HALAMAN PERNYATAANeprints.undip.ac.id/81326/1/SKRIPSI--Konsep_Perpustakaan... · Web viewNelly...
Transcript of HALAMAN PERNYATAANeprints.undip.ac.id/81326/1/SKRIPSI--Konsep_Perpustakaan... · Web viewNelly...
KONSEP PERPUSTAKAAN UMUM IDEAL BERDASARKAN
PERSEPSI PEMUSTAKA DAN PUSTAKAWAN DI
PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Humaniora
Disusun oleh:
Syarifudin
13040111120016
PROGRAM STUDI S-1 ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Syarifudin
NIM : 13040111120016
Jurusan : S-1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Konsep Perpustakaan Umum Ideal
Berdasarkan Persepsi Pemustaka dan Pustakawan di Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang” adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis
orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 30 Desember 2015
Yang Menyatakan,
Syarifudin
NIM 13040111120016
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Mudahkan dan jangan mempersulit, berikan kabar gembira dan jangan membuat
manusia lari”. (HR. Bukhari)
“jangan menaruh harapan pada manusia, sesungguhnya manusia adalah tempat
kekecewaan dan penyesalan, berharaplah hanya pada Sang Pemilik Harapan (Allah
SWT)”. (penulis)
“tulislah! atau akan hilang tanpa bekas”. (anonim)
Persembahan
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Kedua
orang tua tercinta, doa yang tak pernah putus,
perhatian dan pengorbanan yang begitu besar.
Keluarga, teman dan sahabat yang telah
membantu, mendoakan, dan memberikan
motivasi
Semua teman-teman Ilmu Perpustakaan
angkatan 2011.
Undip almamaterku
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Konsep Perpustakaan Umum Ideal Berdasarkan Persepsi
Pemustaka dan Pustakawan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang”
telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
Dra. Sri Ati, M.Si
NIP 195305021979012001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
v
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsep Perpustakaan Umum Ideal
Berdasarkan Persepsi Pemustaka dan Pustakawan di Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang” sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Perpustakaan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan dan partisipasi berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan kepada penulis, yakni :
1. Dr. Rediyanto Noor, M.Hum., selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro;
2. Dra. Rukiyah, M.Hum., selaku Ketua Jurusan S-1 Ilmu Perpustakaan Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro;
3. Dra. Sri Ati, M.Si., selaku Dosen Wali yang tidak pernah lelah memberikan
masukan dan motivasi kepada penulis;
vi
4. Dra. Sri Ati, M.Si., selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan
arahan, bimbingan, nasihat, petunjuk, saran serta semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
5. Seluruh dosen pengajar di jurusan S-1 Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro
Semarang terimakasih atas bekal ilmu pengetahuan yang diberikan selama ini
hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini;
6. Mba Ovin selaku sekretaris jurusan S-1 Ilmu Perpustakaan yang telah
memberikan informasi dan arahan yang bermanfaat selama ini;
7. Terimakasih kepada kedua orang tua tercinta, Bapak dan Ibu, yang tanpa lelah
mendidik, memberikan kasih sayang, perhatian, doa restu, motivasi, serta
pengorbanan yang tak terhingga selama ini;
8. Terimakasih untuk kakak-kakak dan adikku: Moch. Khoiri, Luqman Fauzi,
Muntadho, Ali Masykur, Umhatun Annisa yang selalu menyemangati dan
mendoakan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;
9. Nelly Rahmawati, SH. M.Hum., selaku Kepala Perustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang yang berkenan memberi izin kepada penulis untuk
melakukan observasi dan penelitian di Perpustakaan;
10. Seluruh pustakawan dan pegawai Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang yang telah membantu dan membimbing penulis dalam
melaksanakan observasi dan penelitian untuk penulisan skripsi ini;
vii
11. Seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan
informasi yang dibutuhkan penulis dalam penyusunan skripsi ini;
12. Terimakasih diberikan kepada seluruh Pustakawan di Perpustakaan Fakultas Ilmu
Budaya dan Perpustakaan UPT. Widya Puraya UNDIP atas dedikasi dan
pengorbanannya selama ini menjaga, mengelola dan melestarikan bahan pustaka
demi keberlangsungan penelitian ilmiah di lingkungan civitas akademik;
13. Seluruh sahabatku tercinta di Amazing Class La FamilliA yang selalu berbagi
cerita keluh kesah dan memberikan semangat selama ini;
14. Teman-teman futsal Rewo Hore (Alwan, Salman, Lonjong, Arya, Chilman,
Gundul, Azwar, Afdal, Gigih, Ong, Ari, Angga Bagus, Nesya, Anis, Dian, Shoin
dan kawan-kawan) serta teman-teman Bidik Misi Ilmu Perpustakaan 2011 yang
selalu memberi doa dan semangat;
15. Teman-teman Tim 2 KKN Universitas Diponegoro 2014 Desa Jambon, Kec.
Gemawang Kab.Temanggung (Ijal, Fatnan, Icho, Risa, Ela, Novia, Inne, Tika,
Ligya, Zetta, Katrin) terimakasih atas cerita dan pengalaman yang tak terlupakan;
16. Terimakasih untuk keluarga besar KMMS (Keluarga Mahasiswa Muslim Sastra)
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, yang telah memberikan penulis
pengalaman dan kesempatan berharga untuk dapat memperbaiki diri dan
mengembangkan diri dalam berorganisasi;
viii
17. Teman-teman seperjuangan, dan sebimbingan (Agnesya, Meliha, Ochi, Deni,
Anggita, Indah, Luthfia, Bhekti, Faishal, Arga, dan Mas Gigih) serta seluruh
mahasiswa S-1 Ilmu Perpustakaan angkatan 2011 hingga 2014;
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
serta berguna bagi pembaca dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
Semarang, 30 Desember 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAANii
MOTTO DAN PERSEMBAHANiii
HALAMAN PERSETUJUANiv
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKATAvi
DAFTAR ISIx
DAFTAR GAMBARxiv
DAFTAR TABELxiv
DAFTAR LAMPIRANxiv
ABSTRAKxv
ABSTRACTxvi
BAB I PENDAHULUAN
x
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah5
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian6
1.6 Batasan Masalah
1.7 Batasan Istilah6
1.8 Kerangka Pikir7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
2.2 Pemustaka
2.3 Pustakawan
2.4 Perpustakaan Umum
2.5 Standar Penyelenggaraan Perpustakaan Umum25
2.6 Penelitian Terdahulu31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain dan Jenis Penelitian6
3.2 Informan7
3.3 Jenis dan Sumber Data9
3.4 Teknik Pengumpulan Data40
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data41
xi
BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH
KABUPATEN SEMARANG
4.1 Lokasi5
4.2 Visi dan Misi6
4.3 Struktur Organisasi6
4.4 Kepegawaian8
4.5 Kegiatan Perpustakaan9
4.6 Koleksi Perpustakaan51
4.7 Layanan perpustakaan51
4.8 Tata Ruang Perpustakaan54
BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Identitas Informan6
5.2 Perpustakaan Ideal6
5.2.1 Sumber Daya Manusia (SDM)8
5.2.1.1 Manajemen Organisasi8
5.2.1.2 Pelayanan Pustakawan61
5.2.1.3 Harapan Informan untuk SDM Perpustakaan yang Ideal62
5.2.2 Fasilitas dan Layanan Perpustakaan71
5.2.2.1 Pendapat Informan pada Fasilitas dan Layanan di Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang1
5.2.2.2 Harapan Informan untuk Fasilitas dan Layanan yang Ideal75
5.2.3 Desain dan Tata Ruang Perpustakaan80
xii
5.2.3.1 Pendapat Informan pada Desain dan Tata Ruang di Perpustakaan
dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang80
5.2.3.2 Harapan Informan untuk Desain dan Tata Ruang Perpustakaan yang
ideal........................................................................................................ 84
5.2.4 Sumber Daya Informasi Perpustakaan92
5.2.4.1 Pendapat Informan pada Sumber Informasi di Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang92
5.2.4.2 Harapan Informan untuk Sumber Informasi yang ideal........................ 97
5.2.5 Program Kegiatan Perpustakaan102
5.2.5.1 Pendapat Informan pada Program Kegiatan di Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang102
5.2.5.2 Harapan Informan untuk Program Kegiatan Perpustakaan yang ideal 108
BAB VI PENUTUP 14
6.1 Simpulan14
6.2 Saran16
DAFTAR PUSTAKA7
LAMPIRAN9
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pikir
Gambar 4.1 Struktur Organisasi............................................................................47
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu.............................................35
Tabel 5.1 Daftar Informan56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Informan....................................................................................
Lampiran 2 Hasil Reduksi Wawancara......................................................................
xiv
Lampiran 3 Transkrip Wawancara Pegawai Perpustakaan........................................
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian..........................................................................
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian...............................................................................
Lampiran 6 Matriks Bimbingan dan Konsultasi Penulisan Skripsi...........................
Lampiran 7 Standar Nasional Perpustakaan..............................................................
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Konsep Perpustakaan Umum Ideal Berdasarkan Persepsi Pemustaka dan Pustakawan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana seharusnya perpustakaan umum dikembangkan sehingga menjadi perpustakaan umum yang ideal bagi masyarakat Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara terstruktur. Informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang yang terdiri dari empat orang informan pemustaka (PNS, umum, mahasiswa dan pelajar SMA/ SMK) dan dua informan pustakawan sebagai informan kunci. Analisis data dilakukan menggunakan teori Miles dan Huberman, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang sudah cukup ideal. Gambaran dan ukuran ideal menurut informan terdiri dari lima aspek, yaitu: pertama, SDM perpustakaan adalah orang yang memiliki latar belakang kepustakaan, berkarakter dan professional. Kedua, fasilitas dan layanan yang disediakan perpustakaan beragam dan berfungsi mempermudah aktivitas pemustaka dalam penelusuran informasi. Ketiga, desain dan tata ruang perpustakaan dirancang dengan memperhatikan lokasi, kemudahan akses, pencahayaan dan pewarnaan ruangan, suhu serta dekorasi pendukung. Keempat, sumber informasi beragam dengan subjek ilmu yang variatif, berkualitas, mutakhir dan memiliki kuantitas yang mencukupi. Kelima, program kegiatan yang diselenggarakan perpustakaan beragam, terjadwal dengan baik dan bertujuan untuk memberdayakan masyarakat.
Kata kunci: Perpustakaan Ideal, Pemustaka, Pustakawan, Perpustakaan Daerah
xv
xvi
ABSTRACT
This study discuss about “The Concept of Public Library ideal Based on users and librarians perception at the Library and Archives of Semarang District ". The aim of this study is to find out how the public library developed to be the ideal public library for people Semarang District. This study used a qualitative research design with descriptive study and case study approach. Data collection technique used was observation and structured interview. Informants were six people consisting of four user informants (PNS, general, students and students of SMA / SMK) and two librarian informants as key informants. Data analysis was performed using Miles and Huberman theory, namely data collection, data reduction, data presentation and conclusion. The results show that the implementation of the Library and Archives Semarang District had already quite ideal. An ideal size according to the informant consisted of five aspects: First, Human resources library are people who have a background in library science, and Professional character. Secondly, the facilities and services provided are varies and facilitate the function of users activity in information searching. Third, the design and layout of libraries are designed with attention to the location, ease of access, lighting and colouring room, supporting with the temperature and decoration. Fourth, the variety of information sources must be with varied science subject, quality, cutting-edge and must has a sufficient quantity. Fifth, the programs organized by library are varies, well scheduled and aims to empower communities.
Keywords: ideal library, user, librarian, public library
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpustakaan di era global ini dapat dilihat sebagai sumber informasi. Hal
tersebut merupakan sebuah pencapaian yang berlangsung sejak dulu dan terus
mengalami perkembangan dan perbaikan meskipun belum sepenuhnya
memuaskan semua pihak. Pada prinsipnya, perpustakaan memiliki tiga tugas
pokok, yaitu mengumpulkan informasi (to collect), melestarikan informasi (to
preserve), dan menyajikan serta melayani kebutuhan informasi (to make
available). Tugas ini mengisyaratkan bahwa perpustakaan merupakan organisasi
yang bersifat dinamis dan pengelolaanya harus proaktif.
Perpustakaan merupakan sesuatu yang bersifat universal. Artinya,
dimanapun berada perpustakaan adalah sama. Persamaan tersebut dapat dilihat
dari fungsinya, yaitu: fungsi simpan karya, fungsi informasi, fungsi rekreasi,
fungsi pendidikan dan fungsi preservasi (Suwarno: 2011, 22). Adapun yang
membedakan dari perpustakaan adalah perkembangannya, karena perkembangan
perpustakaan sangat bergantung pada masyarakat setempat dan
penyelenggaranya.
Sulistyo Basuki (1991: 41) mengkategorikan perpustakaan dalam
beberapa jenis, yaitu: perpustakaan internasional, perpustakaan nasional,
1
2
perpustakaan umum, perpustakaan swasta (pribadi), perpustakaan khusus,
perpustakaan sekolah, dan perpustakaan perguruan tinggi. Setiap jenis
perpustakaan tersebut memiliki sejarah, tujuan, anggota, organisasi, kegiatan,
juga permasalahan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Perpustakaan yang dapat diakses secara umum adalah Perpustakaan
Nasional dan Perpustakaan umum. Perpustakaan Nasional merupakan Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) dan menaungi perpustakaan provinsi dan
daerah yang berkedudukan di ibu kota Negara sesuai yang tertera dalam pasal
21 UU tentang perpustakaan No. 43 tahun 2007. Praktis, Perpustakaan Nasional
tidak serta merta dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Oleh Sebab itu, perpustakaan umum yang
ada di tingkat kabupaten/kota menjadi pilihan masyarakat untuk dapat menikmati
perpustakaan secara bebas dan luas.
Sebagai perpustakaan yang paling dekat dengan masyarakat,
perpustakaan umum dituntut untuk selalu melakukan pembangunan dan
perkembangan di setiap aspeknya sehingga perpustakaan umum dapat menjadi
perpustakaan yang ideal bagi masyarakat setempat. Hal itu didasari dari
perkembangan zaman yang terus melesat terutama di bidang Teknologi
Informasi (TI).
TI sebagaimana yang diketahui, telah banyak mengubah wajah dan
praktik perpustakaan. TI membuat Perpustakaan tidak lagi hanya ditangani oleh
3
pustakawan tetapi juga professional TI. Perkembangan tersebut mudah diamati
terutama pada perpustakaan perguruan tinggi (Sulistyo – Basuki: 1991: 87).
Namun, berbeda kondisinya dengan perpustakaan umum, menurut Blasius
Sudarsono (2006, 164) perpustakaan umum di Indonesia pembangunannya masih
sangat lemah. Banyak kalangan menganggap perpustakaan umum masih sebagai
aksesoris kehidupan, bukan sebagai bagian penting dalam kehidupan. Visi misi
perpustakaan hanya menyentuh masyarakat pemustaka saja, belum menyentuh
masyarakat secara luas. Di lain pihak, pemerintah daerah juga belum
memberikan dukungan secara memadai untuk pembangunan perpustakaan.
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang yang berlokasi di
Ungaran,merupakan salah satu contoh perpustakaan yang diselenggarakan untuk
melayani masyarakat secara luas/ umum. Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang sejauh ini telah melakukan pengembangan baik dari segi
gedung, koleksi, pelayanan, fasilitas dan lain sebagainya. Namun, meski telah
melakukan pengembangan pada beberapa aspek tersebut, kenyataannya menurut
masyarakat (pemustaka) masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi dan
dipenuhi oleh perpustakaan sehingga menjadi seperti apa yang dibutuhkan dan
diharapkan masyarakat terutama masyarakat yang ada di Kabupaten Semarang.
Masyarakat berharap Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
dapat berkembang menjadi perpustakaan yang ideal seperti yang mereka
harapkan.
4
Menanggapi keadaan tersebut, keberadaan perpustakaan umum yang
ideal di masyarakat Kabupaten Semarang harus menjadi prioritas dan tanggung
jawab bersama dalam perealisasiannya antara pemerintah, pustakawan dan
masyarakat. Sehingga perpustakaan tidak hanya menjadi pusat mencari informasi
saja, tetapi juga menjadi pusat sumber dan penghasil informasi yang berbasiskan
Teknologi Informasi.
Dalam rangka mewujudkan perpustakaan ideal, perlu dilakukan analisis,
kajian mendalam serta langkah-langkah sistematis dalam merumuskan kebijakan
pengembangan perpustakaan ke depan. Dalam merumuskan kebijakan tersebut
tentunya harus terdapat integrasi antara kebutuhan perpustakaan, kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan zaman sehingga perpustakaan dapat terselenggara
layaknya perpustakaan yang baik dalam arti perpustakaan ideal.
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti bermaksud mengangkat tema
penelitian tentang bagaimana konsep perpustakaan umum yang ideal
berdasarkan persepsi pemustaka dan pustakawan. Studi kasus dilakukan di
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang. Dalam penelitian ini,
dipilihnya pemustaka dan pustakawan sebagai informan karena pemustaka dan
pustakawan adalah orang-orang yang paling dekat dengan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas rumusan masalah yang akan diangkat dalam
penelitian ini adalah bagaimana konsep perpustakaan umum yang ideal
berdasarkan persepsi pemustaka dan pustakawan. Studi kasus dilaksanakan di
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang.
1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana seharusnya perpustakaan umum dikembangkan sehingga menjadi
perpustakaan umum yang ideal bagi masyarakat Kabupaten Semarang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu dalam
bidang ilmu perpustakaan dan informasi, khususnya tentang
penyelenggaraan perpustakaan umum.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi
Perpustakaan dalam merumuskan kebijakan pengembangan perpustakaan,
serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pustakawan di
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang .
6
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Semarang Jl. Pemuda No. 7 Ungaran. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan
terhitung dari bulan Agustus 2015.
1.6 Batasan Masalah
Banyak faktor yang bisa dilibatkan untuk memperoleh gambaran tentang konsep
perpustakaan ideal di sebuah perpustakaan. Namun, karena keterbatasan
pengetahuan peneliti, maka perlu dilakukan pembatasan pada permasalahan yang
diangkat. Dalam hal ini batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian dilakukan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Semarang.
2. Kajian perpustakaan ideal meliputi lima lingkup, yaitu: SDM Perpustakaan,
fasilitas dan layanan perpustakaan, desain dan tata ruang perpustakaan,
sumber informasi perpustakaan, dan program perpustakaan.
3. Konsep penelitian meliputi gambaran umum kondisi perpustakaan dan
harapan untuk pengembangan menjadi perpustakaan ideal.
1.7 Batasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan dalam pemahaman dan penafsiran judul diatas,
maka perlu adanya pembatasan dan penjelasan istilah:
7
a. Perpustakaan
Yang dimaksud perpustakaan disini adalah Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap
beberapa stimulus yang diterima dengan penginderaan yang diolah dan
diinterpresentasikan dalam bentuk pengetahuan.
c. Pemustaka
Pemustaka adalah orang-orang yang secara aktif terdaftar sebagai anggota
perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang dan
aktif mengunjungi perpustakaan minimal dua kali dalam sebulan. Dalam
penelitian ini pemustaka yang dimaksud diklasifikasikan berdasarkan
kelompok: Pegawai Negeri Sipil (PNS), umum, mahasiswa, dan pelajar
tingkat SMA/ SMK.
d. Pustakawan
Pustakawan adalah orang-orang yang secara aktif bertugas sebagai pengelola
perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
1.8 Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan alur berpikir peneliti dalam penelitian. Kerangka pikir
digunakan sebagai dasar acuan peneliti dalam menentukan alur penelitian
sehingga penelitian tetap fokus sesuai bidang yang akan dikaji peneliti.
1. SDM Perpustakaan2. Fasilitas dan layanan3. Desain dan tata ruang4. Sumber daya informasi5. Program perpustakaan
Persepsi
(Sumber data: olahan penulis berdasarkan SNP 003:2011)
8
Secara umum kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah mengetahui konsep
Perpustakaan umum yang ideal berdasarkan persepsi pemustaka dan pustakawan
dimana studi kasus dilaksanakan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Semarang. Penelitian ini penulis konsentrasikan berdasarkan lima aspek yang diambil
dari Standar Nasional Perpustakaan tentang penyelenggaraan Perpustakaan umum
kabupaten/ kota. Ke lima aspek tersebut meliputi SDM perpustakaan, Fasilitas dan
layanan Perpustakaan, Desain dan tata ruang perpustakaan, Sumber Daya informasi
perpustakaan dan Program kegiatan yang diselenggarakan perpustakaan.
Konsep perpustakaan umum ideal
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten semarang
Pemustaka Pustakawan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut
sensoris. Namun, proses ini tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus
tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena
itu, proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses
pengindraan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Proses persepsi
ialah stimulus yang diindra oleh individu, diorganisasikan dan interpretasikan,
sehingga individu menyadari, mengerti dengan apa yang diindra itu (Walgito,
2004: 53). Sedangkan Menurut Suwarno (2009: 52), persepsi ialah proses
diterimanya rangsang berupa objek, kualitas hubungan antar gejala, maupun
peristiwa sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti. Jadi persepsi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan
mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan pengindraan
seseorang.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan
proses yang diawali dengan penginderaan terhadap rangsangan berupa objek lalu
diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga memunculkan penilaian
9
10
atau kesan terhadap rangsangan dari objek yang dipersepsi sehingga menjadi
pesan yang berarti.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Walgito (2004: 89) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
persepsi manusia:
1.Objek yang dipersepsi
objek merupakan stimulus yang mengenai alat indera yang berasal dari
individu tersebut maupun dari luar individu yang langsung mengenai
syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
2.Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
alat indra atau reseptor berfungsi sebagai alat penerima stimulus. Selain
itu harus ada syaraf sensoris yang bekerja meneruskan stimulus yang
diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak. Sebagai alat untuk
mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3.Perhatian
Untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian. Perhatian
merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu
yang ditujukan pada suatu objek.
b. Aspek-aspek persepsi
11
Menurut Sukmana (2003: 55) disebutkan bahwa persepsi melibatkan proses
kognisi dan afeksi. Kognisi menyangkut keyakinan atau proses diterimnya
stimulus melalui alat indera dan fungsi fisiologis dari susunan syaraf pusat
dalam melakukan seleksi terhadap stimulus yang diterima individu. Afeksi
berkaitan dengan kesan atau perasaan individu dalam menafsirkan stimulus
sehingga individu menyadari stimulus tersebut.
Dengan demikian aspek-aspek persepsi meliputi:
1)Perasaan untuk mengorganisasi dan menginterpretasi stimulus
2)Kemampuan berpikir untuk mengorganisasi dan menginterpretasi stimulus
2.2 Pemustaka
Pada mulanya istilah pengguna perpustakaan atau pemakai perpustakaan lebih
dahulu muncul sebelum istilah pemustaka ada. Menurut Hermawan (2006: 13)
pemustaka atau pengguna adalah orang atau badan yang akan menggunakan
perpustakaan. Sedangkan menurut Sutarno (2008: 145) pemakai perpustakaan
didefinisikan sebagai orang atau kelompok masyarakat yang memakai dan
memanfaatkan layanan perpustakaan, baik pemakai yang menjadi anggota
maupun bukan anggota. Dalam teori kajian pemakai, Powell dalam Suwanto
(2010) menggunakan dua istilah untuk mengkaji pemakai, yaitu House survey
of users bagi pemakai yang menjadi anggota suatu perpustakaan, dan
Community analysis untuk pemakai baik yang menjadi anggota maupun
bukan anggota perpustakaan. Namun, perpustakaan dibawah lembaga tertentu
12
mendefinisikan pengguna/pemakai sesuai dengan misi dan tujuan masing-
masing.
Setelah adanya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
perpustakaan disahkan, istilah pengguna atau pemakai perpustakaan dirubah
menjadi pemustaka. Pengertian pemustaka menurut Undang-Undang Nomor 43
Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan,
kelompok orang, masyarakat atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan
perpustaaan. Pemustaka sendiri tergolong dalam berbagai macam jenis, ada
mahasiswa, guru, dosen, dan masyarakat pada umumnya tergantung jenis
perpustakaan yang ada.
Menurut Hermawan (2006: 13) ada beberapa Istilah yang digunakan
dalam kaitannya dengan pemustaka atau pengguna perpustakaan, antara lain
sebagai berikut:
1. Anggota (members) yang dianggap sebagai pemustaka adalah mereka yang
telah menjadi anggota perpustakaan.
2. Pembaca (readers) menunjukkan bahwa tugas utama perpustakaan adalah
menyediakan bahan bacaan bagi pengguna perpustakaan atau tempat dimana
orang dapat membaca berbagai jenis bahan pustaka;
3. Pelanggan (customers) hubungan antara perpustakaan dengan pemustaka
sudah seperti hubungan antara penjual dan pembeli;
13
4. Klien (clients) hubungan antara perpustakaan dengan penggunanya sudah
seperti pengacara dengan orang yang dibelanya;
5. Patron (patrons) pada dasarnya arti patron ini lebih kepada orang-orang yang
peduli dan ikut menyeponsori perpustakaan, dan dalam perkembangannya
pengguna perpustakaan dianggap sebagai patron.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemustaka
adalah pengguna perpustakaan baik perseorangan, kelompok, maupun lembaga
yang memanfaatkan fasilitas dan layanan perpustakaan baik yang telah menjadi
anggota maupun belum menjadi anggota perpustakaan.
2.3 Pustakawan
Pustakawan adalah orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat dengan
dunia pustaka atau bahan pustaka. IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia)
menyatakan bahwa pustakawan ialah seseorang yang melaksanakan kegiatan
perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi,
dan informasi yang diperolehnya melalui pendidikan.
Adapun pengertian pustakawan menurut UU No. 43 Tahun 2007. pasal 1
ayat 8 dijelaskan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan
kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
14
Pustakawan bertugas untuk memberikan dan melaksanakan kegiatan
perpustakaan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan layanan kepada
masyarakat yang sejalan dengan misi yang diemban oleh badan induknya,
kegiatan yang dilaksanakan harus berdasarkan kaidah ilmu perpustakaan,
informasi dan dokumentasi yang diperoleh melalui pendidikan (Sulistyo -
Basuki, 1991: 8). Tugas pustakawan tersebut diperkuat dengan adanya kode etik
pustakawan.
Lasa (2009: 338) membagi pustakawan dalam dua jenis, yaitu terdiri dari
pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Pustakawan dan tenaga teknis
perpustakaan memiliki kewajiban:
1) Memberi layanan prima
2) Menciptakan perpustakaan kondusif, dan
3) Memberikan keteladanan dan nama baik lembaga dan kedudukannya sesuai
tugas dan tanggung jawabnya.
Dalam UU No. 43 Tahun 2007 pustakawan dikelompokkan menjadi 2,
yaitu:
1. Pustakawan, adalah tenaga perpustakaan yang telah memenuhi kualifikasi
sesuai standar nasional perpustakaan.
2. Tenaga teknis pustakawan, adalah tenaga perpustakaan yang dapat dirangkap
oleh pustakawan sesuai dengan kondisi perpustakaan yang bersangkutan.
15
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pustakawan
secara umum adalah seorang yang memiliki kompetensi di bidang ilmu
perpustakaan yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan
yang bertugas dan bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan
perpustakaan dengan tujuan memberikan layanan kepada masyarakat sesuai
dengan misi badan induknya berdasarkan kaidah ilmu perpustakaan,
dokumentasi dan informasi.
2.4 Perpustakaan Umum
1. Pengertian perpustakaan umum
Pengertian perpustakaan umum menurut Hermawan dan Zulfikar (2006: 30)
adalah “Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang melayani seluruh
lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama,
suku, pendidikan, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Sutarno (2003: 32)
menyatakan bahwa:
“Perpustakaan umum sering diibaratkan sebagai Universitas Rakyat atau Universitas Masyarakat maksudnya adalah perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang demokratis Karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayani tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya”.
Selain kedua pendapat tersebut dalam UU No. 43 tahun 2007 pasal 1
ayat 6 dijelaskan bahwa Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang
diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang
16
hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status
sosial-ekonomi.
Perpustakaan umum didirikan di tiga tingkatan pemerintah, yaitu (1)
perpustakaan umum kabupaten dan kota, (2) perpustakaan umum kecamatan,
dan (3) perpustakaan umum desa / kelurahan. Perpustakaan umum tersebut
milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pemerintah daerah yang
bersangkutan.
Perpustakaan umum menyediakan informasi yang sangat variatif
karena jenis pemustaka yang bervariasi pula, semua lapisan masyarakat dapat
mengakses informasi yang disediakan oleh perpustakaan umum mulai dari
anak-anak hingga kalangan lanjut usia.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum
adalah perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah daerah yang berfungsi
sebagai lembaga pendidikan dengan menyediakan sumber belajar sesuai
dengan kebutuhan, menghimpun berbagai macam koleksi tercetak maupun
non-cetak dan bertugas melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa
membedakan latar belakang, status sosial, suku, agama, umur, serta perbedaan
lainnya.
17
2. Ciri-ciri perpustakaan umum
Sulistyo-Basuki (1991: 46) menjelaskan beberapa ciri-ciri perpustakaan
umum sebagai berikut:
a. Terbuka untuk umum artinya terbuka bagi siapa saja tanpa memandang
perbedaan jenis kelamin, agama, kepercayaan, ras, usia, pandangan
politik, dan pekerjaan.
b. Dibiayai oleh dana umum. Dana umum adalah dana yang berasal dari
masyarakat. Biasanya dikumpulkan melalui pajak dan dikelola oleh
pemerintah. Dana ini kemudian digunkan untuk mengelola perpustakaan
umum. Karena dana dari umum maka perpustakaan umum harus terbuka
untuk umum.
c. Jasa yang diberikan pada hakekatnya bersifat cuma-cuma. Jasa yang
diberikan mencakup jasa referral artinya jasa memberikan informasi,
peminjaman, konsultasi studi. Sedangkan keanggotaan bersifat cuma-
cuma artinya tidak perlu membayar.
