Halogen as i
-
Upload
zakiatul-fitri -
Category
Documents
-
view
86 -
download
3
description
Transcript of Halogen as i
BAB IPENDAHULUAN
Halogenasi diambil dari kata halogen yaitu anggota golongan unsur
yang sangat aktif, terdiri dari fluorin, bromin, iodin, klorin, atau astatin, yang
mempunyai sifat kimia sama. Sedangkan halogenasi tersebut merupakan
prosesnya yaitu pemasukan halogen ke dalam senyawa organik, baik secara
penambahan (adisi) maupun secara penggantian (substitusi). Halogenasi
merupakan reaksi yang terjadi antara ikatan karbon-karbon rangkap (C=C) pada
senyawa-senyawa alkena seperti etena dengan unsur-unsur halogen seperti klorin,
bromin dan iodin.
Reaksi halogenasi sendiri telah banyak digunakan di industri-industri
organik maupun non-organik. Dalam makalah ini akan industri yang
menggunakan reaksi halogenasi yaitu industri plastik. Di dalam industri plastik
terdapat pembuatan PVC dimana bahan baku PVC yaitu terdiri dari monomer
vinil chlorida yang merupakan bahan baku utama nya dan di dalam pembuatan
monomer tersebut terdapat reaksi halogenasi di dalamnya seperti yang akan di
jelaskan pada makalah ini nantinya.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Halogenasi adalah penggantian satu atau lebih atom hidrogen dalam
sebuah senyawa organik dengan halogen (fluor, klor, brom atau iod). Halogenasi
adalah pemasukan halogen ke dalam senyawa organik, baik secara penambahan
(adisi) maupun secara penggantian (substitusi).
Halogenasi merupakan reaksi yang terjadi antara ikatan karbon-karbon
rangkap (C=C) pada senyawa-senyawa alkena seperti etena dengan unsur-unsur
halogen seperti klorin, bromin dan iodin.
Reaksi halogenasi adalah reaksi yang terjadi pengikatan satu atau lebih
atom halogen (F, Cl. Br, I) pada senyawa organik.
Halogenasi yaitu proses memasukkan 1 gugus halogen atau lebih. Cara
penggantian
gugus halogen ada beberapa cara, yaitu:
1. Mengganti H
Reaksi: RH + X2 RX + HX
C5H12 + Cl2 C5H11Cl + HCl
2. Addisi
Reaksi: RCH = CHR’ + X2 RCHX – CHXR’
CH3 – CH = CH2 + Br2 CH3 – CHBr – CH2Br
3. Mengganti suatu gugus (substitusi)
Reaksi: RCH2OH + HX RCH2X + H2O
Halogenasi terdapat dalam proses:
1. Pembuatan insektisida, misal DDT.
2. Pembuatan hasil akhir dengan hasil antaranya adalah halogen, misal C6H6Cl
dan C5H11Cl
3. Pembuatan obat-obatan (banyak digunakan bromide dan iodida) dan zat warna.
4. Sebagai bahan pendingin (Freon 12) dan bahan bakar roket (sebab F stabil dan
pada suhu tinggi cepat terbakar dengan panas yang tinggi).
2.2 Zat - zat pereaksi
Zat - zat pereaksi untuk halogenasi:
1. Cl2, Br2, I2 dan F2
I2 reaksinya lambat karena reaksinya adalah reaksi setimbang.
F2 reaksinya hebat sekali karena itu sangat berbahaya.
2. HX
Digunakan untuk mengganti gugus –OH
3. NaOX
Biasa dipakai untuk memperlambat reaksi. Bahan ini harganya mahal maka
hanya digunakan untuk keperluan tertentu saja.
4. Ca(OX)2, harganya lebih murah
Zat-zat yang dapat dihalogenasi :
1. Alkana secara substitusi, biasanya sebagai hasil antara untuk memperoleh
hasil akhir.
Reaksi: RH + Cl2 RCl + HCl
CH4 + Cl2 CH3Cl + CH2Cl2 + HCl
2. Olefin, secara addisi dan substitusi
Reaksi: RCH = CH2 + X2 RCHX – CH2X
RCH = CH2 + HX RCH2 – CH2X
3. Alkohol
Reaksi: ROH + HX RX + H2O
RCH2OH + X2 RCHXOH + HX
4. Aldehid, keton dan asam
Reaksi :
5. Halogenida
Reaksi :
6.
Senyawa aromatik, secara addisi atau substitusi
Reaksi :
7. Senyawa aromatik yang mempunyai rantai cabang
Halogenasi bisa terhadap inti dan bisa terhadap cabang.
a. Substitusi pada inti, secara katalitik
Reaksi:
b. Substitusi pada cabang, secara termal dan foto reaksi
Reaksi :
Adisi sukar terjadi sebab inti lebih sukar diserang halogen.
8. Naphtalin, secara addisi akan diperoleh octachlor naphtalen
Reaksi:
9. Karbon disulfida
Reaksi: CS2 + 3Cl2 CCl4 + S2Cl2
10. Antroquinon
Reaksi:
2.3 KINETIKA DAN MEKANISME REAKSI
Kecepatan reaksi dinyatakan oleh besarnya tenaga aktivasi yang biasa dinyatakan
sebagai berikut:
dengan:
k = konstanta kecepatan reaksi
E = tenaga aktivasi
A = tetapan = konstanta tumbukan
Makin kecil harga E maka reaksi akan makin cepat. Harga E ini merupakan fungsi
yang kompleks dari tenaga pemecahan ikatan dan tenaga pembentukan dalam
reaksi. Sehingga untuk kebanyakan reaksi harga E diperoleh secara eksperimental.
Pada umumnya reaksi halogenasi adalah reaksi berantai. Ada tiga bentuk
mekanisme reaksi yaitu:
1. CH4 + X2 CH3X + HX q1 kalori
Reaksi ini berjalan cepat karena reaksinya berantai dan berjalan secara termis
dan yang bereaksi adalah radikal bebas.
