HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

245
HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI A MODEL OF SUSTAINABLE RECLAMATION AREA ANDI YURNITA PROGRAM STUDI : DOKTOR ILMU TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 MODEL REKLAMASI PANTAI SECARA BERKELANJUTAN KASUS : PANTAI MAKASSAR DAN PANTAI UTARA JAKARTA

Transcript of HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

Page 1: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI

A MODEL OF SUSTAINABLE RECLAMATION AREA

ANDI YURNITA

PROGRAM STUDI : DOKTOR ILMU TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017

MODEL REKLAMASI PANTAI SECARA BERKELANJUTAN KASUS : PANTAI MAKASSAR DAN PANTAI UTARA JAKARTA

Page 2: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

DISERTASI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Doktor

Program Studi DOKTOR ILMU TEKNIK ARSITEKTUR

Disusun dan diajukan oleh:

ANDI YURNITA NOMOR POKOK P1300314004

kepada

PROGRAM PASCASARAJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

Page 3: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL DISERTASI

MODEL REKLAMASI PANTAI SECARA BERKELANJUTAN

Yang disusun dan diajukan oleh:

ANDI YURNITA NOMOR POKOK P1300314004

Telah dipertahankan di depan Panitia Seminar Proposal Disertasi Pada tanggal

….

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Promotor

Prof. Dr. Ir. Slamet Trisutomo, MS

Ko promotor

Mukti Ali, ST., MT.,Phd

Ko promotor

Dr. Nurjannah, M.Si., ST.

Ketua Program Studi S3 Ilmu Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono., M.Eng

Page 4: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

rahmat dan hidayahNya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan

dengan baik. Berangkat dari fenomena reklamasi yang mulai marak

dilakukan di Indonesia, namun hampir seluruh reklamasi itu mempunyai

masalah. Masalah dapat terjadi bila reklamasi dilakukan tidak

memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan. Sehingga

penulis mengambil tema disertasi ”Model Reklamasi Pesisir Pantai

secara Berkelanjutan” sebagai salah syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Ilmu Arsitektur Sekolah Pascasarjana,

Universitas Hasanuddin Makassar.

Tujuan utama dari penulisan ini adalah merumuskan suatu model

reklamasi dengan menggunakan indeks keberlanjutan dan diharapkan

dapat menjadi alat dalam mengelola aktivitas reklamasi pantai.

Pengujian indeks keberlanjutan dilakuan di Kota Makassar dan Pantai

Utara Jakarta sedangkan model didasarkan pada respon masyarakat di

Kota Makassar.

Proses penyelesaian Disertasi ini sungguh merupakan perjuangan

bagi penulis dengan segala hambatan dan tantangan, namun karena

kesabaran dan keikhlasan dari Prof. Dr Ir. Slamet Trisutomo, MS selaku

promotor, bapak Mukti Ali, ST., MT.,PhD, dan ibu Dr. Nurjannah, ST.

M.Si., selaku kopromotor serta Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono., M.Eng

sebagai ketua program studi yang mengarahkan dan membimbing

hingga penulisan ini dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada, Prof. Dr. Ir. Shirly Wunas, DEA, Prof. Dr. Ir. Hazairin Zubair,

MS, Ibu Dr. Ir. Hj. Mimi Arifin, M.Si, dan Dr. Ir. H. Syarif Burhanuddin,

M.Eng, sebagai tim penguji telah meluangkan waktunya untuk memberi

nasihat, dan kritikan, demi peningkatan mutu dan bobot ilmiah dari

disertasi ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen

pengajar pada Program Studi Doktoral Ilmu Arsitektur, Sekolah

Pascasarjana, Universitas Hasanuddin yang telah memberi ilmu yang

sangat bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan.Semoga ilmu

yang diberikan dapat menjadi bekal yang bermanfaat dalam

melaksanakan pengabdian di masyarakat selaku aparatur negara.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan pada seluruh karyawan pada

Program Studi Doktoral Ilmu Arsitektur yang membantu hingga penulis

dapat mengikuti proses belajar dengan baik.

Page 5: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Rektor, Dekan

Fakultas Teknik, dan Ketua Jurusan Arsitektur, atas kesempatan dan

kemudahan untuk mengikuti pendidikan doktor.

Penghormatan dan terima kasih penulis sampaikan kepada

pimpinan kami Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan yang

memberi izin belajar serta kepada Pimpinan Ir. A. Darmawan Bintang,

DevPlg dan Ir. H. A. Bakti Haruni, CES yang telah memberi izin dan

dukungan kepada penulis walau kadang harus meninggalkan tugas

demi penyelesaian studi, juga terima kasih kepada teman di Dinas SDA,

Cipta Karya dan Tata Ruang serta Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Pertahanan terkhusus teman-teman di lingkup

Mamminasata yang tercinta.

Kepada seluruh rekan seperjuangan di Program Studi Doktoral

Ilmu Arsitektur, Pak Abhy Taridala, Pak Mursyid, Pak Bahtiar, Pak

Nasrullah serta teman-teman Angkatan II dan III, penulis sampaikan

ucapan terima kasih atas kebersamaan dan kerjasama dalam suka dan

duka sehingga dapat maju bersama menyelesaikan studi, semoga kita

semua dapat bermanfaat dalam pengabdian di masyarakat.

Disertasi ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak

diantaranya Pak Iksan, Pak Zul, Pak Irwan, Adik Nina, Pak Ancha, Pak

Muchlis, Pak Hafied, Andi Renald untuk itu penulis ucapkan terima kasih

yang tak terhingga. Selanjutnya disertasi ini penulis persembahkan buat

orang tua tercinta Alm H. Andi Hadrawi Ahmad, Hj. Andi Rohani, mertua

Alm. Bapak H. Idris Bausad dan Alm. Hj. Astina, juga adik-adik A.

Yudiarti, A. Awaluddin, A. Takdir Alamsyah, Fausiah Hamzah, kakak-

kakak Arfandi, Ardiansyah, Rika, Ina, Iva, Nurung atas kasih sayang dan

doa yang tak pernah putus hingga penulis dapat menyelesaikan studi

ini.

Dengan penuh rasa cinta, pengorbanan dan kesabaran dari suami

tercinta M. Armadansyah Idris, SH, anak-anak A. M. Afzal Rifat, A. Aqila

Kireyna dan A. M. Asyraf Faiq yang merelakan sebagian perhatian dan

waktu tersita saat penulis menempuh studi sehingga segala beban dan

kendala dapat dilalui, semoga menjadi sumber inspirasi untuk terus

menuntut ilmu.

Begitu banyak pengalaman dan ilmu yang didapatkan hingga

penyelesaian pendidikan pada jenjang akademik yang paling tinggi.

Semoga segala pengalaman dan tantangan dapat menjadi pelajaran

berharga yang akan membuat penulis makin rendah hati, bersyukur

serta mendekatkan diri pada Sang Pencipta Maha segala sumber ilmu

Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari bahwa disertasi ini jauh dari

Page 6: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

kesempurnaan, sehingga saran dan masukan akan sangat bermanfaat

demi pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya di

masyarakat.

Makassar, Oktober 2017

Andi Yurnita

Page 7: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

ABSTRAK

ANDI YURNITA. Model Reklamasi Pesisir Pantai Secara Berkelanjutan; Kasus Pantai Makassar dan Pantai Utara Jakarta (dibimbing oleh Slamet Trisutomo, Mukti Ali dan Nurjannah).

Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) dampak perubahan penggunaan lahan dan garis pantai pada wilayah pesisir kota Makassar akibat reklamasi, (2) merumuskan indeks keberlanjutan yang dapat digunakan untuk mengukur keberlanjutan kawasan reklamasi pantai, dan (3) merumuskan model reklamasi kawasan pesisir pantai secara berkelanjutan berdasarkan indeks keberlanjutan kawasan reklamasi.

Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi penelitian yaitu pantai Kota Makassar dan Pantai Utara Jakarta, yang dimulai dari mengeksplorasi dampak perubahan lahan pada wilayah pesisir akibat reklamasi pesisir. Dilanjutkan dengan perumusan indeks keberlanjutan reklamasi (IKR) melalui Analysis Hierarchy Process (AHP) dan Expert Choices menggunakan Pair Wise. IKR kemudian diuji validasi pada dua kasus reklamasi yaitu Pantai Makassar dan Pantai Utara Jakarta dengan analisis Geographic Information System (GIS). Selanjutnya membuat model reklamasi pesisir berkelanjutan berupa model struktural hubungan variabel IKR.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan yang berindikasi perubahan garis pantai terjadi pada wilayah pesisir Makassar akibat reklamasi. Sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan yaitu merumuskan IKR sebagai alat penilaian status keberlanjutan reklamasi, dengan tiga indikator utama dari pilar fisik pembangunan berkelanjutan yaitu sumber daya pesisir, bangunan dan infrastruktur. Hasil uji validasi IKR menunjukkan nilai reklamasi di Kota Makassar sebesar 2.35 berarti berkelanjutan. Sementara Kota Jakarta mempunyai nilai keberlanjutan 1.73 berarti kurang berkelanjutan. Model reklamasi pesisir secara berkelanjutan berkaitan dengan indikator sumber daya pesisir dipengaruhi oleh keberadaan kawasan konservasi air dan ruang terbuka hijau, indikator bangunan dipengaruhi oleh kepadatan bangunan dan kawasan lindung, sementara indikator infrastruktur dipengaruhi oleh jaringan jalan utama dan jaringan jalan hunian. Seluruh indikator tersebut mempengaruhi keberlanjutan kawasan reklamasi.

Page 8: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

ABSTRACT

ANDI YURNITA. Model of Sustainable Coastal Reclamation; cases of Makassar Waterfront Area and Jakarta Northern Coast (supervised by Slamet Trisutomo, Mukti Ali and Nurjannah).

This research aimed to find out (1) the impacts of land use changes and shoreline of coastal reclamation in Makassar city, (2) formulating a sustainability index to measure the sustainability of coastal reclamation area, and (3) formulate a model of sustainable reclamation of coastal area based on reclamation sustainability index.

This research was carried out at two locations, namely Makassar waterfront area and Jakarta Northern Coast, starting from exploring the impact of land use changes on the coastal area due to coastal reclamation. The formulation of reclamation sustainability index (IKR) applied through the Analysis Hierarchy Process (AHP) and Expert Choices using a Pair Wise. IKR then tested the validation of the two mentioned cases, Makassar waterfront area and Jakarta Northern Coast, with the analysis of the Geographic Information System (GIS). Next, A sustainable coastal reclamation model offered in the form of a structural model of variable relationships of IKR.

The results show that the land use changes influence the change of coastline and coastal area of Makassar due to reclamation. Further researches formulate IKR as assessment tools of the reclamation sustainability status, by three main indicators of physical aspect of sustainable development, namely the coastal resources, buildings and infrastructures. IKR validation test shows the value of reclamation in Makassar city is 2.35, which means sustainable. While Jakarta has a value of sustainability is 1.73, meaning less sustainable. Model of coastal reclamation with regard to indicators of coastal resources is affected by the presence of a water conservation area and open green space. An indicator of the building affected by the density of the buildings and protected areas, while indicators of infrastructure affected by major roads and roads network. The whole indicators affect sustainability of reclamation area.

Page 9: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ....................................................................................................

ABSTRAK ....................................................................................................

ABSTRACT .................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

BAB I ......................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 10

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 11

D. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 12

E. Keaslian Penelitian ................................................................................... 13

F. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian ......................................................... 19

G. Definisi dan Istilah ..................................................................................... 20

H. Sistimatika Penulisan ............................................................................... 22

BAB II ...................................................................................................... 25

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 25

A. State of The Art ....................................................................................... 25

B. Indeks Keberlanjutan .............................................................................. 34

1. Sistem Pembangunan Berkelanjutan .......................................... 37

2. Pemilihan Indeks ............................................................................ 37

3. Analisis Multi Kriteria ..................................................................... 40

C. Sistem Informasi Geografis ................................................................... 40

D. Reklamasi .................................................................................................. 42

E. Model .......................................................................................................... 46

F. Kota Pesisir ................................................................................................. 49

G. Kerangka Konseptual ............................................................................... 53

H. Hipotesis .................................................................................................. 55

Page 10: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

BAB III ..................................................................................................... 56

METODE PENELITIAN ........................................................................... 56

A. Rancangan Penelitian ............................................................................ 56

B. Lokasi dan Waktu ................................................................................... 59

1. Lokasi Penelitian di Kota Makassar ............................................... 59

2. Lokasi Penelitian Pantai Utara Jakarta............................................ 63

3. Waktu Penelitian ................................................................................. 67

C. Populasi dan Teknik Sampel ................................................................. 69

1. Jenis Sampel ..................................................................................... 69

2. Ukuran sampel penelitian ................................................................. 69

D. Instrumen Pengumpul Data ................................................................... 71

1. Persiapan .......................................................................................... 72

2. Pengumpulan data ........................................................................... 72

E. Definisi Operasional ............................................................................... 74

F. Variabel Penelitian .................................................................................. 75

1. Variabel perubahan fungsi lahan ...................................................... 75

2. Variabel perubahan garis pantai ..................................................... 76

3. Variabel Keberlanjutan ...................................................................... 77

G. Metode Analisis Data ............................................................................. 78

1. Analisis Dampak Reklamasi Terhadap Perubahan Penggunaan

Lahan dan Garis Pantai ......................................................................... 78

2. Analisis Perumusan Index Keberlanjutan Reklamasi .................... 81

3. Analisis Uji Validasi Indeks Keberlanjutan ...................................... 87

4. Analisis Model Reklamasi yang Berkelanjutan .............................. 93

H. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 97

I. Kerangka Penelitian ................................................................................... 98

BAB IV .................................................................................................. 101

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 101

PENELITIAN DAMPAK REKLAMASI TERHADAP PERUBAHAN

PENGGUNAAN LAHAN DAN GARIS PANTAI DI KOTA MAKASSAR 101

A. Gambaran Fisik Kawasan Pesisir Kota Makassar ............................. 101

B. Perubahan Penggunaan Lahan antara 2001 dan 2014..................... 103

Page 11: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

C. Perubahan Garis Pantai ........................................................................ 104

D. Hubungan Perubahan Garis Pantai dan Penggunaan Lahan .......... 106

1. Kawasan Permukiman ................................................................ 107

2. Kawasan pendidikan ....................................................................... 108

3. Kawasan peruntukan lahan kosong .............................................. 108

4. Kawasan peruntukan tambak ........................................................ 108

5. Kawasan pariwisata ........................................................................ 109

6. Daerah Air ........................................................................................ 109

BAB V ................................................................................................... 111

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 111

MEMBANGUN INDEKS KEBERLANJUTAN REKLAMASI .................. 111

A. Hasil Penilaian pada Kriteria Sumber Daya Pesisir ........................... 113

B. Hasil Penilaian Pada Kriteria Bangunan .............................................. 114

C. Hasil Penilaian Pada Kriteria Infrastruktur........................................... 115

BAB VI .................................................................................................. 118

UJI VALIDASI INDEKS KEBERLANJUTAN REKLAMASI PADA

KAWASAN REKLAMASI MENGGUNAKAN ANALISIS SPASIAL GIS;

KASUS PANTAI MAKASSAR dan PANTAI UTARA JAKARTA .......... 118

A. Pantai Makassar ..................................................................................... 118

1. Indikator Sumber Daya Pesisir .................................................... 118

2. Indeks Bangunan ............................................................................ 121

3. Indeks Infrastruktur ....................................................................... 122

BI. Menilai Keberlanjutan Reklamasi Pantai Utara Jakarta .................. 126

1. Indikator Sumber Daya Pesisir .................................................... 126

2. Indikator Bangunan ......................................................................... 129

3. Indikator Infrastruktur ...................................................................... 131

BAB VII ................................................................................................. 133

MODEL REKLAMASI PANTAI YANG BERKELANJUTAN .................. 133

A. Gambaran Responden Penelitian......................................................... 133

1. Jenis Kelamin ................................................................................... 133

2. Usia Responden ............................................................................. 134

Page 12: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

3. Pendidikan Responden .................................................................. 136

4. Pekerjaan Responden .................................................................... 138

5. Pendapatan Responden ................................................................. 140

B. Penilaian Masyarakat terhadap Indeks Keberlanjutan ..................... 141

1. Ruang Terbuka Hijau ...................................................................... 141

2. Konservasi Air ................................................................................. 143

3. Kebutuhan Ruang .......................................................................... 145

4. Muara Sungai ................................................................................... 146

5. Kawasan Lindung ........................................................................... 148

6. Kepadatan Bangunan ..................................................................... 150

7. Infrastruktur Jalan Hunian .............................................................. 151

8. Transportasi Publik ......................................................................... 153

9. Jaringan Jalan.................................................................................. 155

C. Analisis SEM ........................................................................................... 156

5. Analisis Asumsi SEM Model 2 ....................................................... 179

D. Pembahasan ............................................................................................ 208

1. Pembahasan Hipotesis .................................................................. 208

2. Pembahasan Penelitian ................................................................ 209

BAB VIII ................................................................................................ 218

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 218

A. Kesimpulan ............................................................................................ 218

1. Simpulan Dampak Reklamasi ......................................................... 218

2. Simpulan Indeks Keberlanjutan dan Uji Validasi Indeks ............. 219

3. Simpulan Model Reklamasi yang Berkelanjutan ......................... 220

B. Kebaruan Penelitian ............................................................................. 222

C. Saran ...................................................................................................... 223

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 228

Page 13: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

DAFTAR TABEL

1.1 Posisi dan keaslian penelitian yang pernah dilakukan di Kawasan Pantai Losari Makassar.............................................................14

2.1 Posisi penelitian terhadap teori / penelitian sebelumnya tentang Indeks Keberlanjutan …………………………………. 26

2. 2 Kategori Indeks dan Status Keberlanjutan Kota …………...... 43

2.3. Kategori Indeks dan status keberlanjutan Kota ………… 43

2.3 State of the Art dari Indeks Keberlanjutan ............................ 45

2.1 Posisi Penelitian terhadap teori sebelumnya……………........... 12

3.1 Jadwal Penelitian ………………………………..…… 21

3.1. Rencana Kegiatan Penelitian........................................ 69

3.2. Jenis Data ........................................................ 73

3.3 Defenisi Operasional ............................................................ 74

3.4. Variabel perubahan fungsi lahan ............................ 76

3.5. Variabel perubahan garis pantai .......................................... 77

3.6. Variabel Indeks Keberlanjutan ......................... 78

3. 7. Kriteria Index Keberlanjutan Reklamasi......................... 91

3.8 . Indeks Keberlanjutan ............................................................ 94

3.9. Indeks Keberlanjutan Reklamasi ................ 95

3.10. Penilaian Normalitas.................................... 99

3.11. Pengujian Univarite Outliers dengan Z-Score............ 101

3.12. Pengujian Multivariat Outliers dengan Mahalanobis Distance Squared ............................................................ 103

3.13. Kriteria Kelayakan Model(Goodness of Fit) ...................... 111

3.14. Nilai Construct Reability(CR) ............................... 112

3.15. Nilai Average Variance Extract 114

3.17. Hubungan Antara Variabel Dangan Indikator (Loading Factor) 115

3.18. Regression Weights 120

3.19. Standardized Regression Weights 121

3.20. Penilaian Normalitas 123

3.21. Pengujian Univarite Outliers dengan Z-Score 125

3.22. Pengujian Multivariat Outliers dengan Mahalanobis Distance Squared 127

3.23. Standardized Residual Covariances 126

3.24. Standardized Residual Covariances setelah Modifikasi 135

Page 14: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

3.25. Kriteria Kelayakan Model (Goodness of Fit) 140

3.26. Nilai Construct Reability (CR) 144

3.27. Nilai Average Variance Extract 145

3.28. Nilai Discriminant Validity 146

3.29. Correlations 146

3.30. Hubungan Antara Variabel Dangan Indikator (Loading Factor) 148

3.31. Regression Weights 152

3.32. Standardized Regression Weights 152

5. 4 Kriteria yang paling penting dari indeks keberlanjutan kawasan reklamasi 183

6.3. Hasil analisis GIS sumber daya pesisir 194

6.4. Hasil Analisis Indeks Bangunan 196

6.5. Hasil Penilaian Keberlanjutan Pantai Utara Jakarta 198

7.1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 200

7.2. Data Respopnden Berdasarkan Usia Responden. 202

7.3. Data Respopnden Berdasarkan Pendidikan Responden. 204

7.4. Data Respopnden Berdasarkan Pekerjaan Responden. 206

7.5. Data Respopnden Berdasarkan Pendapatan Responden. 207

7.6. Kondisi Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Reklamasi 210

7.7. Kondisi Konservasi Air Pada Kawasan Reklamasi 211

7.8. Kondisi Kebutuhan RuangPada Kawasan Reklamasi 213

7.9. Kondisi Muara Sungai Pada Kawasan Reklamasi 215

7.10. Kondisi Kawasan Lindung Pada Kawasan Reklamasi 217

7.11. Kondisi Kepadatan Bangunan Pada Kawasan Reklamasi 219

7.12. Kondisi Infrastruktur Jalan HunianPada Kawasan Reklamasi 221

7.13. Kondisi Transportasi Publik Pada Kawasan Reklamasi 223

7.14. Kondisi Jaringan Jalan Pada Kawasan Reklamasi 225

Page 15: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

DAFTAR GAMBAR

1.1. Kedudukan keaslian penelitian dampak reklamasi pada penelitian lainnya. 19

1. 2. Skema kedudukan reklamasi ditinjau dari beberapa sub tema 20

1. 3. Keaslian Penelitian dilihat dari posisi penelitian sebelumnya 21

2.1. Kerangka Konseptual Penelitian 55

3.1. Rancangan penelitian 62

3.2. Posisi wilayah penelitian Kota Makassar 62

3.3. Batasan wilayah pesisir pada penelitian 62

3.4 Peta Citra Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta 68

3.4. Skema tahapan penelitian dampak reklamasi terhadap

penggunaan lahan dan garis pantai. 82

3.4 Langkah Perumusan Indeks 88

3.5. Struktur hirarki analisis AHP 89

3.6. Peta Penggunaan Lahan Kawasan Penelitian 90

3.7. Skema Langkah Analisis SEM 97

3.8. Model Penelitian Structural Equation Model (SEM) 98

3.9. Model Penelitian Structural Equation Model 2 (SEM) 122

3.10. Hasil Analisis Model Penelitian 134

3.10. Pengaruh tidak langsung variabel tidak langsung variabel jaringan jalan dan infrastruktur jalan hunian terhadap ruang terbuka hijau melalui kepadatan bangunan. 157

3.11. Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan

Pengaruh total variabel kawasan lindung terhadap ruang

terbuka hijau melalui konservasi air. 159

3.12. Sistematika penelitian 162

3.13. Tahapan penelitian 162

4. 1. Citra tahun 2001 164

4.2. Citra tahun 2014

4.3. Perubahan fungsi lahan tahun 2001 dan 2014 dibagi perzona 166

4.1. Perubahan penggunaan lahan 167

4.4. Perubahan garis pantai 169

4.2 Perubahan Panjang Garis Pantai tahun 2001 dan 2014 170

4.3. Perubahan Garis Pantai dan Penggunaan Lahan

akibat Reklamasi 171

5.3 Indeks Keberlanjutan yang diajukan dari Aspek fisik 178

Page 16: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

5.2. Hasil penilaian Indikator Sumber Daya pesisir 180

5. 3. Perhitungan Skala Prioritas Kritiria Bangunan 181

5.4. Penghitungan Skala Prioritas Kriteria Infrastruktur 182

6.1. Sumber Daya Pesisir di Kawasan Reklamasi Makassar 186

6.2 Peta Kondisi Pantai Kota Makassar dari Analisis Indikator Bangunan 187

6.3 Peta Kondisi Pantai Kota Makassar dari analisis Indikator Infrastruktur 189

6.1 . Indeks Keberlanjutan 191

6.2. Hasil Penilaian Kategori Reklamasi Kota Makassar 191

6.4. Persentase Penggunaan Lahan indikator sumberdaya pesisir 193

6.5. Peta Indikator Sumber Daya Pesisir 197

6.6. Peta Indikator Bangunan 197

6.7. Peta Indikator Infrastruktur 198

7.1 Distribusi Data Berdasarkan Jenis Kelamin 201

7.2. Distribusi Data Berdasarkan Usia Responden. 202

7.3. Distribusi Data Berdasarkan Pendidikan Responden. 204

7.4. Distribusi Data Berdasarkan Pekerjaan Responden. 206

7.5 Distribusi Data Berdasarkan Pendapatan Responden. 208

7.6 Kondisi Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Reklamasi. 210

7.7. Kondisi Konservasi Air Pada Kawasan Reklamasi. 213

7.8 Kondisi Kebutuhan Ruang Pada Kawasan Reklamasi. 214

7.9 Kondisi Muara Sungai Pada Kawasan Reklamasi 216

7.10 Kondisi Kawasan Lindung Pada Kawasan Reklamasi 218

7.11. Kondisi Kepadatan Bangunan Pada Kawasan Reklamasi 220

7.12. Kondisi Infrastruktur Jalan HunianPada Kawasan Reklamasi 222

7.13. Kondisi Transportasi Publik Pada Kawasan Reklamasi 224

7.14 Kondisi Jaringan Jalan Pada Kawasan Reklamasi 226

7. 15 Perumusan Model Hasil Penelitian 233

Page 17: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Penelitian Membangun Indeks Keberlanjutan

Untuk Kawasan Reklamasi Lampiran II Data Hasil Analisis Ahp

Lampiran III Kuesioner Instrumen Penelitian

Lampiran IV Lampiran Tabulasi Analisis Sem Model I

Lampiran V Deskriptif Analisa Sem Model 1

Lampiran VI Rangkuman Analisis Sem

Lampiran VII Hasil Analisa Sem Model 2

Lampiran VIII Analisis Sem Modifikasi Model 2

Page 18: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebih dari separuh jumlah penduduk dunia saat ini tinggal di daerah

perkotaan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, perkembangan ekonomi

yang tinggi dan kontrol laut yang tidak memadai, menyebabkan

penggunaan daerah pantai lebih sering dan intensif dalam beberapa tahun

terakhir. Namun, kurangnya perencanaan kelautan dan pesisir yang

komprehensif menyebabkan banyak konflik atas ruang serta sumber daya

laut. Sehingga diperlukan perencanaan yang baik pada kawasan pesisir

(Lee, Wu, Ho, & Liu, 2014).

Perencanaan kawasan pesisir membutuhkan konsep yang baik.

Pengembangan konsep kota tepian air merupakan cara pemecahan

masalah perkotaan yang berfokus pada masalah kultur dan budaya, yang

mempengaruhi keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan

perlindungan alam di daerah pesisir sebagai kawasan terpadu (mixed

used). Oleh karena itu diperlukan rehabilitasi pesisir yang dapat

memperbaiki lingkungan yang sedang berkembang. Selanjutnya

perkembangan kota di pesisir dapat memberikan tekanan atau dampak,

karena merupakan daerah yang paling sering digunakan (Lo & Gunasiri,

2014). Dengan demikian perencanaan dengan konsep yang baik

diharapkan dapat mengurangi dampak pembangunan pesisir.

Page 19: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

2

Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan ekosistem darat dan

laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (Umum, 2007).

Pesisir dapat didefinisikan sebagai tanah atau bagian dari sebuah kota di

daerah air dan badan air yang berbatasan (Shaziman, Usman, & Tahir,

2010). Kawasan pesisir dapat juga didefinisikan sebagai ruang di mana

air (sungai, danau, laut, lautan) bertemu dengan daerah perkotaan, yang

menciptakan pertemuan ruang yang unik (Davidson, 2006). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa kawasan pesisir merupakan kawasan peralihan

yang unik.

Keunikan kawasan pesisir merupakan daya tarik untuk ditinggali.

Penduduk makin banyak tinggal di kawasan pesisir karena pertumbuhan

ekonomi yang menyebabkan pemekaran kota sehingga menjadi alasan

dilakukannya reklamasi. Kawasan reklamasi diharapkan dapat

menampung semua kegiatan yang tidak bisa difasilitasi dalam kota

(Maskur, 2008). Reklamasi merupakan proses menjadikan tanah dari

badan air seperti laut, teluk dan sungai. Proses ini telah memainkan peran

penting dalam pengembangan perkotaan pesisir di dunia, seperti Hong

Kong, Jepang, Singapura, Korea Selatan dan Belanda yang sejak lama

telah melakukan reklamasi (Liang, 2004). Singapura telah mengalami

reklamasi selama empat dekade, yang dimulai ketika pemerintah

menghadapi masalah penyediaan tanah untuk perumahan, industri dan

kota akibat peningkatan populasi hingga lebih dari empat juta (Syamsidik,

2003).

Page 20: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

3

Demikian pula di Indonesia, reklamasi telah dilakukan sejak

beberapa tahun lalu, seperti yang terjadi di Manado reklamasi telah

mengurangi aksesibilitas publik terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH),

mengurangi fungsi RTH secara berkelanjutan, membatasi fleksibilitas

akses masyarakat ke RTH dan menutup RTH menjadi area pribadi-bukan

lagi domain publik (Wantouw, Antariksa, Yanuwiadi, & Tamod, 2014).

Reklamasi di Benoa Bali dianggap akan merusak habitat mangrove sekitar

pantai. Reklamasi di Pantai Utara Jakarta juga dianggap akan merusak

lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa reklamasi telah dilakukan di banyak

negara ataupun kota di Indonesia. Namun mengapa reklamasi selalu

menjadi permasalahan di Indonesia, adalah hal yang menarik untuk

diteliti.

Pembangunan kawasan pesisir perlu memperhatikan prinsip

pembangunan berkelanjutan. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

harus memperhitungkan dan menilai biaya investasi pembangunan

berkelanjutan dengan menghitung dan mempertimbangkan "biaya

operasional" setelah konstruksi selesai. Jane Lubchenco, Administrator

dari National Oceanic dan Atmospheric Administration (NOAA) baru-baru

ini mencatat bahwa ekosistem laut kaya akan keindahan, karunia, dan

sejarah tetapi rapuh terhadap praktek-praktek tidak berkelanjutan di tanah

dan di lautan (Craig & Ruhl, 2010). Telah banyak penelitian yang

membahas tentang pembangunan berkelanjutan pada kawasan pesisir,

namun masih terdapat kekosongan pada penelitian tentang prinsip

Page 21: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

4

pembangunan berkelanjutan pada kawasan reklamasi, khususnya

perumusan indeks keberlanjutan kawasasan reklamasi.

Perkembangan keberlanjutan dari zona pantai tidak hanya

memenuhi meningkatnya permintaan, tetapi juga melindungi ekologi dan

lingkungan, dengan perkiraan yang cukup untuk generasi masa depan

serta akses ke makanan yang cukup aman (Yua, Xiyong Houa, & Meng

Gaoa, 2010). Perencana harus mempelajari kriteria sosial, lingkungan dan

ekonomi yang kompleks untuk mengusulkan strategi-strategi

pembangunan berkelanjutan untuk perencanaan masa depan

(Pourebrahim, Hadipour, Mokhtar , & Ibrahim, 2010), tidak hanya di zona

pesisir sebagai makro studi tetapi juga kawasan reklamasi. Oleh karena

itu, kita harus membuat penelitian untuk mengidentifikasi indeks

keberlanjutan untuk daerah reklamasi.

Konsep pembangunan berkelanjutan muncul di awal 1970-an

sebagai respon atas kekhawatiran tentang dampak lingkungan dari

pelaksanaan pembangunan. Selanjutnya oleh Paul Hawken pada tahun

1993 dalam bukunya 'The Ecology of Commerce: pernyataan

keberlanjutan, “keberlanjutan adalah sebuah usaha pada kegiatan

manusia dimana, saat kita akan meninggalkan dunia lebih baik daripada

saat kita menemukannya, mengambil tidak lebih dari yang kita butuhkan,

mencoba untuk tidak membahayakan kehidupan atau lingkungan, dan

menebusnya jika terlanjur dilakukan" (Yigitcanlar & Dizdaroglu, 2015).

Page 22: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

5

Pada tahun 1992, konferensi PBB tentang lingkungan dan

pembangunan, juga dikenal sebagai KTT Bumi Rio. Pada Konferensi Rio

dihasilkan Agenda 21, yang menghasilkan rencana aksi komprehensif

untuk pembangunan berkelanjutan. Selain itu, konferensi juga

menyimpulkan empat perjanjian utama yaitu: (i) Deklarasi Rio tentang

lingkungan dan pembangunan yang mengacu pada prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan; (ii) Konvensi untuk pencegahan perubahan

iklim; (iii) kesepakatan untuk konservasi keanekaragaman hayati dan (iv)

pernyataan prinsip-prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan.

Kemudian pada tahun 1996, diadakan konferensi UN HABITAT II di

Istanbul. Konferensi ini menghasilkan sebuah Agenda Habitat, yang

ditandatangani oleh wakil-wakil dari 171 negara untuk menunjukkan

komitmen mereka dengan memastikan lingkungan hidup yang lebih baik

bagi warga negara mereka. Pada tahun 1997, Protokol Kyoto disepakati

pada rapat kerja PBB mengenai perubahan iklim. Protokol Kyoto adalah

kesepakatan yang berisi hukum target emisi yang mengikat negara-

negara industri. Pada tahun 2002, KTT dunia tentang pembangunan

berkelanjutan diadakan di Johannesburg. KTT dunia membahas

tantangan global dalam hal konservasi sumber daya alam yang

berkelanjutan atas konsumsi dan produksi, pemberantasan kemiskinan

dan peningkatan taraf kehidupan yang lebih sehat dan produktif. Sejak itu,

konteks pembangunan berkelanjutan di perkotaan menjadi lebih penting

(Yigitcanlar & Dizdaroglu, 2015).

Page 23: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

6

Dari banyak penelitian di bidang pembangunan berkelanjutan,

ukuran kriteria dan jumlah indikator penelitian harus dibatasi, karena

jumlah kriteria yang terlalu besar akan membingungkan pengambil

keputusan. Tapi terlalu sedikit kriteria di sisi lain, mungkin tidak akan

cukup untuk memberikan semua informasi relevan yang diperlukan

(Pourebrahim et al., 2010). Melalui sistem evaluasi pembangunan, kita

dapat menilai apakah sebuah kota berada pada proses pembangunan

berkelanjutan atau tidak (Jia et al., 2007). Untuk mengevaluasi

keberlanjutan pembangunan suatu daerah secara objektif, kita harus

membangun suatu sistem indeks terutama untuk daerah reklamasi yang

masih agak jarang ditemukan. Namun penelitian ini hanya dibatasi pada

aspek yang akan diteliti saja yaitu pilar lingkungan atau fisik saja, aspek

ekonomi dan sosial tidak diteliti karena dianggap dapat dilakukan oleh

peneliti lain.

Pembangunan perkotaan secara besar-besaran telah terjadi dalam

dekade terakhir abad ke-20, yang mendesak untuk mencari pendekatan

baru dalam menyelesaikan masalah perkotaan. Konsentrasi penduduk di

wilayah pesisir adalah sumber masalah tambahan di perkotaan; lebih dari

360 juta orang tinggal di daerah-daerah tersebut, rentan terhadap

perubahan cuaca, bencana alam dan kenaikan muka air laut (Andrade,

2012). Reklamasi menjadi salah satu solusi untuk menyediakan lahan

untuk perumahan. Reklamasi pantai adalah sebuah praktik yang

Page 24: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

7

menciptakan area tanah atau air dengan mengisi atau menambah ruang

pesisir dangkal (Choi, 2014).

Pembangunan berkelanjutan selanjutnya perlu semacam model

pembangunan yang ideal, sebagai salah satu masalah utama manusia

yang akan dihadapi di abad ke-21 (Jia, Haifeng, Jincheng, & Xuelin,

2007). Menurut definisi pembangunan berkelanjutan, pembangunan

berkelanjutan di zona pantai tidak hanya memenuhi meningkatnya

permintaan, tetapi juga melindungi ekologi dan lingkungan. Untuk

memberikan dasar pedoman bagi para pengambil keputusan, sangat

diperlukan menilai status pengembangan wilayah ekonomi, sumber daya

dan lingkungan secara komperehensif (Yua et al., 2010).

Sebagai hasil dari perkembangan industrialisasi dan urbanisasi,

wilayah pesisir di banyak belahan dunia menunjukkan perubahan yang

cepat selama beberapa dekade. Secara khusus, isu-isu tentang masalah

lingkungan pesisir telah membawa tantangan serius bagi pembangunan

berkelanjutan di zona pantai (Yua et al., 2010).

Perkembangan kota saat ini sangat pesat dan populasi juga

meningkat sangat tinggi di kota Makassar, mengakibatkan kebutuhan

perumahan juga meningkat. Wilayah pesisir pantai di Kota Makassar

menunjukkan perubahan yang cepat selama beberapa dekade ini,

termasuk adanya proyek reklamasi skala besar yang sementara

dilaksanakan di sepanjang garis pantai (Al-Shams1 et al.). Namun,

proyek-proyek reklamasi skala besar tersebut telah menyebabkan

Page 25: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

8

serangkaian dampak negatif terhadap lingkungan pesisir (Al-Shams1 et

al.). Untuk memberikan petunjuk yang baik bagi para pengambil

keputusan, sangatlah penting untuk menilai status keberlanjutan reklamasi

pantai saat ini (Al-Shams1 et al.).

Namun, ditinjau dari tujuan penelitian, waktu dan kondisi yang

berbeda, maka saat ini belum ada cara penilaian keberlanjutan reklamasi

di lingkungan pantai yang menggunakan IKR. Sehingga penelitian ini

mengkhususkan tujuan untuk menilai keberlanjutan daerah reklamasi

pantai di kota Makassar dan Pantai Utara Jakarta menggunakan IKR dan

analisis oleh GIS.

Indeks keberlanjutan reklamasi yang selanjutnya disingkat IKR

adalah alat penilaian proses reklamasi pantai dalam hal pengembangan

keberlanjutannya. IKR dapat membantu dalam menetapkan

pengembangan lingkungan yang berkelanjutan dan membantu untuk

membentuk atau merevitalisasi pengembangan pesisir untuk menciptakan

lingkungan yang baik. Namun IKR pada penelitian ini hanya terdiri atas

indikator yang terkait aspek fisik lingkungan dan tidak menyertakan aspek

ekonomi dan sosial dalam bagian dari penelitian.

Selanjutnya pembangunan pada suatu kawasan membutuhkan

model sebagai acuan. Penggunaan model sebagai alat bantu dalam

proses pengambilan keputusan sudah sejak lama dikenal (Kris, 1991).

Umumnya, penggunaan lahan yang direncanakan pada tanah reklamasi

menentukan bentuk dan ukuran reklamasi (Chew and Wei, 1980; Wei and

Page 26: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

9

Khoo, 1992). Bentuk dan ukuran reklamasi nantinya akan terdefinisikan

melalui model. Telah banyak model pengembangan kawasan pesisir,

namun masih diperlukan suatu model pelaksanaan reklamasi untuk

mengoptimalkan tujuan yang hendak dicapai yaitu reklamasi yang

berkelanjutan.

Kawasan pesisir kota pantai mengalami perkembangan pesat.

Demikian pula kawasan pesisir Makassar mengalami perkembangan

pesat, baik sebagai pusat ekonomi, budaya, pariwisata, sosial maupun

jasa, yang memiliki kepentingan ruang yang berbeda. Namun pada

perkembangannya pesisir kota Makassar tidak dapat menampung semua

aktifitas perkotaan, sehingga reklamasi dijadikan pilihan pengembangan

kota. Reklamasi di kota Makassar berkembang pesat namun tidak

memiliki pola pengembangan dan tidak didasarkan pada suatu model

reklamasi. Reklamasi tersebut juga belum memiliki rencana detail atau

rencana rinci yang legal. Sehingga keberlanjutan kawasan ini menjadi hal

yang menghawatirkan.

Wilayah pesisir adalah batas-batas yang sangat penting dalam

sistem lingkungan, tapi daerah ini berada di bawah tekanan yang telah

mengancam keberlanjutannya oleh perencanaan kebijakan yang spontan.

Pilihan pengelolaan pembangunan telah difokuskan pada produksi,

ekonomi dan manusia dibandingkan keberlanjutan manfaat dari alam

(Pourebrahim et al., 2010). Reklamasi laut telah menyebabkan masalah

lingkungan dan ekologi dengan pesatnya pembangunan ekonomi nasional

Page 27: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

10

(Li, 2014). Kemampuan untuk mengatur kinerja keberlanjutan lingkungan

alami, berdasarkan kriteria yang terukur pada berbagai skala waktu dan

tempat adalah sangat penting yaitu untuk pembangunan perkotaan yang

berkelanjutan (Pakzad & Osmond, 2016).

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan merumuskan

indeks keberlanjutan khusus untuk kawasan reklamasi yang berorientasi

hanya pada aspek fisik lingkungan saja dan tidak membahas pilar

keberlanjutan lainnya yaitu sosial ekonomi kemudian dilanjutkan membuat

model reklamasi berdasarkan indeks keberlanjutan reklamasi (IKR).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dikatakan bahwa

reklamasi merupakan salah satu jawaban dari tuntutan pengembangan

wilayah perkotaan yang telah dilakukan di seluruh dunia dan banyak yang

sukses namun reklamasi di Indonesia masih kadang bermasalah.

Permasalahan dapat timbul bila reklamasi dilakukan dengan tidak

memperhatikan keseimbangan tuntutan perkembangan penduduk

terhadap lahan dan terbatasnya lahan yang dapat disiapkan. Sehingga

diperlukan suatu pendekatan yang mampu menyelesaikan masalah

dengan reklamasi namun dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip

keberlanjutan utamanya terkait dengan aspek fisik.

Penelitian dimulai dengan melihat dampak reklamasi terhadap

perubahan penggunaan lahan dan garis pantai. Setelah melihat bahwa

Page 28: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

11

ternyata benar terjadi perubahan besar setelah dilakukannya reklamasi

pada kawasan sekitarnya, yang dikhawatirkan akan berdampak pada

keberlanjutan lingkungan maka perlu dilanjutkan dengan penelitian

perumusan indeks keberlanjutan khusus kawasan reklamasi. Penelitian

tentang perumusan indeks keberlanjutan kawasan pesisir sudah banyak

dilakukan. Namun indeks keberlanjutan kawasan reklamasi masih langka,

demikian pula telah banyak model yang diciptakan untuk menggambarkan

keterkaitan keberlanjutan pada kawasan pesisir, namun kelangkaan masih

terjadi pada model reklamasi pantai.

Sehingga kekosongan penelitian tersebut akan diisi oleh rumusan

masalah:

1. Bagaimana dampak perubahan penggunaan lahan dan garis pantai

pada kawasan pesisir kota Makassar akibat reklamasi?

2. Bagaimana indeks keberlanjutan yang dapat digunakan untuk

mengukur keberlanjutan kawasan reklamasi pantai?