Ciri-ciri perpustakaan umum tersebut menggambarkan bahwa
perpustakaan umum haruslah bersifat terbuka kepada seluruh lapisan
masyarakat Karena perpustakaan umum didanai oleh masyarakat melalui
pajak yang dibayarkan, selain itu perpustakaan tidak diperkenankan
mengambil profit melalui pungutan kepada pengguna atau pemustaka dalam
arti segala bentuk layanan harus bersifat cuma-cuma atau gratis.
18
3. Tujuan perpustakaan umum
Secara teknis tujuan perpustakaan umum adalah melayani seluruh lapisan
masyarakat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan secara cuma-cuma.
Begitu pentingnya peran perpustakaan umum bagi kecerdasan bangsa,
Unesco pada tahun 1972 mengeluarkan manifesto perpustakaan umum yang
dikutip oleh Sulistyo-Basuki (1991: 46), isinya bahwa perpustakaan umum
memiliki 4 tujuan utama, yaitu:
(1)Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang
dapat membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih
baik.
(2)Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi
masyarakat terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi
mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.
(3)Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya
sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat
sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan
bantuan bahan pustaka. Fungsi ini sering disebut sebagai fungsi
pendidikan perpustakaan umum, lebih tepat disebut sebagai pendidikan
berkesinambungan ataupun pendidikan seumur hidup. Pendidikan sejenis
ini hanya dapat dilakukan oleh perpustakaan umum karena perpustakaan
umum merupakan satu-satunya pranata kepustakawanan yang terbuka
19
bagi umum namun untuk memanfaatkannya tidak selalu terbuka langsung
bagi perorangan, adakalanya harus melalui perpustakaan lain.
(4)Bertindak selaku agen kultural artinya perpustakaan umum merupakan
pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan
bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan
cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan
penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan,
kegemaran dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.
Sedangkan Hermawan dan Zulfikar (2006: 31) menyatakan tujuan
perpustakaan umum adalah:
1. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan
bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kesejahteraan;
2. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna
bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari - hari;
3. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui
penyediaan bahan pustaka dan informasi;
4. Bertindak sebagai agen kultural, sehingga menjadi pustaka utama
kehidupan budaya bagi masyarakat sekitar; dan
5. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.
20
Berdasarkan uraian tersebut, dinyatakan bahwa tujuan dari
perpustakaan umum adalah untuk meningkatkan pendidikan masyarakat,
membantu dalam menyelesaikan masalah dan bertindak sebagai agen kultural
sehingga khasanah budaya tetap terjaga.
4. Tugas perpustakaan umum
Dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000: 6)
dijelaskan bahwa tugas pokok perpustakaan umum adalah menyediakan,
mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka,
menyediakan saran pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang
membutuhkan informasi dan bahan bacaan.
Menurut Sutarno dalam Suwarno (2011: 21) tugas perpustakaan umum
secara garis besar ada tiga, yaitu:
(1) Tugas menghimpun informasi meliputi kegiatan mencari, menyeleksi, dan
mengisi perpustakaan dengan sumber informasi yang memadai/lengkap
baik dalam arti jumlah, jenis, maupun mutu yang disesuaikan dengan
kebijakan organisasi, ketersediaan dana, dan keinginan pemakai serta
mutakhir.
(2) Tugas mengelola, meliputi proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan
dan pengemasan agar tersusun rapi, mudah ditelusuri kembali (temu balik
informasi) dan diakses oleh pemakai, serta merawat bahan pustaka.
Pekerjaan pengolahan mencakup pemeliharaan atau perawatan agar
21
seluruh koleksi perpustakaan tetap dalam kondisi bersih, utuh dan baik.
Sedangkan kegiatan mengelola dalam pengertian merawat adalah kegiatan
yang dilakukan dalam rangka preservasi dan konservasi untuk menjaga
nilai-nilai sejarah dan dokumentasi.
(3) Tugas memberdayakan dan memberikan layanan secara optimal.
Perpustakaan sebagai pusat informasi yang menyimpan berbagai ilmu
pengetahuan, memberikan layanan informasi yang ada untuk
diberdayakan kepada masyarakat pengguna sehingga perpustakaan
menjadi agen perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, teknologi
dan budaya masyarakat. Termasuk dalam tugas ini adalah upaya promosi
dan publikasi serta sosialisasi agar masyarakat pengguna mengetahui
dengan jelas apa yang ada dan dapat dimanfaatkan dari perpustakaan.
Pelaksanaan tugas perpustakaan umum dapat dikaitkan langsung
dengan berbagai program kemasyarakatan, berdasarkan kerjasama dan
kesepakatan dengan penyelenggara programnya seperti antara lain:
a. Program penerangan masyarakat
b. Program pemasyarakatan hokum
c. Program bimbingan keluarga berencana
d. Program pendidikan masyarakat
e. Program koran masuk desa
f. Program pendidikan PKK
g. Program pembinaan kreativitas anak dan orang muda
h. Program kesehatan masyarakat
22
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pokok
perpustakaan umum adalah menghimpun informasi, mengelola informasi dan
memberdayakan dan memberikan layanan secara optimal yang dapat
dilaksanakan dengan mengaitkan langsung dengan berbagai macam program
kemasyarakatan berdasarkan kerjasama dan kesepakatan.
5. Fungsi perpustakaan umum
Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan perpustakaan, maka perpustakaan
harus mampu menjalankan fungsinya terlebih dahulu dengan baik. Pada
dasarnya fungsi perpustakaan umum sama dengan fungsi perpustakaan pada
umumnya.
Fungsi perpustakaan menurut Sulistyo-Basuki (1991: 27) adalah:
1. Sebagai sarana simpan karya manusia
Perpustakaan berfungsi sebagai “arsip umum” bagi produk masyarakat
berupa buku dalam arti luas. Dalam kaitannya dengan fungsi simpan,
perpustakaan bertugas menyimpan khasanah budaya hasil masyarakat.
2. Fungsi informasi
Bagi anggota masyarakat yang memerlukan informasi dapat memintanya
ataupun menanyakannya ke perpustakaan. Informasi yang diminta dapat
berupa informasi mengenai tugas sehari-hari, pelajaran maupun informasi
23
lainnya. Dengan koleksi yang tersedia perpustakaan harus berusaha
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan ke perpustakaan.
3. Fungsi rekreasi
Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca di
perpustakaan. Kegiatan membaca sebagai bagian fungsi rekreasi dapat
dikaitkan pula dengan tingkat melek huruf. Secara umum, kegiatan
membaca dapat digolongkan dalam dua jenis kegiatan. Pertama, kegiatan
membaca untuk keperluan praktis, artinya membaca untuk memperoleh
hasil praktis seperti untuk keperluan ujian, memahami masalah,
mengetahui latar belakang persoalan dan lainnya. Kedua, membaca
sekedar untuk rekreasi rohani belaka.
4. Fungsi pendidikan
Perpustakaan merupakan saran pendidikan nonformal dan informal,
artinya perpustakaan merupakan tempat belajar diluar bangku sekolah
maupun juga tempat belajar dalam lingkungan pendidikan sekolah. Bagi
mereka yang sudah meninggalkan bangku sekolah maupun putus sekolah
maka perpustakaan merupakan tempat belajar yang praktis,
berkesinambungan serta murah.
5. Fungsi kultural
Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan
apresiasi budaya masyarakat. Pendidikan ini dapat dilakukan dengan cara
24
menyelenggarakan pameran, pertunjukkan seni, pemutaran film dan
sebagainya. Dengan cara demikian masyarakat dididik mengenal
budayanya. Disini budaya memiliki arti sebagai segala ciptaan manusia.
Selain pendapat tersebut, dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan Umum (2000 : 6) dinyatakan bahwa fungsi perpustakaan umum
adalah:
a. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan
bacaan.
b. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan melalui
pembelian, langganan, tukar menukar, dan lain - lain.
c. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka.
d. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.
e. Pendayagunaan koleksi.
f. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang
langsung ke perpustakaan maupun yang menggunakan telepon,
faximili, dan lain - lain.
g. Pemasyarakatan perpustakaan.
h. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan.
i. Pelaksanaan koordinasi dengan perpustakaan lain dalam rangka
pemanfaatan koleksi mitra kerja lainnya.
j. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka
pemanfaatan koleksi bersama dan sarana atau prasarana, dan
k. Pengolahan dan ketatausahaan perpustakaan.
25
Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa fungsi dari perpustakaan
umum pada dasarnya adalah sebagai pusat informasi, simpan karya manusia,
rekreasi, pendidikan, dan kultural.
2.5 Standar Penyelenggaraan Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum memiliki standar dalam penyelenggaraannya yang telah
diatur dalam Standar Nasional Perpustakaan (SNP) (lihat Lampiran 7).
Standar perpustakaan umum kabupaten/kota ini menetapkan acuan dasar
penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan umum di tingkat
kabupaten/kota, meliputi ketentuan atau persyaratan minimal tentang tenaga,
sarana dan prasarana, layanan, koleksi, penyelenggaraan, dan pengelolaan
perpustakaan. Secara garis besar hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Sumber Daya Manusia (SDM) Perpustakaan
Sumber Daya Manusia Perpustakaan adalah tenaga pengelola
perpustakaan (staf). Tenaga pengelola perpustakaan terdiri dari
pustakawan, tenaga teknis, dan tenaga pendukung yang berstatus tetap
atau honorer. Jumlah tenaga perpustakaan sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang per 5000 penduduk di wilayah Kewenangan. Sedangkan tenaga
berkualifikasi di bidang perpustakaan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
per 15000 penduduk.
26
Perpustakaan dikepalai oleh oleh seorang kepala perpustakaan
yang memiliki kualifikasi sekurang-kurangnya berlatar belakang
pendidikan S1/Diploma perpustakaan atau S1/Diploma non perpustakaan
dengan pelatihan bidang perpustakaan.
SDM perpustakaan memiliki managemen dan struktur organisasi
yang jelas. Standar struktur organisasi yang harus diselenggarakan oleh
perpustakaan daerah, seperti yang tertera dalam poin 8.4 berikut:
Struktur organisasi:a. Perpustakaan umum kabupaten/kota merupakan satuan organisasi
perpustakaan yang dipimpin oleh seorang kepala perpustakaan.
b. Struktur organisasi berada dibawah kepala perpustakaan.
c. struktur organisasi perpustakaan umum kabupaten/kota sekurang-
kurangnya terdiri dari kepala perpustakaan, unit layanan pembaca,
unit layanan teknis, unit teknologi informasi dan komunikasi serta
kelompok fungsional dan unit tata usaha.
2) Fasilitas dan Layanan Perpustakaan
Fasilitas sarana layanan dan sarana kerja yang disediakan perpustakaan
sekurang-kurangnya meliputi: rak buku(30 buah); rak majalah (3 buah);
rak audio visual (2 buah); rak buku referensi (7 buah); meja baca (100
buah); meja kerja (20 buah); laci katalog (2 buah); kursi baca (100 buah);
perangkat komputer (5 unit); alat baca tunanetra (5 unit) ; AC (1 buah);
27
rak display buku baru (1 buah); rak surat kabar (2 buah); jaringan internet;
lemari penitipan tas (2 buah).
Sedangkan untuk jenis layanan yang diselenggarakan perpustakaan
sekurang-kurangnya meliputi: layanan sirkulasi, layanan membaca
ditempat, layanan referensi, layanan bercerita, layanan keliling (mobil
keliling), dan layanan bimbingan pemustaka.
3) Desain dan tata ruang perpustakaan
Desain dan tata ruang perpustakaan berkaitan dengan gedung, lokasi,
ruangan, desain interior, dan desain eksterior perpustakaan. Pertama,
Gedung perpustakaan dalam SNP memiliki kualifikasi sebagai berikut:
a. Luas gedung sekurang-kurangnya 0,008 m2 per kapita dikalikan
jumlah penduduk.
b. Memenuhi standar kesehatan, keselamatan, kenyamanan,
ketenangan, keindahan,
c. pencahayaan, keamanan, dan sirkulasi udara.
d. Perencanaan gedung memungkinkan pengembangan fisik.
e. Memenuhi aspek teknologi, ergonomik, konstruksi, lingkungan,
efektifitas, efisiensi dan kecukupan.
f. Berbentuk permanen.
g. Memperhatikan kekuatan dan memenuhi persyaratan konstruksi
lantai untuk ruang koleksi perpustakaan (minimal 400 kg/m²).
h. Dilengkapi atau difasilitasi sarana kepentingan umum seperti
toilet, dan area parkir.
28
Kedua, lokasi perpustakaan memiliki kualifikasi sebagai berikut:
a. Berada pada lokasi yang mudah dilihat, dikenal, dan di jangkau
masyarakat.
b. Di bawah kepemilikan atau kekuasaan pihak pemerintah daerah.
c. Memiliki status hukum yang jelas.
d. Jauh dari lokasi rawan bencana.
Ketiga, ruangan perpustakaan sekurang-kurangnya terdiri dari
ruang koleksi, ruang baca, ruang kepala, ruang staf, ruang pengolahan,
ruang serba guna, area publik (mushola dan toilet tidak berada didalam
ruang koleksi. Termasuk juga pengendalian kondisi ruangan perpustakaan
(cahaya kelembaban) yang bertujuan untuk mengendalikan kondisi koleksi
perpustakaan, menjaga temperatur, cahaya dan kelembaban ruangan.
4) Koleksi Perpustakaan (Sumber Informasi)
Koleksi perpustakaan atau sumber informasi yang disediakan
perpustakaan meliputi koleksi tercetak maupun non-cetak. Jumlah (judul)
koleksi perpustakaan sekurang-kurangnya 0,025 per kapita dikalikan
jumlah penduduk di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Perpustakaan memiliki koleksi terbaru (lima tahun terakhir) sekurang-
kurangnya 10% dari jumlah koleksi.
Jenis koleksi perpustakaan sekurang-kurangnya memenuhi syarat:
29
a. Perpustakaan memiliki jenis koleksi anak, koleksi remaja, dewasa,
koleksi referensi anak, koleksi referensi remaja/ dewasa, koleksi
khusus, surat kabar, majalah, dan koleksi non cetak.
b. Jenis koleksi perpustakaan mengakomodasikan semua kebutuhan
masyarakat, termasuk kebutuhan penyandang cacat.
c. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan lokal dan koleksi muatan
lokal.
d. Koleksi perpustakaan terdiri dari berbagai disiplin ilmu sesuai
kebutuhan masyarakat.
e. Komposisi dan jumlah masing-masing jenis koleksi disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat dan kebijakan pembangunan daerah.
Sedangkan untuk koleksi referensi perpustakaan sekurang-
kurangnya memiliki ensiklopedia, direktori, handbook/manual, kamus,
majalah indeks.
5) Program Kegiatan Perpustakaan
Program kegiatan perpustakaan adalah rancangan kegiatan yang telah
dirumuskan dan diagendakan serta dilaksanankan dalam periode masa
tertentu. Perpustakaan berkewajiban menyusun program kerja tahunan
seperti dijelaskan dalam SNP:
a. Perpustakaan menyusun program kerja tahunan yang dijabarkan
dengan kegiatan bulanan dan semesteran.
b. Program kerja tahunan disetujui dan ditetapkan secara tertulis oleh
Kepala Perpustakaan.
30
Program kegiatan yang diselenggarakan perpustakaan adalah
program kegiatan yang sejalan atau sesuai dengan tugas dan fungsi
perpustakaan. Adapun tugas dan perpustakaan perpustakaan menurut SNP
adalah sebagai berikut:
a. menyediakan sarana pengembangan kebiasaan membaca sejak usia
dini;
b. menyediakan sarana pendidikan seumur hidup;
c. menunjang sistem pendidikan formal, non formal dan informal;
d. menyediakan sarana pengembangan kreativitas diri anggota
masyarakat;
e. menunjang terselenggaranya pusat budaya masyarakat setempat
sehingga aspirasi budaya lokal dapat terpelihara dan berkembang
dengan baik;
f. mendayagunakan koleksi termasuk akses informasi koleksi
perpustakaan lain serta berbagai situs Web;
g. menyelenggarakan kerja sama dan membentuk jaringan informasi;
h. menyediakan fasilitas belajar dan membaca;
i. menfasilitasi pengembangan literasi informasi dan komputer;
j. menyelenggarakan perluasan layanan perpustakaan proaktif antara lain
melalui perpustakaan keliling;
k. melakukan pengembangan dan pembinaan perpustakaan kecamatan
dan perpustakaan desa/kelurahan diwilayahnya;
l. menghimpun dan melakukan pemutakhiran data perpustakaan
diwilayah dan menginformasikan ke sistem data nasional perpustakaan
(c.q Perpustakaan Nasional RI).
31
Berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan tentang penyelenggaraan
perpustakaan umum kabupaten/ kota tersebut, peneliti mengambil lima aspek pokok
utama yang harus dipenuhi perpustakaan umum kabupaten/ kota dalam
menyelenggarakan perpustakaan. Ke lima aspek tersebut adalah: SDM Perpustakaan,
fasilitas dan layanan perpustakaan, desain dan tata ruang perpustakaan, koleksi
perpustakaan (sumber informasi) dan program kegiatan perpustakaan. Ke lima aspek
pokok tersebut selanjutnya peneliti jadikan sebagai landasan pikir dalam penelitian
ini.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan dalam penelitian ini untuk membandingkan hasil dari
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan sekarang. Membandingkan
dengan penelitian terdahulu tidak berarti membandingkan penelitian dengan judul dan
tempat yang sama. Namun, penelitian terdahulu digunakan sebagai gambaran awal
akan fenomena yang hampir sama yang pernah diangkat sebelumnya untuk dijadikan
pandangan kedepan dalam penelitian sekarang.
Penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai acuan dan bahan
perbandingan dalam penelitian ini yaitu yang berjudul “ Rekontruksi Peran
Pustakawan Perguruan Tinggi untuk Membangun Perpustakaan Ideal”, oleh Endang
Fatmawati, M.Si., M.A. perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Diponegoro, 2014. Artikel yang ditulis oleh Endang Fatmawati ini membahas
mengenai bagaimana rekonstruksi peran pustakawan perguruan tinggi untuk
32
membangun perpustakaan yang ideal. Artikel tersebut menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaannya, pustakawan perguruan tinggi belum sepenuhnya menyadari betapa
penting perannya dalam membangun perpustakaan yang ideal. Untuk membangun
perpustakaan perguruan tinggi yang ideal harus diimbangi dengan penataan kembali
peran pustakawan untuk mengakomodir kebutuhan civitas akademik. Upaya dalam
rangka merekonstruksi peran pustakawan perguruan tinggi adalah untuk membangun
perpustakaan ideal. Konsep perpustakaan ideal tersebut meliputi: mengelola
perpustakaan sesuai standar nasional perpustakaan, mendesain gedung perpustakaan
yang berpedoman pada aturan, menyediakan fasilitas TIK yang mendukung,
tersedianya pustakawan humanis yang mampu melayani pemustaka dengan sikap
courtesy, menyediakan sumber informasi lengkap baik cetak maupun elektronis,
mendesain situs web perpustakaan yang reader friendly, dan menyediakan software
penelusuran yang user friendly. Rekonstruksi peran pustakawan perguruan tinggi
sehingga menjadi pustakawan yang holistik menjadi tuntutan dalam membangun
perpustakaan ideal. Idealnya pustakawan holistik harus memiliki berbagai macam
kompetensi, mumpuni, dan profesional baik dalam mengelola perpustakaan,
mengolah sumber informasi, dan melayani pemustaka dengan berbasis TIK.
Secara garis besar artikel yang di tulis Endang Fatmawati tersebut
menggambarkan bagaimana membangun perpustakaan perguruan tinggi yang ideal
melalui rekonstruksi peran pustakawan di perguruan tinggi tersebut. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Endang Fatmawati ini adalah sama-
33
sama membahas tentang bagaimana konsep untuk membangun perpustakaan yang
ideal. Namun, perbedaannya, penelitian Endang Fatmawati membagi konsentrasi
tentang perpustaaan ideal berdasarkan empat aspek, yaitu: gedung dan tata ruang,
fasilitas, sumber informasi, dan tenaga pustakawan, sedangkan penelitian ini
membahasa dari segi keseluruhan yaitu meliputi: SDM Perpustakaan, Fasilitas dan
layanan perpustakaan, desain dan tata ruang perpustakaan, sumber informasi
perpustakaan dan program kegiatan perpustakaan.. Perbedaan yang kedua adalah
penelitian Endang Fatmawati menggambarkan bagaimana konsep perpustakaan ideal
pada perguruan tinggi, sedangkan penelitian ini menggambarkan bagaimana konsep
perpustakaan ideal pada perpustakaan umum kabupaten/ kota dengan studi kasus di
lakukan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang.
Penelitian terdahulu yang kedua diambil dari jurnal yang berjudul “Menuju
Perpustakaan Ideal” oleh Isti Mawaddah, Pustakawan pelaksana di STAIN Kudus.
Artikel ini membahas tentang bagaimana membangun perpustakaan ideal yang
mampu memberdayakan masyarakat, merevolusi minat baca masyarakat, dan
mengubah masyarakat menjadi masyarakat yang berliterasi atau melek informasi.
Dalam artikel yang ditulis Isti Mawaddah tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa
untuk menuju perpustakaan yang ideal maka, langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah: 1) Gedung perpustakaan harus yang benar-benar dirancang
untuk perpustakaan, dimana lokasinya harus strategis dan mudah
dijangkau oleh masyarakat penggunanya serta diperlengkapi
34
dengan sarana dan fasilitas pendukung seperti aula, ruang layanan,
ruang pengolahan, ruang staf dan pimpinan, toilet, areal parkir
yang memadai dan memperhatikan kenyamanan pengguna untuk
membaca. 2) Sumber daya manusia di perpustakaan dapat terdiri
dari pustakawan, tenaga administrasi dan operator komputer yang
senantiasa selalu ditingkatkan kualitasnya dengan diikutsertakan
dalam kegiatan pelatihan, seminar-seminar, loka karya, workshop
dan kongres dibidang perpustakaan maupun disiplin ilmu yang
relevan. 3) Layanan perpustakaan dapat berupa layanan terbuka
(open acces) dan layanan tertutup (closed acces). Sedangkan
sistem layanan untuk perpustakaan umum ada baiknya diterapkan
adalah sistem layanan terbuka (open acces). Sementara itu
fasilitas-fasilitas yang perlu diberikan oleh perpustakaan untuk
dapat dikatakan ideal adalah : (a) layanan otomasi, (b) layanan foto
copy, (c) layanan pandang dengan (audio visual), (d) layanan
hotspot (wifi ) internet, (e) layanan untuk orang dengan kondisi
khusus (cacat).
Berdasarkan artikel yang ditulis Isti Mawaddah tersebut secara garis besar
dapat dijelaskan bagaimana konsep untuk mewujudkan perpustakaan yang ideal.
Persamaan artikel yang ditulis Isti Mawaddah dengan penelitian ini adalah sama-
sama mengkaji tentang konsep perpustakaan ideal. Kemudian, persamaan yang kedua
35
adalah objek penelitian sama-sama mengkaji tentang perpustakaan umum. Sedangkan
perbedaan penelitian ini dengan Artikel Isti Mawaddah adalah Isti Mawaddah hanya
membagi konsentrasi dalam tiga aspek yang meliputi: gedung, Sumber daya manusia
(SDM) dan Layanan Perpustakaan. Adapun penelitian ini membagi konsentrasi
penelitian dalam lima aspek yang meliputi: SDM Perpustakaan, Fasilitas dan layanan
perpustakaan, desain dan tata ruang perpustakaan, sumber informasi perpustakaan
dan program kegiatan perpustakaan.
Untuk lebih jelasnya perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
dapat dilihat pada table 2.1 Berikut:
36
Perbedaan
Kategori Penelitian ini Penelitian terdahulu(Endang Fatmawati)
Penelitian terdahulu(Isti Mawaddah)
Tujuan
Aspek
Objek
penelitian
Mengkaji persepsi tentang bagaimana konsep perpustakaan umum dikembangkan sehingga menjadi perpustakaan ideal
SDM Perpustakaan, Fasilitas dan layanan, desain dan tata ruang, sumber informasi dan program kegiatan.
Perpustakaan umum (Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang)
Mengkaji tentang bagaimana membangun perpustakaan perguruan tinggi yang ideal melalui rekonstruksi peran pustakawan di perguruan tinggi..
gedung dan tata ruang, fasilitas, sumber informasi, dan tenaga perpustakaan
Perpustakaan Perguruan Tinggi
Mengkaji bagaimana membangun perpustakaan ideal yang mampu memberdayakan masyarakat
gedung, Sumber daya manusia (SDM) dan Layanan Perpustakaan.
Perpustakaan umum secara umum
Tabel 2.1. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain dan Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan hal penting dalam melakukan penelitian. Metode
penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali
pemecahan terhadap segala permasalahan (Subagyo, 2006: 2). Dalam penelitian
ini penulis menggunakan desain penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif dan pendekatan studi kasus. Alasan digunakan metode kualitatif
dikarenakan permasalahan yang dikaji oleh peneliti merupakan permasalahan
yang bersifat sosial. Menurut Herdiansyah (2012: 9) Penelitian kualitatif adalah
suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam
konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Tujuan
dari penelitian kualitatif menurut Sulistyo-Basuki (2010: 78) ialah bertujuan
untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan
manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi,
pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti yang kesemuanya tidak dapat
diukur dengan angka-angka.
Jenis penelitian deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek
38
penelitian (orang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Sulistyo-Basuki,
2006: 110).
Sedangkan metode pendekatan studi kasus menurut Sulistyo-Basuki
(2006: 112) adalah “kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan dan situasi
tertentu yang memungkinkan memahami suatu hal”. Pendapat ini diperkuat oleh
Yin (2014:1) “studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how (bagaimana) dan why
(mengapa)”.
Desain penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan
pendekatan studi kasus ini digunakan untuk mendeskripsikan persepsi pemustaka
dan pustakawan tentang konsep perpustakaan ideal di Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kabupaten Semarang.
3.2 Informan
Informan adalah orang-dalam pada latar penelitian yang bertugas memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Seorang informan harus
mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan menjadi anggota tim
penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim informan dapat
memberikan pandangan dari segi orang-dalam tentang nilai-nilai, sikap,
bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut (Satori,
2012: 94).
39
Bagi peneliti, informan merupakan orang yang berperan penting dalam
pengumpulan data penelitian. Dengan adanya informan dalam penelitian banyak
informasi yang dapat terjaring oleh peneliti karena informan dimanfaatkan untuk
berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan
dari subjek lainnya.
Informan dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik purposive
sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek
didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dengan kata lain teknik purposive
sampling merupakan cara penentuan sample (informan) berdasarkan kriteria/ciri-
ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena kriteria/ciri-ciri tersebut sesuai
dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan (Herdiansyah, 2012: 106). Dengan
teknik ini peneliti akan dapat memperoleh informan yang tepat.
Alasan pemilihan informan, didasarkan pada pertimbangan –
pertimbangan sebagai berikut:
Bersedia menjadi informan.
Merupakan pemustaka yang telah resmi menjadi anggota perpustakaan
dan memanfaatkan Perpustakaan setidaknya dua kali dalam satu bulan.
Peneliti mempunyai kewenangan dalam menentukan siapa saja yang
menjadi informan, bisa saja peneliti membuang informan yang dianggap
tidak layak.
40
Dalam penelitian ini informan yang diambil adalah pemustaka dan
pustakawan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang. Pada
penelitian ini informan yang peneliti ambil terdiri dari enam informan yaitu:
pelajar SMA/SMK, Mahasiswa, umum, PNS, dan dua pustakawan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Aktivitas penelitian tidak terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan
baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai objek penelitian.
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan
memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Jenis data dalam
penelitian ini merupakan jenis data kualitatif, sedangkan sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data berdasarkan sumbernya yaitu
sumber data. Selain itu, penulis juga menggunakan sumber data tambahan berupa
dokumentasi yang akan mendukung penemuan data di lapangan dan yang relevan
dengan penelitian ini.
3.3.1 Data Primer
“Sumber data primer adalah sumber yang merupakan bagian dari atau
langsung berhubungan dengan peristiwa sejarah.”(Sulistyo-Basuki (2006:
102).
Dalam penelitian ini, sumber data primer yang dimaksud adalah
data yang diperoleh secara langsung di lapangan yaitu dari hasil
observasi dan wawancara dengan informan. Informan dalam penelitian
41
ini adalah pemustaka dan pustakawan di Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang.
3.3.2 Data Sekunder
Sumber data sekunder menurut Sulistyo-Basuki (2006: 103), “Bukti
berupa dokumen atau rekaman lain yang memberikan bukti mengenai
atau tentang sesuatu yang telah terjadi, misalnya notulen rapat, sinopsis
diskusi, debat, laporan surat kabar, biografi dan sejarah yang ditulis oleh
sejarawan lain.”
Data sekunder adalah data pendukung dan pelengkap data primer.
Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui dokumentasi,
literatur atau studi pustaka seperti buku, internet, majalah, artikel
kepustakawanan, skripsi, jurnal dan lain sebagainya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data3.4.1 Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung pada subyek dan obyek yang diteliti.