2. a. ½ X2 X q2 kalori
b. CH3 : H + X H3C + HX
c. H3C + X2 CH3X + X
Radikal bebas X akan menarik elektron lagi dari CH4, terjadi radikal bebas
CH3, yang bereaksi lagi dengan X2, terbentuk radikal bebas X dan
seterusnya, terjadi reaksi berantai.
3. a. ½ X2 X q3 kalori
b. CH3 : H + X CH3X + H
c. H + X2 HX + X
Dari ketiga reaksi 1, 2 dan 3, reaksi yang paling cepat akan mengalahkan yang
lainnya. Dari persamaan k = A. e-E/RT; untuk E positif maka reaksi yang paling
cepat adalah
yang memerlukan tenaga aktivasi paling kecil.
Melihat dari panas reaksinya, misalkan nilai q2<q3<q1, maka bila kita
memberikan
panas q1 kalori, tetapi baru sampai q2 kalori sudah terjadi reaksi yaitu reaksi 2
dan
sudah selesai reaksinya.
Untuk menentukan harga E:
1. Dari persamaan konstanta kecepatan reaksi:
Buat grafik ln k dengan 1/T akan diperoleh garis lurus dengan koefisien tangen
arah sebesar –E/R, sehingga harga E dapat dihitung. Tetapi pada beberapa reaksi
harga k sukar menentukannya.
2. Menggunakan mekanika kuantum, sukar dilakukan dalam praktek.
3. Dengan bantuan tenaga ikatan.
Dianggap bahwa radikal bebas aktif sekali sehingga tidak memerlukan
tenaga ikat, harga E = 0 . Juga kalau reaksinya eksotermis E = 0, sedang kalau
reaksinya endotermis, harga E = H. Untuk tenaga ikat diperlukan data.
Misal reaksi antara CH4 dengan Cl2 dalam fase gas, homogen, katalisator Fe.
Ada beberapa kemungkinan mekanisme reaksi:
a. CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl
Untuk menghitung tenaga aktivasi atau panas reaksi dari percobaan
laboratorium.
b. 1) ½ Cl : Cl Cl
Cl reaktif sekali, Cl ini akan menyerang apa saja.
Pecahnya ikatan Cl : Cl tenaga dibutuhkan = ½ (57,8) =
28,9 Kkal
2) CH4 + Cl CH3 + HCl
Pecahnya ikatan C – H, tenaga dibutuhkan = 87,7 Kkal
Timbulnya ikatan H – Cl, tenaga keluar = -102,9 Kkal
Ada selisih tenaga keluar = -15,2 Kkal
3) CH3 + Cl2 CH3X + Cl
Pecahnya ikatan Cl – Cl, tenaga yang dibutuhkan = 57,8 Kkal
Timbulnya ikatan C – Cl, tenaga yang dikeluarkan = -66,6 Kkal
Ada selisih tenaga keluar = -8,8 Kkal
c. 1) ½ Cl : Cl Cl
Pecahnya ikatan Cl : Cl, tenaga yang dibutuhkan = 28,9 Kkal
2) CH4 + Cl CH3Cl + H
Pecahnya ikatan C – H, tenaga dibutuhkan = 87,7 Kkal
Timbulnya ikatan C – Cl, tenaga keluar = -66,6 Kkal
Ada selisih tenaga yang dibutuhkan = 21,1 Kkal
3) H + Cl : Cl HCl + Cl
Pecahnya ikatan C – Cl, tenaga dibutuhkan = 57,8 Kkal
Timbulnya ikatan H – Cl, tenaga dikeluarkan = -102,9 Kkal
Ada selisih tenaga yang dikeluarkan = -45,1 Kkal
Mekanisme bagian c membutuhkan tenaga aktivasi 28,9 + 21,1 = 50 Kkal,
sedangkan mekanisme bagian b hanya membutuhkan tenaga 28,9 Kkal. Oleh
karena itu mekanisme yang dipilih untuk reaksi tersebut adalah mekanisme bagian
b (yang mempunyai tenaga aktivasi terkecil).
Panas reaksi pada mekanisme bagian b adalah:
= 87,7 – 102,9 + 57,8 – 66,6 = -24 Kkal
Adanya peroksida akan mempermudah reaksi karena tak memerlukan tenaga yang
besar untuk membentuk radikal bebas. Peroksida berfungsi sebagai katalisator
yang
membantu pembentukan radikal bebas.
ROOR RO + OR, reaktif sekali.
Untuk Iodium karena reaksinya lambat, kemungkinan reaksinya mengikuti
mekanisme bagian a. Mekanisme bagian b tenaga aktivasinya lebih kecil daripada
yang bagian c.
Untuk F : E2 = E3
Cl : E2 < E3
Br : E2 < E3
I : E2 < E3
tetapi untuk I kemungkinan reaksinya mengikuti mekanisme bagian a.
Halogenasi ini reaksinya cepat karena berjalan dengan radikal bebas sehingga
akan timbul panas besar. Kalau tidak disiapkan dengan baik maka timbunan
panasnya akan banyak sekali dan bisa timbul bahaya peledakan. Jadi pada reaksi
halogenasi harus ditambah katalisator negatif yang akan memperlambat jalannya
reaksi. Atau ditambah bahan lain, misalnya O2, yang akan memperlambat reaksi
karena dapat bereaksi dengan radikal bebas membentuk oksida atau alkohol,
sehingga radikal bebasnya habis dan untuk berjalannya reaksi lagi harus dari
permulaan lagi. Bisa juga dengan penambahan Na dan K (yang mungkin akan
mempercepat atau memperlambat) tergantung kepada zat yang akan bereaksi.
Misal:
X- di sini tidak bereaksi dengan alkana, maka kecepatan reaksi diperkecil.
Atau dengan penambahan benzil oksida.
Maka reaksi dipercepat.
Bukti-bukti bahwa halogenasi adalah reaksi berantai:
1. Dengan penambahan O2 reaksi menjadi lambat.
2. Dengan penambahan Na dan K.
3. Dengan penambahan benzil oksida.
Reaksi substitusi terhadap ikatan rangkap
Kemungkinan mekanisme reaksi sebagai berikut:
a. CH2 = CH2 + X : X CH2 = CHX + HX
Termasuk reaksi bimolekuler.
