HALAMANV SENIN, 22 JANUARI 1990 Bekerja Di Desa Tukang … · sosialnya meluber jauh melam ......

1
SENIN, 22 JANUARI 1990 HALAMANV Bekerja Di Desa Tukang Becak SEKITAH 60 anak hadir dal;!m rumah itLl. Csia nH'rcka 'Intara 5 s'lI11p;!i 10 tahun. ;"Iereka 'Idalah putra-putri pcrkalllpungan se- t('mpat di Dl'sa Tl'g;!lrl'jo. yang dikcnal sl'lJ.lgai pcrlllukimall para j)engl'llIudi bl'cak. Letaknya !Ii pojok sl'lat .. n kola Salalig .. ,. .Iawa Tl'll).!.ah. HUlll;!h lanpa peraool ilu milik Darmiyanlo. juga seorang pena- rik lweak di Salatiga. Luasnva ,;<,kital' 35m". Uangunan ilu di- dapalkan lJarmiyanlo dari Pl'IlIl'- "intuh sl'lJagui hadi'lh alas pres- scoagai pl'lari. Dar- l1Ii.vanlo lin!:l(a.1 !Ii d,'sa lain dun Illl'mbiark;!n iJ;!ngun;!n I'Ulllah ilu menganggul' dan kosong. ke- l'u;!li ada aeara kalllpung scpclti Mlrc itll. 13 Dcsclllocr 1009. Sore ilu ('ual'a dingin. gelap dan bas;!h kal'enu hujan. Tanah yung l1Iengalusi l'Umuh tadi dilu- lup likar plustik. Di alasnva anak- anak yang sudah sandal j<,pit di alllbung pinlu sl'dung duduk Illenanli Sl'orang guru Ill"nggamhal' b,'rnama ;"Ioel\·ono. I'l'l'temUUIJ sore ilu dimiukun alus lawurun l\1oelVOIJO van" ber- asal dari Tulungagullg Jan belJe- rupa temannya dari Salaliga. Su- tannin. Kellla RT setempal. me- lIyamlJul taWUl'an ini dengan St'- 1I.lIlg·hali d.m I1ll'muuntu 1lI,'ng- ",,,,,,,lk;II) :'1I:.k·.,n:.k ,,'I(,IlIPU\. ., : .. , 1'.1 1"'l'lIail iIe- lajar seni rupa di lSI Yogyakarta. Tapi gejolak batin dan kepekaan sosialnya meluber jauh melam- paui apa yang diperoleh dari sekolah tinggi formal itu. Sejak lahun 1006 ia menjelajah kehidu- pan desa pantai di sclatan kota kl'luhil'annya. Tulungagung (,Juwu Timur). Yang satu ber- nama Dukuh Brumbun, dan yang lain Nggerangan. Oi dua desa ini ia memperda' lam dan menguji penghayatim sejumlah keyakinannya tentang kehidupan bermasyarakat sam- bil bl.'I'scni. Ia mcluangkan seba- gian bcsar waktunya dengan a- nak-anak SD, memperkaya kegia- tan mereka di luar-kelas dan lual'-sekolah dengan apa yang 0- leh orang kota disc but seni rupa. J\loelyono tak sekadar ingin menambah jam pelajaran meng- gambar bagi anak-anak ini. Juga bukan untuk "meningkatkan" ke- Icrampilan teknis esletika meng- gamoar mereka. Moelyono ingin mel'angsang kcsadaran anak- ullak illi dun Orallb'lUa mereka akan lingkungan hidup di seki- tarnya, dan mempel'gulatkan bcrsama berbagai persoalan da- la!lllingkungan hidup itu, antara lam lewat berkesenian dan ber- dialog. 1"ldu .l\'ialnya Moelyono hanya menJ.!a,luk anak-anak illl ml'ng- galllhar apa saj:. 'tlt.'n·":. suka. Menggambar sebagai kegia- tan bermain. Tapi kemudian me- reka diajak berbincang tentang apa yang mereka gambar, dan menganalisa seluk-beluk yang memungkinkan terjadinya hal a- tau peristiwa yang digambar. Dari sini, minimal diharapkan si guru menggambar, anak-anak dan orangtua mercka dapat me li- hat persoalan-persoalan kehidu- pan di sekelilingnya secara lebih kritis. Mampu mengungkapkan apa yang mungkin sulit dil'umus- kan dengan kata-kata. dan ber- wawasan untuk memecahkan pa- ling tidak sebagian dari persoa- Ian hidup Itu. lam perjalanan berkeliling, Pa- meran keliling ini bermaksud memperkenalkan kepada pihak luar kegiatan rekan-rekannya di pantai bagian selatan Jawa Ti- mur sana. Lewat pel'jalullan ini ia juga ingin menguji-ulang piki- rannya lew at diskusi dengan para cendekiawan di kota-kota besar di pulau Jawa. Idealis Memang, bagi yang suka baea buku-buku Paolo ,,'reire, metoda kerja Moelyono sarna sekali baru. Moelyono sendiri agaknya terpengaruh oleh gagasan cents- (;ientizatu»I Freire, walau kegia- tannya tak didikte suatu kerang- ka kerja apa pun yang sudah terpoia kaku. Ia iebih berol'ien- tasi pada pengalaman praktis ke- timbang kepiltuhan pada teori macam apa pun. Bahkan George Junus Adiljondro, kandidat