Observasi merupakan proses mengamati dan merekam peristiwa yang
terdapat di permasalahan tersebut secara langsung dilapangan (Sulistyo -
Basuki 2006:154). Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan langsung pada objek kajian. Observasi yang di
maksud dalam teknik pengumpulan data ini ialah observasi pra-penelitian,
42
saat penelitian dan pasca-penelitian yang digunakan sebagai metode
pembantu, dengan tujuan untuk mengamati bagaimana kondisi
perpustakaan.
3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-
jawaban responden dicatat atau direkam (Hasan, 2002: 85) sedangkan
menurut Moleong (2007: 186) wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Wawancara merupakan percakapan dua orang yang salah
satunya bertujuan menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu
tujuan tertentu. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui persepsi pemustaka dan pustakawan tentang konsep
perpustakaan ideal.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data merupakan suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau
angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu
(Hasan, 2002: 89). Dalam penelitian ini tahapan-tahapan alur teknis analisis data
menggunakan model Miles & Huberman dalam Herdiansyah (2012: 164) yaitu
melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Adapun penjabaran analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:
43
1. Pengumpulan data
Pada tahap ini, untuk penelitian kualitatif proses pengumpulan data dilakukan
sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan pada saat akhir
penelitian. Seyogyanya, proses pengumpulan data sudah dilakukan ketika
penelitian masih berupa konsep atau draft. Dengan kata lain, peneliti kualitatif
sudah berpikir dan melakukan analisis ketika penelitian kualitatif baru
dimulai. Maksudnya adalah peneliti telah melakukan analisis tema pada awal
penelitian dan melakukan pemilihan tema (kategorisasi) pada awal penelitian.
Pada intinya adalah proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak
memiliki waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan
proses pengumpulan data dapat dilakukan.
2. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data awal yang muncul dari
catatan-catatan yang tertulis di lapangan menjadi satu bentuk tulisan (script)
yang akan dianalisis. Dengan kata lain reduksi data adalah proses mengubah
bentuk data dari hasil wawancara dan hasil observasi menjadi bentuk tulisan
(script). Selama proses reduksi data berlangsung, tahapan selanjutnya ialah:
a. Mengkategorikan data (Coding) ialah upaya memilah-milah setiap satuan
data ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan
44
b. Interpretasi data ialah pencarian pengertian yang lebih luas tentang data
yang telah dianalisis atau dengan kata lain, interpretasi merupakan
penjelasan yang terinci tentang arti yang sebenarnya dari data penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada data wawancara yang
diperoleh. Data yang diperoleh tersebut kemudian direduksi yaitu
merangkum, memilih data wawancara yang bisa menjadi pertanyaan
penelitian.
3. Display data
Display data dilakukan setelah semua data diubah ke dalam bentuk tulisan
(script). Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam
dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu
matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan
dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang
lebih konkret dan sederhana yang dibuat dengan subtema yang diakhiri
dengan memberikan kode (coding) dari subtema tersebut sesuai tahap yang
sebelumnya dilakukan yaitu reduksi data.
Dalam penelitian ini, penulis menyajikan hasil-hasil data wawancara,
observasi, maupun data studi dokumentasi. Data disajikan dalam bentuk teks
yang bersifat naratif.
45
4. Kesimpulan/verifikasi
Kesimpulan/verifikasi merupakan tahapan terakhir dalam rangkaian analisis
data penelitian kualitatif. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif menjurus
kepada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya dan
mengungkap “apa” dan “bagaimana” dari temuan penelitian tersebut
(Herdiansyah, 2012: 179). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
mengungkapkan bagaimana konsep perpustakaan ideal berdasarkan persepsi
pemustaka dan pustakawan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Semarang.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH
KABUPATEN SEMARANG
4.1 Lokasi
Berdasarkan Perda No. 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat, Lembaga Teknis Daerah dan
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Semarang, Kantor Perpustakaan
dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang resmi dan eksis sebagai “Kantor” yang
beralamat di Jl. Pemuda No. 7 Ungaran.
Dalam pengembangannya, Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Semarang mempunyai 1 (satu) unit Pelayanan Perpustakaan di Kecamatan
Ambarawa, yang telah diresmikan oleh Sekda Kabupaten Semarang pada tanggal
13 Desember 2007 dengan alamat di Jln. Mgr. Sugiyopranoto 13 Ambarawa, Pos
Baca RSUD Ungaran, Pos Baca Kantor Kecamatan Bandungan, dan juga Pos
Baca PUSKESMAS Banyurbiru. Sedangkan untuk pelayanan Arsip, Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang terletak di Gedung Arsip
dengan alamat Jl. Gatot Subroto 20A Ungaran.
47
4.2 Visi dan Misi
Sesuai dengan Perda No. 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat, Lembaga Teknis Daerah
dan Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Semarang, visi dan misi
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang terdiri dari:
1. Visi
“Terwujudnya Budaya Baca Masyarakat dan Tertib Arsip Pemerintah
Daerah”.
2. Misi
Misi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang adalah:
a. Memberdayakan Lembaga Perpustakaan dan Kearsipan sebagai sumber
informasi dan pengetahuan.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kebiasaan minat baca masyarakat.
c. Mewujudkan masyarakat berbudaya baca menuju SDM berkualitas.
d. Menyelamatkan dan melestarikan arsip.
4.3 Struktur OrganisasiPerpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang merupakan gabungan dua
kantor yaitu Kantor Perpustakaan dan Kator Arsip yang berada dalam satu
gedung. Meskipun terdapat dua kantor yang memiliki peran dan fungsi yang
berbeda namun Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
dikepalai oleh satu kepala yang memegang tanggung jawab di semua bidang.
48
Bagan struktur Organisasi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang dapat dilihat pada bagan 4.1
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP
DAERAH KABUPATEN SEMARANG
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
(Sumber: Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang)
KEPALA KANTOR
Nelly Rahmawati, SH. M.HUM
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN
KASUBAG TATA USAHA
Siti Nasrotun, SH, M.M
KASI PENGEMBANGAN
PERPUSTAKAAN DAN ARSIP
Dra. Retno Rukmiati
KASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN
Cahya Budianto, SH, M.M
KASI PENGELOLAAN ARSIP
Drs. Tri Wijayanto
49
Berdasarkan Perda Nomor 21 Tahun 2005 tentang susunan organisasi dan
tata kerja kantor perpustakaan daerah, maka susunan Organisasi Kepala Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang terdiri dari:
1. Kepala Kantor
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3. Kepala Seksi Pengembangan Perpustakaan dan Arsip
4. Kepala Seksi Pengolahan Perpustakaan
5. Kepala Seksi Pengolahan Arsip
6. Kelompok Jabatan Fungsional Pustakawan
4.4 KepegawaianDalam mendukung tugas pokok dan fungsi Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang, pada tahun 2015secara keseluruhan Kantor Perpustakaan
dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang memiliki 26 orang personil. Berikut
adalah rincian pegawai yang terdiri atas:
1. PNS 19 orang yang terbagi atas
a. Kepala Perpustakaan : 1 orang
b. Kasubbag TU : 1 orang
c. Kepala Seksi : 3 orang
d. Staf : 14 orang
2. Tenaga Honorer 7 orang yang terbagi menjadi:
a. Bagian Layanan : 6 orang
b. Pegawai Lepas : 1 orang
50
4.5 Kegiatan Perpustakaan1. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan menyediakan koleksi bahan pustaka untuk
dijadikan koleksi perpustakaan yang kemudian dapat digunakan oleh
pemustaka untuk memenuhi kebutuhan informasi. Pengadaan koleksi di
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang dilakukan
dengan cara pembelian dan sumbangan.
a. Pembelian
Pembelian yang dilakukan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang melalui pihak ketiga atau rekanan. Pengadaan
melalui pembelian dilakukan dalam kurun waktu satu tahun sekali.
b. Sumbangan
Perpustakaan tidak menentukan jenis buku tertentu yang dapat
disumbangkan. Semua jenis buku sumbangan diterima oleh Perpustakaan,
selanjutnya perpustakaan melakukan seleksi terhadap buku sumbangan
untuk memilih buku mana yang masih layak untuk dilayankan kepada
masyarakat.
2. Pengolahan
Pengolahan merupakan kegiatan mengelola buku mulai dari klasifikasi,
inventarisasi, entry data, dan memberi perlengkapan pada buku sehingga buku
tersebut siap untuk dilayankan. Kegiatan pengolahan diantaranya:
51
a. Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi yang dilakukan meliputi:
Memberi cap inventaris dan memberi cap milik atas kepemilikan
bahan pustaka
Mencatat bahan pustaka ke dalam buku induk
Memberi nomor inventaris pada bahan pustaka
b. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kegiatan pemberian nomor pada bahan pustaka
sesuai dengan subjek bahan pustaka tersebut. Pedoman dalam klasifikasi
menggunakan Pengantar persepuluh Dewey karya P. Hamakonda, Dewey
Decimal Clasification (DDC) edisi 23, dan Daftar Tajuk Subjek terbitan
Perpustakaan Nasional RI.
c. Entry Data
Entry data merupakan kegiatan memasukkan data atau informasi buku
sebagai jati diri buku ke dalam komputer / database.
d. Memberi Perlengkapan Buku
Memberi perlengkapan pada buku meliputi beberapa kegiatan, yaitu:
Memasang kartu buku
Memasang kantong kartu buku
Menempel lembar tanggal kembali
Memberi label pada buku
52
4.6 Koleksi PerpustakaanDari data laporan perpustakaan per akhir tahun 2014, Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang jumlah total keseluruhan koleksi yang
dimiliki adalah 34.311 judul, 67.767 eksemplar. Adapun rinciannya adalah
sebagai berikut:
a. Buku Fiksi : 10.302 judul/ 23.092 eksemplar
b. Buku Non fiksi : 21.864 judul/ 39.954 eksemplar
c. Buku referensi : 2.020 judul/ 4.721 eksemplar
d. Koleksi khusus
Buku Braille : 100 judul
Klipping : 25 judul
e. Majalah yang dilanggan tahun 2014-2015 : 24
f. Surat kabar yang dilanggan tahun 2014-2015 : 9
g. Peta yang dimilik : 4
h. Globe/ bola dunia : 3
4.7 Layanan perpustakaan1. Jam layanan perpustakaan
Senin- jumat : pukul 08.00 s/d 20.00
Sabtu : pukul 08.00 s/d 14.00
2. Jenis layanan yang ada di perpustakaan
a. Layanan kartu anggota
Layanan kartu anggota adalah layanan pembuatan kartu bagi pemustaka
agar pemustaka dapat melakukan peminjaman koleksi. Pembuatan kartu
anggota tidak dikenakan biaya. Pemustaka dapat langsung membuat kartu
53
anggota setelah memenuhi persyaratan yang diberikan oleh perpustakaan
untuk menjadi anggota. Namun, pembuatan kartu anggota perpustakaan
hanya dapat dilakukan oleh pemustaka yang berada dilingkup Kabupaten
Semarang.
b. Layanan Sirkulasi
Layanan sirkulasi adalah layanan peminjaman dan pengembalian buku.
Pada layanan sirkulasi selain untuk peminjaman dan pengembalian buku,
pemustaka juga dapat berkonsultasi atau menanyakan informasi apa saja
yang berkaitan dengan koleksi buku yang ada di ruang baca kepada
pustakawan yang bertugas termasuk membantu penelusuran buku.
c. Layanan referensi
Layanan referensi adalah layanan yang menyediakan koleksi-koleksi
rujukan. Yang termasuk koleksi referensi di Perpustakaan ini adalah
kamus, ensiklopedia, dan lain-lain. Koleksi yang ada pada layanan
referensi tidak untuk dipinjamkan melainkan hanya untuk dibaca ditempat.
d. Layanan internet
Layanan internet adalah layanan yang ditujukan untuk pemustaka sebagai
alternative lain untuk memperoleh informasi. Layanan internet dapat
digunakan oleh semua pemustaka yang telah tercatat sebagai anggota
perpustakaan secara gratis.
e. Layanan Story Telling
54
Layanan Story telling adalah layanan bercerita dengan sasaran anak-anak
usia TK dan SD. Layanan ini dilakukan dengan menggunakan sumber
rujukan berupa buku dan alat peraga. Layanan ini dilaksanakan hanya
ketika ada permintaan dari pihak sekolah dalam arti kondisional.
f. Layanan Perpustakaan keliling
Layanan perpustakaan keliling atau disingkat perpusling adalah layanan
perpustakaan yang dilaksanakan menggunakan mobil dengan cara
berkeliling di tempat-tempat tertentu sesuai dengan jadwal yang telah ada
di sekitar wilayah Kabupaten Semarang. Tempat yang dikunjungi
perpusling sebagian besar adalah tempat-tempat pedalaman yang memiliki
jangkauan ke kota cukup jauh.
g. Layanan Membaca
Layanan membaca adalah layanan yang diperuntukkan kepada semua
pengunjung perpustakaan baik yang telah terdaftar sebagai anggota
perpustakaan maupun belum terdaftar sebagai anggota dengan syarat
membaca ditempat.
h. Layanan Bimbingan Pemakai
Layanan bimbingan pemakai merupakan layanan yang diadakan
perpustakaan untuk memberi bimbingan kepada pemustaka agar dapat
memanfaatkan segala jenis layanan dan fasilitas yang ada di perpustakaan
secara maksimal.
i. Layanan Pos Baca
55
Pos baca merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan
perpustakaan dengan cara menyediakan pos baca di tempat-tempat
tertentu dengan tujuan agar masyarakat dapat memanfaatkan koleksi
perpustakaan tanpa berkunjung langsung di Perpustakaan. Salah satu pos
baca yang diselenggarakan oleh Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang berada di RSUD Kabupaten Semarang.
4.8 Tata Ruang PerpustakaanSebagaimana Perpustakaan umum lainnya, Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kabupaten Semarang juga menerapkan sistem pelayanan terbuka pada
layanan perpustakaannya. Terhitung sejak tanggal 1 januari 2013, Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang telah menempati gedung
baru yang berlokasi di Jl. Pemuda No. 7 Ungaran. Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kabupaten Semarang menempati bangunan gedung 2 (dua) lantai dengan
luas tanah sekitar 5.289 m2 dengan masing-masing luas bangunan gedung sekitar
430 m2.
Dengan ditempatinya gedung baru, tata ruang Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang pun ikut berubah. Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang menempati bangunan gedung 2 (dua) lantai
dengan 12 ruang utama. Pada lantai 1 (satu) terdapat 6 ruang utama, yang terdiri
dari lobi utama, ruang Kepala Kantor, ruang Tata Usaha, ruang Seksi Pengelolaan
Arsip, ruang Seksi Pelayanan Perpustakaan dan Ruang Lab. Bahasa/ Audiovisual
56
(Gambar lantai 1 perpustakaan, buka lampiran 2). Sedangkan pada lantai 2 (dua)
terdapat 6 ruang utama juga yang terdiri dari ruang Sirkulasi dan baca, ruang
layanan anak, ruang referensi, ruang pengolahan bahan pustaka dan server, ruang
seksi pengembangan perpustakaan, kamar kecil dan mushola (Gambar lantai 2
perpustakaan, buka lampiran 2).
Pada ruang utama sirkulasi dan baca di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kabupaten Semarang terbagi lagi menjadi beberapa ruang yang terdiri
dari ruang layanan sirkulasi, ruang layanan baca, ruang koleksi bahan pustaka,
dan ruang perangkat komputer (multimedia).
BAB VANALISIS HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan disajikan mengenai analisis hasil penelitian tentang konsep
Perpustakaan Umum yang Ideal berdasarkan Persepsi Pemustaka dan Pustakawan di
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang. Analisis ini didasarkan
pada sumber primer yang di peroleh dari hasil wawancara kepada enam informan
yang terdiri dari empat pemustaka dan dua pustakawan.
5.1 Identitas Informan
Peneliti melakukan observasi untuk menentukan informan sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya. Informan dalam penelitian ini penulis bagi menjadi dua
informan yaitu dua informan kunci dan empat informan pendukung (biodata informan
lihat Lampiran 1). Data informan terebut adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Daftar Informan
Informan Kunci
NAMA PEKERJAAN/ PENDIDIKAN
Cahya Budianto Pustakawan
Kasdi Pustakawan
58
Informan Pendukung
NAMA PEKERJAAN/ PENDIDIKAN
Edi Darwanto Pemustaka PNS
Didik Aryanto Pemustaka Umum
Ismiatun Hikmah Mahasiswa S1 Universitas Negeri Semarang Semester 3
Anita Alfiana Pelajar SMK Bina Nusantara
Sumber Data: Data olahan Penulis 2015
Peneliti memilih keenam informan tersebut karena sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan oleh peneliti. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan
informan tersebut, dan hasil wawancara dijadikan dasar untuk menjawab masalah
penelitian yaitu mengenai konsep perpustakaan umum yang ideal berdasarkan
persepsi pemustaka dan pustakawan.
5.2 Perpustakaan Ideal
Perpustakaan ideal adalah perpustakaan yang sesuai dan mampu memenuhi harapan
pemustakanya. Menjadi Perpustakaan ideal bagi pemustaka dan masyarakat secara
luas adalah tujuan utama sebuah perpustakaan. Sebagai upaya untuk mewujudkannya
tentunya perpustakaan harus bekerja secara proaktif dalam upaya pengembangannya
mulai dari hal terkecil sampai yang terbesar. Perpustakaan perlu melakukan analisis
untuk menghimpun pendapat baik dari pemustaka maupun dari pustakawan sendiri
sehingga dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan bahan acuan dalam merumuskan
arah pengembangan perpustakaan.
59
Untuk memperoleh predikat sebagai perpustakaan ideal perpustakaan minimal
mampu menyelenggarakan aspek-aspek utama dalam perpustakaan dengan maksimal.
Aspek-aspek utama tersebut meliputi SDM Perpustakaan, fasilitas dan layanan
perpustakaan, desain dan tata ruang perpustakaan, sumber daya informasi
perpustakaan, dan program kegiatan perpustakaan.
5.2.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
5.2.1.1 Manajemen Organisasi
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang secara tidak langsung telah
menjadi salah satu kiblat dari perpustakaan-perpustakaan yang berada di wilayah
Kabupaten Semarang. Sebagai kiblat perpustakaan, tentunya Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kabupaten Semarang diasumsikan sebagai perpustakaan yang telah
memenuhi kriteria dari berbagai aspek. Hal tersebut tentunya juga menjadi tuntutan
bagi perpustakaan untuk senantiasa meningkatkan kinerja dari berbagai aspek
tersebut, sehingga tetap layak disebut sebagai kiblat perpustakaan di wilayah
Kabupaten Semarang. Salah satu aspek yang harus dipenuhi adalah Sumber Daya
Manusia. Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
perpustakaan dalam mencapai tujuan, karena tanpa sumber daya manusia dengan
kehandalannya aktivitas perpustakaan akan terhambat.
Jumlah sumber daya manusia atau tenaga perpustakaan di Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang berjumlah 26 orang personil yang terbagi dalam
60
dua kepengurusan yaitu bagian perpustakaan dan kearsipan. Meskipun terdapat dua
kepengurusan yang memiliki peran dan fungsi yang berbeda namun Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang dikepalai oleh satu kepala yang memegang
tanggung jawab di semua bidang. Bentuk dua kepengurusan ini seperti di sampaikan
Bapak Cahya Budianto.
“Kalau kaitannya dengan SDM perpustakaan, di kantor ini ada dua kepengurusan, satu perpustakaan dan yang satu kearsipan” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
Manajemen Perpustakaan merupakan bagian yang penting. Tanpa adanya
manajemen yang baik maka perpustakaan tidak akan berjalan baik dan optimal. Di
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang manajemen perpustakaan
diwujudkan dalam bentuk struktur kepengurusan dan pembagian tugas kepada
masing-masing staf. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Bapak Kasdi dan Bapak
Cahya.
“Untuk managemen organisasi disini sudah punya struktur yang jelas ya, mulai dari pimpinan atau kepala perpustakaan sampai KASI atau kepala seksi. Kemudian untuk pembagian tugas itu sebenarnya setiap staf itu punya uraian tugas masing-masing” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
“Semua pekerjaan kan kita bagi berdasarkan uraian tugas, dari pimpinan itu apa , dari kasi itu apa, itu dari uraian tugas itu kita breakdown lagi masalah sampai ke staf” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
61
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa di Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kabupaten Semarang telah memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas
dari kepala sampai ke staf dan telah memenuhi standar struktur organisasi
perpustakaan. Dengan adanya struktur organisasi dan pembagian tugas yang jelas,
kesalahan dalam menjalankan kegiatan perpustakaan akan semakin terminimalisir.
Hal tersebut sesuai dengan yang tertera dalam Standar Nasional Perpustakaan
(2011) yang mengatur bagaimana standar struktur organisasi yang harus
diselenggarakan oleh perpustakaan daerah, seperti yang tertera dalam poin 8.4
berikut:
8.4 Struktur organisasi
d. Perpustakaan umum kabupaten/kota merupakan satuan organisasi perpustakaan yang dipimpin oleh seorang kepala perpustakaan.
e. Struktur organisasi berada dibawah kepala perpustakaan.
f. struktur organisasi perpustakaan umum kabupaten/kota sekurang-kurangnya terdiri dari kepala perpustakaan, unit layanan pembaca, unit layanan teknis, unit teknologi informasi dan komunikasi serta kelompok fungsional dan unit tata usaha.
Dengan demikian struktur organisasi di Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang saat ini telah memenuhi atau sesuai dengan yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Perpustakaan. Sehingga dari segi struktur organisasi
perpustakaan dapat dikatakan sudah cukup ideal.
62
5.2.1.2 Pelayanan Pustakawan
Profesi pustakawan adalah salah satu profesi yang paling dekat dengan masyarakat.
Profesi pustakawan memiliki tugas dan fungsi untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan sebaik-baiknya. Sebagai unit layanan, memiliki pelayanan yang
berkualitas menjadi prioritas utama sebuah perpustakaan. Untuk itu diperlukan peran
SDM atau pustakawan yang benar-benar memiliki kualitas. Sebagai upaya untuk
memperoleh pustakawan yang berkualitas, Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang saat ini telah memiliki personel dengan latar belakang
kepustakaan dari lulusan sarjana perpustakaan maupun melalui pelatihan.
“yang SDM khususnya yang melayani perpustakaan itu pada dasarnya kita sudah memiliki sarjana perpustakaan sudah ada, yang dari pelatihan juga ada, untuk kaitannya dengan SDM saya fikir itu sudah cukup” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
Dari pendapat tersebut informan Bapak Cahya menjelaskan bahwa dengan
adanya pustakawan yang berlatar belakang pendidikan perpustakaan, maka untuk
kaitannya dengan SDM, Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang sudah
mencukupi. Dalam arti mencukupi baik dalam hal kuantitas maupun dalam hal
kualitas.
Menurut beberapa informan, kualitas pelayanan pustakawan di Perpustakaan
dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang sejauh ini sudah cukup baik. Hal itu mereka
utarakan dalam wawancara sebagai berikut:
63
“Kalau untuk pelayanan saya kira sudah cukup bagus, untuk SDM juga tidak ada masalah” (wawancara dengan Didik Ariyanto 12 Agustus 2015)
“Sangat bagus, professional, ramah didalam pelayanan, cepat dalam pelayanan, memberikan ruang untuk memberikan masukan bagi pengunjung atau pemustaka, diberikan kesempatan untuk masukan.”. (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015)
“Melayani dengan baik, tidak terburu-buru gitu, santai, terus nyaman, sopan.” (wawancara dengan Anita Alfiana L. 13 Agustus 2015)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan informan di atas dapat disimpulkan
bahwa pelayanan pustakawan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Semarang sejauh ini sudah bagus, dalam arti pustakawan mampu melayani
masyarakat pemustaka dengan baik, bersikap professional, bertindak secara cepat,
sopan dan terbuka.
5.2.1.3 Harapan Informan untuk SDM Perpustakaan yang Ideal
Meskipun pustakawan sudah bagus dalam pelayanan, menurut informan
masih ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh pustakawan agar menjadi
pustakawan yang ideal. Hal-hal tersebut adalah:
a. Pendidikan
Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan pengguna perpustakaan yang semakin
tinggi dan beraneka ragam, maka perpustakaan perlu mempersiapkan
Pustakawan yang profesional. Pustakawan memegang peran penting sebagai
penentu baik buruknya perpustakaan. Apabila pustakawan memiliki kemampuan
dan kualitas yang bagus maka akan berdampak pada kemajuan perpustakaan.
64
Sebaliknya, apabila pustakawan berkualitas rendah maka dapat menghambat
perkembangan perpustakaan itu sendiri.
Berkaitan dengan SDM atau pustakawan yang berkualitas, beberapa
informan menyampaikan bahwa syarat pustakawan yang ideal itu salah satunya
adalah memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan.
“Pustakawan ideal menurut saya mas, pertama pendidikan itu pasti karena itu syaratnya sekarang seperti itu, paling tidak ya pernah mengikuti pelatihan tentang perpustakaan” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015).
“Kalau ideal itu susah untuk mengukur yang ideal itu seperti apa yang jelas kalau menurut saya pustakawan harus memiliki pendidikan itu memang sudah syarat mutlak karena aturannya seperti itu”,. (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
“Menurut saya karena saya tidak memiliki latar belakang pustakawan saya hanya menilai saja. Pustakawan yang ideal yang pertama dia harus berpendidikan sarjana atau minimal D3 lah” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 11 Agustus 2015)
Dari ketiga pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa syarat untuk
menjadi pustakawan yang ideal yang pertama adalah memiliki latar belakang
pendidikan baik yang diperoleh melalui pendidikan keguruan maupun melalui
pelatihan kepustakaan.
Pendidikan dalam hal ini diartikan dalam artian secara luas. Pertama
pustakawan harus mampu menguasai keilmuannya sendiri. Contoh kecilnya
65
pustakawan harus menguasai katalog yang ada di perpustakaan sendiri. Seperti
yang di sampaikan informan Bapak Edi dan Anita :
“ menguasai katalog ditempat kerjanya” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015)
“ bisa tau letak buku-bukunya, jadi kalau ada yang tanya buku ini dia bisa menjawabnya dengan cepat” (wawancara dengan Anita Alfiana 13 Agustus 2015)
Kedua pustakawan harus menguasai Teknologi Informasi (TI). Paling
tidak mampu menguasai dan mengoperasikan software yang dimiliki
perpustakaan. Seperti yang disampaikan informan Bapak Kasdi:
“ dia menguasai TI mas, sekarangkan teknologi semakin canggih, nah paling tidak pustakawan itu minimal lah bisa menguasai software-software perpustakaan itu, seperti yang baru ini kan Inlis, dari kami kan masih belum sepenuhnya menguasai. Atau mungkin slims itu juga bagus. Ya intinya itu lah mas, bisa TI”. (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015).
Dan yang ketiga berpengetahuan luas. Dalam arti menguasai segala
segmen perpustakaan baik perpustakaan di kantornya sendiri maupun
perpustakaan di luar kantornya. Seperti yang disampaikan informan Didik
Aryanto berikut:
“Setidaknya yang namanya pustakawan itu ya berpengetahuan luas, tahu perpustakaan baik yang didalam maupun yang diluar. maksud saya yang didalam itu ya seperti perpustakaan kabupaten Semarang ini, kalau yang di luar seperti perpustakaan desa. jadi dia bisa tau dari segala segmen perpustakaan, tidak hanya perpustakaan yang hanya ada dikantor ini saja” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015).
66
Dari jawaban-jawaban informan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
menjadi pustakawan yang ideal, yang pertama pustakawan harus memiliki latar
belakang pendidikan kepustakaan baik diperoleh melalui pendidikan keguruan
maupun melalui pelatihan.
Hal tersebut sesuai dengan yang tertera dalam Standar Nasional
Perpustakaan point 3.12, sebagai berikut:
3.12 Pustakawanseseorang yang memiliki kompetensi kepustakawanan yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan
Dengan demikian dari pendapat informan diatas dengan teori dalam
Standar Nasional Perpustakaan terdapat kesesuaian, yaitu mensyaratkan bahwa
seorang pustakawan harus memiliki latar belakang pendidikan kepustakawanan
baik dari pendidikan formal maupun pelatihan. Dengan memiliki pendidikan
yang jelas, pustakawan akan mampu menguasai berbagai bidang, yaitu: ilmu
perpustakaan itu sendiri, Teknologi Informasi dan menguasai segmen-segmen
perpustakaan secara luas.
b. Karakter
Karakter adalah sifat atau kepribadian yang tertanam pada diri seseorang. Dalam
kaitannya dengan pustakawan ideal, pustakawan diharapkan memiliki karakter
67
atau kepribadian yang positif, dengan begitu pustakawan akan mudah dalam
membangun relasi, interaksi dan kerjasama dengan orang lain.
Menurut informan Bapak Kasdi, pustakawan yang ideal harus memiliki
kepribadian yang baik. Dia harus bersifat ramah dan sopan kepada pemustaka.
Seperti yang disampaikan saat wawancara yaitu sebagai berikut:
“ramah, sopan, karena pustakawan itukan tugasnya ada yang langsung berhubungan dengan pemustakanya seperti yang di peminjaman itu mas, jadi dia harus ramah, sopan pokoknya dia bisa melayani pemustakanya dan pemustakanya merasa nyaman dengan pelayanannya” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015).
Hal senada juga disampaikan oleh informan Ismiatun Hikmah.