Dilihat apakah bisa bereaksi secara radikal bebas untuk X = Cl.
b. ½ Cl2 Cl Dibutuhkan
28,9 Kkal
CH2 = CH2 + Cl CH2 = CH + HCl
Dikeluarkan
-15,2 Kkal
Pecahnya ikatan C – H
87,7 Kkal
Terbentuknya H – Cl -
102,9 Kkal
CH2 = CH + Cl2 CH2 = CHCl + Cl
Dikeluarkan
-8,8 Kkal
Pecahnya ikatan Cl – Cl
57,8 Kkal
Terbentuknya C – Cl
-66,6 Kkal
c. ½ Cl2 Cl Dibutuhkan
28,9 Kkal
CH2 = CH2 + Cl CH2 = CHCl + H
Dibutuhkan
21,1 Kkal
Pecahnya ikatan C – H
87,7 Kkal
Terbentuknya ikatan C – Cl
-66,6 Kkal
H + Cl2 HCl + Cl
Dikeluarkan
-45,1 Kkal
Pecahnya ikatan Cl – Cl
57,8 Kkal
Terbentuknya ikatan H – Cl-
102, 9 Kkal
Mekanisme bagian b membutuhkan tenaga aktivasi lebih kecil = 28,9
Kkal.
Mekanisme bagian c membutuhkan tenaga aktivasi 28,9 + 21,1 = 50 Kkal.
Mekanisme yang terjadi adalah mekanisme bagian b.
Reaksi addisi terhadap ikatan rangkap
Kemungkinan mekanisme reaksi sebagai berikut:
a. CH2 = CH2 + Cl2 CH2Cl – CH2Cl
Termasuk reaksi bimolekuler. Timbul panas dari reaksinya tetapi
memerlukan panas/tenaga aktivasi. Kemungkinan reaksi ini adalah
reaksi
berantai.
b. ½ Cl2 Cl Dibutuhkan
28,9 Kkal
Cl + CH2 = CH2 CH2Cl – CH2
Dikeluarkan tenaga -27
Kkal
Pecahnya ikatan rangkap C = C
95,8 Kkal
Timbulnya ikatan C – C -
56,2 Kkal
Timbulnya ikatan C – Cl -
66,6 Kkal
CH2Cl – CH2 + Cl : Cl CH2Cl – CH2Cl + Cl
Dikeluarkan tenaga -8,8
Kkal
Pecahnya ikatan Cl – Cl
57,8 Kkal
Timbulnya ikatan C – Cl -
66,6 Kkal
Tenaga aktivasi dibutuhkan = 28,9 Kkal.
Panas reaksi = 27 – 8,8 = -35,8 Kkal.
Ternyata reaksi adisi ikatan rangkap lebih mudah daripada reaksi substitusi,
karena
panas reaksi untuk reaksi adisi lebih besar. Kerman menghitung tenaga aktivasi
untuk substitusi halogenasi etilin menggunakan mekanika kuantum (dengan
satuan
Kkal).
Reaksi Cl Br I
Bimolekuler 43,4 46,0 51,2
Rantai 45,0 47,0 54,0
Reaksi adisi pada Br2 dan I2 lebih mudah daripada Cl2. Reaksi adisi memerlukan
tenaga aktivasi yang lebih kecil daripada reaksi substitusi. Jadi reaksi adisi lebih
mudah daripada reaksi substitusi.
Pada reaksi adisi:
Untuk Brom dan Iodium, reaksi rantai lebih mungkin terjadi daripada reaksi
bimolekuler. Sedang untuk khlor, mungkin terjadi reaksi rantai, mungkin reaksi
bimolekuler, mungkin juga reaksi tidak berjalan.
Jadi pada suhu rendah terjadi reaksi adisi sedang pada suhu tinggi terjadi reaksi
substitusi, tetapi juga tergantung pada bahannya.
Jadi halogenasi pada suhu rendah:
- Untuk alkana reaksinya substitusi.
- Untuk olefin reaksinya adisi.
Jika halogenasi pada suhu tinggi:
- Untuk alkana reaksinya substitusi.
- Untuk olefin reaksinya substitusi.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada halogenasi lebih mungkin reaksinya
reaksi rantai sebab terjadi radikal bebas.
Dehidrohalogenasi, terjadi reaksi secara radikal bebas.
CH2X – CH2X CH2 = CHX + HX
Reaksinya endotermis, jadi perlu panas.
Terjadinya juga secara radikal bebas dan berantai sebagai berikut:
½ X2 X , X2 hanya ditambahkan sedikit sebagai katalisator.
CH2X – CH2X + X HX + CH2X - CHX
CH2X - CHX CH2 = CHX + X
Inilah mekanisme reaksi rantai dehidrohalogenasi dengan katalisator (penambahan
halogen sedikit).
Mekanisme halogenasi benzena
Bisa secara radikal bebas dan bisa secara ion.
Secara Radikal Bebas:½ X2 X
Radikal bebas Xakan menyerang benzena asli, sampai habis dan bila
benzena
sudah habis dan radikal bebas Xmasih ada, baru akan menyerang
kepada
benzena yang sudah terhalogenasi.
Jika masih ada lagi halogen yang dapat menjadi benzen yang sudah terhalogenasi,
dan akhirnya akan terjadi benzena hexahalogenasi. Untuk memecah halogen
menjadi radikal bebas, bisa dipakai katalisator (misal peroksida), juga panas (suhu
yang tinggi), tetapi karena benzena pada suhu tinggi rusak, maka tidak dapat
dipakai suhu tinggi. Dapat dipakai sinar tertentu dengan panjang gelombang
tertentu, sehingga dinamakan foto halogenasi.
Secara Ionik:
Mekanismenya mirip dengan nitrasi tetapi disini diinginkan ion halogen. Disini
diperlukan senyawa yang mempunyai unsur dimana bisa menampung lebih dari 8
elektron pada kulit terluarnya. Unsur-unsur tersebut adalah logam-logam pada
kolom III pada sistem periodik.
