” (HR. Muslim)

K. Keutamaan Shalat Berjama’ah Dibandingkan Shalat Sendirian

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudri radhiallahu anhu bahwa ia mendengar Nabi

Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Shalat berjama’ah itu lebih utama 25 derajat dibandingkan shalat sendirian.” (HR. Bukhari)

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa ia lebih utama 27 derajat. Imam al Bukhari meriwayatkan

dari ‘Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

bersabda:

Page 69: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

“Shalat berjama’ah itu lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat sendirian.” (Ibid II/131,

no.645)

Para Ulama-semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan-telah mengkompromikan di antara dua

riwayat yang menyebutkan 25 dan 27, dengan berbagai sudut pandang. Barangkali tinjauan terbaik

bahwa keutamaan itu berbeda-beda tergantung perbedaan keadaan orang-orang shalat. Terkadang

shalat sesorang mendapatkan 25 derajat, dan sebagian lainnya mendapatkan 27 derajat, tergantung

kesempurnaan shalat, ia memelihara tata caranya, kekhusyu’annya, banyaknya (jumlah) jama’ahnya,

keutamaan mereka, kemuliaan tempat dan sejenisnya. Wallaahu a’lam bish shawaab.

Sebagian ulama menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan derajat-derajat tersebut, di antaranya

adalah al Hafizh Ibnu Hajar yang menyatakan,”Aku telah memperbaiki apa yang telah aku kumpulkan

tentangnya, dan aku telah membuang apa yang tidak dikhususkan dengan shalat berjama’ah.” (Fathul

Baari II/133).

Sebab-sebab yang disebutkan oleh al Hafizh Ibnu Hajar adalah sebagai berikut:

1. Menjawab mu-adzin dengan niat shalat berjama’ah.

2. Bersegera kepadanya di awal waktu.

3. Berjalan ke masjid dengan tenang.

4. Masuk masjid dengan berdo’a.

5. Shalat Tahiyyatul Masjid ketika memasukinya.

6. Menunggu shalat berjama’ah.

7. Malaikat bershalawat (berdo’a) dan memohon ampunan untuknya.

8. Malaikat bersaksi untuknya.

9. Menjawab iqamat.

10. Selamat dari syaitan ketika melarikan diri pada saat iqamat.

11. Berdiri untuk menunggu imam melakukan takbiratul ihram, atau memulai bersamanya dalam

keadaan apapun yang dilihatnya pada shalat itu.

12. Demikian pula mengikuti takbiratul ihram (bersama imam).

13. Meluruskan shaff dan mengisi shaff yang masih kosong.

14. Menjawab imam ketika mengucapkan:”Sami’allaahu liman hamidah,” (dengan

mengucapkan:”Rabbanaa wa lakal hamdu…”).

15. Pada umumnya aman dari kelalaian, dan mengingatkan imam ketika lalai dengan tasbih atau

memberitahukan kepadanya.

16. Pada umumnya memperoleh kekhusyu’an dan selamat dari kelalaian.

17. Pada umumnya memperbaiki keadaan.

18. Diliputi oleh pada Malaikat.

19. Berlatih mentajwidkan bacaan al Qur’an dan mempelajari rukun-rukun serta hal-hal lainnya.

20. Menampakkan syi’ar-syi’ar Islam.

21. Menjdikan syaitan murka dengan cara berkumpul untuk beribadah, tolong menolong dalam

ketaatan, dan memberi semangat orang yang bermalas-malasan.

22. Selamat dari sifat munafik dan berburuk sangka kepada selainnya bahwa ia sebenarnya ia

sebenarnya meninggalkan shalat.

23. Mengucapkan salam setelah imam berkata salam.

24. Memetik manfaat dari berkumpulnya mereka atas do’a dan dzikir, serta kembalinya keberkahan

orang yang sempurna atas orang yang tidak sempurna..

25. Tegaknya sistem persatuan di antara tetangga dan keakraban mereka terealisir pada waktu-waktu

shalat. (Lihat Fathul Baari II/133-134)

Kemudian, al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, ”Inilah 25 perkara yang pada masing-masing darinya

terdapat perintah atau anjuran khusus tentangnya. Dan tersisa darinya dua hal yang khusus pada shalat

Page 70: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

yang di jaharkan, yaitu diam dan mendengarkan bacaan imam, dan ta’min (mengucapkan amin)

bersama imam agar menyelarasi ta’min Malaikat.” (Ibid II/134).

L. Shalat Berjama’ah Dapat Melindungi Hamba dari Gangguan Syaitan

Imam Ahmad meriwayatkan dari Muadz bin Jabal Radhiallahu anhu bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam bersabda:

“Syaitan adalah serigala pemangsa manusia sebagaimana serigala pemangsa kambing yang

menangkap kambing yang jauh lagi sendirian. Oleh karena itu janganlah bercerai-berai, dan

tetaplah berjama’ah bersama orang-orang dan masjid.” (HR. Ahmad,Syaikh Ahmad Abdurramah al

Banna mengatakan, ”Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dan sanadnya jayyid (bagus)”).

Yakni bahwa syaitan itu merusak dan membinasakan manusia dengan godaannya sebagaimana

serigala yang merusak jika ia menangkap seekor kambing. (Buluughul Amaani V/175-176).

Tetaplah berjama’ah artinya, Yakni tetaplah pada apa yang dianut oleh jama’ah Ahlus Sunnah dalam

segala hal, diantaranya adalah berjama’ah dalam shalat. (Ibid, V/176).

M. Bertambahnya Keutamaan Shalat Berjama’ah dengan Bertambahnya Jumlah Jama’ah

Shalat

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Sesungguhnya shalat seseorang bersama orang lain lebih baik daripada shalat sendirian. Shalat

bersama dua orang itu lebih baik daripada shalat bersama seseorang. Dan jumlah yang lebih

banyak, maka hal itu lebih disukai oleh Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dan an Nasa-i)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan dalam hadits lainnya bahwa derajat orang-orang

yang shalat dengan berjama’ah itu lebih baik dan lebih utama daripada shalatnya orang-orang yang

jumlahnya berkali-kali lipat lebih banyak (dibandingkan mereka) bila mereka shalat sendir-sendiri.

Imama al Bazzar meriwayatkan dari Qabbats bin Asyim al Laitsi radhiallahu anhu, ia mengatakan

bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Dua orang yang mengerjakan shalat yang salah seorang dari keduanya menjadi imam bagi

sahabatnya, lebih baik disisi Allah daripada empat orang yang mengerjakan shalat dengan sendiri-

sendiri. Empat orang mengerjakan shalat yang diimami oleh salah seorang dari kalian itu lebih

baik disisi Allah daripada delapan orang yang mengerjakan shalat dengan sendiri-sendiri.

Delapan orang yang mengerjakan shalat yang diimami oleh salah seorang dari mereka, lebih baik

di sisi Allah daripada seratus orang yang mengerjakan shalat dengan sendiri-sendiri.” (HR. al

Bazzar,Al Hafizh al Mundziri mengatakan,” Diriwayatkan oleh al Bazzar dan ath Thabrani dengan

sanad laa ba’sa bihi (tidak mengapa))

N. Dua Kebebasan bagi Siapa yang Shalat Selama 40 Hari dengan Mendapatkan Takbiratul

Ihram (Bersama Imam)

Imam at Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, ia mengatakan, Rasulullah

Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang shalat selama 40 hari secara berjama’ah dengan mendapatkan Takbiratul

Ihram, maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api Neraka dan kebebasan dari

sifat munafik.” (HR.at Tirmidzi,dan dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Al Allamah ath Thayyibi menjelaskan hadits ini,”Ia dilindungi di dunia ini dari melakukan perbuatan

kemunafikan dan diberi taufiq untuk melakukan amalan kaum ikhlas. Sedangkan di akhirat, ia

dilindungi dari adzab yang ditimpakan kepada orang munafik, dan diberi kesaksian bahwa ia bukan

seorang munafik. Yakni jika kaum munafik melakukan shalat, maka mereka shalat dengan bermalas-

Page 71: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

malasan. Dan keadaannya ini berbeda dengan keadaan mereka.” (Dinukil dari Tuhfatul Ahwadzi

I/201).

O. Keutamaan Shalat ‘Isya, Subuh dan ‘Ashar Berjama’ah

Disamping apa yang telah kami disebutkan dari keutamaan shalat berjama’ah, maka tercantum pula

dalam sebagian hadits yang menunjukkan bahwa melaksanakan shalay ‘Isya’, Shubuh, dan ‘Ashar

berjama’ah memiliki keutamaan dan pahala yang besar. Tentang besarnya pahala shalat Isya’ dan

Subuh berjama’ah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Seandainya mereka mengetahui pahala yang terdapat dalam shalat al ‘Atamah (‘Isya’) dan

Shubuh, niscaya mereka mendatangi keduanya walaupun dengan merangkak.” (HR. Asy Syaikhan

dari Abu Hurairah)

Imam an Nawawi memberikan ta’liq di atas hadits ini,”Hadits ini berisikan anjuran yang sangat untuk

menghadiri jama’ah dua shalat ini.” (Syarh an nawawi IV/158)

Berikut ini adalah hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan shalat ‘Isya’, Shubuh dan

‘Ashar yang dilakukan secara berjama’ah.

1. Shalat ‘Isya’ berjama’ah seperti qiyam (shalat) separuh malam, dan shalat Shubuh dan ‘Isya’

berjama’ah seperti qiyamul lail sepanjang malam.

Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Umrah, ia mengatakan, “Utsman bin Affan

radhiallhu anhu masuk masjid setelah melaksanakan shalat Maghrib, lalu ia duduk sendirian,

kemudian aku duduk mendekatinya, maka dia mengatakan,’Wahai keponakanku! Aku mendengar

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

‘Barangsiapa yang melaksanakan shalat ‘Isya berjama’ah, maka ia seolah-olah melaksanakan

shalat separuh malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat Shubuh dengan berjama’ah,

maka ia seolah-olah melaksanakan shalat sepanjang malam..’” (HR. Muslim)

Maksud dari sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, ”Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat

Shubuh dengan berjama’ah, maka ia seolah-olah melaksanakan shalat sepanjang malam,” yakni siapa

yang melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah setelah shalat ‘Isya’ berjama’ah, maka ia seolah-olah

melaksanakan shalat sepanjang malam.

Hal ini ditegaskan dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam at Tirmidzi dan

Imam Ibnul Mundzir dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah

Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang melaksanakan shalat ‘Isya secara berjama’ah, maka ia seolah-olah melakukan

qiyam separuh malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat ‘Isya’ dan Shubuh secara

berjama’ah, maka ia seperti melakukan qiyam satu malam.” (HR. Abu Dawud,lafazh ini miliknya,

dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Dan disebutkan dari sebagian sahabat radhiallahu anhum, mereka berpendapat bahwa melaksanakan

shalat ‘Isya’ dan Shubuh secara berjama’ah itu lebih utama dibandingkan shalat sepanjang malam.

Imam Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiallahu anhu

bahwa di mengatakan, ”Sesungguhnya aku menunaikan shalat ‘Isya dan shalat Shubuh secara

berjama’ah itu lebih aku sukai daripada aku menghidupkan malam (dengan qiyamul lail) di antara

keduanya.” (Al Mushannaf, kitab ash Shalawaat, fit Takhalluf fil ‘Isyaa-i wal Fajri wa Fadhli

Hudhuurihima I/333)

Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengatakan,”Aku Shalat Fajar dan ‘Isya

yang terakhir dengan berjama’ah lebih aku sukai daripada aku menghidupkan malam (dengan

qiyamul lail) di antara keduanya.” (Ar Raudhun Nadhiir Syarh Majmuu’il Fiqhil Kabiir II/116)

Apakah shalat Shubuh berjama’ah lebih utama dari shalat ‘Isya’ berjama’ah?

Page 72: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan bahwa shalat Shubuh berjama’ah lebih utama dari shalat ‘Isya’

berjama’ah. Ia menyebutkan dalam kitab Shahiihnya, sebuah hadits dari ‘Utsman radhiallahu anhu, ia

mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

Barangsiapa yang melaksanakan shalat ‘Isya’ secara berjama’ah, maka ia seperti menunaikan

shalat separuh malam dan siapa yang melaksanakan shalat Shubuh secara berjama’ah, maka ia

seperti menunaikan shalat satu malam.”(HR. Ibnu Khuzaimah)

Tentang hal ini, al Hafizh al Mundziri memberikan taliq atas hadits Abu Dawud (yg telah disebutkan),

“ Lafazh yang diriwayatkan oleh Abu Dawud menafsirkan dan menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan sabdanya:’Barngasiapa yang melaksanakan shalat Shubuh secara berjama’ah, maka ia seolah-

olah menunaikan shalat sepanjang malam,’ yakni siapa yang melaksanakan shalat Shubuh dan ‘Isya’.’