Menurutnya untuk menjadi pustakawan ideal dia harus terbuka kepada
pemustakanya, melayani sepenuh hati, ramah, loyal dan tegas. Seperti yang
disampaikan dalam wawancara sebagai berikut:
“jangan terlalu cuek, misalkan ada pengunjung punya keluhan, sebaiknya dibantu sampai benar-benar pengunjungnya itu puas, jadi jangan setengah-setengah. Seperti misalnya ada yang bertanya tentang pendaftaran anggota, ya dijelasin secara detail sampai kami yang bertanya benar-benar paham. Terus jangan judes juga sama pelanggan, Lalu, petugas itu harus tegas juga, seperti misalkan ada bapak-bapak mutar music itu keras banget, itu harus tegas ditegur, bapak jangan berisik ini perpustakaan, seperti itu” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa seorang
pustakawan yang ideal harus memiliki karakter atau kepribadian yang baik, yaitu
68
ramah, sopan, loyal, tegas dan melayani sepenuh hati kepada masyarakat terutama
kepada pemustaka.
Pendapat ini sesuai dengan teori yang disampaikan Supriyanto (2006:
258) mengenai karakter pustakawan yang ideal, yaitu sebagai berikut:
“para pegawai baik secara individu maupun kelompok mempunyai semangat bekerja yang tinggi, loyal, disiplin, memiliki kepribadian yang luhur, jujur, terbuka, dapat dipercaya, adil dan demokratis”
Dengan memiliki kepribadian yang baik akan memberikan dampak
positif terhadap kepercayaan dan asumsi masyarakat terhadap pustakawan.
Asumsi negative terhadap pustakawan yang selama ini melekat pada masyarakat
perlahan akan tergantikan dengan asumsi positif, sehingga kedudukan profesi
pustakawan memiliki kesejajaran dengan kedudukan profesi lain yang sama-sama
bertujuan untuk melayani.
c. Profesional
Selain memiliki latar belakang pendidikan dan memiliki karakter yang baik,
pustakawan ideal juga harus bekerja secara professional. Profesionalisme
pustakawan harus terus ditingkatkan karena merupakan suatu hal yang amat
penting dan harus dimiliki oleh para pustakawan jika perpustakaan ingin terus
tumbuh dan berkembang dalam lingkungannya yang terus berubah. Hal ini
menjadi tantangan tersendiri bagi pustakawan dalam menjalankan tugasnya.
69
Pustakawan professional harus mampu melaksanakan kegiatan
perpustakaan dengan didasarkan pada beberapa hal, seperti yang disampaikan
informan Bapak Cahya Budianto sebagai berikut:
“pustakawan itu sebaiknya juga memikirkan kemajuan perpustakaan. jadi istilahnya dia juga sebagai lembaga pemikir tapi dia juga sebagai pelaksana. dia mau berpikir juga mau melaksanakan, jadi apasih pekerjaan perpustakaan itu dia harus meninggalkan istilahnya golongan , aku pustakwaan ahli, aku pustakwan madya, itu harus ditinggalkan” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
Informan Ismiatun Hikmah juga menambahi tentang kriteria pustakawan
professional, yaitu sebagai berikut:
“dia harus loyal, maksudnya itu dia jangan membeda-bedakan antara yang sudah akrab sama yang belum kenal, pokoknya dia harus professional gitu mas” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Pendapat informan Bapak Cahya dan Ismiatun Hikmah tersebut
menjelaskan bahwa pustakawan professional adalah pustakawan yang bertindak
sebagai lembaga pemikir yang memikirkan kemajuan perpustakaan serta menjadi
lembaga pelaksana (eksekutor). Pustakawan juga meninggalkan perilaku
individualis, dalam arti dia tidak hanya bekerja sebatas pada tugas golongan saja.
seorang pustakawan professional harus mampu bersifat loyal kepada pemustaka.
Dia tidak membeda-bedakan antara pemustaka satu dengan pemustaka lainnya
meskipun antara pemustaka dan pustakawan tersebut telah memiliki hubungan
70
pertemanan sebelumnya. Loyalitas dan keprofessionalan pustakawan harus
ditunjukkan selama dia masih dalam lingkup pekerjaan sehingga tidak akan
memunculkan kesenjangan dan kecemburuan sosial dari pemustaka.
Informan Bapak Cahya juga menambahkan bahwa dampak negative akan
muncul apabila seorang pustakawan bekerja secara individualis.
“ kalau dia masih berpikiran secara individualis, nantinya kantor itu akan terhambat kemajuannya . maksud saya okelah dia sebagai pustakawan ahli atau apa sebutannya tapi dia juga harus mau bukan hanya sekedar ngomong tapi juga mau melaksanakan, ini lo tenaga yang kurang ini, pekerjaan yang masih ada ini, itu dia mau membantu ikut itu akan menjadi lebih baik. Tapi kalau istilahnya individualis, saya ahli, saya madya yang saya kerjakan hanya itu saja, ya kasian nanti pekerjaan yang lainnya siapa yang mau mengerjakan” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
Dari pendapat tersebut dijelaskan bahwa bekerja secara individualis dan
hanya memikirkan golongan akan mengakibatan terhambatnya kemajuan
perpustakaan. Pustakawan professional meskipun memiliki kedudukan yang
lebih tinggi, dia juga harus bersedia untuk bekerja sama dan saling mengisi
dengan pustakawan lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan
perpustakaan sehingga aktivitas perpustakaan dapat terus berjalan.
Selanjutnya, informan Bapak Kasdi menambahkan pentingnya memiliki
kemampuan komunikasi yang baik sebagai pustakawan professional. Seperti
yang disampaikan dalam wawancara sebagai berikut:
“Terakhir dia itu professional, maksud saya dia itu memiliki komunikasi yang baik dengan staf-staf yang lain mas atau istilah
71
jowone bisa ‘srawung’. Ya harus seperti itu mas. lalu dia tidak apa ya, hanya mementingkan pekerjaannya sendiri, kan di perpustakaan inikan pekerjaan banyak sedangkan tenaga disini masih terbatas, jadi dia bisa saling mengisi mana yang butuh tenaga banyak itu dia bisa mengisi” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015).
Pendapat tersebut menjelaskan, selain tidak individualis, pustakawan
professional juga harus mampu menjadi komunikator yang baik kepada staf
perpustakaan yang lain dan terutama kepada masyarakat pemustaka. Dengan
adanya komunikasi yang baik maka kepercayaan dan solidaritas antar
pustakawan dan masyarakat tetap terjaga. Tidak akan timbul kecurigaan dan
kecemburuan yang disebabkan perbedaan kedudukan dan pembagian tugas antar
staf perpustakaan.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan Supriyanto (2006:
259) yang menyatakan bahwa:
“setiap orang dimanapun ia bertugas merupakan anggota tim kerja (teamwork) yang solid, kompak, dan mengutamakan kepentingan lembaga dalam rangka menyajikan yang terbaik kepada pelanggan perpustakaan. … di dalamnya tercipta suasana kebersamaan, kesatuan yang utuh dan bulat, karena masing-masing atasan dan bawahan merasa terakomodasikan kepentingannya. Mereka berada dalam (Zone of acceptance – ZOA) sehingga ada dan terbanguun jalinan komunikasi yang lancar, sehat dan efektif.”
Dengan demikian dari pendapat informan dengan teori dari Supriyanto
(2006: 259) terdapat kesamaan yaitu menjelasan bahwa untuk memperoleh
predikat sebagai pustakawan professional maka dia harus berpikir dan bertindak
untuk memajukan perpustakaan,tidak individualis dalam menjalankan tugas
72
pekerjaan perpustakaan, memiliki kemampuan komunikasi yang baik antar staf
perpustakaan dan pemustaka, dan memiliki loyalitas tinggi kepada pemustaka
tanpa membedakan antara pemustaka yang memiliki hubungan pertemanan
maupun yang tidak.
Berdasarkan dari hasil analisis pada Sub-bab SDM Perpustakaan diatas dapat
disimpulkan bahwa menurut informan SDM Perpustakaan yang ideal memiliki
beberapa kriteria sebagai berikut: a) memiliki manajemen organisasi yang baik, b)
pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dari atasan sampai staf, c) mampu
melayani masyarakat dengan baik, d) memiliki latar belakang pendidikan
kepustaakaan baik diperoleh dari pendidikan keguruan maupun dari pelatihan, e)
memiliki karakter dan kepribadian ramah, sopan, loyal, tegas, dan melayani dengan
sepenuh hati, dan f) professional dalam pekerjaan, berorientasi untuk kemajuan
perpustakaan, tidak individualis, memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan
loyalitas tinggi tanpa membeda-bedakan antar pemustaka.
5.2.2 Fasilitas dan Layanan Perpustakaan
5.2.2.1 Pendapat Informan pada Fasilitas dan Layanan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
Fasilitas dan layanan perpustakaan juga menjadi bagian penting yang harus
diperhatikan dalam perpustakaan. Fasilitas dan layanan menunjang dan
mempermudah pemustaka memenuhi kebutuhan mereka dalam melakukan
penelusuran informasi.
73
Di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang terdapat beberapa
fasilitas dan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh pemustaka. Seperti yang
disampaiakan oleh bebera informan sebagai berikut:
“Disini itu ada kegiatan dan fasilitas baca buku gratis, internet, ada lagi perpustakaan keliling, ada wifi id, lalu ada juga nonton film bareng, ada juga vcd, disitu berisi ilmu-ilmu dari banyak bidang juga” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015).
“Ruang baca umum, anak, ruang baca khusus, yang saya maksud khusus disini adalah buku-buku yang tidak boleh dibawa pulang disediakan diruang khusus dan di dibaca diruang khusus … menyediakan layanan internet ya ada beberapa computer itu bagi masayaarakat umum, bagi pengunjung lain bisa menggunakan layanan hotspot dengan sebebas-bebasnya dan leluasa pengunjung. ada juga dapur, ada juga kamar mandi/ wc, ada juga mushola” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015).
“Computer buat memasukin data, terus alat buat barcode itu, terus tempat pembuatan kartu anggota, terus buku, internet, koran, majalah, ruang anak-anak juga ada” (wawancara dengan Anita Alfiana13 Agustus 2015).
“Peminjaman buku, wifi, mushola, tempat wudhu, kamar mandi ada, terus computer itu ada dua tempat duduknya kan juga sendiri-sendiri, ini ada ruang anak, terus ada yang ruang umum, baca koran juga ada, disini juga kamusnya banyak, terus disana yang buat santai juga ada, sofa yang cukup empuk itu” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015).
Berdasarkan wawancara yang disampaikan informan diatas, dapat diketahui
bahwa fasilitas dan layanan yang dimiliki perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Semarang diantaranya: baca buku gratis, internet, perpustakaan keliling, hotspot, wifi
id, nonton film, computer data, barcode reader, buku, koran, majalah, ruang baca
umum, ruang baca anak, ruang referens, dapur, kamar mandi/ wc, dan musholla.
74
Menurut informan Bapak Cahya, Fasilitas dan layanan yang berada di
Perpustakaan dan Asip Daerah Kabupaten Semarang sudah dapat dikategorikan
lengkap dan umum, namun jumlah banyak sedikitnya fsilitas tersebut tergantung dari
masing-masing perpustakaan. Seperti yang disampaikan dalam wawancara sebagai
berikut:
“Kalau sini fasilitasnya sebagai referensi mungkin sudah umum dan sudah cukup saya kira perpustakaan lain juga ada, Cuma besar dan kecilnya itu tergantung masing-masing dari perpustakaan. kemudian seperti internet itu sudah ada, perpustakaan lainpun saya fikir juga ada itu banyak sedikitnya perpustakaan juga tergantung” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
Berkaitan dengan jumlah banyak sedikitnya fasilitas dan layanan yang
dimiliki perpustakaan, informan Bapak Kasdi berpendapat bahwa pemerintah
memiliki peran vital dalam pengembangan perpustakaan. Hal itu disampaikan dalam
wawancara berikut:
“ya karena itu ya mas, fasilitaskan tergantung itu juga anggaran dari pemerintah pusat, ya itu tadi, banyak sedikitnya fasilitas yang ada tergantung anggaran itu tadi mas.” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Senada dengan hal tersebut juga disampaikan informan Bapak Cahya sebagai berikut:
“ya kalau keinginan banyak sebenarnya tapi kita juga tidak bisa memenuhi semua keinginan, kita juga melihat dan mempertimbangkan kemampuan anggaran daerah, karena yang diurusi itu banyak yang didaerah itu, kalau perpustakaan mungkin hanya skala prioritasnya saja” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto11 Agustus 2015)
75
Berdasarakan wawancara dengan informan Bapak Kasdi dan Bapak Cahya
diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah banyak sedikitnya fasilitas dan layanan yang
ada di perpustakaan sangat bergantung dengan jumlah anggaran yang diberikan dari
pemerintah pusat. Pemerintah pusat adalah sumber dana utama perpustakaan,
sehingga pengembangan perpustakaan juga bergantung dari banyak sedikitnya
anggaran yang dialokasikan pemerintah kepada perpustakaan.
Informan Bapak Kasdi berpendapat bahwa fasilitas dan layanan yang ada di
perpustakaan saat ini sudah mencukupi untuk dimanfaatkan sebagai sarana penunjang
pendidikan di wilayah Ungaran. Hal itu disampaikan dalam wawancara sebagai
berikut:
“Menurut saya fasilitas di Perpustakaan ini itu sudah mencukupi, sudah ada computer, wifi, itu ada wifi id juga, ada ruang audio visual, ya pokoknya sudah cukup sebagai penunjang sarana pendidikan di ungaran sini mas” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Hal tersebut juga senada dengan yang disampaikan informan berikut:
“Kalau saya sebagai pengujung itu fasilitas sudah cukup ya” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
“Kalo fasilitas di perpustakaan umum seperti ini menurut saya sudah ideal” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015)
“Emm, tidak ada kayaknya mas. Sudah cukup” (wawancara dengan Anita Alfiana 13 Agustus 2015)
“Kekurangannya sih mungkin jumlahnya perlu ditambahin aja. Kaya computer misalnya itu saja. Lainnya sudah cukup” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah13 Agustus 2015)
76
Berdasarkan analisis dari wawancara kepada informan diatas dapat diketahui
bahwa fasilitas dan layanan yang disediakan perpustakaan daerah menurut informan
sudah cukup baik untuk ukuran perpustakaan daerah.
5.2.2.2 Harapan Informan untuk Fasilitas dan Layanan yang Ideal
Informan memberikan gambaran beberapa hal yang bisa dipertimbangkan untuk
menjadi perpustakaan ideal, yaitu sebagai berikut:
a. Fasilitas bermain anak
Perpustakaan daerah merupakan perpustakaan umum dimana semua aspek baik
jenis kelamin, profesi, umur dan lainnya dapat memanfaatkan fasilitas
perpustakaan dengan sepenuhnya. Hal tersebut menggambarkan bahwa
perpustakaan daerah harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya dari
segala aspek.
Menurut informan Bapak Kasdi dengan kondisi perpustakaan saat ini,
perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang masih perlu menambahkan
fasilitas untuk bermain anak-anak,seperti yang disampaikannya dalam wawancara
sebagai berikut:
“Itu ruang bermain anak, seperti di perpustakaan lain jepara itukan ada kaya permainan anak jadi kalau anak-anak TK datang itukan ada kaya dandulan (ayunan), karena kan halamannya kurang, jadi untuk ruang bermain anak harusnya kan ada taman sendiri diluar” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
77
Penambahan fasilitas bermain anak tersebut mengacu pada Perpustakaan
Jepara dimana di perpustakaan tersebut terdapat fasilitas bermain untuk anak-anak
yang berada diluar gedung sehingga anak-anak tidak merasakan kejenuhan saat
berinteraksi dengan perpustakaan.
b. Fasilitas cafeteria
Perubahan zaman dan pola perilaku masyarakat menjadi alasan utama
perpustakaan untuk selalu melakukan inovasi. Suasana kafe tentunya akan
memiliki daya tarik sendiri bagi masyarakat saat ini. Ketika ide tersebut
diterapkan pada perpustakaan maka harapan tentunya akan memberikan dampak
positif bagi perpustakaan yaitu menarik minat kunjung masyarakat ke
perpustakaan dan memberikan kenyamanan bagi pengguna perpustakaan atau
pemustaka.
Meskipun kafe hanya merupakan fasilitas pendukung, namun menurut
informan Didik Aryanto penerapan konsep perpustakaan beratmosfir kafe juga
patut dicoba oleh perpustakaan. Seperti yang disampaikan dalam wawancara
sebagai berikut:
“Mungkin seandainya saya boleh usul, membaca itu tidak harus didalam ruangan, bisa saja perpustakaan itu punya semacam kafe jadi membacanya itu ada diluar ruangan seperti misal di taman, jadi perpustakaan itu ada tamannya ada gazebonya ada lincaknya ada air pancurnya, jadi membaca tidak harus didalam ruangan ,jadi kita diluar sambil menikmati teh panas, kopi seperti itu” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
78
Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa menurut informan
Didik Aryanto, membaca tidak harus didalam ruangan perpustakaan saja.
Perpustakaan bisa melakukan inovasi dengan memadukan antara perpustakaan
dan kafe sehingga tercipta perpustakaan beratmosfir kafe. konsep kafe tersebut
dipadukan dengan konsep taman diluar perpustakaan dengan dilengkapi kursi
taman, air pancur, gazebo. Sehingga pemustaka dapat membaca buku sambal
manikmati suasana yang nyaman.
c. Fasilitas keamanan
Keamanan juga menjadi salah satu fasilitas yang harus di penuhi diperpustakaan.
Fasilitas keamanan tentunya bertujuan agar bahaya dan kelalaian yang terjadi di
perpustakaan dapat terminimalisir.
Menurut informan Bapak Kasdi di Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang ini masih perlu penambahan cctv sebagai system keamanan.
Seperti disampaikan dalam wawancara sebagai berikut:
“Masih kurang pada bagian cctv atau pengamanan, kitakan masih kekurangan cctv jadi kalau pengunjung masuk kitakan belum lengkap ini dari segi pengamanan masih kurang. Inikan rencana mau ditambah cctv lagi” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Dengan ditambahnya cctv, informan Bapak Kasdi Berharap keamanan
serta pengawasan terhadap pengunjung perpustakaan dapat ditingkatkan.
d. Layanan Fotocopy dan tenaga pada tiap layanan
79
Seperti yang kita ketahui, setiap perpustakaan memiliki layananyang hampir sama
antara perpustakaan satu dengan lainnya. Setiap layanan yang disediakan
perpustakaan bertujuan untuk mempermudah pemustaka dalam mengakses
perpustakaan.
Informan Anita berpendapat bahwa perpustakaan seharusnya
menyediakan layanan fotocopy untuk pengunjung. Seperti disampaiakan dalam
wawancara berikut:
“harus ada kaya tempat fotocopy yang khusus buat pengunjung” (wawancara dengan Anita Alfiana 13 Agustus 2015)
Layanan foto copy ada baiknya disediakan di perpustakaan. Karena ada
kalanya pengguna perpustakaan berkepentingan atas beberapa informasi tertentu,
tetapi karena bahan pustakanya tidak dipinjamkan (koleksi referensi), maka cara
terbaik untuk mendapatkan informasi tersebut adalah dengan cara mem foto copy
bahan dimaksud. Sehingga dengan tersedianya layanan foto copy ini, salah satu
kebutuhan masyarakat pengguna perpustakaan dapat terpenuhi.
Sebagai pustakawan, informan Bapak Cahya memiliki harapan agar
fasilitas dan layanan di perpustakaan dapat dikatakan ideal. Hal itu disampaikan
dalam wawancara sebagai berikut:
“ idealnya sih seperti layanan penitipan tas itu harus ada penjaga sendiri , penjaga layanan referensi sendiri, kalau kita megacu ke provinsi ya jadi buku referensi ada yang jaga sendiri yang jaga tas sendiri, kemudian pelayanan itu sendiri, yang membuat kartu anggota juga sendiri, idealnya itu seperti itu” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
80
Menurut informan Bapak Cahya, perpustakaan daerah dapat dikatakan
ideal apabila setiap layanan yang dimiliki perpustakaan terdapat satu tenaga
perpustakaan yang menjaganya. Hal itu mengacu pada Perpustakaan Provinsi
yang menerapkan system seperti itu.
Dari hasil analisis diatas dapat digambarkan bahwa fasilitas dan layanan yang
ideal menurut informan adalah: 1) layanan otomasi, 2) layanan pandang dengar
(audio visual), 3) Layanan hotspot (Wifi) internet, 4) layanan fotocopy, 5) fasilitas
bermain anak, 6) fasilitas cafeteria, 7) fasilitas keamanan berupa cctv, dan 8)
penempatan tenaga pada setiap layanan.
Berdasarkan hasil analisis diatas, terdapat kesamaan makna yang terkandung
dengan pendapat Supriyanto (2006: 28) tentang fasilitas dan layanan atau sarana dan
prasaranan yang ideal dalam perpustakaan daerah yaitu:
“sarana dan prasarana yang memadai, perlengkapan/inventaris kantor yang baik dan standar, seperti meubiler, alat transportasi, dan beberapa mesin untuk mendukung pelaksanaan aktivitas organisasi”
Kesamaan antara kesimpulan hasil analisis wawancara informan dengan teori
yang disampaikan Supriyanto (2006: 28) adalah pada bagian fungsi dari fasilitas dan
layanan yang disediakan perpustakaan. Dalam arti dari fasilitas dan layanan yang
beragam yang terdapat pada perpustakaan sebenarnya memiliki fungsi yang sama
81
yaitu untuk mendukung aktivitas organisasi serta untuk mempermudah aktifitas
pemustaka dalam memanfaatkan perpustakaan.
5.2.3 Desain dan Tata Ruang Perpustakaan
5.2.3.1 Pendapat Informan pada Desain dan Tata Ruang di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
Aspek penting lainnya yang harus diselenggarakan perpustakaan adalah gedung atau
ruangan. Sebagai unit pelayanan jasa, Perpustakaan harus memiliki sarana kerja yang
cukup dan permanen untuk menampung semua koleksi, fasilitas, staf dan kegiatan
perpustakaan sebagai unit kerja. Sarana yang dimaksud adalah sarana fisik dalam
bentuk ruangan atau gedung.
Dalam rangka meningkatkan kualitas dari segi bangunan, Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang telah melakukan renovasi bangunan pada tahun
2013 silam. Renovasi tersbut merubah keseluruhan desain dan tata ruang
perpustakaan.
Menurut informan Bapak Kasdi setelah dilakukannya renovasi bangunan, saat
ini perpustakaan dapat dikatakan memiliki bangunan yang cukup ideal untuk ukuran
perpustakaan daerah. Seperti disampaikan dalam wawancara sebagai berikut:
“Ya kalo dilihat dari luar bangunannya sudah tampak baguslah mas, lokasinya juga strategis, berada di dekat pemberhentian bus, itu halte BRT mas, trus di pusat kota, ya pokoknya sudah bagus dan strategis untuk ukuran perpustakaan daera” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
82
Sementara itu, informan lain juga memberikan tanggapan positif Dengan
kondisi perpustakaan yang telah direnovasi saat ini. Tanggapan-tanggapan terebut
dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Menurut saya diperpustakaan ini sudah lumayan nyaman untuk ukuran perpustakaan” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
“menurut penilaian saya untuk tingkat perpustakaan kabupaten semarang ini sudah cukup bagus dan ideal dibanding dengan perpustakaan-perpustakaan yang ada di kabupaten lain saya kira ungaran tidak kalah” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015)
“dari desain interior bagus sih bersih, ya maksudnya lebih bagus dari perpustakaan yang dulu” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa informan memberikan
tanggapan positif terhadap desain dan tata ruang perpustakaan saat ini. Mereka
berpendapat desain dan tata ruang perpustakaan saat ini sudah tergolong ideal. hal itu
mereka nilai berdasarkan bentuk bangunan yang bagus, letak yang strategis, dan
desain interior ruangan yang bagus.
Pendapat informan diatas sesuai dengan pendapat Abner Sitorus (2012) dalam
artikel yang berjudul “Mewujudkan Perpustakaan Ideal” dia berpendapat:
“Gedung suatu perpustakaan haruslah yang benar-benar dirancang untuk perpustakaan dan diperhitungkan bagi kemungkinan pengembangan ke masa depan. Dimana letak gedung itu haruslah strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakatnya”
83
Meskipun menurut mereka desain interior dan tata ruang perpustakaan saat ini
sudaah bagus, mereka juga menambahkan bahwa masih ada beberapa kekurangan
pada desain dan tata ruang tersebut. Seperti yang disampaikan informan Ismiatun
Hikmah:
“perpustakaan utama ko lantai dua ? kasihan yang manula naik dulu, aku kasihan saja sama yang umurnya sudah manula” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Menurut Ismiatun Ruang Perpustakaan utama yang diletakkan di lantai dua
itu kurang tepat. Alasannya hal itu akan membebani apabila ada manula yang ingin
mengakses perpustakaan karena harus naik turun tangga.
Selain itu, Ismiatun juga berpendapat bahwa desain interior terutama di ruang
anak belum sesuai dengan suasana anak-anak sebagaiman mestinya.
“Untuk ruang baca anak itu desainnya tidak terlalu anak-anak banget” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Hal senada juga di sampaikan oleh Bapak Kasdi:
“desain interior kurang terutama ruang anak. Kalau ruang anak di kantor perpustakaan lain itu ada gambar-gambar dikasih gambar itu hiasan dinding. Kan ruang anak kalau saya lihat di perpustakaan lain ada mungkin disini masih kurang terutama di ruang layanan anak” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Pada ruang anak selain desain yang masih kurang, pemanfaatan ruang anak
juga masih kurang maksimal, karena seringkali pengunjung dewasa yang memenuhi
84
ruangan anak ersebut, sehingga kenyamanan anak dalam mengakses perpustakaan
terganggu. Hal tersebut disampaikan oleh informan Ismiatun sebagai berikut:
“kadang-kadang anak-anak itu kalah dengan yang dewasa, karena disini itu kaya bacanya itu bete soalnya ruangannya itu flat banget harusnya itu anak-anak disesuain anak-anak menurutku ya” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Informan Bapak Kasdi juga menyampaiakan hal yang sama sebagai berikut:
“Kalau diruang anak itukan kalau disini kalau siang yang ngisi malah bapak-bapak itu lesehan” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Kekurangan lain menurut Bapak Kasdi adalah belum adanya taman bermain
untuk anak-anak. Seperti yang disampaikaan sebagai berikut:
“Kekurangan lain terutama diruang halaman, ruang bermain untuk anak diluar kantor itu. Kalau di ambarawa itu ada ruangan khusus untuk bermain. Kalau di ambarawa dibelakang itu ada halaman luas itu khusus untuk bermain anak” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Masih adanya beberapa kekurangan terkait desain dan tata ruang
perpustakaan, tentunya informan berharap hal tersebut dijadikan bahan evaluasi
perpustakaan untuk pembangunan kedepannya.
5.2.3.2 Harapan Informan untuk Desain dan Tata Ruang yang Ideal
1. Desain Interior
85
Desain dan tata ruang perpustakaan dibedakan kedalam dua unsur, yaitu desain
interior dan desain eksterior. Desain interior perpustakaan berkaitan dengan
perencanaan bagian dalam perpustakaan. Desain interior perpustakaan bertujuan
untuk memberikan rasa nyaman bagi seluruh pengguna perpustakaan baik pemustaka
maupun pustakawan sendiri.
Desain interior perpustakaan sangat beraneka ragam dalam pengembangannya
desain interior mendapat ruang seluas-luasnya, dalam arti tidak ada batasan dalam
pengembangan interior perpustakaan.
a. Pencahayaan dan pewarnaan
Pencahayaan dan pewarnaan merupakan bagian penting yang perlu di perhatikan
saat mendesain perpustakaan karena pencahayaan dan pewarnaan sangat
berpengaruh besar terhadap kenyamanan membaca pemustaka.
Pentinggnya pencahayaan dalam desain dan tata ruang perpustakaan
seperti disampaikan informan Didik Aryanto sebagai berikut:
“Tempatnya dibikin senyaman mungkin ya mas, seperti pencahayaan dan berapa kecerahannya itu juga harus diperhitungkan juga” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
Hal senada juga disampaikan oleh informan Bapak Edi:
“kalo yang interior itu diupayakan warna itu warna yang teduh memungkinkan suasana belajar yang tenang. Jadi warna yang cerah itu cenderung silau, tidak nyaman atau mungkin ada pantulan cahaya” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015)
86
Dari jawaban yang diutarakan informan Didik Aryanto dan Bapak Edi
dapat diliihat bahwa pencahayaan dan pemilihan warna pada perpustakaan
merupakan hal yang cukup penting untuk diperhatikan. Pencahayaan dan
pewarnaan yang kurang baik akan memberikan dampak negative terutama bagi
kenyamanan pemustaka.