X2 + AlX3 X+ + AlX4
X+ ini sangat reaktif dan sangat memerlukan elektron, jadi akan mencari
tempattempat
yang banyak elektronnya supaya menjadi stabil.
Jika halogennya masih banyak H+ + X2 HX + X+ H+ disini akan menyerang
lagi gugus-gugus lain, menuju pada tempat-tempat yang rapat elektronnya
terbesar.
Mudah masuk ke orto dan
para tetapi dengan adanya
mesomeri maka lebih
mudah masuk ke posisi para.
Untuk benzena yang sudah tersubstitusi, misalnya:
Gugus CH3 - mempermudah masuknya gugus yang baru dan masuk pada letak
orto
dan para.
Untuk:
Sukar untuk masuknya gugus baru dan kalaupun bisa akan masuk ke posisi meta.
Halogenasi toluen, secara radikal bebas.
½ X2 X
Dijalankan pada suhu yang tinggi (adisi lebih sulit terjadi), maka cabangnya yang
diserang.
Jika suhunya rendah maka kemungkinan masuknya halogen pada inti dan
masuknya pada posisi di mana rapat elektronnya besar yang dipengaruhi oleh
substituen mula-mula.
Untuk:
Untuk alkohol:
CH3CH2OH + X : X CH2XCH2OH + HX
Radikal bebas sukar didapat. Kalau reaksinya dilakukan pada suhu tinggi bisa
terjadi radikal bebas, tetapi alkoholnya rusak. Dengan foto/sinar mungkin bisa,
tetapi jarang dilakukan.
Jika halogenasi alkohol diteruskan dan kemudian dihidrolisa akan didapatkan:
Jika terhadap alkohol ini digunakan asam halogenida maka akan terjadi:
CH3CH2OH + HX CH3CH2X + H2O
Tetapi ini tidak dilakukan sebab alkohol harganya mahal dan asam juga mahal,
lebih baik digunakan alkana sampai menjadi alkil halida.
Dalam reaksi rantai, salah satu sumber tenaga aktivasi khlorin sudah digunakan,
kecepatan reaksi gas khlor dengan uap hidrokarbon parafin sama dengan fungsi
komposisi molar campuran. Dalam batas tertentu reaksi ini akan menjadi begitu
cepat sehingga campuran akan terjadi karena hamburan kebocoran panas dan
masih dalam dekat batas-batas kecepatan nyala api akan naik ke daerah kecepatan
peledakan. Karena radikal bebas reaksinya cepat dan eksotermis sehingga
reaksinya harus diawasi. Beberapa cara pencegahan antara lain:
1. Panas yang timbul harus diserap sebaik-baiknya, misal dengan
penambahan
zat yang langsung bersentuhan, sehingga terjadi penyerapan panas
langsung.
2. Membatasi kesempurnaan reaksi RH.
3. Memilih zat pereaksi yang tidak terlalu aktif.
4. Waktu reaksi dibatasi.
Keterangan:
1. Panas diambil langsung dari reaktornya denan penambahan zat penyerap.
a. Salah satu pereaksi berlebihan. Karena hidrokarbon relatif lebih murah
maka hidrokarbonnya yang berlebihan.
Biasanya HC : X2 = 15 : 1
Kelebihan panas dapat diserap oleh kelebihan hidrokarbonnya.
Kalau pada reaksi:
1 gmol X2 + 1 gmol RH 1 gmol RX + 1 gmol HX + Q
Disini Q hanya diserap oleh 1 gmol RX + 1 gmol HX sehingga
kelebihan
panas masih cukup besar.
Kalau reaksinya:
1 gmol X2 + 15 gmol RH 1 gmol RX + 1 gmol HX + 14 gmol RH + Q
Disini Q diserap oleh 1 gmol RX, 1 gmol HX dan oleh 14 gmol RH sisa,
sehingga kelebihan panas jadi kecil.
Grafik Efek Perbandingan Mol Pada Kecepatan Reaksi Khlor dan Propana
Kalau dipakai harga harga halogen mahal dan kalau terjadi
kebocoran berbahaya dan kelebihan X2 mengganggu dan juga ada
kemungkinan didapatkan hasil lain, yaitu Polihalogenida.
b. Dengan penambahan gas inert misalnya NO2, CO2, H2O, tetapi karena gas
inert ini mahal harganya, maka proses ini jarang/tidak dilakukan.
2. Berhubungan dengan keterangan 1.
3. Biasanya pada fluorinasi.
a. RH dibuat besar, ditambah inert, tetapi masih reaktif. Biasanya F2 dan
inert
ditambah, maka keaktifan dikurangi.
b. Menggunakan senyawa gabungan, misalnya FeF3, CoF3. Tetapi harga
senyawa ini mahal.
c. RH + Pelarut + F2
Harus dipilih pelarut yang benar-benar stabil sebab F2 ini sangat reaktif,
sehingga kalau salah memilih maka kemungkinan zat pelarutnya akan juga
diserang.
Untuk gugus alkil primer, sekunder dan tertier; gugus alkil primer yang
lebih
mudah diserang. Untuk suhu yang tinggi substitusi lebih mudah.
4. Waktu reaksi kecil dan waktu tinggal reaksi dalam reaktor kecil, hasil reaksi
cepat didinginkan, sehingga reaksi tidak sempurna.
Dalam foto halogenasi diperlukan cahaya dengan panjang gelombang tertentu,
biasa dipakai lampu Cl sebagai sumber sinar. Dalam reaksi ini akan timbul HX
maka
bahan reaktor harus tahan korosi.
Reaktor:
1. Bahannya harus tahan korosi.
2. Harus tahan suhu tinggi.
Untuk 1 dan 2 bisa dipilih dari bahan keramik.
3. Panas yang ada harus lebih mudah dikeluarkan artinya daya hantar
panas
harus baik.
Untuk syarat no.3 keramik tidak baik sama sekali, selain itu keramik
tidak
tahan tekanan, maka keramik tidak dapat digunakan. Agar perpindahan
panas yang lebih baik, maka diberi kasa layer dari bahan yang tahan
korosi
tetapi harganya mahal.