Semua jalan periwayatan hadits menegaskan hal itu, dan masing-masing dari keduanya berkedudukan

separuh malam, serta berkumpulnya keduanya berkedudukan satu amalam.” (Mukhtashar Sunan Abi

Dawud I/293, lihat juga Faidhul Qadir, alManawi IV/165 dan Tuhfatul Ahwadzi, al Mubarakfuri

I/191)

2. Malaikat menyertai orang yang mula-mula (paling awal) pergi ke masjid.

Imam Abu ‘Ashim dan Imam Abu Nu’aim meriwayatkan dari Maitsam radhiallahu ‘anhu, seorang

sahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Ia mengatakan, “Aku mendapat kabar bahwa satu

Malaikat pergi dengan membawa panjinya bersama orang yang mula-mula (paling awal) pergi ke

masjid. Malaikat tetap membawa panji itu bersamanya hingga ia pulang, lalu membawanya masuk ke

rumahnya. Sedangkan syaitan membawa panjinya ke pasar bersama orang yang mula-mula (paling

awal) pergi. Syaitan terus membawa panji itu bersamanya hingga dia pulang, lalu memasukkannya ke

dalam rumahnya.” (Dinukil dari at Targhiib wat Tarhiib, Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan,”Sanad

hadits ini mauquf shahih.”)

3. Shalat Shubuh berjama’ah dicatat dalam shalatnya kaum yang berbakti, dan orang-orang yang

mengerjakannya dicatat sebagai utusan ar Rahmaan.

Diriwayatkan oleh Imam ath Thabani dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu

‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:

“Barangsiapa yang berwudhu’ kemudian pergi ke masjid, lalu shalat dua rakaat sebelum Shubuh

kemudian duduk hingga (dilakuannya) shalat Shubuh, maka shalatnya pada hari itu dicatat

sebagai shalaynya kaum yang berbakti dan ia dicatat sebagai utusan ar Rahmaan.” (HR. ath

Thabrani, dan dihasankan oleh Syaikh al Albani)

4. Orang yang shalat Shubuh dengan berjama’ah berada dalam jaminan Allah

Imam ath Thabrani meriwayatkan dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah, maka ia berada dalam jaminan Allah.

Barangsiapa yang membatalkan jaminan Allah, maka Allah menyungkurkan wajahnya di dalam

Neraka.” (HR. ath Thabrani)

Betapa kuat dan mulianya jaminan ini! Jaminan Allah Yang Maha Esa, Mahakuasa, Mahaperkasa,

Mahatinggi lagi Maha Menentukan. Ya Allah, jangan halangi kami untuk mendapatkannya

Al ‘Allamah ‘Abdurrahman al Mubarakfuri mengatakan dalam menjelaskan sabdanya Shalallahu

‘Alaihi Wassalam,” Maka ia berada dalam jaminan Allah,” yakni dalam jaminan dan keamanan-Nya

di dunia dan akhirat.” (Tuhfatul Ahwaadzi I/192)

Sabda Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, “Barangsiapa yang membatalkan jaminan Allah, maka

Allah menyungkurkan wajahnya di dalam neraka,” menurut para ulama memiliki dua

makna: Pertama, yang dimaksud dengan “jaminan Allah” adalah shalat yang menyebabkan rasa

aman. Artinya, jangan meninggalkan shalat Shubuh berjama’ah dan jangan meremehkannya, sehingga

perjanjian yang terjalin antara kalian dengan Rabb kalian menjadi batal, lalu Allah menyungkurkan

wajah kalian di dalam Neraka.

Page 73: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Kedua, siapa yang shalat Shubuh berjama’ah, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu,

janganlah kalian merintanginya dengan sesuatupun. Sebab, jika kalian merintanginya, maka Allah

menyungkurkan wajah kalian di Neraka. (Lihat Faidhul Qadiir VI/164, AL ‘Allamah al Munawi)

5. Orang yang shalat Shubuh berjama’ah mendapatkan pahala haji dan umrah, jika ia duduk untuk

berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian shalat dua raka’at.

Di antara hal yang juga menunjukkan keutamaan shalat Shubuh berjama’ah adalah apa yang

dijelaskan oleh orang yang berkata-kata dengan wahyu, yaitu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam, bahwa barangsiapa yang melakukan tiga amalan, maka ia mendapatkan pahala haji dan

umrah. Ketiga amal tersebut adalah:

a. Shalat Shubuh berjama’ah.

b. Duduk di masjid untuk berdzikir kepada Allah setelahnya hingga matahari terbit.

c. Melaksanakan shalat dua raka’at setelah matahari terbit.

Imam ath Thabrani meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu ‘amhu, ia mengatakan bahwa

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah, kemudian duduk untuk berdzikir kepada

Allah hingga matahari terbit, kemudian berdiri untuk menunaikan shalat dua raka’at, maka ia

mendapatkan pahala haji dan umrah.” (HR. ath Thabrani, Al Hafizh al Mundziri mengatakan,”

Hadits ini diriwayatkan ole hath Thabrani dan sanadnya jayyid (bagus).”)

6. Malaikat malam dan Malaikat siang berkumpul pada waktu Shubuh dan Ashar serta mereka

memohonkan ampun untuk orang-orang yang melaksanakan keduanya dengan berjama’ah.

Adapun tentang berkumpulnya mereka dalam shalat Shubuh, Imam al Bukhari meriwayatkan dari

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan,”Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam bersabda:

‘Shalat berjama’ah lebih utama 25 derajat daripada shalat yang engkau lakukan sendirian, serta

Malaikat malam dan Malaikat siang berkumpul pada waktu shalat Shubuh.’”

Kemudian Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan:

“Jika kalian suka, bacalah ‘Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (para Malaikat).” (HR.

Bukhari)

Adapun mengenai berkumpulnya mereka pada waktu shalat Shubuh dan ‘Ashar, Imam Muslim

meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

bersabda:

“Mereka datang rombongan demi rombongan di tengah kalian, yaitu Malaikat malam dan

Malaikat siang. Mereka berkumpul pada waktu shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar. Kemudian

mereka yang bertugas pada malam hari di tengah kalian naik, lalu Rabb mereka bertanya kepada

mereka, padahal Dia lebih mengetahui tentang mereka (hamba-hambaNya),’Bagaimana kalian

meninggalkan hamba-hamba-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Kami meninggalkan mereka dalam

keadaan shalat dan kami mendatangi mereka juga dalam keadaan shalat.’” (HR. Muslim)

Imam an Nawawi rahimahullah mengatakan, (ta’liq atas hadits ini), “Adapun berkumpulnya mereka

pada shalat Shubuh dan ‘Ashar, maka ini termasuk belas kasih Allah terhadap hamba-hambaNya yang

beriman dan kemurahan untuk mereka. Yaitu menjadikan berkumpulnya para Malaikat di sisi mereka

dan berpisah dengan mereka pada waktu-waktu ibadah dan berkumpulnya mereka dalam ketaatan

kepada Rabb mereka. Sehingga para Malaikat bersaksi untuk mereka dengan kebaikan yang mereka

saksikan.” (Syarh an Nawawi V/133)

Adapun istighfar Malaikat bagi siapa yang melaksanakan shalat Shubuh dan ‘Ashar berjama’ah,

disebutkan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah: “Mereka mengatakan,

‘Kami mendatangi mereka dalam keadaan shalat dan kami meninggalkan mereka juga dalam

keadaan shalat; maka ampunilah mereka pada hari Pembalasan.’” (HR. Ibnu Khuzaimah, dan

dishahihkan oleh Syiakh Albani)

Page 74: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Betapa bahagianya orang yang dimintakan ampunan oleh para Malaikat Allah Yang Maha Pemurah!

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan mereka. Aamiin, ya Rabbal ‘aalamiin.

Maraji’:

Kitab Syarhu Ad Durusi Al Muhimmati li ‘Ammati Al Ummati, penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah

bin Baz .

Kitab (edisi Indonesia) Wajibnya Shalat Berjama’ah di Masjid bagi Laki-laki, penulis Syaikh DR. Fadhl

Ilahi, cetakan Pustaka Ibnu Katsir

Page 75: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 9

Tiga Hal yang Menyelamatkan dan yang Mencelakakan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Ta’ala, yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam kepada kita. Aku bersaksi tiada sesembahan yang wajib disembah kecuali Allah Ta’ala. Tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alahi wasallamadalah utusan Allah. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepadanya, kepada shahabat dan kepada kerabatnya serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Jama’ah mentoring yang dimuliakan Allah Ta’ala

Lewat penyampaian ini kami mengajak kepada diri saya dan hadirin sekalian untuk meningkatkan iman dan takqwa kita pada Allah Ta’ala. Karena hanya dengan iman dan taqwa yang akan menyelamatkan diri kita di hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak, yaitu hari akhirat.

Pada kesempatan kali ini kami akan menyampaiakan hadist Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang beliau bersabda :

يات وثالث هري رة : أن رسول اهللي صلى اهلل عليهي و سلم قال : ثالث منجي عن أبير والعالنييةي والقول بيالق في الرضا مهليكات فأم يات ف ت قوى اهلل في السي ا المنجي

ا المهليكات ف هوى متبع وشح مطاع خطي والقصد في الغني والفقري وأم والسهن ي أشد هي ويهي وإيعجاب المرء بين فسي

"Tiga perkara yang menyelamatkan dan tiga perkara yang menyesatkan. Adapun perkara yang menyelamatkan adalah taqwa kepada Allah dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan, dan berkata haq dalam keadaan ridha dan marah, dan sederhana dalam keadaan kaya dan fakir. Adapun perkara yang mencelakakan adalah hawa nafsu yang dituruti, dan kekikiran yang dita'ati, dan bangga akan diri sendiri, dan hal ini merupakan yang paling berbahaya." [ HR. Al Baihaqi ]

Alangkah indahnya ucapan beliau yang mencakup segala jalan kebaikan, memperingatkan dari segala jurang-jurang kehancuran.

Page 76: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Adapun taqwa kepada Allah dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan, maka itu adalah pokok segala perkara. Dengannya kebaikan dapat dicapai, dan kejahatan dapat ditepis. Ia adalah selalu merasa takut kepada Allah selamanya, dan mengetahui dekatnya Zat Maha Raja yang Maha Mengetahui. Sehingga seseorang merasa malu kepada Tuhannya jika Ia melihatnya berada dalam kemaksiatan. Dan mendapatinya tidak berada dalam perkara-perkara yang mendekatkannya kepada ridha-Nya.

Taqwa inilah yang menjadikan diri kita bahagia. Bahkan keluarga dan juga masyarakat serta bangsa kita jika ingin mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan harus menjadi masyarakat yang bertaqwa. Sebaliknya, penduduk negeri yang tidak bertakwa pada Allah Ta’ala akan tertimpa berbagai musibah dan bencana yang bertubi-tubi. Maka sudah seharusnya jika kita berusaha mengajak masyarakat menjadi masyarakat yang bertaqwa agar dijauhkan dari bencana dan didekatkan pada kebahagiaan.

Sedangkan berkata haq dalam keadaan ridha dan marah, maka sesungguhnya hal itu merupakan pertanda kejujuran dan keadilan dan taufik. Merupakan suatu bukti yang paling nyata akan keimanan dan penguasaan seorang hamba atas amarah dan nafsunya. Sesungguhnya tidaklah selamat dari nafsu itu kecuali orang-orang yang jujur. Sehingga kemarahan dan nafsu tidak mengeluarkannya dari kebenaran, dan tidak menjerumuskannya ke dalam kebatilan. Bahkan kejujuran mencakup seluruh keadaannya dan meliputinya.

Yang lebih penting lagi adalah mengatakan kebenaran saat kebenaran itu dibutuhkan ummat. Karena seseorang yang mengatahui kebenaran dan tidak mau menyampaikan pada ummat saat kebenaran tersebut sangat dibutuhkan, ia terancam dengan hadist Rasulullah shalallahu alaihi wasallam,

فظ عيلما ف يكتمه، قال:" -صلى اهلل عليهي وسلم -عن أبي هري رة، عني النبي ن رجل ي ما مين الناري ما بيليجامي مي يامةي ملجي بيهي ي وم القي إيال أتي

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari nabi shalallahu ‘alahi wasallamberkata : tidaklah seseorang menghafal ilmu kemudian ia sembunyikan, kecuali ia pada hari kiamat akan dikendalikan dengan kendali dari api neraka. [ HR. Ibnu Majah 210 ].

Maka kewajiban bagi orang yang mengetahui kebenaran agar membimbing ummat menuju jalan kebenaran dan tidak takut terhadap celaan orang-orang yang mencela.