3. Bagaimana merumuskan model reklamasi yang tepat untuk kawasan

pesisir pantai secara berkelanjutan berdasarkan indeks keberlanjutan

kawasan reklamasi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menemukan dan merumuskan model yang

menjelaskan mulai dari kecenderungan reklamasi mempunyai dampak,

kemudian merumuskan indeks keberlanjutan agar reklamasi dapat

Page 29: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

12

dilakukan secara berkelanjutan dan merumuskan model pelaksanaan

reklamasi yang berkelanjutan sehingga dampak terhadap kondisi fisik

kawasan pesisir dapat diminimalisasi, melalui:

1. Mengeksplorasi perubahan penggunaan lahan dan garis pantai pada

kawasan pesisir kota Makassar akibat reklamasi.

2. Merumuskan indeks keberlanjutan yang dapat digunakan untuk

mengukur keberlanjutan kawasan reklamasi pantai.

3. Merumuskan model reklamasi yang tepat untuk kawasan pesisir

pantai secara berkelanjutan berdasarkan indeks keberlanjutan

kawasan reklamasi.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan,

baik secara teoritis maupun kebijakan, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai upaya pengembangan ilmu

pengetahuan yaitu membuat kebaruan pendekatan dalam merumuskan

model keberlanjutan kawasan reklamasi berdasarkan IKR.

2. Manfaat Kebijakan

Menjadi alat bantu pengambilan keputusan pemerintah bagi

pelaksanaan pembangunan kawasan reklamasi pesisir secara

berkelanjutan.

Page 30: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

13

Memberikan perlindungan bagi masyarakat dari dampak

pelaksanaan reklamasi.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini digambarkan bahwa telah banyak penelitian

sebelumnya yang meneliti tentang dampak reklamasi dan indeks

keberlanjutan tetapi penelitian tentang indeks keberlanjutan khusus

kawasan reklamasi masih langka sehingga kebaruan penelitian ini adalah

merumuskan indeks keberlanjutan reklamasi pada kawasan pesisir.

Selanjutnya telah banyak model pengembangan kawasan pesisir, namun

belum ada model yang khusus membuat model reklamasi berdasarkan

indeks keberlanjutan reklamasi, sehingga kebaruan lainnya dari penelitian

ini adalah perumusan model reklamasi berdasarkan indeks keberlanjutan

kawasan reklamasi pesisir.

Dari beberapa penelitian pada table 1.1, diketahui bahwa pada

kawasan pesisir kota Makassar telah dilakukan beberapa penelitian.

Penelitian Rohaya Langkoke & Febriwandy T.R. pada tahun 2012 yang

berjudul Pengaruh hidrodinamika terhadap ketidakstabilan lereng pantai di

sepanjang jalan penghibur pantai losari kota Makassar mempunyai tujuan

penelitian untuk mengetahui hubungan hidrodinamika dan ketidakstabilan

lereng pantai oleh proses-proses pantai, mengidentifikasi tipe gerakan

tanah di Jalan Penghibur Pantai Losasi (Al-Shams1 et al.)

Page 31: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

14

Tabel 1.1. Posisi dan keaslian penelitian yang pernah dilakukan di Kawasan Pantai Losari Kota Makassar

Sumber : penulis 2015

Adapun metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah pada

pengumpulan data sekunder hidrodinamika pantai, pengumpulan data

Page 32: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

15

lapangan secara deskriptif indikasi ketidakstabilan lereng pantai. Analisis

yang digunakan berdasarkan kajian geodinamika pantai. Hasil penelitian

ketidakstabilan lereng pantai di Kawasan Pantai Losari dibagi tiga yaitu;

Anjungan Metro (Stabil), Anjungan Toraja-Mandar (Tidak Stabil), dan

Anjungan Bugis-Makassar (Sangat Tidak Stabil) dan pengaruh

hidrodinamika terhadap perubahan morfodinamika terutama terindikasi

pada Anjungan Bugis-Makassar atau Anjungan Losari. Penurunan tanah

antara 10 – 50 Cm dan perubahan lereng pantai antara 3º sampai 7º.

Penelitian ini tidak membahas dampak reklamasi pada perubahan

penggunaan lahan.

Penelitian lainnya adalah Akhiruddin Marrung Jaya, Ambo Tuwo ,

dan Mahatma pada tahun 2012, kajian kondisi lingkungan dan perubahan

sosial ekonomi reklamasi Pantai losari dan Tanjung bunga. Hasil

penelitian menunjukkan perubahan lingkungan terutama kategori baku

mutu perairan di Pantai Losari telah melampaui standar baku untuk air laut

tercemar setelah reklamasi Pantai Losari. Tidak ada perubahan pada

kondisi sosial ekonomi berupa pendapatan masyarakat, tetapi berdampak

positif pada harga tanah yang semakin meningkat. Penelitian ini pun tidak

membahas tentang dampak reklamasi terhadap perubahan penggunaan

lahan dan garis pantai, serta tidak membahas tentang model reklamasi.

Selanjutnya pada tahun 2013, Suhayati, Syamsul Bachri, Farida

Patittingi dengan judul penelitian aspek hukum kebijakan pemanfatan

tanah hasil reklamasi pantai losari di kota Makassar, penelitian ini

Page 33: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

16

bertujuan menjelaskan pemanfaatan tanah hasil reklamasi di Pantai Losari

Kota Makassar, serta mengetahui prospek pemberian hak atas tanah hasil

reklamasi Pantai Losari. Tipe penelitian adalah sosio-yuridis dan bersifat

deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kewenangan

pemerintah daerah kota Makassar yang menempatkan reklamasi pantai

sebagai salah satu rencana perda tata ruang kota terhadap pendelegasian

tidak terkoordinasi dengan baik, seperti koordinasi kelembagaan terhadap

perizinan reklamasi tidak berjalan sebagaimana yang telah diatur oleh

peraturan perundang-undangan.

Pada tahun 2010, Manara T., Ratna Mutu Manikam dengan judul

penelitian dampak reklamasi pantai untuk pembangunan Jalan Metro

Tanjung Bunga terhadap kondisi lingkungan di Teluk Lokasi Kota

Makassar, yang bertujuan mengkaji dampak reklamasi pantai untuk

pembangunan Jalan Metro Tanjung Bunga di Teluk Losari Makassar

terhadap kondisi hidro-oseanografi, kondisi biotik perairan dan persepsi

masyarakat terhadap dampak reklamasi pantai. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh reklamasi pantai

terhadap kondisi hidro-oseanografi adalah terjadinya pendangkalan di

laguna, perbedaan tunggang pasut dan perbedaan tipe pasut di laguna

dan teluk. Di laguna tidak ada lagi gelombang dan arus semakin lambat,

serta penurunan kualitas air laut. Dampak pada lingkungan biotik adalah

terjadinya penurunan jenis ikan di laguna. Dampak positif yang dirasakan

oleh penduduk sekitar laguna adalah air pasang dan gelombang tidak lagi

Page 34: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

17

masuk ke pemukiman penduduk, sedangkan dampak negatif yang

dirasakan adalah penurunan tingkat penghasilan penduduk. Seluruh

dampak yang diteliti lebih fokus pada kondisi air pada kawasan pantai

losari. Sedangkan penelitian yang dilakukan pada tulisan ini adalah

menilai dampak reklamasi pada penggunaan lahan dan garis pantai, juga

perumusan indeks keberlanjutan yang menjadi bahan pembuatan model

reklamasi. Sebagian besar penelitian dampak reklamasi terhadap kondisi

baik fisik lingkungan, sosial, ekonomi, namun belum membuat

modelreklamasi berdasarkan indeks keberlanjutan.

Posisi penelitian dampak reklamasi pada penelitian sebelumnya

dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Page 35: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

18

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, maka kebaruan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan konsep Manara, 2010 tentang dampak reklamasi

pantai untuk pembangunan Jalan Metro Tanjung Bunga terhadap

kondisi lingkungan di Teluk Lokasi Kota Makassar, namun spesifik

pada perubahan yang ada di daratan yakni penggunaan lahan dan

garis pantai serta hubungan dari keduanya.

2. Membangun rumusan indeks keberlanjutan menggunakan AHP dan

Expert Choices sebagai pengembangan dari konsep yang

dikembangkan pada penelitian Penilaian Kesesuaian Reklamasi Pantai

berdasarkan fuzzy-AHP comprehensive evaluation framework: studi

Page 36: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

19

kasus Lianyungang, China, namun menambahkan dengan indikator

keberlanjutan segi fisik yaitu bangunan dan infrastruktur dan tidak

menggunakan aspek sosial dan ekonomi.

3. Model ini merupakan pengembangan dari penelitian Azwar (2013) yang

merumuskan model penyediaan infrastruktur saja pada kawasan

reklamasi Jakarta namun penelitian disertasi ini pada pengembangan

model kawasan reklamasi. Peneltiian ini menghasilkan model struktural

yang menggambarkan hubungan atau relasi antar beberapa variabel

yang dianggap penting dan saling terkait, yang diharapkan dapat

diimplementasikan dan direplikasikan untuk kota-kota di Indonesia

yang mempunyai karakteristik sama dengan wilayah kasus.

F. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan

ruang lingkup atau batasan penelitian:

1. Isu reklamasi merupakan fenomena yang sedang marak dilakukan di

Indonesia, namun sebagian besar mempunyai masalah sehingga

menarik untuk diangkat sebagai tema penelitian.

2. Reklamasi merupakan bagian dari urban sprawl di kawasan pesisir

sebagai jawaban atas keterbatasan lahan perkotaan akibat

meningkatnya jumlah penduduk sehingga cukup penting dan

mendesak untuk diselidiki.

3. Variabel-variabel yang dipakai menggunakan aspek fisik sebagai dasar

dalam menilai keberlanjutan kawasan cenderung dapat dianalisis dan

diuji berdasarkan data-data yang cukup mudah diperoleh dari hasil

observasi lapangan dan data sekunder.

4. Model reklamasi pesisir secara berkelanjutan yang dihasilkan dapat

diaplikasikan oleh pihak pemerintah daerah dalam upaya menciptakan

Page 37: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

20

kawasan reklamasi yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan

pesisir.

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Pemilihan wilayah studi kasus mengambil dua kota sebagai pilihan uji

validasi yaitu Kota Makassar dan Kota Jakarta, tidak termasuk pulau-

pulau kecil. Pemilihan kedua kota tersebut mungkin belum dapat

mewakili karakteristik kawasan reklamasi di Indonesia, namun

diharapkan dapat memberi informasi pelaksanaan reklamasi di

Indonesia.

2. Pemilihan IKR dibatasi pada aspek fisik saja, karena dari penelitian

sebelumnya nampak bahwa aspek fisik merupakan pondasi dan

indikator paling berpengaruh pada status keberlanjutan kawasan.

Penelitian ini tidak memasukkan aspek sosial dan ekonomi, karena

dianggap dapat dilanjutkan oleh peneliti berikutnya.

3. Pemilihan parameter penelitian dibatasi pada 3 (tiga) indikator utama

yaitu indikator sumber daya pesisir, indikator bangunan dan indikator

infrastruktur, yang merupakan bagian dari pilar fisik lingkungan.

Pemilihan tersebut berdasarkan hasil dari Analytic Hierachy Process

(AHP) dan tidak memasukkan aspek lainnya misalnya topografi, jenis

pantai atau lainnya. Model ini diteliti di Kota Makassar yang

kelandaiannya relatif datar, tidak memasukkan faktor topografi

sebagai salah satu variabel yang diukur, yang dapat ditindaklanjuti

oleh peneliti selanjutnya.

G. Definisi dan Istilah

Reklamasi : Penimbunan dan pengeringan wilayah perairan .(Kamus Penataan Ruang, 2009), yang dimaksud reklamasi pada penelitian ini adalah penimbunan pada wilayah perairan baik yang ada di daratan maupun dilaut.

Reklamasi pantai

: Penimbunan dan pengeringan perairan laut di tepi pantai untuk dimanfaatkan menjadi kawasan budidaya (Kamus Penataan Ruang, 2009)

Indeks : Rasio antara dua unsur kebahasaan tertentu yang mungkin menjadi ukuran suatu ciri tertentu; penunjuk; (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Keberlanjutan : kemampuan untuk bertahan. Sustainaibility berasal dari akar kata bahasa latin yaitu sustinere, yang terdiri dari kata tenere yang berarti memegang dan sus yang berarti naik. Gabungan kedua kata ini membentuk makna utama “menjaga”, “dukungan” atau, “bertahan”. (Arifin, 2013)

Page 38: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

21

Kota : Daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja di luar pertanian; cenderung berpola hubungan rasional, ekonomi, dan individualistis.(Kamus Penataan Ruang, 2009)

Kota berkelanjutan

: Kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang sebagai suatu interaksi antara sistem biologis dan sumber daya, dengan sistem ekonomi dan sistem sosial.(Kamus Penataan Ruang, 2009)

Lingkungan hidup

: Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusi dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (UU No. 32 Tahun 2009)

Model : Suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau struktur atau sistem atau gambaran (abstraksi) suatu sistem. (Soesilo, 2007)

Pembangunan berkelanjutan

: Proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, dan masyarakat) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang. (WCED, Our Common Future, 1987)

Urban Sprawl : Perkembangan permukiman yang tidak terkontrol dari sebuah kota yang mengambil wilayah perdesaan atau di sekitarnya. (Kamus Penataan Ruang, 2009)

Sumber Daya : Unsur lingkungan hidup, terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam, baik hayati maupun non-hayati, dan sumber daya buatan . (Kamus Penataan Ruang, 2009), dalam penelitian ini berupa kawasan konservasi air, kawasan lindung dan kawasan

Pesisir : Daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil), yang dimaksud pesisir pada penelitian ini adalah pesisir pantai kota Makassar yang dibatasi oleh Peraturan Gubernur Nomor 17 tahun 2013 tentang Kawasan Global Bisnis Terpadu seluas 1000 Ha.

Bangunan : Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan dalam suatu lingkungan seara tetap, sebagian atau seluruhnya di atas atau di bawah permukaan tanah dan/atau perairan, berupa bangunan gedung dan/atau bukan gedung, digunakan atau dimaksudkan untuk menunjang atau mewadahi suatu penggunaan atau kegiatan manusia (building) . (Kamus Penataan Ruang, 2009)

Infrastruktur : Sarana dan prasarana (Kamus Besar Bahasa Indonesia), yang dalam penelitian ini berupa jalan utama, jalur transportasi umum dan jalur jalan dalam kawasan reklamasi.

Ruang terbuka hijau

: Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (UU no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang)

Analytic Hierarchy Process (AHP)

Alat analisis yang memungkinkan individu untuk secara eksplisit merangking peringkat kriteria tangible maupun kriteria intangible terhadap satu sama lain untuk memilih prioritas, yang terdiri atas tingkat pertama merupakan tujuan utama masalah , tingkat menengah yaitu kriteria dan tingkat ketiga adalah alternatif

Page 39: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

22

H. Sistimatika Penulisan

Kerangka penulisan akan memperjelas proses dan metode

penelitian. Langkah-langkah penelitian disusun secara teratur dan

sistematis untuk memudahkan jalannya penelitian baik penelitian yang

bersifat literatur, peninjauan lapangan, pengumpulan data, analisis data.

Analisis indeks keberlanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya

kemudian menguji indeks tersebut pada kawasan pantai kota Makassar

dan Pantai Utara Jakarta, hingga merumuskan model reklamasi berdasar

indeks keberlanjutan yang dihasilkan.

Penelitian ini dilakukan secara bertahap yang disusun sebagai sub-

sub tema penelitian, yaitu berupa:

Bab I. Pendahuluan, terdiri atas latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, keaslian penelitia, ruang

lingkup, definisi dan istilah serta kerangka penelitian.

Bab II. Tinjauan Pustaka, berisi tinjauan terhadap hasil penelitian

sebelumnya yang terkait dengan fokus penelitian. Tinjauan atas

pemecahan masalah (Lan Feng, Zhu, & Sun, 2014 )

Expert Choices Suatu alat pengambilan keputusan yang didasarkan pada pengambilan keputusan (Wikipedia, the free encyclopedia)

Structural equation modeling (SEM)

Termasuk satu set beragam model-model matematik, komputer algoritma dan metode statistik yang cocok Jaringan konstruksi data.

Geografis Information System (GIS)

Sistem komputer untuk menangkap, menyimpan, memeriksa, dan menampilkan data terkait dengan posisi pada permukaan bumi. GIS dapat menunjukkan berbagai jenis data pada satu peta, seperti jalan, bangunan, dan vegetasi. Hal ini memungkinkan orang untuk lebih mudah melihat, menganalisis, dan memahami pola-pola dan hubungan (http://www.nationalgeographic.org/static/images/logos/ngslogo-inline-black.min.e2d7690b5e79.svg)

Page 40: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

23

hasil-hasil penelitian mencakup sustansi topik, temuan dan

metode yang digunakan, sebagai bahan dalam merumuskan

hipotesis dan acuan pengumpulan dan analisis data.

Bab III. Metode Penelitian berisi pendekatan dan jenis penelitian yang

diuraikan dalam rancangan penelitian, lokasi, waktu penelitian,

populasi, sampel, instrumen pengumpulan data, uraian analisis

data dari empat tahapan penelitian dan definisi operasional serta

variabel penelitian.

Bab IV. Hasil penelitian dampak reklamasi terhadap perubahan

penggunaan lahan dan garis pantai di Kota Makassar, hasil

penelitian ini merupakan bahan seminar nasional I dan II.

Bab V. Hasil penelitian membangun indeks keberlanjutan kawasan

reklamasi pantai, penelitian ini dilakukan melalui studi literatur

yang mengeksplorasi indeks keberlanjutan kota pantai dari

literatur atau teori sebelumnya dan dianalisis melalui metode

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan expert choices, hasil

tulisan ini dipublikasi pada seminar internasional I.

Bab VI. Uji validasi indeks keberlanjutan pada kawasan reklamasi pantai

kota Makassar dan Pantai Utara Jakarta menggunakan analisis

Sistem Informasi Geografis (GIS) (Appeaning Addo, Larbi,

Amisigo, & Ofori-Danson) dan Indeks Keberlanjutan Reklamasi

(IKR) yang telah dihasilkan sebelumnya melalui AHP. Uji validasi

di Kota Makassar telah dipublikasikan di seminar internasional II

Page 41: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

24

dan uji validasi kota Jakarta dipublikasikan melalui jurnal

internasional I.

Bab VII. Hasil penelitian perumusan model reklamasi yang berkelanjutan

berdasarkan Indeks Keberlanjutan Reklamasi (IKR) yang

dibangun berdasarkan struktur model sebagaimana hubungan

antar variabel dengan indeks keberlanjutan yang disajikan dalam

bentuk hubungan sebab-akibat. Analisis yang digunakan dengan

Struktural Equation Model (SEM) (Laras et al., 2011), selanjutnya

model tersebut diuji kelayakannya dan disempurnakan, hasil

penelitian ini dipublikasi pada jurnal internasional II.

Bab VIII. Kesimpulan, yang berisi simpulan-simpulan masing-masing

penelitian dan kontribusi penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan

dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

Page 42: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. State of The Art

Pada bagian ini akan dijelaskan posisi penelitian terhadap teori

atau penelitian sebelumnya yang membahas tentang indeks keberlanjutan

dan model, dan reklamasi pada kawasan pesisir, seperti yang tercantum

pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Posisi penelitian terhadap teori / penelitian sebelumnya tentang

Indeks Keberlanjutan

No. Peneliti Judul Tujuan Metodologi Variabel Index

1 Sylvira A. Azwar, Emirhadi Suganda, Prijono Tjiptoherijanto, Henita Rahmayanti

Model infrastruktur perkotaan yang berkelanjutan di reklamasi pantai utara Jakarta

untuk meneliti konsep tentang infrastruktur perkotaan yang berkelanjutan di reklamasi pantai utara Jakarta yang merupakan pendekatan yang mengintegrasikan komponen pembangunan perkotaan masyarakat ibukota, yaitu kebutuhan infrastruktur kota dan komponen ekologis kota

Konsep infrastruktur perkotaan untuk mendukung keberkelanjutan reklamasi pantai utara Jakarta yang diajukan dalam studi ini adalah pendekatan yang mengintegrasikan komponen pembangunan perkotaan masyarakat ibukota, yaitu infrastruktur kebutuhan kota dan komponen ekologis kota.

Penggunaan tanah transportasi bangunan Ruang terbuka Jaringan infrastruktur energi

2 Feng Li , Xusheng Liu, Dan Hu, RusongWang,Wenrui Yanga, Dong Li , Dan Zhao

Pengukuran indikator dan pendekatan evaluasi untuk menilai pembangunan perkotaan: studi kasus Cina Jining City

Untuk mengembangkan seperangkat indikator yang lebih komprehensif dan mengedepankan metode evaluasi baru untuk pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, dan penulis menggambarkan bagaimana indikator dan

Indikator pembangunan perkotaan yang berkelanjutan harus mewujudkan keadaan, proses dan kekuatan dari sebuah kemajuan kota dan harus mencerminkan status pembangunan ekonomi saat ini, lingkungan dan ekologi dan sosial perkotaan.

Efisiensi pertumbuhan dan efisinesi ekonomi Konstruksi infrastruktur ramah lingkungan Perlindungan lingkungan Tingkat social dan kesejahteraan

Page 43: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

26

metode ini dapat digunakan melalui studi kasus Jianing kota di Provinsi Shandong, Cina.

3 ZHOU Jia, XIAO Haifeng, SHANG Jincheng, ZHANG Xuelin

Sistem penilaian pembangunan berkelanjutan di Suihua kota, Cina

Mengevaluasi keberlanjutan pembangunan kota Suihua Provinsi eilongjiang di Cina dari aspek ekonomi, masyarakat, populasi, sumber daya dan lingkungan.

Komponen analisis (PCA) digunakan untuk mengurangi dimensi dan menyederhanakan indeks asli dari 12 indeks. Menilai metode hirarki dan evaluasi kriteria berganda terpadu, yang digunakan untuk menilai sistem pembangunan berkelanjutan di kota Suihua. Kemudian, bobot indeks dicapai oleh metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Selain itu, tingkat pembangunan perkotaan komprehensif, dianalisis.

Ekonomi GDP (100 million yuan (RMB)) GDP per kapita (yuan), dll Sosial Jumlah tenaga kerja (10 thousand persons) Penghasilan bersih tahunan per kapita penduduk pedesaan (yuan) etc Lingkungan Volume total emisi gas limbah industri (100 juta m3) Limbah gas emisi per nilai output industri 10000 yuan (10 ribu m3) dll Populasi Total populasi (10000 persons) Laju pertumbuhan tahunan (%)Etc Sumber daya Per kapita cakupan tanah (ha) Konsumsi energi etc

4 Chengdong Wang , Yutao Wang*, Yong Geng , Renqing Wang , Junying Zhang

Mengukur keberlanjutan regional dengan pendekatan sosial-ekonomi-alam terpadu: studi kasus dari wilayah Delta Sungai Cina

Untuk memberikan standar referensi untuk mengukur keberlanjutan regional\

Menggunakan teknologi GIS,

Sosial subsistem energi Energy Per capita Pemberdayaan penduduk Subsistem ekonomi energi Penggunaan bahan bakar per orang Rasio listrik untuk total energi Energy/dollar ratio Rasio investasi energi Natural subsystem energy

Page 44: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

27

5 Liangju Yua, Xiyong Hou, Meng Gao, Ping Shi

Penilaian pembangunan berkelanjutan zona pantai: studi kasus Yantai, China

Memperkenalkan penilaian kemajuan pembangunan pesisir, yang dirancang dengan indikator yang mewakili lingkungan subsistem (ENS), sosial subsistem (SOS), dan ekonomi subsistem (ECS).

metode ini menganalisis perkembangan regional Yantai sebagai kasus selama satu dekade (1998 – 2007

Kepadatan penduduk Jumlah peneliti Proporsi penelitian dan GDP Tingkat kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi dll

6 Xionghe Qin , Caizhi Sun, Wei Zou

Model kuantitatif untuk menilai sistem manusia-ocean pembangunan berkelanjutan di kota-kota pantai: perspektif metabolik-daur ulang di Bohai laut cincin Area, Cina

Untuk mendapatkan visualisasi dari dimensi HOSSD bagaimana ini berbeda dari kota ke kota, memberikan wawasan penting ke dalam jangka pendek dan jangka panjang kebijakan yang dapat membantu meningkatkan keberlanjutan pada suatu lokasi tertentu

Makalah ini memperkenalkan model kuantitatif untuk menilai sistem manusia-ocean pembangunan (HOSSD).

Sosio-ekonomi Kecerdasan lokasi ekonomi Kelautan Laut produk Bruto per kapita Kepadatan ekonomi zona pantai Etc . Sumber daya-lingkungan Daerah budidaya perikanan laut etc Subsistem metabolik Tingkat relatif eksploitasi sumber daya laut Proporsi dana R&D untuk GDP etc

7 Sharareh Pourebrahim , Mehrdad Hadipour , Mazlin Bin Mokhtar , Mohd Ibrahim Hj Mohamed

Proses jaringan Analytic kriteria pemilihan dalam perencanaan penggunaan tanah pesisir yang berkelanjutan

Untuk menunjukkan metode inovatif yang dapat diandalkan untuk identifikasi kriteria dan indikator dengan menggunakan teknik multi kriteria, terutama analitik jaringan proses (ANP).

Kerangka proses jaringan analytic Tahap pertama ANP adalah untuk membandingkan kriteria di seluruh sistem untuk membentuk supermatrix

Lingkungan

Akses ke jalan utama

Jalan Ekonomi Sosial

Jumlah penghuni tinggal di daerah pantai

Tingkat pertumbuhan penduduk

Kepadatan penduduk

Penelitian yang dilakukan oleh Sylvira A. Azwar, Emirhadi

Suganda, Prijono Tjiptoherijanto, Henita Rahmayanti dengan judul Model

Page 45: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

28

infrastruktur perkotaan yang berkelanjutan di reklamasi pantai utara

Jakarta, bertujuan untuk meneliti konsep tentang infrastruktur perkotaan

yang berkelanjutan di reklamasi pantai utara Jakarta yang merupakan

pendekatan yang mengintegrasikan komponen pembangunan perkotaan

masyarakat ibukota, yaitu kebutuhan infrastruktur kota dan komponen

ekologis kota. Adapun metodologi yang dilakukan adalah pendekatan

dengan mengintegrasikan komponen pembangunan perkotaan

masyarakat ibukota, yaitu infrastruktur kebutuhan kota dan komponen

ekologis kota, dengan variabel indeks: penggunaan tanah, transportasi,

bangunan, ruang terbuka, jaringan infrastruktur dan energi. Namun pada

penelitian tersebut hanya berfokus pada model infrastruktur pada

kawasan reklamasi tidak pada model reklamasi itu sendiri.

Selanjutnya pada penelitian Feng Li , Xusheng Liu, Dan Hu,

Rusong Wang, Wenrui Yanga, Dong Li , dan Zhao dengan judul

Pengukuran indikator dan pendekatan evaluasi untuk menilai

pembangunan perkotaan: studi kasus Cina Jining City mempunyai tujuan

untuk mengembangkan seperangkat indikator yang lebih komprehensif

dan mengedepankan metode evaluasi baru untuk pembangunan

perkotaan yang berkelanjutan, dan penulis menggambarkan bagaimana

indikator dan metode ini dapat digunakan melalui studi kasus Jianing kota

di Provinsi Shandong, Cina. Selanjutnya pada penelitian dilakukan

pendekatan metodologi yang menjadikan indikator pembangunan

perkotaan yang berkelanjutan harus mewujudkan keadaan, proses dan

Page 46: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

29

kekuatan dari sebuah kemajuan kota dan harus mencerminkan status

pembangunan ekonomi saat ini, lingkungan dan ekologi dan sosial

perkotaan. Penelitian ini merumuskan indikator dan metode evaluasi

keberlanjutan pembangunan perkotaan, namun tidak fokus pada kawasan

reklamasi.

Penelitian yang dilakukan oleh ZHOU Jia, XIAO Haifeng, SHANG

Jincheng, ZHANG Xuelin dengan judul Sistem penilaian pembangunan

berkelanjutan di Suihua kota, Cina mempunyai tujuan penelitian untuk

mengevaluasi keberlanjutan pembangunan kota Suihua Provinsi

eilongjiang di Cina dari aspek ekonomi, masyarakat, populasi, sumber

daya dan lingkungan. Sedangkan metodologi yang dilakukan adalah

komponen analisis (PCA) digunakan untuk mengurangi dimensi dan

menyederhanakan indeks asli dari 12 indeks, kemudian menilai metode

hirarki dan evaluasi kriteria berganda terpadu, yang digunakan untuk

menilai sistem pembangunan berkelanjutan di kota Suihua. Selanjutnya

bobot indeks dicapai oleh metode Analytic Hierarchy Process (AHP).

Selain itu, tingkat pembangunan perkotaan komprehensif, dianalisis.

Adapun variable indeksnya antara lain dari aspek Ekonomi; GDP (100

million yuan (RMB)), GDP per kapita (yuan), dll. Dari aspek Sosial; Jumlah

tenaga kerja (10 thousand persons), Penghasilan bersih tahunan per

kapita penduduk pedesaan (yuan), etc. dari aspek Lingkungan; Volume

total emisi gas limbah industri (100 juta m3), Limbah gas emisi per nilai

output industri 10000 yuan (10 ribu m3) dll. Dan aspek populasi; Total

Page 47: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

30

populasi (10000 persons), Laju pertumbuhan tahunan (%), Etc aspek

Sumber daya; Per kapita cakupan tanah (ha) dan Konsumsi energi etc.

Penelitian ini menggunakan indeks pembangunan berkelanjutan pada

suatu kota dari tiga aspek pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi,

sosial dan fisik. Sedangkan penelitian yang kami lakukan adalah

perumusan indeks pembangunan berkelanjutan dari aspek fisik pada

kawasan reklamasi saja.

Selanjutnya penelitian oleh Chengdong Wang, Yutao Wang, Yong

Geng, Renqing Wang, Junying Zhang, dengan judul mengukur

keberlanjutan regional dengan pendekatan sosial-ekonomi-alam terpadu:

studi kasus dari wilayah Delta Sungai Cina mempunyai tujuan untuk

memberikan standar referensi untuk mengukur keberlanjutan regional.

Metodologi yang digunakan adalah menggunakan teknologi GIS adapun

variable indeks yang digunakan adalah Sosial subsistem energy; Energy

Per capita dan Pemberdayaan penduduk, Subsistem ekonomi energy;

Penggunaan bahan bakar per orang, Rasio listrik untuk total energy,

perbandingan energi/dollar, rasio investasi energi dan energi subsistem

alami. Penelitian Chengdong ini juga menggunakan GIS namun variabel

indeks yang digunakan berbeda dengan penelitian tulisan ini, juga

kasusnya berbeda yakni di Delta Sungai.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Liangju Yua, Xiyong Hou,

Meng Gao, Ping Shi dengan judul penelitian penilaian pembangunan

berkelanjutan zona pantai: studi kasus Yantai, China mempunyai tujuan

Page 48: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

31

memperkenalkan penilaian kemajuan pembangunan pesisir, yang

dirancang dengan indikator yang mewakili subsistem lingkungan (ENS),

subsistem sosial (SOS), dan subsistem ekonomi (ECS), sedangkan

metodologinya menganalisis perkembangan regional Yantai sebagai

kasus selama satu dekade (1998 – 2007). Variabel indeks yang

digunakan adalah kepadatan penduduk, jumlah peneliti, proporsi

penelitian dan GDP, tingkat kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi, dll.

Penelitian tersebut berfokus pada penilaian kemajuan pembangunan

pesisir namun belum menilai keberlanjutan pembangunan reklamasi pada

kawasan pesisir kasusnya juga dinilai berdasarkan waktu satu dekade

sedangkan tulisan ini kasusnya hanya pada satu waktu saja.

Peneliti Xionghe Qin, Caizhi Sun, dan Wei Zou melakukan

penelitian dengan judul model kuantitatif untuk menilai sistem -

pembangunan manusia dan kawasan secara berkelanjutan di kota-kota

pantai: perspektif metabolik-daur ulang di Bohai laut cincin Area, Cina

dengan tujuan untuk mendapatkan visualisasi dari dimensi HOSSD

bagaimana perbedaannya dari kota ke kota, dan dari waktu ke waktu.

Metodologi yang digunakan model kuantitatif untuk menilai sistem

manusia- pembangunan maritim (HOSSD) dengan variabel indeks Sosio-

ekonomi; Kecerdasan lokasi ekonomi Kelautan, produk bruto laut per

kapita, kepadatan ekonomi zona pantai, dll, Sumber daya-lingkungan;

budidaya daerah perikanan laut, dll, Subsistem metabolic; tingkat relatif

eksploitasi sumber daya laut, proporsi dana R&D untuk GDP dll.

Page 49: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

32

Persamaan dengan penelitian ini juga meneliti model kuantitatif namun

Qin menilai menilai sistem pembangunan manusia dan maritim secara

berkelanjutan, namun penelitian tulisan ini hanya menilai aspek fisik tidak

termasuk manusia.

Selanjutnya penelitian oleh Sharareh Pourebrahim , Mehrdad

Hadipour , Mazlin Bin Mokhtar , Mohd Ibrahim Hj Mohamed yang berjudul

proses analisis pemilihan kriteria dalam perencanaan penggunaan tanah

pesisir yang berkelanjutan inovatif yang dapat diandalkan dengan tujuan

untuk identifikasi kriteria dan indikator dengan menggunakan teknik multi

kriteria, terutama analitik jaringan proses (ANP). Menggunakan metodologi

membandingkan kriteria di seluruh sistem untuk membentuk supermatrix.

Variabel indeks yang digunakan adalah lingkungan, ekonomi dan sosial.

Terlihat bahwa penelitian tersebut menggunakan analisis pemilihan kriteria

dalam merencanakan penggunaan lahan pesisir secara berkelanjutan

namun tidak berfokus pada kawasan reklamasi, adapun penelitian yang

dilakukan pada disertasi ini pemilihan indeks sebagai kriteria

keberlanjutan pada kawasan reklamasi di pesisir.

Berdasarkan teori Urban Sprawl Northam (1975): Urban sprawl di

pusat perkotaan merupakan perpanjangan daratan melampaui apa yang

telah ada. Urban sprawl merupakan konversi lahan pinggiran yang

sebelumnya bukan kawasan permukiman berubah karena desakan

penduduk menyerupai pusat-pusat perkotaan (Surya, 2015b). Reklamasi

Page 50: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

33

adalah perluasan daratan yang sebelumnya bukan daratan sebagaimana

urban sprawl.

Menurut penelitian lain, ketika cakupan permukaan tanah (yaitu

persentase atau rasio daerah tutupan dibanding luasan seluruh tanah)

mencapai 10%, maka degradasi lingkungan umumnya akan terjadi.

Reklamasi sering menyebabkan tingginya rasio cakupan permukaan

tanah lebih besar 10% dari luasan seluruh permukaan tanah (> 10%) (Ge

& Jun-yan, 2011). Perubahan penggunaan tanah mencerminkan adanya

pengaruh pada sebagian besar kegiatan manusia dan kondisi ekologi

setempat, sehingga perubahan penggunaan tanah mempengaruhi taraf

ekosistem. (Ge & Jun-yan, 2011).

Berdasarkan teori McHarg's, perencanaan penggunaan tanah

ekologis mengembangkan model seperti kue lapis, lapisan mencerminkan

kesesuaian peta tanah menggunakan pola dan mengidentifikasi tempat

yang sensitif secara ekologis dan menghasikan strategi dari analisis

(Steiner, 2011). Model ini juga menyediakan dasar-dasar teoretis sistem

informasi geografis (GIS) (Yigitcanlar & Dizdaroglu, 2015).

Setelah meninjau penelitian–penelitian dan teori sebelumnya yang

telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa telah banyak penelitian

yang merumuskan indeks keberlanjutan khususnya pada kawasan pesisir,

namun belum memperlihatkan kesamaan aspek yang diteliti untuk

dijadikan rujukan penelitian ini, sehingga memang diperlukan suatu

penelitian yang menganalisis indeks keberlanjutan yang paling sesuai

Page 51: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

34

untuk digunakan pada kawasan reklamasi. Indeks yang belum dirumuskan

yaitu indeks keberlanjutan pada kawasan reklamasi untuk kemudian

dijadikan dasar pada pembuatan model reklamasi. Model reklamasi

tersebut merupakan model struktural yang berisi variabel yang saling

terkait dan berperangaruh.

B. Indeks Keberlanjutan

Pendekatan kota berkelanjutan melibatkan semua aspek

lingkungan, sosial dan ekonomi yang secara interaktif mempengaruhi

pembangunan perkotaan maupun yang terpengaruh oleh itu, dengan

keberlanjutannya di masa depan (Keskin, 2012). Di Jakarta konsep

tentang infrastruktur perkotaan yang berkelanjutan di reklamasi pantai

utara Jakarta merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa

komponen pembangunan perkotaan yaitu kota berkomunitas pemodal,

kota berkebutuhan infrastruktur dan kota berkomponen ekologis (Azwar,

Suganda, Tjiptoherijanto, & Rahmayanti, 2013).

Indeks keberlanjutan kawasan tepian air adalah proses penilaian

dan pengelompokan indeks tertentu dalam hal keberlanjutan

peggunaannya. Indeks keberlanjutan dapat membantu stakeholder untuk

mengembangkan kawasan pesisir yang bersahabat dengan lingkungan

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mengurangi dampak

negatif dari pengembangan ekosistem laut (Lan Feng et al., 2014 ).

Selanjutnya berdasarkan teori ekologis kota, variabel – variabel yang

Page 52: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

35

berhubungan dengan penentuan keberlanjutan kota akan dianalisis

menggunakan model persamaan/ teknik analisis data struktural (SEM)

yang merupakan salah satu analisis multivariat yang menganalisis

hubungan antara variabel-variabel yang kompleks dan simultan (Azwar et

al., 2013)

Pemecahan masalah perkotaan termasuk di kawasan pesisir dapat

dilakukan dengan konsep kota berkelanjutan yang juga telah menjadi

pilihan pada akhir abad kedua puluh ini. Kota berkelanjutan pada

dasarnya berarti hubungan yang kohesif antara kota dan lingkungan.

Menurut Rogers (1998), kota berkelanjutan harus menyadari bahwa kota

perlu memenuhi tujuan sosial, lingkungan, politik dan budaya serta

ekonomi dan fisik (Baldemir, Kaya, & Şahin, 2013). Seperti yang terjadi di

berbagai kota pesisir, misalnya Semarang yang kegiatan pembangunan

wilayah tepian pantainya dan serta menjawab permasalahan dan

tantangan pembangunan, dilakukan penelitian merancang suatu desain

kebijakan pengelolaan berdasarkan konsep kota tepian berkelanjutan

dalam bentuk arahan kebijakan dan strategi (Laras et al., 2011)

Sebelumnya industri pelabuhan di berbagai kota di Jerman, seperti

negara maju lainnya, direvitalisasi menjadi kantor dan perumahan,

promenade umum, dan ruang hijau (Hölzer et al., 2008).

Penentuan posisi status keberlanjutan kota lokasi penelitian pada

setiap dimensi keberlanjutan dan multidimensi dinyatakan dengan indeks

dan status keberlanjutan. Skala indeks keberlanjutan sistem kota yang

Page 53: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

36

dikaji pada penelitian dapat mempunyai selang 0 hingga 100. Dalam

penelitian (Renald, 2015) ada 4(empat) kategori status keberlanjutan

kota. Nilai indeks dan status keberlanjutan ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2. 2 Kategori Indeks dan Status Keberlanjutan Kota

Nilai Indeks Status Keberlanjutan

0,00-25,00 Buruk (tidak berkelanjutan)

25,01-50,00 Kurang (kurang keberlanjutan)

50,01-75,00 Cukup (cukup keberlanjutan)

75,01-100,00 Baik (sangat berkelanjut

Sumber: Renald, 2015(Renald, 2015)(Renald 2015)(Renald, 2015)(Renald 2015)(Renald, 2015)(Renald 2015)

Adapula status keberlanjutan yang diukur dengan range dari 1-3 seperti

pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Kategori Indeks dan status keberlanjutan Kota

Indeks Keberlanjutan Kriteria

Berkelanjutan Nilai total 2.35 – 3.00 , salah satau nilai indikator tidak boleh kurang dari 0.75

Kurang Berkelanjutan Nilai total 1.67 – 2.34

Tidak Berkelanjutan Nilai Total 1.00 – 1.66

Sumber : (Apriyanto, Eriyatno, Rustiadi, & Mawardi, 2015)

Sejak pembangunan berkelanjutan menjadi prioritas dalam analisis proses

perencanaan, banyak penelitian telah dikembangkan untuk mempelajari

hubungan antara keberlanjutan dan kinerja pembangunan daerah

perkotaan. Berdasarkan metode yang dikembangkan oleh IUCN

(International Union for the Conservation of Nature and Natural

Resources) 1990, indeks kesejahteraan terdiri dari 87 indikator dari tiga

aspek, yaitu sosial, aspek ekonomi dan lingkungan. Indeks kesejahteraan

terdiri dari dua konsep yaitu kesejahteraan manusia dan kesehatan

Page 54: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

37

ekosistem. Indikator kesehatan ekosistem terdiri dari pemakaian tanah,

air, limbah, keanekaragaman hayati dan sumber daya (Azwar et al., 2013).

Tinjauan pustaka tentang indeks keberlanjutan terbagi atas tiga tinjauan

sebagai berikut:

1. Sistem Pembangunan Berkelanjutan

Proses evaluasi sistem pembangunan berkelanjutan adalah untuk

membangun satu set indeks atau menilai status saat ini, kecenderungan

dalam perkembangan, potensi pembangunan daerah dengan

menggunakan metode ilmiah dan sistematis (Jia et al., 2007). Penelitian

penentuan status keberlanjutan kota dinyatakan dalam indeks dan status

keberlanjutan. Skala sistem indeks yang diteliti memiliki interval dari 0

hingga 100 dengan empat kategori (Al-Shams1 et al.).

Studi ini dimaksudkan untuk merumuskan indeks keberlanjutan

reklamasi, yang berdasar pada penelitian atau teori sebelumnya sesuai

tabel 2.3 yang memperlihatkan banyak kajian keberlanjutan daerah pesisir

namun belum ada yang khusus untuk daerah reklamasi.

2. Pemilihan Indeks

Melalui perhitungan komputer, indeks yang berjumlah besar dapat

dihitung sebagai komponen yang paling berpengaruh dari suatu sistem

indeks yang komprehensif sehingga sistem ini dapat berfungsi dengan

baik. Indikator yang baik harus mudah untuk dipahami, sensitif terhadap

perubahan dan mempunyai keterkaitan antara indeks (Yua et al., 2010).