dok- tor dalam bidang pendidikan nonformal, berpendapat dalam acara diskusi bersama Moelyono di Salatiga bahwa kcrja Moelyo- no Icbih radikal ketimbang resep Freire. :\Iasih banyak yang dapat di- atau diperdebatkan ,'rang mengenai apa yang dimaui \llIclyono dan apa yang tclah IIl·apainya. Ini mewarnai aral'a ,Il,kusi yang ,menyel'tai pamel'an ','ni rupa penyandaran" karya- I,al':ya Moelyono dan anak-anak ,,"hannya di beberapa kota (.fa- Agustus 1988; Surabaya, 1 Iktober 1989; Solo, November WOO; Saiatiga, Desember 1989: dan mungkin beberapa kota lain dl tahun 1990). Kadang-kadang .1I·la peserta diskusi yang cUl'iga \Ioelyono p1erusak "kepolosan" .Illak-anak. Di ekstrem yang lain i'lhak yahg mendukung kegiatan \Ioelyono sering bersikap terlalu IIl1.'1luntul l3anyak yang agaknya lupa \Ioelyono bekerja scbagai indi- \ "Iu sukarelawan idealis. 1a tak lllcmimpin sebuah gerakan orga- Illsasi, atau proyek LSMINGO, la I )ilru bercksperlmen dall mcnjc- laJuh. 1a dan kegiatan anult-anak .• suhannya merupakan proses \ ,mg masih mulai bergerak dan -ulit ditebak akan berakhir ba- ..:aimana. Bahkan bagi Moelyono i1ntuk blsa masuk dan hidup ber- ,ama warga desa itu saja sudah merupakan upaya keras menem- hus kecul'igaan yang bukan- hukan dari aparat keamanan. pengakuan Moelyono, IIlI .. gara-l';ara ia bergeiar "sarja- Ita. Sal1ana kan biasanya ke kota; mau apa yang satu ini ke tlesa? Dalam kesemputun berkelillng itu Moelyono juga mcngadakan latihan menggambar. bagi anak- anak di sekitar kola yang dikun- jungi. termasuk 60 anak Tegal- I'ejo pad a pertengahan Desem- bel' yang lalu. PemasuJigan Kemerdekaan Salah satu "musuh" uta rna mis- si Moelyono ialah pemasungan kemerdekaan .kreativitas. Misal- nya, penyeragaman pandangan dan )lngkapan menggambar anak yang dilestarikan oleh sekolah. Di berbagai kota, kebanyakan anak (\elaki) menggambar gu- nung-sawah-matahari yang scru- pa atau kapal yang seragam. Kalau tidak itu, (perempuan) maka bunga dan kupu dalam wu- jud mirip pula. Ini, bagi George, merupakan bukti hegemoni ke- budayaan. Gambaran dunia har- monis ini membutakan kita akan berbagai konfiik alam-manusia dan manusia-manusia di sekitar gunung, tanah sawah, dan in- dustri. Tapi jika misi penyadaran Moelyono harus beroperasi de- ngan prinsip kemerdekaan dan sukarela anak-anak, maka pendi- dikan alternatifyang dikerjakan- nya bukan main susahnya. Hege- moni dalam. masyarakat kota maupun desa sudah kelewat Ito- koh. Ini kelihatan gamblang pa- da pertemuan di Tegalrejo. Moelyono ingin tampil seeara santai dan intim, tapi ia diterima dan "diharapkan" tampil sebagai pejabat yang meninjau rakyal Setiap kali ia mengajak anak- anak· berbicara dalam bahasa (Jawa Ngoko), jawab yang dltenmanya selalu berbahasa Indonesia baku yang dipelajari anak-anak itu di sekolah sebagai bahasa yang "baik dan benar". Kemudian Moelyono bertanya anak-anak itu suka menggambar apa. J41wabnya lebih dari satu totapi tldak Sfltu pun yana kon; tras berbeda dari anak-anak ke- lu menengah atau atas dl kota- kota besar: gambar Ninja, gu- nung-sawah, rumah orang kaya, bunga .. Tak satu pun yang, mlsalnya sala, menggambar be- eak yang banyak diparkir di seki- tar perkampungan itu. MELATIH.- Moelyono rnela\,h anak-anak TegalrelO menggambar. -Folo AH-· Karena alasan sejenis Moelyo- ItO tak mungkin mengikut- sel1akan rekan-rekan sekerja da- Seorang ibu yang menyaksikan pertemuan ilu seeara berbisik menyatakan orne Ian yang bema- da protes. Agaknya ia kecewa. Moelyono tidak ber- tmgkah dengan penuh kewiba- waan dan keailgkeran seorang guru sekolah. la tak berbicara dalam bahasa kaum terhormat yang sekolahan. - Ariel Heryanto Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Transcript of HALAMANV SENIN, 22 JANUARI 1990 Bekerja Di Desa Tukang … · sosialnya meluber jauh melam ......