Reaktor Alir : berbentuk pipa, kolom dan tangki berikut pipa-pipanya
Reaktor Batch : tangki
Katalisator yang digunakan biasanya garam logam dari halogen dengan valensi
2 dan 3, misal AlX3 dan FeX3.
2.4. TERMODINAMIKA
RH + X2 RX + HX
Ditinjau dari panas reaksi yang menyertai maka untuk substitusi, reaksi yang
bersifat eksotermik adalah flourinasi, chlorinasi, brominasi sedangkan iodinasi
adalah endotermik, sebab ikatan antara F – F sangat kuat dan terbentuknya
senyawa baru juga diikuti panas yang tinggi.
2Fo + oHR HF + RF
Ikatan kuat
Sedangkan Iodium jari-jari atomnya besar, jadi ikatan antara I – I lemah.
Menyempurnakan reaksi:
1. Untuk F2, Cl2 dan Br2 reaksi sudah sempurna jadi tidak perlu
disempurnakan, bahkan perlu dibatasi.
2. Untuk I2, reaksi setimbang oleh karenanya perlu diusahakan ke kanan,
yaitu dengan mengikat HI yang terbentuk atau
mengoksidasinya.
I : I + RH RI + HI
HI + NaOH NaI + H2O
Dioksidasi
HI + HNO3 I2 + NO + H2O
Cara oksidasi lebih efisien karena I2 yang timbul dapat dipakai lagi. Untuk
reaksi adisi semua eksotermis. Kesetimbangan terletak di kanan pada semua suhu,
yaitu untuk Cl2 sampai 1000oC untuk I2 sampai suhu 50oC, Br2 sampai suhu
700oC.
Dehidrohalogenasi:
Untuk reaksi ini semuanya endotermik, misalnya:
C2H2Cl C2H4 + HCl -16,2 kcal/gmol halogenasi
C2H5I C2H4 + HI -14,0 kcal/gmol halogenasi
F. Aplikasi Halogenasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
Halogen beranggotakan fluor, klor, brom, iod, dan astatin. Masing-masing
unsur tersebut mempunyai manfaat yang besar. Penggunaan halogen dalam
kehidupan sehari-hari dapat dilihat berikut ini:
Penggunaan fluor
Fluor ditemukan oleh Karl Scheele pada tahun 1771. Fluor berasal
dari kata "flow" (aliran). Fluor berbentuk gas pada suhu kamar. Sifatnya
sangat beracun. Ada banyak kegunaan dari fluor seperti untuk membuat
pendingin dan deterjen. Fluor juga digunakan terutama untuk
memproduksi uranium heksafluroida dan juga digunakan untuk membuat
senyawa fluor lainnya.
Sebelumnya, fluor digunakan untuk memproduksi CFC yang
digunakan dalam semprotan aerosol, pembersih dan polimer. Namun
senyawa ini dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon. Kegunaan fluor
yang lain adalah untuk bahan bakar roket. Ion fluorida digunakan dalam
pasta gigi karena dapat mencegah gigi berlubang. Di beberapa negara,
fluor ditambahkan ke pasokan air kota untuk mengurangi pembusukan
gigi. Senyawa terfluorinasi dapat digunakan untuk membuat plastik dan
juga untuk etsa kaca. Senyawa terfluorinasi tidak hanya digunakan untuk
mengetsa dekoratif tetapi juga untuk menandai bola kaca tipis untuk
diukir.
Penggunaan klor
Klorin pertama kali ditemukan oleh seorang ahli kimia Swedia
bernama Wilhelm Scheele pada tahun 1774. Klor berbentuk gas pada suhu
kamar, memiliki bau tajam dan berwarna hijau kekuningan. Penggunaan
yang paling penting dari klorin adalah sebagai pemutih kertas dan kain.
Klorin adalah salah satu bahan kimia yang paling sering diproduksi di
Amerika Serikat. Penggunaan yang paling umum dari klorin adalah dalam
air minum dan kolam renang karena dapat membunuh bakteri berbahaya.
Penggunaan klorin meliputi produksi produk sehari-hari seperti
insektisida, pelarut, pewarna makanan, plastik, pewarna, tekstil, produk
minyak bumi,
produk kertas dll.
Penggunaan brom
Brom ditemukan pada tahun 1826 oleh ilmuwan Prancis bernama
Antoine J. Balard dan dari Jerman bernama Carl J. Lowig. Brom adalah
cairan berwarna kemerahan yang memiliki bau yang kuat. Brom berbentuk
cair pada suhu kamar dan menghasilkan uap bebas. Brom memiliki
afinitas terhadap hidrogen, yang membuatnya menjadi dekomposer yang
baik. Brom juga digunakan untuk mensterilkan air karena dapat
membunuh bakteri. Bentuk anorganik brom digunakan dalam film
fotografi. Selain itu, bromin juga digunakan dalam fumigants, pemadam
api, pewarna dan obat-obatan.
Penggunaan iod
Iod merupakan unsur yang sangat penting dan memiliki banyak
kegunaan. Senyawa-senyawa iod pada dasarnya digunakan dalam
pengobatan, fotografi dan pewarna. Iod juga dapat untuk mengidentifikasi
amilum. Penggunaan lain yang sangat penting dari yodium adalah karena
bersifat cukup radioopaque, sehingga dapat digunakan sebagai pengontras
X-ray dan untuk injeksi intravena. Selain itu yodium membentuk banyak
senyawa seperti kalium iodida dan sebagai natrium iodida yang
berguna dalam reaksi Finklestein.
Penggunaan astatin
Astatin berasal dari bahasa Yunani "astatos" yang berarti tidak
stabil. Astatin ditemukan di University of California pada tahun 1940.
Astatin berupa padatan pada suhu kamar. Salah satu karakteristik khusus
dari astatin adalah tidak ditemukan di alam sama sekali! Astatin dihasilkan
oleh bombardir bismut dengan partikel alpha. Pemanfaatan astatin belum
ditemukan.