Pendapat tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan Abner Sitorus
(2012) berikut:
“Penerangan di perpustakaan juga harus cukup diperhatikan. Karena penerangan ini cukup menentukan dalam hal kenyamanan pengguna dalam hal membaca dan memanfaatkan perpustakaan”
Dengan demikian pendapat informan diatas dan teori yang disampaikan
Abner Sitorus (2012) memiliki kesamaan yaitu menjelaskan tentang pentingnya
pengaturan pencahayaan dan pewarnaan pada perpustakaan karena kedua hal
tersebut menentukan dalam hal kenyamanan pengguna dalam hal membaca dan
memanfaatkan perpustakaan.
b. Sirkulasi Udara dan Suhu Ruangan
Point kedua yang perlu diperhatikan dalam desain dan tata ruang perpustakaan
adalah sirkulasi udara dan suhu ruangan. Sebenarnya suhu ruangan juga berkaitan
erat dengan pencahayaan. Seperti disampaikan informan Bapak Cahya dalam
wawancara sebagai berikut:
87
“masalahnya pas musim kemarau itu ruangannya terasa panas, tapi sekarangkan matahari condongnya ke utara ya, tapi pas kalau matahari itu condongnya ke selatan jadinya panas sekali, mungkin kemarin pas magang disini merasakan ya itu karena konstruksinya sebenaranya jendelanya sudah lebar tapi masalahnya itu cahaya matahari kok banyak sekali yang masuk yang pertama” (wawancara dengan Bapak Cahya 11 Agustus 2015)
Selain dari pencahayaan, penyebab lainnya adalah bahan yang digunakan
untuk atap menggunakan bahan seng. Seperti yang disampaikan dalam
wawancara sberikut:
“yang kedua juga konstruksi atapnya itukan dari seng jadinya menambah kepanasan penghuni, jadi saya dulu pengennya gedung itu kalau siang tanpa menggunakan listrik tapi setelah jadi kok ruangnya jadi panas” (wawancara dengan Bapak Cahya 11 Agustus 2015)
memperhatikan kondisi seperti itu, informan Bapak Cahya memberikan
gambaran bagaimana idealnya konstruksi gedung perpustakaan. Seperti
disampaikan dalam wawancara sebagai berikut:
“mungkin dari sisi arsiteknya mungkin harus yang lebih tau bisa merancang bagaimana supaya cahaya itu bagus tapi tingkat kepanasannya juga bisa diatur, saya dulu itu juga mengusulkan gedung itu atapnya seperti kubah masjid jadi ada udara yang masuk. ,kaya masjid itukan tidak panas kan, saya berkeinginan seperti itu” (wawancara dengan Bapak Cahya 11 Agustus 2015)
Pengendalian cahaya dan suhu ruangan sangat penting diperhatikan oleh
perpustakaan karena hal tersebut berkaitan dengan pelestarian bahan pustaka.
Suhu ruangan yang kurang bagus akan mempengaruhi usia bahan pustaka yang
88
ada di perpustakaan. Pentingnya pengendalian suhu ruangan tersebut seperti
tercantum dalam Standar Nasional Perpustakaan (2011) berikut:
Pengendalian kondisi ruangan (cahaya kelembaban): Untuk mengendalikan kondisi koleksi, perpustakaan menjaga temperatur, cahaya dan kelembaban ruangan.
Berdasarkan hasil diatas dapat dijelaskan bahwa dalam desain ruang
perpustakaan, unsur sirkulasi udara dan suhu ruangan harus diperhatikan, seperti
letak jendela, lebar jendela, penggunaan bahan material untuk atap, dan bentuk
atap sehinggan sirkulasi udara dan suhu ruangan dapat dikontrol dengan baik.
c. Penataan Ruang dan Dekorasi
Informan Bapak Kasdi berpendapat, perpustakaan daerah saat ini masih belum
cukup ideal untuk pembagian ruang kerja. Hal itu disampaikan dalam wawancara
berikut:
“mungkin yang kurang itu mas seharusnya ruang pengolahan itu ada sendiri, ruang server ada sendiri, gudang ada sendiri, kita kan selama ini masih itu mas gabung, terutama ruang pengolahan itu kan masih dipakai juga untuk ruang server. Kalau idealnya harusnya itu kan ada sendiri-sendiri” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Pembagian ruang berdasarkan unit kerja masing-masing menjadi salah
satu hal penting agar aktivitas di perpustakaan tetap berjalan efektif. Pembagian
ruangan tersebut dibagi berdasarkan kebutuhan perpustakaan karena setiap
perpustakaan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
89
Hal tersebut sesuai dengan Standar Nasional Perpustakaan (2011) tentang
minimal ruangan yang harus dimiliki oleh Perpustakaan Daerah:
“Ruang perpustakaan: Ruang perpustakaan sekurang-kurangnya terdiri dari ruang koleksi, ruang baca, ruang kepala, ruang staf, ruang pengolahan, ruang serba guna, area publik (mushola dan toilet tidak berada didalam ruang koleksi)”
Selain pembagian ruang kerja, dekorasi ruang perpustakaan juga menjadi
hal penting. Dekorasi ruang perpustakaan disesuaikan dengan tema yang diusung
oleh perpustakaan atau paling tidak disesuaikan dengan fungsi dari ruang kerja
masing-masing. Seperti yang disampaikan dalam wawancara sebagai berikut:
“Ruang anak di kantor perpustakaan lain itu ada gambar-gambar hiasan dinding. Kan ruang anak kalau saya lihat di perpustakaan lain ada mungkin disini masih kurang terutama di ruang layanan anak” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Hal senada juga disampaikan oleh informan Didik Aryanto sebagai berikut:
“Perpustakaan itu yang jelas tempatnya luas, penataanya bagus dan ada beberapa dekorasi mungkin berupa foto-foto yang berisi ilmu pengetahuan atau sejarah atau bisa saja foto yang memotivasi untuk orang agar lebih gemar membaca seperti itu” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
Informan Bapak Kasdi dan DIdik Aryanto menjelaskan bahwa meskipun
bukan kebutuhan pokok, adanya dekorasi penting untuk diterapkan di
perpustakaan sebagai penambah nilai dan fungsi perpustkaan. Dekorasi dapat
berupa gambar-gambar hiasan dinding, foto-foto ilmu pengetahuan, sejarah, foto-
foto motivasi, dan lain-lain. Dengan adanya gambar hiasan dapat menunjukkan
nilai dan fungsi ruang suatu perpustakaan. Seperti misalnya ruang anak maka
90
dihiasi dengan gambar-gambar dan aksesoris yang bersifat ana-anak. Dengan
begitu, dari luar orang akan tahu bahwa ruang tersebut adalah ruang anak.
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa penataan ruang
yang ideal dalam perpustakaan daerah menurut informan adalah setiap unit kerja
yang ada di perpustakaan memiliki ruang masing-masing sehingga pekerjaan
dapat berjalan lebih efektif. Dekorasi ruangan juga perlu diperhatikan untuk
menunjukkan nilai dan fungsi suatu ruangan juga menambah nilai estetik.
2. Desain Eksterior
Desain eksterior perpustakaan berkaitan dengan perencanaan bagian luar
perpustakaan dengan menekankan fungsi keharmonisan, keindahan dan keamanan.
Bagian Desain eksterior perpustakaan termasuk lokasi, luas tanah dan desain gedung.
Sebuah perpustakaan daerah idealnya berada di lokasi yang strategis, mudah
diakses, mudah ditemukan dan berada di pusat kota. Hal tersebut seperti yang
disampaikan informan Anita dalam wawancara berikut:
“Letaknya terjangkau tidak terlalu jauh, terus jalannya tidak bikin orang bingung mencarinya” (wawancara dengan Anita Alfiana 13 Agustus 2015)
Hal senada juga disampaikan oleh informan Ismiatun dalam wawancara berikut:
“lokasinya strategis, terus dekat tempat pemberhenitan jadi mudah ditemukan” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
91
Berdasarkan wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa sebuah perpustakaan
daerah idealnya di bangun di lokasi yang trategis sehingga perpustakaan akan mudah
ditemukan oleh masyarakat bahkan untuk masyarakat yang belum pernah ke
Perpustakaan sekalipun.
Pendapat informan tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Standar
Nasional Perpustakaan. Seperti yang tercantum pada poin 5.2 berikut:
5.2 Lokasi dan/atau lahan:e. Berada pada lokasi yang mudah dilihat, dikenal, dan di jangkau
masyarakat.f. Di bawah kepemilikan atau kekuasaan pihak pemerintah daerah.g. Memiliki status hukum yang jelas.h. Jauh dari lokasi rawan bencana.
Selain lokasi yang strategis, informan Bapak Edi menambahkan perlunya
sebuah perpustakaan dibangun sebuah simbol atau icon yang diletakkan diluar atau
dihalaman utama perpustakaan. Hal tersebut disampaikan dalam wawancara berikut:
“Ya kalo desain eksterior itu bgaiamana ada daya tarik bagi masayaarakat umum untuk paling tidak bisa melihat apakah yang ada didalam, seperti ada yng bilang point of interest jadi ada satu pandangan yang menimbulkan kesan pertama untuk bisa melihat lebih dalam lagi itu yang ada diluar” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 11 Agustus 2015)
Symbol atau icon tersebut dibangun berfungsi untuk menarik rasa penasaran
masyarakat (point of interest) agar mau melihat lebih dalam lagi seperti apakah
perpustakaan sebenarnya. Fungsi yang kedua sebagai symbol yang mewakili
92
perpustakaan dalam arti symbol tersebut memiliki kandungan filosofi sebagaimana
filosofi perpustakaan.
Berdasarkan hasil analisis tentang desain dan tata ruang diatas dapat
disimpulkan bahwa menurut informan kriteria ideal desain interior perpustakaan
adalah a) Pengaturan pencahayaan dan pewarnaan ruangan yang tidak mencolok dan
tidak mengganggu kenyamanan pemustaka, b) pengendalian sirkulasi udara dan suhu
ruangan, c) penataan ruang berdasarkan unit kerja masing-masing, d) dekorasi
dinding untuk menambah suasana agar lebih hidup. Sedangkan untuk desain eksterior
perpustakaan, menurut informan ada beberapa kriteria ideal sebagai berikut: a)
Perpustakaan didirikan di lokasi ditempat yang strategis, mudah ditemukan, mudah
diakses menggunakan alat transportasi apapun, dan berada di pusat kota, b) memiliki
sebuah icon yang dibangun dihalaman utama perpustakaan sebagai symbol yang
mewakili filosofi perpustakaan.
Ukuran ideal dari hasil analisis diatas sesuai dengan yang tercantum dalam
Standar Nasional Perpustakaan (2011) yaitu sebagai berikut:
5.1 Gedung
a. Luas gedung sekurang-kurangnya 0,008 m2 per kapita dikalikan jumlah penduduk.
b. Memenuhi standar kesehatan, keselamatan, kenyamanan, ketenangan, keindahan,
c. pencahayaan, keamanan, dan sirkulasi udara.d. Perencanaan gedung memungkinkan pengembangan fisik.e. Memenuhi aspek teknologi, ergonomik, konstruksi, lingkungan,
efektifitas, efisiensi dan kecukupan.
93
f. Berbentuk permanen.g. Memperhatikan kekuatan dan memenuhi persyaratan konstruksi lantai
untuk ruang koleksi perpustakaan (minimal 400 kg/m²).h. Dilengkapi atau difasilitasi sarana kepentingan umum seperti toilet,
dan area parkir.
Dengan demikian pendapat informan mengenai kriteria ideal untuk desain
dan tata ruang Perpustakaan Daerah diatas memiliki kesesuaian dengan Standar
Nasional Perpustakaan yaitu dari segi: lokasi, pencahayaan, sirkulasi udara,
keindahan/ dekorasi, dan efisiensi (ruang kerja).
5.2.4 Sumber Daya Informasi Perpustakaan
5.2.4.1 Pendapat Informan pada Sumber Informasi di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
Hal penting selanjutnya, yang menjadi pokok terbangunnya perpustakaan ideal adalah
sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan itu sendiri. Kelengkapan sumber
informasi menjadi hal utama, karena pada dasaranya peran perpustakaan akan
berjalan jika sumber informasi yang dimilikinya benar-benar dapat didayagunakan.
Dengan berkembangnya zaman, sumber informasi yang dulunya diartikan
hanya berupa buku ataupun bentuk tercetak lainnya saja, kini telah berkembang
dalam bentuk dan media yang beraneka ragam. Untuk itu, peran perpustakaan sebagai
penyedia sumber informasi sangat diharapkan oleh pemustaka selalu mampu
beradaptasi dengan perkembangan zaman. Sehingga eksistensi perpustakaan akan
tetap hidup dan menjadi rujukan masyarakat ketika membutuhkan informasi.
94
Peran sebagai pusat sumber informasi sangat melekat erat dengan fungsi
perpustakaan terutama perpustakaan daerah karena perpustakaan daerah adalah
perpustakaan yang paling dekat dengan masyarakat dibandingkan dengan
perpustakaan lainnya. Disisi lain Memenuhi kebutuhan informasi pemustaka
merupakan salah satu syarat untuk menjadi perpustakaan ideal.
Sebagai upaya untuk mewujudkan hal itu, Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Semarang sejauh ini telah mengkoleksi berbagai macam sumber informasi
dalam bentuk ragammedia, diantaranya: surat kabar, majalah, buku, skripsi, internet,
dan keping dvd/ vcd. Koleksi tersebut seperti disampaikan informan Bapak Kasdi
dalam wawancara berikut:
“Koran, majalah, internet, buku, skripsi, dvd/vcd” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Dengan ketersediaan sumber informasi yang ada diperpustakaan saat ini,
informan pemustaka memberikan respon terkait kelengkapan sumber informasi yang
disediakan. seperti yan disampaikan informan pemustaka berikut:
“Surat kabar disini lengkap, surat kabar regional, surat kabar nasional, surat kabar pagi sore, dari buku lengkap mulai dari ensiklopedi, kemudian buku-buku ilmu sosial popular, buku-buku agama, kemudian buku-buku ttentang teknologi pertainian, teknologi informasi ada semua, buku-buku kesehatan jadi juga banyak ya baik yang menyangkut kesehatan medis maupun ksehatan masayarakat, buku-buku tentang pendidkan banyak juga, buku tentang ekonomi ada, hukum ada, ekonomi sayariah ada” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015)
95
Informan Bapak Edi tersebut memberikan gambaran bahwa ketersediaan
sumber informasi di perpustakaan sejauh ini sudah lengkap dan memiliki subjek yang
variatif. Sumber informasi tersebut berupa buku, surat kabar dan ensikolpedia.
Selain sumber informasi berupa bahan tercetak, informan lain menyampaikan
adanya sumber informasi dari bahan noncetak. Hal tersebut disampaiakan dalam
wawancara berikut:
“Ada internet, buku, vcd, ebook, Ada komputer yang disediakan petugas untuk mengakses ebook itu, namun masih terbatas koleksinya masih butuh banyak sumbangan ebook mungkin seperti itu” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
Menurut informan Didik Aryanto tersebut dapat dijelaskan bahwa di
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang juga menyediakan sumber
informasi berupa vcd dan e-book serta computer untuk mengakses ebook tersebut.
Namun, menurut informan Didik Aryanto tersebut koleksi ebook yang ada di
perpustakaan saat ini masih terbatas sehingga masih membutuhkan sumbangan ebook
lebih banyak.
Selain koleksi ebook yang masih terbatas, informan Didik Aryanto juga
menambahkan bahwa koleksi buku dengan subjek pendidikan juga masih terbatas,
terutama buku-buku yang sering menjadi rujukan mahasiswa. Hal tersebut seperti
disampaikan dalam wawancara berikut:
“Banyak buku-buku yang dicari mahasiwa tapi tidak punya koleksi” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
96
Senada dengan hal itu juga di sampaikan oleh informan Ismiatun sebagai berikut:
“masih terlalu umum, kaya bidang-bidang apa itu dilengkapin lagi. Menurut saya lengkap sih Cuma kaya masih luas gitu, misal kaya buku tentang teknologi, teknologi itu masih meluas belum spesifik, ya lengkap sih lengkap Cuma belum spesifik, harusnya ada buku-buku dari tokoh-tokoh ahli sesuai dengan bidangnya itu, jadi bisa dijadikan sebagai bahan referensi” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Menurut informan Didik Aryanto dan Ismiatun Hikmah, koleksi buku-buku
pendidikan terutama yang sering dijadikan bahan rujukan oleh mahasiswa masih
terbatas dan bersifat umum, dalam arti koleksi-koleksi dari tokoh ahli sesuai bidang
ilmunya tersebut masih terbatas.
Menaggapi hal tersebut, informan Bapak Cahya menyampaikan bahwa
kondisi keterbatasan koleksi tersebut sebenarnya sudah diantisipasi pihak
perpustakaan dengan menyediakan kotak saran. Kotak saran tersebut berfungsi untuk
menampung usulan dan saran dari pemustaka terutama terkait dengan koleksi yang
diharapkan pemustaka, sehingga ketika perpustakaan mengadakan akuisisi bahan
pustaka, usulan tersebut dapat diusahakan. Hal tersebut seperti disampaikan dalam
wawancara berikut:
“Kalau masalah buku itu kita juga ada kotak saran dari masyarakat tinggal memsukkan saran jadi kira-kira buku apa yang dibutuhkan, nanti kita berusaha untuk memnuhi pada tahun yang akan datang sepanjang buku itu masih ada” (wawancara dengan Bapak Cahya 11 Agustus 2015)
97
Permasalahan yang kedua menurut informan Bapak Cahya yaitu koleksi yang
diminta pengunjung berupa koleksi terbitan lama sehingga sulit didapatkan. Hal
tersebut Seperti disampaikan dalam wawancara berikut:
“terkadang buku itu sudah diusulkan tapi dipasaran kadang buku itu sudah tidak ada lagi karena disana sudah habis, ditoko buku sudah tidak ada di penerbit juga tidak ada,penerbit tidak menerbitkan lagi kan juga ada” (wawancara dengan Bapak Cahya 11 Agustus 2015)
Buku terbitan lama yang diusulkan pemustaka menjadi kendala perpustakaan
ketika melakukan akuisisi bahan perpustakaan. Alasannya Penerbit yang sudah tidak
menerbitkan lagi, di toko buku atau di pasaran juga sudah tidak ada.
Permasalahan selanjutnya menurut informan Bapak Cahya adalah banayaknya
usulan dari pengunjung yang masuk. Seperti disampaiakan dalam wawancara berikut:
“Pengunjung itu banyak jadi keinginannya juga bermacam-macam , jadi kami secara umum berusaha memenuhi keinginan masyarakat, tapi yang pasti karean masyarakat itu banyak jadi tidak semua keinginan itu terpenuhi, saya ingin buku ini, buku ini, akhirnya kami juga susah untuk memenuhhi semua itu … biasanya yang kaitannya dengan itu keinginan spontanitas, yang susah untuk dipenuhi seperti itu” (wawancara dengan Bapak Cahya 11 Agustus 2015)
Banyaknya pengunjung yang datang ke perpustakaan menyebabkan banyak
pula usulan dari pengunjung yang masuk ke perpustakaan terkait koleksi yang
mereka butuhkan ditambah lagi keinginan yang bersifat spontanitas. Hal tersebut
yang menyebabkan perpustakaan kesulitan. Sehingga ketika perpustakaan melakukan
98
akuisisi bahan pustaka tidak semua usulan dari pengunjung tersebut dapat di penuhi
oleh pihak perpustakaan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimulkan bahwa sejauh ini
sumber informasi yang dimiliki perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
sudah cukup lengkap dan variatif dalam arti sudah ideal. Meski begitu, sumber
informasi perpustakaan juga masih terdapat beberapa kekurangan diantaranya: a)
koleksi e-book masih terbatas, b) koleksi pendidikan masih terbatas, c) koleksi buku
masih bersifat umum dalam beberapa subjek. Sedangkan menurut informan
pustakawan beberapa kendala yang dihadapi perpustakaan menanggapi saran dari
pemustaka adalah: a) koleksi yang diusulkan berupa koleksi terbitan lama, dan b)
banyaknya usulan yang masuk ke perpustakaan dan bersifat spontanitas.
5.2.4.2 Harapan Informan untuk Sumber Informasi yang Ideal
Berdasarkan kondisi tersebut, menurut informan ada beberapa hal yang perlu
dipenuhi agar perpustakaan dapat mencapai kondisi ideal dari segi sumber informasi.
Beberapa hal tersebut adalah:
a. Pembaruan Koleksi
Perpustakaan daerah selain memiliki koleksi yang lengkap juga harus diimbangi
dengan koleksi yang up to date. Dalam arti tidak hanya bertujuan untuk
melengkapi setiap subjek saja tetapi juga terus memperbarui koleksi dan kualitas
99
koleksi sehingga ketika user mencari informasi di perpustakaan mereka tidak
memperoleh informasi yang kadaluarsa.
Informan Ismiatun Hikmah menyampaikan perlunya perpustakaan terus
melakukan update koleksi setiap periode waktu tertentu. Hal itu disampaiakan
dalam wawancara berikut:
“lebih di up to date-in lagi, itu buku-buku sudah lama terus sudah banyak yang protol, file nya juga sudah lama banget, kalo misalkan ada buku update an terbaru itu harusnya perpusda punya ya paling tidak satu tahun sekali beli buku, jadi tidak ketinggalan banget” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Hal senada juga disampaikan informan Anita dalam wawancara berikut:
“terus buku-buku itu yang bukan lama tapi juga harus ada yang terbaru” (wawancara dengan Anita Alfiana 13 Agustus 2015)
Dari wawancara kepada dua informan tersebut dapat diketahui bahwa
pembaruan koleksi perpustakaan merupakan sesuatu yang sangat penting dan
harus dilaksanakan perpustakaan paling tidak dalam periode satu tahun sekali.
Pendapat diatas sesuai dalam Standar Nasional Perpustakaan (2011) berikut:
Usia koleksi:perpustakaan memiliki koleksi terbaru (lima tahun terakhir) sekurang-kurangnya 10% dari jumlahkoleksi.
Dengan begitu dapat diketahui bahwa pembaruan atau pengadaan sangat
berguna untuk menyegarkan koleksi bahan pustaka yang ada, sekaligus untuk
menggantikan bahan pustaka yang sudah kadaluarasa (> 5 tahun).
100
Informan Bapak Kasdi juga menambahkan pengadaan koleksi setiap
tahunnya memang merupakan hal yang sangat perlu dilaksanakan. Namun, hal
tersebut berkaitan dengan anggaran dana dari pemerintah pusat. Hal tersebut
disampaikan dalam wawancara berikut:
“Idealnya perpustakaan itu rutin melakukan pengadaan koleksi, tapi inikan kaitannya dengan anggaran dana dari pemerintah juga ya, tapi kalo bisa rutin tiap setahun sekali atau dua kali itu lebih bagus. Kalo kita selama ini kan masih setahun sekali” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pengadaan
koleksi merupakan hal yang sangat penting dilaksanakan oleh perpustakaan,
mengingat koleksi bahan pustaka merupakan sumber informasi yang palign
banyak dan sering dimanfaatkan oleh pemustaka. Untuk itu perpustakaan perlu
meningkatkan intensitas pengadaan serta kuantitas bahan pustaka pada saat
pengadaan bahan pustaka tersebut.
b. Menekankan pada Subjek Tertentu
Sebagai perpustakaan daerah, pengunjung atau user yang bersifat heterogen
tentunya sudah menjadi hal yang wajar. Dari banyaknya user tersebut ada yang
sekedar berkunjung ke perpustakaan untuk rekreasi dan ada pula yang benar-
benar membutuhkan informasi yang vital untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Berangkat dari hal itu pihak perpustakaan tentunya mengetahui subjek apa saja
yang paling sering dicari dan dimanfaatkan oleh user. Dengan begitu
perpustakaan perlu mempertimbangkan untuk memberi porsi yang lebih pada
101
koleksi-koleksi yang memiliki presentase dimanfaatkan lebih tinggi disbanding
koleksi yang lain.
Hal tersebut seperti disampaiakan informan Didik Aryanto dalama
wawancara berikut:
“Kalau secara pribadi perpustakaan sebaiknya lebih menitik beratkan koleksi pada subjek pendidikan dan wirausaha agar bisa mengembangkan usaha yang jelas itu mas, …. juga diimbangi dengan buku agama” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
Menurut informan Didik Aryanto, perpustakaan idealnya lebih menitik
beratkan kuantitas koleksi pada bidang pendidikan, wirausaha dan agama.
Alasannya, pendidikan, wirausaha dan agama merupakan kesatuan yang pasti
dijalani setiap manusia dalam kehidupannya.
Selain itu, informan Ismiatun Hikmah juga berpendapat bahwa
perpustakaan sebaiknya lebih menekankan koleksi terutama di bidang pendidikan.
Seperti yang disampaikan dalam wawancara berikut:
“Harusnya perpustakaan itu lebih banyakin koleksi yang pendidikan itu. Saya kan mahasiswa, jadi kadang kalau saya cari rujukan disini tentang buku apa gitu, kok tidak ada. Harusnya perpustakaan itu kan tau, oh ini koleksi yang biasa dicari mahasiswa, oh ini koleksi yang biasa dicari guru-guru gitu” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Menurut informan Ismiatun Hikmah koleksi di bidang pendidikan perlu
ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Koleksi-koleksi tersebut trutama adalah
koleksi yang paling sering dimanfaatkan oleh pemustaka, misalnya mahasiswa
102
dan pengajar. Sehingga ketika mereka membutuhkan buku tentang bidang tertentu
mereka mudah menemukan dan memiliki banyak pilihan.
Informan Bapak Edi menambahkan, perpustakaan daerah juga perlu
mempertimbangkan untuk menambah koleksi berupa Jurnal. Hal tersebut seperti
disampaikan dalam wawancara berikut:
“Satu lagi yang perlu meskipun segmen pasarnya kecil yaitu buku-buku tentang jurnal hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu, disini ada Cuma skripsi saja tapi kan bukan jurnal, yang jurnal perlu diadakan itu dari semua disiplin ilmu meskipun animo untuk kesitu sedikit tapi saya pribadi sebenarnya membutuhkan tapi tidak ketemu disini kan sudah saya sampaikan kepada pengelola saya juga maklum karena animonya untuk itu kecil gitu, jadi tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. tapi seandainya itu bias dipenuhi maka perpustakaan ini bisa menjadi rujukan para peneliti baik S1, S2 lah paling tidak, S3 terlalu tinggi” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015)
Menurut informan Bapak Edi tersebut, penambahan koleksi berupa jurnal-
jurnal ilmiah juga perlu dipertimbangkan oleh perpustakan umum meskipun
animo masyarakat untuk memanfaatkan koleksi tersebut sangat kecil dan biaya
yang dikelurkan juga sangat besar. Namun, untuk menjadi perpustakaan ideal hal
tersebut perlu diwujudkan sehingga perpustakaan dapat dijadikan sebagai tempat
rujukan bagi para peneliti.
Kesimpulan dari hasil analisis diatas adalah menurut informan idealnya
sumber informasi yang harus disediakan perpustakaan adalaha: a) memiliki koleksi
dari ragam-media (tercetak dan noncetak), b) memiliki subjek yang variatif, c)
103
pengadaan koleksi yang mutakhir, d) intensitas pengadaan lebih ditingkatkan, e)
kuantitas koleksi lebih diperbanyak, f) koleksi yang di datangkan adalah koleksi
berkualitas, g) menambah kuantitas untuk bidang-bidang yang sering dimanfaatkan
dan, h) penambahan jurnal ilmiah.
Hal tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Standar Nasional
Perpustakaan (2011), sebagai berikut:
4.3 Jenis koleksi:
a. Perpustakaan memiliki jenis koleksi anak, koleksi remaja, dewasa, koleksi referensi anak,koleksi referensi remaja/ dewasa, koleksi khusus, surat kabar, majalah, dan koleksi non cetak.
b. Jenis koleksi perpustakaan mengakomodasikan semua kebutuhan masyarakat, termasukkebutuhan penyandang cacat.
c. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan lokal dan koleksi muatan lokal.
d. Koleksi perpustakaan terdiri dari berbagai disiplin ilmu sesuai kebutuhan masyarakat.
e. Komposisi dan jumlah masing-masing jenis koleksi disesuaikan dengan kebutuhanmasyarakat dan kebijakan pembangunan daerah.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kesamaan antara pendapat informan
dengan Standar Nasional Perpustakaan dapat dilihat dari segi jenis koleksi, jumlah
subjek, kualitas dan kuantitas koleksi, dan kemutakhiran.
5.2.5 Program Kegiatan Perpustakaan
5.2.5.1 Pendapat Informan pada Program Kegiatan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
Setiap perpustakaan memiliki program kerja atau program kegiatan yang disusun dan
dilaksanakan secara periodik baik dilaksanakan secara harian, mingguan, bulanan
104
maupun tahuanan. Setiap program yang diselenggarakan memiliki esensi dan tujuan
masing-masing. Namun, secara umum program-program yang diselenggarakan
perpustakaan tersebut adalah program yang berorientasikan masyarakat terutama
pemustaka.
Penyelenggaraan program kegiatan perpustakaan tidak boleh terlepas dari
tugas perpustakaan, tugas perpustakaan tersebut telah diatur dalam Standar Nasional
Perpustakaan (2011) berikut:
8.5 Tugas dan fungsi perpustakaan
Perpustakaan umum kabupaten/kota mempunyai tugas sebagai berikut:a. menyediakan sarana pengembangan kebiasaan membaca sejak usia
dini;b. menyediakan sarana pendidikan seumur hidup;c. menunjang sistem pendidikan formal, non formal dan informal;d. menyediakan sarana pengembangan kreativitas diri anggota
masyarakat;e. menunjang terselenggaranya pusat budaya masyarakat setempat
sehingga aspirasi budaya lokal dapat terpelihara dan berkembang dengan baik;
f. mendayagunakan koleksi termasuk akses informasi koleksi perpustakaan lain serta berbagai situs Web;
g. menyelenggarakan kerja sama dan membentuk jaringan informasi; h. menyediakan fasilitas belajar dan membaca;i. menfasilitasi pengembangan literasi informasi dan komputer;j. menyelenggarakan perluasan layanan perpustakaan proaktif antara lain
melalui perpustakaan keliling;k. melakukan pengembangan dan pembinaan perpustakaan kecamatan dan
perpustakaan desa/kelurahan diwilayahnya;l. menghimpun dan melakukan pemutakhiran data perpustakaan
diwilayah dani. menginformasikan ke sistem data nasional perpustakaan (c.q
Perpustakaan Nasional RI).