Page 77: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Begitu juga kesederhanaan dalam keadaan miskin dan kaya. Sesungguhnya ia merupakan tanda kekuatan akal dan manajemen yang baik. Dan merupakan kepatuhan dan perwujudan dari petunjuk Allah Yang Maha Kuasa, yang terdapat dalam firman-Nya

والذيين إيذا أن فقوا ل يسريفوا ول ي قت روا وكان ب ي ذليك ق واما"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan teguh berada diantara hal-hal yang demikian." (Q. S. Al-Furqaan: 67)

Jadi, tiga perkara ini mencakup seluruh kebaikan yang berkaitan dengan hak Allah, dan hak pribadi, serta hak para hamba. Dan pelakunya akan mendapatkan kemenangan dengan kemulian, petunjuk dan bimbingan.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah!

Adapun tiga perkara yang mencelakakan, adalah hawa nafsu yang dituruti. Berapa banyak orang yang tersesat dari jalan kebenaran karena memperturutkan hawa nafsunya. Dan berapa banyak orang yang menempuh jalan kekufuran karena memperturutkan hawa nafsunya. Firman Allah Ta’ala

ي ي القوم الظاليمي ن اللهي إين الله ال ي هدي ني ات بع هواه بيغيي هدى مي ومن أضل مي"Dan siapakah yang lebih sesat dari orang yang menuruti hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun?". Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kaum yang dhalim. (Q. S. Al-Qashash: 50)

Sesungguhnya hawa nafsu membuat jatuh pengikutnya ke dalam jurang yang paling rendah. Hawa nafsu mendorong jiwa ke dalam syahawat-syahawat berbahaya yang menghancurkan. Maka, sudah seharusnya seorang mukmin mengendalikan hawa nafsunya serta diarahkan untuk ketaatan pada Allah dan rasul-Nya.

Adapun yang kedua adalah kekikiran yang ditaati. Manusia itu tabiatnya menuruti kekikirannya. Dan beruntunglah seseorang yang terjaga dari sifat kekikiran ini. Firman Allah Ta'ala

هي فأولئيك هم المفليحون ومن يوق شح ن فسي

Page 78: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

"Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka ia termasuk orang-orang yang beruntung."(Q. S. Al-Hasyr: 9)

Barangsiapa yang menuruti kekikirannya, ia termasuk orang yang merugi. Karena sesungguhnya kekikiran itu menyebabkan kebakhilan dan mencegah hak-hak yang lain, dan menyeru kepada madharrat, pemutusan hubungan, dan kedurhakaan. Kekikiran menyeru pengikutnya memutuskan hubungan, maka mereka memutuskannya. Dan mengajak mereka untuk enggan memberikan hak-hak yang wajib atas mereka, maka mereka mematuhinya. Dan memikat mereka dengan muamalat yang buruk seperti mengurangi hak, curang, dan riba, maka mereka melakukannya. Jadi ia menyeru kepada segala perilaku yang hina dan mencegah dari segala perilaku yang baik.

Kikir dan iman tidak akan pernah berkumpul di dalam hati seseorang selama-lamanya. Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallambersabda,

يان في ق لبي عبد أبدا ع الشح والي وال يتميDan tidaklah berkumpul kekikiran dan iman di dalam hati seorang hamba selamanya. [ HR. An Nasa’i ]

Sedangkan rasa bangga akan diri sendiri adalah penghancur yang paling berbahaya dan perkara yang paling jelek. Karena rasa bangga akan diri sendiri adalah pintu takabbur, sombong dan tipu daya. Ia merupakan sarana menuju kecongkakan, kesombongan, dan penghinaan atas makhluk, yang merupakan kejahatan besar.

Hendaknya seseorang yang terjangkiti rasa bangga terhadap dirinya menyadari bahwa ia adalah makhluq yang lemah. Kekayaan, kecerdasan, dan juga beberapa kelebihan dunia lainnya hanyalah titipan Allah Ta’ala. Ia akan diambil oleh penciptanya dan tidak tersisa lagi baginya kecuali amal shalih yang menyertainya. Maka sungguh tidak layak jika seseorang itu berbangga dengan dirinya.

Jadi tiga perkara yang menghancurkan ini: Hawa nafsu yang situruti, kekikiran yang ditaati, dan bangga akan diri sendiri; siapa yang menghimpunnya maka ia termasuk orang-orang yang celaka. Dan siapa yang bersifat dengannya maka ia akan mendapatkan murka dari Allah dan berhak mendapatkan azab yang menghinakan.

Berbahagialah orang yang hawa nafsunya mengikuti apa-apa yang diridhai Allah. Dan bahagialah orang yang dijaga dari kekikiran dirinya, sehingga ia termasuk orang-orang yang beruntung, dan mengenal dirinya lalu tunduk pada kebenaran dan baik perilakunya terhadap orang-orang beriman. Semoga Allah mencurahkan akhlaq yang mulia kepada kita semua, dan menjaga kita dari segala akhlaq yang buruk dan bahayanya.

Demikian materi yang kami sampaikan. Jika ada benarnya datang dari Allah Ta’ala, dan jika ada salahnya datangnya dari saya sendiri karena bisikan setan. Kita berlindung pada Allah dari berbagai kejelakan yang menimpa diri kita.

Page 79: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 10

Problematika Ummat

Sungguh, segala puji hanyalah milik Allah, Rabb semesta alam. Yang menciptakan manusia. Yang mengatur kehidupan ini, sehingga penuh dengan keteraturan. Yang memberikan nikmat dan karunia kepada seluruh makhluk-Nya.

Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallah, keluarga, sahabat-sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan orang-orang yang berjalan di atas tuntunannya.

Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jama’ah jum’ah semuanya, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita, karena keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.

Ma'asyiral muslimin, jama’ah mentoring rahimakumullah

Bila kita meneliti kondisi umat Islam dewasa ini, maka ada beberapa hal yang patut kita cermati dan selanjutnya kita carikan solusinya dalam Islam. Diantara permasalahan tersebut adalah :

Pertama, hilangnya sumber kekuatan ummat Islam. Sumber kekuatan tersebut adalah dien Islam. Maka benar yang dikatakan oleh sahabar Umar bin Khaththab radhiallahu’anhu,

سالحم أحذحلنحا اهلل". نحا بغحي ال غحي تح اب ت ح سالحم فحمح رواه الطحبحي ف ت حفسيه "نحن ق وم أعحزنحا اهلل بال

"Kami adalah kaum yang Allah mulyakan dengan Islam, maka setiap kami mengharapkan kemuliaan di luar Islam, Allah menghinakan kami." ( At Tobari 13/478 ).

Karena itu seorang muslim, tidak akan mendapatkan kemuliaan bila ia mencarinya di luar Islam. Seorang muslim yang mencari kekuatan di luar Islam, pada hakikatnya ia lemah, meskipun merasa dirinya kuat; ia fakir, meskipun merasa dirinya kaya.

Islam adalah sumber kekuatan. Bila kaum muslimin berpegang teguh dengan Islamnya, niscaya ia akan mengalami kejayaan. Namun bila tidak, ia akan dihinakan oleh Allah dan dijadikan sebagai hidangan bagi musuh-musuh Islam.

Banyak dari generasi Islam hari ini, yang berbangga dengan mengikuti budaya barat. Mereka bangga ketika istri istri mereka melepas jilbab. Berdandan dengan dandanan yang diharamkan Islam. Bangga dengan berpakaian merangsang yang mereka pakai di tempat-tempat keramaian. Bangga ketika melakukan kemaksiatan dan kefasikan. Sebaliknya mereka malu ketika melakukan ketaatan pada Allah Ta'ala. Malu ketika menegakkan shalat jama'ah di masjid. Memakai pakaian muslim atau muslimah. Padahal kebanggaan yang bertentangan dengan Islam hanya akan menghinakan ia di hadapan Allah Ta'ala.

Page 80: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Persoalan kedua, terurainya ikatan Islam sedikit demi sedikit. Dari Abi Amamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Rasululah shalallahu ‘alaihi wasallah bersabda,

ا وحأح بثح الناس بالت تحليهح ت عروحة تحشح ضح قح ا ان ت ح م عروحة عروحة فحكلمح سالح ن عرحى ال ضح قح لن لحي ن وة الح ن حقضا الكم وحآخرهن الص

"Ikatan Islam betul-betul akan terurai satu persatu. Dan setiap kali terlepas satu ikatan, maka manusia akan bergantung dengan ikatan berikutnya. Yang pertama adalah terlepasnya hukum dan yang terakhir adalah salat." (HR. Ahmad).

Dalam hadis diatas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallah sampaikan bahwa yang pertama kali terlepas adalah hukum. Hukum ini, beserta ruang lingkupnya, mulai terlepas satu demi satu, semenjak masa khalifatur rasyidin berakhir. Apa yang dahulu ada di kekhalifahan ini, seperti majlis syura, penjagaan harta, dan penyampaian hak-hak mulai hilang satu persatu. Harta, jiwa dan kehormatan kaum muslimin tidak lagi dihukumi dengan syari’at Allah Ta’ala. Sebaliknya, demokrasi dan pemikiran-pemikiran lainnya menjadi rujukan dalam menyelesaikan berbagai masalah ummat.

Bersamaan dengan itu, berubahlah kekhilafahan yang berbentuk syura kepada raja yang menggigit, yang diwariskan secara turun-temurun dari bapak kepada anaknya. Perkara hukum mulai diserahkan kepada bukan ahlinya dan amanah mulai disepelekan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallah,

اعحةح دح األحمر عحلحى غحي أحهله ، فحان تحظر الس إذحا وس

Jika suatu urusan diserahkan kepada selain ahlinya, maka tunggulah kehancurannya [ HR. Bukhori ].

Orang yang menyerahkan kekuasaan kepada seseorang, padahal ia tahu ada orang yang lebih ahli dan baik darinya dalam membawa kekuasaan itu, maka ia telah menipu Allah, rasul dan orang-orang mukmin.

Ma'asyiral muslimin, sidang mentoring rahimakumullah.

Bila kita melihat fenomena hari ini, maka kita dapati hukum Islam telah terurai satu persatu. Hukum Islam telah digantikan dengan hukum yang lain. Aturannya diubah dan pemahamannya dikaburkan. Kebodohan, bid'ah, khurafat, gambaran yang rusak dan pemikiran yang membawa kepada kekafiran, juga telah tersebar di tengah kaum muslimin. Ini semua adalah hasil dari perbuatan pemimpin Islam yang menyebarkan kebodohan, meremehkan ilmu dan memerangi dakwah di belahan dunia. Setiap ada dakwah yang bersungguh-sungguh untuk mengajarkan kepada manusia bahwa Allah itu satu, Allah Ta’ala adalah pemilik hukum dan kemuliaan umat Islam terletak pada Islam, maka ia akan dihancurkan, pelakunya dicap dengan cap teroris, dijebloskan ke penjara atau dihukum mati. Sementara dalam waktu bersamaan, ia memberi kesempatan kepada khurafat dan bid'ah serta kemaksiatan untuk berkembang. Maka yang tersebar di tengah manusia adalah kebodohan dan kerusakan.

Page 81: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Kembalilah kita pada masa jahilyah. Yaitu suatu masa yang jauh dari tuntunan Islam, walau sesungguhnya masa jahiliyah telah meninngglkan kita. Bersamaan dengan itu, masyarakat kita tidak paham dengan jahilyah menurut Islam. Sehingga mereka bangga dengan budaya-budaya orang kafir, akhlaq orang kafir serta kebiasaan-kebiasaan mereka. Inilah yang disinyalir oleh sahabat Umar bin Khattab radhiyallau ‘anhu dalam perkataannya,

سالحم عروحة عروحة إذحا ض عرحى ال قح ن لح إنحا ت ن سالحم مح أح ف ال ي حعرف الحاهلية نحشح

Sesungguhnya akan terurai ikatan Islam ini sehelai demi sehelai, ketika ada dalam Islam orang-orang yang tidak mengetahui apa itu jahiliyah. [kitab tauhid Shalih Fauzan juz 1]

Jama’ah mentoring yang dirahmati Allah Ta’ala

Persoalan yang ketiga adalah meninggalkan jihad. Jihad adalah bentuk kekuatan kaum muslimin dan sebab kemuliaannya. Dengan jihad kaum muslimin menjadi kuat di hadapan musuh-musuhnya. Sebagaimana yang diriwayatkan Abu Bakar as Siddiq t bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallah bersabda :

اب هم اهلل بالعحذح ادح إل عحم ا ت حرحكح ق حوم الهح محTidaklah suatu kaum meninggalkan jihad fisabilillah kecuali Allah akan mengadzab seluruh dari mereka. [ HR. Thobroni ].