E. CONTOH HALOGENASI DALAM INDUSTRI
1. Reaksi C5H12 + Cl2 Dalam Fase Gas
C5H12 + Cl2 dalam fase gas dimasukkan dalam suatu reaktor bentuk pipa
yang dibelok-belokan. C5H12 yang dipakai bisa normal atau iso. C5H12 : Cl2 = 15 :
1
Kecepatan aliran gas-gas itu dalam reaktor bisa mencapai 90 km/jam. Tidak
diperlukan katalisator sebab reaksinya secara radikal bebas. Suhu reaksi 250 oC –
300 oC. C5H12 semula berupa zat cair, mengandung air sedikit. Dari bahan-bahan
ini dapat dibuat monokhlor pentana dan amil alkohol. Kemungkinan juga terjadi
5% C5H10Cl2, walau sudah dipakai perbandingan 15 : 1. Ada juga yang tidak
bereaksi tetap sebagai C5H12. Air yang ada tidak boleh masuk. Kita harus
mempunyai alat penguap dan alat pemisah hasil (dengan mengetahui sifat-sifat
dari bahan dan hasilnya). Panas reaksi yang timbul besar dan reaksi berjalan
cepat, maka pengawasan suhu harus ketat. Dinding reaktor terbuat dari bahan
yang mudah dilewati panas. C5H12 dijenuhkan dengan HCl. Bila dalam C5H12
terkandung air dan dapat dipisahkan.
Kelebihan C5H12 berguna untuk menghilangkan panas agar tidak terjadi
peledakkan dan agar tidak terbentuk polihalogenasi.mHidrokarbon dipompa pada
tekanan 75 psig melalui pemanas dan diuapkan pada 85oC. Uap ini dilewatkan
ventury throat dipertemukan dengan uap Cl2 yang masuk pada 50oC dan tekanan
60 psi. Pada daerah ini kecepatan uap pentana 60 mph lebih dengan perbandingan
HC dan Cl2 kira-kira 15 : 1. Pada kondisi ini campuran Cl2 dan dan HC akan
terbaik pada suhu rendah dan dengan tidak adanya bahan pengaktif, tidak akan
terjadi pembakaran dan kecepatan campuran pada reaksi rendah yang
menyebabkan aliran reaksi tidak akan mengalir kembali dari reaktor ke alat
pencampur. Rectifier akan me-reflux pentana dan khlor pentana dari
dephlegmator. Menurut Hass, khlorinasi pentana menghasilkan semua
kemungkinan isomer dan jika reaksi dijalankan sekitar suhu 300 oC, didapat
perbandingan hasil sebagai berikut:
Dari n-pentana : 24% primer dan 76% sekunder.
Dari iso-pentana : 50% primer, 28% sekunder dan 22% tertier.
2. Pembuatan DDT (1,1,1 – trikhloro – 2,2 – bis p – khlorophenil etan)
DDT sudah lama dikenal sebagai insektisida organik yang sudah
dikembangkan puluhan tahun terakhir ini karena biaya produksinya rendah. DDT
dihasilkan jika khloral atau khloral hidrat direaksikan dengan monokhlorbenzen
menggunakan katalisator asam sulfat.
Secara teoritis, kemungkinan terjadi isomer-isomer cukup banyak dan hasilnya
bias diperoleh dengan pemekatan. Para, isomer para atau p,p’ – DDT, melebur
pada 108,5 oC – 109 oC dan terkandung dalam hasil kira-kira 70-75%. Sedang
p,p’-DDT yang melebur pada 74-74,5 oC terdapat kira-kira 19-21%. Berdasar
sifat-sifat insektisida standard, p,p’-DDT yang lebih aktif.
Khloral dan monokhlorbenzen dipadatkan dengan adanya asam sulfat
berasap pada kira-kira 20 oC. Air yang terjadi dari reaksi diambil oleh asam, yang
dipisahkan dari reaksi, lalu dikeluarkan. Kelebihan monokhlorbenzen digunakan
untuk melarutkan DDT begitu terbentuk. Lapisan solven dicuci air dan
dikeringkan untuk memungut monokhlorbenzen dan untuk mendapatkan DDT
yang lunak, lalu didinginkan dan diturunkan.
Salah satu masalah dalam pendinginan dan penghalusan DDT adalah
berdasarkan pada fase transisi kristal, kira-kira pada 65 oC dan mempunyai
kecenderungan menjadi sangat dingin sampai menjadi bubur yang agak stabil.
Cara terbaik bubur DT dikristalkan pada 65-75 oC diikuti penurunan suhu sampai
suhu kamar.
3. Pembuatan Monokhlorbenzen (MCB)
Khlorinasi benzen umumnya dilakukan dalam tangki-tangki yang sempit
dan tinggi,dilengkapi jaket pendingin atau pendingin permukaan. Alat-alat ini
juga dilengkapi dengan kondensor refluk dan sirkulasi luar yang melalui
pendingin. Cl2 dimasukkan melalui pipa distributorn (dari besi) di dekat dasar
reaktornya. Benzen tak berair masuk ke khlorinator ditambah sejumlah kecil
FeCl3 anhidrid (0,1-0,5%). Cl2 masuk dengan digelembungkan, kecepatan umpan
dikontrol untuk mempertahankan suhu. Dengan sirkulasi luar, khlorinasi benzen
dipertahankan pada 55-60 oC. Jika sampel menunjukkan densitas yang
dibutuhkan, aliran Cl2 dihentikan. Jika semua benzen dikhlorinasi, operasi
dihentikan jika densitas mencapai 1,28 pada suhu 15 oC. Waktu yang dibutuhkan
kira-kira 6 jam. Ada industri yang mengontrol suhunya pada 25-40 oC dan
densitas hasil pada 1,06-1,1 untuk membatasi jumlah
benzenpolikhlor. HCl yang keluar lewat vent dalam dephlegmator atau sistem
pemadatan dicuci dengan khloro atau o-dikhlorobenzen untuk mengambil
berbagai kabut-kabut senyawa organik.