Page 55: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

38

Berdasar penellitian sebelumnya pada tinjauan pustaka tabel 2.3

diketahui bahwa indikator fisik merupakan pondasi dan indikator paling

berpengaruh yang terkait dengan aspek keberlanjutan, sehingga

penelitian ini berfokus pada aspek fisik selanjutnya aspek sosial dan

ekonomi akan dilanjutkan oleh peneliti lainnya.

Page 56: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

39

Tabel 2.3 State of the Art dari Indeks Keberlanjutan

Model infrastruktur perkotaan yang berkelanjutan di reklamasi pantai utara Jakarta

Penilaian sistem pembangunan berkelanjutan di Suihua kota, Cina

Integrasi analisis spasial kesesuaian perencanaan tanah di daerah pantai. Kuala Langat District, Selangor, Malaysia

Penilaian kesesuaian reklamasi, kerangka evaluasi komprehensif -AHP: Lianyungang, Cina

Proses analitik jaringan untuk kriteria perencanaan berkelanjutan di pesisir (Malaysia):

Penggunaan tanah: kesesuaian tanah dengan rencana penggunaannya ketersediaan ruang terbuka kepadatan bangunan akses ke transportasi umum ketersediaan transportasi umum preferensi di antara transportasi umum dan pribadi kepadatan bangunan kepadatan tingkat hunian rumah tangga pemeliharaan bangunan ruang publik ketersediaan ruang terbuka kegiatan sosial ketersediaan konservasi air layanan infrastruktur kecukupan jaringan mengangkut limbah padat peran pemisahan sampah layanan yang memadai jalan kecukupan pelayanan air limbah service jaringan energi memadai kesesuaian energi rumah tangga menggunakan peralatan hemat energi menggunakan energi alternatif

Volume Total lingkungan industri limbah gas emisi (100 juta m3) sampah gas emisi per nilai output industri 10000 yuan persentase pembuangan limbah gas (%) Volume air limbah dibuang (10000t) air limbah dibuang per 10 ribu nilai output industri (t) persentase pembuangan air limbah (%) Volume limbah padat industri habis (10000t) Volume limbah padat industri emisi per 10 ribu yuan nilai output industri (t) persentase pembuangan limbah padat (%) Polusi suara (dB) Populasi Total populasi (10000 orang) laju pertumbuhan tahunan (%) Tingkat pertumbuhan alami (‰) kepadatan penduduk (orang/km2) pendaftaran mahasiswa biasa dari lembaga pendidikan tinggi (10000 orang) pendaftaran siswa sekolah menengah (10000 orang) pendaftaran siswa sekolah dasar (10000 orang) tingkat penduduk perkotaan (%) Sumber daya Per kapita cakupan tanah (ha) konsumsi energi per 10 ribu yuan industri tingkat cakupan PDB (ton batubara standar) hutan (%) Per kapita cakupan padang rumput (ha) konsumsi air setiap 10000 yuan industri PDB (t) kawasan hutan Per kapita (ha)

Kepadatan penduduk, akses ke jalan utama akses pada fasilitas kesehatan umum akses ke pantai akses ke sekolah dengan sistem pendukung akses pada area bernilai tinggi dengan bahaya kedekatan pada daerah berisiko akibat industri

Indeks Sumber daya lingkungan jarak dari tempat-tempat menarik (DPI) jarak dari tempat wisata alam pantai (DNS) jarak dari Muara yang peka terhadap lingkungan dan lahan basah pesisir (DES) jarak dari cagar alam dan ekologi cadangan (DNR) jarak dari zona perikanan (DFR) jarak dari pantai berlumpur (DMC)

Hukum & ada rencana populasi struktur dengan fasilitas daerah-daerah berisiko

aksesibilitas Geo-bahaya

kedekatannya dengan sistem pendukung kehidupan

kedekatan dengan sumber polusi

nilai kualitas pendapatan

daerah air tanah

kesesuaian fisik

Sumber : dari berbagai rujukan.

Page 57: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

40

3. Analisis Multi Kriteria

Metode lain dalam pembentukan indeks adalah melalui metode

analisis multi kriteria yang membantu mengoptimalkan kekuatan kriteria

dan menggunakan pendekatan indikator yang komprehensif untuk

pengembangan lahan pesisir yang berkelanjutan (Pourebrahim et al.,

2010), hal yang sama dilakukan dengan pengambilan keputusan dengan

analisis multi kriteria (Reddy et al.) juga dengan model matematika untuk

menganalisis pengambilan keputusan dengan menggunakan sejumlah

besar atribut dan berbagai kriteria (Feng et al., 2014). Tahapan multi

kriteria terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama dengan

membandingkan kriteria di seluruh sistem dengan membentuk matriks,

yang dilakukan dengan analisis perbandingan pair-wise melalui

pertanyaan "yang mana lebih penting antara satu kriteria dengan kriteria

lain dengan menggunakan skala 1e9 untuk mewakili skala tidak penting

sampai sangat penting.

C. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (GIS) yaitu sistem pemaparan informasi

lokasi atau tempat di peta bumi yang dilakukan dengan perangkat

hardware (piranti keras) maupun software (piranti lunak) berbasis

komputer. Proses analisis sistem informasi geografis (GIS) biasanya

dinamakan juga sebagai mapping (pemetaan). Dalam GIS, data-data

disimpan di dalam tabular data dan spatial data (data yang memiliki

Page 58: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

41

karakteristik lokasi dan mewakili suatu tempat atau lokasi). GIS pada

pemakaiannya berhubungan dengan beberapa kumpulan data (database)

guna memberikan secara cepat informasi suatu tempat (Irina Mildawani,

Diana Susilowati, & Schiffer, 2009).

GIS digunakan untuk mengintegrasikan informasi guna melihat

permasalahan yang dihadapi, seperti perubahan guna lahan, masalah

lingkungan dan lainnya. Analisis spasial yang rumit dan kompleks serta

butuh waktu lama dapat dilakukan dengan menggunakan GIS (Akbar,

1993).

Metode pengolahan gambar standar seperti pra-pengolahan

gambar, geo-referensi, seleksi, klasifikasi dan akurasi data telah

digunakan untuk perencanaan penggunaan lahan menggunakan peta

rupa bumi melalui GIS telah dilakukan selama bertahun-tahun (Jat,

Choudhary, & Saxena). Pada awalnya, peta kadaster digunakan dalam

pemetaan penggunaan lahan dan perubahannya. Setelah abad ke-20

pemetaan lahan menggunakan foto udara, yang kemudian digantikan oleh

citra satelit multispectral.

Di masa lalu berbagai jenis pengolahan gambar digital dan teknik

matematika lainnya telah digunakan untuk penilaian pertumbuhan kota

menggunakan peta tutupan lahan menggunakan berbagai jenis produk

data penginderaan jauh (Jat et al.)

Banyak metode pendeteksian perubahan penggunaan lahan dan

pertumbuhan kota di masa lalu. Upaya lain juga dilakukan untuk

Page 59: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

42

menganalisis tutupan lahan dan pertumbuhan kota melalui analisis data

dari sumber yang berbeda dalam proses GIS. Tingkat ketidakpastian hasil

ekstraksi penggunaan lahan tergantung pada berbagai hal seperti resolusi

data, kualitas data radiometric, tingkat heterogenitas dan karakteristik iklim

lokal. Oleh karena itu, pemetaan (dengan akurasi yang baik) dan ekstraksi

tutupan lahan melalui penginderaan jarak jauh digital masih merupakan

tantangan bagi daerah-daerah yang kompleks dan heterogen seperti kota

pinggiran di negara berkembang. Berdasarkan uraian tersebut maka

analisis perubahan lahan akibat reklamasi sangat perlu menggunakan

GIS.

D. Reklamasi

Sejarah reklamasi pantai dilakukan sejak tahun 1970, di pelabuhan

Rotterdam, Belanda diperpanjang dengan pasir suppletion dari laut

(Kolman, 2012). Keberadaan reklamasi ini diperuntukkan bagi pelabuhan

yang terus dikembangkan untuk mengakomodasi kapal-kapal lain dan itu

membantu Europoort menambahkan terminal kontainer dan menjadi yang

terbesar di Eropa. (Kolman, 2012).

Selanjutnya Singapura melaksanakan reklamasi pada empat

dekade lalu untuk perumahan, industri dan kegiatan kota (syamsidik,

2004). Saat itulah awal reklamasi pantai menyebar dengan cepat di

seluruh dunia. Pada tahun 1975, pemerintah Singapura memutuskan

untuk membangun bandara baru di ujung timur Singapura. Bandara

Page 60: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

43

Changi yang sekarang terkenal, dibangun dengan lebih dari 40 juta meter

kubik pasir yang direklamasi dari dasar laut, menggunakan 7 alat hisap

Kapal Keruk bekerja 24 jam sehari.

Reklamasi pada negara kepulauan yang sangat padat juga terus

dilakukan mulai 1980-an dan 90-an hingga sekarang. Bandara Chek Lap

Kok Hong Kong dibangun untuk menggantikan bandara lama yang

penumpangnya harus menahan napas seakan-akan mereka berjalan di

tanah antara pencakar langit (Kolman, 2012). Di Jiaozhou Bay, dilakukan

karena tekanan pada daerah pesisir padat penduduk, (Yu Gea,). Di Kota

Yokohama, 1983 karena kualitas lingkungan menurun akibat industri.

Ekspansi ke laut dilakukan tidak hanya untuk bandara. Pada 1970-

an dan ' 80-an, proyek reklamasi tanah terus meningkat. Di Jepang, dekat

Kawasaki di Teluk Tokyo tanah dikembangkan untuk industri pertama

kalinya pasir diekstrak dari dasar laut dari kedalaman yang melebihi 80

meter. Pelaksanaan reklamasi ini dilakukan dengan teknik deep-hisap

yang yang membuka kemungkinan untuk reklamasi skala besar.

Selanjutnya Jurong dan Tuas di sepanjang pantai Singapura, Keelung dan

Yun Lin di Taiwan, dan sebagian besar Hong Kong seperti Penny Bay

dilakukan dengan menggunakan pompa sentrifugal, kemudian meningkat

menggunakan kapal pengerukan, yang sangat menguntungkan dari sisi

ekonomi (Kolman, 2012).

Sejarah reklamasi di Indonesia dimulai pada tahun 1990-an di

Jakarta karena kurang lahan (Azwar et al., 2013) dan Manado melakukan

Page 61: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

44

reklamasi karena perlu penataan (Aristotulus, Abdelnasser, Abdelwahab,

Woo, & Atiek, 1992). Reklamasi di Teluk Benoa dianggap dapat

dikembangkan sebagai kawasan pengembangan kegiatan ekonomi serta

sosial budaya dan agama karena saat ini Teluk Benoa Bali dinilai tidak

memenuhi kriteria sebagai kawasan konservasi perairan karena terdapat

perubahan fisik, seperti adanya jalan tol, jaringan pipa migas, dan

pelabuhan Internasional Benoa. Pertimbangan lain adalah karena

terjadinya pendangkalan. Namun reklamasi Teluk Benoa dinilai akan

berdampak buruk terhadap lingkungan hidup di Bali. Diantaranya yaitu

merusak lingkungan di daratan hingga terjadinya perubahan arus air laut

di sekitar perairan Teluk Benoa. Teluk Benoa akan mengalami perubahan

arus laut lantaran adanya pulau-pulau marina di sekitar kepulauan

tersebut, beralih kepinggiran pantai di sekitarnya (Anwar, 2016)

Dari beberapa tulisan didapatkan bahwa komponen ekologis kota

yang dapat diteliti yaitu penggunaan lahan, transportasi, bangunan, ruang

terbuka, jaringan infrastruktur dan limbah, serta sistem energi (Handley,

2003). Melalui studi evaluasi daya dukung lingkungan (M. Li, 2014)

komponen yang dapat dievaluasi adalah jenis tanah, topografi, resiko

erosi, resiko banjir, resiko longsor (Maryati, 2013). Aspek lain yang dapat

diteliti adalah ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata lingkungan dan

hukum, aspek kelayakan, perencanaan. Aspek penting dalam

pembangunan area pesisir juga dapat berupa iklim, arah angin, arus laut,

daerah banjir, topografi, struktur tanah, dataran, vegetasi, dampak

Page 62: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

45

lingkungan (Aristotulus et al., 1992). Merujuk beberapa penelitian

tersebut, maka salah satu bagian dari penelitian ini berfokus pada

dampak reklamasi pada perubahan fungsi penggunaan lahan dan garis

pantai.

Dari beberapa penelitian reklamasi dilakukan untuk membuka

kawasan baru yang berfungsi sebagai permukiman, perindustrian,

perekonomian, pertanian dan wisata. Sebagai contoh di Tianjian salah

satu kota terbuka pesisir terbesar di utara Cina, reklamasi berfungsi

sebagai kawasan pelabuhan dan kawasan industri (K. Li, Liu, Zhao, &

Guo, 2010). Reklamasi di Brownfield merubah kawasan industri dan lahan

komersial menjadi kawasan permukiman yang membawa penduduk lebih

dekat ke air (Andrade, 2012). Reklamasi di Jiaozhou Bay sebagai

permukiman, jasa dan produksi barang dan memberikan ruang hidup bagi

manusia (Ge & Jun-yan, 2011). Keterbatasan lahan akibat kondisi alam

berupa pegunungan, sungai dan laut mendesak pemerintah mencari

solusi dengan reklamasi untuk permukiman dengan “new land in the sea“

(René Kolman, 2012). Sementara itu reklamasi di Yokohama pada

kawasan Minato Mirai21 Jepang, difungsikan sebagai kawasan

permukiman, jasa dan publik melalui revitalisasi kawasan yang menurun

kualitas lingkungannya karena tekanan industri. Dari rujukan ini maka

kami mengambil fungsi penggunaan lahan dikategorikan menjadi

permukiman, jasa, pendidikan, olahraga, taman, pariwisata dan lainnya.

Page 63: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

46

E. Model

Penggunaan model sebagai alat bantu dalam proses pengambilan

keputusan sudah sejak lama dikenal. Model-model yang digunakan telah

berkembang pesat mulai dari model yang sederhana hingga yang relatif

rumit menggunakan komputer. Pemodelan yang dilakukan tidak hanya

memprediksi gejala suatu sistem, tetapi juga bertujuan meningkatkan

pengertian terhadap gejala-gejala yang diamati (Kris, 1991).

Model merupakan suatu pengganti sistem yang

sesungguhnya untuk memudahkan pekerjaan sebagai pengganti

dari sistem yang sebenarnya. Model adalah representasi beberapa

aspek dari sistem yang nyata yang berguna untuk mempelajari

sesuatu hal yang baru. Pemodelan adalah suatu proses yang

berulang melalui percobaan dan perbaikan kesalahan (trial and

error). Model ini biasanya dibangun melalui langkah-langkah yang

kompleks hingga pada suatu bentuk simulasi yang teliti dan dinamis.

Sebuah model dapat berupa bentuk, ukuran dan corak. Hal ini

sangat penting untuk menekankan bahwa model bukanlah dunia

nyata tetapi dibangun untuk membantu manusia dalam memahami

sistem di dunia nyata. Secara umum semua model memiliki

masukan (input) informasi, pemrosesan informasi (processing), dan

hasil yang diharapkan (output). Unsur-unsur pokok yang secara

umum digunakan dalam pengembangan suatu model yaitu:

Page 64: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

47

(1)pembuatan asumsi yang disederhanakan, (2) identifikasi batasan

kondisi atau kondisi awal, dan (3) pemahaman terhadap tingkat

penerapan model (Taridala, 2017)

Model merupakan suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu

gejala atau struktur atau sistem atau gambaran (abstraksi) suatu sistem.

Pada prinsipnya setiap sistem selalu memiliki unsur-unsur sistem atau sub

sistemnya, dan antara unsur atau sub sistem yang satu dengan yang lain

saling bergantung, berhubungan, dan berinteraksi untuk menjalankan

kinerja atau fungsi utama sistem (Soesilo & Karuniasa, 2014). Penelitian

ilmu lingkungan, terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk

membangun suatu model. Metode-metode tersebut seperti model systems

dynamic,Analisis Hirarki Proses (AHP), dan Structural Equation Modeling

(SEM). Pemodelan System dynamics adalah pengelolaan model yang

kompleks, dinamis, non-linear, dan memiliki feedback, dengan

menggunakan perangkat bantu simulasi yang dilakukan oleh pemodel

dengan menerapkan siklus permodelan (Soesilo & Karuniasa, 2014).

Sistem dinamik tersebut pada mulanya di inisiasi oleh J. W Forrester pada

tahun 60-an, dikembangkan dari ilmu keteknikan (control system) untuk

memecahkan masalah-masalah manajemen ketehnikan (engineering

management) yang bersifat sistemik, rumit dan cepat berubah

(Muhammadi., Aminullah, & Soesilo, 2001).

Selanjutnya permodelan dengan metode Analisis Hirarki Proses

(AHP), dikembangkan oleh Thomas L. Saaty awal tahun 1970-an. Metode

Page 65: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

48

AHP ini adalah salah satu metode pengambilan keputusan dimana faktor-

faktor logika, intuisi, pengalaman, emosi, dan rasa dicoba untuk

dioptimasikan dalam proses yang sistematis (Pratiwi, 2009). Penggunaan

metode ini efektif untuk melakukan analisis pengambilan keputusan.

Metode lainnya untuk permodelan ilmu lingkungan yaitu Structural

Equation Modeling (SEM). Definisi SEM menurut Schumacker dan Lomax

(1996) adalah sebuah pendekatan yang meliputi pengembangan model

pengukuran dalam rangka mendefinisikan variabel-variabel laten. Oleh

karena itu SEM disebut juga sebagai analisis variabel laten (laten variable

analysis) (Renald, 2015).

SEM adalah susunan beberapa persamaan regresi berganda yang

terpisahkan tetapi saling berkaitan. Kemudian susunan persamaan ini

dispesifikasikan dalam bentuk model pengukuran dan persamaan model

struktural dan diestimasi oleh SEM secara simultan.Kedua, kemampuan

SEM untuk menunjukkan konsep-konsep tidak teramati (unobserved

concepts) serta hubungan-hubungan di dalamnya. Selanjutnya Wijanto

(2008), menyatakan bahwa SEM memainkan berbagai peran, di

antaranya sebagai sistem persamaan simultan, analisis kausal linier,

analisis lintasan (path analysis), analysis of covariance structure dan

model persamaan struktural.

Metode pemodelan SEM adalah metode yang dianggap tepat atau

sesuai, relevan untuk digunakan dalam penelitian ini dengan

pertimbangan bahwa metode tersebut secara langsung menguji

Page 66: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

49

serangkaian hubungan yang memiliki ketergantungan secara simultan,

dan mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian secara

komprehensif dari exploratory ke confirmatory (Renald, 2015)

Model reklamasi juga dapat memperkirakan luas yang diijinkan

untuk dilakukannya reklamasi pada suatu kawasan perairan, dengan

memberikan dukungan ilmiah untuk pelaksanaan mekanisme pembatasan

reklamasi pantai. Dasar pemikirannya adalah untuk memaksimalkan

keuntungan bersih reklamasi pantai dari beberapa kendala yang ada

dilapangan. Berbagai manfaat dan biaya, termasuk biaya ekologi atau

lingkungan pada kawasan reklamasi pantai, secara sistematis diukur

(Peng et al., 2013).

Dari tinjauan yang dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan

model struktural SEM yang menggambarkan hubungan atau relasi antar

beberapa variabel yang dianggap penting dan saling terkait untuk menilai

keberlanjutan suatu kawasan reklamasi.

F. Kota Pesisir

Menurut Charles (2008), pengembangan konsep kota pesisir

merupakan cara pemecahan masalah perkotaan yang terfokus pada

masalah kultur dan budaya. Hal tersebut dilakukan dengan membuat

keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan preservasi di daerah pesisir

menjadi kawasan terpadu (mixed used) dengan revitalisasi tepian air dan

perlindungan ikan dan margasatwa, ruang terbuka hijau dan akses publik

Page 67: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

50

ke garis pantai, pencegahan erosi dan bahaya banjir. Menurut Vollmer

(2009), rehabilitasi kawasan tepian air dilakukan untuk perlindungan

lingkungan negara berkembang. Toronto merupakan wilayah tepian danau

tercemar berat, dengan penggunaan konsep kota tepian air, dalam waktu

singkat dari tahun 1980 sampai tahun 2000 telah dapat meningkatkan

tahapan pengelolaan dari semula pendekatan ekosistem dengan prinsip:

lingkungan sehat, pemulihan ekonomi, keberlanjutan, dan kesejahteraan

masyarakat menjadi pendekatan global dengan prinsip peningkatan

efektivitas dan kreativitas (Laras et al., 2011)

Teori yang dipakai dalam penelitian kota pesisir biasanya mengacu

pada Brenn dalam bukunya Waterfront: cities reclaim their edge (1994),

dimana kawasan perairan dibagi berdasarkan fungsi-fungsi tertentu

seperti pesisir budaya, pesisir berdasarkan lingkungan, pesisir sejarah,

pesisir yang multi fungsi, pesisir rekreasi, pesisir untuk permukiman, dan

pesisir untuk bekerja (Mentayani et al., 2013)

Pembagian klasifikasi menurut Brenn adalah pembagian klasifikasi

yang berstudi di Benua Amerika dan Eropa, sedangkan Torre dalam

bukunya Waterfront Development (1989) juga memberikan 4 (empat)

klasifikasi pengembangan kawasan tepian air yaitu Thema, Images,

Experience, dan Function. Dalam project report di Kota San Francisco

(1997) dituliskan komponen konseptual dalam pengembangan kota yang

umumnya dijadikan acuan dalam penelitian adalah kelangsungan, urutan,

beragam, konektivitas. Namun perkembangan keilmuan kawasan tepian

Page 68: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

51

air tahun 1990-an khususnya pada bagian Benua Amerika dan Eropa

tentunya tidak dapat menjadi formula global karena kekayaan dan varian

kawasan tepian air dunia khususnya di Indonesia merupakan kawasan

yang berbeda-beda. Disamping itu pembahasan kota Houzou di China

dalam Buku Back to Water Cities (2010) menghasilkan beberapa poin

tentang hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

keruangan kota perairan, yaitu sistem keairan yang berkelanjutan,

pedestrian dan struktur kota yang ramah pada pesepeda, dan ruang

terbuka yang mengundang untuk didatangi (Mentayani et al., 2013).

Bentuk nyata model ini umumnya sudah diterapkan pada beberapa

kawasan di Indonesia yaitu:

1. Waterfront Aerocities, yaitu kawasan bandara yang berada pada tepian

laut sebagai potensi ke depan kawasan kota bandara yang terintegrasi

dengan kawasan perairan. Beberapa embrional arsitektur sudah

diterapkan pada bandara Kota Padang, Balikpapan, dan Makasar.

2. Waterfront Super Block, yaitu kawasan super block ataupun kawasan

bangunan dengan skala skyscraper yang terintegrasi dengan kawasan

perairan. Beberapa embrional yang sudah terbangun yaitu kawasan

Regata dan Kawasan Mall Balikpapan.

3. Waterfront Ecoscape, yaitu kawasan perairan yang didominasi oleh

sabuk hijau serta ruang-ruang ekologi yang dapat digunakan sebagai

ruang publik masyarakat dengan komposisi hijau yang lebih banyak.

Page 69: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

52

4. Waterfront Artificial Island, yaitu kawasan buatan, dimana keruangan

perairan Indonesia sangat berpotensi dalam format artificial island.

Preseden yang sudah ada yaitu pada kota Dubai (palm island) dengan

artificial island yang berfungsi sebagai permukiman eksklusif serta

beberapa artificial island pada Teluk Tokyo dan Osaka yang

difungsikan sebagai pelabuhan besar (Mentayani et al., 2013)

5. Kota pantai menjadi lokasi perkotaan dengan pasir yang tersebar di

ruang terbuka menjadikan kawasan ini menjadi pemandangan tepian

dengan akses ke air dengan peralatan pelengkap misalnya kursi,

payung pantai, pohon-pohon palem, dan pondok- pondok jerami

(Stevens, 2011).

Pelabuhan perkotaan sangat ideal untuk digunakan sebagai tempat

rekreasi seperti ruang terbuka pesisir, untuk pembangunan perumahan

dan komersial yang menikmati laut baik melihat, untuk mengatur industri

air-terkait, untuk transportasi air dan layanan terkait, dan untuk

peningkatan kualitas lingkungan umum (Kris, 1991).

Tak dapat disangkal, kota pesisir adalah sumber daya yang

berharga di di perkotaan termasuk Hong Kong, yang jika digunakan

dengan benar, akan memberikan kontribusi untuk kemakmuran daerah.

Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa peluang pengembangan

daerah pesisir benar dieksploitasi dan menampung menggunakan tanah

yang tepat penghuni pesisir (Kris, 1991). Menurut Routledge (1999),

peningkatan kualitas air merupakan pendorong sangat penting bagi

Page 70: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

53

kemajuan perekonomian. Menurut Vollmer (2009), rehabilitasi pesisir

dapat menyumbangkan kemajuan perbaikan lingkungan di dunia yang

sedang berkembang. Sehingga konsep kota tepian air selama ini adalah

pengembangan kawasan tepian untuk menampung penduduk yang

membangun kawasan berdasar nilai budaya, ekonomi dan fisik.

G. Kerangka Konseptual

Secara umum kerangka konseptual penelitian dapat diartikan

sebagai cara berpikirnya seorang penulis untuk menyelesaikan

permasalahan penelitian, yang dituangkan dalam bentuk diagram.

Gambar kerangka konsep menggambarkan hubungan keterkaitan

variabel-variabel penelitian. Penyusunan kerangka konsep dilakukan

dengan penelaahan pustaka secara sistematis dan mendalam, yaitu

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Berdasarkan studi pustaka

yang dilakukan dapat diketahui indeks yang mempengaruhi keberlanjutan

kawasan reklamasi. Indeks keberlanjutan yang telah diteliti sebelumnya

merupakan indeks keberlanjutan pada kawasan pesisir atau kawasan

perkotaan lainnya, penelitian ini merumuskan indeks khusus kawasan

reklamasi yang berfokus pada pilar fisik dari tiga pilar keberlanjutan, yakni

ekonomi dan sosial. Untuk lebih jelasnya kerangka konsep penelitian

dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Page 71: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

54

Page 72: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

55

H. Hipotesis

Berdasarkan uraian mulai dari latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian dan kerangka berpikir, maka hipotesis sebagai jawaban

sementara atas pertanyaan penelitian yang menyatakan hubungan sebab

akibat, dan akan dibuktikan kebenarannya, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat dampak yang signifikan terhadap perubahan penggunaan

lahan dan garis pantai kemungkinan akibat adanya reklamasi di

kawasan pesisir Kota Makassar.

2. Keberlanjutan kawasan reklamasi pesisir di Kota Makassar dan Kota

Jakarta akan tercapai bila mengintegrasikan seluruh indeks

keberlanjutan reklamasi (IKR) dalam pengelolaan kawasan

reklamasi.

3. Penerapan model reklamasi yang berkelanjutan melalui unsur-unsur

indeks keberlanjutan yang saling terkait dapat meningkatkan

keberlanjutan kawasan pesisir.

Page 73: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

56

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian diharapkan dapat memudahkan jalannya

penelitian sehingga dapat mengeksplorasi konsepsi dimulai dari

identifikasi dampak reklamasi terhadap penggunaan lahan dan garis

pantai di Kota Makassar, dilanjutkan dengan perumusan indeks

keberlanjutan khusus kawasan reklamasi hingga ditemukannya model

yang dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan reklamasi yang

berkelanjutan sesuai gambar 3.1.

Penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu tahap pertama

dilakukan penelitian identifikasi dampak reklamasi pada Kawasan

Reklamasi di Kota Makakssar, tahapan kedua melakukan penelitian

literatur melalui perumusan indeks keberlanjutan khusus untuk kawasan

reklamasi dari literatur/teori sebelumnya yang membahas tentang indeks

keberlanjutan. Tahapan ketiga penelitian dilanjutkan dengan menguji

penggunaan indeks pada dua kawasan reklamasi yaitu Kota Makassar

dan Kota Jakarta dengan analisis Sistem Informasi Geografis (GIS).

Tahapan keempat adalah merumuskan model reklamasi secara

berkelanjutan dengan menggunakan indeks keberlanjutan yang dihasilkan

pada tahapan kedua kemudian menguji kelayakan model dengan

Page 74: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

57

beberapa uji kelayakan sehingga dihasilkan model yang sesuai untuk

digunakan.

Waktu pelaksanaan penelitian adalah sejak Agustus 2015 hingga

Desember 2016.

Tahapan penelitian digambarkan sebagai berikut:

1. Penelitian awal dilakukan untuk melihat apakah benar ada dampak

pada kawasan pesisir setelah dilakukannya reklamasi yaitu dengan

melakukan tumpang tindih peta dengan teknik GIS serta menghitung

jumlah perubahan lahan dan panjang garis pantai pada dua periode

waktu serta mengkonfirmasi ke lapangan dengan suvey awal untuk

mengeksplorasi dampak reklamasi terhadap perubahan penggunaan

lahan dan garis pantai pada pantai di Kota Makassar.

2. Penelitian selanjutnya merumuskan indeks keberlanjutan dari

penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya namun belum

mengkhususkan pada indeks keberlanjutan reklamasi. Studi ini bersifat

studi literatur dengan menyederhanakan banyak indeks melalui

analisis teknik Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Expert Choice

yang menghasilkan suatu indeks baru yang diberi nama Indeks

Keberlanjutan Reklamasi (IKR).

3. Indeks Keberlanjutan Reklamasi (IKR) kemudian diuji validasi pada

dua kasus kawasan Reklamasi yaitu Makassar dan Jakarta dengan

menggunakan analisis Sistem Informasi Geografis (Appeaning Addo et

al.).

Page 75: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

58

Gambar 3.1. Rancangan penelitian (Sumber: Peneliti, 2017)

Page 76: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

59

4. Penelitian tahap keempat kemudian dilanjutkan dengan merumuskan

model reklamasi melalui survey penyebaran kuesioner yang berisi

pendapat masyarakat tentang reklamasi dan indikator yang terkait

dengan reklamasi pada kawasan reklamasi Makassar yang hasilnya

digunakan untuk membuat model dengan teknik analisis Structural

Equation Model (SEM). Model lalu diuji kelayakannya dan akhirnya

ditemukan model yang tepat untuk mengukur apakah suatu kawasan

reklamasi dikatakan berkelanjutan atau tidak dengan menggunakan

indeks keberlanjutan reklamasi (IKR).

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini terdiri atas beberapa sub penelitian. Sub penelitian

ada yang dilakukan hanya di Kota Makassar, namun ada juga yang

dilakukan pada dua lokasi kasus penelitian pengujian indeks keberlanjutan

yang dihasilkan pada sub penelitian sebelumnya, yaitu di wilayah

reklamasi Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan dan Pantai Utara

Kota Jakarta yang juga wilayah reklamasi.

1. Lokasi Penelitian di Kota Makassar

Reklamasi pantai di Kota Makassar dilakukan secara sporadis dan

belum sepenuhnya mengacu pada aturan yang berlaku. Kondisi pantai

menjadi berubah, baik penggunaan lahannya maupun kondisi garis pantai.

Sehingga diperlukan penelitian yang terkait reklamasi di Kota Makassar.

Page 77: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

60

Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak reklamasi terhadap

perubahan fungsi lahan dan garis pantai di Kota Makassar.

Secara geografis Kota Makassar terletak di pesisir barat bagian

Selatan Sulawesi Selatan pada koordinat antara 119°18’27,97” hingga

119°32’31,03” Bujur Timur dan 5°30’18”-4°49’5” Lintang Selatan. Kota

Makassar adalah ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dan kota terbesar

keempat di Indonesia dengan luas 175.79 km2 dengan garis pantai 52.8

km, terdiri dari tanah utama Pantai 36,1 Km, dan kecil pulau 16.7 km.

Penelitian ini dilakukan di zona Pesisir Selatan Makassar, Sulawesi

Selatan, yang dideliniasi berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi

Selatan Nomor 17 tahun 2008 tentang Rencana Detail Tata Ruang

Kawasan Global bisnis terpadu. Lokasi ini terbentang dari depan pantai

losari lalu ke pantai Tanjung Bunga, hingga di Kawasan Barombong

dengan luas sekira 1000 Ha.

Page 78: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

61

Gambar 3.2. Posisi wilayah penelitian Kota Makassar Sumber : BIG

Gambar 3.3. Batasan wilayah pesisir pada penelitian

Page 79: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

62

Gambar 3.4. Peta Orientasi Wilayah Penelitian pada Citra Kota Makassar Sumber : Citra Ikonos 2014

Page 80: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

63

2. Lokasi Penelitian Pantai Utara Jakarta

Wilayah studi berada di Provinsi DKI Jakarta, dimana kebijakan dan

kondisi di sini akan sangat berpengaruh terhadap wilayah studi.

a. Luas Wilayah dan Batas Administrasi

Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6o 12‟‟ LS dan 106o 48‟‟ BT

dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ±7 meter di

atas permukaan laut. Kondisi morfologi berupa dataran rendah sebesar 40

persen dari wilayah, bentuk topografi cenderung landai, dilintasi 13 (tiga

belas) sungai. Berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 Tahun 2007, luas

wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah 7.639,83 km2, dengan luas daratan

662,33 km2 (termasuk 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu) dan

luas lautan 6.977,5 km2.

Provinsi DKI Jakarta memiliki batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Provinsi Jawa Barat

Sebelah Selatan : Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat

Sebelah Barat : Provinsi Banten

Berdasarkan Undang-Undang No 29 Tahun 2007 Tentang

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, berfungsi sebagai ibukota Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan sekaligus sebagai daerah

otonom pada tingkat provinsi. Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai

ibukota NKRI memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung

Page 81: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

64

jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan, dan tempat

kedudukan perwakilan negara asing serta pusat/perwakilan lembaga

internasional (Pohan, 2010).

DKI Jakarta sebagai pusat pertumbuhan nasional dan internasional

hub menjadi pusat perekonomian, sosial budaya, serta pusat berbagai

kegiatan internasional. Sebagai konsekuensi dari berbagai predikat yang

disandang tersebut, maka DKI Jakarta selayaknya menjadi kota yang

aman dan nyaman untuk beraktifitas.

b. Topografi

Jakarta merupakan kota delta yang dilintasi oleh 13 sungai dan

diapit oleh 2 (dua) sungai besar di sebelah timur Sungai Citarum dan

sebelah barat Sungai Cisadane. Dua sungai besar ini membawa lebih

banyak bahan erosi sehingga terjadi pengendapan yang lebih banyak dari

sungai lainnya. Keadaan ini menyebabkan pergeseran garis pantai pada

wilayah kedua muara sungai, sehingga terbentuk delta dan semenanjung

yang menjorok ke laut, sehingga terbentuklah Teluk Jakarta.

Proses pembentukan wilayah di sepanjang pantai Teluk Jakarta

dipengaruhi oleh dua faktor :

(1) Muara sungai yang kandungan sedimennya tinggi akan lebih cepat

mengalami pembetukan lahan pantai baru jika dibandingkan dengan

muara sungai-sungai yang kandungan sedimennya rendah. Selanjutnya

dalam masa ribuan tahun terbentuklah dataran lebar yang disebut dataran

alluvial (dataran endapan). Proses sedimentasi yang berlangsung

Page 82: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

65

bertahun-tahun mengakibatkan dataran Jakarta semakin melebar,

menggeser garis pantai rata-rata enam sampai sembilan meter per tahun.

Peristiwa ini mengakibatkan bertambah lebarnya dataran alluvial, maka

dataran rendah menjadi lebih landai;

(2) Iklim yang menimbulkan angin pada musim angin barat meniup ke

arah daratan. Hempasan air laut dapat menghalangi pembentukan lahan

yang bergantung pada perbandingan antara arus sungai dan besar

kecilnya kandungan sedimen yang terbawa. Pembentukan Teluk Jakarta

ada yang berlangsung cepat, agak lamban bahkan juga terjadi

penggerusan dari lahan pantai, di bagian timur antara Kalibaru sampai

Marunda, pantai semakin mundur, akibat terkikis oleh abrasi laut.

c. Erosi Pantai/Abrasi

Abrasi pantai di kawasan pesisir Jakarta, terutama di beberapa

lokasi disebabkan oleh aktivitas manusia seperti kegiatan reklamasi

sebagian pantai, pengambilan terumbu karang dan menipisnya hutan

mangrove. Abrasi terjadi di beberapa lokasi di pantai Utara Jakarta bagian

Timur dan Barat. Pembangunan tambak di Bagian Barat perairan Teluk

Jakarta menyebabkan kawasan tersebut mengalami kehilangan pelindung

pantai alami berupa tanaman mangrove. Pantai Marunda juga mengalami

erosi, namun hingga saat ini belum membentuk keseimbangan alam,

dimana suplai sedimen tidak mencukupi untuk menutup defisit yang

diakibatkan oleh abrasi dan pengambilan pasir. Beberapa usaha yang

telah dilakukan oleh dinas terkait dalam menanggulangi permasalahan ini

Page 83: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

66

adalah pembuatan pemecah gelombang untuk mengurangi tekanan air

laut yang dapat menggerus pantai serta penanaman dan penghijauan

kembali hutan magrove di sekitar wilayah tersebut (Renald, 2015)

d. Gambaran Wilayah Penelitian

Penilaian menggunakan IKR diuji di daerah reklamasi Jakarta.

Wilayah studi mencakup total luas 3.638,54 hektare (ha), disepanjang

bagian Utara Jakarta (gambar 7.1). Di era globalisasi, dampak

perkembangan ekonomi memperkuat kecenderungan berkumpulnya

kegiatan ekonomi di Jakarta. Dampak yang sangat nyata adalah

permintaan yang meningkat pada penggunaan ruang perkotaan. Secara

fisik, perkembangan Jakarta sejak empat dekade terakhir dicirikan oleh

peningkatan pembangunan kota, berakibat pada berubahnya kawasan

konservasi menjadi kawasan terbangun, terutama di daerah pinggiran

kota (Azwar et al., 2013).

Di sisi lain, Jakarta yang meliputi daerah 662 km2 sejak perluasan

kota pada tahun 1972, tidak dapat lagi melakukan perluasan daerah

administrasi. Sekitar 67% dari luas daratan Jakarta telah dikembangkan

dan tersisa 33% daerah yang belum ditetapkan. Sehingga pada 1990-an

dipikirkan kemungkinan membuka lahan baru melalui teknologi reklamasi

di Pantai Utara Jakarta (Azwar et al., 2013).

Page 84: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

67

3. Waktu Penelitian

Waktu dan kegiatan penelitian ditampilkan pada tabel 3.1.

Gambar 3.5. Peta Citra Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta

Page 85: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

68

Tabel 3.1. Rencana Kegiatan Penelitian

NO.

URAIAN KEGIATAN

2015 2016 2017

JU

L

SE

P

OK

T

NO

V

DE

S

JA

N

FE

B

MA

AP

R

ME

I

JU

N

JU

L

AG

S

SE

P

OK

T

NO

V

DE

S

JA

N

FE

B

MA

AP

R

ME

I

JU

N

JU

L

AG

S

SE

P

OK

T

1 Tinjauan Pustaka

2 Seminar Nasional I (seminar dan prosiding)

18

12

3 Kolokium

4 Prelium (ujian prakualifikasi)

5

MK Pilihan Penunjang Disertasi Lintas Disiplin Ilmu (Labo/Prodi, Fak/Univ)

6 Penelitian Kolaboratif Labo II

7 Persiapan Penelitian Lapangan

8 Penelitian Disertasi

9 Seminar Internasional (seminar dan prosidings)*

10 Publikasi Jurnal Nasional

11 Publikasi Jurnal Internasional

12 Penulisan Disertasi

13 Kolokium II (Hasil Penelitian Disertasi)

4

14 Ujian Prapromosi (ujian tertutup Disertasi)

18

15 Ujian Promosi (ujian terbuka Disertasi)

23

Ket :

Sudah dilaksanakan

Sementara /akan dilaksanakan

Page 86: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

69

C. Populasi dan Teknik Sampel

Populasi adalah himpunan semua individu yang dapat memberikan

data dan informasi untuk suatu penelitian, maka populasi dapat diartikan

sebagai sekumpulan individu yang ditentukan oleh penulis yang dapat

memberikan data atau informasi terkait objek penelitian (Renald, 2015).

Populasi dari penelitian ini adalah penduduk yang tinggal pada kawasan

reklamasi Pantai Makassar.

1. Jenis Sampel

Pada penelitian ini ada dua jenis sampel yang diambil yaitu sampel

berupa lokasi penelitian yaitu Makassar dan Pantai Utara Jakarta dan sampel

yang digunakan untuk merumuskan model yaitu sebagian populasi yang

tinggal di Pantai Makassar. Penentuan sampel penelitian adalah sebagian

dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh

populasi. Tahap pertama menentukan kecamatan berdasarkan purposive

sampling yaitu metode pemilihan sesuai tujuan dengan memilih kota dan

kecamatan yang termasuk sebagai Kawasan Reklamasi. Tahap kedua teknik

pengambilan sampel yang dipilih adalah dengan teknik Purposive Sampling

yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan ssuai tujuan

penelitian.

2. Ukuran sampel penelitian

Penentuan jumlah sampel penelitian berdasarkan pada seberapa

besar ukuran sampel yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang

Page 87: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

70

dapat diterima untuk membangun model yang valid dan fit. Ada beberapa

petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel dalam

menganalisis data dengan menggunakan SEM tersebut. Menurut Bentler

dan Chou, 1987, ukuran sampel yang dimiliki (n) diharapkan mendukung

rule of thumb (petunjuk praktis) berupa rasio minimum 5 (lima) responden

untuk setiap indikator dengan estimasi Robust Maximum Likehood

(Schumacker dan Lomax, 1996). Penelitian dengan menggunakan SEM

harus memenuhi rule of thumb tersebut, sebagai contoh penelitian inti

terdiri atas 30 jenis pertanyaan kuesioner, maka jumlah kebutuhan data

adalah 30x5=150 data dari 150 responden sehingga memenuhi syarat

untuk diujikan dengan model SEM. Masing–masing variabel laten tingkat

pertama (first order) dihitung mulai variabel laten (Latent Variable Scores)

menjadi nilai indikator dan konstruk (Renald, 2015).

Selanjutnya Dachlan (2014) berpendapat bahwa untuk keperluan

deskripsi, ukuran sampel kurang dari 100 dikatakan kecil, 100 hingga 200

dikatakan “medium” dan diatas 200 dikatakan “besar”. Lebih lanjut

Dachlan (2014) menyatakan bahwa ukuran sampel yang lebih kecil dari

100 kebanyakan tipe analisis SEM tidak dapat digunakan, kecuali untuk

analisis terhadap model yang sederhana. Model yang kompleks

membutuhkan ukuran sampel yang lebih besar dari 200 (Renald, 2015).