Hari ini kaum muslimin telah meninggalkan jihad, mencintai dunia dan takut mati. Maka benarlah apa yang telah diprediksikan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallah 14 abad silam. Beliau pernah bersabda,

لمح ي حقول : إذحا ت حبحاي حعتم بالعينحة سح لى الله عحلحيه وح عت رحسولح الله صح , سح رح قحالح عحن ابن عمحر وحرحضيتم بالز قح ذت أحذنحابح الب ح ت وحأحخح لطح الله عحلحيكم ذلا لح ي حنزعه حح ادح سح ت حرحكتم الهح رع وح

ت حرجعوا إلح دينكم

"Apabila kalian telah melakukan penjualan secara kredit beserta tambahan harga, mengikuti ekor sapi, suka terhadap pertanian, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan yang tidak dilepaskan dari kalian sampai kalian kembali kepada dien kalian." (HR. Abu Dawud).

Ketika kaum muslimin meninggalkan jihad, maka Allah Ta’ala menimpakan kehinaan kepada mereka. Dan kehinaan itu tidak akan dicabut kecuali mereka kembali pada Islam dan jihad mereka. Dahulu, Islam berada dalam satu kekhilafahan, yang merupakan simbol persatuan dan kesatuan. Semua kaum muslimin tunduk pada kekhilafahan ini. Namun setelah kekhilafahan ini runtuh pada tahun 1924 M, karena meninggalkan jihad, umat Islam berada di bawah kekuasaan orang kafir. Wilayahnya pun direbut dan dibagi-

Page 82: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

bagi di antara mereka. Maka muncullah Italia, Perancis, Inggris, Belanda, Spanyol, dan Portugal. Maka, sebagian umat Islam saat itu berada di bawah kekuasaan Perancis, sedang sebagian yang lain dibawah kekuasan Inggris. Hukum Islam diberangus dan digantikan dengan hukum mereka. Jihad disingkirkan dan kaum muslimin disibukkan dengan perkara-perkara yang remeh.

Wilayah Islam yang dahulu merupakan wilayah yang luas, oleh mereka kemudian dipecah-pecah menjadi negara-negara kecil, yang jumlahnya lebih dari 80 buah. Setiap negara di dalamnya dimunculkan masalah-masalah, disamping dibuat bergantung kepada dirinya. Dimunculkan fitnah dan konspirasi untuk mengadu domba satu dengan yang lainnya. Iran diadu dengan Irak; Yaman dengan Oman; Mesir dengan Sudan, dan sebagainya. Ini semua tentunya menjadikan kaum muslimin semakin lemah.

Disamping mengadu domba, mereka juga menanamkan pengaruh – pengaruhnya. Diantaranya adalah hukum jahiliyah, pendidikan sekuler, perilaku buruk, bahasa dan adat istiadat yang menyimpang. Akibatnya, kaum muslimim tumbuh tidak pada gambaran jernihnya sebagaimana telah diwariskan oleh para pendahulunya. Maka yang muncul adalah perpecahan, perselisihan pandangan dan kekacuan, yang itu semua berujung kepada kehinaan diri.

Akan tetapi Allah Ta’ala akan senantiasa memenangkan dan menyempurnakan cahayanya walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya. Allah berfirman,

رهح لحو كح افرونح يريدونح ليطفئوا نورح الله بأحف وحاههم وحالله متم نوره وح الكحMereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya [ QS. As Shoff : 8 ].

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah!

Itulah beberapa persoalan umat yang menjadi keprihatinan kita bersama. Semoga Allah memberikan jalan keluar yang terbaik bagi kita semua. Dan menguatkan kita untuk menempuh jalan tersebut.

Islam adalah din yang sempurna. Memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan dengan jalan yang logis dan sesuai dengan fitrah manusia. Termasuk permasalahan yang kami jelaskan didepan.

Islam memberikan konsep dakwah, amar ma'ruf nahyu munkar dan jihad fi sabilillah dalam menghadapi realita ummat hari ini. Dengan dakwah kita pahamkan ummat bahwa kemuliaan hanya dengan Islam. Hanya berislam secara kaffah seseorang mendapat kemuliaan dihadapan Allah Ta’ala dan manusia. Dan dengan amar ma'ruf nahyu munkar serta jihad fi sabilillah kita akan hadapi orang-orang yang menghalang-halangi dakwah dan kebenaran ini.

Sebelum kita tutup, marilah kita merenungi firman Allah Ta’ala :

Page 83: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

ن إن رحبكح هوح ادلم بالت هيح أححسح نحة وحجح وعظحة الحسح ة وحالمح بيل رحبكح بالكمح أحعلحم ادع إلح سحل بيله وحهوح أحعلحم بالمهتحدينح بحن ضح عحن سح

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [ QS. An Nahl : 125 ].

Dengan ayat ini dapat kita simpulkan bahwa dakwah, amar ma’ruf nahyu munkar serta jihad fisabilillah adalah solusi untuk mengembalikan kejayaan ummat serta solusi dari seluruh permasalahannya.

Semoga umat ini senantiasa dibimbing Allah Ta'ala berjalan diatas kebenaran. Diberikan solusi dari berbagai permasalahan. Dilindungi dari makar musuh-musuh Islam, dan dimenangkan dari mereka dan diberi rizki kembalinya daulah Islam yang telah sirna.

Demikian materi yang kami sampaikan. Semoga meningkatkan iman dan taqwa kita pada Allah Ta'ala. Dan semoga kita di istiqomahkan dijalan-Nya yang mulia hingga kita menemui ajal.

Page 84: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 11

Hati-hati dari Teman yang Buruk Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:

وء كحامل المسك ونافخ الكي. فحامل الـمسك إما أن مثل الـجليس الصالـح والسد منه ريا طيبة، ونافخ الكي إما أن ي ياك وإما يذيك وإما أن تـبتاع منه، وإما أن ت ر

أن تد ريا خبيثة “Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa teman dapat memberikan pengaruh negatif ataupun positif sesuai dengan kebaikan atau kejelekannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan teman bergaul atau teman duduk yang baik dengan penjual minyak wangi. Bila duduk dengan penjual minyak wangi, engkau akan dapati satu dari tiga perkara sebagaimana tersebut dalam hadits. Paling minimnya engkau dapati darinya bau yang harum yang akan memberi pengaruh pada jiwamu, tubuh dan pakaianmu. Sementara kawan yang jelek diserupakan dengan duduk di dekat pandai besi. Bisa jadi beterbangan percikan apinya hingga membakar pakaianmu, atau paling tidak engkau mencium bau tak sedap darinya yang akan mengenai tubuh dan pakaianmu. Dengan demikian jelaslah, teman pasti akan memberi pengaruh kepada seseorang. Dengarkanlah berita dari Al-Qur`an yang mulia tentang penyesalan orang zalim pada hari kiamat nanti karena dulunya ketika di dunia berteman dengan orang yang sesat dan menyimpang, hingga ia terpengaruh ikut sesat dan menyimpang.

ذ ويـوم يـعض الظال على يديه يـقول ياليتن اتذت مع الرسول سبيال. ياويـلت ليتن ل أتنسان خذول فالنا خليال. لقد أضلن عن الذكر ـعد إذ جاءن وكان الشيطان لل

“Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29) ‘Adi bin Zaid, seorang penyair Arab, berkata:

Page 85: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

عن الـمرء ل تسأل وسل عن قرينه فكل قرين الـمقارن يـقتديتـردى مع الرديإذا كنت ف قـوم فصاحب خيارهم ول تصاحب الردى فـ

Tidak perlu engkau bertanya tentang (siapa) seseorang itu, namun tanyalah siapa temannya

Karena setiap teman meniru temannya Bila engkau berada pada suatu kaum maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari

mereka Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang rendah/hina niscaya engkau akan

hina bersama orang yang hina Karenanya lihat-lihat dan timbang-timbanglah dengan siapa engkau berkawan. Dampak Teman yang Jelek Ingatlah, berteman dengan orang yang tidak baik agamanya, akhlak, sifat, dan perilakunya akan memberikan banyak dampak yang jelek. Di antara yang dapat kita sebutkan di sini: 1. Memberikan keraguan pada keyakinan kita yang sudah benar, bahkan dapat memalingkan kita dari kebenaran. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

هم إن كان ل قرين. يـقول أئنك لمن فأقـبل ـعضهم على ـعض يـتساءلون. قال قائل منـنا وكنا تـراا وعظاما أئنا لمدينون. قال هل أنـتم مطلع قني. أئذا متـ ون. فاطلع فـرآه المصد

ف سواء الحيم. قال تاهلل إن كدت لتـردين. ولول نعمة رب لكنت من المحضرين “Lalu sebagian mereka (penghuni surga) menghadap sebagian yang lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) memiliki seorang teman. Temanku itu pernah berkata, ‘Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang yang membenarkan hari berbangkit? Apakah bila kita telah meninggal dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, kita benar-benar akan dibangkitkan untuk diberi pembalasan.” Berkata pulalah ia, “Maukah kalian meninjau temanku itu?” Maka ia meninjaunya, ternyata ia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala. Ia pun berucap, “Demi Allah! Sungguh kamu benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau tidak karena nikmat Rabbku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka.” (Ash-Shaffat: 50-57) Dengarkanlah kisah wafatnya Abu Thalib di atas kekafiran karena pengaruh teman yang buruk. Tersebut dalam hadits Al-Musayyab bin Hazn, ia berkata, “Tatkala Abu Thalib menjelang wafatnya, datanglah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau dapati di sisi pamannya ada Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah ibnil Mughirah. Berkatalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, kalimat yang dengannya aku akan membelamu di sisi Allah.’ Namun kata dua teman Abu Thalib kepadanya, ‘Apakah engkau benci dengan agama Abdul Muththalib?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus meminta pamannya mengucapkan kalimat tauhid. Namun dua teman Abu Thalib terus pula

Page 86: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

mengulangi ucapan mereka, hingga pada akhirnya Abu Thalib tetap memilih agama nenek moyangnya dan enggan mengucapkan Laa ilaaha illallah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 2. Teman yang jelek akan mengajak orang yang berteman dengannya agar mau melakukan perbuatan yang haram dan mungkar seperti dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang munafikin:

ودوا لو تكفرون كما كفروا فـتكونون سواء “Mereka menginginkan andai kalian kafir sebagaimana mereka kafir hingga kalian menjadi sama.” (An-Nisa`: 89) 3. Tabiat manusia, ia akan terpengaruh dengan kebiasaan, akhlak, dan perilaku teman dekatnya. Karenanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الرجل على دين خليله، فـليـنظر أحدكم من يالل “Seseorang itu menurut agama teman dekat/sahabatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia bersahabat1.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 927) 4. Melihat teman yang buruk akan mengingatkan kepada maksiat sehingga terlintas maksiat dalam benak seseorang. Padahal sebelumnya ia tidak terpikir tentang maksiat tersebut. 5. Teman yang buruk akan menghubungkanmu dengan orang-orang yang jelek, yang akan memudaratkanmu. 6. Teman yang buruk akan menggampangkan maksiat yang engkau lakukan sehingga maksiat itu menjadi remeh/ringan dalam hatimu dan engkau akan menganggap tidak apa-apa mengurangi-ngurangi dalam ketaatan. 7. Karena berteman dengan orang yang jelek, engkau akan terhalang untuk berteman dengan orang-orang yang baik/shalih sehingga terluputkan kebaikan darimu sesuai dengan jauhnya engkau dari mereka. 8. Duduk bersama teman yang jelek tidaklah lepas dari perbuatan haram dan maksiat seperti ghibah, namimah, dusta, melaknat, dan semisalnya. Bagaimana tidak, sementara majelis orang-orang yang jelek umumnya jauh dari dzikrullah, yang mana hal ini akan menjadi penyesalan dan kerugian bagi pelakunya pada hari kiamat nanti. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

فة حار وكان ما من قـوم يـقو مون من ملس ل يذكروا اهلل تـعال فيه، إل قاموا عن مثل جيـ لم حسرة

“Tidak ada satu kaum pun yang bangkit dari sebuah majelis yang mereka tidak berzikir kepada Allah ta’ala dalam majelis tersebut melainkan mereka bangkit dari semisal bangkai keledai2 dan majelis tersebut akan menjadi penyesalan bagi mereka.” (HR. Abu Dawud. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 77) Demikian… Semoga ini menjadi peringatan!