Benzen yang sudah dikhlorinasi dimasukkan ke dalam netralisator
berbentuk tangki baja vertikal yang berjaket dilengkapi dengan refluk dan vent.
Larutan kaustik soda ditambahkan sampai memberikan reaksi alkalis. Pada
netralisator dilengkapi pengaduk propeller atau turbin dari bahan tahan karat.
Aliran dipertahankan tetap hangat oleh jaket uap air selama pengolahan
netralisasi. Jika tes kedua memperlihatkan reaksi alkalis yang lemah, benzen yang
dikhlorinasi dipindahkan ke dalam tangki pengendap dan dibiarkan selama
beberapa jam. Endapan yang keluar dari dasar, kaya dengan dikhlorobenzen.
Bagian yang atas dipompa ke tangki penyimpan yang dipanasi untuk mencegah
terjadinya kristalisasi.
Sistem pemurnian berbentuk kolom horizontal yang dilengkapi dengan
dephlegmator dan kondensor. Fraksi pertama terdiri dari benzen dan air. Fraksi
kedua (yang mempunyai spesifik graviti 1,09-1,108) adalah khlorobenzen yang
belum murni yang kemudian dimasukkan ke dalam alat distilasi. Khlorobenzen
murni didapatkan dengan spesifik graviti 1,108. Adanya p-dikhlorobenzen dalam
embunan ditunjukkan oleh kenaikan densitas distilat. Titik ini diawasi secara ketat
untuk mencegah kontaminasi hasil utama. Isomer para yang mempunyai titik
didih agak rendah, dapat dipungut dengan murni menggunakan fraksinasi. Residu
senyawa orto terkontaminasi isomer para dan derivat polikhloro, terutama 1,2,4-
trikhlorobenzen.
Kalau khlorinasi benzen dijalankan dengan mengalirkan benzen dan khlor dalam
reaktor yang disinari lampu pada suhu kamar maka akan diperoleh
hexakhlorobenzen.
4. Pembuatan Calsium Hypochlorite dari Batu Kapur
Calsium hypochlorite adalah senyawa kimia dengan rumus molekul
Ca(OCl)2 yang merupakan salah satu bahan kimia yang digunakan dalam industry
–industry, antara lain industry kertas, industry tekstil dan insustri pengolahan air
minum. Bahan baku dari pembuatan Calsium hypochlorite yaitu :
1. Ca(OH)2 (Hydrated Lime)
Ca(OH)2 disebut juga dengan slaked lime, caustic lime atau lime water.
Bentuknya Kristal putih atau bubuk dan tidak berbau. Sifat-sifat fisika dari
Ca(OH)2yaitu mempunyai berat molekul 74,093 gr/mol, densitas 2,211
gr/cm3dan mempunyai pH yang berkisar antara 12-12,5. (Perry, 1997)
2. Chlorine (Cl2)
Chlorine merupakan unsur kimia dengan nomor atom 17 dan merupakan
senyawa halogen. Chlorine mempunyai warna kuning pucat dan beracun.
Chlorine merupakan oksigen yang sangat kuat dan biasanya digunakan
dalam proses bleaching dan sebagai disinfektan. Chlorine mempunyai
berat atom sebesar 35,453 gr/mold an densitas 3,2 gr/L pada temperature
0oC dan tekanan 10,325 kPa. (Perry,1997)
Reaktor klorinasi
Reaktor klorinasi adalah tempat untuk mereaksikan Ca(OH)2 dan Cl2,
untuk mengahsilkan calcium hypochlorite. Reactor yang digunakan adalah reactor
batch, karena waktu reaksi sekitar 3 jam. Untuk menjaga kontinuitas proses, maka
digunakan tiga reactor yang dioperasikan secara bergantian.
Neraca Massa reactor klorinasi :
Reaksi pembentukan calcium hypochlorite :
2Ca(OH)2 + 2Cl2 Ca(OCl)2 + CaCl2 + 2H2O
P = 6156,83 kg/jam
Cl2 = 100 %
F = 6839,10 kg/jam B
CaO = 0,014 CaO
Al2O3 = 0,012 Al2O3
Fe2O3 = 0,011 Fe2O3
MgO = 0,012 MgO
SiO2 = 0,006 SiO2
Ca(OH)2 = 0,94 Ca(OH)2
H2O = 0,005 Ca(OCl)2
H2O
Neraca Massa Total :
F + P = B
6839,10 kg/jam + 6156,83 kg /jam = 12995,93 kg/jam
Ket : Nin CaO = Laju Alir Molar Komponen CaO
NinAl2O3 = Laju Alir Molar Komponen Al2O3
Nin Fe2O3 = Laju Alir Molar Komponen Fe2O3
Nin MgO = Laju Alir Molar Komponen MgO
Nin SiO2 = Laju Alir Molar Komponen SiO2
Nin Ca(OH)2 = Laju Alir Molar Komponen Ca(OH)2
Nin H2O = Laju Alir Molar Komponen H2O
Nin Cl2 = Laju Alir Molar Komponen Cl2
Laju Alir Komponen input
Komposisi molar CaO yang masuk:
Nin CaO =
99,3756,07
= 1,611 Kmol/Jam
Komposisi molar N2O3 yang masuk :
Reaktor klorinasi
Nin N2O3 =
83,19101,96
= 0,815 Kmol/Jam
Komposisi molar FeO3 yang masuk:
Nin FeO3 =
67,65160
= 0,422 Kmol/Jam
Komposisi molar MgO yang masuk:
Nin MgO =
82,2840,32
= 2,040 Kmol/Jam
Komposisi molar SiO yang masuk:
Nin SiO =
41,1460,08
= 0,684 Kmol/Jam
Komposisi molar Ca(OH)2 yang masuk:
Nin Ca(OH)2 =
6433,5374,093
= 86,80 Kmol/Jam
Komposisi molar H2O yang masuk:
Nin H2O =
31,9218
= 1,773 Kmol/Jam
Komposisi molar Cl2 yang masuk:
Nin Cl2 =
6156,8370,91
= 86,825 Kmol/Jam
Ket : r = Laju pembentukan produk (r)
Derajat konversi Ca(OH)2 adalah 98% sehingga laju pembentukan dapat dihitung
r = Nin reaktan . X reaktan
−σs
r = 86,83
KmolJam
x 0,98
−(−2)
r = 42,55 Kmol/Jam
Nilai laju pembentukan digunakan untuk mencari laju molar tiap komponen yang
terlibat dalam reaksi :
Laju Pembentukan Komponen
NCa(OH)2out = NCa(OH)2
in - 2r = 1,74 Kmol/Jam
NCl2out = NCl2
in – 2r = 1,74 Kmol/Jam
NCa(OCl)2out = NCa(OCl)2
in + r = 42,55 Kmol/Jam
NCaCl2out = NCaCl2
in – r = 42,55 Kmol/Jam
NH2Oout = NH2Oin - 2r = 85,09 Kmol/Jam
Setelah laju molar didapat, maka massa komponen yang keluar dari reactor dapat
dihitung :
Massa Ca(OH)2out = 128,67 kg/jam
Massa Cl2out = 123,14 kg/jam
Massa Ca(OCl)2out = 6083,51 kg/jam
MassaCaCl2out = 4772,05 kg/jam
Massa H2O out = 1,533 kg/jam
Untuk komponen lain yang tidak bereaksi dianggap inert, sehingga massa yang
masuk sama dengan masa keluar.