Page 1: HALAMANV SENIN, 22 JANUARI 1990 Bekerja Di Desa Tukang … · sosialnya meluber jauh melam ... lahun 1006 ia menjelajah kehidu pan desa pantai di sclatan kota kl'luhil'annya. Tulungagung

SENIN, 22 JANUARI 1990 HALAMANV

Bekerja Di Desa Tukang Becak SEKITAH 60 anak hadir dal;!m

rumah itLl. Csia nH'rcka 'Intara 5 s'lI11p;!i 10 tahun. ;"Iereka 'Idalah putra-putri pcrkalllpungan se­t('mpat di Dl'sa Tl'g;!lrl'jo. yang dikcnal sl'lJ.lgai pcrlllukimall para j)engl'llIudi bl'cak. Letaknya !Ii pojok sl'lat .. n kola Salalig .. ,. .Iawa Tl'll).!.ah.

HUlll;!h lanpa peraool ilu milik Darmiyanlo. juga seorang pena­rik lweak di Salatiga. Luasnva ,;<,kital' 35m". Uangunan ilu di­dapalkan lJarmiyanlo dari Pl'IlIl'­"intuh sl'lJagui hadi'lh alas pres­l'I'III~a scoagai pl'lari. Dar­l1Ii.vanlo lin!:l(a.1 !Ii d,'sa lain dun Illl'mbiark;!n iJ;!ngun;!n I'Ulllah ilu menganggul' dan kosong. ke­l'u;!li ada aeara kalllpung scpclti Mlrc itll. 13 Dcsclllocr 1009.

Sore ilu ('ual'a dingin. gelap dan bas;!h kal'enu hujan. Tanah yung l1Iengalusi l'Umuh tadi dilu­lup likar plustik. Di alasnva anak­anak yang sudah l1Iel('pa~ sandal j<,pit di alllbung pinlu sl'dung duduk Illenanli Sl'orang guru Ill"nggamhal' b,'rnama ;"Ioel\·ono.