Page 87: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

(Dinukil secara ringkas dengan perubahan dan tambahan oleh Ummu Ishaq Al-Atsariyah dari kitab Al-Mukhtar lil Hadits fi Syahri Ramadhan, hal. 95-99) 1. Seseorang akan berperilaku seperti kebiasaan temannya dan juga menurut jalan serta perilaku temannya. Maka hendaknya setiap kita merenungkan dan memikirkan dengan siapa kita bersahabat. Siapa yang kita senangi agama dan akhlaknya maka kita jadikan ia sebagai teman, dan yang sebaliknya kita jauhi. Karena yang namanya tabiat akan saling meniru dan persahabatan itu akan berpengaruh baik ataupun buruk. (Tuhfatul Ahwadzi, kitab Az-Zuhd, bab 45) 2. Sama dengan bangkai keledai dalam bau busuk dan kotornya. (‘Aunul Ma’bud, kitab Al-Adab, bab Karahiyah An Yaqumar Rajulu min Majlisihi wala Yadzkurullah) Sumber : http://www.asysyariah.com

Page 88: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 12

Lima Perusak Hati

Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula perbuatannya. Maka menjaga hati dari kerusakan adalah niscaya dan wajib. Lebih lagi dibulan ramadhan, karena bulan ini Allah Ta’ala jadikan bulan pendidikan. Allah mudahkan hamba-Nya berbuat baik dan Allah Ta’ala tutup pintu-pintu setan.

Tentang perusak hati, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lima perkara, 'bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk), angan-angan kosong, bergantung kepada selain Allah, kekenyangan dan banyak tidur.'

1. Bergaul dengan banyak kalangan

Pergaulan adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Nabi shalallahu’alahi wa sallam bersabda, عن أبى هري رة عنى «المرء على دىينى خلىيلىهى ف لي نظر أحدكم من يالىل » قال -صلى اهلل عليه وسلم-النبى

Seseorang itu atas din saudaranya. Maka lihatlah salah seorang diantara kalian, siapa yang ditemani. (HR. Ahmad)

Artinya, kalau kita ingin melihat kualitas din seseorang, maka lihatlah teman-temannya. Jika temannya adalah orang-orang rusak, maka dinnya rusak. Dan jika temannya adalah orang-orang shalih, maka dinnyapun baik.

Allah Ta’ala berfirman,

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf: 67).

Maka bergaullah dengan para ulama’ dan orang-orang sholih, karena ia ibarat makanan yang kita konsumsi setiap hari. Sedikit saja kita jauh darinya akan menjadikan hati kita jauh dari Allah Ta’ala dan Islam. Sebaliknya, kita harus menjauhi teman para ahli bid’ah dan ahli maksiyat, karena ia adalah racunnya hati yang dapat mematikan hati kita dan sulit mendapatkan petunjuk dari Allah Ta’ala.

Jamaah mentoring rahimakumullah

2. Larut dalam angan-angan kosong

Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang-orang bangkrut. Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang bangkrut. Ombak angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa mempermainkannya. Laksana anjing yang sedang mempermainkan bangkai.

Page 89: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Adapun orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia, maka cita-citanya adalah seputar ilmu, iman dan amal shalih yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Dan ini adalah cita-cita terpuji. Adapun angan-angan kosong ia adalah tipu daya belaka. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memuji orang yang bercita-cita terhadap kebaikan.

3. Bergantung kepada selain Allah

Ini adalah faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya dari bertawakkal dan bergantung kepada selain Allah. Jika seseorang bertawakkal kepada selain Allah maka Allah akan menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia bergantung kepadanya. Allah akan menghinakannya dan menjadikan perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun dari Allah, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung kepadanya. Allah berfirman, artinya,

"Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak, kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka." (Maryam: 81-82)

Maka orang yang paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah. Ia seperti orang yang berteduh dari panas dan hujan di bawah rumah laba-laba. Dan rumah laba-laba adalah rumah yang paling lemah dan rapuh. Lebih dari itu, secara umum, asal dan pangkal syirik adalah dibangun di atas ketergantungan kepada selain Allah. Orang yang melakukannya adalah orang hina dan nista. Allah berfirman, artinya: "Janganlah kamu adakan tuhan lain selain Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)." (Al-Isra': 22)

4. Makanan

Makanan perusak ada dua macam.

Pertama , merusak karena dzat/materinya, dan ia terbagi menjadi dua macam. Yang diharamkan karena hak Allah, seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam. Kedua, yang diharamkan karena hak hamba, seperti barang curian, rampasan dan sesuatu yang diambil tanpa kerelaan pemiliknya, baik karena paksaan, malu atau takut terhina.

Kedua, merusak karena melampaui ukuran dan takarannya. Seperti berlebihan dalam hal yang halal, kekenyangan kelewat batas. Sebab yang demikian itu membuatnya malas mengerjakan ketaatan, sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk memenuhi hawa nafsunya. Jika telah kekenyangan, maka ia merasa berat dan karenanya ia mudah mengikuti komando setan. Setan masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa mempersempit aliran darah dan menyumbat jalannya setan. Sedangkan kekenyangan memperluas aliran darah dan membuat setan betah tinggal berlama-lama. Barangsiapa banyak makan dan minum, niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi.

Dalam sebuah hadits masyhur disebutkan, "Tidaklah seorang anak Adam memenuhi bejana yang lebih buruk dari memenuhi perutnya (dengan makanan dan minuman). Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan tulang rusuknya. Jika harus dilakukan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya." (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani).

5. Kebanyakan tidur

Page 90: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Banyak tidur mematikan hati, memenatkan badan, menghabiskan waktu dan membuat lupa serta malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang berbahaya dan sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan.

Segera tidur pada malam hari lebih baik dari tidur ketika sudah larut malam. Tidur pada tengah hari (tidur siang) lebih baik daripada tidur di pagi atau sore hari. Bahkan tidur pada sore dan pagi hari lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.

Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara shalat Shubuh dengan terbitnya matahari. Sebab ia adalah waktu yang sangat strategis. Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mau tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan dibagi-bagikannya rizki, saat diberikannya barakah. Maka masa itu adalah masa yang strategis dan sangat menentukan masa-masa setelahnya. Karenanya, tidur pada waktu itu hendaknya karena benar-benar sangat terpaksa.

Secara umum, saat tidur yang paling tepat dan bermanfaat adalah pada pertengahan pertama dari malam, serta pada seperenam bagian akhir malam, atau sekitar delapan jam. Dan itulah tidur yang baik menurut pada dokter. Jika lebih atau kurang daripadanya maka akan berpengaruh pada kebiasaan baiknya. Termasuk tidur yang tidak bermanfaat adalah tidur pada awal malam hari, setelah tenggelamnya matahari. Dan ia termasuk tidur yang dibenci Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. (Amru)

(Disadur dari Mufsidaatul Qalbi Al-Khamsah, min kalami Ibni Qayyim Al-Jauziyyah)

Page 91: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 13

Mewaspadai Jahiliyyah

Banyak orang yang mengira bahwa masa jahiliyah telah berakhir bersamaan dengan datangnya ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam. Bahkan bisa jadi, mereka menduga bahwa kejahiliyahan itu hanya terdapat pada masyarakat Arab sebelum Islam. Padahal sebenarnya kejahilyahan itu ada pada setiap masyarakat, tempat dan masa. Dengan kata lain, kejahiliyahan itu bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan dalam situasi serta kondisi yang bagaimanapun juga. Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk memahami apa itu jahiliyah yang sebenarnya.

Umar Ibnul khottob radhiallahu’anhu berkata :

سالم عروة عروة إذا قض عرى ال ا ت ن سالم من ل إنم ي عرف الاهليمة نشأ ف ال

Sesungguhnya akan terurai ikatan Islam ini sehelai demi sehelai, ketika ada dalam Islam orang-orang yang tidak mengetahui apa itu jahiliyah.

Menurut Ibnu Taimiyah, seperti yang dikutip oleh Muhammad Qutb, jahl itu bermakna “tidak memiliki atau tidak mengikuti ilmu” Karena itu, orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang yang haq (benar) adalah jahil, apalagi kalau tidak mengikuti yang haq itu. Atau tahu yang haq tapi prilakunya bertentangan dengan yang haq, meskipun dia sadar atau paham bahwa apa yang dilakukannya memang bertentangan dengan yang haq itu sendiri.

JAHILIYAH DALAM AL-QUR’AN

Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman tentang jahiliyah yang penggunaannya untuk tiga hal. Hal ini menjadi penting untuk kita pahami agar dengan demikian kita menyadari bahwa jahiliyah itu tidaklah semata-mata bodoh dalam arti tidak punya ilmu, apalagi sekedar bodoh secara intelektual.

1. Jahiliyah Dalam Ketuhanan

Banyak orang yang paham dengan berbagai ilmu. Akan tetapi mereka tidak paham dan tidak mengenal Allah Ta’ala. Bahkan jika mereka ditanya tentang uluhiyah, rububiyah serta asma’ wa sifat Allah Ta’ala tidak mereka pahami sama sekali. Padahal salah satu hal yang wajib dipelajari oleh seorang mukmin adalah mengetahui siapa sebenarnya Allah Ta’ala. Maka pandainya ia dalam berbagai hal, akan tetapi tidak memahami hal ini tetap dianggap bodoh. Lihatlah kisah bani israil yang memohon kepada Rasulullah untuk dibuatkan sembahan sebagaimana sembahan orang-orang musyrik. Allah Ta’ala berfirman,

Page 92: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Bani Israil berkata, Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)”. Musa menjawab, “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui/jahil” (QS Al-A’raaf:138).

Dalam Islam, mengetahui siapa Allah Ta’ala merupakan masalah yang paling mendasar, bila pada masalah ini manusia sudah menyimpang dari nilai-nilai Islam, maka tidak akan mungkin terwujud kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Perlu dipahami bahwa tugas utama seluruh nabi adalah mengajak tauhid dan menjauhkan syirik. Sedangkan tauhid itu adalah mengesakan Allah Ta’ala. Karena itu, bila manusia mengabaikan misi para Rasul ini, kehancuran hidup dunia dan akhirat tidak bisa dielakkan lagi.

2. Jahiliyah Dalam Akhlak

Kata Jahiliyah juga digunakan oleh Allah Ta’ala untuk menamakan akhlak atau prilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Misalnya saja penampilan seorang wanita yang tidak Islami, sikap sombong, pembicaraan yang tidak bermanfaat, perzinahan, dll.

Allah Ta’ala berfirman,

وق رن ف ب يوتكنم ول ت ب رمجن ت ب رج الاهليمة الول

Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu (QS 33:33).

Mujahid berkata, yang disebut bertingkah laku sebagaimana orang jahiliyah adalah keluarnya wanita dari rumahnya dan berjalan melewati para lelaki. (Tafsir Ibnu katsir)

Terdapat juga firman lain yang artinya,

Ketika orang-orang kafir menanamkan ke dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu’min. (QS Al-Fath:26)

Dan ayat yang menggambarkan kejahiliyahan dalam bentuk pembicaraan yang tidak bermanfaat adalah firman Allah yang artinya,

Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil.” (QS Al-Qashash:55)

Kejahiliyahan dalam akhlak telah membawa dampak negatif yang sangat besar sejak masa lalu hingga hari ini dan hari kiamat nanti. Terjadi kerusakan dibidang perekonomian, kemanusiaan, kekeluargaan, kemasyarakatan hingga lingkungan hidup yang didiami oleh manusia dan manusia mengalami akibat dari semua itu, Allah berfirman yang artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

Page 93: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS Ar-Rum:41)

3. Jahiliyah Dalam Hukum

Dalam masalah hukum, Allah Ta’ala juga menggunakan kata jahiliyah untuk hukum-hukum selain dari hukum Allah atau hukum yang bertentangan dengan hukum-Nya. Itu sebabnya seorang muslim jangan menggunakan hukum yang lain kecuali hukum Allah atau jangan gunakan hukum yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Dalam pelaksanaan hukum, manusia sebenarnya mencari keadilan dan manusia tidak akan memperoleh keadilan itu kecuali apabila hukum-hukum Allah ditegakkan. Karena itu, amat aneh apabila manusia ingin mendapatkan keadilan yang hakiki, tapi hukum-hukum lain, yakni hukum yang bertentangan dengan hukum Allah diperjuangkan penegakkannya. Hukum yang datang dari Allah memberikan keadilan bagi umat manusia, baik dalam masalah pribadi, keluarga maupun masyarakat, negara dan bangsa. Allah berfirman yang artinya,

Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin. (QS Al-Maaidah:50)

Sebagai sebuah contoh, ketika beberapa orang sahabat datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam untuk meminta komentar atas terjadinya pelanggaran hukum yang dilakukan para pembesar masyarakat tapi mereka dibiarkan saja dengan kesalahan dan dosa yang mereka lakukan, maka Rasulullah menegaskan,

“Seandainya anakku, Fatimah mencuri, akan aku potong tangannya”.