Berdasarkan pendapat para ahli pemodelan SEM tersebut, maka

peneliti mengambil ukuran sampel 270 (ukuran sampel besar, Dachlan

2014) karena menurut penulis model yang akan dibangun diasumsikan

Page 88: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

71

kompleks. Namun dari 270 sampel tersebut, sampel yang diyakini dapat

menghasilkan model yang valid dan fit berjumlah 250 sampel.

D. Instrumen Pengumpul Data

Penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data

dilakukan dengan survey literatur, observasi, wawancara, dan materi

visual yang kemudian dilakukan kajian dan analisis sesuai dengan

permasalahan berdasarkan dengan teori yang ada.

Penelitian ini diawali dengan melakukan persiapan dengan

membuat kerangka penelitian yang akan memperjelas proses dan metode

penelitian. Langkah-langkah penelitian disusun secara teratur dan

sistematis untuk memudahkan jalannya penelitian baik penelitian yang

bersifat literatur, peninjauan lapangan dan pengumpulan data, analisis

data yang dikumpulkan, menganalisis indeks keberlanjutan dari beberapa

teori dan pustaka hingga membuat model reklamasi berdasar model-

model yang telah ada kemudian diuji dikota tepian air Kota Makassar.

Kerangka penelitian dibutuhkan sebagai alat yang akan membantu dalam

mengumpulkan data dan informasi yang akan disusun dalam suatu

rangkaian penelitian berupa sub-sub tema penelitian secara berurut pada

laporan penelitian.

Page 89: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

72

1. Persiapan

Menyusun kerangka penelitian yang berisi langkah-langkah

penelitian secara sistematis berdasar latar belakang, isu, rumusan

masalah, landasan teori dan alat analisis yang digunakan.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui dua cara

yaitu berupa studi literatur, observasi pengumpulan data primer di

lapangan, wawancara, dan materi visual (peta). Pengumpulan data

literatur dilakukan sebagai upaya eksploratif dengan menggunakan peta

serta alat penunjang yang dibutuhkan saat sebelum penelitian di

lapangan, misalnya menggunakan peta citra pada instansi terkait sebelum

dilakukannya reklamasi tahun 2001 dan foto citra setelah dilakukannya

reklamasi tahun 2014 dan dioverlay sehingga didapatkan peta perubahan

penggunaan lahan. Studi literatur juga dilakukan saat perumusan indeks

keberlanjutan yaitu mengeksplorasi penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya dan merumuskan indeks yang tepat khusus untuk

kawasan reklamasi.

Pengumpulan data primer diambil dilapangan berupa pendapat dari

masyarakat melalui kuesioner untuk perumusan model reklamasi yang

berkelanjutan.

Page 90: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

73

Tabel 3.2. Jenis Data

Jenis Data yang

Digunakan

Spesifikasi Data

Sumber Data Ekstraksi Data Hasil Ekstraksi/

Output

Data Sekunder Peta citra Makassar

Peta Citra Iconos 2001

Dinas Tata Ruang dan Permukiman Prov. Sulsel

Overlay dengan analisis GIS

Luasan dan jenis penggunaan lahan

Data Sekunder Peta citra Makassar

Peta Geoeye 2014

Dinas Tata Ruang dan Permukiman Prov. Sulsel

Overlay analisis GIS

Luasan dan jenis penggunaan lahan

Data Sekunder Peta citra Makassar

Peta Geoeye Juni 2014

Dinas Tata Ruang dan Permukiman Prov. Sulsel

Citra dikoreksi geometri. Dilanjutkan metode rectifikasi peta. Lalu dianalisis GIS dengan menggunakan IKR

Diperoleh hasil keberlanjutan kawasan

Data Sekunder Peta citra Jakarta

Pleiades satellite images 2013.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

Citra dikoreksi geometri. Dilanjutkan metode rectifikasi peta. Lalu dianalisis GIS dengan menggunakan IKR

Diperoleh hasil keberlanjutan kawasan

Data Sekunder RDTR Kawasan Reklamasi Jakarta

Soft copy Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jakarta

Analisis GIS sebagai dasar penentuan kawasan reklamasi

Diperoleh hasil keberlanjutan kawasan

Data Primer Hasil wawancara

Menggunakan tabel pair wise yang memberi pilihan 1-9 tingkat, seberapa penting 1 kriteria dari kriteria lainnya

Wawancara dengan 3 orang expert: akademisi, profesional, pejabat pemerintahan

Hasil dari pair wise dianalisis AHP

Menghasilkan rangking indeks mana yang paling penting digunakan dalam melakukan reklamasi berkelanjutan

Data Primer Hasil wawancara

Menggunakan kuesioner untuk mengetahui tanggapan terhadap reklamasi yang berkelanjutan

Masyarakat sekitar kawasan reklamasi Makassar

Dianalisis dengan SPSS dilanjutkan dengan SEM diuji dengan uji kelayakan

Menghasilkan model reklamasi berkelanjutan

Page 91: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

74

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan aspek penelitian yang memberikan

informasi tentang indikator dan variabel-variabel utama yang digunakan

dalam penelitian yang diberi batasan dan pemahaman. Definisi

operasional merupakan penjelasan cara mengukur suatu variabel yang

telah dipilih oleh peneliti. Definisi operasional variabel utama ditunjukkan

pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Metode Pengukuran

1. Reklamasi pantai Penimbunan dan pengeringan perairan laut di tepi pantai di perkotaan untuk dimanfaatkan menjadi kawasan budidaya

Observasi dan Kuesioner

2. Pesisir Daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil), yang dimaksud pesisir pada penelitian ini adalah pesisir pantai kota Makassar yang dibatasi oleh Peraturan Gubernur Nomor 17 tahun 2013 tentang Kawasan Global Bisnis Terpadu seluas 1000 Ha, mulai dari pantai Losari , Pantai Tanjung Bunga hinga ke Pantai Barombong.

Observasi

3 Indeks Keberlanjutan

Rasio antara dua unsur penunjuk dalam mendukung kemampuan lingkungan untuk bertahan yang terkait dengan reklamasi adalah indeks sumber daya pesisir, indeks infrstruktur dan indeks bangunan

Studi literatur

4 Sumber Daya Pesisir

Unsur lingkungan hidup yang berada pada kawasan pesisir, terdiri atas persentase tutupan hijau (%) dari luas kawasan reklamasi, ketersediaan daerah konservasi air (yang dinilai ada atau tidaknya kawasan tersebut pada daerah reklamasi) dan tutupan lahan perkapita yang digunakan untuk hidup (%).

Observasi dan Kuesioner

Page 92: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

75

5 Bangunan Konstruksi yang ditanam atau dilekatkan dalam suatu lingkungan digunakan untuk menunjang penggunaan yang meliputi jarak kedekatan (M) kawasan reklamasi terhadap keberadaan muara sungai, jarak kawasan reklamasi dengan kawasan lindung (M) dan kepadatan bangunan yang dihitung perbandingan luas lantai bangunan dengan luas kawasan reklamasi.(M/M)

Observasi dan Kuesioner

6 Infrastruktur Sarana dan prasarana yang ada pada kawasan diteliti berupa keberadaan jaringan jalan (M), Keberadaan transportasi umum dan keberadaan jaringan jalan utama (M)

Observasi dan Kuesioner

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

(Renald, 2015). Dengan demikian maka variabel penelitian memiliki variasi

atau sifat – sifat yang berbeda dari objek kajian. Selanjutnya variabel

penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel perubahan fungsi lahan

Penggunaan lahan pada kawasan pesisir yang berbatasan dengan

garis pantai pada tahun 2001 dan 2014 sebagai poligon dan daerah setiap

poligon kemudian dihitung, membandingkan posisi pantai dari dua rentang

waktu. Melalui perhitungan ini akan terlihat apakah lahan untuk suatu

fungsi mengalami akresi atau erosi. Adapun variabel perubahan terdapat

pada Tabel 3. 4.:

Page 93: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

76

Tabel 3.4. Variabel perubahan fungsi lahan

No

Variabel

Jenis penggunaan lahan

Deskripsi Luas (Ha) Deskripsi Persentase (%)

1 Permukiman

Luasan (ha) tiap jenis penggunaan lahan

Perbandingan perubahan luas penggunaan lahan yang hitung dengan persamaan matematika model dinamis lansekap (Lo.K, 2014)

2 Pendidikan

3 Lahan Kosong

4 Tambak

5 Pariwisata

6 Industri

7 Taman

8 Jasa

9 Olahraga

10 Daerah air

Jumlah

Setelah mengetahui perubahan fungsi lahan yang terjadi setelah

dilakukannya reklamasi maka akan diketahui jenis kota pantai apa yang

terjadi pada kawasan tersebut berdasarkan model kota tepian air yang

dikemukakan oleh Mentayani, 2013.

2. Variabel perubahan garis pantai

Penelitian dibagi atas lima zona didasarkan pada luas kawasan

penelitian. Total panjang garis pantai tahun 2001 adalah 9,1 km dan 10,21

km di 2014, perubahan terjadi sejak dilakukannya reklamasi atau adanya

erosi. Berdasarkan tumpang tindih peta terjadi perubahan signifikan

dengan akresi dan erosi antara. Adapun variabel perubahan garis pantai

dapat terlihat pada Tabel 3.5.

Page 94: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

77

Tabel 3.5. Variabel perubahan garis pantai

3. Variabel Keberlanjutan

Tujuan penelitian merumuskan indeks keberlanjutan pada kawasan

reklamasi, maka variabel digunakan pada penelitian ini pada Tabel 3.6 :

Tabel 3.6. Variabel Indeks Keberlanjutan

Variabel Index Penulis sumber Judul sumber

Penggunaan lahan Jaringan jalan bangunan Ruang terbuka Jaringan jalan utama

Sylvira A. Azwar, Emirhadi Suganda, Prijono Tjiptoherijanto, Henita Rahmayanti

Model infrastruktur perkotaan yang berkelanjutan di reklamasi pantai utara Jakarta

Kawasan lindung

Feng Li , Xusheng Liu, Dan Hu, RusongWang,Wenrui Yanga, Dong Li , Dan Zhao

Pengukuran indikator dan pendekatan evaluasi untuk menilai pembangunan perkotaan: studi kasus Cina Jining City

Sumber daya pesisir Luas tutupan lahan per kapita (ha) Tingkat Tutupan hutan (%) Luas tutupan padang rumput Per capita (ha) Kawasan konservasi

ZHOU Jia, XIAO Haifeng, SHANG Jincheng, ZHANG Xuelin

Sistem penilaian pembangunan berkelanjutan di Suihua kota, Cina

index keberlajutan

Chengdong Wang , Yutao Wang*, Yong Geng , Renqing Wang , Junying Zhang

Mengukur keberlanjutan regional dengan pendekatan sosial-ekonomi-alam terpadu: studi kasus dari wilayah Delta Sungai Cina

Kepadatan bangunan

Liangju Yua, Xiyong Hou, Meng Gao, Ping Shi

Penilaian pembangunan berkelanjutan zona pantai: studi kasus Yantai, China

Sumber daya – lingkungan Xionghe Qin , Caizhi Model kuantitatif untuk

Zona Deskripsi Panjang (Km) Deskripsi Perubahan (Km)

2001 2014

I Masing-masing zona dihitung panjang garis pantai pada tahun 2001

Masing-masing zona dihitung panjang garis pantai pada tahun 2014

Perubahan garis pantai pada tahun 2001 dan 2014 diperkurangkan

II

III

IV

V

Jumlah

Page 95: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

78

Kawasan muara sungai

Sun, Wei Zou menilai sistem manusia-ocean pembangunan berkelanjutan di kota-kota pantai: perspektif metabolik-daur ulang di Bohai laut cincin Area, Cina

kedekatan kawasan sensitif kedekatan pada area yang bernilai tinggi kedekatan pada kawasan yang beresiko tinggi kualitas air kedekatan pada sumber polutan

Sharareh Pourebrahim , Mehrdad Hadipour , Mazlin Bin Mokhtar , Mohd Ibrahim Hj Mohamed

Proses jaringan Analytic kriteria pemilihan dalam perencanaan penggunaan tanah pesisir yang berkelanjutan

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan

dengan beberapa tahap penelitian yang dimaksudkan untuk menjawab

tiga pertanyaan penelitian. Tiga pertanyaan penelitian tersebut dimulai

dari mengetahui dampak reklamasi pantai terhadap penggunaan lahan

dan garis pantai, dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian kedua yaitu

perumusan indeks keberlanjutan kawasan reklamasi dan ketiga

membangun model keberlanjutan reklamasi. Secara rinci analisis data

penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis Dampak Reklamasi Terhadap Perubahan Penggunaan

Lahan dan Garis Pantai

e. Penyiapan Peta Penggunaan Lahan dan Pemetaan Garis Pantai

Beberapa fungsi lahan pada kawasan pesisir kadang dipengaruhi

oleh reklamasi yang dapat dideteksi dari citra dengan melihat perubahan

penggunaan lahan dan perubahan garis pantai (Andrade, Panagopoulos,

Page 96: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

79

& Loures, 2012). Interpretasi visual digunakan untuk mengidentifikasi jenis

penggunaan lahan pada gambar citra. Daerah studi dikategorikan ke

beberapa jenis penggunaan lahan, yaitu permukiman, jasa, industri,

pariwisata, pelabuhan laut dan lahan kosong, yang digambarkan dengan

digitalisasi ArcGIS. Posisi garis akan sangat bervariasi karena sifat

dinamis dari daerah pesisir karena reklamasi. Studi ini mendefinisikan

garis pantai sebagai batas kering-basah pesisir, yang mirip dengan tingkat

tinggi air. Koordinat X dan Y posisi garis pantai diidentifikasi

menggunakan ArcGIS, untuk tahun 2001 dan 2014 (Lo & Gunasiri, 2014).

Pemetaan perubahan garis pantai akibat reklamasi dapat dilihat

melalui tumpang tindih peta citra tahun 2001 dan tahun 2014 yang

direktifikasi melalui pengamatan langsung di lapangan, sehingga akan

diperoleh gambaran perubahan garis pantai akibat reklamasi dan

hubungannya dengan penggunaan lahan di kawasan tersebut.

f. Perhitungan Perubahan Lahan

Jenis penggunaan lahan di tahun 2001 dan 2014 dianalisis

perubahannya dengan peta yang diekstraksi dengan teknik sistem

informasi geografis (GIS). Daerah perubahan untuk setiap jenis

penggunaan dihitung berdasarkan model dinamis lanskap berikut:

K = (Uo-Ut) /Uo × 100% (Lo & Gunasiri, 2014) …………….1

di mana, K = daerah perubahan penggunaan lahan setiap jenis

Uo = daerah awal waktu

Ut = daerah akhir waktu

Page 97: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

80

Penggunaan lahan pada kawasan pesisir yang berbatasan dengan

garis pantai pada tahun 2001 dan 2014 sebagai poligon dan daerah setiap

poligon kemudian dihitung, membandingkan posisi pantai dari dua rentang

waktu. Melalui perhitungan ini akan terlihat apakah lahan untuk suatu

fungsi mengalami akresi atau erosi. Jika garis 2014 telah bergerak menuju

darat dibandingkan dengan tahun 2001, itu dianggap sebagai dampak

negatif bagi garis dan jika itu telah bergeser ke arah laut, maka dianggap

dampak positif.

g. Hubungan Perubahan Garis Pantai dengan Penggunaan Lahan

Untuk mendapatkan hubungan antara perubahan jenis penggunaan

lahan yang berbeda dan garis pantai, korelasinya dianalisis kualitatif.

Perubahan poligon fungsi penggunaan lahan oleh perubahan garis pantai

karena reklamasi akan digambarkan melalui peta dan diagram. Nilai

korelasi digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan garis pantai

terhadap perubaan penggunaan lahan baik akresi maupun erosi. Jika

pengurangan garis pantai maka akan dilihat apakah mengalami

pengurangan sedimentasi atau pertambahan erosi. Bila pertambahan

garis pantai maka akan dilihat apakah terjadi pertambahan reklamasi atau

pengurangan erosi. Secara keseluruhan analisis dampak reklamasi

terhadap perubahan penggunaan lahan dapat terlihat pada gambar 3.5

berikut:

Page 98: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

81

Gambar 3.5. Gambar tahapan penelitian dampak reklamasi terhadap

penggunaan lahan dan garis pantai.

2. Analisis Perumusan Index Keberlanjutan Reklamasi

Pertanyaan penelitian kedua dijawab dengan analisis perumusan

indeks keberlanjutan reklamasi, diketahui bahwa begitu banyak indeks

keberlanjutan yang telah diteliti sebelumnya. Sehingga sangat perlu

menyederhanakan indeks keberlanjutan sesuai keperluan penelitian yaitu

khusus pada kawasan reklamasi.

Suatu indikator yang ideal harus mampu mengurangi jumlah data

yang besar menjadi bentuk yang paling sederhana dengan tetap

mempertahankan arti penting data untuk tujuan penelitian. Tujuan utama

penilaian keberlanjutan lingkungan perkotaan antara lain: (i) menetapkan

target pembangunan berkelanjutan dan menilai kemajuan yang dibuat

Page 99: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

82

dalam memenuhi target-target tersebut; (ii) merevisi efektivitas kebijakan

perencanaan saat ini dan membantu dalam membuat koreksi yang

diperlukan untuk diaplikasikan, dan; (iii) membuat perbandingan dari

waktu ke waktu dengan mengevaluasi kinerja serta memberikan dasar

untuk perencanaan masa depan. Dengan kata lain, penilaian

keberlanjutan lingkungan perkotaan adalah alat yang ampuh untuk

menghubungkan kegiatan masa lalu, sekarang dan pembangunan masa

depan (Yigitcanlar & Dizdaroglu, 2015).

Untuk menganalisis status keberlanjutan Kota Jakarta dilakukan

melalui wawancara mendalam (in-depth interview) yang terstruktur dengan

responden/ahli (scientific expert judgement) dengan menggunakan

kuesioner yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Expert Choices dipilih

sebagai informan dengan pertimbangan memahami tema penelitian dan

pertimbangan ilmiah antara lain memiliki kemampuan akademik, ahli di

bidang perencanaan kota, ahli lingkungan perkotaan khususnya terkait

reklamasi, dan relatif mengetahui kondisi wilayah penelitian. Selain itu

yang menjadi pertimbangan peneliti untuk pemilihan informan/ahli adalah

keterwakilan para pemangku kepentingan terdiri atas pemangku kebijakan

pemerintah, akademisi, pihak swasta, dan masyarakat. Jumlah ahli yang

menilai atribut keberlanjutan kota pada penelitian ini berjumlah 3 (tiga)

orang, karena untuk penelitian seperti ini sebaiknya minimal 3 (tiga) orang

ahli/expert (Azwar, 2014).

Page 100: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

83

Untuk menyederhanakan indeks, seperti tulisan pada bab

sebelumya penelitian ini menganalisis menggunakan AHP dan Expert

Choices. Sesuai prinsip pembangunan yang berkelanjutan, ada tiga pilar

yang mendukung prinsip tersebut yaitu pilar fisik lingkungan, sosial dan

ekonomi. Namun penelitian ini memilih hanya pilar fisik lingkungan yang

dijadikan indikator. Ada 72 indikator yang didapatkan dari literatur yang

terkait dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, kemudian dipilih

hanya aspek fisik lingkungan tersisa 26 indikator. Selanjutnya 26 indikator

tersebut masih dianggap terlalu banyak untuk diaplikasikan pada

penilaian.

Melalui AHP dan dipertanyakan pada expert menggunakan tabel

pair wise tersisa tinggal 9 indikator yang paling penting untuk diaplikasikan

menurut para ahli. Para ahli menilai indikator yang memiliki pengaruh yang

lebih penting dari pada indikator lainnya dengan nilai antara 1-9. Peringkat

atas yang paling banyak dipilih dan dianggap paling penting untuk diukur

adalah lingkungan alami, sedangkan yang kurang penting adalah

lingkungan buatan manusia. Hal ini berlaku konsisten di semua pilihan ahli

yang dinilai dalam Expert Choices , seperti ditunjukkan dalam tabel 6.2.

Metode evaluasi AHP-pilihan ahli (expert choice) telah

disempurnakan menjadi empat langkah (Feng et al., 2014), dan

penjelasan rinci mereka diberikan di bawah ini:

Page 101: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

84

a. Langkah 1. Penentuan sistem evaluasi indeks

Langkah pertama adalah membuat sistem struktur indeks dan

identifikasi indeks. Untuk tujuan ini, '' m'' indeks dianggap dalam sistem

indeks, dan sistem indeks dibentuk melalui rumus:

U = [ U1; U2; . . . ; Um)………. (Lan Feng et al., 2014 ) ………2

Sistem analisis AHP dibagi menjadi tiga lapis. Lapisan paling atas

adalah tujuan analisis. Kemudian lapisan kedua terbagi menjadi tiga

kelompok: sumber daya pesisir, bangunan dan infrastruktur. Lapisan

ketiga adalah indeks yang akan dipilih.

Langkah 1 Perhitungan matrik awal untuk level (kriteria)

Diawali dengan menganalisis data (Rekapitulasi jawaban Responden

terhadap ”Kriteria”). Data dianalisis dengan perhitungan kebalikan sesuai

matrik perbandingan berpasangan, misalnya Jawaban responden 1 (R1)

terhadap A-C adalah dengan skala 7 dimana C faktor Availability space for

water conservation rate(%) lebih penting dari pada factor ruang terbuka

hijau. Maka dilakukan perbandingan terbalik ditinjau terhadap factor yang

didepannya yaitu A. data selengkapnya akan dirinci pada lampiran 6 pada

disertasi ini, yang merupakan bagian tak terpisahkan.

b. Langkah 2: Menghitung index

Bobot yang diperoleh dengan Metode AHP dikembangkan oleh

Thomas l, yang ditentukan oleh ahli pilihan dengan dibandingkan pair

wise. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, yaitu sumber daya pesisir,

bangunan dan infrastruktur; setiap bagian membandingkan antara titik 1

Page 102: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

85

dan 2, 1 dan 3, yang membandingkan diantara salah satunya yang

penting dan seterusnya sampai semua elemen telah dibandingkan.

Sebagaimana terllihat pada lampiran I dan II pada bagian yang tidak

terpisahkan dari disertasi ini.

c. Langkah 3: Membuat Matriks

Dalam proses pembobotan atau "pengisian", langkah berikutnya

adalah untuk mengatur matriks pair wise untuk mengukur berat tingkat

kepentingan setiap elemen di masing-masing dari hirarki. Dengan

demikian, analisis dilakukan oleh komputer. Sebagaimana terllihat pada

lampiran 6 pada bagian yang tidak terpisahkan dari disertasi ini.

Perbandingan berpasangan dimaksudkan untuk mendapatkan

keputusan sebanyak:

n x ((n-1)/2),. n = jumlah elemen-elemen yang dibandingkan

(Thomas L. Saaty & Katz, 1994)……………………………………………….3

d. Langkah 4: Test Konsistensi

Setelah kompilasi matriks, hasil yang diperoleh dalam perhitungan

tabel harus diuji, sehingga konsistensi sah, menggunakan rumus di bawah

ini. Konsistensi indeks (CI) = (λmax.-n) / (n-1), n = matriks pengukuran

(Thomas L. Saaty & Katz, 1994). Sebagaimana terllihat pada lampiran I

pada bagian yang tidak terpisahkan dari disertasi ini.

Page 103: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

86

e. Langkah 5: Penentuan Prioritas

Ketika proses analisis komputer telah dicapai, kami menemukan

indeks yang sederhana yang sangat penting. Sebagaimana terllihat pada

lampiran 6 pada bagian yang tidak terpisahkan dari disertasi ini.

Keseluruhan langkah perumusan indeks dapat dirangkum pada Gambar

berikut:

Gambar 3.6. Langkah Perumusan Indeks

Tes konsistensi AHP dan Expert Choises dilakukan dengan melihat

Ratio Consistensi (CR) – CI/RI, untuk n= 10 maka RI = 1.49

= 0.149 / 1.49 = 0.099 < 0.1 konsisten

Nilai Ratio Consistensi (CR) lebih kecil dari 0.1 sama artinya lebih

kecl dari 10%. Berarti konsisten hasil yang dicapai. Perhitungan kelayakan

yang lebih rinci tertera pada sebagaimana terllihat pada lampiran 6 pada

Page 104: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

87

bagian yang tidak terpisahkan dari disertasi ini.

Gambar 3.7. Struktur hirarki analisis AHP

3. Analisis Uji Validasi Indeks Keberlanjutan

a. Analisis GIS

Setelah mendapatkan indeks yang akan digunakan sebagai alat

untuk analisis, penulis kemudian mengambil kasus Pantai Jakarta dengan

menggunakan GIS. Studi kasus ini menggunakan citra satelit Pleiades

tahun 2013. Citra kemudian dikoreksi geometris, atau pembetulan gambar

untuk peta. Sistem informasi geografis (GIS) sebelumnya telah digunakan

sebagai alat untuk pengelolaan lingkungan, dengan mengumpulkan citra

jarak jauh untuk menganalisis pola penggunaan lahan, perubahannya

dan memproyeksikan untuk penggunaan dari waktu ke waktu (Sylla,

Xiong, Zhang, & Bangoura, 2012).

Page 105: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

88

Sedangkan daerah studi Pantai Makassar ditampilkan melalui citra

satelit bulan Juni tahun 2014. Gambar citra tersebut kemudian dikoreksi

geometris yaitu pembetulan metode gambar untuk peta kemudian diikuti

dengan proses mosaik yang diuraikan dalam bentuk tampilan gambar.

b. Indeks Keberlanjutan

Tiga faktor yang dipilih untuk pemantauan dan menilai (10)

keberlanjutan reklamasi di daerah studi yang bisa dikategorikan sebagai

sumber daya pesisir, bangunan dan infrastruktur. Faktor ini terdiri dari 9

indeks, yang ditemukan dari penelitian sebelumnya yang disederhanakan

Gambar 3.8. Peta Penggunaan Lahan Kawasan Penelitian Sumber : Hasil analisis spasial

Page 106: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

89

dari banyak indikator dari banyak penelitian dilakukan dengan Analytic

Hierarchy Process (AHP) dan expert choicess.

Tabel 3. 7. Kriteria Index Keberlanjutan Reklamasi

Kategori Sub kategori Indeks keberlanjutan

Sumber daya pesisir Persentase Ruang Terbuka Hijau(%)

3. >30 % dari kawasan: baik 2. 10–30 % dari kawasan: kurang 1. 0–10% dari kawasan: buruk

Ketersediaan ruang untuk konsevasi air

3 tersedia : baik 2. kurang tersedia: kurang 1. tidak tersedia: buruk

Tutupan lahan Per capita (ha) Ha

Bangunan Jarak dari lingkungan muara sensitive dan daerah tangkapan air pesisir

3. >500m dari muara:baik 2. 1–500m dari muara : kurang 1. dalam muara: buruk

Jarak dari kawasan lindung dan lindung ekologi (DNR)

3. >500m dari kaw lindung: baik 2. 1–500m dari kaw lindung :kurang 1. dalam kaw lindung: buruk

Kepadatan bangunan 3. sesuai RTRW: baik 2. kurang sesuai RTRW : kurang 1. tidak sesuai RTRW: buruk

Infrastruktur Kecukupan jalur jalan

3. tersedia : baik 2. kurang tersedia : kurang 1. tidak tersedia: buruk

Ketersediaan transportasi publik 3. tersedia : baik 2. kurang tersedia : kurang 1. tidak tersedia: buruk

Jarak dari transportasi utama (DMT)

3. 100-200 dari transportasi utama: baik 2. 200–500m dari transportasi utama: kurang 1. >500m dari transportasi utama: buruk

Source : penulis 2016

c. Indikator Sumber daya Pesisir

Sumber daya pesisir indikatornya dihitung oleh tiga indeks, tingkat

cakupan ruang terbuka hijau (%) yang didasarkan pada Peraturan Menteri

PU Nomor 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan dan merujuk

pada penelitian yang dilakukan oleh Sylvira (2014) demikian pula

ketersediaan ruang untuk konservasi air dan per kapita cakupan faktor

tanah (ha) merujuk pada penelitian Sylvira (2014).

Page 107: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

90

d. Indikator Bangunan

Indikator bangunan dinilai berdasarkan survey, yang

mengidentifikasi keberadaan bangunan pada kawasan reklamasi atau

dekat daerah reklamasi. Indikator bangunan mempunyai tiga indeks

penentu yaitu jarak dari muara sungai yang peka terhadap kerusakan

lingkungan juga lahan basah pesisir (DES), jarak dari cagar alam dan

ekologi cadangan (DNR), kepadatan bangunan di daerah mereka.

e. Indikator Infrastruktur

Indeks infrastruktur dihitung dengan menggunakan tiga faktor:

jaringan jalan yang memadai, ketersediaan transportasi umum dengan

beban, dan jarak dari rute transportasi utama (DMT). Penentuan status

keberlanjutan dinyatakan oleh indeks dan status keberlanjutan.

f. Tahapan penentuan status keberlanjutan

Status kawasan reklamasi dapat dikatakan berkelanjutan atau

belum, dimulai dengan mengklasifikasi kategori dan indikator yang

didasarkan pada hasil pembobotan dengan nilai dari suatu kondisi

indikator yang ada. Penilaian terhadap indikator kemudian dilakukan

dengan memberikan nilai pada klasifikasi kondisi masing-masing

indikatornya. Penilaian tersebut adalah: nilai 1 jika indikator yang ada

masuk dalam klasifikasi buruk; nilai 2 jika indikator yang ada masuk dalam

klasifikasi kurang berkelanjutan; dan nilai 3 jika indikator yang ada masuk

dalam klasifikasi baik (Apriyanto et al., 2015).

Page 108: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

91

Perumusan indeks keberlanjutan disusun berdasarkan nilai total

tertinggi (baik) dan nilai terendah (buruk) yang mungkin tercapai dari

perkalian antara hasil skoring (data kondisi kawasan reklamasi kota

Makassar atau Kota Jakarta) dan pembobotan. Nilai tertinggi yang

mungkin tercapai adalah 3, sedangkan nilai terendah adalah 1.

Selanjutnya dengan mempergunakan kelas interval yang dihitung

berdasarkan rentang dari nilai tertinggi dan terendah, maka status

keberlanjutan suatu kawasan reklamasi disajikan pada Tabel 3.8.

Nilai akhir dari perhitungan ini merupakan indeks komposit dari 3

(tiga) kategori pembangunan berkelanjutan (sumber daya pesisir,

bangunan dan infrastruktur) yang berasal dari salah satu pilar

pembangunan berkelanjutan yakni dari sisi fisik lingkungan.

Tabel 3.8 . Indeks Keberlanjutan Indeks Keberlanjutan Kriteria

Berkelanjutan Nilai total 2.35 – 3.00 , salah satau

nilai indikator tidak boleh kurang

dari 0.75

Kurang Berkelanjutan Nilai total 1.67 – 2.34

Tidak Berkelanjutan Nilai Total 1.00 – 1.66

Sumber : (Apriyanto et al., 2015)

Page 109: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

92

Tabel 3.9. Indeks Keberlanjutan Reklamasi

Kategori Indikator Indeks Keberlanjutan Keterangan

Baik Kurang Buruk

Sumber daya pesisir

Persentase Ruang Terbuka Hijau(%)

>30 % dari kawasan

10–30 % dari

kawasan

0–10% dari kawasan

Persentase Ruang Terbuka Hijauyang diatur oleh UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah minimal 30% dari luas perkotaan

Ketersediaan ruang untuk konsevasi air

tersedia kurang tersedia

tidak tersedia

Kawasan konservasi air diperlukan untuk mempertahankan kondisi alami sekitar kawasan reklamasi

Tutupan lahan Per capita (ha)

Ha Ha Ha Belum ada data yang dapat dijadikan rujukan dalam penentuannya

Bangunan Jarak dari lingkungan muara sensitive dan daerah tangkapan air pesisir

>500m dari muara

1–500m dari muara

dalam muara

Dari Penelitian “Penilaian kesesuaian reklamasi pantai berdasarkan kerangka evaluasi komprehensif kabur-AHP: studi kasus Lianyungang, Cina “

Jarak dari kawasan lindung dan lindung ekologi (DNR)

>500m dari kaw lindung

1–500m dari kaw lindung

dalam kaw lindung

Dari Penelitian “Penilaian kesesuaian reklamasi pantai berdasarkan kerangka evaluasi komprehensif kabur-AHP: studi kasus Lianyungang, Cina “(L. Feng, Zhu, & Sun, 2014)

Kepadatan bangunan sesuai RTRW

kurang sesuai RTRW

tidak sesuai RTRW

Model infrastruktur perkotaan yang berkelanjutan di reklamasi pantai utara Jakarta

Infrastruktur Kecukupan jalur jalan

tersedia kurang tersedia

tidak tersedia

Model infrastruktur perkotaan yang berkelanjutan di reklamasi pantai utara Jakarta

Ketersediaan transportasi publik

tersedia kurang tersedia

tidak tersedia

Model infrastruktur perkotaan yang berkelanjutan di reklamasi pantai utara Jakarta

Sumber : hasil analisis

Page 110: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

93

4. Analisis Model Reklamasi yang Berkelanjutan

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis model persamaan

struktural atau Structural Equation Model (SEM) yang banyak digunakan

dalam riset empiris saat ini. Program yang dipergunakan dalam

melakukan analisis data yaitu Program Analysis of Moment Structures

(AMOS) versi 22. Salah satu metode estimasi yang sering digunakan

dalam Structural Equation Model (SEM) adalah Maximum Likelihood (ML).

Untuk menghasilkan model yang diinginkan sesuai tujuan penelitian, maka

dilakukan beberapa langkah sesuai gambar 3.7. Langkah analisis SEM

berdasarkan gambar 3.7 dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan informasi berupa tanggapan

masyarakat terhadap keberlanjutan kawasan utamanya di kawasan

reklamasi. Selanjutnya data dirumuskan menjadi suatu model persamaan

struktural awal yang disusun berdasarkan suatu teori atau penelitian

sebelumnya.

b. Evaluasi Asumsi SEM

Tahap ini dilakukan dengan mengevaluasi kemungkinan ada nilai

yang tidak normal untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan

kemungkinan ada data yang jauh berbeda dari lainnya.

Page 111: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

94

c. Estimasi

Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk

menghasilkan nilai–nilai parameter dengan menggunakan salah satu

metode yang tersedia, seperti: Maximum Likelihood (ML), generalized

least square (GLS), two stage least square (2SLS) atau Weighted Least

Squared (WLS). Pemilihan metode estimasi yang digunakan ditentukan

berdasarkan karakteristik variabel dan data yang tersedia.

Gambar 3.9. Skema langkah analisis SEM 1

Page 112: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

95

d. Uji kecocokan

Dalam tahap ini dilakukan pengujian kecocokan antara model

dengan data. Beberapa kriteria ukuran kecocokan (Goodness of Fit) telah

ditetapkan untuk menguji model yang dibuat (Renald, 2015)

Uji kecocokan model dilakukan untuk menguji apakah model yang

dibuat merupakan model yang sesuai dengan tujuan penelitian yang

dilakukan, yaitu dengan memeriksa tingkat kecocokan antara data dengan

model, validitas dan reliabilitas model pengukuran dan signifikansi

koefisien-koefisien dari model struktural.

Ada tiga evaluasi terhadap tingkatan kecocokan model (Hair, 2006 ) yaitu:

1) Kecocokan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

SEM tidak mempunyai uji statistik tunggal terbaik yang dapat menjelaskan

kekuatan untuk memprediksi sebuah model, dengan demikian maka

dikembangkan beberapa kombinasi uji kecocokan model yang dapat

digunakan untuk menjustifikasi apakah model tersebut baik atau tidak.

Ukuran-ukuran uji kecocokan keseluruhan model terdiri atas:

a) Ukuran kecocokan mutlak (absolute fit measures), yaitu ukuran

kecocokan model secara keseluruhan, meliputi model pengukuran dan

model struktural terhadap matriks korelasi dan matriks kovarians.

b) Ukuran kecocokan incremental (incremental / relative fit measures),

yaitu ukuran kecocokan yang bersifat relatif, yang digunakan untuk

perbandingan model.

Page 113: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

96

c) Ukuran kecocokan parsimoni (parsimonious / adjusted fir measures),

yaitu ukuran kecocokan yang mempertimbangkan banyaknya koefisien

dalam model.

2) Kecocokan Model Pengukuran (Measurement Model Fit)

Setelah evaluasi atas kecocokan keseluruhan model, langkah berikutnya

adalah memeriksa kecocokan model pengukuran. Evaluasi model

pengukuran dilakukan terhadap masing-masing konstrak laten yang ada di

dalam model. Pemeriksaan terhadap konstrak laten dilakukan berkaitan

dengan pengukuran konstrak laten oleh variabel teramati. Uji kecocokan

ini dilakukan terhadap setiap konstruk terpisah melalui:

a) Evaluasi Terhadap Validitas

Validitas berhubungan dengan apakah suatu variabel mengukur apa yang

seharusnya diukur. Menurut Rigdon dan Ferguson (1991), dan Doll et. al.,

(1994), suatu indikator dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap

konstruk atau variabel latennya, apabila:

(a.1.) Nilai t muatan faktornya (factor loading) lebih besar dari nilai kritis (>

1,96).

(a.2.) Nilai muatan faktor standarnya (standard loading factor) tentang

relative importance and significant of the factorloading of each item:

loading factor> 0,50 adalah very significant.

b) Evaluasi Terhadap Reliabilitas.

Reliabilitas adalah derajat keandalan (kosistensi) instrumen pengukuran

(Dahlan, 2014). Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa indikator-

Page 114: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

97

indikator mempunyai konsistensi tinggi untuk mengukur konstruk latennya.

Dalam SEM reliabilitas diukur dengan composite/construct reliability

measure dan variance extracted measure .

Suatu indikator dikatakan mempunyai reliabilitas konstruk yang baik, jika

nilai konstruk reliabilitinya > 0,70 dan nilai variance extracted nya > 0,50.

(Hair et al., 2006; Wijanto, 2008).

3) Kecocokan Model Struktural

Evaluasi terhadap model struktural berkaitan dengan pengujian hubungan

antar variabel yang sebelumnya dihipotesiskan. Dalam hal tingkat

signifikansi adalah 0.05, maka nilai t dari persamaan struktural harus ≥

1.96 (Hair et al., 2006). Hipotesis penelitiaan diterima jika nilai absolut dari

t (t-value) ≥ 1,96 dan koefisien nilai t (baik positif atau negatif) sesuai

hipotesis penelitian.

H. Keterbatasan Penelitian

Sebagai sebuah karya ilmiah penelitian ini memiliki beberapa

keterbatasan antara lain :

1. Pemilihan informan (key person dalam wawancara Expert Choices)

dan responden mungkin saja belum dapat menjelaskan sepenuhnya

dan mampu menggambarkan karakteristik dan substansi masalah

penelitian. Untuk kepentingan penelitian selanjutnya dapat dilakukan

perluasan informan dan responden penelitian yang lebih heterogen

dari berbagai stratifikasi sosial dan ekonomi.

Page 115: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

98

2. Masih terjadi kekosongan penelitian yang merumuskan model

konsep pembangunan berkelanjutan khusus kawasan reklamasi baik

yang dipublikasikan tingkat nasional maupun internasional

membatasi peneliti menemukan referensi yang memadai dalam

penulisan.

3. Penelitiian ini tidak memperhitungkan aspek ekonomi dan sosial

sehingga belum komperehensif, diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh

peneliti selanjutnya.

4. Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka penelitian ini hanya

mengambil sampel lokasi pada dua kawasan reklamasi yaitu

Makassar dan Jakarta, sebaiknya model ini bisa diuji pada lokasi

reklamasi lainnya.

I. Kerangka Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian meliputi tiga tahapan utama yaitu:

(1) rancangan penelitian, (2) persiapan, pengumpulan data dan analisis,

dan (3) pembahasan dan kesimpulan (Muhammad, 2015). Gambar

penelitian memberikan gambaran proses penelitian secara keseluruhan

sehingga dapat memudahkan pelaksanaan kontrol tahap demi tahap pada

mulai dari survey awal, studi literatur, studi kasus, survey lanjutan dan

perumusan model.

Penelitian dimulai dari mencari dampak reklamasi pada kawasan

pesisir terhadap fungsi penggunaan lahan dan panjang garis pantai.

Page 116: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

99

Setelah itu studi dilanjutkan dengan studi literatur awal, ditemukan bahwa

kemungkinan permasalahan terjadi seiring dengan pelaksanaan reklamasi

adalah pelaksanaan yang kemungkinan tidak berkelanjutan. Sehingga

penulis mencoba melakukan studi literatur dari penelitian-penelitian

sebelumnya yang telah dilakukan dengan merumuskan indeks

keberlanjutan yang sesuai untuk mengukur apakah suatu kawasan

reklamasi berkelanjutan atau tidak. Indeks keberlanjutan yang dirumuskan

ini diberi nama Indeks Keberlanjutan Reklamasi (IKR).

Selanjutnya IKR diuji pada kawasan reklamasi pantai Makassar

sebagai domisi penulis dan mengambil contoh kawasan lain yang juga

tengah marak dibicarakan yaitu reklamasi pantai utara Jakarta. Kedua

kasus tersebut dianalisis dengan GIS menggunakan IKR.

Penelitian tahap akhir adalah dengan survey di Kota Makassar

untuk merumuskan model menggunakan dengan analisis Structural

Equation Model (SEM) dengan menyebarkan questioner pada kawasan

Reklamasi Makassar untuk melihat keterkaitan indeks yang satu dengan

lainnya, sehingga didapatkan suatu model keberlanjutan yang tepat untuk

suatu kawasan Reklamasi. Model tersebut nantinya dapat dijadikan

sebagai acuan dalam perencanaan kedepan oleh penentu kebijakan,

dengan tiga indikator keberlanjutan dari aspek fisik yaitu sumber daya

pesisir, bangunan dan infrastruktur. Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan

pada gambar 3.10 yang menggambarkan kerangka penelitian.

Page 117: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

100

Gambar 3.10.Kerangka penelitian

Gambar 3.11.Tahapan penelitian

Page 118: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

101

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN DAMPAK REKLAMASI TERHADAP

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN GARIS PANTAI DI KOTA MAKASSAR

A. Gambaran Fisik Kawasan Pesisir Kota Makassar

Penelitian awal dimulai dari menilai dampak reklamasi terhadap

perubahan penggunaan lahan dan garis pantai dengan mengambil kasus

di Pantai Kota Makassar. Deliniasi kawasan penelitian merujuk pada

Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 tahun 2009 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, lebih rinci

merujuk pada Peraturan Gubernur Nomor 17 tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Global Bisnis Terpadu

yang berada di pesisir kota Makassar.