105
Program kegiatan perpustakaan juga menjadi salah satu aspek penting yang
harus diperhatikan oleh perpustakaan agar mampu mewujudkan sebagai perpustakaan
ideal. setiap program yang diselenggarakan haruslah program-program yang
berkualitas, sesuai dengan kebutuhan dann memiliki tujuan yang jelas. Sehingga
program tersebut bukan sekedar program untuk menghabiskan anggaran saja.
Perpustakan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang sejauh ini telah memiliki
program rutin yang diselenggarakan dalam tempo yang berbeda-beda. Ada yang
harian, ada yang mingguan, ada yang bulanan, dan ada yang tahunan. Hal tersebut
seperti disampaikan informan Bapak Cahya dalam wawancara berikut:
“Kegiatan untuk kemasyarakatan ya, keliling itu kita rutin, kemudian kunjungan untuk anak-anak sekolah ke sini itu juga rutin, kemudian pelatihan kaitannya dengan perpustakaan maupun kearsipan itu juga rutin setiap tahun juga ada . itu pelatihan itu untuk pengelola . kalau untuk pemustaka biasanya bertanya dan kita berusaha membantu permasalahan kaitannya dengan pelayanan dan masih banyak lagi program-program perpustakaan itu” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
Hal senada juga disampaiakan informan Bapak Kasdi dalam wawancara berikut:
Program tiap tahun kan itu pameran buku, trus pemutaran film itu diprogramkan tiap tahun saya kurang tahu bulannya tapi ini tiap tahun ada, Pemutaran film itu sama story telling … Program rutin keliling, sama motor keliling. Namanya pake tossa yang roda keliling itu yang baru berjalan diambarawa (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Cahya dan Bapak Kasdi tersebut dapat
diketahui bahwa Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang memiliki
beberapa program yang dilaksanakan secara periodik, diantanya: program
106
perpustakaan keliling dan motor keliling dilaksanakan setiap hari kerja, program
kunjungan anak sekolah, pemutaran film dan story telling dilaksanakan setiap bulan
sekali, program pelatihan untuk peustaka maupun pustakawan dilaksanakan setiap
setahun sekali.
Sebagaimana sebuah program perpustakaan tidak akan berjalan dengan baik
apabila tidak disosialisasikan dengan baik kepada pemustaka. Sejauh ini sosialisasi
perpustakaan terkait program kerja yang dimiliki mendapat respon dari pemustaka.
Beberapa pemustaka mengenal dan mengetahui program-program yang
diselenggarakan perpustakaan. Namun, beberpa pemustaka tidak mengetehui. Hal
tersebut seperti dalam wawancara berikut:
“Ada pameran buku, lomba-lomba ,perpustakaan keliling, lalu kadang ada mengundang penulis, semacam bedah buku, seminar, sosialaisasi di masyarakat” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
“Saya tidak terlau bertanya kesana yang rutin pengadaan buku tahunan kemudian mungkin ada capacity building (peningkatan kinerja karyawan) termasuk pustakawan ya, ada study banding ada apa itu pembinaan-pembinaan karyawan tapi saya tidak tau persis” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015) “Pameran buku, sama English corner, di audiovisual itu” (wawancara dengan Anita Alfiana 13 Agustus 2015)
“Itu perpustakaan keliling setauku, soalnya aku itu jarang mendengar info-info disini mungkin itu penyumbangan buku buat yang diplosok-plosok sana mungkin” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa dua informan
mengetahui program kegiatan yang diselenggarakan perpustakaan. Sedangkan satu
107
informan kurang mengetahui program yang diselenggarakan perpustakaan, dan satu
informan lagi hanya mengetahui satu program yang diselenggarakan perpustakaan.
Beberapa Informan juga menyampaikan alasan mengapa program yang
diselenggarakan perpustakaan kurang diketahui oleh pemustaka. Seperti yang
disampaiakan dalam wawancara berikut:
“Kurang terjadwal yang pasti mas, soalnya kegiatannya itukan kadang ada kadang tidak, juga kurang sosialisasi ke luar. Harusnya kan disosialisasikan lewat semua media masa itu bagus lo mas, ya gak, jadinyakan yang jarang ke perpustakaan juga tau kegiatan perpustakaan” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
“Menurut saya ya itu, kurang sosialisasi saja sih, jadinya kita kurang tau ada kegiatan apa” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Menurut informan Didik Aryanto dan Ismiatun tersebut dapat diketahui
bahwa alasan program kegiatan yang diselenggarakan perpustakaan kurang diketahui
oleh masyarakat adalah karena kurang terjadwalnya program yang diselenggarakan
perpustakaan sehingga tidak ada jadwal pasti yang bisa dijadikan patokan pemustaka.
Alasan yang kedua adalah minimnya sosialisasi yang dilakukan perpustakaan.
Menurut informan tersebut seharusnya ketika perpustakaan menyelenggarakan
kegiatan, sosialisasi dilakukan tidak hanya dilingkungan perpustakaan atau
disekitarnya saja, tetapi juga dilakukan secara luas dan memanfaatkan semua media
masa yang ada. Sehingga masyarakat yang tidak pernah ke perpustakaan pun
mengetahui kegiatan yang diselenggarakan perpustakaan.
108
Sedangkan informan Bapak Edi berpendapat bahwa kegiatan yang bersifat
eksternal masih kurang menyentuh masyarakat secara luas, sehingga masih perlu
digiatkan lagi Hal tersebut seperti disampaikan dalam wawancara berikut:
“Kalau kekurangannya mungkin perlu kegiatan yang lebih menyentuh masyarakat saja. Jadi kegiatan eksternal itu kalau bisa lebih digiatkan lagi” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015)
Menaggapi dengan kondisi penyelenggaraan program-program perpustakaan
tersebut, informan Bapak Cahya menyampaikan ada beberapa kendala yang dihadapi
perpustakaan. Hal tersebut seperti disampaikan dalam wawancara berikut:
“yang jelas itu kaitannya dengan anggaran, karena anggaran dari pemerintah daerah kan sudah dibagi-bagi berdasarkan skala prioritas itu yang pertama, yang kedua kaitannya dengan SDM ya kalau kita mau membuat kegiatan banyak tapi tidak ada tenaga akhirnyua juga sia-sia, jadi kita membuat satu kegiatan itu sebisa mungkin perpustakaan itu memberi manfaat yang sebesar-besarnya” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
Hal senada juga disampaikan informan Bapak Kasdi dalam wawancara berikut:
“Kalau seperti storytelling, motor keliling kekurangannya di tenaga karenakan di handle pegawainya juga, kalau diambarawa kan dihandlenya mas bambang padahal mas bambangkan pegawainya juga perpustakaan umum jadi kalau mas bamabang ada undangan keluar itu petugas perpus Cuma satu orang . contoh sini kalau sini saya kelilingkan bawa temen sini ya kekurangan itu di tenaga” (wawancara dengan Bapak Kasdi 11 Agustus 2015)
Menurut informan Bapak Cahya banyak sedikitnya program kegiatan yang
diselenggarakan perpustakaan bergantung dengan anggaran dari pemerintah pusat.
Pemerintah sebagai penyuplai dana telah membagi anggaran berdasarkan skala
109
prioritas setiap bagian kerja masing-masing. Karena hal tersebut, akhirnya kegiatan
yang diselenggarakan pun juga terbatas dan menyesuaikan dengan anggaran yang
ada. Alasan yang kedua menurut informan Bapak Cahya adalah terbatasnya SDM
yang dimiliki perpustakaan. Ketika kegiatan yang diselenggarakan perpustakaan
semakin banyak maka secara otomatis SDM yang dibutuhkan pun juga semakin
banyak. Sedangkan sejauh ini SDM yang dimilki Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kaupaten Semarang masih terbatas karena pada dasarnya SDM di perpustakaan ada
yang merangkap pekerjaan.
Selain anggaran dan SDM, informan bapak Cahya juga memberikan alasan
lain seperti disampaikan dalam wawancara berikut:
“jadi bukan sekedar gugur menjalankan kegiatan itulah yang tidak kita ingini seperti itu, itu yang kita hindari , kita berusaha membuat kegiatan karena terbatasnya tenaga SDM dan juga anggaran kita juga pakai prioritas jadi sejauh itu memberi manfaat kepada masyarakat” (wawancara dengan Bapak Cahya Budianto 11 Agustus 2015)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa perpustakaan dalam
menyelenggarakan kegiatan tidak hanya sekedar betujuan untuk menggugurkan
program kerja perpustakaan saja, tetapi lebih mengutamakan manfaat dari program
yang diselenggarakan. Sehingga dengan anggaran yang ada dan SDM yang terbatas
kegiatan yang diselenggarakan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
kepada pemustaka maupun masyarakat.
110
5.2.5.2 Harapan Informan untuk Program Kegiatan Perpstakaan yang Ideal
Berangkat dari kondisi diatas, menurut informan ada beberapa kegiatan yang
dapat dipertimbangkan sehingga perpustakaan dapat memenuhi keidealan dari segi
program kegiatan. Hal tersebut adalah:
a. Seminar dengan Pakar Ahli
Seminar adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat
para ahli (pakar) mengenai suatu topik dalam bidang tertentu. Seminar sebenarnya
bukan hal yang baru, akan tetapi dalam penyelenggaraannya perlu diprioritaskan
karena dalam seminar audiens dalam hal ini pemustaka akan mendapatkan ilmu
baru yang mungkin belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.
Perlunya perpustaaan menyelenggarakan seminar seperti disampaikan
informan Bapak Edi berikut:
“mungkin menurut saya sekali waktu perlu mengadakan semacam sarasehan, seminar atau apapun itu dengan menghadirkan pembicara kunci, apakah itu dari pakar pustakawan apakah dari pakar ilmu-ilmu apa begitu yang mana dalam seminar atau sarasehan sekaligus sebagai media edukasi bagi masayaarakat, bahwa perpustakan itu sangat bermanfaat” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 11 Agustus 2015)
Hal senada juga disampaikan informan Ismiatun dalam wawancara berikut:
“diadakan seminar-seminar juga” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
111
Menurut informan Bapak Edi dan Ismiatun tersebut, perpustakaan perlu
sekali tempo menyelenggarakan acara seminar atau sarasehan dengan
mendatangkan narasumber seorang pakar ahli dalam bidang tertentu. tujuan
adanya seminar tersebut untuk mengedukasi masyarakat dan menciptakan kesan
bahwa perpustakaan adalah tempat yang sangat bermanfaat.
b. Seminar dengan Menghadirkan Pemustaka Sukses
Selain seminar dengan mendatangkan pakar ahli, informan Bapak Edi juga
menambahkan bahwa perpustakaan juga bisa menyelenggarakan seminar atau
sarasehan dimana narasumbernya adalah dari pemustaka sendiri. Hal tersebut
seperti disampaikan dalam wawancara berikut:
“dengan menampilkan tokoh-tokoh ungaran yang memang dia hobi baca wawasannyaa luas kemudian track record nya bagus, kmudian kiprahnya dimasayaarakat bagus , itu bisa ditampilkan sebagai edukasi dalam bentuk sarasehan atau seminar itu” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 11 Agustus 2015)
Senada dengan hal itu juga disampaikan informan Didik Aryanto, seperti
disampaikan dalam wawancara berikut:
“Saya punya ide perpustakaan itu melakuakn survey ya kepada pengunjug atau peminjam perpustakaan, jadi perpustakaan itu tau siapa pengunjung yang paling sering berkunjung ke perpustakaan siapa dia apakah dia seorang pengusaha misal orang itu sering pinjem buku tentang wirausaha bararti dia adalah seorang pengusaha dan kemudian telusuri apakah dia sukses apakah dia bisa memanajemen yang dia kelola dengan membaca diperpustakaan. Setela ditelusuri dia sukses, ajak dia sosialisasi dimasyarakat untuk melakukan motivasi di lingkungan masyarakat tersebut, jadi membaca itu ada manfaatnya” (wawancara dengan Didik Aryanto 11 Agustus 2015)
112
Menurut informan Bapak Edi dan Didik Aryanto diatas memberikan
gagasan bagaiman menyelenggarakan seminar atau sarasehan tidak hanya
mengundang pakar ahli saja akan tetapi bisa juga dengan menghadirkan
pemustaka perpustakaan. Pemustaka yang dimaksud adalah pemustaka yang
sukses dari hobi membaca. Narasumber pemustaka tersebut diperoleh dari survey
yang dilakukan perpustakaan dalam kurun waktu tetentu, sehingga memperoleh
narasumber yang valid dan berkualitas.
Dengan menghadirkan narasumber pemustaka yang sukses dari hobi
membaca tersebut, akan memberikan dampak positif terhadap audiens atau
peserta seminar, dimana mereka akan termotivasi dengan apa yang disampaikan
oleh narasumber tersebut sehingga akan memberikan dorongan pada diri mereka
untuk lebih giat membaca juga berwirausaha.
c. Program Dukungan
Selain penyelenggaraan seminar, informan lain juga memberikan pendapat terkait
program yang bisa dipertimbangkan perpustakaan untuk dilaksanakan. Hal
tersebut seperti disampaikan informan dalam wawancara berikut:
“kalo di media radio itu ada komunitas monitor. Di perpustakaan ini yang anggotanya ribuan ya kenapa tidak di manage , sekali waktu dipertemukan itu mau dibagi kelompok usia boleh, mau umum mau kelompok usia mahasiswa, usia SMA, usia SMP, usia anak-anak” (wawancara dengan Bapak Edi Darwanto 12 Agustus 2015)
“Idealnya program kerja sesuai dengan tempat yang dituju, kalau misal tempat yang dituju itu lingkungan karyawan misalnya karyawan garmen ya sediakan buku cara menjahit yang benar, membuat pola-pola pakaian, lalu wirausaha menjahit sendiri dirumah, lalu diadakan
113
pelatihan menjahit seperti itu jadi bersifat membangun tadi, jadi tergantung tempat, misalnya kalau di pertanian ya cara membuat pupuk, jadi semuanya fleksibel” (wawancara dengan Didik Aryanto 12 Agustus 2015)
“pengennya itu kaya ada lomba antar sekolah disini, yang penting kan acara itu diadakan nanti masalah tempatkan bisa dicari. Contohnya lomba cerdas cermat, yaa itu mungkin mas” (wawancara dengan Anita Alfiana 13 Agustus 2015)
“Mungkin kaya pas hari buku itu kaya ada program bazar, tapi tidak dijual kaya yang mau nyumbangin buku dikasih sini bisa, terus ada koleksi rahasia itu dipamerin juga bisa” (wawancara dengan Ismiatun Hikmah 13 Agustus 2015)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa yang pertama, menurut
informan Anita perpustakaan perlu menyelenggarakan kegiatan lomba-lomba
yang mana pesertanya adalah pelajar. Dalam kegiatan tersebut Perpustakaan
bertindak sebagai penyelenggara sekaligus sebagai tuan rumah. Contoh lomba
yang bisa diselenggarakan oleh perpustakaan adalah lomba cerdas-cermat antar
pelajar.
Kedua, menurut informan Ismiatun program yang bisa diselenggarakan
perpustakaan adalah bazar buku dan pameran koleksi-koleksi rahasia. Dalam
acara bazar buku tersebut kegiatan tidak hanya sebatas penjualan buku oleh
penerbit-penerbit saja, tetapi perpustakaan juga menyediakan fasilitas bagi
masyarakat yang mau menyumbangkan bukunya untuk perpustakaan selama buku
tersebut masih layak untuk didaya gunakan. Kemudian diselingi pula dengan
pameran koleksi-koleksi rahasia yang dimiliki perpustakaan selama pameran
tersebut tidak merusak nilai informasi dari koleksi tersebut.
114
Ketiga, menurut informan Bapak Edi perpustakaan bisa
menyelenggarakan kegiatan Kopdar (Kopi Darat) atau disebut juga komunitas
monitor dimana komunitas tersebut mempertemukan antar pemustaka yang dibagi
berdasarkan golongan tertentu, seperti dibagi berdasarkan usia atau jenjang
pendidikan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempererat solidaritas antar
pemustaka.
Keempat, menurut informan Didik Aryanto perpustakaan dapat juga
menyelenggarakan kegiatan pelatihan dengan pemustaka baik pelatihan
kewirausahaan maupun lainnya. Pelatihan yang diselenggarakan tersebut
berpedoman dengan buku yang tersedia di perpustakaan. Jadi konsepnya, sebelum
dilaksanakan pelatihan, setiap peserta setidaknya telah membaca buku yang akan
dijadikan pedoman dalam pelatihan tersebut. Jenis pelatihan yang dilaksanakan
fleksible tergantung dari segmen pesertanya. Semisal peserta adalah kelompok
tani maka jenis pelatihan yang diadakan berkaitan dengan ilmu pertanian,begitu
pula dengan segmen-segmen lainnya.
Berdasarkan dari hasil analisis pada Sub-bab program kegiatan perpustakaan
diatas dapat disimpulkan bahwa menurut informan idealnya program kerja yang
diselenggarakan perpustakaan adalah seabagai berikut: a) perpustakaan keliling dan
motor keliling, b) kunjungan anak sekolah, c) pemutaran film dan story telling, d)
pelatihan untuk pemustaka dan pustakawan, e) seminar dengan menghadirkan
narasumber dari pakar ahli, f) seminar dengan narasumber pemustaka yang sukses
115
dari hasil membaca, g) mengadakan even perlombaan antar sekolah, h) bazar buku,
sumbangan buku, dan pameran koleksi rahasia, i) kopdar atau pertemuan antar
pemustaka berdasarkan golongan tertentu untuk mempererat solidaritas pemustaka.
BAB VIPENUTUP
6.1 Simpulan
Setelah dilakukan penelitian dan analisa data mengenai perpustakaan umum yang
ideal berdasarkan persepsi pemustaka dan pustakawan di Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kabupaten Semarang maka dapat disimpulkan bahwa konsep perpustakaan
umum yang ideal menurut informan adalah:
1. Sumber Daya Manusia Perpustakaan minimal memiliki latar belakang
pendidikan perpustakaan baik diperoleh dari pendidikan formal maupun
pelatihan, mampu melayani masyarakat dengan baik, memiliki kepribadian
ramah, sopan, tegas dan melayani dengan sepenuh hati, bekerja secara
professional, berorientasi untuk kemajuan perpustakaan, memiliki kemampuan
komunikasi yang baik, dan loyalitas tanpa membeda-bedakan antar pemustaka.
Selain itu SDM Perpustakaan juga perlu memiliki manajemen organisasi yang
baik serta pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dari atasan sampai ke
staf.
2. Fasilitas dan layanan yang disediakan harus beragam, yaitu: layanan otomasi,
layanan pandang dengar (audio visual), Layanan hotspot (Wifi) internet, layanan
fotocopy, fasilitas bermain anak, fasilitas cafeteria, dan fasilitas keamanan berupa
cctv. Selain hal tersebut perpustakaan idealnya juga perlu menempatkan tenaga
115
pada setiap layanan yang disediakan perpustakaan, sehingga tidak ada
pustakawan yang merangkap pekerjaan.
3. Desain dan tata ruang perpustakaan harus benar-banar dirancang untuk
perpustakaan dimana lokasinya harus strategis, berada di pusat kota, mudah
dijangkau, mudah ditemukan dan mudah diakses oleh masyarakat, serta memiliki
ikon sebagai simbol yang mewakili filosofi perpustakaan. Selain itu juga perlu
pengaturan pencahayaan dan pewarnaan ruangan yang baik, pengendalian
sirkulasi udara dan suhu ruangan, pembagian ruang sesuai dengan unit kerja
yang ada, serta dilengkapi dengan dekorasi dinding agar tidak monoton.
4. Sumber daya informasi yang disediakan Perpustakaan harus beragam terdiri dari
tercetak maupun noncetak, pengadaan koleksi teragenda secara rutin, koleksi
adalah koleksi yang mutakhir dan berkualitas, memiliki subjek ilmu yang
variatif, penambahan kuantitas untuk koleksi yang sering dimanfaatkan, serta
penambahan koleksi jurnal ilmiah.
5. Program kegiatan yang diselenggarakan Perpustakaan variatif, teragenda dengan
baik, serta memberdayakan masyarakat. Program yang dapat diselenggarakan
seperti: perpustakaan keliling, kunjungan anak sekolah, pemutaran film dan
story telling, pelatihan untuk pemustaka dan pustakawan, seminar dengan
narasumber dari pakar ahli, seminar dengan narasumber pemustaka yang sukses
dari membaca, mengadakan even perlombaan antar sekolah, bazar buku,
sumbangan buku, dan pameran koleksi rahasia, serta peningkatan solidaritas
antar pemustaka dengan kegiatan pertemuan rutin.
116
6.2 Saran
Demi mewujudkan terselenggaranya perpustakaan yang baik di Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Semarang, peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya penganggaran dana operasional perpustakaan yang dilakukan secara
tetap dengan jumlah yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.
2. Perlu adanya sosialisasi terkait program-program yang diselenggarakan
perpustakaan sehingga perpustakaan dapat lebih dikenal masyarakat secara luas.
3. Perlu adanya perhatian lebih terutama dari pemerintah pusat khususnya dalam
penambahan sumber daya manusia yang berkualitas dan menguasai bidang
perpustakaan, serta perlu adanya perhatian untuk kesejahteraan segenap personil
perpustakaan, sehingga mereka dapat bekerja sepenuh hati dan dilandasi dengan
dedikasi yang tinggi untuk melayani masyarakat.
117
Daftar Pustaka
Airistawanti, Dea. 2014. Penggunaan Layanan Internet dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pemustaka di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang . Semarang: Jurusan Ilmu Perpustakaan, FIB UNDIP.
Fatmawati, Endang. 2014. “Rekontruksi Peran Pustakawan Perguruan Tinggi untuk Membangun Perpustakaan Ideal”. Sumber <http://pustaka.uns.ac.id/ download/JUARA1.doc>. Diunduh [17 Januari 2016]
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
HS, Lasa. 2009. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus.
Mawaddah, Isti. 2014. “Menuju Perpustakaan Ideal”. Sumber <http://perpustakaan. stainkudus.ac.id/files/Libraria%20VOL-2%20NOMOR-1.pdf> Diunduh [17 Januari 2016]
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sitorus, Abner. 2012. "Mewujudkan Perpustakaan Ideal". Sumber <http://www.bpkp.go.id/ pustakabpkp/Mewujudkan Perpustakaan Ideal>. Diunduh [13 November 2015]
118
Standar Nasional Perpustakaan: Bidang Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Khusus. 2011. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Sudarsono, Blasius. 2006. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia.
Sukmana, O. 2003. Dasar-dasar psikologi lingkungan. Malang: UMM Press.
Sulistiani, Tri. 2010. Persepsi pemakai terhadap kinerja perpustakaan fakultas psikologi universitas diponegoro semarang. Semarang : Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UNDIP.
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
____________. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra
____________. 2010. Metode Penelitian. Jakarta : Penaku.
Sulistyo-Basuki dan Sutarno NS. 2003. Pustakawan dan Masyarakat. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Supriyanto. 2006. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta.
Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.
____________. 2011. Perpustakaan dan Buku. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Qalyubi, Syihabuddin dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. . Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga.
Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. 2007. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.
LAMPIRAN
BIODATA INFORMAN
1. Nama : Kasdi
2. Tempat/ tgl lahir : Sukoharjo, 29 September 1965
3. Alamat : Jl. Diponegoro 156, RT 01/ RW 02 Bringin, Semarang
4. Jabatan : Pustakawan (Bag. Perpusling)
5. Deskripsi : Bapak Kasdi adalah pegawai perpustakaan (pustakawan)
di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
bagian pelaksana kegiatan Perpustakaan keliling
(Perpusling) yang dilaksanakan setiap hari senin – kamis
dengan tujuan sekolah-sekolah dari tingkat SD/MI sampai
SMA/SMK di wilayah Kabupaten Semarang.
1. Nama : Cahya Budianto
2. Tempat/ tgl lahir : Semarang, 29 September 1970
3. Alamat : Gunung Pati, Ungaran, Semarang
4. Jabatan : Kasi Pengelolaan Perpustakaan
5. Deskripsi : Bapak Cahya Budianto adalah pegawai perpustakaan yang
menjabat sebagai Kepala Seksi pengelolaan perpustakaan.
ruang lingkup pekerjaan Bapak Cahya melingkupi seluruh
kegiatan pengembangan perpustakaan termasuk mengelola
permohonan Praktik Kerja Lapangan (PKL) baik dari SMK
maupun Mahasiswa. Segala kegiatan yang berkaitan
dengan perpustakaan harus melalui ijin dari Bapak Cahya.
LAMPIRAN 1
1. Nama : Anita Alfiana
2. Tempat/ tgl lahir : Semarang, 22 November 1999
3. Alamat : Pundung Putih, RT 03/ RW 03 Gedanganak
4. Pekerjaan : Pelajar
5. Deskripsi : Anita Alfiana adalah pemustaka yang berstatus sebagai
pelajar di SMK Bina Nusantara kelas XI. Anita tercatat
sebagai anggota perpustakaan sejak tanggal 12 Agustus
2015 dengan nomor anggota 9598. Anita adalah pemustaka
yang cukup aktif berkunjung keperpustakaan dengan rata-
rata kunjungan 2 kali dalam 1 minggu.
1. Nama : Ismiatun Hikmah
2. Tempat/ tgl lahir : Semarang, 25 Januai 1996
3. Alamat : Bugangan RT 02/ RW 06 Candirejo, Ungaran Barat
4. Pekerjaan : Mahasiswa
5. Deskripsi : Ismiatun Hikmah adalah pemustaka yang berstatus
sebagai mahasiswa Semester 3 Jurusan Sastra Indonesia di
Universitas Negeri Semarang. Ismiatun aktif tercatat
sebagai anggota perpustakaan mulai tanggal 30 Januari
2013 dengan nomor anggota 8745. Ismiatun berkunjung ke
perpustakaan 3 – 4 kali dalam satu bulan dan terkadang bisa
lebih ketika ada tugas yang harus diselesaikan.
1. Nama : Didik Ariyanto
2. Tempat/ tgl lahir : Semarang, 08 Juli 1990
3. Alamat : Wringin Putih, RT 01/ RW 01 Semarang
4. Pekerjaan : Wirausaha
5. Deskripsi : Didik Aryanto adalah pemustaka yang berstatus sebagai
wirausaha tepatnya memiliki usaha servis dan instalasi
komputer. Didik Aryanto tercatat sebagai anggota
Perpustakaan sejak 03 mei 2008 dengan nomor anggota
3952. Didik Aryanto berkunjung keperpustakaan 3 – 4 kali
dalam satu bulan untuk memanfaatkan fasilitas wifi ataupun
mencari buku.
1. Nama : Edi Darwanto
2. Tempat/ tgl lahir : Semarang, 02 Februari 1961
3. Alamat : Jl. Bukit Cemara 6, RT 04/ RW 15 Meteseh, Semarang
4. Pekerjaan : PNS
5. Deskripsi :.Bapak Edi Darwanto adalah pemustaka dari golongan
PNS. Bapak Edi Darwanto adalah pensiunan dari Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
Bapak Edi mulai aktif menjadi anggota perpustakaan pada
18 april 2013 dengan nomor anggota 7954. Bapak Edi
Berkunjung ke perpustakaan 2 – 3 kali dalam satu minggu
bersama dengan cucunya. Bapak Edi juga merupakan
seorang Dosen Agama di salah satu Perguruan Tinggi di
Semarang.
ASPEKPERTANYAAN NAMA
INFORMAN JAWABAN INTERPRETASI
SDM Perpustakaan
Menurut anda, bagaimana pustakawan
dalam memberikan pelayanan?
Didik Ariyanto Kalau untuk pelayanan saya kira sudah cukup bagus, untuk SDM juga tidak ada masalah, karena untuk perpustakaan yang masyarakat butuhkan itu lebih mengarah ke sumber informasinya, misalnya koleksi buku dan lain-lain.
Pelayanan pustakawan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang sejauh ini sudah bagus, dalam arti pustakawan mampu melayani masyarakat pemustaka dengan baik, bersikap professional, bertindak secara cepat, sopan dan terbuka.
Edi Darwanto Sangat bagus, professional, ramah didalam pelayanan, cepat dalam pelayanan, memberikan ruang untuk memberikan masukan bagi pengunjung atau pemustaka, diberikan kesempatan untuk masukan.
Anita Alfiana L. Melayani dengan baik, tidak terburu-buru gitu, santai, terus nyaman, sopan.
Ismiatun Hikmah Kadang-kadang kurang jelas, semisal cari buku tentang apa gitu, di rak hanya ada bidangnya secara umum saja yang di tempel, jadi nyarinya itu harus teliti banget. Kalo yang buat buku-buku sih itu saja, tapi kalo kaya buat layanan internet gitu sih lancar.
Menurut anda, bagaimana
kriteria pustakawan ideal di perpustakaan
daerah?
Didik Ariyanto Setidaknya yang namanya pustakawan itu ya berpengetahuan luas, tahu perpustakaan baik yang didalam maupun yang diluar. maksud saya yang didalam itu ya seperti perpustakaan kabupaten semarang ini, kalau yang di luar seperti perpustakaan desa. jadi dia bisa tau dari segala segmen perpustakaan,
pustakawan yang ideal menurut informan terbagi dalam tiga point utama, yaitu: a) pustakawan harus memiliki latar belakang pendidikan kepustaakaan baik itu
LAMPIRAN 2
tidak hanya perpustakaan yang hanya ada dikantor ini saja. perpustakaan itu kan ada yang didesa, disekolah-sekolah an ,perpustakaan keliling, pokoknya taulah bagaimana situasi kondisi masyarakat sekarang tentang minat membaca
diperoleh dari pendidikan keguruan maupun dari pelatihan, b) memiliki karakter dan kepribadian ramah, sopan, loyal, tegas, dan melayani dengan sepenuh hati, dan c) professional dalam pekerjaan, berorientasi untuk kemajuan perpustakaan, tidak idealis, memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan loyalitas tinggi tanpa membeda-bedakan antar pemustaka.