Disamping itu, ketika Ali bin Abi Thalib mengajukan ke pengadilan seorang Yahudi yang mencuri baju besinya kepada Khalifah Umar bin Khattab, maka di pengadilan itu, Umar justeru membebaskan orang Yahudi dari segala tuduhan, karena kesalahan yang dilakukannya tidak bisa dibuktikan secara hukum. Tegasnya amat banyak contoh dalam sejarah yang menggambarkan betapa bila hukum-hukum Allah ditegakkan, manusia akan mendapatkan keberuntungan, bahkan tidak hanya bagi kaum muslimin, tapi juga mereka yang non muslim. Sementara ketika hukum-hukum jahiliyah yang tegak, maka yang menderita bukan hanya mereka yang jahiliyah, kita yang taat kepada Allah juga bisa merasakan akibat buruknya. Hanya persoalannya, begitu banyak manusia yang “bodoh” sehingga tidak bisa membedakan mana yang haq dan bathil dan akibatnya tidak bisa menjatuhkan pilihannya kepada kepada yang haq itu.

Oleh karena itu, siapa saja yang tidak mau berhukum kepada hukum Allah, ada dimasukkan kedalam kelompok orang-orang yang kafir, Allah berfirman yang artinya,

Barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS Al-Maaidah:44).

Dalam kehidupan kita di dunia ini, tiga persoalan di atas merupakan sesuatu yang tidak terpisah-pisah, yakni aqidah, syari’ah dan akhlak. Karena itu, apabila pada tiga sisi ini

Page 94: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

tidak sejalan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya dalam diri kita, itu berarti terjadi kejahiliyahan pada diri kita yang tentu saja harus kita jauhi, karena kejahiliyahan merupakan sesuatu yang tercela dan itu sebabnya, Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam bertugas membebaskan manusia dari segala unsur kejahiliyahan.

Page 95: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 14

Kisah Seorang Kristen Yang Masuk Islam

Adalah seorang laki-laki keturunan, sang ayah Holandia dan ibu Indonesia dari Kota Ambon yang terletak di pulau kecil di ujung timur kepulauan Indonesia. Kristen adalah agama yang diwariskan keluarganya dari bapak dan kakeknya. Kakeknya adalah seorang yang punya kedudukan tinggi pada agama kristen yang bermadzhab protestan, bapaknya juga demikian, namun ia bermadzhab Pantikosta. Sedangkan ibunya sebagai pengajar injil untuk kaum wanita, adapun dia sendiri juga punya kedudukan dan sebagai ketua bidang dakwah di sebuah Gereja Bethel Injil Sabino.

Tidak terbetik dalam hatiku walau sedikit pun untuk menjadi seorang muslim, sebab sejak kecil aku mendapatkan pelajaran dari orang tuaku yang selalu mengatakan padaku bahwa Muhammad adalah seorang laki-laki badui, tidak punya ilmu, tak dapat membaca dan menulis. Bahkan lebih dari itu, aku telah membaca buku Profesor Doktor Ricolady, seorang nasrani dari Prancis bahwa Muhammad itu seorang dajjal yang tinggal di tempat kesembilan dari neraka. Demikianlah kedustaan itu dibuat untuk menjatuhkan pribadi Rasul shallallahu alaihi wa sallam, sejak itulah tertanam pada diriku pemikiran salah yang mendorongku untuk menolak Islam dan menjadikannya sebagai agama. Pada suatu hari pimpinan gereja mengutusku untuk berdakwah selama tiga hari tiga malam di Kecamatan Dairi, letaknya cukup jauh dari ibu kota Medan yang terletak di sebelah selatan pulau Sumatra Indonesia. Setelah selesai, aku hendak menemui penanggung jawab gereja di tempat itu. Tiba-tiba seorang laki-laki muncul di hadapanku, lalu bertanya dengan pertanyaan aneh, "Engkau telah mengatakan bahwa Isa Al-Masih adalah tuhan, mana dalilmu tentang ketuhanannya?" Aku menjawab, "Baik ada dalil ataupun tidak, perkara ini tidak penting bagimu, jika kamu mau beriman berimanlah, jika tidak kufurlah." Namun, ketika aku pulang ke rumah, suara laki-laki itu mengganggu pikiranku dan selalu terngiang-ngiang di telingaku, mendorongku untuk melihat Kitab Injil mencari jawaban yang benar dari pertanyaannya. Telah diketahui bahwa di sana ada empat kitab Injil yang berbeda-beda, salah satunya MATHIUS, yang lainnya MARKUS, yang ketiga LUKAS, dan yang keempat YOHANNES, semuanya buatan manusia. Ini aneh sekali, aku bertanya-tanya pada diriku, "Apakah Al Quran dengan nuskhoh yang berbeda-beda juga buatan manusia?" Aku mendapatkan jawaban yang tak bisa lari darinya yakni dengan pasti, "Bukan!" Aku mempelajari keempat Injil tersebut, lalu apa yang kudapatkan? Injil MATHIUS berbicara apa tentang Al-Masih Isa alaihis salam? Kami membaca di dalamnya sebagai berikut, "Sesungguhnya Isa Al-Masih bernasab kepada Ibrohim dan kepada Daud…" (1-1), lalu kalau begitu siapa Isa? Bukankah ia anak manusia? Ya, kalau begitu dia manusia. Injil LUKAS berkata, "Dialah yang merajai atas rumah Yakub untuk selama-lamanya. Kerajaannya tidak akan berakhir." (1-33). Dan Injil MARKUS berkata, "Inilah silsilah yang menasabkan Isa Al Masih anak Allah." (1). Dan yang terakhir injil YOHANNES berbicara apa tentang Isa Al Masih? Ia berkata, "Pada awalnya ia adalah kalimat, dan kalimat itu di sisi Allah, maka kalimat itu adalah Allah." (1:1). Makna dari nash ini dia pada awalnya adalah Al-Masih dan Al-Masih di sisi Allah, maka Al-Masih adalah Allah. Aku bertanya pada diriku, "Berarti di sana ada perbedaan yang jelas pada empat kitab ini

Page 96: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

seputar dzat Isa alaihis salam, apakah ia manusia ataukah anak Allah ataukah Raja ataukah Allah? Hal itu telah menyulitkanku dan aku belum menemukan jawabannya. Di sini aku ingin bertanya kepada teman-temanku orang-orang kristen, "Apakah didapatkan dalam Al-Quran pertentangan antara satu ayat dengan yang lainnya?" Pasti tidak! Kenapa? Karena Al-Quran datang dari sisi Allah subhanahu wa taala, adapun Injil-injil ini hanyalah buatan manusia. Kalian tahu dan tidak ragu kalau Isa alaihis salam sepanjang hidupnya berdakwah kepada Allah di sana-sini, kita patut bertanya: apa landasan awal yang didawahkan oleh Isa alaihis salam? Ini Injil MARKUS berkata, "Seseorang datang dari Al Katbah, ia mendengar mereka berbincang-bincang, ketika terlihat bahwa ia adalah (Al-Masih) mereka menerimanya dengan baik, menanyainya tentang ayat wasiat pertama? Ia menjawab sambil berjalan: Sesungguhnya wasiat yang pertama ialah Dengarkan wahai Bani Israil! Rabb Tuhan kita adalah Rabb yang Esa." (12: 28-29). Inilah pengakuan yang jelas dari Isa alaihis salam, jadi kalau Isa telah mengaku bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa/Satu, maka siapakah Isa kalau begitu? Jika Isa adalah Allah juga, maka takkan pernah ada keesaan bagi Allah. Bukankah begitu? Kemudian, aku lanjutkan pencarianku dan aku temukan pada Injil YOHANNES nash-nash yang menunjukkan doa dan ketundukan Isa Al-Masih alaihis salam kepada Allah subhanahu wa taala. Aku bertanya pada diriku: Jika sekiranya Isa adalah Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, lalu apakah ia membutuhkan kepada ketundukan dan doa? Tentu tidak! Oleh karena itu, Isa bukan tuhan tetapi dia adalah makhluk seperti kita. Simaklah bersamaku doa yang terdapat dalam injil YOHANNES, inilah nash doanya: "Inilah kehidupan yang abadi agar mengetahui bahwa Engkaulah Tuhan yang hakiki, dan berjalanlah Al-Masih yang Engkau telah mengutusnya, aku pekerjamu di bumi, amal yang Engkau telah berikan padaku ialah amalan yang aku telah menyempurnakannya." (17-3-4). Ini doa yang panjang, yang akhirnya berkata, "Wahai Rabbul Baar, sesungguhnya alam tidak mengenalMu, adapun aku mengenalMu dan mereka telah mengetahui bahwa Engkau telah mengutusku dan Engkau telah mengenalkan mereka akan namaMu dan aku akan mengenalkan mereka agar pada mereka ada kecintaan seperti Engkau telah mencintaiku." (17-25-26). Doa ini menggambarkan pengakuan Isa alaihis salam bahwa Allah Dialah Yang Maha Esa dan Isa adalah utusan Allah yang diutus pada kaum tertentu, bukan pada seluruh manusia, siapakah kaumnya itu? Kita baca dalam Injil MATHIUS (15:24) di mana ia berkata, "Aku tidak diutus, melainkan pada kaum di rumah Israil yang sasar." Kalau demikian, jika kita gabungkan pengakuan-pengakuannya ini dengan yang lainnya, sangat mungkin untuk kita katakan bahwa, "Allah adalah Tuhan Yang Esa dan Isa adalah utusan Allah kepada Bani Isroil." Kemudian kulanjutkan pencarianku, maka aku teringat saat aku sholat aku selalu membaca kalimat berikut: (Allah Bapak, Allah Anak, Allah Roh Qudus, tiga dalam satu). Aku berkata pada diriku: Perkara yang sangat aneh! Kalau kita bertanya pada siswa kelas satu sekolah dasar "1 + 1 + 1 = 3 ?" Pasti akan menjawab "ya". Kemudian, jika kita katakan padanya, "Akan tetapi 3 juga = 1?" Tentu dia takkan menyepakati hal itu, sebab di sana terdapat pertentangan yang jelas pada apa yang kami ucapkan, karena Isa alaihis salam berkata dalam Injil seperti yang kami lihat bahwa Allah Esa tidak ada serikat baginya. Telah terjadi pertentangan kuat antara aqidah yang menancap di jiwaku sejak kecil, yakni: tiga dalam satu, dengan apa yang diakui Isa Al-Masih sendiri dalam kitab-kitab injil yang ada di tengah-tengah kita sekarang bahwa sesungguhnya Allah itu satu tidak ada serikat baginya. Mana dari keduanya yang paling benar? Belum ada usahaku untuk mengikrarkannya waktu itu, namun yang benar dikatakan bahwa sesungguhnya Allah itu Esa/satu. Kemudian, aku cari lagi dari kitab injil dari awal, barangkali aku temukan apa yang kuinginkan. Sungguh telah kutemukan dalam pencarianku nash berikut ini: "Ingatlah wali-wali sejak dulu, karena

Page 97: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

sesungguhnya Aku adalah Allah, sedang yang lainnya bukan tuhan dan tak ada yang menyerupaiku." (46: 9). Sungguh perkara yang menakjubkan saat aku berpegang teguh dengan Islam, aku mendapatkan dalam surat Al-Ikhlash firman Allah Taala, "Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung padaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." Ya, selama kalam itu adalah kalam Allah, maka tidak akan berbeda di manapun didapatkannya. Inilah pelajaran pertama pada agamaku masihiyyah yang dulu, dengan demikian "tiga dalam satu" tidak ada keberadaannya dalam jiwaku. Adapun pelajaran kedua dalam agama masihiyyah bahwa di sana ada yang disebut dengan warisan dosa atau kesalahan awal, maksudnya ialah bahwa dosa yang diperbuat Adam alaihis salam ketika memakan buah yang diharamkan dari pohon yang berada di surga, pasti seluruh anak manusia akan mewarisi dosa ini. Sekalipun janin yang berada dalam rahim ibu akan menanggung dosa ini dan akan lahir dalam keadaan berdosa. Apakah ini benar atau salah? Aku cari tentang kebenaran hal tersebut. Aku merujuk pada Perjanjian Lama, di tengah pencarianku, aku menemukan pada hizqiyal sebagai berikut, "Seorang anak tidak menanggung dari dosa seorang bapak. Seorang bapak tidak menanggung dari dosa seorang anak …" (hizqiyal: 18: 20-21). Barangkali yang cocok untuk kami sebutkan di sini apa yang dikatakan Al-Quranul Karim pada masalah ini, "Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain …" Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitroh, kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi atau menjadikannya Nashrani atau menjadikannya Majusi." Inilah dia kaidah dalam Islam dan menyepakatinya apa yang ada/datang dalam injil, lalu bagaimana bisa dikatakan bahwa kesalahan Adam akan berpindah dari satu generasi ke generasi lainnya, dan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan berdosa? Walhamdulillahi robbil alamin. (Bagian II - Habis) Aku melanjutkan pencarianku tentang beberapa hal yang berkaitan dengan keyakinan, pada suatu hari kuletakkan Injil dan Al-Quran di depanku, kutujukan pertanyaan pada Injil, "Apa yang engkau ketahui tentang Muhammad?" Jawabannya: tidak ada, karena nama Muhammad tidak terdapat dalam Injil. Kemudian kutujukan pertanyaan berikutnya pada Isa seperti Al-Quran telah bercerita tentangnya, "Wahai Isa ibnu Maryam, apa yang engkau ketahui tentang Muhammad?" Jawabannya: sungguh Al Quran telah menyebutkan perkara yang tidak ada keraguan sedikit pun bahwa seorang Rasul yang pasti akan datang setelahku namanya adalah Ahmad. Allah berfirman atas lisan Isa alaihis salam, "Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata: Hai bani Isroil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurot dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad), maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata." (QS Ash Shaff: 6). Lihatlah! Mana yang benar?! Di sana ada satu Injil, yakni Injil BARNABAS, berbeda dengan empat Injil yang telah kusebutkan sebelumnya, namun sayang para pemuka-pemuka agamanya (Nashrani) mengharamkan pengikutnya untuk mentelaahnya. Tahukah kenapa? Yang paling benar ialah karena inilah satu-satunya Injil yang memuat kabar gembira tentang Muhammad, di dalamnya terdapat beberapa