I'l'l'temUUIJ sore ilu dimiukun alus lawurun l\1oelVOIJO van" ber­asal dari Tulungagullg Jan belJe­rupa temannya dari Salaliga. Su­tannin. Kellla RT setempal. me­lIyamlJul taWUl'an ini dengan St'-1I.lIlg·hali d.m I1ll'muuntu 1lI,'ng­",,,,,,,lk;II) :'1I:.k·.,n:.k ,,'I(,IlIPU\.

., : .. , 1'.1 1"'l'lIail iIe-

lajar seni rupa di lSI Yogyakarta. Tapi gejolak batin dan kepekaan sosialnya meluber jauh melam­paui apa yang diperoleh dari sekolah tinggi formal itu. Sejak lahun 1006 ia menjelajah kehidu­pan desa pantai di sclatan kota kl'luhil'annya. Tulungagung (,Juwu Timur). Yang satu ber­nama Dukuh Brumbun, dan yang lain Nggerangan.

Oi dua desa ini ia memperda' lam dan menguji penghayatim sejumlah keyakinannya tentang kehidupan bermasyarakat sam­bil bl.'I'scni. Ia mcluangkan seba­gian bcsar waktunya dengan a­nak-anak SD, memperkaya kegia­tan mereka di luar-kelas dan lual'-sekolah dengan apa yang 0-

leh orang kota disc but seni rupa.

J\loelyono tak sekadar ingin menambah jam pelajaran meng­gambar bagi anak-anak ini. Juga bukan untuk "meningkatkan" ke­Icrampilan teknis esletika meng­gamoar mereka. Moelyono ingin mel'angsang kcsadaran anak­ullak illi dun Orallb'lUa mereka akan lingkungan hidup di seki­tarnya, dan mempel'gulatkan bcrsama berbagai persoalan da­la!lllingkungan hidup itu, antara lam lewat berkesenian dan ber­dialog.

1"ldu .l\'ialnya Moelyono hanya menJ.!a,luk anak-anak illl ml'ng­galllhar apa saj:. ~~tll.' 'tlt.'n·":.

suka. Menggambar sebagai kegia­tan bermain. Tapi kemudian me­reka diajak berbincang tentang apa yang mereka gambar, dan menganalisa seluk-beluk yang memungkinkan terjadinya hal a­tau peristiwa yang digambar. Dari sini, minimal diharapkan si guru menggambar, anak-anak dan orangtua mercka dapat me li­hat persoalan-persoalan kehidu­pan di sekelilingnya secara lebih kritis. Mampu mengungkapkan apa yang mungkin sulit dil'umus­kan dengan kata-kata. dan ber­wawasan untuk memecahkan pa­ling tidak sebagian dari persoa­Ian hidup Itu.

lam perjalanan berkeliling, Pa­meran keliling ini bermaksud memperkenalkan kepada pihak luar kegiatan rekan-rekannya di pantai bagian selatan Jawa Ti­mur sana. Lewat pel'jalullan ini ia juga ingin menguji-ulang piki­rannya lew at diskusi dengan para cendekiawan di kota-kota besar di pulau Jawa.

Idealis Memang, bagi yang suka baea

buku-buku Paolo ,,'reire, metoda kerja Moelyono sarna sekali baru. Moelyono sendiri agaknya terpengaruh oleh gagasan cents­(;ientizatu»I Freire, walau kegia­tannya tak didikte suatu kerang­ka kerja apa pun yang sudah terpoia kaku. Ia iebih berol'ien­tasi pada pengalaman praktis ke­timbang kepiltuhan pada teori macam apa pun. Bahkan George Junus Adiljondro, kandidat dok­tor dalam bidang pendidikan nonformal, berpendapat dalam acara diskusi bersama Moelyono di Salatiga bahwa kcrja Moelyo­no Icbih radikal ketimbang resep Freire.