Edi Menurut saya karena saya tidak memiliki latar belakang pustakawan saya hanya menilai saja. Pustakawan yang ideal yang pertama dia harus berpendidikan sarjana atau minimal D3 lah, kemudian dia suka baca, kemudian menguasai katalog ditempat kerjanya, kemudian bisa memberikan pelayanan dengan nyaman dengan pengunjung, kemudian tanggap dengan masalah-masalah yang terjadi dilingkungan kerjanya terutama yang berkaitan dengan penataan buku-buku, kemudian ketenangan diruang baca.
Anita Alfiana L. Apa ya mas, mungkin dia harus suka membaca dan bisa tau letak buku-buku nya, jadi kalau ada yang tanya buku ini dia bisa menjawabnya dengan cepat. Ya itu mas, dia cepat dan tanggap
Ismiatun Hikmah Mungkin jangan terlalu cuek ya, misalkan ada pengunjung punya keluhan, sebaiknya dibantu sampai benar-benar pengunjungnya itu puas, jadi jangan setengah-setengah.
Seperti misalnya ada yang bertanya tentang pendaftaran anggota, ya dijelasin secara detail sampai kami yang bertanya benar-benar paham. Terus jangan judes juga sama pelanggan. Lalu, petugas itu harus tegas juga, seperti misalkan ada bapak-bapak mutar music itu keras banget, itu harus tegas ditegur, bapak jangan berisik ini perpustakaan, seperti itu. Yang terahir itu dia harus loyal, maksudnya itu dia jangan membeda-bedakan antara yang sudah akrab sama yang belum kenal, pokoknya dia harus professional gitu mas.
Berdasarkan Layanan dan
Fasilitas Perpustakaan
Fasilitas dan Layanan apa saja yang anda ketahui di Perpustakaan?
Didik Ariyanto Disini itu ada kegiatan dan fasilitas ada baca buku gratis, internet, ada lagi perpustakaan keliling, ada wifi id, lalu ada juga nonton film bareng, ada juga vcd, disitu berisi ilmu-ilmu dari banyak bidang juga. Terus ada kegiatan seiap satu minggu sekali itu ibu-ibu yang suka membaca buku kesenian lalu mengadakan kegiatan sesuai dengan keahlian ibu tadi, jadi misalkan ibu itu membaca buku tentang kerajinan apa, kemudian melakukan kegiatan seperti apa yang di abaca tadi.
Fasilitas dan layanan yang dimiliki perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang diantaranya: baca buku gratis, internet, perpustakaan keliling, hotspot, wifi id, nonton film, computer data, barcode reader, buku, koran, majalah, ruang baca umum, ruang baca anak, ruang referens, dapur, kamar
Edi Ruang baca umum, anak, ruang baca khusus, yang saya maksud khusus disini adalah buku-buku yang tidak boleh dibawa pulang disediakan diruang khusus dan di dibaca
diruang khusus, bersih lagi, luar bisaa, kemudian menyediakan layanan internet ya ada beberapa computer itu bagi masayaarakat umum, bagi pengunjung lain bisa menggunakan layanna hotspot dengan sebebas-bebasnya dan leluasa menurut selera pengunjung berkaitan dengan pendidikan , berkaitan dengan pengetahuan umum, berkaitan dengan media social dan segala hal yang diperlukan pengunjung. Menurut saya luar biasa bagus. ada juga dapur, ada juga kamar mandi/ wc, ada juga mushola, jadi ini betul-betul representatif, ada ruang tunggu tamu, jadi menurut saya bagus lah.
mandi/ wc, dan musholla.
Anita Alfiana L. Computer buat memasukin data, terus alat buat barcode itu, terus tempat pembuatan kartu anggota, terus buku, internet, koran, majalah, ruang anak-anak juga ada.
Ismiatun Hikmah Peminjaman buku, wifi, mushola, tempat wudhu, kamar mandi ada, terus computer itu ada dua tempat duduknya kan juga sendiri-sendiri, ini ada ruang anak, terus ada yang ruang umum, baca koran juga ada, disini juga kamusnya banyak, terus disana yang buat santai juga ada, sofa yang cukup empuk itu, jadinya buat semua umur itu ada, kaya remaja duduk yang tidak harus empuk juga
tidak apa-apa, kalo yang tua juga tidak apa-apa kaya gitu.
Menurut anda masih adakah
kekurangan dari fasilitas dan
layanan yang ada diperpustakaan
saat ini?
Didik Ariyanto Kalau saya sebagai pengujung itu fasilitas sudah cukup ya.
Fasilitas dan layanan yang ada di perpustakaan saat ini sudah mencukupi dan sudah tergolong ideal.
Edi Kalo fasilitas di perpustakaan umum seperti ini menurut saya sudah ideal
Anita Alfiana L. Emm, tidak ada kayaknya mas. Sudah cukupIsmiatun Hikmah Kekurangannya sih mungkin jumlahnya
perlu ditambahin aja. Kaya computer misalnya itu saja. Lainnya sudah cukup.
Menurut anda, bagaimana
idealnya layanan dan fasilitas yang harus disediakan
perpustakaan daerah?
Didik Ariyanto Fasilitas menurut saya itu mas, computer buatHarapannya kalau fasilitas sebagai pengunjung mungkin sudah cukup mas mungkin seandainya saya boleh usul, membaca itu tidak harus didalam ruangan, bisa saja perpustakaan itu punya semacam kafe jadi membacanya itu ada diluar ruangan seperti misal di taman, jadi perpustakaan itu ada tamannya ada gazebonya ada lincaknya ada air pancurnya, jadi membaca tidak harus didalam ruangan ,jadi kita diluar sambil menikmati teh panas, kopi seperti itu.
Fasilitas dan layanan perpustakaan yang ideal menurut informan pemustaka melakukan inovasi perpustakaan beratmosfir kafe, sehingga pengunjung tidak merasa bosan. Kemudian disediakan air minum gratis untuk pengunjung.
Edi Menurut saya mungkin coba diperpustakaan ini disediakan air minum gratis ya supaya kalau jenuh dan ngantuk kan bisa hilang ngantuknya, ya gak? Ya itu tadi mas menurut saya yang lain sudah ideal terutama ada
ruang audio visual diruang bawah itu bisa digunakan untuk edukasi untuk masayaarakat umum, yang jelas perpustakaan di kabupaten semarang ini yang di ungaran ini untuk media pembelajaran masayaarakat luar biasa, saya lihat pengunjung di perpustaan ini dari berbagai tingkatan usia mulai dari usia paud hingga usia lanjut usia seperti saya dari itu saya sampaikan.
Anita Alfiana L. Computer didepan itu menurut saya perlu ditambahi, terus harus ada kaya tempat fotocopy yang khusus buat pengunjung. Terus sudah ada sound musiknya itu bagus mas, ya mungkin itu saja.
Ismiatun Hikmah Bukunya dilengkapin aja sih,bukunya masih terlalu umum, kaya bidang-bidang apa itu dilengkapin lagi. Menurut saya lengkap sih Cuma kaya masih luas gitu, misal kaya buku tentang teknologi, teknologi itu masih meluas belum spesifik, ya lengkap sih lengkap Cuma belum spesifik, harusnya ada buku-buku dari tokoh-tokoh ahli sesuai dengan bidangnya itu, jadi bisa dijadikan sebagai bahan referensi. terus bukanya pas sih dari setengah delapan sampai jam delapan malem.
Berdasarkah Bagaimana Didik Ariyanto kalau menurut saya segalanya itu butuh yang Desain dan tata ruang
Desain dan Tata Ruang
perpustakaan
pendapat anda dengan desain
interior dan eksterior
perpustakaan ini?
namanya kenyamanan, ruangan indah bagus,tapi dibuat membaca kok tidak nyaman ya percuma mas, walaupun banyak koleksinya lengkap yang penting kita kenyamanan mas.Menurut saya diperpustakaan ini sudah lumayan nyaman untuk ukuran perpustakaan
perpustakaan saat ini sudah tergolong ideal. hal itu mereka nilai berdasarkan bentuk bangunan yang bagus, letak yang strategis, dan desain interior ruangan yang bagus.Edi ya meskipun sederhana bagaimanapun ini
menyangkut anggaran pemerintah kabupaten dalam mengalokasikan sebagaian anggarannya ke perpustakaan, meskipun sederhana tapi menurut penilaian saya untuk tingkat perpustakaan kabupaten semarang ini sudah cukup bagus dan ideal dibanding dengan perpustakaan-perpustakaan yang ada di kabupaten lain saya kira ungaran tidak kalah
Anita Alfiana L. menurut saya bangunannya bagus, letaknya terjankau tidak terlalu jauh, terus jalannya tidak bikin orang bingung mencarinya
Ismiatun Hikmah desain itu, perpustakaan utama ko lantai dua ? kasihan yang manula naik dulu, ya dibagi dua sih tidak apa-apa, di atas juga bagus soalnyakan jauh dari kendaraan-kendaraan, jadinya tidak terlalu berisik, hanya saja aku kasihan saja sama yang umurnya sudah manula. terus Untuk ruang baca anak itu desainnya tidak terlalu anak-
anak banget, kadang-kadang anak-anak itu kalah dengan yang dewasa, karena disini itu kaya bacanya itu bete soalnya ruangannya itu flat banget harusnya itu anak-anak disesuain anak-anak menurutku ya, soalnya adikku itu pernah saya ajak kesini itu “ah tempatnya kaya gini to kak?”,”iya”. Baca bukunya itu senang Cuma ruangannya itu belum anak-anak banget.
Menurut anda, Bagaimana
idealnya desain dan tata ruang perpustakaan daerah itu?
Didik Ariyanto Perpustakaan itu yang jelas tempatnya luas, penataanya bagus dan ada beberapa dekorasi mungkin berupa foto-foto yang berisi ilmu pengetahuan atau sejarah atau bisa saja foto yang memotivasi untuk orang agar lebih gemar membaca seperti itu, dan tempatnya dibikin senyaman mungkin ya mas, seperti pencahayaan dan berapa kecerahannya itu juga harus diperhitungkan juga. Banyak lagi memang kalau kita menelusuri idealnya perpoustakaan namun yang saya harapkan hanya itu saja mas.
Desain dan tata ruang perpustakaan ideal dari segi intrerior perpustakaan diantaranya yaitu pencahayaan dan pewarnaan, sirkulasi udara dan suhu ruangan, serta pembagian ruang dan dekorasi.
Desain eksterior perpustakaan umum yang ideal menurut informan adalah berlokasi ditempat yang strategis, mudah ditemukan, mudah diakses menggunakan alat transportasi apapun, dan berada di pusat keramaian
Edi Ya kalo desain eksterior itu bgaiamana ada daya tarik bagi masayaarakat umum untuk paling tidak bisa melihat apakah yang ada didalam, seperti ada yng bilang point of interest jadi ada satu pandangan yang menimbulkan kesan pertama untuk bisa
melihat lebih dalam lagi itu yang ada diluar.Kemudian kalo bisa perpustakaan itu menjadi icon kebanggan pemerintah kab semarang juga kebanggan masayarakat semarang, jadi memiliki tempat belajar yang ideal.kalo yang interior itu diupayakan warna itu warna yang teduh memungkinkan suasana belajar yang tenang. Jadi warna yang cerah itu cenderung silau, tidak nyaman atau mungkin ada pantulan cahaya.
atau dipusat kota. Kemudian idealnya perpustakaan umum perlu memiliki sebuah icon yang dibangun dihalaman utama perpustakaan sebagai symbol yang mewakili filosofi perpustakaan. Dengan adanya icon tersebut masyarakat akan lebih dekat dengan perpustakaan.Anita Alfiana L. Itu mas, seumpama kaya rak buku itu
harusnya tidak dibikin jejer-jejer gitu, kalo kaya gitu kan kaya bikin pusing mas, intinya itu contohnya kesenian terus nanti ada mejanya sendiri, terus olahraga sendiri nanti ada korsinya sendiri, tidak harus jejer-jeje gini, menurutku itu atidak gimana, ya itu langsung kaya seumpama ini ya itu kan rak terus mejanya itu harus sendiri, tidak harus nyari situ terus kesana, menurutku malah ngribetin saja
Ismiatun Hikmah dari desain interior bagus sih bersih, ya maksudnya lebih bagus dari perpustakaan yang dulu, soalnya aku kan rumahnya deket sini, sudah tau perpustakaan ini dari dulu gitu
ya, dulukan masih biasa banget. Bangunannya juga bagus, lokasinya strategis, terus dekat tempat pemberhenitan jadi mudah ditemukan.
Berdasarkan Sumber
Informasi
Sumber informasi apa saja yang
anda ketahui di perpustakaan ini?
Didik Ariyanto Ada internet, buku, vcd, ebook, Ada komputer yang disediakan petugas untuk mengakses ebook itu, namun masih terbatas koleksinya masih butuh banyak sumbangan ebook mungkin seperti itu.
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang sejauh ini telah mengkoleksi berbagai macam sumber informasi dalam bentuk berbagai media, diantaranya: surat kabar, majalah, buku, skripsi, internet, dan keping dvd/ vcd.
Edi Surat kabar disini lengkap, surat kabar regional, surat kabar nasional, surat kabar pagi sore, dari buku lengkap mulai dari ensiklopedi, kemudian buku-buku ilmu sosial popular, buku-buku agama, kemudian buku-buku ttentang teknologi pertainian, teknologi informasi ada semua, buku-buku kesehatan jadi juga banyak ya baik yang menyangkut kesehatan medis maupun ksehatan masayarakat, buku-buku tentang pendidkan banyak juga , buku tentang ekonomi ada, hukum ada, ekonomi sayariah ada,
Anita Alfiana L. Computer itu biasanyakan dibuat cari info, disini itu dilarang buat nge game, facebook an, sama hal-hal media social itu
Ismiatun Hikmah Buku, internet, koran, majalah walaupun
tidak up to date, computer, mungkin itu yaAdakah
kekurangan pada sumber informasi
yang ada di perpustakaan ini?
Didik Ariyanto Kalau masalah koleksi jujur saja ya mas karena saya bukan anak kuliah ya, biasanya yang sering terjadi itu ada anak kuliah yang pinjem buku denga judul yang itu-itu saja dari dulu . pernah ada pengunjung yang pinjem buku muktar lubis yang judulnya harimau-harimau itu, nah itu dicari terus tapi perpustakaan tidak punya koleksi itu. alangkah baiknya mungkin khusus untuk buku2 seperti itu ada ruangan khusus dimana buku yang sering digunakan atau sering dipakai oleh mahasiswa untuk rujukan itu harus di sendirikan jadi harus ada ruang khusus untuk buku-buku yang paling sering digunakan oleh mahasiswa, soalnya kasihan mahasiswa-mahasiswa itu . yang namanya anak sekolah itukan tidak mungkin mas beli , belipun belum mungkin ada yang jual maka buku seperti itu wajib disendirikan dan ada diruangan khusus bagi pelajar saja mas. Banyak buku-buku yang dicari mahasiwa tapi tidak punya koleksi bahkan malah kadang dipinjam orang biasa, orang yang tidak ada kepentingan untuk buku itu, mungkin ini bisa jadi pertimbangan buat petugas , sortirlah buku yang mungkin itu memang urgen sekali untuk mahasiswa
Kekurangan pada koleksi ebook yang ada di perpustakaan saat ini masih terbatas sehingga masih membutuhkan sumbangan ebook lebih banyak, koleksi buku dengan subjek pendidikan juga masih terbatas, terutama buku-buku yang sering menjadi rujukan mahasiswa
Edi Sudah cukup, sudah lengkap, kekurangan mungkin sedikit.
Anita Alfiana L. Tidak ada mungkin mas.Ismiatun Hikmah Harusnya perpustakaan itu lebih banyakin
koleksi yang pendidikan itu. Saya kan mahasiswa, jadi kadang kalau saya cari rujukan disini tentang buku apa gitu, kok tidak ada. Harusnya perpustakaan itu kan tau, oh ini koleksi yang biasa dicari mahasiswa, oh ini koleksi yang biasa dicari guru-guru gitu.
Bagaimana idealnya sumber informasi yang
harus disediakan perpustakaan daerah itu?
Didik Ariyanto Kalau secara pribadi perpustakaan sebaiknya lebih menitik beratkan koleksi pada subjek pendidikan dan wirausaha itu bisa mengembangkan usaha yang jelas itu mas, karna mungkin dari dua hal itu mas bangsa kita bisa maju, pendidikan dan wirausaha ,kalau kita punya lapangan kerja kita akan menyerap berbagai macam kalanagan masyaraat, soalnya pendidikan jaman sekarang iti lucu mas, jadi butuh buku tentang pendidikan lalu untuk arah kedepan mereka adalah wirausaha itu penting, juga diimbangi dengan buku agama, dan itu aja
Perpustakaan ideal dari segi sumber informasi yang perlu dipenuhi oleh perpustakaan adalah: pengadaan koleksi yang mutakhir, intensitas pengadaan lebih ditingkatkan, kuantitas koleksi lebih diperbanyak, koleksi yang di adakan adalah koleksi berkualitas, lebih memperbanyak pada bidang-bidang yang sering dimanfaatkan, dan
Edi Satu lagi yang perlu meskipun segmen pasarnya kecil yaitu buku-buku tentang
jurnal hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu, disini ada Cuma skripsi saja tapi kan bukan jurnal, yang jurnal perlu diadakan itu dari semua disiplin ilmu meskipun animo untuk kesitu sedikit tapi saya pribadi sebenarnya membutuhkan tapi tidak ketemu disini kan udah saya sampaikan kepada pengelola saya juga maklum karena animonya untuk itu kecil gitu, jadi tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. tapi seandainya itu bias dipenuhi maka perpustakaan ini bisa menjadi rujukan para peneliti baik s1, s2 lah paling tidak, s3 terlalu tinggi
penambahan jurnal ilmiah.
Anita Alfiana L. Namanya perpustakaan kan pasti banyak pengunjung, terus kalua mau menggunakan computer itu banyak yang ngantri, jadi yang pertama-tama harus ditambahin itu computer terus buku-buku itu yang bukan lama tapi juga harus ada yang terbaru, terus tempat pelayanan harusnya itu atidak dilebarin sedikit atidak terlalu sempit gitu lo, ya sebenarnya itu sudah bagus, cuam kurang luas aja dikit, jadi kaya mau ambil kartu itu kaya intinya ribet gitu, terus computer buat ngecek orang yang ngembaliin sama pinjam itu kurang, mungkin 4 komputer untuk
pelayanan, itu buat yang mengembalikan sama yang meminjam, terus kaya pengembilan nomor-nomor anggota, terus yang satu buat keuanga atau dendan, kalau untuk computer yang disana itu 8 mungkin mas,
Ismiatun Hikmah Kan perpustakaan daerah ya, berarti kan sejawa tengah ya, seengtidaknya itu lebih luas gitu bukunya itu harusnya lebih banyak, jangan Cuma nunggu gibahan dari orang, jadinya tu kaya mereka Cuma diutamain internetnya yang mahal tapi juga bukunya. Oke buku bisa download tapikan tidak semua buku bisa di download kaya lebih dibanyakin lagi koleksi bukunya, lebih di uptodate-in lagi, itu buku-buku sudah lama terus sudah banyak yang protol, file nya juga sudah lama banget, kalo misalkan ada buku update an terbaru itu harusnya perpusda punya ya paling tidak satu tahun sekali beli buku, jadi tidak ketinggalan banget. buku-buku anak-anak juga. Terus juga disendiriin kaya buku-buku asli Indonesia sama buku-buku terjemahan kaya itu buku yang masih Bahasa inggris jadinya itu tidak zonk pas ambil buku, udah senang ya ih materinya bener, pas buka, ih kok kaya gini Bahasa inggris
tidak ngerti kembaliin lagi kaya gitu, terus majalahnya itu tidak uptodate cuam itu, kaya majalah penybar semangat itu kan bagus tu cuamn udah yang lama-lama 2012 Ya Allah itu jaman kapan itu beritanya ,harusnya majalahkan tiap bulan harusnya ada ya, la itu malah terakhir 2012 , artisnya sudah tidak terkenal semua, majalah teknologi itu sudah Hp jaman kapan, udah tidak uptodate banget. Harusnyakan majalah itu yang terbaru-baru kaya koran, kalo koran sih baru atau uptodate gitu.
Berdasarkan Program
Perpustakaan
Program apa saja yang
diselenggarakan Perpustakaan
yang anda ketahui?
Didik Ariyanto Ada pameran buku, lomba-lomba ,perpustakaan keliling, lalu kadang ada mengundang penulis, semacam bedah buku, seminar, sosialaisasi di masyarakat
Program yang diselenggarakan perpustakaan menurut pemustaka: pameran buku, perpustakaan keliling, seminar, bedah buku, sosialisasi di masyarakat, pengadaan buku, English corner.
Edi Saya tidak terlau bertanya kesana yang rutin pengadaan buku tahunan kemudian mungkin ada capacity building (peningkatan kinerja karyawan) termasuk pustakawan ya, ada study banding ada apa itu pembinaan-pembinaan karyawan tapi saya tidak tau persis
Anita Alfiana L. Pameran buku, sama English corner, di audiovisual itu.
Ismiatun Hikmah Itu perpustakaan keliling setauku, soalnya aku itu jarang mendengar info-info disini
mungkin itu penyumbangan buku buat yang diplosok-plosok sana mungkin
Adakah kekurangan pada penyelenggaraan
program perpustakaan?
Didik Ariyanto Kurang terjadwal yang pasti mas, soalnya kegiatannya itukan kadang ada kadang tidak, juga kurang sosialisasi ke luar. Harusnya kan disosialisasikan lewat semua media masa itu bagus lo mas, ya gak, jadinyakan yang jarang ke perpustakaan juga tau kegiatan perpustakaan. Mungkin itu.
Kekurangan dari penyelenggaraan program perpustakaan karena kurang terjadwal, kurang sosialisasi ke masyarakat, dan perlu peningkatan kegiatan yang lebih menyentuh masyarakat
Edi Saya kurang paham ya, kalau kekurangannya mungkin perlu kegiatan yang lebih menyentuh masyarakat saja. Jadi kegiatan eksternal itu kalau bisa lebih digiatkan lagi.
Anita Alfiana L. Kurangnya apa ya mas, kurang banyak aja kegiatannya mungkin.
Ismiatun Hikmah Menurut saya ya itu, kurang sosialisasi saja sih, jadinya kita kurang tau ada kegiatan apa.
Bagaiaman idealnya program kegiatan sebuah
perpustakaan daerah itu?
Didik Ariyanto Idealnya program kerja sesuai dengan tempat yang dituju, kalau misal tempat yang dituju itu lingkungan karyawan misalnya karyawan garmen ya sediakan buku cara menjahit yang benar, membuat pola-pola pakaian, lalu wirausaha menjahit sendiri dirumah, lalu diadakan pelatihan menjahit seperti itu jadi bersifat membangun tadi, jadi terganatung tempat, misalnya kalau dipertanian ya cara membuat pupuk, jadi semuanya fleksibel.Saya punya ide perpustakaan itu melakuakn
Untuk mencapai keidealan dari segi program perpustakaan menurut informan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang perlu menambah beberpa kegiatan yaitu: seminar dengan narasumber pakar ahli, seminara dengan
survey ya kepada pengunjug atau peminjam perpustakaan, jadi perpustakaan itu tau siapa pengunjung yang paling sering berkunjung ke perpustakaan siapa dia apakah dia seorang pengusaha misal orang itu sering pinjem buku tentang wirausaha bararti dia adalah seorang pengusaha dan kemudian telusuri apakah dia sukses apakah dia bisa memanajemen yang dia kelola dengan membaca diperpustakaan. Setela ditelusuri dia sukses, ajak dia sosialisasi dimasyarakat untuk melakukan motivasi di lingkungan masyarakat tersebut, jadi membaca itu ada manfaatnya, saya bisa seperti ini karenan mebaca diperpustakaan , saya bisa kaya, saya bisa sukses karena saya membaca diperpustakaan, saya bisa seperti ini karena membaca buku diperpustakaan, akhirnya saya bisa memiliki omset sekian, jadi itu akan memiliki daya tarik pada masyarakat seperti itu.
narasumber pemustaka yang sukses dari membaca, mengadakan even perlombaan antar pelajar, bazar buku, sumbangan buku dan pameran koleksi rahasia, kopdar pemustaka dan terakhir pelatihan untuk pemustaka.
Edi Program ideal ya sekali tempo kalo untuk bazar buku sudah terlalu sering , pameran buku sering tapi sebagai peserta kan, tapi mungkin menurut saya sekali waktu perlu mengadakan semacam sarasehan, seminar atau apapun itu dengan menghadirkan
pembicara kunci, apakah itu dari pakar pustakawan apakah dari pakar ilmu-ilmu apa begitu yang mana dalam seminar atau sarasehan sekaligus sebagai media edukasi bagi masayaarakat, bahwa perpustakan itu sangat bermanfaat kemudian merangsang juga bagi pelajar mahasiswa untuk merangsang minat baca masayaarakat dengan menampilkan tokoh-tokoh ungaran yang memang dia hobi baca wawasannyaa luas kemudian track record nya bagus, kmudian kiprahnya dimasayaarakat bagus , itu bisa ditampilkan sebagai edukasi dalam bentuk sarasehan atau seminar itu. Itu secara berkala, nanti kalo mau dibagi segmennya apakah itu mau dari masayaarakat umum, apakah itu dari masyarakat sekolah, atau masayarakat pegawai. Pegawai itukan sebenarnya juga harus banyaka baca karenan dia pelayanan masayaarakat dia menjadi orang yang bijak menjadi orang yang arif. Orang bijak dan orang arif itu awalnya sudah belajar, belajar itu mungkin dari buku, tidak belajar dari bertapa itu jenege dukun, ya jadi ilmuwan ya belajar dari buku. Itu dek program-program ideal mungkin belum pernah diselenggarakan disini ada juga pengumuman tentang komunitas penulis ya
tapi ya saya tidak tau kegiatannya seperti apa. tapi yang baik itu harus dijalin itu, kalo di media radio media elektronik itu ada grup monitor, ato komunitas monitor seperti di radio rasika, ataudi radio pop itu ada komunitas monitor. Di perpustakaan ini yang anggotanya ribuan ya kenapa tidak di manage , sekali waktu dipertemukan itu mau dibagi kelompok usia boleh, mau umum mau kelompok usia mahasiswa, usia SMA, usia SMP, usia anak-anak . cucu saya ini aktif lo, eh,,eh,,eh,, itu bagus kan menyelenggarakan pertemuan bagi anak-anak paud untuk merangsang temen yang lain untuk suka berunjung ke perpustakaan. Jadi memang harus ada kreasi dan inovasi bagaimana tujuannya satu pembelajaran masayaarakat, mencerdaskan masayaarakat, kalo inikan bisu ya. Coba sekali tempo dikumpulkan , jadi seperti yang saya sampaiakan harus menguasai buku yang ada disini, bercerita tentang buku apa, semacam story telling , itu bagus ada inovasi seperti itu, masalahnya ada waktu tidak, yang kedua ada transportasi mobil tidak, kemudian ada konsekuensi dana anggaran tidak, itu kalau mau betul upaya mendidik masayaarakat ya semua upaya itu dilakukan jadi yang seperti ini media bisu ini
buku ini dia diam, jadi mau dibaca silahkan tapi adalagi misalkan kalau ada event-event tertentu atau pustakawan yang disini atau diruang sini bagian anak, pengunjung masuk anak masuk dijelaskan oh ini buku tentang ini, isinya begini, ini buku ini, jadi Ada pencerahaan juga dari pustakawan untuk karyawan disini untuk merangsanag minat baca.
Anita Alfiana L. Kaya lomba-lomba itu, pengennya itu kaya ada lomba antar sekolah disini, yang penting kan acara itu diadakan nanti masalah tempatkan bisa dicari. Contohnya lomba cerdas cermat, yaa itu mungkin mas.
Ismiatun Hikmah Mungkin kaya pas hari buku itu kaya ada proram bazar, tapi tidak dijual kaya yang mau nyumbangin buku dikasih sini bisa, terus ada koleksi rahasia itu dipamerin juga bisa, terus diadakan seminar-seminar juga.
Transkrip Wawancara dengan Pegawai Perpustakaan
Bapak Cahya Budianto
Berdasarkan SDM Perpustakaan
1. Bagaimana manajemen organisasi di perpustakaan?
Kalau kaitannya dengan SDM perpustakaan, di kantor ini kan ada dua
kepengurusan, satu perpustakaantakan dan yang satu kearsipan, kemudian
yang SDM khususnya yang melayani perpustakaan itu pada dasarnya kita
sudah memiliki sarjana perpustakaan sudah ada, yang dari pelatihan juga ada,
untuk kaitannya dengan SDM saya fikir itu sudah cukup, Cuma masalahnya
pekerjaan itukan tidak selamanya banyak, nah masalahnya ketika ada
pengadaan buku seperti sekarang ini datang itu pekerjaannya menjadi banyak,
karena tenaga yang ada diperpustakaan inikan istilahnya ada yang nyambi jadi
bendahara, ada yang nyambi jadi pembantu bendahara, jadi itu bisa dirasakan
kurang untuk pengolahan bahan pustakanya, tapi kalau buku sudah diolah,
diolah sudah selesai, sebenarnya dari SDM bisa dibilang ya sudah lumayan
terpenuhilah meskipun itu tidak bisa idealah, untuk sementara ini untuk
tenaga perpustakaan di tempat kami itu masih istilahnya ya nyambi lah, tenaga
pelayanan itu membantu membuat kartu anggota, juga membantu mengolah
buku, jadi kita itu selelau kalau istilahnya wong jowo itu ngarani ‘serabutan’
itu masih bisa mumpuni. Tapi kalau buku pas datang seperti ini kita juga
merasa kekurangnan tenaga nah itu yang masih menjadi pemikiran dari kami.