Makassar dengan luas 175,79 km2, panjang garis pantai 52,8 km

yang terdiri atas garis pantai daratan 36,1 km, dan garis pantai pulau-

pulau serta gusung sepanjang 16,7 km ("Profil Kota Makassar," 2014).

Mulai dari pantai Losari Makassar menuju ke Selatan di sekitar Pantai

Barombong ke arah Barat hingga Maccini Sombala dan ke arah Timur ke

arah laut.

Perairan ini merupakan daerah landai dengan ketinggian berkisar -

1 sampai -11,5 m di bawah muka laut ("Rupa bumi Indonesia," 2010),

terletak di antara Kota Makassar dengan Pulau Lae-lae, seperti pada

Gambar 4.1 dan 4.2.

Page 119: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

102

Kondisi batimetri di lokasi dan sekitarnya ada perbedaan

kedalaman yaitu dari garis pantai sampai jarak 3 km ke lepas pantai

kedalaman laut berkisar antara -1sampai-18 m. Temperatur udara rata-

rata bulanan berkisar antara 25,3 – 28,3 oC.

Gambar 4. 1. Citra tahun 2001 Gambar 4.2. Citra tahun 2014

Gambar 4.1 menggambarkan citra tahun 2001, dimana pada lokasi

tersebut belum dilakukan reklamasi, dominasi fungsi lahan masih berupa

lahan kosong dan tambak. Sedangkan pada gambar 4.2 menggambarkan

citra 2014, telah nampak reklamasi secara sopradis di beberapa titik

lokasi.

Page 120: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

103

B. Perubahan Penggunaan Lahan antara 2001 dan 2014

Penelitian awal menjawab rumusan masalah pertama yaitu meneliti

dampak reklamasi terhadap perubahan penggunaan lahan dan perubahan

panjang garis pantai pada kawasan pesisir pantai Makassar. Hasil

penelitian awal ini terlihat pada Gambar 4.3 yang menunjukkan

perbandingan kondisi pesisir pantai kota Makassar tahun 2001 dan 2014

dengan melihat perubahan penggunaan lahan yang meliputi permukiman,

pendidikan, lahan kosong, tambak, pariwisata, industri, taman, jasa,

olahraga dan daerah air (Abdel Kawy & Belal) selanjutnya ditabulasi pada

Tabel 4.1.

Page 121: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

104

Tabel 4.1. Perubahan penggunaan lahan

No

Penggunaan Lahan

2001 2014 Perubahan

Luas (Ha)

Persentase (%)

Luas (Ha)

Persentase (%)

Luas (Ha)

Persentase (%)

1 Permukiman 27.9 4.8 342.7 56.26 -314.8 -1128.32

2 Pendidikan 10 1.72 10 1.54 0.6 6.00

3 Lahan Kosong 91.8 15.81 63.4 10.41 28.4 30.94

4 Tambak 341.4 58.79 16.1 2.64 325.3 95.28

5 Pariwisata 12.7 2.19 43.4 7.13 -30.7 -241.73

6 Industri 0 0 6.3 1.03 -6.3 -4.80

7 Taman 0 0 13.0 2.13 -13.0 -6.70

8 Jasa 0 0 43.1 7.08 -43.1 -31.20

9 Olahraga 0 0 23.0 3.78 -23.0 -8.30

10 Daerah air 96.9 16.69 48.7 8.00 48.2 39.63

Jumlah 580.7 100 609.1 100.00

Sumber : hasil analisis 2016

Terlihat bahwa perubahan paling signifikan terjadi pada fungsi

permukiman berubah 1128.32%, diikuti pariwisata sebesar 241.73% dan

tambak berkurang 95.28%, fungsi kegiatan pendidikan tidak berubah,

disusul fungsi industri yang bertambah sekitar 4.8%.

C. Perubahan Garis Pantai

Penelitian dibagi atas lima zona didasarkan pada luas kawasan

penelitian (lihat gambar 4.3 dan tabel 4.2). Total panjang garis pantai

tahun 2001 adalah 9,1 km dan 10,21 km di 2014, perubahan terjadi sejak

dilakukannya reklamasi atau adanya erosi. Berdasarkan tumpang tindih

peta terjadi perubahan signifikan dengan akresi dan erosi antara 2001 dan

2014.

Gambar 4.3. Perubahan fungsi lahan tahun 2001 dan 2014 dibagi perzona

Page 122: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

105

Gambar 4.4. Perubahan garis pantai

Page 123: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

106

Tabel 4.2 Perubahan Panjang Garis Pantai tahun 2001 dan 2014

Sumber: hasil analisis 2016

Pada zona I terjadi pertambahan garis pantai sepanjang 1,08 km,

perubahan ini terjadi karena pertambahan reklamasi. Sementara pada

zona II memperlihatkan pengurangan garis pantai setelah peta direktifikasi

pada zona ini terjadi pertambahan erosi. Pada zona III tidak ada

pertambahan reklamasi atau pertambahan erosi karena ditandai dengan

tidak adanya perubahan garis pantai. Zona IV menunjukkan adanya

pengurangan garis pantai akibat pertambahan erosi. Zona ini berbatasan

dengan muara sungai Jeneberang. Pada zona V terjadi pertambahan

garis pantai sepanjang 0,29 km akibat reklamasi pembangunan sarana

olahraga Barombong.

D. Hubungan Perubahan Garis Pantai dan Penggunaan Lahan

Pada Tabel 4.3 akan digambarkan hubungan antara perubahan

garis pantai dengan penggunaan lahan pada suatu zona. Perubahan garis

pantai yang bertambah atau berkurang pada kawasan pesisir akan

berakibat berubah atau tidaknya fungsi lahannya dari tahun 2001 ke tahun

2014, yang dilihat perzona mulai dari zona I sampai zona V. Misalnya

Zona Panjang (Km) Perubahan (Km)

2001 2014

I 2.14 3.22 1.08

II 1.69 1.53 -0.16

III 1.39 1.39 0.00

IV 2.19 1.98 -0.21

V 1.69 2.09 0.29

9.1 10.21

Page 124: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

107

pada zona I pada tahun 2001 garis pantai bertambah signifikan yang

berdampak berubah pula jenis penggunaan lahan pada zona I.

Tabel 4.3. Perubahan Garis Pantai dan Penggunaan Lahan akibat Reklamasi

No

Tahun 2001 2014 2001 2014 2001 2014 2001 2014 2001 2014

Zona I Zona II Zona III Zona IV Zona V

Panjang garis pantai (km)

Penggunaan Lahan (Ha)

2.14

3.22

1.69

1.53

1.39

1.39

2.19

1.98

1.69

2.09

1 Permukiman - 109.5 - 171.0 2.3 24.9 12 20.1 11.2 17.2

2 Pendidikan - - - - - - - - 10 10

3 Lahan Kosong - 4.5 - 0 31.7 5.8 10.8 2.5 38.5 50.6

4 Tambak 66.5 - 190.6 - 4.4 - 28.5 16.1 21.9 -

5 Pariwisata - - 4.7 12.6 8 17.3 - 13.5 - -

6 Industri - - - 6.3 - - - - - -

7 Taman - - - 13.0 - - - - - -

8 Jasa - 30.2 - 12.9 - - - - - -

9 Olahraga - - - - - - - - - 23.0

10 Daerah Air 74.9 25.8 4.5 2.9 - - 17.5 20.0 - -

1. Kawasan Permukiman

Menurut Tabel 4.3, korelasi negatif paling tinggi diamati untuk

fungsi permukiman seluas 171 ha pada zona II yang ternyata pada zona

ini terjadi erosi atau pengurangan garis pantai tepat setelah zona

reklamasi pada zona I. Hal ini seiring dengan yang diteliti oleh Lo (Lo &

Gunasiri, 2014) pertambahan area permukiman mempunyai dampak

negatif terhadap stabilisasi garis pantai. Namun dampak perubahan

dengan pertambahan terjadi pada zona I yaitu lokasi reklamasi yang

mengakibatkan garis pantainya bertambah luas kawasan permukimannya

juga bertambah. Dapat disimpulkan bahwa kawasan reklamasi pada zona

ini diperuntukkan untuk permukiman baru. Perluasan daerah permukiman

dan urbanisasi seringkali menuntut dilakukannya reklamasi akibat

terbatasnya ruang untuk permukiman di daerah pesisir. Sebagaimana

Page 125: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

108

dijelaskan oleh (Lo & Gunasiri, 2014) peningkatan populasi manusia di

daerah pantai akan mengakibatkan eksploitasi berlebih sumber alam di

zona pesisir dan degradasi ekosistem pesisir mendorong dilakukannya

reklamasi. Pada zona III tidak ada perubahan garis pantai namun terjadi

pertambahan fungsi permukiman 21 ha yang kemungkinan dapat

berakibat terhadap terjadinya erosi pada zona IV yakni berkurangnya garis

pantai.

2. Kawasan pendidikan

Kawasan pendidikan yang berada pada zona V tidak mengalami

perubahan. Hal ini sejalan pada kawasan ini tidak direncanakan sebagai

kawasan pendidikan menurut RTRW kota maupun provinsi. Walaupun

terjadi pertambahan garis pantai yang tidak mempunyai pengaruh

terhadap fungsi pendidikan.

3. Kawasan peruntukan lahan kosong

Perubahan luasan kawasan lahan kosong terjadi hampir pada

semua zona kecuali pada zona III, yaitu dari 31,7 menjadi 5,8 ha, dimana

juga tidak ada perubahan panjang garis pantai yaitu 1,39 km.

4. Kawasan peruntukan tambak

Seperti yang terjadi di China, dalam jumlah besar lahan yang

digunakan untuk pangan banyak beralih menjadi kawasan perkotaan

(Zhang, Uwasu, hara, & Yabar, 2010), demikian pula tambak yang ada di

Page 126: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

109

seluruh zona pada kawasan ini terjadi penurunan luasan berubah menjadi

kawasan permukiman dan lainnya. Pengurangan yang paling besar yaitu

pada Zona II dari 190,6 ha menjadi tidak ada, pengurangan ini seiring

dengan pengurangan panjang garis pantai. Berarti lahan yang ikut

tergerus akibat erosi diantaranya berasal dari tambak.

5. Kawasan pariwisata

Perubahan siginifikan akibat berkurangnya luasan kawasan

pariwisata seiring dengan perubahan panjang garis pantai. Pertambahan

luasan fungsi pariwisata terjadi pada zona II, III dan IV, berdampak

dengan pengurangan garis pantai, berarti bahwa kegiatan pariwisata turut

mempengaruhi pertambahan erosi atau kemungkinan lain reklamasi yang

terjadi pada zona sebelah menyebabkan erosi pada zona ini.

6. Daerah Air

Perubahan sinifikan pada perubahan daerah air dengan perubahan

garis pantai terjadi pada zona I. Pada zona ini panjang garis pantai

bertambah dan daerah air menjadi berkurang. Perubahan ini jelas karena

adanya reklamasi yang paling luas terjadi pada zona I, daerah yang

dahulu adalah laut berubah menjadi daratan. Namun pengurangan daerah

air pada zona II juga terjadi meskipun tidak ada perubahan garis pantai

pada zona II, hal ini kemungkinan masih dipengaruhi oleh pendangkalan

akibat reklamasi menyebabkan berkurangnya daerah air.

Page 127: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

110

Dengan adanya reklamasi, lahan yang tadinya tidak produktif

karena tidak digunakan dapat berubah menjadi kawasan yang produktif,

namun dapat pula berlaku sebaliknya menyebabkan kerusakan

lingkungan. Sehingga dalam pelaksanaan reklamasi perlu memperhatikan

dampak yang mungkin timbul baik positif maupun negatif pada kondisi

pantai. Dengan perencanaan reklamasi yang baik, misalnya dengan

menghitung luas lahan baru yang terbentuk, jenis penggunaan lahan,

serta persentase lahan yang digunakan untuk umum dan lahan yang

digunakan untuk privat, maka kawasan yang terbentuk akan lebih baik

daripada sebelumnya.

Studi ini menemukan bahwa apabila dilakukan reklamasi pada

suatu kawasan, dapat berakibat berkurangnya garis pantai di sisi

sebelahnya. Pergerakan lahan kearah laut pada suatu sisi pantai, ternyata

berakibat mundurnya lahan kearah daratan, karena tergerus arus laul

yang berubah karena bertambahnya garis pantai. Hal ini dapat

dihindarkan apabila pada perencanaan reklamasi sudah direncanakan

penanggulangan erosi dengan teknologi.

Page 128: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

111

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN MEMBANGUN INDEKS KEBERLANJUTAN REKLAMASI

Penelitian tahap berikutnya adalah membangun indeks

keberlanjutan pada kawasan reklamasi yang nantinya dapat digunakan

sebagai alat untuk mengukur keberlanjutan daerah reklamasi tertentu.

Terdapat 72 indikator aspek fisik, sosial dan ekonomi yang ditemukan dari

literatur maupun teori terdahulu. Selanjutnya peneliti memilih hanya aspek

fisik saja, didapatkan 26 indikator lingkungan fisik dari tiga kategori yaitu

sumber daya pesisir, bangunan dan infrastruktur.

Penelitian ini menggunakan analisis expert choices dengan tiga ahli

yang diwawancara dari latar belakang berbeda yang dijadikan sebagai

informan untuk memberikan pendapat kemudian dianalisis dan

dimasukkan dalam matriks. Mereka berasal dari bidang konsultan

profesional, staf pemerintah dan akademisi. Mereka memilih indikator

yang paling penting melalui matriks pair wise (Pourebrahim et al., 2010).

Penelitian ini hanya membatasi pada aspek lingkungan fisik saja,

dan tidak mengambil indikator keberlanjutan lainnya ekonomi dan sosial.

Dengan hanya mengambil aspek fisik saja maka diasumsikan model ini

akan lebih mudah dipahami dan ditindaklanjuti oleh pemakainya sesuai

teori dari Yua bahwa indikator yang baik harus mudah untuk dipahami,

sensitif terhadap perubahan dan mempunyai keterkaitan antara indeks

Page 129: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

112

(Yua et al., 2010). Penelitian yang menyertakan aspek ekonomi dan sosial

akan ditindaklanjuti oleh peneliti selanjutnya.

Table 5.3 Indeks Keberlanjutan yang diajukan dari Aspek fisik

Kategori Sub Kategori Indeks

Sumber Daya Pesisir

Persentase Ruang Terbuka (%)

1. >30 % dari luas area: baik 2. 10–30 % dari luas area: kurang 3. 0–10% dari luas area: buruk

Kesesuaian permukiman dengan peruntukan lahan

1. sesuai : Baik 2. kurang sesuai: kurang 3. tidak sesuai : buruk

Ketersediaan ruang untuk konservasi air

1. tersedia: baik 2. kurang tersedia: kurang 3. tidak tersedia: buruk

Per kapita tutupan lahan (ha) Ha

Per kapita tutupan lahan berumput (ha)

Ha

Kedekatan pada lahan bernilai tinggi

1. didalam area bernilai tinggi 2. 1–500m dari area bernilai tinggi 3. >500m dari area bernilai tinggi

Kedekatan pada lahan beresiko tinggi

1. >500m dari area beresiko tinggi 2. 1–500m dari area beresiko tinggi 3. dalam area beresiko tinggi

Kedekatan pada sumber polusi 1. >500m dari daerah sumber polusi 2. 1–500m dari daerah sumber polusi 3. dalam daerah sumber polusi

Jarak dari daerah khusus (DSA)

1. dalam daerah khusus 2. 1–500m dari daerah khusus 3. >500m dari daerah khusus

Jarak dari pantai besar yang cocok untuk berenang (DLBS)

1. >500m dari DLBS 2. 1–500m dari DLBS 3. dalam DLBS

Bangunan Kepadatan rumah berpenghuni 1. sesuai : Baik 2. kurang sesuai: kurang 3. tidak sesuai : buruk

Kepadatan bangunan 1. sesuai : Baik 2. kurang sesuai: kurang 3. tidak sesuai : buruk

Jarak dari tempat yang menarik (DPI)

1. dalam DPI 2. 1–500m dari DPI 3. >500m dari DPI

Jarak dari pantai alami tujuan wisata (DNCT)

1. >500m dari DNCT 2. 1–500m dari DNCT 3. dalam DNCT

Jarak dari lingkungan muara sungai yang sensitive dan pantai lahan basah (DES)

1. >500m dari DES 2. 1–500m dari DES 3. dalam DES

Jarak dari lingkungan alami dan ekologi yang dilindungi (DNR)

1. >500m dari DNR 2. 1–500m dari DNR 3. dalam DNR

Page 130: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

113

Jarak dari zone sumber perikanan (DFR)

1. >500m dari DFR 2. 1–500m dari DFR 3. dalam DFR

Akses ke pusat fasilitas kesehatan

1. 0–15 menit: baik 2. 15–30 menit: kurang 3. >30 menit: buruk

Akses ke pantai 1. 0–15 menit: baik 2. 15–30 menit: kurang 3. >30 menit: buruk

Akses ke sekolah 1. 0–15 menit: baik 2. 15–30 menit: kurang 3. >30 menit: buruk

Infrastruktur Ketersediaan transportasi pubilk

1. tersedia: baik 2. kurang tersedia: kurang 3. tidak tersedia: buruk

Kedekatan dari jalur transportasi utama (DMT)

1. >500m dari DMT 2. 200–500m dari DMT 3. 100-200 dari DMT

Kelayakan jaringan jalan

1. tersedia: baik 2. kurang tersedia: kurang 3. tidak tersedia: buruk

Kelayakan pelayanan transportasi sampah padat

1. tersedia: baik 2. kurang tersedia: kurang 3. tidak tersedia: buruk

Kelayakan pelayanan sampah cair

1. tersedia: baik 2. kurang tersedia: kurang 3. tidak tersedia: buruk

Jarak dari pelabuhan 1. >500m dari pelabuhan 2. 1–500m dari pelabuhan 3. dalam pelabuhan

(Source: penulis)

A. Hasil Penilaian pada Kriteria Sumber Daya Pesisir

Dari wawancara dengan ahli menggunakan kuesioner, jawaban

pada skala batang diberikan pada penilaian lembar kuesioner yang

diperoleh. Jawaban dari responden terhadap persepsi "Kriteria"

ditampilkan dalam tabel. Elemen bobot yang diperoleh dari nilai E-vektor

yang dinyatakan dalam persentase adalah seperti ditunjukkan pada

gambar 5.2. Selanjutnya Gambar 5.2 juga menunjukkan penilaian

responden terhadap beberapa kriteria, persentase ruang terbuka (%) telah

dipengaruhi dengan bobot 0.245 (24,6%), kemudian diikuti oleh

Page 131: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

114

ketersediaan ruang konservasi air yang menyumbang 0.168 (16.8%), lalu

per kapita tutupan lahan (ha) dengan 0.164 (16,4%), yang terakhir adalah

jarak dari pantai-pantai besar yang cocok untuk berenang (DLB) sebagai

faktor yang menyumbang 0.026 (2,6%) keterpilihan.

Gambar 5.2. Hasil penilaian Indikator Sumber Daya pesisir

B. Hasil Penilaian Pada Kriteria Bangunan

Selanjutnya penilaian pada kriteria bangunan ditunjukkan pada

Gambar 5.3, yakni penilaian responden terhadap beberapa kriteria yang

menunjukkan jarak dari Muara sungai yang sensitif terhadap lingkungan

dan lahan basah pesisir (DES) memiliki pengaruh penting bobot 0.288

(28.8%), kemudian diikuti oleh faktor jarak dari kawasan lindung dan

ekologi cadangan (DNR) dengan 0.218 (21.8%), kepadatan membangun

di daerah tersebut dengan bobot 0.124 (12.4%), dan akhirnya faktor akses

ke sekolah dengan bobot 0.032 (3,2%).

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Open space coverage rate (%)

Suitability of residence with land use

Availability space for water …

Per capita coverage of land (ha)

Per capita coverage of grassland (ha)

Proximity to High value area

Proximity to High risk area

Proximity to pollution source

Distance from special areas (DSA)

Distance from large beaches suitable …

Weight

Page 132: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

115

Gambar 5. 3. Perhitungan Skala Prioritas Kritiria Bangunan Source: The results of analysis, 2016

C. Hasil Penilaian Pada Kriteria Infrastruktur

Gambar 5.4. Penghitungan Skala Prioritas Kriteria Infrastruktur Sumber : Hasil analisis, 2016

Page 133: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

116

Pada gambar 5.4, responden menilai bahwa faktor jaringan jalan

yang memadai memiliki bobot penting 0.346 (34.6%), diikuti oleh

ketersediaan transportasi umum dengan 0,308 (30,8%), jarak dari jalur

transportasi utama (DMT) dengan 0.164 (16,4%), terakhir adalah jarak

dari pelabuhan (DFA) dengan 0.033 (3,3%). Selanjutnya dari 72 kriteria

yang ada dari expert choices mengungkapkan tinggal 26 indikator yang

berlaku, dan dari analisis AHP, tersisa 9 indikator yang paling penting

menurut expert choices. Para ahli menilai indikator mana yang lebih

penting pengaruhnya dibandingkan dengan indikator lainnya dengan

pilihan pair wise melaui penilaian 1-9. Dari keseluruhan pilihan ahli maka

indikator yang menduduki peringkat paling tinggi atau dianggap paling

berpengaruh adalah pentingnya menjaga lingkungan atau factor

lingkungan yang dianggap paling tinggi dibandingkan fakto yang terkait

dengan buatan manusia, hal ini konsisten dipilih oleh para ahli di semua

hasil wawancara. Hasilnya adalah kriteria dengan peringkat yang paling

penting adalah pada table 5.4.

Page 134: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

117

Tabel 5. 4 Kriteria yang paling penting dari indeks keberlanjutan kawasan reklamasi

Kategori Sub Kategori Indeks

Sumber Daya Pesisir

Persentase Ruang Terbuka (%)

1. >30 % dari luas area: baik 2. 10–30 % dari luas area: kurang 3. 0–10% dari luas area: buruk

Ketersediaan ruang untuk konservasi air

1. tersedia: baik 2. kurang tersedia: kurang 3. tidak tersedia: buruk

Per kapita tutupan lahan (ha) Ha

Bangunan Jarak dari lingkungan muara sungai yang sensitive dan pantai lahan basah (DES)

1. >500m dari DES 2. 1–500m dari DES 3. dalam DES

Jarak dari lingkungan alami dan ekologi yang dilindungi (DNR)

1. >500m dari DNR 2. 1–500m dari DNR 3. dalam DNR

Kepadatan bangunan 1. sesuai : Baik 2. kurang sesuai: kurang 3. tidak sesuai : buruk

Infrastruktur

Kelayakan jaringan jalan

1. tersedia: baik 2. kurang tersedia: kurang 3. tidak tersedia: buruk

Ketersediaan transportasi pubilk

1. tersedia: baik 2. kurang tersedia: kurang 3. tidak tersedia: buruk

Kedekatan dari jalur transportasi utama (DMT)

1. >500m dari DMT 2. 200–500m dari DMT 3. 100-200 dari DMT

Source: yurnita, 2016

Page 135: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

118

BAB VI

UJI VALIDASI INDEKS KEBERLANJUTAN REKLAMASI PADA KAWASAN REKLAMASI MENGGUNAKAN ANALISIS SPASIAL GIS; KASUS PANTAI MAKASSAR DAN PANTAI

UTARA JAKARTA

A. Pantai Makassar

Indeks Keberlanjutan Reklamasi (IKR) pada studi ini difokuskan

pada tiga faktor: sumber daya pesisir, bangunan dan infrastruktur yang

kemudian dianalisis menggunakan sistem informasi geografis.

Keberlanjutan daerah reklamasi diidentifikasi berdasarkan citra satelit

Enhance Tematic Mapper+ (ETM), yang berasal dari gambar ASTER.

Hasil yang diperoleh, mengungkapkan bahwa indikator keberlanjutan

dalam studi saat ini terfokus pada sembilan faktor; persentase ruang

terbuka (%), ketersediaan ruang untuk konservasi air, per kapita cakupan

tanah (ha), jarak dari muara yang peka terhadap kerusakan lingkungan

dan lahan basah pesisir (DES), jarak dari cagar alam dan kawasan

lindung (DNR), kepadatan bangunan di daerah tersebut, jaringan jalan

yang memadai, ketersediaan transportasi umum dan jarak dari rute

transportasi utama (DMT).

1. Indikator Sumber Daya Pesisir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 15% dari total luas

yang diinvestigasi adalah ruang terbuka. Dari IKR pantai Makassar

diartikan atau diklasifikasikan sebagai kurang berkelanjutan, karena

Page 136: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

119

kurang dari 30% dari yang ditetapkan oleh Undang-undang nomor 26

tahun 2007 tentang penataan ruang sementara kawasan konservasi air

sekitar 16% artinya tersedia. Jika demikian, itu diklasifikasikan sebagai

baik atau berkelanjutan. Kemudian indeks terakhir dari sumber daya

pesisir adalah per kapita cakupan tanah (Ha). Di Makassar, tidak ada

standar tertentu untuk mengukur indikator ini, karena belum ada data yang

tersedia untuk menghitung tanah yang diperlukan oleh orang untuk hidup,

bukan hanya rumah, tetapi juga tanah sekolah, bekerja, rekreasi yang

semuanya harus dihitung. Berdasarkan kondisi ini maka indikator yang

bisa diukur hanya ada dua dengan penilaian satu indikator tidak

berkelanjutan dan satu lagi berkelanjutan maka dapat disimpulkan bahwa

cukup berkelanjutan seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.1.

Page 137: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

120

Gambar 6.1. Sumber Daya Pesisir di Kawasan Reklamasi Makassar

Page 138: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

121

2. Indeks Bangunan

Hasil penilaian indikator bangunan yang terdiri dari tiga indeks

menunjukkan bahwa jarak dari muara sungai yang peka terhadap

lingkungan dan lahan basah pesisir yang buruk atau tidak berkelanjutan,

karena beberapa bagian dari daerah reklamasi berada dalam muara yang

sensitif dan lahan basah pesisir. Indeks kedua menunjukkan bahwa jarak

Gambar 6.2 Peta Kondisi Pantai Kota Makassar dari Analisis Indikator Bangunan

Page 139: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

122

dari cagar alam dan ekologi cadangan jauh dari daerah reklamasi, yaitu

lebih dari 500 meter. Indeks berikutnya adalah kepadatan bangunan di

daerah mereka yang cocok dengan perencanaan tata ruang Kota

Makassar artinya berkelanjutan seperti yang ditunjukkan pada gambar

6.2.

3. Indeks Infrastruktur

Penilaian dari indikator infrastruktur diklasifikasikan ke dalam tiga

indeks, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.5. Indeks pertama

adalah jaringan jalan yang memadai. Dari peta dapat dilihat bahwa daerah

reklamasi memiliki jaringan jalan yang memadai, makna untuk

mengatakan kawasan pantai Makassar berkelanjutan. Ketersediaan

transportasi umum di daerah reklamasi tersedia, sehingga berkelanjutan.

Yang terakhir adalah jarak dari rute transportasi utama adalah sekitar 420

M, itu berarti tidak berkelanjutan.

Page 140: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

123

Gambar 6.3 Peta Kondisi Pantai Kota Makassar dari analisis Indikator Infrastruktur

Page 141: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

124

Status kawasan reklamasi dapat dikatakan berkelanjutan atau

belum, dimulai dengan mengklasifikasi kategori dan indikator yang

didasarkan pada hasil pembobotan dengan nilai dari suatu kondisi

indikator yang ada. Penilaian terhadap indikator kemudian dilakukan

dengan memberikan nilai pada klasifikasi kondisi masing-masing

indikatornya. Penilaian tersebut adalah: nilai 1 jika indikator yang ada

masuk dalam klasifikasi buruk; nilai 2 jika indikator yang ada masuk dalam

klasifikasi kurang berkelanjutan; dan nilai 3 jika indikator yang ada masuk

dalam klasifikasi baik (Apriyanto et al., 2015).

Perumusan indeks keberlanjutan disusun berdasarkan nilai total

tertinggi (baik) dan nilai terendah (buruk) yang mungkin tercapai dari

perkalian antara hasil skoring (data kondisi kawasan reklamasi kota

Makassar atau Kota Jakarta) dan pembobotan. Nilai tertinggi yang

mungkin tercapai adalah 3, sedangkan nilai terendah adalah 1.

Selanjutnya dengan mempergunakan kelas interval yang dihitung

berdasarkan rentang dari nilai tertinggi dan terendah, maka status

keberlanjutan suatu kawasan reklamasi disajikan pada Tabel 6.1.

Nilai akhir dari perhitungan ini merupakan indeks komposit dari 3

(tiga) kategori pembangunan berkelanjutan (sumber daya pesisir,

bangunan dan infrastruktur) yang berasal dari salah satu pilar

pembangunan berkelanjutan yakni dari sisi fisik lingkungan.

Page 142: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

125

Tabel 6.1 . Indeks Keberlanjutan Indeks Keberlanjutan Kriteria

Berkelanjutan Nilai total 2.35 – 3.00 , salah satau nilai indikator tidak boleh kurang dari 0.75

Kurang Berkelanjutan Nilai total 1.67 – 2.34

Tidak Berkelanjutan Nilai Total 1.00 – 1.66

Sumber : (Apriyanto et al., 2015)

Tabel 6.2. Hasil Penilaian Kategori Reklamasi Kota Makassar

Kategori Indikator

Data Kawasan

Reklamasi Kota

Makassar

Nilai Klasifi-

kasi

Bobot

Bobot Kate-gori

Nilai Kate-gori

Sumber daya pesisir

Persentase Ruang terbuka (%)

15% 2 0.25 0.12 0.24

Ketersediaan ruang untuk konsevasi air

16% 3 0.17 0.08 0.25

Tutupan lahan Per capita (ha)

- 1 0.16 0.08 0.08

Bangunan

Jarak dari lingkungan muara sensitive dan daerah tangkapan air pesisir

Berada pada muara sungai

1 0.29 0.14 0.14

Jarak dari kawasan lindung dan lindung ekologi (DNR)

>500 meter dari kawasan

lindung 3 0.22 0.11 0.32

Kepadatan bangunan

Sesuai dengan RTRW

3 0.12 0.06 0.18

Infrastruktur

Kecukupan jalur jalan

Tersedia dan memadai

3 0.35 0.17 0.51

Ketersediaan transportasi publik

tersedia 3 0.31 0.15 0.46

Jarak dari transportasi utama (DMT)

420 M 2 0.16 0.08 0.16

2.03 1.00 2.35

Berdasarkan hasil uji validitas IKR di Kota Makassar nampak bahwa

Makassar mempunyai indeks 2,35 berarti berkelanjutan namun perlu

berhati-hati karena berada pada nilai bawah range berkelanjutan sehingga

Page 143: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

126

pembangunan reklamasi perlu memperhatikan prinsip kota berkelanjutan.

Hal yang paling menghawatirkan pada reklamasi di Makassar adalah

dilakukannya reklamasi pada muara sungai yang sensitif terhadap

kerusakan lingkungan.

I. Menilai Keberlanjutan Reklamasi Pantai Utara Jakarta

Penentuan kecamatan berdasarkan purposive sampling,

Kecamatan Penjaringan di wilayah Jakarta Utara dipilih karena letaknya di

perbatasan wilayah reklamasi dan akan terkena dampak langsung dari

dampak proyek reklamasi. Daerah ini direncanakan untuk direvitalisasi

bersama dengan rencana reklamasi (Azwar et al., 2013).

Menggunakan analisis GIS untuk mengetahui kondisi keberlanjutan

daerah reklamasi dengan menganalisis tiga indikator yang telah

dirumuskan sebelumnya, yaitu indikator sumber daya pesisir, indikator

bangunan dan indikator infrastruktur yang akan dijelaskan secara berturut-

turut sebagai berikut.

1. Indikator Sumber Daya Pesisir

Poligon sederhana dari keseluruhan pola penggunaan tanah di

daerah reklamasi Jakarta, digunakan untuk sumber daya pesisir, yaitu

ruang terbuka hijau, ketersediaan ruang untuk konservasi air, dan per

kapita cakupan tanah (ha). Sumber data adalah Rencana Detail Tata

Ruang Kawasan Reklamasi dari Badan Perencanaan Pembangunan

Page 144: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

127

Daerah Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Republik Indonesia.

Indikator dari sumber daya pesisir telah menunjukkan bahwa

daerah reklamasi dari indeks cakupan ruang terbuka hijau hanya 7.216%,

yang terdiri atas tamana, sabuk hijau dan lapangan seluas 262.57 ha,

seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.4 Itu berarti bahwa daerah

tersebut tidak berkelanjutan karena kurang dari 30% seperti yang

ditetapkan dalam undang-undang tentang penataan ruang, seperti yang

ditunjukkan dalam tabel 6.3.

Gambar. 6.4. Persentase Penggunaan Lahan dari indikator sumber daya

pesisir

Di daerah ini ada Daerah Aliran Sungai (DAS), daerah rawa dan

danau yang berfungsi sebagai konservasi air, sekitar 5.082% atau

184.91Ha, berarti tersedia sehingga dikategorikan berkelanjutan. Tetapi

cakupan tanah per kapita tidak dapat dihitung karena ada tidak ada data

ditemukan. Dari tiga indeks yang ada pada indiator sumber daya pesisir,

sehingga disimpulkan bahwa kawasan ini berkelanjutan namun

Page 145: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

128

mempunyai kecenderungan penurunan kualitas lingkungan seperti yang

ditunjukkan pada gambar 6.4.

Tabel 6.3. Hasil analisis GIS sumber daya pesisir

No. Penggunaan Lahan Area (ha)

Percentage (%)

1 Ruang tertutup 2,719.20 74.733

2 Konsertasi air 184.91 5.082

3 Kawasan lindung 359.70 9.886

4 Ruang Terbuka hijau 262.57 7.216

5 Kawasan sesnsitif 57.57 1.582

6 Jalan 54.58 1.500

Total

3,638.54 100.000

Page 146: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

129

2. Indikator Bangunan

Analisis GIS dari peta daerah reklamasi Jakarta, digunakan untuk

menghitung jarak dan kepadatan daerah, misalnya jarak dari muara

sungai yang peka terhadap lingkungan dan lahan basah pesisir (DES),

jarak dari cagar alam dan kawasan lindung (DNR), kepadatan bangunan.

Sumber data adalah Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Reklamasi dari

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jakarta dan Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.

Dari analisis GIS, telah ditemukan bahwa untuk indikator bangunan,

kerapatan bangunan menyumbang sekitar 74.733% dari daerah

Reklamasi. Menurut teori sebelumnya bahwa apabila suatu kawasan baru

mempunyai lahan terbangun (tertutup perkerasan) persentasenya lebih

dari 10% maka dikatakan tidak berkelanjutan, maka jelas bahwa kawasan

ini kurang berkelanjutan. Pemanfaatan ruang mempunyai kecenderungan

melakukan konversi penggunaan tanah dari tidak terbangun menjadi

terbangun yang dilakukan secara intensif. Fenomena ini memperluas

perubahan di area pinggiran, sebagai salah satu gejala urban sprawl

(Surya, 2015a).

Menurut literatur sebelumnya dikatakan reklamasi kurang

berkelanjutan jika Muara dan cagar alam berada di dalam daerah

reklamasi. Dari analisis GIS ditemukan bahwa daerah muara sungai

berada di daerah reklamasi sehingga dapat dikatakan bahwa tidak

berkelanjutan. Sama halnya yang terjadi pada indeks cagar alam yang

Page 147: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

130

berada di daerah reklamasi sehingga pembangunan dikatakan tidak

berkelanjutan. Hasil dari GIS ditunjukkan dalam tabel 3 dan gambar 6.5

dan gambar 6.6.

Tabel 6.4. Hasil Analisis Indeks Bangunan

No Indikator Variable Nilai

1 Kepadatan bangunan Persentase 74.733

2 Muara sungai Metre 0.000

3 Kawasan lindung Metre 0.000

Page 148: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

131

3. Indikator Infrastruktur

Data dari infrastruktur dijabarkan dalam bentuk gambar baris, yang

digunakan untuk menghitung fasilitas infrastruktur, misalnya jaringan jalan

yang tersedia, ketersediaan transportasi umum dan jarak dari rute

transportasi utama (DMT).

Dari hasil analisis GIS telah ditemukan bahwa indikator infrastruktur

yang terdiri atas tiga indeks, maka jaringan jalan tersedia artinya

berkelanjutan. Kawasan ini memiliki fasilitas yang memadai atas

transportasi umum berarti berkelanjutan dan jalur transportasi utama

berada sekitar 1.100 meter dari area reklamasi, menurut literatur jika lebih

dari 500 meter itu taraf buruk, yang berarti dari tiga indeks keberlanjutan

ada dua yang berkelanjutan dan satu yang tidak berkelanjutan, maka dari

sisi infrastruktur masih berkelanjutan seperti yang ditunjukkan gambar 6.7.

Gambar 6.7. Peta Indikator Infrastruktur

Page 149: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

132

Tabel 6.5. Hasil Penilaian Keberlanjutan Pantai Utara Jakarta

Kategori Indikator Data

Kawasan

Nilai Klasifi-kasi

Bobo

t

Bobot

Kate-gori

Nilai Kate-gori

Sumber daya pesisir

Persentase Ruang terbuka (%)

7.2 %, 1 0.25 0.12 0.12

Ketersediaan ruang konsevasi air

5.08% 2 0.17 0.08 0.17

Tutupan lahan Per capita (ha)

- 1 0.16 0.08 0.08

Bangunan Jarak muara sensitif dan tangkapan air

Berada muara

1 0.29 0.14 0.14

Jarak dari kawasan lindung dan lindung ekologi (DNR)

dalam daerah

reklamasi

1 0.22 0.11 0.11

Kepadatan bangunan 74.73% 1 0.12 0.06 0.06

Infrastruktur

Kecukupan jalur jalan Tersedia memadai

3 0.35 0.17 0.51

Ketersediaan transportasi publik

tersedia 3 0.31 0.15 0.46

Jarak dari transportasi utama (DMT)

1.100 meter 1 0.16 0.08 0.08

2.03 1.00 1.73

Sumber : Hasil analisis 2017

Berdasarkan hasil uji validitas IKR Kota Jakarta nampak bahwa

indeks keberlanjutan pantai Utara kota Jakarta mendapatkan nilai 1.73

yang dalam tabel ketegori berarti kurang berkelanjutan, maka dapat

dikatakan bahwa reklamasi di Kota Jakarta perlu mendapat perhatian

dalam pelaksanaan kedepan, karena ada kecenderungan tidak aman bagi

generasi yang akan datang. Sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan,

bahwa pembangunan dilakukan bagi kemajuan kawasan namun tetap

memperhatikan kelanjutannya bagi generasi yang akan datang.

Page 150: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

133

BAB VII

MODEL REKLAMASI PANTAI YANG BERKELANJUTAN

A. Gambaran Responden Penelitian

Penelitian tahap akhir pada tulisan ini adalah merumuskan model

reklamasi yang didasarkan pada indeks keberlanjutan yang telah

dirumuskan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Sebagai data primer

dalam penelitian adalah data responden dari masyarakat yang bertempat

tinggal di kawasan reklamasi Tanjung Bunga Kota Makassar. Jumlah

sampel penelitian berjumlah 270 responden. Responden dibagi

berdasarkan karakteristik yang dapat dilihat sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 1.3333, median sebesar 1.0000, mode sebesar 1.00, std.

deviation sebesar 0.47228, variance sebesar 0.223, skewness sebesar

0.711, kurtosis sebesar -1.506, range sebesar 1.00, minimum sebesar

1.00, maximum sebesar 2.00. Data responden berdasarkan jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pria 180.00 66.70 66.70 66.70

Wanita 90.00 33.30 33.30 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 151: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

134

Gambar 7.1 Distribusi Data Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil diatas menunjukkan distribusi data berdasarkan jenis kelamin

responden terbagi atas pria dan wanita. Kategori responden dengan jenis

kelamin pria diperoleh sebesar 66.70% (180 dari 270 total responden) dan

wanita sebesar 33.30% (90 dari 270 total responden). Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin pria

dengan persentase 66.70%.

2. Usia Responden

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 34.9852, median sebesar 34.0000, mode sebesar 33.00, std.

deviation sebesar 10.68890, variance sebesar 114.253, skewness

sebesar 0.272, kurtosis sebesar -0.934, range sebesar 40.00, minimum

sebesar 18.00, maximum sebesar 58.00. Data responden berdasarkan

usia responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 152: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

135

Tabel 7.2. Data Respopnden Berdasarkan Usia Responden.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Di bawah 20 Tahun 23.00 8.50 8.50 8.50

21 - 30 Tahun 82.00 30.40 30.40 38.90

31 - 40 Tahun 77.00 28.50 28.50 67.40

41 - 50 Tahun 60.00 22.20 22.20 89.60

Di atas 50 Tahun 28.00 10.40 10.40 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Gambar 7.2. Distribusi Data Berdasarkan Usia Responden.

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

usia responden yang terbagi atas limaalternatif pilihan usia responden.

Kategori dengan usia responden di bawah 20 tahun diperoleh sebesar

8.50% (23 dari 270 total responden). Kategori dengan usia responden

berkisar antara 21 – 30 tahun diperoleh sebesar 30.40% (82 dari 270 total

responden). Kategori dengan usia responden berkisar antara 31 – 40

tahun diperoleh sebesar 28.50% (77 dari 270 total responden). Kategori

dengan usia responden berkisar antara 41 – 50 tahun diperoleh sebesar

Page 153: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

136

22.30% (60 dari 270 total responden). Kategori dengan usia responden di

atas 50tahun diperoleh sebesar 3.28% (28 dari 270 total responden).

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden

pada penelitian ini berusia berkisar 21 – 30 tahun dengan persentase

30.40%.

3. Pendidikan Responden

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 2.9593, median sebesar 3.0000, mode sebesar 3.00, std.

deviation sebesar 0.98794, variance sebesar 0.976, skewness sebesar

0.385, kurtosis sebesar 0.608, range sebesar 5.00, minimum sebesar

1.00, maximum sebesar 6.00. Data responden berdasarkan pendidikan

responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.3. Data Respopnden Berdasarkan Pendidikan Responden.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sekolah Dasar (SD) 19.00 7.00 7.00 7.00

SMP/Sederajat 49.00 18.10 18.10 25.20

SMA/SMK/Sederajat 156.00 57.80 57.80 83.00

Diploma Tiga (D3) 17.00 6.30 6.30 89.30

Sarjana (S1) 28.00 10.40 10.40 99.60

Magister/Doktor (S2/S3) 1.00 0.40 0.40 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 154: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

137

Gambar 7.3. Distribusi Data Berdasarkan Pendidikan Responden.