Page 98: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

tambahan dan penyimpangan yang sangat, seperti halnya tedapat pula kenyataan yang sesuai dengan apa yang ada dalam Al Quran Al Karim. Dalam Injil Barnabas (Ishaah: 163), "Waktu itu para murid bertanya kepada Al Masih: Wahai guru! Siapa yang akan datang sesudahmu? Al Masih menjawab dengan senang dan gembira: Muhammad utusan Allah pasti akan datang sesudahku bagaikan awan putih akan menaungi orang-orang yang beriman seluruhnya." Kemudian, kubaca lagi ayat lainnya dari Injil Barnabas yakni ucapannya pada (Ishaah: 72), "Waktu itu seorang murid bertanya kepada Al-Masih: Wahai guru! Saat Muhammad datang apa tanda-tandanya hingga kami mengenalnya? Al-Masih menjawab: Muhammad tidak akan datang pada masa kita, tetapi akan datang setelah seratus tahun kemudian ketika Injil diubah (direkayasa) dan orang-orang yang beriman kala itu jumlah mereka tidak sampai tiga puluh orang, maka ketika itu Allah subhanahu wa taala akan mengutus penutup para Nabi dan Rasul-rasul, yaitu Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam." Telah disebutkan berulang-ulang yang demikian itu dalam Injil Barnabas, aku telah menghitungnya dan kudapatkan sebanyak empat puluh lima ayat menyebutkan tentang Muhammad. Aku sebutkan dua ayat di atas di antaranya sebagai satu bukti. Setelah ini semua, aku berazzam untuk keluar dari gereja dan tidak akan pernah pergi lagi padanya, saat ini tidak ada di hadapanku, kecuali Islam. (Lihat kitab Uluwul Himmah, karya Muhammad Ahmad Ismail Al-Muqoddim). Para pembaca rahimakumullah demikianlah Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi semesta alam, menuntut kita selaku para pemeluknya untuk bersyukur. Allah berfirman, "Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu, dan Dia tidak meridhoi kekafiran bagi hamba-Nya, dan jika kamu bersyukur niscaya Dia meridhoi kesyukuranmu itu, dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan di (dada)mu." (QS Az Zumar: 7). Di sini ada beberapa hal yang perlu untuk kita perhatikan, wallahul haadi ila sabilir rosyad. Pertama: manusia itu satu umat, memeluk agama yang satu. Allah berfirman, "Manusia dahulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih, kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu." (QS Yunus: 19). Kedua: Islam adalah agama tauhid. Allah berfirman, "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka, barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam) maka katakanlah: Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, Apakah kamu (mau) masuk Islam? Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah) dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya." (QS Ali Imron: 18-20).

Page 99: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Ketiga: Aqidah tauhid adalah fitroh manusia. Allah berfirman, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). Atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu." (QS Al Araaf: 172-173). Keempat: Petunjuk Allah mutlak harus diikuti. Allah berfirman, "… Katakanlah sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu. Katakanlah sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunianya kepada siapa yang dikehendakinya. Dan Allah maha luas karunianya lagi maha mengetahui." (QS Ali Imron: 73). Kelima: Isa alaihis salam adalah Nabi dan Rasul Allah. Allah berfirman, "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan dengan (tiupan roh) dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, (Tuhan itu) tiga. Berhentilah (dari ucapan itu). Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak. Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya, cukuplah Allah sebagai pemelihara." (QS An Nisaa: 171).

Ditulis oleh Al Ustadz Abu Hamzah Al Atsari. (Diringkas dari kitab Uluwul Himmah). Diambil dari Buletin Al-Wala wal-Bara edisi ke-11 Tahun ke-1 / 28 Februari 2003 M / 26 Dzul Hijjah 1423 H Walhamdulillahi robbil alamin. www.suaramedia.com

Page 100: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 15

Orang-Orang Yang Merugi

Sesuatu itu dianggap berharga jika ia memiliki nilai yang besar pada manusia. Dan jika nilai tersebut hilang pada manusia, maka ia akan merasa sedih dan rugi. Semakin seseorang menganggap apa yang ia miliki tersebut berharga, maka semakin sedih dan rugi saat yang ia anggap berharga itu hilang darinya.

Memang sesuatu yang merugikan kita dalah sesuatu yang tidak mengenakkan. Bahkan bisa menjadikan kita sedih dan gundah gulana. Tidak sedikit diantara manusia yang imannya tipis harus berputus asa karena kerugian yang telah menimpanya.

Hari ini banyak orang yang merasa rugi saat harta yang ia miliki lepas darinya. Atau merasa gundah gulana dan sedih saat orang yang ia cintai hilang dari sisi mereka. Atau juga ada yang merasa benar-benar merugi saat jabatan yang ia usahakan dan diimpikan hilang darinya.

Al-Qur'an telah memberikan obat dari berbagai kerugian yang dialami seseorang. Lewat Al-Qur'an, Allah Ta'ala menjelaskan pada kita berbagai kerugian yang dialami manusia serta cara menjauhinya.

Sedangkan kerugian yang paling besar adalah saat kerugian tersebut menimpa agamanya. Saat seseorang terjerembab pada perbuatan dosa dan maksiat. Dan saat ibadah kepada Allah terasa hambar dan merasakan kelezatan sama sekali. Kerugian ini adalah kerugian yang paling buruk, karena baik dan buruk din seseorang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang dunia dan akhirat.

Jama'ah mentoring yang dimulyakan Allah Ta'ala

Diantara sebab kerugian seseorang pada kehidupan akhiratnya antara lain :

Pertama : Ta'at kepada syaitan. Ini adalah pangkal kerugian dan kebangrutan pada kehidupan seseorang. Allah Ta'ala berfirman,

يطان وليا من دون اهلل ف قد خسر خسرانا مبينا ومن ي تخذ الشBarangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. [ QS. An Nisa' : 119 ].

Imam As Sa'di berkata, Kerugian mana yang lebih besar dibandingkan orang yang rugi dinnya dan dunianya karena dibinasakan oleh kemaksiatannya dan kesalahan-kesalahannya? Kemudian ia mendapatkan kesengsaraan yang abadi dan hilanglah darinya kesenangan yang abadi. [ Tafsir as sa'di pada ayat tersebut ].

Setan selalu mengajak untuk mendustakan hari akhir, mengajak untuk mendustakan Al-Qur'an dan kebenaran. Setan juga mengajak manusia untuk bersenang-senang terhadap kehidupan dunia dan lalai terhadap akhirat. Tidak hanya itu, setan mengkader para

Page 101: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

walinya untuk menjadi penyeru-penyeru kebatilan dan para penolong musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.

Jika kita tanyakan kepada kaum muslimin apakah setan menjadi musuh kita atau teman kita? Pasti mereka menjawab setan adalah musuh kami. Tetapi kanapa mereka masih senang terhadap setan dan mengikuti langkah-langkahnya? Mungkin karena kebodohan mereka atau nafsu mereka yang lebih kuat untuk mengikuti setan.

Sebab yang kedua : Mengikuti teman yang buruk. Seseorang itu tidaklah jauh dari teman dekatnya. Jika ia memilih teman dekat yang baik, maka kebaikan akan menular pada dirinya. Sebaliknya, jika ia memilih teman dekat yang buruk, ia pasti akan tertular keburukannya. Allah Ta'ala berfirman,

م قد خلت وق يضنا لم ق رناء ف زي نوا لم ما ب ي أيديهم وما خلفهم وحق عليهم القول ف أم اإلنس إن هم كانوا خاسرين من ق بلهم من اجلن و

Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jin dan manusia, Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. [ QS. Fusshilat : 25 ].

Yang dimaksud dengan yang ada di hadapan ialah nafsu dan kelezatan di dunia yang sedang dicapai, sedang yang dimaksud dengan di belakang mereka ialah angan-angan dan cita-cita yang tidak dapat dicapai.

Sedangkan ta'at kepada orang-orang yang rugi adalah kerugian yang besar. Maka lihatlah, betapa banyak kaum muslimin hari ini yang mentaati orang-orang kafir dan munafikin. Padahal mereka yakin bahwa orang-orang kafir dan munafikin adalah orang-orang yang rugi. Allah Ta'ala telah memperingatkan kita semua dalam ayat-Nya ;

قلبوا خاسرين يا أي ها الذين آمنوا إن تطيعوا الذين كفروا ي ردوكم على أعقابكم ف ت ن Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. [ QS. Ali 'Imran : 149 ].

Maka tidak ada jalan lain jika kita ingin menjuhi kerugian untuk menjauhi teman-teman yang buruk dan bahkan memusuhi mereka jika mereka memusuhi Allah dan rasul-Nya sallallahu alaihi wasallam.

Sebab kerugian yang ketiga : Tersibukkan dengan harta dan juga anak sehingga lupa terhadap berbagai kewajiban yang harus ia tunaikan. Allah Ta'ala berfirman tentang hal ini dalam Al-Qur'an,

Page 102: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

ولئك يا أي ها الذين آمنوا ل ت لهكم أموالكم ول أولدكم عن ذكر اهلل ومن ي فعل ذلك فأ هم اخلاسرون

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka itulah orang-orang yang merugi. [ QS. Al Munafiqun : 9 ].

Pada ayat tersebut Allah Ta'ala memerintahkan hamba-hambanya yang beriman untuk memperbanyak mengingat-Nya. Karena hal tersebut adalah keberuntungan dan kemenangan serta kebaikan yang banyak. Ia juga melarang kita untuk tidak menyibukkan dengan harta dan anak sehingga melalaikan dari dzikrullah. Sedangkan mencintai harta dan anak adalah fitrah setiap orang, akan tetapi jika lebih mengutamakannya dibandingkan kecintaan pada Allah akan mengakibatkan kerugian yang besar. [Tafsir Ibnu katsir pada ayat tersebut ].

Memang harta dan anak adalah sesuatu yang indah. Tetapi janganlah kecintaan kepada keduanya melalaikan kita dari ibadah. Karena memang Allah menguji setiap hamba dengan harta dan anak tersebut. Bagi orang lulus dalam ujian tersebut Allah berikan balasan jannah, sedangkan yang tidak lulus bagi mereka kerugian yang besar.

Sebab kerugian yang ke empat : Meremehkan shalat wajib lima waktu. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadistnya ;

ل ما ياسب به العبد يوم القيامة من عمله صلته فإن صلحت ف قد أف لح وأنح وإن أن أو فسدت ف قد خاب وخسر

Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dengannya seorang hamba pada hari kiamat pada amalnya adalah shalatnya. Maka jika baik, ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika rusak maka ia telah gagal dan rugi. [ HR. An Nasa'I dan At Turmudzi ].

Diantara bentuk peremehan shalat adalah tidak melaksanakan pada waktunya. Ia tunda-tunda shalat hingga hampir selesai waktu shalat. Atau juga mereka yang tidak tuma'ninah dalam shalat mereka. Tidak meluruskan punggung mereka saat rukuk dan sujud. Shalat dengan cepat seperti ayam yang mencotok. Dan bentuk lain dari meremehkan shalat bagi seorang laki-laki adalah tidak melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama'ah di masjid.

Jama'ah mentoring yang dimulyakan Allah Ta'ala

Page 103: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Kita berlindung pada Allah dari kehinaan dan kerugian, dan kita memohon pada Allah keikhlasan dalam setiap ucapan dan amalan kita serta di kuatkan di atas kebenaran hingga ajal menjemput.