Sebenarnya masalah seperti ini bukan hanya disini hampir semua satker yang
ada dikabupaten semarang dan juga mungkin seluruh Indonesia masalahanya
juga sama , kalau kita ada rakor yang jadi masalah juga SDM juga seperti ini.
Kalau kelembagaannya sih tidak masalah yang penting itu ada tenga untuk
pelaksannya sebenarnya yang dibutuhkan itu.
2. Bagaimana sistem pembagian kerja staf perpustakaan/ pustakawan?
Semua pekerjaan kan kita bagi berdasarkan uraian tugas ya , dari pimpinan itu
apa , dari kasi itu apa, itu dari uraian tugas itu kita breakdown lagi masalah
sampai ke staf , jadi semua pekerjaan sudah habis sebenarnya , tapi ya itu tadi
LAMPIRAN 3
karena kita tidak bisa kaku berpedoman pada urain tugas karena kita kerja itu
sifatnya disni itu unit layanan maka harus saling mengisi, kalau kita kaku, itu
urusanmu, itu urusan saya, akhirnya nanti ada pekerjaan disatu sisi yang
istilahnya itu keter, nah kita salain mengisi dan saling melengkapi kita tidak
bisa hanya pakai pedoman kerja saja.
3. Menurut anda, bagaimana kriteria pustakawan ideal di perpustakaan daerah??
Kalau ideal itu susah untuk mengukur yang ideal itu seperti apa yang jelas
kalau saya pustakawan ya, itu pendidikan itu memang sudah syarat mutlak
karena aturannya seperti itu, kemudian pustakawan itu sebaiknya juga
memikirkan kemajuan perpustakaan. jadi istilahnya dia juga sebagai lembaga
pemikir tapi dia juga sebagai pelaksana. dia mau berpikir juga mau
melaksanakan, jadi apasih pekerjaan perpustakaan itu dia harus meninggalkan
istilahnya golongan , aku pustakwaan ahli, aku pustakwan madya, itu harus
ditinggalkan, kalau dia individualis dengan penggolongannya itu akhirnya
pekerjaanya akan menjadi terhambat, contohnya kalau pustakawan ahli itu,
kalau dia menata buku itu dia tidak mendapat nilai, dia memperbaiki buku
tidak mendapat nilai, seperti itu harus ditinggalakan. kalau dia masih
berpikiran secara individualis, nantinya kantor itu akan terhambat
kemajuannya . maksud saya okelah dia sebagai pustakawan ahli atau apa
sebutannya tapi dia juga harus mau bukan hanya sekedar ngomong tapi juga
mau melaksanakan, ini lo tenaga yang kurang ini, pekerjaan yang masih ada
ini, itu dia mau membantu ikut itu akan menjadi lebih baik. Tapi kalau
istilahnya individualis, saya ahli, saya madya yang saya kerjakan hanya itu
saja, ya kasian nanti pekerjaan yang lainnya siapa yang mau mengerjakan,
harapan saya seperti itu . sebenarnya ideal itu susah ya , sebenarnya idealnya
itu yang bisa menyelesaikan pekerjaan yang ada dikantor singkatnya saya
seperti itu, pekerjaan apapun kaitannya tidak dengan angka kredit dia mau
melaksanakan meskipun masalah kebersihan, misalnya sudah dibersihkan tapi
merasa kurang bersih dia mau membantu hal itu lah, bagi saya tidak terlalu
tinggilah kriteriannya, yang terpenting pekerjaan apa yang dibutuhkan
masyaarakat atau pemustaka ini semua tersedia terpenuhi itu bagi saya sudah
cukup dan idelalah. kalau ukurannya bagi saya adalah kepuasan dari
pemustaka.
Berdasarkan layanan dan fasilitas
1. Fasilitas dan layanan apa saja yang dimiliki Perpustakaan?
Kalau sini fasilitasnya sebagai referensi mungkin sudah umum dan sudah
cukup saya kira perpustakaan lain jugaada, Cuma besar dan kecilnya itu
tergantung masing-masing dari perpustakaan. kemudian seperti internet itu
sudah ada, perpustakaan lainpun saya fikir juga ada itu banyak sedikitnya
perpustakaan juga tergantung, disini wifi juga ada yang satu milik, ya sama-
sama telkom tapi yang satu dibiayai oleh perpustakaan yang satu itu mandiri
jadi seperti itu, kalau perpustakaan lain yang belum memiliki mungkin masih
ada, kemudian ada ruang audio visual dibawah itu juga bisa dimanfaatkan
2. Menurut anda masih adakah kekurangan pada fasilitas dan layanan di
perpustakaan?
Kalau kekurangan, kalau keinginanya sebenarnya masih ada seperti ruang
baca masih perlu diperluas, kemudian ruang refensi juga masih kurang luas,
ruang pengolahan juga jadi satu dengan ruang server jadi idealnya ruang
server itu ada sendiri dan ruang pengolahan buku juga ada sendiri ,
sekarangkan ruang buku pengolahan jadi satu untuk jilid Koran juga jadi satu,
jadi ruanggannya terlalu kecil seperti itu, itu butuh tempat tersendiri,
kemudian penitipan tas ruangannya juga masih seperti itu, jadi kita mengawas
dan mengontrolnya juga atidak susah, apalagi ada yang dibawah sampai
sekarang itu kunci ada banyak yang dibawa pulang itu ada yang dua kali ada
yang tiga kali itu saya sampai pusing mas, banyak yang merasa itu loker
milikiknya jadi dibawa pulang besok dia datang baru dibuka, seperti itu kan
suatu problem sebenarnya, kalau tempatnya tempat khusus mungkin akan
lebih mudah untuk mengawasinya, ya kalau keinginan banyak sebenarnya tapi
kita juga tidak bisa memenuhi semua keinginan, kita juga melihat dan
mempertimbangkan kemampuan anggaran daerah, karena yang diurusi itu
banyak yang didaerah itu, kalau perpustakaan mungkin hanya skala
prioritasnya saja. Ideal itukan selalu berkembang mas jadi sekarang ideal
besok belum tentu ideal karena tuntutan masyaraat dan kemajuan teknologi
yang akhirnya kan juga selalu berkembang, jadi akhirnya keidealannya selalu
mengiktui perkembangan jaman.
3. Menurut anda, bagaimana idealnya fasilitas dan layanan yang harus
dimiliki perpustakaan daerah?
idealnya sih seperti layanan penitipan tas itu harus ada penjaga sendiri ,
penjaga layanan referensi sendiri, kalau kita megacu ke provinsi ya jadi buku
referensi ada yang jaga sendiri yang jaga tas sendiri, kemudian pelayanan itu
sendiri, yang membuat kartu anggota juga sendiri, idealnya itu seperti itu , tapi
nanti kalau seperti itukan nanti juga butuh tenaga yang sangat-sangat banyak
Berdasarkan desain dan tata ruang perpustakaan
1. Bagaiamana konsep desain interior dan eksterior di perpustakaan darah ini?
(pencahayaan, pemilihan warna, interior furniture, penataan ruang)
Kalau sebenarnya keinginan saya idealnya itu dulu ruang perpustakaan itu
tanpa lampu kalau siang hari, itu sudah terpenuhi, Cuma masalahnya pas
musim kemarau itu ruangannya terasa panas, tapi sekarangkan matahari
condongnya ke utara ya, tapi pas kalau matahari itu condongnya ke selatan
jadinya panas sekali, mungkin kemarin pas magang disini merasakan ya itu
karena konstruksinya sebenaranya jendelanya sudah lebar tapi masalahnya itu
cahaya matahari kok banyak sekali yang masuk yang pertama, yang kedua
juga konstruksi atapnya itukan dari seng jadinya menambah kepanasan
penghuni, jadi saya dulu pengennya gedung itu kalau siang tanpa
menggunakan listrik tapi setelah jadi kok ruangnya jadi panas nah itu yang
saya tidak bisa ya itu Tqpi untuk masalah desain itu yang menentukan
pemborongnya pak?
Ya, saya Cuma memberi saran seperti itu jadi semuakan yang mengerjakan
dari PO, kalau saya hanya menerima, Cuma mengusulkan itu kalau atapnya itu
kaya masjid jadi kan tidak panas, atau ada semacam bukan kubah sih, tapi ada
tempat sirkulasi udara, idealnya seperti itu jadi tidak begitu panas, saya dulu
juga tidak tau kalau atasnya dari seng, setau saya ya dari genteng. Kalau saat
ini mataharikan condongnya ke utara jadi tidak terlalu terasa
2. Menurut anda bagaimana idealnya konsep desain dan tata ruang sebuah
perpustakaan daerah itu?
mungkin dari sisi arsiteknya mungkin harus yang lebih tau bisa merancang
bagaimana supaya cahaya itu bagus tapi tingkat kepanasannya juga bisa diatur,
sy dulu itu juga mengusulkan gedung itu atapnya seperti kubah masjid jadi ada
udara yang masuk. ,kaya masjid itukan tidak panas kan, saya berkeinginan
seperti itu, tapi di pemborongnya “wah itu anggaranya besar tidak cukup “ ya
monggo itu hanya keinginan saya
Berdasarkan sumber- sumber informasi
1. Sumber-sumber informasi apa saja dimiliki perpustakaan?
Kalau masalah buku itu kita juga ada kotak saran dari masyarakat tinggal
memsukkan saran jadi kira-kira buku apa yang dibutuhkan, nanti kita berusaha
untuk memenuhi pada tahun yang akan datang sepanjang buku itu masih ada,
terkadang buku itu sudah diusulkan tapi dipasaran kadang buku itu sudah
tidak ada lagi karena disana sudah habis, ditoko buku sudah tidak ada di
penerbit juga tidak ada,penerbit tidak menerbitkan lagi kan juga ada . tapi
pada prinsipnya kami juga menerima saran dari msayarakat tentang buku-
bukunya itu. Tapi masalahnya masyarakat itu juga tidak tau, “wong aku wis
usul ko bukune dak ada”, kadang2 dipasaran itu sebenarnya ada, tapi yang
usul itu tidak mencantumkan penerbitnya mana, tahun terbitnya tahun berapa
la itu masalahnya , buku itukan kadang-kadang 4 tahun atau 3 tahun yang
lalukan sudah tidak ada lagi itu juga jadi masalah. Kalau majalah kami sudah
lumayan banyak ya majalah itu ada swa, koloni, tempo, komputec, dan
lainnya kelihatannya sudah lumayan banyak, kalau perpustakaan lain
kelihatannya tidak memiliki sebanyak yang kita miliki
2. Bagaimana metode akuisisi sumber informasi terutama sumber informasi
bahan pustaka?
Kalau pengadaan buku disamping itu kami juga mencari buku-buku baru dari
masing-masing penerbit jadi kami berusaha berkomunikasi dengan penerbit
untuk mengirimkan email katalog mereka pada kami barangkali nanti ada
buku baru dan mungkin ada buku lama yang kami belum punya kami juga
akan membeli seperti itu jadi kami harus aktif mencari
3. Adakah kekurangan pada sumber-sumber informasi yang ada di perpustakaan?
Sebenarnya kalau kita berbicara masalah kekurangan karena pengunjung itu
banyak jadi keinginannya juga bermacam-macam , jadi kami secara umum
berusaha memenuhi keinginan masyarakat, tapi yang pasti karean masyarakat
itu banyak jadi tidak semua keinginan itu terpenuhi, saya ingin buku ini, buku
ini, akhirnya kami juga susah untuk memenuhhi semua itu, seperti kemaren itu
ada yang mencari serat apa yang bukunya tahun lama sekali di tokopun tidak
ada yang jual akhirnyakan kita tidak bisa memenuhi keinginan dari
masyarakat itu, ada juga yang usul dari guru, saya pak saya pengen usul buku
yang seperti ini , karena dia pas ada tugas dan membutuhkan buku seperti itu
dan disin tidak ada akhirnya juga susah untuk memenuhi seperti itu, secara
umum untuk keguruan untuk mendidik kami berusaha menyediakan tapi
kaitannya dengan keinginan individu itu juga susah sekali memenuhi karena
jumlah masyarakat yang banyak pada umumnya seperti itu.ada juga yang
membuat skripsi lari kesini ‘pak saya butuh buku seperti ini’ akhirnya dia usul
seperti itu, la itu kan karena keinginan pribadi ,sebenarnya kalau buku
pendidikan itu sudah banyak tapi kalau ada usulan kami terima kasih kami
berusaha untuk memnuhi itu. yang susah itu karena untuk kebutuhan individu
karena buku itu muncul secara periodic. Misalnya untuk permainan pedoman
untuk guru mengajar kreatif itu seperti apa, misalnya kreatif dan menciptakan
motivasi itu seperti apa sebenarnya bukunya ada kemudian untuk guru paud
untuk permainan edukatif itu juga ada ,tapikan biasanya yang kaitannya
dengan itu keinginan spontanitas, seperti kaitannya dengan skripsi itu tadi,
yang susah untuk dipenuhi seperti itu
4. Menurut anda bagaimana idealnya sumber informasi yang harus disediakan
perpustakaan daerah itu?
Sumber informasi yang ideal itu yang bisa mengukur itu pemustaka. kalau
kami susah karena kami hanya berusaha memenuhi keinginan. tapi mereka
datang seperti yang saya sampaikan misalkan saya pengen buat skripsi, saya
ingin buku itu secara tiba-tiba dan disini tidak ada , seperti kemarin banyak
juga dari guru-guru paud kami kan berusaha memenuhi bukunya seperti
permainan edukatif dan lainnya. Tapi dia skripsinya membuat judul ini
akhirnya disini dak ada ‘pak bukunya disini tidak ada’, ‘ la buat apa?’, ‘ saya
buat skripsi’ akhirnya kami mengukurnyakan susah ya kalau kami mengukur
kaitannya dengan itu , itu yang bisa mengukur adalah pemustakanya .
Kami pengadaan minimal setahun sekali tapi untuk tahun kemarin dan
sekarang itu 2 kali. Jadi bukunya kalau ketinggalan pun tidak terlalu jauh
karena masih dalam jangka satu tahun.
Berdasarkan program perpustakaan
1. Program-program apa saja yang diselenggarakan di perpustakaan?
Kegiatan untuk kemasyarakatan ya, keliling itu kita rutin, kemudian
kunjungan untuk anak-anak sekolah ke sini itu juga rutin, kemudian pelatihan
kaitannya dengan perpustakaan maupun kearsipan itu juga rutin setiap tahun
juga ada . itu pelatihan itu untuk pengelola . kalau untuk pemustaka biasanya
bertanya dan kita berusaha membantu permasalahan kaitannya dengan
pelayanan kami berusaha membantu. Pada dasrnya kami bersifat terbuka.
2. Adakah kekurangan pada program yang diselenggarakan perpustakaan?
Kekurangannya di SDM dan anggaran itu aja mas
3. Menurut anda bagaimana idealnya program kegiatan sebuah perpustakaan
daerah itu?
Kalau berbicara ideal itu susah ya karena yang jelas itu kaitannya dengan
anggaran, kaerena anggaran dari pemerintah daerah kan sudah dibagi-bagi
berdasarkan skala prioritas, itu yang pertama, yang kedua kaitannya dengan
SDM ya kalau kita mau membuat kegiatan banyak tapi tidak ada tenaga
akhirnyua juga sia-sia, jadi kita membuat satu kegiatan itu sebisa mungkin
perpustakaan itu memberi manfaat yang sebesar-besarnya jadi jangan sekedar
gugur menjalankan kegiatan itulah yang tidak kita ingini seperti itu, itu yang
kita hindari , kita berusaha membuat kegiatan karena terbatasnya tenaga SDM
dan juga anggaran kita juga pakai prioritas jadi sejauh itu memberi manfaat
kepada masyarakat. Apalagi ada aturan-aturan, kalau jaman dulu kita bisa
membuat kegiatan membantu masyaraat berupa bahan pustaka atau
perlengkapan lainnya tapi untuk tahun yang akan datang hal seperti itu
kelihatannya juga terbatas sekali , yang menerima juga harus memiliki badan
hukum, jadi perpustakaan yang ada di desa, sekolah nantinya harus memiliki
badan hukum, sekarang itu banyak permasalahan bantuan sosial bermasalah
karena banyak yang fiktif, sekarang itu pemerintah mulai memperketat aturan-
aturan seperti itu artinya si penerima harus memiliki badan hukum untuk
meminimalisir permasalahan.
Transkrip Wawancara dengan Pegawai Perpustakaan (2)
Bapak Kasdi
Berdasarkan SDM Perpustakaan
1. Bagaimana manajemen organisasi dan system pembagian kerja di
perpustakaan?
Untuk managemen organisasi disini sudah ada punya struktur yang jelas ya,
mulai dari pimpinan atau kepala perpustakaan sampai KASI atau kepala seksi.
Kemudian untuk pembagian tugas itu sebenarnya setiap staf itu punya uraian
tugas masing-masing. Tapi system kerja disini tidak terus hanya bekerja sesuai
tugasnya yang ada di uraian tugas itu saja. Kita bekerja istilahnya saling
melengkapi mas, jadi kalau semisal dilayanan butuh tenaga ya kita harus siap
membantu dilayanan, atau seperti sekarangkan sedang banyak buku baru, kita
juga harus siap dan mau untuk membantu pengolahan buku seperti itu.
Soalnya kalau kita bekerja istilahnya individualis atau hanya sesuai uraian
tugas masing-masing tadi nantinya akan ada beberapa bagaian yang
keteteran. Karena ya itu tadi pekerjaan itu tidak menentu, kadang banyak
kadang juga sedikit, sedangkan kita kan hanya memiliki tenaga sedikit seperti
itu mas.
2. Menurut anda, bagaimana kriteria pustakawan ideal di perpustakaan
daerah?
Pustakawan ideal menurut saya mas, pertama pendidikan itu pasti karna itu
syaratnya sekarang seperti itu, paling tidak ya pernah mengikuti pelatihan
tentang perpustakaan. Kemudian kedua ramah, sopan, karena pustakawan
itukan tugasnya ada yang langsung berhubungan dengan pemustakanya seperti
yang di peminjaman itu mas, jadi dia harus ramah, sopan pokoknya dia bisa
melayani pemustakanya dan pemustakanya merasa nyaman dengan
pelayanannya. Kemudian dia menguasai TI mas, sekarangkan teknologi
semakin canggih, nah paling tidak pustakawan itu minimal lah bisa menguasai
softwere-softwere perpustakaan itu, seperti yang baru ini kan Inlis, dari kami
kan masih belum sepenuhnya menguasai. Atau mungkin slims itu juga bagus.
Ya intinya itu lah mas, bisa TI. Terakhir dia itu professional, maksud saya dia
itu memiliki komunikasi yang baik dengan staf-staf yang lain mas atau istilah
jowone bisa “srawung”. Ya harus seperti itu mas. lalu dia tidak apa ya, hanya
mementingkan pekerjaannya sendiri, kan di perpustakaan inikan pekerjaan
banyak sedangkan tenaga disini masih terbatas, jadi dia bisa saling mengisi
mana yang butuh tenaga banyak itu dia bisa mengisi.
Berdasarkan Layanan dan Fasilitas Perpustakaan
1. Fasilitas dan layanan apa saja yang dimiliki perpustakaan ?
Peminjaman buku, pelayanan internet gratis, layanan pusling, pemutaran film
audiovisual, story telling,
2. Menurut anda adakah kekurangan pada fasilitas dan layanan yang ada di
perpustakaan?
Sudah mencukupi, ya karena itu ya mas, fasilitaskan tergantung itu juga
anggaran dari pemerintah pusat, ya itu tadi, banyak sedikitnya fasilitas yang
ada tergantung anggaran itu tadi mas. Tapi kalo menurut saya fasilitas di
Perpustakaan ini itu sudah mencukupi, sudah ada computer, wifi, itu ada wifi
id juga, ada ruang audio visual, ya pokoknya sudah cukup sebagai penunjang
sarana pendidikan di ungaran sini mas.
3. Menurut anda, bagaimana idealnya fasilitas dan layanan yang harus
dimiliki perpustakaan daerah?
Itu ruang bermain anak, seperti di perpustakaan lain jepara itukan ada kaya
permainan anak jadi kalau anak-anak TK datang itukan ada kaya dandulan
(ayunan), karena kan halamannya kurang, jadi untuk ruang bermain anak
harusnya kan ada taman sendiri diluar, tapi karena lahannya kita juga hanya
kecil itu tadi. kalau pelayanan didalam gedung sudah bagus, saya rasa sedikit
ya atau bahkan jarang saya meilihata pemustaka yang istilahnya protes, ngeluh
pada pelayanan belum pernah bahkan mas, ya itu sudah baguslah.kemudian
masih kurang pada bagian cctv atau pengamanan, kitakan masih kekurangan
cctv jadi kalau pengunjung masuk kitakan belum lengkap ini dari segi
pengamanan masih kurang. Inikan rencana mau ditambah cctv lagi. Seperti
kemarin itu ada anak sekolah sma mana saya lupa dia bawa pulang kunci
lokernya padahal loker itu kan, dia merasa kalau lokernya itu miliknya setelah
dua ata tiga hari pas dia dating baru dibuka lagi. Itu sering mas ,ya itu tadi kan
posisi lokernya kan tidak punya ruang sendiri ada yang diatas ada yang
dibawah, jadi harusnya ada ruang sendiri buat tas, atau ada petugasnya sendiri
mas. Tapi ya itu ruangnya kurang, tenaganya kita juga sedikit.
Berdasarkan Desain dan Tata Ruang Perpustakaan
1. Bagaiamana konsep desain eksterior di perpustakaan darah ini? (lokasi,
bentuk gedung, tata halaman,)
kan mungkin desain antara perpus sini dengan perpus lailainnya ini belum ada
patokkannya desain perpus itu kaya gini, saya kalau kunjungan kelain daerah
itu lain-lain modelnya, kalau yang disini menurut saya sudah mencukupi,
ruang referensi sudah ada sendiri, mushola ada sendiri, wc ada, dapur ada
dibawah. Ya kalo dilihat dari luar bangunannya sudah tampak baguslah mas,
lokasinya juga strategis yakan mas, berada di dekat pemberhentian bus, itu
halte BRT mas, trus di pusat kota, ya pokoknya sudah bagus dan strategis
untuk ukuran perpustakaan daerah.
2. Bagaiamana konsep desain interior di perpustakaan darah ini? (pencahayaan,
pemilihan warna, interior furniture, penataan ruang)
deasin interior kurang terutama ruang anak. Kalau ruang anak di kantor
perpustakaan lain itu ada gambar-gambar hiasan dinding. Kan ruang anak
kalau saya lihat di perpustakaan lain ada mungkin disini masih kurang
terutama di ruang layanan anak. Kalau diruang anak itukan kalau disini kalau
siang yang ngisi malah bapak-bapak itu lesehan. Kekurangan lain terutama
diruang halaman, ruang bermain untuk anak diluar kantor itu. Kalau di
ambarawa itu ada ruangan khusus untuk bermain. Kalau di ambarawa
dibelakang itu ada halaman luas itu khusus untuk bermain anak
3. Menurut anda bagaimana idealnya desain dan tata ruang sebuah perpustakaan
daerah itu?
Gimana ya mas, sebenarnya kalo menurut saya itu perpustakaan ini itu sudah
ideal mas, mungkin yang kurang itu mas seharusnya ruang pengollahan itu ada
sendiri, ruang server ada sendiri, gudang ada sendiri, kita kan selama ini masih
itu mas terutama ruang pengolahan itu kan masih dipakai juga untuk ruang
server. Kalau idealnya harusnya itu kan ada sendiri-sendiri. Ruang penitipan
tas,
Berdasarkan Sumber-sumber Informasi
1. Sumber-sumber informasi apa saja yang dimiliki perpustakaan?
Koran, majalah, internet, buku, skripsi, dvd/vcd kalau mau pinjem diruang
dalem itu ada vcd tentang apa ilmu pengetahuan tentang ternak sapi , ikan itu
ada. Kalau dokumenter2 itu disimpan dibagian arsip. Pak tri itu documenter
tentang sejarah gedung. Itu diletakkannya di gedung arsip
2. Bagaimana metode akuisisi sumber informasi terutama sumber informasi
bahan pustaka?
Kalau buku anggaran dari APBD sumber dana dari APBD semua. Kita hanya
penyalur, jadi kita yang memilih buku dari katalog-katalog penerbit itu, dari
usulan pemustaka, Itu berdasarkan usulan pengunjung. Umpamanya dalam
pemilihan buku inikan gak ada pengunjung usul “pak ini gak ada ini gak ada
gitu”. Dari katalog contoh katalog penerbit kan tiap tahun mengirimi katalog
itu. Setelah itu baru kita pilih kira-kira buku yang belum kita miliki itu apa.
3. Adakah kekurangan dari sumber informasi?
Koran majalah sudah cukup, sudah lengkap.tidak ada kekurangan menurut
saya.
4. Menurut anda bagaimana idealnya sumber informasi sebuah perpustakaan
daerah itu?
Idealnya perpustakaan itu rutin melakukan pengadaan koleksi, tapi inikan
kaitannya dengan anggaran dana dari pemerintah juga ya, tapi kalo bisa rutin
tiap setahun sekali atau dua kali itu lebih bagus. Kalo kita selama ini kan
masih setahun sekali. Tapi ini rencananya baru ngajuin anggaran lagi untuk
pengadaan buku, jadi mungkin nanti bisa dua kali pengadaan setahunnya.
Berdasarkan Program Perpustakaan
1. Program-program apasaja yang anda ketahui di perpustakaan?
Program tiap tahun kan itu pameran buku, trus pemutaran film itu
diprogramkan tiap tahun saya kurang tahu bulannya tapi ini tiap tahun ada,
nantikan kalau kita tidak ada pengunjung umpamanya tk tidak ada yang
mengajukan kita ngirim surat ini umpamanya tk mana itu dikirim ini mau
datang kalau mau datang. Pemutaran film itu sama story telling dianggarke
kita ada anggaran, iytu kalau ada tk yang berkunjung kesini atas inisiatif tdari
sekolahan sendiri aja ya kita sekedar untuk apa memfasilitasi minuman, sama
makanan kecil itu ada terus kita ngasih sekedar bantuan untuk transport
padahal dia sendiri yang inisiatif untuk datang sendiri. Seumpama tidak ada
yang berkunjungkan kita sudah ada anggaran tap dikasih undangan tapi sini ya
tetep yang memfasilitasi ruang audiovisual. Program rutin keliling, sama
motor keliling. Namanya pake tossa yang roda keliling itu yang baru berjalan
diambarawa. Kalau disinikan medannya agakberat juga dan juga dekat
perpustakaan yang keliling pake mobilpun yang dekat gak dikelilingi. Kalau
program untuk pemustaka dulu kalau yang dulu2 itu bu wekas itu to PNS
perikanan itu sering bikin program semisal bikin kerajinan dari apa kain perca
itu yang dilatih pengunjung2 tapi sekarang bu wekasnya sudah sibuk jarang2,
tapi dulu ada, dulu sering pengunjung diajari bikin bunga dari kertas dari
plastic dulu.
2. Adakah kekurangan pad program yang diselenggarakan perpustakaan?
Kekurangan kalau dulukan kendalanya ruangan karana dulu belum ada
ruangna kalau sekarang sudah ada. Kalau seperti storytelling, motor keliling
kekurangannya di tenaga karenakan di handle pegawainya juga, kalau
diambarawa kan dihandlenya mas bambang padahal mas bambangkan
pegawainya juga perpustakaan umum jadi kalau mas bamabang ada undangan
keluar itu petugas perpus Cuma satu orang . contoh sini kalau sini saya
kelilingkan bawa temen sini ya kekurangan itu di tenaga
3. Menurut anda bagaimana idealnya program kegiatan sebuah perpustakaan
daerah itu?
Ya itu seperti keterampilan seperti yang saya ceritakan dulu , sini ada les
inggris sini ya sekarang gak berjalan kan sini tiap jumat dulu ada kursus les
Bahasa inggris itu barusan berhenti dulu ada kerjasama sama BPD jateng itu
tiap jumat diruang audio visual dibuka untuk kursus b.inggris pesertanya
anak-anak pengunjung juga dulu ini yang menyelenggarakan pak ase, itu
tutornya orang luar,dulu ada sumber dananya dari bank jateng bantu itu ngasih
bantuan motor pintar itu , Cuma pak asenya jarang mau bergabung dengan
kita yang di pelayanan itu pustakawan juga beliaukan ruangnanya dibawah
jadi kalau dengan yang diatas itu kurang
DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Gambar Gedung dan Lantai satu Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
Gedung Perpustakaan
Ruang Lobi Utama Kantor
LAMPIRAN 4
Ruang Penitipan Tas
2. Gambar Lantai Dua Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
Kotak Saran dan Buku Pengunjung
Touch screen
3.
Dokumentasi wawancara dengan informan
Ruang Baca Pengunjung
Ruang Komputer
Ruang Layanan Sirkulasi
Ruang Baca Anak
wawancara dengan pustakawan
Wawancara dengan pustakawan
Wawancara dengan Pemustaka
SURAT IJIN PENELITIAN
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7