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

pendidikan terakhir responden yang terbagi atas enamalternatif

pilihantingkat pendidikan. Kategori dengan responden yang sekolah dasar

(SD) diperoleh sebesar 7.00% (19 dari 270 total responden). Kategori

dengan tingkat pendidikan sekolah menegah pertama dan sederajat

diperoleh sebesar 18.10% (49 dari 270 total responden). Kategori dengan

tingkat pendidikan sekolah menegah atas dan sederajat diperoleh sebesar

57.80% (156 dari 270 total responden). Kategori dengan tingkat

pendidikan diploma tiga (D3) diperoleh sebesar 6.30% (17 dari 270 total

responden).Kategori dengan tingkat pendidikan sarjana (S1) diperoleh

sebesar 10.40% (28 dari 270 total responden).Kategori dengan tingkat

pendidikan magister/doctor (S2/S3) diperoleh sebesar 0.40% (1 dari 270

total responden).

Page 155: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

138

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan

mayoritas responden pada penelitian berpendidikan sekolah menegah

atas (SMA) dengan persentase 57.80%.

4. Pekerjaan Responden

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilaimean

sebesar 3.5148, median sebesar 4.0000, mode sebesar 2.00, std.

deviation sebesar 1.68906, variance sebesar 2.853, skewness sebesar

0.072, kurtosis sebesar -1.315, range sebesar 5.00, minimum sebesar

1.00, maximum sebesar 6.00. Data responden berdasarkan pekerjaan

responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.4. Data Respopnden Berdasarkan Pekerjaan Responden.

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 32.00 11.90 11.90 11.90

Karyawan Swasta 74.00 27.40 27.40 39.30

Buruh 19.00 7.00 7.00 46.30

Wiraswasta/Pedagang 61.00 22.60 22.60 68.90

Nelayan 36.00 13.30 13.30 82.20

Pekerjaan Lainnya 48.00 17.80 17.80 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 156: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

139

Gambar 7.4. Distribusi Data Berdasarkan Pekerjaan Responden.

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

pekerjaan responden yang terbagi atas lima jenis alternatif pilihan

pekerjaan. Kategori dengan responden sebagai pegawai negeri sipil

(PNS) diperoleh sebesar 11.90% (32 dari 270 total responden). Kategori

dengan responden sebagai karyawan swasta diperoleh sebesar 27.40%

(74 dari 270 total responden). Kategori dengan responden sebagai buruh

diperoleh sebesar 7.00% (19 dari 270 total responden). Kategori dengan

responden sebagai wiraswasta/pedagang diperoleh sebesar 22.60% (61

dari 270 total responden). Kategori dengan responden sebagai nelayan

diperoleh sebesar 13.30% (36 dari 270 total responden). Kategori dengan

responden sebagai pekerjaan lainnya diperoleh sebesar 17.80% (48 dari

270 total responden).

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas pekerjaan

responden pada penelitian ini sebagai karyawan swasta sebesar 27.40%.

Page 157: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

140

5. Pendapatan Responden

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 2.5815, median sebesar 3.0000, mode sebesar 3.00, std.

deviation sebesar 0.78011, variance sebesar 0.609, skewness sebesar -

0.108, kurtosis sebesar -0.367, range sebesar 3.00, minimum sebesar

1.00, maximum sebesar 4.00. Data responden berdasarkan pendapatan

responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7.5. Data Respopnden Berdasarkan Pendapatan Responden.

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Di bawah Rp. 1.000.000 21.00 7.80 7.80 7.80

Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 99.00 36.70 36.70 44.40

Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000 122.00 45.20 45.20 89.60

Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000 28.00 10.40 10.40 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016

Gambar 7.5 Distribusi Data Berdasarkan Pendapatan Responden.

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

pendapatan responden yang terbagi atas empatalternatif pilihan.

Page 158: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

141

Kategori dengan responden dengan pendapatan dibawah Rp.

1.000.000 diperoleh sebesar 2.10% (7 dari 270 total responden). Kategori

dengan responden dengan pendapatan Rp. 1.000.000 s/d Rp. 2.000.000

diperoleh sebesar 33.10% (111 dari 270 total responden). Kategori

dengan responden dengan pendapatan Rp. 2.000.000 s/d Rp. 3.000.000

diperoleh sebesar 46.90% (157 dari 270 total responden). Kategori

dengan responden dengan pendapatan Rp. 3.000.000 s/d Rp. 4.000.000

diperoleh sebesar 10.40% (35 dari 270 total responden). Kategori dengan

responden dengan pendapatan diatas Rp. 4.000.000 diperoleh sebesar

7.50% (25 dari 270 total responden).

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas pendapatan

responden pada penelitian ini adalah Rp. 2.000.000 s/d Rp. 3.000.000.

B. Penilaian Masyarakat terhadap Indeks Keberlanjutan

Model reklamasi pesisir yang berkelanjutan dirumuskan

berdasarkan penilaian masyarakat yang didapat dari kuesioner. Hasil

yang didapatkan dari responden antara lain:

1. Ruang Terbuka Hijau

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 7.3407, median sebesar 7.0000, mode sebesar 7.00, std.

deviation sebesar 1.12863, variance sebesar 1.274, skewness sebesar

0.612, kurtosis sebesar 2.540, range sebesar 8.00, minimum sebesar

Page 159: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

142

3.00, maximum sebesar 11.00. Data responden berdasarkan kategori

kondisi ruang terbuka hijau dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.6. Kondisi Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Reklamasi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Sangat Kurang Baik 5.00 1.90 1.90 1.90

Kurang Baik 242.00 89.60 89.60 91.50

Cukup Baik 15.00 5.60 5.60 97.00

Baik 8.00 3.00 3.00 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Gambar 7.6 Kondisi Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Reklamasi.

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

kondisi ruang terbuka hijau dengan empat alternatif pilihan. Kategori

dengan kondisi ruang terbuka hijau sangat kurang baik diperoleh sebesar

1.90% (5 dari 270 total responden). Kategori dengan kondisi ruang

terbuka hijau kurang baik diperoleh sebesar 89.60% (242 dari 270 total

Page 160: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

143

responden). Kategori dengan kondisi ruang terbuka hijau cukup baik

diperoleh sebesar 5.60% (15 dari 270 total responden). Kategori dengan

kondisi ruang terbuka hijau baik diperoleh sebesar 3.00% (8 dari 270 total

responden).

Dari hasil tersebut terdapat kecenderungan bahwa mayoritas

respondendengan kondisi ruang terbuka hijau kurang baik diperoleh

sebesar 89.60%.

2. Konservasi Air

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 7.1667, median sebesar 7.0000, mode sebesar 7.00, std.

deviation sebesar 1.08299, variance sebesar 1.173, skewness sebesar

0.106, kurtosis sebesar 0.266, range sebesar 7.00, minimum sebesar

4.00, maximum sebesar 11.00. Data responden berdasarkan kategori

kondisi konservasi air pada kawasan responden dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 7.7. Kondisi Konservasi Air Pada Kawasan Reklamasi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Sangat Kurang Baik 18.00 6.70 6.70 6.70

Kurang Baik 215.00 79.60 79.60 86.30

Cukup Baik 36.00 13.30 13.30 99.60

Baik 1.00 0.40 0.40 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 161: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

144

Gambar 7.7. Kondisi Konservasi Air Pada Kawasan Reklamasi.

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

kondisi konservasi air dengan empat alternatif pilihan. Kategori dengan

kondisi konservasi air sangat kurang baik diperoleh sebesar 6.70% (18

dari 270 total responden). Kategori dengan kondisi konservasi air kurang

baik diperoleh sebesar 79.60% (215 dari 270 total responden). Kategori

dengan kondisi konservasi air cukup baik diperoleh sebesar 13.30% (36

dari 270 total responden). Kategori dengan kondisi konservasi air baik

diperoleh sebesar 0.40% (1dari 270 total responden).

Dari hasil tersebut terdapat kecenderungan mayoritas responden

menjawab dengan kondisi konservasi air kurang baik diperoleh sebesar

79.60%.

Page 162: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

145

3. Kebutuhan Ruang

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 8.8259, median sebesar 9.0000, mode sebesar 9.00, std.

deviation sebesar 1.36447, variance sebesar 1.862, skewness sebesar -

0.053, kurtosis sebesar 0.160, range sebesar 8.00, minimum sebesar

5.00, maximum sebesar 13.00. Data responden berdasarkan kebutuhan

ruang pada kawasan responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7.8. Kondisi Kebutuhan RuangPada Kawasan Reklamasi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Sangat Kurang Baik 2.00 0.70 0.70 0.70

Kurang Baik 99.00 36.70 36.70 37.40

Cukup Baik 147.00 54.40 54.40 91.90

Baik 22.00 8.10 8.10 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Gambar 7.8 Kondisi Kebutuhan Ruang Pada Kawasan Reklamasi.

Page 163: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

146

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

kondisi kebutuhan ruang dengan empat alternatif pilihan. Kategori dengan

kondisi kebutuhan ruang sangat kurang baik diperoleh sebesar 0.70% (2

dari 270 total responden). Kategori dengan kondisi kebutuhan ruang

kurang baik diperoleh sebesar 36.70% (99 dari 270 total responden).

Kategori dengan kondisi kebutuhan ruang cukup baik diperoleh sebesar

54.40% (147 dari 270 total responden). Kategori dengan kondisi

kebutuhan ruang baik diperoleh sebesar 8.10% (22dari 270 total

responden).

Dari hasil tersebut terdapat kecenderungan mayoritas responden

menjawab dengan kondisi kebutuhan ruang cukup baik diperoleh sebesar

54.40%.

4. Muara Sungai

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 10.1037, median sebesar 10.0000, mode sebesar 12.00, std.

deviation sebesar 2.03236, variance sebesar 4.130, skewness sebesar -

0.329, kurtosis sebesar -0.680, range sebesar 10.00, minimum sebesar

4.00, maximum sebesar 14.00. Data responden berdasarkan kategori

kondisi muara sungai pada kawasan dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 164: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

147

Tabel 7.9. Kondisi Muara Sungai Pada Kawasan Reklamasi.

Kategori Frekuensi Persen Valid Persen

Kumulatif Persent

Sangat Kurang Baik 3.00 1.10 1.10 1.10

Kurang Baik 60.00 22.20 22.20 23.30

Cukup Baik 83.00 30.70 30.70 54.10

Baik 123.00 45.60 45.60 99.60

Sangat Baik 1.00 0.40 0.40 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Gambar 7.9 Kondisi Muara Sungai Pada Kawasan Reklamasi

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

kondisi muara sungai dengan lima alternatif pilihan. Kategori dengan

kondisi muara sungaisangat kurang baik diperoleh sebesar 1.10% (3 dari

270 total responden). Kategori dengan kondisi muara sungaikurang baik

diperoleh sebesar 22.20% (60 dari 270 total responden). Kategori dengan

kondisi muara sungaicukup baik diperoleh sebesar 30.70% (83 dari 270

total responden). Kategori dengan kondisi muara sungaibaik diperoleh

Page 165: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

148

sebesar 45.60% (123dari 270 total responden).Kategori dengan kondisi

muara sungai sangat baik diperoleh sebesar 0.40% (1 dari 270 total

responden).

Dari hasil tersebut terdapat kecenderungan mayoritas responden

menjawab dengan kondisi muara sungaicukup baik diperoleh sebesar

30.70%.

5. Kawasan Lindung

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 10.5778, median sebesar 11.0000, mode sebesar 11.00, std.

deviation sebesar 1.97556, variance sebesar 3.903, skewness sebesar -

1.230, kurtosis sebesar 1.227, range sebesar 11.00, minimum sebesar

3.00, maximum sebesar 14.00. Data responden berdasarkan kondisi

kawasan lindung dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 7.10. Kondisi Kawasan Lindung Pada Kawasan Reklamasi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Sangat Kurang Baik 5.00 1.90 1.90 1.90

Kurang Baik 37.00 13.70 13.70 15.60

Cukup Baik 51.00 18.90 18.90 34.40

Baik 173.00 64.10 64.10 98.50

Sangat Baik 4.00 1.50 1.50 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016

Page 166: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

149

Gambar 7.10 Kondisi Kawasan Lindung Pada Kawasan Reklamasi

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

kondisi kawasan lindung dengan lima alternatif pilihan.

Kategori dengan kondisi kawasan lindung sangat kurang baik

diperoleh sebesar 6.70% (18 dari 270 total responden). Kategori dengan

kondisi kawasan lindungkurang baik diperoleh sebesar 79.60% (215 dari

270 total responden). Kategori dengan kondisi kawasan lindung cukup

baik diperoleh sebesar 13.30% (36 dari 270 total responden). Kategori

dengan kondisi kawasan lindungbaik diperoleh sebesar 0.40% (1 dari 270

total responden).

Dari hasil tersebut terdapat kecenderungan mayoritas responden

menjawab dengan kondisi kawasan lindungkurang baik diperoleh sebesar

79.60%.

Page 167: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

150

6. Kepadatan Bangunan

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 9.2815, median sebesar 9.0000, mode sebesar 9.00, std.

deviation sebesar 1.18949, variance sebesar 1.415, skewness sebesar -

0.146, kurtosis sebesar 0.189, range sebesar 7.00, minimum sebesar

5.00, maximum sebesar 12.00. Data berdasarkan kondisi kepadatan

bangunan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.11. Kondisi Kepadatan Bangunan Pada Kawasan Reklamasi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Sangat Kurang Baik 1.00 0.40 0.40 0.40

Kurang Baik 66.00 24.40 24.40 24.80

Cukup Baik 167.00 61.90 61.90 86.70

Baik 36.00 13.30 13.30 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016

Gambar 7.11. Kondisi Kepadatan Bangunan Pada Kawasan Reklamasi

Page 168: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

151

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

kondisi kepadatan bangunan dengan empat alternatif pilihan. Kategori

dengan kondisi kepadatan bangunan sangat kurang baik diperoleh

sebesar 0.40% (1 dari 270 total responden). Kategori dengan kondisi

kepadatan bangunan kurang baik diperoleh sebesar 24.40% (66 dari 270

total responden). Kategori dengan kondisi kepadatan bangunan cukup

baik diperoleh sebesar 61.90% (167 dari 270 total responden). Kategori

dengan kondisi kepadatan bangunan baik diperoleh sebesar 13.30%

(36dari 270 total responden).

Dari hasil tersebut terdapat kecenderungan mayoritas responden

menjawab dengan kondisi kepadatan bangunan cukup baik diperoleh

sebesar 61.90%.

7. Infrastruktur Jalan Hunian

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai

meansebesar 9.3259, mediansebesar 9.0000, modesebesar 9.00, std.

deviation sebesar 1.00800, variance sebesar 1.016, skewness sebesar -

0.295, kurtosis sebesar -0.155, range sebesar 5.00, minimum sebesar

6.00, maximum sebesar 11.00. Data berdasarkan kondisi infrastruktur

jalan hunian kawasan dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 169: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

152

Tabel 7.12. Kondisi Infrastruktur Jalan HunianPada Kawasan Reklamasi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Kurang Baik 53.00 19.60 19.60 19.60

Cukup Baik 186.00 68.90 68.90 88.50

Baik 31.00 11.50 11.50 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Gambar 7.12. Kondisi Infrastruktur Jalan HunianPada Kawasan Reklamasi

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

kondisi infrastruktur jalan hunian dengan tigaalternatif pilihan. Kategori

dengan kondisi infrastruktur jalan hunian kurang baik diperoleh sebesar

19.60% (53 dari 270 total responden). Kategori dengan kondisi

infrastruktur jalan hunian cukup baik diperoleh sebesar 68.90% (186 dari

270 total responden). Kategori dengan kondisi infrastruktur jalan hunian

baik diperoleh sebesar 11.50% (31 dari 270 total responden).

Page 170: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

153

Dari hasil tersebut terdapat kecenderungan mayoritas responden

menjawab dengan kondisi infrastruktur jalan hunian cukup baik diperoleh

sebesar 68.90%.

8. Transportasi Publik

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai

meansebesar10.5444, mediansebesar11.0000, modesebesar11.00, std.

deviationsebesar1.46707, variancesebesar2.152, skewnesssebesar -

0.814, kurtosissebesar1.571, rangesebesar8.00, minimumsebesar6.00,

maximum sebesar 14.00. Data responden berdasarkan kondisi

transportasi publik dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7.13. Kondisi Transportasi Publik Pada Kawasan Reklamasi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Kurang Baik 12.00 4.40 4.40 4.40

Cukup Baik 112.00 41.50 41.50 45.90

Baik 144.00 53.30 53.30 99.30

Sangat Baik 2.00 0.70 0.70 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 171: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

154

Gambar 7.13. Kondisi Transportasi Publik Pada Kawasan Reklamasi

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

kondisi transportasi publik dengan empat alternatif pilihan.

Kategori dengan kondisi transportasi publikkurang baik diperoleh

sebesar 4.40% (12 dari 270 total responden). Kategori dengan kondisi

transportasi publikcukup baik diperoleh sebesar 41.50% (112 dari 270

total responden). Kategori dengan kondisi transportasi publikbaik

diperoleh sebesar 53.50% (144 dari 270 total responden). Kategori

dengan kondisi transportasi publikbaik diperoleh sebesar 0.70% (2dari

270 total responden).

Dari hasil tersebut terdapat kecenderungan mayoritas responden

menjawab dengan kondisi transportasi publikbaik diperoleh sebesar

53.50%.

Page 172: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

155

9. Jaringan Jalan

Dengan menggunakan Program SPSS 23.0 diperoleh nilai mean

sebesar 12.1963, median sebesar 12.0000, mode sebesar 12.00, std.

deviation sebesar 1.49422, variance sebesar 2.233, skewness sebesar -

0.879, kurtosis sebesar 0.576, range sebesar 7.00, minimum sebesar

8.00, maximum sebesar 15.00. Data responden berdasarkan kondisi

jaringan jalan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 7.14. Kondisi Jaringan Jalan Pada Kawasan Reklamasi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Kurang Baik 7.00 2.60 2.60 2.60

Cukup Baik 21.00 7.80 7.80 10.40

Baik 189.00 70.00 70.00 80.40

Sangat Baik 53.00 19.60 19.60 100.00

Total 270.00 100.00 100.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Gambar 7.14 Kondisi Jaringan Jalan Pada Kawasan Reklamasi

Page 173: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

156

Hasil diatas menunjukkan distribusi data penelitian berdasarkan

kondisi jaringan jalandengan empat alternatif pilihan.

Kategori dengan kondisi jaringan jalankurang baik diperoleh

sebesar 2.60% (7 dari 270 total responden). Kategori dengan kondisi

jaringan jalancukup baik diperoleh sebesar 7.80% (21 dari 270 total

responden). Kategori dengan kondisi jaringan jalanbaik diperoleh sebesar

70.00% (189 dari 270 total responden). Kategori dengan kondisi jaringan

jalansangat baik diperoleh sebesar 19.60% (53dari 270 total responden).

Dari hasil tersebut terdapat kecenderungan mayoritas responden

menjawab dengan kondisi jaringan jalan baik diperoleh sebesar 70.00%.

C. Analisis SEM

Desain Model Persamaan Struktural (SEM) yang dijadikan acuan

dalam penelitian serta tahapan dalam analisis data SEM dengan program

AMOS sebagai berikut :

Page 174: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

157

Gambar 3.8. Model Penelitian Structural Equation Model (SEM)

Sumber : Output Program IBM AMOS 22

a. Evaluasi Normalitas Data

Asumsi normalitas data diuji dengan melihat nilai kecondongan

(skewness) dan keruncingan (kurtosis) dari data yang digunakan (Fitri,

2014). Apabila nilai CR berada pada rentang antara ±2.58, maka data

masih dapat dinyatakan berdistribusi normal pada tingkat signifikansi 1%.

Hasil pengujian normalitas data ditampilkan pada Tabel 3.10

Tabel 3.10.Penilaian Normalitas

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

IJ3 2.000 4.000 -.143 -.937 .383 1.250

IJ2 2.000 4.000 .020 .129 .237 .775

IJ1 2.000 5.000 1.010 6.596 .194 .634

TP1 2.000 5.000 -.146 -.951 -.152 -.497

TP2 2.000 5.000 .324 2.115 -.099 -.323

TP3 2.000 5.000 .440 2.874 -.031 -.102

Page 175: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

158

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

JJ1 3.000 5.000 -.091 -.592 -.691 -2.256

JJ2 2.000 5.000 -.601 -3.926 .472 1.540

JJ3 3.000 5.000 -.088 -.574 -.401 -1.311

KB1 2.000 4.000 .792 5.172 -1.047 -3.418

KB2 2.000 4.000 -.549 -3.583 -.473 -1.546

KB3 2.000 5.000 .362 2.363 -.151 -.492

KR1 1.000 4.000 -.133 -.866 -.732 -2.390

KR2 2.000 5.000 .012 .078 -.357 -1.165

KR3 1.000 4.000 -.229 -1.498 -.244 -.798

KL1 2.000 5.000 -.905 -5.911 .554 1.809

KL2 2.000 5.000 -.253 -1.653 -.540 -1.762

KL3 1.000 5.000 -.348 -2.275 -.011 -.037

RT3 1.000 4.000 -.303 -1.981 .013 .043

RT2 1.000 3.000 .646 4.218 .627 2.048

RT1 1.000 5.000 .489 3.195 .515 1.681

KA3 1.000 3.000 1.426 9.316 .458 1.496

KA2 2.000 4.000 -.051 -.330 -.553 -1.805

KA1 2.000 4.000 -.016 -.108 .118 .385

MS3 1.000 5.000 -.430 -2.806 -.485 -1.585

MS2 2.000 5.000 -.417 -2.723 -.262 -.855

MS1 1.000 5.000 -.848 -5.537 -.551 -1.798

Multivariate 10.545 2.132

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Hasil penilaian normalitas multivariate pada kolom critical ratio

(c.r.) menunjukkan hasil perhitungan sebesar 2.123 yang berarti jauh

lebih kecil dari nilai batas ±2,56. Dengan demikian, dapat ditarik

kesimpulan bahwa hasil penilaian normalitas terhadap data penelitian

yang digunakan dalam model penelitian empiris ini adalah normal

secara univariate dan multivariate yang berarti sangat layak untuk

digunakan dalam estimasi selanjutnya.

b. Evaluasi Univariate dan Multivariate Outliers

Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik

yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya

Page 176: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

159

dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel

tunggal atau kombinasi (Hair et al.,2006 dalam (Ghozali, 2011)). Outliers

dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu dengan melakukan analisis

terhadap univariate outliersdan multivariate outliers.

Nilai ambang batas yang dikategorikan sebagai outliers menurut

Ghozali (2013) dapat dideteksi dengan cara mengkonversi nilai data ke

dalam standard score atau Z-score yang mempunyai rata rata nol dengan

standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu dinyatakan dalam format

standar (z-score), maka perbandingan antara besaran nilai dengan mudah

dapat dilakukan. Sampel besar (di atas 80 observasi), pedoman evaluasi

adalah nilai ambang batas dari z-scoreitu berada pada rentang ±3.00

sampai dengan ±4.00. Karena itu, nilai observasi yang mempunyai z-

score diatas ambang batas dikategorikan sebagai outliers. Hasilpenilaian

dengan z-score dapat dilihat pada Tabel 3.10 :

Tabel 3.11. Pengujian Univarite Outliers dengan Z-Score

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Zscore(RT1) 256 -1.70219 2.71057 .0000000 1.00000000

Zscore(RT2) 256 -2.57686 1.80637 .0000000 1.00000000

Zscore(RT3) 256 -2.90206 2.24524 .0000000 1.00000000

Zscore(KA1) 256 -1.66341 1.88520 .0000000 1.00000000

Zscore(KA2) 256 -1.65665 1.47325 .0000000 1.00000000

Zscore(KA3) 256 -.53454 4.10420 .0000000 1.00000000

Zscore(KR1) 256 -2.57306 1.38708 .0000000 1.00000000

Zscore(KR2) 256 -1.75016 2.71537 .0000000 1.00000000

Zscore(KR3) 256 -2.16847 1.76861 .0000000 1.00000000

Zscore(MS1) 256 -1.92792 1.08611 .0000000 1.00000000

Zscore(MS2) 256 -2.29640 1.37784 .0000000 1.00000000

Zscore(MS3) 256 -1.90761 1.93765 .0000000 1.00000000

Zscore(KL1) 256 -2.25081 1.36555 .0000000 1.00000000

Zscore(KL2) 256 -2.00750 2.58107 .0000000 1.00000000

Page 177: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

160

Zscore(KL3) 256 -3.00492 1.65020 .0000000 1.00000000

Zscore(KB1) 256 -2.78336 1.52202 .0000000 1.00000000

Zscore(KB2) 256 -1.52884 2.61278 .0000000 1.00000000

Zscore(KB3) 256 -1.77531 2.15390 .0000000 1.00000000

Zscore(IJ1) 256 -2.41706 2.76814 .0000000 1.00000000

Zscore(IJ2) 256 -1.87945 1.72459 .0000000 1.00000000

Zscore(IJ3) 256 -1.67005 2.14721 .0000000 1.00000000

Zscore(TP1) 256 -2.35458 1.96121 .0000000 1.00000000

Zscore(TP2) 256 -2.22627 2.45805 .0000000 1.00000000

Zscore(TP3) 256 -2.16504 2.39044 .0000000 1.00000000

Zscore(JJ1) 256 -1.65258 1.39102 .0000000 1.00000000

Zscore(JJ2) 256 -2.47998 1.63368 .0000000 1.00000000

Zscore(JJ3) 256 -2.03152 1.34555 .0000000 1.00000000

Valid N (listwise) 256

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa semua nilai yang telah

distandarisasi dalam bentuk z-score. Karena tidak ada variabel (indicator)

yang mempunyai nilai z-score maksimum di atas ambang batas yang

ditentukan yaitu antara ±3.00 sampai dengan ±4.00 olehnya itu data

observasi yang digunakan dalam model penelitian empiris terbebas dari

univariate outliers,.

Evaluasi multivariate outliers perlu dilakukan karena meskipun data

yang dianalisis menunjukkan adanya outliers pada tingkat univariate,

tetapi observasi-observasi itu dapat menjadi bukan outliers bila sudah

dikombinasikan.

Evaluasi multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan

perhitungan jarak mahalanobis (the mahalonobis distance) untuk tiap-tiap

variabel.The mahalonobis distance menunjukkan jarak sebuah variabel

dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional.Uji

outliers dilakukan untuk menghilangkan nilai-nilai ekstrim pada hasil

Page 178: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

161

observasi. Outliers terjadi karena kombinasi unik yang terjadi dan nilai-nilai

yang dihasilkan dari observasi tersebut sangat berbeda dari observasi-

observasi lainnya. Apabila ditemukan outliers, maka data yang

bersangkutan harus dikeluarkan dari perhitungan lebih lanjut.

Dalam analisis multivariat, outliers dapat diuji dengan

membandingkan nilai mahalanobis distancesquared dengan nilai χ2–tabel

pada jumlah tertentu dan tingkat (p)< 0,01 (Hair et al.,2006 dalam Ghozali

2013). Dengan menggunakan Program Aplikasi AMOS22 pengujian

mahalanobis distance squared menghasilkan nilai sebagai berikut :

Tabel 3.12..Pengujian Multivariat Outliers dengan Mahalanobis Distance Squared

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

10 42.372 .042 1.000

130 42.169 .042 .998

2 42.023 .043 .991

3 41.982 .043 .971

66 41.610 .044 .954

179 41.583 .044 .903

214 41.583 .045 .821

21 41.525 .045 .723

32 41.380 .045 .635

254 41.380 .046 .504

27 41.329 .046 .392

249 41.329 .046 .278

5 40.822 .047 .305

38 40.388 .047 .322

33 40.118 .050 .300

255 40.118 .050 .213

71 39.979 .051 .172

11 39.547 .056 .201

159 39.547 .056 .138

195 39.547 .056 .090

232 39.547 .056 .057

17 39.323 .059 .052

236 39.057 .063 .053

24 38.603 .069 .078

Page 179: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

162

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

23 38.452 .071 .067

31 38.102 .076 .084

253 38.102 .076 .055

46 37.645 .084 .088

42 37.456 .087 .086

35 37.306 .089 .078

162 37.098 .093 .081

36 36.988 .095 .069

65 36.906 .097 .056

178 36.906 .097 .037

213 36.906 .097 .024

131 36.667 .101 .028

20 36.544 .104 .025

235 36.284 .109 .032

29 36.023 .115 .041

251 36.023 .115 .027

158 35.800 .120 .033

194 35.800 .120 .022

231 35.800 .120 .014

37 35.789 .120 .009

153 35.703 .122 .008

125 35.183 .134 .024

41 34.864 .142 .039

127 34.864 .142 .027

49 34.583 .150 .041

94 34.583 .150 .028

117 34.583 .150 .019

148 34.583 .150 .013

72 34.418 .154 .015

45 34.347 .156 .012

15 34.298 .158 .009

44 34.077 .164 .013

7 33.983 .167 .012

155 33.983 .167 .008

22 33.139 .193 .074

13 33.105 .194 .061

144 32.998 .197 .060

28 32.939 .199 .052

250 32.939 .199 .038

6 32.756 .205 .047

126 32.756 .205 .035

26 32.151 .227 .132

248 32.151 .227 .103

25 32.061 .230 .100

132 32.049 .230 .080

228 31.972 .233 .075

Page 180: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

163

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

79 31.887 .236 .072

185 31.887 .236 .055

221 31.887 .236 .041

67 31.525 .250 .087

180 31.525 .250 .067

215 31.525 .250 .051

91 31.461 .253 .046

112 31.461 .253 .034

114 31.461 .253 .025

43 30.894 .276 .106

14 30.722 .283 .130

34 30.722 .283 .104

256 30.722 .283 .081

9 30.306 .301 .185

129 30.306 .301 .152

157 30.306 .301 .123

193 30.306 .301 .097

230 30.306 .301 .076

47 30.257 .303 .069

92 30.257 .303 .053

113 30.257 .303 .040

115 30.257 .303 .030

146 30.257 .303 .022

16 30.234 .304 .017

76 29.944 .317 .037

218 29.944 .317 .028

154 29.809 .323 .033

75 29.798 .323 .026

82 29.408 .341 .073

188 29.408 .341 .056

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016

Perhitungan jarak mahalanobis didasarkan pada nilai chi-square

dalam tabel distribusi χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah indikator

yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini digunakan

27nindikator pada tingkat (p)< 0,01 yaitu χ2(27; 0.01) = 46.962.Oleh

karena itu data yan g memiliki jarak mahalanobis lebih besar dari 42.372

dianggap multivariate outliers. Perhitungan jarak mahalanobisdari data

Page 181: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

164

dapat dilihat pada hasil perhitungan SEM bagian Observations farthest

from the centroid (mahalanobis distance).

Output mahalanobis distance digunakan untuk mendeteksi ada

tidaknya data outlier. Nilai cut-off yang umumnya dipakai untuk

mendeteksi ada tidaknya data outlier adalah nilai p1 dan p2 harus lebih

besar dari 0.04.

Berdasarkan hasil output mahalanobis distancebahwa tidak ada

jarak mahalanobis yang lebih besar dari 46.962 dan nilai p1 dan p2 lebih

besar dari 0.04 sehingga data penelitian ini tidak terdeteksi adanya outlier

multivariate.

c. Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah terdapat multicollinearity atau singularity

dalam sebuah kombinasi variabel, perlu mengamati determinan matriks

covarians. Determinan matriks kovarians yang benar-benar kecil atau

sama dengan 0 mengindikasikan adanya multikolinearitas atau

singularitas (Tabachnick dan Fidell, 1988 dalam Ghozali 2013) sehingga

data tidak dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan.

Berdasarkan dari output SEM yang dianalisis dengan

menggunakan Program AMOS 22, Hasil analisis determinant of sample

covariance matrix pada penelitian ini adalah 2.181 yang berarti nilainya

jauh dari nilai 0. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai determinan

sangat besar dan positif. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai

determinan matriks kovarians bernilai positif. Dengan demikian dapat

Page 182: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

165

dikatakan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dan singularitas serta

data ini layak dipergunakan.

d. Kriteria Kelayakan Model (Goodness of Fit)

Goodness of Fit merupakan indikasi perbandingan antara model

yang dispesifikasi dengan matriks kovarian antar indikator atau observed

variabel. Jika Goodness of Fit yang dihasilkan suatu model itu baik (fit),

maka model tersebut dapat direkomendasikan dan sebaliknya jika

Goodness of Fit yang dihasilkan suatu model itu buruk (tidak fit), maka

model tersebut harus ditolak atau dilakukan modifikasi model. Secara

keseluruhan terdapat tiga jenis ukuran Goodness of Fit sebagai berikut:

1) Absolute fit measures

Absolute fit measures mengukur model fit secara keseluruhan baik

model struktural maupun model pengukuran secara bersama.

a) Chi-Square (χ2)

Karena nilai Chi-Square sangat konservatif dan bergantung pada

besarnya jumlah sample, maka menimbulkan kesalahan Type II (menolak

model yang benar) sehingga disarankan juga melihat nilai fit index lainnya.

Dari analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS 22

menghasilkan nilai Normal Chi-Square (CMIN/DF) sebesar 1.490 lebih

kecil dari nilai yang direkomendasikan sebesar ≤ 2.000 dan jika < 1.000

maka disimpulkan bahwa model sangat fit.

Page 183: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

166

b) Goodness of Fit Indices (GFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai Goodness of Fit Indices (GFI)

sebesar 0.963 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan sebesar

>0.900 atau 0.950 maka disimpulkan bahwa model fit.

c) Root Mean Squard Error of Approxiamtion (RMSEA)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai Root Mean Squard Error of

Approxiamtion (RMSEA) sebesar 0.018 lebih kecil dari nilai yang

direkomendasikan sebesar 0.069 maka disimpulkan bahwa model fit.

2) Incremental Fit Indices

Incremental Fit Indices atau sering disebut juga Comparative Fit

Indeces yaitu merupakan jenis goodness of fit yang digunakan untuk

membandingkan fit model secara teoritis, relatif dengan alternative

baseline model atau sering disebut juga dengan null model. Incremental

Fit Indices terdiri atas :

a) Adjusted Goodness of Fit (AGFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai Adjusted Goodness of Fit

(AGFI) sebesar 0.936 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan

sebesar0.900 maka disimpulkan bahwa model fit.

b) Tucker Lewis Index (TLI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai TLI (Tucker Lewis Index)

sebesar 0.977 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan sebesar 0.900

atau 0.950 maka disimpulkan bahwa model fit.

Page 184: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

167

c) Normed Fit Index (NFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai NFI (Normed Fit Index)

sebesar 0.916 lebih besaratau antara dari nilai yang direkomendasikan

sebesar 0.900 atau0.950 maka disimpulkan bahwa model fit.

d) Comparative Fit Index (CFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai CFI (Comparative Fit Index)

sebesar 0.985lebih besar dari nilai yang direkomendasikan sebesar >0.90

atau>0.95 maka disimpulkan bahwa model fit.

e) Incremental Fit Index (IFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai Incremental Fit Index (IFI)

sebesar 0.986 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan >0.900 atau

>0.950 maka disimpulkan bahwa model fit.

3) Persemonious Fit Indices

Persemonious Fit Indices merupakan ukuran untuk

menghubungkan goodness of fit model dengan sejumlah koefisien

estimasi yang diperlukan untuk mencapai model fit. Persemonious Fit

Indicesterdiri atas :

a) Parsimony Normed Fit Indices (PNFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai Parsimony Normed Fit Indices

(PNFI)sebesar 0.544 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan

sebesar >0.500 atau>0.600 maka disimpulkan bahwa model fit.

b) Parsimony Compaeative Fit Indices (PCFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai Parsimony Compaeative Fit

Indices (PCFI) sebesar 0.671 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan

sebesar >0.500 atau>0.600 maka disimpulkan bahwa model fit.

Page 185: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

168

c) Parsimony Compaeative Fit Indices (PGFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai Parsimony Goodness Fit

Indices (PGFI) sebesar 0.555 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan

sebesar >0.500 atau>0.600 maka disimpulkan bahwa model fit.

Tabel 3.13.Kriteria Kelayakan Model(Goodness of Fit)

No Goodness of Fit Cut-Off Value

Value Result

Absolute fit measures

1 Chi-Square (χ2) - 47.963 Fit

2 Probability (p) ≥ 0.050 0.367 Fit

3 Normal Chi-Square (CMIN/DF) < 2.000 1.490 Fit

4 Goodness of Fit Indices (GFI) ≥ 0.900 0.963 Fit

5 Root Mean Squard Error of Approxiamtion (RMSEA)

≤ 0.080 0.018 Fit

Incremental Fit Indices

1 Adjusted Goodness of Fit (AGFI) ≥ 0.900 0.936 Fit

2 Tucker Lewis Index (TLI) ≥ 0.900 0.977 Fit

3 Normed Fit Index (NFI) ≥ 0.900 0.916 Fit

4 Comparative Fit Index (CFI) ≥ 0.900 0.850 Fit

5 Incremental Fit Index (IFI) ≥ 0.900 0.986 Fit

Persemonious Fit Indices

1 Parsimony Normed Fit Indices (PNFI) ≥ 0.500 0.544 Fit

2 Parsimony Compaeative Fit Indices (PCFI) ≥ 0.500 0.671 Fit

3 Parsimony Compaeative Fit Indices (PGFI) ≥ 0.500 0.555 Fit

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 186: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

169

e. Pengujian Construct Reability (C.R)

Pengujian Construct Reability yang dilakukan menunjukkan sejauh

mana suatu alat ukur yang dapat memberikan hasil yang relatif sama

apabila dilakukan pengukuran kembali pada obyek yang sama. Apabila

suatu alat ukur digunakan berulang dan hasil pengukuran yang diperoleh

relatif konsisten maka alat ukur tersebut dianggap handal (reliabel). Nilai

Construct Reability minimum dari dimensi pembentuk variabel laten yang

dapat diterima adalah ≥ 0,500. Adapun rumus yang dipakai:

𝐶𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑐𝑡 𝑅𝑒𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = Σ 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔

Σ 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 + Σ 𝐸𝑗

Σ 𝐸𝑗 = 1 − 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔

Tabel 3.14. Nilai Construct Reability(CR)

VARIABEL CR

MUARA SUNGAI 0.589

KONSERVASI AIR 0.793

RUANG TERBUKA HIJAU 0.451

KAWASAN LINDUNG 0.555

KEBUTUHAN RUANG 0.292

KEPADATAN BANGUNAN 0.230

JARINGAN JALAN 0.602

TRANSPORTASI PUBLIK 0.531

INFRASTRUKTUR JALAN HUNIAN 0.349

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Berdasarkan hasil pengukuran reliabilitas data diperoleh nilai

reliabilitas data dalam penelitian memiliki nilai rata-rata 0.488 ≥ 0.400.Nilai

0.400 merupakan nilai minimal yang direkomendasikan. Dengan demikian

Page 187: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

170

penelitian telah memiliki tingkat konsistensi (reliabilitas) dalam kategori

sedang.

f. Pengujian Average Variance Extract (AVE)

Pengujian selanjutnya adalah uji Average Variance Extract.

Pengujian Average Variance Extract dengan besar diatas atau sama

dengan 0,500. Dengan ketentuan nilai yang semakin tinggi menunjukkan

indikator-indikator sudah mewakili secara benar konstruk laten yang

dikembangkan. Persamaan untuk mendapatkan nilai Average Variance

Extract adalah :

𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡 = Σ 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 2

Σ 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 2 + Σ 𝐸𝑗

Tabel 3.15. Nilai Average Variance Extract

Variabel Ave

Muara Sungai 0.717

Konservasi Air 0.901

Ruang Terbuka Hijau 0.526

Kawasan Lindung 0.675

Kebutuhan Ruang 0.266

Kepadatan Bangunan 0.171

Jaringan Jalan 0.732

Transportasi Publik 0.644

Infrastruktur Jalan Hunian 0.360

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Berdasarkan hasil pengujianAverage Variance Extractdiperoleh

nilai rata-rata AVE 0.588 ≥ 0,500. Nilai 0.500 merupakan nilai minimal

yang direkomendasikan. Dapat dikatakan bahwa indikator sudah mewakili.

Page 188: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

171

g. Pengujian Discriminant Validity

Discriminant Validdity mengukur seberapa jauh suatu konstruk

benar-benar berbeda dari konstruk lainnya. Nilai Discriminant Validity yang

tinggi memberikan bukti bahwa suatu konstruk adalah unik dan mampu

menangkap fenomena yang diukur, dengan membandingkan nilai akar

dari AVE (AVE) dengan nilai korelasi antar konstruk sesuai tabel 3.15.

Tabel 3.16. Nilai Discriminant Validity

Variabel Dv

Muara Sungai 0.846

Konservasi Air 0.949

Ruang Terbuka Hijau 0.726

Kawasan Lindung 0.822

Kebutuhan Ruang 0.516

Kepadatan Bangunan 0.413

Jaringan Jalan 0.856

Transportasi Publik 0.802

Infrastruktur Jalan Hunian 0.600

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

h. Pengujian Indikator (Loading Factor)

Nilai loading menggambarkan hubungan antara variabel dengan

indikatornya. Maka indikator yang paling baik adalah yang memiliki nilai

loading terbesar, karena menandakan semakin tingginya hubungan

indikator tersebut dengan variabel penelitian. Pada sebagian besar

referensi bobot faktor sebesar 0,400 atau lebih dianggap memiliki validasi

yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten (Sharma, 1996 dalam

(Ferdinand, 2002)).