Jama'ah mentoring yang dimulyakan Allah Ta'ala

Bahwa para nabi 'alaihimus salaam takut untuk menjadi orang-orang yang merugi. Mereka juga menjauhkan keluarga dan ummat dari kerugian-kerugian ini. Mereka memperingatkan ummat untuk menjauhi sebab-sebab kerugian tersebut, serta mengajak pada jalan kemenangan dan keberuntungan.

Mereka mengetahui bahwa kerugian karena dosa yang dilakukan anak adam pada kehidupan mereka akan membawa pada murka Allah Ta'ala. Contohlah pada nabi Adam 'alaihis salam yang beristighfar karena takut akan mendapat kerugian disebabkan dosa yang beliau lakukan. Yaitu saat beliau memakan pohon khuldi, beliau berdo'a,

قال رب نا ظلمنا أن فسنا وإن ل ت غفر لنا وت رحنا لنكونن من اخلاسرين "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.” [ QS. Al 'Araf : 23 ].

Jika diri kita, keluarga dan juga masyarakat kita ingin mendapatkan ridho Allah, maka wajib bagi kita untuk meninggalkan berbagai hal yang menyebabkan kerugian tersebut. Tidak hanya itu, kita juga harus berusaha untuk selalu beristighfar dan bertaubat atas segala dosa yang telah kita perbuat.

Tidak lupa senantiasa memohon pada Allah Ta'ala untuk dikuatkan dalam keimanan dan hidayah. Karena memang Allah ciptakan manusia dalam keadaan dholuman jahula [sangat dholim dan bodoh], kecuali yang Allah beri petunjuk.

Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita, orang tua kita, dan keturunan kita diantara orang-orang yang beruntung. Dan semoga Allah Ta'ala menguatkan kita diatas kebenaran ini hingga ruh kita dipanggil. Amin ya robbal 'alaminnn. [ Amru ].

Page 104: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Materi 16

Tahkimus Syari’ah, Kewajiban yang Dibenci Munafik

Suatu hari dua orang mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam Konon, mereka sedang bersilang pendapat terhadap suatu perkara. Keduanya ingin Rasulullah saw memutuskan perselisihan antar keduanya. Akhirnya Rasulullah saw memutuskan kasus itu dimenangkan oleh salah seorang dari keduanya. Yang kalah tidak terima, “Saya tidak rela.” Katanya. “Terus, kamu mau apa..?” Yang satu balik bertanya. Yang kalah menjawab, “Kita ke Abu Bakar, meminta keputusan dari beliau.” Lalu keduanya bertolak ke Abu Bakar, yang memenangkan kasus berkata, “Kami sudah meminta keputusan dari Rasulullah saw dan beliau memenangkan aku.” Abu Bakar menjawab, “Kalian harus menerima keputusan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam” Yang kalah tidak terima, “Mari kita minta keputusan ke Umar bin Khattab.” Pintanya.

Keduanya pun bertolak ke rumah Umar. Sesampai di rumah Umar, disampaikan ke Umar keputusan Rasulullah saw dan Abu Bakar serta ketidakrelaan rivalnya terhadap keputusan tersebut. “Begitukah,” guman Umar, lalu beliau masuk ke dalam rumahnya, tidak lama kemudian, beliau keluar dengan membawa pedang yang terhunus. Lalu Umar memenggal kepala orang yang tidak ridho terhadap keputusan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam maka turunlah surat an-Nisa ayat 65 yang membenarkan tindakan Umar radhiallahu ‘anhu (Ibnu Katsier, 2/351-352)

Berhukum kepada hukum Allah, Syarat Sah Iman

Sekilas apa yang tercantum dalam kisah di atas sungguh biadab. Hanya tidak mau menerima hukum Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam seseorang bisa dipenggal. Sebenarnya permasalahannya tidak sesederhana itu, tetapi ini adalah perkara iman. Bukti ketundukan kepada hukum Allah subhanahu wa ta’ala dan bukti ketaatan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ر فإن ت نازعتم ف شيء ف ردوه إل الله والرسول إن كنتم ت ؤمنون بالله والي وم الخ ر ذلك خي

وأحسن تأويلا “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa’: 59)

Menafsirkan ayat ini, Syaik As-Sa’di rahimahullah berkata, “Mengembalikan semua perkara kepada hukum Allah dan RasulNya adalah syarat (sah) iman. Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang tidak mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Allah

Page 105: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

dan RasulNya, pada hakekatnya ia tidak beriman kepada Allah, tetapi beriman kepada thoghut” (Tafsir as-Sa’di, 1/183)

Saat menafsirkan surat at-Taubah ayat 31 syaikh As-Syanqithi rahimahullah berkata, “Dari ayat ini dapat dipahami dengan gamblang, tidak ada kesamaran bahwa siapa saja yang mengikuti syari’at setan dan mengutamakannya dari apa yang dibawa oleh Rasulullah saw, maka dia telah kafir kepada Allah dan menjadi abdi setan. Dia telah mengangkat setan sebagai rabbnya. Walau dia mengistilahkan ibadahnya kepada setan itu dengan nama lain.” (Adhwa’, 1/476)

Kedudukan berhukum kepada hukum Allah subhanahu wa ta’ala.

a. Dari Sisi Dien

Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan dalam banyak ayat, bahwa hak untuk menetapkan hukum dan aturan hanyak milik Allah semata. Tidak pernah diwakilkan kepada manusia. Dan seluruh manusia diwajibkan untuk berhukum kepada hukum Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah subhanahu wa ta’ala berfiman,

“Keputusan (hukum) itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak beribadah kepada selain Dia. Itulah din yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Yusuf: 40)

Ibnu Hazm al-Andalusi rahimahullah berkata, “Tidak ada perbedaan antara memperbolehkan perundang-undangan, seperti; mewajibkan, atau mengharamkan, atau membolehkan sesuati dengan akal, padahal tidak ada nash dari Allah dan rasulNya tentang itu, dengan membatalkan (mengingkari) aturan Allah yang disyari’atkan lewat lisan rasulNya dengan akal. Orang yang membedakan antar keduanya adalah berdusta. Keduanya sama-sama kafir.” (al-Ihkam, 6/31)

b. Dari sisi tauhid rububiyah

Di antara tuntutan tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam hukum dan tadbir (mengatur). Tauhid rububiyah tidak akan terealisasi dengan baik kecuali dengan mengesakan Allah dan mengakui hak Allah dalam mencipta, memerintah dan memiliki kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum yang tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Ingatlah, (hak) menciptakan dan memerintah hanyalah milik Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.”(al-A’raf: 54)

Oleh karena itu Allah subhanahu wa ta’ala menamakan orang yang mengikuti aturan selain yang diturunkan olehNya dengan orang-orang yang mengangkat arbab (rabb/tuhan) selain Allah subhanahu wa ta’ala (nawaqidh al-iman, hlm. 298).

Page 106: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

إل لي عبدوا إلاا اتذوا أحبارهم ورهبان هم أرباباا من دون الله والمسيح ابن مري وما أمروا ا يشركون ا ل إله إل هو سبحانه عم واحدا

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada rabb yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (at-Taubah: 31)

c. Dari sisi tauhid uluhiyah

Sebenarnya inti dari berhukum kepada hukum Allah subhanahu wa ta’ala adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam alitho’ah (ketaatan). Sedangkan ketaatan bagian dari tauhid uluhiyah, karena ia bagian dari ibadah, maka tidak boleh diperuntukan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala (Q.s Yusuf:40).

Dalam ayat lain Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan Dialah Allah, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah (hak menentukan) hukum dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan” (al-Qashos:70)

Di antara tuntutan bertauhid kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam uluhiyah adalah mengakui bahwa hak menghalalkan dan mengharamkan adalah hak Allah subhanahu wa ta’ala semata. Tidak boleh diklaim dan direbut oleh siapapun. Jika mengakui, selain Allah subhanahu wa ta’ala memiliki kewenangan untuk menghalalkan atau mengharamkan berarti ia telah berbuat syirik. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam surat at-Taubah ayat 31 di atas.

Memberikan hak ketaatan mutlak kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mentauhidkanNya dalam hukum dan ketundukan yang penuh kepada syari’atNya merupakan inti keislaman seseorang.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Kandungan Islam adalah ketundukan kepada Allah semata. Barangsiapa yang tunduk kepada Allah, juga tunduk kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, maka ia musyrik. Siapa yang tidak tunduk kepada Allah, berarti ia orang yang angkuh untuk beribadah kepadaNya. Orang musyrik dan angkuh kepadaNya, keduanya kafir.” (Majmu’ Fatawa, 3/91)

Syaikh asy-Syanqithi, “Mensyirikkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam berhukum dan mensyirikkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam beribadah, tidak ada bedanya sama sekali. Orang yang mengikuti aturan selain aturan Allah dan mengikuti undang-undang selain undang-undang Allah. Ia seperti penyembah arca dan berusujud kepada patung. Sama sekali tidak ada perbedaan antar keduanya. Status mereka sama; sama-sama musyrik.” (Adhwa’ul Bayan, 7/162)

d. Dari tauhid ittiba’

Page 107: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Maksudnya adalah merealisasikan pengakauan syahadat rasul (asyhadu anna muhammadan rasulullah), bahwa beliau adalah manusia yang wajib ditaati oleh seorang muslim. Tuntutan tauhid ittiba’ adalah menjadikan aturan rasulullah saw satu-satunya rujukan dalam berhukum, pasrah, tunduk dan menerima secara totalitas syari’at yang dibawa oleh beliau saw (Nawaqidh, hlm. 302).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman

دوا ف أن فسهم ن هم ث ل ي موك فيما شجر ب ي ا ما فل وربك ل ي ؤمنون حت يك حرجاا قضيت ويسلموا تسليما

“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (an-Nisa’:65)

Menafsirkan ayat ini Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah subhanahu wa ta’ala bersumpah dengan dzat dirinya yang suci nan pemurah, bahwa seseorang tidak beriman hingga menjadikan rasul saw sebagai pemutus perkara dalam seluruh perkara.” (Ibnu Katsir, 3/211)

Ibnu Qoyyim al-Jauziyah menjelaskan ayat ini, “Allah bersumpah dengan diriNya yang suci…bahwa makhluk (manusia dan jin) tidak dianggap beriman, hingga menjadikan rasulNya sebagai pemutus perkara yang mereka perselisihkan; ushul maupun furu’…bahkan berhukum saja belum cukup menjadikan mereka orang-orang beriman hingga mereka menerima keputusan itu dengan senang hati, tidak kecewa suka rela. Bahkan, mereka tidak beriman hingga mereka menerima hukum tadi dengan penuh kerelaan, tunduk dan pasrah terhadap keputusannya, serta tidak menggugatnya sama sekali.” (at-Tibyan, hlm. 270)

Jika rasulullah saw telah meninggal maka keputusan dan hukum harus dikembalikan kepada syari’at yang beliau bawa (Tafsir As-Sa’di, hlm. 183).

Munafik Berhukum Kepada Thoghut

Ada sebagian kelompok manusia yang mengklaim sebagai orang-orang beriman, mempermainkan Allah dalam masalah hukum. Mereka bukannya berhukum kepada hukum Allah tetapi justru berhukum kepada thoghut. Mereka ini adalah para munafikin.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (an-nisa’: 65)

Page 108: Hanbook Mentoring IMAM FTMD

Dalam tafsirnya, almanar, Muhammad Rasyid ridho berkata, “Ayat ini menegaskan bahwa siapapun yang menghalangi dan berpaling dari hukum Allah dan rasulNya dengan sengaja, apalagi setelah ia diingatkan dan dijelaskan tentang, maka sungguh ia orang munafik. Klaim keimanannya tidak dianggap. Pengakuan islamnya pun hanya sekedar klaim (dusta).” (Tafsir al-Manar, 5/227)

Maksud berhukum kepada thoghut dalam ayat ini adalah berhukum kepada selain syari’at Islam, yang diundangkan dan ditetapkan secara bathil. Bertentangan dengan syari’at Allah subhanahu wa ta’ala. Bisa berupa adat istiadat, budaya atau undang-undang negara.

Ibnu katsir rahimahullah, berkata, “Sungguh ayat ini –annisa’:65- mencela setiap orang yang berpaling dari (hukum yang ada dalam) kitab Allah dan Sunnah rasulullah saw, sebagai gantinya, ia berhukum kepada selain keduannya, yang bersumber dari sesuatu yang bathil. Inilah yang dimaksud dengan thoghut dalam ayat ini.” (Ibnu Katsir, 2/346)

Pemaparan para ulama diatas cukup gamblang; siapa saja yang berhukum kepada selain syari’at Islam maka ia berhukum kepada thoghut. Dan hukum thoghut adalah segala hukum yang menyelisihi syari’at Allah. Wallahu a’lam bish showab.* (Mas’ud)