:\Iasih banyak yang dapat di­I~'l'tanyakan atau diperdebatkan ,'rang mengenai apa yang dimaui \llIclyono dan apa yang tclah IIl·apainya. Ini mewarnai aral'a

,Il,kusi yang ,menyel'tai pamel'an ','ni rupa penyandaran" karya­

I,al':ya Moelyono dan anak-anak ,,"hannya di beberapa kota (.fa­~;1I1a, Agustus 1988; Surabaya, 1 Iktober 1989; Solo, November WOO; Saiatiga, Desember 1989: dan mungkin beberapa kota lain dl tahun 1990). Kadang-kadang .1I·la peserta diskusi yang cUl'iga \Ioelyono p1erusak "kepolosan" .Illak-anak. Di ekstrem yang lain i'lhak yahg mendukung kegiatan \Ioelyono sering bersikap terlalu IIl1.'1luntul

l3anyak yang agaknya lupa \Ioelyono bekerja scbagai indi­\ "Iu sukarelawan idealis. 1a tak lllcmimpin sebuah gerakan orga­Illsasi, atau proyek LSMINGO, la I )ilru bercksperlmen dall mcnjc­laJuh. 1a dan kegiatan anult-anak .• suhannya merupakan proses \ ,mg masih mulai bergerak dan -ulit ditebak akan berakhir ba­..:aimana. Bahkan bagi Moelyono i1ntuk blsa masuk dan hidup ber­,ama warga desa itu saja sudah merupakan upaya keras menem­hus kecul'igaan yang bukan­hukan dari aparat keamanan. :\I~nurut pengakuan Moelyono, IIlI .. gara-l';ara ia bergeiar "sarja­Ita. Sal1ana kan biasanya ke kota; mau apa yang satu ini ke tlesa?

Dalam kesemputun berkelillng itu Moelyono juga mcngadakan latihan menggambar. bagi anak­anak di sekitar kola yang dikun­jungi. termasuk 60 anak Tegal­I'ejo pad a pertengahan Desem­bel' yang lalu.

PemasuJigan Kemerdekaan Salah satu "musuh" uta rna mis­

si Moelyono ialah pemasungan kemerdekaan .kreativitas. Misal­nya, penyeragaman pandangan dan )lngkapan menggambar anak yang dilestarikan oleh sekolah. Di berbagai kota, kebanyakan anak (\elaki) menggambar gu­nung-sawah-matahari yang scru­pa atau kapal yang seragam.

Kalau tidak itu, (perempuan) maka bunga dan kupu dalam wu­jud mirip pula. Ini, bagi George, merupakan bukti hegemoni ke­budayaan. Gambaran dunia har­monis ini membutakan kita akan berbagai konfiik alam-manusia dan manusia-manusia di sekitar gunung, tanah sawah, dan in­dustri.

Tapi jika misi penyadaran Moelyono harus beroperasi de­ngan prinsip kemerdekaan dan sukarela anak-anak, maka pendi­dikan alternatifyang dikerjakan­nya bukan main susahnya. Hege­moni dalam. masyarakat kota maupun desa sudah kelewat Ito­koh. Ini kelihatan gamblang pa­da pertemuan di Tegalrejo.

Moelyono ingin tampil seeara santai dan intim, tapi ia diterima dan "diharapkan" tampil sebagai pejabat yang meninjau rakyal Setiap kali ia mengajak anak­anak· berbicara dalam bahasa d~er~h (Jawa Ngoko), jawab yang dltenmanya selalu berbahasa Indonesia baku yang dipelajari anak-anak itu di sekolah sebagai bahasa yang "baik dan benar".

Kemudian Moelyono bertanya anak-anak itu suka menggambar apa. J41wabnya lebih dari satu totapi tldak Sfltu pun yana kon; tras berbeda dari anak-anak ke­lu menengah atau atas dl kota­kota besar: gambar Ninja, gu­nung-sawah, rumah orang kaya, a~u bunga .. Tak satu pun yang, mlsalnya sala, menggambar be­eak yang banyak diparkir di seki­tar perkampungan itu.

MELATIH.- Moelyono rnela\,h anak-anak TegalrelO menggambar. -Folo AH-·

Karena alasan sejenis Moelyo­ItO tak mungkin mengikut­sel1akan rekan-rekan sekerja da-

Seorang ibu yang menyaksikan pertemuan ilu seeara berbisik menyatakan orne Ian yang bema­da protes. Agaknya ia kecewa. ~ebabnya, Moelyono tidak ber­tmgkah dengan penuh kewiba­waan dan keailgkeran seorang guru sekolah. la tak berbicara dalam bahasa kaum terhormat yang sekolahan.

- Ariel Heryanto

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>