Komponen
Masuk (in)
(kg/jam)
Keluar (out)
(kg/jam)
F P B
- Padatan
CaO 99,37 99,37
Al2O3 83,19 83,19
Fe2O3 67,65 67,65
MgO 82,28 82,28
SiO2 41,14 41,14
Ca(OH)2 6433,53 128,67
Cl2 6156,83 123,14
Ca(OCl)2 6083,51
CaCl2 4722,05
- Air
H2O 31,92 31,92
H2O 1533,00
Total 6839,10 6156,83
12995,93 12995,93
Uraian Proses Pada Flowsheet Pembuatan Calsium Hypochlorite Dari Batu
Kapur
1. Tahap persiapan bahan baku
Mula-mula batuan kapur dari storange (ST-101) dialirkan ke hopper
(HP-101) menggunakan belt conveyor (BC-102). Bahan baku ini hopper
kemudian diumpankan ke raw mill (RM-101). Didalam mill ini terjadi dua proses
yaitu : proses pengeringan dan proses penghalusan. Pengeringan terjadi pada
drying chamber dengan media pengeringnya berupa udara panas yang dialirkan
dari kiln (RK-101) dengan temperature 225oC., yang bertujuan untuk
menguapkan kandungan air dalam batuan kapur.
Proses penghancuran dan penghalusan batuan kapur dalam mill
diakibatkan oleh tumbukan bola-bola baja dengan diameter 40 dan 50 mm yang
berfungsi sebagai media penghancur. Proses rawmill kemudian dibawa ke cyclone
separator (CS-101) untuk dipisahkan material yang kasar dan halus dengan
menggunakan bucket elevator (BE-101) material yang halus (>200 mesh) dibawa
ke silo (SL-101) sebagai tempat penyimpanan sementara sedangkan material yang
masih kasar (<200 mesh sekitar 15 %) recyle kedalam mill untuk dihaluskan
kembali menggunakan belt conveyor (BC-103). Sebagian kecil material dalam
mill yang berbentuk debu dan uap air terbawa oleh udara pengering keluar mill
menuju ke dust collector (DC-101) untuk menangkap debu. Debu yang tertangkap
kemudian dibawa ke silo (ST-101) dengan belt conveyor (BC-104).
2. Tahap Pencampuran
Bahan baku dari silo CaO diangkut menuju lime slaker (LS-101) dengan
menggunakan bucket elevator (BE-106). Di lime slaker (LS-101) terjadi proses
penambahan air untuk membentuk Ca(OH)2. Selanjutnya Ca(OH)2 diangkut
menuju reactor klorinasi (RC-101) untuk direaksikan dengan Cl2 untuk
membentuk kaporit. Reaksi yang terjadi pada reaksi ini merupakan reaksi
khlorinasi dimana bahan abaku direaksikan dengan chlorine cair sehingga
membentuk kaporit.
3. Tahap penganganan produk
Produk yang keluar dari reactor sudah menjadi kaporit yang masih
mengandung air selanjutnya diangkut menggunakan screw conveyot (SC-102)
menuju rotary dryer (RD-101) untuk proses pengeringan. Pengeringan ini
diharapkan dapat mengurangi kandungan air dalam material menjadi 3 % dengan
media pengering pada rotary dryer berupa udara panas yang berasal dari furnace
(FN-201) yang bersuhu 315o C yang berkontak dengan material secara
berlawanan arah.
Kemudian prosduk diangkut dengan bucket elevator (BE-106) dibawa
ke product mill (PM-101) untuk dihaluskan menjadi 200 mesh lalu kaporit yang
keluar dari produk mill diangkut ke cyclone separator (CS-102) untuk dipisahkan
material yang kasar dan halus, produk yang masih kasar atau belum memiliki
standart (<200 mesh) di recycle ke product mill, sedangkan yang telah memenuhi
standar di angkut ke silo produk (ST 104) dan siap untuk dilakukan pengepakan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Halogenasi adalah penggantian satu atau lebih atom hidrogen dalam sebuah
senyawa organik dengan unsur golongan VIIA
2. Cara penggantian gugus halogen adalah mengganti unsur H, addisi, mengganti
suatu gugus (substitusi)
3. Halogenasi dapat dilihat secara kinetika dan katalisa meliputi secara radikal
bebas serta secara ionik dan secara termodinamika.
4. Zat-zat yang dapat dihalogenasi alkana, olefin, alkohol, aldehid, keton dan
asam, halogenida, senyawa aromatik secara addisi atau substitusi, senyawa
aromatik yang mempunyai rantai cabang, naphtalin secara addisi akan
diperoleh octachlor naphtalen, karbon disulfide, dan antroquinon.