Page 189: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

172

Tabel 3.17. Hubungan Antara Variabel Dangan Indikator (Loading Factor)

Estimate

MS1 <--- Muara Sungai 0.557

MS2 <--- Muara Sungai 0.750

MS3 <--- Muara Sungai 0.459

KA1 <--- Konservasi Air 0.999

KA2 <--- Konservasi Air 0.426

KA3 <--- Konservasi Air 0.953

RT1 <--- Ruang Terbuka Hijau 0.999

RT2 <--- Ruang Terbuka Hijau 0.099

RT3 <--- Ruang Terbuka Hijau 0.255

KL3 <--- Kawasan Lindung 0.595

KL2 <--- Kawasan Lindung 0.397

KL1 <--- Kawasan Lindung 0.674

KR3 <--- Kebutuhan Ruang 0.051

KR2 <--- Kebutuhan Ruang 0.455

KR1 <--- Kebutuhan Ruang 0.371

KB3 <--- Kepadatan Bangunan 0.327

KB2 <--- Kepadatan Bangunan 0.163

KB1 <--- Kepadatan Bangunan 0.200

JJ3 <--- Jaringan Jalan 0.684

JJ2 <--- Jaringan Jalan 0.775

JJ1 <--- Jaringan Jalan 0.347

TP3 <--- Transportasi Publik 0.555

TP2 <--- Transportasi Publik 0.713

TP1 <--- Transportasi Publik 0.326

IJ1 <--- Infrastruktur Jalan Hunian 0.458

IJ2 <--- Infrastruktur Jalan Hunian 0.060

IJ3 <--- Infrastruktur Jalan Hunian 0.530

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Dari hasil perhitungan loading factor dengan menggunakan

Program AMOS diperoleh hasil sebagai berikut ;

1) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk laten muara

sungai diperoleh nilai loading factor untuk MS1 sebesar 0.557, untuk

MS2 sebesar 0.750 dan untuk MS3 sebesar 0.459. Dari hasil tersebut

Page 190: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

173

seluruh indicator konstruk laten dianggap memiliki validasi yang cukup

kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

2) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk laten

konservasi air diperoleh nilai loading factor untuk KA1 sebesar 0.999,

untuk KA2 sebesar 0.426 dan untuk MS3 sebesar 0.953. Dari hasil

tersebut seluruh indicator konstruk laten dianggap memiliki validasi

yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

3) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk latenruang

terbuka hijau diperoleh nilai loading factor untuk RTH1 sebesar 0.999,

untuk RTH2 sebesar 0.099 dan untuk RTH3 sebesar 0.255. Dari hasil

tersebut, hanya indicator RTH1 dianggap memiliki validasi yang cukup

kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

4) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk

latenkawasan lindung diperoleh nilai loading factor untuk KL1 sebesar

0.674, untuk KL2 sebesar 0.397 dan untuk KL3 sebesar 0.595. Dari

hasil tersebut, hanya indicator KL1 dan KL3 dianggap memiliki validasi

yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

5) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk

latenkebutuhan ruang diperoleh nilai loading factor untuk KR1 sebesar

0.371, untuk KR2 sebesar 0.455 dan untuk KR3sebesar 0.051. Dari

hasil tersebut, hanya indicator KL2 dianggap memiliki validasi yang

cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

Page 191: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

174

6) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk

latenkepadatan bangunan diperoleh nilai loading factor untuk KB1

sebesar 0.200, untuk KB2 sebesar 0.163 dan untuk KB3 sebesar

0.327. Dari hasil tersebut, seluruh indikator dianggap tidak memiliki

validasi yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

7) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk

latenjaringan jalan diperoleh nilai loading factor untuk JJ1 sebesar 0.

3477, untuk JJ2 sebesar 0.775 dan untuk JJ3 sebesar 0.684. Dari hasil

tersebut, hanya indikator JJ1 dan JJ2 dianggap memiliki validasi yang

cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

8) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk

latentransportasi publik diperoleh nilai loading factor untuk TP1

sebesar 0.326, untuk TP2 sebesar 0.713 dan untuk TP3 sebesar

0.555. Dari hasil tersebut, hanya indikator JJ2 dan JJ3 dianggap

memiliki validasi yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

9) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk

lateninfrasturuktur jalan hunian diperoleh nilai loading factor untuk IJ1

sebesar 0.458, untuk IJ2 sebesar 0.060 dan untuk IJ3 sebesar 0.530.

Dari hasil tersebut, hanya indikator IJ2 dan IJ3 dianggap memiliki

validasi yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

i. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis mengenai kausalitas yang dikembangkan

dalam model ini, perlu diuji hipotesis nol yang menyatakan bahwa

Page 192: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

175

koefisien regresi antara hubungan adalah sama dengan nol melalui

pengamatan terhadap nilai Standardized Regression Weights pada kolom

Critical Ratio (C.R) yang dihasilkan oleh Program AMOS 22.

Nilai C.R dibandingkan dengan nilai krisisnya yaitu ± 2,56 dengan

tingkat signifikansi 0,05. Apabila nilai Critical Ratio (C.R) pada hubungan

kausalitas variabel menunjukkan lebih besar dari nilai kritisnya yaitu ± 2,56

atau nilai probabilitas (P) lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1

diterima. Hasil Standardized Regression Weights dapat dilihat sebagai

berikut:

Page 193: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

176

Tabel 3.18.Regression Weights

Estimat

e S.E. C.R. P

Infrastruktur Jalan Hunian

<--- Transportasi Publik -0.720 0.323 -

2.233 0.02

6

Infrastruktur Jalan Hunian

<--- Jaringan Jalan 0.524 0.269 1.945 0.05

2

Kawasan Lindung <--- Kepadatan Bangunan 1.862 0.447 4.163 0.00

0

Kebutuhan Ruang <--- Kepadatan Bangunan 0.065 0.099 0.663 0.50

7

Kepadatan Bangunan

<--- Infrastruktur Jalan Hunian

0.730 0.252 2.895 0.00

4

Kepadatan Bangunan

<--- Jaringan Jalan 0.379 0.101 3.767 0.00

0

Konservasi Air <--- Muara Sungai -0.211 0.281 -

0.750 0.45

3

Konservasi Air <--- Kepadatan Bangunan 1.182 0.653 1.810 0.07

0

Konservasi Air <--- Kawasan Lindung -0.010 0.451 -

0.021 0.98

3

Muara Sungai <--- Kawasan Lindung 1.209 0.140 8.666 0.00

0

Ruang Terbuka Hijau

<--- Konservasi Air 0.105 0.123 0.852 0.39

4

Ruang Terbuka Hijau

<--- Kebutuhan Ruang 22.845 34.85

5 0.655

0.512

Ruang Terbuka Hijau

<--- Kepadatan Bangunan 1.080 1.824 0.592 0.55

4

Ruang Terbuka Hijau

<--- Kawasan Lindung -1.319 0.753 -

1.753 0.08

0

Transportasi Publik <--- Jaringan Jalan 0.719 0.134 5.387 0.00

0

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 194: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

177

Tabel 3.19.Standardized Regression Weights

Estimate Ket

Infrastruktur Jalan Hunian <--- Transportasi Publik -0.993 Ada Pengaruh

Infrastruktur Jalan Hunian <--- Jaringan Jalan 0.801 Tiada ada pengaruh

Kawasan Lindung <--- Kepadatan Bangunan 0.901 Ada Pengaruh

Kebutuhan Ruang <--- Kepadatan Bangunan 0.422 tidak terdapat pengaruh

Kepadatan Bangunan <--- Infrastruktur Jalan Hunian 0.774 terdapat pengaruh

Kepadatan Bangunan <--- Jaringan Jalan 0.614 terdapat pengaruh

Konservasi Air <--- Muara Sungai -0.175 tidak terdapat pengaruh

Konservasi Air <--- Kepadatan Bangunan 0.370 tidak terdapat pengaruh

Konservasi Air <--- Kawasan Lindung -0.006 tidak terdapat pengaruh

Muara Sungai <--- Kawasan Lindung 0.941 terdapat pengaruh

Ruang Terbuka Hijau <--- Konservasi Air 0.094 tidak terdapat pengaruh

Ruang Terbuka Hijau <--- Kebutuhan Ruang 0.993 tidak terdapat pengaruh

Ruang Terbuka Hijau <--- Kepadatan Bangunan 0.303 tidak terdapat pengaruh

Ruang Terbuka Hijau <--- Kawasan Lindung -0.765 tidak terdapat pengaruh

Transportasi Publik <--- Jaringan Jalan 0.798 terdapat pengaruh

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016

Berdasarkan tabel 7.25 nampak bahwa tidak semua hubungan

mempunyai pengaruh dengan lainnya. Sehingga model tersebut

dimodifikasi dan disederhanakan dengan menghilangkan hubungan

variabel yang tidak mempunyai pengaruh. Selanjutnya modifikasi dan

penyederhanaan model pada desain Model Persamaan Struktural (SEM)

adalah sebagai berikut :

Page 195: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

178

Sumber : Output Program IBM AMOS 22 Gambar 3.8. Model Penelitian Structural Equation Model (SEM) Keterangan gambar :

Simbol Keterangan RT1 Frekuensi melakukan kegiatan di kawasan ruang terbuka hijau (RTH) RT2 Ketersediaan fasilitas ruang terbuka hijau pada kawasan reklamasi RT3 Kondisi ruang terbuka hijau dalam hunian/tempat tinggal KA 1 kondisi konservasi air (danau) dalam kawasan reklamasi. KA2 Ketersediaan ruang/lahan konservasi air (waduk/danau) dalam kawasan KA3 Terdapat kondisi banjir ataupun air yang tergenang. KB1 Kondisi kelayakan hunian (tempat tinggal/rumah) masyarakat. KB2 Tingkat Kepadata nhunian/rumah tinggal dalam lingkungan sekitar KB3 Jumlah orang yang tinggal dalam hunian/rumah tempat tinggal KL1 Jarak dari hunian/tempat tinggal ke kawasan lindung KL2 Kondisi kawasan lindung (hutan bakau/mangrove) KL3 Fungsi kawasan lindung sebagai pelindung kelestarian lingkungan kawasan IJ1 Kondisi struktur/perkerasan jalan pada hunian/tempat tinggal. IJ2 Ukuran lebar jalan jalan hunian/tempat

IJ3 Lampu peneranga njalan yang ada pada kawasan hunian.

JJ1 Kondisi struktur permukaan jalan raya/utama

JJ2 Kemudahan jangkauan dar ijalan lingkungan ke jalanraya/utama

JJ3 Jarak hunian/tempat tinggal terhadap jalan raya/utama

Page 196: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

179

5. Analisis Asumsi SEM Model 2

a. Evaluasi Normalitas Data

Asumsi normalitas data diuji dengan melihat nilai skewness dan

kurtosis dari data yang digunakan. Apabila nilai CR berada pada rentang

antara ±2.58, maka data masih dapat dinyatakan berdistribusi normal

pada tingkat signifikansi 1%. Hasil pengujian normalitas data ditampilkan

pada Tabel 3.20 :

Tabel 3.20. Penilaian Normalitas

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

RT3 2.000 4.000 -.489 -2.973 -.681 -2.072

KL1 2.000 5.000 .229 1.393 -.535 -1.627

RT1 1.000 5.000 .146 .889 .124 .377

JJ1 3.000 5.000 -.150 -.911 -.721 -2.192

RT2 1.000 3.000 .720 4.380 .607 1.846

JJ2 3.000 5.000 -.059 -.356 .092 .280

KB2 2.000 3.000 -1.169 -7.109 -.634 -1.929

IJ2 2.000 4.000 .040 .244 .408 1.240

IJ1 1.000 5.000 -1.211 -7.364 .535 1.628

KA1 2.000 4.000 -.149 -.905 .920 2.797

KA2 2.000 4.000 .000 .002 .041 .125

KA3 1.000 2.000 1.746 10.621 1.049 3.189

KL2 3.000 5.000 .863 5.250 -.251 -.763

KL3 3.000 5.000 .891 5.421 -.225 -.685

JJ3 3.000 5.000 .274 1.666 -.228 -.694

KB3 2.000 5.000 .352 2.142 -.233 -.708

KB1 2.000 4.000 .913 5.555 -.751 -2.284

IJ3 2.000 4.000 -.142 -.861 .713 2.168

Multivariate

4.166 1.157

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Hasil penilaian normalitas multivariate pada kolom critical ratio

(c.r.) menunjukkan hasil perhitungan sebesar 1.157 yang berarti jauh

lebih kecil dari nilai batas ± 2,56. Dengan demikian, dapat ditarik

kesimpulan bahwa hasil penilaian normalitas terhadap data penelitian

Page 197: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

180

yang digunakan dalam model penelitian empiris ini adalah normal

secara univariate dan multivariate yang berarti sangat layak untuk

digunakan dalam estimasi selanjutnya.

b. Evaluasi Univariate dan Multivariate Outliers

Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik

yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya

dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel

tunggal atau kombinasi (Hair et al.,2006 dalam Ghozali 2013). Outliers

dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu dengan melakukan analisis

terhadap univariate outliers dan multivariate outliers.

Menurut Ghozali (2013) bahwa Univariate outliers dapat dideteksi

dengan menentukan nilai ambang batas yang dikategorikan sebagai

outliers dengan cara mengkonversi nilai data ke dalam standard score

atau Z-score yang mempunyai rata rata nol dengan standar deviasi

sebesar satu. Bila nilai-nilai itu dinyatakan dalam format standar (z-score),

maka perbandingan antara besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan.

Untuk sampel besar (di atas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai

ambang batas dari z-score itu berada pada rentang ±3.00 - ±4.00. Nilai

observasi diatas ambang batas dikategorikan sebagai outliers. Hasil

penilaian dengan z-score dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3.21. Pengujian Univarite Outliers dengan Z-Score

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Zscore(KA1) 222 -1.86266 2.15201 .0000000 1.00000000

Zscore(KA2) 222 -1.74783 1.73216 .0000000 1.00000000

Page 198: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

181

Zscore(KA3) 222 -.45342 2.19552 .0000000 1.00000000

Zscore(KL1) 222 -2.70177 2.10940 .0000000 1.00000000

Zscore(KL2) 222 -.78071 2.65133 .0000000 1.00000000

Zscore(KL3) 222 -.75848 2.78642 .0000000 1.00000000

Zscore(IJ1) 222 -2.35474 1.01242 .0000000 1.00000000

Zscore(IJ2) 222 -1.94344 1.75994 .0000000 1.00000000

Zscore(IJ3) 222 -1.79466 2.13061 .0000000 1.00000000

Zscore(JJ1) 222 -1.72278 1.31260 .0000000 1.00000000

Zscore(JJ2) 222 -1.57644 2.05019 .0000000 1.00000000

Zscore(JJ3) 222 -2.41083 1.48157 .0000000 1.00000000

Zscore(KB1) 222 -2.79515 1.62139 .0000000 1.00000000

Zscore(KB2) 222 -1.73859 .57259 .0000000 1.00000000

Zscore(KB3) 222 -1.86891 2.07000 .0000000 1.00000000

Zscore(RT1) 222 -1.78913 3.01072 .0000000 1.00000000

Zscore(RT2) 222 -2.62144 1.82100 .0000000 1.00000000

Zscore(RT3) 222 -1.46085 2.61850 .0000000 1.00000000

Valid N (listwise) 222

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa semua nilai yang telah

distandarisasi dalam bentuk z-score. Karena tidak ada variabel (indicator)

yang mempunyai nilai z-score maksimum di atas ambang batas yang

ditentukan yaitu antara ±3.00 sampai dengan ±4.00 olehnya itu data

observasi yang digunakan dalam model penelitian empiris terbebas dari

univariate outliers,.

Evaluasi multivariate outliers perlu dilakukan karena meskipun data

yang dianalisis menunjukkan adanya outliers pada tingkat univariate,

tetapi observasi-observasi itu dapat menjadi bukan outliers bila sudah

dikombinasikan.

Evaluasi multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan

perhitungan jarak mahalanobis (the mahalonobis distance) untuk tiap-tiap

Page 199: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

182

variabel. The mahalonobis distance menunjukkan jarak sebuah variabel

dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional.Uji

outliers dilakukan untuk menghilangkan nilai-nilai ekstrim pada hasil

observasi. Outliers terjadi karena kombinasi unik yang terjadi dan nilai-nilai

yang dihasilkan dari observasi tersebut sangat berbeda dari observasi-

observasi lainnya. Apabila ditemukan outliers, maka data yang

bersangkutan harus dikeluarkan dari perhitungan lebih lanjut.

Dalam analisis multivariat, outliers dapat diuji dengan

membandingkan nilai mahalanobis distancesquared dengan nilai χ2–tabel

pada jumlah tertentu dan tingkat (p) < 0,01 (Hair et al.,2006 dalam Ghozali

2013). Dengan menggunakan Program Aplikasi AMOS 22 pengujian

mahalanobis distance squared menghasilkan nilai sebagai berikut :

Tabel 3.22. Pengujian Multivariat Outliers dengan Mahalanobis Distance Squared

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

2 30.419 .050 .999

16 30.134 .050 .997

216 30.134 .051 .988

114 30.008 .051 .968

20 29.784 .052 .941

220 29.784 .052 .876

134 29.725 .054 .792

21 28.753 .054 .889

221 28.753 .055 .811

29 28.617 .055 .749

23 28.464 .055 .688

30 28.230 .059 .655

26 28.206 .059 .551

138 27.902 .064 .551

204 27.902 .064 .442

7 27.729 .066 .402

22 27.729 .066 .305

222 27.729 .066 .221

215 27.688 .067 .164

8 27.335 .073 .193

36 27.318 .073 .138

Page 200: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

183

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

80 27.318 .073 .092

103 27.318 .073 .059

129 27.318 .073 .037

3 27.314 .073 .022

111 27.314 .073 .012

155 27.251 .074 .008

187 27.251 .074 .004

203 27.058 .078 .004

15 27.009 .079 .003

112 26.906 .081 .002

17 26.769 .083 .002

217 26.769 .083 .001

37 26.526 .088 .001

81 26.526 .088 .001

104 26.526 .088 .000

130 26.526 .088 .000

1 26.507 .089 .000

18 25.617 .109 .002

218 25.617 .109 .001

24 25.398 .114 .001

58 25.172 .120 .002

33 25.016 .124 .002

77 25.016 .124 .001

98 25.016 .124 .001

100 25.016 .124 .000

13 24.928 .127 .000

137 24.299 .145 .003

54 24.006 .155 .006

156 24.006 .155 .004

188 24.006 .155 .002

12 23.902 .158 .002

11 23.611 .168 .004

9 23.181 .184 .016

10 23.173 .184 .011

19 23.173 .184 .007

219 23.173 .184 .004

71 23.002 .191 .006

115 22.972 .192 .004

147 22.658 .204 .011

179 22.658 .204 .007

212 22.658 .204 .005

53 21.714 .245 .104

57 21.708 .245 .080

75 21.570 .252 .092

96 21.570 .252 .070

32 21.394 .260 .091

31 21.305 .264 .091

201 21.137 .273 .115

25 21.028 .278 .123

45 20.893 .285 .140

89 20.893 .285 .111

6 20.500 .305 .245

171 20.153 .324 .411

Page 201: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

184

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

168 19.863 .341 .560

4 19.731 .348 .597

135 19.731 .348 .541

62 19.427 .366 .698

191 19.427 .366 .647

42 19.191 .380 .750

86 19.191 .380 .703

113 18.858 .401 .846

136 18.858 .401 .811

41 18.783 .405 .812

85 18.783 .405 .772

108 18.783 .405 .729

143 18.783 .405 .682

175 18.783 .405 .631

208 18.783 .405 .578

5 18.650 .414 .623

14 18.549 .420 .645

126 17.678 .477 .974

34 17.371 .498 .992

78 17.371 .498 .989

99 17.371 .498 .984

101 17.371 .498 .978

127 17.371 .498 .970

202 17.178 .511 .984

167 16.958 .526 .993

170 16.958 .526 .990

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Perhitungan jarak mahalanobis didasarkan pada nilai chi-square

dalam tabel distribusi χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah indikator

yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini digunakan 27

indikator pada tingkat (p) < 0,01 yaitu χ2 (18; 0.010) = 34.895. Oleh karena

itu data yang memiliki jarak mahalanobis lebih besar dari 30.419 dianggap

multivariate outliers. Perhitungan jarak mahalanobis dari data dapat dilihat

pada hasil perhitungan SEM bagian Observations farthest from the

centroid (mahalanobis distance)

Output mahalanobis distance digunakan untuk mendeteksi ada

tidaknya data outlier. Nilai cut-off yang umumnya dipakai untuk

Page 202: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

185

mendeteksiada tidaknya data outlier adalah nilai p1 dan p2 harus lebih

besar dari 0.04.

Berdasarkan hasil output mahalanobis distance bahwa tidak ada

jarak mahalanobis yang lebih besar dari 30.419 dan nilai p1 dan p2 lebih

besar dari 0.04 sehingga data penelitian ini tidak terdeteksi adanya outlier

multivariate.

c. Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah terdapat multicollinearity atau singularity

dalam sebuah kombinasi variabel, perlu mengamati determinan matriks

covarians. Determinan matriks kovarians yang benar-benar kecil atau

sama dengan 0 mengindikasikan adanya multikolinearitas atau

singularitas (Tabachnick dan Fidell, 1988 dalam Ghozali 2013) sehingga

data tidak dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan.

Berdasarkan dari output SEM yang dianalisis dengan

menggunakan Program AMOS 22, Hasil analisis determinant of sample

covariance matrix pada penelitian ini adalah 1.981 yang berarti nilainya

jauh dari nilai 0. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai determinan

sangat besar dan positif. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai

determinan matriks kovarians bernilai positif. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dan singularitas serta

data ini layak dipergunakan.

Page 203: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

186

d. Interpretasi dan Modifikasi Model

Interpretasi dan modifikasi dimaksudkan untuk melihat apakah

model yang dikembangkan dalam penelitian ini, perlu dimodifikasi atau

dirubah sehingga mendapatkan model yang lebih baik lagi. Sebuah model

penelitian dikatakan baik jika memiliki nilai standardized residual

covariance yang diluar standar yang ditetapkan (≤ ±2,58). Hasil

standardized residual covariance model penelitian ini ditampilkan pada

tabel 3.22 di bawah ini

Page 204: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

187

Tabel 3.23. Standardized Residual Covariances

KA1 KA2 KA3 KL1 KL2 KL3 RT3 RT2 RT1 JJ1 JJ2 JJ3 KB3 KB2 KB1 IJ3 IJ2 IJ1

KA1 .000

KA2 .001 .000

KA3 -.392 .000 .000

KL1 -2.437 -.534 -.164 .000

KL2 -1.359 -2.515 .528 -1.835 .000

KL3 -.729 1.202 .300 -.775 .789 .000

RT3 .390 .739 -.813 1.983 -1.543 -6.185 .000

RT2 -1.503 2.931 2.455 2.614 -1.455 1.015 -1.705 .001

RT1 .886 1.642 1.909 .740 2.952 -.564 .018 -.038 .488

JJ1 -2.221 -.735 -2.741 -2.381 .412 -3.228 2.587 -.948 -2.395 .000

JJ2 -1.001 4.273 4.512 .363 4.436 6.575 -2.066 -.162 2.900 .029 .000

JJ3 2.055 5.868 .322 1.619 3.345 -.390 3.709 -.635 .617 .098 -.148 .000

KB3 2.087 -.833 -1.191 -3.308 -1.783 .904 .360 -1.319 .310 1.181 -1.756 -1.440 -.006

KB2 5.940 -.744 -.653 3.405 2.940 -.128 .466 -1.132 3.279 -1.774 -.162 3.764 2.864 -.001

KB1 -.814 -1.353 -1.212 1.327 .293 -.327 -1.299 -3.115 .288 .800 3.095 -.706 1.573 -.054 -.126

IJ3 .962 -3.656 -3.759 1.907 -4.385 -.671 2.403 .485 -1.282 .314 -2.031 .138 -.704 1.290 .590 .000

IJ2 -4.302 .423 2.348 -1.105 1.068 -2.364 5.104 .304 -.780 5.201 2.809 2.515 .075 -3.606 -2.038 -.411 .000

IJ1 -1.846 -3.330 -3.944 1.708 -4.521 -5.494 6.541 -.487 -3.675 7.570 -1.220 1.735 -.242 -.533 1.281 -.021 4.301 .000

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 205: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

188

Dari hasil analisis penelitian seperti terlihat pada tabel diatas

menunjukkan adanya nilai standardized residual covariance yang melebihi

± 2,58. Dengan melihat hasil tersebut maka perlu dilakukan modifikasi

model pada penelitian ini.

e. Modifikasi Model

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan diatas dengan

menggunakan Program AMOS 22, Structural Equation Model (SEM).

Setelah dilakukan modifikasi dapat dilihat pada gambar model dibawah ini:

Gambar 3.10. Hasil Analisis Model Penelitian

Page 206: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

189

Tabel 3.24. Standardized Residual Covariances setelah Modifikasi

RT3 KL1 RT1 JJ1 RT2 JJ2 KB2 IJ2 IJ1 KA1 KA2 KA3 KL2 KL3 JJ3 KB3 KB1 IJ3

RT3 .051

KL1 .995 .190

RT1 -.022 1.913 -.318

JJ1 -.250 -.825 -1.696 .411

RT2 .545 -.297 .102 -.185 -.152

JJ2 .292 .071 -.195 1.104 -.413 -.877

KB2 -.551 -.094 -.465 -.871 -1.467 .399 .006

IJ2 .866 -.317 -.533 .624 1.173 -.575 -.008 .406

IJ1 -.244 -.287 -.277 .890 .029 1.148 -.345 1.302 .057

KA1 .511 -.334 -.408 -.798 -1.062 -.002 .202 -.076 -.784 .144

KA2 1.165 .175 -.068 -.583 -.197 -.997 .294 .119 .309 .045 -.159

KA3 1.412 .124 .450 .649 -.088 -1.191 -.342 .562 .536 .705 -.307 -.342

KL2 -.545 .310 -.677 -1.012 -1.009 -.450 -.363 .252 -.227 -1.321 -.660 -.277 -.649

KL3 .212 -.482 -.184 -.888 -.185 -1.092 .079 -1.638 .278 -.664 -.330 -1.283 -1.176 -.145

JJ3 .344 -.035 -.715 -.190 -.320 -.502 .016 .013 1.364 .683 -.245 -.047 -.647 -1.587 -.343

KB3 -.858 -.301 -1.765 -.052 -.387 .863 .303 -.038 -.009 .654 .783 -.225 .821 1.434 .235 .061

KB1 -1.503 .530 1.178 1.490 .050 -.173 .745 -1.774 .037 .108 -.379 -.536 .747 -.230 1.034 -.344 .018

IJ3 -.780 -.723 .247 -.098 .355 .681 .883 -.346 -.575 1.047 .603 -.578 .719 1.962 .328 .708 -.907 -.019

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 207: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

190

Dari hasil analisis penelitian seperti terlihat pada tabel 7.30 diatas

menunjukkan setelah dilakukan modifikasi model terlihat sudah tidak

terdapat adanya nilai standardized residual covariance yang melebihi ±

2,56. Dengan demikian analisis dapat dilanjutkan.

1. Kriteria Kelayakan Model (Goodness of Fit)

Goodness of Fit merupakan indikasi perbandingan antara model

yang di spesifikasi dengan matriks kovarian antar indikator atau observed

variabel. Jika Goodness of Fit yang dihasilkan suatu model itu baik (fit),

maka model tersebut dapat direkomendasikan dan sebaliknya jika

Goodness of Fit yang dihasilkan suatu model itu buruk (tidak fit), maka

model tersebut harus ditolak atau dilakukan modifikasi model. Secara

keseluruhan terdapat tiga jenis ukuran Goodness of Fit sebagai berikut:

a) Absolute fit measures

Absolute fit measures mengukur model fit secara keseluruhan baik

model struktural maupun model pengukuran secara bersama.

1) Chi-Square (χ2)

Karena nilai Chi-Square sangat konservatif dan bergantung pada

besarnya jumlah sample, maka menimbulkan kesalahan Type II (menolak

model yang benar) sehingga disarankan juga melihat nilai fit index lainnya.

Dari analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS 22

menghasilkan nilai Normal Chi-Square (CMIN/DF) sebesar 1.013 lebih

Page 208: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

191

kecil dari nilai yang direkomendasikan sebesar ≤ 2.000 dan jika < 1.000

maka disimpulkan bahwa model sangat fit.

2) Goodness of Fit Indices (GFI)

Dari analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS 22

menghasilkan nilai Goodness of Fit Indices (GFI) sebesar 0.959 lebih

besar dari nilai yang direkomendasikan sebesar > 0.900 atau 0.950 maka

disimpulkan bahwa model fit.

3) Root Mean Squard Error of Approxiamtion (RMSEA)

Dari analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS 22

menghasilkan nilai Root Mean Squard Error of Approxiamtion (RMSEA)

sebesar 0.008 lebih kecil dari nilai yang direkomendasikan sebesar 0.080

maka disimpulkan bahwa model fit.

b) Incremental Fit Indices

Incremental Fit Indices atau sering disebut juga Comparative Fit

Indeces yaitu merupakan jenis goodness of fit yang digunakan untuk

membandingkan fit model secara teoritis, relative dengan alternative

baseline model atau sering disebut juga dengan null model. Incremental

Fit Indices terdiri atas :

1) Adjusted Goodness of Fit (AGFI)

Dari analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS 22

menghasilkan nilai Adjusted Goodness of Fit (AGFI) sebesar 0.919 lebih

Page 209: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

192

besar dari nilai yang direkomendasikan sebesar 0.900 maka disimpulkan

bahwa model fit.

2) Tucker Lewis Index (TLI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai TLI (Tucker Lewis Index)

sebesar 0.998 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan sebesar 0.900

atau 0.950 maka disimpulkan bahwa model fit.

3) Normed Fit Index (NFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai NFI (Normed Fit Index)

sebesar 0.931 lebih besar atau antara dari nilai yang direkomendasikan

sebesar 0.900 atau 0.950 maka disimpulkan bahwa model fit.

4) Comparative Fit Index (CFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai CFI (Comparative Fit Index)

sebesar 0.999 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan sebesar >0.90

atau >0.95 maka disimpulkan bahwa model fit.

5) Incremental Fit Index (IFI)

Dari analisis SEM menghasilkan nilai Incremental Fit Index (IFI)

sebesar 0.999 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan >0.900 atau

>0.950 maka disimpulkan bahwa model fit.

c) Persemonious Fit Indices

Persemonious Fit Indices merupakan ukuran untuk menghubungkan

goodness of fit model dengan sejumlah koefisien estimasi yang

Page 210: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

193

diperlukan untuk mencapai model fit. Persemonious Fit Indices terdiri

atas :

1) Parsimony Normed Fit Indices (PNFI)

Dari analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS 22

menghasilkan nilai Parsimony Normed Fit Indices (PNFI)sebesar 0.523

lebih besar dari nilai yang direkomendasikan sebesar >0.500 atau >0.600

maka disimpulkan bahwa model fit.

2) Parsimony Compaeative Fit Indices (PCFI)

Dari analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS 22

menghasilkan nilai Parsimony Compaeative Fit Indices (PCFI) sebesar

0.562 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan sebesar >0.500 atau

>0.600 maka disimpulkan bahwa model fit.

3) Parsimony Compaeative Fit Indices (PGFI)

Dari analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS 22

menghasilkan nilai Parsimony Goodness Fit Indices (PGFI) sebesar 0.582

lebih besar dari nilai yang direkomendasikan sebesar >0.500 atau >0.600

maka disimpulkan bahwa model fit.

Tabel 3.25. Kriteria Kelayakan Model (Goodness of Fit)

No Goodness of Fit Cut-Off Value

Value Result

Absolute fit measures

1 Chi-Square (χ2) - 87.090 Fit

2 Probability (p) ≥ 0.050 0.447 Fit

3 Normal Chi-Square (CMIN/DF) < 2.000 1.013 Fit

Page 211: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

194

No Goodness of Fit Cut-Off Value

Value Result

4 Goodness of Fit Indices (GFI) ≥ 0.900 0.959 Fit

5 Root Mean Squard Error of Approxiamtion (RMSEA)

≤ 0.080 0.008 Fit

Incremental Fit Indices

1 Adjusted Goodness of Fit (AGFI) ≥ 0.900 0.919 Fit

2 Tucker Lewis Index (TLI) ≥ 0.900 0.998 Fit

3 Normed Fit Index (NFI) ≥ 0.900 0.931 Fit

4 Comparative Fit Index (CFI) ≥ 0.900 0.999 Fit

5 Incremental Fit Index (IFI) ≥ 0.900 0.999 Fit

Persemonious Fit Indices

1 Parsimony Normed Fit Indices (PNFI)

≥ 0.500 0.523 Fit

2 Parsimony Compaeative Fit Indices (PCFI)

≥ 0.500 0.562 Fit

3 Parsimony Compaeative Fit Indices (PGFI)

≥ 0.500 0.582 Fit

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

2. Pengujian Construct Reability (C.R)

Pengujian Construct Reability yang dilakukan menunjukkan sejauh

mana suatu alat ukur yang dapat memberikan hasil yang relatif sama

apabila dilakukan pengukuran kembali pada obyek yang sama. Apabila

suatu alat ukur digunakan berulang dan hasil pengukuran yang diperoleh

relatif konsisten maka alat ukur tersebut dianggap handal (reliabel). Nilai

Construct Reability minimum dari dimensi pembentuk variabel laten yang

dapat diterima adalah ≥ 0,500. Adapun rumus yang dipakai:

𝐶𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑐𝑡 𝑅𝑒𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = Σ 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔

Σ 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 + Σ 𝐸𝑗

Σ 𝐸𝑗 = 1 − 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔

Page 212: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

195

Tabel 3.26. Nilai Construct Reability (CR)

Variabel CR

Infrastruktur Jalan Hunian 0.422

Jaringan Jalan 0.489

Kawasan Lindung 0.309

Kepadatan Bangunan 0.386

Konservasi Air 0.473

Ruang Terbuka Hijau 0.363

0.407

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Berdasarkan hasil pengukuran reliabilitas data diperoleh nilai

reliabilitas data dalam penelitian memiliki nilai rata-rata 0.488 ≥ 0.400.

Nilai 0.400 merupakan nilai minimal yang direkomendasikan. Dengan

demikian penelitian bahwa data telah memiliki tingkat konsistensi

(reliabilitas) dalam kategori sedang.

3. Pengujian Average Variance Extract (AVE)

Pengujian selanjutnya adalah uji Average Variance Extract.

Pengujian Average Variance Extract dengan besar diatas atau sama

dengan 0,500. Dengan ketentuan nilai yang semakin tinggi menunjukkan

bahwa indikator-indikator sudah mewakili secara benar konstruk laten

yang dikembangkan. Persamaan untuk mendapatkan nilai Average

Variance Extract adalah :

𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡 = Σ 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 2

Σ 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 2 + Σ 𝐸𝑗

Page 213: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

196

Tabel 3.27. Nilai Average Variance Extract

Variabel AVE

Infrastruktur Jalan Hunian 0.580

Jaringan Jalan 0.584

Kawasan Lindung 0.493

Kepadatan Bangunan 0.421

Konservasi Air 0.560

Ruang Terbuka Hijau 0.582

0.537

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Berdasarkan hasil pengujian Average Variance Extract diperoleh

nilai rata-rata AVE 0.537 ≥ 0,500. Nilai 0.500 merupakan nilai minimal

yang direkomendasikan. Indikator sudah mewakili secara benar konstruk

laten yang dikembangkan.

4. Pengujian Discriminant Validity

Discriminant Validdity mengukur sampai seberapa jauh suatu

konstruk berbeda. Nilai Discriminant Validity yang tinggi memberikan bukti

suatu konstruk unik dan mampu menangkap fenomena diukur, dengan

membandingkan nilai akar AVE (AVE) dengan nilai korelasi. Berikut nilai

akar kuadrat dari konstruk laten.

Tabel 3.28. Nilai Discriminant Validity

Variabel DV

Infrastruktur Jalan Hunian 0.693

Jaringan Jalan 0.764

Kawasan Lindung 0.541

Kepadatan Bangunan 0.649

Konservasi Air 0.748

Ruang Terbuka Hijau 0.618

0.669

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 214: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

197

Tabel 3.29. Correlations

Estimate

E3 <--> Infrastruktur Jalan Hunian 0.391

e15 <--> Infrastruktur Jalan Hunian 0.275

e4 <--> e12 0.611

e5 <--> e15 0.280

e8 <--> E1 0.244

e5 <--> e11 0.411

e5 <--> e8 0.254

e19 <--> e15 0.449

e24 <--> e21 0.297

e22 <--> e11 0.499

e7 <--> e11 0.393

e9 <--> e21 0.747

e20 <--> e8 0.391

e20 <--> E3 0.383

e22 <--> e5 0.222

e6 <--> E1 0.452

e7 <--> e14 0.235

e7 <--> e8 0.149

e10 <--> e5 0.357

e9 <--> e12 0.183

e9 <--> e11 0.310

e22 <--> e12 0.115

0.348

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Berdasarkan perbandingan nilai Discriminant Validity dengan Nilai

Correlations dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata akar kuadrat AVE

lebih tinggi daripada nilai korelasi antar konstruk lainnya dan ini

menunjukkan Convergent Validity yang baik.

Page 215: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

198

5. Pengujian Indikator (Loading Factor)

Nilai loading menggambarkan hubungan antara variabel penelitian

dengan indikatornya. Maka indikator yang paling baik pada suatu variabel

adalah yang memiliki nilai loading terbesar, karena menandakan semakin

tingginya hubungan indikator tersebut dengan variabel penelitian. Pada

sebagian besar referensi bobot faktor sebesar 0,400 atau lebih dianggap

memiliki validasi yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten

(Sharma, 1996 dalam Ferdinand, 2005).

Tabel 3.30. Hubungan Antara Variabel Dengan Indikator (Loading Factor)

Estimate

IJ1 <--- Infrastruktur Jalan Hunian 0.448

IJ2 <--- Infrastruktur Jalan Hunian 0.100

IJ3 <--- Infrastruktur Jalan Hunian 0.718

JJ1 <--- Jaringan Jalan 0.415

JJ2 <--- Jaringan Jalan 0.213

JJ3 <--- Jaringan Jalan 0.839

KL1 <--- Kawasan Lindung 0.127

KL2 <--- Kawasan Lindung 0.226

KL3 <--- Kawasan Lindung 0.574

KB1 <--- Kepadatan Bangunan 0.106

KB2 <--- Kepadatan Bangunan 0.460

KB3 <--- Kepadatan Bangunan 0.592

KA1 <--- Konservasi Air 0.357

KA2 <--- Konservasi Air 0.979

KA3 <--- Konservasi Air 0.083

RT1 <--- Ruang Terbuka Hijau 0.999

RT2 <--- Ruang Terbuka Hijau 0.059

RT3 <--- Ruang Terbuka Hijau 0.030

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 216: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

199

Dari hasil perhitungan loading factor dengan menggunakan

Program AMOS diperoleh hasil sebagai berikut ;

1) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk laten

konservasi air diperoleh nilai loading factor untuk KA1 sebesar 0.357,

untuk KA2 sebesar 0.979 dan untuk KA3 sebesar 0.083. Dari hasil

tersebut, hanya indicator KA2 dianggap memiliki validasi yang cukup

kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

2) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk laten ruang

terbuka hijau diperoleh nilai loading factor untuk RTH1 sebesar 0.999,

untuk RTH2 sebesar 0.059 dan untuk RTH3 sebesar 0.030. Dari hasil

tersebut, hanya indicator RTH1 dianggap memiliki validasi yang cukup

kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

3) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk laten

kawasan lindung diperoleh nilai loading factor untuk KL1 sebesar

0.127, untuk KL2 sebesar 0.226 dan untuk KL3 sebesar 0.574. Dari

hasil tersebut, hanya indikator KL3 dianggap memiliki validasi yang

cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

4) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk

latenkepadatan bangunan diperoleh nilai loading factor untuk KB1

sebesar 0.106, untuk KB2 sebesar 0.460 dan untuk KB3 sebesar

0.592. Dari hasil tersebut, hanya indikator KB2 dan KB3 dianggap

memiliki validasi yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

Page 217: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

200

5) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk

latenjaringan jalan diperoleh nilai loading factor untuk JJ1 sebesar

0.415, untuk JJ2 sebesar 0.213 dan untuk JJ3 sebesar 0.839. Dari

hasil tersebut, hanya indikator JJ1 dan JJ3 dianggap memiliki validasi

yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

6) Nilai loading factor masing-masing indikator pada konstruk laten

infrasturuktur jalan hunian diperoleh nilai loading factor untuk IJ1

sebesar 0.448, untuk IJ2 sebesar 0.100 dan untuk IJ3 sebesar 0.718.

Dari hasil tersebut, hanya indikator IJ2 dan IJ3 dianggap memiliki

validasi yang ukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten.

6. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis mengenai kausalitas yang dikembangkan

dalam model ini, perlu diuji hipotesis nol yang menyatakan bahwa

koefisien regresi antara hubungan adalah sama dengan nol melalui

pengamatan terhadap nilai Standardized Regression Weights pada kolom

Critical Ratio (C.R) yang dihasilkan oleh Program AMOS 22.

Nilai C.R dibandingkan dengan nilai krisisnya yaitu ± 2,56 dengan

tingkat signifikansi 0,05. Apabila nilai Critical Ratio (C.R) pada hubungan

kausalitas variabel menunjukkan lebih besar dari nilai kritisnya yaitu ± 2,56

atau nilai probabilitas (P) lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1

diterima. Hasil Standardized Regression Weights dapat dilihat sebagai

berikut

Page 218: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

201

:Tabel 3.31. Regression Weights

Estimate S.E. C.R. P

Kepadatan Bangunan

<--- Infrastruktur Jalan Hunian

.044 .013 3.460 .000

Kepadatan Bangunan

<--- Jaringan Jalan .063 .021 2.930 .003

Konservasi Air <--- Kawasan Lindung .047 .017 2.765 .020

Ruang Terbuka Hijau <--- Kepadatan Bangunan .936 .351 2.667 .038

Ruang Terbuka Hijau <--- Kawasan Lindung .714 .228 3.131 .002

Ruang Terbuka Hijau <--- Konservasi Air 3.377 1.237 2.730 .029

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Tabel 3.32. Standardized Regression Weights

Estimate

Kepadatan Bangunan <--- Infrastruktur Jalan Hunian .490

Kepadatan Bangunan <--- Jaringan Jalan .572

Konservasi Air <--- Kawasan Lindung .481

Ruang Terbuka Hijau <--- Kepadatan Bangunan .053

Ruang Terbuka Hijau <--- Kawasan Lindung .275

Ruang Terbuka Hijau <--- Konservasi Air .128

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2017

Page 219: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

202

Dari hasil analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS 22 dapat

diuraikan hipotesis sebagai berikut :

1) Pengaruh Infrastruktur Jalan Hunian Terhadap Kepadatan

Bangunan

Hipotesis :

H0 : Terdapat Pengaruh Infrastruktur Jalan Hunian Terhadap

Kepadatan Bangunan

H1 : Tidak Terdapat Pengaruh Infrastruktur Jalan Hunian Terhadap

Kepadatan Bangunan

Dasar Pengambilan Keputusan :

Jika Nilai Probabilitas (p) < 0.05 Maka H0 diterima

Jika Nilai Probabilitas (p) > 0.05 Maka H0 ditolak

Berdasarkan hasil analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS

22, besarnya pengaruh infrastruktur jalan hunian terhadap kepadatan

bangunan sebesar 0.490dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0.000.

Dengan nilai probabilitas (p) < 0.05, sehingga dinyatakan bahwa hipotesis

H0 diterima. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara infrastruktur

jalan hunian terhadap kepadatan bangunan.

2) Pengaruh Jaringan Jalan Terhadap Kepadatan Bangunan

Hipotesis :

H0 : Terdapat Pengaruh Jaringan Jalan Terhadap Kepadatan

Bangunan

Page 220: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

203

H1 : Tidak Terdapat Pengaruh Jaringan Jalan Terhadap

Kepadatan Bangunan

Dasar Pengambilan Keputusan :

Jika Nilai Probabilitas (p) < 0.05 Maka H0 diterima

Jika Nilai Probabilitas (p) > 0.05 Maka H0 ditolak

Berdasarkan hasil analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS

22, besarnya pengaruh jaringan jalan terhadap kepadatan bangunan

sebesar 0.572dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0.003. Dengan nilai

probabilitas (p) > 0.05, sehingga dinyatakan bahwa hipotesis H0 diterima.

Berarti terdapat pengaruh yang signifikan jaringan jalan terhadap

kepadatan bangunan.

3) Pengaruh Kawasan Lindung Terhadap Konservasi Air

Hipotesis :

H0 : Terdapat Pengaruh Kawasan Lindung Terhadap Konservasi

Air

H1 : Tidak Terdapat Pengaruh Kawasan Lindung Terhadap

Konservasi Air

Dasar Pengambilan Keputusan :

Jika Nilai Probabilitas (p) < 0.05 Maka H0 diterima

Jika Nilai Probabilitas (p) > 0.05 Maka H0 ditolak

Berdasarkan hasil analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS

22, besarnya pengaruhkawasan lindung terhadap konservasi air sebesar

0.481dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0.020. Dengan nilai probabilitas

Page 221: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

204

(p) < 0.05, sehingga dinyatakan bahwa hipotesis H0 diterima. Berarti

terdapat pengaruh yang signifikan kawasan lindung terhadap konservasi

air.

4) Pengaruh Kepadatan Bangunan Terhadap Ruang Terbuka Hijau

Hipotesis :

H0 : Terdapat Pengaruh Kepadatan Bangunan Terhadap Ruang

Terbuka Hijau

H1 : Tidak Terdapat Pengaruh Kepadatan Bangunan Terhadap

Ruang Terbuka Hijau

Dasar Pengambilan Keputusan :

Jika Nilai Probabilitas (p) < 0.05 Maka H0 diterima

Jika Nilai Probabilitas (p) > 0.05 Maka H0 ditolak

Berdasarkan hasil analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS

22, besarnya pengaruh kepadatan bangunan terhadap ruang terbuka hijau

sebesar 0.053dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0.038. Dengan nilai

probabilitas (p) > 0.05, sehingga dinyatakan bahwa hipotesis H0 diterima.

Berarti terdapat pengaruh yang signifikan kepadatan bangunan terhadap

ruang terbuka hijau

5) Pengaruh Kawasan Lindung Terhadap Ruang Terbuka Hijau

Hipotesis :

H0 : Terdapat Pengaruh Kawasan Lindung Terhadap Ruang

Terbuka Hijau

Page 222: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

205

H1 : Tidak Terdapat Pengaruh Kawasan Lindung Terhadap Ruang

Terbuka Hijau

Dasar Pengambilan Keputusan :

Jika Nilai Probabilitas (p) < 0.05 Maka H0 diterima

Jika Nilai Probabilitas (p) > 0.05 Maka H0 ditolak

Berdasarkan hasil analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS

22, besarnya pengaruhkawasan lindung terhadap ruang terbuka hijau

sebesar 0.275dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0.002. Dengan nilai

probabilitas (p) < 0.05, sehingga dinyatakan bahwa hipotesis H0 diterima.

Berarti terdapat pengaruh yang signifikankawasan lindung terhadap ruang

terbuka hijau.

6) Pengaruh Konservasi Air Terhadap Ruang Terbuka Hijau

Hipotesis :

H0 : Terdapat Pengaruh Konservasi Air Terhadap Ruang Terbuka

Hijau

H1 : Tidak Terdapat Pengaruh Konservasi Air Terhadap Ruang

Terbuka Hijau.

Dasar Pengambilan Keputusan :

Jika Nilai Probabilitas (p) < 0.05 Maka H0 diterima

Jika Nilai Probabilitas (p) > 0.05 Maka H0 ditolak

Berdasarkan hasil analisis SEM dengan menggunakan Program AMOS

22, besarnya pengaruh konservasi air terhadap ruang terbuka hijau

sebesar 0.128dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0.029. Dengan nilai

Page 223: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

206

probabilitas (p) < 0.05, sehingga dinyatakan bahwa hipotesis H0 diterima.

Berarti terdapat pengaruh yang signifikan konservasi air terhadap ruang

terbuka hijau.

7. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh

Total

a. Pengaruh tidak langsung variabel jaringan jalan dan infrastruktur jalan

hunian terhadap ruang terbuka hijau melalui kepadatan bangunan.

Gambar 3.10. Pengaruh tidak langsung variabel tidak langsung variabel jaringan jalan dan infrastruktur jalan hunian terhadap ruang terbuka hijau melalui kepadatan bangunan.

Pengaruh tidak langsung variabel infrastruktur jalan hunian

terhadap ruang terbuka hijau melalui kepadatan bangunan yang diperoleh

sebesar 0.490 x 0.053 = 0.026. Berarti persentase pengaruh tidak

langsung infrastruktur jalan hunian terhadap ruang terbuka hijau melalui

kepadatan bangunan diperoleh sebesar 2.60% sedangkan sisanya

sebesar 97.40% dipengaruhi faktor lain diluar model

Pengaruh tidak langsung variabel jaringan jalan terhadap ruang

terbuka hijau melalui kepadatan bangunan yang diperoleh sebesar 0.572

JARINGAN

JALAN

JJ1

JJ2

JJ3

RUANG TERBUKA

HIJAU

RT1

RT2

RT3

KEPADATAN BANGUNAN

KB3 KB2 KB1

0.572

0.053 0.490

INFRASTRUKTUR JALAN

HUNIAN

IJ1

IJ2

IJ2

Page 224: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

207

x 0.053 = 0.030. Berarti persentase pengaruh tidak langsung jaringan

jalan terhadap ruang terbuka hijau melalui kepadatan bangunan diperoleh

sebesar 3.00% sedangkan sisanya sebesar 97.00% dipengaruhi faktor

lain diluar model.

b. Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total

variabel kawasan lindung terhadap ruang terbuka hijau melalui

konservasi air.

Gambar 3.11. Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh

total variabel kawasan lindung terhadap ruang terbuka hijau melalui konservasi air.

Pengaruh langsung variabel kawasan lindung terhadap ruang

terbuka hijau diperoleh sebesar 0.275. Berarti persentase pengaruh

langsung variabel kawasan lindung terhadap ruang terbuka hijau diperoleh

sebesar 27.50% sedangkan sisanya sebesar 72.50% dipengaruhi faktor

lain diluar model.

Pengaruh tidak langsung variabel kawasan lindung terhadap ruang

terbuka hijau melalui konservasi air yang diperoleh sebesar 0.481 x 0.128

= 0.062. Berarti persentase pengaruh tidak langsung kawasan lindung

KAWASAN

LINDUNG

KL1

KL2

KL3

RUANG TERBUKA HIJAU

RT1

RT2

RT3

KONSERVASI AIR

KA3 KA2 KA1

0.275

0.128 0.481

Page 225: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

208

terhadap ruang terbuka hijau melalui konservasi air diperoleh sebesar

6.20% sedangkan sisanya sebesar 93.80% dipengaruhi faktor lain diluar

model.

Pengaruh total variabel kawasan lindung terhadap ruang terbuka

hijau melalui konservasi air yang diperoleh sebesar 0.275 + 0.062 = 0.337.

Berarti persentase pengaruh total variabel kawasan lindung terhadap

ruang terbuka hijau melalui konservasi air diperoleh sebesar 33.70%

sedangkan sisanya sebesar 66.30% dipengaruhi faktor lain diluar model.

D. Pembahasan

1. Pembahasan Hipotesis

Hasil uji model struktural pada penelitian ini serta resume uji

signifikansi hipotesis membuktikan bahwa hipotesis: penerapan reklamasi

berkelanjutan yang terbentuk dari unsur-unsur indeks keberlanjutan

reklamasi yang saling terkait dapat meningkatkan keberlanjutan kawasan

pesisir khususnya reklamasi pesisir benar adanya.

Secara rinci dijelaskan beberapa hubungan yang saling

mempengaruhi antara variabel laten yang mendukung keberlanjutan

kawasan reklamasi yaitu;

a. Terdapat pengaruh/hubungan antara infrastruktur jalan hunian

terhadap kepadatan bangunan

b. Terdapat pengaruh/hubungan yang signifikan antara jaringan jalan

terhadap kepadatan bangunan.

Page 226: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

209

c. Terdapat pengaruh/hubungan yang signifikan antara kawasan lindung

terhadap konservasi air

d. Terdapat pengaruh/hubungan yang signifikan antara kepadatan

bangunan terhadap ruang terbuka hijau

e. Terdapat pengaruh/hubungan yang signifikan antara kawasan lindung

terhadap ruang terbuka hijau

f. Terdapat pengaruh/hubungan yang signifikan antara konservasi air

terhadap ruang terbuka hijau.

2. Pembahasan Penelitian

Reklamasi telah menjadi pilihan pengembangan perkotaan di

wilayah pesisir di beberapa kota dunia. Reklamasi telah menjadi

keniscayaan dalam pengembangan kota di Indonesia. Namun untuk

mempertahankan keberlanjutan kawasan pesisir, pengembangan

reklamasi perlu memperhatikan aspek fisik keberlanjutan. Indikator fisik

sebagai salah satu pilar pembangunan berkelanjutan dianggap sebagai

pondasi yang cukup penting untuk diperhatikan oleh pengambil keputusan

kawasan perkotaan.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan instrumen penelitian

Structural Equation Model (SEM) terhadap model reklamasi berkelanjutan

dengan variabel laten sumber daya pesisir, variabel bangunan dan

variabel infrastruktur didapatkan variabel teramati yang paling

berpengaruh adalah sebagai berikut:

Page 227: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

210

a. Setelah melakukan penelitian dan menguji model pengukuran variabel

sumber daya pesisir, terlihat bahwa nilai indikator konservasi air untuk

KA1 dan KA2 yang paling berpengaruh. KA1 adalah pendapat

masyarakat terhadap ketersediaan ruang/lahan konservasi air

(waduk/danau) dalam kawasan, sementara KA2 adalah kondisi

konservasi air (danau) dalam kawasan reklamasi sebagai kawasan

resapan air. Dari hasil tersebut, indikator KA2 dianggap memiliki

validasi yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten. Sehingga

dapat dikatakan bahwa kondisi konservasi air berupa danau/rawa

dalam suatu kawasan reklamasi memberikan jaminan keberlanjutan

kawasan reklamasi pada suatu kawasan pesisir. Sehingga kawasan

konservasi air pada suatu kawasan reklamasi sangat penting untuk

dipertahankan dan tidak turut direklamasi sehingga kawasan reklamasi

dapat berkelanjutan.

b. Setelah melakukan penelitian dan menguji model pengukuran variabel

sumber daya pesisir maka terlihat bahwa nilai indikator ruang terbuka

diperoleh untuk RT1 yang paling berpengaruh. RT1 adalah pendapat

masyarakat terhadap ketersediaan fasilitas ruang terbuka hijau pada

kawasan reklamasi khususnya pada zona permukiman yang dapat

berupa ruang terbuka hijau fasilitas olahraga, tempat permainan anak

atau dalam bentuk taman. Sehingga dapat dikatakan bahwa

ketersediaan fasilitas ruang terbuka hijau pada kawasan reklamasi

khususnya zona permukiman berupa fasilitas olahraga, permainan

Page 228: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

211

anak atau dalam bentuk taman memberikan jaminan keberlanjutan

kawasan reklamasi pada kawasan pesisir. Hal ini sesuai dengan

penelitian Azwar (2013), yang menyatakan bahwa ketersediaan RTH

pada kawasan reklamasi sebagai salah satu fasilitas penting untuk

disediakan pada kawasan reklamasi.

c. Setelah melakukan penelitian dan menguji model pengukuran variabel

bangunan maka terlihat bahwa nilai indikator kawasan lindung untuk

KL2 dan KL3 yang paling berpengaruh. KL2 adalah pendapat

masyarakat terhadap kondisi kawasan lindung baik berupa hutan

bakau / mangrove yang ada pada kawasan reklamasi, sementara KL3

adalah pendapat masyarakat terhadap fungsi kawasan lindung

sebagai pelindung kelestarian lingkungan pada kawasan reklamasi.

Dari hasil tersebut, indikator KL3 dianggap memiliki validasi yang

cukup kuat dan berpengaruh. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi

kawasan lindung sebagai pelindung kelestarian lingkungan pada

kawasan reklamasi dianggap memberikan jaminan keberlanjutan

kawasan reklamasi pada suatu kawasan pesisir.

d. Setelah melakukan penelitian dan menguji model pengukuran variabel

sumber daya pesisir maka terlihat bahwa nilai kepadatan bangunan

untuk KB2 dan KB3 yang paling berpengaruh. KB2 adalah pendapat

masyarakat terhadap tingkat kepadatan hunian/rumah tinggal dalam

lingkungan sekitar kawasan reklamasi, sementara KB3 adalah

pendapat masyarakat terhadap jumlah orang yang tinggal dalam satu

Page 229: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

212

rumah pada lingkungan sekitar pada kawasan reklamasi. Dari hasil

tersebut, hanya indikator KB2 dan KB3 yang dianggap memiliki validasi

yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten. Sehingga dapat

dikatakan bahwa tingkat kepadatan hunian/rumah tinggal dalam

lingkungan sekitar kawasan reklamasi, dan jumlah orang yang tinggal

dalam satu rumah pada lingkungan sekitar pada kawasan reklamasi

dianggap memberikan jaminan keberlanjutan kawasan reklamasi pada

suatu kawasan pesisir. Hal ini sesuai dengan Renald, 2015 yang

menyatakan bahwa penggunaan ruang perlu menyesuaikan dengan

rencana tata ruang sebagai acuan pembangunan, termasuk

diantaranya pengaturan kepadatan bangunan dan jumlah orang yang

tinggal pada suatu kawasan reklamasi.

e. Setelah melakukan penelitian dan menguji model pengukuran variabel

infrastruktur maka terlihat bahwa nilai indikator jaringan jalan untuk JJ1

dan JJ3 yang paling berpengaruh. JJ1 adalah pendapat masyarakat

terhadap kondisi struktur permukaan jalan raya/utama, sementara JJ3

adalah pendapat masyarakat terhadap jarak hunian/tempat tinggal

pada kawasan reklamasi terhadap jalan raya/utama. Sehingga dapat

dikatakan bahwa kondisi struktur permukaan jalan raya/utama dan

jarak hunian/tempat tinggal pada kawasan reklamasi terhadap jalan

raya/utama dianggap memberikan jaminan keberlanjutan kawasan

reklamasi pada suatu kawasan pesisir. Hal ini sesuai dengan Azwar,

2013 yang menyatakan bahwa infrastruktur jalan merupakan indikator

Page 230: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

213

penting yang harus diperhatikan pada suatu kawasan reklamasi,

sehingga kawasan tersebut dapat menjamin aksesibilitas masyarakat

dari dan keluar kawasan, serta interkoneksitas kawasan reklamasi

dengan kawasan sekitarnya pada kota tersebut.

f. Setelah melakukan penelitian dan menguji model pengukuran variabel

infrastruktur maka terlihat bahwa nilai indikator Jaringan jalan untuk IJ1

dan IJ3 yang paling berpengaruh. IJ1 adalah pendapat masyarakat

terhadap kondisi struktur/perkerasan jalan pada hunian/tempat tinggal,

sementara IJ3 adalah pendapat masyarakat terhadap Lampu

penerangan jalan yang ada pada kawasan hunian di lokasi reklamasi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi struktur/perkerasan jalan

pada hunian/tempat tinggal, dan keberadaan lampu penerangan jalan

yang ada pada kawasan hunian di lokasi reklamasi dianggap

memberikan jaminan keberlanjutan kawasan reklamasi pada suatu

kawasan pesisir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat

terhadap keberlanjutan kawasan reklamasi masih rendah, terutama

hubungan antara variabel yang seyogyanya berhubungan namun ada

yang menghasilkan tidak berhubungan secara signifikan. Sehingga model

harus dimodifikasi dan disederhanakan dengan menghilangkan variabel

yang tidak berhubungan. Modifikasi dan penyederhanaan ini menjadi

model SEM 2. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar responden

berpendidikan menengah kebawah. Hal ini kemudian dapat menjadi

Page 231: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

214

bahan pembelajaran bagi pemerintah dan swasta serta masyarakat yang

melakukan reklamasi untuk memperhatikan indikator keberlanjutan dalam

pengelolaan kawasan reklamasi.

Sehingga sangatlah penting untuk memperhitungkan indeks-indeks

keberlanjutan yang tersedia pada penelitian ini untuk mengambil manfaat

lebih dari kawasan reklamasi demi terpenuhinya kebutuhan kota akan

lahan dengan tetap mempertahakankan keberlanjutan lingkungan

khususnya dari segi fisik.

2.1 Strategi Membentuk Kawasan Reklamasi yang Berkelanjutan di

Kota Makassar

Untuk membentuk suatu kawasan reklamasi yang berkelanjutan

sesuai model reklamasi pesisir yang telah diteliti, dapat dilakukan strategi

sebagai berikut:

a. Merencanakan kawasan reklamasi yang memperhatikan aspek sumber

daya pesisir berupa menyiapkan ruang terbuka hijau yang sejalan

dengan (Samsudi, 2010) bahwa penataan RTH pada suatu kota,

bertujuan untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem

lingkungan perkotaan, termasuk kawasan reklamasi. Selanjutnya

kawasan reklamasi perlu mempertahankan kawasan konservasi dan

tidak menjadikannya sebagai kawasan terbangun. Intinya strategi

sumber daya pesisir adalah perlu mempertahankan keberadaan RTH

dan Kawasan konservasi sebagai penyeimbang ekosistem kawasan

reklamasi.

Page 232: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

215

b. Mengintegrasikan kawasan reklamasi sebagai suatu kawasan

terbangun dengan tetap memperhatikan luasan kawasan lindung

kawasan, menjauhkan kawasan reklamasi dari muara sungai yang

dikenal sebagai kawasan yang kaya ekosistem dan merupakan

kawasan peralihan (Yulius, 2014) yang sensitif terhadap kerusakan

lingkungan. Strategi dari sudut pandang bangunan juga perlu

memperhatikan kepadatan bangunan yang diperkenankan pada

kawasan reklamasi.

c. Merencanakan infrastruktur terpadu perlu menjadi perhatian sehingga

aksesibilitas dari dan keluar kawasan reklamasi dapat lebih baik.

2.2. Konseptualisasi Model Reklamasi Pesisir secara Berkelanjutan

Penelitian ini menghasilkan model struktural yang menjelaskan

hubungan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya dalam

konsep kawasan reklamasi berkelanjutan. Hasil integrasi antara indikator

sumber daya pesisir, keberadaan kawasan terbangun dan kawasan

lindung serta keterpaduan infrastruktur jalan pada kawasan reklamasi

mempengaruhi keberlanjutan kawasan reklamasi.

Berdasarkan analisis SEM yang menganalisis hubungan antar

variabel pada Model Keberlanjutan Kawasan Reklamasi membentuk jalur

yang terhubung :

a. Jalur pertama : IJ dan JJ KB RT

b. Jalur kedua : KL KA RT

Page 233: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

216

Model Keberlanjutan Reklamasi seperti yang tampak pada gambar

7 dapat dijelaskan dalam dua jalur/path. Pada jalur pertama pengaruh

tidak langsung variabel infrastruktur jalan hunian terhadap ruang terbuka

hijau melalui kepadatan bangunan sebesar 2.60% keterpengaruhannya,

juga ada faktor lain diluar model. Sementara pengaruh tidak langsung

variabel jaringan jalan terhadap ruang terbuka hijau melalui kepadatan

bangunan diperoleh 3.00%, selain ada pengaruhi faktor lain diluar model.

Sehingga dapat dikatakan bahwa keberlanjutan kawasan reklamasi

tergantung pada dipenuhinya infrastruktur jaringan jalan dan ketersediaan

ruang terbuka hijau selain kepadatan bangunan pada kawasan reklamasi.

Selanjutnya pada jalur dua pengaruh langsung variabel kawasan

lindung terhadap ruang terbuka hijau diperoleh nilai keterkaitan 27.50%.

Terdapat pengaruh tidak langsung variabel kawasan lindung terhadap

Page 234: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

217

ruang terbuka hijau melalui konservasi air sebesar 6.20% dan juga ada

yang dipengaruhi faktor lain diluar model. Pengaruh total variabel

kawasan lindung terhadap ruang terbuka hijau melalui konservasi air yang

diperoleh 33.70% selain faktor lain diluar model yang turut mempengaruhi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa keberlanjutan kawasan reklamasi pesisir

dipengaruhi oleh keberadaan kawasan lindung dan ketersediaan kawasan

konservasi serta adanya ruang terbuka hijau pada kawasan reklamasi.

Page 235: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

218

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Simpulan Dampak Reklamasi

Dampak reklamasi pada perubahan fungsi lahan dan garis pantai di

pesisir Makassar antara tahun 2001 dan 2014 telah terjadi perubahan baik

yang dianalisis dengan teknik overlay peta maupun dengan perhitungan

matematis. Pertambahan garis pantai akibat reklamasi pada suatu zona

untuk fungsi permukiman mengalami pertambahan yang cukup siginifikan

searah dengan pertambahan guna lahan. Namun ada juga pengurangan

garis pantai seperti yang terjadi pada fungsi permukiman yang bertambah

pada suatu zona namun malah menyebabkan penurunan garis pantai,

yang berarti bahwa pembangunan berdampak pada erosi pantai, atau

reklamasi pantai untuk permukiman pada zona yang berdekatan dapat

menyebabkan erosi pada pantai sekitar. Reklamasi juga mengakibatkan

berkurangnya tambak pada hampir semua zona yang berubah menjadi

fungsi permukiman. Zona dengan fungsi pariwisata terjadi pengurangan

garis pantai, berarti bahwa kegiatan pariwisata turut mempengaruhi

pertambahan erosi atau kemungkinan lain reklamasi yang terjadi pada

zona sebelah menyebabkan erosi pada zona ini.

Hasil dari studi ini menggambarkan kegiatan manusia berupa

reklamasi berdampak pada perubahan garis pantai dan fungsi lahan baik

Page 236: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

219

langsung maupun tidak langsung. Dengan perencanaan reklamasi yang

baik, maka pelaksanaan reklamasi dapat menghindarkan dampak yang

tidak diinginkan.

2. Simpulan Indeks Keberlanjutan dan Uji Validasi Indeks

Penelitian ini mengusulkan 9 indikator yang paling penting untuk

mengukur keberlanjutan kawasan reklamasi. Terlihat bahwa kebanyakan

indikator yang berhubungan dengan aspek lingkungan menjadi perhatian

utama dilanjutkan dengan aspek lingkungan buatan manusia seperti

daerah perumahan dan rekreasi.

Uji validasi indeks keberlanjutan reklamasi dilakukan di daerah

pesisir Makassar dan pantai Utara Jakarta. Indeks keberlanjutan reklamasi

tergantung pada tiga faktor : sumberdaya pesisir, bangunan dan

infrastruktur, menggunakan aplikasi GIS dengan penekanan pada aspek

fisik lingkungan di daerah reklamasi Makassar dan Jakarta.

Hasil uji keberlanjutan reklamasi Makassar senilai 2,35 berarti

berkelanjutan namun perlu berhati-hati karena berada pada nilai bawah

range berkelanjutan sehingga pembangunan reklamasi perlu

memperhatikan prinsip kota berkelanjutan. Sedangkan akumulasi

penilaian indeks keberlanjutan pantai Utara Jakarta mendapatkan nilai

1.73 yang dalam tabel ketegori berarti kurang berkelanjutan dari skala 1-3,

maka dapat dikatakan bahwa reklamasi di Kota Jakarta perlu mendapat

perhatian dalam pelaksanaan kedepan, karena ada kecenderungan tidak

aman bagi generasi yang akan datang. Sesuai prinsip pembangunan

Page 237: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

220

berkelanjutan, bahwa pembangunan dilakukan bagi kemajuan kawasan

namun tetap memperhatikan kelanjutannya bagi generasi yang akan

datang.

3. Simpulan Model Reklamasi yang Berkelanjutan

Hasil uji model struktural penelitian dan resume uji signifikansi

hipotesis membuktikan bahwa hipotesis berupa penerapan reklamasi

yang keberlanjutan yang terbentuk dari unsur-unsur indeks keberlanjutan

yang saling terkait dapat meningkatkan keberlanjutan kawasan pesisir

benar adanya.

Berdasarkan hasil analisis model menggunakan instrumen

penelitian Structural Equation Model (SEM) didapatkan variabel teramati

yang paling berpengaruh adalah :

a. Indikator konservasi air (KA2) dianggap memiliki validasi yang cukup

kuat untuk menjelaskan konstruk laten. Sehingga dapat dikatakan

bahwa kondisi konservasi air berupa danau/rawa dalam suatu

kawasan reklamasi memberikan jaminan keberlanjutan kawasan

reklamasi pada suatu kawasan pesisir.

b. Ketersediaan fasilitas ruang terbuka hijau pada kawasan reklamasi

pada zona permukiman berupa fasilitas olahraga, permainan anak

atau dalam bentuk taman memberikan jaminan keberlanjutan

kawasan reklamasi pada kawasan pesisir.

Page 238: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

221

c. Fungsi kawasan lindung sebagai pelindung kelestarian lingkungan

pada kawasan reklamasi dianggap memberikan jaminan keberlanjutan

kawasan reklamasi pada suatu kawasan pesisir.

d. Tingkat kepadatan hunian/rumah tinggal dalam lingkungan sekitar

kawasan reklamasi, dan jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah

pada lingkungan sekitar pada kawasan reklamasi dianggap

memberikan jaminan keberlanjutan kawasan reklamasi pada suatu

kawasan pesisir.

e. Kondisi struktur permukaan jalan raya/utama dan jarak hunian/tempat

tinggal pada kawasan reklamasi terhadap jalan raya/utama dianggap

memberikan jaminan keberlanjutan kawasan reklamasi pada suatu

kawasan pesisir.

f. Kondisi struktur/perkerasan jalan pada hunian/tempat tinggal, dan

keberadaan lampu penerangan jalan yang ada pada kawasan hunian

di lokasi reklamasi dianggap memberikan jaminan keberlanjutan

kawasan reklamasi pada suatu kawasan pesisir.

Dari hasil analisis SEM, indikator-indikator yang diuji dianggap

memiliki validasi yang cukup kuat atau fit untuk menjelaskan konstruk

laten. Sehingga dapat dikatakan bahwa model reklamasi yang

berkelanjutan dengan kondisi indikator terpilih memberikan jaminan

keberlanjutan kawasan reklamasi pada suatu kawasan pesisir.

Model ini dapat dikembangkan pada kota dengan karakteristik yang

sama dengan menggunakan variabel yang sama dengan penelitian ini.

Page 239: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

222

Namun untuk kota yang karakteristik berbeda perlu penelitian lanjutan

dengan mengubah variabel penelitiannya.

B. Kebaruan Penelitian

Keaslian penelitian ini adalah bahwa telah banyak penelitian

sebelumnya yang meneliti tentang reklamasi dan indeks keberlanjutan

tetapi penelitian tentang indeks keberlanjutan khusus kawasan reklamasi

masih langka sehingga kebaruan penelitian ini adalah merumuskan model

reklamasi menggunakan IKR pada kawasan pesisir. Lebih rinci kebaruan

dari penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan konsep Manara, 2010 tentang dampak reklamasi

pantai untuk pembangunan Jalan Metro Tanjung Bunga terhadap

kondisi lingkungan di Teluk Lokasi Kota Makassar, namun spesifik

pada perubahan yang ada di daratan yakni penggunaan lahan dan

garis pantai serta hubungan dari keduanya.

2. Membangun rumusan indeks keberlanjutan dengan menggunakan

AHP dan Expert Choices sebagai pengembangan dari konsep yang

dikembangkan pada penelitian “Penilaian Kesesuaian Reklamasi

Pantai berdasarkan fuzzy-AHP: studi kasus Lianyungang, China”,

namun dikembangkan dengan menambahkan indikator keberlanjutan

bangunan dan infrastruktur .

3. Model ini merupakan pengembangan dari penelitian Azwar (2013)

yang merumuskan model penyediaan infrastruktur saja pada

Page 240: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

223

kawasan reklamasi Jakarta namun penelitian ini pada model

kawasan reklamasi. Diharapkan model kawasan reklamasi ini dapat

diimplementasikan dan direplikasikan untuk kota-kota di Indonesia

yang mempunyai karakteristik sama dengan wilayah kasus.

Kelebihan model ini adalah baru, belum pernah diteliti karena

menggunakan IKR dari rumusan penelitian sebelumnya.

4. Dapat dijadikan rujukan dalam pengambilan keputusan pada

kawasan reklamasi yang sedang marak di Indonesia.

C. Saran

Saran dari penelitian ini adalah:

1. Dampak reklamasi yang diteliti terbatas hanya pada perubahan

penggunaan lahan dan panjang garis pantai, maka variabel lainnya dapat

ditindaklanjuti oleh peneliti selanjutnya.

2. Indikator keberlanjutan kawasan reklamasi yang dirumuskan pada

penelitian ini hanya berfokus pada pilar fisik saja, sehingga pilar ekonomi

dan pilar sosial bagian dari indikator pembangunan berkelanjutan dapat

ditindaklanjuti oleh peneliti lainnya.

3. Model ini diteliti pada kasus kota Makassar yang kelandaiannya relatif

datar dengan tidak memasukkan faktor topografi sebagai salah satu

variabel yang diukur, maka kelandaian dan jenis karakter kota pantai

lainnya dapat ditindaklanjuti oleh peneliti selanjutnya.

Page 241: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

228

DAFTAR PUSTAKA

Andrade, R., Panagopoulos, T., & Loures, L. (2012). A sustainable proposal for the waterfront brownfield reclamation in Vila Real de Santo António, Portugal, Recent Researches in Environmental Science and Landscaping.

Azwar, S. A., Suganda, E., Tjiptoherijanto, P., & Rahmayanti, H. (2013). Model of Sustainable Urban Infrastructure at Coastal Reclamation of North Jakarta. Procedia Environmental Sciences, 17(0), 452-461. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.proenv.2013.02.059

Abdel Kawy, W. A., & Belal, A.-A. (2011). Soil resilience mapping in selective wetlands, West Suez Canal, Egypt. The Egyptian Journal of Remote Sensing and Space Science, 14(2), 99-112. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ejrs.2011.11.001

Al-Shams1, A. R., Ngah2, K., Zakaria3, Z., Noordin3, N., Hilmie, M. Z., & Sawal4, M. (2013). Waterfront Development within the Urban Design and Public Space Framework in Malaysia. Asian Social Science;, Vol. 9(No. 10). doi: doi:10.5539/ass.v9n10p77

Appeaning Addo, K., Larbi, L., Amisigo, B., & Ofori-Danson, P. K. (2011). Impacts of Coastal Inundation Due to Climate Change in a CLUSTER of Urban Coastal Communities in Ghana, West Africa. Remote Sensing, 3(9), 2029-2050.

Aristotulus, E. T., Abdelnasser, A., Omran, , Abdelwahab, O. G., Woo, S. W., & Atiek, B. S. (1992). Manado Waterfront Development Concept AS Acta Technica corviniensis, v.

Akbar, R. (1993). GIS, Sebuah Kebutuhan Mendesak. Jurnal PWK, 4, 5. Al-Shams1, A. R., Ngah2, K., Zakaria3, Z., Noordin3, N., Hilmie, M. Z., &

Sawal4, M. (2013). Waterfront Development within the Urban Design and Public Space Framework in Malaysia. Asian Social Science;, Vol. 9(No. 10). doi: doi:10.5539/ass.v9n10p77

Appeaning Addo, K., Larbi, L., Amisigo, B., & Ofori-Danson, P. K. (2011). Impacts of Coastal Inundation Due to Climate Change in a CLUSTER of Urban Coastal Communities in Ghana, West Africa. Remote Sensing, 3(9), 2029-2050.

Aristotulus, E. T., Abdelnasser, A., Omran, , Abdelwahab, O. G., Woo, S. W., & Atiek, B. S. (1992). Manado Waterfront Development Concept AS Acta Technica corviniensis, v.

Baldemir, E., Kaya, F., & Şahin, T. K. (2013). A Management Strategy within Sustainable City Context: Cittaslow. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 99(0), 75-84. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.10.473

Craig, R. K., & Ruhl, J. B. (2010). Governing for Sustainable Coasts: Complexity, Climate Change, and Coastal Ecosystem Protection. Sustainability, 2(5), 1361-1388.

Page 242: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

229

Choi, Y. R. (2014). Modernization, Development and Underdevelopment: Reclamation of Korean tidal flats, 1950s–2000s. Ocean & Coastal Management, 102, Part B(0), 426-436. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ocecoaman.2014.09.023

Davidson, M. (2006). Urban Geography: Waterfront Development Feng, L., Zhu, X., & Sun, X. (2014 ). Assessing coastal reclamation

suitability based on a fuzzy-AHP comprehensive evaluation framework: A case study of Lianyungang,China. Elsevier. doi: www.elsevier.com/locate/marpolbul

Ge, Y., & Jun-yan, Z. (2011). Analysis of the impact on ecosystem and environment of marine reclamation--A case study in Jiaozhou Bay. Energy Procedia, 5(0), 105-111. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.egypro.2011.03.020

Handley, J. F. (2003). the sipirit and the purpose of the land restoration. centre of Urban and regional Ecology (CURE) School of planing and lanscape , university of Manchester, 452-461.

Huseynov, E. F. o. (2011). Planning of sustainable cities in view of green architecture. Procedia Engineering, 21(0), 534-542. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.proeng.2011.11.2048

Irina Mildawani, Diana Susilowati, & Schiffer, R. (2009). Aplikasi Sistem Informasi Geografis (GIS) Dalam Analisis Pemanfaatan Dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota (Rthk) Studi Kasus: Kota Depok. Jurnal T.Arsitektur.

Ismail M, Abdel Ghaffar MK, Azzam MA. GIS application to identify the potential for certain irrigated agriculture uses on some soils in Western Desert, Egypt. The Egyptian Journal of Remote Sensing and Space Science. 2012 6//;15(1):39-51.

Jia, Z., Haifeng, X., Jincheng, S., & Xuelin, Z. (2007). Assessment of Sustainable Development System in Suihua City, China. Chinese Geographical Science, 17(4) 304-310. doi: DOI: 10.1007/s11769-007-0304-6

Jat, M. K., Choudhary, M., & Saxena, A. Urban growth assessment and prediction using RS, GIS and SLEUTH model for a heterogeneous urban fringe. The Egyptian Journal of Remote Sensing and Space Science. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ejrs.2017.02.002

Kolman, R. (2012). New Land By The Sea: Economically And Socially, Land Reclamation Pays. Retrieved from https://www.iadc-dredging.com/ul/cms/fck-uploaded/documents/PDF%20Articles/article-new-land-by-the-sea.pdf website:

Kris, W. K. L. (1991). Planning For Tsuen Wan Waterfront Land Reclamation. Hongkong: The University of Hongkong.

Laras, B. K., Marimin, Nurjaya, I. W., & Budiharsono, S. ( 2011). Desain Kebijakan Pengelolaan Kota Tepian Pantai : Kasus Kota Semarang Forum Pascasarjana Oktober. Vol. 34 No. 4

Page 243: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

230

Lee, M.-T., Wu, C.-C., Ho, C.-H., & Liu, W.-H. (2014). Towards Marine Spatial Planning in Southern Taiwan. Sustainability, 6, 8466-8484; . doi: doi:10.3390/su6128466

Leung, W. K., & Kris. (1991). Planning for Tsuen Wan Waterfront Land Reclamation the university of hongkong.

Li, K., Liu, X., Zhao, X., & Guo, W. (2010). Effects of Reclamation Projects on Marine Ecological Environment in Tianjin Harbor Industrial Zone. Procedia Environmental Sciences, 2(0), 792-799. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.proenv.2010.10.090

Liang, Y. (2004). <01ChapLand reclamation in singapore.pdf>. Lo, K., & Gunasiri, C. (2014). Impact of Coastal Land Use Change on

Shoreline Dynamics in Yunlin County, Taiwan. Environments, 1(2), 124-136.

Lubis, j. (2011). Mewujudkan Kota Pesisir Indonesia, Bulletin Tata Ruang Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU.

Li, M. (2014). Application of Retrospective Environmental Carrying Capacity Assessment for Marine Reclamation. IERI Procedia, 8(0), 149-153. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ieri.2014.09.025

Maskur, A. (2008 ). Rekonstruksi Pengaturan Hukum Reklamasi Pantai di Kota Semarang (Program Pascasarjana), Universitas Diponegoro, Semarang.

Makassar PDK. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar Tahun 2015 – 2035 In: Makassar BK, editor. Makassar: Pemerintah Daerah Kota Makassar; 2015.

Mohamed ES, Schütt B, Belal A. Assessment of environmental hazards in the north western coast -Egypt using RS and GIS. The Egyptian Journal of Remote Sensing and Space Science. 2013 12//;16(2):219-29.

Maryati, S. (2013). Land Capability Evaluation of Reclamation Areain Indonesia Coal Mining using LCLP Software. Procedia Earth and Planetary Science, 6(0), 465-473. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.proeps.2013.01.061

Mentayani, I., Hadinata, I. Y., & Prayitno, B. (2013). Karakteristik Dan Formasi Keruangan Kota-Kota Berbasis Perairan Di Indonesia. Lanting Journal of Architecture, , Nomor 2, , , Volume 2, Halaman 71-82.

Muhammad, B. (2015). Proses Konsolidasi Ruang di Kawasan Teluk Palu. (Doktoral), Universitas Gadja Mada, Jogjakarta.

Peng, B., Lin, C., Jin, D., Rao, H., Jiang, Y., & Liu, Y. (2013). Modeling the total allowable area for coastal reclamation: A case study of Xiamen, China. Ocean & Coastal Management, 76(0), 38-44. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ocecoaman.2013.02.015

Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai 40 /PRT/M/2007 C.F.R. (2007).

Pakzad, P., & Osmond, P. (2016). Developing a Sustainability Indicator Set for Measuring Green Infrastructure Performance. Procedia -

Page 244: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

231

Social and Behavioral Sciences, 216, 68-79. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.12.009

Pourebrahim, S., Hadipour, M., Mokhtar , M. B., & Ibrahim, M. H. M. (2010). Analytic network process for criteria selection in sustainable coastal land use planning. Ocean & Coastal Management, 53, 544-551.

Prayitno, B. (2012). A Morphological Analysis on Changing Patterns of the Banjarmasin Rivercity, Indonesia. International Society of Habitat Engineering and Design, 4, 10.

Profil Kota Makassar. (2014). René Kolman. (2012). New Land By The Sea Economically and Socially,

Land Reclamation Pays Secretary General, International Association of Dredging Companies.

Rupa bumi Indonesia. (2010). [skala 1:50.000 ]. Renald A. Model Adaptasi Ketahanan Kota Rawan Bencana Banjir untuk

Keberlanjutan Kota Studi Kasus: DKI Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia; 2015.Abdel Kawy, W. A., & Belal, A.-A. (2011). Soil resilience mapping in selective wetlands, West Suez Canal, Egypt. The Egyptian Journal of Remote Sensing and Space Science, 14(2), 99-112. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ejrs.2011.11.001

René Kolman. (2012). New Land By The Sea Economically and Socially, Land Reclamation Pays Secretary General, International Association of Dredging Companies.

Rupa bumi Indonesia. (2010). [skala 1:50.000 ]. Shaziman, S., Usman, I. M. S., & Tahir, M. (2010). Waterfront as Public

Space Case study;Klang River between Masjid Jamek and Central Market, Kuala Lumpur. wseas.us/e-library . Energy, Environment, Sustainable Development and Landscaping doi: http://www.wseas.us/e-library/conferences/2010/TimisoaraP/EELA/EELA-56.pdf

Soesilo, B., & Karuniasa, M. (2014). Permodelan System Dynamics. Stevens, Q. (2011). Transforming Urban Waterfronts: Fixity and Flow

(J. L. Gene Desfor, Quentin Stevens and Dirk Schubert Ed.). London, UK: Routledge.

Surya, B. (2015a). The Dynamics of Spatial Structure and Spatial Pattern Changes at the Fringe Area of Makassar City. The Indonesian Journal of Geography, 47(1), 11-19.

Surya, B. (2015b, September 2015). Perubahan Fisik Spasial dan Urban Sprawl Kawasan Pinngiran Perkotaan. Bulletin Mamminasata, 03/Tahun VI.

Sylla, L., Xiong, D., Zhang, H. Y., & Bangoura, S. T. (2012). A GIS technology and method to assess environmental problems from land use/cover changes: Conakry, Coyah and Dubreka region case study. The Egyptian Journal of Remote Sensing and Space Science, 15(1), 31-38. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ejrs.2011.12.002

Page 245: HALAMAN PENGAJUAN DISERTASI - Unhas

232

Taridala, S. (2017). Model Penentuan Lokasi Potensial Prasarana Mitigasi Bencana Kebakaran Perkotaan Sebagai Salah Satu Dasar Penataan Ruang Wilayahkota Pantai(Penerapan Di Kota Kendari). (Doctoral), Universitas Hasanuddin Makassar.

Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai 40 /PRT/M/2007 C.F.R. (2007).

Wantouw, S., Antariksa, Yanuwiadi, B., & Tamod, Z. (2014). Perception and Participation on Co-Management of Green Open Space in Coastal Reclamation Area Manado, International Journal of Applied Sociology, Vol. 4 No. 4, 2014, pp. 108-113. doi: 10.5923/j.ijas.20140404.03. International Journal of Applied Sociology, Vol. 4 No. 4, , pp. 108-113. doi: 10.5923/j.ijas.20140404.03.

Woznicki, S. A., Nejadhashemi, A. P., & Parsinejad, M. (2015). Climate change and irrigation demand: Uncertainty and adaptation. Journal of Hydrology: Regional Studies, 3(0), 247-264. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ejrh.2014.12.003

Yigitcanlar, T., & Dizdaroglu, D. (2015). Ecological approaches in planning for sustainable cities: A review of the literature. Global Journal of Environmental Science and Management, 1(2), 159-188. doi: 10.7508/gjesm.2015.02.008

Yua, L., Xiyong Houa, & Meng Gaoa, P. S. (2010). Assessment of coastal zone sustainable development: A case study of Yantai, China. Elsevier, 10, 1218–1225. doi: dx.doi.org/10.1016/j.ecolind.2010.04.003

Zhang, H., Uwasu, M., hara, K., & Yabar, H. (2010). Land Use Change Patterns and Sustainable Urban Development in China.